Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN
A. Interpretasi Citra
Interpretasi Citra adalah kegiatan mengenali objek pada citra dengan cara
menganalisis dan kemudian menilai penting atau tidaknya objek tersebut. Pengenalan
objek citra berdasarkan karakteristik tertentu yang disebut unsur interpretasi citra.
Menurut Lintz Jr. dan Simonett dalam Sutanto (1994:7), ada tiga rangkaian kegiatan
yang diperlukan dalam pengenalan obyek yang tergambar pada citra, yaitu:
1. Deteksi, adalah pengamatan adanya suatu obyek, misalnya pada gambaran
sungai terdapat obyek yang bukan air.
2. Identifikasi, adalah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan
menggunakan keterangan yang cukup. Misalnya berdasarkan bentuk,
ukuran, dan letaknya, obyek yang tampak pada sungai tersebut
disimpulkan sebagai perahu motor.
3. Analisis, yaitu pengumpulan keterangan lebih lanjut. Misalnya dengan
mengamati jumlah penumpangnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa perahu
tersebut perahu motor yang bersi dua belas orang.
Prinsip-prinsip interpretasi citra telah dikembangkan secara empiris lebih dari 150
tahun. Yang paling dasar dari prinsip-prinsip ini adalah unsur-unsur interpretasi citra
di antaranya: lokasi, ukuran, bentuk, bayangan, nada / warna, tekstur, pola,
tinggi/kedalaman dan situs/situasi/asosiasi. Unsur-unsur ini secara rutin digunakan
ketika menafsirkan sebuah foto udara atau menganalisis gambar foto. Seorang juru
gambar yang terlatih menggunakan banyak unsur-unsur selama analisis nya tanpa
berpikir tentang mereka. Namun, pemula mungkin tidak hanya harus memaksa
dirinya untuk secara sadar mengevaluasi objek yang tidak diketahui sehubungan
dengan unsur-unsur, tetapi juga menganalisis makna dalam kaitannya dengan objek
lain atau fenomena dalam foto atau gambar.
Unsur-unsur interpretasi citra :
1. Rona dan Warna
Rona (tone/color tone/grey tone) adalah tingkat kegelapan atau tingkat
kecerahan obyek pada citra. Rona pada foto pankromatik merupakan atribut
bagi obyek yang berinteraksi dengan seluruh spektrum tampak yang sering
disebut sinar putih, yaitu spektrum dengan panjang gelombang (0,4 0,7) m.
Berkaitan dengan penginderaan jauh, spektrum demikian disebut spektrum
lebar, jadi rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya.
Warna merupakan ujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan
spektrum sempit, lebih sempit dari spektrum tampak. Sebagai contoh, objek

tampak biru, hijau, atau merah bila hanya memantulkan spektrum dengan
panjang gelombang (0,4 0,5) m, (0,5 0,6) m, atau (0,6 0,7) m.
Sebaliknya, bila objek menyerap sinar biru maka ia akan memantulkan warna
hijau dan merah. Sebagai akibatnya maka objek akan tampak dengan warna
kuning.
Berbeda dengan rona yang hanya menyajikan tingkat kegelapan, warna
menunjukkan tingkat kegelapan yang lebih beraneka. Ada tingkat kegelapan di
dalam warna biru, hijau, merah, kuning, jingga, dan warna lainnya. Meskipun
tidak menunjukkan cara pengukurannya, Estes et al. (1983) mengutarakan
bahwa mata manusia dapat membedakan 200 rona dan 20.000 warna.
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa pembedaan objek pada foto berwarna
lebih mudah bila dibanding dengan pembedaan objek pada foto hitam putih.
Pernyataan yang senada dapat diutarakan pula, yaitu pembedaan objek pada
citra yang menggunakan spektrum sempit lebih mudah daripada pembedaan
objek pada citra yang dibuat dengan spektrum lebar, meskipun citranya samasama tidak berwarna. Asas inilah yang mendorong orang untuk menciptakan
citra multispektral. Rona dan warna disebut unsur dasar. Hal ini menunjukkan
betapa pentingnya rona dan warna dalam pengenalan objek. Tiap objek
tampak pertama pada citra berdasarkan rona atau warnanya. Setelah rona atau
warna yang sama dikelompokkan dan diberi garis batas untuk memisahkannya
dari rona atau warna yang berlainan, barulah tampak bentuk, tekstur, pola,
ukuran dan bayangannya. Itulah sebabnya maka rona dan warna disebut unsur
dasar.
2. Bentuk
Bentuk merupakan variabel kualitatif yang memerikan konfigurasi atau
kerangka suatu obyek (Lo, 1976). Bentuk merupakan atribut yang jelas
sehingga banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja.
Bentuk, ukuran, dan tekstur pada Gambar 1 dikelompokkan sebagai susunan
keruangan rona sekunder dalam segi kerumitannya. Bermula dari rona yang
merupakan unsur dasar dan termasuk primer dalam segi kerumitannya.
Pengamatan atas rona dapat dilakukan paling mudah. Oleh karena itu bentuk,
ukuran, dan tekstur yang langsung dapat dikenali berdasarkan rona,
dikelompokkan sekunder kerumitannya.
Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk,
yaitu shape dan form. Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum,
sedangkanform merupakan susunan atau struktur yang bentuknya lebih rinci.
Contoh shape atau bentuk luar:
Bentuk bumi bulat
Bentuk wilayah Indonesia memanjang sejauh sekitar 5.100 km.
Contoh form atau bentuk rinci:

Pada bumi yang bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk relief atau
bentuk lahan seperti gunungapi, dataran pantai, tanggul alam, dsb.
Wilayah Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk (rinci)
negara kepulauan. Wilayah yang memanjang dapat berbentuk masif
atau bentuk lainnya, akan tetapi bentuk wilayah kita berupa himpunan
pulau-pulau.
Baik bentuk luar maupun bentuk rinci, keduanya merupakan unsur
interpretasi citra yang penting. Banyak bentuk yang khas sehingga
memudahkan pengenalan objek pada citra.
Contoh pengenalan objek berdasarkan bentuk

Gedung sekolah pada umumnya berbentuk huruf I, L, U, atau


berbentuk empat segi panjang
Tajuk pohon palma berbentuk bintang, tajuk pohon pinus berbentuk
kerucut, dan tajuk bambu berbentuk bulu-bulu
Gunungapi berbentuk kerucut, sedang bentuk kipas alluvial seperti
segitiga yang alasnya cembung
Batuan resisten membentuk topografi kasar dengan lereng terjal bila
pengikisannya telah berlangsung lanjut
Bekas meander sungai yang terpotong dapat dikenali sebagai bagian
rendah yang berbentuk tapal kuda.

3. Ukuran
Ukuran ialah atribut obyek berupa jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume.
Karena ukuran obyek pada citra merupakan fungsi skala, maka di dalam
memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus selalu diingat
skalanya.
Contoh pengenalan objek berdasarka ukuran:

4. Tekstur

Ukuran rumah sering mencirikan apakah rumah itu rumah mukim,


kantor, atau industri. Rumah mukim umumnya lebih kecil bila
dibanding dengan kantor atau industri.
Lapangan olahraga di samping dicirikan oleh bentuk segi empat,
lebih dicirikan oleh ukurannya, yaitu sekitar 80 m x 100 m bagi
lapangansepak bola, sekitar 15 m x 30 m bagi lapangan tenis, dan
sekitar 8 m x 10 m bagi lapangan bulu tangkis.
Nilai kayu di samping ditentukan oleh jenis kayunya juga
ditentukan oleh volumenya. Volume kayu bisa ditaksir berdasarkan
tinggi pohon, luas hutan serta kepadatan pohonnya, dan diameter
batang pohon.

Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra (Lillesand dan Kiefer,
1979) atau pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk
dibedakan secara individual (Estes dan Simonett, 1975). Tekstur sering
dinyatakan dengan kasar, halus, dan belang-belang.
Contoh pengenalan objek berdasarkan tekstur:

5. Pola

Hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, semak bertekstur


halus.
Tanaman padi bertekstur halus, tanaman tebu bertekstur sedang,
dan tanaman pekarangan bertekstur kasar .
Permukaan air yang tenang bertekstur halus.

Pola, tinggi, dan bayangan pada peta dikelompokkan ke dalam tingkat


kerumitan tertier. Tingkat kerumitannya setingkat lebih tinggi dari tingkat
kerumitan bentuk, ukuran, dan tekstur sebagai unsur interpretasi citra. Pola
atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek
bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh:

Pola aliran sungai sering menandai struktur geologi dan jenis


batuan. Pola aliran trellis menandai struktur lipatan. Pola aliran
yang padat mengisyaratkan peresapan air kurang sehingga
pengikisan berlangsung efektif. Pola aliran dendritik mencirikan
jenis tanah atau jenis batuan serba sama, dengan sedikit atau tanpa
pengaruh lipatan maupun patahan. Pola aliran dendritik pada
umumnya terdapat pada batuan endapan lunak, tufa vokanik, dan
endapan tebal oleh gletser yang telah terkikis (Paine, 1981)
Permukaan transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu
dengan rumah yang ukuran dan jaraknya seragam, masing-masing
menghadap ke jalan.
Kebun karet, kebun kelapa, kebun kopi dan sebagainya mudah
dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang
teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
6. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau obyek yang berada di
daerah gelap. Obyek atau gejala yang terletak di daerah bayangan pada
umumnya tidak tampak sama sekali atau kadang-kadang tampak samar-samar.
Meskipun demikian, bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang
penting bagi beberapa obyek yang justru lebih tampak dari bayangannya.
Contoh:

Cerobong asap, menara, tangki minyak, dan bak air yang dipasang
tinggi lebih tampak dari bayangannya.

Tembok stadion, gawang sepak bola, dan pagar keliling lapangan


tenis pada foto berskala 1: 5.000 juga lebih tampak dari
bayangannya.
Lereng terjal tampak lebih jelas dengan adanya bayangan.

7. Situs
Bersama-sama dengan asosiasi, situs dikelompokkan ke dalam kerumitan
yang lebih tinggi pada Gambar diatas. Situs bukan merupakan ciri obyek
secara langsung, melainkan dalam kaitannya dengan lingkungan sekitarnya.
Situs diartikan dengan berbagai makna oleh para pakar, yaitu:

Letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya (Estes dan


Simonett, 1975). Di dalam pengertian ini, Monkhouse (1974)
menyebutnya situasi, seperti misalnya letak kota (fisik) terhadap
wilayah kota (administratif), atau letak suatu bangunan terhadap
parsif tanahnya. Oleh van Zuidam (1979), situasi juga disebut situs
geografi, yang diartikan sebagai tempat kedudukan atau letak suatu
daerah atau wilayah terhadap sekitarnya. Misalnya letak iklim yang
banyak berpengaruh terhadap interpretasi citra untuk geomorfologi.
Letak objek terhadap bentang darat (Estes dan Simonett, 1975),
seperti misalnya situs suatu objek di rawa, di puncak bukit yang
kering, di sepanjang tepi sungai, dsb. Situs semacam ini oleh van
Zuidam (1979) disebutkan situs topografi, yaitu letak suatu objek
atau tempat terhadap daerah sekitarnya.

Situs ini berupa unit terkecil dalam suatu sistem wilayah morfologi yang
dipengaruhi oleh faktor situs, seperti:

beda tinggi,
kecuraman lereng,
keterbukaan terhadap sinar,
keterbukaan terhadap angin, dan
ketersediaan air permukaan dan air tanah.

Lima faktor situs ini mempengaruhi proses geomorfologi maupun


proses atau perujudan lainnya. Contoh:

Tajuk pohon yang berbentuk bintang mencirikan pohon palma.


Mungkin jenis palma tersebut berupa pohon kelapa, kelapa sawit,
sagu, nipah, atau jenis palma lainnya. Bila tumbuhnya
bergerombol (pola) dan situsnya di air payau, maka yang tampak
pada foto tersebut mungkin sekali nipah.
Situs kebun kopi terletak di tanah miring karena tanaman kopi
menghendaki pengaturan air yang baik.

Situs pemukiman memanjang umumnya pada igir beting pantai,


tanggul alam, atau di sepanjang tepi jalan.

8. Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara obyek yang satu
dengan obyek lain. Adanya keterkaitan ini maka terlihatnya suatu obyek pada
citra sering merupakan petunjuk bagi adanya obyek lain. Contoh:

Di samping ditandai dengan bentuknya yang berupa empat persegi


panjang serta dengan ukurannya sekitar 80 m x 100 m, lapangan
sepak bola di tandai dengan adanya gawang yang situsnya pada
bagian tengah garis belakangnya. Lapangan sepak bola berasosiasi
dengan gawang. Kalau tidak ada gawangnya, lapangan itu bukan
lapangan sepak bola. Gawang tampak pada foto udara berskala 1:
5.000 atau lebih besar.
Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang
jumlahnya lebih dari satu (bercabang).
Gedung sekolah di samping ditandai oleh ukuran bangunan yang
relatif besar serta bentuknya yang menyerupai I, L, atau U, juga
ditandai dengan asosiasinya terhadap lapangan olahraga. Pada
umumnya gedung sekolah ditandai dengan adanya lapangan
olahraga di dekatnya.

B. Perbedaan Antara Peta dan Citra


1) Peta
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala
tertentu melalui suatu sistem proyeksi. Peta bisa disajikan dalam berbagai cara
yang berbeda, mulai dari peta konvensional yang tercetak hingga peta digital
yang tampil di layar komputer. Istilah peta berasal dari bahasa Yunani mappa
yang berarti taplak atau kain penutup meja. Namun secara umum pengertian
peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang
datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah
representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi. Ilmu yang mempelajari
pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang
menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya.

Kumpulan dari beberapa peta disebut atlas.


Kelebihan peta:
1. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran langsung data teristis.
2. Lebih akurat dalam menyajikan data terutama pada peta skala
kadaster dan skala besar.
3. Tenaga yang digunakan manusia
Kekurangan peta:
1. Proses pembuatan sangat lama.
2. Biaya sangat mahal dan waktu terbatas.
3. Sulit untuk mengukur ruang tiga dimensi secara tepat terutama
dalam engukur gunung yang sangat tinggi.
4. Hanya memuat simbol-simbol dan sulit untuk menggambarkan
keadaan yang sebenarnya.
2) Citra
Menurut Hornby (Sutanto, 1994:6), citra merupakan gambaran yang
terekam oleh kamera atau oleh sensor lainnya. Sedangkan Simonett
mengutarakan dua pengertian tentang citra yaitu :
The counterpart of an object produced by the reflection or
refraction of light when focussed by a lens or a mirror.
Gambaran obyek yang dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan
sinar yang difokuskan oleh sebuah lensa atau sebuah cermin.
The recorded representation (cinnibkt as a ogiti unage) if
object produced by optical, electro-optical, opical mechanical,
or electrical means. It is generally used when the EMR menited
or reflected from a scene is not directly recpded pm film.
Gambaran rekaman suatu obyek (biasanya berupa gambaran
pada foto) yang dibuahkan dengan cara optik, elektro-optik,
optik mekanik, atau elektronik. Pada umumnya ia digunakan
bila radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan
dari suatu obyek tidak langsung direkam pada film. (Sutanto,
1994:6).
Benda yang terekam pada citra dapat dikenali berdsarkan ciri yang
terekam oleh sensor. tiga ciri yang terekam oleh sensor adalah ciri spasial, ciri
temporal, dan ciri spektral.
Ciri spasial, adalah ciri yang berkaitan dengan ruan, meliputi : bentuk, ukuran,
bayangan, pola, tekstur, situs, dan asosiasi.
Ciri Temporal, adalah ciri yang terkait dengan umur benda atau waktu saat
perekaman.

Ciri Spektral, adalah ciri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik


dengan benda, yang dinyatakan dengan rona dan warna.

Kelebihan citra:
1. Proses pembuatan sangat cepat.
2. Biaya murah dan waktu tidak terbatas.
3. Alat yang digunakan untuk memperoleh data adalah pesawat

Berdasarkan penjelasn di depan diketahui bahwa peta dan citra merupakan media
yang sama-sama menggambarkan bumi, baik sebagian maupun keseluruhan. Namun
perlu kita ketahui bahwa antara keduanya memiliki perbedaan-perbedaan tertentu, yaitu

terbang dan satelit.


Kekurangan citra:
1. Tngkat akurasi kurang, sebab tergantung kepada kemampuan
orang menginterpretasikan citra.
2. Kemampuan pengetahuanwawasan orang yang
menginterpretasikan
3. Tingkat akurasi pada pemetaan daerah yang sempit agak kurang.

Berdasarkan penjelasn di depan diketahui bahwa peta dan citra


merupakan media yang sama-sama menggambarkan bumi, baik sebagian
maupun keseluruhan. Namun perlu kita ketahui bahwa antara keduanya
memiliki perbedaan-perbedaan tertentu, yaitu:

No
.

Faktor Pembeda

Peta

Citra

1.

Waktu pembuatan

Lama, karena
merupakan hasil
penggambaran
yang berulangulang dengan
teknik tertentu.

Sebentar, karena
merupakan hasil dari
pemotretan langsung
terhadap permukaan
bumi.

2.

Bentuk

Merupakan
gambar dua
dimensi

Merupakan gambar
tiga dimensi (jika
dilihat secara
stereoscopic)

3.

Objek/gambar

Berupa lambang
atau symbol
yang dapat
mewakili objek
di permukaan
bumi.

Merupakan gambar
objek yang
sebenarnya.

4.

Komponen penjelas

Terdapat
komponenkomponen
tertentu yang
dapat
menjelaskan isi
peta.

Tidak ada
komponenkomponen. Oleh
karena itu perlu
interpretasi citra
untuk
mengetahui/mengena
li objek.

5.

Hasil

Dapat dibaca
tanpa alat Bantu
bahkan oleh
setiap orang.

Tidak dapat dibaca


oleh sembarang
orang, karena
memerlukan alat
Bantu dan keahlian
tertentu untuk
menafsirkan

C. Menentukan Skala Foto Udara


Foto udara atau peta foto adalah Peta foto didapat dari survei udara yaitu
melakukan pemotretan lewat udara pada daerah tertentu dengan aturan fotogrametris
tertentu. Sebagai gambaran pada foto dikenal ada 3 (tiga) jenis yaitu foto tegak, foto

miring dan foto miring sekali. Yang dimaksud dengan foto tegak adalah foto yang
pada saat pengambilan objeknya sumbu kamera udara sejajar dengan arah gravitasi
( tolerensi <3o), sedangkan yang disebut dengan foto miring sekali apabila pada foto
tersebut horison terlihat. Untuk foto miring, batasannya adalah antara kedua jenis foto
tersebut. Secara umum

foto yang digunakan untuk


Skala foto udara dapat
jarak di foto dan di medan
Kedua titik itu harus dapat

peta adalah foto tegak (Wolf, 1974).


ditentukan dengan cara mengukur
antara dua titik yang diketahui.
diidentifikasikan pada foto atau

pada peta. Kemudian, skala foto (S) dihitung sebagai perbandingan jarak di foto (d)
dan jarak di medan (D). Rumus perhitungannya sebagai berikut :

Keterangan :
S = skala foto
d = jarak di foto
D = jarak di medan

Anda mungkin juga menyukai