Anda di halaman 1dari 28

TUGAS TEORI AKUNTASI

LAPORAN KEUANGAN ( NERACA )

Muhammad Ariyanto
Vera Novitasari

STEKNAS 2016

Sub I
Jenis-jenis Laporan Keuangan

Jenis-jenis laporan keuangan berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


(PSAK) terdiri dari lima jenis laporan keuangan, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Laporan Laba-Rugi (Income Statement)


Laporan Perubahan Modal (Capital Statement)
Neraca (Balance Sheet)
Laporan Arus Kas (Cash Flow)
Catatan atas Laporan Keuangan

1. Laporan Laba/Rugi (Income Statement)


Laporan laba/rugi menggambarkan pendapatan, biaya-biaya yang dikeluarkan, dan
hasil neto suatu perusahaan dalam satu periode. Unsur utama dalam penyusunan laporan
laba/rugi adalah penghasilan (revenue) dan biaya (expense). Laporan laba/rugi (income
statement) adalah salah satu laporan yang sangat krusial dan penting dalam penyajian

laporan keuangan selain neraca (balance sheet).

2. Laporan Perubahan Modal (Capital Statement)


Laporan ini terdiri atas modal awal dan laba/rugi yang mengakibatkan perubahan pada
modal di akhir periode. Net laba/rugi yang diperoleh dari laporan rugi/laba (income
statement) diperlukan untuk mengetahui perubahan modal.
Laporan perubahan modal (capital statement) adalah laporan untuk mengetahui
kemajuan atau kemunduran suatu perusahaan. Perusahaan mengalami kemajuan jika
modal akhir yang ditunjukkan pada laporan perubahan modal lebih besar dari modal
awal, sebaliknya kemunduran perusahaan terjadi bila modal akhir lebih kecil dari modal

awal.
Perubahan modal disebabkan oleh transaksi operasi dan transaksi modal.
a) Transaksi Operasi
Transaksi operasi adalah transaksi yang diakibatkan oleh kegiatan utama
perusahaan. Deskripsi transaksi operasi dapat terlihat seperti yang disajikan pada
laporan laba/rugi, yang terdiri dari penghasilan (revenue) dan biaya (expense) atas
operasional perusahaan. Transaksi Modal

b) Transaksi modal diakibatkan transaksi yang terjadi dalam rangka penyediaan dana
untuk menambah atau mengurangi modal. Transaksi modal dilakukan oleh
pemilik perusahaan dengan melakukan penyetoran atau pengambilan
pribadi/prive (withdrawals).

3. Neraca (Balance Sheet)


Neraca adalah laporan keuangan yang menyajikan akun-akun aktiva, kewajiban, dan modal
dalam satu periode. Nilai modal pada neraca merupakan nilai yang tercatat pada Laporan

Perubahan Modal. Keseimbangan pada neraca dapat tercapai karena pada Laporan Perubahan
Modal sudah terdiri dari pendapatan dan biaya yang tercatat pada Laporan Laba-Rugi.
a) Aktiva merupakan harta yang dimiliki perusahaan dengan nilai kemanfaatan di masa
depan (future economic benefit). Contoh : Truk, mobil kargo, mobil pengangkat barang,
untuk perusahaan ekspedisi. Aktiva terdiri dari Aktiva Lancar (Current Assets) dan Aktiva
Tetap Berwujud (Tangiable Fixed Assets)

b) Kewajiban terdiri dari Utang Lancar (Current Liabilities) dan Utang Jangka Panjang
(Long Term Liabilities).

c) Modal adalah harta kekayaan perusahaan yang dimiliki oleh pemilik perusahaan. Modal
akan bertambah jika pemilik perusahaan menambahkan investasinya ke dalam
perusahaan dan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Sebaliknya, modal akan
berkurang jika pemilik perusahaan mengambil dana investasinya (prive) dan jika
perusahaan mengalami kerugian.
Modal pada perusahaan perseorangan hanya berupa modal pribadi, sedangkan dalam
perusahaan yang telah go public, modalnya terdiri dari : modal saham, laba ditahan, dan
cadangan.
Neraca biasanya terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk skontro/horizontal (account form)
dan bentuk vertikal/laporan (report form).

4. Laporan Arus Kas (Cash Flow)


Merupakan laporan atas aliran keluar dan masuk kas pada perusahaan.

5. Catatan atas Laporan Keuangan


Sebagai penjelasan keadaan perusahaan secara detail. Biasanya terdiri dari visi, misi, dan
tujuan perusahaan, sejarah perusahaan. Catatan atas laporan keuangan juga menjelaskan tentang
struktur organisasi, struktur modal, kegiatan operasional perusahaan, kemajuan yang telah
dicapai, perkembangan perusahaan, inovasi, prospek, dan rencana perusahaan di masa yang akan
datang . Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan untuk menjelaskan gambaran perusahaan
secara lebih detail untuk melengkapi penyajian laporan keuangan secara kuantitatif.

Sub II
Elemen laporan keuangan khusus neraca
Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisis keuangan perusahaan
dalam suatu tanggal tertentu atau a moment of time, atau sering juga disebut per tanggal tertentu
misalnya per tanggal 31 Desember 2009. Posisi yang digambarkan adalah posisi harta, utang dan

modal.
Komponen Neraca
Harta

Menurut APB Statement (1970, halaman 132) mendefinisikan asset sebagai berikut :
kekayaan ekonomi perusahaan, termasuk didalamnya pebebanan yang ditunda, yang dinilai dan
diakui sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku.
Menurut FASB (1985) memberikan definisi sebagai berikut :
asset adalah kemungkinan keuntungan ekonomi yang diperoleh atau dikuasai dimasa yang akan
dating oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yang sudah berlalu.
Pengakuan dan Penilaian Aktiva

Prinsip yang berlaku sekarang dalam pengakuan dan penilaian aktiva sesuai dengan yang
digariskan APB adalah sebagai berikut :
Pencatatan aktiva berdasarkan pada kejadian kapan perusahaan mendapatkan kekayaan
atau aktiva itu dari pihak lain sedangkan kewajiban kapan muncul kepada pihak lain. Penilaian
keduanya didasarkan pada nilai tukar, nilai pengorbananpada pengalihan terjadi. Nilai ini disebut
acquisition cost.
Dalam hal pengorbanan yang diberikan adalah aktiva bukan uang (nonmoneter), nilai
yang dipakai adalah harga pasar barang yang diserahkan. Disamping nilai pertukaran ini atau
historical cost, dalam prinsip akuntansi dikenal juga bebagai nilai yang sering dipakai dalam
penilaian aktiva. Nilai ini adalah :
1. Book value adalah nilai buku yang diperoleh dari harga perolehan aktiva dikurangi
dengan akumulasi penyusutan.

2. Replacement cost adalah nilai barang yang dimaksudkan jika diganti dengan
barang lain yang sama.
3. Selling price adalah harga jual.
4. Net realizable value adalah harga jual dikurangi dengan biaya penjualan atau
dikurangi dengan tingkat margin yang normal.
Nilai tersebut diatas sering dianggaptidak konsisten dengan konsep teori pengukuran
yang murni. Beberapa metode penilaian asset yang digambarkan oleh Wolk, dkk sebagai
berikut :

Piutang : Taksiran nilai net realizable value


Investasi : Cost, lower of cost or market (LOCOM) atau market

(tergantung jenis investasi), metode equity.


Persediaan barang dagang : Cost, replacement cost, net realizable

value atau net realizable value dikurangi mark up normal.


Aktiva tetap : Full absorption costing untuk perusahaan dan
kapitalisasi bunga untuk yang bukan perusahaan
Pertukaran aktiva non sejenis : Cost, alokasi cost dan nilai buku.

Nilai buku asset lama ditambah dengan kas yang sejenis diberikan.
Aktiva tak berwujud : Nilai buku
Pembebanan ditunda : Nilai buku
Kewajiban / Hutang (Liabilities)

Menurut FASB kewajiban adalah kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis dimasa


yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk masa yang akan
datang sebagai akibat dari suatu transaksi atau kejadian ekonomi yang sudah terjadi.
Beberapa istilah dalam kewajiban :
1. Contractual liabilities adalah kewajiabn yang didukung oleh perjanjian
tertulis.
2. Constructive obligation adalah kewajiban yang tidak dinyatakan secara
tertulis, misalnya pembayaran cuti atau bonus tertentu.

3. Equitable obligation adalah kewajiban yang tidak dikuatkan kontrak atau


hanya karena kewajiban moral atau kewajiban demi kewajaran atau keadilan.
4. Contigent liabilities adalah suatu situasi atau keadaan yang menggambarkan
ketidakpastian apakah mungkin menimbulkan keuntungan atau kerugian
kepada perusahaan, dimana hanya dapat dipastikan apabila suatu kejadian
atau beberapa kejadian dimasa yang akan datang terjadi atau tidak.
5. Deffered credit adalah sejenis kewajiban tetapi bukan dalam pengertian
memberikan pengorbanan dimasa yang akan datang. Deffered credit ada dua
jenis :

Prepaid revenue adalah penerimaan dimuka yang belum


sepenuhnya diimbangi dengan pemberian jasa atau produk yang
dibayar.

Deffered revenue akibat pengakuan pendapatan, misalnya adalah


investment tax credit dan laba rugi dari transaksi leaseback.

6. Executory contract adalah perjanjian yang belum dilaksanakan, tetapi kita


sudah terikat dengan perjanjian baik untuk memenuhi kewajiban dimasa yang
akan datang maupun yang akan menerima kekayaan atau jasa dimasa yang
akan datang. Misalnya adalah kontrak pembelian dimasa yang akan datang
dimana perusahaan harus menyediakan barang dimasa yang akan datang
kontrak pekerjaan dalam pegawai dimana perusahaan harus membayar gaji
dimasa yang akan datang.
Pengakuan dan Penilaian Kewajiban
Menurut APB Statement No.4 serta SFAC No. 5 kewajiban dinilai sebesar kejadian
dalam transaksi, biasanya jumlah yang akan dibayarkan di masa yang akan datang biasanya
didiskontokan (dinilai berdasarkan Present Value untuk yang jangka panjang), sejumlah nilai
pertukaran atau sejumlah nilai nominal.
Modal
Modal adalah suatu hak yang tersisa atas aktiva suatu lembaga (entitiy) setelah dikurangi
kewajibannya.

Perusahaan perseroan perlu membedakan antara modal setor dengan modal karena
pendapatan (retained earning). Deviden hanya dibayarkan dari laba yang ditahan bukan dari laba
yang disetor.
Modal setor (contributed capital) dapat dibagi menjadi :
1. Modal statuter (legal capital)
2. Modal lainya

Modal statuter adalah jumlah batas kewajiban pemilik. Modal ini dinilai berdasarkan
harga pari atau harga nominal. Dalam modal ini terdapat modal lain seperti agio saham, modal
donasi, modal dari pengeluaran kembali treasury stock, stock option dan sebagainya.
Didalam pos modal terdapat akun lain seperti laba ditahan dan cadangan. Laba ditahan
terdiri dari laba tahunan, penyesuaian atau koreksi tahun sebelumnya dan besaran deviden.
Komponen dari modal saham ini adalah laba rugi yang belum direalisasi. Sedangkan cadangan
adalah sesuatu yang disimpan untuk maksud dan tujuan tertentu.
Pengakuan dan Penilaian Modal
Penilaian terhadap transaksi modal ini sama dengan penilaian pada harta dan kewajiban
yaitu berdasarkan harga pasar pada saat terjadinya transaksi.dalam hal pencatatan modal saham
harus dipisahkan nilai parinya dengan nilai jualnya. Laba ditahan dicacat sebagai akumulasi laba
dari tahun-tahun sebelumnya.
Bentuk Neraca
Neraca biasanya diurutkan berdasarkan akun atau perkiraan yang likuiditasnya paling
tinggi. Biasanya perkiraan yang paling lancar dan paling dekat dengan konversi ke kas dicacat
paling atas. Kewajiban yang paling cepat harus dibayar dicacat paling atas dan modal yang harus
ditunaikan terlebih dahulu harus ditempatkan dipaling atas.

Dalam menyajikan neraca dapat dibagi dalam tiga bentuk berikut ini :

1. Staffel atau report form


Dalam bentuk ini neraca dilaporkan dalam satu halaman vertical. Disebelah atas
aktiva dan dibawahnya passive.

2. Skontro atau T-Account Form


Aktiva disajikan disebelah kiri (kecuali di Inggis disajikan di kanan) dan
kewajibannya disebelah kanannya.

3. Bentuk yang menyajikan posisis keuangan (Financian Position Form)


Dalam bentuk ini neraca dilaporkan dengan format, pertama-tama dicantumkan
aktiva lancar dikirangi dengan hutang lancar sehingga menghasilkan modal kerja
ditambah dengan aktiva tetap dan aktiva lainnya kemudian dikurangi hutang
jangka panjang, maka diperoleh modal pemilik.

Penyajian Neraca Menurut Standar Akuntansi


Laporan keuangan harus disusun secara sistematik agar pengguna laporan keuangan
tersebut dapat mengerti maksud dan isi dari laporan keuangan tersebut.
Komponen-komponen neraca sebagai berikut :

AKTIVA :
Aktiva lancar
Investasi
Aktiva tetap
Aktiva tidak berwujud
Aktiva lain-lain

KEWAJIBAN :
Kewajiban lancar
Kewajiban jangka panjang
Kewajiban lain-lain

MODAL
Modal saham
Agio saham
Laba ditahan

Penyajian diatas merupakan pencerminan dari klasifikasi lazim pos neraca


sebagai berikut :
a. Aktiva diklasifikasikan menurut urutan likuiditasnya.
b. Kewajiban diklasifikasikan menurut urutan jatuh temponya.
c. Modal diklasifikasikan berdasarkan sifat kekekalannya.
Perkiraan lawan (offsets/contra account) atau pos neraca tertentu disajikan sebagai
unsur pengurang dari beberapa akun dalam neraca. Contohnya akun akumulasi
penyusutan disajikan sebagai pengurang dari harga perolehan aktiva, cadangan kerugian
piutang disajikan sebagai pengurang akun piutang usaha dll.

Sub III
Catatan dan penjelasan laporan keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan adalah catatan tambahan dan informasi yang
ditambahkan ke akhir laporan keuangan untuk memberikan tambahan informasi kepada
pembaca dengan informasi lebih lanjut. Catatan atas Laporan Keuangan membantu
menjelaskan perhitungan item tertentu dalam laporan keuangan serta memberikan
penilaian yang lebih komprehensif dari kondisi keuangan perusahaan. Catatan atas
Laporan Keuangan dapat mencakup informasi tentang hutang , kelangsungan usaha ,
piutang , kewajiban kontinjensi , atau informasi kontekstual untuk menjelaskan angkaangka keuangan (misalnya untuk menunjukkan gugatan )

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang
merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama
tahun buku yang bersangkutan.
Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan:
Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi
keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan
arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi
tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan
segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga

Sub IV
Peristiwa Kemuadian Setelah Tanggal Neraca
Tujuan dari Pernyataan ini adalah untuk menentukan:
1.

Kondisi suatu perusahaan harus menyesuaikan laporan keuangannya untuk peristiwa


setelah tanggal neraca; dan

2.

Pengungkapan yang harus dibuat oleh suatu perusahaan tentang tanggal penyelesaian
laporan keuangan dan tentang peristiwa setelah tanggal neraca.

Pernyataan ini juga menentukan bahwa suatu perusahaan tidak boleh menyusun laporan
keuangannya atas dasar kelangsungan usaha bila peristiwa setelah tanggal neraca mengindikasikan bahwa penerapan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat.
DEFINISI
Peristiwa setelah tanggal neraca adalah peristiwa, baik yang menguntungkan
(favourable) atau tidak meng-untungkan (unfavourable ), yang terjadi di antara tanggal neraca
dan tanggal penyelesaian laporan keuangan. Dua jenis peristiwa dapat diidentifikasikan:
1.

Peristiwa yang memberikan bukti atas adanya suatu kondisi pada tanggal neraca
(peristiwa setelah tanggal neraca yang mengakibatkan laporan keuangan harus
disesuaikan); dan

2.

Peristiwa yang mengindikasikan timbulnya suatu kondisi setelah tanggal neraca


(peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak mengakibatkan laporan keuangan
disesuaikan).

Tanggal penyelesaian laporan keuangan adalah tanggal ketika laporan keuangan sudah final
yang berarti tidak ada lagi koreksi atau penyesuaian setelah tanggal itu. Untuk laporan keuangan
auditan tanggal ini adalah tanggal laporan auditor; sementara untuk laporan keuangan yang tidak
diaudit adalah tanggal ketika laporan keuangan selesai disusun oleh direksi.
Proses yang terjadi dalam penyelesaian laporan keuangan berbeda-beda tergantung pada
bentuk hukum badan usaha, laporan keuangan diaudit atau tidak diaudit.

Untuk laporan keuangan yang diaudit, tanggal penyelesaian laporan keuangan idealnya
adalah tanggal laporan auditor eksternal. Tanggal tersebut adalah tanggal berakhirnya
peristiwa setelah tanggal neraca yang menjadi tanggung jawab manajemen atau direksi
untuk dilaporkan.

Sedangkan untuk laporan keuangan yang tidak diaudit, tanggal tersebut adalah tanggal
ketika laporan keuangan selesai disusun oleh direksi, meskipun mungkin laporan
keuangan belum dicetak dalam format yang lebih baik atau belum diserahkan kepada
pihak lain. Bagi pemakai laporan keuangan, penting untuk mengetahui saat laporan
keuangan diselesaikan, karena laporan keuangan tidak mencerminkan peristiwa.

Contoh:
Manajemen menyelesaikan laporan keuangan sebelum diaudit tanggal 17 Januari 200X.
Laporan tersebut diserahkan kepada auditor eksternal tanggal 20 Januari 200X. Proses audit
dilakukan dari 20 Januari sampai dengan 20 Maret 200X. Dalam periode audit tersebut,
manajemen dan audior membuat beberapa jurnal penyesuaian audit yang tercermin dalam
laporan keuangan final. Laporan auditor bertanggal 20 Maret 200X , dan tanggal ini juga dipakai
manajemen sebagai tanggal penyelesaian laporan keuangan. Laporan keuangan dibahas dalam
RUPS pada tanggal 15 April 200X dan RUPS membebaskan manajemen dari tanggung jawab
kepengurusan untuk periode laporan keuangan pada tanggal tersebut. Pada tanggal 20 Mei 200X

perusahaan menerbitkan laporan tahunan yang di dalamnya terdapat laporan keuangan auditan
tersebut.

Dalam contoh di atas tanggal penyelesaian laporan keuangan adalah tanggal 20


Maret 200X. Seluruh peristiwa sejak tanggal neraca sampai tanggal ini yang
berpengaruh terhadap laporan keuangan dilaporkan dalam laporan keuangan.

PENGAKUAN DAN PENGUKURAN


Peristiwa Setelah Tanggal Neraca yang memerlukan Penyesuaian
Perusahaan menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan untuk mencerminkan
peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian.
Berikut ini adalah contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang mengharuskan perusahaan
untuk menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangannya, atau untuk mengakui
peristiwa yang sebelumnya tidak diketahui:
a. Keputusan pengadilan setelah tanggal neraca, yang menyatakan perusahaan
memiliki kewajiban kini pada tanggal neraca. Keputusan tersebut mengharuskan
perusahaan menyesuaikan jumlah kewajiban diestimasi yang telah diakui, atau
mengakui kewajiban diestimasi dan bukan hanya mengungkapkan kewajiban
kontinjensi.
b. Informasi setelah tanggal neraca mengindikasikan adanya penurunan nilai suatu
aktiva pada tanggal neraca, atau perlunya penyesuaian jumlah yang sebelumnya
telah diakui sebagai kerugian penurunan suatu aktiva. Sebagai contoh:
o Kebangkrutan pelanggan yang terjadi setelah tanggal neraca biasanya
memastikan bahwa pada tanggal neraca telah tejadi kerugian atas suatu

piutang dagang dan perusahaan harus menyesuaikan nilai tercatat


(carrying amount) piutang dagang tersebut; dan
o Penjualan persediaan setelah tanggal neraca memberikan bukti tentang
nilai bersih yang dapat direalisasi pada tanggal neraca.
c. Penentuan nilai aktiva setelah tanggal neraca atas biaya perolehan aktiva yang
dibeli, atau atas hasil penjualan akitva yang dijual sebelum tanggal neraca.

d. Penentuan jumlah pembagian laba atau pembayaran bonus setelah tanggal neraca,
jika perusahaan memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif pada
tanggal neraca untuk melakukan pembayaran akibat dan peristiwa setelah tanggal
neraca; dan

e. Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan


keuangan tidak benar.

Peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian


Perusahaan tidak boleh menyesuaikan jumlah yang diakui dalam laporan keuangan
untuk mencerminkan peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian.
Contoh dari peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian adalah
penurunan nilai pasar suatu investasi diantara tanggal neraca dan tanggal persetujuan penerbitan
laporan keuangan.
Penurunan nilai pasar tersebut tidak selalu berhubungan dengan kondisi investasi tersebut
pada tanggal neraca, namun mencerminkan keadaan yang timbul pada periode berikutnya. Oleh
karena itu, perusahaan tidak menyesuaikan nilai investasi yang telah diakui dalam laporan
keuangannya. Perusahaan juga tidak perlu memuktakhirkan pengungkapan jumlah investasi pada
tanggal neraca, meskipun perusahaan mungkin harus memberikan pengungkapan tambahan.

Dividen
Jika setelah tanggal neraca, perusahaan mengumumkan dividen kepada pemegang saham,
maka perusahaan tidak boleh mengakui dividen itu sebagai kewajiban pada tanggal neraca tetapi
mengungkapkannya dalam catatan atas laporan keuangan. Jika dividen diumumkan setelah
tanggal neraca tetapi sebelum laporan keuangan diselesaikan, dividen itu tidak diakui sebagai
kewajiban dalam periode yang dicakup oleh laporan keuangan yang bersangkutan, karena
dividen tersebut tidak memenuhi kriteria "kewajiban kini" sebagaimana dimaksud PSAK 57:
Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi, dan Aktiva Kontinjensi. Namun dividen tersebut
harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan.
KELANGSUNGAN USAHA
Perusahaan tidak boleh membuat laporan keuangan dengan dasar kelangsungan usaha
jika setelah tanggal neraca diperoleh bukti kuat bahwa perusahaan akan dilikuidasi atau
dihentikan usahanya, atau jika manajemen tidak memiliki alternatif lain yang realistis kecuali
melikuidasi perusahaan.
Memburuknya hasil operasi dan posisi keuangan perusahaan setelah tanggal neraca
dapat mengindikasikan perlunya untuk mempertimbangkan apakah asumsi kelangsungan usaha
masih sesuai. Jika sudah tidak sesuai, dampaknya sangat besar sehingga Pernyataan ini
mengharuskan suatu perubahan fundamental dalam penggunaan dasar akuntansi, bukan hanya
penyesuaian atas jumlah yang diakui dengan menggunakan dasar akuntansi semula.
Dalam PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan, mensyaratkan pengungkapan tertentu,
jika :
1.

Laporan keuangan tidak dibuat atas dasar kelangsungan usaha; atau

2.

Manajemen mengetahui adanya ketidakpastian material sehubungan dengan peristiwa


atau kondisi yang menimbulkan keraguan signifikan mengenai kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Peristiwa atau kondisi yang harus
diungkapkan tersebut mungkin timbul setelah tanggal neraca.

PENGUNGKAPAN
Tanggal Pengesahan untuk Penyelesaian
Perusahaan mengungkapkan tanggal penyelesaian laporan keuangan dan pihak yang
bertanggung jawab menyelesaikan laporan keuangan.
Pemutakhiran Pengungkapan tentang Kondisi pada Tanggal Neraca
Jika perusahaan menerima informasi setelah tanggal neraca tentang kondisi yang ada
pada tanggal neraca, maka perusahaan harus memutakhirkan pengungkapan kondisi tersebut,
sesuai dengan informasi terkini. Dalam beberapa kasus, perusahaan perlu memutakhirkan neraca,
walaupun informasi tersebut tidak mempengaruhi jumlah yang telah diakui perusahaan dalam
laporan keuangannya. Disamping mempertimbangkan apakah perusahaan harus mengakui
kewajiban diestimasi saat ini, sesuai PSAK 57: Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi
dan Aktiva Kontinjensi, perusahaan juga harus memutakhirkan pengungkapannya tentang
kewajiban kontinjensi sesuai dengan bukti tersebut.
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca yang Tidak Memerlukan Penyesuaian
Apabila peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian adalah
penting, dalam arti jika tidak diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan pemakai
laporan keuangan, maka perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut untuk setiap
peristiwa tersebut:

Jenis peristiwa tersebut; dan


Estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi semacam itu tidak dapat
dibuat.

Contoh peristiwa setelah tanggal neraca:


Penggabungan usaha yang signifikan setelah tanggal neraca (PSAK 22 : Akuntansi Penggabungan
Usaha, mensyaratkan pengungkapan khusus pada kasus-kasus tertentu) atau pelepasan anak
perusahaan utama;

Pengumuman untuk menghentikan suatu operasi, pelepasan aktiva, atau penyelesaian


kewajiban terkait penghentian operasi atau melakukan pengikatan penj ualan aktiva atau
penyelesaian kewaj iban tersebut (lihat PSAK 58: Operasi dalam Penghentian);

Pembelian dan pelepasan aktiva dalam jumlah yang signifikan, atau

Perusakan fasilitas produksi utama akibat kebakaran setelah tanggal neraca;

Pengumuman, atau dimulainya pelaksanaan suatu restrukturisasi material (lihat PSAK 57:
Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aktiva Kontinjensi);

Transaksi saham biasa dalam jumlah signifikan dan transaksi efek berpotensi saham biasa
setelah tanggal neraca (PSAK 56: Laba Per Saham, mendorong perusahaan untuk
mengungkapkan penjelasan transaksi tersebut, disamping penerbitan dan pemecahan saham);

Perubahan abnormal atas harga aktiva atau nilai tukar mata uang asing setelah tanggal
neraca;

Perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau diumumkan setelah
tanggal neraca dan memiliki pengaruh yang signifikan pada aktiva dan kewajiban pajak kini
dan tangguhan (lihat PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan);

Menjadi pihak yang memberikan komitmen atau memiliki kewajiban kontinjensi yang
signifikan, sebagai contoh, memberikan jaminan signifikan; dan

Dimulainya proses tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata timbul karena
peristiwa yang terjadi setelah tanggal neraca.

TANGGAL EFEKTIF
Pernyataan ini efektif untuk laporan keuangan tahunan yang mencakup periode yang
dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2003.Penerapan lebih dini dianjurkan.
Pada tahun 2000, PSAK 57 : Kewajiban Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aktiva
Kontinjensi, menggantikan bagian dari PSAK 8: Kontinjensi dan Peristiwa Setelah Tanggal
Neraca, yang berhubungan dengan kontinjensi.

Sub V
Sifat dan keterbatasan laporan keuangan
1. Sifat Laporan Keuangan adalah sebagai berikut :
-

Laporan Keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat.
Karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam
proses pengambilan keputusan ekonomi.

Laporan Keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk kebutuhan pihak tertentu.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2004:7-10), sifat laporan keuangan meliputi :

A. Dapat Dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya
untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomis dan bisnis, akuntansi, serta kemauan
untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi
kompleks yang seharusnya dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya
atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh
pemakai tertentu.
B. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai dalam
proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi
keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa
kini atau masa depan, atau mengkoreksi, hasil mereka di masa lalu.

C. Materialitas
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus,
hakikat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Informasi dipandang
material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.
materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahanyang dinilai sesuai dengan situasi
khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat
(misstatement). Karenanya, materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah
dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang
berguna.
D. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal
jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan
pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang
seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin
relevan tetapi jika hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapt menyesatkan.
E. Penyajian Jujur
Agar dapat diandalkan, informasi harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan disajikan.
Jadi, misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
dalam bentuk aktiva, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi
kriteria pengakuan. Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari resiko penyajian yang
dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan
karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam
mengidentifikasi transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau
menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuaidengan makna transaksi dan peristiwa
tersebut.
F. Substansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain
yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan

substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya untuk hukumnya. Substansi transaksi atau
peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.
G. Netralitas
Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada
kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidk boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang
menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang
mempunyai kepentingan yang berlawanan
H. Pertimbangan Sehat
Penyusun laporan keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan
tertentu, seperti ketertagihan piutang yang diragukan, perkiraan masa manfaat pabrik serta
peralatan, dan tuntutan atas jaminan garansi yang mungkin timbul. Keetidakpastian semacam itu
diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dan dengan menggunakan pertimbangan
sehat (prudence) dalam penyusunan laporan keuangan. pertimbangan sehat mengandung unsure
kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian, sehingga aktiva atau
penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban atau beban tidak dinyatakan terlalu
rendah.
I.

Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan
informasi menjadi tidak benar atau menyestakan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak
sempurna ditinjau dari segi relevansi.

J. Dapat Dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk
mengidentifikasi kecendrungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Pengukuran dan penyajian dampak
keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk
perusahaan tersebut, antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.
2. Keterbatasan laporan keuangan menurut Persatuan Akuntansi Indonesia:

a)

Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat.
Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam
pengambilan keputusan ekonomi.

b) Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak
tertentu.
c)

Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai
pertimbangan.

d)

Akuntansi hanya melaporkan informasi yang materiil. Demikian pula, penerapan prinsip
akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak
menimbulkan pengaruh yang materiil terhadap kelayakan laporan keuangan.

e)

Laporan keuangan bersifat konservatif didalam menghadapi ketidakpastian, bila terdapat


beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos maka
lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.

f)

Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi dari pada
bentuk hukumnya (formalitas). (Substance over form).

g)

Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan
diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.

h) Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam
pengukuran sumber-sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antar perusahaan.
i)

Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya
diabaikan.

Anda mungkin juga menyukai