Anda di halaman 1dari 20

SUSUNAN DEWAN PENASEHAT & PENGURUS HARIAN

PAGUYUBAN JATI PUTIH MASA TUGAS 2016 2021


PELINDUNG
KOMJEN (PURN) H. ANTON BACHRUL ALAM, SH
LAKSAMANA MADYA (PURN) SUGIARTO
LETJEN TNI MUHAMMAD HERINDRA
H. FADLI ZON
DEWAN PENASEHAT
Susunan dewan penasehat terdiri dari:

KETUA
H. RICKY KURNIAWAN, Lc
H. IWAN SETIAWAN,SE
KUKUH SRI WIDODO
SUSUNAN PENGURUS HARIAN

KETUA
JOHAN, M.Ag
SEKRETARIS
Bendahara :
YUDI RAHMAT
Seksi Humas :
SUKARDI
Seksi Bidang Organisasi
SOLEH NURANGGA
Seksi Perlengkapan & Umum:
Seksi Rohani Islam :
Seksi Kesenian dan Budaya:
Seksi Pemuda dan Olahraga:
Seksi Bidang Usaha:
Seksi Perencanaan dan Pengembangan:

Seksi
Seksi
Seksi
Seksi

Bidang Kerjasama Pemerintah dan Swasta:


Bidang Kesejahteraan dan Sosial:
Bidang Hukum dan Advokasi:
Bidang Pemberdayaan Perempuan:

KOORDINATOR WILAYAH

ANGGARAN DASAR
DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PAGUYUBAN JATI PUTIH BOGOR
SEKRETARIAT :
KP. CIKERETEG RT. 02/04

KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR


JAWA BARAT
BAB I
Nama, waktu dan tempat kedudukan
Pasal 1
NAMA
Organisasi/ paguyuban ini diberi nama :
Paguyuban Jati Putih Bogor (selanjutnya disebut PJPB)
Pasal 2
WAKTU
Paguyuban ini bernama Paguyuban Jati Putih Bogor
didirikan pada hari Selesa tanggal 30 Agustus 2016.
Pasal 3
TEMPAT DAN KEDUDUKAN
PJPB berkedudukan di Kp. Cikereteg RT 02 RW 04 Desa
Ciderum Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor Jawa Barat
yang selanjutnya digunakan sebagai pusat kegiatan dan
kesekretariatan.
BAB II
LOGO/ LAMBANG
Pasal 4
Logo/ Lambang

Logo/ lambang dari PJPB adalah ...... yang berwarna


merah
dengan
garis
berwarna
biru
melingkar
berbentuk bangun segilima yang bertuliskan Paguyuban
Jati Putih Bogor, serta bergambar .....
Pasal 5
Arti Logo/ Lambang
- Gambar Bintang
Melambangkan ketuhanan Yang Maha Esa Dengan maksud
bahwa Paguyuban PJPB adalah paguyuban yang mengakui
akan adanya Tuhan sesuai dengan kepercayaan yang dianut
oleh masing-masing anggota PJPB.
- Gambar Segi Lima
Melambangkan Pancasila sebagai dasar negara Republik
Indonesia
dengan
tujuan
segala
kegiatan
yang
dijalankan oleh
Paguyuban
PJPB
mengutamakan/
berdasarkan lima sila pancasila dalam pelaksanaan
kegiatan
keorganisasian
tanpa
merugikan
pihak
anggota paguyuban PJPB pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya.

Tulisan PJP Berwarna Meah


Untuk mempertegas nama paguyuban
(dibawah gambar wayang PJPB)
Melambangkan kemauan dan semangat bekerja, semangat dan
bertanggung jawab dalam setiap melakukan kegiatan yang
telah ditentukan oleh paguyuban PJPB.
Warna
Biru
tambang
melingkar
atau
tulisan
didalamnya.
Bahwa Paguyuban PJP selalu menjaga persatuan dan
kesatuan. Menciptakan suasana lingkungan yang nyaman

dan
cinta
damai,
mengutamakan
musyawarah
mengatasi suatu masalah.
Gambar pisau komando meruncing keatas
Gambar pohon jati melambangkan

dalam

BAB III
AZAZ, TUJUAN, DAN TUGAS
Pasal 6
Azaz
Paguyuban PJPB berazazkan Pancasila dan menjunjung
tinggi kode etik Paguyuban, taat dan tunduk pada
aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Paguyuban
tersebut.
Pasal 7
Tujuan dan Tugas
1. Tujuan Paguyuban PJPB
1.1 Meningkatkan pemahaman segenap komponen masyarakat
untuk
menjadi
tuan
rumah
yang
baik
dalam
mewujudkan iklim yang kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya
pariwisata
dan
industri
serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
1.2 Menggerakkan dan menumbuhkan motivasi, kemampuan
dan kesempatan bagi masyarakat untuk mengenali dan
mencintai tanah air.
1.3 Menjadi wadah bagi masyarakat
untuk membuka dan
menciptakan
lapangan
kerja
dan
meningkatkan
ekonomi
masyarakat
Kecamatan
Caringin
dan
sekitarnya.
2. Tugas
2.1 Memberikan
penyuluhan
kepada
masyarakat
dan
mengajak untuk membudayakan Sapta Pesona di
wilayah Kecamatan Caringin Khususnya dan Kabupaten
Bogor umumnya.
2.2 Memanfaatkan objek wisata dan industri
lainnya
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di

wilayah kecamatan Caringin Khususnya dan Kabupaten


Bogor umumnya .
2.3 Menjadikan masyarakat didaerahnya menjadi tuan
rumah
yang
baik
bagi
wisatawan
dan
pelaku
industri.
2.4 Menjadikan
wadah
koordinasi
dan
pengembangan
pariwisata dan industri di desa dan mendukung
pembangunan kepariwisata dan industri.

BAB IV
ORGANISASI DAN TATA LAKSANA
Pasal 8
Struktur Organisasi
GAMBAR STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 9
TATA LAKSANA
Rapat anggota merupakan lembaga
dalam Paguyuban PJPB

kekuasaan

tertinggi

BAB V
KEPENGURUSAN
Pasal 10
Ayat 1
Pengurus adalah anggota paguyuban PJPB yang telah
diakui
dan
ditetapkan
oleh
rapat
anggota
untuk
mengelola dan mengorganisir Paguyuban PJPB dan
disahkan oleh ketua umum
Ayat 2
Pengurus dari dan oleh anggota Paguyuban PJPB untuk
masa bhakti 1 periode selama 5 tahun

Pasal 11
Ayat 1

Setelah masa jabatan pengurus berakhir, pengurus lama


dapat dipilih kembali menjadi pengurus pada periode
berikutnya.
Ayat 2
Seorang pengurus dapat menempati jabatan yang sama
paling lama 2 kali masa bhakti 1 periode secara
berurutan.
Pasal 12
Pengurus Paguyuban PJPB terdiri dari :
1. Ketua
2. Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. Bendahara
5. Humas
6. Seksi Bidang Organisasi
7. Seksi Bidang Kerjasama Pemerintah dan Swasta
8. Seksi Perencanaan dan Pengembangan
9. Seksi Advokasi dan Keamanan
10. Seksi Pendidikan, Keagamaan, Kesenian, Olah Raga
dan Kepemudaan
11. Seksi Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan
Perempuan
12. Perlengkapan dan Umum

Pasal 13
Tugas dan wewenang pengurus
1. Ketua
1.1 Merencanakan program kerja selama dalam periode
kepengurusan
1.2 Bertanggung jawab atas terlaksananya program kerja
1.3 Aktif berkomunikasi dan menyampaikan program dan
petunjuk kepada pengurus serta anggota secara
langsung.
1.4 Mengambil dan mempertanggungjawabkan keputusan
1.5 Menunjuk, mengangkat dan mengkoordinir anggota
menjadi bagian dari kepengurusan organisasi.

1.6 Memberhentikan pengurus dan mencabut keanggotaan.


1.7 Memberi motifasi, pengarahan, bimbingan, pengawasan
serta evaluasi pada pengurus dan anggota.
2. Wakil Ketua
2.1 Membantu tugas dan wewenang ketua.
2.2 Mewakili tugas, wewenang dan fungsi ketua
2.3 Melakukan pengawasan dan evaluasi secara langsung
terhadap pengurus dan anggota.
3. Sekretaris
3.1 Menguasai
tugas
administratif
fungsi kesekretariatan

dan

menjalankan

4. Bendahara
4.1 Mengelola keuangan
4.2 Memberikan laporan keuangan kepada Ketua dan atau
wakil ketua
4.3 Merancang dan mengkonsultasikan rencana anggaran
belanja
4.4 Menyusun
laporan
pertanggungjawaban
realisasi
anggaran pelaksanaan
5. Humas
5.1 Melaksanakan fungsi sosialisasi, informasi dan
komunikasi baik kedalam maupun keluar Paguyuban
PJPB
5.2 Menjalin
hubungan
multilateral
dengan
pihak
terkait.
6. Seksi Keamanan Hukum dan Advokasi.
6.1 Mengkoordinasi keterlibatan dan keamanan anggota
saat bekerja.
6.2 Menegur anggota yang melanggar peraturan dan tata
tertib Paguyuban PJPB
7. Seksi Pemuda dan Olah Raga
7.1 mengkoordinasi bidang ke olahragaan

7.2 menyediakan sarana dan pra sarana ke olahragaan


8. Seksi Kesejahteraan Sosial Sosial dan Budaya
8.1 mengkoordinasi
kegiatan-kegiatan
sosial
didalam maupun diluar Paguyuban PJPB

baik

9. Pembantu Umum
9.1 Membantu semua kegiatan yang dikoordinasi
semua kepengurusan Paguyuban PJPB

oleh

BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 14
Jenis Keanggotaan
1. Anggota biasa : adalah anggota yang dinilai memenuhi
persyaratan yang ditetapkan oleh Paguyuban PJPB
sesuai dengan AD dan ART Paguyuban PJPB.
2. Pengurus : anggota Paguyuban PJPB yang telah
diakui dan ditetapkan oleh rapat anggota.
3. Anggota kehormatan : adalah anggota yang memberikan
kontribusi lebih untuk kegiatan-kegiatan Paguyuban
PJPB.
Pasal 15
Persyaratan Keanggotaan
Persyaratan menjadi anggota adalah sebagai berikut :
1. Warga negara Indonesia yang berusia sedikitnya 18
(delapan belas) tahun.
2. Sehat jasmani dan rohani.
3. Memenuhi ketentuan dan kewajiban yang ditetapkan
oleh Paguyuban.
4. Tidak
terlibat
organisasi
atau
kelompok
yang
melanggar hukum atau dilarang oleh Negara Kesatuan
Repiblik Indonesia.
5. Memiliki identitas diri berupa kartu tanda penduduk
(KTP) domisili dikecamatan Bandungan.

6. Wajib memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) Paguyuban


PJPB
7. Tunduk, taat dan patuh pada hukum yang berlaku di
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
8. Tidak terlibat dalam perkara kriminal atau perbuatan
melanggar hukum/ narkoba.
9. Aktif dalam mengikuti kegiatan Paguyuban.
10. Tidak
menjadi
anggota
organisasi
lain
yang
sejenis.
11. Memahami, menerima dan melaksanakan anggaran dasar
dan anggaran rumah tangga serta peraturan paguyuban.

1.

2.
3.
4.
5.
6.

Pasal 16
Kewajiban Anggota
Mentaati
peraturan
dan
perundang-undangan
yang
dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Anggaran
dasar dan anggaran rumah tangga serta peraturanperaturan paguyuban PJPB.
Membayar iuran wajib dan iuran yang ditentukan atas
kebijakan pengurus Paguyuban PJPB.
Menghadiri kegiatan resmi dan rapat anggota.
Melaksanakan segala keputusan yang telah diambil
dalam musyawarah.
Memelihara, menjunjung tinggi dan menjaga nama baik
Paguyuban PJPB.
Mengenakan atau berpakaian rapi pada saat bekerja.
Pasal 17
Hak Anggota

1. Berbicara dalam musyawarah dan rapat lain yang di


selenggrakan oleh Paguyuban PJPB.
2. Memberikan suara dalam musyawarah dan rapat lain
yang diselenggarakan Paguyuban PJPB.
3. Memilih dan dipilih sebagai anggota kepengurusan.
4. Berhak membela diri atas suatu tindak kesalahan yang
dilakukan saat menjalani kegiatan Paguyuban PJPB.

5. Melakukan
kegiatan
organisasi
lain
yang
bukan
sejenis secara bebas selama dapat menjaga nama baik
Paguyuban PJPB.
6. Mendapatkan KTA yang ditanda tangani oleh ketua
Paguyuban PJPB
7. Mendapatkan pelayanan administrasi.
8. Mendapatkan
perlindungan
sepanjang
tidak
bertentangan dengan peraturan yang berlaku.
9. Meneruskan
KTA
kepada
anggota
keluarga
dengan
persetujuan ketua Paguyuban PJPB.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.

Pasal 18
Kehilangan Hak Keanggotaan
Mengundurkan diri atau menyatakan keluar dengan
persetujuan ketua dan menyerahkan KTA.
Menyalahi Aturan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Paguyuban PJPB.
Melakukan tindakan melanggar hukum dan tindak pidana
Meninggal dunia
Ikut organisasi lain yang sejenisnya.
Tidak mengikuti kegiatan organisasi yang telah
ditentukan selama 6X (enam kali) berturut-turut
tanpa keterangan.
Tidak memperpanjang KTA Paguyuban PJPB selama 1
bulan setelah masa berlaku habis.
BAB VII
SANKSI

Pasal 19
Sanksi
Pengurus Paguyuban PJPB memiliki wewenang penuh untuk
menyelidiki, menilai, menindak,dan memberi rekomendasi
sanksi atas pelangggaran aturan-aturan yang telah
ditetapkan oleh Paguyuban PJPB
Sanksi-sanksi yang dapat diberikan kepada anggota
adalah sebagai berikut :
1. Teguran lisan

2. Skorsing
3. Peringatan tertulis yang ditanggapi dengan membuat
surat pernyataan.
4. Kehilangan keanggotaan Paguyuban PJPB.
BAB VIII
PENYELENGGARAAN KEGIATAN RAPAT
Pasal 20
RAPAT-RAPAT Paguyuban PJPB
1. Rapat Luar Biasa
Diadakan apabila diperlukan, guna menyikapi kejadian
luar biasa atau terjadi amandemen terhadap Anggaran
dasar dan Anggaran Rumah Tangga Paguyuban PJPB.
2. Rapat Umum Anggota
Dilaksanakan setahun sekali pada tiap awal tahun,
merupakan rapat evaluasi atas program-program yang
tekah berjalan dan pembahasan perenacanaan program
program yang akan datang.
3. Rapat Rutin
Dilaksanakan rutin tiap sebulan sekali guna membahas
laporan kegiatan dan laporan keuangan.
BAB IX
ASET DAN INVENTARIS PAGUYUBAN
Pasal 21
Aset dan Sumber Keuangan Paguyuban PJPB
1. Paguyuban PJPB memiliki aset berupa barang-barang
inventaris Paguyuban yang terdaftar.
2. Paguyuban PJPB memiliki sumber keuangan dari uang
iuran anggota, laporan bulanan dan tahunan yang
senantiasa
dapat
dipertanggungjawabkan
kepada
seluruh anggota.
3. Besarnya
iuran
wajib
yang
telah
ditetapkan
dibayarkan setiap dilaksanakan rapat rutin bulanan.
BAB X
PERATURAN BEKERJA

1.

2.
3.
4.

5.
6.
7.

Pasal 22
Peraturan Dasar
Anggota diwajibkan mematuhi standarisasi dan seluruh
peraturan yang telah ditetapkan dan disepakati oleh
pengurus dan seluruh anggota Paguyuban PJPB.
Wajib
mengikuti
kegiatan
resmi
yang
diadakan
Paguyuban PJPB
Seluruh anggota diwajibkan bertanggungjawab atas
keselamatan pribadi dan orang lain (mitra kerja)
Anggota yang tidak mematuhi aturan Paguyuban PJPB
dan keselamatan tersebut diatas, akan diberikan
peringatan atau teguran dari pengurus Paguyuban
PJPB.
Apabila peringatan tidak diindahkan, maka yang
bersangkutan akan dikenakan sanksi skorsing.
Seluruh anggota diwajibkan mematuhi seluruh aturan
tata tertib yang berlaku, tanpa terkecuali.
Jika tidak mengikuti kegiatan Paguyuban PJPB yang
telah ditentukan, maka harus menyertakan surat ijin.
BAB XI
PEMBUBARAN

Pasal 23
Pembubaran
Paguyuban PJPB hanya dapat dibubarkan oleh Rapat Umum
Anggota Paguyuban PJPB.
BAB XII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 24
Perubahan Anggaran Dasar
Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Paguyuban PJPB dapat dilaksanakan oleh Rapat Umum
Anggota yang dihadiri dan disetujui oleh sekurangkurangnya 50% (lima puluh persen) + 1 (satu) anggota
dari seluruh anggota Paguyuban PJPB.

BAB XIII
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 25
Aturan Tambahan
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Paguyuban PJPB akan diatur
dalam waktu mendatang. Hal-hal yang belum diatur dan
yang belum diatur secara sempurna, baik dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga akan diputuskan atau
ditetapkan oleh Badan pengurus Paguyuban PJPB.
BAB XIV
PENUTUP

1.

2.

3.

4.

Pasal 26
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini berlaku
sejak ditetapkan dan disahkan dan hanya dapat diubah
melalui Rapat Umum Anggota.
Hal-hal yang tidak atau belum diatur dalam Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur
dalam Peraturan Paguyuban PJPB dan peraturan
tersebut tidak boleh bertentangan dengan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini.
Dengan berlakunya Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga ini, maka Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga yang ada dan berlaku sebelumnya dinyatakan
tidak berlaku dan segala sesuatu yang bertentangan
dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini
akan diatur kembali dan disesuaikan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini
disahkan oleh Rapat Anggota pada hari Senin, 30
Agustus 2016, ditempat saudara Bejo Wiyanto di
lingkungan Junggul.
PEMBUATAN DAN PENYUSUNAN
ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
PAGUYUBAN PRAMUWISATA BANDUNGAN

PJPB
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini telah di
setujui dan disahkan oleh Rapat Anggota Paguyuban
PJPB pada hari Selasa tanggal 30 Agustus 2015.
Sekretaris

Ketua

.................

.................

PERWAKILAN RAPAT ANGGOTA PAGUYUBAN PJPB

1. Deskripsi buah dan benih


Buah: berdaging, panjang 20-35 mm, kulit mengkilat, mesokarp lunak, agak
manis.
Biji: keras seperti batu, panjang 16-25 mm, permukaan licin, satu ujung bulat,
ujung lain runcing. Terdiri dari 4 ruang, jarang dijumpai 5 ruang. Sedikitnya satu
ruang berisi benih, jarang dalam satu buah terdiri dari dua biji batu. Ukuran benih
meningkat menurut ukuran biji, yaitu panjang 6-9 mm. Berat 1.000 butir biji batu
sekitar 400 gr.
Jati putih
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas:
Magnoliopsida
Ordo:
Lamiales
Famili: Verbenaceae
Genus: Gmelina
Gmelina arborea
Spesies:
Roxb.
Nama binomial
Gmelina arborea
Jati mas, jati super, jati pusaka, jati unggul dan lain-lain nama, sebenarnya merupakan
produk yang sama. Jati (Tectona grandis) adalah tumbuhan penghasil kayu dengan
kualitas terbaik di dunia. Tumbuhan ini sebenarnya berasal dari India. Masuk ke
Indonesia diperkirakan pada zaman pra Hindu. Pada waktu itu, kapal-kapal dagang
Hindu sudah mulai masuk ke kepulauan Nusantara untuk mencari kayu cendana, gaharu,
kemenyan, pala, cengkeh, lada dan kelapa. Kapal-kapal yang terserang badai dan patah
tiang layarnya, setelah berlabuh di pesisir utara pulau Jawa segera mencari kayu
pengganti tiang yang patah. Tetapi tidak ada kayu yang kualitasnya sama dengan tiang
layar mereka. Sebab tiang layar kapal-kapal Hindu tadi terbuat dari kayu jati. Sejak itulah
diupayakan untuk mengintroduksi tanaman jati ke pulau Jawa, agar perahu-perahu Hindu
yang rusak tiang layarnya tidak mengalami kesulitan untuk melakukan perbaikan.
Pertama-tama, tanaman jati dibudidayakan di kawasan Rembang dan Blora. Baru
kemudian meluas ke kawasan-kawasan lainnya. Ketika kerajaan-kerajaan Hindu
mengalami masa kejayaannya, budidaya tanaman jati ini tetap dilanjutkan. Tetapi dinasti
yang memerintah kerajaan Jawa berganti-ganti. Ibukotanya juga berpindah-pindah dari
Jawa Tengah ke Jawa Timur dan kembali ke Jawa Tengah lagi. Sejak itulah komoditas
jati tidak terurus hingga menjadi tumbuhan liar di hutan-hutan di pulau Jawa.
Ketika bangsa Belanda dan juga Inggris menguasai pulau Jawa, budidaya tanaman jati
kembali dilakukan secara serius. Penanaman jati menjadi monopoli pemerintah. Saat ini

pengelola hutan jati di pulau Jawa adalah PT. Perhutani. Sebuah BUMN yang mengelola
hutan di seluruh pulau Jawa, kecuali hutan di Ujung Kulon, gunung Halimun, Gede
Pangrango, Kep. Seribu, Bromo Tengger Semeru, Meru Betiri, Alas Purwo dan
Baluran yang berstatus Taman Nasional. Usia panen tanaman jati berkisar antara 50
tahun sampai 80 tahun. Hingga kayu jati yang dipanen PT. Perhutani sekarang-sekarang
ini, merupakan tanaman tahun 1920-an sampai tahun 1950-an. Berarti kayu jati hasil
panen sekarang ini, masih lebih banyak yang merupakan tanaman (warisan) pemerintah
kolonial Hindia Belanda daripada yang kita tanam sendiri. Mengingat usianya yang
sampai puluhan tahun, petani maupun investor kurang begitu tertarik untuk menanam
jati. Hingga ketika terbetik kabar tentang adanya varietas tanaman jati yang sudah bisa
dipanen sejak umut 10 tahun (penjarangan) kemudian dipanen habis pada umur 15
tahun, masyarakat pun menyambutnya dengan sangat antusias. Jati-jati genjah demikian
disebut sebagai jati mas, jati super, jati pusaka, jati unggul dan lain-lain.
Bayangan masyarakat awam terhadap jati super adalah, pada umur 15 tahun diameter
tanaman sudah bisa menyamai jati biasa yang berumur 50 tahun sampai 80 tahun.
Dugaan ini tentu saja keliru. Diameter jati super umur 15 tahun, masih sama dengan
diameter kayu jati biasa pada umur yang sama, yakni hanya sekitar 15 cm. Dengan
asumsi, pertumbuhan diameter kayu jati, tiap tahunnya sebesar 1 cm. Sebenarnya, jati
biasa tanaman PT. Perhutani pun pada umur 10 tahun sudah mulai dipanen untuk
penjarangan tanaman. Hasilnya adalah kayu-kayu jati berdiameter 10 cm, yang
penampilan fisiknya jelek. Hingga sebenarnya, kelebihan jati super dan lain-lain tersebut
bukan pada umur panennya, melainkan pada jenis kayu yang dihasilkannya. Kriteria
utama kayu jati, adalah pada jenisnya, yakni vinir dan hara. Vinir adalah kayu jati yang
seratnya sangat halus hingga mudah sekali disayat. Kayu jenis ini akan diserap oleh
industri furniture kelas tinggi atau untuk bahan pelapis. Sementara jenis hara akan
diserap oleh industri furniture biasa. Kayu jenis ini berserat kasar dan banyak mata bekas
tumbuhnya cabang. Kelebihan jati super adalah, kayu yang dihasilkannya merupakan
jenis vinir yang harganya lebih tinggi dari jati biasa yang lebih banyak menghasilkan kayu
hara.
Baik jenis vinir maupun hara, masih pula dibedakan menjadi beberapa katagori mutu.
Mulai dari mutu utama (terbaik), standar pertama, kedua dan seterusnya sampai dengan
mutu kelima. Masing-masing mutu tentu memiliki nilai harga yang berlainan. Berikutnya,
harga kayu jati juga akan ditentukan oleh diameter dan panjang gelondongan. Harga
kayu vinir mutu utama berdiameter 15 cm, pasti lebih murah jika dibanding dengan kayu

yang sama dengan diameter 30 cm atau 50 cm, misalnya. Sebab kayu sisa yang
terbuang pada 1 m3 kayu berdiameter 50 cm, lebih sedikit dibanding 1 m3 kayu dengan
kualitas sama yang diameternya 15 cm. Selain faktor diameter, yang juga ikut
menentukan harga kayu jati adalah panjang gelondongan. Kayu dengan kualitas dan
diameter sama namun dengan panjang gelondongan berbeda, harganya pun akan
berbeda pula. Jadi, meskipun lebih banyak menghasilkan jenis vinir, harga gelondongan
jati super yang dipanen pada umur 15 tahun belum tentu lebih mahal jika dibanding
dengan jenis hara yang dipanen pada umur 60 tahun atau 80 tahun dengan diameter 50
cm dan 80 cm. Hal demikian inilah yang selama ini tidak diketahui oleh para petani atau
calon investor kita.
Sebenarnya sejak awal abad 20, pemerintah kolonial Belanda sudah mengimpikan
adanya klon tanaman jati yang tidak menghasilkan cabang. Tumbuhnya lurus dengan
serat kayu yang halus. Klon-klon ini setelah diseleksi lalu diperbanyak secara vegetatif
dengan okulasi. Tetapi cara ini terlalu mahal untuk diterapkan pada jati. Keadaan baru
berubah ketika ditemukan teknologi perbanyakan vegetatif dengan kultur jaringan.
Dengan cara ini perbanyakan vegetatif bisa dilakukan dengan massal dan biaya murah.
Klon tanaman jati yang tidak menghasilkan cabang itulah yang secara selektif diteliti dan
diperbanyak oleh Balitbang Dep. Kehutanan dan Perum Perhutani. Hasilnya tentu saja
hanya diperuntukkan bagi kepentingan intern Perum Perhutani. Dewasa ini PT. Perhutani
telah memiliki sekitar 30 klon jati unggul. Tetapi di Thailand dan Malaysia, upaya serupa
dilakukan oleh pihak swasta. Hasilnya dipromosikan ke masyarakat luas hingga sampai
ke Indonesia. Pihak swasta Indonesia pun menanggapinya dengan sangat antusias.
Klon-klon jati tanpa cabang dengan serat halus ini pun diperbanyak dengan kultur
jaringan. Harga bibit jati super seperti ini berkisar antara Rp 4.000,- sampai dengan Rp
20.000,- per tanaman dengan ketinggian sekitar 50 cm. Variasi harga yang sangat tinggi
ini disebabkan oleh banyak faktor. Terutama oleh perbedaan upah tenaga kerja dan
volume bibit yang dihasilkannya. Semakin banyak volume bibit yang dihasilkan, harga
satuannya akan semakin murah.
Karena kelebihan utama jati unggul ini terletak pada kualitas kayunya, maka promosi
mengenai pendeknya jangka waktu panen sebenarnya sangat tidak relevan. Sebab
ketuaan umur panen, juga akan menghasilkan diameter kayu yang makin besar dan hal
ini juga akan berpengaruh pada tinggi rendahnya harga. Yang lebih pas dipromosikan
pada jati unggul ini adalah kualitas kayu yang akan dihasilkannya. Hingga usia panennya
boleh 15 tahun, 30 tahun, 50 tahun atau malahan 100 tahun. Semakin tua umur tanaman,

semakin tinggi harga kayu yang dihasilkannya, karena diameternya akan terus
bertambah. Pengertian ini penting dikemukakan karena variasi harga kayu jati resmi
(bukan kayu Sepanyol = Separo Nyolong) berkisar antara Rp 1.500.000,- yang terendah
sampai Rp 8.000.000,- yang tertinggi per m3 gelondongan. Variasi harga ini selain
ditentukan oleh jenis kayu dan kualitasnya, juga oleh diameter gelondongannya.
Informasi tentang jenis jati unggul yang bisa dipanen pada usia 15 tahun sebenarnya
sangat menyesatkan karena diameter kayunya masih sekitar 15 cm. Nilai kayu dengan
diameter demikian, bagaimana pun juga, tetap lebih rendah jika dibandingkan dengan
kayu dengan kualitas yang lebih rendah, namun dengan diameter yang lebih besar.
Dengan harga bibit rata-rata Rp 8.000,- per batang, dengan populasi tanaman per hektar
1.000 pohon (jarak tanam 3 x 3 m), maka keperluan bibit untuk tiap hektar lahan Rp
8.000.000,-. Biaya olah tanah dan penanaman sekitar Rp 2.000.000,-. Hingga modal
penanaman jati unggul dengan jarak tanam rapat adalah Rp 10.000.000,- per hektar.
Dengan kapasitas kerja 1 orang untuk tiap 5 hektar lahan, dengan upah harian Rp
10.000,- per hari; maka upah kontrol untuk tiap hektar lahan selama 15 tahun adalah Rp
18.000.000,-. Ditambah dengan biaya lain-lain seperti pupuk, biaya tersebut bisa
mencapai Rp 30.000.000,-. Hingga total beban investasi dan amortisasi selama 15 tahun
adalah Rp 40.000.000,-. Asumsi hasil kayu setelah 15 tahun sekitar 100 m3 dengan
harga terendah Rp 1.500.000,- per m3, maka pendapatan kotor per hektar lahan jati
unggul setelah 15 tahun adalah Rp 150.000.000,-. Kalau harga kayu bisa mencapai Rp
3.000.000,- per m3 maka pendapatan kotornya akan menjadi Rp 300.000.000,-.
Pendapatan ini cukup menarik untuk lahan-lahan marjinal yang memang tidak mungkin
ditanami komoditas lain. Tetapi untuk lahan-lahan subur pendapatan kotor Rp
30.000.000,- per 15 tahun atau Rp 20.000.000,- per tahun masih belum begitu menarik.
Sebab masih banyak komoditas yang bisa mendatangkan pendapatan kotor beberapa
kali lipat dibandingkan dengan jati unggul. Komoditas buah-buahan pada umumnya
mampu mendatangkan pendapatan yang jauh lebih tinggi dibanding jati.
Kayu jati memiliki banyak keunggulan dibanding dengan jenis-jenis kayu lainnya karena
beberapa hal. Pertama, kelas keawetannya yang tinggi. Keawetan jati, antara lain
disebabkan oleh adanya minyak asiri yang disebut teak oil dalam jaringan kayunya.
Tingkat kekuatan kayu ini juga tergolong tinggi. Kelas keawetan dan kekuatan jati hanya
tertandingi oleh sono keling, ebony, ulin dan beberapa kayu keras lainnya. Tetapi, tingkat
kekerasan jati hanya tergolong sedang. Namun justru tingkat kekerasan yang sedang ini
akan memudahkan proses pengerjaannya untuk bahan bangunan maupun furniture.

Selain kelas keawetan, kekuatan dan kekerasannya yang baik, jati juga masih memiliki
keunggulan pada keindahan serta kehalusan tekstur seratnya. Selain warna kayunya
yang coklat alami. Kebutuhan kayu jati pada tahun-tahun mendatang akan semakin
besar. Sebab kayu-kayu rimba tropis akan semakin terbatas volumenya yang bisa
dieksplorasi. Sementara kayu budidaya lainnya seperti mahoni, pinus dan albisia,
kelasnya masih berada di bawah jati. Hingga permintaan kayu jati akan tetap lebih baik
dibanding dengan kayu-kayu tadi. Meskipun penanaman jati sudah meluas sampai ke
Afrika, namun untuk saat ini pulau Jawa masih merupakan sentra hutan jati utama di
dunia.
Jati-jati unggul yang sekarang ini digandrungi masyarakat, sebenarnya hanyalah salah
satu alternatif komoditas. Bukan merupakan komoditas hebat yang akan mendatangkan
keuntungan luar biasa. Asumsi masyarakat awam bahwa jati super ketika dipanen pada
umur 15 tahun akan menghasilkan volume kayu sama dengan jati biasa pada umur 50
tahun jelas perlu diluruskan. Dewasa ini masih banyak penjual bibit jati unggul yang
memasarkan produk mereka dengan harga Rp 15.000,- sampai Rp 20.000,- per
tanaman. Harga itu tentu terlalu tinggi sebab bibit pisang kultur jaringan bisa diperoleh
dengan harga di bawah Rp 5.000,- per tanaman. Mestinya, jati yang penanganan
aklimatisasinya tidak serumit pisang bisa berharga lebih murah minimal sama dengan
pisang. Dan kenyataannya, ada juga penangkar jati unggul yang bisa melepas produk
mereka dengan harga Rp 4.000,- per tanaman

Anda mungkin juga menyukai