Anda di halaman 1dari 1

Pendekatan Budaya Tutur Untuk Menumbuhkan Minat Baca Sebagai Upaya

Meningkatkan Kualitas Manusia Indonesia

Bangsa Indonesia memiliki potensi yang besar apabila ditinjau dari jumlah
penduduknya yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka ragam budaya yang perlu
dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya. Namun disisi lain, potensi tersebut perlu
diimbangi dengan kualitas yang dimiliki. Menurut H.A.R. Tilaar (2002, 48) United Nations
Development Program (UNDP) pada tahun 2000 melaporkan bahwa Human Development
Index Indonesia (Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia ) berada pada peringkat 109
dari 174 negara dan kondisi ini lebih parah lagi pada tahun 2003, Human Development
Index Indonesia berada pada peringkat 112 dari 175 negara. Berdasarkan data tersebut
menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah dan
mengalami proses penurunan dari tahun ke tahun. Salah satu faktor penyebab rendahnya
Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan.
Keadaan tersebut lebih diperburuk dengan masih dominannya budaya tutur (lisan) daripada
budaya baca. Secara historis, kita bisa melihat, konstruksi sosial masyarakat Indonesia
bukanlah masyarakat yang memiliki budaya baca. Transfer nilai dan kebudayaan dilakukan
melalui budaya lisan (tutur); tembang, dongeng dan kidung dan sejenisnya. Budaya ini
menjadi kendala utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat yang
seharusnya mampu mengembangkan diri dalam menambah ilmu pengetahuannya secara
mandiri melalui membaca.
Data-data survey menunjukkan, masyarakat Indonesia menempati posisi terendah di
Asia dalam budaya memebaca. Rendahnya budaya baca ini tidak hanya terjadi di
kalalangan masyarakat, tetapi juga di kalangan pelajar, mahasiswa, guru, bahkan dosen dan
akademisi yang mestinya dekat dengan aktivitas membaca. Kebiasaan membaca mereka
rata-rata kurang dari satu jam perhari. Kalau komunitas akademik hanya memiliki
kebiasaan membaca kurang dari satu jam per hari, maka berapa menit masyarakat umum
memiliki kebiasaan waktu membaca (Baidhowi; 2010).

Anda mungkin juga menyukai