Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mempunyai tujuan pendidikan sesuai

dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

bahwa pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar

menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggungjawab, sehingga pendidikan nasional

harus mampu menjamin peningkatan mutu pendidikan dengan meningkatkan

kualitas manusia Indonesia seutuhnya melalui olahhati, olahpikir, olahrasa dan

olahraga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global dengan

tetap berpegang pada nilai-nilai agama dan kultur kepribadian bangsa Indonesia.

Tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui iklim pendidikan yang

kondusif dan berkualitas, kendati demikian permasalahan pendidikan di

Indonesia selalu dihadapkan dengan empat mata rantai yang tak terpisahkan

yaitu: pemeratan, kualitas, relevansi, dan efisiensi. Keempat permasalahan

tersebut yang paling dominan dan mendapat perhatian utama adalah kualitas

pendidikan. Suatu realita menunjukkan bahwa secara kuantitas lembaga

pendidikan formal dari satuan pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi

1
mengalami kemajuan yang signifikan. Ini terbukti dari data Litbang Depdiknas

tahun 2000 yang memaparkan bahwa lulusan Sekolah Menengah yang

melanjutkan kependidikan jenjang berikutnya mengalami peningkatan dari

sekitar 55 % (tahun 1996) menjadi 60% (tahun 1997) dan meningkat lagi menjadi

sekitar 65% (tahun 1998). Peningkatan secara kuantitas tidak diimbangi dengan

peningkatan kualitas. Keterpurukan kualitas sumber daya manusia terbukti dari

angka yang dikemukakan oleh Human Development Index (HDI) tahun 2007

yang memaparkan bahwa kualitas mutu pendidikan negara kita berada pada

urutan 107, berarti kualitas pendidikan di negeri ini jauh di bawah negara-negara

Asia seperti Thailand, Malaysia, Philipina, Hongkong dan Korea Selatan

(Human Development Report, 2007).

Guna mengatasi kondisi tersebut sebenarnya pemerintah telah melakukan

berbagai upaya diantaranya dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Nomor

19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian disusul

dengan aturan operasional berupa Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

masing-masing Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah, Nomor 23 tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan. Selanjutnya dikeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan Permen 22 dan 23 tahun

2006 yang lebih dikenal dengan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Seluruh Undang-undang dan Peraturan Menteri tersebut

2
ditujukan sebagai penyediaan payung hukum bagi perbaikan kualitas pendidikan

di Indonesia.

Sekolah Menengah Pertama (SMP) menurut Undang-undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merupakan salah satu

pendidikan dasar yang memiliki tugas dan tanggung jawab yang sama dengan

pendidikan dasar lainnya. Pendidikan dasar (SMP) sebagai salah satu tingkat

atau jenjang pendidikan yang merupakan kelanjutan dari sekolah dasar (SD)

mempunyai tujuan yang telah dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

Tujuan Pendidikan Dasar adalah: meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, ahklah mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut (Departemen Pendidikan Nasional, 2006).

SMP sebagai lembaga pendidikan, untuk mencapai tujuan pendidikan

dasar tersebut dicantumkanlah beberapa mata pelajaran yang wajib dipelajari

oleh siswa salah satunya adalah mata pelajaran bahasa Indonesia. Mata pelajaran

bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan disemua

jenjang pendidikan mulai dari SD sampai Pergutuan Tinggi (sebagai mata kuliah

MKDU) pada jurusan selain jurusan bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa

Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

(1) Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku,

baik secara lisan maupun tulis.

(2) Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa Negara.

3
(3) Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan.

(4) Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual

serta kematangan emosional dan sosial.

(5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan budi

pekerti serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

(6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia (Sastromiharjo, 2009: 4).

Permen Diknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Komptensi

Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menyatakan bahwa

standar komptensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa Indonesia adalah sebagai

berikut:

a. Mendengarkan

Memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan, penyampaian

berita radio/TV, dialog interaktif, pidato, khotbah/ceramah, dan pembacaan

berbagai karya sastra berbentuk dongeng, puisi, drama, novel remaja, syair,

kutipan dan sinopsis novel.

b. Berbicara

Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan,

informasi, pengalaman, pendapat, dan komentar dalam kegiatan wawancara,

presentasi pelaporan, diskusi, protokuler, dan pidato, serta dalam berbagai

karya sastra berbentuk cerita pendek, novel remaja, puisi, dan drama.

4
c. Membaca

Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk

wacana tulis, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama,

novel remaja, antologi puisi, novel berbagai angkatan.

d. Menulis

Melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran,

perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, pesan

singkat, laporan, surat dinas, petunjuk, rangkuman, teks berita, slogan,

poster, iklan baris, resensi, karangan, karya ilmiah sederhana, pidato, surat

pembaca, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama

dan cerpen.

Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia di atas diimplementasikan

ke dalam empat keterampilan berbahasa yaitu keterampilan berbicara,

keterampilan mendengar, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.

Keterampilan berbahasa yang masih dianggap sangat rendah di Indonesia adalah

keterampilan membaca, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan

Bank Dunia pada tahun 2000 menunjukkan bahwa kemampuan membaca pelajar

di Indonesia berada pada urutan 26 dari 27 negara yang diteliti. Rendahnya

kemampuan membaca pelajar di Indonesia dibuktikan pula oleh fakta bahwa

dalam setahun di Indonesia hanya terbit 12 buku untuk satu juta penduduk

pertahun. Sementara Negara-negara berkembang lainnya mampu menerbitkan

55 buku untuk satu juta penduduknya per tahun. Bahkan di negara-negara maju

5
mencapai 513 buku untuk setiap satu juta penduduk per tahun (Alwasilah,

2007: 58).

Membaca dari dulu hingga sekarang, merupakan salah satu aktivitas

yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan membaca,

waktu dan jarak dalam berkomunikasi dapat lebih efesien dan suatu generasi

dapat mengabadikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang dikembangkan

oleh generasi sebelumnya sebagaimana pepatah yang mengatakan “ Buku adalah

gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya.” Pepatah ini menyiratkan makna

luhur akan pentingnya aktivitas membaca. Terlebih dalam dunia pendidikan,

proses tanspormasi ilmu banyak diperoleh melalui membaca semakin banyak

membaca semakin banyak ilmu yang didapat. Keberhasilan studi seseorang akan

sangat ditentukan oleh kemampuan dan kemauannya dalam membaca bahkan

setelah seorang siswa menyelesaikan studinya, kemampuan dan kamauan

membaca sangat mempengaruhi keluasan pandangan tentang berbagai masalah.

dan bahkan kemampuan membaca menjadi ciri kemajuan suatu bangsa.

Kenyataan yang ada di kabupaten Ketapang provinsi Kalimantan Barat,

menunjukkan dari hasil ujian nasional (UN) mata pelajaran bahasa Indonesia di

Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada tiga tahun terakhir rata-rata Ujian

Nasional (UN) menunjukkan hasil sebagai berikut: tahun ajaran 2006/2007

adalah 6,63, tahun ajaran 2007/2008 adalah 6,64 dan tahun ajaran 2008/2009

adalah 6,65 (Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang, Oktober 2009). Berbagai

upaya telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ketapang dan pihak-

pihak sekolah namun hasil yang diperoleh peningkatan dari tahun ke tahun belum

6
begitu berarti. Selain itu, jika dilihat dari rata-rata nilai harian keterampilan

membaca dengan tingkat KKM (Kreteria Ketuntasan Minimal) yaitu 7,00 nilai

siswa berada di bawah rata-rata KKM tersebut. Hal ini dipengaruhi juga oleh

kebiasaan dan pola membaca yang salah dari para pelajar itu sendiri. Berdasarkan

hasil survey di lapangan kondisi di atas disebabkan oleh berbagai faktor sebagai

berikut:

a. Jumlah siswa yang memasuki ruang baca sangat sedikit.

b. Minat siswa untuk membaca buku, sangat kurang hal ini diakibatkan karena

sampul, kertas, dan tulisan kurang menarik minat siswa untuk membacanya.

c. Dalam kegiatan membaca buku, siswa terlalu monoton pikirannya sehingga

organ yang lain tidak bergerak yang mengakibatkan siswa terlalu jenuh

dan bosan untuk membaca buku.

d. Jika diberikan ulangan berupa bacaan yang dikaitkan dengan menjawab

pertanyaan menunjukkan nilai yang rendah.

e. Kurang kreatifnya guru dalam memberikan materi pelajaran yang dikaitkan

dengan penggunaan media pembelajan.

Prestasi kemampuan membaca siswa kurang memuaskan diasumsikan

sebagai akibat dari keterbatasan sarana membaca, kurangnya motivasi dan

dukungan dari lingkungan atau guru, guru kurang mengapresiasi kemampuan

membaca siswa, dan pelajaran kurang menarik karena tidak menggunakan

sarana dan prasarana lain selain buku, serta gaya mengajar guru yang kurang

inovatif hanya terbatas pada pengajaran secara konvensional. Dari berbagai

7
faktor tersebut di atas bisa dikelompokkan menjadi tiga faktor utama yaitu faktor

guru, faktor siswa itu sendiri dan faktor media atau sarana pendukung.

Guna memperbaiki kemampuan membaca tesebut banyak cara yang

dapat dilakukan diantaranya dengan mengoptimalkan penggunaan media dalam

pembelajaran. Ada empat faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan

hasil kemampuan membaca yaitu kualitas tenaga pengajar, waktu pelaksanaan,

sarana dan prasarana serta media. Diperjelas oleh Dale dalam Latuheru (1988:

23) bahwa multimedia pembelajaran yang digunakan dengan baik dalam proses

pembelajaran akan bermanfaat dalam hal; (1) perhatian anak didik terhadap materi

pelajaran akan lebih tinggi, (2) anak didik mendapatkan pengalaman yang konkrit,

(3) mendorong anak didik untuk berani bekerja secara mandiri, dan (4) hasil yang

diperoleh anak didik sulit dilupakan.

Penggunakan media pembelajaran yang modern membuat anak akan

lebih aktif belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Jonassen bahwa pembelajaran

berbasis TIK (multimedia) dapat mendukung terjadinya proses belajar yang: a.

Active , yaitu memungkinkan siswa terlibat aktif dikarenakan proses belajar yang

menarik dan bermakna; b. Constructive, yaitu memungkinkan siswa

menggabungkan konsep / ide baru ke dalam pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya untuk memahami makna yang selama ini ada dalam pikirannya; c.

Collaborative, yaitu memungkinkan siswa dalam suatu kelompok atau masyarakat

untuk saling bekerja sama, berbagi ide, saran dan pengalaman; d. Intentional,

yaitu memungkinkan siswa untuk aktif dan antusias berusaha mencapai tujuan

yang diinginkannya; e. Conversational, yaitu memungkinkan siswa untuk

8
melakukan proses sosial dan dialogis di mana siswa memperoleh keuntungan dari

proses komunikasi tersebut, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah; f.

Contextualized, yaitu memungkinkan siswa untuk melakukan proses belajar pada

situasi yang bermakna (real-world); dan g. Reflective, memungkinkan siswa

untuk dapat menyadari apa yang telah ia pelajari serta meningkatkan sebagai

bagian dari proses belajar itu sendiri (Chaeruman, 2004).

Selain itu, hasil penelitian terdahulu telah membuktikan bahwa

penggunaan media atau multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan

keefektifan membaca siswa diantaranya: penelitian pemanfaatan media

pembelajaran perangkat lunak dengan nama Software Speed Reading and

Comprehension Tool (S2RCT) dalam pembelajaran kecepatan efektif membaca

(KEM) dapat ditingkatkan melalui itensitas membaca dan itensitas latihan

membaca cepat (Misbah, 2008) dan pengembangan media berbasis komputer

pada pembelajaran membaca dapat lebih aktif dan berpusat pada siswa. Hasil

eksprimen dengan desain counterbalanced menunjukkan media pembelajaran

berbasis komputer terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan efektif

membaca (Rayudin, 2006). Penelitian Jacobs dan Schade (1992) menunjukkan

bahwa, daya ingat orang yang hanya membaca saja memberikan persentase

terendah, yaitu 1%. Daya ingat ini dapat ditingkatkan hingga 25%-30% dengan

bantuan media lain seperti televisi. Daya ingat makin meningkat dengan

penggunaan media 3 demensi seperti multimedia, hingga 60%, karena

pembelajaran berbasis multimedia membuat pembelajaran sistematik,

komunikatif dan interaktif sepanjang proses pembelajaran (Munir, 2008: 189).

9
Kemampuan membaca bisa dirangsang atau dibangun dengan berbagai

cara diantaranya membangun minat belajar. Media pembelajaran memiliki

kapasitas yang akan membuat minat belajar akan lebih optimal dalam konteks

berpikir seperti ini maka dapat dianalogikan media pembelajaran berpotensi

membangun kemampuan membaca.

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk

mengembangkan pembelajaran berbasis multimedia. Penelitian tersebut

difokuskan pada “Pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia

untuk meningkatkan kemampuan membaca studi pada mata pelajaran bahasa

Indonesia di Sekolah Menengah Pertama Kabupaten Ketapang Provinsi

Kalimantan Barat.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, penelitian ini

bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis multimedia

sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan membaca. Dengan demikian rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “ Model pembelajaran berbasis multimedia bagaimanakah

yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa

Indonesia Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Ketapang Provinsi

Kalimantan Barat?”

10
C. Kerangka Berpikir

Mempermudah pelaksanaan penelitian ini, peneliti merumuskan

kerangka berpikir. Kerangka berpikir menjadi acuan dan titik mula yang

memberikan arahan yang jelas posisi penelitian yang dilakukan. Kerangka

berpikir yang jadi acuan dalam penilitain ini dapat dilihat pada bagan berikut:

Kajian Teoritis Pembelajaran Kajian Empiris


Pembelajaran Bahasa Indonesia Pembelajaran

Guru

Materi (Wacana) Pembelajaran Berbasis Materi (Wacana)


Multimedia

Interaksi Belajar Mengajar Interaksi Belajar Mengajar


Peserta Didik

Keterampilan
Membaca

Hasil Belajar
(Kemampuan Membaca)

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir Penelitian

Bagan di atas, menggambarkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia

dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi ideal dan faktual. Sisi ideal berupa kajian

teoritis- konseptual pembelajaran bahasa Indonesia yang sesuai dengan hakikat

pembelajaran bahasa. Sisi faktual menyangkut kajian lapangan yang

menggambarkan kondisi nyata atau yang sebenarnya yang dilaksanakan di

11
sekolah. Kajian ini juga mengeksplorasi hasil penelitian tentang pembelajaran

bahasa Indonesia yang efektif. Pendekatan pembelajaran bahasa Indonesia di

SMP ini menggunakan pendekatan komunikatif pada keterampilan membaca

yang pada akhirnya akan menjadi kemampuan membaca siswa.

Dalam interaksi belajar-mengajar guru memegang peranan yang utama

sebagai pengendali kegiatan belajar siswa. Namun, dalam menjalankan perannya

guru tidak bisa berdiri sendiri. Materi ajar tidak akan bermakna jika tidak

dikemas dengan baik. Materi (wacana) ajar tidak akan diterima dengan baik

oleh siswa bila tidak disajikan dengan baik. Di sinilah diperlukan media

pembelajaran. Hubungan komunikasi guru dan siswa akan lebih baik jika

menggunakan media dalam hal ini adalah multimedia. Pembelajaran ini

menghubungkan komunikasi guru dan siswa pada pembelajaran yang berbasis

multimedia.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, diperlukan pembatasan

permasalahan penelitian yang lebih rinci dan dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah situasi dan kondisi pembelajaran bahasa Indonesia di SMP

Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat saat ini?

b. Bagaimanakah model pembelajaran berbasis multimedia yang dapat

meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia

siswa SMP di Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat?

12
c. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pengembangan model

pembelajaran berbasis multimedia dalam meningkatkan kemampuan

membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang

Provinsi Kalimantan Barat ?

d. Bagaimanakah efektivitas model pembelajaran berbasis multimedia dalam

meningkatkan kemampuan membaca siswa pada mata pelajaran bahasa

Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat?

E. Tujuan Penelitian.

a. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengembangkan model

pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan kemampuan membaca

pada mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi

Kalimantan Barat.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah:

(1) Memperoleh gambaran kondisi pembelajaran bahasa Indonesia saat ini di

SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

(2) Memperoleh gambaran tentang model pembelajaran berbasis multimedia

yang dapat meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran

bahasa Indonesia siswa di SMP di Kabaupaten Ketapang Provinsi

Kalimantan Barat.

13
(3) Memperoleh gambaran faktor-faktor pendukung dan penghambat

pengembangan model pembelajaran berbasis multimedia dalam

meningkatkan kemampuan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia

di SMP Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.

(4) Memperoleh gambaran tentang efektivitas model pembelajaran berbasis

multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada mata

pelajaran bahasa Indonesia siswa SMP di Kabupaten Ketapang Provinsi

Kalimantan Barat setelah menggunakan multimedia.

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian tentang pengembangan model pembelajaran berbasis

multimedia dalam meningkatkan kemampuan membaca pada pembelajaran

bahasa Indonesia siswa SMP diharapkan dapat memberikan manfaat praktis

sebagai berikut:

a) Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi dalam

mengembangkan program pembelajaran yang efektif, bermakna dan

menyenangkan dan sebagai salah satu alternatif penggunaan media

pembelajaran.

b) Bagi guru (teman sejawat) yang mengajar bahasa Indonesia penggunaan

multimedia ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas

proses dan hasil belajar bahasa Indonesia, khususnya pada keterampilan

membaca.

c) Bagi pengelola lembaga pendidikan model pembelajaran berbasis

multimedia ini dapat dijadikan inspirasi untuk mengambil kebijakan dalam

mengadakan dan memanfaatkan multimedia pembelajaran dan dapat dijadikan

sebagai sumber informasi bagi penyelenggara dan pengelola SMP guna

14
menemu-kenali kekurangan dan kelemahan pembelajaran bahasa Indonesia

sehingga dapat dicarikan upaya perbaikannya.

d) Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

untuk memperluas wacana maupun menjadi rujukan dalam bidang

pengembangan pembelajaran berbasis multimedia pada mata pelajaran yang

lain.

e) Pada kasus dan indikasi yang menyerupai SMP di wilayah yang menjadi

lokasi penelitian, multimedia ini dapat dijadikan solution choice dalam

menyelesaikan masalah pengembangan media pembelajaran.

G. Definisi Oprasional

Variabel dalam penelitian ini yakni:

a. Pembelajaran berbasis multimedia dalam penelitian ini adalah suatu proses

di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan

siswa turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi khusus atau

menghasilkan respon terhadap situasi tertentu yang menggunakan

multimedia sebagai sarana dalam pembelajaran.

b. Kemampuan membaca dalam penelitian ini adalah kecepatan membaca

dan pemahaman isi (bacaan) secara keseluruhan. (Tampubolon, 2008:7).

Kecepatan membaca adalah jumlah kata yang dibaca permenit, sedangkan

pemahaman isi bacaan menunjukkan jawaban yang benar atas pertanyaan-

pertanyaan isi bacaan yang telah dibaca. Kecepatan membaca dalam

penelitian ini tidak dijadikan sebagai variable penelitian, melainkan hanya

pemahaman isi bacaan yang diperoleh dari kemampuan siswa menjawab

pertanyaan sesuai dengan isi bacaan.

15

Anda mungkin juga menyukai