Disusun Oleh :
Kelompok VI
II B
Aisyah Miftakhur R
(201501049)
Ana Sulis S
(201501051)
Aurina Nur H
(201501053)
Batari Kusuma F
(201501054)
Nur Susi S
(201501081)
Putri Rahma M C
(201501083)
Tri Puji K
(201501089)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat, Taufik serta Hidayah-Nya kami selaku penulis dapat menyelesaikan makalah yang
bertema FRAKTUR TULANG BELAKANG. Makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat dan Manajemen Bencana 1.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun kami harapkan demi semakin
baiknya sajian makalah ini.
Semoga makalah ini memberi informasi dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Latar Belakang......................................................................................................... 1
Rumusan Masalah.................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 3
1
Konsep Penyakit.......................................................................................................... 3
Pengertian ..........................................................................................................3
Etiologi............................................................................................................... 3
Patofisiologi........................................................................................................ 4
Manifestasi Klinis............................................................................................... 8
Pemeriksaan Penunjang...................................................................................... 9
Penatalaksanaan................................................................................................ 12
Komplikasi....................................................................................................... 13
2 Konsep Asuhan Keperawatan.................................................................................... 15
1
Pengkajian........................................................................................................ 15
2
Diagnosa Keperawatan..................................................................................... 18
1
2
3
4
5
6
7
Kesimpulan................................................................................................................ 19
Saran.......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera Medulla Spinalis (CMS) sekunder akibat trauma tulang belakang merupakan
salah satu cedera hebat yang memberikan signifikasi besar dalam kehidupan manusia,
yakni dalam hal tingkat morbiditas dan mortilitas, perubahan aktivitas sehari-hari, dan
biaya yang harus ditanggung oleh pasien, keluarga dan masyarakat (Freidberg SR, 2012).
Tingkat insiden di Amerika Serikat per tahun mencapai 40 kasus baru per 1 juta
penduduk setiap tahunnya atau diperkirakan sekitar 12.000 kasus baru per tahun. Tingkat
mortilitas yang tinggi (50%) pada cedera medulla spinalis umumnya terjadi pada saat
kondisi kecelakaan awal, sedangkan tingkat mortilitas bagi pasien yang masih bertahan
hidup dan dilarikan ke rumah sakit adalah 16%. Pasien dengan cedera medulla spinalis
memerlukan penyesuaian terhadap berbagai aspek, antara lain masalah mobilitas yang
terbatas, psikologis, urologis, pernafasan, kulit, disfungsi seksual, dan ketidakmampuan
untuk bekerja. Selain itu biaya yang dikeluarkan untuk pasien dengan cedera tersebut
diestimasikan mencapai 4 milliar dolar Amerika Serikat per tahunnya untuk pelayanan
kesehatan (akut dan kronis) dan harga yang harus dibayar oleh pasien dan keluarganya
tidak terhitung karena masalah yang ditimbulkan sifatnya seumur hidup (Freidberg SR,
2012).
Perawatdiharapkan dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada
klien dengan fraktur tulang belakang dengan carapromotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif sehingga masalahnya dapat teratasi dan klien dapat terhindar dari masalah
yang paling buruk.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan pada Fraktur Tulang Belakang?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari fraktur tulang belakang
2. Untuk mengetahui etiologi dari fraktur tulang belakang
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari fraktur tulang belakang
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari fraktur tulang belakang
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari fraktur tulang belakang
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari fraktur tulang belakang
7. Untuk mengetahui komplikasi dari fraktur tulang belakang
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada fraktur tulang belakang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenis
danluasnya. Faktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapatdiabsorbsinya. Fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakanputir, mendadak bahkan kontraksi otot ekstrem. Meskipun tulang patah,
jaringan sekitarnyajuga akan terpengaruh, mengakibatkan edema jaringan lunak,
perdarahan ke otot dansendi, dislokasi sendi, rupture tendo, kerusakan saraf dan
kerusakan pembuluh darah (Brunner and Suddarth, 2001).
Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Gejala gejala fraktur tergantung
padasisi, beratnya dan jumlah kerusakan pada struktur lain, biasanya terjadi pada
orang dewasalaki-laki yang disebabkan oleh kecelakaan, jatuh, dan perilaku kekerasan
(Marilyn, E.Doengoes, 1999).
Trauma tulang belakang adalah cedera yang mengenai servikalis,
vertebralis, dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai
tulang belakang. Chairudin Rasjad (1998) dalam Arif Muttaqin 2008
menegaskan bahwa semua trauma tulang belakang harus dianggap
suatu trauma yang hebat sehingga sejak awal pertologan pertama
dan transportasi ke rumah sakit penderita harus diperlakukan secara
hati-hati. Trauma pada tulang belakang dapat mengenai jaringan
lunak pada tulang belakang, yaitu ligamen dan diskus, tulang
belakang, dan sumsum tulang belakang (medula spinalis) (Muttaqin,
2008). Referensi terbaru tentenag definisi SCI
2.1.2
Etiologi
Adapun jenis dari trauma adalah fraktur, menurut Brunner and
Suddart, 2001 penyebab fraktur adalah sebagai berikut :
a. Trauma
langsung
merupakan
utama
yang
sering
yang
menimbulkan
penyakit
tulang
atau
Patofisiologi
a. Mekanisme Cedera
Lokasi SCI berturut-turut dari yang paling umum, antara lain daerah servikal.
Mekanisme cedera umumnya merupakan aspek utama yang menentukan lokasi
cedera medulla spinalis. Contohnya motor vehicle accident (MVA) atau
kecelakaan lalu lintas umumnya melibatkan cedera daerah servical (akibat
hiperekstensi dan hiperfleksi), jatuh melibatkan beberapa daerah lokasi tergantung
bagian yang terjatuh manumpu ke tanah terlebih dahulu (jatuh dengan kaki
3
jenis yang paling sering pada daerah servikal dan umumnya melibatkan daerah
C5/C6 (terjadi sublukasi/dislokasi). Cedera medulla spinalis terjadi akibat
kompresi atau traksi dan menyebabkan adanya kerusakan langsung atau
vaskular. 13
2.1.4
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala umum dari trauma pada tulang belakang
adalah (National Institutes of Health US):
1. Kepala berada pada posisi yang tidak semestinya
2. Mati rasa atau sensasi geli di sepanjang kaki maupun lengan
3. Kelemahan
4. Ketidakmampuan berjalan
5. Paralisis (kehilangan control pergelangan ekstremitas, yakni
lengan dan kaki)
6. Tidak ada control pada GIT dan system perkemihan, pasien
cenderung tidak bisa mengontrol BAB maupun BAK
7. Syok (pucat, kulit basah dan hangat, jari dan tangan kebirubiruan, pusing, sakit kepala, dan setengah tidak sadar)
8. Kurang perhatian terhadap stimuli/lingkungan sekitar
9. Leher kaku, sakit kepala, atau nyeri pada leher
Menurut ASIA (American Spinal Injury Association) skala
terjadinya gangguan dikatagorikan sebagai berikut:
A = komplit, tidak ada fungsi sensorik maupun motorik pada
segmen sacrum (S4-S5)
7
secara
bersamaan.
Masing-masing
pemeriksaannya
adalah:
a. Fungsi paru - Respiration rate, sianosis, distress pernapasan,
kesimetrisan dada, suara tambahan, ekspansi dada, gerakan
dinding perut, batuk, dan cedera paru. Analisis gas darah
arteri dan oksimetri.
b. Disfungsi respirasi pada akhirnya akan tergantung pada
keadaan paru yang sudah ada, tingkat SCI, cedera paru-paru.
Hal-hal yang mungkin terganggu dalam pengaturan SCI:
1) Hilangnya fungsi otot ventilasi akibat adanya cedera dada.
2) Cedera paru, seperti pneumothoraks, hemotoraks, atau
contusio paru.
3) Penurunan pengaturan
ventilasi
berhubungan
dengan
C2 Tonjolan oksipital
C3 Fossa supraklavikula
C7 Jari tengah
C8 Jari kelingking
9
T3 ICS 3
L2 Paha mid-anterior
L4 Maleolus medial
S1 Tumit lateral
S3 tuberositas iskia
S4-S5 Perianal
Imaging
a. X-Ray
3 standar untuk mendapatkan gambaran X-ray:
1.
Antero-posterior
2.
Gambaran lateral
10
3.
b. CT-scan
CT-scan untuk mengetahui adanya kelainan tulang belakang
atau fraktur.
c. MRI
MRI baik untuk kecurigaan adanya lesi sumsum tulang
belakang, ligamentum atau kondisi lainnya. MRI dapat
digunakan untuk mengevaluasi hematoma tulang belakang
seperti ekstra dural, abses atau tumor, dan hemoragi tulang
belakang, memar, dan/atau edema.
2.1.6 Penatalaksanaan
Tulang belakang yang patah dapat membahayakan sumsum
tulang belakang. Sumsum tulang belakang ialah bagian dari susunan
saraf pusat, yang berisi serabut-serabut saraf. Maka apabila sumsum
tulang belakang rusak, hubungan antara alat-alat tubuh dan otak
terputus. Pada patah tulang belakang mempunyai tanda-tanda nyeri
pada tempat yang patah. Bila disertai kerusakan sumsum tulang
belakang : anggota badan yang berada di bawah ruas yang patah
akan menjadi lumpuh (Kartono,2008).
Tindakan pertolongannya : biarkan penderita dalam keadaan
terbaring. Jangan diubah atau disuruh duduk. Siapkan usungan yang
beralas keras, misanya dengan menggunakan papan. Dengan hatihati
angkat
penderita
ke usungan
tersebut
(Kartono,
2008).
timbul
karena
edema,
misalnya
tindakan
laminektomi
dan
piksasi
tindakan
konservatif
(tanpa
operasi),
setelah
tindakan
untuk
memobilisasi
dan
mempertahankan
agar
leher
stabil,
dan
12
asendens
mempertahankan
dari
otak,
fungsi
yang
bekerja
refleks.Syok
spinl
untuk
biasanya
yang
melibatkan
pengaktifan
sistem
saraf
pembuluh-pembuluh
darah
dan
penngkatan
darahnya
baroreseptor.Sebagai
akan
respon
segera
diketahui
terhadap
oleh
pengaktifan
melambat,demikian
dan
parasimpatis
terjadi
dan
respon
dilatasi
simpatis
saraf
pembuluh
bekerja
untuk
simpatis
akan
darah.Respon
secara
cepat
lesi
korda,pengaktifan
parasimpatis
akan
otonom,tekanan
darah
dapat
meningkat
biasanya
menyebabkan
14
transeksi
korda
spinal,paralisis
bersifat
transeksi.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
a. Pengkajian Awal
N
Parameter
Pengkajian dan
Pengkajian
Intervensi
Jalan
napas
tulang belakang
Pertimbangan Kasus
susu
mungkin
patah
tanyakan
kepada
teman
lepas,
Muntahan,
Obstruksi, Perhatikan
nafas,
Observasi
2. Pertahankan
kelurusan
(allignment)
netral
yang
selama
pengkajian
3. Evaluasi
atau
menyumbat
saluran
nafas
terhadap 2. Ingatkan pasien untuk
ukuran
dan
menjawab pertanyaan
penempatan
yang
benar
kolar
bukan
dari
servikal,
imobilisasi
dengan
alat
menganggukkan
servikal,
menggelengkan
kepalanya
lainnya
vokalisasi pasien)
4. Membuka
servikal
15
atau
(mengkaji
medis
untuk
menemukan
deviasi
bertanggung
trakea
distensi
atas
tindakan
stabilisasi
servikal
dan
vena jugularis
pada
jawab
pasien
yang
mengalami
cidera
multiple.
4. Kolar
servikal
dagu
sudah
sternum,
dan
Pernapasan
(Breathing)
telinga.
suara 1. Kaji suara napas
1. Auskultasi
menilai
keberadaan
dan
eksualitas
(ditensi,
DCAP
BLS
contusion,
2. Pengkajian
untuk
adanya
terhadap
dada
laserasi, swelling).
menemukan
Sirkulasi
(Circulation)
1. Pengkajian
denyut 1. Mungkin
ekualitas
denyut
nadi
dengan perifer
Referensi.
16
kualitas
dari
apical
terdapat
penyakit jantung
b. Pengkajian Dasar
Pengkajian fisik didasarkan pada pemeriksaan pada neurologis (Apendiks J)
kemungkinan didapati deficit motoric dan sensorik dibawah area yang terkena:
a. Syok spinal yang ditandai dengan adanya paralisi flaksid atau arefleksia
(hilangnya semua reflex dibawah area terkena). Sering keadaan ini bersifat
sementara berkisar dari beberapa hari sampai 6 bulan. Namun, dengan
adanya transeksi total, pergerakan otot-otot hiperfleksia atau spastis terjadi
kemungkinan setelah edema berkurang. Semua pergerakan yang tidak
disadari ini sering merupakan indikasi berakhirnya syok spinal. Obatobatan seperti baclofen, valium atau dantrolene dapat mengurangi
spastisitas.
b. Nyeri
c. Perubahan fungsi kandung kemih :
1) Kandung kemih neurogenic ditandai dengan adanya berkemih secara
spontan dalam jumlah yang sedikit dengan interval sering. Pola
berkemih seperti ini mencerminkan adanya lesi motor neuron atas.
2) Arkus reflex tetap baik, tetapi mekanisme menghambatnya hilang.
Stimulasi ringan seperti mengusap daerah perut atau paha atau
genetalia dapat merangsang berkemih.
3) Kandung kemih atonik dikarakteristikkan adanya retensi urin tanpa
indivudi merasakan adanya kebutuhan untuk berkemih. Kadang kemih
distensi berlebihan, urin menetes terus-menerus. Jenis gangguan fungsi
kandung kemih seperti ini mencerminkan gangguan pada motor neuron
bawah (LMN). Arkus reflex hilang dan rangsangan tidak dapat
mencapai otak.
4) Kerusakan fungsi seksual pada pria, sering terjadi impotensi,
menurunnya sensasi dan kesulitan ejakulasi. Keadaan ini paling sering
terjadi pada kerusakan sumsum tulang di area sacrum. Fungsi seksual
tetap normal pada cedera yang terjadi di atas area sacrum meskipun
kepuasan seksual bias berkurang. Pada wanita, fungsi seksual
umumnya tetap tidak terganggu.
5) Perubahan fungsi defekasi, dapat berupa inkontinensia dan konstipasi.
d. Kaji perasaan pasien terhadap kondisinya.
e. Pemeriksaan diagnostic.
Sinar x tulang belakang menggambarkan letak dan jenis fraktur.
referensi
2.2.2
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang sering muncul pada pasien trauma antara lain:
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan pergeseran fragmen tulang, dan
deformitas
17
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Trauma tulang belakang adalah cedera yang mengenai servikalis,
vertebralis, dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai
tulang belakang. Semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu
trauma yang hebat sehingga sejak awal pertologan pertama dan
transportasi ke rumah sakit penderita harus diperlakukan secara hatihati.Fraktur
verterbrae,
khususnya
verterbrae
servikalis
dapat
19
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin,Arif.
2008.
Buju
Ajar
Asuhan
Keperawatan
Klien
dengan
20