Anda di halaman 1dari 3

WARUNG KOPI

(PESAN YANG BERKESAN)


Malam itu malaikat Mikail memainkan perannya, yaitu menurunkan hujun dari langit
(Kupang). Ribuan rintik air turun menyela obrolan dan hangat kopi di warung kopi seduh, dingin
seperti tak lagi berarti. Aroma kopi mewangi di antara lingkaran kecil yang diisi 3 orang teman
lamaku yang terpisah hampir 3 Tahun lamanya, yaitu Adit, Rifky, dan Ardy. Ketiga temanku ini
adalah teman sekelasku dulu waktu SMA. Diantara temanku ini, Adit namanya, seorang yang
Religius karena Ia tamatan Pesantren, yang sementara ini sedang menjalani pendidikan di
Akademi Kepolisian. Sedang sampai saat ini Aku dan 2 temanku yaitu Rifky dan Ardy masih
bercinta dengan proses untuk sekedar memakai toga. Tak apalah, kita punya jalan masingmasing untuk menikmati -menjalani hidup. Akupun menguatkan diriku dengan tersenyum.
Remang lampu bersatu dengan riuhnya kata yang orang-orang lontarkan. Maklumlah,
warung kopi adalah tempat berkumpul yang asyik, obrolan manis-pahit tentang negara, keadaan
sosial, wanita dan juga cinta adalah tema yang sering didiskusikan dari sekumpulan daging di
warung kopi. Satu hal yang sulit dilepaskan, apa pun tujuan awal kita ngopi, akan tiba waktunya
kita ngomongin tentang cinta. Ya.. Ya, itu seperti kita nongkrong di warung kopi tapi pesennya
Nasi Jinggo.
Seperti malam itu, ketika Aku menyela di antara sok sibuknya Adit dengan gadgetnya,
Dit, terakhir dengar curhatmu, Kamu sekarang masih sama yang itu ya? tanyaku dengan lirih.
Adit menaruh gadgetnya, udah putus bro. Suaranya terdengar tegas tak setegar tatapannya. lah
kok bisa Dit? tanyaku penasaran. ya bisa ajalah bro. Dia lebih milih sama kenalan barunya,
yang ia kenal waktu dia Kuliah, jawab Adit sambil memegangi cangkir kopinya.
Hujan berhenti, tapi aku tak tahu apakah mendung masih menggelayuti langit atau tidak.
Tak lama Adit menyambung ceritanya, kemarin dia.. Bla-bla-bla, padahal aku tahu cowok itu..
Bla-Bla-Bla, padahal bapak wanita itu .. Bla-bla-bla. Tapi di sisi lain, mungkin aku harus sadar
diri, belajar ilmu ikhlas, atau mungkin ini teguran karena aku terlalu mencintai makhluk-Nya
ketimbang pencipta-Nya. Bla-bla-bla. Ucap Adit sambil menatapku. Sekarang aku tahu,
mendung masih ada meskipun gelap menutupinya.

BY : ADE RIYANTO

Seketika semua menjadi tiang-tiang kokoh untuk seorang teman yang dikhianati karena
mainset matrealisme atau lebih jauh lagi kita sebut hedonisme. Semoga aku salah. Tapi memang
itulah yang terjadi, sekali pun aku tak bermaksud mengantagoniskan wanita itu. udah Dit, gak
usah sedih. Tahu sendiri kan, Aku udah jomblo hampir 5 tahun loh Dit, buktinya Aku bahagia
dengan kesindirianku. Rifky mengawali tawanya, seakan ia menuntunku dan semua orang untuk
bersama-sama mengikuti tawa nyinyirnya.
Pak penyair, tukang galau, bgaimana ini? mereka berharap jawaban dari orang yang
mungkin salah, mereka menatapku. Aku hanya bisa berkata, melepas adalah puncak mencintai.
bagaimana kita merasa PeDe memiliki, sedangkan kita sendiri bukan kita yang memiliki.
kembali ku lanjutkan kalimatku. cinta adalah anugerah, bukan paksaan. Jadi biarkan saja dia
terbang sejauh apa pun yang ia mau, selama kita sudah berusaha jadi yang terbaik. Serahkan
endingnya sama Allah. aku tertawa, karena merasa sok bijak. Tapi dengan begitu aku tak lagi
terlihat seperti anak TK.
Aku lanjutkan cerewetku, Dit, mungkin yang dia lihat sekarang kamu hanyalah ulat yang
terperangkap di jaring laba-laba. Ia takut menolongmu, atau jijik untuk mendekatimu karena
suatu hal. Dan ia lebih memilih menolong kupu-kupu yang juga terperangkap, padahal kupukupu awalnya juga seekor ulat. Dan yang sering orang-orang lupakan adalah terlalu sibuk
menolong ulat atau kupu-kupu, tapi tak pernah berpikir bahwa laba-laba belum makan.
filosofis banget njir. kata Adit yang terlihat sambil mencerna kalimatku. Tiba-tiba Ardy
pun nyambung, simplenya, kita sebagai laki-laki harus berusaha menjadi taman yang
menghadirkan kupu-kupu yang indah. begitu tandasnya. kalau yang datang cuma hama, dan
musim kemaraunya panjang gimana Ardy? tanyaku sedikit ngawur. sialan. katanya sambil
tertawa. hahahaha.
Kalimat pasrahku mengatakan. itulah seninya hidup. atau sudahlah, itu bagian dari
jalan takdir. Tapi terkadang aku pun masih bertanya-tanya mengapa ketika kita serius, dia tak
seserius kita? begitupun sebaliknya. Entahlah. Tapi begitulah pelajaran, meskipun itu ditempa
dari tangan-tangan kasar dan berat tapi sebenarnya itu menguatkan. Kita telah disuguhi pilihan,
galau atau bangkit. Jika kamu memilih galau, berarti kamu hanya memilih menikmati
keresahanmu tanpa menemukan penyelesaian. Tapi kalian pasti tahu, aku lebih memilih galau,

BY : ADE RIYANTO

karena dengan galau setidaknya aku bisa menulis puisi. Jangan ditiru. Pilihlah bangkit, dan tak
usah sibuk mencari kesenangan, tapi ciptakan kesenangan itu.
Ditinggalkan dan meninggalkan adalah masalah untuk semua manusia. Entah sekarang
atau suatu hari nanti, kita pasti ditinggalkan atau meninggalkan orang yang kita cintai ataupun
yang mencintai kita. Tegar, ikhlas, dan serahkan kepada Allah yang maha mengetahui segala
sesuatu. Kita tak pernah diberi beban melebihi batas kekuatan kita, seperti halnya Allah tak
menciptakan manusia bisa terbang, (khusnudzon) karena Allah tahu manusia bisa membuat kapal
terbang. Kuatlah, kita memang harus jatuh kalau ingin bangkit.

BY : ADE RIYANTO

Anda mungkin juga menyukai