Anda di halaman 1dari 14

JURNAL TUGAS AKHIR

PERANCANGAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF)


DENGAN KONFIGURASI JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH)
DI DAERAH NOLOGATEN, CATURTUNGGUNGAL YOGYAKARTA

Disusun oleh:

RIZLY RONI VENDA SINAGA


D311051

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK TELEKOMUNIKASI


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM
PURWOKERTO
2014

PERANCANGAN JARINGAN LOKAL AKSES FIBER (JARLOKAF) DENGAN


KONFIGURASI JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI DAERAH
NOLOGATEN, CATURTUNGGUNGAL YOGYAKARTA
1

Rizly Roni Venda Sinaga , Rissa Farrid Christianti


Program Studi Diploma III Teknik Telekomunikasi
1,2
Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Purwokerto
1
2
rizly_sinaga@yahoo.co.id. risa@st3telkom.ac.id,

ABSTRAK
Permintaan terhadap layanan komunikasi dan hiburan berbasis koneksi internet yang
membutuhkan bandwidth besar meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah pengguna,
sehingga penulis membuat suatu perancangan FTTH. Perencanaan ini diawali dengan
melakukan survey pelanggan langsung ke lapangan. Dalam perancangan ini terdapat tiga buah
scenario yang digunakan, yaitu scenario passive splitter 1:4 1:8, passive splitter 1:2 1:16 dan
passive splitter 1:32. Pada ketiga scenario tersebut tidak jauh berbeda dalam hal tolal
redaman, yang menjadi perbedaannya adalah jumlah material yang digunakan. Jumlah
homepass yang di ambil sebagai sample pada perencanaan ini sebanyak 548 pelanggan. Pada
passive splitter 1:4 1:8 jumlah ODP yang di pergunakan sebanyak 69 ODP, pada passive
splitter 1:2 1:16 jumlah ODP yang di gunakan sebanyak 35 ODP, sedangkan pada passive
splitter 1:32 hanya menggunakan 18 ODP. Untuk ODC yang di gunakan ialah kapasitas 96
core.
Pada perancangan ini penulis membuat suatu kesimpulan akhir yang mana hasil akhirnya
berupa BoQ dan Link budget. Ada tiga buah BoQ yang diperoleh dari perencanaan tersebut
yang mana hasil dari BoQ tersebut berbeda satu dengan yang lain. Sama halnya dengan Link
budget, pada perhitungan linkbudget yang di peroleh masih termasuk dalam kategori baik
karena masih dibawah standart yaitu sebesar 28 dB.

Kata kunci: GPON, FTTH, Fiber Optik, ODP, ODC, Passive Splitter, BoQ, Link Budget

ABSTRACT
Demand for communications and entertainment services based on Internet connection that
requires a large bandwidth increases with the increase in the number of users, so that the
author makes a FTTH design. In the planning started from the customer to the STO. Planning
begins by conducting customer surveys directly to the field. In this design there are three
scenarios that are used, the scenario of passive splitter 1: 4 1: 8, passive splitter 1: 2 1:16
and 1:32 passive splitter. In the third scenario is not much different in terms of tolal damping,
the difference is the amount of material used. The number of passes are taken as samples in
this planning as many as 548 customers. In passive splitter 1: 4 1: 8 number of ODP is in use
by 69 ODP, the passive splitter 1: 2 1:16 ODP number which is in use by 35 ODP, while the
passive splitter uses only 18 ODP 1:32. For ODC in use capacity is 96 cores.
In this design the author makes a final conclusion which ultimately results in the form of BOQ
and link budget. There are three BOQ obtained from the planning which results from the
BOQ different from one another. Similarly, the link budget, the calculation of which was
obtained linkbudget still included in both categories because it is still below the standard that
is equal to 28 dB.
Keyword : GPON, FTTH, Fiber Optic.ODP, ODC, Passive Splitter, BoQ, Link Budget
PENDAHULUAN
Telekomunikasi merupakan suatu proses
penyampaian informasi jarak jauh dengan

menggunakan suatu sinyal listrik. Informasi


disampaikan ke tujuan baik melalui kawat
penghantar berisolasi yang disebut saluran

transmisi
maupun melalui udara tanpa
menggunakan
kawat
penghantar,
tetapi
menggunakan gelombang radio. Perkembangan
teknologi saat ini semakin berkembang dengan
tidak lagi hanya berbasis kabel tembaga atau
gelombang radio sebagai media penghantar
komunikasi. Penggunaan perangkat penghantar
tembaga dan udara dianggap tidak lagi efektif dan
efisien menunjang kegiatan manusia. Selain itu juga
rentan terhadap gangguan (noise) dari berbagai
sumber seperti cuaca, bencana alam dan lain
sebagainya. Penggunaan perangkat tersebut juga
menimbulkan pembiayaan perawatan membengkak
dari alasan itulah muncul adanya sebuah layanan
komunikasi fiber optik.
Teknologi fiber merupakan media yang
tidak diragukan untuk menyediakan bandwidth
yang besar, tidak dipengaruhi interferensi
gelombang elektromagnetik, bebas korosi dan
menyediakan rugi-rugi minimal untuk transportasi
data. Sekarang ini kebanyakan dari backbone
jaringan telah dikonstruksikan dengan fiber optik
tetapi hubungan terakhir ke rumah tangga
kelihatannya tidak mungkin bagi fiber. Alasan
utama untuk ini adalah usaha multimedia belum
matang untuk menjamin bahwa kenyataan yang ada
membutuhkan hubungan yang haus akan
bandwidth. Alasan lain adalah bahwa instalasi fiber
kelihatan sebagai usaha yang mahal yang tidak
dapat digantikan.
Keterbatasan jaringan akses tembaga yang di
nilai belum cukup dan belum dapat menampung
kapasitas bandwidth yang besar serta kecepatan
tinggi, maka PT. Telkom sendiri sesuai visi misi nya
meningkatan kualitas layanan untuk membuat
infrastruktur menggunnakan fiber optik sebagai
media transmisi nya. PT. Telkom sudah
menargetkan tahun 2013 akan merombak jaringan
akses tembaga menjadi jaringan akses fiber optik
sampai ke rumah-rumah yang di sebut Fiber optic
to the home (FTTH). Dalam pelaksanaan FTTH
tersebut, PT.Telkom merekomendasikan dan
menggunakan teknologi GPON untuk jaringan
FTTH. Gigabit Passive Optical Network (GPON)
adalah adalah salah satu teknologi dari beberapa
teknologi sistem komunikasi serat optik. GPON
bermula dari passive optical network (PON) yang
kemudian berevolusi dan berkembang hingga
sampai tahap sekarang..
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang digunakan
dalam pembuatan tugas akhir ini adalah:
1. Studi Kasus
II. DASAR TEORI
2.1 Kabel Fiber Optik

2.

3.

4.

5.

6.

Studi kasus yang dilakukan dalam


pengambilan data untuk Tugas Akhir ini
yaitu di daerah Yogyakarta
Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan ialah
mengumpulkan informasi dari media
internet maupun dari buku yang berkaita
dengan judul Tugas Akhir ini
Instrument Penelitian
Adapun instrumen yang dipakai dalam
penelitian ini adalah softeware google
erath.
Metode Pengumpulan Data Adapun
data yang real yang di peroleh
yaitu dengan melakukan survey homepass
dilapangan dan melakukan Inputing data
homepass tersebut kedalam google earth.
Metode Analisa
Metode analisa yang digunakan yaitu
menganalisa hasil survey homepass dan
hasil input google earth yang akan
didesign
Variable Penelitian
Variable yang akan diamati dalam
pengaerjaan Tugas Akhir ini di antaranya
yaitu jumlah homepass, lokasi homepass,
dan batasan homepass.

Melakukan input data hasil survey ke dalam software google ea

Mela

Gambar
1.1FlowchartRencanaTugasAkhir.
Secara garis besar kabel serat
optik dibagi menjadi 3 bagian

utama, yaitu core, cladding dan coating .


Cladding adalah pembungkus dari inti
(core). Cladding mempunyai indek bias
lebih rendah dari pada core akan
memantulkan
kembali
cahaya
yang
mengarah keluar dari core kembali kedalam
core tersebut.
a. Struktur Serat Optik terdiri dari 3 bagian
yaitu:
1. Bagian paling utama disebut bagian inti
(core), dimana gelombang cahaya yang
dikirimkan
akan
merambat
dan
mempunyai indeks bias lebih besar dari
lapisan kedua. Cahaya akan merambat
dari ujung yang satu ke ujung yang
lainya pada inti. Inti (Core) terbuat dari
kaca (glass) yang berdiameter antara 2
~125 mm, ketebalan diameter inti (Core)
tergantung dari jenis serat optiknya.
2. Bagian yang kedua yaitu lapisan selimut
(Cladding),
dimana
bagian
ini
mengelilingi bagian inti dan mempunyai
indeks bias yang terdapat pada lapisan
selimut lebih kecil dibandingkan dengan
bagian inti. Lapisan selimut ini terbuat
dari kaca yang berdiameter antara 5 ~
250 mm, diameter lapisan selimut
(Cladding) tergantung dari jenis serat
optiknya.
3. Bagian yang ketiga dinamakan lapisan
jaket (Coating), dimana bagian ini
sebagai pelindung lapisan inti
dan
selimut yang terbuat dari bahan plastik
yang elastic. Kegunaan dari lapisan jaket
ini yaitu untuk melindung inti dan
lapisan selimut pada saat diletakkan pada
permuakaan yang kasar.

Gambar 2.1: Bagian-bagian serat optik jenis


single mode
b. Jenis Jenis Kabel Serat Optik
Menurut jenisnya, kabel serat optik
dibedakan menjadi 3 macam :
1. Single Mode Fiber

Gambar 2.2: Single Mode Fiber

Single mode fibers mempunyai


inti sangat kecil (berdiameter sekitar
-6
9 x 10 meter atau 9 mikron), cahaya
yang merambat secara parallel di
tengah membuat terjadinya sedikit
disperse pulsa. Single-mode fibers
mentransmisikan
cahaya
laser
infamerah (panjanggelombang 1300
1550nm). Jenis serat ini digunakan
untuk mentransmisikan satu sinyal
dalam setiap serat.
Single mode fiber sangat baik
digunakan untuk mentransmisikan
informasi jarak jauh karena selain
rugi-rugi transmisi yang kecil juga
mempunyai band frkuensi yang lebar.
Misalnya untuk ukuran 10/125 mm,
pada panjang gelombang cahaya
1300 nm, redaman maksimumnya
adalah 0,4 0,5 dB/km dan lebar
band frekwensi minimum untuk 1 km
yaitu sebesar 10 GHz.. Perambatan
cahaya dalam single mode fiber
adalah sebagai berikut:

Gambar 2.3: Perambatan cahaya dalam


[3]
single mode fiber
2. Multimode Step Index Fiber
Multi-mode fibers mempunyai
ukuran inti yang lebih besar
-5
(berdiameter sekitar 6,35 x 10 meter
atau
63,5
mikron)
dan
mentransmisikan cahaya inframerah
(panjang gelombang 850 1300nm)
dari
lampu
light-emitting
diodes(LED). Serat ini di gunakan
untuk mentransmisikan banyak sinyal
dalam setiap serat dan sering
digunakan pada jaringan computer
dan Local Area Network (LAN).
Tetapi jenis serat optik ini tidak
populer karena meskipun kadar
silicanya ditingkatkan, rugi-rugi
dispersi sewaktu transmit tetap besar,
sehingga
hanya
cocok
untuk
menyalurkan data/informasi dengan
kecepatan rendah dan jarak relatif
dekat. Perambatan gelombang pada
multimode step index fiber sebagai
berikut :

Gambar 2.4: Perambatan gelombang pada


[3]
multimode step index fiber
3. Multimode Graded index
Pada jenis serat optik ini, core
multi-mode graded index terdiri dari
sejumlah lapisan gelas yang memiliki
indeks bias yang berbeda, indeks bias
tertinggi terdapat pada pusat core dan
berangsur-angsur turun sampai ke batas
core-cladding. Akibatnya
dispersi
waktu berbagai mode cahaya yang
merambat berkurang sehingga cahaya
akan tiba pada waktu yang bersamaan.
Pada Gambar dapat dilihat bagaimana
perambatan gelombang terjadi pada
sistem multimode graded index fibers
[3]
.

bersifat aktif dan masing masing


dilengkapi dengan laser optik. Arsitektur ini
merupakan arsitektur yang menawarkan
bandwidth yang sangat besar kepada
pelanggan dan juga memiliki potensi yang
baik untuk pertumbuhannya. Untuk waktu
yang lama Home Run Fiber sangat fleksibel
untuk digunakan, akan tetapi arsitektur ini
kurang menarik jika membahas tentang
biaya fisiknnya perlu dipertimbangkan.
Dikarenakan fiber dihungkan point to
point ke pelangan maka arsitektur ini
membutuhkan
istalasi
lebih
banyak
dibandingkan dengan bentuk lain.

[10]

Gambar 2.5: Perambatan Gelombang pada


Multi-mode Graded Index Fibers
2.2 Arsitektur Jaringan Fiber Optik Secara
Umum.
Dalam merancang sebuah jaringan FTTH
terdapat dua bentuk arsitektur yang
disarankan. Adapun terdapat pilihan teknologi
yang tersedia y=untuk arsitektur FTTH
tersebut adalah sebagai berikut , Active
Optical Network (AON) dan Passive Optical
Network (PON) .
2.2.1 Active Optical Network (AON)
Impplementasi dari AON sering
disebut dengan Active Node, teknologi ini
sangat minim digunakan dikalangan
masyarakat dikarenakan membutuhkan
biaya yang sangat tinggi. Peralatan
peralatan yang digunakan dalam jaringan
AON merupakan peraatan aktif yang mana
membutuhkan
daya
listri
untuk
mengoperasikan perangkat nya.
Sistem AON memiliki 2 susunan, yaitu:
Home Run Fiber (Poin to Point)
Architecure
Arsitektur Home Run Fiber merupakan
jenis arsitektur fiber optik yang terkoneksi di
Central Office (CO) ke peralatan Optical
Line Terminal (OLT). Pada lokasi pelanggan
dihungkan oleh peralatan OLT. Baik OLT
maupun ONT

Gambar 2.6 Arsitektur Home Run Fiber


Active Star Ethernet (Point-to-Multi Point)
Architecture
Arsitektur Active Star Ethernet (ASE)
merupakan
bentuk
point-to-multipoint
dimana sejumlah pelangaan secara bersama
sama menggunakan satu buah feeder fiber
yang melewari switch ethernet yang berada
di antara CO dengan pelanggan. Tidak jauh
berbeda dengan Home Run fiber, pelanggan
dapat terletak jauh dari Switch ethernet dan
masing masing peanggan ditarik sebuah
fiber yang mempunyai bandwith yang sama
satu dengan yang lain. Untuk masalah biaya
ASE lebih baik daripada Home Run Fiber
dikarekan jumlah fiber yang dibutuhkan
lebih sedikit, dan itu dapat mengurangi biaya
[10]
dalam istalasinya .

Gambar 2.7 Arsitektur Active Star Ethernet


2.2.2 Passive Optical Network (PON)
Passive Optical Network (PON)
merupakan salah satu alternatif yang bisa

menggantikan teknologi tembaga untuk


narrow-band dan broadband. Berdasarkan
definisinya Passive Optical Network (PON)
adalah jaringan point-to-multipoint berbasis
fiber optik yang memiliki elemen pembagi
optik (Optical Splitter) yang berfungsi
sebagai penyalur data pada beberapa tujuan.
PON merupakan sistem akses fiber yang
sangat efektif untuk menyediakan layanan
broadband, suara, video, data dan service
lainnya yang sering disebut dengan Next
Generation Play Network (NGPN). Sistem
PON menggukan fiber optik dan spliter
untuk menghubungkan OLT dari Central
Office sampai pada perangkat terahir yang
ada dipelanggan yaitu ONU. Spliter pasif
digunakan untuk keperluan dwonstream dai
CO kemudian dapat dibagi menjadi 64
pelanggan
dengan
ketentuan
jarak
maksimumnya 20 km. Arsitektur ini disebut
pasif karena semua peralatan yang
digunakan bersifat passif dan tidak
membutuhkan daya, yaitu peralatan yang
berada diantar CO dan ONU. Hal ini dapat
mengurangi biaya dalam pemeliharaan alat.
Peralatan peraltan pasif yang digunakan
adalah konektor,passive spliter, dan kabef
fiber optik. Sistem OLT berfungsi untuk
pengumpulan dan men- switch fungsi antara
jaringan kabel dengan interface PON serta
untuk fungsi manajemen. Sedangkan ONU
berfungsi sebagai akses terahir dibagian
pelanggan. Dalam hal ini PON lebih mudah
dalam hal
operasional dan biayanya lebih rendah
[10]
dibangingakan dengan AON.
Salah satu metode akses yang
digunakan oleh PON ialah TDMA (Time
Division Multiplexing Access). Pada arah
downstream, sinyal TDM dari OLT memuat
semua informasi pelanggan dalm slor yang
ditentukan dan disebarkan dari semua ONU
yang terhubung oleh OLT. Pada arah
Upstream, sinyal dari optik setiap ONU
ditranmisikan secara sinkron dengan metode
TDMA untuk menghindari tabrakan, karena
jarak antara OLT dengan semua ONU
berbeda beda.

Gambar 2.8Passive Optical Network

[10]

Dalam konfigurasi spliter yang terdapat


pada arsitektur PON ada 2 yaitu pendekatan
centralized
dan
cascade.
Pendekatan
centralized pada umumnya

menggunakan pasif spliter 1:32


dan
terletak pada luar bangunan seperti yang
terdapat pada distribusi fiber. Pada
pendekatan spliter 1:32 ini perangkat yang
terdapat di pelanggan terhubung langsung
ke OLT yang berada di CO, pendekatan ini
di konsentrasikan pada suatu daerah yang
sangat
padat
dan
bisa
langsung
menghubungkan semua ONT pada 32
pelanggan tersebut.
Konfigurasi cascade menorong lebh
dalam pada jaringan, PON memanfaatkan
pasif spliter yang ada untuk menambah
jumlah pelanggan. Pada cascade ini
terdapat lebih dari satu passif spliter yang
terletak dari CO sampai kepelanggan
seperti contoh, digunaan spliter 1:4 lalu
spliter 1: 8 selanjutnya untuk downstream
[10]
di 4 lokasi yang terpisah.

Gambar 2.9 Konfigurasi Passive Spliter pada


PON[10]
2.3 Perangkat FTTH
FTTH
memilikiperangkatutamasebagaiberikut :
2.3.1 Network Management System (NMS)
NMS merupakan perangkat lunak yang
berfungsi
untuk
mengontrol
dan
mengkonfigurasi perangkat GPON. NMS
teletak bersamaan di dekat OLT namun beda
ruangan. Konfigurasi yang dapat dilakukan
oleh NMS adalah OLT dan ONT. Selain itu
NMS juga dapat mengatur layanan GPON
seperti POTS , VOIP , dan IPTV. NMS ini
menggunakan platform Windows dan
bersifat GUI (Graffic Unit Interface) tetapi
melalui comment line. NMS telah memiliki
jalur langsung ke OLT , sehingga NMS
dapat memonitoring ONT dari jarak jauh.
2.3.2 Optical Line Terminal (OLT)
OLT adalah peripheral yang berada
pada kantor pusat operator jaringan
telekomunikasi, levernya berada dibawah
server. OLT merupakan suatu penyedia

layanan data, vdeo dan jaringan telepon.

Gambar 2.10 :Optical Line Terminal (OLT)


2.3.3 Optical Distribution Cabinet (ODC)
ODC (Optical Distribution Cabinet)
adalah jaringan optik antara perangkat OLT
sampai perangkat ODC. ODC biasanya
terletak di pinggiran jalan raya. ODC
merupakan penyedia sarana transmisi optik
dari OLT terhadap pengguna dan sebaliknya.
Transmisi
yang terdapat
di
ODC
menggunakan komponen optik pasif.
Dengan kata lain didalam
ODC tifak
[6]
terdapat aliran listrik.

Gambar 2.11 : Optical Distribution


Cabinet (ODC)/Rumah Kabel
2.3.4 Splitter
Splitter adalah optikal fiber coupler
sederhana yang membagi sinyal optik
menjadi beberapa path (multiple path) atau
sinyal sinyal kombinasi dalam satu path.
Selain itu, splitter juga dapat berfungsi untuk
merutekan dan mengkombinasikan berbagai
sinyal optik. Splitter terdiri dari 3 port dan
bisa mencapai dari 32 port. Berdasarkan ITU
G.983.1 BPON Standart direkomendasikan
agar sinyal dapat dibagi untuk 32 pelanggan,
namun ratio meningkat menjadi 64
berdasarkan ITU-T G.984 GPON standart.
Splitter mendukung beberapa pilihan ratio
pembagian sinyal. Ratio pembagian dapat
menggunakan sebuah alat untuk splitter,
sebagai contoh pemakaian splitter tunggal

1:32, atau pemakaian splitter secara pararel


seperti 1:8 dan 1:4 atau 1:16 atau 1:2.
[5]

Gambar 2.12: Splitter


2.3.5 Splicer
Alat sambung Serat Optik dikenal
dengan sebutan fusion splicer yaitu suatu
alat yang digunakan untuk menyambung
core serat optik yang berbasis kaca yang
mengimplementasikan daya listrik yang
sudah dirubah menjadi sebuah media sinar
berbentuk sinar laser yang berfungsi
memanasi kaca yang putus pada core
sehingga terhubung kembali secara baik.
Alat sambung splicer ini harus memiliki
keakuratan tinggi sehingga pada saat
penyambungan (splicing) bisa mendekati
sempurna,
karena
proses
terjadinya
pengelasan media kaca terjadi proses
peleburan kaca yang menghasilkan suatu
media yang tersambung dengan utuh tanpa
adanya celah karena memiliki karakter
media yang memiliki senyawa yang sama.
Penyambungan bisa saja tidak utuh, karena
tidak mengikuti prosedur penyambungan
yang benar. Bila hal ini terjadi maka proses
penyambungan harus diulangi lagi, hingga
mendekati redaman yg sekecil-kecilnya
(dibawah 0.2 dB)
2.3.6 Konektor
Konektor terdapat pada ujung dari serat
optik yang terhubung langsung pada
perangkat. Konektor pada fiber optik terbuat
dari material yang sederhana seperti plastik,
karet dan kaca sehingga lebih praktis.
III. PEMODELAN SISTEM
3.1 TahapanKegiatan Survey
Dalampenulisantugasakhiriniproses kegiatan
survey dilakukan pada suatu lokasi yangsudah
di
tentukan,
yaitu
untukmendapatkansebuah
data
valid
daninformasitentang
area kerja
yang
akandilakukan
peralihanataupemasanganjaringanlokalakseste
mbagamenjadijaringanlokalakses fiber optik.
Kegiatansurveydilakukanpada
area
kerjatelkomaksesyogyakartadaerahnologaten,
daerahseturansendirimerupakansalahsatudaerah
yang
padatpenduduk.
Survey
dilakukanselamakurang
lebih
empatbulanlebihuntukmendapatkanhasil total
homepasssebanyak
3.500,
total
3.500
homepassinimerupakanbatasan
minimal
padapenulisantugasakhirini. Namun data yang

homepass

yang

didapatsebanyak

3.619homepass.Kegiatansurvey inidilakukanpada
jam kerjayaitupukul 08.00

pagisampaidengan
16.00
sore.
Survey
sendiridibagimenjadiduateamseperti
yang
adadibawahini :
3.1.1 Team On Desk Survey
Team on desk surveymerupakanteam
yang
mempersiapkansegalakebutuhan
yang
dibutuhkanolehteam
on
site
surveysebelummelakukankegiatansurvey
kelapangan.
3.1.2 Team On Site Survey
Team on site survey merupakan tim
yang berada dilapang yang mempunyai
tugas untuk melakukan pelaksanaan
kegiatan survey langsung pada daerah
yang sudah ditentukan oleh Team on desk
survey , setelah diberikan peralatan yang
dibutuhkan oleh team on site survey
sehingga pelaksanaan kegiatan survey
dapat dilaksanakan.
3.2 TahapanPerencanaan Design Menggunakan
Google earth
Setelahmelakukankegiatansurvey
yang
dilakukanolehteam
on
site
surveymakadidapatkan
data
valid
daninformasitentang
area
kerja
yang
akandilakukanpergantianjaringanlokalaksestem
bagamenjadijaringanlokalakses fiber optik.
Dalamperencanaandesign
inimenggunakan
total jumlahhomepasssebanyak 3.505. Total
3.505
inidibagimenjadilimaboundarypadadaerahnolo
gaten area kerjatelkomaksesyogyakarta. Ada
beberapatahapdalam

Proses
selanjutnyadalam
design
menggunakangoogle
earth
iniadalahmelakukanpenarikankabeldari
ODC menuju ODP yang biasa disebut
dengan kabel distribusi. Untuk membuat
jalur distribusi tersebut menggunakan
memilih pembuatan jalur yang ada pada
status bar google earth tersebut, dalam
penentuan jalur dstribusi ini memliki batas
maksimum yaitu 2 KM, jadi jarak dari

proses
perencanaandesignmenggunakangoogleearth
yaitu :
3.2.1 Input HasilSurvey Homepass
Setelahmendapatkan
data
valid
daninformasitentang area kerjamakateam
on
desk
survey
melakukanpenginputanhasil
survey kedalamgoogle
earth.Tahapanpertamaadalahmembuatulan
g polygondaerah yang akan diinput sesuai
dengan data yang ada dari lapangan,
3.2.2 Penempatan ODC
Penempatan
ODC
adalahlangkahselanjutnyadalamdesign
perencananini
3.2.3 PenarikanKabeldari ODC
Menuju ODP

ODC ke ODP terjauh tidak melebihin 2


KM,
3.2.4 Penempatan ODP
Setelahmelakukan input hasilsurvey
homepasssecarakeseluruhanseperti yang
ditunjukkangambar
3.7
makaakandilanjutkandenganpenempatan
ODP padaboundary tersebut.
Pada perancangan ini untuk
mentukan berapa banyak
ODP
yang dibutuhkan
ialah dengan membagikan
jumlah keseluhan home pass dengan
jumlah keluaran dari ODP yang sudah di
tentukan. Untuk menentukan nya sebagai
berikut : untuk menentukan Passive
Splitter di ODP 3619/8 = 453. Dari hasi
perhitungan tersebut dapat diperoleh
julah ODP yang akan dipasang sebanyak
453 ODP. Sama artinya
jumlah
passive spliter yang dibutuhkan
didalam ODP sebanyak 453 PS.
Kemudian Jumlah core optik untuk kabel
distribusi sama dengan jumlah ODP
453. Jumlah core optik untuk Feeder 453/4
= 114 core. Jumlah Passive splitter di
ODC 114. Pada perancangan ini penulis
memilh jenis kabel distribusi yang
memiliki kapasitas kabel 24 core, maka
jumlah kabel distribusi yang di butuhkan
ialah 453/24 = 9 kabel distribusi. Tapi
akitaakanmelakukanperhitunganlink
budgetuntukmengetahuiapakahkinerjapere
ncanaandesign.
Untukmenghitunglink budget
yang
harusdiketahuilebihdahuluadalahlossmaksi
mum
per
elemenseperti
yang
ditunjukkanolehtabel 3.6dibawahini :
Tabel 3.1Nilailoss maksimum per elemen
Batasan
Ukuran
Network
elemen
Kabel
Max
0.35
dB/km
Splicing
Max
0.1 dB
Connector Loss Max
0.25 dB
Splitter 1:2
Max
3.70 dB
Splitter 1:4
Max
7.25 dB
Splitter 1:8
Max
10.38 dB
Batasan
Ukuran
Network
elemen
Splitter 1:16
Max
14.10 dB
Splitter 1:32
Max
17.45
IV.HASIL DAN ANALISA
4.1. Link Budget

pada desain yang penulis buat hannya


menggunakan 20 core dalam satu tarikan
kabel
distribusi,
alasannya
untuk
mengantisifasi
adanya
pertamabahan
pelanggan untuk jejang kedepan, maka
dari itu disisakan kurang lebih 4 core
untuk setiap kabel distribusi.
3.2.5 PenarikanKabeldari
ODP
MenujuPelanggan
Penarikankabelmerupakanlangkahselan
jutnyasetelahmelakukandesign
homepassdanjugapenempatan ODP. Hal
ini merupakan kegiata terahir dalam desain
dalam
google
earth.
Penarikankabelinimenggunakan tools path
3.3 Pembuatan BOQ Material
Setelahmelakukansurveydandesignpere
ncanaan
FTTH
denganmenggunakangoogle
earth
makaakandilanjutkandenganpembuatan
BOQ
material.
BOQ
material
iniadalahsebuahperhitungansetelahmelaku
kankegiatansurvey agar mengetahuiapasaja
yang
dibutuhkandalampergantianjaringanlokala
ksestembagamenjadijaringanlokalakses
fiber optik.
3.4 PerhitunganLink Budget
Setelahdesign perencanaan FTTH
selesaidenganmenggunakangoogleeartmak
Perhitunganlink
budget
inidilakukanpadaboundary 27-YK4-14
dan penulis
menyebut
boundary tersebut
Nologaten.Link
budget
merupakanperhitungankeadaansebenarn
ya yang
harusdilakukandalambeberapamasukan
unt uksistem
parameter
yang
akandigunakandalampengaplikasian
FTTH.
untukmendapatkanhasilperhitunganlink
budget dibutuhkanbeberapa
parameter
nilairedamanpadapassive splitter
yang ditunjukkantabel 3.7
pada
bab
III.
Perhitunganlink
budget
jugaadabeberapanilairedamanlainsepert
ire damanpadakabelfiberoptik,

redamanpadasambungankabel
feeder,
distribusidan
drop,
jugadenganredamanpadakonektor
yang
dipakai. Perhitunganinidilakukandari OLT
menuju ONT
Setelah selesai melakukan perhitungan
link budget terdekat, menengah dan terjauh
yang mulai dari 1:4 1:8, 1:2 1:16, dan
1:32. Maka dapat dilihat total loss dari
keseluruhan. Pada hasil dari semua total
loss tersebut penulis melihat tidak terdapat
perbedaaan yang paling menonjol. Untuk
total loss setiap kategori hanya dibedakan
kurang lebih 0.5 -1 dB.
Pada perencaan penulis merancang 2
bagian yaitu kategori one stage dan two
stage. One Stage ialah perencanaan yang
hanya menggunakan 1 buah spliter dan
dicatu langsung dari STO. Keuntungan

menggunaka kategori one stage ini ialah jika


terjadi suatu gangguan maka dapat di
tangani dengan cepat karena dalam proses
maintenance tidak perlu membutuhkan
keahlian khusus. Kekurangan dari kategori
ini ialah biaya pemasangan sangat mahal.
Dan kategori tidak layak untuk daerah yang
mempunyai penduduk yang jarang karena
dapat terjadi pemborosan perangkat. Ini bisa
di terapkan daerah perkantoran yang mana
dalam satu gedung terdapat banyak
pelangggan yang menggunakan jaringan
tersebut. Untuk nilai link budget yang di
peroleh dari peranangan 1:32 pada ODP
terdekat yaitu diantar 20.12 dB sampai
dengan 20.15 dB, untuk ODP menengah
yaitu 20.24 dB sampai dengan 20.26 dB dan
untuk ODP terjauh di peroleh 20.28 dB
sampai dengan 20.40 dB.
Two Stage ialah suatu perencanaan yang
menggunakan 2 buah passive spliter yang
mana spliter tersebut berada pada ODC dan
ODP. Two Stage juga terbagi atas 2 bagian
yaitu 1:4 1:8 dan 1:2 1:16. Pada ODC di
pasang passive spliter 1:4 dan 1:2, yang
mana jika menggunakan 1:4 itu mempunyai
keluaran 4 core yang mana akan di split
kembali pada ODP yaitu menggunakan 1:8
yang akhirnya mempunyai keluaran 8
pelanggan. Jadi jumlah pelanggan yang bisa
dicover oleh 1:4 1:8 adalah 32 pelanggan.
Sama halnya dengan 1:2 1:16 perbedaan nya
hanya passive spliter yang terdapat di ODC
ialah 1:2 yang mempunyai keluaran 2 core
dan di di ODC yaitu menggunakan passive
spliter 1:16 yamg mempunyai keluaran 16
pelanggan. Untuk jumlah pelanggan yang
dapat di cover sama hal nya dengan 1:4 1:8.
Konfigurasi two stage ini lebih sering
digunakan pada perencaan FTTH di
karenakan proses perancangan sangat mudah
dan untuk masalah pemasangannya lebih
mudah. Nilai link budget yang di peroleh
untuk perencanaan 1:4 1:8 untuk ODP
terdekat dan terjauh diantara 20.30 dB
sampai dengan 20.63 dB. Dan untuk passive
splite 1:2 1:16 nilai redaman Link budget
yang di perolh untuk ODP terdekat sampai
dengan terjauh yaitu di antara 20.47 dB
sampai dengan 21.21 dB.
Dari hasil keseluran perencanaan yang
penulis buat setelah dilihat dari hasil
redaman total masih tergolong baik dan
masih memenuhi standar karena redaman
total yang di peroleh lebih kecil dari 28 dB.

4.2. BOQ Material


Jika dilihat hasil perhitungan BOQ material
maka akan dilihat bahwa semakin besar daerah
Jika melihat dari sisi penggunaan metode
one stage maupun two sgate dapat diketahui
bahwa menggunakan metode two stage 1:4
pada ODC dan 1:8 pada ODP akan
membutuhkan lebih banyak material. Pada
metode one stage 1: 32 pada ODC tidak
terlalu banyak menggunakan ODP namun
keluaran dari ODC menuju ODP akan
banyak dalam jumlah kabel distribusinya,
Namun dengan menggunakan metode two
stage 1:2 pada ODC dan 1:16 pada ODP
material dtidak terlalu banyak dalam hal
penggunaan ODP dan kabel distribusinya.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dari perencanaan yang
sudah dibuat dan memperoleh hasil yang
disebut link budget dan Tabel BOQ, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan suatu jaringan FTTH
ada hal yang harus di perhatikan
dilapangan sebelum melakukan desain
khususnya dalam penggunaan passive
splitter dalam ODP. Jika keadaan di
lapangan jumlah pelanggan sangat padat
itu menggukan passive spliter 1:16 dan
jika penduduknya renggang maka passive
splitter yang digunakan 1:8.
2. Dari ketiga scenario dalam merancang
jaringan FTTH dapat di simpulkan bahwa
untuk penggunaan material yang di
butuhkan lebih mimim pada perancangan
yang menggunakan passive spliter 1:16.
Dapat diliha pada bab IV pada tabel 4.10,
tabel 4.11 dan tabel 4.12
3. Untuk nilai link budget yang di peroleh
dari peranangan 1:32 (One Stage) pada
ODP terdekat yaitu diantar 20.12 dB
sampai dengan 20.15 dB, untuk ODP
menengah yaitu 20.24 dB sampai dengan
20.26 dB dan untuk ODP terjauh di
peroleh 20.28 dB sampai dengan 20.40 dB.
4. Nilai link budget yang di peroleh untuk
perencanaan 1:4 1:8 (Two Stage) untuk
ODP terdekat dan terjauh diantara 20.30
dB sampai dengan 20.63 dB. Dan untuk
passive splite 1:2 1:16 (Two Stage) nilai
redaman Link budget yang di perolh untuk
ODP terdekat sampai dengan terjauh yaitu
di antara 20.47 dB sampai dengan 21.21
dB.
5. Dari hasil perhitungan link budget nilai
total
redaman
tidak
meunujukkan
perbedaan yang signifikan. Karena hasil
redaman total yang di peroleh masih di
bawah 28 dB.

kerja atau boundary maka akan semakin


banyak material yang dibutuhkan.
6. Untuk menentukan kualitas jaringan yang
diperoleh itu tergantung jarak pelanggan
dengan OTB. Semakin jauh jarak OTB

dengan ONT semakin besar redam yang


diperoleh. Tetapi pada perencanaan ini,
nilai redam total yang di peroleh tidak
jauh berbeda untuk ODP terdekat dan
terjauh itu disebabkan oleh panjang
kabel fider yang di pakai masih dalam
ukuran satu haspel. Maka tidak terdapat
jumlah sambungan dalam satu tarikan
tersebut.
7. Dalam pembutan BoQ, semakin luas
suatu boundary yang akan di rancang
semakin banyak juga BoQ Material yang
akan dibutuhkan.
5.2 SARAN
Saran saran yang dapat diberikan oleh
penulis untuk dapat memaksimalkan hasil
dari perancangan FTTH untuk masa kedepan
1. Untuk mendapatkan hasil desain yang
maksimal penulis menyarankan pada
waktu melakukan survey dilapangan
harus lebih teliti supaya desainy yang
akan dibuat benar benar real.
2. Untuk perencaan lebih baik penulis
menyarankan untuk memilih metode Two
Stage
dikarenakan
dalam
proses
perencaan jaringannya lebih mudah
dilakukan dan lebih mudah untuk
dimengerti.
3. Untuk
pemilihan
passive
spliter
disarankan menggunakan spliter 1:2
4.

1:16, dikarekan dalam menggunakan


spliter ini dapat meminimalisis matrial
yang digunakan termsuk penggunaan ODP.

V. DAFTAR PUSTAKA
1. Yusanto, Mohamad David (.t.thn) . Fiber
To

Home

[Online]

http://www.scribd.com/document_downlo
ads/direct/81400784?extension=pdf&ft=14
00817961&lt=1400821571&user_id=1304
92069&uahk=mQ3DUkOWBplWJQkHeR
r2RtrRrIA [Diakses 21 Mei 2014]
2.

Prasetia,dwi.
Palembang:

2009.
Fakultas

Serat
Ilmu

Universitas

Optik.
komputer
Sriwijaya.

[Olnine]http://www.unsri.ac.id/upload/arsi
p/Serat%20Optik [Diakses 21 Mei 2014]
3.

Ensiklopedia,

Digital

LibrariITT.

[Online]http://digilib.ittelkom.ac.id/index.
php?option=com_content&view=article&i
d=410:serat-optik&catid=23:sistemkomunikasi-optik&Itemid=14 [Diakses 4
Oktober 2013]

Manalu,DMT. 2012. Capter II.


Universitas Sumatera

The

content/uploads/2012/05/L2F009128_MK
Utara.

[Online]http://repository.usu.ac.id/bitstrea

P.pdf [Diakses 20 Juni 2014]


7.

Anonymous (2011). Mengenal Fiber

m/123456789/31342/4/Chapter%20II.pdf

Optic Cable dan Aksesorisnya. [Online]

[Diakses 30 Mei 2014]

http://elearning.amikom.ac.id/index.php/d

5.

ownload/materi/555136-st014-9/2011/09/

Maulana, Angga Julian. 2012.


Perencanan Desai
Metro

FTTH

Jaringan
di

Universitas Indonesia. Depok : Teknik


Elektro

Universitas

Indonesia
[Online]http://lontar.ui.ac.id/file?
file=digit al/20311709-S43360Perencaan%20desain.pdf [Diakses 30
Mei 2014]
6.

Sabiq, Muhammad Wildan Aula. 2011.


Teknoologi

dan

Implementasi

FTTx.

Teknik Elektro Universitas Diponegore.


[Online]http://www.elektro.undip.ac.id/e
l_ kpta/wp-

8.

Harja,
Lestari.

Sri

%2BZjX3VExzAeuVkqa0d%2B ylak

2011.

%3D [Diakses 19 Juni 2014]

JaringanOptikUntukLayanan Triple

9.

Larasati, Solichah. 2014. Laporan Tugas

Play

Akhir

DenganMenggunakanTeknologiGygab

Tembaga Terhadap Penerapan Annex M

itPa ssive

Di Perangkat Msan Studi Kasus Di Pt.

Optical

Network

(GPON).

Analisis

Telkom

Kualitas

Purwokerto.

Jaringan

Purwokerto:

[Online]http://s3.amazonaws.com/acad

Sekolah Tinggi Teknologi Telematika

emi

Telkom Purwokerto.

a.edu.documents/33173716/BAB_I.do
cx?

10. Holden, Chris. 2012. FTTH Hand Book.


FTTH

AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRT

Council

Europe.

[Online]

WS

http://www.ftthcouncilmena.org/docume

MTNPEA&Expires=1403360939&Sig

nt s/Reports/FTTH-Handbook-2012-

nat ure=ClGy

V5.0- English.pdf [Diakses 30 Juni


2014]

Anda mungkin juga menyukai