Anda di halaman 1dari 77

Tinggalkan Kapitalisme!

Segera Beralih Ke Sistem Syariah!

OLEH :
MUH. MATTULAADA

MAKASSAR
2011

Ket: Tulisan-tulisan penulis dapat pula disimak lewat blog pribadinya di


http://aboutagama.blogspot.com dan www.kompasiana.com/mata

DAFTAR ISI

Halaman
PENDAHULUAN

Dampak Negatif Bunga (Sistem Ribawi)

Peranan Terbatas Uang Kertas dan Solusi Penggantinya

Dampak Penggunaan Uang Sebagai Komoditi

30

Sistem Ekonomi Islam Sebagai Solusi

33

1. Melarang dengan tegas adanya sistem ribawi

33

2. Menyiratkan emas/dinar serta perak/dirham sebagai


mata uang dan nilai ukur

38

3. Melarang dengan tegas permainan judi dan spekulasi

40

4. Menyuruh dengan tegas agar umat menunaikan zakat dan


sering bersedekah

41

5. Menekankan perlunya ketahanan ekonomi

45

6. Menekankan kejujuran dan keadilan dalam berbisnis

47

7. Menekankan etika dalam berniaga

48

PENUTUP

55

LAMPIRAN-LAMPIRAN

56

*) Sistem Kapitalisme Berada di Ujung Tanduk!

56

*) Kapan Dinar Akan Menjadi Mata Uang Umat Sepenuhnya?

59

*) Estimasi Potensi Zakat Nasional

61

*) Tulisan-Tulisan DR. Irfan Syauqi Beik


DAFTAR PUSTAKA

68 74
75

PENDAHULUAN
Krisis ekonomi melanda di mana-mana. Para ekonom dunia sibuk mencari sebab-sebabnya dan
berusaha sekuat tenaga untuk memulihkan perekonomian di negaranya masing-masing. Krisis
ekonomi telah menimbulkan banyak kerugian, meningkatnya pengangguran, meningkatnya tindak
kejahatan, dan sebagainya.
Al-Qur'an telah memberikan beberapa contoh tegas mengenai masalah-masalah ekonomi yang
menekankan bahwa ekonomi adalah salah satu bidang perhatian Islam.
"(Ingatlah) ketika Syu'aib berkata kepada mereka (penduduk Aikah): 'Mengapa kamu tidak
bertaqwa?' Sesungguhnya aku adalah seorang rasul yang telah mendapatkan kepercayaan
untukmu. Karena itu bertaqwalah kepada Allah dan ta'atilah aku. Aku sama sekali tidak menuntut
upah darimu untuk ajakan ini, upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan Penguasa seluruh alam.
Tepatilah ketika kamu menakar dan jangan sampai kamu menjadi orang-orang yang merugi.
Timbanglah dengan timbangan yang tepat. Jangan kamu rugikan hak-hak orang (lain) dan
janganlah berbuat jahat dan menimbulkan kerusakan di muka bumi." (Qs. 26:177-183)
Ilmu ekonomi lahir sebagai sebuah disiplin ilmiah setelah berpisahnya aktifitas produksi dan
konsumsi. Ekonomi merupakan aktifitas yang boleh dikatakan sama halnya dengan keberadaan
manusia di muka bumi ini, sehingga kemudian timbul motif ekonomi, yaitu keinginan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Prinsip ekonomi adalah langkah yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan
pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal. Sedangkan istilah sistem ekonomi
ada berbagai macam, di antaranya adalah Sistem Sosialis, Komunis, Kapitalis, dan Walfare State
(Kesejahteraan). Khusus di Indonesia dikenal pula istilah Sistem Ekonomi Pancasila.
Saat ini, sebagian besar negara dunia menganut sistem kapitalis, setelah sebelumnya sistem sosialis
dan komunis telah mengalami kegagalan. Namun sayangnya sistem kapitalis-pun telah terbukti gagal
mensejahterakan rakyat dan malah melebarkan jurang pemisah antara si kaya dan si miskin.
Adapun Sistem Kesejahteraan dan Ekonomi Pancasila sangat sulit untuk melepaskan diri dari bayangbayang kapitalisme, mengingat kedua sistem tsb tidak memiliki aturan yang benar-benar kongkrit
bagaimana roda perekonomian seharusnya dijalankan.
Dalam tulisan saya sebelumnya (Sistem Kapitalisme Berada di Ujung Tanduk [terlampir]), telah
membuktikan bahwa sistem kapitalisme benar-benar sudah tidak dapat diandalkan untuk dijadikan
landasan sistem perekonomian kita. Menurut saya, ada 3 alasan utama mengapa sistem kapitalisme
mengalami kehancuran:
1. Sistem Kapitalisme mendasarkan kepada sistem bunga untuk mengambil keuntungan;
2. Menggunakan kertas sebagai mata uang dan alat tukar;
3. Uang dijadikan komoditi untuk diperjualbelikan.

Dampak Negatif Bunga (Sistem Ribawi)


Ada cerita menarik dari Danah Zohar dalam bukunya yang best seller di seluruh dunia Spiritual
Capital, yang sangat relevan dengan krisis financial yang melanda dunia saat ini.
Cerita ini sendiri berasal dari Mythology Yunani kuno tentang seorang tukang kayu yang kaya namun
sangat serakah bernama Erisychthon. Saking serakahnya, si tukang kayu bahkan berani menebang
pohon kesayangan dewa mereka dimana rakyat Yunani biasa beribadah di sekitar pohon
tersebut.
Konon sang dewa sangat marah atas ditebangnya pohon tersebut, dan dikutuklah Erisychthon
untuk tidak pernah kenyang walau apapun telah dimakannya. Maka mulailah Erisychthon memakan
apapun yang dijumpainya, toko dan isinya dimakan sampai habis, setelah itu keluarganya juga
dimakan sampai habis sampai tinggal satu-satunya yang ada di sekitar dia, yaitu dirinya sendiri.
Karena rasa lapar yang tidak pernah bisa terkenyangkan maka akhirnya Erisychthon-pun memakan
dirinya sendiri.
Betapapun tidak masuk akalnya cerita tersebut, tetapi nampaknya realita yang tidak jauh berbeda
sesungguhnya terjadi di dunia financial ribawi zaman modern, sehingga menimbulkan krisis di
seluruh dunia sampai saat ini.
Sebagaimana yang diketahui bahwa dalam ekonomi kapitalisme, bunga bank (interest rate)
merupakan nadi dari sistem perekonomian. Hampir tak ada sisi dari perekonomian, yang luput dari
mekanisme kredit bunga bank (credit system). Mulai dari transaksi lokal pada semua struktur
ekonomi negara, hingga perdagangan internasional.
Salah satu sebab ketertarikan pasar terhadap bunga bank adalah kepastian hasil. Sedangkan setiap
usaha tidak bisa dipastikan harus berhasil sejumlah sekian, karena pada kenyataannya, setiap usaha
pasti berhadapan dengan resiko yang mengandung kemungkinan rugi, untung, dan pulang modal.
Keuntungan pun bisa besar, sedang, dan kecil. Namun, selama berabad-abad, ekonomi dunia telah
didominasi sistem bunga, sehingga telah mengkristal dalam setiap aktivitas bisnis masyarakat dunia.
Karena mengkristalnya sistem bunga tersebut, terbentuklah dinamika yang khas dalam
perekonomian konvensional, terutama pada sektor moneternya. Bahkan kini pasar moneter
konvensional tidak lagi terbatas pada pasar modal, uang dan obligasi, tapi bertambah dengan
munculnya pasar derivatif, yang merupakan turunan dari ketiga pasar tersebut. Kesemuanya tetap
menggunakan bunga bank sebagai harga dari produk-produknya. Maka tak heran jika perkembangan
di pasar moneter konvensional begitu spektakuler. Menurut data dari sebuah NGO asal Amerika
Serikat, volume transaksi yang terjadi di pasar uang (currency speculation dan derivative market)
dunia berjumlah US$ 1,5 triliun hanya dalam sehari, sedangkan volume transaksi yang terjadi dalam
perdagangan dunia di sektor real US$ 6 triliun setiap tahun. Bayangkan dengan empat hari transaksi
di pasar uang, nilainya sudah menyamai transaksi di sektor real selama setahun.
Dampak perkembangan yang begitu besar pada sektor moneter jelas menghambat perkembangan
sektor real. Jika diasumsikan money supply (uang beredar) tetap, maka sistem kredit dengan
bunganya yang ada pada pasar-pasar moneter akan menyedot uang beredar. Sehingga bukan hanya
ketidakstabilan moneter yang terjadi, tetapi juga kemerosotan sektor real. Secara global
kemerosotan ini akan berpengaruh pada returns yang diperebutkan pada sektor moneter. Sehingga
jika ini terus yang menjadi kecenderungannya, maka wajar sebagian pakar memprediksi terjadinya

3
krisis ekonomi yang besar, tidak hanya di negara-negara dunia ketiga, tetapi juga negara-negara
maju (negara pemilik modal).
Krisis moneter yang pada mulanya terjadi di Thailand menular ke Malaysia, Philipine, Korea, dan
Indonesia. Pasar saham dan kurs uang tersungkur jatuh secara dahsyat. Bank sentral terpaksa turun
tangan dengan mencetak uang baru, melakukan transaksi forward dan menaikkan
tingkat bunga yang tidak terduga. Volatilitas krisis menimbulkan badai yang kuat menuju kehancuran
dan mengakibatkan goncangnya sistem perbankan yang rapuh. Padahal lembaga perbankan
merupakan
tulang
punggung
perusahaan
manufacturing
yang
selama
ini
mengandalkan bunga rendah. Selama tahun pertama krisis, kurs mata uang di lima negara
terdepresiasi 35 80 %, bahkan Indonesia mencapai 400 %.
Hal ini menyebabkan menciutnya nilai kekayaan dari negara-negara tersebut khususnya Indonesia.
Nilai rupiah yang pada mulanya setara dengan Rp 2.445, meningkat secara tajam menjadi Rp 17.000an. Dalam masa yang panjang, nilai rupiah ini bertenggger di atas Rp 10.000.-. Kondisi ini membuat
lembaga perbankan terpaksa menaikkan suku bunga secara tajam pula, yaitu mencapai 70 %.
Akibatnya lembaga perbankan konvensional kesulitan mengembalikan bunga tabungan/deposito
nasabah, sementara pendapatannya lebih kecil dari kewajibannya untuk membayar bunga,
ditambah lagi kredit macet akibat krisis moneter. Inilah yang disebut dengan negative spread yang
berarti lembaga perbankan terus-menerus merugi dan modalnya semakin terkuras yang pada
gilirannya berakibat pada likuidasi sejumlah bank.
Bank-bank raksasa yang memiliki nasabah jutaan orang, yang kekurangan modal, terpaksa direkap
(disuntik modal) oleh pemerintah melalui Bank Indonesia dengan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia) sejumlah sekitar Rp 400 triliun. Kalau tidak dibantu, pastilah bank-bank rekap itu
mati/tutup karena CAR-nya di bawah standar yang ditetapkan pemerintah (8 %). Karena pemerintah
tidak memiliki uang cash/real, maka pemerintah membantu modal bank konvensional itu dalam
bentuk obligasi. Kalau namanya obligasi, pastilah memiliki bunga. Bunga ini selanjutnya kembali
menjadi beban pemerintah yang tak lain adalah dana APBN. Dana APBN adalah milik rakyat dan
bangsa Indonesia, bukan milik para konglomerat pemilik bank. Membantu modal bank ribawi itu,
berarti membantu para kapitalis (pemilik dana).
Besarnya kewajiban pemerintah membayar bunga obligasi kepada bank-bank rekap sangat luar
biasa. Pada tahun 2001 saja, bunga obligasi yang harus dibayar APBN sebesar Rp 61,2 Triliyun . Dan
ini berlanjut terus setiap tahun sampai sekarang, walaupun cenderung semakin mengecil. Oleh
karena beban membayar bunga itu, tidak mengherankan jika APBN kita defisit terus menerus. Pada
tahun 2002 APBN defisit Rp 54 triliun. Pada tahun 2003 defisit Rp 45 triliun, pada tahun 2004 defisit
Rp 35 triliun. Masih defisitnya APBN tahun 2004 yang lalu, karena dana APBN masih dikuras bunga
bank sebesar Rp 68 Trilyun.
Selain kewajiban membayar bunga obligasi, pemerintah juga berkewajiban untuk membayar bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) kepada lembaga-lembaga perbankan yang menempatkan
dana rakyat di Bank Indonesia. Pada tahun 2002 besar bunga SBI 17 %. Penempatan dana tersebut
dilakukan oleh bank-bank pemerintah maupun bank-bank swasta.
Dana masyarakat yang ditabung di lembaga perbankan ternyata lebih banyak disimpan di Bank Indonesia, sehingga fungsi intermediasi perbankan saat itu lumpuh.

4
Hal itu terlihat dengan jelas pada LDR lembaga perbankan konvensional yang masih sangat rendah.
Pada tahun 2001-2003, LDR bank konvensional berkisar sekitar 30 40 %. Ini berarti bahwa hanya
30-40 % saja tabungan masyarakat yang disalurkan, padahal sektor real mengharapkan bantuan
modal. Sisanya 60 70 % terperangkap pada kegiatan riba yang jelas menjadi beban pemerintah
yang pada gilirannya menjadi beban rakyat.
Lembaga perbankan yang menempatkan uangnya di Bank Indonesia, akan mendapatkan bunga SBI.
Pada tahun 2001-2002, bunganya mencapai 17 % . Bayangkan, pada saat itu dana bank konvensional
yang disimpan di SBI mencapai Rp 500 Trilyun. Dengan demikian, pemerintah berkewajiban
membayar bunga SBI sebesar 17 % x Rp 500 triliun, yaitu Rp 85 Trilyun, untuk satu tahun. Uang
sebesar ini jelas menjadi beban APBN. Oleh karena itu tak mengherankan jika APBN dari tahun ke
tahun terus mengalami defisit. Untunglah sejak tahun 2003 bunga SBI mengalami penurunan secara
bertahap. Pada awal tahun 2004 bunganya berkisar 8-9 %. Meskipun demikian, angka ini tetap
menggerogoti uang negara.
Yang perlu dicatat dan menjadi keprihatinan besar di sini adalah, bahwa pembayaran bunga obligasi
dan bunga SBI dibebankan kepada rakyat. Dana APBN yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat, malah digunakan untuk membantu bank-bank raksasa.
Lebih dari itu, kewajiban membayar bunga obligasi dan bunga SBI telah membuat APBN defisit.
Untuk mengatasi defisit APBN, pemerintah terpaksa berhutang ke lembaga-lembaga ribawi
internasional. Padahal hutang Indonesia telah mencapai titik yang membahayakan ketika itu. Apabila
pada tahun 2002 saja, hutang Indonesia total Rp 1401 Trilyun (hutang luar negeri Rp 742 Trilyun,
hutang dalam negeri sebesar Rp 659 Trilyun), maka pada tahun 2003, hutang Indonesia telah
mencapai Rp 2000 Trilyun. Jika kita hanya mampu membayar hutang tersebut Rp 2 Trilyun setahun,
berarti hutang luar negeri itu baru lunas lebih dari seribu tahun, itupun kalau tidak ditambah hutang
baru. Hutang ini, jelas menjadi beban cucu dan cicit kita di masa depan, yang diprediksikan 20
turunan generasi ke depan masih menanggung hutang dan bunga ini.
Pada tahun 2004, Indonesia menambah hutang baru lebih dari 3 milyar dolar AS. Setiap tahun
bangsa Indonesia harus menambah hutang, untuk menutupi defisit APBN. Hutang ini jelas menjadi
beban yang berat bagi generasi Indonesia mendatang. Selain meninggalkan beban hutang yang
besar bagi generasi mendatang, pemerintah juga terpaksa menaikkan harga barang-barang strategis
seperti harga BBM yang berkali-kali dinaikkan sepanjang tahun 2001-2003, serta tahun 2005. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah income negara dalam rangka memenuhi APBN yang defisit. Tarif
dasar listrik dan telephone juga ketika itu terpaksa dinaikkan untuk menambah income negara
mengatasi defisit APBN. Inilah akibat berantai dari sistem ribawi dalam sistem perekonomian
Indonesia. Pajak juga dinaikkan, tetapi banyak dikuras oleh pembayaran bunga. Kasihan rakyat,
mereka dizalimi hanya untuk menyumbang bank-bank rekap. Ironisnya lagi, tanpa berbuat apa-apa,
bank rekap bergembira ria menerima riba sebesar Rp 61, 2 Trilyun dari pemerintah pada tahun 2001
dan ini berlangsung terus, meskipun mengalami penurunan sampai tahun 2003.
Dari data dan fakta tersebut, maka tak seorang pun bisa membantah, bahwa bunga bank
memainkan peran penting dalam merusak perekonomian bangsa Indonesia yang telah semakin
memerosokkan Indonesia ke dalam jeratan hutang yang membahayakan. Bunga juga telah membuat
harga BBM, TDL dan telephone naik. Bahkan lebih dari itu, Indonesia terpaksa menjual beberapa
asset negara strategis, seperti perusahaan telekomunikasi dan perkebunan demi untuk menutupi
defisit APBN. Pajak rakyat yang seharusnya digunakan untuk pembangunan, ternyata sangat banyak
disumbangkan kepada bank-bank rekap dalam bentuk bunga obligasi dan bunga SBI. Berdasarkan
kenyataan ini, maka benarlah apa yang dikatakan oleh Anwar Nasution, Deputi Senior Gubernur BI

5
ketika itu, bahwa bank-bank rekap tersebut adalah parasit bagi perekonomian Indonesia. Hal yang
sama juga sering diungkapkan oleh pakar-pakar dan praktisi perbankan nasional lainnya, seperti Dr.
Drajat Wibowo (Direktur INDEF), Hilmi (pengawas bank dari Bank Indonesia), dsb. Dari fakta di atas
jelaslah bahwa bunga membawa petaka kehancuran ekonomi Indonesia. [Kompas 25 Februari 2002].
Selanjutnya, kita perlu menyaksikan fakta ketidakwarasan/kegilaan pelaku riba , yaitu fakta
penjualan (divestasi) sebuah bank swasta raksasa. Harga penjualannya sebesar Rp 5 Trilyun. Namun
anehnya, pemerintah memberi bunga obligasi kepada bank ini sebesar Rp 9 Trilyun tahun 2001.
Penjualan ini menurut H. Hilmi, mantan pejabat Senior Bank Indonesia, adalah tindakan sableng
(gila). Sebab menurutnya, setiap penjualan asset, si penjual menerima uang. Tapi dalam sistem yang
sableng ini, tidak demikian adanya, Si penjual tidak dapat uang, malah nombok lagi dalam jumlah
besar dan selanjutnya menyumbang bunga terus menerus.
Karena itu pula, Drajat Wibowo, Ekonom Senior INDEF, mengatakan bahwa perbuatan penjualan
saham BCA milik pemerintah (sistem riba) dengan harga Rp 5 Trilyun, tidak sesuai logika dan
dikatakannya bahwa perbuatan itu adalah sableng secara kolektif. Drajat Wibowo, Ekonom Senior
INDEF, menulis, (Kompas 25 Februari 2002): Kalau transaksi yang jelas-jelas merugikan dan tidak
sesuai dengan logika (abnormal/gila) diteruskan, Indonesia memang akan mempunyai landmark
kebodohan kolektif. Ini akan menjadi preseden bagi divestasi Bank Danamon, Bank Niaga dan bankbank lainnya di bawah APBN. Ini juga menjadi preseden bagi proses privatisasi BUMN karena skema
sablengnya Stanchart bisa ditiru dengan mudah.
Dikatakannya demikian, karena di dalam divestasi BCA terlihat perbuatan yang tidak logis. Adalah
logis kalau dalam setiap penjualan asset, si penjual menerima uang. Tetapi dalam penjualan BCA
tidak demikian. Secara net, ternyata pemerintah tidak menerima uang, malah mengeluarkan uang
dalam jumlah besar. Gambaran perhitungannya ialah, bahwa pada tahun 2002 pemerintah
menerima uang hasil penjualan BCA Rp 5 Trilyun, tetapi sebaliknya pemerintah justru mengeluarkan
uang untuk BCA sangat besar yaitu berupa bunga (riba) obligasi saja sebesar Rp 9,1 Trilyun.
Pemerintah memberinya Rp 9,1 Trilyun!!! Sementara dalam neracanya 31-12-2002 terlihat laba Rp 3
Trilyun. Laporannya itu menunjukkan bahwa BCA terlihat hebat. Tapi ingat, laba ini diperoleh karena
mendapat sumbangan bunga riba dari pemerintah sebesar Rp 9,1 Trilyun tadi.
Mengapa pemerintah bisa bertindak gila/sableng seperti itu? Menurut H. Hilmi, SE, biasanya
mereka berdalih, bahwa karena semua penyelesaian tidak ada yang baik, maka karena pusing atau
mungkin sempoyongan seperti orang sableng (gila); mereka terpaksa memilih jalan yang terbaik di
antara yang terjelek itu. Serba susah, itulah suatu dilema yang kita hadapi karena sistem riba.
Ringkasnya, dampak dari sistem ribawi (bunga-berbunga) adalah sbb:
Pertama, Sistem ekonomi ribawi telah banyak menimbulkan krisis ekonomi di mana-mana sepanjang
sejarah, sejak tahun 1930 sampai saat ini. Sistem ekonomi ribawi telah membuka peluang para
spekulan untuk melakukan spekulasi yang dapat mengakibatkan volatilitas ekonomi banyak negara.
Sistem ekonomi ribawi menjadi puncak utama penyebab tidak stabilnya nilai uang (currency) sebuah
negara. Karena uang senantiasa akan berpindah dari negara yang tingkat bunga real yang rendah ke
negara yang tingkat bunga real yang lebih tinggi akibat para spekulator ingin memperoleh
keuntungan besar dengan menyimpan uangnya dimana tingkat bunga real relatif tinggi. Usaha
memperoleh keuntungan dengan cara ini, dalam istilah ekonomi disebut dengan arbitraging. Tingkat
bunga real disini dimaksudkan adalah tingkat bunga minus tingkat inflasi.

6
Kedua, di bawah sistem ekonomi ribawi, kesenjangan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia
makin terjadi secara konstant, sehingga yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Ini
mirip dengan apa yang digambarkan dalam film Capitalism: A Love Story karya Michael Moore.
Dalam film tsb, Michael Moore mengeksplorasi bagaimana system kapitalisme menyebabkan rakyat
AS sangat menderita. Michael Moore menggambarkan bahwa perusahaan-perusahaan besar, seperti
bank-bank pemberi kredit bertindak sebagai perampok ulung dan licik yang secara khusus membuat
rakyat AS menjadi jatuh miskin, dan sekaligus menjadikan jurang pemisah antara si kaya dan si
miskin semakin lebar!
Ketiga, Suku bunga juga berpengaruh terhadap investasi, produksi dan terciptanya pengangguran.
Semakin tinggi suku bunga, maka investasi semakin menurun. Jika investasi menurun, produksi juga
menurun. Jika produksi menurun, maka akan meningkatkan angka pengangguran.
Keempat, Teori ekonomi juga mengajarkan bahwa suku bunga akan secara signifikan menimbulkan
inflasi. Inflasi yang disebabkan oleh bunga adalah inflasi yang terjadi akibat ulah tangan manusia.
Inflasi seperti ini sangat dibenci Islam, sebagaimana ditulis Dhiayuddin Ahmad dalam buku Al-Quran
dan Pengentasan Kemiskinan. Inflasi akan menurunkan daya beli atau memiskinkan rakyat dengan
asumsi cateris paribus.
Kelima, Sistem ekonomi ribawi juga telah menjerumuskan negara-negara kepada debt trap (jebakan
hutang) yang dalam, sehingga untuk membayar bunga saja mereka kesulitan, apalagi bersama
pokoknya.
Keenam, dalam konteks Indonesia, dampak bunga tidak hanya sebatas itu, tetapi juga berdampak
terhadap pengurasan dana APBN. Bunga telah membebani APBN untuk membayar bunga obligasi
kepada perbankan konvensional yang telah dibantu dengan BLBI. Selain bunga obligasi, juga
membayar bunga SBI. Pembayaran bunga yang besar inilah yang membuat APBN kita defisit setiap
tahun. Seharusnya APBN kita surplus setiap tahun dalam jumlah yang besar, tetapi karena sistem
moneter Indonesia menggunakan sistem riba, maka tak ayal lagi, dampaknya bagi seluruh rakyat
Indonesia bisa menjadi sangat mengerikan.
Larangan riba merupakan salah satu pembeda utama antara sistem ekonomi Islam dengan ekonomi
konvensional. Argumentasi larangan riba dalam ekonomi Islam telah banyak dibahas para ulama dan
ilmuwan Islam sepanjang sejarah. Menurut Prof. A. M. Sadeq (1989) dalam artikelnya Factor Pricing
and Income Distribution from An Islamic Perspective yang dipublikasikan dalam Journal of Islamic
Economics, menyebutkan bahwa pengharaman riba dalam ekonomi, setidaknya, disebabkan oleh
empat alasan:
Pertama, sistem ekonomi ribawi telah menimbulkan ketidakadilan dalam masyarakat terutama bagi
para pemberi modal (bank) yang pasti menerima keuntungan tanpa mau tahu apakah para
peminjam dana tersebut memperoleh keuntungan atau tidak. Kalau para peminjam dana
mendapatkan untung dalam bisnisnya, maka persoalan ketidakadilan mungkin tidak akan muncul.
Namun, bila usaha bisnis para peminjam modal bangkrut, para peminjam modal juga harus
membayar kembali modal yang dipinjamkan dari pemodal plus bunga pinjaman. Dalam keadaan ini,
para peminjam modal yang sudah bangkrut seperti sudah jatuh di timpa tangga pula, dan bukankah
ini sesuatu yang sangat tidak adil?
Kedua, sistem ekonomi ribawi juga merupakan penyebab utama berlakunya ketidakseimbangan
antara pemodal dengan peminjam. Keuntungan besar yang diperoleh para peminjam yang biasanya

7
terdiri dari golongan industri raksasa (para konglomerat) hanya diharuskan membayar pinjaman
modal mereka plus bunga pinjaman dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan milyaran
keuntungan yang mereka peroleh. Padahal para penyimpan uang di bank-bank adalah umumnya
terdiri dari rakyat menengah ke bawah. Ini berarti bahwa keuntungan besar yang diterima para
konglomerat dari hasil uang pinjamannya tidaklah setimpal dirasakan oleh para pemberi modal (para
penyimpan uang di bank) yang umumnya terdiri dari masyarakat menengah ke bawah.
Ketiga, sistem ekonomi ribawi akan menghambat investasi karena semakin tingginya tingkat bunga
dalam masyarakat, maka semakin kecil kecenderungan masyarakat untuk berinvestasi. Masyarakat
akan lebih cenderung untuk menyimpan uangnya di bank-bank karena keuntungan yang lebih besar
diperoleh akibat tingginya tingkat bunga.
Keempat, bunga dianggap sebagai tambahan biaya produksi bagi para businessman yang
menggunakan modal pinjaman. Biaya produksi yang tinggi tentu akan memaksa perusahaan untuk
menjual produknya dengan harga yang lebih tinggi pula. Melambungnya tingkat harga, pada
gilirannya, akan mengundang terjadinya inflasi akibat semakin lemahnya daya beli konsumen.
Semua dampak negatif sistem ekonomi ribawi ini secara gradual tapi pasti, akan mengkeroposkan
sendi-sendi ekonomi umat. Krisis ekonomi tentunya tidak terlepas dari pengadopsian sistem
ekonomi ribawi seperti disebutkan di atas.
Tak bisa dibantah bahwa sistem ekonomi ribawi akan menggerogoti sendi-sendi ekonomi
masyarakat. Hal itu terlihat dengan jelas pada praktek perbankan konvensional yang menganut
sistem ribawi. Tingkat bunga dijadikan acuan untuk meraih keuntungan para pemberi modal. Bank
tidak mau tahu apakah para peminjam memperoleh keuntungan atau tidak atas modal pinjamannya,
yang penting para peminjam harus membayar modal pinjamannya plus bunga pinjaman. Semakin
tinggi tingkat bunga dalam sebuah negara, maka semakin tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh
para pemberi modal dan semakin merusak sendi-sendi ekonomi umat akibat dampak negatif sistem
ekonomi ribawi dalam masyarakat. Demikian pula, akibat terlalu tingginya tingkat bunga yang
dibebankan kepada para peminjam, maka semakin sukarnya para peminjam untuk melunasi bunga
pinjamannya. Apalagi dalam sistem ekonomi konvensional, biasanya pihak bank tidak terlalu selektif
dalam meluncurkan kreditnya kepada masyarakat. Pihak bank tidak mau tahu apakah uang
pinjamannya itu digunakan pada sektor-sektor produktif atau tidak, yang penting bagi mereka
adalah semua dana yang tersedia dapat disalurkan kepada masyarakat. Sikap bank yang beginilah
yang menyebabkan semakin tingginya kredit macet dalam ekonomi akibat semakin menunggaknya
hutang peminjam modal yang tidak sanggup dilunasi ketika jatuh tempo kepada pihak bank.
Akibatnya, bank-bank akan memiliki defisit dana yang dampaknya sangat mempengaruhi tingkat
produksi dalam masyarakat.
Sistem ekonomi ribawi juga menjadi penyebab utama tidak stabilnya nilai uang (currency) sebuah
negara. Karena uang senantiasa akan berpindah dari negara yang tingkat bunga real yang rendah ke
negara yang tingkat bunga real yang lebih tinggi akibat para spekulator ingin memperoleh
keuntungan besar dengan menyimpan uangnya dimana tingkat bunga real relatif tinggi (arbitraging).
Tingkat bunga real yang dimaksudkan disini adalah tingkat bunga minus tingkat inflasi. Sebagai
contoh, bila tingkat bunga di Indonesia, katakanlah, 12% dengan tingkat inflasi 8 %, maka tingkat
bunga real adalah 4% (12% 8%). Ini berarti walaupun tingkat bunga nominal (tingkat bunga
sebelum dikurangi dengan tingkat inflasi) tinggi di Indonesia, ini tidak secara otomatis akan
mempengaruhi investor untuk membeli Rupiah, karena pada dasarnya tingkat bunga real di
Indonesia jauh lebih rendah dibandingkan dengan tingkat bunga real di negara-negara lain. Inilah
penyebab utama semakin menurunnya nilai (depresiasi) Rupiah akibat rendahnya permintaan akan
Rupiah.

8
Tinggi rendahnya nilai Rupiah sangat dipengaruhi oleh jumlah permintaan dan penawaran Rupiah di
pasar uang. Semakin banyak jumlah permintaan mata uang Rupiah, maka semakin tinggi nilai mata
uang Rupiah, dan sebaliknya. Begitu juga dengan penawaran, semakin tingginya jumlah Rupiah yang
beredar di pasar, sementara permintaan akan Rupiah rendah, maka nilai rupiah akan menurun, dan
sebaliknya. Sebenarnya, inilah yang sedang berlaku di Indonesia, dimana jangankan businessman
asing, para businessman dalam negeri-pun lebih cenderung membeli Dolar atau mata uang asing
lainnya dengan menjual Rupiah di pasar valuta asing. Ini juga bermakna semakin berkurangnya dana
asing yang masuk ke Indonesia, ditambah lagi dengan larinya dana dalam negeri ke luar sehingga
akan sangat mempengaruhi ketersediaan dana yang memadai sebagai modal pembangunan
ekonomi. Hal ini jelas semakin memperparah penurunan nilai mata uang Rupiah dan semakin
minimnya dana asing dan lokal yang tersedia untuk pembangunan ekonomi, yang pada gilirannya,
akan menyebabkan krisis ekonomi terjadi berkepanjangan.
Memang, harus diakui bahwa semakin rendahnya nilai Rupiah, maka semakin memperkuat daya
saing komoditas eksport Indonesia di pasar internasional karena relatif murahnya harga komoditas
eksport tersebut di pasar internasional bila dibeli dengan mata uang asing. Tetapi, penurunan nilai
Rupiah ini tidak akan memberi pengaruh signifikan sebab kebanyakan komposisi bahan mentah
komoditas eksport Indonesia adalah terdiri dari bahan mentah yang diimport dari negara luar.
Dengan kata lain, kenaikan harga barang mentah akibatnya tingginya nilai mata uang (appresiasi)
asing jelas akan menyebabkan biaya untuk memproduksikan komoditas eksport tersebut akan
bertambah mahal sehingga produk akhir komoditas itu harus dijual dengan harga yang mahal pula.
Ini menunjukkan bahwa penurunan nilai Rupiah tidak akan memberi kelebihan daya saing eksport
Indonesia di pasar internasional.
Permasalahan di atas, sebenarnya, tidak pernah terjadi kalau sistem ekonomi Islam diadopsi dalam
sistem ekonomi negara. Kenapa tidak? Karena nilai uang tidak akan dipengaruhi oleh perbedaan
tingkat bunga real sebab ekonomi Islam tidak mengenal sistem bunga (riba). Inilah yang
menyebabkan nilai uang dalam ekonomi tanpa bunga tidak mengalami volatilitas yang
membahayakan.
Melihat realita diatas, sistem moneter yang menggunakan instrumen bunga adalah sistem yang tidak
logis, dan jika ada orang yang masih menggunakannnya berarti ia termasuk tidak waras/gila,
sebagaimana diungkapkan Al-Quran dalam Surah Al-Baqarah ayat 275:
Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang
telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka
baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni
neraka; mereka kekal di dalamnya.
Negara-negara tidak bisa berdiri karena bunga, terlihat dari hutang mereka yang demikian besar dan
kesulitan ekonomi yang dalam. Dan kalau sistem bunga ini diteruskan, maka mereka sebenarnya
sudah tidak waras lagi, karena sistem bunga yang sudah jelas-jelas membawa petaka, masih
dipertahankan. Karena itu, menjadi kewajiban ummat untuk kembali ke ajaran Ilahi, ajaran Allah
Swt, Tuhan yang menciptakan manusia, juga menciptakan sistemnya untuk kita ikuti dan amalkan.

Peranan Terbatas Uang Kertas dan Solusi Penggantinya


Dalam teori ekonomi, uang memiliki tiga fungsi, yaitu sebagai Alat Tukar (Medium of Exchange),
sebagai Penyimpan Nilai (Store of Value), dan sebagai Satuan Perhitungan/Timbangan (Unit of
Account).
Ketiga fungsi ini seharusnya melekat pada uang yang kita gunakan, namun penggunaan uang kertas
justru tidak dapat memenuhi ketiga fungsi tersebut sekaligus. Uang kertas ini pertama kali
dikembangkan di China oleh Dinasti Tang pada abad ke-7 (618-907), dengan isu-isu lokal mata uang
kertas.
Uang kertas hanya berfungsi secara optimal sebagai Alat Tukar atau Medium of Exchange. Sebagai
Store of Value, nilainya tergerus oleh inflasi dari waktu ke waktu. Karena nilainya yang terus
menurun ini maka uang kertas juga tidak bisa secara konsisten dipakai sebagai Unit of Account.
Kalau Anda memiliki rumah yang Anda beli 10 tahun lalu senilai Rp 400 juta; tanpa renovasi
sekalipun sekarang nilainya diatas Rp 1 Milyar maka dalam mata uang Rupiah seolah anda untung
150%; benarkah Anda untung? darimana untungnya? lha wong rumahnya ya tetap itu-itunya.
Keuntungan semu ini terjadi karena bias Unit of Account yang Anda gunakan yaitu Rupiah.
Uang Emas/Dinar atau Perak/Dirham yang sebenarnya sepanjang sejarah ribuan tahun bisa
memerankan tiga fungsi uang tersebut dengan baik.
Namun karena rezim pemerintahan dunia 85 tahun terakhir hanya menggunakan uang kertas dan
bahkan 27 tahun terakhir melalui IMF melarang penggunaan emas sebagai referensi mata uang;
maka Emas/Dinar dan Perak/Dirham belum bisa kita fungsikan sebagai uang dalam pengertian Alat
Tukar atau Medium of Exchange secara optimal. (lihat artikel Kapan Dinar Akan Menjadi Mata Uang
Umat Sepenuhnya....? Oleh: Muhaimin Iqbal [terlampir])
Dalam hal uang, kita yang hidup di zaman ini menghadapi situasi dilematis. Uang kita yang resmi
yaitu Rupiah, Dollar dlsb. dapat secara efektif kita gunakan sebagai alat tukar saat ini, namun uang
kertas ini tidak dapat memerankan fungsi Store of Value dan Unit of Account. Uang kertas hanya
secara efektif memerankan 1 dari tiga fungsi uang.
Di sisi lain kita juga memiliki uang Dinar dan Dirham yang sudah terbukti efektif memerankan ketiga
fungsinya; namun secara legal tidak diakui sebagai Alat Tukar atau Medium of Exchange. Praktis
Dinar dan Dirham baru bisa memerankan 2 dari tiga fungsi uang.
Dalam salah satu bukunya The Road To Serfdom pemenang hadiah Nobel ilmu ekonomi tahun
1974 Friedrich August von Hayek (1899-1992) memprediksi akan keunggulan uang swasta sebagai
berikut : Saya menjadi semakin yakin, jauh melebihi keyakinan saya sebelumnya, bahwa bila kita
akan memiliki uang yang baik, uang ini tidak akan berasal dari pemerintah, uang ini akan
dikeluarkan oleh perusahaan swasta. Hal ini karena menyediakan uang yang baik, uang yang dapat
dipercaya dan dapat digunakan bagi masyarakat, tidak hanya menjadi usaha yang menguntungkan,
tetapi menuntut disiplin yang tidak pernah ditunjukkan oleh pemerintah yang mengeluarkan uang
selama ini.
Beberapa puluh tahun kemudian, pendapat serupa dilontarkan oleh dewanya ekonom futuristik
barat John Naisbitt dalam bukunya. Ia mengatakan: Monopoli terakhir yang akan ditinggalkan
umat manusia adalah monopoli uang nasional (sekarang uang fiat). Umat manusia akan

10
meninggalkan uang nasionalnya uang fiat yang tidak memiliki nilai intrinsik dan menggantinya
dengan uang private yaitu benda-benda real yang memiliki nilai intrinsik.
Ironisnya adalah pendapat-pendapat para ekonom yang sangat mumpuni dibidangnya ini, tidak
terlalu banyak mendapat perhatian dari masyarakat barat sendiri. Mereka tetap asyik dengan uang
fiatnya, padahal penurunan nilainya dari waktu ke waktu sudah begitu jelas.
Penurunan nilai uang ini tidak terlepas dari ketidakdisiplinan pemerintah dalam mencetak uang
seperti yang diungkap oleh F.A. Hayek tersebut diatas; setahun terakhir misalnya, sungguh sangat
nyata apa yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serrikat. Kombinasi dari langkah-langkah US
Treasury dan the Fed yang telah membelanjakan, menjamin atau menjanjikan tidak kurang dari US$
13 trilyun secara praktis telah menggandakan jumlah uang US$ hampir dua kalinya.
Dampak dari penggandaan jumlah uang ini adalah tentu penurunan nilai dari uang yang dipegang
oleh masyarakat; siapa yang dirugikan?, ya semua pihak yang saat ini memegang US$. Hal inilah
yang ratusan tahun lalu juga telah diingatkan oleh Ibnu Taimiyyah: Jumlah fulus (uang yang lebih
rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga) hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap
jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh
mencetak fulus berlebihan yang merugikan masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah
ada di mereka.
Lantas apakah pihak swasta yang sadar akan hal ini akan rame-rame mencetak uang-nya sendiri?,
sepertinya tidak. Kemungkinan yang terjadi adalah seperti prediksinya John Naisbitt tersebut diatas,
masyarakat akan meninggalkan uang yang dicetak oleh pemerintah tetapi tidak lari ke uang yang
dikeluarkan oleh swasta karena negeri manapun tidak akan mengizinkan swasta mengeluarkan
uang.
Sebagai gantinya, masyarakat akan menggunakan benda-benda real dengan nilai intrinsik untuk
bertransaksi. Langkah-langkah persiapan barter modern ini sudah dimulai oleh pihak swasta
maupun oleh negara-negara yang telah mengantisipasi problem yang akan segera timbul dengan
uang pemerintah. Penggunaan benda real untuk transaksi ini tidak melanggar hukum negeri
manapun. Sebagai contoh kita biasa nukar mobil yang lama dengan yang baru (trade-in), di desa
orang nukar sapi kecil ke yang lebih besar, di dunia penerbangan orang menukar mileage dengan
souvenir dst, dst.
Bahkan dalam Islam, perdagangan benda real dengan benda real ini menjadi rujukan utama dalam
dunia perdagangan dan keuangan. Dalam Hadits Nabi Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasai,
dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w bersabda: (Juallah) emas
dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, syair dengan syair, kurma dengan
kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika
jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.
Umat Islam sudah seharusnya menjadi yang paling siap dalam meng-implementasikan perdagangan
dengan alat tukar benda real bernilai intrinsik, karena ini telah diajarkan langsung oleh Uswatun
Hasanah kita Rasulullah SAW melalui hadits tersebut diatas. Dinar emas yang kini mulai menyebar
luas di masyarakat, Insya Allah akan menjadi instrumen yang paling praktis dan terpercaya dalam
perdagangan modern yang akan datang.
Sekarang mungkin kita bertanya, mengapa emas atau dinar yang sejak dulu digunakan sebagai mata
uang dan alat tukar, bisa tergantikan oleh kertas yang tidak bernilai intrinsik???

11
Permulaan kertas secara meluas di seluruh dunia (mata uang US$) digunakan sebagai alat tukar
bermula dari kesepakatan Bretton Woods.
Cerita Bretton Woods ini bermula pada bulan July tahun 1944 ketika Amerika merasa telah
memenangi sebagian besar Perang Dunia II, maka mereka memprakarsai konferensi di Bretton
Woods yang kelak akan mengatur system keuangan dunia.
Inti kesepakatan Bretton Woods awalnya adalah janji Amerika Serikat untuk mendukung uang Dollarnya secara penuh dengan emas yang nilainya setara. Kesetaraan ini mengikuti konversi harga emas
yang ditentukan tahun 1934 oleh Presiden Roosevelt yaitu US$ 35 untuk 1 troy ons emas. Negaranegara lain yang mengikuti kesepakatan tersebut awalnya diizinkan untuk menyetarakan uangnya
terhadap emas ataupun terhadap Dollar. Dengan kesepakatan ini seharusnya siapapun yang
memegang Dollar dengan mudah menukarnya dengan emas yang setara.
Namun kesepakatan Bretton Woods yang digagas oleh Amerika ternyata juga diingkari sendiri oleh
Amerika. Secara perlahan tetapi pasti mereka ternyata mengeluarkan uang yang melebihi
kemampuan cadangan emasnya, bahkan secara sepihak mereka tidak lagi mengizinkan mata uang
lain disetarakan terhadap emas , harus dengan Dollar.
Pemegang Dollar juga tidak bisa serta merta menukarnya dengan emas yang setara, tentu hal ini
karena Amerika Serikat memang tidak memiliki jumlah cadangan emas yang seharusnya dimiliki
setara dengan jumlah uang yang dikeluarkan saat itu Amerika hanya memiliki 22% dari jumlah
cadangan emas yang harusnya mereka miliki!.
Ketidakadilan ini mulai mendapatkan protes oleh sekutu Amerikat sendiri yaitu Generale De
Gaulle dari Prancis. Pada tahun 1968 Degaulle menyebut kesewenang-wenangan Amerika sebagai
mengambil hak istimewa yang berlebihan atau exorbitant privilege.
Tekanan dan ketidakpercayaan terus berlanjut dan Negara-negara sekutu Amerika Serikat terus
menukar Dollarnya dengan emas. Praktis saat itu hanya Jerman yang tetap mendukung Dollar dan
tidak menukar dollarnya dengan emas.
Puncak kesewenang-wenangan Amerika terjadi pada tahun 1971 ketika secara sepihak Amerika
Serikat memutuskan untuk tidak lagi mengaitkan Dollar-nya dengan cadangan emas yang mereka
miliki karena memang mereka tidak mampu lagi!.
Kejadian yang disebut Nixon Shock tanggal 15 Agustus 1971 ini tentu mengguncang dunia karena
sejak saat itu sebenarnya Dollar Amerika tidak bisa lagi dipercayai nilainya sampai sekarang.
Berdasarkan kesepakatan Bretton Woods seharusnya US$ 35 setara dengan 1 troy ons emas,
sekarang atau 37 tahun kemudian perlu US$ 815 untuk mendapatkan 1 troy ons emas. Artinya
Dollar Amerika saat tulisan ini ditulis hanya bernilai 4.3 % dari nilai yang seharusnya apabila Amerika
Serikat memenuhi janjinya dalam kesepakatan Bretton Woods yang diprakarsainya.
Dengan kegagalan Bretton Woods tersebut seharusnya badan-badan pelaksana konsep ini yaitu IMF
dan Bank Dunia juga harus ditutup karena mereka telah gagal menjalankan fungsinya.
Ironisnya bukan ini yang terjadi, kurang lebih empat bulan setelah terang-terangan Amerika
mengingkari janjinya di Bretton Woods, tepatnya tanggal 18 Desember 1971 mereka melahirkan apa
yang disebut Smithsonian Agreement.

12
Perjanjian yang diteken di Smitsonian Institute bersama negara negara industri yang disebut G 10 inilah yang menandai berakhirnya era fixed exchange rate dengan back up emas, menjadi rejim floating
exchange rate yang diikuti oleh seluruh negara anggota IMF termasuk Indonesia sampai sekarang.
Sejak tahun 1971 tersebut praktis seluruh otoritas moneter dunia menggunakan kembali uang fiat
murni yaitu uang yang tidak didukung oleh adanya cadangan emas. Uang fiat (dari bahasa latin yang
artinya let it be done!, terjemahan bebas ke bahasa anak Jakarta-nya kurang lebih emangnye gue
pikirin) adalah uang yang dibuat dari barang yang tidak senilai dengan uang tersebut, bisa berupa
kertas, catatan pembukuan semata (accounting entry) di bank, atau bahkan hanya bit binari dalam
memori computer. Karena asalnya tidak bernilai, kemudian dipaksakan harus diakui nilainya maka
uang fiat ini nilai dan keabsahannya ditentukan oleh pihak yang berwenang dalam suatu negara
oleh karenanya juga menjadi pembayaran yang sah (legal tender) dalam perdagangan, pembayaran
hutang dlsb.
Pakar ekonomi, Muhaimin Iqbal mengatakan bahwa System yang gagal ini yang mau dihidupkan
kembali oleh para ekonom dan beberapa pemimpin negara. Saya sendiri pesimis kalau Bretton
Woods II akan bisa terwujud. Seandainya toh ini terwujud, saya yakin Bretton Woods II akan
mengulangi kegagalannya persis seperti yang dulu.
Mengapa saya demikian yakin, bahwa kalau toh ada Bretton Woods II pasti gagalnya?. Keyakinan ini
timbul tidak lain karena kita punya sumber berita yang valid sepanjang zaman. Yang memberitakanpun adalah Yang Maha Tahu. Yang ditetapakan-Nya pasti terjadi.
Kita diberitahu oleh Yang Maha Mengetahui; agar kita hati-hati mempercayakan urusan keuangan
kita pada Yahudi karena lebih besar kemungkinan mereka yang berkianat dibandingkan yang tidak,
bahkan mereka menganggap kita sebagi orang-orang ummi yang harta kita bisa diambil mereka
secara sepihak. Ayatnya sebagai berikut :
Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak,
dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya satu Dinar, tidak dikembalikannya padamu, kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang
demikian itu lantaran mereka mengatakan: "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang
ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui (QS 3:75).
Nixon Shock 1971 adalah salah satu bukti pengkhianatan mereka atas kepercayaan Dunia terhadap
mereka.
Berita lainnya yang sudah sering sekali saya kutip adalah berita bahwa ekonomi yang dibangun atas
dasar Riba, pasti dimusnahkan-Nya (QS 2 :276).
Mungkin timbul dibenak Anda bahwa bukankah Bretton Woods menggunakan emas sebagai dasar
untuk pencetakan uang; Dinar juga menggunakan emas sebagai uang. Lantas apanya yang berbeda?.
Dalam Islam, uang hanya sebagai alat atau timbangan agar muamalah bisa berjalan secara adil
Dinar memerankan sebagai timbangan yang adil tersebut.
Agar timbangan tersebut tetap selalu ada di masyarakat yang membutuhkannya agar muamalah
selalu bisa berjalan secara adil; maka serangkaian aturan syariah yang ketat harus ditaati oleh umat
ini; antara lain:

13

Larangan menimbun.
Larangan riba.
Larangan menggunakan emas sebagai tempat makan dan sejenisnya.
Larangan laki-laki menggunakan perhiasan emas.
Dorongan agar harta selalu berputar tidak hanya pada golongan yang kaya.

Jadi yang memungkinkan system Dinar berjaya dulu (dan juga Insya Allah kelak) bukan semata-mata
Dinarnya saja, tetapi seluruh system keadilan berjalan.
Apabila sekarang yang akan dilakukan hanya menggunakan Emasnya saja sebagai referensi; tetapi
system penunjangnya secara keseluruhan masih sangat mungkar riba dan spekulasi masih
merajalela maka emas sendirian tidak akan banyak membawa perubahan.
Terlepas bahwa kecil kemungkinan Bretton Woods II bisa terwujud apalagi bisa sukses, sebenarnya
ada hikmah lain yang bisa kita ambil dari mulai dibicarakannya Bretton Woods oleh para ekonom
dan pemimpin dunia. Hikmah ini adalah pengakuan mereka dalam tindak - bahwa emas-lah
sesungguhnya uang yang seharusnya selalu menjadi rujukan.
Sekarang Anda mungkin sudah mulai yakin bahwa emas atau dinar-lah sebagai benda terbaik untuk
dijadikan sebagai mata uang dan alat tukar. Namun Anda mungkin berpikir bahwa hal tsb tetap akan
sulit terwujud mengingat emas adalah salah satu jenis barang yang tidak dapat diperbaharui,
sehingga bila digunakan sebagai mata uang dan alat tukar, maka akan menjadi langka dan akhirnya
tidak dapat mencukupi kebutuhan manusia.
Diciptakannya emas dan perak oleh Allah menurut Imam Ghazali adalah agar emas dan perak ini
digunakan sebagai hakim atau timbangan yang adil untuk menilai barang-barang dalam
bermuamalah. Hal ini sejalan dengan banyaknya ayat-ayat al-Quran yang memerintahkan kita untuk
menegakkan timbangan atau neraca yang berarti juga menegakkan keadilan.
Kalau kita diperintahkan untuk menegakkan timbangan atau bermuamalah secara adil, dan untuk ini
dibutuhkan emas atau perak maka pastilah Allah menyediakannya secara cukup di muka bumi.
Berdasarkan data dari World Gold Council (WGC), sampai akhir tahun lalu tersedia sekitar 170.000
ton emas di seluruh permukaan bumi (cadangan di dalam bumi belum dihitung). Lebih dari
separuhnya untuk perhiasan (51%), sedangkan yang dipakai sebagai cadangan di bank-bank sentral
seluruh dunia hanya 18%, hampir sama dengan jumlah emas untuk investasi yang sampai 17%.
Data lain dari Gold Sheet Link menunjukkan bahwa selama sekitar 170 tahun terakhir trend
ketersediaan emas di permukaan bumi meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk bumi.
Bahkan ketersediaan emas per kapita dunia cenderung naik dari 0.50 ounces/kapita pertengahan
abad 19; menjadi sekitar 0.75 ounces/kapita dasawarsa ini.
Data-data tersebut sebenarnya menunjukkan bahwa emas sangatlah cukup untuk digunakan sebagai
alat bermuamalah atau uang yang adil bagi seluruh penduduk bumi kapanpun dan dimanapun.
Hanya keserakahan manusia yang membuatnya seolah emas tidak pernah cukup.
Emas hanya akan cukup digunakan sebagai uang yang adil apabila kondisi masyarakatnya mematuhi
aturan penggunaan emas ini secara menyeluruh. Dimana aturan ini adanya?. Hanya syariat Islam-lah
yang memiliki aturan sangat rinci mengenai penggunaan emas ini; coba perhatikan contoh-contoh
berikut :

14
1. Kaum lelaki dalam Islam dilarang menggunakan perhiasan emas; emas yang digunakan
sebagai perhiasan saat ini sudah 51 % dari seluruh emas yang ada. Pelarangan laki-laki
menggunakan emas sebagi perhiasan akan berdampak berkurangnya proporsi emas
perhiasan, dan menyisakan lebih banyak emas untuk uang.
2. Pelarangan emas digunakan untuk tempat makan minum, juga akan membuat emas lebih
banyak tersedia sebagai uang.
3. Larangan disertai ancaman yang sangat berat adalah menimbun emas dan perak. Karena
kalau emas ditimbun, maka berapapun adanya di permukaan bumi tidak akan pernah cukup.
4. Larangan terberat adalah Riba sampai-sampai Allah dan Rasulnya mendeklarasikan perang
terhadap pelakunya. Iming-iming riba akan menghilangkan emas yang digunakan sebagai
alat muamalah yang adil yang dibutuhkan masyarakat.
5. Perintah agar harta selalu berputar (QS. Al Hasyr 7) adalah kuncinya; kalau emas ini bisa
benar-benar berputar (karena tidak ditimbun dan tidak juga di-riba-kan), maka jumlah
tidaklah menjadi masalah. Sedikit yang berputar akan cukup, sebaliknya sebanyak apapun
yang ditimbun atau di-riba-kan tidak akan pernah cukup.
Inilah mengapa rezim emas pasca Kekhalifahan seperti Bretton Woods gagal dan akan selalu gagal
karena hanya menggunakan emas sebagai standar tidak akan pernah cukup memenuhi keserakahan
manusia.
Emas hanya cukup apabila syariat yang mengaturnya ditegakkan; dan hanya Islam yang memiliki
syariat ini. Jadi sesungguhnya hanya Islam yang memiliki solusi komprehensif untuk mengatasi
gunjang-ganjingnya keuangan dunia saat ini.
Ini pekerjaan besar sekali dan bisa jadi akan memakan waktu yang panjang diluar batas usia kita;
namun pekerjaan ini harus dimulai. Mulai dari diri kita, dengan apa yang kita bisa.
Lantas, bagaimana dengan kasus pemalsuan emas/perak yang pernah terjadi beberapa abad yang
lalu, dimana para pemalsu sengaja melelehkan zat emas dnr dan perak dirham, mengambil emas
dan peraknya lalu memasukkan zat logam lain seperti tembaga, sehingga terjadilah penumpukkan
emas dan perak asli di tangan pemalsu?
Dengan zaman yang memiliki teknologi canggih seperti saat ini, saya pikir hal tsb bukanlah suatu
masalah yang rumit untuk dicarikan solusinya. Dengan teknologi cetak super canggih yang dilengkapi
dengan sertifikasi keaslian, maka pembuatan dinar dan dirham oleh badan yang berwenang
menjadikannya sangat sulit untuk dipalsukan. Apalagi jika hal ini ditambah dengan kebijakan dan
sosialisasi dari Pemerintah untuk meminimalisir pemalsuan tsb.
Saat ini di Indonesia, dinar diproduksi oleh PT. Antam Divisi Logam Mulia yang telah memenuhi
standar kwalitas terbaik. Sebab produk PT. Antam ini diakui secara internasional melalui sertifikasi
London Bullion Market Association (LBMA).
Menurut Muhaimin Iqbal, mengingat permintaan masyarakat terhadap dinar mengalami
peningkatan yang signifikan, maka Peruri juga akan ikut mensuplai kebutuhan dinar. Kehadiran dinar
Peruri ini merupakan hasil kerjasama antara Peruri dengan Gerai Dinar. Peruri menyediakan
infrastruktur pencetakan uang yang sangat canggih dengan timnya yang sangat berpengalaman.

15
Sementara itu, Gerai Dinar menyediakan bahan baku dan pemasarannya. Sehingga kerjasama ini
akan menandai babak baru dalam penyebaran dinar kepada masyarakat.
Dibandingkan dengan dinar produksi Antam, ukuran dinar Peruri lebih kecil. Sebab dinar Antam
berdiameter 23 mm, sedangkan dinar Peruri berdiameter 20 mm. Akan tetapi, dinar Peruri lebih
tebal dibandingkan dengan dinar produksi PT. Antam. Walau demikian, baik dinar Peruri maupun
dinar Antam memiliki berat yang sama, yakni 4,25 gram dan kadar karat yang sama, yaitu 22 karat
atau 91,7%. Dinar yang diproduksi oleh PT. Antam menggunakan gambar timbul berupa Kabah di
Masjidil Haram, sedangkan dinar Peruri menggunakan gambar timbul Masjid Istiqlal, Jakarta.
Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana negeri dengan hutang setinggi langit seperti AS, bisa
membiayai kekuatan militer negara lain , dan dari waktu-kewaktu bahkan memerangi negara-negara
lain tanpa hentinya seperti yang terjadi di Afganistan, Iraq dan entah negara mana lagi yang akan
dijadikannya medan perang berikutnya?.
Kembali jawabannya ada di uang kertas US$ mereka. Dahulu presiden-presiden awal yang taat
konstitusi negeri itu bila hendak terlibat perang harus mengajukan anggarannya dahulu ke
Congress. Bila tidak ada uang, maka perang tidak jadi dilaksanakan. Atau mereka akan
membebankan ke rakyat biaya perang ini dengan menaikkan pajak misalnya maka inipun perlu
persetujuan Congress lagi-lagi bila tidak disetujui, perang-pun tidak jadi dilaksanakan. Namun
masalah anggaran perang ini menjadi tidak terlalu penting lagi pasca dihilangkannya kaitan antara
uang US$ dengan emas Agustus 1971.
Itu dahulu, kini anggaran perang atau membiayai peralatan perang hanyalah sekedar angkaangka saja, mau US$ 5 milyar, US$ 50 milyar atau US$ 500 milyar cukuplah angkanya sebagai
informasi saja tetapi tidak menjadi faktor penentu apakah perang dilaksanakan atau tidak, apakah
peralatan perang dibeli/dibuat atau tidak.
Tidak lagi ada yang terlalu peduli, berapa uang yang mereka keluarkan untuk perang atau
membangun kekuatan untuk berperang ini baik untuk negeri sendiri ataupun untuk negeri lain
seperti Israel. Maka tidak heran, bila Amerika bisa membiayai perang Iraq yang sampai saat ini telah
menelan biaya US$ 775 Milyar, dan perang Afganistan yang telah menelan biaya US$ 375 Milyar
sehingga untuk kedua perang ini saja mereka telah mengeluarkan US$ 1.15 trilyun.
Lagi-lagi dari mana mereka dapat uang untuk membiayai perang ini?, dari mana mereka
mengeluarkan biaya perang US$ 1.15 trilyun - padahal sampai detik ini mereka berhutang lebih dari
US$ 14 trilyun?. Ya dari hutang tadi-lah mereka membiaya perang ini. Namun kalau mereka secara
terang-terangan mengeluarkan surat hutang untuk membiaya perang Iraq dan Afganistan misalnya,
siapa yang mau memberinya pinjaman? ya nggak ada.
Maka yang mereka lakukan adalah dengan mencetak uang US$, yang kemudian melalui system
financial mengalir ke seluruh dunia dalam berbagai bentuknya, termasuk untuk membiaya perang
atau peralatan perang tadi.
Jadi dengan Dollar mereka, mereka membuat negeri seperti Mesir terjajah - bahkan untuk
memilih pemimpin-pun harus yang direstui Amerika dan yang tidak membuat marah sekutu

16
mereka, Israel!. Dan dengan Dollar mereka yang dicetak dari awang-awang, mereka membiayai
perang Iraq dan Afganistan.
Mencetak uang dari awang-awang ini dikenal dengan istilah Quantitative Easing.
Quantitative Easing adalah kebijakan bank sentral untuk menambah supply uang dengan mengcredit-kan di account-nya sendiri uang dalam jumlah besar secara ex-nihilo atau out of nothing atau
dalam bahasa kita dari awang-awang. Bahkan uang ini juga tidak perlu dicetak, karena cukup di entry
di account bank central bahwa uang mereka bertambah maka bertambahlah uangnya.
Uang yang diketikkan dari awang-awang ini kemudian beredar melalui apa yang disebut open market
operation, yaitu ketika uang (yang hanya ada di data komputer) tersebut kemudian benar-benar
digunakan untuk membeli financial assets berupa government bonds, corporate bonds, dlsb, serta
mengalir ke bank-bank dan institusai finansial lainnya.
Langkah bank-bank sentral melakukan quantitative easing ini tidak terlalu bermasalah selagi pelaku
pasar dan pengguna uang pemerintah tersebut masih mempercayainya. Masalahnya adalah ketika
hal ini semakin sering dilakukan maka nilai mata uang dari negara tersebut akan terus tergerus
dengan cepat dan merugikan siapapun yang memegangnya.
China misalnya yang memegang US$ terbesar, sejak beberapa tahun terakhir mulai khawatir akan
menurunnya daya beli asset mereka yang berupa US$ tersebut. Karena kekhawatiran inilah maka
China terus mendiversifikasi cadangan devisanya dari US Dollar, mereka kini aktif membeli mata
uang-mata uang negara lain selain AS; seperti Jepang, Thailand, Korea dan bahkan beberapa negara
latin.
Pemerintah China dan perusahaan-perusahaan negara-nya juga mulai mengumpulkan asset real
diluar mata uang. Di antara yang mereka kumpulkan adalah emas, biji besi, cadangan gas, batu bara
dan bahkan cadangan kayu dari hutan-hutan di Guyana. Dari perbagai persiapan ini, maka bila nilai
US$ terus mengalami penurunan dan bahkan suatu saat bisa benar-benar kehilangan nilainya sama
sekali, maka bisa jadi China adalah negara yang paling siap menghadapinya. China bahkan juga
sudah mendorong dan memfasilitasi rakyatnya untuk rame-rame membeli emas.
Paling tidak langkah China ini pasti menggembirakan rakyatnya karena setahun terakhir rakyat China
yang memindahkan tabungan US$-nya menjadi emas mengalami keuntungan rata-rata sekitar 30%-,
yaitu rata-rata appresiasi harga emas dunia dalam US$ setahun terakhir.
Bila China beserta rakyatnya telah melakukan antisipasi yang proper terhadap kebijakan negara lain
terhadap uangnya khususnya AS, mengapa kita juga tidak belajar sampai negeri China dalam
pengelolaan asset ini?.
Selain AS, Inggris juga pernah melakukan praktek Quantitative Easing.
Ketika upaya penyelamatan ekonomi melalui pengendalian suku bunga yang sudah mencapai 0.5% terendah dalam 315 tahun terakhir! dirasa belum juga menyembuhkan krisis yang ada, mereka
mulai mencari akal (-akal-an) untuk memoles ekonomi mereka.

17

Maka diketemukanlah caranya yang diberi nama keren Quantitative Easing yang terkesan canggih,
sehingga tidak mudah dipahami rakyat. Quantitative Easing adalah salah satu cara bank sentral di
Inggris berarti Bank of England mencetak sejumlah besar uang baru di Balance Sheet-nya. Tidak
perlu repot-repot mencetak secara fisik uang kertas atau koin-nya tetapi semata-mata hanya
menambahkan angka baru secara elektronik di neraca bank sentral tersebut.
Setelah terbentuk, lalu untuk apa catatan uang ini?, untuk membeli asset-asset bermasalah dari
dunia perbankan (seperti kredit perumahan), surat utang negara dlsb. Dengan cara ini uang yang
tadinya hanya khayalan yang hanya diketikkan di neraca bank sentral, kini telah memasuki system
keuangan negeri itu.
Karena setiap bank memiliki account di bank sentral, maka bank sentral juga tidak perlu repot-repot
memindahkan uang fisik (yang memang nggak ada fisiknya) ke bank-bank tersebut, semua hanya
entry di data komputer.
Di Inggris ada komite yang disebut The Banks Monetary Policy Committee yang memiliki otoritas
untuk mencetak tambahan uang dalam khayalan tersebut. Saat ini komite ini memiliki izin untuk
menambah uang di balance sheet bank sentral sampai sejumlah 150 milyar pounsterling atau US$
207 milyar!. Dari batas yang diizinkan tersebut, saat ini komite telah menggunakan separuh dari
jatah yang ada.
Lantas apa dampaknya bagi rakyat Inggris?; sementara solusi ini belum tentu bisa menyelamatkan
mereka dari krisis yang sudah jelas adalah sebaliknya yaitu nilai uang yang ada di masyarakat akan
tergerus .Teknik-teknik canggih dalam mengatasi krisis semacam ini, sangat mungkin dilakukan oleh
negara-negara lain juga; oleh karenanya rakyat atau melalui wakil-wakilnya hendaknya memiliki
akses terhadap para pengambil kebijakan-kebijakan publik sehingga ada yang memahami dan
mengawasi mereka.
Kalau kita tidak yakin tentang pengawasan ini, rakyat tetap bisa berbuat mengamankan hasil jerih
payahnya yaitu dengan mempertahankan asset fisik atau uang dengan nilai intrinsik seperti Dinar
dan Dirham, serta hasil pertanian seperti beras, gandum, dan kurma.
Cendekiawan Muslim, Ibnu Taimiyyah sangat menentang praktek Quantitative Easing ini. Beliau
mengatakan: Jumlah fulus (uang yang lebih rendah dari Dinar dan Dirham seperti tembaga)
hanya boleh dicetak secara proporsional terhadap jumlah transaksi sedemikian rupa sehingga
terjamin harga yang adil. Penguasa tidak boleh mencetak fulus berlebihan yang merugikan
masyarakat karena rusaknya daya beli fulus yang sudah ada di mereka.
Andai saja pemikiran Ibnu Taimiyyah tersebut dijadikan rujukan oleh para pemegang otoritas
moneter dan keuangan dunia; Insya Allah berbagai krisis yang mendera umat seluruh dunia ini tidak
akan terjadi.
Karena kesombongan manusia, mereka enggan mencari petunjuk yang benar alih-alih belajar dari
kekeliruan sebelumnya mereka malah membenamkan umat manusia ke potensi krisis yang lebih
besar lagi.

18
Untuk Dinar dan Dirham dikecualikan dari rumusan Ibnu Taimiyyah tersebut karena bendanya
sendiri (emas dan perak) yang akan membatasi volume ketersediaannya di masyarakat. Dengan
sendirinya Emas dan Perak atau Dinar dan Dirham akan selalu menjadi uang yang adil karena
volumenya tidak dikendalikan oleh penguasa.
Jadi kalau penguasa di dunia diragukan keadilannya dalam mengendalikan volume fulus, maka
keadilan harga atau daya beli hanya bisa diperoleh oleh masyarakat melalui penggunaan uang Emas
dan Perak atau Dinar dan Dirham.
Di Dunia barat pada abad ke 19 orang juga mengenal ekonom ulungnya Thomas Gresham yang
terkenal dengan Greshams Law-nya. Sederhananya Greshams Law ini berbunyi : Bila ada dua
mata uang (koin) yang memiliki nilai nominal yang sama, tetapi terbuat dari bahan material yang
nilainya berbeda maka yang lebih murah akan mendorong yang lebih mahal keluar dari
peredaran. Dari sinilah lahir istilah Bad Money drives out Good Money.
Lagi-lagi si Thomas Gresham ini nampaknya belajar secara tidak komplit dari Ibnu Taimiyyah sekitar 6
abad sebelumnya; coba kita perhatikan rumusan Ibnu Taimiyyah tentang hal ini :
nilai intrinsik dari fulus yang berbeda (dengan nominal yang sama) akan menjadi sumber
keuntungan bagi orang yang berniat jahat, dengan menukar fulus yang nilai intrinsiknya rendah
dengan fulus yang nilai intrinsiknya baik kemudian membawa fulus yang baik (Good Money)
kenegeri lain dan menyisakan fulus yang kurang baik (Bad Money) di dalam negeri, sehingga
masyarakat dirugikan.
Yang ada di sekitar kita sekarang hanyalah Bad Money dan sangat sedikit sekali Good Money. Bad
Money atau fulus sebenarnya juga tidak masalah kalau volumenya terkendali. Bad Money menjadi
musibah besar dunia sekarang karena penguasa-penguasa dunia tidak dapat mengendalikan
volumenya.
Ketidakkuasaan penguasa dunia mengendalikan volume Bad Money, menimbulkan ketidakadilan
bagi masyarakat berupa naiknya harga-harga atau menurunnya daya beli uang yang dipegang
masyarakat.
Namun masyarakat seluruh dunia mulai punya pilihan sekarang, perlahan tetapi pasti mereka akan
memilih Good Money karena Bad Money di seluruh dunia telah menjadi benar-benar
bad ...bad...bad.
Selain itu, emas dan perak telah terbukti tahan terhadap inflasi.
Dalam ilmu ekonomi, yang dimaksud dengan inflasi adalah kenaikan harga-harga terhadap barang
dan jasa secara umum dalam periode tertentu. Menurut para penganut teori Monetarist, penyebab
utama inflasi ini adalah supply uang. Bahkan dalam pandangan Monetarist Economist terkenal,
Milton Friedman: "Inflation is always and everywhere a monetary phenomenon."
Dalam sistem ekonomi barat ada yang berpendapat bahwa inflasi ini ada positifnya karena antara
lain berguna untuk mendorong investasi sektor real. Ketika inflasi tinggi orang cenderung untuk tidak

19
mempertahan assetnya dalam bentuk uang tetapi dalam bentuk barang. Kebutuhan akan barang
inilah yang mengangkat produksi dan memutar ekonomi.
Dalam Islam, produksi sektor real tidak didorong oleh inflasi tetapi oleh putaran uang yang lebih
cepat. Kekayaan bukan untuk ditimbun tetapi berputar ke masyarakat luas berputar tidak hanya
pada yang kaya tetapi juga pada yang miskin. Dalam pandangan Ibnu Taimiyyah, pemerintah yang
mencetak fulus melebihi kebutuhan transaksi dus menyebabkan inflasi adalah pemerintah yang
menzalimi rakyatnya.
Pandangan Ibnu Taimiyyah inilah yang sebenarnya lebih pas untuk manusia modern di zaman ini
sekalipun. Pemerintah-pemerintah dunia akan mampu menjaga kemakmuran rakyatnya bila mereka
bisa menurunkan atau bahkan menghilangkan inflasi kalau saja mereka mau!.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh International Rice Research Institute (IRRI) menunjukkan
bahwa dalam lima tahun terakhir saja, harga beras di dunia telah mengalami kenaikan rata-rata
hampir dua kali lipat. Padahal sangat sedikit porsi penduduk dunia yang bisa meningkatkan
penghasilannya dua kali lipat dalam periode tersebut.
Artinya, rata-rata penduduk dunia menurun tingkat kemakmurannya karena penurunan daya beli
uangnya ini. Hal ini juga bisa kita rasakan di rumah tangga kita masing-masing. Bisa saja penghasilan
kita meningkat dari tahun ketahun, tetapi kok beban hidup tidak terasa lebih ringan ya?; bila Anda
merasakan hal yang sama sangat bisa jadi ini karena kenaikan penghasilan Anda kalah cepat
dengan inflasi terhadap harga-harga kebutuhan pokok Anda.
Yang bisa mengendalikan inflasi ini adalah pemerintah khususnya otoritas moneter; rakyat seperti
kita tidak bisa mengendalikan inflasi. Meskipun demikian, sebenarnya ada yang bisa dilakukan oleh
rakyat seperti kita-kita untuk tidak menjadi korban inflasi. Dengan apa kita dapat melakukan
perlawanan terhadap inflasi?.
Dengan meminimalisir penggunaan uang yang menjadi penyebab inflasi tersebut. Menurut para
penganut paham Monetarist, inflasi kan disebabkan oleh supply uang ya jangan taruh kekayaan
Anda yang kegunaannya bersifat jangka panjang dalam bentuk uang. Bila Mayoritas kekayaan Anda
tersimpan dalam nominal mata uang (Rupiah, US$ dlsb), maka daya beli kekayaan Anda tersebut
akan terus menurun bersamaan dengan waktu. Bila dalam lima tahun terakhir saja harga beras
internasional rata-rata naik dua kali, berarti daya beli uang Anda terhadap beras turun tinggal
separuhnya maka bisa Anda bayangkan bila lima belas tahun dari sekarang Anda pensiun misalnya
maka saat itu daya beli asset Anda bisa jadi sangat tidak memadai untuk kehidupan saat itu.
Dalam situasi inflasi yang sangat tinggi sekalipun (hyper inflasi), harga barang-barang naik relatif
bersamaan maka nilai tukar benda real yang satu relatif stabil terhadap benda real yang lain.
Artinya bila asset Anda berupa benda real yang tidak aus atau rusak, maka daya beli asset Anda
tersebut Insya Allah akan relatif stabil. Salah satu benda real yang tidak aus/rusak , sangat likuid dan
statitisk daya belinya terbukti sepanjang zaman adalah Emas atau Dinar.
Emas atau Dinar terbukti memiliki daya beli relatif stabil sepanjang lebih dari 1400 tahun; bukan
hanya untuk membeli kambing 1 Dinar tetap dapat satu ekor kambing sejak zaman Nabi sampai
sekarang; untuk membeli kebutuhan pokok seperti beras pun Insya Allah relatif stabil. Bila data dari
IRRI kita sajikan dalam nilai emas; maka Anda akan bisa lihat bahwa harga beras rata-rata
berfluktuasi di sekitar 0.7 oz emas/ ton beras. Ada yang di kisaran 1 oz emas/ton beras, namun ada
juga yang di 0.5 oz emas/ton beras.

20
Perbedaan harga karena jenis/kwalitas ini wajar, karena di barang apapun termasuk di kambing pun
juga demikian. Kambing-kambing yang dipelihara di pesantren Darul Muttaqqiin untuk indukan ratarata 2 Dinar, bahkan pejantan unggul bisa berharga diatas 10 Dinar. Tetapi secara umum di pasar, 1
Dinar akan tetap dapat untuk membeli kambing yang cukup baik.
Demikian pula di beras; ada beras Jepang yang sangat mahal, tetapi dengan 0.7 Oz emas atau sekitar
5 Dinar Anda tetap dapat membeli beras 1 ton di sepanjang masa.
Masih ada satu lagi, dalam lima tahun terakhir setelah ditimbang/dinilai dengan emas-pun harga
beras tidak menjadi datar tetapi bergelombang membentuk gelombang sinus; inilah dampak dari
naik turunnya harga yang fitrah karena mekanisme pasar supply and demand bukan lagi faktor
inflasi.
Bagaimana dengan perak atau dirham? Karena harga perak cenderung mengikuti harga emas, maka
hubungan keduanya bersifat positif. Artinya, kenaikan harga emas berdampak terhadap peningkatan
harga perak.
Selain itu, tidak seperti emas yang mudah ditimbun, perak digunakan dalam berbagai bidang
industri, sehingga pergerakannya terus berputar. Selama bertahun-tahun sebelum fotografi digital,
perak telah digunakan dalam film untuk kamera dan film. Saat ini, perak digunakan secara luas
dalam bidang elektronik, otomotif, barang-barang dengan tenaga solar, penyaringan air bersih, serta
peralatan medis.
Presiden Direktur HMV Bullion, Vizal Fepwarmen saat memaparkan perihal investasi kepada suatu
media di Batam, Senin, 7 Maret 2011 mengatakan Silakan jual batangan perak Anda pada 3-4 tahun
mendatang; niscaya harganya bakal jauh melebihi emas yang kini Anda investasikan. Menurut
catatan Vizal, harga emas dunia sejak Maret 2010 hingga sekarang naik 30%. Tetapi dalam jangka
waktu yang sama, harga perak naik 110%.
Vizal juga menambahkan bahwa saat ini harga perak per troy once berada pada kisaran 1 dolar AS.
Harga 1 kg perak pun masih 42 kali lebih murah ketimbang 1 kg emas. Akan tetapi, jika Anda
menunggu hingga 3-4 tahun kedepan, harga perak akan melebihi emas.
Mengapa perak diprediksi akan menjadi mahal dalam beberapa tahun kedepan? Hal itu tak lepas
dari keunikannya. Perak yang sudah menjadi bagian dari alat fotografi, kesehatan, sampai dengan
perhiasan tidak ada yang mendaur ulang. Apalagi perak berbentuk batangan bersertifikat yang
memang diproduksi untuk tujuan investasi. Maka dari itu, Vizal menambahkan, konsumen enggan
menerima perak batangan bersertifikat yang tergores maupun kotor.
Berbeda dengan perak, emas selalu didaur ulang menjadi bagian dari barang-barang, seperti jam
tangan hingga perhiasan. Karena adanya daur ulang itulah, lama-kelamaan emas menjadi tidak unik
lagi ketimbang perak. Untuk itu, bagi Anda yang menyadari hal ini, maka sangat bijak jika menjadikan
perak sebagai lahan investasi yang akan mendatangkan keuntungan berlimpah di masa depan.

21
Dalam catatan Vibiznews (21 April 2011), pergerakan harga perak dalam sebulan terakhir
menunjukkan sebuah pergerakan yang signifikan. Sesuatu yang terjadi pada emas rupanya cukup
sama dengan yang terjadi pada perak.
Perak pada bulan Juli-Agustus yang lalu bergerak stabil pada kisaran 17-19 dolar per troy ounce, kini
telah melambung dan menciptakan rekor tertinggi dalam 30 tahun terakhir pada posisi 22,05 dolar
per troy ounce. Prestasi yang dibukukan oleh komoditas logam kelas 2 ini merupakan respon dari
imbas turunan adanya penguatan emas yang notabene sebagai komoditas safe heaven.
Karena inflasi bisa dilawan dengan pertukaran barang yang satu dengan yang lain tanpa
menggunakan uang; maka inilah yang melatarbelakangi bangsa-bangsa di dunia sedang berlomba
menciptakan system barter modern seperti juga yang sedang dikaji dalam Indobarter project.
Tidak akan mudah memang, tetapi untuk sesuatu problem yang tidak pernah bisa diatasi oleh
pemerintah-pemerintah dunia yaitu problem inflasi; maka hal yang sulit tersebut cukup
menantang untuk dicoba Insya Allah.
Sebenarnya di AS, wacana mengganti uang kertas dengan emas sudah berlangsung cukup lama.
David Hales dalam tulisannya tanggal 5 Januari 2009 lalu di Financial Times, mengatakan Sebagai
akibat dari resesi skala gobal, tidak ada negara yang menginginkan mata uangnya terapresiasi.
Alternative bagi US Dollar tahun 2009 bukanlah mata uang negara lain, tetapi mata uang kuno
yaitu emas. Logam Mulia dapat muncul sebagai hedge atas kecurigaan investor terhadap perilaku
bank sentral dan ketakutan akan inflasi
Pemikir-pemikir di Gold Anti Trust Action Committee (GATA) sudah lama mengungkapkan
pandangannya yang senada, Ter-wacanakan-nya Bretton Woods II oleh para pemimpin dunia G-20
juga tidak terlepas dari pengakuan bahwa sebenarnya emas-lah uang yang sejati itu.
Dalam kolomnya di Midas tanggal 16 Juni, 2001, chairman dari Gold Anti Trust Action Committee
(GATA Organisasi yang mempromosikan uang emas dan menentang upaya manipulasi harga emas
di Amerika penj.) menulis :
Sudah beberapa tahun saya ditanya oleh teman-teman dari delegasi GATA - apa yang bisa
dilakukan untuk mengatasi masalah emas; Saya tahu bahwa GATA benar dan saya sudah
memanggil Howes dan Venerosos, untuk dimintai pendapatnya mengenai cara terbaik untuk
mengurai kekacauan emas yang diorkestrakan oleh pemerintahan Clinton.
Sebagian besar teman-teman saya pada umumnya datang dengan sikap saya tidak tahu. Untuk
menggambarkan betapa rumitnya masalah emas ini, keahlian Frank Venoroso dalam menangani
krisis dimasa lalu, membuat dia diundang oleh menteri keuangan Mexico dan Chile untuk mengatasi
krisis ekonomi yang sangat serius di kedua negara tersebut, ia tahu apa yang harus disarankan
kepada mereka, tapi mengenai emas Frank sama sekali tidak tahu.
Yang terhormat Bapak Presiden,
Apabila Anda masih duduk di ruang oval Gedung Putih dan masih mau mendengar saran untuk

22
menghentikan upaya manipulasi harga emas, berikut adalah saran yang Anda harus lakukan.
Pertama, Anda mungkin akan langsung menolak usul ini mentah-mentah karena dianggap ini terlalu
radikal, kalau tidak sungguh revolusioner. Hanya setelah Anda pikir panjang, Anda akan menyadari
bahwa saran ini adalah solusi rasional yang sempurna tidak ada alternative lain yang serasional ini.
Ini adalah usulan yang sederhana berdasarkan kenyataan bahwa tidak ada alternative lain yang bisa
dilakukan.
Ada dua solusi untuk masalah ini, Bapak Presiden.
Solusi permanen, yang secara harfiah benar-benar dapat dilakukan dalam waktu semalam, atau
Solusi sementara, yang pelaksanaannnya akan berlarut-larut sampai tahun-tahun berikutnya
sementara hasilnya adalah kerusakan lebih lanjut dan melahirkan krisis baru demi krisis baru .
Solusi permanen akan mengatasi masalah demi kepentingan rakyat, atau
Solusi sementara yang hanya memoles masalah untuk kepentingan para bankir.
Tentu saja, saya berasumsi bahwa Anda ingin mendengar tentang solusi permanen tersebut, dan
biarlah para bankir mencemaskan solusi sementara mereka.
Anda mulai dari pengumuman di televisi di seluruh negeri selama satu menit di hari Jumat sore yang
isinya mengumumkan bahwa seluruh perdagangan akan dihentikan pada hari Senin berikutnya,
karena hari Ahadnya akan ada pengumuman sangat penting bagi bangsa Amerika yang akan
mengubah seluruh cara hidup bangsa ini. Pengumuman singkat yang Anda sampaikan ini harus
diulang terus menerus setiap jam sampai Ahad sore, dan menjadi headline di seluruh media masa
hari Sabtu dan hari Ahad.
Hari Ahad sore, Anda harus mengumumkan reformasi Anda secara relaks, business-like, tidak
dengan mendramatisir situasi. Berikut adalah draft dari pidato Anda.
Selamat sore :
Jika Anda lagi berdiri, silahkan duduk.
(kenyataannya para pemirsa televisi akan justru langsung berdiri mendekati layar TV mereka
masing-masing).
Ketika harus mengambil keputusan antara mengangkat yang jahat dan menekan yang baik, tentu
tidak ada pilihan lain kecuali membuang jauh yang jahat dan mengangkat yang baik.
Berlaku secepatnya, Federal Reserve Notes, atau lebih Anda kenal sebagai uang kertas Dollar,
dinyatakan tidak berlaku dan bernilai nol, dan tidak lagi menjadi mata uang resmi negara ini.
Karena nilai seluruh mata uang kertas Dollar yang beredar di Amerika Serikat adalah sepuluh kali
dari total uang logam, uang kertas Dollar dapat langsung digantikan dengan uang koin yang ada
asal nilai uang koin disepakati naik menjadi sepuluh kalinya.
Bagaimana hal ini akan dilaksanakan?
Dengan mengubah seluruh harga, upah buruh dan catatan akuntansi menjadi dalam sen, dan

23
membaginya dengan angka sepuluh.
Demikian juga, teman-temanku warga Amerika, semua harga dibagi sepuluh dan dibayar dalam sen
saja.
Semua upah buruh dan gaji pegawai dibagi sepuluh dan dibayar dengan sen saja.
Semua account di bank dibagi dengan sepuluh dan dibayar dalam sen saja.
Semua hutang dibagi dengan sepuluh dan dibayar dalam sen saja.
Semua pajak dibagi dengan sepuluh dan dibayar dalam sen saja.
Semua uang pensiun dibagi dengan sepuluh dan dibayar dengan sen saja.
Semuanya dan segala sesuatu yang bernilai Dollar atau ada Dollarnya dibagi dengan sepuluh dan
dibayar dalam sen saja.
Kita akan mengganti uang Dollar hijau Federal Reserve dengan Dollar merah yang baru dengan nilai
tukar satu Dollar baru sama dengan sepuluh Dollar lama, semua harga dan catatan akuntansi juga
berkurang dengan faktor pembagi sepuluh. Kalau kita gunakan koin yang sudah ada sebagai uang
kita yang baru, ini akan memberikan efek yang sama.
Pertukaran uang lama (Dollar kertas) dan uang baru (Dollar baru atau Koin dalam sen) berlangsung
otomatis, masa transisi akan berakhir pas tengah malam, hari Senin jam 24.00.
Selama masa transisi sehari ini, uang Dollar kertas dan Koin dalam sen keduanya berlaku dengan
nilai yang baru dan bisa dipertukarkan satu sama lain. Contoh, koran New York Time dapat dibeli
dengan uang kertas 1 Dollar atau uang koin 10 sen pada hari Senin hari transisi tersebut. Tetapi
mulai hari Selasa jam 00.00 hanya uang koin 10 sen yang dapat dipakai untuk membayar koran yang
sama. Seluruh uang kertas Dollar yang tidak diserahkan ke bank sampai batas akhir Senin tengah
malam untuk ditukar dengan uang koin dengan nilai tukar 10 sen untuk setiap Dollar, tidak lagi bisa
dipakai sebagai alat pembayaran mulai hari Selasa dan seterusnya.
Mulai saat ini sampai Senin tengah malam, seluruh perbatasan pintu masuk ke negeri ini ditutup,
semua transfer antar bank secara elektronik dihentikan, dan tidak boleh ada penerbangan
internasional menuju negeri ini kecuali yang saat ini masih di udara.
Ada sedikit alasan sementara kita membubarkan uang Dollar kertas Federal Reserve tetapi
mempertahankan Federal Reserve Systems yaitu hanya untuk memproduksi uang koin dalam sen
sebagai pengganti uang kertas Dollar.
Kantor-kantor The Federal Reserve Bank dengan ini dinyatakan diliburkan sampai waktu yang tidak
terbatas, dan pihak Secret Service, yang memiliki yurisdiksi untuk investigasi pemalsuan uang
diinstruksikan untuk menyegel seluruh kantor Federal Reserve dengan segel resmi Presiden Amerika
Serikat. Usulan untuk pencabutan Federal Reserve Act akan disampaikan ke kongres pada
kesempatan pertama besok pagi. Dengan pencabutan ini, seluruh kepemilikan The Fed akan
dipindahkan ke the US Department of the Treasury, yang terakhir ini sekarang mempunyai tugas
utama untuk mengawasi agar uang kertas Dollar yang belum diserahkan untuk tidak pernah
digunakan lagi.

24
Ada alasan pula meskipun uang kertas Dollar dan Federal reserve yang memproduksinya telah tidak
berfungsi lagi, tetapi Credit Card Anda tetap dapat berfungsi (dengan mengikuti aturan yang baru).
Terhadap seluruh tagihan Credit Card dinyatakan moratorium untuk waktu yang tidak terbatas.
Peraturan baru juga akan disampaikan ke Kongres besok pagi untuk mengatur bahwa pembelian
segala sesuatu yang tidak didukung dengan adanya dana yang memadai dianggap sama dengan
membeli barang dengan cek kosong (terlarang). Apabila Anda ingin menggunakan kartu Visa atau
Master Card Anda tersebut, pertama Anda dapat mengajukan pinjaman ke bank Anda, kemudian
uang hasil pinjaman ini Anda taruh sebagai dana Anda di bank tersebut, lalu gunakan Visa atau
Master Card Anda sebagai debit card, setiap pembelian dibebankan langsung ke dana yang memang
ada di account Anda tersebut. Menciptakan uang dari langit seperti yang selama ini terjadi dengan
Credit Card dinyatakan tidak akan ada lagi.
Ada kabar baik untuk Anda semua bahwa peraturan baru mengenai Credit/Debit Card akhirnya akan
membebaskan semua hutang Credit Card Anda. Apapun yang telah Anda beli dengan Credit Card
Anda tetap milik Anda dan Anda tidak perlu membayar apapun ke sisa tagihan Credit Card Anda.
Tetapi berhenti hanya sampai disini (tidak ada pembelian baru dengan Credit Card Anda tersebut
sejak saat ini).
Semua hutang Anda yang lain seperti pinjaman rumah, hipotik, dan pinjaman lainnya tetap sah dan
berkekuatan hukum.
Membubarkan uang kertas Dollar, Federal Reserve System yang terkait uang kertas dan mengatur
ulang Credit Cards belum akan cukup untuk menghentikan rejim uang kertas, apabila hutang Federal
dalam bentuk Treasury bills, Treasury notes dan Treasury bonds tidak dinyatakan bernilai nol dan
tidak berlaku juga. Semua bills, notes dan bonds adalah sama palsunya dengan uang fiat Dollar yang
menghasilkan bunga.
Seharusnya, hasil adalah fungsi dari likwiditas. Apabila Anda lebih suka memegang harta Anda
dalam bentuk yang paling liquid, Anda bisa memegangnya dalam bentuk tunai dan ini tidak
memberikan hasil. Untuk dapat memberikan hasil uang tunai Anda harus ditukar dengan asset yang
kurang liquid, semakin tidak liquid akan semakin tinggi hasil atas uang Anda. Di dalam rejim uang
fiat Dollar, Treasury bills, notes dan bonds memungkinkan seseorang memegang tunai dan masih
menerima hasil yang baik yaitu berupa bunga yang dibayar oleh pembayar pajak Amerika. Dan
lebih menyakitkan lagi, pembayaran bunga oleh pembayar pajak Amerika tersebut bukan terhadap
penguasaan uang tunai yang sesungguhnya melainkan uang palsu yang diciptakan dari langit
melalui beberapa ketikan di computer Alan Greenspan's.
Dalam sebuah esaynya yang terkenal, Gold and Economic Freedom, Alan Greenspan mengakui :
Meninggalkan gold standard adalah hal yang dimungkinkan untuk menciptakan kemakmuran semu
dengan menggunakan system perbankan untuk ekspansi kredit secara tidak terbatas. Mereka telah
membuat cadangan hanya berupa kertas dalam bentuk government bond melalui serangkaian
proses yang rumit kemudian dunia perbankan menerimanya dan memperlakukannya seolah-olah
ini cadangan yang sesungguhnya, yaitu cadangan yang dahulunya berupa emas. Pemegang
government bond atau sertifikat deposito yang dihasilkan dari kertas yang tidak ada harganya
percaya bahwa ia memiliki hak atas claim yang sah berupa asset yang real (dahulu standarnya

25
emas), faktanya sekarang sangat jauh lebih besar klaim yang akan masuk dibandingkan dengan
asset real yang ada.
Jadi kita telah mendapatkan jawaban dari yang berwenang bahwa Treasury securities memang
sudah seharusnya dinyatakan bernilai nol dan tidak berlaku.
Sekarang pertanyaannya adalah apakah boleh kita menahan semua kemakmuran yang palsu
dengan tidak melanggar konstitusi Amerika Serikat, yang di dalam amendemen ke 5 berbunyi Tidak
ada seorangpun bolehdiganggu hidupnya, kebebasannya atau kepemilikannya tanpa melalui
proses hukum yang benar, juga tidak boleh kepemilikan pribadi diambil untuk kepentingan umum
tanpa kompensasi yang adil. Jawabannya adalah: Ya kita boleh melakukannya. Karena semua
kemakmuran tersebut (uang kertas, surat-surat berharga dlsb. terj.) adalah sebenarnya palsu
(tidak ada nilai yang sesunggguhnya dari kemakmuran tersebut). Sama halnya kalau Anda
menemukan uang kertas 100 Dollar yang palsu uang palsu itu harus diserahkan ke Negara tanpa
kompensasi, meskipun Anda menerima uang palsu tersebut melalui perdagangan yang normal dan
tanpa Anda mengetahui bahwa uang tersebut adalah palsu.
Bursa saham akan ditutup untuk selamanya. Peraturan baru akan disampaikan ke Kongres besok
pagi untuk penutupan bursa saham ini. Mulai saat ini akan dibuat aturan bahwa saham perusahaan
hanya bisa dibeli langsung dari perusahaan yang menjual sahamnya, dengan aturan dan jaminan
tertulis bahwa nilai saham tersebut sesuai nilai bukunya. Dengan bantuan teknologi hal ini bisa
dilaksanakan secara instant. Rumah judi raksasa yang bernama bursa saham tidak akan pernah
dibuka lagi. Bursa saham tinggal sejarah.
Besok pagi juga akan diajukan kepada Kongres untuk Amendemen terhadap konstitusi Amerika
Serikat yang antara lain menyangkut penghapusan pajak individu, tanah dan hibah. Juga Pemerintah
Amerika dilarang melakukan usaha komersial dan bersaing dengan warga negaranya sendiri.
Untuk menjamin daya beli tabungan masyarakat tidak akan lagi mengalami penurunan, transisi
yang terencana menuju uang emas dan perak akan segera dipersiapkan .
Satu gram uang perak dengan kadar 0.900 akan menjadi unit mata uang baru yang diedarkan
secara paralel dengan uang logam sen yang ada. Percetakan uang Amerika harus segera
memproduksi uang koin perak baru dengan berat 5 gram dan 10 gram, dan uang koin perak yang
lama tetap dapat diakui sebagai pembayaran dengan memperhitungkan nilai gram perak yang
terkandung didalamnya sbb :
Uang perak 1 Dime = 2.50 gram
Uang perak 1 Quarter = 6.25 gram
Uang perak 1 Half = 12.50 gram
Uang perak 1 Dollar = 26.73 gram
Uang perak baru (Silver Eagle) 1 = 34.56 gram
Lantas senilai berapa sen dalam setiap gram uang perak? ini akan ditentukan dari waktu ke waktu
oleh mekanisme pasar (mengikuti harga perak di pasar internasional).

26
Percetakan uang Amerika juga harus memproduksi uang emas 5 gram dan 10 gram emas dengan
kemurnian 0.900 dalam bentuk koin. Nilai uang emas ini dalam sen dan nilai konversi ke uang perak
juga mengikuti perkembangan harga emas di pasar. Seluruh uang emas yang sudah ada baik dari
dalam negeri maupun luar negeri otomatis diakui dan diterima berdasarkan berat dan kadar
emasnya.
Tujuan ultimate-nya adalah tercapainya keseragaman system moneter di seluruh dunia dimana 1
gram uang perak menjadi unit satuan transaksi belanja retail sehari-hari, sedangkan 1 gram emas
menjadi standar untuk transaksi yang nilainya besar dan untuk perdagangan internasional .
Baiklah, Anda akan memiliki banyak waktu untuk berfikir malam ini. Untuk mereka yang belum
mendengar pengumuman ini, atau perlu klarifikasi lebih lanjut, pengumuman ini akan ditayang
ulangkan di seluruh media elektronik malam ini dan besok. Reformasi ini sepintas mungkin kelihatan
berlebihan dan mengguncangkan, namun dalam kenyatannya ini sederhana, dan perubahan ini akan
membawa perubahan yang sangat baik untuk kehidupan Anda semua.
Terima kasih atas perhatiannya, dan selamat malam.
Demikian inti dari apa yang harus dilakukan Bapak Presiden. Bila Anda minta pendapat lain seperti
ke Ludwig von Mises Institute, mereka akan memberikan pendapat yang sama hanya mereka akan
melakukannya dengan esay panjang dan analisa detil tentang apa yang Anda jangan lakukan.
Hal ini bukan ide baru bapak Presiden, Bila Anda sempat membaca tulisan saya "Don't Delay EURO,
pada situs http://www.gold-eagle.com/, Anda akan tahu tulisan tersebut dimuat di Usenet tanggal
16 July 1997. Ada yang memberi tahu saya gara-gara tulisan "Don't Delay EURO" tersebut membuat
Warren Buffett yang legendaries memborong stok perak pada tanggal 25 July 1997. Meskipun
awalnya mereka menganggap usulan saya untuk menyatakan uang kertas Dollar atau Federal
Reserve notes bernilai nol dan tidak berlaku sebagai konsep yang anarkis, akhirnya mereka menulis
kepada saya bahwa semakin mereka pikirkan semakin mereka menyukai konsep ini.
Pikirkan hal ini Bapak Presiden, pada waktunya Anda akan setuju bahwa inilah satu-satunya jalan
bagi kita untuk lepas dari kerusakan katastropik yang ada di depan mata. Inilah cara kita kembali ke
rezim uang yang jujur dan mencegah kerusakan katastropik terulang di masa depan.
Proposal ini tidak ditulis diatas batu. Ini terbuka untuk kritik dan proposal tandingan. Maksudnya
agar membuka debat konstruktif bagaimana kita bergerak dari situasi sekarang ke situasi yang akan
datang yang lebih baik.
Salam,
J.N. Tlaga
Senada dengan ini, bulan Nopember 2010 lalu, National Inflation Association (NIA) lembaga sosial
yang misinya menyiapkan warga negara Amerika dalam menghadapi hyper inflasi di negeri itu merelease sebuah clip film fiksi yang menakjubkan tentang detik-detik kematian US Dollar. Meskipun ini

27
adalah sebuah fiksi, namun karena dibangun dengan logika ekonomi yang memang sudah berjalan
selama ini maka bisa saja hal ini benar-benar terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Bagi yang akses internetnya cukup baik, Anda bisa langsung nonton clip film dengan judul The Day
the Dollar Died tersebut di http://inflation.us/videos.html. Menurut cerita si penulis scenario clip
film tersebut, US Dollar akan mati dalam 12 jam mengikuti sequence yang sangat masuk akal berikut:
1) Quantitative Easing 4
Kita tahu bahwa sampai saat ini the Fed-nya Amerika sudah sampai melakukan Quantitative Easing 2
(QE 2). Karena mereka merasa tindakan penyelamatan ekonomi dengan mencetak uang dari awangawang ini adalah tindakan yang benar, maka sangat mungkin mereka akan melakukan QE 3, QE 4
atau bahkan QE-QE berikutnya.
2) Response China
Sebagai negara yang memegang asset berupa surat hutang dalam US$ yang terbesar, cepat atau
lambat toleransi China pasti akan ada batasnya juga bahwa pada suatu titik mereka tidak akan
bisa menerima lagi penurunan nilai asset yang terus menerus terjadi bersamaan dengan serangkaian
QE yang dilakukan oleh pihak Amerika. Batas titik toleransi ini diperkirakan hanya akan sampai QE 4,
artinya dua kali lagi Amerika melakukan QE China sudah tidak akan mempercayainya lagi dan China
akan berhenti membeli surat-hutang dari Paman Sam tersebut.
3) Response Wall Street dan Main Street
Ketidakpercayaan China terhadap Dollar dan ekonomi Amerika akan memicu jatuhnya saham di Wall
Street yang merupakan icon ekonomi Amerika. Kejatuhan Wall Street akan membuat panik
masyarakat awam yang mulai menyadari bahwa ekonomi negeri itu sedang runtuh dan mereka
akan menyerbu toko-toko dan supermarket untuk memborong barang-barang kebutuhan baik
yang benar-benar perlu maupun yang kurang perlu sekalipun. Ini akan mirip kejadian seperti di
Indonesia di awal krisis 1997 dimana masyarakat berebut membeli susu, mie instant , minyak
goreng dlsb, karena khawatir barang-barang kebutuhan pokok tersebut akan menghilang dari pasar.
4) Goal Bunuh Diri the Fed
Kepanikan pasar dan masyarakat akan di response dengan senjata (satu-satunya?) yang dimiliki the
Fed selama ini yaitu memberikan stimulus ekonomi (lagi) berupa uang baru dari awang-awang
yang sangat besar jumlahnya. Hal ini akan membuat kepanikan lebih jauh karena seluruh dunia
menjadi tidak lagi percaya pada US$ yang dengan begitu mudah-nya dicetak atau digelembungkan
jumlahnya.
5) OPEC Yang Mengakhiri US$
Setelah semua pihak, baik di dalam maupun di luar negeri tidak ada lagi yang bisa mempercayai US$
- tidak ada lagi yang mau menggunakan US$; maka kini giliran Organization of the Petroleum
Exporting Countries (OPEC) yang merupakan salah satu pengguna US$ terbesar dan yang selama ini

28
sangat loyal pun akhirnya akan mengakhiri penggunaan US Dollar dalam perdagangan minyaknya.
Penghentian penggunaan US$ oleh OPEC ini ibarat pencabutan selang bantuan nafas bagi pasien
US$ yang lagi sekarat maka berakhirlah usia US$ setelah pencabutan ini.
Menurut NIA, rangkaian peristiwa matinya US$ tersebut akan berlangsung dengan sangat cepat
selama 12 jam saja pada hari ke 19 di bulan Desember 2012. Percayakah Anda dengan fiksi ilmiah
ini?, tidak juga perlu terlalu dipercayai sepenuhnya. Namun bahwa karena peristiwa-peristiwa yang
digambarkan dalam sequence tersebut sangat mungkin terjadi adalah benar adanya. Oleh
karenanyalah kita juga tidak perlu terlalu mengandalkan US$ baik untuk kebutuhan kita pribadi,
maupun untuk menyimpan asset negeri ini.
Berbeda dengan kita yang meyakini uang yang sejati (timbangan yang adil) hanyalah emas dan perak
berdasarkan keyakinan agama kita, David Hales berkesimpulan bahwa pengganti US Dollar hanyalah
emas berdasarkan kondisi financial global terkini, sebagaimana antara lain terungkap dalam
beberapa realita berikut:

Seluruh pemain ekonomi dunia tergelincir dalam resesi. Real GDP di Amerika dan di Eropa
akan mencapai minus 1.5%, dan Jepang akan lebih buruk lagi dan bisa mencapai minus 2.5%.

Response dari negara-negara Eropa (yang sebenarnya memiliki calon kuat mata uang
pengganti US$ yaitu Euro), jauh lebih lamban dari respon Amerika dalam bentuk berbagai
stimulus ekonomi. Jadi mata uangnya juga tidak bisa diharapkan.

China yang terpukul oleh krisis ini, diperkirakan tidak akan intervensi pasar untuk menaikkan
nilai tukar mata uangnya. Pertama karena cadangan devisa mereka mulai menurun, kedua
menaikkan nilai tukar mata uang akan menurunkan daya saing ekspornya yang saat inipun
sudah terganggu.

Mata uang Jepang yang saat masih kuat, ke depannya akan cenderung ditekan oleh
pemerintahnya sendiri dengan alasan yang sama yaitu karena penurunan ekspor dan
penurunan kapasitas produksi.

Lalu lintas perdagangan dunia akan turun karena negara-negara pengimpor besar
mengalami resesi. Tidak hanya Eropa, Amerika dan Jepang, tetapi juga yang tidak kalah
buruk adalah Korea Selatan, Taiwan dan China.

Amerika tetap boleh bangga memiliki mata uang yang terkuat diantara mata uang-mata uang lain
yang lemah. Namun ini hanya terjadi selama penantang yang sesungguhnya yaitu emas/Dinar
belum muncul. Tidak heran mengapa pemerintah mereka selalu memusuhi emas, sampai-sampai
warga mereka sendiri yang menyadari bahwa mereka terzalimi oleh pemerintahnya mendirikan
berbagai organisasi untuk melawannya seperti GATA, FAME (Foundation of Advance Monetary
Education), dlsb.
Bagi kita umat Islam; kepada kita sudah dikabarkan tentang kehancuran mereka ini namun apakah
kita yang akan menggantikannya? Tergantung kemauan kita mulai bekerja untuk ini.

29
Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli Kitab dari kampung-kampung mereka
pada saat pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar dan
mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari
(siksaan) Allah; maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka
sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka; mereka memusnahkan
rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman. Maka
ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan. (QS
59 :2)
Jadi Allah telah menghancurkan (ekonomi) mereka dengan tangan-tangan mereka sendiri, yang
diperlukan sekarang adalah munculnya tangan-tangan kaum mukminin untuk menggantikannya.
Kalau tangan-tangan kaum mukminin tidak juga segera muncul, maka yang akan muncul bisa jadi
kezaliman lain dalam bentuknya yang baru. Wallahu Alam

30

Dampak Penggunaan Uang Sebagai Komoditi


Dalam sistem kapitalisme, uang telah menjadi barang dagangan layaknya sebuah komoditi. Bahkan
saat ini, perdagangan uang bisa dilakukan melewati batas-batas geografis. Lewat internet, trading
forex bisa dengan mudah dilakukan.
Uang berjalan dengan sangat cepat melalui jaringan-jaringan keuangan global secara real time.
Didukung teknologi informasi, uang diinvestasikan di banyak jaringan keuangan global dari satu
pilihan ke pilihan lain tanpa henti. Dengan kata lain, proses globalisasi keuangan tidak lagi bersifat
komplementer terhadap perdagangan dan investasi internasional, tetapi telah memiliki ruang
tersendiri.
Jika pada masa-masa sebelumnya, arus keuangan lebih banyak dihubungkan dengan arus sumber
real dan investasi produktif jangka panjang, maka pada tahun-tahun belakangan ini arus keuangan
lebih banyak didominasi oleh motif spekulatif yang nilainya bahkan telah jauh melebihi volume
perdagangan dan investasi real itu sendiri. Disamping perdagangan uang, inovasi-inovasi yang
dilakukan di bidang keuangan banyak memunculkan produk-produk keuangan lain yang relatif baru,
seperti obligasi, mutual fund, global deposit receipt, serta derivatif.
Ada banyak fenomena yang bisa kita lihat bagaimana motif penggunaan uang sebagai komoditi
untuk berspekulasi telah meminta banyak korban baik pribadi, perusahaan, dan bahkan negara.
Spekulasi jenis ini bisa dipastikan tergolong sebagai judi.
Mengenai ini, saya ingin menceritakan pengalaman pribadi saya sewaktu saya juga menjadi
korbannya. Pada waktu itu beberapa karyawan dari perusahaan perdagangan forex tsb menawarkan
kepada saya dua produk mereka, yang mereka namakan dengan istilah investasi:
1. Indeks, yaitu dengan berusaha mengambil keuntungan dalam bursa saham dunia. Minimal
deposit yang mesti Anda tanam dalam judi jenis ini ialah Rp 100.000.000 (seratus juta rupiah).
Cara mengambil keuntungannya yaitu jika kita membeli lot dalam posisi buy, maka kita harus
menjual lot tersebut dengan harga yang lebih tinggi pada posisi sale. Begitu pula sebaliknya, bila
kita menjual lot (dalam posisi sale), maka kita harus melepas lot tersebut dengan point yang lebih
rendah pada posisi buy;
2. Foreign Exchange, yaitu berusaha mengambil keuntungan pada perdagangan mata uang asing
(valas). Cara mengambil keuntungannya sama dengan indeks. Minimal deposit yang harus Anda
tanam adalah Rp 100.000.000. Namun dengan nego, Anda dapat menanam deposit minimal Rp
25 juta s/d Rp 30 juta.
Permainan dalam foreign exchange inilah yang pernah penulis masuki. Dengan segala bujuk rayu
mereka, penulis akhirnya tertarik untuk masuk ke dalam dunia yang kotor ini. Mereka menerima
uang penulis yang hanya Rp 30 juta (itupun sebagian besar merupakan uang pinjaman dari keluarga).
Sebenarnya awalnya penulis sempat ragu bahwa ini merupakan bagian dari judi. Namun mereka
meyakinkan bahwa permainan ini telah mendapat sertifikasi halal dari MUI. Hal inilah yang
akhirnya membuat penulis luluh untuk ikut dalam permainan foreign exchange. Jikalau itu benar,
penulis sangat berharap agar MUI dapat mempertimbangkan kembali keputusannya untuk
melegalkan hal ini.

31
Nah, sekarang penulis paparkan kelemahan/kerugian bila Anda ikut bermain dalam indeks dan
foreign exchange dalam konteks ini :
a. Fluktuasi yang terjadi dalam pasar saham dan mata uang asing cukup tinggi, bahkan dalam pasar
saham boleh dikata amat sangat tinggi. Penyebabnya bermacam-macam, dan diantaranya ada
yang tidak bisa diduga sama sekali, misalnya kebijakan pemerintah negara setempat yang
menaikkan atau menurunkan suku bunga secara siginifikan dengan sangat tiba-tiba. Dan hal-hal
seperti ini sering terjadi, sehingga analisis apapun yang dipakai tidak akan ada gunanya. Ini akan
membuat perasaan Anda tidak pernah merasa tenang dan nyaman, karena fluktuasi tinggi tsb
(sebab nilai uang Anda juga turun naik tidak karuan).
b. Ternyata Anda bisa sampai berhutang pada bursa, jika misalnya nilai yang Anda buy itu anjlok
sampai bernilai minus. Hal seperti ini sudah pernah dialami oleh beberapa orang.
Hal-hal tersebutlah yang membedakan permainan itu dengan perdagangan real (jual beli barang)
yang sebenarnya. Mengapa? Sebab resiko dalam perdagangan real jual beli barang tidak akan terjadi
seperti hal yang telah disebutkan diatas, dimana jelas bahwa modal Anda sekian dan barang akan
dijual dengan harga sekian. Barang Anda belum laku, uang Anda tidak akan berkurang drastis.
Perputaran modal hanya sedikit terhenti sampai barang tersebut laku terjual. Selain itu, Anda tidak
mungkin berhutang otomatis jika Anda memang tidak pernah merasa berhutang pada orang lain.
Perlu pembaca ketahui, bahwa akhirnya penulis mengalami kerugian ketika ikut dalam permainan
yang sifatnya sangat spekulatif tersebut. Boleh dikata, uang penulis habis ludes (nyaris tanpa sisa).
Penulis sempat melaporkan kasus ini ke polisi, namun hasilnya nihil. Perlu Anda ketahui, kalaupun
kasus ini sampai ke pengadilan hampir bisa dipastikan penulis akan mengalami kekalahan.
Mengapa? Karena perjanjian yang telah terlanjur ditandatangani isinya sangat tidak menguntungkan
bagi penulis. Nyaris tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan untuk menjatuhkan mereka. Kayaknya
mereka memang sudah mempersiapkan dengan sangat matang segala resiko yang akan mereka
hadapi.
Yang mengagetkan, pihak kepolisian menyatakan bahwa kasus tersebut sudah amat sangat banyak
terjadi, bahkan ada yang terkena stroke berat dan ada yang berujung pada perceraian, sebab sang
suami menggadaikan seluruh uang miliknya untuk ikut dalam permainan ini. Dan pihak kepolisian
tempat tinggal penulis (di Makassar) sebenarnya tidak tinggal diam. Kepolisian sudah pernah
menyusun berkas yang sangat tebal untuk diserahkan kepada pihak kejaksaan agar kasus ini dapat
diajukan ke meja hijau. Tapi apa nyana, semua usaha mentok tanpa hasil apapun, sebab perusahaan
penyedia permainan tersebut berada di bawah pengawasan BAPPEBTI (Badan Pengawasan
Perdagangan Berjangka Komoditi) yang notabene berada di bawah naungan Departemen
Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag). Inilah masalahnya, karena BAPPEBTI tidak mempunyai
perwakilan di Makassar, namun hanya berada di Jakarta. Sungguh ironis, Pemerintah Indonesia
melegalkan judi dalam kedok investasi.
Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Majmu Fatwa Syaikhul Islam jauh-jauh hari sudah menyampaikan
dampak penggunaan uang sebagai komoditi, yakni memicu inflasi, hilangnya kepercayaan orang
terhadap stabilitas nilai mata uang, penurunan perdagangan, serta mengalirnya logam berharga
(emas dan perak) keluar negeri.

32
Fungsi uang dalam Islam berbeda dengan ekonomi konvensional, karena dalam Islam uang adalah
uang karena uang bukanlah suatu komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Jauh sebelum Adam Smith menulis The Wealth of Nations (1766), Islam sudah menggunakan uang
sebagai alat pertukaran dan pengukur nilai; bahkan Al-Quran secara eksplisit menyatakan alat
pengukur nilai tsb berupa emas dan perak. Uang adalah media yang digunakan untuk mengubah
bawang atau beras misalnya dari bentuk satu ke bentuk lain. Uang juga bisa berfungsi sebagai unit of
account agar dapat digunakan untuk menilai persamaan harga barang manakala terjadi barter.
Dalam kitab Ihya Ulumuddin yang ditulis di awal abad ke-11, Abu Hamid al-Ghazali juga membahas
fungsi uang dalam perekonomian. Beliau menjelaskan bahwa dalam ekonomi barter, tetap
dibutuhkan uang sebagai alat pengukur nilai. Meski begitu, uang tidak dibutuhkan untuk uang itu
sendiri. Beliau mengibaratkan uang sebagai cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi dapat
merefleksikan semua warna. Artinya, uang tidak mempunyai harga, tetapi merefleksikan harga
semua barang. Yang bisa memberi manfaat (langsung) bukanlah uang itu sendiri, tetapi barang yang
dibeli dengan uang.
Pendapat Abu Hamid al-Ghazali tsb didasarkan pada nilai transaksi barter yang kadang tidak jelas,
sehingga memicu timbulnya gharar dan spekulasi. Karena itulah kemudian diperlukan uang sebagai
satuan nilai (unit of account). Rasulullah saw juga menganjurkan penggunaan uang manakala terjadi
barter untuk barang sejenis tetapi berbeda kualitasnya.
Dengan begitu, menjadi jelas bahwa Islam melarang penggunaan uang untuk diperdagangkan
layaknya suatu komoditi. Uang adalah public goods yang harus berputar (flow) dalam perekonomian
yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan umat baik di dunia maupun
akhirat.

33

Sistem Ekonomi Islam Sebagai Solusi


Dari pemaparan diatas, maka jelaslah sudah bahwa Sistem Ekonomi Islam (SEI) atau Sistem Syariah
adalah satu-satunya jalan keluar untuk melepaskan diri dari belenggu krisis ekonomi yang melanda
dunia saat ini. Mengapa? Karena SEI adalah satu-satunya sistem yang:
1. Melarang dengan tegas adanya sistem ribawi.
Secara epistimiologi (bahasa), riba mempunyai arti az-ziyadah atau tambahan. Dalam pengertian
lain, secara linguistic, riba juga berarti tumbuh atau membesar. Adapun menurut istilah teknis riba
berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.
Dengan demikian, setelah riba dideskripsikan oleh syariat tidak lagi berkonotasi pertambahan secara
mutlak, tetapi konotasinya menjadi: pertambahan akibat pertukaran jenis tertentu, baik yang
disebabkan oleh kelebihan dalam pertukaran dua harta yang sejenis ditempat penukaran. Ada
beberapa pendapat dalam menjelaskan namun secara umum terdapat benang merah yang
menegaskan bahwa riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun
pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip muamalah dalam Islam.
Mengenai hal ini, Allah SWT mengingatkan dalam firmanNya di Surah An-Nisaa 29 yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.
Pengertian riba secara bahasa adalah tambahan, namun yang dimaksud riba dalam ayat al Quran
yaitu setiap tambahan yang diambil tanpa adanya satu transaksi pengganti atau penyeimbang yang
dibenarkan syariah.
Yang dimaksud dengan transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau komersial
yang melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil. Seperti transaksi jual beli, gadai, sewa,
atau bagi hasil proyek. Dalam transaksi sewa, si penyewa membayar upah sewa karena adanya
manfaat sewa yang dinikmati, termasuk menurunnya nilai ekonomis suatu barang karena
penggunaan si penyewa. Dalam jual beli, si pembeli membayar harga atas imbalan barang yang
diterimanya. Demikian juga dalam proyek bagi hasil, para peserta perkongsian berhak mendapat
keuntungan karena disamping menyertakan modal, turut serta menanggung kemungkinaan resiko
kerugian yang bisa saja muncul setiap saat.
Dalam transaksi simpan-pinjam dana secara konvensional, si pemberi pinjaman mengambil
tambahan dalam bentuk bunga tanpa adanya suatu penyeimbang yang diterima si peminjam
tersebut. Yang tidak adil di sini adalah si peminjam diwajibkan untuk selalu, tidak boleh tidak, harus,
mutlak, dan pasti untung dalam setiap penggunaan kesempatan tersebut.
Secara garis besar, riba dikelompokan menjadi 2 (dua) masing-masing adalah riba utang piutang dan
riba jual-beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Adapun
kelompok kedua, riba jual-beli, terbagi menjadi riba fadhl dan riba nasiah.
a) Riba Qardh
Adalah praktek riba dengan cara meminjamkan uang kepada seseorang dengan syarat ada kelebihan
atau keuntungan bagi pemberi utang.

34
b) Riba Jahiliyyah
Adalah utang di bayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar utangnya
pada waktu yang telah ditentukan.
c) Riba Fadhl
Adalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda, sedangkan barang
yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis logam mulia atau permata, serta bahan makanan pokok
dan makanan tambahan, seperti:
1. Emas dan perak, baik itu dalam bentuk uang maupun dalam bentuk lainnya.
2. Bahan makanan pokok, seperti beras, gandum, dan jagung, serta bahan makanan tambahan,
seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.
Dalam hal ini, hal-hal yang menimbulkan riba adalah jika seseoarang menjual barang yang mungkin
mendatangkan riba menurut jenisnya seperti seseorang menjual salah satu dari macam mata uang
yaitu emas dan perak dengan yang sejenis atau bahan makanan seperti beras dengan beras, gabah
dengan gabah dan yang lainnya, maka disyaratkan:
a) Sama nilainya (tamasul).
b) Sama ukuran atau takarannya menurut syara.
c) Sama-sama tunai (taqabuth).
Patut diketahui disini bahwa hewan tidak termasuk dalam hal ini. Ini disebabkan karena hewan
memiliki resiko yang tinggi, seperti rentan terkena penyakit, dimangsa oleh hewan lainnya, dan
sukar pemeliharaannya. Jadi pertukaran hewan dengan hewan dapat dilakukan atas dasar suka sama
suka saja. Oleh sebab itu, Rasulullah tidak menegur Umar dan Ali ketika mereka menukarkan unta
mereka dalam jumlah dan ukuran yang berbeda. Tapi tidak demikian halnya ketika Bilal menukarkan
2 kantung kurma berkualitas rendah (yang jumlahnya banyak) dengan 1 kantung kurma berkualitas
tinggi (yang jumlahnya sedikit). Sewaktu ini diketahui Rasulullah, beliau marah dan mengecam Bilal
atas tindakannya tsb.
Hal-hal diatas juga didasarkan pada hadits berikut:
Penukaran emas dengan emas, perak dengan perak, gandum bagus dengan gandum bagus,
gandum jelek dengan gandum jelek, kurma dengan kurma, garam dengan garam harus dilakukan
dengan kadar yang sama dan tunai. Jika jenis-jenis itu berbeda, juallah sesukamu jika dilakukan
secara tunai. (HR. Muslim, 1587)
d) Riba Nasiah
Adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan barang yang dipertukarkan dengan jenis barang
lainnya, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis logam mulia atau permata,
serta bahan makanan pokok dan makanan tambahan. Riba dalam nasiah muncul karena adanya
perbedaan, perubahan, atau tambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan
kemudian.
Mengenai pembagian dan jenis-jenis riba, berkata Imam Ibnu Hajar Al-Haitsami bahwa riba itu
terdiri dari tiga jenis yaitu riba fadhl, riba yaad, dan riba nasiah. Al-Muttawally menambahkan jenis
keempat yaitu riba qardh. Beliau juga menyatakan bahwa semua jenis ini diharamkan secara ijma
berdasarkan nash Al-Quran dan Hadits Nabi.
Sebagaimana diberitakan bahwa telah jauh-jauh hari, Nabi shallallahu alaihi wasallam
mengingatkan bahaya yang akan mengancam dunia dengan membudayanya riba, baik dengan kedok
bunga, uang lelah, bagi hasil, atau istilah yang lain. Yang jadi tolak ukur dalam masalah ini adalah
hakikatnya, bukan istilah yang dipakai.

35
Dalam satu hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Masud ra bahwa Rasulullah SAW bersabda,
Tidaklah suatu kaum menampakkan (melakukan dengan terang-terangan) transaksi riba dan
perbuatan zina, melainkan itu berarti mereka telah menghalalkan bagi Allah SWT untuk
mendatangkan azab-Nya kepada mereka. (HR. Ibnu Majah)
Dalam hadits lainnya juga dikatakan:
!, "! :

"! : # $ % ' &
. /!
!) #* . # !" ! #
6 8
0 ! 1 9 ! 1 9 ! , $ # $ # :
0 ' 1 $ " 2
0*
5; " =
! >
! , ? *
3 $ 5

@
A
!
B


Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jauhilah tujuh
perkara yang membinasakan. Para shahabat bertanya, Wahai Rasulullah, apakah tujuh perkara
tersebut? Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Syirik kepada Allah, sihir, membunuh tanpa
alasan yang bisa dibenarkan, memakan harta riba, memakan harta anak yatim, lari dari medan
perang, dan menuduh wanita baik-baik berzina. (Hr. Bukhari, no 6465; Muslim no. 272)
Kedua hadits menunjukkan bahwa pelaku riba akan mengalami kehancuran di dunia dan di akhirat.
D E
: ! 9 K 1 % # L C N , D $ P@P
5 1 ' F D G H@* "! "! #
C
D Q
Dari Abdullah bin Hanzhalah --seseorang yang konon jenazahnya dimandikan oleh para malaikat--,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Satu dirham uang riba yang dimakan oleh
seseorang dalam kondisi dia tahu bahwa itu adalah riba, dosanya lebih berat dibandingkan
berzina sebanyak tiga puluh enam kali. (Hr. Ahmad, no 22007; dinilai shahih oleh al-Albani dalam
Shahih al-Jami, no. 3375)
Alangkah dahsyat hadits yang menakutkan ini. Jika satu dirham uang riba itu lebih parah daripada
dosa zina --yang bukan hanya sekali, bahkan tiga puluh enam kali-- lalu bagaimana lagi dengan orang
yang memakan jutaan riba!
Hadits ini juga menunjukkan bahwa baik riba yang sedikit maupun riba dalam nominal yang besar
tidak diperbolehkan (diharamkan). Sungguh keliru orang yang beranggapan bahwa jika riba cuma
kecil, karena hanya satu atau dua persen, maka dibolehkan. Adapun riba yang terlarang, adalah jika
ribanya dalam nominal yang besar.
1 9 ! 9 #, T!9 C ! N "! #
!% "! L #
Dari Jabir, beliau mengatakan, "Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat pemakan riba,
korban riba, pencatat, dan saksinya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 'Mereka
itu dosanya sama.' (Hr. Muslim, no. 4177)
Dalam hadits ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat semua pihak yang terlibat dalam
transaksi riba. Bahkan, beliau tegaskan bahwa mereka semua itu menanggung dosa yang sama!
Yang dimaksud dengan pencatat riba dalam hadits di atas, adalah pencatatan ketika transaksi riba
terjadi dan pencatatan setelah terjadinya transaksi.
T "! : X
!Q; ! A D " C )A # 5

$. T * P $5 L [
!"! : XQ #

X ' 3Q K
=

36
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang untuk membeli buah-buahan
hingga layak untuk dikomsumsi, dan beliau shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Jika zina dan
riba telah dilakukan secara terang-terangan di suatu daerah, maka pada hakikatnya, penduduk
daerah tersebut telah meminta agar Allah menyiksa mereka. (Hr. Hakim, no. 2261, diiringi
komentar, Ini adalah hadits yang shahih. Pernyataan beliau ini disetujui oleh adz-Dzahabi dan
dinilai shahih oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami, no. 679)
Jika kita lihat sekeliling kita, maka kita akan menyaksikan bahwa zina dan riba telah menyebar dan
dilakukan secara terang-terangan. Semoga kita terlindung dari siksa-Nya.
Di antara bentuk siksa Allah adalah matinya hati kita, dengan menganggap dosa tidak lagi sebagai
dosa, karena kita telah terbiasa dengannya.
' ,
C : "! : ! DP@P #L ! ! ! ' 1 ` , a G 1 % ,
Dari Masruq dari Abdullah bin Masud, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Riba itu
memiliki tujuh puluh tiga pintu. Riba yang paling ringan itu, dosanya semisal dosa orang yang
menyetubuhi ibu kandungnya sendiri. (Hr. Hakim, no. 2259, diiringi komentar, Shahih menurut
kriteria Bukhari dan Muslim, dan pernyataan beliau ini disetujui oleh adz-Dzahabi, serta dinilai
shahih oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami, no. 5852)
Jika pintu riba yang paling ringan dosanya adalah semisal dosa orang yang menyetubuhi ibu
kandungnya sendiri, lalu bagaimanakah dengan pintu riba yang lebih besar lagi!
C #L' , : "! : ! ` 9 bA $ "! >
T 1"
Dari Abdullah bin Masud, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Uang riba, meski berjumlah
banyak, namun kesudahannya pasti akan menjadi sedikit. (Hr. Hakim, no. 2262, diiringi komentar,
Ini adalah hadits yang sanadnya shahih. Komentar beliau ini disetujui oleh adz-Dzahabi, dan alAlbani dalam Shahih al-Jami, no. 3542)
Kandungan hadits ini sejalan dengan firman Allah,
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka
riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang
yang melipat gandakan (pahalanya). (Qs. 30:39)
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. (Qs. al-Baqarah: 276)
Ini adalah peringatan bagi para pelaku riba, bahwa harta riba meski pada awalnya berjumlah banyak,
namun pada suatu hari nanti pasti akan hancur. Hal ini pun telah terbukti di dunia nyata. Para pelaku
riba akan selalu diberi cobaan dari Allah, dengan jalan Allah tidak memberkahi harta yang mereka
peroleh.
Allah uji mereka dengan musibah, penyakit, dan kecelakaan, sehingga habislah uang mereka untuk
keperluan ini. Mereka tidaklah merasakan nikmat dengan harta tersebut, atau bahkan bisnis mereka
mengalami kerugian. Namun, juga tidak menutup kemungkinan, jika Allah menunda itu semua
hingga hari kiamat tiba, dan ini bisa lebih dahsyat lagi.
C "! : ! & e #L ! !
. 1 ` , f

37
Dari Abdullah bin Masud, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Riba itu memiliki tujuh
puluh sekian pintu, dan kesyirikan juga semisal itu. (Hr. Bazzar, no. 1935; dinilai shahih oleh alAlbani dalam Shahih al-Jami, no. 3540)
Dalam hadits ini, Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan riba dan syirik dalam satu hadits,
yang seakan-akan menunjukkan kesejajaran. Ini menunjukkan betapa besarnya bahaya riba.
! ! Q; * g
#L' , "! C D ! 'XE
Dari Ibnu Masud, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sebelum kiamat terjadi, maka riba,
perzinaan, dan minum khamr akan dilakukan secara terang-terangan. (Hr. Thabrani dalam
Mujam Ausath, no. 7695; dinilai sebagai hadits yang shahih li ghairihi oleh al-Albani dalam Shahih
Targhib wa Tarhib, no. 1861)
Jadi, di antara tanda dekatnya hari kiamat adalah muncul dan tersebarnya praktik riba di tengahtengah masyarakat. Adapun bentuk hukumannya adalah seperti tergambar dalam hadits-hadits
berikut:
~ Abu Said Al-Khudri Radiyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda,
Ketika melaksanakan perjalanan Isra aku bertemu dengan orang-orang yang perutnya ada di
hadapan mereka. Masing-masing perutnya sebesar rumah yang besar. Perut mereka membuat
tubuh mereka miring dan tidak bisa bergerak. Setiap kali hendak berdiri mereka dipaksa miring oleh
perut mereka sendiri. Lalu aku bertanya, Siapakah mereka itu, Jibril? Jibril menjawab, Mereka
adalah para pemakan harta riba. Mereka tidak dapat berdiri melainkan seperti orang yang
sempoyongan karena kerasukan setan.
~ Imam Ahmad dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
Pada malam Isra aku mendatangi kaum yang perutnya seperti rumah. Di dalamnya terdapat
banyak ular yang bisa dilihat dari luar perut mereka. Lalu aku bertanya, Siapakah mereka itu, Jibril?
Jibril menjawab, Mereka adalah para pemakan harta riba. (Al-Musnad, 2/363 dan Ibnu Majah,
2273)
~ Al-Bukhari meriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam bersabda,
Malam ini aku bermimpi melihat dua orang laki-laki yang datang kepadaku kemudian membawaku
keluar ke tanah suci. Lalu kami pun berangkat hingga sampai pada sebuah sungai yang berisi darah.
Di situ ada seorang laki-laki yang berdiri di tengah-tengah sungai, sementara di tepi sungai ada lakilaki yang lain di depannya ada batu. Kemudian orang yang ada di sungai itu datang, lalu ketika ia
hendak keluar (dari sungai), maka orang yang di tepi sungai itu melemparinya dengan batu tepat
pada mulutnya, hingga membuatnya kembali ke tempat semula. Jadi setiap kali ia hendak keluar
(dari sungai) maka mulutnya selalu dilempar dengan batu, hingga ia kembali seperti semula. Aku
bertanya, Apa ini? Ia menjawab, Orang yang kau lihat di sungai adalah pemakan riba. (Hr. AlBukhari, 2085 )
Dalam Al-Quran sendiri ditemukan kata riba terulang sebanyak delapan kali, terdapat dalam empat
surat, yaitu Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisaa, dan Ar-Ruum. Tiga surat pertama adalah

38
Madaniyyah (turun setelah Nabi hijrah ke Madinah), sedangkan surat Ar-Ruum adalah Makiyyah
(turun sebelum beliau hijrah). Berikut bunyi ayat-ayat Quran tsb:
*) Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa
yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka
kekal di dalamnya. Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa. Sesungguhnya orang-orang yang
beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat
pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih
hati. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum
dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan
sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu
bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak
(pula) dianiaya. Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai
dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui. Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu
kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian masing-masing diri diberi balasan yang
sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya
(dirugikan). {QS. Al-Baqarah 275-281}
*) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan
bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. {QS. Ali Imran 130}
*) Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan)
yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak menghalangi
(manusia) dari jalan Allah, dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka
telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang
batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.
{QS. An-Nisaa 160-161}
*) Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka
riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang
yang melipat gandakan (pahalanya). {QS. Ar-Ruum 39}
2. Menyiratkan emas/dinar serta perak/dirham sebagai mata uang dan nilai ukur.
Dalam Al-Quran dikatakan:
Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak,
dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan
kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang
demikian itu lantaran mereka mengatakan: "tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi.
Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. {QS. 3:75}

39
Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka
merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. {QS. 12:20}
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka
tidaklah akan diterima dari seseorang diantara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus
diri dengan emas (yang sebanyak) itu. Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka
tidak memperoleh penolong. Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. {QS. 3:91-92}
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan
rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalanghalangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat
dari) apa yang kamu simpan itu." {QS. 9:34-35}
Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali
tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami
baca." Katakanlah: "Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi
rasul?" {QS. 17:93}
Sesungguhnya Allah memasukkan orang-orang beriman dan mengerjakan amal yang saleh ke
dalam surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Di surga itu mereka diberi perhiasan
dengan gelang-gelang dari emas dan mutiara, dan pakaian mereka adalah sutera. {QS. 22:23}
(Bagi mereka) syurga 'Adn mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan
dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah
sutera. {QS. 35:33}
Dan sekiranya bukan karena hendak menghindari manusia menjadi umat yang satu (dalam
kekafiran), tentulah kami buatkan bagi orang-orang yang kafir kepada Tuhan Yang Maha Pemurah
loteng- loteng perak bagi rumah mereka dan (juga) tangga-tangga (perak) yang mereka
menaikinya. Dan (Kami buatkan pula) pintu-pintu (perak) bagi rumah-rumah mereka dan (begitu
pula) dipan-dipan yang mereka bertelekan atasnya. Dan (Kami buatkan pula) perhiasan-perhiasan
(dari emas untuk mereka). Dan semuanya itu tidak lain hanyalah kesenangan kehidupan dunia, dan
kehidupan akhirat itu di sisi Tuhanmu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. {QS. 43:33-35}
Diedarkan kepada mereka piring-piring dari emas, dan piala-piala dan di dalam surga itu terdapat
segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya." {QS.
43:71}
Mereka berada di atas dipan yang bertahta emas dan permata, {QS. 56:15}
Pada hari ketika langit menjadi seperti luluhan perak, {QS. 70:8}

40
Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak dan piala-piala yang bening laksana kaca,
(yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah diukur mereka dengan sebaik-baiknya. {QS.
76:15-16}
Mereka memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera tebal dan dipakaikan kepada mereka
gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. {QS.
76:21}
Dalam Al-Quran tidak terdapat satupun ayat yang menyiratkan kertas untuk dijadikan mata uang
atau nilai ukur terhadap suatu benda atau barang komoditi. Bahkan pada beberapa ayat, Al-Quran
justru menjadikan kayu (yang merupakan bahan baku utama pembuatan kertas) sebagai benda
terkutuk dan bahan bakar api neraka. Firman Allah:
maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya
telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya
menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: "Bukankah Aku
telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: "Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?" {QS. 7:22}
Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka
berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar.
Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah
musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan
mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)? {QS. 63:4}
Dan (ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: "Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu meliputi segala
manusia." Dan Kami tidak menjadikan mimpi yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan
sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon kayu yang terkutuk dalam Al Quran. Dan Kami
menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.
{QS. 17:60}
Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi
neraka Jahannam. {QS. 72:15}
3. Melarang dengan tegas permainan judi dan spekulasi (mengundi nasib).
Dalam Al-Quran jelas bahwa berjudi (apapun bentuknya) merupakan hal yang dilarang keras bahkan
termasuk dalam dosa besar. Jika Anda nekad melakukannya, maka Anda pasti tidak akan mengalami
keberuntungan. Firman Allah :

Artinya:

41
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk)
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu
bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum)
khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat dan menyembah Allah; maka
berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (QS. Al-Maaidah [5] : 90-91)

Artinya :
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat
dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi keburukan keduanya lebih besar dari
manfa`atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang
lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu
berfikir, (QS. Al-Baqarah [2] : 219)

4. Menyuruh dengan tegas agar umat menunaikan zakat dan sering bersedekah.
Allah telah menyuruh kita untuk berzakat dan bersedekah. Sebagian dari harta kita harus dibagi
kepada sesama yang membutuhkan. Salah satu efek yang sangat positif dari perintah ini ialah bahwa
harta itu beredar dan tidak tertimbun, sehingga roda perekonomian akan terus berputar ke arah
yang semestinya. Namun perlu diketahui disini bahwa harta tersebut harus didapatkan dengan cara
yang baik dan halal. Artinya harta yang haram, baik substansi bendanya maupun cara
mendapatkannya jelas tidak akan dikenakan zakat, karena Allah tidak akan menerimanya; sebaliknya
bila didapatkan dengan cara yang halal, Insya Allah akan mendatangkan berkah.
Firman Allah:
Katakanlah: "Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, maka tetaplah pada jalan yang lurus
menuju kepadaNya dan mohonlah ampun kepadaNya. Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang
yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orang-orang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir
akan adanya (kehidupan) akhirat. {QS. 41:6-7}
Apakah kamu takut akan (menjadi miskin) karena kamu memberikan sedekah sebelum
mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah
memberi taubat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan
Rasul-Nya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. {QS. 58:13}
..... supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. {QS. 59:7}
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang
baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu
memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau

42
mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. {QS. 2:267}
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi {QS. 7:96}
Dalam ayat lain dikatakan :

Artinya :
Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang
tidak mendapat bahagian. {QS. Adz-Dzaariyaat [51] ayat 19}
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa sebagian dari harta yang kita miliki ada hak-hak untuk orang
miskin, sehingga kita wajib memberikannya kepada mereka. Apa yang berada dalam genggaman
tangan seseorang atau sekelompok orang pada hakikatnya adalah milik Allah. Manusia diwajibkan
menyerahkan kadar tertentu dari kekayaannya untuk kepentingan saudara-saudara mereka.
Bukankah hasil-hasil produksi, apapun bentuknya, pada hakikatnya merupakan pemanfaatan materimateri yang telah diciptakan dan dimiliki Tuhan? Bukankah manusia dalam usaha produksi pada
pabriknya hanya mengadakan perubahan, penyesuaian, atau perakitan suatu bahan dengan bahan
lain yang sebelumnya telah diciptakan Allah?
Seorang pedagang beras yang akhirnya menjadi kaya karena banyak pembelinya tentu pada
hakikatnya melibatkan banyak pihak. Diantara pembeli beras tersebut mungkin ada yang
berpenghasilan pas-pasan. Bahkan bisa jadi beras yang dibelinya awal mulanya merupakan olahan
petani-petani yang miskin.
Jelas sudah bahwa keberhasilan orang kaya adalah atas keterlibatan berbagai pihak, termasuk para
fakir miskin. Kalian mendapat kemenangan dan kecukupan berkat orang-orang lemah diantara
kalian. Demikian Nabi saw bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud melalui Abu AdDarda.
Kalau demikian, wajar jika Allah SWT sebagai pemilik segala sesuatu, mewajibkan kepada yang
berlebihan agar menyisihkan sebagian harta mereka untuk orang yang memerlukan.
Hal ini juga merupakan bentuk rasa syukur kita kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan-Nya
kepada kita. Salah satu dampak positif berzakat dan bersedekah adalah orang-orang miskin tersebut
akan merasa senang dan gembira, sehingga tersentuh hatinya untuk mendoakan kita, agar kita
diberi rezki yang berlimpah. Ada pameo yang mengatakan bahwa doa orang miskin sangat makbul
(mujarab).
Selain itu, dengan berzakat dan bersedekah akan mengurangi rasa kedengkian (kecemburuan sosial)
diantara kita sesama umat manusia, sebagaimana yang dikatakan Allah pada QS. Muhammad [47]
ayat 36-37 berikut ini :

Artinya :

43
Apabila kamu beriman dan bertaqwa, Allah akan memberikan kepada kamu ganjaran, dan Dia
tidak meminta harta bendamu (seluruhnya). Jika Tuhan meminta harta bendamu (sebagai zakat
dan sumbangan wajib) dan Dia mendesakmu (agar engkau memberikan semuanya) niscaya kamu
akan kikir, (karena itu Dia hanya meminta sebagian dan ketika itu bila kamu tetap kikir maka) Dia
akan menampakkan kedengkian (kecemburuan sosial) diantara kamu.
Al-Quran mewajibkan kepada setiap Muslim untuk berpartisipasi menanggulangi kemiskinan sesuai
dengan kemampuannya. Bagi yang tidak memiliki kemampuan material, maka paling sedikit
partisipasinya diharapkan dalam bentuk merasakan, memikirkan, dan mendorong pihak lain untuk
berpartisipasi aktif; bukan justru berdiam diri dan bahkan mengolok-olok orang miskin tersebut.
Allah berfirman :

Artinya :
Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang
disempitkan rezkinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan
kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (QS. 65:7)

Artinya :
001.Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 002. Itulah orang yang menghardik anak
yatim, 003. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. (QS. Al-Maauun [107]:1-3)
Dengan berzakat dan bersedekah, Allah menjamin bahwa harta kita tidak akan berkurang, malah
justru bertambah. Allah berfirman :

Artinya :
Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayaran-nya) kepada
mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. (QS. Al-Hadiid [57]:18)
Rasulullah pun pernah bersabda :
Harta itu tidak akan berkurang karena disedekahkan..... (HR. Muslim)

44
Tidaklah seseorang yang membuka pintu pemberian dengan cara bersedekah dan bersilaturahmi, kecuali dengan hal itu Allah akan menambahkan jumlah yang banyak kepadanya. (HR.
Baihaqi)
Menurut Monzer Kahf, tujuan utama dari zakat adalah untuk mencapai keadilan sosial ekonomi.
Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu harta si kaya untuk
dialokasikan kepada si miskin (Kahf,1999).
Muhammad Daud Ali menerangkan bahwa tujuan zakat adalah : (1) mengangkat derajat fakir miskin;
(2) membantu memecahkan masalah para gharimin, ibnu sabil dan mustahik lainnya; (3)
membentangkan dan membina tali persaudaraan sesama umat Islam dan manusia pada umumnya;
(4) menghilangkan sifat kikir dan loba para pemilik harta; (5) menghilangkan sifat dengki dan iri
(kecemburuan sosial) dari hati orang-orang miskin; (6) menjembatani jurang antara si kaya dengan si
miskin di dalam masyarakat; (7) mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang
terutama yang memiliki harta; (8) mendidik manusia untuk berdisiplin menunaikan kewajiban dan
menyerahkan hak orang lain padanya; (9) sarana pemerataan pendapatan untuk mencapai keadilan
sosial (Ali, 1988).
Sedangkan menurut M.A. Mannan, secara umum fungsi zakat meliputi bidang moral, sosial dan
ekonomi. Dalam bidang moral, zakat mengikis ketamakan dan keserakahan hati si kaya. Sedangkan
dalam bidang sosial, zakat berfungsi untuk menghapuskan kemiskinan dari masyarakat. Di bidang
ekonomi, zakat mencegah penumpukan kekayaan di tangan sebagian kecil manusia dan merupakan
sumbangan wajib kaum muslimin untuk perbendaharaan negara.
Zakat menjadi jawaban untuk mendistribusikan ekonomi secara merata, yang gagal dilakukan
kapitalisme. Selain menjembatani jurang kaya-miskin, zakat juga mendorong daya beli dan
produksi baru.
Guru besar tafsir Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, M Quraish Shihab dalam
bukunya Membumikan Al-Qur'an menulis perihal dampak zakat. Salah satu dampak itu adalah
mengembangkan harta benda.
Menurutnya, pengembangan ini bisa ditinjau dari dua sisi: (a) spiritual, berdasarkan firman Allah,
"Allah memusnahkan riba dan mengembangkan shadaqoh atau zakat (QS 2:276); dan (b) sisi
ekonomis-psikologis yaitu ketenangan batin bagi pemberi zakat, shadaqah dan infaq, sehingga akan
mengantarkan pelakunya berkonsentrasi dalam pemikiran dan usaha pengembangan harta.
Selain itu, penerimaan zakat atau infaq dan shadaqah akan mendorong terciptanya daya beli dan
produksi baru bagi produsen yang dalam hal ini adalah pemberi zakat atau infaq dan sedekah itu.
Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Didin Hafidhuddin mengafirmasi apa yang ditulis
Quraish. Menurut Didin, zakat memiliki dua manfaat bagi perekonomian negara. Pertama adalah
melalui koordinasi yang baik antara otoritas zakat dengan otoritas pajak agar identifikasi wajib zakat
(muzakki) dan wajib pajak semakin luas.
Dengan adanya hal ini diharapkan pendapatan pajak dan zakat akan semakin meningkat. "Hal ini
secara empirik telah dibuktikan oleh Malaysia, di mana pendapatan zakat dan pajak justru semakin
meningkat pasca pemberlakuan kebijakan zakat sebagai kredit pajak. Tidak ada trade off antara
penerimaan pajak dengan zakat," ujarnya.
Di sisi lain, lanjutnya, keberadaan zakat juga akan sangat membantu meringankan beban APBN
terutama dalam pengentasan kemiskinan. "Instrumen zakat ini diyakini akan menjadi alat
redistribusi ekonomi yang efektif, tandasnya.

45
Menurutnya, zakat menjamin aliran kekayaan dari kelompok kaya kepada kelompok miskin,
sehingga economic growth with equity yang selama ini didengung-dengungkan akan dapat terealisasi
dengan baik di lapangan," papar Didin.
Didin menjelaskan, dalam berbagai kajian yang telah dilakukan, terbukti bahwa dana zakat yang
dikelola Badan dan Lembaga Amil Zakat mampu mengurangi jumlah kemiskinan mustahik, tingkat
kedalaman kemiskinan mustahik, serta tingkat keparahan kemiskinan mustahik.
Dalam anggaran pengentasan kemiskinan pada tahun 2011 yang mencapai Rp 86 triliun, setiap
orang miskin akan menerima bantuan rata-rata Rp 2,77 juta per tahun atau Rp 230 ribu per bulan.
Menurutnya, jika zakat bisa direalisasikan sebesar Rp 100 triliun saja atau senilai 46,08% dari total
potensi zakat yang mencapai angka Rp 217 triliun, akan ada tambahan dana Rp 3,22 juta per tahun
bagi setiap orang miskin atau Rp 286 ribu per bulan.
Berdasar catatan dan analisis Baznas, secara empirik jumlah mustahik yang mendapat bantuan zakat
pada tahun 2010 mencapai angka 2,8 juta jiwa atau setara dengan 9,03% dari keseluruhan penduduk
miskin di tanah air.
Ia mengungkapkan, dalam berbagai kajian yang telah dilakukan, terbukti bahwa dana zakat yang
dikelola Badan dan Lembaga Amil Zakat mampu mengurangi jumlah kemiskinan mustahik, tingkat
kedalaman kemiskinan mustahik, serta tingkat keparahan kemiskinan mustahik.
Sebagai contoh, di wilayah Jabodetabek, jumlah rumah tangga mustahik yang dapat dibebaskan dari
kemiskinan mencapai angka 10,79% pada 2010. Contoh lainnya adalah di Kabupaten Garut, Jawa
Barat, angka ini mencapai 21,4% lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Lampung Selatan
sebesar 18,6% maupun kota Bogor sebesar 8,77%.
"Ini menunjukkan bahwa pengelolaan zakat melalui institusi amil yang amanah dan terpercaya,
memiliki dampak positif terhadap penurunan angka kemiskinan," tutur penulis buku Zakat dalam
Perekonomian Modern (2002) itu.
Berdasarkan data Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ), jumlah rumah tangga mustahik yang dapat
dientaskan dari garis kemiskinan mencapai angka 13,88% pada tahun ini. "Pada akhirnya kita
berharap masalah sinergi antara zakat dengan pajak ini, dapat diselesaikan dengan baik dan
bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan bangsa," imbuh Didin.
Sejumlah kajian dan penelitian lain juga telah mencoba mengungkap berapa sesungguhnya potensi
zakat yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagai contoh, Pusat Bahasa dan Budaya UIN Jakarta
menyimpulkan bahwa potensi zakat nasional mencapai angka Rp 19,3 triliun. Demikian pula dengan
riset Monzer Kahf yang dikutip oleh Habib Ahmed, yang menyatakan bahwa skenario optimis potensi
zakat nasional bisa mencapai angka dua persen dari total PDB. Sehingga, potensi zakat per tahunnya
tidak kurang dari Rp 100 triliun. Selengkapnya mengenai hal ini dapat dilihat pada lampiran hal. 61
berjudul Estimasi Potensi Zakat Nasional.
Untuk lebih melihat dampak positif zakat dan sedekah selain yang dipaparkan diatas, maka dalam
buku ini dilampirkan pula artikel-artikel bagus mengenai zakat dan sedekah yang ditulis oleh Dr.
Irfan Syauqi Beik.
5. Menekankan perlunya ketahanan ekonomi.
Ketika Rasulullah SAW mendapatkan pertannyaan dari sahabatnya tentang apa yang harus
dinafkahkan, Allah menurunkan wahyu kepada RasulNya untuk menjawab pertanyaan tersebut
dengan jawaban Al-Afwa seluruhnya (yang lebih dari keperluan) QS 2:219. Kemudian di ayatayat lain Allah mengancam orang-orang yang tidak menafkahkan hartanya di Jalan Allah (lihat QS

46
104:1-3 ; QS 9:24 ; QS 9:34-35).
Dengan perintah menafkahkan harta di jalan Allah beserta ancamannya apabila tidak melakukan
yang demikian, tidak berarti juga kita boleh mentelantarkan diri, keluarga dan ahli waris kita. Ada
empat penggunaan harta yang dibatasi seperlunya, yaitu :
1) Untuk diri sendiri: lihat QS 57:27 dan QS 7:32 dan juga hadits Rasulullah SAW yang berbunyi
Sungguh jasadmu punya hak atas kamu, matamu punya hak atas kamu, istrimu punya hak atas
kamu, dan tamumu-pun punya hak atas kamu (HR. Bukhari).
2) Untuk keluarga sebagaimana dalam hadits : Mulai sedekahmu pada orang yang menjadi
tanggunganmu (HR. Bukhari).
3) Untuk mengantisipasi kebutuhan darurat sebagaimana hadits : Pegang sebagian hartamu, hal
ini dianjurkan untukmu (sebagai cadangan untuk kebutuhan masa depan). HR. Bukhari Kitab
Zakat
4) Untuk Ahli Waris, Allah telah mengaturnya dalam Quran {QS. 4:11-12), dan juga hadits
Rasulullah yang berbunyi : meninggalkan tanggungan (keluargamu) dalam kemakmuran adalah
lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam kondisi miskin dan bergantung pada belas
kasihan orang lain. Setiap pengeluaranmu untuk keluargamu adalah sedeqah meskipun hanya
sesuap makanan yang engkau suapkan ke mulut istrimu. (HR. Bukhari Kitab Wasiyat)
Empat hal tersebut boleh dan bahkan dianjurkan, namun kriteria batasannya adalah seperlunya.
Penggunaan harta yang tidak dibatasi dengan kriteria seperlunya adalah hanya untuk kebutuhan
Fi Sabilillah seperti yang termaktub dalam QS 2:219.
Lantas bagaimana kita mengetahui kebutuhan yang seperlunya tersebut ?; Setiap diri kita
dilengkapi ilham oleh Allah swt. sebagaimana ayat Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu
(jalan) kefasikan dan ketakwaannya (QS 91:8). Ilham ini juga berlaku untuk mengetahui tingkat
keperluan harta kita untuk 4 hal tersebut diatas. Mata hati kita tahu sebenarnya berapa yang kita
butuhkan untuk diri sendiri, keluarga, dan ahli waris.
Hanya saja untuk mengantisipasi kebutuhan keluarga kita, kebutuhan anak kita untuk sekolah 18
tahun yang akan datang menjadi sulit kalau kita menggunakan alat ukur yang tidak adil yang tidak
memiliki nilai daya beli tetap dalam rentang waktu yang menengah panjang. Untuk rencana
pendidikan anak kita sampai selesai S1 yang sekarang baru lahir kita butuhkan berapa? tentu tidak
mudah apabila kita gunakan nilai Rupiah ataupun Dollar dalam perhitungannya karena daya beli
nilai uang kertas tersebut terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu.
Disinilah perlunya umat Islam menggunakan uangnya sendiri yang adil sepanjang zaman, yang
memiliki daya beli tetap sejak zaman Rasulullah SAW sampai sekarang yaitu Dinar dan Dirham.
Dengan menggunakan mata uang atau timbangan yang adil, kita dapat mengalokasikan harta kita
secara adil pula untuk 4 hal yang dibatasi keperluan tersebut diatas dan sisanya kita harus
infaqkan di jalan Allah; atau terus diputar dalam usaha namun hasilnya memang diniatkan untuk
infaq di jalan Allah.
Dengan timbangan yang adil berupa Dinar dan Dirham tersebut kita berharap semoga Asset kita di
dunia tetap menjadi asset di Akhirat karena kita infaqkan sesuai haknya, kita juga berlindung dari
asset dunia yang menjadi liability di Akhirat.

47

Dalam Al-Quran surat Yusuf 47-48 dikatakan:


Dia (Yusuf) berkata: Agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana
biasa; kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di tangkainya kecuali sedikit
untuk kamu makan. Kemudian setelah itu akan datang tujuh tahun yang sangat sulit yang
menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari
(bibit gandum) yang kamu simpan.
Ayat diatas adalah ayat yang menjadi dasar sekaligus menjadi metode (minhaj) bagaimana seorang
muslim mempersiapkan diri menghadapi masa sulit. Apa bentuk masa sulit umat zaman sekarang?.
Secara luas masa sulit ini bagi kita yang hidup di zaman ini bisa berupa krisis moneter seperti yang
kita alami puncaknya tahun 1997-199; atau. Masa dimana banyak musibah kekeringan, gempa
bumi, banjir semuanya menjadi trigger masa sulit bagi umat.
Kemudian secara individu masa sulit ini bisa berarti kehilangan pekerjaan/penghasilan, pensiun,
sakit, ditinggal mati kepala keluarga dlsb.
Lantas bagaimana mengatasinya? Simpan sebagian penghasilan di tangkainya. Maksud
menyimpan gandum ditangkainya adalah agar tidak cepat busuk atau menurun kwalitas dan
nilainya, agar tetap bisa menjadi bibit yang bisa ditanam kembali kapan saja.
Harta dan penghasilan umat zaman sekarang mayoritas tentu bukan gandum, melainkan mayoritas
berupa uang. Nah bagaimana mempertahankan uang agar tidak mengalami pembusukan nilai dari
waktu ke waktu? Jawabannya sederhana itulah mengapa uang dalam Islam harus sesuatu yang
memiliki nilai yang riil (nilai intrinsik) seperti emas, perak, gandum, beras, kurma dst. Dari komoditi
riil tersebut untuk saat ini tentu emas/perak yang paling likuid.
Apa risikonya kalau kita menyimpan harta secara berlebihan dan tidak menafkahkan di jalan Allah?.
Ancamannya adalah Azab yang pedih bagi penimbun harta. (QS 9:34-35).
Jadi menyimpan harta secukupnya untuk memenuhi kewajiban kita terhadap diri, keluarga dan
keturunan adalah sesuatu yang boleh dan ada tuntunannya karena ini bagian dari ketahanan
ekonomi umat dalam AlQuran surat Yusuf tersebut diatas disebut Yukhsinun (Tukhsinun untuk
orang kedua).
Sebaliknya menyimpan diluar yang dibutuhkan dan tidak menafkahkan di jalan Allah adalah
perilaku menimbun yang amat sangat dilarang di AlQuran disebut Yaknizun.
Perbedaan antara Yukhsinun dan Yaknizun inilah yang kita harus tahu karena kita diilhami olehNya
untuk mampu membedakannya.
6. Menekankan kejujuran dan keadilan dalam berbisnis.
Firman Allah:
Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah
datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan
dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan

48
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian
itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman." {QS. 7:85}
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfaat, hingga
sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu
berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji
Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat. {QS. 6:152}
Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku,
sembahlah Allah, sekali-kali tiada Tuhan bagimu selain Dia. Dan janganlah kamu kurangi takaran
dan timbangan, sesungguhnya aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (mampu) dan
sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan azab hari yang membinasakan (kiamat)." Dan Syu'aib
berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu
merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka
bumi dengan membuat kerusakan. Sisa (keuntungan) dari Allah adalah lebih baik bagimu jika kamu
orang-orang yang beriman. Dan aku bukanlah seorang penjaga atas dirimu" {QS. 11:84-86}
Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat)
sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya. Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan neraca
yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. {QS. 17:34-35}
Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang- orang yang merugikan; dan
timbanglah dengan timbangan yang lurus. Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hakhaknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; {QS. 26:181-183}
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima
takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang
untuk orang lain, mereka mengurangi. {QS. 83:1-3}
Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin.
{QS. 83:7}
7. Menekankan etika dalam berniaga.
Etika dilihat dari makna bahasa dari Yunani yakni kata ethos yang berarti kebiasaan (custom) atau
karakter (character). Sedangkan secara terminologi, etika dapat didefinisikan sebagai seperangkat
prinsip moral yang membedakan yang baik dan yang buruk. Etika adalah bidang ilmu yang bersifat
normatif karena ia berperan menentukan apa yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan
oleh seorang individu.
Menurut Choir (http://zonaekis.com/etika-bisnis-islami/), Etika memiliki dua pengertian: Pertama,
etika sebagaimana moralitas, berisikan nilai dan norma-norma konkret yang menjadi pedoman dan
pegangan hidup manusia dalam seluruh kehidupan. Kedua, etika sebagai refleksi kritis dan rasional.
Etika membantu manusia bertindak secara bebas tetapi dapat dipertanggungjawabkan.

49
Sedangkan bisnis mengutip Straub, Alimin (2004: 56), sebagai suatu organisasi yang menjalankan
aktivitas produksi dan penjualan barang dan jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh
profit.
Penggabungan etika dan bisnis dapat berarti memaksakan norma-norma agama bagi dunia bisnis,
memasang kode etik profesi bisnis, merevisi sistem dan hukum ekonomi, meningkatkan
keterampilan memenuhi tuntutan-tuntutan etika pihak-pihak luar untuk mencari aman dan
sebagainya. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang memiliki komitmen ketulusan dalam menjaga
kontrak sosial yang sudah berjalan. Kontrak sosial merupakan janji yang harus ditepati.
Bisnis Islami ialah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak dibatasi jumlah
kepemilikan (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi dalam cara memperolehnya dan
pendayagunaan hartanya karena aturan halal dan haram (lihat. QS. 2:188, 4:29).
Yang membedakan Islam dengan materialisme ialah bahwa Islam tidak pernah memisahkan ekonomi
dengan etika, sebagaimana tidak pernah memisahkan ilmu dengan akhlak, politik dengan etika,
perang dengan etika dan kerabat sedarah sedaging dengan kehidupan Islam. Islam adalah risalah
yang diturunkan Allah melalui Rosul untuk membenahi akhlak manusia.
Islam juga tidak memisahkan agama dengan negara dan materi dengan spiritual sebagaimana yang
dilakukan Eropa dengan konsep sekulerismenya, Islam juga berbeda dengan konsep kapitalisme
yang memisahkan akhlak dengan ekonomi.
Manusia muslim individu maupun kelompok dalam lapangan ekonomi atau bisnis disatu sisi diberi
kebebasan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Namun disisi lain ia terikat dengan iman
dan etika sehingga ia tidak bebas dan mutlak dalam menginvestasikan modalnya atau
membelanjakan hartanya.
Islam, disamping ingin memelihara keseimbangan hubungan antara Allah dengan manusia, juga ingin
memelihara keadilan dalam mengatur hubungan antara manusia untuk menyelamatkan masyarakat
dari kejahatan yang timbul akibat buruknya kondisi ekonomi. Itulah sebabnya mengapa Islam ingin
membina keadilan tidak satu aspek melainkan pada setiap segi kehidupan sosial. Al-Quran
menjanjikan kehidupan yang bahagia dan sejahtera kepada mereka yang berusaha membangun
sistem yang semacam itu.
Perbincangan tentang etika bisnis di sebagian besar paradigma pemikiran pebisnis terasa
kontradiksi interminis (bertentangan dalam dirinya sendiri) atau oxymoron; mana mungkin ada
bisnis yang bersih, bukankah setiap orang yang berani memasuki wilayah bisnis berarti ia harus
berani (paling tidak) bertangan kotor.
Apalagi ada satu pandangan bahwa masalah etika bisnis seringkali muncul berkaitan dengan hidup
matinya bisnis tertentu, yang apabila beretika maka bisnisnya terancam pailit. Di sebagian
masyarakat yang nir normative dan hedonistik materialistik, pandangan ini tampkanya bukan
merupakan rahasia lagi karena dalam banyak hal ada konotasi yang melekat bahwa dunia bisnis
dengan berbagai lingkupnya dipenuhi dengan praktik-praktik yang tidak sejalan dengan etika itu
sendiri.

50
Begitu kuatnya oxymoron itu, muncul istilah business ethics atau ethics in business. Sekitar
dasawarsa 1960-an, istilah itu di Amerika Serikat menjadi bahan controversial. Orang boleh saja
berbeda pendapat mengenai kondisi moral lingkungan bisnis tertentu dari waktu ke waktu.
Tetapi agaknya kontroversi ini bukannya berkembang ke arah yang produktif, tapi malah semakin
menjurus ke suasana debat kusir.
Wacana tentang nilai-nilai moral (keagamaan) tertentu ikut berperan dalam kehidupan sosial
ekonomi masyarakat tertentu, telah banyak digulirkan dalam masyarakat ekonomi sejak memasuki
abad modern, sebut saja misalnya, Max weber dalam karyanya yang terkenal, The Religion Ethic and
the Spirit Capitalism, meneliti tentang bagaimana nilai-nilai Protestan telah menjadi kekuatan
pendorong bagi tumbuhnya kapitalisme di dunia Eropa Barat dan kemudian Amerika.
Namun perspektif negatif tentang etika dalam berbisnis terbantahkan dalam dunia Islam. Nabi
Muhammad yang dijadikan panutan oleh umat Muslim terbukti sukses berat dalam berniaga dengan
mengedepankan etika.
Tidak heran dalam Al-Quran dikatakan:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut
Allah. {QS. 33:21}
Rasulullah merupakan teladan umat yang rahmatan lil`alamin sebagaimana ajaran Islam yang
dibawanya, pemberi pencerahan pada segala lini dan sisi kehidupan manusia. Tak terkecuali yang
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup melalui jalur perekonomian, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Rasulullah dikenal sebagai saudagar ulung dengan kejujuran, kemuliaan dan
amanahnya dalam berniaga sehingga beliau mendapat gelar al-Amin (yang terpercaya). Dengan
keagungan dan kemuliaan sifat-sifatnya, beliau juga terkenal sebagai seorang marketer yang cerdas
dan beretika. Sifat-sifat itulah yang kemudian pada zaman modern ini menjadi dasar penting dalam
dunia marketing.
Marketing merupakan sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan pada proses penciptaan,
penawaran dan perubahan dari nilai dari satu inisiator kepada stakeholder-nya. Kegiatan marketing
sebenarnya merupakan kegiatan yang sangat mulia karena pada kegiatan tersebut selalu
memunculkan ide dan kreativitas untuk melakukan pendekatan, inovasi, perubahan dan
pembaharuan dalam banyak hal.
Namun, ketika kegiatan tersebut mengalami disorientasi dan cenderung mengejar keuntungan yang
instan, maka terkadang kegiatan marketing yang mulia dan penuh etika itu berubah dengan
kebodohan dan kebusukan. Fenomena itulah yang acapkali kita lihat dalam dunia bisnis dan usaha.
Seyogyanya kita bisa menempatkan fungsi marketing dengan nilai-nilai etika dan moralitas (ahklaqul
karimah) sehingga tidak ada lagi penyimpangan-penyimpangan yang menggerogoti nilai dan
keberkahan dari marketing itu sendiri. Dalam marketing dengan pendekatan ajaran Islam, apa yang
boleh dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan? Bagaimana cara memasarkan produk yang halal
sehingga akan menciptakan bisnis yang bersifat memberi keberkahan. Inilah semestinya yang
menjadi landasan berpikir bagi para pelaku bisnis syariah.
Dalam sebuah riwayat diceritakan sebelum masa kenabian, Muhammad pernah menjalankan
transaksi, ada seorang pembeli bernama Abdullah yang akan menggunakan produk dari Muhammad

51
saw. Mereka bersepakat untuk bertemu di satu tempat untuk melaksanakan transaksi karena saat
itu Muhammad membawa barang dagangan sedangkan Abdullah tidak membawa uangnya. Ketika
Muhammad sedang menunggu, Abdullah dalam keadaan lupa untuk bertemu dan teringat setelah
tiga hari. Ketika teringat tiga hari sesudahnya, Abdullah datang ke tempat itu dan menemukan
Muhammad masih menunggu dengan barang yang akan dijual. Lantas Nabi mengatakan Engkau
telah membuat aku gelisah, tiga hari aku menunggumu di tempat ini, (Hr. Abu Daud).
Gambaran di atas memperlihatkan bahwa Muhammad adalah seorang yang selalu bertanggung
jawab atas segala transaksi yang dilakukan. Pemikiran tentang loyality marketing sudah ada pada
dirinya yang ditunjukkan dengan pemberian servis melebihi ekspektasi pelanggan (Hermawan :
2006). Hadits tersebut juga mengisyaratkan teguhnya seseorang dalam memegang ungkapan yang
dikatakan kepada orang lain dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup bisnis yang
dijalankan. Di samping Muhammad saw tahu benar bagaimana stakeholders merasa puas sehingga
melahirkan re-buying dan berimplikasi pada profit yang diterima.
Kecenderungan masyarakat dalam dunia bisnis menginginkan profit maksimal tanpa melihat banyak
bagaimana nilai-nilai normatif transenden diajarkan dalam aktivitas perekonomian. Hal ini
sebagaimana dikatakan oleh Muhaimin (2007), pola hidup yang berkembang di masyarakat adalah
hub al-dunya, al-takasur, konsumerisme, hedonisme yang menggiring masyarakat memisahkan nilainilai normatif yang bersifat ilahiyat (tauhid) dan insaniyyat (humanity). Di samping itu hal menarik
saat ini adalah munculnya berbagai rumah ibadah, menjamurnya majlis talim, majlis dzikir,
meningkatnya masyarakat yang melakukan ibadah haji, namun di sisi lain terjadinya kemerosotan
solidaritas sosial (Gani:2006), rendahnya tertib hukum, miskin empati dan keperpihakan pada kaum
dhuafa, serta menjamurnya model faham hedonisme yang berimplikasi pada perilaku ekonomi
masyarakat.
Implikasi faham di atas adalah sebagaimana realitas saat ini; dimana dalam dunia bisnis timbul
gejala menghalalkan segala cara demi mencapai tujuan untuk sebuah kenikmatan. Etika bersaing
dalam bisnis tidak lagi tampil secara elegan, profesional dan sportif, namun cara dan budaya tebas
dan terobos justru semakin tumbuh subur di tengah masyarakat. Inilah akibat jika masyarakat
menempatkan agama sebagai wilayah pribadi terpisah dengan tanggung jawab sosial.
Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan kepada kita agar dalam berniaga kita tidak hanya dituntut
untuk bersikap profesional, namun juga beretika. Dengan sikap ini, banyak dari masyarakat yang
memiliki modal namun tidak dapat melakukan perniagaannya pada waktu itu, menginvestasikan
modalnya kepada Muhammad untuk dijalankan dengan penghitungan profit tertentu sebagai mitra
kerja.
Kecakapan Muhammad SAW dalam melakukan perniagaan telah mendatangkan keuntungan besar
bagi Khadijah dan mitra-mitra usahanya yang tersebar di seantaro Jazirah Arab. Dua puluh tahun
lamanya Muhammad saw berkiprah dan malang melintang di dunia bisnis sehingga beliau dikenal
sebagai seorang entrepreuner yang tangguh di Yaman, Syria, Bashra, Yordania dan kota-kota lainnya
yang ada di Jazirah Arab.
Muhammad Syafei Antonio memberikan ulasan bahwa, keberhasilan Muhammad sebagai seorang
entrepreneur yang tangguh dan dikenal di Jazirah Arab dan kota lainnya, tidaklah bisa terlepas dari
empat sifat yang melekat dalam dirinya dan komitmen beliau menjunjung tinggi nilai-nilai luhur

52
etika dalam bisnis. Dalam perspektif sejarah Islam, Muhammad dengan integritasnya yang luar biasa
dalam menjalankan roda perekonomian bahkan dalam segala hal, dia mendapatkan gelar al-amin
(terpercaya), mampu mengembangkan kepemimpinan termasuk (bisnis) yang dilakukan secara ideal
dan paling sukses dalam peradaban manusia (Tazkia, 1427 H).
Penjelasan di atas dikuatkan oleh Afzalurrahman (2005) yang mengatakan bahwa meskipun
Muhammad tidak memiliki uang/modal dalam melakukan transaksi perniagaannya, masyarakat
sangat percaya karena kejujuran yang dimiliki. Sehingga janda kaya (Khadijah), dan anak-anak yatim
yang tidak dapat menjalankan bisnisnya menanamkan modalnya kepada Muhammad dengan
membagi keuntungan dengan bagi hasil sebagai mitra kerja.
Sifat mulia yang mengantarkan kesuksesan Muhammad sebagaimana dikatakan oleh Hafidudin
(2004), adalah siddiq (integrity), amanah (trust), tabligh (openly, human relation), dan fathonah
(working smart).
Ciri-ciri itu masih ditambah Istiqamah menurut Choir (http://zonaekis.com/etika-bisnis-islami/).
Shidiq berarti mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, keyakinan dan amal perbuatan
atas dasar nilai-nilai yang diajarkan Islam. Istiqamah atau konsisten dalam iman dan nilai-nilai
kebaikan, meski menghadapi godaan dan tantangan. Istiqamah dalam kebaikan ditampilkan dalam
keteguhan, kesabaran serta keuletan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal. Fathanah berarti
mengerti, memahami, dan menghayati secara mendalam segala yang menjadi tugas dan
kewajibannya. Sifat ini akan menimbulkan kreatifitas dan kemampuan melakukan berbagai macam
inovasi yang bermanfaat. Amanah, tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan
kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan
(kebajikan) dalam segala hal. Tablig, mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain
untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Sifat-sifat itulah yang kemudian menjadikan beliau digelari sebagai Mr Trustee atau al Amin, yang
berimplikasi pada munculnya berbagai pinjaman komersial (commercial loans) di kota Mekkah dan
sekitarnya yang membuka peluang kemitraan antara Muhammad SAW dan para pemilik modal
(funds provider). Karena dengan sifat yang dimilikinya mampu mempengaruhi orang lain dengan
cara mengilhami tanpa mendoktrinasi, menyadarkan tanpa menyakiti, membangkitkan tanpa
memaksa, serta mengajak tanpa memerintah.
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, dalam konteks corporate social responsibility (CSR), para pelaku
usaha atau pihak perusahaan dituntut besikap tidak kontradiksi secara disengaja antara ucapan dan
perbuatan dalam bisnisnya. Mereka dituntut tepat janji, tepat waktu, mengakui kelemahan dan
kekurangan (tidak ditutup-tutupi), selalu memperbaiki kualitas barang atau jasa secara
berkesinambungan serta tidak boleh menipu dan berbohong.
Pelaku usaha/pihak perusahaan harus memiliki amanah dengan menampilkan sikap keterbukaan,
kejujuran, pelayanan yang optimal, dan ihsan (berbuat yang terbaik) dalam segala hal, apalagi
berhubungan dengan pelayanan masyarakat. Dengan sifat amanah, pelaku usaha memiliki tanggung
jawab untuk mengamalkan kewajiban-kewajibannya. Sifat tablig dapat disampaikan pelaku usaha
dengan bijak (hikmah), sabar, argumentatif, dan persuasif akan menumbuhkan hubungan
kemanusiaan yang solid dan kuat.

53
Para pelaku usaha dituntut mempunyai kesadaran mengenai etika dan moral, karena keduanya
merupakan kebutuhan yang harus dimiliki.
Pelaku usaha atau perusahaan yang ceroboh dan tidak menjaga etika, tidak akan berbisnis secara
baik sehingga dapat mengancam hubungan sosial dan merugikan konsumen, bahkan dirinya sendiri.
Ringkasnya, prinsip-prinsip dasar etika bisnis Islami adalah sbb:
a. Kesatuan (Unity)
Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan keseluruhan
aspek kehidupan muslim, baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial menjadi keseluruhan yang
homogen, serta mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh. Dari konsep
ini maka Islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi, dan sosial demi membentuk kesatuan.
Atas dasar pandangan ini pula maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal,
membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.
b. Keadilan (Justice)
Dalam beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk berbuat adil, tak terkecuali
pada pihak yang tidak disukai. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 8 yang
artinya: Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu
lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
c. Kehendak Bebas (Free Will)
Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis Islam, tetapi kebebasan itu tidak
merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan
pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja dengan segala
potensi yang dimilikinya. Kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi kebutuhan
pribadinya yang tak terbatas dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap
masyarakatnya melalui zakat, infaq, dan sedekah.
d. Tanggung jawab (Responsibility)
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak
menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. Untuk memenuhi tuntunan keadilan dan
kesatuan, manusia perlu mempertanggungjawabkan tindakannya. Secara logis, prinsip ini
berhubungan erat dengan kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas
dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang dilakukannya.
e. Kejujuran (Honesty)
Dalam konteks bisnis, kejujuran dimaksudkan sebagai niat, sikap dan perilaku benar yang meliputi
proses akad (transaksi), proses mencari atau memperoleh komoditas pengembangan, maupun
dalam proses upaya meraih atau menetapkan keuntungan.

54
Dengan prinsip kejujuran ini, maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif terhadap
kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian
dalam bisnis.
Jadi filosofi dasar yang menjadi catatan penting bagi bisnis Islami adalah bahwa dalam setiap gerak
langkah kehidupan manusia ada konsep hubungan manusia dengan manusia, lingkungannya, serta
manusia dengan Tuhan (hablum minallah dan hablum minannas). Dengan kata lain, bisnis dalam
Islam tidak semata-mata merupakan manifestasi hubungan sesama manusia yang bersifat pragmatis,
akan tetapi lebih jauh adalah manifestasi dari ibadah secara total kepada Sang Pencipta.

55

PENUTUP
Sebagai penutup, saya hanya ingin berujar satu kalimat:
TINGGALKANLAH KAPITALISME SECEPAT MUNGKIN DAN SEGERALAH BERALIH KE SISTEM SYARIAH!!!

56

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Sistem Kapitalisme Berada di Ujung Tanduk!!


Direktur Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Madeleine Odotte Lagarde Selasa (20/9)
dalam laporannya mengenai kondisi ekonomi dunia mengungkapkan kekhawatirannya mengenai
berlanjutnya krisis ekonomi di Amerika Serikat dan negara di zona Euro.
Dalam laporan ini disebutkan bahwa ekonomi AS pada tahun 2011 hanya tumbuh 1,5 persen.
Diprediksi pada tahun depan hanya akan naik 1,8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
berlanjutnya krisis ekonomi di negara yang pernah disebut-sebut paling stabil di dunia itu.
Direktur IMF memperingatkan bahwa penurunan anggaran negara ini akan memicu
meningkatnya krisis ekonomi di Negeri Paman Sam.
Selain AS, negara-negara zona Euro pada tahun 2011 hanya tumbuh 1,6 persen. Diprediksi
pertumbuhan ekonomi di kawasan ini terus merosot menjadi 1,1 persen pada tahun depan.
Kini, negara-negara yang mengklaim sebagai pengusung model sistem ekonomi global itu berada
di pusaran krisis. Sistem ekonomi Kapitalisme yang dibangga-banggakan itu, bahkan disebut
oleh Fukuyama sebagai akhir dari sejarah saat ini, berada di ujung tanduk.
Krisis ekonomi yang terjadi di negara-negara Eropa diiringi demonstrasi buruh yang memprotes
kebijakan pemerintahan mereka dalam mengatasi krisis ekonomi. Arus deras krisis ekonomi
yang terjadi saat ini bukan yang pertama kali terjadi.
Fase pertama gelombang krisis ekonomi sistem Kapitalisme Barat meletus pada tahun 1929
hingga empat tahun berikutnya. Gelombang kedua krisis terjadi pada dekade 60 hingga 70-an.
Gelombang ketiga krisis ekonomi yang meletus sejak tahun 2008 semakin membuktikan bahwa
sistem Kapitalisme yang dipaksakan negara-negara Barat sebagai sistem ekonomi global,
ternyata gagal memuwujudkan kesejahteraan ekonomi dunia.
Alih-alih tercapainya tujuan itu, sistem Kapitalisme semakin meningkatkan kesenjangan antara
kalangan kaya dan miskin di dunia. Setiap hari, media massa gloabal menyiarkan deretan namanama orang terkaya di dunia. Namun pada saat yang sama, banyak orang yang kehilangan tempat
tinggal karena terbelit utang di bank.
Bank-bank di Eropa sendiri sudah terancam bangkrut (lihat http://saveislam.blogspot.com/2011/09/krisis-utang-eropa-terancam-bangkrut.html), sedangkan bank-bank
di AS sudah mulai kolaps sejak tahun 2009 lalu (lihat
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/08/31/11504280/Sudah.84.Bank.di.AS.Bangkrut).
Banyak yang mengira, Amerika yang merupakan negara dengan cadangan emas terbesar di dunia
(8,133.5 ton) akan selamat dari krisis hutang yang memuncak bulan lalu. Ternyata kenyataannya

57

tidak. Bahkan AS bisa menjadi epicentrum dari gempa financial yang dapat meruntuhkan
kapitalisme itu sendiri.
Pakar Ekonomi, Ir. Muhamimin Iqbal mengatakan bahwa cadangan emas AS terlalu kecil untuk
dapat menutup hutang-hutangnya yang menggunung.
Amerika memiliki cadangan emas terbesar dunia yaitu 8,133.5 ton atau kurang lebih setara
dengan sekitar US$ 484 Milyar dengan asumsi harga emas saat ini US$ 1,830/Ozt. Ini kurang
lebih setara dengan 338.46% foreign exchange reserve mereka. Pada datanya CIA atau IMF
diperkirakan hanya 74.7 % dari reserve karena harga emasnya belum di revaluasi sesuai harga
yang up to date.
Dibandingkan dengan reserve mereka seolah cadangan emas ini memang sangat besar, namun
angka cadangan emas yang sangat besar ini ternyata sama sekali tidak memadai dibandingkan
dengan hutang mereka yang berada di angka US$ 13.98 trilyun.
Cadangan emas mereka ini bila dipakai membayar hutang hanya cukup untuk membayar 3.46 %
dari hutang mereka !. Bahkan bila ditambahkan dengan reserve-nya, Amerika hanya bisa
melunasi 4.48% dari hutangnya dengan seluruh emas yang dimiliki plus foreign exchange
reserve-nya.
Sebagai pembanding, kita dapat lihat apa yang dimiliki China. Memang China baru memiliki
1,054.10 ton cadangan emas atau kalau di Dollar-kan hanya sekitar US$ 62.7 Milyar, ini kurang
lebih hanya setara dengan 1.96 % dari reserve China yang luar biasa besar mencapai US$ 3.2
trilyun.
China juga memiliki hutang, tetapi hutangnya sangat kecil, relative bila dibandingkan
dengan reserve yang dimilikinya. Dengan cadangan emas yang dimiliki plus reserve-nya, China
mampu membayar 8 kali (802 %) dari external debt-nya !.
Bagaimana negeri kita? Kita hanya memiliki sekitar 73.1 ton cadangan emas atau dengan harga
saat ini kurang lebih setara dengan US$ 4.3 Milyar, ini juga setara dengan 3.49 % dari reserve
kita. Bila ini kita pakai untuk membayar hutang, maka hanya cukup untuk membayar 2.22% dari
nilai hutang.
Tetapi karena reserve kita yang lumayan besar yaitu US$ 124.6 Milyar, reserve ini cukup untuk
membayar sekitar 63.5 % dari hutang kita. Bila digabung dengan cadangan emas, maka kita
mampu membayar sampai sekitar 65.7 % dari external debt negeri ini.
Jadi dari perbandingan tiga Negara tersebut, kita bisa melihat bahwa China sungguh perkasa
meskipun emasnya sangat sedikit dibandingkan dengan Amerika. Sebaliknya Amerika
meskipun cadangan emasnya terbesar, kemampuannya untuk membayar hutang seandainya
digunakan seluruh cadangan emas plus reserve-nya-pun sungguh-sungguh sangat tidak
memadai. Itulah sebabnya Amerika menjadi salah satu potensi epicentrum runtuhnya ekonomi
kapitalisme global yang sangat serius untuk saat ini.

58

Untung kita orang Indonesia tidak seburuk Amerika meskipun sangat jauh dibawah China.
Cadangan emas dan devisa kita memang belum memadai untuk membayar hutang, tetapi kita
masih bisa setidaknya berkomitmen untuk berhenti berhutang dan mulai kerja keras untuk
meningkatkan produktifitas, serta beralih untuk menerapkan system ekonomi pure syariah secara
utuh dan konsekwen. Kita masih memiliki harapan untuk bisa mencukupi kebutuhan anak cucu
kita kedepan dan tidak meninggalkan mereka dalam kondisi yang lemah. Insya Allah!
Sumber:
*) http://save-islam.blogspot.com/2011/09/krisis-utang-eropa-terancam-bangkrut.html
*) http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2009/08/31/11504280/Sudah.84.Bank.di.AS.Bangkrut
*) http://hminews.com/news/sistem-kapitalisme-mulai-runtuh-as-dan-eropa-terancam-bangkrut/
*) http://www.sabili.co.id/ekonomi-islam/as-miliki-cadangan-emas-terbesar-dunia-tapiterancam-bangkrut
*) http://www.surabayaforex.com/berita-ekonomi/bankbank-utama-eropa-terancam-bangkrut/
*) http://www.youtube.com/watch?v=JeROnVUADj0

59

Kapan Dinar Akan Menjadi Mata Uang Umat Sepenuhnya....?


Oleh: Muhaimin Iqbal
....Wa maa ra maita idz romaita wa laakinnallaha ra maa.... (QS 8 : 17)
Pertanyaan dalam judul tulisan ini sering muncul dari kawan-kawan yang semangat
memperkenalkan Dinar Islam sebagai uang yang sesungguhnya. Saya sendiri yakin hal ini akan
terjadi, tetapi waktunya kita serahkan pada Allah semata.
Dalam tataran usaha memperkenalkan Dinar sebagai uang sesungguhnya, saat ini tembok-tembok
besar mernghadang di depan. Tembok besar ini bisa berupa Undang-Undang negeri ini; Articles of
Agreement IMF ; Dominasi ilmu keuangan sekuler yang lagi berkuasa dlsb.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no 23 tahun 1999 misalnya; pasal 2. Ayat 3 mengatur
bahwa Setiap perbuatan yang menggunakan uang atau mempunyai tujuan pembayaran atau
kewajiban yang harus dipenuhi dengan uang jika dilakukan di wilayah negara Republik Indonesia
wajib menggunakan uang Rupiah, kecuali apabila ditetapkan lain dengan Peraturan Bank Indonesia.
Undang-Undang ini lahir dari kesepakatan Pemerintah RI dengan IMF 1998. Saat itu Pemerintah
Indonesia dalam posisi kejepit diharuskan membuat Undang-Undang Bank Indonesia yang otonom
Dengan Undang-undang tersebut Bank Indonesia mendapatkan otonominya yang penuh, tidak ada
siapapun di Indonesia yang bisa mempengaruhinya (Pasal 4 ayat 2) termasuk Pemerintah Indonesia
sendiri.
Tetapi ironisnya adalah setelah lepas dari pengaruh siapapun di Indonesia, Bank Indonesia justru
masuk genggaman yang lebih erat di tangan IMF - BI tidak bisa lepas dari pengaruh IMF karena harus
tunduk pada Articles of Agreement of the IMF seperti yang diatur antara lain dalam beberapa
contoh pasal-pasal berikut :
a. Article V Section 1, menyatakan bahwa IMF hanya berhubungan dengan bank sentral (atau
institusi sejenis) dari negara anggota .
b. Article IV Section 2, menyatakan bahwa sebagai anggota IMF harus mengikuti aturan IMF dalam
hal nilai tukar uangnya, termasuk didalamnya larangan menggunakan emas sebagai patokan nilai
tukar.
c. Article IV Section 3.a. , menyatakan bahwa IMF memiliki hak untuk mengawasi kebijakan moneter
yang ditempuh oleh anggota, termasuk mengawasi kepatuhan negara anggota terhadap aturan IMF.
d. Article VIII Section 5 , menyatakan bahwa sebagai anggota harus selalu melaporkan ke IMF untuk
hal-hal yang menyangkut cadangan emas, produksi emas, export import emas, neraca perdagangan
internasional dan hal-hal detil lainnya.
Inilah tembok-tembok besar itu, masih ditambah lagi pemahaman umum para ilmuwan dan ekonom
yang ada di negeri ini yang ilmunya rata-rata dari negeri barat bahwa inilah yang benar.
Pemikiran lain diluar ini dinggap tidak maju, dianggap kemunduran dst.

60
Meskipun dengan tembok besar menghadang tersebut, bagaimana saya bisa tetap yakin bahwa
Dinar Emas Islam akan menjadi uang kita kelak ?.
Begini alasan saya ; ada dua pendapat yang satu IMF yang mengatakan bahwa uang tidak boleh
emas (jadi referensi-pun tidak boleh apalagi sebagai uang). Sementara itu Ulama besar Imam
Ghazali (1058 M1111 M) yang tidak kita ragukan ke-Ikhlasan-nya berpendapat uang yang Adil
hanyalah emas dan perak siapa yang lebih kita percaya kira-kira ? IMF atau Al Ghazali ? Jujur saya
tentu lebih percaya Al-Ghazali.
Secara Ilmiah-pun emas sebagai uang masa lampau dan masa depan sudah pernah saya tulis di Blog
ini dari buku Gold : Once and Future Money. Insyaallah kalau ada waktu akan saya elaborate isi buku
ini dalam tulisan lain.
Hal akan kembalinya uang emas, sebagai salah satu uang bernilai intrinsik ini bahkan juga diprediksi
oleh futurolog dewa-nya ekonom barat yaitu John Naisbitt, apa katanya ? . Dalam bukunya Mind Set John Naisbitt menyatakan bahwa monopoly terakhir yang akan segera ditinggalkan oleh
umat manusia adalah monopoly uang kertas yang dikeluarkan oleh suatu negara.
Masyarakat tidak akan lagi mempercayai mata uang kertas yang dikeluarkan negaranya dan
berpindah ke apa yang dia sebut sebagai mata uang privat. Apa itu mata uang privat ? yaitu bendabenda riil yang memang memiliki nilai intrinsik.
Benda riil yang memiliki nilai intrinsik yang paling bersifat universal tidak mengenal waktu, lokasi dan
kaum adalah emas dan perak maka inilah uang masa depan itu.
Lantas bagaimana langkah kecil yang kita lakukan sekarang dengan memperkenalkan Dinar sebagai
alat investasi dan proteksi nilai ini akan bisa menuju penggunaan Dinar dan Dirham sebagai uang
sesungguhnya ?.
Kita serahkanlah kepada Allah semata jalannya; karena dari sejauh yang bisa kita lihat dan upayakan
kita tidak bisa memperkenalkannya langsung sebagai uang karena membentur tembok raksasa
diatas; namun kita bisa melakukan bidikan melingkar yaitu dengan menyebar Dinar sebanyak
mungkin di genggaman umat; dan menguasai perdagangan bahan bakunya (emas & perak) , maka
ketika Dinar diperlukan sebagai uang Dinar itu sudah ada di tengah-tengah umat.
Katakanlah lemparan kecil kita hanya berhasil memperkenalkan Dinar sebagai alat investasi dan
proteksi nilai, namun karena kita niatkan sedari awal untuk mengembalikan Dinar dan Dirham ini
sebagai alat muamalah yang adil bagi umat insyaallah lemparan kecil ini akan diteruskan dengan
lemparan yang sangat besar oleh tangan Allah yang Maha Besar...
.... dan bukan kamu yang melempar ketika kamu melempar, tetapi Allah-lah yang melempar.......
(QS 8 : 17). Wallahu Alam bi Showab.

61

Estimasi Potensi Zakat Nasional


Sejumlah kajian dan penelitian telah mencoba mengungkap berapa sesungguhnya potensi zakat
yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Sebagai contoh, Pusat Bahasa dan Budaya UIN Jakarta
menyimpulkan bahwa potensi zakat nasional mencapai angka Rp 19,3 triliun. Demikian pula dengan
riset Monzer Kahf yang dikutip oleh Habib Ahmed, yang menyatakan bahwa skenario optimis potensi
zakat nasional bisa mencapai angka dua persen dari total PDB. Sehingga, potensi zakat per tahunnya
tidak kurang dari Rp 100 triliun.
Untuk menganalisa potensi zakat tersebut secara lebih tajam, Badan Amil Zakat Nasional pada awal
tahun ini, bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB, mencoba
mengeksplorasi potensi zakat nasional dengan menggunakan data yang diolah dari SUSENAS (Survey
Sosial Ekonomi Nasional) BPS, serta data institusi lain yang relevan seperti Bank Indonesia. Hasil
penelitian ini diharapkan memberikan gambaran tentang kondisi aktual potensi zakat yang dapat
direalisasikan kedepannya.
Potensi Zakat
BAZNAS dan FEM IPB mengklasifikasikan potensi zakat nasional ini ke dalam tiga kelompok besar.
Pertama, potensi zakat rumah tangga secara nasional. Kedua, potensi zakat industri menengah dan
besar nasional, serta zakat BUMN. Potensi yang dihitung pada kelompok yang kedua ini adalah zakat
perusahaan, dan bukan zakat direksi serta karyawan. Ketiga, potensi zakat tabungan secara nasional.
Khusus mengenai zakat rumah tangga, standar nishab yang digunakan adalah nishab zakat
pertanian, yaitu sebesar 524 kg beras. Adapun kadar zakat yang dikeluarkan adalah 2,5 persen. Ini
sejalan dengan kebijakan BAZNAS yang menetapkan analogi zakat profesi atau penghasilan pada dua
hal, yaitu zakat pertanian untuk nishabnya, dan zakat emas perak untuk kadarnya. Pendekatan ini
disebut sebagai qiyas syabah.
Detil potensi zakat ketiga kelompok tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan tabel tersebut,
potensi zakat rumah tangga secara nasional mencapai angka Rp 82,7 triliun. Angka ini equivalen
dengan 1,30 persen dari total PDB. Sedangkan potensi zakat industri mencapai angka Rp 114,89
triliun. Pada kelompok industri ini, industri pengolahan menyumbang potensi zakat sebesar Rp 22
triliun, sedangkan sisanya berasal dari kelompok industri lainnya. Adapun potensi zakat BUMN
mencapai angka Rp 2,4 triliun.
Khusus mengenai potensi zakat industri ini, yang dihitung adalah zakat dari laba bersih yang
dihasilkan, sebesar 2,5 persen. Jika mengikuti formula Abu Ubaid dalam kitab Al-Amwal, dimana
modal, inventory (persediaan), dan piutang yang diterima dihitung sebagai penambah zakat, serta
utang jatuh tempo perusahaan sebagai pengurang zakat, maka angka potensi zakatnya bisa lebih
besar lagi. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa potensi zakat industri ini adalah potensi zakat
minimal yang dapat dihasilkan.
Sementara itu, potensi zakat tabungan mencapai angka Rp 17 triliun. Angka ini didapat dari
penjumlahan potensi dari berbagai aspek, antara lain potensi zakat tabungan di bank syariah,
tabungan BUMN atau pemerintah campuran, badan usaha bukan keuangan milik negara, bank
persero dan bank pemerintah daerah. Tabungan yang dihitung adalah yang nilainya berada di atas
nishab 85 gram emas. Khusus mengenai tabungan di bank syariah, potensi zakat giro wadiah dan
deposito mudharabah mencapai angka masing-masing sebesar Rp 155 miliar dan Rp 740 miliar.
Jika diagregasikan, maka nilai potensi zakat secara nasional mencapai angka Rp 217 triliun, atau
setara dengan 3,40 persen dari total PDB. Angka ini akan semakin meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah PDB. Tingginya prosentase potensi zakat terhadap total PDB merupakan bukti

62
bahwa zakat dapat dijadikan sebagai instrumen penting untuk menggerakkan perekonomian
nasional, khususnya kelompok dhuafa.
Tabel 1. Potensi Zakat Nasional
Keterangan

Potensi Zakat

Prosentase terhadap
PDB

Potensi Zakat Rumah Tangga

Rp 82,7 triliun

1,30%

Potensi Zakat Industri Swasta

Rp 114,89 triliun

1,80%

Potensi Zakat BUMN

Rp 2,4 triliun

0,04%

Potensi Zakat Tabungan

Rp 17 triliun

0,27%

Rp 217 triliun

3,40%

Total Potensi Zakat Nasional


Sumber : Riset BAZNAS dan FEM IPB (2011)
Potensi Zakat per Provinsi

Khusus mengenai potensi zakat per provinsi, Tabel 2 menggambarkan tiga provinsi yang memiliki
potensi zakat terbesar dan tiga provinsi yang memiliki potensi zakat terkecil.
Tabel 2. Potensi Zakat Rumah Tangga Provinsi
Keterangan

Provinsi dengan Potensi Zakat


Tertinggi

Provinsi dengan Potensi Zakat


Terendah

Nama Wilayah

Potensi Zakat

Jawa Barat

Rp 17,67 triliun

Jawa Timur

Rp 15,49 triliun

Jawa Tengah

Rp 13,28 triliun

Bali

Rp 126,25 miliar

Papua

Rp 117,44 miliar

Papua Barat

Rp 111,68 miliar

Sumber : Riset BAZNAS dan FEM IPB (2011)

63
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan potensi zakat terbesar, yaitu Rp 17,67 triliun, disusul
oleh Jawa Timur dan Jawa Tengah, yang memiliki potensi zakat masing-masing sebesar Rp 15,49
triliun dan Rp 13,28 triliun. Adapun provinsi yang memiliki potensi zakat rumah tangga terendah
adalah Papua Barat, Papua dan Bali.
Ketiga provinsi tersebut merupakan provinsi dengan proporsi penduduk muslim yang sangat rendah
dibandingkan provinsi lainnya, kecuali Nusa Tenggara Timur. Penduduk Bali mayoritas beragama
Hindu, sedangkan Papua Barat dan Papua mayoritas penduduknya beragama Kristen. Adapun di
NTT, proporsi penduduk muslimnya hanya sebesar 8,6 persen. Namun demikian, potensi zakat
rumah tangga di provinsi tersebut bukanlah yang terendah (Rp 133 miliar). Angka ini masih lebih
tinggi dibandingkan potensi zakat yang terdapat di Bali, Papua dan Papua Barat, yang masing-masing
mencapai angka Rp 126,25 miliar, Rp 117,44 miliar dan Rp 111,68 miliar.
Faktor yang Mempengaruhi Pembayaran ZIS
Kajian ini merupakan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap 345 responden (muzakki dan
munfik) yang tersebar di empat kota yaitu Palembang, Brebes, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor
sejak bulan Februari hingga Maret 2011. Variabel yang dikaji adalah tempat menabung para
responden, kesanggupan responden membayar zakat dan infak, periode responden membayar zakat
dan infak, serta pemilihan tempat membayar zakat.
Apabila ditinjau dari aspek pemilihan tempat menabung, sebagian besar muzakki menabung di bank
konvensional, muzakki yang bekerja sebagai petani dan karyawan BUMN semuanya menabung di
bank konvensional. Karyawan swasta, wiraswasta dan PNS juga lebih banyak memilih menabung di
bank konvensional dibandingkan bank syariah. Semua muzakki yang memiliki pendidikan terakhir SD
dan SMP menabung di bank konvensional. Bank syariah mulai dilirik oleh muzakki yang memiliki
latar belakang pendidikan tinggi, yaitu SMA hingga S3.
Faktor Berzakat
Dari keseluruhan responden yang ada, hampir semuanya memiliki kecenderungan membayar zakat.
Sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai karyawan BUMN, PNS, karyawan swasta, dan
wiraswasta, melakukan pembayaran zakat karena memiliki penghasilan yang cukup (melebihi
kebutuhan pokoknya), dan biasanya zakat yang dibayarkan sudah dipotong dari gaji bulanan. Selain
itu, variabel yang memiliki korelasi positif dengan kesadaran membayar zakat adalah variabel tingkat
pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka kesadaran untuk membayar zakat
juga semakin tinggi.
Hal yang sama juga terjadi pada variabel pendapatan, dimana semakin tinggi pendapatan,
prosentase responden yang membayar zakat juga semakin besar. Berdasarkan uraian ini,
karakteristik kesanggupan seseorang membayar zakat ditentukan oleh tingginya tingkat pendidikan,
jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan.
Pemilihan waktu membayar zakat dari para muzakki berbeda-beda tergantung kebiasaan yang
dilakukan. Periode membayar zakat yang diajukan kepada muzakki dibagi tiga, yaitu per bulan, per
tahun dan keduanya. Sebagian besar responden memilih untuk mengeluarkan zakatnya per tahun,
kecuali untuk golongan petani. Zakat yang dikeluarkan oleh mereka disesuaikan dengan waktu
panen. Berdasarkan studi lapang, pembayaran zakat per tahun biasanya dilakukan muzakki
bersamaan dengan zakat fitrah. Responden yang berpendidikan SD sampai S3 sebagian besar
memilih untuk membayar zakat per tahun.
Alasan responden memilih waktu membayar zakat per tahun karena faktor altruism. Altruism
merupakan faktor kepekaan sosial dimana seseorang membayar zakat karena senang membantu

64
fakir miskin, merasa bersyukur, dan akan merasa bersalah apabila tidak membayar zakat tepat pada
waktunya.
Tempat Berzakat
Karakteristik responden berdasarkan tempat membayar zakat dibagi menjadi dua yaitu, lembaga
amil formal dan informal. Lembaga amil formal adalah lembaga resmi yang mengurusi pembayaran
dan pendistribusian zakat, seperti Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Lembaga
amil informal adalah lembaga yang tidak berbadan hukum, namun memiliki fungsi yang sama seperti
lembaga amil formal.
Dari 345 responden didapatkan sebanyak 27,2 persen membayar zakat ke lembaga formal, dan 72,8
persen membayar zakat ke lembaga informal. Alasan utama seseorang membayar zakat di lembaga
formal adalah transparansi, profesionalitas, akses, kenyamanan, kemudahan, lingkungan, dan
kepuasan. Sedangkan alasan seseorang membayar zakat di lembaga informal adalah kemudahan,
lingkungan, dan kepuasan.
Dominannya jumlah responden yang berzakat secara informal dibandingkan dengan menyalurkan
zakat ke lembaga formal juga disebabkan oleh jauhnya jarak institusi amil formal dan terbatasnya
jumlah organisasi pengelola zakat yang ada. Bahkan diantara mereka ada yang tidak mengetahui
lokasi lembaga amil formal. Keengganan masyarakat untuk membayar zakat di lembaga amil formal
juga disebabkan kurangnya sosialisasi oleh lembaga amil formal. Langkah yang dapat ditempuh
untuk menanggulangi masalah tersebut dengan mendirikan cabang di daerah-daerah yang potensi
zakatnya besar, yang antara lain dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan DKM setempat.
Langkah lainnya seperti menyediakan layanan jemput zakat atau fasilitas pembayaran on line.
Selain zakat, umat Islam pun dianjurkan untuk berinfak. Infak memiliki perbedaan dengan zakat,
dimana infak merupakan ibadah sunnah yang dapat dilakukan kapan saja tanpa ada ketentuan
waktu yang khusus. Berinfak dengan rutin merupakan kebiasaan yang mulia, sebab dengan berinfak,
harta kita akan bersih, sebagaimana firman Allah dalam QS al Baqarah ayat 276.
Faktor Berinfak
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
berinfak, yaitu jenis pekerjaan, pendidikan, pendapatan dan pengeluaran. Semakin tinggi level
pekerjaan seseorang, penghasilan yang didapatkan akan semakin besar, sehingga seseorang akan
cenderung untuk rutin berinfak. Pada variabel pendidikan, jika semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang, maka akan rutin berinfak. Variabel pengeluaran dan pendapatan juga memiliki korelasi
positif, yaitu semakin tinggi pengeluaran dan pendapatan seseorang, maka semakin rutin berinfak.
Periode membayar infak yang lebih banyak dipilih oleh responden baik dari sisi pekerjaan,
pendidikan, pendapatan maupun pengeluaran, adalah per bulan. Alasan memilih waktu per bulan
sebagai waktu yang paling sering untuk membayar infak, karena sebagian responden baru
mendapatkan penghasilan setiap bulan, sehingga pembayaran infak baru dilakukan setelah
mendapatkan penghasilan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden bersedia untuk membayar
zakat dan infak dengan waktu yang dipilih adalah per tahun untuk zakat dan per bulan untuk infak.
Lembaga amil informal merupakan lembaga zakat yang paling banyak dipilih oleh responden untuk
menyalurkan zakatnya dibandingkan lembaga amil formal. Wallahu alam.

65
Tabel 3. Alasan Responden Dalam Memilih Tempat Membayar Zakat
Tempat Zakat (N)

Tempat Zakat (%)

Formal

Informal

Formal

Informal

Transparansi

51

113

54.26

45.02

Profesionalitas

48

90

51.06

35.86

Akses

50

115

53.19

45.82

Ketersediaan Informasi

46

104

48.94

41.43

Kenyamanan

50

111

53.19

44.22

Kemudahan

76

155

80.85

61.75

Lingkungan

50

135

53.19

53.78

Kepuasan

50

115

53.19

45.82

Fatwa Kyai Setempat

27

59

28.72

23.51

Variabel

Sumber: Data Primer 2011 (diolah)


Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Bayar Zakat atau Tidak
Zakat (N)

Zakat (%)

Variabel
Ya

Tidak

Ya

Tidak

a. Petani

18

78

22

b. Pedagang

20

95

c. Karyawan BUMN

11

100

d. PNS

155

13

92

Pekerjaan

66

Pendidikan

Pendapatan

e. Karyawan Swasta

34

94

f. Wiraswasta

37

88

12

g. Lainnya

41

93

a. SD

20

74

26

b. SMP

100

c. SMA

86

95

d. D3

15

88

12

e. S1

148

14

91

f. S2

33

97

g. S3

100

a. Kurang dari 2,5 juta

110

13

89

11

b. 2,5 juta - 5 juta

138

10

93

c. Lebih dari 5 juta

68

92

a. Kurang dari 1 juta

54

92

b. Lebih dari 1 juta

262

24

92

Pengeluaran

Sumber: Data Primer 2011 (diolah)

67
Rekomendasi Kebijakan
Dari hasil penelitian ini, ada beberapa rekomendasi kebijakan yang dapat dilakukan :
1. Pemerintah bersama DPR hendaknya mengoptimalkan potensi zakat nasional ini dengan
melahirkan berbagai regulasi dan kebijakan yang mendukung, sehingga potensi ini dapat
diaktualisasikan. Termasuk diantaranya adalah dengan memberikan stimulus fiskal melalui
kebijakan zakat pengurang pajak. Demikian pula dengan pemerintah daerah dan DPRD, karena
potensi zakat di daerah juga sangat besar.
2. Dana zakat, infak dan sedekah ini dapat dijadikan sebagai sumber dana bagi pengentasan
kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama kelompok masyarakat
kurang mampu. Dampak terhadap perekonomian sangat positif.
3. Upaya sosialisasi untuk berzakat melalui lembaga amil harus terus menerus dilakukan, agar
masyarakat memiliki kesadaran dan menjadikan kebiasaan berzakat sebagai life style.
4. BAZ dan LAZ harus meningkatkan kinerjanya dengan meningkatkan profesionalitas,
akuntabilitas, transparansi, serta kualitas layanan, sehingga kepercayaan masyarakat akan
semakin tinggi.
Sumber: Majalah Sabili No 24/XVIII, 18 Agustus 2011

68

Tiga Dimensi Zakat


Kolom Tsaqofi, Rubrik Iqtishodia Republika 29 Juli 2010
Dr. Irfan Syauqi Beik
Memahami konsep maqashid, yaitu tujuan-tujuan disyariatkannya suatu ibadah dalam Islam,
merupakan hal yang sangat fundamental dalam kehidupan, agar dapat memahami hakekat
ibadah dengan benar. Paling tidak, berdasarkan ayat dan hadits yang ada, maqashid zakat ini
dapat dibagi ke dalam tiga dimensi. Yaitu, dimensi spiritual personal, sosial, dan ekonomi.
Pertama, dimensi spiritual personal. Zakat merupakan perwujudan keimanan kepada Allah SWT
sekaligus sebagai instrumen untuk purifikasi dan penyucian jiwa dari segala penyakit ruhani,
seperti bakhil dan tidak peduli sesama (QS 9 : 103). Zakat pun akan menumbuhkembangkan
etika bekerja dan berusaha yang benar, yang berorientasi pada pemenuhan rezeki yang halal.
Rasulullah SAW menegaskan bahwa Allah SWT tidak akan menerima zakat, infak dan sedekah
dari harta yang didapatkan dengan jalan tipu daya (HR Muslim). Sehingga, mendorong orang
untuk berzakat sesungguhnya sama dengan mendorong berkembangnya gerakan anti korupsi,
karena orang akan termotivasi untuk hanya mencari harta yang halal. Produktivitas individual
pun akan meningkat, karena zakat mendorong seseorang untuk memiliki etos kerja yang tinggi.
Selanjutnya, keengganan membayar zakat dapat dikategorikan sebagai bentuk kemusyrikan
pada Allah SWT (QS 41 : 6-7). Padahal, jika dosa syirik ini terbawa mati, tidak akan diampuni
oleh Allah SWT. Selain itu, merajalelanya syirik juga berdampak pada ketidakberkahan dan
kesemrawutan pengelolaan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara.
Yang kedua adalah dimensi sosial, dimana zakat berorientasi pada upaya untuk menciptakan
harmonisasi kondisi sosial masyarakat. Solidaritas dan persaudaraan akan tumbuh dengan baik
(QS 9 : 71). Akan muncul perasaan saling mencintai dan senasib sepenanggungan (al-hadits).
Keamanan dan ketenteraman sosial akan tercipta di tengah-tengah masyarakat, sehingga
mereduksi potensi konflik.
Sedangkan yang ketiga adalah dimensi ekonomi, yang tercermin pada dua konsep utama, yaitu
pertumbuhan ekonomi berkeadilan (QS 30 : 39) dan mekanisme sharing dalam perekonomian
(QS 51 : 19). Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan kaum dhuafa. Pada
jangka pendek, kebutuhan primer mustahik dapat terpenuhi, sementara pada jangka panjang,
daya tahan ekonomi mereka akan meningkat, sekaligus menstimulasi pertumbuhan ekonomi.
Bahkan

di

banyak

kasus,

tidak

sedikit

mustahik

yang

mampu

memberdayakan

dan

membebaskan dirinya dari kubangan kemiskinan.


Namun demikian, kondisi di atas hanya akan terjadi manakala zakat dikelola oleh institusi amil
yang amanah dan profesional. Rubrik Iqtishodia edisi perdana ini mencoba mengangkat peran
empirik zakat dalam mengurangi jumlah kemiskinan mustahik, tingkat kedalaman dan keparahan
kemiskinan mustahik, serta tingkat kesenjangan berdasarkan kelas pendapatan masyarakat,
dengan mengambil studi kasus di Jakarta, Bogor, Lampung Selatan dan Garut. Wallahualam.
=====================

69

Rubrik BAZNAS, Republika 12 Juli 2010


Zakat Untuk Pendidikan dan Pembangunan SDM

Sangat penting, keberadaan zakat harus dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan semaksimal
mungkin bagi peningkatan kesejahteraan mustahik. Salah satu caranya adalah melalui
pemanfaatan zakat sebagai sarana untuk membuka seluas-luasnya akses dan kesempatan
menikmati layanan pendidikan bagi mustahik.
Sebagaimana diketahui, masalah pendidikan merupakan hal yang sangat krusial bagi sebuah
bangsa. Kemajuan sebuah masyarakat sangat ditentukan oleh kualitas SDM yang dihasilkan
melalui sistem pendidikannya. Karena itu pada tataran global, PBB melalui UNESCO telah
menggagas konsep Education for Sustainable Development (Pendidikan untuk Pembangunan
Berkelanjutan), dimana pendidikan dijadikan sebagai pondasi dasar bagi kemajuan dan
kesejahteraan manusia, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Kita bersyukur bahwa komitmen negara untuk memajukan pendidikan sudah sangat baik.
Apalagi konstitusi dasar kita, UUD 1945, telah mengamanatkan alokasi anggaran untuk
pendidikan minimal sebesar 20 persen. Namun demikian, bukan berarti tidak ada masalah yang
dihadapi oleh bangsa ini. Diantaranya adalah masih tingginya angka putus sekolah di tanah air,
meski mengalami penurunan dari waktu ke waktu.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan Nasional, angka kesempatan belajar ke perguruan
tinggi baru mencapai 17,3 persen. Hal tersebut masih jauh di bawah standar rata-rata negara
maju yang mencapai angka minimal 30 persen. Demikian pula dengan angka putus sekolah SD
yang juga masih besar, meski berhasil dikurangi dari 2,5 persen menjadi 1,7 persen dalam lima
tahun terakhir. Pemerintah sendiri menargetkan penurunan hingga 0,7 persen pada tahun 2014.
Kemudian masalah lainnya adalah semakin meningkatnya biaya pendidikan dari waktu ke waktu.
Sehingga bagi sebagian orang, pendidikan saat ini telah menjadi barang mewah yang tidak
terjangkau. Jika kondisi ini tidak segera diatasi, maka kelompok miskin akan semakin
termarjinalkan dan terpinggirkan.
Berkurangnya kesempatan pendidikan bagi sebagian masyarakat juga akan menurunkan
produktivitas perekonomian secara keseluruhan. Sejumlah studi, seperti yang dilakukan oleh
Loening (2002), Park (2004), serta Haouas dan Yagoubi (2005), telah membuktikan adanya
hubungan positif antara pembangunan SDM dengan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara di
seluruh dunia. Lemahnya SDM berimplikasi pada tingginya angka kemiskinan dan kesenjangan
pendapatan.
Karena itu, peran aktif dan sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam memberikan solusi
sangat dibutuhkan. Program Indonesia Cerdas yang diimplementasikan BAZNAS, merupakan
salah satu langkah kongkrit untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara ekonomi, program
pendidikan berbasis zakat di Jakarta yang dilakukan oleh lembaga zakat, ternyata mampu
menurunkan angka kemiskinan mustahik sebesar 16,71 persen (Beik, 2010). Wallahualam.
Dr. Irfan Syauqi Beik, MSc
Staf Khusus Perencanaan dan Pengembangan BAZNAS
=================

70

Zakat Produktif dan Kemandirian Mustahik

Salah

satu

tujuan

utama

disyariatkannya

ibadah

zakat

adalah

untuk

meningkatkan

kesejahteraan kaum dhuafa, baik secara materil maupun spiritual. Tentu saja, agar hal tersebut
dapat direalisasikan, maka kerja keras dan kerja cerdas institusi amil sangat diperlukan.
Pemilihan program pemberdayaan yang tepat, disertai dengan proses pendampingan mustahik
yang kontinyu dan termenej dengan baik, menjadi kata kunci kesuksesan pendayagunaan zakat.
Agar para mustahik tersebut berdaya secara ekonomi, dan mampu bertahan pada jangka
panjang, maka keberadaan program pendayagunaan yang dapat menjamin ketersediaan sumber
pendapatan mustahik secara berkelanjutan, menjadi kebutuhan yang sangat vital dan urgen.
Disinilah pentingnya program pendayagunaan zakat yang bersifat produktif. Melalui program
tersebut, seorang mustahik tidak hanya diberikan ikan, yang biasanya digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sesaat, namun juga diberikan kail, yang bisa menjadi alat baginya untuk
mendapatkan ikan-ikan lain dalam jumlah yang lebih banyak, sehingga kebutuhan jangka
panjangnya dapat terpenuhi.
Penggunaan zakat untuk tujuan produktif bagi kepentingan pemberdayaan mustahik juga terjadi
di zaman Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, dari Salim bin Abdillah bin
Umar, dikatakan bahwa

Rasul SAW telah memberinya zakat dan menyuruhnya untuk

mengembangkan dan menyedekahkannya lagi. Hadits tersebut memberi kita dua pelajaran.
Pertama, dalam pengelolaan zakat, hendaknya ada proporsi dana yang digunakan untuk
mengembangkan

usaha

produktif

bagi

kepentingan

mustahik.

Kedua,

orientasi

utama

pemberdayaan zakat adalah untuk mengubah status seorang mustahik menjadi muzakki. Bagi
BAZNAS sendiri, hadits tersebut diimplementasikan dalam bentuk program Indonesia Makmur,
yang diharapkan dapat memunculkan microentrepreneur yang memiliki daya tahan dan daya
saing.
Secara makro, pendayagunaan zakat untuk kegiatan produktif mustahik di DKI Jakarta, menurut
Beik (2010), ternyata mampu meningkatkan pendapatan rata-rata mustahik sebesar 22,71
persen. Sedangkan dari sisi kesenjangan, program zakat produktif mampu mengurangi
ketidakseimbangan pendapatan antara kelompok 20 persen teratas masyarakat dan kelompok
40 persen terbawah masyarakat sebesar 0,57 persen.
Selain itu, jumlah kemiskinan mustahik juga dapat dikurangi sebesar 11,9 persen. Demikian pula
halnya dengan tingkat kedalaman kemiskinan yang dapat direduksi secara signifikan, melalui
penurunan rasio poverty gap dan income gap, masing-masing sebesar 24,11 persen dan 24,13
persen. Adapun untuk tingkat keparahan kemiskinan, indeks Sen dan indeks FGT menunjukkan
penurunan masing-masing sebesar 28,26 persen dan 44,85 persen.
Ini membuktikan bahwa pemberdayaan mustahik melalui program zakat produktif, memiliki
dampak positif terhadap penurunan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan. Mustahik pun
menjadi lebih berdaya dan lebih mandiri pada jangka panjang. Tentu saja hal tersebut akan
sangat membantu program pemerintah dalam memerangi kemiskinan di tanah air. Karena itu,
integrasi zakat secara lebih dalam pada kebijakan ekonomi nasional, merupakan kebutuhan yang
tidak dapat ditawar-tawar lagi. Wallahualam.
Irfan Syauqi Beik, Ph.D
Staf Khusus Ketua Umum BAZNAS
========================

71

Analisa Kinerja Pendayagunaan BAZNAS

Salah satu variabel utama yang sangat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap
institusi amil zakat, seperti BAZNAS, adalah kinerja program institusi tersebut di dalam
mengurangi tingkat kesenjangan pendapatan dan kemiskinan mustahik. Karena itu, diperlukan
adanya alat ukur yang dapat memotret efektivitas pendayagunaan zakat yang telah dilakukan,
sehingga masyarakat semakin yakin bahwa zakat, infak dan sedekah yang mereka berikan,
betul-betul dikelola dengan baik, amanah, dan tepat sasaran.
Beik (2010) dalam disertasinya mencoba menganalisa kinerja program pendayagunaan zakat
BAZNAS, dengan menggunakan indikator-indikator yang telah digunakan secara masif, terutama
oleh mazhab development economics. Indikator tersebut antara lain koefisien Gini untuk
mengukur kesenjangan pendapatan, Headcount index untuk mengukur jumlah orang miskin,
poverty gap dan income gap untuk mengukur tingkat kedalaman kemiskinan, serta Sen index
dan FGT (Foster Greer and Thorbecke) index untuk mengukur tingkat keparahan kemiskinan.
Berdasarkan penelitian lapang yang dilakukan pada bulan Februari Juli 2008 terhadap 104
rumah tangga miskin penerima manfaat program BAZNAS yang dipilih secara acak di DKI
Jakarta, diketahui bahwa zakat yang disalurkan melalui beragam program yang bersifat produktif
dan konsumtif, seperti Indonesia Makmur dan Indonesia Sehat, ternyata mampu mengurangi
kesenjangan dan kemiskinan mustahik.
Beik menemukan bahwa proporsi pendapatan 40 persen kelompok termiskin pasca zakat dapat
ditingkatkan sebesar 1,30 persen (lihat tabel 1). Sementara dari sisi kesenjangan, penurunan
rasio Gini sebesar 0,29 persen mengindikasikan bahwa zakat dapat mengurangi kesenjangan
antar kelompok masyarakat, meski angkanya masih sangat kecil.
Selanjutnya, jumlah kemiskinan mustahik dapat dikurangi sebesar 7,70 persen. Hal tersebut
dapat dilihat dari angka headcount index pasca zakat yang mengalami penurunan dari 86,50
persen menjadi 78,80 persen. Sedangkan tingkat kedalaman kemiskinan mustahik juga dapat
diminimalisir, sebagaimana diindikasikan oleh penurunan poverty gap (13,05 persen) dan income
gap (13,14 persen).
Demikian pula dengan tingkat keparahan kemiskinan mustahik yang juga dapat dikurangi
dengan adanya zakat. Hal ini berdasarkan pada penurunan nilai Sen index (19,30 persen) dan
FGT index (27,96 persen). Kesimpulannya, dampak positif pengelolaan zakat melalui lembaga
amil yang amanah akan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan pengelolaan zakat yang
bersifat individu, langsung dari muzakki kepada mustahik. Tinggal bagaimana sekarang
pemerintah, masyarakat dan praktisi zakat, bersama-sama mendorong pertumbuhan zakat ke
arah yang lebih baik lagi. Wallahualam.
Tabel 1. Indikator Kinerja Pendayagunaan ZIS BAZNAS di DKI Jakarta Tahun 2007-2008
No Indikator Pra-Zakat Pasca-Zakat Perubahan
1 Proporsi Pendapatan 40% Kelompok Termiskin Masyarakat 22,60 % 23,90 % 1,30 %
2 Koefisien Gini 0,350 0,349 0,29 %
3 Headcount Index (H) 86,50 % 78,80 % 7,70 %
4 Poverty Gap (P1) Rp 514.928,13 Rp 447.746,78 13,05 %
5 Income Gap (I) 0,411 0,357 13,14 %

72

6 Sen Index (P2) 0,456 0,368 19,30 %


7 FGT Index (P3) 0,186 0,134 27,96 %
Sumber: Riset Beik (2010)
Irfan Syauqi Beik
Staf Khusus Ketua Umum BAZNAS
=======================

73

Donasi Sosial Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Upaya untuk mendorong semangat berbagi dari kelompok masyarakat kaya kepada kelompok
masyarakat miskin ternyata juga menjadi salah satu topik hangat yang saat ini menjadi
perhatian publik di beberapa negara yang mayoritas bukan muslim, seperti Puerto Rico.
Dalam sebuah laporan yang dirilis oleh The Urban Institute pada bulan Januari 2010 ini,
terungkap sejumlah skenario untuk mendongkrak penerimaan donasi sosial negara tersebut.
Mereka

meyakini

bahwa

peningkatan

penerimaan

donasi

sosial

akan

berdampak

pada

peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu caranya adalah
dengan memberikan tax incentive (insentif pajak), dimana donasi yang diberikan kepada
lembaga sosial dapat mengurangi pajak yang harus dibayarkan.
Berdasarkan hukum Puerto Rico saat ini, prosentase jumlah donasi terhadap total pendapatan,
yang kemudian dapat dijadikan sebagai kredit pajak, adalah berkisar pada angka 3 persen (batas
bawah) hingga 15 persen (batas atas). Jika seseorang mendonasikan pendapatannya dalam
range tersebut, maka insentif pajak yang diberikan adalah sebesar sepertiga (33.33 persen) dari
total donasinya. Sebagai contoh, seseorang memiliki pendapatan Rp 100 juta/tahun, dan ia
menyumbangkan Rp 15 juta (batas atas klaim, 15 persen) untuk keperluan sosial. Maka, angka
yang dapat diklaim sebagai tax rebate adalah sepertiga dari Rp 15 juta, yaitu Rp 5 juta.
Sehingga, jika ia memiliki kewajiban pajak (misalnya) Rp 18 juta, maka ia tinggal membayar Rp
13 juta saja.
Yang menarik, dalam studi yang dilakukan oleh Boris, Cordes dan Soto (2010), terungkap bahwa
penerimaan donasi sosial di Puerto Rico akan meningkat signifikan jika batas bawah jumlah
donasi yang dapat diklaim sebagai kredit pajak, dikurangi hingga 1 persen atau dihilangkan sama
sekali, dan batas atasnya dinaikkan hingga maksimal 50 persen dari total pendapatan seseorang.
Dari simulasi yang dilakukannya, kebijakan ini akan mendongkrak penerimaan donasi sosial,
jauh melebihi potential loss dari pendapatan pajak negara. Sementara di sisi lain, efek terhadap
pertumbuhan ekonominya akan meningkat tajam.
Menurut ekonom FEM IPB, M Firdaus, logika sederhana dari kasus tersebut adalah, jika tanpa
insentif pajak, maka seluruh pendapatan akan masuk instrumen G (pengeluaran pemerintah)
dalam teori makroekonomi. Dari G ini kemudian dana tersebut disalurkan untuk keperluan
konsumsi masyarakat (C), atau untuk investasi (I) melalui proyek-proyek pembangunan, dan
baru kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi. Sedangkan jika langsung disalurkan melalui
instrumen C dan I, tanpa melalui G, maka dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi akan
jauh lebih besar. Karena itu, integrasi kebijakan pajak dan donasi sosial (zakat) akan memiliki
efek yang lebih baik bagi perekonomian dan bagi kesejahteraan masyarakat.
Bercermin dari studi di Puerto Rico tersebut, penulis yakin bahwa penerapan kebijakan zakat
pengurang pajak di tanah air juga akan memiliki dampak yang sama. Implikasi terhadap
perekonomian nasional akan sangat positif, karena dana zakat yang disalurkan, akan langsung
meningkatkan konsumsi masyarakat pada jangka pendek, melalui program-program yang
bersifat konsumtif, dan akan meningkatkan investasi, melalui program-program pemberdayaan
kaum dhuafa yang bersifat produktif. Wallahualam.
Irfan Syauqi Beik
Staf Khusus Ketua Umum BAZNAS
=====================

74

Zakat dan Distribusi Ekonomi

Salah satu variabel penting yang diperlukan untuk menjamin keadilan dalam pertumbuhan
ekonomi sebuah negara, adanya keseimbangan distribusi pendapatan dan kekayaan. Menurut
ekonom syariah Malaysia, Prof Aslam Haneef, dalam perspektif makroekonomi syariah, konsep
distribusi ini dapat ditinjau dari tiga aspek. Analisa terhadap ketiga aspek distribusi ini dapat
dijadikan sebagai landasan untuk menjustifikasi apakah pembangunan ekonomi sebuah negara
akan melahirkan pemerataan dan keadilan, atau sebaliknya, justru akan melahirkan kesenjangan
yang semakin melebar antara kelompok kaya dengan kelompok miskin.
Pertama adalah pre-production distribution, yaitu distribusi pra-produksi. Dalam hal ini, indikator
makro yang digunakan adalah APBN. Jika sebuah negara memiliki struktur APBN yang pro-poor,
dimana alokasi anggaran untuk pemberdayaan kelompok miskin sangat signifikan, maka arah
kebijakan pembangunan negara tersebut dipastikan berada pada jalur yang benar. Sebaliknya,
struktur APBN yang tidak berpihak pada kelompok dhuafa merupakan sinyal kuat akan
munculnya pertumbuhan ekonomi yang tidak berkeadilan, apalagi untuk negara yang sangat
mengandalkan pengeluaran pemerintah dalam menstimulasi economic growth.
Kedua, post-production distribution, yaitu distribusi pasca-produksi, dimana ia terkait dengan
reward yang diterima oleh masing-masing faktor produksi, seperti tenaga kerja dan modal,
berdasarkan keterlibatan mereka dalam proses produksi, baik melalui mekanisme pasar maupun
melalui intervensi pemerintah. Salah satu contoh indikator makro yang dapat digunakan adalah
kebijakan

upah

minimum

regional

(UMR),

yang

memberi

dampak

langsung

terhadap

kesejahteraan kelompok buruh. Kebijakan UMR yang didasarkan atas pertimbangan keadilan dan
kemaslahatan publik akan menciptakan pemerataan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Sementara yang ketiga adalah redistribution (redistribusi ekonomi), yang terdiri dari tiga
instrumen, yaitu : instrumen positif (zakat), instrumen sukarela (infak/sedekah dan wakaf), dan
instrumen terlarang (larangan riba/bunga dan penimbunan/spekulasi). Dua instrumen pertama
akan menjamin terciptanya aliran kekayaan dan pendapatan dari kelompok kaya kepada
kelompok miskin, sedangkan instrumen ketiga akan mencegah terkonsentrasikannya kekayaan
di tangan segelintir kelompok.
Oleh karena itu, mendorong pembangunan zakat, infak dan sedekah (ZIS) pada hakekatnya
merupakan upaya kita untuk meredistribusikan kembali aset dan kekayaan, agar pertumbuhan
ekonomi yang terjadi di negeri ini betul-betul dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.
Selain itu, pembangunan ZIS ini juga merupakan upaya untuk mengkoreksi persoalan-persoalan
ketidakadilan yang mungkin muncul pada fase distribusi pra dan pasca produksi. Melalui gerakan
penyadaran ZIS yang kontinyu ini, insya Allah kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat akan
semakin meningkat. Wallahualam.
Irfan Syauqi Beik
Staf Khusus Ketua BAZNAS

=======================

75

DAFTAR PUSTAKA

*) http://geraidinar.com
*) http://geraidinar.blogspot.com
*) http://zonaekis.com
*) http://www.agustiantocentre.com/
*) http://www.imranhosein.org/
*) http://duniaislamnet.wordpress.com/2010/07/26/sumber-zakat-dalam-perekonomian-modern/
*) http://sekarimage.blogdetik.com
*) http://mhs.blog.ui.ac.id/ahmad054/archives/2010/05/158
*) http://serbagratisbuku.wordpress.com/
*) http://en.wikipedia.org/wiki/Banknote
*) http://www.facebook.com/profile.php?id=228753935474&sk=notes
*) http://www.kirimpesan.com/
*) http://pesantrenvirtual.com/
*) http://www.sabili.com
*) http://ekonomi.kompasiana.com/
*) http://www.pppa.or.id/daqu/
*)http://khotbahjumat.com/akhlak-dan-muamalah/
*) http://harmonicagie.wordpress.com/
*) http://muslim.or.id/
*) http://mls04.blogspot.com/
*) http://ptk-skripsi.blogspot.com/
*) http://serbagratisbuku.wordpress.com/2010/07/05/bahaya-riba-bagi-masyarakat/
*) http://www.eramuslim.com/berita/nasional/arc/
*) http://groups.yahoo.com/group/Tauziyah/message/8060
*) http://www.pengusahamuslim.com/
*) http://www.carigold.com/portal/forums/showthread.php?t=184687
*) Film Islam dan Sistem Keuangan Internasional by Imran Hosein (dapat dilihat di YouTube)
*) Kaya dengan Investasi Emas & Dinar, Januar N. Sujatmiko, 2011, Yogyakarta: Sinar Kejora
*) Muntah Uang dengan Inves Logam-Logam Mulia, Rizem Aizid, 2011, Jogjakarta: Bukubiru
*) Buku Pintar Investasi Syariah, Taufik Hidayat, 2011, Jakarta: Mediakita
*) Sejarah Uang (The History of Money) oleh Jack Weatherford, diterjemahkan oleh Noor Cholis,
Penerbit : Bentang Pustaka, Yogyakarta (2005)
*) Utang Luar Negeri Pemerintah Indonesia: Perkembangan dan Dampaknya oleh Adwin Surya
Atmadja
*) Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah dan Defisit Anggaran Terhadap Investasi Di Indonesia
(1986-2008) Oleh Agustina Endah Wahyuningtyas
*) APBN Masih Elitis, Tidak Memihak Warga Negara, Dan Tidak Akuntabel; Sintesis Paper, Laporan
Tahunan APBN Kesejahteraan Komisi Anggaran Independen (KAI); Jakarta, 4 Desember 2010

Anda mungkin juga menyukai