Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH RIBA DALAM PERSPEKTIF PEMBANGUNAN

EKONOMI
Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl. Marsda Adisucipto D.I. Yogyakarta, 55281.

Rifka Anindya 22103080056 Naila Tammi 22103080071


Achmad Naufal 22103080053 Fahrur Rozi 22103080052

Abstrak:Riba’ adalah suatu hal yang jelas diharamkan dalam agama Islam. Ijma’ (kesepakatan) para Ulama’
yang berlandaskan dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah sudah cukup menjelaskan tentang keharaman riba.
Walaupun demikian, masih banyak kaum muslimin yang berkutat dan hidup dengan unsur-unsur ribawi. Bunga
bank yang terdapat pada bank konvensional adalah bukti bahwa kaum muslimin, terkhusus di Indonesia masih
minim akan kepedulian terhadap haramnya riba’. Indonesia sebagai negara mayoritas muslim sudah seharusnya
meninggalkan budaya tersebut demi terwujudnya perekonomian yang lebih optimal dibandingkan dengan
ekonomi ribawi yang memberi dampak negatif. Artikel ini mengulas bagaimana dampak ekonomi riba terhadap
pembangunan perekonomian negara. Artikel ini menggunakan metode kualitatif-deskriptif dan literature review
terhadap dampak ekonomi ribawi melalui buku dan artikel jurnal serta catatan sejarah terhadap ekonomi ribawi.
Hasil penelitian ini adalah ekonomi ribawi tidak patut berkembang di negara mayoritas muslim seperti Indonesia
yang justru memberikan beberapa dampak negatif dan pemerintah memiliki peran penting dalam mengatur
haluan perekonomian negara Indonesia. Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan lembaga syari’ah disertai
kesadaran umat muslim Indonesia dalam mengembangkan dan mendukung sistem ekonomi syari’ah akan
menciptakan perekonomian yang lebih stabil.

Kata kunci: riba, ekonomi, pemerintahan

PENDAHULUAN
Riba’ adalah suatu hal yang jelas diharamkan dalam agama Islam. Ijma’ (kesepakatan) para
Ulama’ yang berlandaskan dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah sudah cukup menjelaskan
tentang keharaman riba’. Walaupun demikian, masih banyak kaum muslimin yang berkutat
dan hidup dengan unsur-unsur ribawi. Bunga bank yang terdapat pada bank konvensional
adalah bukti bahwa kaum muslimin, terkhusus di Indonesia masih minim akan kepedulian
terhadap haramnya riba’.
MUI sendiri sudah pernah membuat fatwa tentang keharaman bunga bank, karena yang
demikian adalah termasuk riba’. Fatwa ini dikeluarkan pada tanggal 16 Desember tahun 2003,
adapun yang melatarbelakangi fatwa ini adalah Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan pada
tanggal 09 sampai 12 Agustus tahun 1990 yang memutuskan bahwasannya bunga bank itu
termasuk riba’ dan dihukumi haram.
Ijma’ Ulama’ tentang penetapan status bunga bank adalah termasuk riba’ itu sudah terjadi
berkali-kali di forum Ulama’ Internasional sejak tahun 1973 sampai dengan sekarang. Pada
tahun 1976 telah dilaksanakan Konferensi Ekonomi Islam se-dunia di kota Makkah, Saudi
Arabi yang dihadiri sekitar 300 ulama’ dan pakar keuangan Islam dari penjuru dunia. Tidak
seorang pun di antara pakar ekonomi Islam itu menolak kaharaman bunga bank, artinya semua
ulama’ dari berbagai negara dan berbagai mazhab sudah memiliki kesepakatan yang mutlak
tentang keharaman bunga bank. Bahkan sebelum dilaksanakannya Konferensi Ekonomi Islam
sedunia di kota Makkah, tiga tahun sebelumnya, seluruh ulama Organisasi Kerjasama Islam
(OKI) yang berasal dari 44 negara muslim sepakat tentang keharaman bunga bank.1
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, namun sistem
syari’ah baru mendapat izin untuk beroperasi saat Indonesia sudah berusia 47 Tahun. Pada
saat itu Majelis Ulama’ Indonesia membentuk Bank Muamalat Indonesia (BMI) yang
diharapkan dapat menjadi wadah bagi umat Islam di Indonesia.
Di ujung masa jabatan Presiden Soeharto, terjadi krisis moneter yang menyebabkan
ekonomi dunia saat itu tidak stabil. Hal diawali dengan jatuhnya mata uang Thailand, Baht
yang kemudian menyebar ke negara-negara lain d Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Bank
Muamalah Indonesia (BMI) yang baru berusia 5 tahun tentunya terkena dampak kecil dari
krisis ini, walaupun tidak separah dengan Bank-Bank Konvensional lain yang bahkan harus
dicabut izinnya oleh pemerintah karena tidak mampu dalam menghadapi Krisis Moneter
(Krismon) yang terjadi saat itu.
Utang dengan bunga (riba’) di zaman sekarang tidak hanya dirasakan oleh masyarakat
perkotaan saja, masyarakat perkampungan juga menjadi sasaran target dari lembaga bank
ataupun non bank. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang tidak peduli dengan hukum
dalam agama, masyarakat pedesaan justru tidak mengetahui hukum dari riba’ ini. Mereka
berpikir bahwa riba adalah mengambil tambahan yang sangat tinggi dalam utang piutang,
contohnya yang dilakukan oleh lintah darat (rentenir) , sedangkankan jika tambahan yang
diambil daripada pinjaman itu sedikit maka yang demikian bukanlah riba. Dalam jual beli pun
masyarakat pedesaan tidak memahami apa itu yang dimaksud dengan riba, mereka hanya
mengetahui bahwasannya riba’ hanya terdapat dalam peminjaman atau utang piutang, yakni
mengambil ziyadah atau tambahan dalam pinjaman dan mereka mencontohkan seperti yang
dilakukan bank-bank konvesional.
Tambahan bunga yang terus bertambah apabila tidak dapat dibayarkan tepat waktu
menjadi hal yang menakutkan bagi masyarakat yang meminjam uang di bank konvensional.
Jika tidak mampu membayar utang dengan waktu yang telah ditetapkan, maka harta yang
dimiliki dapat diambil paksa guna menjadi jaminan. Hal ini jelas adalah prinsip ekonomi
kapitalis yang membuat orang miskin menjadi semakin miskin dan orang kaya semakin kaya.
Dari peristiwa Krisis Moneter yang terjadi pada tahun 1997-1998 dapat kita ketahui
bahwasannya sistem Ekonomi Syari’ah mampu bertahan, namun tidak dengan beberapa Bank

1
M. Syai’i Antonio, Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum (Bogor: Tazkia Institute, 1999).
Konvensional yang terpaksa dicabut izinnya karena tidak mampu bertahan. Berdasarkan
pendahuluan ini, kami tertarik untuk membahas tentang pengaruh riba’ terhadap
perekonomian negara. Poin utama yang menjadi pertanyaan dan permasalahan adalah
bagaimana kondisi perekonomian di Indonesia atas pengaruh maraknya transaksi riba? Serta
apakah dengan meninggalkan riba’ perekonomian di Indonesia akan semakin mundur atau
bahkan sebaliknya. Sederet pertanyaan tersebut kiranya menjadi fokus utama kami dalam
artikel ini. Persinggungan sistem perekonomian negara dan kegelisahan rakyat yang mayoritas
muslim dan paham akan larangan riba menjadi salah satu faktor pemicu pertanyaan tersebut.

Perekonomian Indonesia
Segala bentuk aktivitas ekonomi melibatkan jutaan pelaku ekonomi yang saling terkait satu
sama lain. Pada dasarnya aktivitas ekonomi hanya melibatkan tiga kelompok pelaku ekonomi
diantaranya, rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. Indonesia sendiri menganut sistem
ekonomi pancasila. Sistem ekonomi pancasila merupakan sistem mandiri yang diawali
dengan paham kekeluargaan dan berdasar pada prinsip prinsip pancasila dan bertujuan
melahirkan demokrasi pancasila dalam sistemnya yaitu sistem ekonomi pancasila.
Perjalanan pertumbuhan ekonomi Indonesia sudah berjalan lebih dari setengah abad.
Perjalanan yang cukup panjang dan melalui berbagai permasalahan ekonomi seperti krisis
moneter, inflasi dan sebagainya. Dewasa ini pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan
menjadi salah satu yang paling resilien di tengah berbagai risiko global yang mengalami
peningkatan. Dalam laporan Global Economic Prospect (GEP) Juni 2022, Bank Dunia
memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di tingkat 5,1 persen untuk tahun
2022 atau hanya turun 0,1 poin persentase (pp) dari proyeksi sebelumnya.2 Tingkat inflasi
Indonesia masih relatif stabil - dan cenderung rendah dibandingkan negara-negara ASEAN
dan bahkan negara G20. Inflasi Januari 2023 tercatat sebesar 5,28 persen (year on year/yoy),
lebih rendah dibanding bulan Desember 2022 yang sebesar 5,51 persen (yoy).3
Perlu diketahui pula bahwa inflasi adalah salah satu dampak dari krisis moneter yang
pernah terjadi di Indonesia dan negara-negara di dunia. Hal ini disebabkan oleh produsen yang
mendapat modal pinjaman yang terdapat bunga pasti akan menambah bunga yang harus

2
Erwin Haryono, “Inflasi Desember 2022 Terkendali Dan Diperkirakan Kembali Ke Dalam Sasaran Pada
2023,” January 2, 2023, https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-media/news-
release/Pages/sp_250123.aspx#:~:text=Berdasarkan%20data%20Badan%20Pusat%20Statistik,dampak%20pen
yesuaian%20harga%20bahan%20bakar.
3
Amir Salim Fadilla and Anggun Purnamasari, “Pengaruh Inflasi Terhadap Pertunbuhan Ekonomi
Indonesia,” Economica Sharia: Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Ekonomi Sharia Vol. 7 (August 2021): 20.
dibayarkan kepada peminjam ke dalam harga barang produksi. Jadi harga jual barang yang
diproduksi sama dengan biaya produksi ditambah riba.4
Ketika suku bunga naik, maka harga barang dan jasa pasti akan naik pula, sehingga
daya beli mata uang akan menjadi turun. Inilah yang dinamakan inflasi, disebabkan oleh
dorongan dari biaya produksi. Dan ketika suku bunga tersebut turun maka permintaan kredit
juga akan menjadi tinggi. Bank-bank akan memberikan kredit jauh lebih besar dari fisik uang
yang mereka miliki. Jika jumlah uang lebih banyak dari yang seharusnya maka terjadilah
inflasi, karena meningkatnya permintaan.5
Dalam Ekonomi Konvensional yang diterapkan dalam pengelolaan bank konvesional, uang
memiliki tiga fungsi, yakni sebagai alat tukar, satuan hitung dan penyimpanan nilai.
Sedangkan dalam Ekonomi Syari’ah uang hanya digunakan sebagai alat ukur dan satuan
hitung saja. Fungsi uang sebagai penyimpan nilai berdampak pada anggapan bahwa uang
merupakan benda yang dapat diperdagangkan, sehingga jika seseorang meminjam uang orang
lain, maka orang tersebut harus mengembalikan uang pokok ditambah dengan bunga karena
adanya unsur waktu dan risiko yang telah disepakati sebelumnya.
Berdasarkan data statistik jumlah muslim di Indonesia adalah 207.1 juta orang dari total
271 juta atau 87% total keseluruhan. Dengan jumlah ini Indonesia menduduki peringkat
pertama sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.6
Kemajemukan di Indonesia di dominasi oleh umat muslin sebagai penduduk mayoritas
Indonesia. Sehingga ketika mengalami gejala sosial secara menyeluruh maka solusi serta
intervensi dari para cendekiawan muslim yang menjadi perhatian penting dalam kehidupan
bernegara. Kontribusi tersebut diperlukan demi mencapai kemakmuran rakyat secara optimal,
karena pada hakikatnya manusia mempunyai 5 kebutuhan yang penting yaitu kebutuhan
fisiologi, rasa aman, afiliasi, hargadiri, dan pengembangan potensi.7
Fatwa dianggap sebagai respon dari kalangan ulama atas persoalan atau gejala sosial
yang dihadapi oleh masyarakat.8 Kejelasan hukum fatwa, merupakan hal penting bagi umat
muslim mayoritas di Indonesia. Indonesia merangkum sekumpulan para cendekiawan dan
ulama muslim membentuk satu kesatuan lembaga yaitu MUI yang bertugas menjawab

4
Fakhruddin ar-razi, "al-Tafsir al-Kabir Aw-Mafatih al-Ghaib, 7-8 (Beirut: Daar al-kutub al-ilmiyah,
n.d.).
5
Abdullah al-umrani, Al-Manfa’atu Fii al-Qardh (Dammam: Daar ibnu al-jauzi, 2007).
6
Muhammad Izzuddin Abdul Affiff, “Dinamika Pengelolaan Zakat Oleh Negara Di Beberapa Provinsi Di
Indonesia Pasca Undang -Undang, No. 23 Tahun2011,” Jurnal Hukum & Pembangunan Ekonimi 8 (n.d.).
7
W. Poespoprojo, Filsafat Moral (Bandung: Putaka Gravika, 1999).
8
Amir Salim Fadilla and Anggun Purnamasari, “Pengaruh Inflasi Terhadap Pertunbuhan Ekonomi
Indonesia.”
persoalan agama yang terjadi di dalam masyarakat. Disinilah eksistensi MUI mulai terlihat
seiring meluas dan kompleksnya permasalahan yang muncul. Namun, pengaruh politik
yang tidak baik (negative) mulai bersinggungan dan mempengaruhi kebijakan- kebijakan
MUI.9

Transaksi Riba Dan Dampaknya


Riba merupakan sebuah benalu yang menjadi keresahan masyarakat sehingga perlunya bukti
eksistensi MUI ditengah maraknya transaksi riba di negara Indonesia yang mayoritas umat
muslim. Riba sendiri sudah disepakati keharamannya. Penulis memaparkan sebelumnya
bahwa fatwa MUI berperan penting dalam pola kehidupan umat Islam di Indonesia. Eksistensi
larangan riba berdasarkan fatwa MUI masih bersinggungan dengan eksistensi bank
konvesional yang sudah pasti mengandung transaksi riba dan belum dapat dihindari oleh umat
muslim.
Umat muslim Indonesia dapat dikatakan telah terikat dengan transaksi yang dilaksanakan
bank konvesional. Tak terkecuali pemerintah yang menjalankan perekonomian negara.
Simpan pinjam serta hutang negara terhadap negara- negara asing bahkan termasuk negara
dengan sistem komunis seperti china tidak memungkinkan menggunakan transaksi sesuai
syariat Islam. Dana tersebut kemudian akan dialihkan untuk pembangunan negara dan juga
didistribusikan terhadap masyarakat dalam berbagai bentuk.
Pemerintah dan lembaga MUI adalah yang paling bertanggung jawab dalam mengatasi
persoalan tersebut. Juga apakah transaksi yang dilakukan pemerintah dengan menggunakan
sistem ekonomi konvesional tersebut terbukti membawa kesejahteraan terhadap masyarakat
Indonesia seperti yang dijanjikan dalam sistem ekonomi pancasila dibandingkan dengan
menggunakan sistem ekonomi syari’ah menjadi persoalan pokok.
Bunga menjadi penunjang utama beroperasinya sistem perbankan dalam ekonomi
kapitalis. Tanpa bunga sistem perbankan menjadi tanpa nyawa, dan seluruh ekonomi akan
lumpuh. Menurut Agustianto (2010) dalam riba dan meta ekonomi Islam, dampak riba dari
segi ekonomi adalah:
Pertama, sistem ekonomi yang mengandug unsur ribawi telah banyak menimbulkan krisis
ekonomi sepanjang sejarah (sejak tahun 1930 sampai saat ini). Sistem ekonomi ribawi
menjadi penyebab utama ketidak stabilan nilai mata uang (currency) sebuah negara, karena
uang akan selalu berpindah dari negara yang tingkat bunga riel yang rendah ke negara yang

9
Imaro Sidqy and Doli Witro, “Kedudukan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dalam Perspektif Hukum
Islam Dan Nasional: Studi Implikasi Fatwa Terhadap Masyarakat” 8 (n.d.).
tingkat bunga riel yang lebih tinggi akibat para spekulator ini memperoleh keuntungan besar
dengan menyimpan uangnya di mana tingkat bunga riel relatif tinggi. Tingkat bunga riel di
sini dimaksudkan adalah tingkat bunga minus tingkat inflasi.
Kedua, sebab sistem ekonomi ribawi, kesenjangan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia
makin terjadi secara konstan, sehingga yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin.
Ketiga, suku bunga juga berpengaruh terbadap investasi, produksi dan terciptanya
pengangguran. Semakin tinggi suku bunga, maka investasi semakin menurun. Jika investasi
menurun, produksi juga menurun. Jika produksi menurun, maka akan meningkatkan angka
pengangguran.
Keempat, Teori ekonomi mengajarkan bahwa suku bunga akan secara signifikan
menimbulkan inflasi. Inflasi yang disebabkan oleh bunga adalah inflasi yang terjadi akibat
ulah tangan manusia. Inflasi seperti ini sangat dibenci Islam, sebagaimana ditulis Dhiayuddin
Ahmad dalam buku al-Quran dan Pengentasan Kemiskinan. Inflasi akan menurunkan daya
beli atau memiskinkan rakyat dengan asumsi cateris paribus (alias faktor- faktor lain dianggap
tetap).
Kelima, Sistem ekonomi ribawi juga telah menjerumuskan negara-negara berkembang
kepada jebakan hutang {debt trap) yang dalam, sehingga untuk membayar bunga saja mereka
kesulitan, apalagi bersama pokoknya.
Keenam, dalam konteks Indonesia, dampak bunga tidak hanya sebatas itu, tetapi juga
berdampak terhadap pengurasan dana APBN. Bunga telah membebani APBN untuk
membayar bunga obligasi kepada perbankan konvensional yang telah dibantu dengan BLBI.
Selain bunga obligasi juga membayar bunga SBI.10
Selain dampak riba diatas ada dampak negatif lain yg tidak berdampak langsung pada
sebuah perekonomian, namun dalam jangka panjang efeknya baru dapat dirasakan, yaitu:11
1. Riba dapat menumbuhkan rasa permusuhan diantara individu dan melemahkan nilai sosial
dan kekeluargaan.
2. Membuat manusia lupa akan kewajiban hartanya seperti pajak dan zakat
3. Mendorong manusia untuk melakukan eksploitasi terhadap orang lain, baik pinjaman yang
bersigat produktif maupun konsumtif
Islam memberi solusi dalam penghapusan riba dengan sistem perbankkan syari’ah. Sistem
perbankan syariah di Indonesia dalam dua dekade pengembangan keuangan syariah nasional

10
S. Purmanasari, “Tinjauan Konsep Dan Dampaknya Dalam Perekonomian Umat,” IttihadJumal
Kopertais Wilayah XI Kalimantan 13 (October 24, 2015).
11
S. Purmanasari.
sudah banyak pencapaian kemajuan, baik dari aspek kelembagaan dan infrastruktur
penunjang, perangkat regulasi dan sistem pengawasan, maupun awareness dan literasi
masyarakat terhadap layanan jasa keuangan syariah. Sistem keuangan syariah Indonesia
menjadi salah satu sistem terbaik dan terlengkap yang diakui secara internasional. Per Juni
2015, industri perbankan syariah terdiri dari 12 Bank Umum Syariah, 22 Unit Usaha Syariah
yang dimiliki oleh Bank Umum Konvensional dan 162 BPRS dengan total aset sebesar Rp.
273,494 Triliun dengan pangsa pasar 4,61%. Khusus untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta,
total aset gross, pembiayaan, dan Dana Pihak Ketiga(BUS dan UUS) masing-masing sebesar
Rp. 201,397 Triliun, Rp. 85,410 Triliun dan Rp. 110,509 Triliun.
Pada 27 januari 2021 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akhirnya mengeluarkan izin atas Bank
Syariah Indonesia (BSI), yang merupakan entitas baru hasil penggabungan (merger) tiga bank
syariah BUMN. Poin utama yang menjadi perbedaan penting antara bank konvensional dan
bank syariah adalah adanya larangan riba dalam pengelolaan bank syariah. Langkah yang
diambil perbankan syariah untuk menghindari riba adalah dengan melakukan beberapa
mekanisme diantaranya mekanisme jual beli berbasis mark up dan bagi hasil (profit and loss
sharing sebagai pemenuhan kebutuhan permodalan dan investasi berdasarkan imbalan.12
Peran Pemerintah Dalam Perekonomian Negara
Dalam ekonomi Islam, Peran individu memperoleh kebebasan dengan tetap dibatasi oleh
pemerintah dalam menetapkan kebijakan sesuai dengan kepentingan rakyat. Peraturan
pemerintah akan dapat menunjang harmonisasi kegiatan ekonomi, masyarakat dan pemerintah
dapat bekerja sama untuk mengembangkan ekonomi islam yang adil dan makmur.13
Islam memposisikan peran penting bagi pemerintah dalam mengkoordinir kepentingan
masyarakat termasuk ekonomi dan begitupun masyarakat diwajibkan untuk taat terhadap
kebijakan pemerintah selama tidak bertentangan denga syari’ah. Al- Quran secara gamblang
menyatakan bahwa pemerintah harus berkontribusi dalam kehidupan sosial untuk
merealisasikan hal-hal baik dan mengantisipasi hal buruk (al- amr bi al- ma’ruf wa nahy ‘an
al munkar) (Q.S. 22 : 41). Merealisasikan hal baik dan mengantisipasi hal buruk sangat
universal termasuk di dalamnya mengatur ekonomi. Oleh karena itu menjadi tanggung jawab
pemerintah Indonesia, negara dengan mayoritas muslim untuk menjaga ekonomi dan aspek
kehidupan lainnya dari bahaya.14

12
S. Purmanasari.
13
Abdul Gafur, “Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Islam,” Iqtishodiyah 6 (n.d.).
14
Misbahul Munir, “Peran Pemerintah Dalam Perekonomin Dalam Presspektif Islam,” Iqtishoduna 6
No. 1 (January 1, 2020).
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 37 Tahun 2020 tentang Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan
Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang perekonomian.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyelenggarakan fungsi:
1. koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan
Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidang perekonomian;
2. pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/Lembaga terkait dengan isu di bidang
perekonomian;
3. pengelolaan dan penanganan isu yang terkait dengan bidang perekonomian;
4. pengawalan program prioritas nasional dan kebijakan lain yang diputuskan oleh Presiden
dan Sidang Kabinet;
5. penyelesaian isu di bidang perekonomian yang tidak dapat diselesaikan atau disepakati
antar Kementerian/Lembaga dan memastikan terlaksananya keputusan dimaksud;
6. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian;
7. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian;
8.pengawasan atas pelaksanaan fungsi di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian; dan
9. pelaksanaan fungsi lain yang di berikan oleh Presiden.

Kesimpulan
Indonesia menerapkan sistem perekonomian pancasila yang mengedepankan nilai
kekeluargaan dan berlandaskan pada pancasila dalam meraih tujuan kesejahteraan ekonomi
bagi bangsa Indonesia. Sepanjang sejarah perekonomian, Indonesia sudah melewati berbagai
persoalan ekonomi tak terkecuali inflasi yang tidak dapat dihindari meskipun Indonesia masih
dalam status stabil disebabkan tingkat inflasi yang terhitung rendah.
Inflasi yang dialami Indonesia juga berkaitan erat dengan sistem ekonomi konvesional
yang berlaku dalam mayoritas bank konvensional di Indonesia. Indoneisa sebagai negara
mayoritas muslim harusnya memperhatikan dan menghindari jenis transaksi yang terdapat
dalam bank konvesional sebab adanya riba. Secara pasti riba merupakan transaksi haram
dalam Islam dan sudah ditetapkan oleh MUI melalui fatwa. Riba banyak memberikan dampak
negatif terhadap perekonomian negara diantaranya yaitu mengikat pelakunya dalam jeritan
suku bunga yang tinggi dan bunga bank menjadi nyawa dalam bank konvensional yang berarti
adanya keterikatan sehingga jika bunga bank tersebut dihapuskan maka akan menyebabkan
bank tersebut mengalami kelumpuhan.
Pemerintah memiliki peran sangat penting dalam mengatasi dampak buruk riba tersebut.
sistem ekonomi syari’ah juga terbukti berkembang pesat di Indonesia dan juga berhasil
menjadi salah satu sistem perbankan syari’ah terbaik di asia. Sistem ekonomi syari’ah
dipercaya dapat lebih membantu perekonomian negara dan mengurangi kesenjangan sosial
terbukti dengan bertahannya Bank Mu’amalah Indonesia ditengah krisis moneter 1998.
Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan lembaga syari’ah disertai kesadaran umat muslim
Indonesia dalam mengembangkan dan mendukung sistem ekonomi syari’ah akan
menciptakan perekonomian yang lebih stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gafur. “Peran Pemerintah Dalam Ekonomi Islam.” Iqtishodiyah 6 (n.d.).
Abdullah al-umrani. Al-Manfa’atu Fii al-Qardh. Dammam: Daar ibnu al-jauzi, 2007.
Amir Salim Fadilla and Anggun Purnamasari. “Pengaruh Inflasi Terhadap Pertunbuhan
Ekonomi Indonesia.” Economica Sharia: Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Ekonomi
Sharia Vol. 7 (August 2021): 20.
Antonio, M. Syai’i. Bank Syariah : Suatu Pengenalan Umum. Bogor: Tazkia Institute, 1999.
Erwin Haryono. “Inflasi Desember 2022 Terkendali Dan Diperkirakan Kembali Ke Dalam
Sasaran Pada 2023,” January 2, 2023. https://www.bi.go.id/id/publikasi/ruang-
media/newsrelease/Pages/sp_250123.aspx#:~:text=Berdasarkan%20data%20Badan
%20Pusat%20Statistik,dampak%20penyesuaian%20harga%20bahan%20bakar.
Fakhruddin ar-razi. "al-Tafsir al-Kabir Aw-Mafatih al-Ghaib. 7-8. Beirut: Daar al-kutub al-
ilmiyah, n.d.
Imaro Sidqy and Doli Witro. “Kedudukan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Dalam Perspektif
Hukum Islam Dan Nasional: Studi Implikasi Fatwa Terhadap Masyarakat” 8 (n.d.).
Misbahul Munir. “Peran Pemerintah Dalam Perekonomin Dalam Presspektif Islam.”
Iqtishoduna 6 No. 1 (January 1, 2020).
Muhammad Izzuddin Abdul Affiff. “Dinamika Pengelolaan Zakat Oleh Negara Di Beberapa
Provinsi Di Indonesia Pasca Undang -Undang, No. 23 Tahun2011.” Jurnal Hukum &
Pembangunan Ekonimi 8 (n.d.).
S. Purmanasari. “Tinjauan Konsep Dan Dampaknya Dalam Perekonomian Umat.”
IttihadJumal Kopertais Wilayah XI Kalimantan 13 (October 24, 2015).
W. Poespoprojo. Filsafat Moral. Bandung: Putaka Gravika, 1999.

Anda mungkin juga menyukai