Alamat Korespondensi:
Dian Riny Junianty Muhiddin
Pongtiku Lrg. 1 No.9 Makassar
Hp
: 085299328350
Email : dianriny82@gmail.com
Abstrak
Banyaknya jumlah dan pentingnya pembedahan dalam meningkatkan kesehatan dunia, maka keselamatan
pasien dan kualitas dalam pembedahan harus mendapatkan perhatian yang besar, upaya untuk menjaga
keselamatan pasien dalam proses pembedahan yang dikeluarkan WHO yaitu surgical safety checklist. Penelitian
ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dalam pelaksanaan surgical safety checklist di ruang
operasi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Penelitian ini merupakan jenis penelitian noneksperimental,
dengan kuantitatif dan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh petugas kesehatan yang terlibat dalam
pelaksanaan surgical safety checklist di ruang operasi Rumah Sakit Universitas Hasanuddin. Sampel adalah
perawat dan dokter yang bekerja di ruang operasi sebanyak 27 orang. Pengambilan sampel menggunakan
metode proportionate stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik spearmen
untuk melihat hubungan variabel independen dan dependen, serta untuk multivariat menggunakan uji analisis
regresi linear. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan surgical safety checklist adalah budaya
keterbukaan, budaya keadilan, budaya pembelajaran, sumber daya, kepemimpinan, komunikasi dan sikap
dengan nilai p < ( = 0.05). Faktor yang paling kuat hubungannya dengan pelaksanaan surgical safety
checklist adalah faktor sikap dengan korelasi hubungan yang positif dengan kekuatan sangat kuat.
Kata Kunci: patient safety, surgical safety checklist, budaya patient safety, faktor organisasi, sikap
Abstract
The high number and the importance of surgery in improving global health, so the safety of patients and the
quality of the surgery should get more attention, the efforts to watch over the safety of patients in surgery
process that emerged by WHO namely surgical safety checklist. The aim of this research is to determine factors
associated with implementation of surgical safety checklist at surgery room Hasanuddin University Hospital.
The nature of this research is non-experimental using quantitative methodology and cross-sectional design. The
research population was all health officials involving in surgical safety checklist at surgery room, Hasanuddin
University Hospital. The samples were nurses and doctors working at surgery room with a total 27 people. The
sample was determined using proportionate stratified random sampling. The result of spearmen statistical test
used to determine the relation of dependent and independent variable and multivariate using linear regression
analysis test showed that factors associated with surgical safety checklist include openess culture, justice,
learning culture, resources, leadership, communication and attitude with a value p< ( = 0.05). The strongest
factor associated with surgery safety checklist was attitude with a positive and strong correlation.
Keywords: patient safety, surgical safety checklist, a culture of patient safety, organizational factors, attitudes
PENDAHULUAN
Diperkirakan 234 juta pembedahan dilakukan setiap tahun diseluruh dunia (Weiser et
al., 2008). Dikarenakan jumlah dan pentingnya pembedahan dalam meningkatkan kesehatan
dunia, maka keselamatan pasien dan kualitas dalam pembedahan harus mendapatkan
perhatian yang besar (Kohn et al dalam Haugen et al., 2013). Penelitian yang dilakukan oleh
Kim et al (2015), mengungkapkan pada sasaran keselamatan pasien di ruang operasi masih
banyak terdapat kejadian yang merugikan pasien. Kejadian yang merugikan pasien ini lebih
sering terjadi pada saat sebelum operasi dan setelah operasi.
Di Indonesia, data mengenai insiden keselamatan pasien masih sulit didapatkan,
laporan insiden berdasarkan jenis insiden berdasarkan spesialisasi ditemukan masih terdapat
3.9% terjadi di unit bedah, berdasarkan unit penyebab ditemukan sebesar 11.32% disebabkan
oleh perawat dan 4.12% disebabkan oleh dokter, dan berdasarkan pelaku tindakan penyebab
insiden ditemukan sebesar 19.58% dilakukan oleh tim (KKP-RS, 2011).
WHO dalam Rasmiati & Djasri (2011),
mengungkapkan kematian akibat
pembedahan bisa dicegah sedikitnya ada setengah juta. WHO membuat surgical safety
checklist untuk mengurangi insiden salah penandaan. Efektifnya pelaksanaan surgical safety
checklist dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kebijakan, kepemimpinan,
lingkungan kerja, komunikasi, sosialisasi, dan budaya. Depkes (2006), menjelaskan bahwa
komponen penting dan mendasar untuk membangun program keselamatan pasien secara
keseluruhan adalah dengan membangun budaya keselamatan pasien. Menurut Cahyono
(2008), dalam menciptakan budaya keselamatan pasien yang terbuka merupakan tantangan
terbesar yang perlu dilakukan dengan cara mempertahankan budaya positif tentang
keselamatan pasien pada organisasi pelayanan kesehatan. Persepsi yang diinformasikan
tentang pentingnya keselamtan pasien, komitmen serta tanggung jawab pembuat kebijakan
merupakan karakteristik budaya positif tentang keselamatan pasien
Upaya untuk mengendalikan kejadian yang tidak diinginkan telah dilakukan oleh
Rumah Sakit Universitas Hasanuddin, salah satu diantaranya adalah dengan menerapkan
pelaksanaan surgical safety checklist di ruang operasi. Hasil wawancara langsung oleh
Kepala Ruangan Operasi, pelaksanaan program ini telah berlangsung sejak tahun 2012
dengan acuan surgical safety checklist oleh WHO, namun belum pernah dilakukan evaluasi
terhadap pelaksanaannya. Pelaksanaan program yang akan dilakukan oleh setiap individu
yang terlibat dalam ruang operasi perlu dipelajari lebih lanjut terkait hubungannya bagaimana
budaya organisasi di dalam ruang operasi tersebut diterapkan. Hal inilah yang membuat
proportionate
juga menunjukkan kekuatan sedang. Tidak terdapat hubungan budaya pelaporan kejadian
dengan pelaksanaan surgical safety checklist dengan nilai p=0.128. Antara budaya
pembelajaran dengan pelaksanaan surgical safety checklist terdapat hubungan dengan nilai
p=0.025 dengan kekuatan r=0.430 yang berarti kekuatan sedang.
Tabel 3 menunjukkan hubungan antara kebijakan, sumber daya, kepemimpinan,
komunikasi dan sikap dengan pelaksanaan surgical safety checklist dengan nilai p=0.012,
p=0.001, p=0.034, p=0.025, dan p=0.003, uji korelasi juga menunjukkan hubungan kekuatan
antara variabel dengan kekuatan sedang.
Tabel 4 menunjukkan analisis multivariat yang menyatakan faktor-faktor yang
dominan berhubungan dengan pelaksanaan surgical safety checklist adalah budaya
keterbukaan, budaya pelaporan kejadian, budaya pembelajaran, sumber daya, dan sikap
dengan nilai R2=0.714, yang berarti persamaan garis yang diperoleh dapat menerangkan
71.4% budaya keterbukaan, budaya pelaporan kejadian, budaya keterbukaan, sumber daya,
dan sikap mampu untuk menjelaskan variabel pelaksanaan surgical safety checklist.
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara budaya
keterbukaan, budaya keadilan, budaya pembelajaran dengan pelaksanaan surgical safety
checklist. Budaya merupakan nilai yang dianut bersama yang mempengaruhi perilaku
seseorang di dalam suatu organisasi untuk melakukan sesuatu, dengan budaya yang positif
maka akan berdampak pada kinerja yang baik di dalam suatu organisasi. Budaya patient
safety sangat diperlukan penerapannya untuk pelaksanaan program patient safety termasuk
pelaksanaan surgical safety checklist. Dimensi budaya patient safety terdiri dari budaya
keterbukaan, budaya keadilan, budaya pelaporan kejadian, dan budaya pembelajaran.
Penelitian yang dilakukan Bodur & Filiz (2009), menyatakan bahwa keterbukaan komunikasi
akan mampu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan untuk dapat dirumuskan
pemecahan dalam perbaikan dan berperan penting untuk membawa perubahan yang positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Collins et al (2014), yang menyatakan bahwa suksesnya
pelaksanaan surgical safety checklist dalam memperbaiki kesalahan membutuhkan penerapan
budaya keadilan untuk memberi semangat bersama dalam mewujudkan visi keselamatan
pasien. Sistem pelaporan kejadian difokuskan untuk petugas kesehatan dalam melaporkan
setiap kejadian yang terjadi terkait dengan patient safety agar dapat ditindaklanjuti dan
dijadikan pembelajaran agar masalah yang sama tidak dapat terulang kembali. Menurut
Marquis & Huston (2010), jika organisasi menciptakan lingkungan yang aman untuk
pelaporan dan proses belajar maka sistem pelaporan akan tercipta. Pembuatan laporan
dengan pelaksanaan surgical safety checklist. Ada hubungan antara sikap dengan pelaksanaan
surgical safety checklist. Perlunya pengembangan budaya patient safety yang terus menerus
dilakukan oleh manajemen agar pelaksanaan surgical safety checklist dapat berjalan
maksimal. Perlu juga dilakukan pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan,
seminar maupun workshop terkait surgical safety checklist, serta perlunya menciptakan
komunikasi yang baik antar tim sehingga menumbuhkan sikap saling percaya untuk
mewujudkan pelaksanaan surgical safety checklist yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bawelle S.C., Sinolungan J.S.V., & Hamel R.S. (2013). Hubungan pengetahuan dan sikap
perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (patient safety) di ruang rawat
inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Jurnal keperawatan. Agustus 2013 Vol 1 No
Bodur S. & Filiz E. (2009). A survey on patient safety culture in primary healthcare services
in Turkey. International Journal for Quality in Health Care. 21(5): 348-355.
Cahyono S.B. (2008). Membangun budaya keselamatan pasien dalam praktik kedokteran.
Yogjakarta: Kanisius.
Conley D.M., Singer S.J., Edmondson L., Berry W.R., & Gawande A.A. (2011). Effective
surgical safety checklist implementation. doi: 10.1016/j.jamcollsurg.2011.01.052. J
Am Coll Surg. Mar 2011.
Collins S.J., Newhouse R., Porter J., & Talsm A. (2014). Effectiveness of the surgical
safety checklist in correcting e. rrors: A literature review apply reasons swiss
cheese model. http://dx.doi.org/10.1016/j.aorn.2013.07.024. AORN Journal. July
2014 Vol 100 No 1
Depkes RI. (2006), Panduan nasional keselamatan rumah sakit (patient safety). Diakses pada
tanggal 29 Februari 2016, <www.inapatsafety-persi.or.id/data/panduan.pdf>.
Gibson. (2006). Organization behavior structure processes. Twelth edition. New York: Mc
Graw Hill Int.
Haugen A.S., et al. (2013). Impact of the world health organizations surgical safety checklist
on safety culture in the operating theatre: a controlled interventionstudy. British
journal of anasesthesia 110 5): 80715 (2013). doi:10.1093/bja/aet005
Jeffs L., Law, M., & Baker G.R. (2007). Creating reporting & learning cultures in healthcare organizations. The Canadian Nurse, 103(3), 16.
Kim F.J., Silva R.D.D., Gustafson D., Nogueira L., Harlin T., & Paul D.L. (2015).
Current issues in patient safety in surgery: a review. Doi: 10.1186/s13037-01500674. Licensee Biomed Central.
KKP-RS. (2011). Laporan insiden keselamatan pasien. http://www.inapatsafetypersi.or.id/data/triwulan12011/laporan_ikp12011.pdf.
Marquis B.L. & Huston C.J. (2010). Kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Edisi 4.
Jakarta: EGC
Notoatmodjo. (2011). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Rasmiati P.S, & Djasri H. (2011). Inisiatif penerapan WHO safety surgical check list
(SSCL) di RS di Indonesia.
<http://kebijakankesehatanindonesia.net/sites/default/files/file/2011/Abstrak%
20ASM%2
0(Hanevi%20Djasri%20dan%20Pudji%20Sri%20Rasmiati).pdf>.
Sopiah. (2008). Perilaku organisasional. Yogyakarta: Andi
Weiser T.G., et al. (2008). An estimation of the gloval volume of surgery: a modelling
strategy based on available data. Lancet. Jul 12;372(9633):139-44. doi:
10.1016/S0140-6736(08)60878-8.
Wilson D. (2008). Manajemen kinerja konsep, desain dan teknik meningkatkan daya saing.
Jakarta: Erlangga.
Wibowo C. (2014). Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit. Jakarta: Trans
Info Media
Variabel
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Perempuan
Lama Kerja
2 tahun
> 2 tahun
Profesi
Dokter Anestesi
Dokter Bedah
Perawat
Pendidikan
DIII
S1
Ners
Budaya Keterbukaan
Baik
Cukup
Budaya Keadilan
Baik
Cukup
Budaya Pelaporan Kejadian
Baik
Cukup
Budaya Pembelajaran
Baik
Cukup
Kebijakan
Baik
Cukup
Sumber Daya
Baik
Cukup
Kepemimpinan
Baik
Cukup
Komunikasi
Baik
Cukup
Sikap
Baik
Cukup
Frekuensi (n)
Persentase (%)
14
13
51.9
48.1
16
11
59.3%
40.7%
5
5
17
18.5
18.5
63.0
2
11
14
7.4
40.7
51.9
23
4
85.2
14.8
6
21
22.2
77.8
14
13
51.9
48.1
23
4
85.2
14.8
16
11
59.3
40.7
13
14
48.1
51.9
15
12
55.6
44.4
23
4
85.2
14.8
8
19
29.6
70.4
Tabel 3
0.025
0.019
0.128
Kejadian
Budaya Pembelajaran 0.430
Sumber: Data Primer 2016
0.025
Coefficients Beta
0.572
R2
1.207
0.286
0.724
1.278
p value
0.000
0.000
0.714
0.065
0.001
0.000