Anda di halaman 1dari 16

POLITISASI AGAMA

SEBAGAI ALAT LEGITIMASI KEKUASAAN LAKI-LAKI


TERHADAP PEREMPUAN
DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN
KARYA ABIDAH EL-KHALIEQY:
TELAAH HEGEMONI ANTONIO GRAMSCI

Amar Alfikar*
Mukh Doyin dan Suseno**
Sastra Indonesia
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Semarang
aalfikar91@gmail.com

Abstrak
Novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah el-Khalieqy menggambarkan
bagaimana kelompok misoginis menggunakan agama (Islam) untuk menyebarkan
dan membenarkan tindakan-tindakan yang bias gender. Di sisi lain, agama Islam
juga dijadikan alat perlawanan untuk mengkonter gagasan ketidakadilan gender,
sehingga perempuan yang awalnya tertindas kemudian memiliki hak yang sama
untuk memilih kehidupan yang baik bagi dirinya. Penelitian ini bertujuan untuk
menggali bentuk-bentuk dari politisasi, konter politisasi agama serta berbagai
dampak dari politisasi dan konter politisasi agama dalam novel Perempuan
Berkalung Sorban. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosiologi sastra
dengan metode kualitatif. Adapun teori yang dipakai adalah teori hegemoni Antonio
Gramsci. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa agama dipolitisasi untuk
melakukan tindakan dikstriminatif terhadap perempuan, dan diperlukan upaya
konter hegemoni untuk mengembalikan agama sebagai ruang yang menghargai hak-
hak perempuan.
Kata kunci: hegemoni, gender, agama.

Abstract
Perempuan Berkalung Sorban, a novel written by Abidah el-Khalieqy describes how
misogynist group using religion (Islam) to spread and justify gender bias actions. On
the other hand, Islam is also used as an instrument of resistance to counter the notion
of injustice gender, so women who previously oppressed then have equal rights to
choose better life for them. This study aims to deeply dig the forms of politicization,
counter-politicization toward Islam and various impacts of politicization and
counter-politicization toward Islam in Perempuan Berkalung Sorban. The method of
analyses used in this research is a qualitative method approach to the sociology of
literature. As for the thoery used is hegemony of Antonio Gramsci. The results
suggest that religion is politicized to perform discriminative acts toward women, and
it is necessarily to perform counter-hegemony to reinstate religion as a place where
women rights are highly appreciated.

Key words: hegemony, gender, religion.

*) Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Prodi Sastra Indonesia


**) Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia

1
PENDAHULUAN memimpin di ruang umum, maupun
Agama, sebagai kesatuan ide dalam perspektif domestik yang
dan sumber nilai bagi manusia, berwujud dibatasinya hak-hak
sering menjadi kambing hitam bagi reproduksi perempuan. Pembatasan-
adanya tindakan diskriminatif pembatasan hak-hak perempuan
terhadap perempuan. Fakih tersebut diajarkan dan
(2008:128) mempertanyakan, apakah dilegitimasikan dalam ruang
pelanggengan ketidakadilan gender pendidikan pesantren, melalui
secara luas dalam agama bersumber referensi-referensi kitab kuning yang
dari watak agama itu sendiri, ataukah cenderung diskriminatif terhadap
justru berasal dari pemahaman, perempuan.
penafsiran dan pemikiran keagamaan Melalui tokoh bernama Annisa,
yang dipengaruhi oleh kultur dialog-dialog yang dibangun dalam
patriarkat? novel karya Abidah el Khalieqy
Melalui novel Perempuan tersebut diciptakan dengan
Berkalung Sorban (PBS), Abidah argumentatif. Secara garis besar,
menyuguhkan kepada kita, jawaban Annisa mempertanyakan mengapa
atas pertanyaan tersebut. Meski pesantren yang diasuh oleh ayahnya
begitu, Abidah tidak serta merta mengajarkan kitab-kitab dan
meletakkan subjektivitas dirinya pengetahuan keislaman yang
sendiri, Abidah menyuguhkan cenderung diskriminatif terhadap
jawaban itu melalui rentetan cerita perempuan, sementara sesungguhnya
dan dialog yang dibangun dalam banyak sumber pengetahuan
novelnya. keislaman yang tidak bias gender,
Dalam novel PBS, yang justru berbicara tentang
digambarkan bahwa dari balik kesetaraan hak-hak manusia di mata
tembok pesantren yang kental Tuhan tanpa memandang identitas
dengan pendidikan keagamaannya, diri, baik itu gender, suku, dan lain-
perempuan disandera hak-haknya, lain.
baik hak dalam perspektif publik Dalam novel PBS juga didapati
seperti dibatasi hak berbicara dan adanya usaha meng-counter

2
hegemoni dengan menjadikan agama LANDASAN TEORETIS
pula sebagai sarananya. Melalui
tokoh Annisa dan Khudhori, agama Sebelum memahami

kemudian menjadi ruang untuk bagaimana bentuk politisasi agama

mengeksplorasi gagasan sebagai alat legitimasi kekuasaan,

kemanusiaan dan inti ajaran Islam perlu dipahami terlebih dahulu apa

yang berpihak pada keadilan definisi dari politisasi agama dan

terhadap perempuan, agama yang legitimasi kekuasaan.

semula merupakan ruang untuk Dalam penelitian ini, politik

menggencarkan diskriminasi, dimaksudkan dalam lingkup cara

dimanfaatkan pula sebagai sarana bertindak, yakni dalam konteks

untuk melawan segala bentuk praktik keagamaan yang berbentuk

diskriminasi. Dengan demikian, pengungkapan nilai-nilai dalam

agama diperebutkan untuk sumber dan sejarah agama yang

mengesahkan gagasan masing- menuntun penganutnya untuk

masing kelompok. Hal ini sesuai bertindak dan berperilaku tertentu.

dengan apa yang disebut Gramsci Politisasi agama ialah sebuah

sebagai war of position atau perang praktik atau tindakan yang dilakukan

posisi. Dengan mengkaji novel PBS terhadap agama, baik berupa sumber

melalui teori hegemoni Antonio dan sejarah agama, demi kepentingan

Gramsci, kita dapat melihat politis tertentu. Agama yang

bagaimana war of position ini sejatinya mengajarkan nilai-nilai

berlangsung dalam konteks universal yang tidak memandang

keagamaan. Bagaimana agama rendah suatu gender tertentu

menjadi sarana mengesahkan kemudian dipolitisasi agar terkesan

diskriminasi terhadap perempuan, bahwa agama menjustifikasi bentuk

sekaligus bagaimana agama ketidaksetaraan gender.

dimanfaatkan oleh kalangan feminis Adapun legitimasi kekuasaan

untuk melakukan counter hegemoni merupakan usaha untuk

terhadap diskriminasi yang terus membenarkan kekuasaan, sehingga

digencarkan kepada perempuan. kekuasaan suatu kelas atas kelas

3
tertentu yang sejatinya tidak ada, maka persoalan sosial pun selesai.
kemudian diadakan dan dibenarkan Gramsci mengkritik pandangan
sehingga kelas yang dikuasai tidak tersebut dengan berpendapat bahwa
memiliki daya untuk menolaknya persoalan sosial dan praktik
karena menganggap kekuasaan hegemoni tidak hanya melibatkan
tersebut adalah kebenaran. kelompok-kelompok sosial yang
Setelah memaknai definisi dibagi atas kelas ekonomi semata,
dari politisasi dan legitimasi, maka namun juga melibatkan berbagai
kalimat politisasi agama sebagai lembaga masyarakat.
alat legitimasi kekuasaan bisa Menurut Mansour Fakih,
diartikan sebagai sebuah bentuk dalam kata pengantar Gagasan-
perlakuan terhadap agama, baik gagasan Politik Gramsci (Simon,
berupa pengungkapan makna nilai- 2004), Gramsci membuka jalan
nilai maupun fakta sejarah agama, selebar-lebarnya tentang gerakan
yang dilakukan untuk kepentingan civil society dari gerakan yang
pembenaran terhadap kekuasaan tadinya hanya terfokus pada gerakan
kelas tertentu atas kelas lainnya, buruh, kemudian berkembang
dalam hal ini adalah kekuasaan laki- sehingga terkait pula dengan teori
laki atas perempuan. Negara dan Civil Society yang secara
kuat dianut oleh gerakan sosial (new
Hegemoni social movement).

Hegemoni Gramsci berangkat


Kekerasan dan Konsensus
dari kritiknya terhadap pandangan
marxisme yang menganggap bahwa Hegemoni bukan saja
persoalan kehidupan sosial hubungan dominasi dengan
masyarakat yang mengalami menggunakan kekerasan, melainkan
benturan antar-kelas disebabkan oleh hubungan persetujuan dengan
permasalahan ekonomi antara borjuis menggunakan kepemimpinan politik
dan proletar. Bagi marxis, ketika dan ideologis (Simon, 2004: 19).
masalah ekonomi tersebut selesai,

4
Maka, menurut Gramsci, sebagai sebuah kelas yang
untuk menggugah kesadaran kelas didiskriminasi.
bawah atas penindasan yang mereka
terima, bukanlah dengan perlawanan Hegemoni sebagai Sebuah Konsep
fisik, akan tetapi melalui sistem yang Kepemimpinan
semula menjadi alat untuk menindas
Gramsci menganggap bahwa
mereka. Hal ini sesuai dengan apa
hegemoni mencakup peran kelas
yang ditulis Pramono (2012: 79)
penindas beserta anggotanya, baik
bahwa Gramsci mengusulkan
dalam merebut kekuasaan maupun
kembali refleksi transendental
mempertahankan kekuasaan yang
sebagai jalan keluar. Sehingga
sudah diperoleh. Hegemoni tidak
konsensus yang semula disepakati
tercipta dengan sendirinya tanpa
sebagai jalan penindasan pada
sebuah konsep besar di belakangnya.
akhirnya dikembalikan menjadi
Hegemoni dijalankan dengan
konsensus akan kesetaraan hak-hak
persetujuan dari kelas-kelas bawah
manusia.
yang dikuasai.
Konsensus bisa diciptakan
Untuk merebut hegemoni
melalui tradisi, sosial, dan agama.
tersebut, dibutuhkan pula sebuah
Dalam konteks isu perempuan, kita
konsep kepemimpinan yang mampu
dapat melihat bagaimana agama
mengakomodir gagasan kelas bawah
seringkali menjadi konsensus akan
untuk kemudian diterapkan ketika
rendahnya martabat perempuan di
kelas bawah berhasil memimpin.
hadapan Tuhan. Bagi pandangan ini,
Hegemoni tidak hanya
fitrah perempuan memang diciptakan
dominasi kelas atas terhadap kelas
secara tidak sempurna dibandingkan
bawah, tetapi juga merupakan
laki-laki. Konsensus semacam itu
konsep penggugah kesadaran kaum
digencarkan oleh agamawan dengan
yang ditindas akan pentingnya
klaim kebenaran tunggalnya. Dan
mengubah dan memperjuangkan
konsensus itu justru mendapat
ketidaksetaraan manusia menjadi
persetujuan oleh perempuan sendiri

5
sebuah keadaan yang lebih setara, berbagai cara. Pada tataran ini, bagi
adil dan mapan. Gramsci hal yang sangat penting dan
perlu dilakukan oleh kalangan kelas
Revolusi Pasif bawah, meminjam istilah Simon
(2004: 26), adalah revolusi anti-pasif
Revolusi pasif merupakan
(anti-passive revolution) di mana
respon yang dilakukan oleh kaum
kelas bawah terus menerus
penindas/borjuis ketika
memperkuat perjuangan yang
kekuasaannya terancam, sehingga
bersifat demokratis-kerakyatan.
perlu dilakukan proses
pengorganisasian kembali secara
Pemikiran Awam
menyeluruh dalam rangka
membangun kembali hegemoninya Menurut Gramsci, semua
(Simon, 2004: 25). Ketika kesadaran manusia pada dasarnya adalah
kelas bawah mulai tergugah akan makhluk filosof, namun cara
pentingnya perlawanan terhadap manusia mempersepsikan dunia
kelas atas, akan muncul aksi selalu berbeda-beda karena rekaman-
perlawanan dari kelas bawah rekaman kehidupan mereka berasal
terhadap kelas atas melalui politik dari sumber-sumber dan masa lalu
dan ideologi yang semula dijadikan yang berbeda-beda antara satu
kelas atas dalam menciptakan dengan yang lainnya. Oleh karena
konsensus kekuasaan. Dalam kondisi itulah, ada masyarakat yang tidak
ini, kelas atas akan terus berusaha menyadari bahwa ia sedang dalam
memperkuat pertahanannya. keadaan ditindas, ia mendukung
Dengan begitu, hegemoni keadaan tersebut namun
merupakan bentuk kekuasaan yang sesungguhnya ia ditindas oleh
tidak pernah memuaskan, sebab keadaan tersebut. Inilah yang disebut
hegemoni akan terus meminta dan sebagai pemikiran awam (common
berusaha agar kekuasaan yang telah sense) yang berhasil dimanfaatkan
dimilikinya bisa terus oleh kalangan penindas untuk
dilanggengkan, maka dilakukanlah menggencarkan kekuasaan mereka

6
dan memberi pemahaman kepada kekuasaan tersebut, watak kekuasaan
kaum yang ditindas bahwa harus diubah menjadi sebuah wadah
penindasan merupakan sebuah fitrah, untuk mengakomodir segala
sebuah takdir Tuhan yang tidak dapat kepentingan sosial tanpa adanya
dilawan. jurang kelas di dalamnya.

Watak Kekuasaan METODE PENELITIAN

Gramsci menyatakan bahwa


Pendekatan yang digunakan
kekuasaan harus dipahami sebagai
dalam penelitian ini adalah
sebuah hubungan (Simon, 2004: 31).
pendekatan sosiologi sastra. Teori
Artinya, sebuah kelas akan
yang digunakan adalah teori
bergabung dengan kelompok sosial
hegemoni Antonio Gramsci. Teori
di bawahnya untuk melanggengkan
hegemoni tersebut dipakai sebagai
kekuasaan mereka, sehingga kesan
pisau untuk membedah bagaimana
yang ditimbulkan adalah ideologi
agama dipolitisasi untuk
penindasan yang dibawanya seolah-
mengesahkan kekuasaan laki-laki
olah merupakan ideologi yang
terhadap perempuan dan bagaimana
bersahabat dengan kelas di
konter yang dilakukan sebagai upaya
bawahnya.
untuk melawan politisasi agama
Watak kekuasaan menyusup
tersebut yang terdapat di dalam
ke dalam lapisan sosial di bawahnya,
masyarakat pesantren sebagai
membaur demi mendapat tempat di
representasi sosial dalam novel PBS.
lapisan tersebut, kondisi demikian
Sasaran penelitian ini adalah
berhubungan erat dengan pemikiran
sruktur cerita yang terungkap dalam
awam, pemikiran awam akan mudah
kata, kalimat, dialog, dan wacana
disusupi oleh watak kekuasaan yang
yang mengerucut pada tindakan
memang mencari tempat di dalam
politisasi agama serta usaha dan
pemikiran awam untuk
tindakan perlawanan terhadap
melanggengkan kekuasaannya.
politisasi agama tersebut yang
Untuk melakukan perebutan
kemudian menggambarkan pula

7
dampak dari politisasi agama dan dibenarkan. Praktik politisasi agama
konter politisasi agama dalam novel tersebut mewujud dalam beberapa
PBS. Teknik pengumpulan data yang hal, yakni (1) pembenaran stereotip
dipakai adalah teknik studi terhadap perempuan melalui agama,
dokumentasi, yakni dilakukan (2) ditutupnya ruang kritis terhadap
dengan mengumpulkan berbagai gagasan ketidakadilan gender
dokumentasi yang berkaitan dengan malalui patronasi kiai dalam
objek penelitian, dokumentasi yang pesantren, dan (3) pengajaran kitab-
digunakan adalah dokumen primer kitab klasik yang bias gender.
dan dokumen sekunder, dokumen Stereotip dalam novel PBS
primer merupakan dokumen yang muncul dengan menyebut perempuan
ditulis langsung atau merupakan sebagai pihak yang tidak perlu
objek penelitian, sedangkan mendapatkan pendidikan yang
dokumen sekunder yaitu dokumen tinggi, cukup dengan mengaji.
yang merupakan tulisan yang tidak Seperti cuplikan berikut.
ditulis langsung maupun bukan Tetapi anak perempuan kan
tidak perlu sekolah tinggi-
merupakan objek penelitian,
tinggi. Sudah cukup jika telah
melainkan tulisan-tulisan lain yang mengaji dan khatam. Sudah
ikut sorogan kitab kuning.
berhubungan.
(PBS, hlm. 90)

Stereotip lain yang muncul dalam


HASIL PENELITIAN DAN
PBS adalah stereotip yang
PEMBAHASAN
dilontarkan ayah Anisa yang kerap
menunjukkan perbedaan dalam
Praktik Politisasi Agama sebagai
memperlakukan Anisa dan kedua
Alat Legitimasi Kekuasaan
kakak Anisa yang laki-laki.
Novel PBS merekam banyak praktik
Selain setereotip yang muncul di
politisasi agama yang ada di balik
ruang keluarga dan pesantren, novel
tembok salah satu pesantren
PBS juga menghadirkan stereotip
tradisional yang kemudian menjadi
yang muncul dalam ruang sekolah
ruang di mana diskriminasi terhadap
formal
perempuan merupakan hal yang

8
Selain ruang pendidikan untuk menutup ruang dialog antara
formal, ruang pendidikan keagamaan guru dan murid. Seperti pada
atau pesantren juga menjadi tempat cuplikan berikut.
di mana stereotip terhadap Kiai Ali menikmati betul
status dan posisinya sebagai
perempuan disebarkan. Dalam novel
seorang kiai sepuh yang
PBS, stereotip kerap muncul seperti dihormati dan ditaati
perintahnya, dilaksanakan
dalam cuplikan berikut.
ajaran dan petuahnya secara
Terbukti bahwa akal laki-laki membabi buta. Samina wa
melebihi perempuan, kata atona. Tak ada seorang sama
ustadz Ali yang menjadi sekali yang berani membantah
badalnya bapak. Kemudian atau mengkritik pendapatnya.
laki-laki banyak menjadi Apalagi menyudutkan dan
ulama dan imam besar menolak alasan-alasan
maupun kecil, dan suka kadaluwarsa yang
menulis, tulisan laki-laki disampaikannya. (PBS, hlm.
lebih ilmiah daripada tulisan 86)
perempuan. Laki-laki juga
banyak menjadi pemimpin Pada cuplikan lain, ibu Anisa
besar dan hebat seperti Imam
justru secara terang-terangan
Hanafi, Imam Maliki, Imam
Hambali, Imam Syafii, dan mengatakan agar Anisa tidak
Imam Ghazali. (PBS, hlm.
mengajukan pertanyaan kritis kepada
71)
kiai Ali. Seperti pada cuplikan
Dalam novel PBS, pondok berikut.
pesantren yang dinaungi oleh Kiai Jangan membikin ulah
macam-macam di saat
Hanan, ayah Anisa adalah pondok
mengaji. Hormati Pak Kiai,
pesantren tradisional di mana sistem dan jaga sopan santun. Tidak
boleh bertanya yang aneh-
pendidikan yang diberlakukan adalah
aneh pada Kiai Ali. (hlm 93)
sistem wetonan, materi pelajaran
Larangan ibu Anisa tersebut
disampaikan secara monolog oleh
ditujukan ketika Anisa pertama kali
guru ngaji. Model pengajaran yang
menstruasi, menurut ibu Anisa,
demikian yang sejatinya ditujukan
ketika perempuan sudah menginjak
untuk menanamkan nilai-nilai moral
masa baligh yang ditandai dengan
kepada santri, tidak jarang
menstruasi, maka praktis perempuan
disalahartikan sebagai sebuah proses
dituntut untuk menjaga tingkah

9
lakunya. Bagi ibu Anisa, kedewasaan publik. Abidah sebagai penulis PBS
perempuan ditunjukkan dengan cara bahkan menyediakan dua lembar
tidak mendebat apa yang telah utuh mengenai materi bias gender
ditimpakan kepadanya. tersebut sebagai bentuk penekanan
Abdurrahman Masud (dalam betapa rendahnya derajat perempuan
Maarif, 2008: 75) mengungkapkan yang kemudian disahkan sebagai
bahwa isi pengajaran kitab kuning sebuah takdir Tuhan.
yang diajarkan di pesantren sejatinya
merupakan kitab-kitab yang Konter terhadap Politisasi Agama
menawarkan kesinambungan tradisi Kontra hegemoni dalam
yang benar, yang mempertahankan novel PBS dipraktikkan dalam
ilmu-ilmu agama dari sejak periode bentuk mengembalikan agama
klasik dan pertengahan. Dan bukan kepada makna yang sesungguhnya,
hanya memberi akses pada santri yakni agama dalam hal ini Islam
tentang rujukan kehidupan keemasan sebagai ruang pembebasan terhadap
warisan peradaban Islam masa lalu, perempuan. Agama yang
tetapi juga menunjukkan peran masa menjunjung tinggi nilai-nilai
depan yang konkret, yakni cara kemanusiaan dan berpijak pada
hidup yang mendambakan damai, kesetaraan derajat manusia di mata
harmoni dengan masyarakat, Tuhan tanpa memandang jenis
lingkungan dan Tuhan. kelamin, kelas sosial, dan lain
Dalam praktiknya, beberapa sebagainya. Dalam PBS, bentuk
kitab klasik yang diajarkan dalam kontra hegemoni atau konter
pesantren justru memuat mitos-mitos politisasi berupa (1) pengungkapan
mengenai rendahnya derajat sejarah perempuan-perempuan hebat
perempuan di hadapan Islam. Dalam dalam Islam, (2) tindakan
novel PBS, banyak diungkapkan pembebasan perempuan dari batas
secara gamblang mengenai isi dari domestik, (3) penggugahan
kitab-kitab tersebut yang bias gender kesadaran tentang hak-hak
dan mendiskreditkan perempuan baik reproduksi perempuan dalam Islam,
dalam ranah domestik maupun (4) memberikan hak kepada

10
perempuan untuk menentukan masa Munculnya Semangat Pendidikan,
depannya sendiri, dan (5) menggali (2) Musyawarah sebagai kunci
realitas islam sebagai agama ramah pernikahan, (3) pembebasan
terhadap perempuan. perempuan melalui diskusi, dan (4)
perempuan mendapatkan haknya
Dampak dari Praktik Politisasi untuk merdeka.
Agama Konter terhadap politisasi
Dampak dari adanya praktik agama tidak hanya berwujud respon
politisasi agama sebagai alat dan perubahan positif, namun
legitimasi kekuasaan laki-laki berwujud pula respon negatif seperti
terhadap perempuan, yakni berupa yang ditunjukkan kiai Ali yang
perlakuan terhadap perempuan baik menganggap bahwa pertanyaan-
di ranah domestik, ranah individu, pertanyaan kritis terhadap dalil
maupun rahan publik, baik yang misoginis merupakan bentuk
menimpa Anisa maupun tokoh pemikiran kafir.
perempuan lainnya. Yaitu: (1) Berbagai dampak konter
diskriminasi terhadap anak politisasi agama yang beragam itu
perempuan, (2) masa depan telah dibahas oleh Gramsci yang
perempuan yang terbelenggu, (3) menjelaskan secara rinci mengenai
pernikahan yang dipaksakan, dan (4) berbagai bentuk respon dan dampak
hak dan kewajiban istri yang tidak dari gerakan perlawanan terhadap
proporsional. hegemoni atau biasa disebut dengan
counter-hegemony. Bagi Gramsci,
Dampak dari Konter Politisasi perlawanan yang dilakukan kelas
Agama bawah terhadap kelas atas tidak
Tindakan-tindakan konter selalu berujung pada keberhasilan
terhadap politisasi agama memiliki kelas bawah secara langsung, ada
berbagai dampak yang berwujud fase-fase di mana kalangan
tindakan dan respon para tokoh intelektual menghadapi apa yang
dalam novel PBS. Beberapa dampak disebut dengan krisis organik,
tersebut di antaranya adalah (1) revolusi pasif, hingga pertahanan

11
kekuasaan. Dalam novel PBS, semua Pertama, hegemoni merupakan
fase itu juga dialami beberapa tokoh gerakan persuasif yang dilakukan
seperti Anisa yang bermetamorfosis kelompok tertentu terhadap
dari gadis kecil yang hanya mampu kelompok lainnya yang bertujuan
diam ketika menghadapi untuk mencapai kekuasaan. Proses
lingkungannya yang misoginis hegemoni tersebut dilakukan dengan
meskipun batinnya melawan, hingga berbagai media. Dalam novel
akhirnya tumbuh besar dengan Perempuan Berkalung Sorban,
mimpi-mimpinya tentang masa hegemoni digunakan untuk
depan, lalu pasa suatu waktu membatasi hak-hak perempuan di
terpaksa harus menikah dengan ranah publik dan domestik,
Samsudin yang memperlakukannya hegemoni tersebut digerakkan
dengan buruk, dan akhirnya Anisa melalui politisasi agama di dalam
mampu melawan dan bebas dari tradisi kepesantrenan. Bentuk
Samsudin serta lingkungan yang politisasi agama tersebut yakni (1)
semula mengekangnya dari pembenaran stereotip terhadap
kemerdekaan dan keadilan hidup perempuan melalui agama, (2)
yang sesungguhnya. ditutupnya ruang kritis terhadap
gagasan ketidadilan gender melalui
PENUTUP patronasi kiai dalam pesantren, dan
Simpulan (3) pengajaran kitab-kitab klasik
yang bias gender.
Berdasarkan penelitian yang
Kedua, kesadaran civil society
telah dilakukan terhadap novel
tentang keadilan dan kemerdekaan
Perempuan Berkalung Sorban karya
manusia menjadikan hegemoni
Abidah el-Khalieqy dengan
melahirkan arus baru berupa konter
menggunakan kajian hegemoni
hegemoni, konter hegemoni
Antoni Gramsci, dapat diambil
diinisiasi oleh kelompok intelektual
simpulan sebagai berikut:
untuk mendidik masyarakat tertindas
yang kemudian diajak untuk

12
berjuang bersama dalam melakukan pernikahan yang dipaksakan, dan (4)
perlawanan terhadap kelas penguasa. hak dan kewajiban istri yang tidak
Dalam novel Perempuan Berkalung proporsional. Sementara konter
Sorban, gerakan konter hegemoni terhadap politisasi agama memiliki
dilakukan melalui penolakan dampak yang beragam yang secara
terhadap politisasi agama, bentuk garis besar dapat dikategorikan
penolakan tersebut berwujud dalam dalam hal positif dan negatif. Hal
berbagai tindakan, yakni (1) positif berwujud dalam (1)
meneladani perempuan-perempuan munculnya semangat pendidikan, (2)
hebat dalam sejarah islam, (2) adanya musyawarah yang terbangun
membebaskan perempuan dari batas dalam pernikahan, (3) perempuan
domestik, (3) menggugah kesadaran yang terbebaskan melalui diskusi,
tentang hak-hak reproduksi dan (4) kemerdekaan perempuan
perempuan dalam islam, (4) dalam mendapatkan hak-haknya.
memberikan hak kepada perempuan Sedangkan hal negatif yakni berupa
untuk menentukan masa depannya tuduhan kafir yang ditujukan kepada
sendiri, dan (5) menggali realitas kalangan intelektual yang melakukan
islam sebagai agama ramah terhadap kritik terhadap penafsiran agama bias
perempuan. gender. Hal tersebut merupakan
salah satu tantangan yang harus
Ketiga, setiap tindakan dan
dihadapi dalam perjuangan melawan
proses pertentangan kelas, baik
hegemoni.
hegemoni maupun konter hegemoni,
memiliki dampaknya masing-
Saran
masing. Dalam novel Perempuan
Berdasarkan simpulan
Berkalung Sorban, hegemoni yang
tersebut, saran yang dapat
dilakukan melalui politisasi agama
dikemukakan, hasil penelitian ini
memiliki berbagai dampak, yakni (1)
diharapkan dapat menjadi rujukan
diskriminasi terhadap anak
bagi peneliti sastra yang melakukan
perempuan, (2) masa depan
kajian terhadap novel Perempuan
perempuan yang terbelenggu, (3)
Berkalung Sorban dengan

13
pendekatan dan teori yang sama, Burke, Peter. 2003. Sejarah dan
Teori Sosial. Yayasan Obor
terlebih dengan pendekatan dan teori
Indonesia: Jakarta
yang berbeda sehingga dapat
Damono, Sapardi Djoko. 1979.
semakin memperkaya kajian Sosiologi Sastra, Sebuah
kesusastraan Indonesia. Pengantar Ringkas. Pusat
Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa Departemen
Penelitian ini juga diharapkan
Pendidikan dan Kebudayaan:
dapat memperkaya kajian ilmiah Jakarta.
mengenai pandangan Islam yang El Khaleqy, Abidah. 2008.
lebih progresif dan humanis sehingga Perempuan Berkalung Sorban
(Edisi Revisi). Arti Bumi
kesusastraan tidak sekadar sebagai Intaran: Yogyakarta.
medium estetika semata, namun juga
Endraswara, Suwardi. 2008.
penyampai pesan yang universal dan Metodologi Penelitian Sastra.
menjunjung tinggi nilai-nilai Medi Pressindo: Yogyakarta.

kemanusiaan. Espostio, John L. 2010. Masa Depan


Islam: Antara Tantangan
DAFTAR PUSTAKA Kemajemukan dan Benturan
dengan Barat. Mizan:
Bandung.
Bandel, Katrin. 2006. Sastra,
Perempuan, Seks. Jalasutra: Fakih, Mansour. 2008. Analisis
Yogyakarta. Gender dan Transformasi
Sosial. Pustaka Pelajar:
Bates, Thomas R. 1975. Gramsci and Yogyakarta.
the Theory of Hegemony.
Journal of the History of Ideas. Faruk. 2005. Pengantar Sosiologi
Vol 36 no 2: 351-366. Sastra. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Bell, Catherine. 1992. Ritual Theory,
Ritual Practice. Oxford _____. 2012. Metode Penelitian
University Press: New York. Sastra. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta.
Brown, Trent. 2009. Gramsci dan
Hegemoni. International Geertz, Clifford. 1983. Abangan
Journal of Socialist Renewal. Santri Priyayi dalam
http://links.org.au/node/1351 Masyarakat Jawa. Terjemahan
(diakses pada tanggal 1 Aswab Mahasin. Dunia
September 2013). Pustaka Jaya: Jakarta

14
_____. 1993. Kebudayaan & Agama. Jurnal Studi Islam dan
Terjemahan Fransisco Budi
Budaya.
Hardiman. Kanisius:
Yogyakarta.
Kusumawati, Meliana Ade. 2011.
Ghazali, M. Bahri. 2002. Pesantren Pertentangan Kasta dalam
Berwawasan Lingkungan. Kebudayaan Bali: Kajian
Prasasti: Jakarta. Hegemoni dalam novel Tarian
Bumi karya Oka Rusmini.
Haerudin, Mamang Muhammad. Skripsi. Universitas Negeri
2012. Jihad untuk Perempuan: Semarang.
Dekontsruksi Wacana Bias
Gender. Liftschitz, Mikhail., Leonardo
http://catatanmamang.blogspot. Salamini. 2004. Praksis Seni:
com/2012/01/jihad-untuk- Marx & Gramsci. Alinea:
perempuan.html (diakses pada Yogyakarta.
tanggal 8 September 2014).
Maarif, Syamsul. 2008. Pesantren
Haryatmoko. 2004. Etika Politik dan vs Kapitalisme Sekolah. Needs
Kekuasaan. Kompas: Jakarta. Press: Semarang.

Jabrohim, dkk. 2001. Metodologi Mernissi, Fatima. 2008. Perempuan-


Penelitian Sastra. Hanindita perempuan Harem.
Graha Widia: Yogyakarta. Terjemahan Ahmad Baiquni.
Mizan Pustaka: Bandung.
Jatmiko, Heru Wahyu. 2008. Negara
dan Masyarakat Sipil: Muhammad, Husein. 2011. Ijtihad
Perspektif Hegel, Marx Kyai Husein: Upaya
Dan Gramsci. (diakses pada Membangun Keadilan Gender.
tanggal 10 Agustus 2013) Rahima: Jakarta.

Jurnal Perempuan. 2011. Hak-hak Muzakka, Ahmad. 2010. Perjuangan


asasi perempuan: Sebuah Perempuan Melawan
Panduan Konvensi-konvensi Hegemoni Patriarki dalam
Utama PBB tentang Hak Asasi Novel Perempuan Berkalung
Perempuan. Yayasan Jurnal Surban karya Abidah el-
Perempuan. Khlieqy. Skripsi. Universitas
Diponegoro.
Kurniawan, Heru. 2008. Relasi
Prabaningrum, Dyah. 2012. Peran
Formatif Hegemoni
Intelektual Organik dalam
Gramsci dalam Novel Perlawanan Hegemoni pada
Novel Kali Code Pesan-pesan
Perburuan Karya
Api Karya Mustofa W.
Pramoedya Ananta Toer. Hasyim: Kajian Hegemoni
Antonio Gramsci. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang.

15
Pradopo, Rachmat Djoko. 2008. Relawati, Rahayu. 2011. Konsep dan
Beberapa Teori Sastra, Metode Aplikasi Penelitian Gender.
Kritik, dan Penerapannya. Muara Indah: Bandung.
Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Riley, Dylan J. 2011. Hegemony,
Pramono, Made. 2003. Melacak Democracy, and Passive
Basis Epistemologi Antonio Revolution in Gramscis
Gramsci. Dalam Listiyono Prison Notebooks. California
Santoso dkk. Epistemologi Italian Studies.
Kiri. Ar-Ruzz Media:
Yogyakarta. Simon, Roger. 2004. Gagasan
gagasan Politik Gramsci.
Qurtubi, Sumanto. 2009. Jihad Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Melawan Ekstremis Agama,
Membangkitkan Islam Siswantoto. 2010. Metode Penelitian
Progresif. Borobudur Sastra. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Indonesia Publishing:
Semarang. Wahid, Abdurrahman. 2001.
Menggerakkan Tradisi Esai-
Qardhawi, Yusuf. 2002. Fatwa-fatwa Esai Pesantren. LkiS:
Kontemporer. Gema Insani Yogyakarta.
Press: Jakarta.
Yanuardi, Dian. 2008. Jalan
Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Teori, Hegemoni: Meraba Arah Bagi
Metode, dan Teknik Penelitian Gerakan Sosial. (diakses pada
Sastra. Pustaka Pelajar: tanggal 15 Agustus 2013)
Yogyakarta.
Yati, Lili Suherma. 2009. Membaca
____________________. 2007. Ideologi dalam Cerita Sri
Sastra dan Cultural Studies, Sumarah: Sebuah Analisis
Representasi Fiksi dan Fakta. Hegemoni Gramsci. Jurnal
Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Ilmiah Praktisi Pendidikan.
Univesitas Baturaja.
Republika. 2011. Hindun binti
Utbah, Pejuang Perang Widanti, Agnes. 2005. Hukum
Yarmuk. Berkeadilan Jender. Penerbit
http://www.republika.co.id/beri Buku Kompas: Jakarta
ta/dunia- Wikipedia. 2014. One Thousand and
islam/khazanah/11/07/12/lo66f One Nights.
7-wanitawanita-teladan-
hindun-binti-utbah-pejuang- http://en.wikipedia.org/wiki/One_Th
perang-yarmuk (diakses pada ousand_and_One_Nights. (diakses
tanggal 1 September 2014)
pada tanggal 1 September 2014)

16

Anda mungkin juga menyukai