1. Zygomycota
2. Ascomycota
3. Basidiomycota
4. Deuteromycota
A. Divisi Zygomycota
Ciri-ciri:
Tubuh terdiri atas hifa tak bersekat dan banyak inti sel
Bersifat multiseluler
Pada roti akan tumbuh bulatan hitam yang disebut sporangium yang dapat
menghasilkan sekitar 50.000 spora. Sporangium dibentuk pada ujung
sporangiofor. Jika sporangium matang, dinding pelindung yang tipis pecah dan
spora tersebar. Spoa tersebut disebut spora aseksual dan reproduksi yang terjadi
adalah secara aseksual. Reproduksi seksual terjadi juga didalam jamur roti
dengan cara konjugasi.
Sebagian besar dari Zygomycota hidup dalam saproba (pengurai) di tanah, pada
sisa-sisa organisme yang sudah mati atau sudah membusuk, dan makanan
seperti tempe, nasi dan roti. Beberapa dari jenis Zygomycota hidup dengan
bersimbiosis mutualisme pada akar tumbuhan dengan membentuk mikoriza.
Hubungan simbiosis mutualisme Zygomycota dengan tumbuhan adalah
Zygomycota akan memperoleh nutrisi yang berupa zat organik yang berasal dari
inang tumbuhan, sedangkan akar tumbuhan inang dapat meningkatkan
penyerapan air dan mineral yang berasal dari dalam tanah.
Contoh Zygomycota
ditempat yang hangat dan gelap, beberapa hari kemudian akan tampak
jamur tumbuh diatasnya. Pada roti akan tumbuh bulatan hitam, yang
disebut Sporangium yang dapat menghasilkan sekitar 50.000 spora.
Jamur Tempe (Rhizopus oryzae) Jamur tempe digunakan dalam
pembuatan tempe.
Pilobolus
Adalah salah satu jamur yang biasa hidup pada kotoran hewan yang telah
terdekomposisi. Jamur ini tidak dapat bereproduksi tanpa adanya bantuan
cahaya. Jamur ini menunjukkan respon positif terhadap cahaya
Anggota jamur pada devisi Zygomycota disebut dengan fungi zigot. Sejumlah
ahli mikologi telah mendeksripsikan sekitar 600 fungi zigot. Contoh
Jamur Zygomycota adalah Rhizopus sp, Mucor sp, dan Pilobolus. Beauveria
bassiana, Metarrhisium anisopliae.
A. Divisi Ascomycota
Ciri-ciri :
Hidup saprofit, parasit atau bersimbiosis
Ascomycota Uniseluler
Reproduksi dengan secara aseksual tersebut berdasarkan uniseluler yang
dilakukan dengan melakukan pembelahan sel atau juga pelepasan tunas dari sel
induk. Tunas yang terlepas tersebut akan menjadi suatu sel jamur yang baru.
tetapi, jika tidak terlepas maka sel tunas tersebut akan membentuk suatu rantai
pseudohifa (hifa semu).
Ascomycota Multiseluler
Ciri-Ciri Basidiomycota
Ciri jamur Basidiomycota adalah memiliki basidium. Basidium tersebut bisa
berkembang dalam bentuk seperti insang, pori-pori, seperti gigi, atau struktur lain.
Hifa dari Basiomycota umumnya dikaryotik (binukleat, dengan 2 inti) dan terkadang
memiliki hubungan yang sa ling mengapit. Sel-sel tersebut dipisahkan oleh septa
yang kompleks. Anggota nya kebanyakan berupa jamur makroskopis. Kelompok ini
memiliki miselium yang bersekat dan memiliki tubuh buah (basi diokarp) yang
panjang, berupa lembaran- lembaran, yang berliku-liku atau bulat. Jamur ini
umumnya hidup saprofit dan parasit, umumnya berkembang biak secara aseksual
dengan konidium.
Siklus hidup Basidiomycota dimulai dari spora basidium atau konidium yang
tumbuh menjadi hifa yang bersekat dengan 1 inti (monokariotik). Hifa tersebut
kemudian tumbuh membentuk miselium.
Hifa-hifa yang berbeda, hifa (+) dan hifa (-), bersinggungan pada masing- masing
ujungnya dan melebur diikuti dengan larutnya masingmasing dinding sel. Kemudian
inti sel dari salah satu sel pindah ke sel yang lainnya, sehingga sel tersebut memiliki
2 inti sel (dikariotik). Sel dikariotik tersebut akhirnya tumbuh menjadi miselium
dikariotik dan selanjutnya menjadi tubuh buah (basidiokarp).
Basidiokarp memiliki bentuk seperti payung. Pada bagian bawahnya terdapat
basidium yang terletak pada bilah-bilah (lamela). Masingmasing basidium memiliki 2
inti (2n). Kemudian 2 inti tersebut mengalami meiosis dan akhirnya terbentuk 4 inti
haploid. Dan apabila mendapatkan lingkungan yang sesuai, inti haploid tersebut
akan tumbuh menjadi spora basidium, atau disebut juga spora seksual. Begitu
seterusnya membentuk siklus hidup Basidiomycotina. Untuk lebih jelasnya,
perhatikan gambar dibawah ini:
Siklus hidup basidiomycota
Kelompok jamur ini dikenal karena tubuh buahnya tampak jelas di permukaan
tanah atau substrat lainnya. Tubuh buah bentuknya bermacam-macam, ada yang
seperti payung, bola atau papan. Misalnya, jamur merang (Volvariella volvacea)
dengan tubuh buah berbentuk payung. Secara umum, tubuh buah mempunyai 4
bagian, yaitu tangkai tubuh buah (stipe), tudung (pileus), volva, dan bilah (lamella).
Stipe merupakan suatu massa miselium yang tumbuh tegak. Pileus merupakan
bagian yang ditopang oleh stipe.
Sewaktu muda, pileus dibungkus oleh selaput yang disebut velum universale
yang akan pecah menjelang dewasa. Volva adalah sisa pembungkus yang terdapat
di dasar tangkai. Lamella merupakan bagian bawah dari tudung, berbentuk helaian,
dan tersusun atas lembaran. Tubuh buahnya disebut basidiokarp, terdiri atas jalinan
hifa bersekat dan dikariotik (setiap sel intinya berpasangan). Pada saat
pembentukan basidiospora, ujung-ujung hifa menggembung membentuk basidium
yang di dalamnya terjadi peleburan dua inti haploid menjadi satu inti diploid, disusul
dengan pembelahan meiosis yang menghasilkan 4 inti haploid.
Selanjutnya, basidium membentuk empat tonjolan (sterigmata) yang berisi
protoplasma dan keempat inti haploid tadi masing-masing akan mengisi tiap tonjolan
dan terbentuk empat buah basidiospora haploid.
DEUTEROMYCOTA
Karakteristik
Jamur ini disebut juga jamur tidak sempurna (fungi imperfecti) karena kelompok jamur ini
tidak diketahui cara reproduksi generatifnya sehingga disebut juga jamur imperpekti. Hifa
berukuran bersekat-sekat dan tubuhnya mikroskopis. Deuteromycota memiliki empat ordo:
1. Moniliales
2. Sphaeropsidales
3. Melanconiales
4. Mycelia Sterlia
Siklus hidup
Reproduksi aseksual dengan menghasilkan konidia atau menghasilkan hifa khusus disebut
konidiofor. Kemungkinan jamur ini merupakan suatu perkembangan jamur yang tergolong
Ascomycocetes ke Basidiomicetes tetapi tidak diketahui hubungannya.
Cara hidup
Jamur ini bersifat saprofit dibanyak jenis materi organic, sebagai parasit pada tanaman
tingkat tinggi , dan perusak tanaman budidaya dan tanaman hias. Jamur ini juga
menyebabkan penyakit pada manusia , yaitu dermatokinosis (kurap dan panu) dan
menimbulkan pelapukan pada kayu. Contoh klasik jamur ini adalah monilia sitophila , yaitu
jamur oncom. Jamur ini umumnya digunakan untuk pembuatan oncom dari bungkil kacang.
Monilia juga dapat tumbuh dari roti , sisa- sisa makanan, tongkol jagung , pada tonggak
tonggak atau rumput sisa terbakar, konodiumnya sangat banyak dan berwarna jingga.
Fase pembiakan secara vegetative pada monilia sp. Ditemukan oleh dodge (1927) dari
amerika serikat, sedangakan fase generatifnya ditemukan oleh dwidjoseputro (1961), setelah
diketahui fase generatifnya, kenudian jamur ini dimasukkan golongan ascomycocetes dan
diganti namanya menjadi Neurospora sitophilla atau Neurospora crassa.
Reproduksi generative monilia sp dengan menghasilkan askospora. Askus askus yang
tumbuh pada tubuh buah dinamakan peritesium, tiap askus mengandung delapan spora.
Contoh lain jamur yang tidak diketahui alat reproduksi seksualnya antara lain : chalado
sporium, curvularia, gleosporium, dan diploria. Untuk memberantas jamur ini digunakan
fungisida , misalnya lokanol dithane M-45 dan copper Sandoz.
A. Ciri-ciri Deuteromycota
Hifa bersekat, tubuh berukuran mikroskopis
Bersifat parasit pada ternak dan ada yang hidup saprofit pada sampah
Reproduksi aseksual dengan konidium dan seksual belum diketahui.
Banyak yang bersifat merusak atau menyebabkan penyakit pada hewan-hewan
ternak, manusia, dan tanaman budidaya
B. Contoh Deuteromycota
Epidermophyton floocosum, menyebabkan kutu air.
Epidermophyton, Microsporum, penyebab penyakit kurap.
Melazasia fur-fur, penyebab panu.
Altenaria Sp. hidup pada tanaman kentang.
Fusarium, hidup pada tanaman tomat.
Trychophyton tonsurans, menimbulkan ketombe di kepala
Telah dibahas sebelumnya bahwa jamur yang reproduksi seksualnya menghasilkan askus
digolongkan Ascomycota dan yang menghasilkan basidium digolongkan Basidiomycota. Akan
tetapi, belum semua jamur yang dijumpai di alam telah diketahui cara reproduksi seksualnya.
Terdapat kira-kira 1500 jenis jamur yang belum diketahui cara reproduksi seksualnya.
Akibatnya, ilmuwan tidak dapat memasukkannya ke dalam Zygomycota, Ascomycota, atau
Basidiomycota. Jamur yang demikian, untuk sementara waktu digolongkan Deuteromycota
atau jamur tak tentu atau disebut juga jamur tidak sempurna. Jadi, Deuteromycota
bukanlah penggolongan yang sesungguhnya atau bukan takson. Jika kemudian menurut
penelitian ada jenis dari jamur ini yang diketahui reproduksi seksualnya, maka akan
dimasukkan ke dalam Zygomycota, Ascomycota, atau Basidiomycota. Jika menghasilkan
askus akan dimasukkan ke dalam Ascomycota, dan jika menghasilkan basidium akan
digolongkan Basidiomycota.
Perubahan pengelompokan jamur tersebut akan mengubah nama spesiesnya. Sebagai contoh
adalah jamur oncom. Mula-mula, jamur ini digolongkan Deuteromycota dengan nama Monilia
sitophila. Namun, ketika Prof. Dwidjoseputro (almarhum) dari IKIP Malang (sekarang
Universitas Negeri Malang) melakukan penelitian, ternyata Monilia sitophilia dapat melakukan
reproduksi seksual dan menghasilkan askus. Oleh beliau jamur oncom dimasukkan ke dalam
Ascomycota dan namanya Neurospora sitophila. Lihat Gambar 1.9. Beberapa jamur
Deuteromycota lainnya yang diklasifikasi ulang menjadi Ascomycota antara lain jamur dari
genus Aspergillus, Candida, dan Penicillium. Oleh ahli mikologi, nama genus
Aspergillus diubah
menjadi Eurotium, Candida menjadi Pichia, dan Penicilliummenjadi Talaromyces.
^Gambar 1.9 Daur hidup Neurospora. Setelah diketahui reproduksi
seksualnya menghasilkan askus, Neurospora dimasukkan dalam kelompok Ascomycota
Contoh jamur yang tergolong Deuteromycota adalah Tinea versicolor penyebab panu
dan Epidermophyton floocossum penyebab penyakit kaki atlet. Berbagai penyakit jamur pada
manusia banyak diakibatkan oleh jamur Deuteromycota. Demikian pula penyakit pada hewan.
Jamur Deuteromycota juga ada yang bermanfaat, yaitu Aspergillus. Aspergillus ada yang telah
memasukkannya ke dalam Ascomycota. Akan tetapi, ada pula yang memasukkannya ke
dalam Deuteromycota.
Aspergillus bersifat saprofit dan terdapat di mana-mana, baik di negara tropika maupun
subtropika. Aspergillus hidup pada makanan, sampah, kayu, dan pakaian.
Hifa Aspergillus bercabang-cabang. Pada hifa tertentu muncul konidior (pembawa konidia)
yang memiliki konidiaspora yang tumbuh radial pada konidiofor. Coba perhatikan jamur
berwarna kekuningan atau kecokelatan pada roti dan periksalah dengan mikroskop.
Beberapa di antara spesies Aspergillus ada yang digunakan untuk proses pengolahan
makanan, misalnya:
1. Aspergillus niger untuk menjernihkan sari buah
2. Aspergillus oryzae digunakan untuk melunakkan adonan roti
3. Aspergillus wentii digunakan untuk pembuatan kecap, tauco, sake, dan asam oksalat.
Ada pula Aspergillus parasit yang menimbulkan penyakit aspergillosis yang menyerang
paru-paru pada manusia, yaitu Aspergillus flavus. A. Fumigatus adalah penyebab infeksi
saluran pernapasan.