Anda di halaman 1dari 15

PERHITUNGAN NILAI KOMPENSASI ATAS RISIKO KERJA PEMADAM

KEBAKARAN-DINAS KEBAKARAN KOTA SURABAYA MELALUI


PENDEKATAN MANAJEMEN RISIKO

Arie Andriyan, Maria Anityasari, Naning Aranti Wessiani


Jurusan Teknik Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
Kampus ITS Sukolilo Surabaya 60111
Email : arie.andriyan@gmail.com ; maria@ie.its.ac.id ; wessiani@ie.its.ac.id

ABSTRAK
Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya merasa bahwa pekerjaan
pemadam kebakaran mengandung risiko tinggi. Sedangkan, kompensasi finansial yang diterima saat
ini belum memperhitungkan faktor risiko kerja yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung
besaran kompensasi finansial atas risiko kerja pemadam kebakaran pada tiap jabatan di Dinas
Kebakaran Kota Surabaya dan beban anggaran bagi Pemerintah Kota melalui pendekatan manajemen
risiko.
Penilaian risiko pada konsep manajemen risiko akan menunjukkan level risiko yang dijadikan
dasar pemberian kompensasi. Tahapan penilaian risiko terdiri dari tahap identifikasi, analisis dan
evaluasi risiko. Besaran kompensasi finansial dihitung dari biaya rawat jalan penyakit-penyakit yang
menjadi risiko kerja pemadam kebakaran berdasarkan hasil penilaian risiko.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerjaan pemadam kebakaran memiliki dampak
risiko penyakit/gangguan kesehatan dan dampak kecelakaan kerja. Kompensasi finansial langsung
atas risiko diberikan untuk dampak penyakit/gangguan kesehatan sedangkan dampak kecelakaan kerja
diberikan kompensasi finansial tidak langsung melalui asuransi atau Jamsostek. Hasil perhitungan
kompensasi finansial langsung menunjukkan jabatan komandan peleton, komandan regu dan anggota
pasukan juru padam memiliki nilai kompensasi sama dan tertinggi disusul jabatan juru mudi dan staf
operasional. Hasil perhitungan kompensasi finansial atas risiko kerja ini akan meningkatkan beban
anggaran Pemerintah Kota Surabaya secara signifikan untuk alokasi anggaran tersebut.

Kata kunci:.Penilaian Risiko, Kompensasi dan Hazard Pay

ABSTRACT
Planning and Urban Development Agency (Bappeko) Surabaya thinks that the works of
firefighters contain a high risk. Meanwhile, financial compensation currently received doesnt
consider an appropriate risk factor yet. This study aims to quantify the amount of financial
compensation for the risk of firefighters working at each position in Surabaya City Fire Department
and expense budget for the City Government through the risk management approach.
Risk assessment on risk management concepts will show the level of risk which is used as a
basis for compensation. Stage of risk assessment consists of phase risk identification, risk analysis,
and risk evaluation. The amount of financial compensation is calculated from the cost of outpatient
illnesses being firefighters working risk based on risk assessment.
The results of this study indicate that firefighters works have impact risks of both
disease/health problems and workplace accidents. Direct financial compensation for the risk is given
to the impact of diseases/health problems while the financial compensation of impacts caused by
workplace accidents is given indirectly through insurance or social security. The result shows the
direct financial compensation for office platoon commander, squad commanders and the troops are
equal, and be the highest value followed by the driver position and operational staff. The calculation
result of financial compensation for the working risks will increase significantly the budget allocation
of Surabaya City Government.

Key Words: Risk Assessment, Compensation and Hazard Pay.

1
1. Pendahuluan Gambar 1.3. UPTD 1 yang berlokasi di pusat
1.1 Latar Belakang (Pasar Turi) memiliki frekuensi diturunkan
Dinas Kebakaran Surabaya memiliki lebih banyak daripada rata-rata UPTD dan Pos
peranan yang sangat penting dalam melakukan Pembantu lainnya karena memiliki kendaraan
pelayanan kepada masyarakat, khususnya dan fasilitas yang lebih lengkap. Gambar 1.3
dalam pencegahan dan penanganan kebakaran. berikut ini menunjukkan grafik aktivitas
Berdasarkan data yang dimilki Dinas UPTD dan Pos Pembantu dalam
Kebakaran Kota Surabaya, tingkat kejadian memadamkan kebakaran tiap bulannya pada
kebakaran di kota Surabaya yang cukup tinggi tahun 2009.
bisa dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini.

Gambar 1. 1Jumlah kebakaran di Surabaya


Kejadian kebakaran tiap tahun rata-rata
sekitar 295 kejadian. Dengan tingkat kejadian
kebakaran seperti itu, pegawai pemadam
kebakaran cukup sering bertugas di lapangan Gambar 1.3Frekuensi pemadaman kebakaran tiap
untuk memadamkan api. Menurut data historis UPTD dan Pos Pembantu tahun 2009
pada Gambar 1.2, Dinas Kebakaran
menerjunkan sekitar 115 sampai 950 personel Pekerjaan pemadam kebakaran
setiap bulan untuk melakukan pemadaman merupakan pekerjaan yang mengandung risiko
kebakaran untuk semua UPTD dan Pos kerja sangat tinggi. Dari proses wawancara
Pembantu. Gambar 1.2 berikut ini dengan Kepala Bagian Operasional dan juga
menunjukkan data penggunaan personel Dinas pasukan pemadam kebakaran, peneliti
Kebakaran dalam kegiatan pemadaman mendapatkan informasi tentang kecelakaan
kebakaran pada tahun 2008 dan 2009. kerja yang berakibat fatal seperti cacat
permanen bahkan kematian. Selain itu, saat
menjalankan tugas di lapangan, pasukan
pemadam kebakaran sering mengalami
gangguan-gangguan kesehatan. Gangguan
kesehatan dan kecelakaan kerja tersebut
diakibatkan kondisi lingkungan kerja yang
memiliki bahaya (hazard) tinggi.
Menurut Sherman, kondisi lingkungan
kerja (job conditions) merupakan salah satu
faktor yang harus dipertimbangkan dalam
pemberian kompensasi selain tiga faktor
lainnya, yaitu kemampuan (skill), usaha
(effort) dan tanggungjawab (responsibility)
Gambar 1. 2 Penggunaan personel untuk yang diwujudkan dalam kompensasi finansial
pemadaman kebakaran langsung dan tidak langsung. Saat ini,
kompensasi finansial langsung yang diberikan
Sedangkan untuk aktivitas tiap UPTD belum disesuaikan dengan tingkat risiko yang
dan Pos Pembantu dalam menjalankan tugas terkandung dalam lingkungan kerja.
pemadaman kebakaran dapat dilihat pada Sedangkan untuk kompensasi finansial tidak

2
langsung, pemerintah telah memberikan 5. Menghitung besaran beban biaya
asuransi kesehatan (ASKES) kepada Pegawai kompensasi atas risiko di Dinas
Negeri Sipil (PNS). Akan tetapi, ASKES Kebakaran terhadap anggaran pemerintah
belum mampu mengcover biaya perawatan kota Surabaya.
yang tinggi untuk pekerjaan dengan tingkat
risiko kecelakaan kerja yang sangat tinggi 1.3 Manfaat Penelitian
seperti pemadam kebakaran. Pemberian Manfaat yang akan diperoleh dari
ASKES juga masih terbatas pada pegawai penelitian Tugas Akhir ini adalah:
yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil 1. Memberikan penilaian terhadap risiko
(PNS) padahal masih ada beberapa pegawai pekerjaan pemadam kebakaran pada tiap
yang belum bersatus PNS. Kondisi demikian jabatan.
bisa menimbulkan tingkat kepuasan kerja 2. Memberikan rekomendasi besaran
pegawai berkurang karena pemberian kompensasi atas risiko fisik pekerjaan
kompensasi dinilai kurang adil. pemadam kebakaran pada tiap jabatan.
Dalam suatu pekerjaan, kompensasi
merupakan salah satu faktor yang sangat 1.4 Ruang Lingkup Penelitian
penting untuk menunjang kepuasan dan Ruang lingkup penelitian terdiri dari
motivasi kerja. Kepuasan dan motivasi kerja batasan dan asumsi yang digunakan dalam
sangat mempengaruhi loyalitas dan kinerja penelitian.Batasan yang digunakan dalam
pekerja. Oleh karenanya, pemberian penelitian ini adalah :
kompensasi harus didesain secara adil sesuai 1. Jabatan pekerjaan yang diteliti hanya
dengan faktor-faktor pekerjaan yang harus pada Bagian Operasional Dinas
dipertimbangkan termasuk pemberian Kebakaran Kota Surabaya yang
kompensasi atas risiko kerja yang diakibatkan ditugaskan dalam pemadaman kebakaran
jenis pekerjaan dan kondisi lingkungan kerja. yang terdiri dari :komandan peleton,
Kompensasi atas risiko kerja harus komandan regu, anggota pasukan juru
dihitung secara tepat sebanding dengan tingkat padam, juru mudi dan staff operasional
potensi risiko yang diterima pegawai. Besaran khusus yang diterjunkan pada kejadian
kompensasi yang diberikan juga harus kebakaran besar.
memperhatikan kemampuan anggaran 2. Identifikasi risiko pekerjaan hanya terkait
Pemeritah Kota Surabaya karena peningkatan risiko fisik murni yang dihadapi oleh
kompensasi juga akan meningkatkan pegawai.
pengeluaran Pemerintah. Dengan demikian 3. Kompensasi yang dihitung hanya berupa
perlu dilakukan perhitungan atas risiko kerja kompensasi finansial saja.
pegawai pemadam kebakaran yang juga Asumsi yang digunakan dalam
disesuaikan dengan beban anggaran bagi penelitian ini adalah:
Pemerintah Kota Surabaya. 1. Selama pengamatan tidak terdapat
perubahan struktur organisasi, wewenang,
1.2 Tujuan Penelitian dan job description jabatan yang diamati.
Tujuan yang ingin dicapai dalam 2. Kejadian kebakaran tidak berbeda jauh
penelitian tugas akhir ini adalah: dari tahun sebelumnya.
1. Mengidentifikasi paparan risiko fisik
yang dihadapi pegawai pemadam 2. Metodologi Penelitian
kebakaran. Adapun sistematika penulisan tugas akhir
2. Mengidentifikasi dampak paparan risiko ini Metode penelitian terdiri dari tahapan-
fisik yang dihadapi pegawai pemadam tahapan proses penelitian yang dilakukan.
kebakaran. Secara umum terdapat empat tahapan yang
3. Melakukan penilaian atas risiko fisik akan dilakukan yaitu tahap identifikasi
pekerjaan pada tiap jabatan pemadam permasalahan, tahap pengumpulan dan
kebakaran. pengolahan data, tahap analisis dan intrepetasi
4. Menghitung besaran kompensasi finansial data, dan tahap kesimpulan dan saran.
langsung atas risiko pemadam kebakaran Tahap Identifikasi masalah dan studi
pada tiap jabatan berdasarkan hasil pustaka merupakan tahap awal penelitian.
penilaian risiko dan nilai pengali risiko. Melalui tahap ini, dilakukan kajian akan
permasalahan meliputi pengkajian terhadap

3
organisasi Dinas Kebakaran, pengkajian kebakaran besar, Dinas Kebakaran
peraturan-peraturan terkait Dinas Kebakaran menugaskan staf operasional untuk turut
dan pemberian kompensasi. Proses studi memantau dan membantu pemadaman
literatur yang dilakukan merupakan prosesng kebakaran khususnya terkait hal-hal yang
pengkajian dan diskusi mengenai kompensasi, sifatnya strategis. Petugas piket bertugas di
manajemen risiko yang ada dalam buku, pos piket di kantor Dinas Pemadaman
penelitian terdahulu, jurnal dan internet. sedangkan petugas operasional pemadaman
Pemahan yang mendalam terhadap bersiaga di tiap UPTD dan Pos Pembantu.
permasalahan dan literatur ini digunakan Pemberangkatan tim pemadam
untuk membangun metodolgi penelitian atau kebakaran dipimpin kepala peleton dan kepala
penyelesaian permasalahan. regu. Tim diangkut di kendaraan pemadam
Tahap kedua adalah tahap pengumpulan kebakaran yang dikemudikan oleh juru mudi.
dan pengolahan data. Data yang dikumpulkan Juru mudi memiliki tanggungjawab untuk
dan diolah terdiri dari data primer dan data mengantarkan tim pemadam kebakaran agar
sekunder. Data primer terdiri dari observasi, segera mencapai tempat kejadian kebakaran
wawancara, pengisian kuesioner dan focus dengan selamat. Sesampaianya di lokasi
group discussion. Sedangkan data-data kebakaran tim pemadam kebakaran bertugas
sekunder diperoleh dari Dinas Kebakaran, sesuai peran atau fungsi masing-masing.
data dari Badan Perencanaan dan Komandan peleton bertugas untuk
Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya dan berkordinasi dengan masyarakat sekitar dan
data-data dari sumber atau literatur lainnya. pihak-pihak terkait, menganalisis besaran
Tahapan ini terdiri dari tahap identifikasi kebakaran untuk dilaporkan melalui radio
proses bisnis, tahap analisis pekerjaan, tahap kepada petugas piket, semua UPTD dan Pos
identifikasi risiko, tahap analisis risiko, tahap Pembantu. Jika komandan peleton menilai
evaluasi risiko, tahap konversi nilai risiko ke butuh bantuan tim pemadam kebakaran lain
perhitungan finansial dan tahap perhitungan maka dia akan melaporkan ke petugas piket.
beban anggaran pemerintah kota. Petugas piket kemudian yang menugaskan
Tahap analisis dan intepretasi data UPTD atau Pos Pembantu terdekat untuk
merupakan penjelasan dan kajian secara memberikan bantuan.
mendalam terhadap hasil pengolahan data Komandan regu bertugas memimpin
yang dilakukan pada tahap pengumpulan dan pasukan di regunya dalam melakukan
pengolahan data. Tahap akhir dari penelitian pemadaman kebakaran. Komandan regu harus
ini adalah membuat kesimpulan hasil berkordinasi dengan komandan peleton dalam
penelitian dan saran. mengatur strategi pemadaman kebakaran.
Anggota pasukan juru padam pada waktu awal
3. Pengumpulan dan Pengolahan Data kedatangan langsung menggelar peralatan dan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan melakukan pemadaman sesuai arahan dari
data terkait langkah-langkah penelitian. Data komandan regu atau komandan peleton.
awal yang dikumpulkan mengenai organisasi Anggota pasukan juru padam bertugas
Dinas Kebakaran Kota Surabaya. Data profil memegang pipa scroll untuk menyemprotkan
organisasi membantu peneliti memahami air di area kebakaran. Juru mudi dalam hal ini
objek penelitian lebih mendalam. Data-data bertugas mengoperasikan pompa dan
profil juga digunakan mendukung perhitungan mengatur tekanan pompa. Juru mudi juga
pada tahapan berikutnya. bertanggungjawab untuk mencari air di tempat
terdekat lokasi kejadian kebakaran.
5.1 Tahap Identifikasi Proses Bisnis Setelah api berhasil dipadamkan tim
Pemadaman Kebakaran pemadam kebakaran kemudian melakukan
Proses bisnis kegiatan pemadaman pembasahan di area kebakaran. Hal tersebut
kebakaran melibatkan 2 bagian yaitu bagian dilakukan untuk menghindari api tersulut
informasi dan bagian operasional pemadaman. kembali. Komandan peleton harus tetap
Bagian informasi yang bertanggungjawab menjaga komunikasi dengan petugas piket,
petugas piket, sedangkan bagian operasional UPTD dan Pos Pembantu melalui radio dan
pemadaman terdiri dari beberapa jabatan yaitu melaporkan jika kebakaran telah berhasil
: pasukan juru padam, komandan peleton, dipadamkan. Dengan demikian petugas piket
komandan regu dan juru mudi. Pada kasus bisa mencatat waktu pemadaman dari tiap

4
kejadian kebakaran. Jika kegiatan pemadaman peleton, komandan regu, anggota pasukan juru
dan evakuasi selesai dilakukan maka tim akan padam, juru mudi dan staf bagian operasional.
membersihkan semua fasilitas, melakukan Paparan risiko yang diidentifikasikan
inventarisasi, mengisi kendaraan dengan bahan pada pekerjaan operasional pemadam
bakar dan air sehingga siap untuk digunakan kebakaran merupakan potential hazard yang
lagi. Untuk mengetahui flowchart proses bisis meliputi physical hazard, chemical hazard,
pemadaman kebakaran bisa dilihat pada electrical hazard, mechanical hazard dan
lampiran. biological hazard. Sedangkan untuk
pshicological hazard dan ergonomic hazard
5.2 Analisis Pekerjaan Pemadam tidak diidentifikasikan karena bukan termasuk
Kebakaran paparan risiko fisik murni dari pekerjaan,
Analisis pekerjaan dilakukan melalui tetapi ada faktor-faktor personal, tata cara
pengajian job description, observasi dan kerja dan teknologi yang juga mempengaruhi
wawancara dengan tiap jabatan serta munculnya paparan atau potensi risiko
menganalisis video kegiatan pemadaman tersebut. Bahaya-bahaya (hazards) tersebut
kebakaran yang dilakukan Dinas Kebakaran mengakibatkan penyakit akibat kerja
Surabaya. Proses analisis dimulai dengan (occupational desease). Tabel 3.1 berikut ini
identifikasi job description. Berikut ini contoh merupakan hasil identifikasi paparan risiko
analisis pekerjaan pada salah satu jabatan pada aktivitas pemadaman kebakaran yang
untuk mengetahui aktivitas-aktivitas teknis dilakukan pegawai operasional Dinas
yang dilakukan. Kebakaran secara umum.
Job description komandan regu : Tabel 3.1 Identifikasi paparan risiko
Setiap Dinas pagi, mengawasi, mengecek dan No Potensial Identifikasi paparan
membersihkan semua peralatan perorangan, Hazard risiko
mobil unit pemadam kebakaran dan mobil 1. Physical Kebisingan
rescue.Aktivitas teknis dari job description Hazard Suhu panas (heat stress)
tersebut yaitu : 2. Chemical Emisi Gas CO
- Mengecheck bahan bakar Hazard Emisi Gas NO2
- Mengecheck air Emisi Gas H2S
- Mengecheck air radiator Emisi PCB
- Memanaskan mesin mobil Emisi Silika Bebas
- Mengechek tekanan udara pada ban Emisi Timah
- Mengecheck perlengkapan pribadi seperti Hitam/Plumbun
: pakaian tahan panas, helm pelindung, Emisi Seng Klorida
masker, sepatu dll Emisi gas lain
3. Electrical Tersengat aliran listrik
5.3 Tahap Identifikasi Risiko Pekerjaan Hazard
Pemadam Kebakaran 4. Mechanic Getaran pada scroll selang
Risiko pekerjaan pemadam kebakaran al Hazard penyemprot air dan mobil
diidentifikasikan berdasarkan pada aktivitas 5. Biological Terpapar bakteri dan parasit
teknis pekerjaan dan lingkungan fisik Hazard
pekerjaan. Risiko yang terkait aktivitas teknis
pekerjaan diidentifikasikan berdasarkan proses Selain berpotensi terpapar bahaya-
bisnis dan analisis pekerjaan pada tahap bahaya di atas, pekerja operasional juga
sebelumnya. Sedangkan risiko yang terkait berpotensi mengalami kecelakaan kerja.
dengan lingkungan kerja diidentifikasikan Kecelakaan kerja yang berpotensi terjadi pada
melalui bantuan ahli Kesehatan dan kegiatan pemadaman kebakaran meliputi :
Keselamatan Kerja (K3) pada aktivitas focus - Jatuh
group discussion. Identifikasi risiko dalam hal - Kejatuhan material atau terkena
ini terdiri dari dua tahap yaitu identifikasi serpihan material
paparanpotensi risiko dan identifikasi dampak - Tersulut api
risiko. Ada 5 jabatan kerja yang akan - Tersengat aliran listrik
diidentifikasikan risikonya karena jabatan - Tergores atau tertusuk benda tajam
tersebut diasumsikan memiliki tingkat risiko - Kecelakaan di perjalanan
tinggi. Jabatan tersebut meliputi : komandan

5
Dampak risiko diidentifikasikan bahaya kebakaran sedang II, bahaya kebakaran
berdasarkan risiko yang diterima dan kondisi sedang III dan bahaya kebakaran berat.
lingkungan kerja. Dampak risiko bisa berupa Database yang dimiliki oleh Dinas
peyakit/gangguan kesehatan dan dampak Kebakaran Kota Surabaya tidak menggunakan
kecelakaan kerja. Tingkat dampak risiko yang klasifikasi di atas. Dinas Kebakaran Kota
dialami oleh tiap jabatan/unit kerja berbeda Surabaya melakukan pendataan kebakaran atas
tergantung dari job description yang dimiliki. 5 klasifikasi yaitu: bangunan perumahan,
Selain dampak berupa penyakit/gangguan bangunan umum, bangunan industri,
kesehatan, pegawai operasional juga kendaraan dan lain-lain. Klasifikasi yang
berpotensi mengalami dampak yang digunakan oleh Dinas Kebakaran Surabaya
diakibatkan kecelakaan kerja. tidak digunakan sebagai skema penilaian
risiko karena klasifikasi tersebut tidak
5.4 Tahap Analisis Risiko Pekerjaan menunjukkan tingkat bahaya. Oleh karenanya
Pemadam Kebakaran pada penilaian paparan risiko, peneliti memilih
Pada tahap analisis risiko dilakukan menggunakan klasifikasi kebakaran
penilaian terhadap paparan/potensi dan berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dampak risiko yang sebelumnya sudah Nomer 186 tahun 1999. Kelemahan dari
diidentifikasi. Pada tahap ini akan disusun penggunaan klasifikasi ini adalah data yang
kuisioner penilaian risiko. Kuesioner penilaian akan dimasukkan sebagai frekuensi harus
risiko dibuat berdasarkan hasil identifikasi diasumsikan. Data kebakaran pada bangunan
paparan dan dampak risiko pada tahap perumahan, bangunan umum, kendaraan dan
sebelumnya. lain-lain diasumsikan merupakan jenis
Tahapan penilaian risiko ini berbeda kebakaran berbahaya ringan. Sedangkan untuk
dengan model penilaian risiko pada metode data kebakaran pada industri dibagi rata dalam
AS/NZS 4360:2004 pada umumnya. Risiko klasifikasi bahaya kebakaran sedang I, bahaya
pekerjaan pada kegiatan pemadaman memiliki kebakaran sedang II, bahaya kebakaran sedang
karakteristik yang unik sehingga perlu III dan bahaya kebakaran berat.
dikembangkan model penilaian yang lain. Berikut ini proses penilaian
Pada penelitian ini, ada dua kuesioner yang paparan/potensi risiko yang dilakukan :
dibuat. Kuesioner pertama merupakan
kuesioner penilaian paparan/potensi risiko. .... (3.1)
Hasil pengolahan data pada kuesioner pertama
digunakan untuk menyusun kuesioner ke dua
Keterangan :
yaitu kuesioner penilaian likelihood dampak
Li : level of occurrence (tingkat
risiko.
paparan/potensi risiko) yang dinilai oleh
Penilaian paparan/potensi risiko
ahli
dihitung dengan mengalikan tingkat
Xi : jumlah kejadian kebakaran pada jenis
paparan/potensi risiko (level of occurance)
bahaya kebakaran i pada jangka waktu
dengan frekuensi terpapar risiko. Penilaian
satu tahun
level of occurance dilakukan oleh ahli (expert
X : total kejadian kebakaran pada jangka
judgment) dalam hal ini dilakukan oleh kepala
waktu satu tahun
bagian operasional Dinas Kebakaran.
Sedangkan untuk frekuensi terpapar/ terkena
potensi risiko diisi berdasarkan data kegiatan
............................ (3.2)
pemadaman kebakaran yang dilakukan selama
satu tahun. Data yang digunakan adalah data
Keterangan :
pemadaman kebakaran tahun 2009.
Nilai dampak paparan risiko bukan
Pada kuesioner penilaiaan
menunjukakan nilai consequences. Nilai ini
paparan/potensi risiko, tingkat paparan/potensi
hanya digunakan untuk men-generate dampak
yang terjadi diklasifikasikan menjadi 5,
yang memiliki kemungkinan besar muncul
berdasarkan tingkat potensi bahaya kebakaran
yaitu dipilih 10 dampak dengan nilai gabungan
sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja
tertinggi. Nilai gabungan merupakan
Nomer 186 tahun 1999 yaitu : bahaya
akumulasi nilai pada dampak yang sama dari
kebakaran ringan, bahaya kebakaran sedang I,
paparan risiko yang berbeda.

6
Tabel 3.2 berikut menunjukkan hasil penilaian paparan risiko jabatan pekerjaan komandan
peleton :
Tabel 3.2 Penilaian paparan risiko komandan peleton
KOMANDAN PELETON Penilaian level of occurance Hasil kali dengan faktor pengali Rata-
Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran Klasifikasi Potensi Bahaya Kebakaran rata
No Jenis Paparan/ Resiko
Ringan Sedang I Sedang II Sedang III Berat Ringan Sedang I Sedang II Sedang III Berat Nilai
Emisi Gas SO2 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12
Emisi Pb (timbal) 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12
Emisi Silika bebas (debu) 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12
Emisi H2S 2 2 2 2 2 1.76 0.06 0.06 0.06 0.06 2
Paparan
Emisi CO 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12
Gabungan
1 Emisi NO2 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12
yang
Emisi Timah Hitam/Plumbum 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12
Terhirup
Emisi Seng Klorida (ZnCl2) 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12
PCB (terkandung dalam tiner,
cat, plastik, kertas dll) 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12
Lainnya tidak terdefinisi
2 Vibrasi/ Getaran tubuh sebagian diakibatkan 4 4 4 4 4 3.52 0.12 0.12 0.12 0.12 4
3 Kebisingan 4 4 4 4 4 3.52 0.12 0.12 0.12 0.12 4
4 Heat stress (paparan panas) 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12
5 Bakteri dan parasit 3 3 3 3 3 2.64 0.09 0.09 0.09 0.09 3
6 Tersulut Api 4 5 5 5 5 3.52 0.15 0.15 0.15 0.15 4.12
7 Tergores atau tertusuk benda tajam 5 5 5 5 5 4.4 0.15 0.15 0.15 0.15 5
8 Kejatuhan/terkena material 5 5 5 5 5 4.4 0.15 0.15 0.15 0.15 5
9 Jatuh 5 5 5 5 5 4.4 0.15 0.15 0.15 0.15 5
10 Tersengat aliran listrik 5 5 5 5 5 4.4 0.15 0.15 0.15 0.15 5
11 Kecelakaan pada waktu perjalanan 5 5 5 5 5 4.4 0.15 0.15 0.15 0.15 5
12 Lainnya (disebutkan jika ada) tidak terdefinisi

Dampak gabungan diidentifikasikan Tabel 3.4 Dampak kecelakaan kerja


dari pengakumulasian poin dampak No Dampak Kecelakaan Kerja yang Terjadi
paparan/potensi risiko. Poin dampak risiko
Luka ringan yang diakibatkan kecelakaan pada waktu
diambil dari nilai paparan pada kuesioner I. 1
bekerja, cukup dengan pertolongan pertama
Dari hasil akumulasi tersebut, dampak Luka sedang yang diakibatkan kecelakaan pada waktu
2
gabungan risiko diklasifikasikan menjadi 2 bekerja, perlu mendapatkan perawatan medis
yaitu : dampak penyakit/gangguan kesehatan Luka parah yang diakibatkan kecelakaan pada waktu
3 bekerja, perlu mendapatkan perawatan medis yang serius,
akibat kerja, dan dampak yang diakibatkan waktu pemulihan lama
kecelakaan kerja. Berikut tabel 3.3 dan tabel Luka sangat parah yang diakibatkan kecelakaan pada
3.4 hasil dampak gabungan. 4 waktu bekerja, mengakibatkan cacat atau tidak
berfungsinya bagian tubuh tertentu
Tabel 3.3 Dampak penyakit/gangguan kesehatan 5 Kecelakaan yang berakibat kematian
akibat kerja Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa
6 namun tidak menyakitkan dan tidak menyebabkan
No Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Dialami hilangnya kendali atas otot ( 1 - 8 mA)
Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada hidung dan Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa
tenggorokan, flu, batuk, syaraf pembau terganggu, batuk 7 menyakitkan namun tidak menyebabkan hilangnya
1 berdahak, radang saluran pernafasan, dada terasa kendali atas otot ( 8 - 15 mA)
sakit/nyeri sementara, pernafasan tersengal-sengal Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa
Gangguan pernafasan akut : sesak nafas, batuk parah 8 menyakitkan dan menyebabkan hilangnya kendali atas
(menahun), kerusakan permanen syaraf pembau, otot serta susah bernafas ( 15 - 20 mA)
2
pendarahan pada saluran pernafasan,batuk darah, infeksi Tersengat listrik yang berakibat sensasi kejut terasa
dan peradangan pada paru-paru, bronkitis menyakitkan, disertai dengan kontraksi pada otot serta
9
Sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, gangguan tidur menyebabkan hilangnya kendali atas otot ( 20 - 50
3
(insomnia) mA)
4 Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit Tersengat listrik yang berakibat terjadinya VF
5 Kelelahan, tegang pada otot dan badan terasa lemah (kontraksi pada otot cardiac dari ventrikel) pada
6 Iritasi pada mata, sakit pada mata 10 jantung dan menyebabkan kematian. Selain itu juga
Gangguan pencernaan : mual, muntah, gangguan menyebabkan kantraksi otot dan kerusakan syaraf ( 50 -
7
metabolisme 200 mA)
8 Nafsu makan berkurang, berat badan menurun
9 Kehilangan kesadaran, pingsan Tersengat listrik yang berakibat korban terbakar hebat
10 Gangguan pada jantung 11 dan berkontraksinya otot. Korban tidak mungkin dapat
11 Demam, peningkatan suhu badan bernafas selama mengalami kejutan (di atas 200 mA)

7
Penilaian consequence menunjukkan Tabel 3.6 Kategori penilaian likelihood dampak
tingkat keparahan dampak. Sebelum risiko penyakit/gagguan kesehatan (lanjutan)
dilakukan penilaian consequence dilakukan Skala
Sebutan Penjelasan Skala Penilaian
Nilai
terlebih dahulu pendefinisian kategori Penyakit/gangguan kesehatan mungkin
consequence. Kategori consequence 4 Likely sekali terjadi pada pegawai dalam kurun
dihasilkan dari diskusi pada FGD 1 dengan waktu 1 bulan bekerja
pakar K3. Dari hasil diskusi tersebut Penyakit/gangguan kesehatan hampir
ditetapkan 5 kategori consequence sesuai Almost
5 pasti terjadi pada pegawai setiap
Certain
model AS/NZS 4360:2004. Penilaian menjalankan tugas pemadaman kebakaran
kategori didasarkan pada waktu recovery
setelah mengalami gangguan kesehatan atau Berikut ini tabel 3.7 menunjukkan
kecelakaan kerja. kategori penilaian likelihood dampak risiko
penyakit/gangguan kesehatan :
Tabel 3.5 Kategori penilaian consequence
Skala
Sebutan Penjelasan Skala Penilaian Tabel 3.7 Kategori penilaian likelihood dampak
Nilai
risiko kecelakaan kerja
Waktu recovery kurang dari 1
1 Insignificant Skala
hari Sebutan Penjelasan Skala Penilaian
Nilai
Waktu recovery lebeih dari Kejadian tersebut sangat jarang terjadi,
2 Minor
1hari hingga 1 minggu 1 Rare tidak pernah terjadi selama 10 tahun
Waktu recovery lebih dari 1 terakhir
3 Moderate
minggu hingga 1 bulan Kejadian tersebut jarang terjadi, mungkin
Waktu recovery lebih dari 1 2 Unlikely hanya 1 kali selama 10 tahun terakhir
4 Major
bulan hingga 3 bulan
Waktu recovery lebih dari 3 Kejadian tersebut mungkin terjadi 1 kali
3 Possible
5 Catasthropic bulan atau bahkan tidak selama 1 tahun
tertolong. Kejadian tersebut mungkin sekali terjadi
4 Likely
1 kali selama 1 bulan
Kejadian hampir pasti terjadi setiap
Penilaian likelihood dilakukan oleh 5 Almost
bertugas memadamkan kebakaran
staf bagian operasional Dinas Kebakaran
Kota Surabaya yang biasa turun di lapangan. 5.5 Tahap Evaluasi Risiko
Penilaian dilakukan terhadap tiap jabatan Ada dua tahapan utama dalam proses
yang bertugas di lapangan berdasarkan ini, yaitu tahap perhitungan nilai risiko dan
kategori likelihood. Kategori likelihood yang tahap pemetaan risiko ke dalam peta risiko
digunakan ada 2 macam yaitu kategori (risk map). Penghitungan nilai risiko
likelihood untuk dampak penyakit/gangguan dilakukan setelah mengetahui nilai likelihood
kesehatan akibat kerja, dan kategori dan consequences dari masing-masing
likelihood untuk kecelakaan kerja. Kategori dampak risiko. Penilaian risiko dilakukan
tersebut didiskusikan dengan pakar K3. dengan mengalikan nilai consequence
Kedua kategori tersebut dibedakan karena dengan nilai likelihood.
mempunyai karakteristik bahaya yang Nilai risiko dari masing-masing
berbeda. Berikut tabel 3.6 menunjukkan dampak risiko penyakit/gangguan kesehatan
kategori penilaian likelihood dampak risiko dapat dilihat pada tabel 3.8 di bawah ini :
penyakit/gangguan kesehatan :
Tabel 3.8 Penilaian dampak risiko
Tabel 3.6 Kategori penilaian likelihood dampak penyakit/gangguan kesehatan
risiko penyakit/gagguan kesehatan No
Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Nilai Risiko
Skala Dialami KP KR AP JM SO
Sebutan Penjelasan Skala Penilaian 1 Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada
Nilai
hidung dan tenggorokan, flu, batuk, syaraf
Penyakit/gangguan kesehatan mungkin pembau terganggu, batuk berdahak, radang 10 10 10 8 8
1 Rare terjadi pada pegawai dalam kurun waktu saluran pernafasan, dada terasa sakit/nyeri
10 tahun bekerja sementara, pernafasan tersengal-sengal
Penyakit/gangguan kesehatan mungkin 2 Gangguan pernafasan akut : sesak nafas,
2 Unlikely terjadi pada pegawai dalam kurun waktu batuk parah (menahun), kerusakan
12 12 12 8 4
permanen syaraf pembau, pendarahan pada
1 tahun bekerja
saluran pernafasan,batuk darah, infeksi dan
Penyakit/gangguan kesehatan mungkin 3 Sakit kepala, pusing, gangguan
3 Possible terjadi pada pegawai dalam kurun waktu 10 10 10 10 10
konsentrasi, gangguan tidur (insomnia)
6 bulan bekerja

8
Tabel 3.8 Penilaian dampak risiko kesehatan diberikan identitas dengan huruf A,
penyakit/gangguan kesehatan (lanjutan) sedangkan dampak risiko kecelakaan kerja
Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Nilai Risiko
No
Dialami KP KR AP JM SO
diberikan identitas dengan huruf B. Kemudian
4 Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit 10 10 10 8 6 angka setelah inisial huruf A atau B
5 Kelelahan, tegang pada otot dan badan 10 10 10 10 8
6 Iritasi pada mata, sakit pada mata 10 10 10 8 8
menunjukkan jenis dampak sesuai tabel 3.3
7 Gangguan pencernaan : mual, muntah, 10 10 10 8 8 dan tabel 3.4 di atas. Berikut peta risiko
8 Nafsu makan berkurang, berat badan menuru 8 8 8 6 6 komandan peleton ditunjukkan gambar 3.1.
9 Kehilangan kesadaran, pingsan 3 3 3 1 1
10 Gangguan pada jantung 15 15 15 5 5
11 Demam, peningkatan suhu badan 5 5 5 4 2 PETA RISIKO KOMANDAN PELETON
Total nilai risiko 103 103 103 76 66
A1, A3, A4,
Almost
Certain
5 A11 A5, A6, A7,
Nilai risiko dari masing-masing B1

dampak risiko kecelakaan kerja dapat dilihat Likely 4 A8


pada tabel 3.9 di bawah ini :

Likelihood
Possible 3 A9, B6 B7 B2 A2, B3 A10
Tabel 3.9 Penilaian dampak risiko kecelakaan kerja
Dampak Kecelakaan Kerja yang Nilai Risiko
No
Terjadi KP KR AP JM SO Unlikely 2 B8 B9 B4
1 Luka ringan yang diakibatkan kecelakaan
pada waktu bekerja, cukup dengan 10 10 10 6 4
pertolongan pertama
Rare 1 B5, B10, B11
2 Luka sedang yang diakibatkan kecelakaan
9 9 12 6 3
pada waktu bekerja, perlu mendapatkan 1 2 3 4 5
3 Luka parah yang diakibatkan kecelakaan Insignificant Minor Moderate Major Catasthropic
pada waktu bekerja, perlu mendapatkan 12 12 12 8 4 Consequences
perawatan medis yang serius, waktu
4 Luka sangat parah yang diakibatkan
kecelakaan pada waktu bekerja, 10 10 15 10 5 Keterangan : Extreme risk Hight risk Moderate risk Low risk
mengakibatkan cacat atau tidak A : Risiko penyakit/gangguan kesehatan akibat kerja
5 Kecelakaan yang berakibat kematian 5 5 15 10 5 B : Risiko kecelakaan kerja
6 Tersengat listrik yang berakibat sensasi
kejut terasa namun tidak menyakitkan dan
Gambar 3.1 Peta risiko komandan peleton
3 3 3 1 1
tidak menyebabkan hilangnya kendali atas
7 Tersengat listrik yang berakibat sensasi Dari peta risiko komandan peleton di
kejut terasa menyakitkan namun tidak 6 6 6 2 2
menyebabkan hilangnya kendali atas otot ( atas maka berikut gambar 3.2 menunukkan
8 Tersengat listrik yang berakibat sensasi proporsi dari tiap tingkat risiko.
kejut terasa menyakitkan dan 6 6 6 3 3
menyebabkan hilangnya kendali atas otot
9 Tersengat listrik yang berakibat sensasi
kejut terasa menyakitkan, disertai dengan 8 8 8 4 4 Proporsi kategori risiko kerja
kontraksi pada otot serta menyebabkan komandan peleton
10 Tersengat listrik yang berakibat
terjadinya VF (kontraksi pada otot cardiac
5 5 5 5 5 9%
dari ventrikel) pada jantung dan 9%
menyebabkan kematian. Selain itu juga 18% Extreme risk
11 Tersengat listrik yang berakibat korban
terbakar hebat dan berkontraksinya otot. 5 5 5 5 5 Hight risk
Korban tidak mungkin dapat bernafas
Medium risk
Total nilai risiko 79 79 97 60 41 64%
Low risk

Penilaian risiko pada table di atas


dilakukan kepada 5 jabatan. Inisial KP
merupakan komandan peleton, inisial KR Gambar 3.2 Proporsi kategori risiko kerja
merupakan komandan regu, inisial AP komandan peleton
merupakan anggota pasukan juru padam,
inisial JM merupakan juru mudi dan inisial SO Semua jabatan digambarkan dalam
merupakan staf operasional yang membantu peta risiko di atas untuk mengetahui gambaran
kegiatan pemadaman kebakaran di lapangan. dari risiko yang dihadapi oleh tiap jabatan.
Peta risiko dibuat berdasarkan hasil
dari pernghitungan nilai likelihood, 5.6 Tahap Konversi Nilai Risiko ke
consequences dan tingkat risiko pada masing- Dalamn Ukuran Finansial
masing potensi risiko. Peta risiko dibuat pada Mekanisme pengkorvesian risiko ke
tiap jabatan sesuai standar AS/ NZS 4360. dalam satuan finansial ditentukan melalui
Pada peta risiko, dampak penyakit/gangguan kajian dan diskusi dengan pakar yang

9
dilakukan pada FGD 2. Pada tahap ini peneliti INA DRG. Berikut ini langkah-langkah yang
ingin merancang sebuah metodologi digunakan untuk menghitung kompensasi
perhitungan kompensasi atas risiko. atas risiko kerja :
Selanjutnya dilakukan perhitungan 1. Dampak risiko yang dihitung nilai
kompensasi pada tiap jabatan. kompensasinya adalah dampak
FGD 2 dilaksanakan untuk penyakit/gangguan kesehatan akibat
mendiskusikan pengkonversian risiko kerja kerja pada level extreme risk, high risk
dalam bentuk kompensasi financial langsung. dan medium risk. Dampak kecelakaan
Kegiatan FDG 2 yang diadakan peneliti kerja tidak dihitung nilai kompensasinya
dihadiri oleh ahli dalam bidang human karena kompensasi kecelakaan kerja
resouces management dan ahli dalam bidang bukan berupa kompensasi langsung
administrasi kesehatan. Selain dari ahli, FGD tetapi merupakan kompensasi tidak
2 juga dihadiri perwakilan Dinas Kebakaran langsung yang harus dimasukkan dalam
Surabaya dari Bagian Operasional dan juga asuransi kecelakaan kerja.
dari Bappeko bagian Bina Sarana yang 2. Pengenaan tarif perawatan pada dampak
menangani masalah anggaran. penyakit dihitung berdasarkan nilai rata-
Dari diskusi dengan pakar, penyakit rata tarif perawatan jalan pada
yang diakibatkan kerja bisa dihitung nilai klasifikasi dampak yang sama (di
rataan finansialnya. Biaya pengobatan tersebut lampiran).
bisa berupa biaya pengobatan inap atau biaya 3. Pemberian kompensasi atas risiko
pengobatan jalan. Biaya-biaya tersebut diatur diklasifikasikan berdasarkan kategori
dalam daftar tarif tiap diagnosa RS Umum dan likelihood dampak risiko yang telah
Khusus kelas C dan D. Besaran kompensasi didefinisikan sebelumnya.
risiko kesehatan yang diderita pegawai bisa 4. Kompensasi yang diberikan untuk
dengan mengkonversi besaran risiko ke dalam dampak risiko kategori likelihood almost
satuan finansial berdasarkan daftar tersebut. certain (K5), dihitung dengan rumus
Biaya kompensasi risiko gangguan kesehatan berikut :
bisa diberikan secara anual dengan asumsi-
asumsi tertentu. Untuk kasus kecelakaan kerja .......(3.3)
sebaiknya perusahaan atau organisasi memiliki
asuransi kerja apalagi untuk pekerjaan yang Asumsi :
berisiko tinggi. - Pemberian kompensasi hanya diberikan
pada dampak penyakit yang memiliki
3.7 Perhitungan Nilai Finansial Atas tarif perawatan tertinggi dan dianggap
Risiko Berdasarkan Konsep Hazard telah mewakili biaya perawatan untuk
Pay penyakit lain yang tiap kejadian
Pengkonversian risiko kerja ke dalam kebakaran.
satuan financial merupakan konsep hazard - Rata-rata kebakaran adalah 295 kejadian
pay. Hazard pay merupakan bayaran disesuaikan dengan rata-rata kejadian
tambahan untuk melakukan tugas berbahaya kebakaran antara tahun 2006 2009.
atau pekerjaan yang melibatkan penderitaan 5. Kompensasi yang diberikan untuk
fisik. Konsep hazard pay menilai dampak risiko kategori likelihood likely
ketidaknyamanan fisik ekstrim dan bahaya (K4), dihitung dengan rumus berikut :
pada pekerjaan tidak cukup diatasi dengan
perangkat pelindung. Pekerja atau pegawai ...................... (3.4)
seharusnya diberikan bayaran (kompensasi)
atas ketidaknyamanan fisik ektrim dan Asumsi :
bahaya. - Pemberian kompensasi hanya diberikan
Perhitungan hazard pay atas risiko pada dampak penyakit yang memiliki
kerja pemadam kebakaran dihitung melalui tarif perawatan tertinggi dan dianggap
pendekatan biaya perawatan yang diberikan telah mewakili biaya perawatan untuk
atas penyakit tertentu yang merupakan penyakit lain dalam waktu sebulan.
dampak risiko kerja. Biaya perawatan yang 6. Kompensasi yang diberikan untuk
digunakan acuan yaitu tarif perawatan jalan dampak risiko kategori likelihood
rumah sakit kelas C dan D sesuai standar

10
possible (K3), dihitung dengan rumus 8. Kompensasi yang diberikan untuk
berikut : dampak risiko kategori likelihood rare
(K1), dihitung dengn rumus berikut :
......................... (3.5)
.................. (3.7)
7. Kompensasi yang diberikan untuk
dampak risiko kategori likelihood Perhitungan kompensasi dilakukan
unlikely (K2), dihitung dengn rumus pada tiap jabatan. Berikut ini hasil perhitungan
berikut : besaran kompensasi atas risiko kerja pada
jabatan komandan peleton :
.................. (3.6)

Tabel 3.10 Perhitungan kompensasi atas risiko komandan peleton


No Koefisien Kompensasi
Penyakit/Gangguan Kesehatan yang Dialami Likelihood Kompensasi
Penyakit pengali Total
Gangguan pernafasan kronis : iritasi pada hidung dan
tenggorokan, flu, batuk, syaraf pembau terganggu, batuk
1 berdahak, radang saluran pernafasan, dada terasa 5 6.146 Rp 65,457
sakit/nyeri sementara, pernafasan tersengal-sengal
Sakit kepala, pusing, gangguan konsentrasi, gangguan tidur
3 5 6.146 Rp 69,620
(insomnia)
Rp 448,271
4 Iritasi pada kulit, gatal-gatal pada kulit 5 6.146 Rp 62,061
5 Kelelahan, tegang pada otot dan badan terasa lemah 5 6.146 Rp 72,939
6 Iritasi pada mata, sakit pada mata 5 6.146 Rp 62,061
Gangguan pencernaan : mual, muntah, gangguan
7 5 6.146 Rp 69,233
metabolisme
11 Demam, peningkatan suhu badan 5 6.146 Rp 62,061
8 Nafsu makan berkurang, berat badan menurun 4 1.000 Rp 72,728 Rp 72,728
Gangguan pernafasan akut : sesak nafas, batuk parah
(menahun), kerusakan permanen syaraf pembau,
2 3 0.167 Rp 72,540 Rp 12,090
pendarahan pada saluran pernafasan,batuk darah, infeksi
dan peradangan pada paru-paru, bronkitis
10 Gangguan pada jantung 3 0.167 Rp 110,752 Rp 18,459
TOTAL KOMPENSASI ATAS RISIKO/BULAN Rp 551,547

bulan Oktober 2010 dan diasumsikan tidak


3.8 Perhitungan Beban Kompensasi mengalami perubahan. Kemuidan, beban
Atas Risiko Bagi Pemerintah Kota anggaran Pemerintah Kota atas kompensasi
Setelah melakukan perhitungan risiko kerja dihitung selama 5 tahun dengan
kompensasi finansial langsung atas risiko asumsi tingkat inflasi sama tiap tahun yaitu
kerja, dilakukan perhitungan beban anggaran 7%. Berikut tabel 3.11 menunjukkan total
bagi Pemerintah Kota Surabaya. Perhitungan biaya kompensasi atas risiko di Dinas
ini digunakan sebagai acuan Pemerintah Kota Kebakaran Kota Surabaya hingga 5 tahun ke
untuk membuat kebijakan dalam pemberian depan :
kompensasi khususnya bagi pekerjaan berisiko
tinggi seperti Dinas Kebakaran. Data personel
pemadam kebakaran menggunakan data pada

Tabel 3.11 Perhitungan beban kompensasi atas risiko pegawai pemadam kebakaran
Jumlah Kompensasi atas Beban anggaran (bunga 7%)
No Jabatan
personil risiko (Rp) 2011 2012 2013 2014 2015
1 Komandan Peleton 24 Rp 551,547 Rp 13,237,133 Rp 14,163,732 Rp 15,155,193 Rp 16,216,057 Rp 17,351,181
2 Komandan Regu 60 Rp 551,547 Rp 33,092,832 Rp 35,409,330 Rp 37,887,983 Rp 40,540,142 Rp 43,377,952
Anggota Pasukan
3 162 Rp 551,547 Rp 89,350,646 Rp 95,605,191 Rp 102,297,555 Rp 109,458,383 Rp 117,120,470
Juru Padam
4 Juru Mudi 60 Rp 536,593 Rp 32,195,589 Rp 34,449,280 Rp 36,860,730 Rp 39,440,981 Rp 42,201,850
5 Staff Operasional 50 Rp 514,458 Rp 25,722,877 Rp 27,523,478 Rp 29,450,121 Rp 31,511,630 Rp 33,717,444
Beban biaya kompensasi atas risiko/tahun Rp 193,599,076 Rp 207,151,012 Rp 221,651,582 Rp 237,167,193 Rp 253,768,897

11
4. Analisis dan Interpretasi Data Paparan potential hazard diakibatkan
4.1 Analisis Proses Bisnis Kegiatan dari lingkungan kerja yang berpotensi
Pemadaman Kebakaran menimbulkan bahaya (potential hazard).
Identifikasi proses bisnis dilakukan Bahaya pada lingkungan kerja pemadam
untuk menggambarkan aktivitas atau proses kebakaran tidak bisa diketahui dengan pasti.
pekerjaan pemadam kebakaran. Penggambaran Langkah yang bisa dilakukan adalah
tersebut digunakan untuk mengidentifikasi memprediksi adanya potential hazard.
paparan potential hazard pekerjaan pada tiap Potential hazard yang bisa terpapar pada
unit atau jabatan. Dari penggambaran proses pegawai pemadam kebakaran bisa berupa
bisnis pada lampiran, kegiatan pemadaman physical hazard, chemical hazard, electrical
kebakaran melibatkan petugas piket dan hazard, mechanical hazard dan biological
pemadam kebakaran yang berada di UPTD hazard.
dan Pos pembantu. Dalam kondisi kebakaran Penilaian paparan potential hazard
besar, kegiatan pemadaman kebakaran juga dilakukan di tiap klasifikasi kebakaran.
dibantu oleh staf operasional. Proses bisnis Penilaian menggunakan skala likert (1-5) yang
kegiatan kebakaran meliputi aktivitas-aktivitas menunjukkan tingkat paparan potential
prosedural dalam memadamkan kebakaran. hazard. Penilaian ini dilakukan oleh ahli
Aktivitas prosedural tersebut bisa (kepala bagian operasional Dinas Kebakaran)
menunjukkan potensi bahaya yang bisa pada kuesioner penilaian. Hasil penilaian pada
dialami dari aktivitas tersebut melalui job pada tiap klasifikasi kebakaran tersebut
analysis. dikalikan proporsi kejadian pada klasifikasi
tersebut. Hasil kali tersebut kemudian
4.2 Analisis Penilaian Risiko Kerja diakumulasikan menjadi nilai paparan
Pemadam Kebakaran potential hazard tersebut.
Tahapan penilaian risiko kerja dimulai Nilai paparan potential hazard yang
dengan membangun konteks risiko yang akan dihasilkan dari proses perhitungan tersebut
diteliti. Konteks ini merupakan batasan dalam dijadikan poin atas dampak yang dihasilkan
mengidentifikasi risiko. Konteks pertama, dari potential hazard tersebut. Poin dampak di
paparan potential hazard yang sini bukan menunjukkan nilai keparahan dari
diidentifikasikan berupa risiko fisik murni. dampak ataupun tingkat keseringan dari
Konteks ini perlu dibangun guna menghindari dampak tersebut. Poin tersebut hanya dipakai
perbedaan persepsi terhadap risiko yang untuk men-generate dampak gabungan.
dibahas. Konteks risiko fisik murni merupakan Dampak yang memiliki kesamaan atau
risiko yang bukan hanya ditimbulkan faktor kemiripan jenis penyakit digabungkan menjadi
internal pekerja atau lebih karena lingkungan satu dan poinnya diakumulasikan. Dampak-
kerja fisik. Dengan demikian, bisa dijadikan dampak gabungan tersebut diurutkan
acuan pemberian kompensasi. Konteks kedua, berdasarkan poin gabungan. Dampak yang
dampak yang dihasilkan paparan potential memiliki poin gabungan tertinggi dijadikan
hazard diklasifikasikan menjadi dua yaitu input dampak risiko yang akan dinilai dalam
berupa penyakit/gangguan kesehatan akibat kuesioner penilaian risiko.
kerja dan dampak kecelakaan kerja.Konteks Penilaian dampak risiko dilakukan
kedua ini menunjukkan bahwa dampak yang dengan mengalikan consequence dengan
ditimbulkan karena akumulasi paparan likelihood. Dari kategori consequence dan
potential hazard atau dampak yang likelihood dihasilkan pemetaan risiko. Dari
diakibatkan karena kecelakaan. Akumulasi intepretasi pemetaan risiko di atas, dapat
paparan potential hazard, misalkan menghirup disimpulkan bahwa pekerjaan pemadam
asap dalam kadar tertentu akan mengakibatkan kebakaran dengan jabatan anggota pasukan
gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan juru padam memiliki tingkat risiko tertinggi.
tersebut bisa diduga atau diperkirakan Meskipun demikian, risiko yang dihadapi oleh
sebelumnya. Sedangkan dalam konteks anggota pasukan juru padam dengan
kecelakaan kerja, dampak yang terjadi komandan peleton, komandan regu tidaklah
bukanlah hasil akumulasi paparan potential jauh berbeda. Sedangkan untuk jabatan juru
hazard akan tetapi bersifat insidentil atau tidak mudi memiliki tingkat risiko yang lebih
terduga. rendah dan disusul staf operasional dengan
tingkat risiko terendah.

12
Peta risiko biasanya digunakan anggaran sebesar Rp. 122.399.076,- dari
sebagai dasar melakukan mitigasi. Karena anggaran sebelumnya yang untuk alokasi yang
penelitian ini bertujuan untuk menentukan sama sebesar Rp.71.200.000,-.
kompensasi maka peta risiko digunakan untuk
menentukan jenis risiko yang dikompensasi. 5. Kesimpulan dan Saran
Kebijakan pemberian kompensasi finansial 5.1 Kesimpulan
diberikan untuk extreme risk dan high risk dan Dari penelitian yang telah dilakukan,
medium risk sedangkan untuk low risk tidak maka kesimpulan yang dapat ditarik sesuai
dikompensasi. dengan tujuan penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Paparan risiko pekerjaan pemadam
4.3 Analisis Konversi Nilai Risiko ke kebakaran berupa potential hazard yang
Dalam Ukuran Finansial meliputi kebisingan, heat stress, gas dan
Besaran finansial yang dihasilkan partikel berbahaya pada udara (CO, NO2,
ternyata jauh lebih besar daripada kopensasi H2S, PCB, Silica bebas, Pb, ZnCl dan lain-
saat ini yang diberikan atas faktor tuntutan lain), aliran arus listrik, getaran pada mobil
fisik dan lingkungan kerja. Perbedaan yang dan scroll selang, bakteri dan parasit.
cukup tinggi tersebut dikarenakan mekanisme Potensi risiko kecelakaan meliputi jatuh,
perhitungan yang memang sangat berbeda. kejatuhan material, tersulut api, tersengat
Perhitungan yang dilakukan pada penelitian ini listrik, tergores atau tertusuk benda tajam
mengacu pada besaran perawatan jalan yang dan kecelakaan di perjalanan.
diberikan atas munculnya dampak penyakit 2. Dampak risiko pekerjaan pemadam bisa
yang muncul sesuai tingkat keseringannya. Di berupa dampak penyakit/gangguan
sisi lain, perhitungan existing didasarkan pada kesehatan akibat kerja dan dampak
klasifikasi yang sifatnya umum. Keunggulan kecelakaan kerja.
metode perhitungan yang digunakan dalam 3. Hasil penilaian dampak risiko
penelitian ini adalah ketelitian perhitungan penyakit/gangguan kesehatan pada jabatan
yang didasarkan pada dampak risiko yang komandan peleton, komandan regu dan
dialami oleh pegawai. Dengan ketentuan anggota pasukan juru padam memiliki nilai
tersebut maka jabatan yang memiliki sama. Jabatan juru mudi memiliki nilai
perbedaan dampak risiko akan mendapatkan dampak risiko penyakit/gangguan
perbedaan nilai kompensasi. Dengan kesehatan yang lebih rendah dan disusul
demikian, pasti akan terjadi margin pada tiap jabatan staf operasional. Hasil penilaian
jabatan yang berbeda dampak risikonya. dampak risiko kecelakaan kerja
menunjukkan jabatan anggota pasukan juru
4.4 Analisis Beban Kompensasi Atas padam memiliki nilai tertinggi disusul
Resiko Bagi Anggaran Pemerintah jabatan komandan peleton dan komandan
Kota Surabaya regu dengan nilai yang sama, selanjutnya
Dengan perubahan nilai kompensasi juru mudi dan staf operasional.
atas risiko kerja maka akan mengubah beban 4. Kompensasi finansial langsung diberikan
anggaran bagi Pemerintah Kota Surabaya. untuk dampak risiko penyakit/gangguan
Setelah dilakukan perhitungan, nilai kesehatan sedangkan dampak risiko
kompensasi atas risiko kerja yang dihitung kecelakaan kerja dikompensasi dengan
lebih tinggi daripada nilai kompensasi atas asuransi atau Jamsostek. Hasil perhitungan
risiko kerja existing. Perbedaan yang terjadi kompensasi langsung atas tiap jabatan
cukup besar sehingga jika model perhitungan pemadam kebakaran adalah ; komandan
kompensasi atas risiko ini diberlakukan akan peleton, komandan regu dan anggota
menambah beban anggaran Pemerintah Kota pasukan juru padam memiliki nilai
Surabaya. Besaran beban anggaran yang kompensasi yang sama yaitu Rp551.547,-,
terjadi pada lima tahun ke depan telah dihitung juru mudi memiliki nilai kompensasi Rp.
pada tabel 4.39 dengan asumsi tidak ada 536.593,- dan staf operasional memiliki
perubahan organisasi dan nilai bunga tetap nilai kompensasi Rp. 514.458,-.
yaitu 7%. Jika skenario perhitungan 5. Besar beban biaya kompensasi atas risiko
kompensasi atas risko kerja ini diaplikasikan pegawai pemadam kebakaran selama lima
di Dinas Kebakaran maka Pemerintah Kota tahun ke depan dengan asumsi tidak ada
Surabaya pada tahun 2011 harus menambah perubahan organisasi dan bunga 7% adalah

13
Rp. 193.599.076 (tahun 2011), Rp. http://www.freewebs.com/penyakitakibatkerja/
207.151.012,- (tahun 2012), Rp. penyakitakibatkerja.htm. Diakses pada 12
221.651.582,- (tahun 2013), Januari 2011.
Rp.237.167.193,- (tahun 2014), dan Rp. http://www.ina-drg-rr.net/pola_pikir.html.
253.768.897,- (tahun 2015). Diakses pada 12 Januari 2011.
Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum
5.2 Saran RI No 11 tahun 2000 tentang Ketentuan
Berikut ini adalah saran dan Teknis Manajemen Penanggulangan
rekomendasi : Kebakaran di Perkotaan.
1. Dinas Kebakaran Kota Surabaya sebaiknya Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum
memiliki data kesehatan pegawai pemadam Republik Indonesia RI No 10 tahun 2000
kebakaran. Data tersebut digunakan sebagai tentang Ketentuan Teknis Pengamanan
dasar penilaian risiko untuk tahun Terhadap Bahaya Kebakaran pada
berikutnya sehingga penilaian yang Bangunan Gedung dan Lingkungan.
dilakukan lebih tepat. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No 186
2. Dinas Kebakaran Kota Surabaya sebaiknya tahun 1999 tentang Unit Penanggulangan
melindungi pegawainya dengan jaminan Kebakaran di Tempat Kerja.
sosial tenaga kerja atau asuransi sejenis Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993
yang bisa mengcover pegawai jika terjadi tertanggal 27 Februari 1993 tentang
kecelakaan kerja yang tidak diinginkan. Penyakit yang timbul karena hubungan
3. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya kerja.
melakukan benchmark antar metode Krueger, R.A. 1988. Focus Group A Practical
pemeberian kompensasi atas risiko Guide for Applied Research. Sage
sehingga bisa diketahui keunggulan dan Publications : London.
kelemahan anatar metode pemberian Mangkunegara, A.A.A.P. 2005. Evaluasi
kompensasi. Kinerja SDM. Refika Aditama : Bandung.
4. Perlu dilakukan kajian lebih mendalam Muslich, M. 2007. Manajemen Risiko
tentang pengkonversian risiko pekerjaan ke Operasional, Teori & Praktik. Bumi
dalam kompensasi finansial langsung. Aksara : Jakarta.
Pedoman Pelaksanaan Evaluasi Jabatan dalam
6. Daftar Pustaka Rangka Penyusunan Struktur Gaji
Council. 2006. Risk Management Standard Pegawai Negeri Berbasis Kinerja dan
AS/NZS4360:2004. Council of Standards Sistem Merit, Kementerian Negara
Australia and Council of Standards New Pendayagunaan Aparatur Negara 2007.
Zaeland : Australia. Peraturan Daerah Kota Surabaya No 7 tahun
2009 tentang Bangunan.
Dix A, Errington M, Nicholson K, Powe R. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 16 tahun
1996. Law for the medical profession in 2009 tentang Standar Kualifikasi Aparatur
Australia. 2nd ed. Butterworth-Heinemann Pemadam Kebakaran di Daerah.
: Australia. Peraturan Menteri Dalam Negeri No 62 tahun
Djohanputro, B. 2006. Manajemen Risiko 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal
Korporat Terintegrasi. PPM : Jakarta. Bidang Pemerintahan Dalam Negeri di
Hamzah, Ilham dan Lenni C.A. 2008. Aplikasi Kabupaten/Kota.
Manajemen Risiko AS/NZS 4360:2004 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 20
pada PT. Raharja Sinergi Komunikasi. tahun 2009 tentang Pedoman Teknis
Laporan Kerja Praktik Jurusan Teknik Manajemen Proteksi Kebakaran di
Industri ITS Surabaya. Perkotaan.
Hanafi, M. M. 2009. Manajemen Risiko Edisi Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 25
Kedua. UPP STIM YKPN : Yogyakarta. tahun 2008 tentang Pedoman Teknis
Harper, D. 2004. Introduction to Value at Penyusunan Rencana Induk Sistem
Risk (VaR). Investopedia : London. Proteksi Kebakaran.
http://www.freewebs.com/penyakitakibatkerja/ Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
kompensasi.htm. Diakses pada 12 Januari Transmigrasi No Per-01/MEN/1981
2011. tertanggal 4 April 1981 tentang Kewajiban
melaporkan penyakit akibat kerja.

14
Peraturan Pemerintah No 14 tahun 1993
tentang Penyelenggaraan Program
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2005
tentang Perubahan keempat atas Peraturan
Pemerintah No 14 tahun 1993 tentang
Penyelenggaraan Program Jamsostek.
Peraturan Walikota Surabaya No 73 Tahun
2008 tentang Organisasi Unit Pelaksana
Teknis Dinas Pemadam Kebakaran
Surabaya I, Surabaya II, Surabaya III,
Surabaya IV dan Surabaya V pada Dinas
Kebakaran Kota Surabaya.
Peraturan Walikota Surabaya No 91 tahun
2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi
Dinas Kota Surabaya.
Schuler, R.S. dan Susan E.J. 1996.
Manajemen Sumber Daya Manusia :
Menghadapi Abad ke-21/Edisi 6/Jilid 2.
Erlangga : Jakarta.
Sherman, Bohlander dan Chruden. 1988.
Managing Human Resources Eight
Edition. South-Western : Ohio.
Standards Australia International Ltd. 2006.
Risk Management Guidelines
Companion to AS/NZS4360: 2004.
Australia.
Undang-Undang RI No 3 tahun 1992 tentang
Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Windarko, Aris. 2008. Evaluasi Risiko
Kegagalan Proses Produksi Pelumas
untuk Peningkatan Kualitas dengan
Pendekatan Risk Management. Laporan
Skripsi Jurusan Teknik Industri ITS
Surabaya.

15

The author has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate.

Anda mungkin juga menyukai