Hasna Muftiyah
:
:
:
:
:
:
: :
1
:
:
Dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pada hari raya 'Iedul Adlha atau Fitri keluar menuju tempat
shalat, beliau melewati para wanita seraya bersabda: "Wahai para
wanita! Hendaklah kalian bersedekah, sebab diperlihatkan kepadaku
bahwa kalian adalah yang paling banyak menghuni neraka." Kami
bertanya, "Apa sebabnya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Kalian
banyak melaknat dan banyak mengingkari pemberian suami. Dan aku
tidak melihat ada wanita-wanita yang kurang akal dan agamanya yang
lebih dapat menghilangkan akal sehat seorang laki-laki yang teguh
daripada salah seorang dari kalian." Kami bertanya lagi, "Wahai
Rasulullah, apa tanda dari kurangnya akal dan lemahnya agama?"
Beliau menjawab: "Bukankah persaksian seorang wanita setengah dari
persaksian laki-laki?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata lagi: "Itulah
kekurangan akalnya. Dan bukankah seorang wanita bila dia sedang
haid dia tidak shalat dan puasa?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata:
"Itulah kekurangan agamanya."1
1 H.R. Bukhari kitab al-haidh, bab tarku al-haidh al-shaum no. 304; no.
1462. Diriwayatkan pula oleh Muslim no. 132, Abu Daud no. 4678, Tirmidzi
n. 2613, Ibnu Majah no. 4003.
2
-
:
:
Dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma bahwa dia mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Setiap kalian
adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung
jawaban atas yang dipimpinnya. Imam (kepala Negara) adalah
pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya.
Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah
pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta
pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang
pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan
diminta pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya
tersebut".3
: -
3 H.R. Bukhari kitab fi al-istiqradh wa adaau al-duyun wa al-hajar wa al-
taflis, bab al-abdu rain fi mali sayyidihi wa la yamalu illa bi idznihi no.
2049; no. 893; no. 2554; no. 2558; no. 2751; no. 5188; no. 5200; no. 7138.
Diriwayatkan pula oleh Muslim no. 20, Abu Daud no. 2928, Tirmidzi no.
1705.
3
:
:
:
:
:
:
Dari Abu Dzar R.A ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallawlaahu
alaihi wasallam, Kalau salah seorang dari kalian mengerjakan shalat,
hendaknya dia meletakkan di depannya, sesuatu yang bisa jadi
penghalang seperti tongkat kendali unta. Kalau tidak punya tongkat
kendali itu, maka sesungguhnya keledai, wanita, dan anjing hitam bisa
4 H.R. Bukhari kitab al-fitan, bab al-fitnah al-lati tamuju kamauju al-bahr,
no. 7099; no. 4425. Diriwayatkan pula oleh Tirmidzi no. 2262, an-Nasai
no. 5904.
4
memutus sahnya shalatnya.. Aku bertanya, Wahai Abu Dzar kenapa
hanya anjing hitam, bagaimana dengan anjing kuning, dan anjing
merah? Dia menjawab, Wahai anak saudaraku aku juga bertanya
kepada Rasulullah seperti pertanyaanmu kepadaku, beliau menjawab,
Sesungguhnya anjing hitam itu setan.5
:
( :
)
Dari Abu Hurairah R.A ia berkata: Telah bersabda Rasulullah
Shallawlaahu alaihi wasallam: Wanita, keledai, dan anjing (kalau
lewat dihadapan orang shalat, penj) bisa memutus shalat. Sebagai
upaya pencegahan hendaknya diletakkan tongkat kendali binatang
tunggangan.6
Reinterpretasi/Sanggahan
6 Shahih Muslim, 4/228-229 dan Sunan Abi Dawud hadis nomor. 710-714.
5
(maksiat yang tidak sampai kufur pindah agama) dipindahkan ke dalam
surga, maka jadilah penghuni surga pun kebanyakannya wanita (Fath al-
Bari kitab bad`il-khalq bab ma ja`a fi shifatil-jannah wa annaha
makhluqah).
Kedua, penegasan kebanyakan penghuni neraka wanita hanya sebatas
peringatan dini saja untuk kaum wanita agar lebih berhati-hati. Sebab
pada riwayat lain, Nabi saw juga menyatakan bahwa kebanyakan
penghuni surga adalah orang-orang miskin. Tentu ini tidak berarti bahwa
Nabi saw merendahkan orang-orang kaya yang banyak ke neraka,
melainkan sebatas peringatan dini kepada orang kaya agar mereka tidak
terlena dengan kekayaannya. Menurut Imam al-Qurthubi, Nabi saw
menyatakan bahwa kebanyakan penghuni neraka wanita merupakan
peringatan dini yang sesuai dengan fakta yang ada. Yakni bahwa kaum
wanita secara umum mudah terlena dengan dunia dan sangat emosional
sehingga mudah sekali tersinggung dalam urusan dunia dan harta (at-
Tadzkirah 1: 369). Artinya, tidak jauh beda dengan orang kaya yang
rentan dengan sikap angkuh, sombong, dan pelit untuk shadaqah. Walau
tentunya bukan berarti kedua-duanya; wanita dan orang kaya,
direndahkan oleh Islam, dipandang sebelah mata oleh Allah swt. Tidak
sama sekali.
Ketiga, hadits di atas menyebutkan sifat yang menjadi penyebab
masuk neraka. berarti yang harus diperhatikan sifatnya itu sendiri, bukan
jenis kelaminnya. Ini diperkuat oleh riwayat lain yang menitikberatkan
pada sifat wanita yang menjadi penyebab masuk nerakanya, bukan jenis
kelaminnya. Seperti dalam hadits yang artinya:
Kebanyakan penghuni neraka yang aku lihat adalah wanita yang jika
diberi amanah untuk dijaga, mereka membocorkannya; jika diminta,
mereka bakhil; jika mereka minta, mereka memaksa; dan jika mereka
diberi, tidak pandai bersyukur. (Fathul-Bari abwabil-kusuf bab shalatil-
kusuf jamaatan)
Dengan kata lain, maksud hadits perempuan banyak menghuni
neraka itu adalah: Penghuni neraka dari kalangan perempuan
kebanyakannya yang kufur pada kebaikan suaminya. Jadi titik tekannya
bukan pada perempuannya, tetapi pada sifat kufur terhadap kebaikan
suaminya. Dalam hal ini, maka berlaku juga kebalikannya. Seorang lelaki,
jika ia memang mempunyai sifat yang akan menjadi penyebab ia masuk
neraka, maka ia akan masuk neraka. Walau disebut lelakinya, bukan
berarti merendahkan jenis kelaminnya, karena hadits hanya menyatakan
sifatnya: Siapa yang memiliki dua istri, tetapi ia lebih cenderung kepada
salah satunya, maka pada hari kiamat nanti ia akan datang dengan
sebelah badan yang condong (Sunan Abi Dawud kitab an-nikah bab fil-
qism bainan-nisa` no. 2135; Sunan an-Nasa`i kitab isyratin-nisa` bab
mailer-rajul ila badli nisa`ihi duna badlin no. 3942; Sunan Ibn Majah kitab
an-nikah bab al-qismah bainan-nisa` no. 1969. Hadits shahih).
Hadits tersebut jika dikaitkan dengan firman Allah swt dalam QS.
An-Nisa` [4]: 129, dapat diketahui bahwa jumlah lelaki yang tidak adil
kepada istri-istrinya lebih banyak daripada yang adil. Tetapi tidak berarti
bahwa status lelakinya kemudian menjadi rendah, atau juga lelaki yang
bersitri lebih dari satu harus dipandang secara misoginis (dinilai rendah
dan negatif). Tidak sama sekali.
Adapun yang dimaksud dengan kekurangan akal adalah persaksian
dua orang wanita sama dengan persaksian satu orang laki-laki. Firman
6
Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 282, supaya jika seorang lupa, maka
seorang lagi mengingatkannya.
Maksud dari ayat tersebut adalah, seandainya salah seorang dari
kedua wanita yang menjadi saksi itu khilaf atau lupa pada beberapa
kesaksian- maka yang lain dapat mengingatkannya. Bahwa wanita
terkadang lupa, itu adalah kodratnya. Orang perempun, dalam
menghadapi suatu masalah, lebih banyak bertumpu pada perasaannya
daripada berfikir secara rasional. Wanita terkadang lupa atas kejadian-
kejadian yang bukan persoalannya atau keluarganya. Itu bisa terjadi,
sebab, sesuai degan pembawaannya, wanita lebih banyak mencurahkan
perhatiannya pada anak yang sedang ia susui, yang sedang sakit, yang
bepergian jauh, atau tentang rumah tangganya. Hal-hal tersebut lebih
menyibukkan dirinya disbanding dengan persoalan yang dihadapi orang
lain.
Adapun kenapa Nabi SAW. menyifati kaum wanita dengan
kekurangan agama? Karena mereka tidak shalat dan puasa pada waktu
haidh. Dalam hal ini tidak ada kerancuan dalam maknanya dan ini sudah
jelas. Karena agama, iman dan Islam tergabung dalam satu makna. Yaitu
dimana ketaatan disebutkan juga dengan iman dan Islam. Maka dengan
hal ini dapat disimpulkan bahwa barangsiapa yang memperbanyak
ibadahnya, maka bertambahlah iman dan agamanya. Namun barangsiapa
yang kurang dalam beribadah, maka berkurang pula agamanya, dan ini
terkadang dapat membuatnya terjerumus dalam suatu dosa, seperti
meninggalkan shalat, puasa atau ibadah-ibadah wajib lainnya tanpa
adanya udzur.
7
dengan memberinya sifat khusus berupa cepat emosi dan berlebihan.
Karena itu seorang laki-laki hendaklah sabar menghadapinya dengan
pemaaf. Perlu pula diketahui bahwa sifat ini merupakan salah satu ciri
atau keistimewaan wanita yang bisa saja mempunyai pengaruh yang baik
sehingga wanita mampu melaksanakan fungsinya yang utama, seperti
mengandung, menyusukan, dan memelihara anak. Bagaimanapun, tugas
itu membutuhkan perasaan yang halus dan rasa sensitivitas yang tinggi.
Dan ini adalah suatu fitrah yang mengagumkan, yaitu salah satunya
untuk saling melengkapi dan untuk keharmonisan antara sifat khusus
yang dimiliki perempuan dengan sikap laki-laki. Maka mestilah kaum yang
menganggap hadits ini misogini, mereka menyadari, bahwa
sesungguhnya justru hal ini adalah suatu keistimewaan yang nyata bagi
perempuan.
8
negara. Ulama yang memahami secara tekstual, maka perempuan
dilarang menjadi pemimpin dan ini adalah pendapat jumhur ulama.
Sedangkan ulama yang memahami secara kontekstual dengan melihat
latar belakang Nabi bersabda demikian dan kondisi masyarakat pada saat
itu, maka zaman sekarang ini, tidak mengapa jika perempuan menjadi
pemimpin selama ia mempunyai kapabilitas dan kemampuan yang tidak
kalah dengan laki-laki untuk menangani masalah publik dan masyarakat
mau menerima perempuan tersebut sebagai pemimpin atau kepala
negara. Akan tetapi, perempuan harus lebih mengutamakan perannya
sebagai pemimpin dalam rumah tangga suaminya sebelum terjun ke
dalam dunia politik.
9
Argumentasi yang paling rajih, dari argumentasi jumhur ulama
penilaian secara mayoritas mengakui kebenaran interpretasi Aisyah, dan
penolakannya terhadap hadis Abu Dzar dan Abu Hurairah. Diantara
mereka adalah al Hafizh Ibnu Hajar, Ibnu Rajab, an Nawawi, Ibnu Abdil Bar
dan al Zarkasyi ataupun para Ulama kontemporer seperti Syeikh bin Baz,
Utsaimin, mereka menolak hadis Abu Dzar dan Abu Hurairah.
Esensi ataupun urgensi yang didapat, berdasarkan hal ini dapat
diambil kesimpulan bahwa membuat sutrah shalat atau shalat dengan
menghadap sutrah merupakan suatu kewajiban dalam pelaksanaan shalat.
Sutrah ketika masa Nabi bisa dengan menggunakan tembok, tiang, ujung
tombak, pelana kuda atau unta. Sutrah di ruang terbuka bisa dengan
menggunakan ujung tombak atau pelana kuda atau unta.
Daftar Pustaka
Abu Syuqqah, Abdul Halim. 1999. Kebebasan Wanita. Jakarta: Gema Insani
Press.
10
Muslimah Kaffah. 2012. Serangan Riffat Terhadap Hadits Tentang
Perempuan. Diunduh dari
http://artikelmuslimah.wordpress.com/2012/02/13/serangan-riffat-
terhadap-hadits-tentang-perempuan-bagian-pertama/ pada hari
Rabu, 01 Oktober 2014.
11