Anda di halaman 1dari 11

Hadits-Hadits yang Dinilai Misoginis

Hasna Muftiyah

Secara terminologi kata miso memiliki arti benci. Adapun kata


misogin adalah benci akan perempuan/membenci perempuan. Di
dalam kamus ilmiah popular disebutkan, kata misogini berarti: perasaan
benci akan perempuan. Istilah misoginis ini dirumuskan oleh kaum laki-
laki. Sedangkan maksud dari istilah Hadits Misogini, dalam Wikipedia
bahasa Indonesia Ensiklopedia bebas, adalah adanya
keberadaan hadits tertentu yang disinyalir bernuansa membenci
kaum perempuan. Dan bahayanya, di kalangan para pengkaji persoalan
gender, pemahaman ini telah mewabah dan diyakini oleh mereka sebagai
suatu kebenaran. Terlebih bagi kaum feminis (penganut faham feminisme;
bahwa perempuan harus setara dengan laki-laki dalam semua aspek
kehidupan, termasuk rumah tangga), ajaran Islam dinilai banyak
memandang rendah kaum perempuan (misogini). Mereka menjadikan hal
ini sebagai suatu wacana utama yang wajib mereka tuntaskan karena
dirasa telah mencederai harga diri serta menjatuhkan derajat kaum
perempuan di mata sosial.

Pemahaman hadits misogini ini, tidak hanya dipercayai oleh kaum


feminis saja, melainkan banyak pula pihak-pihak tertentu yang lain yang
sangat menyalahkan Islam dalam hal ini, karena menganggap Rasulullah
SAW. membenci dan merendahkan perempuan lewat hadits-hadits yang
bersumber darinya. Sehingga banyak kelompok yang menuntut kepada
agama Islam untuk meniadakan atau menghapuskan hadits-hadits
tertentu yang disinyalir bernuansa misoginis dengan cara mengkritik
hadits tersebut dan mengingkarinya. Di antaranya adalah kaum sekuler
dan orientalis yang menjadikan hadits-hadits tentang perempuan ini
sebagai objek yang paling banyak dicecar. Mereka menuduhnya berisi
penghinaan terhadap perempuan atau menganggap hukum-hukumnya
tidak lagi relevan dalam konteks modern. Di antara hadits-hadits yang
dinilai misoginis ialah:

1. Perempuan adalah mayoritas penghuni neraka disebabkan


banyak melaknat dan mengingkari kebaikan suaminya dan
bahwa mereka adalah makhluk yang kurang agama dan akal


:


:

:

:

:

:
: :

1


:








:

Dari Abu Sa'id Al Khudri ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam pada hari raya 'Iedul Adlha atau Fitri keluar menuju tempat
shalat, beliau melewati para wanita seraya bersabda: "Wahai para
wanita! Hendaklah kalian bersedekah, sebab diperlihatkan kepadaku
bahwa kalian adalah yang paling banyak menghuni neraka." Kami
bertanya, "Apa sebabnya wahai Rasulullah?" beliau menjawab: "Kalian
banyak melaknat dan banyak mengingkari pemberian suami. Dan aku
tidak melihat ada wanita-wanita yang kurang akal dan agamanya yang
lebih dapat menghilangkan akal sehat seorang laki-laki yang teguh
daripada salah seorang dari kalian." Kami bertanya lagi, "Wahai
Rasulullah, apa tanda dari kurangnya akal dan lemahnya agama?"
Beliau menjawab: "Bukankah persaksian seorang wanita setengah dari
persaksian laki-laki?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata lagi: "Itulah
kekurangan akalnya. Dan bukankah seorang wanita bila dia sedang
haid dia tidak shalat dan puasa?" Kami jawab, "Benar." Beliau berkata:
"Itulah kekurangan agamanya."1

2. Penciptaan perempuan adalah dari tulang rusuk laki-laki












Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata, Rasulullah shallallahu


'alaihi wasallam bersabda: "Nasehatilah para wanita karena wanita
diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok
dari tulang rusuk adalah pangkalnya, jika kamu mencoba untuk
meluruskannya maka dia akan patah namun bila kamu biarkan maka
dia akan tetap bengkok. Untuk itu nasehatilah para wanita". 2

3. Dalam hal kepemimpinan, tugas kepemimpinan lelaki lebih


istimewa dan memiliki derajat/tingkat yang lebih tinggi
daripada perempuan

1 H.R. Bukhari kitab al-haidh, bab tarku al-haidh al-shaum no. 304; no.
1462. Diriwayatkan pula oleh Muslim no. 132, Abu Daud no. 4678, Tirmidzi
n. 2613, Ibnu Majah no. 4003.

2 H.R. Bukhari kitab ahadits al-anbiya, bab khalqu Adam shalawatullah


alaih wa dzurriyatih, no. 3331. Diriwayatkan pula oleh Muslim, no. 60, an-
Nasai no. 9095; no. 9124, Ibnu Majah no. 1851.

2
-


:
:






Dari 'Abdullah bin 'Umar radliallahu 'anhuma bahwa dia mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Setiap kalian
adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung
jawaban atas yang dipimpinnya. Imam (kepala Negara) adalah
pemimpin yang akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya.
Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta
pertanggung jawaban atas keluarganya. Seorang isteri adalah
pemimpin di dalam urusan rumah tangga suaminya dan akan diminta
pertanggung jawaban atas urusan rumah tangga tersebut. Seorang
pembantu adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dan akan
diminta pertanggung jawaban atas urusan tanggung jawabnya
tersebut".3

Matan hadits di atas menempatkan wanita laksana pembantu


bagi rumah pria. Berarti yang berhak memiliki rumah hanya suami.
Adapun wanita hanyalah pembantu bagi rumah para suami. Meskipun
dalam redaksi awal cukup memberikan keseimbangan gender dalam
hal ihwal kepemimpinan, namun di redaksi selanjutnya perempuan
kembali menjadi subordinat karena menempatkan perempuan hanya
dalam urusan keluarga. Dimana peran lelaki dalam rumah tangga
tidak disebutkan dalam matan tersebut. Padahal urusan rumah tangga
dan anak-anak adalah tanggung jawab penuh keduanya baik suami
maupun istri.



: -






3 H.R. Bukhari kitab fi al-istiqradh wa adaau al-duyun wa al-hajar wa al-
taflis, bab al-abdu rain fi mali sayyidihi wa la yamalu illa bi idznihi no.
2049; no. 893; no. 2554; no. 2558; no. 2751; no. 5188; no. 5200; no. 7138.
Diriwayatkan pula oleh Muslim no. 20, Abu Daud no. 2928, Tirmidzi no.
1705.

3



:






Dari Abu Bakrah mengatakan; Dikala berlangsung hari-hari perang


jamal, aku telah memperoleh pelajaran dari pesan baginda Nabi,
tepatnya ketika beliau Shallallahu 'alaihi wasallam tahu kerajaan Persia
mengangkat anak perempuan Kisra sebagai raja, beliau langsung
bersabda: "Tak akan baik keadaan sebuah kaum yang mengangkat
wanita sebagai pemimpin urusan mereka." 4

Matan hadis di atas dinilai pula bernuansa misogini karena


perempuan menjadi penyebab utama ketidakberjayaan suatu kaum.
Mereka beranggapan bahwa seharusnya kepemimpinan itu ditekankan
pada kapabilitas dan kualitasnya, bukan malah ditinjau dari sisi jenis
kelaminnya. Pemahaman yang serampangan dari hadis di atas
mengakibatkan wanita selamanya tidak akan layak menjadi pemimpin.
Hanya pria yang berhak berkuasa dalam percaturan politik. Adapun
wanita hanya menjadi penonton, dan dengan hiperbolis malah
dianggap sebagai pengrusak sebuah kejayaan.

4. Perempuan menjadi penyebab terputusnya shalat

:

:





:



:

:
Dari Abu Dzar R.A ia berkata: Telah bersabda Rasulullah Shallawlaahu
alaihi wasallam, Kalau salah seorang dari kalian mengerjakan shalat,
hendaknya dia meletakkan di depannya, sesuatu yang bisa jadi
penghalang seperti tongkat kendali unta. Kalau tidak punya tongkat
kendali itu, maka sesungguhnya keledai, wanita, dan anjing hitam bisa

4 H.R. Bukhari kitab al-fitan, bab al-fitnah al-lati tamuju kamauju al-bahr,
no. 7099; no. 4425. Diriwayatkan pula oleh Tirmidzi no. 2262, an-Nasai
no. 5904.

4
memutus sahnya shalatnya.. Aku bertanya, Wahai Abu Dzar kenapa
hanya anjing hitam, bagaimana dengan anjing kuning, dan anjing
merah? Dia menjawab, Wahai anak saudaraku aku juga bertanya
kepada Rasulullah seperti pertanyaanmu kepadaku, beliau menjawab,
Sesungguhnya anjing hitam itu setan.5



:




( :
)

Dari Abu Hurairah R.A ia berkata: Telah bersabda Rasulullah
Shallawlaahu alaihi wasallam: Wanita, keledai, dan anjing (kalau
lewat dihadapan orang shalat, penj) bisa memutus shalat. Sebagai
upaya pencegahan hendaknya diletakkan tongkat kendali binatang
tunggangan.6

Reinterpretasi/Sanggahan

Dalam kasus-kasus hadits di atas, kesimpulan tidak bisa diambil


begitu saja tanpa membandingkannya dengan banyak hadits lain soal
perempuan. Metode yang keliru akan mengantarkan seseorang pada
kesimpulan yang tidak sesuai dengan sikap Islam yang sebenarnya. Oleh
karena argumentasi-argumentasi di atas tadi, kita selaku umat Nabi
Muhammad SAW. mestilah membela agama Islam yang mulia ini, dengan
setidaknya mengetahui dan bisa meluruskan apa yang sebenarnya terjadi.
Maka sebagai langkah solutif terhadap kenyataan kebencian pada kaum
perempuan, diperlukan upaya reinterpretasi terhadap hadits-hadits terkait.
Reinterpretasi merupakan keniscayaan yang harus dilakukan, sehingga
tidak ada lagi dominasi kaum lelaki yang justru berdampak pada sikap
diskriminasi dan marginalisasi terhadap kaum perempuan. Berikut
beberapa upaya interpretasi tersebut:

Kontekstualisasi hadits bahwa perempuan menjadi


mayoritas penghuni neraka disebabkan banyak melaknat dan
mengingkari kebaikan suaminya dan bahwa mereka adalah
makhluk yang kurang agama dan akal
Hadits di atas yang menyatakan bahwa perempuan menjadi penghuni
neraka yang paling banyak sama sekali tidak boleh dipahami sebagai
hadits yang misoginis. Alasannya, pertama, Ibn Hajar menyatakan, tidak
mesti ketika disebutkan bahwa wanita penghuni neraka paling banyak,
menjadi paling sedikit di surga. Sebab mungkin kedua-duanya, yakni
wanita paling banyak di neraka, juga paling banyak di surga, disebabkan
jumlahnya lebih banyak. Atau mungkin yang dimaksud hadits pertama
wanita menjadi penghuni neraka paling banyak, itu terjadi sebelum
syafaat. Sesudah syafaat, dan mereka yang sebatas kufur kepada suami
5 Shahih Muslim 4/226-227, Sunan Abu Dawud hadis nomor.702, Sunan At-
Tirmidzi 2/134 dan Sunan An-Nasai 2/63-64.

6 Shahih Muslim, 4/228-229 dan Sunan Abi Dawud hadis nomor. 710-714.

5
(maksiat yang tidak sampai kufur pindah agama) dipindahkan ke dalam
surga, maka jadilah penghuni surga pun kebanyakannya wanita (Fath al-
Bari kitab bad`il-khalq bab ma ja`a fi shifatil-jannah wa annaha
makhluqah).
Kedua, penegasan kebanyakan penghuni neraka wanita hanya sebatas
peringatan dini saja untuk kaum wanita agar lebih berhati-hati. Sebab
pada riwayat lain, Nabi saw juga menyatakan bahwa kebanyakan
penghuni surga adalah orang-orang miskin. Tentu ini tidak berarti bahwa
Nabi saw merendahkan orang-orang kaya yang banyak ke neraka,
melainkan sebatas peringatan dini kepada orang kaya agar mereka tidak
terlena dengan kekayaannya. Menurut Imam al-Qurthubi, Nabi saw
menyatakan bahwa kebanyakan penghuni neraka wanita merupakan
peringatan dini yang sesuai dengan fakta yang ada. Yakni bahwa kaum
wanita secara umum mudah terlena dengan dunia dan sangat emosional
sehingga mudah sekali tersinggung dalam urusan dunia dan harta (at-
Tadzkirah 1: 369). Artinya, tidak jauh beda dengan orang kaya yang
rentan dengan sikap angkuh, sombong, dan pelit untuk shadaqah. Walau
tentunya bukan berarti kedua-duanya; wanita dan orang kaya,
direndahkan oleh Islam, dipandang sebelah mata oleh Allah swt. Tidak
sama sekali.
Ketiga, hadits di atas menyebutkan sifat yang menjadi penyebab
masuk neraka. berarti yang harus diperhatikan sifatnya itu sendiri, bukan
jenis kelaminnya. Ini diperkuat oleh riwayat lain yang menitikberatkan
pada sifat wanita yang menjadi penyebab masuk nerakanya, bukan jenis
kelaminnya. Seperti dalam hadits yang artinya:
Kebanyakan penghuni neraka yang aku lihat adalah wanita yang jika
diberi amanah untuk dijaga, mereka membocorkannya; jika diminta,
mereka bakhil; jika mereka minta, mereka memaksa; dan jika mereka
diberi, tidak pandai bersyukur. (Fathul-Bari abwabil-kusuf bab shalatil-
kusuf jamaatan)
Dengan kata lain, maksud hadits perempuan banyak menghuni
neraka itu adalah: Penghuni neraka dari kalangan perempuan
kebanyakannya yang kufur pada kebaikan suaminya. Jadi titik tekannya
bukan pada perempuannya, tetapi pada sifat kufur terhadap kebaikan
suaminya. Dalam hal ini, maka berlaku juga kebalikannya. Seorang lelaki,
jika ia memang mempunyai sifat yang akan menjadi penyebab ia masuk
neraka, maka ia akan masuk neraka. Walau disebut lelakinya, bukan
berarti merendahkan jenis kelaminnya, karena hadits hanya menyatakan
sifatnya: Siapa yang memiliki dua istri, tetapi ia lebih cenderung kepada
salah satunya, maka pada hari kiamat nanti ia akan datang dengan
sebelah badan yang condong (Sunan Abi Dawud kitab an-nikah bab fil-
qism bainan-nisa` no. 2135; Sunan an-Nasa`i kitab isyratin-nisa` bab
mailer-rajul ila badli nisa`ihi duna badlin no. 3942; Sunan Ibn Majah kitab
an-nikah bab al-qismah bainan-nisa` no. 1969. Hadits shahih).
Hadits tersebut jika dikaitkan dengan firman Allah swt dalam QS.
An-Nisa` [4]: 129, dapat diketahui bahwa jumlah lelaki yang tidak adil
kepada istri-istrinya lebih banyak daripada yang adil. Tetapi tidak berarti
bahwa status lelakinya kemudian menjadi rendah, atau juga lelaki yang
bersitri lebih dari satu harus dipandang secara misoginis (dinilai rendah
dan negatif). Tidak sama sekali.
Adapun yang dimaksud dengan kekurangan akal adalah persaksian
dua orang wanita sama dengan persaksian satu orang laki-laki. Firman

6
Allah dalam Surat al-Baqarah ayat 282, supaya jika seorang lupa, maka
seorang lagi mengingatkannya.
Maksud dari ayat tersebut adalah, seandainya salah seorang dari
kedua wanita yang menjadi saksi itu khilaf atau lupa pada beberapa
kesaksian- maka yang lain dapat mengingatkannya. Bahwa wanita
terkadang lupa, itu adalah kodratnya. Orang perempun, dalam
menghadapi suatu masalah, lebih banyak bertumpu pada perasaannya
daripada berfikir secara rasional. Wanita terkadang lupa atas kejadian-
kejadian yang bukan persoalannya atau keluarganya. Itu bisa terjadi,
sebab, sesuai degan pembawaannya, wanita lebih banyak mencurahkan
perhatiannya pada anak yang sedang ia susui, yang sedang sakit, yang
bepergian jauh, atau tentang rumah tangganya. Hal-hal tersebut lebih
menyibukkan dirinya disbanding dengan persoalan yang dihadapi orang
lain.
Adapun kenapa Nabi SAW. menyifati kaum wanita dengan
kekurangan agama? Karena mereka tidak shalat dan puasa pada waktu
haidh. Dalam hal ini tidak ada kerancuan dalam maknanya dan ini sudah
jelas. Karena agama, iman dan Islam tergabung dalam satu makna. Yaitu
dimana ketaatan disebutkan juga dengan iman dan Islam. Maka dengan
hal ini dapat disimpulkan bahwa barangsiapa yang memperbanyak
ibadahnya, maka bertambahlah iman dan agamanya. Namun barangsiapa
yang kurang dalam beribadah, maka berkurang pula agamanya, dan ini
terkadang dapat membuatnya terjerumus dalam suatu dosa, seperti
meninggalkan shalat, puasa atau ibadah-ibadah wajib lainnya tanpa
adanya udzur.

Pemaknaan metaforis terhadap hadits bahwa perempuan


tercipta dari tulang rusuk laki-laki
Pemaknaan hadits tentang terciptanya perempuan dari tulang rusuk
laki-laki yang bengkok, nampaknya hal itu dianggap tidak sesuai dengan
firman Allah (QS. At-Thin: 3), bahwasannya manusia itu diciptakan dalam
sebaik-baiknya bentuk. Padahal tidak demikian. Sebenarnya tidak ada
pertentangan antara penciptaan manusia sebagai sebaik-baik penciptaan
dengan penciptaan perempuan dari tulang rusuk. Pasalnya, yang
dimaksud dengan sebaik-baik penciptaan adalah bentuk fisik manusia
dengan organ dan anatomi yang sempurna. Hal ini terkait dengan bentuk
fisik dan bukan pada asal penciptaan manusia. Tak dapat dipungkiri
bahwa secara fisik, perempuan diciptakan cantik dan menarik.
Kemudian, mengenai asal penciptaan perempuan dari tulang rusuk
yang bengkok, Rasulullah SAW. tidak menjelaskan bidang dan sejauh
mana tingkat kebengkokan tersebut. Beliau hanya mengisyaratkan
pengaruh ciptaan yang bengkok itu terhadap beberapa perilaku wanita
yang mungkin merepotkan kaum laki-laki. Bengkok itu dasarnya adalah
lawan dari lurus. Jika keseimbangan dan kestabilan emosi berarti lurus,
maka cepat dan sangat emosional dapat diartikan bengkok. Dan jika
seseorang dapat mengontrol perasaannya diartikan lurus, maka orang
yang dikalahkan oleh perasaannya juga dapat diartikan bengkok. Wanita,
khususnya, mudah dikalahkan oleh perasaannya sehingga mereka banyak
yang kehilangan sikap bijaksananya dalam mengambil keputusan. Akibat
cepat emosi tersebut perasaan wanita sering berubah-ubah.
Kaum laki-laki harus ingat bahwa wanita tidaklah dengan sengaja
memiliki perilaku semacam itu dengan tujuan untuk merepotkan dan
menyusahkan mereka. Hal ini sudah menjadi takdir Allah atas wanita

7
dengan memberinya sifat khusus berupa cepat emosi dan berlebihan.
Karena itu seorang laki-laki hendaklah sabar menghadapinya dengan
pemaaf. Perlu pula diketahui bahwa sifat ini merupakan salah satu ciri
atau keistimewaan wanita yang bisa saja mempunyai pengaruh yang baik
sehingga wanita mampu melaksanakan fungsinya yang utama, seperti
mengandung, menyusukan, dan memelihara anak. Bagaimanapun, tugas
itu membutuhkan perasaan yang halus dan rasa sensitivitas yang tinggi.
Dan ini adalah suatu fitrah yang mengagumkan, yaitu salah satunya
untuk saling melengkapi dan untuk keharmonisan antara sifat khusus
yang dimiliki perempuan dengan sikap laki-laki. Maka mestilah kaum yang
menganggap hadits ini misogini, mereka menyadari, bahwa
sesungguhnya justru hal ini adalah suatu keistimewaan yang nyata bagi
perempuan.

Dalam hal kepemimpinan, tugas kepemimpinan lelaki lebih


istimewa dan memiliki derajat/tingkat yang lebih tinggi
daripada perempuan
Anggapan pendeskriminasian perempuan dalam hal kepemimpinan,
mencakup ranah dalam rumah tangga sampai kepemimpinan negara.
Dalam konteks rumah tangga, Islam telah mengatur bahwa suami harus
menjadi pemimpin bagi istrinya. Kepemimpinan dalam Islam tidak berarti
diskriminasi atau penindasan seperti sering dipahami kaum feminis.
Kepemimpinan dalam Islam identik dengan keadilan. Para lelaki (suami)
didahulukan (diberi hak kepemimpinan, karena lelaki berkewajiban
memberikan nafkah kepada wanita dan membela mereka. Kedudukan
wanita di keluarga dalam Islam ditempatkan sebagai tempat terhormat.
Bahkan wanita di rumah tangganya menjadi pilar utama yang akan
menopang keberlangsungan keluarga.
Dalam surah an-Nisa ayat 34, disebutkan bahwa, kaum laki-laki adalah
pemimpin bagi kaum wanita. Dalam ayat tersebut, bukalah maksudnya
laki-laki adalah majikan, atau pemegang kekuasaan atas perempuan. Oleh
karena itulah, sang suami bertanggungjawab atas kesejahteraan rumah
tangganya. Di luar itu, seorang istri punya hak-hak yang maruf, yang
layak menurut syariah. Tugas yang diemban oleh seorang istri atas
keluaganya memang tak ringan. Itulah sebabnya, tidaklah baik bila masih
diberi beban memikul tanggungjawab yang seharusnya dilakukan oleh
seorang suami.
Diberikannya tanggungjawab kepemimpinan pada suami, bukan
berarti ia bisa bertindak diktator, memaksakan pendapatnya sendiri,
namun musyawarah antara suami istri perlu dihidupkan. Suami dan istri
telah mempunyai hak dan kewajiban yang telah ditentukan syara. Oleh
karenanya, apabila tugas suami dikerjakan oleh istri, atau begitu pun
sebaliknya, maka akan terjadi ketimpangan yang berarti. Dan tidak akan
pernah ada keharmonisan yang terjadi dalam rumah tangga.
Bila dalam ranah rumah tangga saja, seorang istri sudah begitu dijaga
dalam peranan, hak serta kewajibannya. Apalagi bila konteks nya sudah
masuk ke dalam ranah sosial kemasyarakatan, atau kancah politik.
Contohnya seorang perempuan memangku jabatan kepemimpinan di
antara kaum lelaki, maka wanita tersebut pada akhirnya akan
meninggalkan tugasnya sebagai istri dan fitrah nya sebagai seorang
perempuan.
Namun para ulama klasik dan kontemporer berbeda pendapat dalam
memahami hadis tentang perempuan sebagai pemimpin atau kepala

8
negara. Ulama yang memahami secara tekstual, maka perempuan
dilarang menjadi pemimpin dan ini adalah pendapat jumhur ulama.
Sedangkan ulama yang memahami secara kontekstual dengan melihat
latar belakang Nabi bersabda demikian dan kondisi masyarakat pada saat
itu, maka zaman sekarang ini, tidak mengapa jika perempuan menjadi
pemimpin selama ia mempunyai kapabilitas dan kemampuan yang tidak
kalah dengan laki-laki untuk menangani masalah publik dan masyarakat
mau menerima perempuan tersebut sebagai pemimpin atau kepala
negara. Akan tetapi, perempuan harus lebih mengutamakan perannya
sebagai pemimpin dalam rumah tangga suaminya sebelum terjun ke
dalam dunia politik.

Perempuan menjadi penyebab terputusnya shalat


Jawaban mengenai hadits perempuan yang disejajarkan dengan anjing
hitam dan keledai, yang semua itu dapat menyebabkan terputusnya
shalat, terdapat perdebatan dan banyak argumentasi yang muncul.
Karena bila dilihat dari redaksi matan hadits, ia bertentangan dengan
kritikan/komentar Aisyah sendiri,



:
:














Dari Masruq dari 'Aisyah, bahwa telah disebutkan di sisinya tentang
sesuatu yang dapat memutuskan shalat, orang-orang mengatakan, 'Yang
dapat memutus shalat diantaranya adalah anjing, keledai dan wanita.'
Maka 'Aisyah pun berkata, "Sungguh kalian telah menganggap kami
(kaum wanita) sebagaimana anjing. Sungguh aku pernah melihat Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan shalat, sementara aku
berbaring di atas tikar antara beliau dan dengan arah biblatnya. Saat aku
ada keperluan dan aku tidak ingin menghadapnya, maka aku pergi
dengan pelan-pelan." Dan dari Al A'masy dari Ibrahim dari Al Aswad dari
'Aisyah seperti ini."7

Argumentasi jumhur ulama yang mendukung ataupun menolak kritik


matan Aisyah, perbedaan antara yang mendukung dan menolak tidak bisa
diklasifikasikan, dikarenakan beragamnya pendapat jumhur ulama
mengenai hal ini. Imam asy-Syafii, Malik, Hanafi berpendapat kepada
tawil al qotu pada hadis Abu Dzar, karena bisa mengurangi kekhusuan
tapi tidak mengeluarkannya dari shalat. Asy-Syafii dengan hal ini
menjama keseluruhan hadis yang saling bertentangan. Maksud qotu
disana bukanlah bermakna batalnya shalat.

7 H.R. Bukhari kitab Shalat, bab istiqbal al-rajul shahibahu au ghairahu fi


shalatihi wa huwa yushalli, no. 511; no. 514. Diriwayatkan pula oleh
Muslim no. 269, no. 270, Abu Daud no. 716, Ibnu Majah no. 953.

9
Argumentasi yang paling rajih, dari argumentasi jumhur ulama
penilaian secara mayoritas mengakui kebenaran interpretasi Aisyah, dan
penolakannya terhadap hadis Abu Dzar dan Abu Hurairah. Diantara
mereka adalah al Hafizh Ibnu Hajar, Ibnu Rajab, an Nawawi, Ibnu Abdil Bar
dan al Zarkasyi ataupun para Ulama kontemporer seperti Syeikh bin Baz,
Utsaimin, mereka menolak hadis Abu Dzar dan Abu Hurairah.
Esensi ataupun urgensi yang didapat, berdasarkan hal ini dapat
diambil kesimpulan bahwa membuat sutrah shalat atau shalat dengan
menghadap sutrah merupakan suatu kewajiban dalam pelaksanaan shalat.
Sutrah ketika masa Nabi bisa dengan menggunakan tembok, tiang, ujung
tombak, pelana kuda atau unta. Sutrah di ruang terbuka bisa dengan
menggunakan ujung tombak atau pelana kuda atau unta.

Di antara hadits-hadits yang dinilai misoginis di atas; merendahkan


perempuan. Ini tidak ubahnya pandangan negatif Barat Kristen yang
menilai wanita sebagai setan penggoda karena menyebabkan Adam
dikeluarkan dari surga. Tapi penilaian seperti itu jelas tidak benar, karena
justru Islam mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan dan
menempatkannya pada posisi yang utama. Misalnya, al-Qur`an membela
hak-hak perempuan yang biasa ditindas oleh bangsa Arab Jahiliyyah
dalam hal pernikahan, rumah tangga, waris, sebagaimana terekam dalam
surat an-Nisa` (perempuan) dan al-Mujadilah (wanita yang
menyampaikan gugatan). Nabi saw juga menyatakan bahwa seorang ibu
harus lebih didahulukan penghormatannya daripada penghormatan
kepada seorang ayah.
Maka dari penjelasan singkat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya Hadits Misoginis itu tidak pernah ada. Yang ada
hanyalah pemahaman yang salah yang timbul karena kejumudan berpikir
dalam memahami ajaran Islam, khususnya terhadap hadits, yang
dipercayai misoginis oleh mereka. Padahal semua hal itu adalah mustahil.
Karena sedikit pun tidak mungkin Rasulullah SAW. membenci perempuan,
dan tidak ada satu hadits pun, baik yang berupa perkataan, perbuatan
atau ketetapan beliau yang menunjukkan kebencian terhadap kaum
perempuan.

Daftar Pustaka

An-Nawawi. 2010. Syarah Shahih Muslim. Jakarta: Darus-Sunnah

Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail. 1998. Shahih al-Bukhari. Riyadh: Baitul


Afkar al-Dauliyah li al-Nasyr.

Al-Asqalany, Ibnu Hajar. 2010. Fathul Bari Syarah Shahih al-Bukhari.


Jakarta: Pustaka Imam Syafii.

Abu Syuqqah, Abdul Halim. 1999. Kebebasan Wanita. Jakarta: Gema Insani
Press.

Muhammad Jamal, Ahmad. 1991. Nasib Wanita Islam. Surabaya: Pustaka


Progressif.

Kutu Internet. 2010. Kajian Hadits Misogini. Diunduh dari


http://pasaronlineforall.blogspot.com/2010/12/kajian-hadis-
misogini.html pada hari Rabu, 01 Oktober 2014.

10
Muslimah Kaffah. 2012. Serangan Riffat Terhadap Hadits Tentang
Perempuan. Diunduh dari
http://artikelmuslimah.wordpress.com/2012/02/13/serangan-riffat-
terhadap-hadits-tentang-perempuan-bagian-pertama/ pada hari
Rabu, 01 Oktober 2014.

Wikipedia Ensiklopedia Bebas. 2014. Hadits Misoginis. Diunduh dari


http://id.wikipedia.org/wiki/Hadits_Misoginis pada hari Rabu, 01
Oktober 2014.

11

Anda mungkin juga menyukai