Anda di halaman 1dari 75

SKRIPSI

PENGARUH KEPEMILIKAN NOMOR POKOK WAJIB


PAJAK ( NPWP ) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PADA KPP PRATAMA BAUBAU

Disusun dan Diajukan Oleh

AGUSRIN
NPM:11320046

Telah Diperiksa Dan Disetujui Untuk Diuji

Baubau, 8 November 2016

KomisiPembimbing,
Ketua, Anggota,

R.Supalal Estihadi. S.E.,M.Si Nuryati.S.E.,M.Si

Mengetahui:

KetuaProgramStudiAkuntansi,
Fakultas Ekonomi
Universitas Dayanu Iksanuddin,

FitriantiDaa, .E.,M.Si,Ak.,CA
NPP:178 31 195

3
SKRIPSI

PENGARUH KEPEMILIKAN NOMOR POKOK WAJIB


PAJAK ( NPWP ) TERHADAP PENERIMAAN PAJAK
PADA KPP PRATAMA BAUBAU

Disusun Oleh:

AGUSRIN
NPM:11320046

Telah Diperiksa Dan dinyatakan lulus dalam sidang ujian skripsi


Pada tanggal 3 Desember 2016

KomisiPenguji
Ketua : R.Supalal Estihadi. (..)

S.E.,M.Si
Anggo 1 : FitriantiDaa, . (..)

ta E.,M.Si,Ak.,CA
2 : Afghani. S.E.,M.M (..)

Baubau,
Universitas Dayanu Iksanuddin,
Fakultas Ekonomi
Dekan,

DR. Sulhan Manaf, M.Si.


NIP:19621231 1988 1 024

4
PERNYAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya, yang bertanda tangan di bawa ini,


Nama : Agusrin
NPM : 11 320 046
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Judul : Pengaruh Kepemilikan Nomor
Pokok Wajib Pajak (NPWP) Terhadap
Penerimaan Pajak Pada KPP
Pratama Baubau

Menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik (sarjana,magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Dayanu
Ikhsanuddin maupun diperguruan tinggi lainnya.

2. Skripsi ini murni gagasan,rumusan dan penelitian saya sendiri dengan


arahan pembimbing.

3. Dalam skiripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naska dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian


hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,
maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai dengan aturan yang
berlaku diperguruan tinggi ini.

Baubau ,
Mahasiswa,

Agusrin
NPM.11 320 046

5
ABSTAK

AGUSRIN (NPM 11 320 046), Pengaruh Kepemilikan Nomor Pokok Wajib


Pajak (NPWP) Terhadap Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Baubau,di
bimbingan oleh R.Supalal Estihadi (pembimbing utama) dan Nuryati
(pembimbing anggota).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kepemilikan nomor
pokok wajib pajak terhadap penerimaan pajak. penelitian ini dilakukan pada
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau. Jenis data yang digunakan adalah data
kualitatif dan data kuantitatif serta menggunakan sumber data sekunder. Populasi
dan sampel dalam penelitian ini adalah data kepemilikan nomor pokok wajib
pajak dan penerimaan pajak pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2015. Alat
analisis data digunakan analisis deskriptif kuantitatif dan regresi linear sederhana
Berdasarkan hasil perhitungan regresi linear sederhana diperoleh
persamaan Y = 1,334 + 2,249X. koefisien korelasi sederhana (r) sebesar 0,451
artinya terdapat hubungan yang sedang antara kepemilikan nomor pokok wajib
2
pajak(X) terhadap penerimaan pajak (Y).koefisien determinasi sederhana (r )
sebesar 0,203 artinya kontribusi sebesar 20,3% penerimaan pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Baubau dipengaruhi oleh kepemilikan nomor pokok
wajib pajak sedangkan sisanya sebesar 79,7 % dipengaruhi oleh faktor lain yang
tidak di teliti dalam penelitian ini. Hasil analisis Uji-t diperoleh nilai t hitung
(3,891), dengan tingkat signifikansi 0,03 lebih kecil dari taraf nyata () = 5 %
(0,05) maka tingkat signifikansi lebi kecil dari taraf nyata 5% atau 0,03 < 0,05
sehingga menerima hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan nomor
pokok wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak
pada Kantor Peayanan Pajak Pratama Baubau.

Kata kunci: Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak Dan Penerimaan Pajak

6
KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatu

PujidansyukurkehadiratAllahSWT,karenaatas berkat, rahmat

dankaruniayangtiadahenti-hentinyadilimpahkan kepadaHamba-nya,

sehinggapenulisdapatmenyelesaikan skripsiyangberjudulPengaruh

Kepemiliakan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),Terhadap Penerimaan Pajak

Pada KPP Pratama Baubau

Skripsi ini merupakan salah satu wujud Tri Dharma Perguruan Tinggi

(penelitian dan pengembangan) dan sebagai syarat memperoleh geler sarjana

ekonomi pada Fakultas Ekonomi, Uneversitas Dayanu Ikshanuddin Baubau.

Penulis menyadari bahwa tanpa adanya dukungan, petunjuk, bimbingan

serta bantuan dari berbagai pihak penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan

sebagaimana yang diharapkan, maka tidaklah berlebihan dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. keduaorang tua, serta seluruh keluarga

yangtelahmemberikanrasacinta,perhatian,kasihsayang,semangat,dan

doayangtiadahenti-hentinyakepadapenulis
2. Bapak Ir.H.La Ode Sjamsul Qamar, MT,selaku Rektor Universitas

Dayanu Ikhsanudin Baubau


3. Bapak DR. Sulhan Manaf, M.Si. sebagai Dekan Fakultas Ekonomi

7
Universitas Dayanu lkhsanuddin Baubau.
4. Bapak R.Supalal Estihadi.S.E,.M.Si.sebagai Ketua pembimbing
5. Ibu Nuryati, S.E., M.SiselakuAnggota pembimbing
6. Ibu Fitrianti Da'a, S.E;M.Si.Ak.CA selaku Ketua Program Studi

Akuntansi.
7. Seluruh staf pengajar di lingkup Fakultas Ekonomi khususnya

Akuntansi yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.


8. Pimpinan dan Pagawai KPP Pratama Baubau yang telah memberikan

ijin kepada penulis untuk melakukanpenIitian dan membantu untuk

memperoleh data selama penulis melakukan penelitian.


9. Rekan-rekan mahasiswa khususnya Jurusan Akuntansi yang telah

memberikan masukan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Hanya do`a dan ucapan syukur yang dapat penulis panjatkan semoga Allah

SWT. Berkenan membalas semua kebaikan Bapak,Ibu,Saudar dan Teman-teman

sekalian. Akhir.kata,semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

yang berkepentigan. Semoga Tuhan memberikan berkah dalam hidup kita semua.

Amin Yarobbal Alamin

Baubau, 3 Desember 2016

Penulis,

ATAR ISI

8
Halaman

HALAMANJUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
HALAMANPENGESAHANiii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
KATAPENGANTARvi
DAFTAR ISIviii
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR LAMPIRAN

xii

BAB 1 .......................................................................................PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 RumusanMasalah
3
1.3 TujuanPenelitian
3
1.4 Manfaat Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak 4
2.2 Nomor Pokok Wajib Pajak
9
2.3 Penerimaan Pajak 13
2.4 Hubungan Antar Variabel
14

9
2.5 Alat Analisis Regresi
15
2.6 Kajian Empiris

17

BAB 3 KERANGKA PIKIR 19

3.1 Kerangka Pikir


19
3.2 Hipotesis

21

BAB 4 METODE PENELITIAN

22

Halaman

4.1 Lokasi dan Obek Penelitian


22
4.2 Jenis dan Sumber Data
22
4.3 Metode Pengumpulan Data
23
4.4 Variabel yang Dianalisis
24
4.5 MetodeAnalisis
24
4.6 Definisi Operasional

26

BAB 5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27

10
5.1 Sejarah Berdirinya KPP Pratama Baubau 27
5.2 Visi dan Misi 29
5.3 Niali-nilai kementrian keuangan
30
5.4 Tugas dan Fungsi KPP Pratama Baubau
31
5.5 Struktur Organisasi 32
5.6 Deskripsi Tugas 34

BAB 6 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43

6.1 Hasil Penelitian 43


6.2 Analisis Linear Sederhana
46
6.3 Pembahasan

48

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 50

7.1 Kesimpulan 50
7.2 Saran
51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

3.1Kerangka Pikir 20

11
5.2 Strukur Organisasi .....

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

12
4.1 Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi 25
Koefisien Korelasi

6.2 Data Perkembangan NPWP Pada Kantor 43


Pelayanan Pajak Pratama Baubau Tahun 2000-
2015
6.3 Data Perkembangan Penerimaan Pajak Pada 45
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau
Tahun 2000-2015

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

13
1 Data kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak 55
(X) dan Penerimaan Pajak (Y)
2. Hasil Perhitungan Regresi Linear Sederhana 56

3 Nilai Kritis Distribusi t 57

14
1
3
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 La1tar Belakang

Pajak merupakan salah satu aspek yang terpenting dalam proses

pembangunan suatu negara, terlebih bagi negara-negara yang sedang berkembang

seperti Indonesia. Pajak secara sederhana merupakan iuran wajib yang diberikan

oleh rakyat kepada negara yang telah diatur oleh pemerintah dan disesuaikan

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta digunakan untuk

kepentingan negara demi kesejahteraan rakyat. Pemerintah mengharapkan

penerimaan negara dari sektor pajak setiap tahunnya semakin meningkat hal itu

disebabkan kebutuhan belanja negara dari tahun ke tahun semakin meningkat

dengan pajak sebagai sumber utamanya. Mengingat bahwa pajak merupakan

sumber pendapatan terbesar bagi negara maka Sesuai Surat Keputusan Ditjen

Pajak Nomor : Kep-99/PJ/UP.53/2008 tanggal 16 mei 2008dibentuklah Kantor

Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Baubau dimana pembentukan ini dalam rangka

moderenisai sistem perpajakan Indonesia dengan tujuan pelayanan perpajakan di

Sulawesi Tenggara Kota Baubau sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2007Kantor Pelayanan Pajak Baubau berupaya membuat wajib pajak secara

sukarela membayar pajaknya terutama para wajib pajak, badan maupun

perorangan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menertibkan kepemilikan

nomor pokok wajib pajak (NPWP) bagi setiap wajib pajak untuk meningkatkan

penerimaan pajak.
2

Berdasarkan Kontribusi data kepemilikan NPWP dan penerimaan pajak

pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau yang wilayah kerjanya meliputi

Kota Baubau, dan empat Kabupaten yaitu, Kabupaten Muna, Kabupaten Buton

Utara, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Bombana.yang telah dihimpun oleh

Badan Pusat Statistik Republik Indonesiadapat dilihat pada tahun 2000 nomor

pokok wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau

adalah sebanyak 16.991wajib pajak dengan penerimaan sebesar

Rp.166,087,411,276, tahun 2001 NPWP terdaftar sebanyak 20.388 wajib pajak,

perkembangan sebesar 19.99 % dengan penerimaan sebesar

Rp.187,143,332,472,perkembngan sebesar 12.68 % dan pada tuhun 2015 NPWP

terdaftar sebanyak 54.588 wajib pajak, perkembangan sebesar15.94% dengan

penerimaan sebesar Rp. 360,556,615,713, perkembnagan sebesar 6.79%

Wajib pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau

terlihat bahwa jumlah Wajib Pajak setiap tahunnya terus meningkat. Tetapi

perkembangan jumlah Wajib Pajak terdaftar terus menurun.Hal ini disebabkan

oleh berkurangnya jumlah Wajib Pajak potensial karena telah terdaftar seiring

dengan berjalannya waktu,berlakunya UU Pajak Penghasilan nomor : 38 Tahun

2000 Pasal 21 dan Peraturan Menteri Keuangan nomor : 252/KMK.03/2000 Pasal

20 ayat (1) tentang penerapan tarif 20% lebih tinggi terhadap Wajib Pajak yang

tidak memiliki NPWP. Serta pertambahan jumlah Wajib Pajak terdaftar mencapai

titik jenuh, yaitu semakin sedikit jumlah Wajib Pajak potensial yang menjadi

sasaran Ekstensifikasi.
3

Penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubauterus

meningkat, tetapi perkembangan realisasi penerimaannya cenderung fluktuatif.

Disebebkan adanya peraturan tentang kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP) yang terdapat dalam Pasal 7 UU No. 10Tahun 2000 dan berlaku efektif di

tahun 2003, adanya praktek penghidaran pajak, kebijakan Menteri Keuangan

bersama dengan Menteri Dalam Negeri untuk pengalihan PBB P edesaan dan

Perkotaan pada Pemerintah Dearah setempatserta Undang-Undang RI No 36

Tahun 2008 tentang Peningkatan PTKP.Berlakunya peraturan tersebut KPP

Pratama Baubau kehilagan potensi penerimaan pajak. Wajib pajak yang

sebelumnya wajib membayar pajak PBB pada KPP Pratama Baubau ,Sehingga

dengan adanya pengalihan maka kewajibannya hilang hal ini menyebabkan

penerimaan pajak pada KPP Pratama Baubua semakin menurun.

Pemerintah mengambil langkah-langkah kebijakan agar dapat memancing

kesadaran masyarakat untuk mau membayar pajak. Sebelum membuat kebijakan-

kebijakan tersebut, ada beberapa hal yang harus diketahui oleh pemerintah untuk

mempengaruhi penerimaan pajak. diantaranya pemerintah, petugas pajak,dan

masyarakat yang sangat berperan penting dalam upaya mengoptimalkan

penerimaan pajak

Oleh sebab itu diperlukan pengkajian untuk mengetahui besarnya

pengaruh wajib pajak terhadap penerimaan pajak dengan menggunakan regresi

linear sederhana agar Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau melakukan

perencanaan yang efektif dalam meningkatkan penerimaan pajaknya dan

mencapai tujuan dalam meningkatkan penerimaan pajak


4

Mengacu pada uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul Pengaruh Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP), Terhadap Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Baubau

1.2 Rumusan Masalah

Latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa pengaruh wajib pajak

terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui dan menganalisispengaruh wajib pajak terhadap penerimaan

pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Sebagai bahan masukan bagi pengelola pajak guna meningkatkan

penerimaan pajak

b) Sebagai bahan referensi, sumbangan bagi peneliti lain yang berkeinginan

melakukan penelitian terhadap perpajakan


5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pajak

Pajak adalah salah satu sumber penerimaan negara yang pokok,

membiayai keperluan-keperluan Negara.Waluyo (2009:2) menyatakan

Pajakadalahiuranmasyarakatkepada negara (yangdapatdipaksakan) yangterutang

olehyangwajibmembayarnyamenurutperaturan-peraturan umum (undang-

undang)dengantidak mendapat prestasi kembaliyang langsung

dapatditunjukdanyanggunanyaadalahuntukmembiayai pengeluaran-

pengeluaranumumberhubung tugas negarauntuk menyelenggarakan pemerintahan

Mardiasmo (2011:1),manyatakan Pajak adalah iuran rakyat kepada kas

negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada

mendapat jasa timbal (kontra prestasi), yanglangsung dapat ditujukan dan

digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran

kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib pajak

membayarnya menurut peraturan-peraturan dan tidak mendapatkan prestasi-

prestasi kembali yang secara langsung dapat ditunjuk.


6

2.1.1 Azas Pemungutan Pajak

Dalam memungut pajak dikenal beberapa asas pemungutan

perpajakanyaitu (Mardiasmo, 2011:7):

1) Asas domisili(asas tempat tinggal)


Negara berhak mengenakan pajakatas seluruh penghasilan wajib pajakyang

bertempattinggaldiwilayahnya, baikpenghasilanyang

berasaldaridalammaupundariluar negeri.Asasiniberlakuuntuk wajib pajak

dalam negeri.
2) Asas sumber
Negaraberhakmengenakanpajakataspenghasilanyang bersumberdi

wilayahnyatanpamemperhatikan tempat tinggalwajib pajak.


3) Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.

2.1.2 Sistem Pemungutan Pajak

Berkaitan dengan pelaksanaan pemungutan pajak, semua harus mengikuti

sistem atau proses yang telah ditetapkan agar tata cara dan ketentuan perpajakan

yang ada dapat berjalan dengan teratur. Adapun sistem pemungutan pajak Waluyu

dan WirawanB.Ilyas (2009:36),manyatakan yaitu sebagai berikut:

1) Offical Assessment System


Offical Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada pemungut pajak (fiskus) untuk menentukan

besarnya pajak yang harus dibayar (pajak terutang) oleh seseorang. Dengan

sistem ini masyarakat (wajib pajak) bersifat pasif dan menunggu

dikeluarkannya surat ketetapan pajak oleh fiskus. Besarnya utang pajak


7

seseorang baru diketahui setelah adanya surat ketetapan.


2) Semiself Assessment System
Semiself Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang pada fiskus dan wajib pajak untuk menentukan besarnya

pajak seseorang yang terutang. Dalam sistem ini, setiap awal tahun pajak Wajib

Pajak menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang untuk tahun berjalan

yang merupakan angsuran bagi Wajib Pajak yang harus disetor sendiri. Baru

kemudian pada akhir tahun pajak fiskus menentukan besarnya utang pajak

yang sesungguhnya berdasarkan data yang dilaporkan oleh Wajib Pajak.


3) Self Assessment System
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang penuh kepada Wajib Pajak untuk menghitung, memperhitungkan,

menyetorkan, dan melaporkan sendiri besarnya utang pajak. Dalam sistem ini

Wajib Pajak yang aktif sedangkan fiskus tidak turut campur dalam penentuan

besarnya pajak yang terutang seseorang, kecuali Wajib Pajak melanggar

ketentuan yang berlaku.

4) Withholding System

Withholding System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi

wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong /memungut besarnya pajak

yang terutang. Pihak ketiga yang telah ditentukan tersebut selanjutkan

menyetor

dan melaporkannya.

2.1.3 Fungsi Pajak

Pajak merupakan sumber peneriman Negara yang mempunyai dua fungsi

Mardiasmo,(2011:1), yaitu :
8

1) Fungsi Budgetair

Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluarannya.

2) Fungsi Mengatur (regulerend)

Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan

pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.Contoh :

a) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi

konsumsi minuman keras.

b) Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk

mengurangi hidup konsumtif.

c) Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor

produkIndonesia ke pasaran dunia.

2.1.4 Jenis-Jenis Pajak

Jenis-jenis pajak digolongkan menjadi tiga macamWaluyo(2009:13-

14),mangemukakan berdasarkan golongan, sifat dan lembaga pemungutannya

yaitu:

1) Pajak Menurut Golongannya:


a) Pajak Langsung (Direct Tax) adalah pajak yang dipungut secara berkala

dimana pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain, tetapi

harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan secara

ekonomi. Contoh Pajak Penghasilan.


b) Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax) adalah pajak yang dipungut tidak

secara berkala dan tidak langsung dimana pembebanannya dapat


9

dilimpahkan kepada pihak lain. Pemungutannya bersifat insidentil. Contoh

Pajak Pertambahan Nilai.


2) Pajak Menurut Sifatnya :
a) Pajak Subyektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

subyeknya yang selanjutnya dicari syarat obyektifnya, dalam arti

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : Pajak Penghasilan.


b) Pajak Obyektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada

obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh :Pajak

Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah


3) Pajak Menurut Lembaga Pemungutannya :
a) Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh : Pajak

Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang

Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.


b) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Tingkat I

dan Tingkat II dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Daerah

Otonom Tingkat I dan Tingkat II. Pajak daerah dapat dibagi menjadi 2 (dua)

yaitu : a) Pajak Daerah Tingkat I (propinsi) Contoh : Pajak Kendaraan

Bermotor dan kendaraan di Atas Air. b) Pajak Daerah Tingkat II

(kotamadya/kabupaten) Contoh : Pajak Reklame, Pajak Hiburan.

Mardiasmo (2011:13), mengemukakan secara ekonomis, untuk

membedakan pajak langsung dengan pajak tidak langsung, dapat dilihat adanya 3

(tiga) unsur, yaitu :

1) Penanggung jawab pajak (tax payer), adalah orang yang secara formil yuridis

diharuskan melunasi pajak, bila padanya terdapat faktor/kejadian yang

menimbulkan sebab untuk dikenakan pajak.


10

2) Penanggung pajak adalah orang yang dalam faktanya dalam arti ekonomis

memikul beban pajak.

3) Pemikul beban pajak adalah orang yang menurut maksud pembuat Undang-

Undang harus memikul beban pajak (destinatiris).

2.2 Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak sebagaimana yang tertera dalam

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan:Pasal 1 Ayat (6) menjelaskan Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor

yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan

yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam

melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Peraturan mengenai jangka waktu pendaftaran dan pelaporan kegiatan

usaha, tata cara pendaftaran dan penghapusan NPWP, serta pengukuhan dan

pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur dalam keputusan Direktur

Jenderal Pajak No. Kep 161/Pj/2001 Tanggal 21 Februari 2001.

Mardiasmo (2011:23), mengemukakan nomor pokok wajib pajak (NPWP)

adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam

administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau

identitas wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Resmi (2014:24),mengemukakan nomor pokok wajib pajak merupakan

suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda

pengenal diri atau identitas wajib pajak.


11

Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan

objektif sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan

sistem self assessment, wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal

Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan nomor

pokok wajib pajak (NPWP). Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek

pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau yang diwajibkan untuk

pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Pajak

Penghasilan 1984 dan perubahannya (Diana dan Setiawati, 2009:4).

2.2.1 Tata Cara Pendaftaran NPWP

Wajib pajak mengisi Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib Pajak

dan/atau Formulir Permohonan Pengukuhan PKP secara lengkap dan jelas serta

ditandatangani oleh wajib pajak atau kuasanya dan menyerahkannya kepada

petugas pendaftaran wajib pajak. Jika permohonan ditandatangani oleh orang lain,

harus memiliki surat kuasa khusus.

Selain mengisi Formulir Pendaftaran, wajib pajak harus menyertakan data

pendukung yang perlu, diantaranya sebagai berikut (Tansuria, 2010:3), yaitu :

1) Untuk wajib pajak Orang Pribadi yang menjalankan/tidak menjalankan usaha

atau pekerjaan bebas:

Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi orang asing.

2) Untuk Wajib Pajak Badan

a) Akta pendirian dan perubahan atau surat keteranganpenunjukkan dari

kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap.

b) NPWP Pimpinan atau Penanggung Jawab Badan.


12

c) Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia atau paspor bagi

orang asing sebagai penanggung jawab.

3) Untuk Bendahara sebagai Pemungut atau Pemotong:

a) Surat penunjukkan sebagai Bendahara.

b) Kartu Tanda Penduduk Bendahara.

4) Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak Pemungut atau Pemotong:

a) Perjanjian kerjasama/Akta Pendirian sebagai Joint Operation.

b) Kartu Tanda Penduduk bagi penduduk Indonesia, atau paspor bagi

orang asing sebagai penanggung jawab.

c) NPWP Pimpinan/Penanggung Jawab Joint Operation.

Bagi pemohon yang berstatus cabang, Wajib Pajak Orang Pribadi

pengusaha tertentu atau wanita kawin tidak pisah harta harus memilki NPWP

Kantor Pusat/domisili suami.

2.2.2 FungsiNPWP

Mardiasmo (2011:26),mengemukakan fungsiNomor Pokok Wajib Pajak

yaitu:

a) Saranadalamadministrasiperpajakan.

b) Tandapengenaldiri atau identitas wajib pajak dalammelaksanakan hak dan

kewajiban perpajakannya.

c) Dicantumkan dalamsetiap dokumenperpajakan.

d) Menjagaketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan

administrasiperpajakan.
13

2.2.3 FormatNPWP

NPWPterdiridari15 digityaitu 9 digitpertamamerupakan kodewajib

pajakyang mengindikasikanapakahwajibpajakyang dimaksudadalah orang

pribadiataubadan ataupemungutbendaharawan,dan6digit berikutnya merupakan

kodeadministrasiperpajakan.

ContohNPWP KPP Pratama Baubau 08.516.767.0-816.000. Dapat dijabarakan

sebagai berikut (Tansuria, 2010:1):

08 : Identitas wajib pajak orangpribadi


516.7 : Nomor urut/nomor registrasi
67
0 : Cek digit(sebagaialatpengaman agar tidak
terjadipemalsuan dankesalahan NPWP)
816 : KodeKPP(KPPPratamaBaubau)
000 : Kodepusat/suami atau cabang/istri
NPWPmerupakanidentitasyang unikolehkarenakepadasetiap wajib

pajakharus diberikansatuNPWPdengandemikiandapatmenjaga ketertiban

dalamprosesadministrasiperpajakan.

2.2.4 PenghapusanNPWPdanPersyaratannya

Penghapusan nomor pokok wajibpajak dilakukan oleh Direktur Jenderal

Pajak apabila memenuhi syarat sebagai berikut (Tansuria,2010:8),yaitu:

1) Wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau

objektif, misalnya wajib pajak orang pribadi meninggalduniadan tidak

meninggalkan warisan.

2) Wajibpajakbadandalamrangkalikuidasiataupembubaran

karenapenghentian atau penggabungan usaha.

3) WanitayangsebelumnyatelahmemilikiNPWPdanmenikah
14

tanpamembuatperjanjian pemisahan hartadan penghasilan

4) Wajibpajakbentukbadanusaha tetapyang menghentikan

usahanyadiIndonesia.

5) WarisanyangbelumterbagidalamkedudukansebagaiSubjek

Pajaksudahselesai dibagi.

6) DianggapperluolehDirekturJenderalPajakuntukmenghapus NPWP

dariwajibpajak yang sudahtidakmemenuhi persyaratan subjektif dan/atau

objektif sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

2.3 PenerimaanPajak

Peranpenerimaanpajaksangatpenting bagikemandirianpembangunan,

karenapajak merupakan salah satu sumber penerimaan negaradaridalamnegeri

yang paling utamaselaindariminyakdangasbumiuntuk mendanaiAnggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Waluyo dan Wirawan(2003:5)

mengatakan Jika dilihatdarisisi ekonomi, penerimaan darisektor pajak merupakan

penerimaan negara yang potensial, karenamelaluipajakpemerintahdapat

membiayaisaranadanprasaranapublik diseluruh sektor kehidupan, sepertisarana

transportasi, air, listrik, pendidikan, kesehatan, keamanan,komunikasi,sosialdan

berbagaifasilitaslainnyayang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

pembangunan. Peningkatan penerimaan pajak memegang peranan strategiskarena

akan meningkatkan kemandirian pembiayaan pemerintah.

Berbagaikebijakanpemerintahuntukmeningkatkanpenerimaannegara

darisektor pajak terusdigulirkan. Salahsatulangkahyang dilakukandalam


15

meningkatkan penerimaan pajak yaitu dengan diberlakukannyakewajiban

kepemilikan NPWPbagiwajibpajak.Semuawajibpajak yang telahmemenuhi

persyaratan subjektif dan objektif sesuaidengan ketentuan peraturan perundang-

undanganperpajakanberdasarkan sistemselfassessment,wajib mendaftarkandiri

padakantorDirektoratJenderalPajak untukdicatatsebagaiwajibpajakdan sekaligus

untuk mendapatkan NPWP. Kerjasama fiskus dan wajib pajak

diperlukanpuladalammeningkatkanpenerimaanpajakdimasadepan(Gisijanto,2008:

30).

2.4 Hubungan KepemilikanNPWP Terhadap Penerimaan Pajak


Setyawan(2007:59)danSujatmiko (2011:7)

menyatakanbahwaNPWPberhubunganpositif terhadap penerimaan pajak

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan nomoryang diberikan

kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakanyang

dipergunakansebagaitandapengenaldiriatauidentitas wajibpajak

dalammelaksanakanhakdankewajibanperpajakannya. Setyawan

(2007:59),menyatakanpengesahan pemberian NPWP dilakukan denganpemberian

SuratKeteranganTerdaftar. Surattersebut menginformasikan pemenuhan

kewajiban perpajakansetiap wajib pajak. Berdasarkanhasilpenelitianpetugas

SeksiTataUsaha Perpajakan, kewajiban perpajakan tersebutdiisidan harus

dilaksanakan oleh setiap wajib pajak. Pengisian kewajiban

perpajakanharusdidasarkanpadaketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakanyang berlaku, sehingga pelaksanaanataskewajibanperpajakanoleh

setiapwajibpajak dapat mengamankan penerimaanpajak.Semakinbanyakyang


16

diisikewajiban perpajakanolehpetugassecara benar maka penerimaanpajak dapat

meningkat.

2.5 Alat Analisis Regresi

Asumsi dasar penggunaan regresi linear sederhana adalah bahwa ada

hubungan terkait antara variabel terikat terhadap variabel bebas. Erat tidaknya

hubungan tersebut tergantung dari data yang diperoleh, demikian pula apakah

hubungan positif dan negatif, selanjutnya apabila variabel bebas akan memberikan

kontribusi terhadap variasi atau naik turunnya variabel terikat.

Sugiyono ( 2009 : 251) menyatakan bahwa disamping hubungan linear dua

variabel,hubungan linear satu varibel bisa juga terjadi.

Y =a+bX

Keterangan:
Y = Sabjek dalam variabel dependen yang
dipredikikan
X = Subjek dalam variabel independen yang
mempunyai nilai tentu
= Intersep (Nilai Y bila X=0
b = Koefisien,yangmenunjukan peningkatan atau
penurunan variabel X yang didasarkan pada
variabel Y. bila b (+) maka naik dan b (-) maka
terjadi penurunan
a = Penduga parameter X dan Y
dan b

2.5.1 Persamaan Regresi Linear Sederhana

Jika variabel terikat dihubungkan dengan satu variabel bebas maka

persamaan regresi liniear sederhanadalam penelitian ini adalah sebagai beriut:


17

Y =a+bX

Keterangan:
Y = Variabel terikat
X = Variabel bebas
= Titik potong terhadap variabel sumbu Y
b = Koefisien variabel X
a dan b = Penduga parameter X dan Y

2.5.2 Koefisien korelasi Sederhana (r)

r

X
Y




X
2
y
2 }


n y2

XY

n

Koefisien korelasi dipergunakan untuk mengetahui kuat tidaknya

hubungan yang terjadi antara varibel bebas ( X)terhadap varibel terikat (Y)

2
2.5.3 Koefisien Determinasi ( r )

Koefisien determinasi(penentu) alat analisis yang digunakan untuk

menunjukkan besarnya kontribusi ( sumbangan ) dari variabel bebeas (X)


18

terhadap variasi naik turunnya variabel terikat (Y)

2.5.4 Statistik Uji t

Statistik Uji t dipergukan untuk menguji hipotesis diajukan, dengan

cara membandingkan besarnya nilai dan t tabel secara individual antara variabel

independen terhadap variabel dependen

r n2
t hitung
1r 2

t tabel t ,(n2)

Dimana :
2
r = Koefisien Determinasi
n = Banyaknya periode atau observasi
= Tingkat nyata diambil = 5% atau 0,05

Dengan kreteria sebagai berikut:

a) Jika t hitung >t Tabel , berarti hipotesis nol ( H 0 ) ditolak atau hipotesis

alternatif ( H a ) diterima

b) Jika t hitung t Tabel , berarti hipotesis nol ( H 0 ) diterima atau hipotesis

alternatif ( H a ) ditolak

2.6 Kajian Empiris

Penelitian tentang Pengaruh Kewajiban Kepemilikan NPWP, Terhadapat

Penerimaan Pajak telah dilakukan oleh beberapa peneliti:


19

Irna Febriyanti (2013), melakukan Penelitian dengan tujuan untuk

menganalisis pengaruh kewajiban kepemilikan NPWP, pemeriksaan pajak, dan

penagihan pajak terhadap penerimaan pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama di Wilayah Jakarta Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kewajiban kepemilikan NPWP, pemeriksaan pajak dan penagihan pajak terbukti

berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan pajak. Variabel yang

mempunyai pengaruh paling signifikan terhadap penerimaan pajak adalah

penagihan pajak dengan nilai beta yang paling besar diantara variabel independen

lainnya sebesar (0,305).

YuliFarida (2015), melakukan Penelitiandengan

tujuanuntukmenganalisispengaruh

kewajibankepemilikanNPWP,pemeriksaanpajak,danpenagihanpajakterhadappener

imaanpajakpada KantorPelayananPajakPratamadiWilayah Kab.Kediri. Hasil

penelitianmenunjukkanbahwavariabelkewajibankepemilikanNPWP(X1),

pemeriksaanpajak(X2),danpenagihanpajak(X3)mempunyaiFhitung

25,097dengantingkat

signifikan0,000,karenaprobabilitas0,000<0,05,makaHoditolakartinyabahwakewaji

ban kepemilikanNPWP (X1),pemeriksaanpajak(X2),danpenagihanpajak(X3)

mempengaruhi penerimaanpajak.

Adelina Simanungkalit, dkk (2015), melakukan Penelitian dengan tujuan

untuk menganalisis pengaruh kewajiban kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak ,

pemeriksaan pajak dan penagihan pajak atas penerimaan pajak pada KPP Pratama

Bitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kewajiban Nomor Identifikasi


20

kepemilikan Wajib Pajak dan penagihan pajak tidak signifikan mempengaruhi

pendapatan pajak, sedangkan variabel pemeriksaan pajak terbukti memiliki efek

positif yang signifikan terhadap penerimaan pajak .

BAB 3

KERANGKA PIKIRDAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Pikir


21

Penelitian dilakukan pada KPP Pratama Baubau Jalan Betoambari No.33-

35 Kota Baubau. KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Baubau merupakan

unsur pelaksanan pemerintah kota Baubau dibidang pelayan pajak, mengingat

bahwa pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi negara

IndonesiaDirektorat Jenderal Pajakberupaya membuat wajib pajak secara sukarela

membayar pajaknya terutama para wajib pajak badan maupun perorangan. Hal

tersebut dapat dilakukan dengan cara menertibkan kepemilikan nomor pokok

wajib pajak (NPWP),terhadap penerimaan pajak pada KPP Pratama Baubau

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib

Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakansebagai

tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan

kewajiban perpajakannya( Mardiasmo,2011 : 23).

Waluyo dan WirawanB.Ilyas(2003:5) mengemukakan yaitu

darisudutpandang ekonomi,penerimaanpajak merupakan hasil pajakyang

digunakan untuk mengarahkankehidupanmasyarakat menuju

kesejahteraan.SelanjutnyaInpers RI nomor5Tahun2003mengatakan bahwa peran

penerimaan perpajakan semakin signifikan dalam pendapatan

negara,untukituupayapeningkatan kepemilikan nomor pokok wajib pajak perlu

ditingkatkan.

Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan nomor pokok wajib

pajak(NPWP), terhadap penerimaan pajak menggunakan teknik pengumpulan

data sekunderyang diperoleh dari sumber yang telah ada,misalnya catatan atau

dokumentasi yang diperoleh dengan mempertimbangkan indikator peningkatan


22

penerimaan pajak seperti dikemukakan Mardiasmo, (2011:23).

Peningkatanpenerimaan pajak yakni kewajiban kepemilikan nomor pokok wajib

pajak kemudian indikator kinerja seperti yang dikemukakan Waluyo dan

Wirawan(2003:5) yaitu kepemilikan nomor pokok wajib pajak (NPWP) terhadap

penerimaan pajak kemudian diolah untuk diukur menggunakan analisis regresi

linear sederhana dimana dalam penelitian kepemilikan nomor pokok wajib pajak

merupakan variabel (X) dan penerimaan pajak sebagai variabel (Y). Untuk lebih

jelasnya penulis dapat menggunakan dalam bentuk skema gambar kerangka pikir

seperti di bawah ini:

Kantor Pelayanan Pajak (KPP)


PratamaBaubau

Penerimaan pajak
(Waluyo dan Wirawan,2003)

Alat Analisis:
Analisis Regresi Linear Sederhana
(Sugiono 2009:275)

Rekomendasi
Melakukan penyuluhan
terhadap,PNS,lemba/Badan,
Wiraswasta,Masyarakat dan sebagainya
mengenai pentingnya kepemilikan NPWP

Gambar 3.1 : kerangka Pikir Pengaruh Kepemilikan Npwp, Terhadap


Penerimaan Pajak

3.2 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah "terdapat pengaruh yang
23

positif dan signifikan antara kepemilikan NPWP,terhadap penerimaanpajak pada

KPP Pratama Baubau

BAB 4

METODE PENELITIAN
24

4.1 Lokasidan ObjekPenelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada KPP Pratama Baubau Jalan Betoambari

No.33-35 Kota Baubaudan yang menjadi Objek dalam penelitian ini adalah

kepemilikan nomor pokok wajib pajak dan penerimaan pajak dilakukan pada

tanggal 3 Oktober 2016 sampai dengan tanggal 15 November 2016

4.2 Jenis dan Sumber Data

4.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


a) Data kuantitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk angka yaitu

data wajib pajak dan penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Baubau.

b) Data kualitatif, yaitu data yang sajikan dari kumpulan data non angka

yaitu gambaran umum perusahaan, struktur organisasi, buku pedoman

perusahaan,dan peraturan-peraturan perpajakan.yang berkaitan dengan

penelitian pengaruh jumlah populasi nomor pokok wajib pajak

terhadap penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Baubau

4.2.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder.Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang
25

telah ada,misalnya data kepemilikan nomor pokok wajib pajak dan penerimaan

pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau

4.4 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi lapang. Dalam studi lapang ini penelitian dilakukan dengan dua cara adalah

sebagai berikut :

1) Wawancara (Interview)

Metode untuk mendapatkan data dengan cara melakukan tanyajawab

secara langsung pada pegawai pajak khususnya divisipelayanan

padaKPPPratamaBaubau.

2) Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui peninggalan tertulis berupa

dokumentermaksud buku-buku tentang pendapat, teori, hukum-hukum,

dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah kepemilikan nomor

pokok wajib pajak terhadap penerimaan pajak

4.5 Variabel yang Dianalisis

Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah:

1) Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) merupakan variabel

bebas ( Independent )yang dilambangkan dengan(X)

2) PenerimaanPajakyang merupakan variabel terikat (Dependent) yang

dilambangkan dengan (Y)

4.6 Metode Analisis


26

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

kuantitatif. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis linear

sederhanaUntuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemilikan nomor

pokok wajib pajak (NPWP) terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Baubau. Analisis linear sederhana sebegai berikut:

4.6.1 Persamaan Regresi Linear Sederhana

Y =a+bX

Keterangan :
Y = Varibel penerimaan pajak
X = Variabel kepemilikanNPWP
a = Titik potong terhadap variabel sumbu Y
b = Koefisien variabel kepemilikan NPWP

4.6.2 Koefisien Korelasi Sederhana (r)

Koefisien korelasi sederhana dipergunakan untuk mengetahui kuat

tidaknya hubungan antara variabel bebas X (kepemilikanNPWP) terhadap

variabel terikat Y ( penerimaan pajak ).


27

r

X
Y




X
2
y
2 }


n y2

XY

n

Tabel4.2: Pedoman Untuk Memberikan Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


0,00 - 0,199 sangat rendah
0,020 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 sangat kuat

Sumber Sugiono ( 2009 : 250 )

2
4.6.3 Koefisien Determinasi (r )

Koefisien determinasi (penentu) adalah alat analisis yang digunakan untuk

menunjukan besarnya kontribusi (sumbangan) yang dinyatakan dengan

presentatase (%) dari variabel independentX kepemilikan NPWP terhadap variabel

dependent Y ( penerimaan pajak ).

Rumus yang dipergunakan adalah :


28

2
KD atau KP = (r ) 100%

Keterangan :
2 = Koefisien korelasi sederhana
r

4.6.4 Statistik Uji t

Statistik Uji-t dipergunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan ,

dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Jika terhadap signifikansi uji t ( =0,05) maka Ho diterima atau

hipotesis alternatif (Ha) ditolak

b) Jika terhadap signifikansi uji t ( = 0,05) maka Ho ditolak atau

hipotesis alternatif (Ha) diterima

4.7 Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Nomorpokokwajibpajak(NPWP)adalahnomoryang diberikan

Pratama Baubau kepadawajib pajaksebagaisarana

dalamadministrasiperpajakanyang dipergunakansebagaitanda

pengenaldiriatauidentitas wajibpajakdalam melaksanakan hak dan

kewajiban perpajakannya.

2) Penerimaan pajak merupakan sebuah realisasidari pembayaran pajak

oleh wajib pajak kepada Dirjen pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Baubau.
29

BAB 5

GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA BAUBAU

5.1 Sejarah Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau

Pajak merupakan kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh

orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang


30

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk

keperluan negara bagi kemakmuran rakyat.

Organisai Dirjen pajak pada mulanya merupakan perpaduan dari beberapa

unit organisasi, yaitu:

1) Jawatan pajak yang bertugas melaksanakan pemungutan pajak berdasarkan

perundang-undangan dan melakukan tugas pemeriksaan kas bendaharawan

pemerintah;

2) Jawatan lelang yang bertugas melakukan pelelangan terhadap barang-

barang sitaan guna pelunasan pajak negara;

3) Jawatan akuntan pajak yang bertugas membantu jawatan pajak untuk

melaksanakan pemeriksaan pajak terhadap pembukuan wajib pajak badan

dan;

4) Jawatan pajak hasil bumi ( Direktorat Iuran Pembangunan Daerah Pada

Ditjen Moneter ) yang bertugas melakukan pungutan pajak bumi dan pajak

atas tanah yang pada tahun 1963 menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi

kemudian pada tahun 1965 berubah lagi menjadi Direktorat Iuran

Pembangunan Daerah (IPEDA).Dengan keputusan Presiden RI No.12

Tahun 1976 Tanggal 27 Maret 1976 Direktorat IPEDA diserahkan dari

Direktorat Jendral Moneter kepada Direktorat Jendral Pajak. Pada Tanggal

27 Desembar 1985 melalui Undang-Undang RI No.12 Tahun 1985

Direktorat IPEDA berganti nama menjadi Derektorat Pajak Bumi Dan

Bangunan (PBB). Demikian juga untuk unit kantor di daerah yang semula

bernama Inspeksi IPEDA diganti dengan Inspeksi Pajak Bumi dan


31

Bangunan dan kantor Dinas luar IPEDA diganti dengan kantor luar

PBB.Untuk mengkordinasikan pelaksanaan tugas di daerah dibentuk

beberapaKantor Inspektorat Daerah Pajak (ITDA) yaitu di Jakarta dan

beberapadaerah seperti Sumatera,Jawa,Kalimantan dan Indonesia

Timurinspektorat daerah ini kemudian menjadi Kanwil Ditjen Pajak

(KantorWilayah) seperti yang ada sekarang

Pada perkembangan selanjutnya dibentuklah beberapa kantor pelayanan

pajak (KPP) dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KP PBB)

diantaranya KPP Kendari yang meliputi Kota Kendari,yang terdiri dari Kabupaten

Konawe, Konawe Selatan, Konawe Utara, Kolaka, Kolaka Timur dan Kolaka

Utara serta KP PBB Baubau yang wilayah kerjanya meliputi Kota Baubau, dan

empat Kabupaten yaitu, Kabupaten Muna, Kabupaten Buton Utara, Kabupaten

Wakatobi dan Kabupaten Bombana.

Sesuai Surat Keputusan Ditjen Pajak Nomor : Kep-99/PJ/UP.53/2008

tanggal 16 mei 2008 maka dibentuklah KKP Pratama Baubau dimana

pembentukan ini dalam rangka moderenisai sistem perpajakan Indonesia

5.1Visi dan Misi

5.1.1 Visi dan Misi Direktorat Jendral Pajak

5.2.1.1 Visi Direktorat Jendral Pajak

Menjadi Institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di

Wilayah Asia Tenggara.


32

5.2.1.2 Misi Direktorat Jendral Pajak

Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan

undang-undang perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan

negara demi kemakmuran rakyat.

5.2.2 Visi dan Misi KPP Pratama Baubau

5.2.2.1 Visi KPP Pratama Baubau

Menjadi Institusi pemerintah penghimpun pajak negara yang terbaik di

Wilayah kerja kanwil di Sulawesi Selatan, Barat Dan Tenggara

5.2.2.2 Misi KPP Pratama Baubau

Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan menerapkan

undang-undang perpajakan secara adil dalam rangka membiayai penyelenggaraan

negara demi kemakmuran rakyat.

5.3 Nilai-Nilai Kementrian Keuangan

5.3.1 Integritas

Berpikir , berkata, berprilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta

memegang kodek etik dan prinsip-prinsip moral.

5.3.2 Profesionalisme
33

Bekerja tuntas dan akurat atas dasar kompeten kantor tanggung jawab dan

komitmen yang tinggi

5.3.3 Sinergi

Membangun dan memastikan kerja sama internal yang produktif serta

kemitraan yang bagus para pemangku kepentingan untuk menghasilkan kerja

yang bermanfaat dan berkualitas

5.3.4 Pelayanan

Memberikan keamanan yang mempengaruhi kepuasan pemangku

kepentingan yang dilakukan dengan sepenuh hati, transparan ,cepat,akurat dan

aman

5.3.5 Kesempurnaan

Senantiasa melakukan upaya segala bidang untuk menjadi dan

memberikan yang terbaik.

5.4 Tugas dan Fungsi KPP Pratama Baubau

5.4.1 Tugas KPP Pratama Baubau

a) Menghimpun penerimaan dalam negara dari sektor pajak yang

menunjang kemandirian pembayaran pemerintah berdasarkan Undang-

undang perpajakan dengan langka evektifitas yang tinggi


34

b) Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan undang-undang

yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran

Pendaptan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan

yang efisien dengan melakukan;

1) Pengangkatan penguasaan atas obyek subyek pajak

denganpenyempurnaan undang-undang perpajakan;

2) Meningkatkan pengetahuan perpajakan masyarakat;

3) Meningkatkan dan kepatuhan perpajakan masyarakat.

5.4.2 Fungsi KPP Pratama Baubau

Direktorat Jendral Pajak adalah sebuah Ditjen Pajak dibawah Kementrian

Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan

kebijakan dan standarisai teknis di bidang perpajakan.

Dalam melaksanakan tugasya, Dirjen Pajak menyelenggarakan fungsi:

a) Penyiapan perumusan kebijakan Departemen Keuangan di bidang

perpajakan.

b) Pelaksanaan kebijakan di bidang perpajakan.

c) Perumusan standar, normal, pedoman, kriteria dan prosedur di bidang

perpajakan.

d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perpajakan.

e) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jendral

5.5 Struktur Organisasi


35

Struktur organisasi adalah bagian pembagian kerja dalam suatu instansi

pemerintah atau perusaan swasta. Struktur organisasi dalam suatu lembaga atau

perusaan merupakan salah satu aspek pokok dalam pembagian tugas atau

wewenang terhadap pekerjaan yang diembangnya. Adapun struktur organisasi dari

KPP Pratama Baubau adalah sebagai berikut:


34

Gambar 5.2 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau

KEPALA KPP
PRATAMA BAUBAU

KEPALA SUB
BAGIAN UMUM

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI


PENGOLAAN KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI PENGAWASAN PENGAWASAN
KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI EKSITENSI
DATA DAN PELAYANAN PENAGIHAN PEMERIKSAAN DAN DAN
INFORMASI PERPAJAKAN KONSULTASI I KONSULTASI II

KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau


35

5.6 Deskripsi Tugas

Berdasarkan StandarProsedurOperasi(SOP)DJPKeputusan

DirekturJenderalPajakNomorKEP-14/PJ/2008beberapafungsi dan tugas pokok

dari seksi-seksi di KPP Pratama adalah sebagai berikut :

Pada KPP Pratama Baubau mempunyai deskripsi tugas tertentu sebagai

berikut:

5.6.1 KepalaKantor

Kepala kantor mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Mengkoordinasi tugas-tugas bagian yangberadadi bawahnya.

b) Mengotorisasi,memeriksa,dan menandatanganidokumen serta laporan-

laporan.

c) Memintalaporanpertanggungjawabandaribagian-bagian di bawahnya.

5.6.2 Sub Bagian Umum

Sub bagian umum mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Penerimaan, pemusnahan dan penyampaian dokumen di KPP;

b) Pemprosesan dan penatausahaan dokumen masuk di sub bagian

umum;

c) Permintaan pengujian kesehatan pegawai;

d) Pelaksanaan pelantikan, sumpah dan serah terima jabatan serta

pengambilan sumpah Pegawai Negri Sipil (PNS);

e) Pembuatan Kartu Tanda Pengenal Pemeriksa;

f) Penerbitan izin melanjutkan pendidikan di luar kedinasan (S1);


36

g) Pengajuan usul peserta pendidikan di luar negeri;

h) Pengajuan usul pensiun janda atau duda;

i) Pengajuan usul permohonan berhenti bekerja sebagai PNS atas

permintaan sendiri, serta pengajuan usul pengangkatan bendahara;

j) Penyusunan RKAKl pada KPP;

k) Pengurusan gaji, TKPKN, dan SPJ, pengajuan uang makan PNS;

l) ermohonan kartu tanda peserta Asuransi dan Taspen;

m) Pelaksanaan pembayaran tagihan melalui mekanisme langsung (LS)

Kepada Rekan.

5.6.3 Seksi Pengolahan Datadan Informasi

Seksi Pengolahan Datadan Informasi mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Memprosesdanmenatausahadokumenmasukserta alat keterangan seksi

PDI.

b) Menyusunrencanapenerimaanpajakberdasarkan potensi pajak,

perkembangan ekonomi, dan keuangan.

c) Membentuk dan memanfaatkan bank data.

d) MembuatdanmenyampaikanSuratPerhitungan(SPH)keKPPlain.

e) Meminjamkan berkasdataataualatketerangankepadaSeksi terkait.

f) Menatausahapenerimaan PBBNon Elektronik.

g) MembuatlaporanpenerimaanPBBatauBPHTBserta menyelesaikan

pembagian hasilnya.

5.6.4 Seksi Pelayanan


37

Seksipelayanan mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Menatausahasurat,dokumen masuk, dokumen WP, laporan WP

padatempattatacarapendaftaranNPWP, melakukan

penghapusanNPWP, mengubah identitas WP, dan memberi tahu

penggunaan normapenghitungan.

b) Menyelesaikan permohonan pengukuhan Pengusaha KenaPajak

(PKP)dan pencabutan PKP.

c) Menyelesaikan pemindahan WPdan PKPdi KPPlama.

d) Menyelesaikan pemindahan WPdan PKPdi KPPbaru.

e) Menerimadan mengolah SPT Tahunan PPh dan SPT Masa.

f) Menyelesaikanpermohonanperpanjanganwaktupenyampaian

SPTTahunanPPh,cetaksalinan,danpembetulanSPPTatau SKPatau

STP.

g) Menerbitkan Surat Teguran penyampaian SPT Masa danTahunan

sertaSKP.

h) MenelitihasilkeluaranberupaSPPTatauSTPatauDHKPatauDHR.

i) Meminjamkan atau mengirimkan berkas.

j) Melaksanakan pemenuhan permintaan konfirmasi dan klarifikasi.

k) MenyelesaikanpermohonanpembukuandalambahasaInggris dan

matauangdollarAmerikaSerikat.

l) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak

(SPMKP)untukperwakilannegaraasing danbadan-badan internasional

sertapejabat atau tenaga ahlinya.


38

m) MenyampaikanpermintaanrevaluasiaktivatetapdariWPkeKantorWila

yah.

n) Melayani permintaan penetapan sebagai daerah terpencil.

o) MenyisihkananakberkasWPyang tahunataumasapajaknya telah

melampui sepuluh tahun.

5.6.5 Seksi Penagihan

Seksipenagihann mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Memproses dan menata usaha dokumen masuk di Seksi Penagihan,

SuratKetetapan Pajak (SKP), SuratTagihan Pajak (STP)beserta bukti

pembayarannya, Surat Keputusan

PembetulanatauKeberatanatauPutusanBanding atau

PenguranganatauPembatalanKetetapan Pajak, dan Surat

KeputusanPengurangan atau Penghapusan sanksi administrasi padaSeksi

Penagihan.

b) Menjawab konfirmasi datatunggakan pajak WP.

c) Menyelesaikanpermohonanpenundaanpembayaranpajakdan usulan

pemeriksaan dalam rangkapenagihan pajak.

d) Melakukan penagihan pajak seketikadan sekaligus.

e) Menghapus piutangpajak.

f) MenerbitkanSurat Teguran Pajak bunga penagihan, Surat

TeguranPenagihan,SuratPaksa,Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

(SPMP),dan Surat Keputusan Pencabutan Sita.

g) Melakukan pemindahan berkas dari KPPkeKPPlainnya.


39

h) Membuat usulan pencegahan danpenyanderaanterhadapWPtertentu.

i) Melaksanakan lelang dan menyelesaikan permohonan pembatalan lelang.

j) Membuat laporan Seksi Penagihan keKantorWilayah.

k) Menyelesaikan permohonan mengangsurpembayaran pajak.

5.6.6 Seksi Pemeriksaan

Seksipenagihann mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Memproses dan menata usaha dokumen masuk di SeksiPemeriksaan.

b) MenyelesaikanSuratPemberitahuan(SPT)tahunanPPhlebih

bayar,permohonan pengembalian kelebihan pembayaran PPN dan PPn BM

selain WPpatuh.

c) Menyelesaikanusulanpemeriksaandan pemeriksaan bukti permulaan.

d) Melaksanakan pemeriksaan kantordan lapangan.

e) Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak (LPP) dan NotaPerhitungan.

5.6.7 SeksiEkstensifikasi Perpajakan

Seksipenagihann mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Memproses dan menata usaha dokumen masuk di SeksiEkstensifikasi.

b) Membuatdaftar obyekpajakbarubaikdenganpenelitiankantor maupun

lapangan.

c) MenerbitkanSuratHimbauanuntukmemilikiNPWPdan daftar nominal

untuk usulan SP3 PSLEkstensifikasi.

d) Mencaridata daripihakketiga dalampembentukanatau pemutakhiran bank

data perpajakan serta data potensi perpajakan dalam monografi fiscal.


40

e) MelaksanakanpenilaianindividualobyekPBB danmemelihara dataobyek

dan subyek PBB.

f) MembuatDaftarBiayaKomponen Bangunan (DBKB) dan pembetukan atau

penyempurnaan ZNT atau NIR.

g) Menyelesaikanpermohonanpenundaan pengembalian SPOP,

permohonansuratketeranganNilai JualObyek Pajak (NJOP), dan

mutasisebagian ataupun seluruh obyek dan subyek PBB.

5.6.8 Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)

Seksipenagihann mempunyai tugas sebagai berikut:

a) Memprosesdanmenatausahadokumenmasukdi Seksi Pengawasan dan

Konsultasi serta menyusun estimasi penerimaan pajak perWP.

b) Menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Pajak

(SPMKP),SuratPerintahMembayarImbalanBunga (SPMIB),

SuratTagihanPajak(STP), SKPKB atau SKPKBTatau STB,

SuratKetetapanPajakPBB,teguranpengembalianSPOP,surathimbauanp

embetulan Surat Pemberitahuan (SPT), serta

menerbitkanpenggantianSPMKPatau SPMIB karena lewat

waktuataudaluwarsa,rusakatausalahbaikyang telah didistribusikan

maupun yangbelum didistribusikan.

c) Menyelasaikanpermohonan penggunaan nilai buku dalam

penggabungan, pengambilalihan, atau pemekaran usaha.

d) Menyelesaikanpermohonan keberatan, pembetulan ketetapan,

penguranganataupenghapusansanksiadministrasiPPh,PPN dan PPnBM


41

diKPP.

e) Menyelesaikanpermohonanpenguranganatau pembatalan ketetapan

pajak yang tidak benarPPh, PPN, dan PPnBM di KPP.

f) Menyelesaikan permohonan pengurangan ataupenghapusan

sanksiadministrasi PBB, perubahan metodepembukuan.

g) MenyelesaikanpermohonanSuratKeteranganBebas(SKB) PPh

Pasal21,SKBPPhPasal22bendaharawan, SKB pemungutPPh

Pasal22Impor, SKB pemungutPPh Pasal22atasimpor untuk WPyang

penghasilannya semata-mata dikenakan PPh Final, SKB

PPhPasal22atasimpor emas batanganuntukdiekspor

perhiasanemas,SKBpemotong PPhPasal23,SKBpemotongan PPh atas

bunga deposito, tabungan, serta diskonto SBIyang

diterimaataudiperolehdanapensionyangpendiriannya telah disahkan

oleh Menteri Keuangan.

h) MenyelesaikanpermohonanSKB PPhataspengalihanhaktanah

danbangunanbagiWPrealestate,SKB PPNataspenyerahan

BKPtertentuWPperwakilanNegaraasing ataubadan internasional serta

pejabat atau tenagaahlinya, SKBPPnBM

atasPembeliankendaraanangkutan,SuratKeterangan Bebas FiskalLuar

Negeri(SKBFLN), SKB PPnBMataspenyerahan kendaraan bermotor.

i) Melayanipermintaanperubahantahunbukupertama,pemusatanPPN,

permohonan Surat Keterangan Fiskal WPNon Bursa.

j) Menyelesaikanpemberianizinpembubuhantanda bea materai


42

lunasbaikdengan mesin teraan materai, teknologipercetakan, maupun

dengan system komputerasi.

k) Menyelesaikanpermohonan penambahan deposito baik dengan mesin

teraanmaterai teknologi percetakan maupun dengan sistem

komputerisasi.

l) Menyelesaikanpermohonanpengalihansaldobea materaibaik

darimesinteraanketeknologipercetakan, dariteknologi

percetakankemesinteraan,dariteknologipercetakanke system

komputerisasi,darisystemkomputerisasike mesinteraan, maupun dari

sitem komputerisasiketeknologi percetakan.

m) Menyelesaikan permohonan pengurangan angsuranPPh

Pasal25,pengembalianpendahuluanPPhuntukWPpatuh,perubahan

metodepenilaianpersediaan,pengembalianpendahuluanPPNuntukWPkr

iteria tertentukhususWPpatuh,kelebihan pembayaran PBB, kelebihan

pembayaran BPHTB, pengurangan PBBterutang,penguranganBPHTB

terutang,kompensasi (pemindahbukuan) PBB atau BPHTB, keberatan

atas penunjukan sebagai WP, pembetulan STB atau SKPKBatau

SKBKBTataspermohonanWP,pembetulanSTB atauSKBKB

atauSKBKBTsecarajabatan,pembatalanSPPTatauSKB atau STP,

pengurangan atau penghapusan sanksiadministrasidan

penguranganataupembatalan SKBKB atau SKBKBTatau STB diKPP,

dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang seharusnyatidak

terutang.
43

n) MenetapkanangsuranPPhPasal25WPbank,sewa guna usaha

denganhakopsi,BUMN,danBUMDserta menetapkan WP patuh.

o) Membuatsurat pemberitahuan perubahan besarnya angsuranPPh Pasal

25 (dinamisasi), SPMKP, atau SPMIByanghilang.

p) Melaksanakan putusan gugatan atau banding, ekualisasi, penelitian

dan analisis kepatuhan material WP.

q) Memberikanbimbingan kepada WP, menjawab surat yang

berkaitandengan konsultasi teknis perpajakan bagi WP,

menentukankembalitanggaljatuh tempo pembayaran PBB,

pemutakhiran profil WP, mengusulkan PKPfiktif

r) MenatausahaSuratKeputusanPembetulan,mengurangiatau menghapus

sanksi administrasi, serta Surat Keputusan KeberatanatauBanding atau

mengurangiatau mambatalkan Surat Ketetapan Pajak di Seksi

Pengawasan dan Konsultasi.


44

BAB 6

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

6.1 Hasil Penelitan

6.1.1 Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Baubau melakukan kegiatan pemberian nomor pokok wajib pajak

bagi wajib pajak badan maupun perorangan.


Berikut ini merupakan data nomor pokok wajib pajak yang dilakukan

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau Selama enam belas (16) tahun terakhir

yaitu dari tahun 2000-2015.


Tabel 6.2 Data Perkembangan NPWP Kantor Pelayan Pajak Pratama Baubau
Tahun2000 Sampai Dengan Tahun 2015

Tahun Jumlah NPWP Terdaftar (Orang) Perkembangan


(%)
2000 16.991
2001 20.388 19.99
2002 23.637 15.94
2003 26.803 13.39
2004 29.811 11.22
2005 32.714 9.74
2006 35.573 8.74
2007 38.352 7.81
2008 40.824 6.45
2009 43.143 5.68
2010 45.376 5.18
2011 47.525 4.74
2012 49.481 4.12
2013 51.343 3.76
2014 53.021 3.27
2015 54.588 2.96
Jumlah 609.570 122.99
Rata-Rata 38.098125 8.20
Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau 2015( diolah)
45

Berdasarkan data pada tabel 6.2 terlihat bahwa total jumlah Wajib Pajak

terdaftar setiap tahunnya terus meningkat. Tetapi perkembangan jumlah Wajib

Pajak terdaftar terus menurun pertumbuhan di tentukan dengan rumus

pertumbuhan yaitu :

nilai tahun keduanilai tahun pertama


pertumbuhan= 100 .
nilai tahun kedua

Penurunan pertumbuhan jumlah wjib pajak disebabkan oleh berkurangnya

jumlah Wajib Pajak potensial karena telah terdaftar seiring dengan berjalannya

waktu. perkembangan jumlah Wajib Pajak terdaftar dapat dilihat pada Tabel

6.2perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 2001 yakni mencapai 19,99%, hal

ini disebabkan berlakunya penerepan UU Pajak Penghasilan nomor : 38 Tahun

2000 Pasal 21 dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 252/KMK.03/2000Pasal

20 ayat (1) tentang penerapan tarif 20% lebih tinggi terhadap Wajib Pajak yang

tidak memiliki NPWP.

Sedangkan perkembangan terendah terjadi pada tahun 2015 yakni

mencapai 2,96%. Hal ini disebabkan karena pertambahan jumlah Wajib Pajak

terdaftar mencapai titik jenuh, yaitu semakin sedikit jumlah Wajib Pajak

potensial yang menjadi sasaran Ekstensifikasi. Oleh sebab itu, kegiatan

selanjutnya yang akan mendapatkan perhatian lebih adalah pada kegiatan

intensifikasi pajak dari Wajib Pajak yang telah terdaftar.

6.1.2 Penerimaan Pajak


46

Penerimaan pajak merupakan sebuah realisasidari pembayaran pajak oleh

wajib pajak kepada Dirjen pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak. Adapun realisasi

penerimaan pajak KPP Pratama Baubau adalah sebagai berikut:

Tabel 6.3 Data Perkembangan Penerimaan Pajak Pratama Baubau tahun 2000
Sampai Dengan Tahun 2015

Tahun Penerimaan Pajak(Milyar) Perkembangan (%)


2000 166,087,411,276 -
2001 187,143,332,472 12.68
2002 199,855,135,222 6.79
2003 200,052,618,442 0.10
2004 214,965,058,498 7.45
2005 227,912,440,056 6.02
2006 237,112,943,991 4.04
2007 291,063,646,000 22.75
2008 150,907,777,326 -48.15
2009 152,807,534,272 1.26
2010 162,283,576,502 6.20
2011 166,835,351,456 2.80
2012 216,179,216,662 29.58
2013 282,131,199,379 30.51
2014 289,055,750,713 2.45
2015 360,556,615,713 24.74
Jumlah 3,504,949,607,980 53.94
Rata-Rata 219,059,350,499 7.28

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau 2015( diolah)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan terus

meningkat dari tahun 2000 hingga 2015, tetapi perkembangan realisasi

penerimaannya cenderung fluktuatif. perkembangan terbesar terjadi pada tahun

2013 yaitu sebesar 30.51%. Dengan adanya peraturan tentang kenaikan

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang terdapat dalam Pasal 7 UU No.

10Tahun 2000 dan berlaku efektif di tahun 2003, serta adanya praktek
47

penghidaran pajak maka perkembangan penerimaan pajak 2003 sebesar 0.10%.

Sementara itu, perkembangan realisasi penerimaan pajak terkecil terjadi pada

tahun 2008 yaitu sebesar -48.15%. Hal itu disebabkan pemerintah

mendelegasikan Menteri Keuangan bersama dengan Menteri Dalam Negeri

untuk pengalihan PBB Pedesaan dan Perkotaan pada Pemerintah Dearah

setempatserta Undang-Undang RI No 36 Tahun 2008 tentang Peningkatan PTKP

Berlakunya peraturan tersebut membuat KPP Pratama Baubau kehilangan

potensi penerimaan pajak. Wajib Pajak yang sebelumnya wajib membayar pajak

PBB pada KPP Pratama Baubau, dengan adanya pengalihan maka kewajibannya

hilang hal ini menyebabkan penerimaan pajak pada KPP Pratama Baubau semakin

menurun.

6.2 Analisis Regresi Linear Sederhana

6.2.1 Persamaan Regresi Linear Sederhana

Pengolahan data mengunakan computer program satastika yang tersedia

yakni program SPSS WINDOWS 17,0. Analisis Regresi

Berdasarkan perhitungan regresi linear sederhanapada tabel

Coefficientsa(lampiran 2) maka dapat dibuat persamaan regresi sederhana

pengaruh kepemilikan nomor pokok wajib pajak terhadap penerimaan pajak yaitu

sebagai berikut:

Y= a+bX Y= 1,334+2,249X
48

Persamaan Regresi Linear sederhana yang dapat diperoleh dari hasil analisis dapat

1. a = konstanta sebesar 1,334 artinya jika KPP Pratama

Baubau tidak mengeluarkan nomor pokok wajib pajak

maka penerimaan pajak sebesar 1,334


2. b = + 2,249

Koefisien b bertanda positif (+) artinya kepemilikan

NPWP berhubungan erat terhadap penerimaan pajak,

hal ini berarti apabila kepemilikan NPWP bertambah,

maka penerimaan pajak akan bertambah,

Koefisien b sebesar 2,249 artinya apabila jumlah NPWP

bertambah 1%, maka penerimaan pajak akan

bertambah 2,249% dan koefisien sebesar 2,249

merupakan besarnya pengaruh kepemilikan NPWP

terhadap penerimaan pajak.

di interprestasikan sebagai berikut:

6.2.2 Koefisien Korelasi Sederhana (r)

Analisis koefisien korelasi sederhana (r) digunakan untuk mengukur kuat

tidaknya hubungan antara variabel independen kepemilikan nomor pokok wajib

pajak (X) dengan variabel dependen (Y). Berdasarkan hasil perhitungan pada

tabel Model Summary(lampiran 2) diperoleh nilai koefisien korelasi r = 0,451

artinya terdapat hubungan yang sedang antara kepemilikan nomor pokok wajib

pajak terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau,

hal ini sejalan dengan pendapat Sugiono ( 2009:250), halaman 25 yang mana
49

interpretasi koefisien korelasi 0,40-0,599 berada pada tingkat hubungan yang

sedang

2
6.2.3 Koefisien Determinasi ( r )

2
Koefisien determinasi ( r digunakan sebagai alat analisis untuk

menjelaskan besarnya kontribusi atau sumbangan dari variabel independen

kepemilikan nomor pokok wajib pajak (X) terhadap variabel naik turunnya

variabel dependen penerimaan pajak (Y). Berdasarkan hasil perhitungan regresi

pada tabel Model Summary(lampiran 2) didapat nilai koefisien determinasi (

r 2 sebesar 0,203 Hal ini berarti kontribusi sebesar 20,3% artinya wajib pajak

tidak memiliki kontribusi yang besar terhadap penerimaan pajak pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Baubau sedangkan sisanya sebesar 79,7% dipengaruhi

oleh faktor-faktor lain. Seperti penagihan dan pemeriksaan pajak.

6.2.4 Analisis Uji-t

Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana Pada tabel Coefficientsa

(lampiran 2) tingkat signifikansi t hitung sebesar 0,03 lebih rendah dari tarafnyata

atau = 0,5% maka Ho ditolak dan menerima hipotesis alternatif (Ha) yang

menyatakan kepemilikan nomor pokok wajib pajak berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penerimaan pajak. (0,03 < 0,05)


50

6.3 Pembahasan

6.3.1 Analisis Pengaruh Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak Terhadap

Penerimaan Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau

Berdasarkan hasil perhitungan regresi liniear sederhana dengan persamaan

Y= 1,334+2,249X Pada persamaan ini menunjukan adanya hubungan searah

antara kepemilikan nomor pokok wajib pajak dan penerimaan pajak, ditunjukan

dengan nilai koefisien regresi positif (b+).

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel Model Summary (lampiran 2)

dilihat nilai koefisien korelasi r = 0,451 artinya terdapat hubungan yang sedang

antara kepemilikan nomor pokok wajib pajak terhadap penerimaan pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau, hal ini sesuia dengan teori Sugiono

(2009:250)yang mana interpretasi koefisien korelasi 0,40-0,599 berada pada

tingkat hubungan yang sedang.

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tabel Model Summary

2
(lampiran 2) menunjukan koefisien determinasi ( r sebesar 0,203 Hal ini

berarti kontribusi sebesar 20,3% penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Baubau dipengaruhi oleh kepemilikan nomor pokok wajib pajak

sedangkan sisanya sebesar 79,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak

dimasukan pada model persamaan di atas. Hal ini sependapat dengan toeri

Setyawan(2007:59)danSujatmiko (2011:7). Menyatakan

berdasarkanhasilpenelitianpetugas SeksiTataUsaha Perpajakan, kewajiban


51

perpajakan tersebutdiisidan harus dilaksanakan oleh setiap wajib pajak. Pengisian

kewajiban perpajakanharusdidasarkanpadaketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakanyang berlaku, sehingga

pelaksanaanataskewajibanperpajakanoleh setiapwajibpajak dapat mengamankan

penerimaanpajak.Semakinbanyakyang diisikewajiban

perpajakanolehpetugassecara benar maka penerimaanpajak dapat meningkat.

Sesuai dengan fungsinya NPWP merupakan suatu sarana administrasi perpajakan

yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak. NPWP

juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam membayar pajak dan

pengawasan administrasi perpajakan. Sehingga bagi wajib pajak yang telah

memiliki NPWP diharuskan membayar pajak terutang. Penelitian seperti ini perna

diakukan Irna Febriyanti (2013), YuliFarida (2015) dan Adelina Simanungkalit,

dkk (2015)

Pengujian statistik pada tabel Coefficients a (lampiran 2) dapat dilihat untuk

perhitungan uji t pada variabel X atau kepemilikan nomor pokok wajib pajak nilai

t hitung (3,891), dengan tingkat signifikansi 0,03 jika dibandingkan dengan

tarafnya nayata () = 5 % (0,05) maka tingkat signifikansi lebi kecil dari tarafnaya

5% atau 0,03 < 0,05 sehingga menerima hipotesis yang menyatakan bahwa

kepemilikan nomor pokok wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan

terhadap penerimaan pajak pada Kantor Peayanan Pajak Pratama Baubau.


52

BAB 7

KESIMPULANDAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatanyang berhubungan dengan

pengaruh kepemilikan nomor pokok wajib pajak terhadap penerimaan pajak pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau yang penulis lakukan dapat disimpulan

sebagai berikut:
1. Adanya hubungan searah antara kepemilikan nomor pokok wajib pajak dan

penerimaan pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau


2. Koefisien korelasi sederhana ( r ) sebesar 0,451 artinya menunjukan adanya

hubungan yang sedang antara kepemilikan nomor pokok wajib pajak

terhadap penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Baubau.


2
3. Koefisien determinasi ( r ) sebesar 0,203 menunjukan kontribusi sebesar

20,3% penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau

dipengaruhi oleh kepemilikan nomor pokok wajib pajak sedangkan sisanya

sebesar 79,7% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti.


4. Variabel kepemilikan nomor pokok wajib pajak (X) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap penerimaan pajak (Y) pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Baubau

7.2 Saran

Berdasarkan hasil, pembahasan dan kesimpulan yang didapatkan maka

saran dari penilitian ini yaitu


53

1. Pihak KPP Pratama Baubau khususnya seksi ekstensifikasi diharapkan

melakukan kegiatan ekstensifikasi dengan lebih strategis dan tepat sasaran

yaitu dengan cara melakukan penyisiran Wajib Pajak potensial ke lapangan

secara berkala,
2. KPP Pratama Baubau diharapkan melakukan sosialisasi di berbagai media

tentang pentingnya membayar pajak, cara membayar pajak, dan cara

mendaftarkan diri untuk menjadi Wajib Pajak, serta meningkatkan

pelayanan di Kantor KPP Pratama Baubau.


3. Penelitian ini hanya menggunakan satu variabel independen yang

mempengaruhi penerimaan pajak. Oleh karena itu penulis mengharapkan

partisipasi aktif peneliti berikutnya untuk meneliti faktor-faktor lain yang

dapat mempengaruhi penerimaan pajak

DAFTAR PUSTAKA

Casavera,2009. Perpajakan,Cetakan Pertama,GrahaIlmu, Yogyakarta.

Diana,danSetiawati,2009.PerpajakanIndonesia,EdisiKedua,Andi, Yogyakarta.
54

Eddy Supriyanto,2011.AkuntansiPerpajakan.GrahaIlmu. Yogyakarta.


ErlySuandy, 2005.HukumPajak. Jakarta:Penerbit Salemba Empat.

Gisijanto, 2008. Penagihan Pajak dengan Surat Paksa terhadap Penerimaan


Pajak, Jurnal Ekonomi Akuntansi Pajak.

Husaini Usman dan R.Purnomo Setiady Akbar, 2012. Pengantar Statistika,Edisi


kedua, PT.Bumi Aksara, Jakarta.

Irna Febrianti,2013. Pengaruh Kewajiban Kepemilikan Nomor Poko Wajib


Pajak ( NPWP),Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak Terhadap
Penerimkaan Pajak.JurnalAkuntansi,Vol.2 No.2.

Imam Gozali,2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS


19, Edisi Ketiga, Badan penerbit Universitas Diponegoro,Semarang.

MudrajadKuncoro,2001. Metode Kuantitatif Teori dan


AplikasiUntukBisnisdanEkonomi.Yogyakarta.

Mardiasmo, 2011 Perpajakan, EdisiRevisi, Andi, Yogyakarta.

Nur Indriantoro, dan BambangSupomo, 2004 MetodologiPenelitianbisnis Untuk


Akuntansi dan Manajemen,Edisi Pertama,BPFE, Yogyakarta.

R.Gunawan Sudarmanto,2005. Analisis Regresi Linear Ganda SPSS. Edisi


Pertama.Cetakan Pertama.Graha Ilmu, Yogyakarta.

Resmi, 2014. Perpajakan: Teori dan Kasus, Edisi Kelima, Salemba Empat,
Jakarta.
Richar Burton, dan Wirawan,2013. Hukum Pajak.Jakarta: Salemba Empat.
SadonoSukirno,2005.MikroEkonomiTeori PengantarEdisi ke3.Jakarta;
PT.RajaGrafindoPersada

Setiawan, 2007.Analisis Hubungan antara Ekstensifikasi Wajib Pajak dan


Surat Setoran Pajak dengan Penerimaan Pajak (Studi kasus pada KPP
Jakarta Palmerah), Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi,
Vol.7, No.1.

Sujatmiko, 2011.Kewajiban Pemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak dalam


Pengalihan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan (Tinjauan terhadap
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 35/PJ/2008), Jurnal
Socioscientia Kopertis Wilayah XI Kalimantan Vol.3, No.2.

Simangkalit,Adelina,AgusT.Poputr,dan Treesje Runtu,2015.Pengaruh Kewajiban


Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pemeriksaan Pajak dan
Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak (studi kasus : di KPP
55

Pratama Bitung)Jurnal Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Manado.

SitiKurnia Rahayu,2010.PerpajakanIndonesia(KonsepdanAspekSosial),Cetakan
Pertama, GrahaIlmu, Yogyakarta.

Suharsimi Arikunto,2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Sugiyono, 2009.MetodePenelitian Bisnis,Cetakan ke-13, Alfabeta cv,Bandung.

Tansuria,2010.Pokok-pokokKetentuanUmumPerpajakan(KUP),Cetakan
Pertama, GrahaIlmu, Yogyakarta.

Thomas Sumarsan, 2010.Perpajakan Indonesia (Pedoman Perpajakanyang


Lengkap Berdasarkan Undang-undangTerbaru),Indeks, Jakarta.

Usman B,dan Subroto K,2006. PajakIndonesia, Jakarta; PenerbitWawasan


BinaPajak.

Vegirawati, 2011. Hubungan Antara Penerbitan Surat Tagihan Pajak dengan


Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Ilir Timur Palembang, Jurnal
Ekonomi dan Informasi Akuntansi, Vol.1 No.3.
Waluyo dan Wirawan B Ilyas, 2009.Perpajakan Indonesia.Jakarta : Salemba
Empat.

Yuli Farida,2015. Pengaruh Kewajiban Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak


(NPWP), Pemeriksaan Pajak dan Penagihan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak (studi kasus: pada KPP di Wilayah Kabupaten
Kediri) Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri.

ampiran 1: Data kepemilikan nomor pokok wajib pajak(X) dan penerimaan


pajak(Y)
56

Tahun NPWP (X) Penerimaan Pajak


(Y)
2000 16.991 166.087.411.276
2001 20.388 187.143.332.472
2002 23.637 199.855.135.222
2003 26.803 200.052.618.442
2004 29.811 214.965.058.498
2005 32.714 227.912.440.056
2006 35.573 237.112.943.991
2007 38.352 291.063.646.000
2008 40.824 150.907.777.326
2009 43.143 152.807.534.272
2010 45.376 162.283.576.502
2011 47.525 166.835.351.456
2012 49.481 216.179.216.662
2013 51.343 282.131.199.379
2014 53.021 289.055.750.713
2015 54.588 360.556.615.713

Lampiran 2 : Hasil Hitungan Regresi Linear Sederhana

Regression
57

[DataSet0]

Variables Entered/Removeda
Model Variables Variables Method
Entered Removed
b
1 NPWP . Enter
a. Dependent Variable: Penerimaan
b. All requested variables entered.

Model Summary
Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Estimate
Square
a
1 ,451 ,203 ,147 5,55
a. Predictors: (Constant), NPWP

Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.
Coefficients

B Std. Error Beta

1.334 4.74 2,815 ,014


(Constant)
1
2,249 1,19 ,451 3,891 ,030
NPWP
a. Dependent Variable: Penerimaan
58

For One-Tailed Test


df 0.50 0.20 0.10 0.05 0.02 0.01
1 1.000 3.078 6.314 12.706 31.821 63.657
2 0.816 1.886 2.920 4.303 6.965 9.925
3 0.765 1.638 2.353 3.182 4.541 5.841
4 0.741 1.533 2.132 2.776 3.747 4.604
5 0.727 1.476 2.015 2.571 3.365 4.032
6 0.718 1.440 1.943 2.447 3.143 3.707
7 0.711 1.415 1.895 2.365 2.998 3.499
8 0.706 1.397 1.860 2.306 2.896 3.355
9 0.703 1.383 1.833 2.262 2.821 3.250
10 0.700 1.372 1.812 2.228 2.764 3.169
11 0.697 1.363 1.796 2.201 2.718 3.106
12 0.695 1.356 1.782 2.179 2.681 3.055
13 0.694 1.350 1.771 2.160 2.650 3.012
14 0.692 1.345 1.761 2.145 2.624 2.977
15 0.691 1.341 1.753 2.132 2.602 2.947
16 0.690 1.337 1.746 2.120 2.583 2.921
17 0.689 1.333 1.740 2.110 2.567 2.898
18 0.688 1.330 1.734 2.101 2.552 2.878
19 0.688 1.328 1.729 2.093 2.539 2.861
20 0.687 1.325 1.725 2.086 2.528 2.845
21 0.686 1.323 1.721 2.080 2.518 2.831
22 0.686 1.321 1.717 2.074 2.508 2.819
23 0.685 1.319 1.714 2.069 2.500 2.807
24 0.685 1.318 1.711 2.064 2.492 2.797
25 0.684 1.316 1.708 2.060 2.485 2.787
26 0.684 1.315 1.706 2.056 2.479 2.779
27 0.684 1.314 1.703 2.052 2.473 2.771
28 0.683 1.313 1.701 2.048 2.467 2.763
29 0.683 1.311 1.699 2.045 2.462 2.756
30 0.683 1.310 1.697 2.042 2.457 2.750
40 0.681 1.303 1.684 2.021 2.423 2.704
60 0.679 1.296 1.671 2.000 2.390 2.660
12 0.677 1.289 1.658 1.980 2.358 2.617
0
x 0.674 1.281 1.645 1.960 2.326 2.576
Lampiran 3: Nilai Kritis Distribusi t

Sumber : Husani Usman dan R.Purnomo Setiady Akbar ( 2012:346)


59

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

FAKULTAS EKONOMI
Jalan : Sultan Dayanu Ikhsanuddin No. 124, Baubau Website : www.fekonunidayan.com

Nomor : / N / Ak FEUD / VIII / 2016


Lampiran :
Perihal : Permohonan Izin Penelitian

Kepada
Yth. Pimpinan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau
di-
Tempat.

Dalam rangka penyelesaian studi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas


Dayanu Ikhsanuddin, maka perlu mangadakan penelitian untuk menyusun
Skripsi. Oleh karenanya kami mohon kiranya mahasiswa kami :

Nama : Agusrin
Nomor Pokok Mahasiswa : 11 320 046
Program Studi : Akuntansi

Dapat diberikan izin untuk mengadakan penelitian dengan Judul Skripsi


Pengaruh Kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ) Terhadap
Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Baubau.

Demikian permohonan kami, atas kerjasama yang baik diucapkan terima kasih.
Baubau,
Universitas Dayanu Ikhsanuddin
Fakultas Ekonomi
Dekan,

DR. Sulhan Manaf, M. Si


NIP. 19621231 1988 1 024

Anda mungkin juga menyukai