Anda di halaman 1dari 3

Tatalaksana bronkiektasis (Alsagaff,2008)

1. Konservatif
1. Mengobati penyakit Dasar
2. Drainase postural
3. Penggunaan antibiotika yang tepat
4. Mukolitik dan ekspektoran, terutama bila sputum kental sehingga sukar
dikeluarkan dan dibatukkan
2. Suportif
1. Memperbaiki keadaan umum
2. Psikoterapi agar tidak menarik diri dari lingkungan.

Pembedahan
Paling ideal dilakukan reseksi pada bagian yang sakit.
Indikasi : Batuk darah berulang, proses ekstasis yang lokal/soliter
Kontra indikasi : Pada bronkiektasis yang difus, faal paru yang jelek.

Tatalaksana Pneumothoraks
Tatalaksana tergantung dari jenis pneumothoraks, derajata kolaps, berat
ringan gejala, penyakit dasar dan penyulit yang terjadi.

a. Pneumothoraks Tertutup
Paru yang kolaps hanya sedikit, pada pengukuran tekanan intrapleura
negatif atau positif kecil dan setelah dihisap dengan pneumometer 300-
500 cc atau 1000 c didapatkan tekanan intrapleura tetap negatif dan tidak
berubah menjadi positif.

1. Penatalaksanaan Pneumotoraks2.7.1 Penatalaksanaan Awal pada


Pneumotoraks

Penatalaksanaan awal pada semua pasien trauma adalah


dilakukanstabiisasi leher hingga dipastikan pasien tidak mengalami cedera
cervicaldengan cara memasang cervical collar atau dengan kantong berisi
pasir.Evaluasi tingkat kesadaran dengan menyapa pasien dan dilaknjutkan
denganpemeriksaan ABC (airway, breathing, circulation)(Boon, 2008).Pada
pemeriksaan jalan nafas yaitu membuka jalan nafas dengan jaw thrust (bila
dicurigai terdapat cedera cervical/pada pasien tidak sadar) atau head tilt chin
lift dilanjutkan dengan membersihkan rongga mulut dengan swabmengunakan
jari telunjuk, mempertahankan jalan nafas agar tetap terbuka. Padapasien tidak
sadar dilakukan pemasangan orofaringeal tube untuk mencegahlidah jatuh dan
menutup jalan nafas (Boon,2008).Pemeriksaan pernafasan yaitu melihat,
mendengar, dan merasakandilakukan secara bersamaan. Pada pasien dengan
pneumotoraksperkembangan dinding dada asimetris, deviasi trakea ke paru
yang sehat, JVPmeningkat, suara nafas menurun bahkan menghilang dan pada
perkusididapatkan hipersonor. Bila didapatkan tanda-tanda tersebut, langsung
dilakukantindakan needle thoracostomy (Boon, 2008).Pemeriksaan nadi carotis
dan radialis didapatkan takhikardi, akral danmemeriksa capillary refill test .
Dilakukan pemasangan intravenous line, bila terjadi perdarahan masif dilakukan
pemasangan double line dengan cairankristaloid (Boon, 2008)

2. Penatalaksanaan Pneumotoraks Tertutup (Simple Pneumothorax)

Kebanyakan simple pneumothorak akan membutuhkan pemasangan


intecostal chest drain sebagai terapi definitif. Pneumothorak kecil, khususnya
yang hanya terlihat dengan CT scan dapat diobservasi. Keputusan untuk
observasi berdasarkan status klinis pasien. Pemasangan chest tube cocok pada
kasus yang terdapat multiple injury, pasien yang menjalani anestesia yang
berkepanjangan,atau pasien yang akan dirujuk dengan jarak yang jauh dimana
deteksi peningkatan atau tension pneumothoraks mungkin sulit atau tertunda
(Brohi,2004).

3. Penatalaksanaan Pneumotoraks Terbuka (Open Pneumothorax )

Oksigen 100% harus diberikan melalui facemask. Intubasi harus


dipertimbangkan bila oksigenasi atau ventilasi tidak adekuat. Intubasi tidak
boleh menunda pemasangan chest tube dan penutupan luka. Manajemen
definitif pada open pneumotoraks adalah menutup luka dan segera memasang
intercostal chest drain(Brohi, 2004). Bila chest drain tidak tersedia dan pasien
jauh dari fasilitas yang bisa melakukan terapi definitif perban dapat diletakkan di
atas luka dan diplester pada tiga sisinya. Secara teori, hal tersebut bertindak
sebagai katup-flap untukmemungkinkan udara keluar dari pneumotoraks selama
ekspirasi, namun tidak masuk selama inspirasi. Hal ini mungkin sulit bila
dilakukan pada luka yang luas dan efeknya sangat bervariasi. Sesegera mungkin
chest drain harus dipasang dan luka ditutup (Brohi, 2004).

4. PenatalaksanaanTension Pneumothorax

a. Needle Thoracostomy

Manajemen klasik tension pneumothoraks adalah dekompresi dada


emergensi dengan needle toracostomy. Jarum ukuran 14-16 G ditusukkan pada
Intercostal Space (ICS) II Mid Clavicular Line (MCL). Jarum dipertahankan hingga
udara dapat dikeluarkan melalui spuit yang terhubung dengan jarum. Jarum
ditarik dan kanul dibiarkan terbuka di udara. Udara yang keluar dengan cepat
dari dada menunjukkan adanya tension pneumothoraks . Manuver ini mengubah
tension pnemothoraks menjadi simple pneumothoraks (Brohi, 2004).

b. Pemasangan Chest Tube

Pemasangan chest tube merupakan terapi definitif pada


tension pnemothoraks. Chest tube harus tersedia dengan cepat di ruang
resusitasi dan pemasangannnya biasanya cepat. Pemasangan terkontrol chest
tube lebih baik untuk blind needle thoracostomy . Hal ini menyebabkan status
respiratori dan hemodinamik pasien akan menoleransi beberapa menit
tambahan untuk melakukan surgical thoracostomy. Setelah pleura dimasuki
(diseksi tumpul),tekanan akan didekompresi dan pemasangan chest tube dapat
dilakukan tanpa terburu-buru. Hal ini terutama berlaku bagi pasien yang
terventilasi manual dengan tekanan positif (Brohi, 2004).

Pustaka

Brohi K. 2004. Chest Trauma: Pneumothorax-Open.


http://www.trauma.org/archive/thoracic/CHESTopen.html.

Brohi K. 2004.Chest Trauma: Pneumothorax-


Simple.http://www.trauma.org/archive/thoracic/CHESTpneumo.html.

Brohi K. 2004.Chest Trauma: Pneumothorax-


Tension.http://www.trauma.org/archive/thoracic/CHESTtension.html

Alsagaff, Abdul M. Dasar-dasar ilmu penyakit paru. Airlangga University.


Surabaya .2008 :260-1

Anda mungkin juga menyukai