Anda di halaman 1dari 7

KE-IPNU-IPPNU-AN

A. PENDAHULUAN
Berdirinya suatu organisasi tentunya didahului adanya faktor yang
mendorong bedirinya, begitu juga IPNU-IPPNU banyak faktor yang
mendorongnya, adapun factor yang mendorogn utamanya ada dua yaitu
factor agama dan pendidikan.
Faktor agama atau aqidah, maksudnya : kita maklum bahwa Negara
kota kebanyakan kaum muslim dan mayoritas Ahlussunnah Wal
Jama`ah. Dari generasi muda inilah yang disiapkan jauh-jauh
sebelumnya untuk mempertahankannya, sekaligus memegang estafet
perjuangan/kepemimpinan NU.
Faktor pendidikan maksudnya disaat IPNU-IPPNU menjelang bangkit,
suasana kaum pelajarnya terpecah jadi dua macam, ada yang memelajari
agama dan ada yang mempelajari umum saja.
B. SEJARAH BERDIRINYA
Sebenarnya di Negara kita sudah banyak organisasi-organisasi
pelajar yang berhaluan Ahlussunah Wal Jama`ah dan bernaung dibawah
panji-panji NU, namun semua itu belum terorganisir dengan baik,
keadaan inilah yang memberi inspirasi bagi para tokoh untuk
mempersatukan organisasi-organisasi yang yang betebaran tersebut
untuk manjadi satu ikatan. Gagasan tersebut terkabul ditahun 1954 disaat
berlangsunya kongres LP Ma`arif di Semarang diterima dengan suara
bulat maka lahirlah suatu organisasi pelajar NU yang diberi nama IPNU
resmi berdirinya tanggal 2 Jumadil Akhir 1373/24 Pebruari 1954 dan
ketuanya bernama Tholkah Mansur.
IPPNU lahir setelah IPNU yaitu pada konggres IPPNU pertama
tanggal 8 Rojab 1374/3 Maret 1955 dengan ketuanya Umroh Mahfudah.

Status dan (Kedudukan) NU


Pada kongres ke IV tahun 1966 di Surabaya diputuskan IPNU-
IPPNU menjadi badan otonom NU dan diterima Muktamar NU tahun
1967 di Bandung.
IPNU-IPPNU sebagai kader NU di lapisan bawah, garis-garis
perjuangannya sekaras dengan induknya NU sebab ditangan IPNU-
IPPNU lah NU dimasa mendatang. NU dengan Khittoh 26 dengan
wawasan baru menatap jauh menuju terciptanya kehidupan masa depan
yang lebih cerah. IPNU-IPPNU dituntut untuk menyelaraskan diri
dengan konsepsi NU yang cemerlang.
C. AZAS, AQIDAH, TUJUAN, SIFAT dan FUNGSI
1. Azas, IPNU-IPPNU berazaskan Pancasila.
2. Aqidah, IPNU-IPPNU beraqidahkan Islam Ahlussunah Wal Jama`ah
dengan bertitik tolak pada:
a. Mendasarkan faham keagamannya kepada sumber agama islam, Al-
Quran dan Sunat, Ijma` dan Qiyas.

1|Page
b. Dalam memahami, menafsirkan islam dari sumber-sumbernya
dengan mengunakan jalan pendekatan (Madzhab).
3. Tujuan
Tujuan IPNU adalah terbentuknya Putra-putra bangsa yang bertaqwa
kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia da wawasan kebangsaan
serta bertanggung jawab atas atas terlaksananya Syariat Islam menurut
Faham Ahlusunnah Wal Jamaah.
Adapun tujuan IPPNU adalah:
a. Terbentunya putri-putri bangsa Indonesia yang bertaqwa kepada Allah
SWT dan berakhul karimah.
b. Tegak dan berkembangnya syariat Islam menururt faham Ahlussunah
Wal Jama`ah.
c. Terbentukmnya kader bangsa-yang berilmu, berakhlak mulia dan
berwawasan Nasional.
d. Terbentuknya kader-kader yang mempunyai kemadirian dan
pemberdayaan ekonomi.
e. Terbentuknya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan
Pancasila dan UUD.
4. Sifat dan Fungsi
IPNU bersifat keterpelajaran, kekeluargaan Kemasyarakat dan
keagamaan.
IPPNU bersifat keagamaan, keilmuan, sosial kemasyarakatan,
keterpelajaran dan kepemudaan.
IPNU berfungsi :
a. Wadah berhimpun Putra Nahdlatul Ulama untuk melanjutkan
semangat jiwa dan nila-nilai Nahdliyah.
b. Wadah komunikasi Putra Nahdlatul Ulama untuk menggalang
Ukhuwah islamiyah.
c. Wadah aktualisasi Putra Nahdlatul Ulama dalam pelaksanaan dan
pengembangan syariat islam.
d. Wadah kaderisasi Putra Nahdlatul Ulama untuk mempersiapkan
kader-kader bangsa.
IPPNU berfungsi :
a. Wadah perhimpunan pelajar putri Nahdlatul Ulama untuk
melakjutkan cita-cita dan nilai nahdliyin.
b. Wadah komunikasi dan interaksi Pelajar Putri Nahdlatul Ulama
untuk menggalang Ukhuwah Islamiyah dan mengembangkan Syiar
Islam.
c. Wadah kaderisasi pelajar putri Nahdlatul Ulama untuk
mempersiapkan kader-kader bangsa.
D. IPNU-IPPNU DENGAN ORGANISASI PELAJAR LAIN
1. IPNU dengan IPPNU
IPPNU bukanlah bagian dari IPNU, demikian sebaliknya, melainkan
berdiri sendiri dan mempunyai PD/PRT sendiri-sendiri. Hanya saja karena
kedua tujuannya sama dan serupa, dalam rangka menyiapkankan kader-
kader Jam`iyah NU maka untuk menghemat menyemarakkan kerjanya,

2|Page
banyak program-program yang dilakukan bersama-sama, namun ini tidak
menghalang-halangi adanya kegiatan khusus masing-masing.

2. Dengan Organisasi Lain.


IPNU-IPPNU mempunyai kedudukan yang saman dengan organisasi
pelajaryang lain, dengan demikian pula eksistensinya yang merupakan hak
hidup di Negara Republik Indonesia sama dengan OSIS, Pramuka, dan
lain-lain. Ini mempunyai hak hidup yang dijamin oleh UUD 1945 yaitu :
Kemerdekaan berserikat dan Berkumpul.
E. PERUBAHAN NAMA IPNU dan IPPNU
Awal berdirinya IPNU mempunyai kepanjangan dari Ikatan Pelajar
Nahdlatul Ulama sedangkan IPPNU mempunyai kepanjangan Ikatan
Pelajar Putri Nahdlatul Ulama. Namum setelah Kongres ke-X tanggal 29
Desember 1987 s.d 01 Januari 1988 di Pondok Pesantren MAMBA`UL
MA`ARIF Denanyar Jombang Jawa Timur telah mengalami sedikit
perpanjangan nama:
Nama IPNU menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama (PD. IPNU BAB I
pasal 1).
Nama IPPNU menjadi Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama (PD. IPNU
BAB I pasal 1).
Kemudian pada kongres ke XIV tanggal 14 Juni sampai 22 juni 2003 di
Asrama Haji Sukolilo Surabaya kepanjangan dari IPNU-IPPNU kembali
lagi pada asal pendiriannya.
F. LAMBANG
Lambang IPNU Lambang IPPNU

Keterangan lambang IPNU :


1. Lambang Organisasi berbentuk bulat.
2. Warna dasar Hijua tua, berlingkar kuning tepinya dengan diapit
lingkaran putih terletak di dalam dan di luar garis lingkaran kunig.
3. Isi lambang : bintang sembilan, lima di atas yang sstu besar di tengah
dan empat di bawah, warna kuning diantara putih, dua kitab dan dua
bulu angsa bersilang warna putih.
4. tercantum diantara kata IPNU dengan titik diantaranya dengan diapit
tiga garis pendek kanan kiri warna putih.
Keterangan lambang IPPNU :
1. Lambang Organisasi berbentuk segi tiga sama kaki.
2. Warna dasar hijau, dikelilingi garis warna kuning yang kedua tepinya
diapit warna putih,
3. Isi lambang : bintang sembilan, yang sebuah besar terletak di atas,
empat buah menurun di sisi kiri dan empat buah lainnya di sisi kanan
dan berwarna kuning, dua kitab dan dua bulu angsa bersilang warna
putih serta dua buah melati putih di kedua ujung bawah lambang.

3|Page
4. Tulisan IPPNU dengan lima titik diantaranya, tertulis dua buah bulu
angsa dan berwarna putih

Arti lambang :
1. Warnan hijau : Kebenaran kesuburan
2. Warna putih : Kesucian dan kebersihan
3. Warna kunig : Hikmah yang tinggi dan kejayaan
4. Segi tiga : Iman, Islam dan Ikhsan.
5. Dua buah garis tepi mengapit : Dua kalimah syahadat
Warna Kuning
6. Sembilan bintang : keluarga NU yang diartikan
Satu Bintang besar : Nabi Muhammad SAW.
Empat bintang disebelah kanan = Empat sahabat nabi (Abubakar,
Umar Bin Khattab, ustman Bin Affan dan Ali
Abi Tholib).
7. Dua kitab : Al-Quran dan Al-Hadist
8. Dua bulu bersilang : Aktif menuntut ilmu umum dan agama.
9. Dua bunga melati :Perpaduan dua unsur ilmu pengetahuan
dan agama
10. Lima titik diantara tulisan IPPNU: Rukum Islam

Tingkatan kepengurusan IPNU dan batas umur :


- Pimpinan Pusat ( PP ) : 30 Th
- Pimpinan Wilayah (PW) : 27 Th
- Pimpinan Cabang (PC) : 25 Th
- Pimpinan Anak Cabang (PAC) : 23 Th
- Pimpinan Ranting (PR) : 20 Th
- Pimpinan Komisariat (PK) : Sesuai tingkatan sekolah min 12 Th.
- Pimpinan Komisariat Perguruan Tinggi (PKPT)

4|Page
URGENSI REPOSISI IPNU dan IPPNU
(menjadi Organisasi Pembelajaran)

Awalan
Senin, 23 Juni 2003 pukul 12.50 WIB. Bertempat di Hall Zaitun Kompleks
Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Pimpinan sidang mengedokkan palunya, gedokan
palu itu menjadi pertanda sebauh keputusan penting telah diambil. Keputusan itu
terkait dengan perubahan (baca: pengambilan) kepanjangan akronim IPNU
menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (lagi). Beberapa jam sebelumnya IPPNU
juga mengambil keputusan yang sama. Setuju atau tidak setuju itulah relitasnya.
Karena itu yangharus dipikirkan kemudian adalah Apa yang kita lakukan setelah
itu.
Secara objektif, format gerakan IPNU-IPPNU selama sati setangah brocade
terakhir sejak kongres Jombang 1988 sampai dengan kongresSurabaya 2003
memang tidak menguntungkan bagi penataan kelembagaan NU kdepan. Karena
itulah, reposisi menjadi agenda utama sekaligus kontrofersial dalam kongres di
Surabaya.
Reposisi menjadi agenda utama karena sebagai bagian dari NU, IPNU-
IPPNU menyadari bahwa harus ada pembagian tugas yang jelas antar berbagai
elemen/badan otonom yang ada di NU. Hal ini untuk menghindari berlanjutnya
kondisi overlapping pada proses kaderisasi. Selama ini overlapping kaderisasi itu-
ditingkat bawah-banyak terjadi pada IPNU-ANSOR dan IPPNU-FATAYAT.
Selain itu, keinginan untuk melakukan reposisi juga didasarkan pad realitas
kekinian yang mengindikasikan terjadinya distorsi misi dan orientasi yang
ditetapkan para pendiriannnya. Diakui atau tidak nuansa intelektual dan
pemberdayaan kader yang manjadi :ruh kelahiran IPNI-IPPNU semakin lama
semakin pudar warnanya.
Selain itu fingsi IPNU-IPPNU sebagi wadah kaderasasi untuk
mempersiapkan kader bangsa (lihat misalnya PD IPNU pasal 1) tidak biasanya
dijalankan secara optimal fungsio itupun tereduksi hanya sebatas penyiapan kader
pemimpin NU atau kader bidang politik anak-anak NU yangb berada di sekolah-
sekolah seluler tidak tersentuh oleh nilai-nilai ke-NU-an dan lebih besimpati
pada kelompok-kelompok Islam Kanan.
Hal yang sama tetrjadi di dunia perguruan tinggi, banyak anak NU jebolan
Pesantren yang masuk perguruan tinggi umum untuk menyebut kamnpus non
PTAI lebih nyaman dengan kelompk-kelompok usroh dari pada bergabung dengan
organisasi maha siswa ekstra kampus (OMEK) yang sudah established, termasuk
OMEK yang mengklaim mempunyai keterkaitan Kultural dengan NU.
Ironiya, kondisi tersebut telah berlangsung bertahun-tahun, dan NU
termasuk IPNU-IPPNU hampir tidak pernah melakukan apa-apa. Saat ini, tidak
tertutup kemungkinan motor penggerak kelompok-kelompok yang secara idelogis
berlawanan degnan NU tersebut dulunya adalah anak-anak dari warga NU yang
dibajak orang lain.
Patu digaris bawahi anak-anak NU yang belajar di sekolah-sekolah
sekuler dan jebolan pesantren yang dapat menembus perguruan tinggi umum
adalah asset strategis ang selama ini tidak pernah disentuh dan dilayani
kebutuhannya. Beruntung kemudian K.H Hasyim Muzadi mempunyai gagasan
briliant untuk mendirikan yang khusus diperuntukkan bagi maha siswa kampus
sekuler dan diharamkan bagi maha siswa kampus agama. Akhir-akhir ini
perkembangan reflikasi pesantren model ini tampak semakin menggembirakan.
Namun ikhtiar yang dirintis Kyai Hasyim, tentu harus diperluas dan
5|Page
dientergrasikan kedalam gerakan ke berbagai elemen NU termauk didalamnya
adalagh IPNU-IPPNU.
Berkutat di kerumunahn ?
Setelah keuputusan pengembalian kepanjangan akronim IPNU dan IPPNU
ditetapkan di kongres Surabaya banyak kalangan di tubuh NU yang memandang
bahwa reorientasi dan reposisi IPNU-IPPNU biasa dimulai dengan membangun
basis gerakan di dalam lingkungan LP Ma`arif atau Pesantren yang berbasis
keRabithah al-Maauhid al-Islamiyah (RMI).
Pada tataran implementatif gerakan tersebut gerakan tersebut dapat
dilakukan dengan 2 pendekatan :
Pertama : Strategi bottom-up. Pilihan strategi ini mengandalkan
pembangunan basis dimulai dengan identifikasi kebutuhan
(need assessment) pelajar dan santri dibawah naungan kedua
institusi tersebut untk dirumuskan menjadi isu-isu strategis
yang dijadikan dasar penyusunan program dan pengambilan
sumpah.
Kedua : Strategi Top down. Pilihan kedua ini diawali dengan
membangun konsensus dan komitmen ditingkat Elite
(biasanya di manifestasikan dalam bentuk MoU, surat intruksi
dan semacamnya) masing-masing lembaga, untuk kemudian
disosialisakan kepada pelajar dan santri yang berada di
lingkungan masing-masing.
Strategi pertama adalah pilihan ideal, tetapi membutuhkan ketelatenan,
kostitensi dan waktu yang relatif lama. Sementara, strategi kedua menyebutkan
organisasi tidak mampu menghasilkan inofasi dan inisiatif yang lebih konsteksual
dalam menjawab tantangan jaman. Karena itu, jika pilihan kedua yang harus
diambil, maka harus dibarengi dengan filosofi petani yang sedang memulai musim
panen.
Jika momentum penerimaan siswa baru dan masa orientasi siswa kita
analogkan dengan musim tanam, maka tidak ada pilihan lain kecuali kita harus
menebar benih di lahan yang kita miliki (sekolah dibawah naungan LP Ma`rif)
dalam beberapa bulan berikutnya, kita harus segera menyiangi benih-benih yang
tumbuh untuk memilih kader-kader potensial yang bisa diharapkan menjadi kader
pelopor bagi proses pengembalian basis gerakan di lembaga-lembaga pendidikan.
Dengan begitu, proses tersebut tidak akan menjebak IPNU untuk berkutat pada
paradigma kerumunan.
Perlu ubah Paradigma
Paradigma kerumunan: di atas adalah dampak dari hegemoni wacana
tentang organisasi kemasyarakat ormas yang berlangsung selama ini. Paradigma
ini mengendalikan bahwa besar atau tidak sebuah organisasi kemasyarakatan
diukur dari parameter-parameter kuantitatif, beberapa jumlah peserta yang digelar,
berapa banyak simpatisannya dan semacamnya. Ia tidak terlalu menghiraukan
apakah secara kualitatif dari sisi keanggotaan, misalnya : berbobot atau tidak.
Dalam konteks kekinian, rasanya paradigm ini sudah tidak biasa
dipertahankan lagi. Sebab realitanya, apa tang terjadi pada warga NU sebagai
Ormas Islam terbesar di Indonesia selama beberapa decade terakhir justru
membuktikan kebenaran ayat Kam min fi`atin gholabat fi`atin katsiron.......
karena itu, sudah waktunya IPNU melakukan inovasi dengan mengubah
paradigma keorganisasiannya dari organisasi kemasyarakatan menjadi organisasi
pembelajar (Learning Organisation).

6|Page
Konsep Organisasi Pembelajar (OP) pertama kali dipupolerkan oleh Peter
Senge (1995) dalam fifth discipline. Karekteristik OP adalah adanya budaya
pelajar yang sangat kuat pada setiap organisasi. Dalam organisai pembelajar, yang
diperlukan bukan hanya menghasilkan produk, tapi juga melakukan penigkatan
dan terobosan-terobosan. Tujuan akhirnya adalah terwujudnya masyarakat
pembelajar sebagai mana terganbar dari visi IPNU 2010 : terwujudnya
masyarakat pembelajar berlandaskan nilai-nilai Ahlusunnah Wal Jamaah yang
mampu mangangkat harkat dan martabat bangsa di pentas global..
Tentang substansi pembelajaran Senge sebagaimana dikutip harefa
(2001:139) menyatakan, pembelajaan sebenarnya mendapatkan inti artinya untuk
menjadi sangat manusiawi (humanis) melalui pembelajaran kita menciptakan
kembali diri kita melalui pembelajaran kita dapat melakukan suatu yang tidak
dapat kita lakukan sebelumnya. Melalui pembelajaran kita merasakan kembali
dunia dan hubungan kita dengan dunia tersebut. Melalui pembelajaran kita
memperluas kapasitas kita untuk menciptakan, menjadi bagian dari proses
pembentukan kehidupan.
Jika kita cermati, pandangan Senge secara substantive sebnarnya tidak jauh
berbeda dengan pesan moral yang terkandung dalam salam kebanggan warga
IPNU-IPPNU, Belajar, berjuang dan bertaqwa. Bukankah dengan hal itu seorang
manusia akan benar-benar menjadi manusiawi (Humanis)?. Dalam perspektif
inilah sebenarnya reorientasi dan reposisi itu harus dipahami. Artinya , kedepan
IPNU-IPPNu harus bisa mengasi ruang kosong system pendidikan yang
kapitalistik dan cenderung menjadikan peserta didik menajadi Robot-robot yang
diproduksi untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Masalahnya, sebagai organisasi pinjam istilah Harefa - selama ini IPNU-
IPPNU sangat lamban belajar (Too slow), sangat sedikti belajar (too litlle), dan
sangat terlambat belajar (Too Late). Selama beberapa dekade, IPNU-IPPNU sangat
jarang untuk mengatakan tidak pernah melahirkan inovasi-inovasi yang mampu
menjawab tantangan jaman dan memenuhi kebutuhan kelompok sasarannya.
Wallahu A`lam.

7|Page

Anda mungkin juga menyukai