Anda di halaman 1dari 13

TUJUH KALIMAT THAYYIBAH

Apa itu yang dimaksud kalimat-kalimat Thayyibah ? maknanya adalah ucapan-ucapan yang baik dan terbaik yang
sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari bagi seorang muslim.
1. kalimat pertama adalah BASMALAH ini wajib dilakukan disetiap saat, baik mau memulai sesuatu
apapun yang baik,contoh mau makan,atau mengendarai kendaraan atau apapun,pokoknya memulai kegiatan
yang baik-baik maka ucapkanlah Bismillahirohmanirrohim.
2. Kalimat kedua adalah ALHAMDALAH ini juga wajib dilakukan disetiap saat setelah selesai melakukan
segala kegiatan yang baik-baik tadi dengan mengucapkan Alhamdulillahirobbil Alamin.
3. Kalimat ke tiga adalah TAKBIRyakni Allahuakbar,ketika menghadapi hal-hal yang buruk dan
mengejutkan hati atauke panikan, maka dengan kalimat ini kita menjadi tenang dan bersemangat untuk
bangkit. Contoh ketika terjadi gempa, maka seorang muslim tanpa sadar ,dia akan mengucapkan takbir
Allahuakbar, dan pasti yang mendengarkan akan merasa ikut bersemangat dan bangkit dari kesulitan
apapun.
4. Kalimat yang sering kali kita ucapkan berikutnya adalah ISTIQFAR ini adalah ucapan ketika tanpa sadar
kita berbuat kesalahan apapun,dan ia tahu bahwa ALLAH sedang memperhatikannya,maka dia berucap
mohon ampun Astaqfirullahal aziim.
5. Kalimat yang berikutnya SUBHANNALLAH ini sering kali kita ucapkan ketika kita melihat sesuatu
yang luar biasa yang Allah ciptakan dan kita bisa melihatnya pada saat itu juga, contohnya ketika saya
pertama kali melihat Kabah tanpa sadar saya berucap SUBHANALLAH dan sayapun menangis.
6. Kalimat yang berikutnya MasyALLAH ini pun wajib kita ucapkan ketika menghadapi sesuatu yang luar
biasa (seperti mengagumkan,mengherankan,atau mengerikan) contohnya melihat kambing terlahir dengan
berkepala misalnya seperti kelinci, maka tanpa sadar kita akan berucap MasyALLAH. Allah maha Suci.
7. Kalimat yang terakhir adalah INNALILLAHI WAINA ILAHI ROJIUN kalimat ini sering kita ucapkan
ketika diri kita, saudara kita atau siapapun yang mendapat musibah,terutama ruh berpisah pada
jasadnya,maka tanpa sadar kalimat ini pun meluncur dengan sempurnanya. Sadar bahwa kita ,siapapun
ia,pasti akan mengalami nasib yang serupa,yakni berpisahnya jasad dengan ruh.
Sebenarnya kalimat Thayyibah ini tidak hanya terbatas pada hal-hal yang saya sebutkan diatas,tapi jumlahnya
sangat banyak diantaranya dengan memuji nama-nama Allah yang berjumlah 99 nama yang dinamai ASMAHUL
HUSNAH.
Inipun juga termasuk kalimat Thayyibah yang berbunyi LA HAULA WALAQUATA ILA BILLAH
Mohon maaf berhubung sudah sore,saya mohon diri,bila ada kesalahan dalam menulis tulisan ini saya mohon
maaf, saya menanti keritik dan saran sertacommentnya. Blog ini tidak akan pernah ada apabila anda enggan
mengkeritik dan saran membangun.
KALIMAT - KALIMAT THOYYIBAH :

Taawwudz


Aku berlindung kepada Alloh dari godaan syetan yang terkutuk

Basmalah


Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Syahadatain






Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Alloh
dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Alloh

Tasbih


Maha Suci Alloh
Tahmid / Hamdalah


Segala puji hanya milik Alloh
Takbir


Alloh Maha Besar
Tahlil



Tiada Tuhan selain Alloh
Istighfar

Aku mohon ampunanmu Ya Alloh


Insya Alloh

Apabila Alloh menghendaki

Masya Alloh

Semua ini kehendak Alloh
Hauqolah




Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Alloh
Istirja


Sesungguhnya kita milik Alloh dan hanya kepada Alloh kita akan kembali
Talbiyah ;

Iya Ya Alloh (kupenuhi panggilanMu)


iya ya Alloh tiada sekutu bagiMu
sesungguhnya segala puji hanya milikMu
juga seluruh kerajaan, tiada sekutu yang menyamaiMu

Salam

Jawaban:



A. Pengertian Kalimat Thayyibah

Kalimat Thayyibah berarti kalimat-kalimat yang baik.


Dikatakan kalimat yang baik karena berisi ucapan-ucapan yang mengagungkan kebesaran Allah.
Macam-macam kalimat thayyibah antara lain : kalimat Basmallah, ta'awudz, takbir, tasbih, tahlil, tarji' dan lain-
lain.setiap kalimat thayyibah memiliki makna dan waktu pembacaan yang berbeda-beda. kalimat thayyibah
basmallah contohnya diucapkan ketika akan memulai perbuatan baik.

Untuk materi kelas 3 semester II ini kita kan mempelajari kalimat thayyibah ta'awudz.
Bagaimana bunyi dan arti kalimat ta'awudz itu?
Mari kita simak materi berikut ini!

B. Kalimat Thayyibah Ta'awudz


Ta'awudz artinya memohon perlindungan.
Kalimat ta'awudz baik dibaca ketika hendak membaca Al-Quran. Kalimat ta'awudz bertujuan untuk meminta
perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.
Perhatikan bacaan ta'awudz berikut ini!

Artinya :
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk."
Sebelum kita lanjut ke materi selanjutnya jangan lupa untuk menghafalkan bunyi kalimat Ta'awudz dan artinya.
Baiklah sekarang kita hafalkan bersama, lngkahnya kilik tombol play kemudian dengarkan, ikuti dan ulangi lagi
sampai kamu hafal.

Setan dan iblis adalah makhluk yang sangat di benci Allah. Iblis dan setan adalah makhluk yang sesat dan
menyesatkan. Ia akan selalu mengganggu dan menyesatkan manusia dari jalan yang benar.
Oleh karena itu, kita harus meminta perlindungan dari Allah agar kita selamat dari godaan setan yang terkutuk.
memohon perlindungan hanya kepada Allah. Memohon kepada selain Allah seperti Jin, setan adalah perbuatan
syirik. Syirik sangat dibenci Allah dan termasuk dosa yang sangat besar.

Pembahasan Materi Aqidah Bab 1 : Kalimat Thayyibah Ta'awudz sampai disini.


sekarang kita akan memasuki tes/latihan soal online

Petunjuk:
1. isi kolom Nama, alamat
2. klik tombol mulai
3. jangan lupa baca basmallah

Makna dari kalimat "Thayyibah"

Allah SWT berfirman dalam surat Ibrahim ayat 23-25 yang menggambarkan tentang kehidupan seorang mukmin
yang sesungguhnya atau dengan bahasa Alqur'an disebutnya sebagai pemilik kalimat "Thayyibah". Kalimat
Thayyibah ini adalah kalimat syahadat yang menentukan seseorang itu berada pada posisi mukmin atau
kafir,kalimat ini sebenarnya tumbuh dan berkembang dengan baik bagaikan pohon yang akarnya terhujam ke bumi,
batangnya kuat, daunnya menjulang keangkasa, berbuah sepanjang masa tanpa mengenal musim. Lain halnya yang
bukan kalimat Thayyibah atau yang bukan pemilik syahadat yaitu bagaikan pohon tidak subur, kerdil, batangnya
diserang hama, akarnyapun terangkat dari muka bumi dan mudah rapuh saat ditempa oleh angin bahkan sewaktu-
waktu pohon itu bisa tumbang dan hancur. Setiap orang yang mengaku sebagai ahli syahadat layak atau agar
bercermin diri dan menjadikan ayat ini sebagai ukuran apakah tanaman yang telah bersemi di dalam kalbu kita
telah tumbuh dengan baik ataukah dia kerdil, tidak berbuah, daunnya rontok atau batangnya diserang oleh hama.
Untuk ukuran-ukuran ini rasul mengajarkan kita
ada beberapa aspek :
Orang-orang yang menanamkan kalimat Thayyibah dalam kalbunya paling tidak dia memiliki rasa kemerdekaan,
yaitu merdeka dari berbagai jeratan, himpitan dan tekanan dan merdeka dari berbagai pengaruh yang bisa melilit
kemerdekaanya yang mengakibatkan nuraninya tidak bisa berkata yang sesungguhnya. Kemerdekaan
mengantarkan orang tersebut kepada keberanian dan keberanian ini yang lahir dari sebuah keyakinan dimana dia
tidak akan terikat dari berbagai ikatan-ikatan walaupun itu berupa rejeki, dan dia yakin bahwa rejeki itu datangnya
dari Allah SWT. Dan Allah menjanjikan kepada semua makhluk yang ada di muka bumi ini sudah ada budget-nya.
Keberanian dan keyakinan bahwa rejeki itu datangnya dari Allah membuat seseorang menjadi tentram apa adanya,
menjadi tenang, tidak gelisah karena dia hanya mengerahkan segala potensi yang dia miliki untuk mendapatkan
tejeki dari Allah. Walaupun budgetnya telah ditentukan oleh Allah SWT. Manusia harus mengajukan terlebih
dahulu agar budget itu disetujui oleh Allah SWT. Keadaan yang demikian inipun akan berkembang lagi menjadi
rasa ketentraman dia akan merasakan sekali mampu untuk melihat persoalan itu secara maknawiyah, tidak hanya
yang tersurat tetapi juga tersirat, tidak hanya yang terlihat di depan matanya tetapi juga sesuatu yang sembunyi
yang memerlukan adanya kontemplasi, perenungan, penghayatan yang lebih jauh. Paling tidak bagi orang
mukminin akan memiliki kualitas hidup yang lebih baik yang disebut dengan kalimat thayyibah. Allah SWT telah
menjanjikan dalam surat An Nahl ayat 97 yang artinya "Barang siapa yang mengerjakan kebajikan, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
akan kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan".
A. Pengertian Asma`ul Husna

Menurut bahasa, Asma`ul husna artinya nama-nama yang baik. Sedangkan menurut istilah berarti nama-nama
Allah yang baik dan yang agung sesuai dengan sifat-sifat Allah sebagai bukti keagungan dan kemuliaan-Nya,
jumlahnya ada 99 (sembilan puluh sembilan) nama.Allah berfirman dalam QS. Al-A`raf : 180

Artinya : "Allah mempunyai Asma`ul husna maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma`ul husna itu."
(QS. Al-A`raf:180) Rasulullah SAW menjelaskan bahwa Asma`ul husna jumlahnya 99, sebagaimana diterangkan
dalam sebuah hadis berikut :
Artinya : "Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, yaitu seratus kurang satu, barang siapa
menghafalnya (menyebut di luar kepala) niscaya ia akan dimasukkan ke dalan surga." (HR. Imam Bukhari)

B. Manfaat Asma`ul Husna

1. Al-Kariimu=Yang Maha Mulia


Lafal Asma`ul husna ini mempunyai khasiat yang baik sekali. Kalau Anda menginginkan kemuliaan, baik
kemuliaan dunia dan akhirat, amalkan saja berdzikir kepada Allah dengan membaca "Yaa Kariimu" sebanyak 280
kali sewaktu Anda akan tidur.
2. Al-Mu`minu=Yang Memberi Keamanan
Khasiatnya, jika kita menginginkan agar diri kita, keluarga kita dan harta benda kita dapat menjadi aman dari
gangguan dan sebagainya, maka bacalah lafal "Yaa Mu`minu" setiap hari sebanyak 136 kali.
3. Al-Wakiilu=Yang Maha Mengurusi
Lafal asma Allah ini mempunyai khasiat sebagai berikut:a. Jika kita mau mengamalkan membaca lafal "Yaa
Wakiilu" sebanyak 1000 kali, maka insya Allah Allah berkenan membukakan pintu rezeki dan kebaikan.b. Jika
kebetulan turun hujan lebat yang disertai dengan angin ribut yang membahayakan dan menakutkan, maka coba saja
kita baca "Yaa Wakiilu" semaksimal mungkin. Insya Allah hujan dan angin ribut itu akan menjadi reda kembali,
dengan izin Allah Ta`ala.
4. Al-Matiinu=Yang Maha Kokoh
Asma Allah yang terbaik ini mempunyai khasiat istimewa dan sangat besar. Diantara khasiat-khasiatnya adalah:
a. Kalau kita baca setiap selesai sholat lima waktu "Ya Matiinu" sebanyak 500 kali atau sekaligus 7000 kali insya
Allah kita akan memperoleh khasiatnya yang sangat hebat.
b. Jika kita menginginkan agar kita menjadi seorang yang berjiwa kokoh dan kuat, berpikiran yang cerdas, berjiwa
yang tenang dan lapang dada serta tidak mudah dapat dipengaruhi oleh orang lain, maka amalkanlah membaca "Ya
Matiinu" ini.
c. Apabila kamu sebagai seorang siswa atau mahasiswa yang menginginkan agar berhasil dan sukses segala-
galanya, maka bacalah secara rutin lafal "Ya Matiinu" ini sebanyak 500 kali setiap selesai dari shalat fardu lima
waktu.
d. Jika kamu sebagai seorang pemimpin, baik sebagai pemimpin masyarakat, pemimpin agama, atau sebagai kepala
kantor ataupun jabatan lain, ingin agar diri Anda sebagai pemimpin itu mempunyai wibawa dan jiwa yang kokoh,
berfisik dan bermental yang kuat, maka jangan segan-segan berdzikir dengan asma Allah "Ya Matiinu" setiap
selesai dari shalat lima waktu. Dengan demikian berkat pertolongan Allah dari zikir Anda itu, maka Anda akan
mempunyai jiwa yang kokoh dan kuat.
e. Ketahuilah, bahwa tidak sedikit adanya bukti-bukti dan kenyataan yang menimpa pada diri seseorang, dimana ia
mengalami kegagalan total akibat tidak pernah berdzikir kepada Allah. Ia telah membanggakan ilmu pengetahuan
dan kecerdasan rasio yang dimilikinya. Oleh karena itu, untuk menghindari yang demikian itu, marilah kita
membiasakan berdzikir dengan membaca "Ya Matiinu" ini, maka Allah berkenan memberikan karunia kepada kita
menjadi orang yang berjiwa lapang dan mempunyai pikiran yang terang.
5. Al-Jaami`u=Yang Mengumpulkan
Asma Allah ini mempunyai khasiat, yaitu apabila anak Anda atau bujang Anda pergi tanpa pamit, maka bacalah
"Ya Jaami'u" semaksimal mungkin. Insya Allah ia akan pulang kembali berkat pertolongan Allah.
6. Al-`Adlu=Yang Maha AdilKhasiatnya, jika kita senantiasa membaca "Ya `Adlu" sebanyak 104 kali setiap selesai
dari shalat fardu lima waktu, niscaya kita akan memiliki sifat kepribadian yang adil terhadap siapa saja, yakni tidak
mau berlaku curang ataupun berat sebelah.
7. Al-Aakhiru=Yang AkhirKhasiatnya, siapa dapat membiasakan membaca "Ya Aakhiru" setiap selesai shalat lima
waktu sebanyak 200 kali lamanya satu bulan, maka Allah berkenan membukakan baginya pintu rezeki yang halal.

C. Perilaku yang Lahir atau Muncul dari Penghayatan terhadap Asma`ul Husna

1. Al-Kariimu=Yang Maha Mulia


Dengan meyakini bahwa Allah SWT itu Maha Mulia, maka kita akan senantiasa bersifat mulia dan berbuat baik
kepada siapa saja. Tidak pernah berbuat jahat kepada orang lain. Menghiasi diri kita dengan iman dan takwa
sehingga menjadi pribadi yang mulia.
2. Al-Mu`minu=Yang Memberi Keamanan
Pencerminan perilakunya yaitu kita sebagai manusia biasa tidak boleh mengganggu orang lain seperti usil kepada
teman. Jadikanlah setiap orang merasa aman berteman dengan kita. 3. Al-Wakiilu=Yang Maha Mengurusi
Dengan keyakinan kita terhadap Yang Maha Mengurusi, maka kita harus berusaha keras dalam mengerjakan
sesuatu. Setelah itu kita tawakal (menyerahkan hasilnya kepada Allah). Niscaya Allah akan memberikan hasil yang
baik.
4. Al-Matiinu=Yang Maha Kokoh
Meneladani sifat Al Matiinu berarti kita dituntut untuk menjadi orang yang kuat dalam berbagai bidang. Kemudian
menggunakan kekuatan itu untuk kebaikan. Misalnya membantu Ibu menimba air atau membantu teman yang
mengalami kesulitan.
5. Al-Jaami`u=Yang Mengumpulkan
Meneladani sifat ini berarti kita harus mampu mengumpulkan atau menghimpun sifat-sifat terpuji dalam diri kita.
Kita harus mampu bekerja sama dalam kebaikan.
6. Al-`Adlu=Yang Maha Adil
Pencerminan perilakunya yaitu kita harus berlaku adil kepada setiap orang. Kita dituntut menegakkan keadilan
meski kepada keluarga atau teman sendiri.
7. Al-Aakhiru=Yang Akhir
Meneladani sifat ini berarti kita menyadari bahwa tujuan akhir kita adalah kembali kepada Allah SWT . Karenanya
kita harus menyiapkan bekal menempuh hari akhir dengan berbuat amal saleh.
Pengertian Qodho dan Qodar
Posted on Juni 5, 2011 by rizkirohis36

Qodho adalah ketetapan, ketentuan atau rencana Allah untuk segenap makhluknya, baik manusia, jin, hewan
tumbuhan, gunung, langit, laut, dll.. Sedangkan taqdir adalah kenyataannya, kejadiannya. Kalau sudah terjadi
disebutlah taqdir. Misalnya :

Qodho dan Qodar untuk Alam Sekitar :

Allah menetapkan (qodho) bahwa peredaran bumi mengelilingi matahari adalah 365 hari. Itulah Qodho.
Pada kenyataannya (taqdirnya) memang berjalan seperti itu.
Allah menetapkan (Qodho) bahwa air itu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Pada kenyataannya
(taqdirnya) memang demikian.

Antara qodo dan qadar atau taqdir pada alam tidak terjadi perubahan. Itulah sunnatullah (ketetapan Allah). Segenap
makhluk, selain manusia dan jin tidak mempunyai pilihan, mereka harus taat kepada ketetapan Allah, terpaksa
maupun sukarela.

Qodho-qodar untuk Manusia :

Allah menetapkan bahwa manusia hanya boleh beribadah kepada Allah. Itulah Qodho. Tetapi pada
kenyataannya banyak juga manusia yang menyembah selain Allah. Itulah taqdir.
Allah menetapkan (qodho) bahwa setiap anak wajib berbuat ihsan kepada orangtuanya, tetapi pada
kenyataannya (taqdirnya) ada juga anak yang durhaka kepada orangtuanya.
Pada saat bayi berusia empat bulan dalam kandungan, Allah menetapkan potensi-potensinya atau bakat-
bakatnya. Besar kecilnya bakat ini untuk setiap bayi berbeda-beda. Itulah ketetapan (qodho) Allah. Nanti
setelah anak itu dewasa akan berusaha mengembangkan potensi itu, sehingga ada orang yang menjadi
pemain bola tingkat internasional. Itulah taqdir. Tetapi ada juga yang malas berlatih sehingga hanya
menjadi pemain bola tingkat kecamatan saja. Itupun taqir juga.
Qodho Allah untuk manusia sering berbeda dengan taqdirnya sebab manusia dengan akalnya mempunyai hak pilih,
tetapi kadang-kadang pilihannya dipengaruhi oleh nafsu syaithaniyah. Tidak heran kalau ada manusia yang
menyembah batu, membunuh, dan berbuat maksiat lainnya.

Pengertian Qadha dan Qadar


Menurut bahasa qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan
penciptaan. Sedangkan menurut istilah, qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali
tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik
dan buruk, hidup dan mati, dan seterusnya.
Menurut bahasa, qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah, qadar adalah
perwujudan ketetapan (qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang telah ada sejak
zaman azali sesuai dengan iradah-Nya. Qadar disebut juga dengan takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua
makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi.

B. Pengertian Iman Kepada Qada dan Qadar


Beriman kepada qada dan qadar adalah menyakini dengan sepenuh hati adanya ketentuan Allah SWT yang berlaku
bagi semua mahluk hidup. Semua itu menjadi bukti kebesaran dan kekuasan Allah SWT. Jadi, segala sesuatu yang
terjadi di alam fana ini telah ditetapkan oleh Allah SWT.

C. Dalil Dalil Tentang Beriman Kepada Qadha dan Qadar


a. Q.S Ar-Rad ayat 11 :



Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya,
mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

b. Q.S Al-Alaa ayat 3 :


Artinya :"Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.

D. Takdir
Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu
mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi tentu
ada takdirnya, termasuk manusia.
Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal
dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah
melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai
segala sesuatu yang sudah terjadi.

E. Takdir Muallaq dan Takdir Mubram


a. Takdir muallaq
Yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contohnya seorang siswa bercita-cita ingin menjadi
insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan
menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian.

b. Takdir mubram
Yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh
manusia. adapun salah satu contohnya adalah kematian dan sebagainya.

F. Ikhtiar
Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan
masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilakukan dengan
sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan
tetapi, usaha kita gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan
tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan keterbatasan dan kekurangan yang
terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Apabila gagal dalam suatu usaha, setiap muslim dianjurkan untuk bersabar
karena orang yang sabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat
berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa
dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik, bidang usaha yang akan
dilakukann harus dikuasai dengan mengadakan penelitian atau riset, selalu berhati-hati mencari teman (mitra) yang
mendukung usaha tersebut, serta memunculkan perbaikan-perbaikan dalam manajemen yang professional.

G. Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar


Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan
tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang
artinya sebagai berikut yang artinya :
Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi
segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke
dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan
hidupnya) sengsara atau bahagia. (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Masud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan.
Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu
nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang
dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Mengenai
adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi
bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia
turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang
itu, Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?. Orang Arab Badui itu menjawab, Biarlah, saya bertawakkal kepada
Allah. Nabi pun bersabda, Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun manusia tetap
berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita
harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah
itu berdoa. Dengan berdoa kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian
apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.

H. Sunnatullah
Menurut bahasa sunnatullah berasal dari kata sunnah yang bersinonim dengan tariqah yang berarti jalan yang
dilalui atau sirah yang berarti jalan hidup. Kemudian, kata tersebut digabung dengan lafal Allah sehingga menjadi
kata sunatullah yang berarti ketentuan-ketentuan atau hukum Allah swt. yang berlaku atas segenap alam dan
berjalan secara tetap dan teratur.
Sunnatullah terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Sunnatullah qauliyah adalah sunnatullah yang berupa wahyu yang tertulis dalam bentuk lembaran atau
dibukukan, yaitu Al-Quran.
2. Sunnatullah kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa kejadian atau fenomena alam.
Contohnya, matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu :
1. Kedua-duanya berasal dari Allah swt.
2. Kedua-duanya dijamin kemutlakannya.
3. Kedua-duanya tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainnya.

Contohnya adalah hukum yang terdapat dalam Al-Quran. Dalam Al-Quran dikatakan bahwa barang siapa yang
beriman dan beramal saleh, pasti akan mendapat balasan pahala dari Allah swt. Selain memiliki persamaan,
keduanya juga mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada di alam, dapat diukur. Lain halnya dengan sunnatullah
yang ada dalam AL-Quran. Walaupun hal itu pasti terjadi, tetapi tidak diketahui secara pasti kapan waktunya.

I. Tawakal
Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri
sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu
keadaan.
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt
tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa
bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Berdasarkan al-Quran Surah at-Talaq ayat 3, Allah swt. akan mencukupkan segala keperluan orang-orang yang
bertawakal dan bila dijabarkan orang yang bertawakal akan :

1. Mendapatkan limpahan sifat aziz atau kehormatan dan kemuliaan.


2. Memiliki keberanian dalam menghadapi musibah atau maut.
3. Menghilangkan keluh kesah dan gelisah, serta mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan kegembiraan.
4. Mensyukuri karunia Allah swt. serta memiliki kesabaran apabila belum memperolehnya.
5. Memiliki kepercayaan diri dan keberanian dalam menghadapi setiap persoalan.
6. Mendapatkan pertolongan, perlindungan, serta rezeki yang cukup dari Allah swt.
7. Mendapatkan kepercayaan dari orang banyak karena budi pekertinya yang terpuji dan hidupnya yang bermanfaat
bagi orang lain.

J. Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar


Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan
dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar


Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena
keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia
akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
Firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 53 yang artinya :
dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka
hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan.

b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa


Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan
itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami
kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya
adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT dalam QS.Yusuf ayat 87 yang artinya :
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.

c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja


Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik
dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang
beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan
itu.
Firaman Allah dalam QS Al- Qashas ayat 77 yang artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

d. Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia
selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika
terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
Firaman Allah dalam QS. Al-Fajr ayat 27-30 yang artinya :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah
kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku.
Pengertian Qadha dan Qadar
Menurut bahasa qadha memiliki beberapa arti yaitu hukum, ketetapan, perintah, kehendak, pemberitahuan, dan
penciptaan. Sedangkan menurut istilah, qadha adalah ketentuan atau ketetapan Allah SWT dari sejak zaman azali
tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya sesuai dengan iradah (kehendak-Nya), meliputi baik
dan buruk, hidup dan mati, dan seterusnya.
Menurut bahasa, qadar berarti kepastian, peraturan, dan ukuran. Sedangkan menurut istilah, qadar adalah
perwujudan ketetapan (qadha) terhadap segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang telah ada sejak
zaman azali sesuai dengan iradah-Nya. Qadar disebut juga dengan takdir Allah SWT yang berlaku bagi semua
makhluk hidup, baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi.

B. Pengertian Iman Kepada Qada dan Qadar


Beriman kepada qada dan qadar adalah menyakini dengan sepenuh hati adanya ketentuan Allah SWT yang berlaku
bagi semua mahluk hidup. Semua itu menjadi bukti kebesaran dan kekuasan Allah SWT. Jadi, segala sesuatu yang
terjadi di alam fana ini telah ditetapkan oleh Allah SWT.

C. Dalil Dalil Tentang Beriman Kepada Qadha dan Qadar


a. Q.S Ar-Rad ayat 11 :



Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya,
mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

b. Q.S Al-Alaa ayat 3 :


Artinya :"Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk.

D. Takdir
Takdir adalah ketentuan suatu peristiwa yang terjadi di alam raya ini yang meliputi semua sisi kejadiannya baik itu
mengenai kadar atau ukurannya, tempatnya maupun waktunya. Dengan demikian segala sesuatu yang terjadi tentu
ada takdirnya, termasuk manusia.
Umat Islam memahami takdir sebagai bagian dari tanda kekuasaan Tuhan yang harus diimani sebagaimana dikenal
dalam Rukun Iman. Penjelasan tentang takdir hanya dapat dipelajari dari informasi Tuhan, yaitu informasi Allah
melalui Al Quran dan Al Hadits. Secara keilmuan umat Islam dengan sederhana telah mengartikan takdir sebagai
segala sesuatu yang sudah terjadi.

E. Takdir Muallaq dan Takdir Mubram


a. Takdir muallaq
Yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contohnya seorang siswa bercita-cita ingin menjadi
insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan
menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian.

b. Takdir mubram
Yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh
manusia. adapun salah satu contohnya adalah kematian dan sebagainya.

F. Ikhtiar
Ikhtiar adalah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan
masa depannya agar tujuan hidupnya selamat sejahtera dunia dan akhirat terpenuhi. Ikhtiar juga dilakukan dengan
sungguh-sungguh, sepenuh hati, dan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Akan
tetapi, usaha kita gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan
tidak berputus asa. Kegagalan dalam suatu usaha, antara lain disebabkan keterbatasan dan kekurangan yang
terdapat dalam diri manusia itu sendiri. Apabila gagal dalam suatu usaha, setiap muslim dianjurkan untuk bersabar
karena orang yang sabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah atau berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat
berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa
dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik, bidang usaha yang akan
dilakukann harus dikuasai dengan mengadakan penelitian atau riset, selalu berhati-hati mencari teman (mitra) yang
mendukung usaha tersebut, serta memunculkan perbaikan-perbaikan dalam manajemen yang professional.

G. Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar


Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan
tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang
artinya sebagai berikut yang artinya :
Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi
segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke
dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan
hidupnya) sengsara atau bahagia. (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Masud).
Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan.
Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu
nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang
dengan sendirinya.
Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Mengenai
adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi
bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia
turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang
itu, Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?. Orang Arab Badui itu menjawab, Biarlah, saya bertawakkal kepada
Allah. Nabi pun bersabda, Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah.
Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun manusia tetap
berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita
harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah
itu berdoa. Dengan berdoa kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian
apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.

H. Sunnatullah
Menurut bahasa sunnatullah berasal dari kata sunnah yang bersinonim dengan tariqah yang berarti jalan yang
dilalui atau sirah yang berarti jalan hidup. Kemudian, kata tersebut digabung dengan lafal Allah sehingga menjadi
kata sunatullah yang berarti ketentuan-ketentuan atau hukum Allah swt. yang berlaku atas segenap alam dan
berjalan secara tetap dan teratur.
Sunnatullah terdiri dari dua macam, yaitu :
1. Sunnatullah qauliyah adalah sunnatullah yang berupa wahyu yang tertulis dalam bentuk lembaran atau
dibukukan, yaitu Al-Quran.
2. Sunnatullah kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa kejadian atau fenomena alam.
Contohnya, matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat.
Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu :
1. Kedua-duanya berasal dari Allah swt.
2. Kedua-duanya dijamin kemutlakannya.
3. Kedua-duanya tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainnya.

Contohnya adalah hukum yang terdapat dalam Al-Quran. Dalam Al-Quran dikatakan bahwa barang siapa yang
beriman dan beramal saleh, pasti akan mendapat balasan pahala dari Allah swt. Selain memiliki persamaan,
keduanya juga mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada di alam, dapat diukur. Lain halnya dengan sunnatullah
yang ada dalam AL-Quran. Walaupun hal itu pasti terjadi, tetapi tidak diketahui secara pasti kapan waktunya.

I. Tawakal
Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri
sepenuhnya kepada Allah dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu
keadaan.
Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut, "Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt
tatkala menghadapi suatu kepentingan, bersandar kepada-Nya dalam waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa
bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Berdasarkan al-Quran Surah at-Talaq ayat 3, Allah swt. akan mencukupkan segala keperluan orang-orang yang
bertawakal dan bila dijabarkan orang yang bertawakal akan :

1. Mendapatkan limpahan sifat aziz atau kehormatan dan kemuliaan.


2. Memiliki keberanian dalam menghadapi musibah atau maut.
3. Menghilangkan keluh kesah dan gelisah, serta mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan kegembiraan.
4. Mensyukuri karunia Allah swt. serta memiliki kesabaran apabila belum memperolehnya.
5. Memiliki kepercayaan diri dan keberanian dalam menghadapi setiap persoalan.
6. Mendapatkan pertolongan, perlindungan, serta rezeki yang cukup dari Allah swt.
7. Mendapatkan kepercayaan dari orang banyak karena budi pekertinya yang terpuji dan hidupnya yang bermanfaat
bagi orang lain.

J. Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar


Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan
dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

a. Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar


Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena
keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia
akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian.
Firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 53 yang artinya :
dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka
hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan.

b. Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa


Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan
itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami
kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya
adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT dalam QS.Yusuf ayat 87 yang artinya :
Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.

c. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja


Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik
dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang
beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan
itu.
Firaman Allah dalam QS Al- Qashas ayat 77 yang artinya :
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah
telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

d. Menenangkan jiwa
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia
selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika
terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
Firaman Allah dalam QS. Al-Fajr ayat 27-30 yang artinya :
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah
kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam surga-Ku.

Pengertian, Ciri-ciri Dendam dan Munafik


2/21/2013 08:52:00 am Materi kelas 8 6 comments

Dendam

Dendam merupakan salah satu perilaku yang tercela. Dendam artinya adalah keinginan keras di
dalam hati untuk membalas orang lain. Apabila orang lain berbuat suatu kesalahan kepada
seseorang, maka di dalam hati memiliki keinginan untuk membalasnya pada waktu yang lain.
Keinginan tersebut tertanam di dalam hati, dan berusaha mencari kesempatan untuk
melampiaskan dendamnya tersebut.

Islam tidak menginginkan umatnya menjadi pendendam, walaupun kepada orang kafir sekalipun.
Akan tetapi, Allah menghendaki hamba-hamba-Nya untuk menjadi hamba yang pemaaf. Rasa benci
dan amarah yang ada di dalam hati, hendaklah ditahan untuk tidak dilampiaskan pada waktu yang
lain. Orang yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain termasuk orang
yang bertakwa yang akan disediakan surga oleh Allah swt.

Allah swt. berfirman dalam surah Ali Imran [2]:133-134

133. Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,

134. (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang ber-
buat kebaikan,

Rasulullah saw bersabda:


:




)






(

Dari Abu Hurairah R.A., Rasulullah saw bersabda, Orang yang hebat itu bukanlah orang yang kuat
pukulannya, sesungguhnya orang yang kuat adalah lyang mampu mengekang hawa nafsunya
kegika marah. (H.R. Bukhari dan Muslim)

Orang yang memiliki rasa dendam, memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Terdapat rasa benci di dalam hati terhadap orang yang didendami


2. Merasa tidak senang jika orang yang didendami mendapat suatu kebahagiaan atau kenikmatan

3. Merasa senang jika orang yang didendami mendapat kesengsaraan, musibah atau cobaan

4. Ingin berbuat jahat atau membalas kejahatan terhadap orang yang didendami

5. Memengaruhi orang lain, untuk mencelakakan atau menjauhi orang yang didendami.

Sifat dendam sangat membahayakan. Di antara bahaya sifat dendam sebagai berikut.

1. Menghilangkan ketenangan jiwa

2. Berusaha menghindar bila bertemu dengan orang yang didendami

3. Selalu marah ketika orang lain menceritakan kebaikan orang yang kita dendami

4. Membatasi pergaulan

5. Menimbulkan rasa iri hati, benci, dan marah kepada orang lain,

6. Suka mengumpat, membohongi dan membuka aib orang lain,

7. Merusak tali persaudaraan,

8. Menimbulkan perselisihan dan permusuhan,

9. Menimbulkan penyesalan di kemudian hari

10. Mendapat murka Allah swt.

Munafik

Pengertian munafik yaitu orang yang zahirnya berbeda dengan isi hatinya. Orang-orang yang
berpura-pura setia kepada agama, tetapi pada hakikatnya tidak demikian. Dalam pepatah
dikatakan lain di mulut lain di hati. Pengertian munafik dari segi akidah adalah menyembunyikan
kekafiran dalam hatinya dan menampakkan keimanan dan lidahnya.

Allah swt. berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 8

8. Dan di antara manusia ada yang berkata, Kami beriman kepada Allah dan hari akhir, padahal
sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.

Allah swt. berfirman Q.S. Al-Munafiqun [63]: 2


2. Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka menghalang-halangi
(manusia) dari jalan Allah. Sungguh, betapa buruknya apa yang telah mereka kerjakan.

Di dalam hadis, Rasulullah menyebutkan ciri-ciri orang yang munafik sebagai berikut.

:




:

( )


"Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, apabila berkata, ia berdusta, apabila berjanji, ia
mengingkari, dan apabila dipercaya, ia berkhianat."(H.R. Al-Bukhari no. 32 dan Muslim no. 89).

Pada hadis tersebut, ciri-ciri orang munafik sebagai berikut.

1. Apabila berkata, ia berdusta.

2. Apabila berjanji, ia mengingkari.

3. Apabila dipercaya, berkhianat.

Perilaku munafik merupakan perilaku tercela. Perilaku ini sangat berbahaya. Adapun bahayanya
sebagai berikut.

1. Orang munafik tidak dipercaya oleh orang lain

2. Terjadi konflik di dalam dirinya, sehingga tidak ada ketenteraman, dan muncul keraguan di dalam
hatinya.

3. Orang lain terjerumus dengan ajakannya

4. Merugikan masyarakat, karena orang-orang munafik itu selalu ingin menimbulkan kerusakan.

Orang yang munafik akan ditempatkan pada tempat yang paling dasar dari neraka.

Allah swt. berfirman dalam surah An-Nisa 145

145. Sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.

Anda mungkin juga menyukai