Anda di halaman 1dari 75

A.

PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI

Bioteknologi adalah pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah yang menggunakan


makhluk hidup untuk menghasilkan produk dan jasa guna kepentingan manusia.
Ilmu-ilmu pendukung dalam bioteknologi meliputi mikrobiologi, biokimia,
genetika, biologi sel, teknik kimia, dan enzimologi. Dalam bioteknologi biasanya
digunakan mikroorganisme atau bagian-bagiannya untuk meningkatkan nilai
tambah suatu bahan

B. BIOTEKNOLOGI KONVENSIONAL DAN MODERN

Bioteknologi dapat digolongkan menjadi bioteknologi konvensional/tradisional


dan modern. Bioteknologi konvensional merupakan bioteknologi yang
memanfaatkan mikroorganisme untuk memproduksi alkohol, asam asetat, gula,
atau bahan makanan, seperti tempe, tape, oncom, dan kecap. Mikroorganisme
dapat mengubah bahan pangan. Proses yang dibantu mikroorganisme, misalnya
dengan fermentasi, hasilnya antara lain tempe, tape, kecap, dan sebagainya
termasuk keju dan yoghurt. Proses tersebut dianggap sebagai bioteknologi masa
lalu. Ciri khas yang tampak pada bioteknologi konvensional, yaitu adanya
penggunaan makhluk hidup secara langsung dan belum tahu adanya
penggunaan enzim

1. Pengolahan Bahan Makanan

a. Pengolahan produk susu

Susu dapat diolah menjadi bentuk-bentuk baru, seperti yoghurt, keju, dan
mentega.

1) Yoghurt

Untuk membuat yoghurt, susu dipasteurisasi terlebih dahulu, selanjutnya


sebagian besar lemak dibuang. Mikroorganisme yang berperan dalam
pembuatan yoghurt, yaitu Lactobacillus bulgaricusdan Streptococcus
thermophillus. Kedua bakteri tersebut ditambahkan pada susu dengan jumlah
yang seimbang, selanjutnya disimpan selama 5 jam pada temperatur 45oC.
Selama penyimpanan tersebut pH akan turun menjadi 4,0 sebagai akibat dari
kegiatan bakteri asam laktat. Selanjutnya susu didinginkan dan dapat diberi cita
rasa.

2) Keju

Dalam pembuatan keju digunakan bakteri asam laktat, yaitu Lactobacillus dan
Streptococcus. Bakteri tersebut berfungsi memfermentasikan laktosa dalam susu
menjadi asam laktat. Proses pembuatan keju diawali dengan pemanasan susu
dengan suhu 90oC atau dipasteurisasi, kemudian didinginkan sampai 30oC.
Selanjutnya bakteri asam laktat dicampurkan. Akibat dari kegiatan bakteri
tersebut pH menurun dan susu terpisah menjadi cairan whey dan dadih padat,
kemudian ditambahkan enzim renin dari lambung sapi muda untuk
mengumpulkan dadih. Enzim renin dewasa ini telah digantikan dengan enzim
buatan, yaitu klimosin. Dadih yang terbentuk selanjutnya dipanaskan pada
temperatur 32oC 420oC dan ditambah garam, kemudian ditekan untuk
membuang air dan disimpan agar matang. Adapun whey yang terbentuk diperas
lalu digunakan untuk makanan sapi.

3) Mentega

Pembuatan mentega menggunakan mikroorganisme Streptococcus


lactis dan Lectonostoceremoris. Bakteri-bakteri tersebut membentuk proses
pengasaman. Selanjutnya, susu diberi cita rasa tertentu dan lemak mentega
dipisahkan. Kemudian lemak mentega diaduk untuk menghasilkan mentega yang
siap dimakan.

b. Produk makanan nonsusu

1) Kecap

Dalam pembuatan kecap, jamur, Aspergillus oryzae dibiakkan pada kulit gandum
terlebih dahulu. Jamur Aspergillus oryzae bersama-sama dengan bakteri asam
laktat yang tumbuh pada kedelai yang telah dimasak menghancurkan campuran
gandum. Setelah proses fermentasi karbohidrat berlangsung cukup lama
akhirnya akan dihasilkan produk kecap.

2) Tempe

Tempe kadang-kadang dianggap sebagai bahan makanan masyarakat golongan


menengah ke bawah, sehingga masyarakat merasa gengsi memasukkan tempe
sebgai salah satu menu makanannya. Akan tetapi, setelah diketahui manfaatnya
bagi kesehatan, tempe mulai banyak dicari dan digemari masyarakat dalam
maupun luar negeri. Jenis tempe sebenarnya sangat beragam, bergantung pada
bahan dasarnya, namun yang paling luas penyebarannya adalah tempe kedelai.
Tempe mempunyai nilai gizi yang baik. Di samping itu tempe mempunyai
beberapa khasiat, seperti dapat mencegah dan mengendalikan diare,
mempercepat proses penyembuhan duodenitis, memperlancar pencernaan,
dapat menurunkan kadar kolesterol, dapat mengurangi toksisitas, meningkatkan
vitalitas, mencegah anemia, menghambat ketuaan, serta mampu menghambat
resiko jantung koroner, penyakit gula, dan kanker. Untuk membuat tempe, selain
diperlukan bahan dasar kedelai juga diperlukan ragi. Ragi merupakan kumpulan
spora mikroorganisme, dalam hal ini kapang. Dalam proses pembuatan tempe
paling sedikit diperlukan empat jenis kapang dari genus Rhizopus,
yaitu Rhyzopus oligosporus, Rhyzopus stolonifer, Rhyzopus arrhizus,
dan Rhyzopus oryzae. Miselium dari kapang tersebut akan mengikat keping-
keping biji kedelai dan memfermentasikannya menjadi produk tempe. Proses
fermentasi tersebut menyebabkan terjadinya perubahan kimia pada protein,
lemak, dan karbohidrat. Perubahan tersebut meningkatkan kadar protein tempe
sampai sembilan kali lipat.
c) Tape

Tape dibuat dari bahan dasar ketela pohon dengan menggunakan sel-sel ragi.
Ragi menghasilkan enzim yang dapat mengubah zat tepung menjadi produk
yang berupa gula dan alkohol. Masyarakat kita membuat tape tersebut
berdasarkan

pengalaman.

2. Bioteknologi Bidang Pertanian

a. Penanaman secara hidroponik

Hidroponik berasal dari kata bahasa Yunani hydro yang berarti air dan ponos
yang berarti bekerja. Jadi, hidroponik artinya pengerjaan air atau bekerja dengan
air. Dalam praktiknya hidroponik dilakukan dengan berbagai metode, tergantung
media yang digunakan.

Adapun metode yang digunakan dalam hidroponik, antara lain metode kultur air
(menggunakan media air), metode kultur pasir (menggunakan media pasir), dan
metode porus (menggunakanmedia kerikil, pecahan batu bata, dan lain-lain).
Metode yang tergolong

berhasil dan mudah diterapkan adalah metode pasir.

Pada umumnya orang bertanam dengan menggunakan tanah.

Namun, dalam hidroponik tidak lagi digunakan tanah, hanya

dibutuhkan air yang ditambah nutrien sebagai sumber makanan bagi

tanaman. Apakah cukup dengan air dan nutrien? Bahan dasar yang

dibutuhkan tanaman adalah air, mineral, cahaya, dan CO2.

Cahayatelah terpenuhi oleh cahaya matahari. Demikian pula CO2 sudah

cukup melimpah di udara. Sementara itu kebutuhan air dan mineral

dapat diberikan dengan sistem hidroponik, artinya keberadaan tanah

sebenarnya bukanlah hal yang utama.

Beberapa keuntungan bercocok tanam dengan hidroponik,

antara lain tanaman dapat dibudidayakan di segala tempat; risiko

kerusakan tanaman karena banjir, kurang air, dan erosi tidak ada;

tidak perlu lahan yang terlalu luas; pertumbuhan tanaman lebih

cepat; bebas dari hama; hasilnya berkualitas dan berkuantitas tinggi;

hemat biaya perawatan.


Jenis tanaman yang telah banyak dihidroponikkan dari

golongan tanaman hias antara lain Philodendron, Dracaena, Aglonema,

dan Spatyphilum. Golongan sayuran yang dapat dihidroponikkan,

antara lain tomat, paprika, mentimun, selada, sawi, kangkung,

dan bayam. Adapun jenis tanaman buah yang dapat dihidroponikkan,

antara lain jambu air, melon, kedondong bangkok, dan

belimbing.

b. Penanaman secara aeroponik

Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan

ponos yang berarti daya. Jadi, aeroponik adalah pemberdayaan

udara. Sebenarnya aeroponik merupakan tipe hidroponik (memberdayakan

air), karena air yang berisi larutan unsur hara disemburkan

dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Akar

tanaman yang ditanam menggantung akan menyerap larutan hara

tersebut.

Prinsip dari aeroponik adalah sebagai berikut. Helaian

styrofoam diberi lubang-lubang tanam dengan jarak 15 cm. Dengan

menggunakan ganjal busa atau rockwool, anak semai sayuran

ditancapkan pada lubang tanam. Akar tanaman akan menjuntai

bebas ke bawah. Di bawah helaian styrofoam terdapat sprinkler

(pengabut) yang memancarkan kabut larutan hara ke atas hingga

mengenai akar.

3. Bioteknologi Modern

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, para ahli

telah mulai lagi mengembangkan bioteknologi dengan memanfaatkan

prinsip-prinsip ilmiah melalui penelitian. Dalam bioteknologi

modern orang berupaya dapat menghasilkan produk secara efektif

dan efisien.
Dewasa ini, bioteknologi tidak hanya dimanfaatkan dalam

industri makanan tetapi telah mencakup berbagai bidang, seperti

rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber energi,

dan sebagainya. Dengan adanya berbagai penelitian serta perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, maka bioteknologi makin

besar manfaatnya untuk masa-masa yang akan datang. Beberapa

penerapan bioteknologi modern sebagai berikut.

a. Rekayasa genetika

Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan

gen untuk menghasilkan makhluk hidup baru dengan sifat yang

diinginkan. Rekayasa genetika disebut juga pencangkokan gen atau

rekombinasi DNA.

Dalam rekayasa genetika digunakan DNA untuk menggabungkan

sifat makhluk hidup. Hal itu karena DNA dari setiap

makhluk hidup mempunyai struktur yang sama, sehingga dapat

direkomendasikan. Selanjutnya DNA tersebut akan mengatur sifatsifat

makhluk hidup secara turun-temurun.

Untuk mengubah DNA sel dapat dilakukan melalui banyak

cara, misalnya melalui transplantasi inti, fusi sel, teknologi plasmid,

dan rekombinasi DNA.

1) Transplantasi inti

Transplantasi inti adalah pemindahan inti dari suatu sel ke sel

yang lain agar didapatkan individu baru dengan sifat sesuai dengan

inti yang diterimanya. Transplantasi inti pernah dilakukan terhadap

sel katak. Inti sel yang dipindahkan adalah inti dari sel-sel usus katak

yang bersifat diploid. Inti sel tersebut dimasukkan ke dalam ovum

tanpa inti, sehingga terbentuk ovum dengan inti diploid. Setelah


diberi inti baru, ovum membelah secara mitosis berkali-kali

sehingga terbentuklah morula yang berkembang menjadi blastula.

Blastula tersebut selanjutnya dipotong-potong menjadi banyak sel

dan diambil intinya. Kemudian inti-inti tersebut dimasukkan ke

dalam ovum tanpa inti yang lain. Pada akhirnya terbentuk ovum

berinti diploid dalam jumlah banyak. Masing-masing ovum akan

berkembang menjadi individu baru dengan sifat dan jenis kelamin

yang sama.

2) Fusi sel

Fusi sel adalah peleburan dua sel baik dari spesies yang sama

maupun berbeda supaya terbentuk sel bastar atau hibridoma. Fusi

sel diawali oleh pelebaran membran dua sel serta diikuti oleh

peleburan sitoplasma (plasmogami) dan peleburan inti sel (kariogami).

Manfaat fusi sel, antara lain untuk pemetaan kromosom,

membuat antibodi monoklonal, dan membentuk spesies baru. Di

dalam fusi sel diperlukan adanya:

a) sel sumber gen (sumber sifat ideal);

b) sel wadah (sel yang mampu membelah cepat);

c) fusigen (zat-zat yang mempercepat fusi sel).

3) Teknologi plasmid

Plasmid adalah lingkaran DNA kecil yang terdapat di dalam

sel bakteri atau ragi di luar kromosomnya. Sifat-sifat plasmid, antara

lain:

a) merupakan molekul DNA yang mengandung gen tertentu;

b) dapat beraplikasi diri;

c) dapat berpindah ke sel bakteri lain;

d) sifat plasmid pada keturunan bakteri sama dengan plasmid induk.

Karena sifat-sifat tersebut di atas plasmid digunakan sebagai


vektor atau pemindah gen ke dalam sel target.

4) Rekombinasi DNA

Rekombinasi DNA adalah proses penggabungan DNA-DNA

dari sumber yang berbeda. Tujuannya adalah untuk menyambungkan

gen yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, rekombinasi

DNA disebut juga rekombinasi gen.

Rekombinasi DNA dapat dilakukan karena alasan-alasan

sebagai berikut.

1) Struktur DNA setiap spesies makhluk hidup sama.

2) DNA dapat disambungkan

b. Bioteknologi bidang kedokteran

Bioteknologi mempunyai peran penting dalam bidang kedokteran,

misalnya dalam pembuatan antibodi monoklonal, vaksin,

antibiotika dan hormon.

1) Pembuatan antibodi monoklonal

Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari

suatu sumber tunggal. Manfaat antibodi monoklonal, antara lain:

a) untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam

urine wanita hamil;

b) mengikat racun dan menonaktifkannya;

c) mencegah penolakan tubuh terhadap hasil transplantasi jaringan

lain.

2) Pembuatan vaksin

Vaksin digunakan untuk mencegah serangan penyakit terhadap

tubuh yang berasal dari mikroorganisme. Vaksin didapat dari

virus dan bakteri yang telah dilemahkan atau racun yang diambil

dari mikroorganisme tersebut.

3) Pembuatan antibiotika
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organisme

tertentu dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organisme

lain yang ada di sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari jamur

atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu.

Zat antibiotika telah mulai diproduksi secara besar-besaran

pada Perang Dunia II oleh para ahli dari Amerika Serikat dan

Inggris.

4) Pembuatan hormon

Dengan rekayasa DNA, dewasa ini telah digunakan mikroorganisme

untuk memproduksi hormon. Hormon-hormon yang

telah diproduksi, misalnya insulin, hormon pertumbuhan, kortison,

dan testosteron.

c. Bioteknologi bidang pertanian

Dewasa ini perkembangan industri maju dengan pesat.

Akibatnya, banyak lahan pertanian yang tergeser, lebih-lebih di

daerah sekitar perkotaan. Di sisi lain kebutuhan akan hasil pertanian

harus ditingkatkan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk.

Untuk mendukung hal tersebut, dewasa ini telah dikembangkan

bioteknologi di bidang pertanian. Beberapa penerapan bioteknologi

pertanian sebagai berikut.

1) Pembuatan tumbuhan yang mampu mengikat nitrogen

Nitrogen (N2) merupakan unsur esensial dari protein DNA

dan RNA. Pada tumbuhan polong-polongan sering ditemukan nodul

pada akarnya. Di dalam nodul tersebut terdapat bakteri Rhizobium

yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara, sehingga tumbuhan

polong-polongan dapat mencukupi kebutuhan nitrogennya sendiri.

Dengan bioteknologi, para peneliti mencoba mengembangkan


agar bakteri Rhizobium dapat hidup di dalam akar selain tumbuhan

polong-polongan. Di samping, itu juga berupaya meningkatkan

kemampuan bakteri dalam mengikat nitrogen dengan teknik

rekombinasi gen.

Kedua upaya di atas dilakukan untuk mengurangi atau meniadakan

penggunaan pupuk nitrogen yang dewasa ini banyak

digunakan di lahan pertanian dan menimbulkan efek samping yang

merugikan.

2) Pembuatan tumbuhan tahan hama

Tanaman yang tahan hama dapat dibuat melalui rekayasa

genetika dengan rekombinasi gen dan kultur sel. Contohnya, untuk

mendapatkan tanaman kentang yang kebal penyakit maka diperlukan

gen yang menentukan sifat kebal penyakit. Gen tersebut, kemudian

disisipkan pada sel tanaman kentang. Sel tanaman kentang

tersebut, kemudian ditumbuhkan menjadi tanaman kentang yang

tahan penyakit. Selanjutnya tanaman kentang tersebut dapat diperbanyak

dan disebarluaskan.

d. Bioteknologi bidang peternakan

Dengan bioteknologi dapat dikembangkan produk-produk

peternakan. Produk tersebut, misalnya berupa hormon pertumbuhan

yang dapat merangsang pertumbuhan hewan ternak. Dengan

rekayasa genetika dapat diciptakan hormon pertumbuhan hewan

buatan atau BST (Bovin Somatotropin Hormon). Hormon tersebut

direkayasa dari bakteri yang, jika diinfeksikan pada hewan dapat

mendorong pertumbuhan dan menaikkan produksi susu sampai

20%.
e. Bioteknologi bahan bakar masa depan

Kamu sudah mengetahui bahwa bahan bakar minyak

termasuk sumber daya yang tidak bisa diperbarui. Oleh karena itu,

suatu saat akan habis. Hal itu merupakan tantangan bagi para

ilmuwan untuk menemukan bahan bakar pengganti yang diproduksi

melalui bioteknologi.

Saat ini telah ditemukan dua jenis bahan bakar yang diproduksi

dari fermentasi limbah, yaitu gasbio (metana) dan gasahol

(alkohol).

Alternatif bahan bakar masa depan untuk menggantikan

minyak, antara lain adalah biogas dan gasohol. Biogas dibuat dalam

fase anaerob dalam fermentasi limbah kotoran makhluk hidup. Pada

fase anaerob akan dihasilkan gas metana yang dibakar dan digunakan

untuk bahan bakar.

Di negara Cina, dan India terdapat beberapa kelompok masyarakat

yang hidup di desa yang telah menerapkan teknologi

fermenter gasbio untuk menghasilkan metana. Bahan baku teknologi

fermenter tersebut adalah feses hewan, daun-daunan, kertas,

dan lain-lain yang akan diuraikan oleh bakteri dalam fermenter.

Sedangkan teknologi gasohol telah dikembangkan oleh

negara Brazil sejak harga minyak meningkat sekitar tahun 1970.

Gasohol dihasilkan dari fermentasi kapang terhadap gula tebu yang

melimpah. Gasohol bersifat murah, dapat diperbarui dan tidak

menimbulkan polusi.

f. Bioteknologi pengolahan limbah

Kaleng, kertas bekas, dan sisa makanan, sisa aktivitas

pertanian atau industri merupakan bahan yang biasanya sudah tak


dikehendaki oleh manusia. Bahan-bahan tersebut dinamakan limbah

atau sampah. Keberadaan limbah sangat mengancam lingkungan.

Oleh karena itu, harus ada upaya untuk menanganinya. Penanganan

sampah dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan

ditimbun, dibakar, atau didaur ulang. Di antara semua cara tersebut

yang paling baik adalah dengan daur ulang.

Salah satu contoh proses daur ulang sampah yang telah diuji

pada beberapa sampah tumbuhan adalah proses pirolisis. Proses

pirolisis yaitu proses dekomposisi bahan-bahan sampah dengan

suhu tinggi pada kondisi tanpa oksigen. Dengan cara ini sampah

dapat diubah menjadi arang, gas (misal: metana) dan bahan

anorganik.

Bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan kembali sebagai

bahan bakar. Kelebihan bahan bakar hasil proses ini adalah

rendahnya kandungan sulfur, sehingga cukup mengurangi tingkat

pencemaran. Bahan hasil perombakan zat-zat makroorganik (dari

hewan, tumbuhan, manusia ataupun gabungannya) secara biologiskimiawi

dengan bantuan mikroorganisme (misalnya bakteri, jamur)

serta oleh hewan-hewan kecil disebut kompos.

Dalam pembuatan kompos, sangat diperlukan mikroorganisme.

Jenis mikroorganisme yang diperlukan dalam pembuatan kompos

bergantung pada bahan organik yang digunakan serta proses

yang berlangsung (misalnya proses itu secara aerob atau anaerob).

Selama proses pengomposan terjadilah penguraian, misalnya

selulosa, pembentukan asam organik terutama asam humat yang

penting dalam pembuatan humus. Hasil pengomposan bermanfaat

sebagai pupuk.

Bioteknologi dapat diterapkan dalam pengolahan limbah,


misalnya menguraikan minyak, air limbah, dan plastik. Cara lain

dalam mengatasi polusi minyak, yaitu dengan menggunakan

pengemulsi yang menyebabkan minyak bercampur dengan air

sehingga dapat dipecah oleh mikroba. Salah satu zat pengemulsi,

yaitu polisakarida yang disebut emulsan, diproduksi oleh bakteri

Acinetobacter calcoaceticus. Dengan bioteknologi, pengolahan

limbah menjadi terkontrol dan efektif. Pengolahan limbah secara bioteknologi


melibatkan kerja bakteri-bakteri aerob dan anaerob.

BIOTEKNOLOGIMODERN

PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi adalah penggunaan makhluk hidup dan proses di dalamnya untuk menghasilkan
produk tertentu. Dalam bioteknologi memanfaatkan bakteri, ragi, kapang, alga, sel tumbuhan atau
jaringan. Penerapan bioteknologi memadukan berbagai disiplin ilmu seperti mikrobiologi, biokimia,
genetika, biologi molekuler, kimia, rekayasa proses dan teknik kimia.
PENGERTIAN BIOTEKNOLOGI MODERN
Penggunaan mikroorganisme tidak langsung seperti bioteknologi konvensional, tetapi
menggunakan mikroorganisme yang direkayasa, sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.
Bioteknologi Modern, yaitu bioteknologi yang dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan manusi,
seperti rekayasa genetika, penanganan polusi, penciptaan sumber energi, dan sebagainya

Bioteknologi Modern
Beberapa contoh bioteknologi modern antara lain :
o Bibit tanaman yg seragam, diperoleh dengan melalui tehknik kultur jaringan. Melalui teknik ini
dapat dihasilkan / diproduksi bibit tanaman yang seragam dalam jumlah besar, Beberapa contoh
tanaman yang telah dihasilkan melalui kultur jaringan antara lain : Papaver somniferum
( menghasilkan kodein , untuk penghilang rasa nyeri, Jasminum sp ( menghasilkan jasmine, sebagai
bahan parfum aroma melati ).
o Antibodi monoklonal, merupakan sejenis antibodi yang diproduksi dengan cara penggabungan
( fusi ) dua jenis sel yang sama atau berbeda . Dikenal dengan sebutan teknologi hibridoma / DNA
rekombinan.
o Bayi tabung, hasil fertilisasi secara in vitro . Ovum dan sperma dipertemukan dalam sebuah
wadah sehingga terjadi pembuahan.
o Hormon insulin, yang diperoleh melalui teknologi plasmid dalam rekayasa genetik.
o Domba dolly hasil kloning yaitu transfer inti sel autosom ( diploid ) ke dalam ovum (haploid) yang
telah diambil inti telurnya.
o Tanaman kebal hama, yang telah disisipi gen penghasil senyawa endotoksin dari Bacillus
thuringiensis
o Tanaman yang mampu memfiksasi nitrogen melalui penyisipan gen pengontrol fiksasi nitrogen
( gen nif ) dari bacteri Rhizobium sp dengan perantara plasmid dari Agrobacterium tumefaciens
o Hewan transgenik, hasil rekayasa genetika yang memiliki sifat / kemampuan berbeda dengan
hewan biasa. Misalnya menghasilkan air susu yang mengandung faktor anti hemofili
o Hormon BST ( Bovine Somatotrophin ), hormon pertumbuhan untuk hewan dari hasil rekayasa
genetik
o Vaksin malaria, hasil rekayasa genetik dengan memanfaatkan DNA virus cacar air yang kurang
aktif
o antibiotik jenis baru, yang dikembangkan dari mikroorganisme galur baru yang diperoleh dari
rekayasa genetik
o Interferon, sejenis protein hasil tekhnik DNA rekombinan untuk menghambat replikasi virus
o Hormon pertumbuhan manusia yang dihasilkan dari tehknik DNA rekombinan
o Terapi genetik, jasa layanan perbaikan kelainan genetik dengan rekayasa genetik
o Pelestarian species langka, jasa layanan pelestarian hewan / tumbuhan yang hampir punah
menggunakan tehknik rekayasa genetic.

Bioteknologi Modern - Telah dijelaskan pada sebelumnya bahwa salah satu ciri dalam bioteknologi
modern adalah adanya rekayasa sifat makhluk hidup. Dari hasil rekayasa tersebut, didapatkan
berbagai agen biologi dengan sifat yang diinginkan manusia. Agen biologi tersebut akan mengolah
bahan mentah menjadi berbagai produk yang diinginkan.
Oleh karena bioteknologi modern dicirikan oleh adanya rekayasa sifat makhluk hidup, bioteknologi
modern berkaitan erat dengan rekayasa genetik. Rekayasa genetik adalah pengubahan komposisi
gen individu melalui percobaan dan upaya lainnya. Gen sebagai pembawa sifat makhluk hidup dapat
diidentifikasi, diisolasi, dan disisipkan dalam materi genetik makhluk hidup lain. Individu yang
dihasilkan melalui rekayasa genetika disebut makhluk hidup transgenik atau organisme hasil
modifikasi genetik (OHMG).
Organisme yang bisa menerima DNA asing dan umum digunakan dalam proses penyisipan gen
adalah bakteri. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa sifat yang dimiliki bakteri. Bakteri memiliki dua
jenis materi genetik yaitu kromosom bakteri dan plasmid. Plasmid merupakan rantai DNA berbentuk
sirkuler yang ditemukan di bakteri. Plasmid terkadang mengandung gen yang membuat bakteri tahan
terhadap antibiotik ampisilin dan tetrasilin. Plasmid dapat keluar masuk sel, bahkan dapat masuk ke
dalam sel bakteri yang berbeda jenis.

(a) Plasmid pada bakteri yang mengandung gen untuk ampisilin dan tetrasilin.
(b) Plasmid bakteri dilihat dengan mikroskop elektron DNA plasmid.

Plasmid dapat diisolasi dari bakteri dan dapat dipotong menggunakan enzim restriksi. Dengan cara
yang sama, DNA penyusun gen, misalnya gen insulin dapat dipotong dan diisolasi menggunakan
enzim restriksi yang sama. Contohnya, enzim restriksi EcoR1 yang memotong urutan basa TTAA,
karena gen insulin memiliki rantai DNA dengan ujung urutan basa yang sama, TTAA dan AATT, rantai
DNA gen insulin dapat bergabung dengan DNA plasmid melalui bantuan enzim DNA ligase,
perhatikan gambar berikut.

Pemotongan dan penyisipan gen insulin dalam plasmid.

Proses penyisipan tersebut menghasilkan bakteri yang mengandung gen pembentukan insulin
pada manusia. Bakteri ini nantinya dapat menghasilkan hormon insulin manusia. Molekul DNA
rekombinasi ini kali pertama dilakukan pada 1973 oleh Stanley Cohen dari Universitas Stanford dan
Herbert Boyer dari Unversitas California. Hal ini menandai lahirnya rekayasa genetik modern.
Selain rekayasa genetik, bioteknologi modern juga mencakup fusi sel (penggabungan sel) dari
makhluk hidup yang berbeda spesies. Fusi sel adalah teknik yang digunakan untuk menghasilkan sel
hibrid (hibridoma). Sel hibrid ini mengandung bahan genetik dari sel-sel yang difusikan. Prinsip dasar
teknik ini yaitu membuka dinding kedua sel, kemudian kedua isi sel dicampurkan. Dinding sel
dihilangkan dengan menggunakan enzim tertentu.
Untuk menggabungkan isi sel, digunakan virus atau bahan kimia seperti polietilen glikol. Teknik
fusi sel dilakukan antara lain untuk mendapatkan hibrid baru penghasil antibiotik, tanaman
interspesies, dan antibodi monoklonal.

Teknik fusi sel untuk mendapatkan sel dengan sifat campuran.


Dari dua teknik dasar bioteknologi modern tersebut dihasilkan bermacam-macam produk baru.
Untuk menghasilkan produk bioteknologi modern, terkadang tetap menggunakan teknik-teknik yang
telah dikembangkan dalam bioteknologi konvensional. Pada beberapa hal, bioteknologi konvensional
sulit dibedakan dari bioteknologi modern. Berikut ini dijelaskan beberapa contoh bioteknologi modern
yang berperan pada beberapa aspek kehidupan.

Makanan
Penerapan bioteknologi pada makanan secara modern, diawali pada 1992. Saat itu sebuah
perusahaan Amerika, Calgene, mendapatkan izin untuk memasarkan OHMG yang disebut Flavrsavr.
OHMG ini adalah tomat yang dibuat lebih tahan hama dan tidak dapat membusuk.
Secara umum, penerapan bioteknologi modern pada makanan tidak dapat dipisahkan dengan
bioteknologi modern pada bidang pertanian. Produkproduk makanan yang dihasilkan dari OHMG,
seperti tanaman pertanian, hewan, atau mikroorganisme, disebut makanan hasil modifikasi genetik.
OHMG lebih banyak dilakukan pada tanaman pertanian. Contohnya, jagung tahan lama, kedelai
tahan herbisida, kentang tahan virus, padi dengan zat dan vitamin yang ditingkatkan (golden rice),
gandum dengan protein yang tinggi bagi ternak, dan banyak hasil pertanian lainnya. Perkembangan
selanjutnya dari penerapan bioteknologi modern semakin beraneka ragam. Sekarang, para ilmuwan
dapat membuat makanan yang mengandung obat, pisang yang menghasilkan vaksin hepatitis B, ikan
yang lebih cepat dewasa, dan tanaman buah yang berbuah lebih cepat.

Pertanian
Pada bidang pertanian, telah banyak dilakukan penerapan bioteknologi modern. Para ilmuwan
telah berhasil membuat prosedur penyisipan gen pada berbagai tanaman. Prosedur tersebut
melibatkan teknik kultur jaringan dan teknik genetika pada bakteri yang telah Anda pelajari.
Penyisipan gen ke dalam tumbuhan dapat dilakukan melaui beberapa cara. Salah satunya,
sumber DNA gen asing terlebih dahulu dimasukkan ke dalam plasmid bakteri Agrobacterium
tumefaciens. Bakteri Agrobacterium rekombinasi tersebut diinfeksikan pada jaringan tumbuhan.
Bakteri yang digunakan Agrobacterium tumefaciens sebab di alam bakteri ini menginfeksi tanaman
dan menyebabkan penyakit cro n gall (sejenis tumor).
Dengan dimasukkannya gen asing ke dalam plasmid bakteri, gen asing akan memasuki DNA
tumbuhan. Dengan demikian, tumbuhan akan memiliki sifat yang sesuai dengan gen asing tersebut.
Tumbuhan hasil penyisipan gen disebut juga tanaman transgenik.
Berbagi macam gen telah berhasil disisipkan ke dalam DNA tanaman pertanian. Beberapa di
antaranya adalah gen bagi penghasil vitamin, gen untuk penghasil racun bagi serangga, gen bagi
pengikatan nitrogen bebas, dan gen untuk bahan herbisida. Gen-gen tersebut dapat menyebabkan
tanaman transgenik memiliki sifat gen yang dimasukkan tersebut. Perhatikan Gambar berikut.

Langkah-langkah penyisipan gen pada tumbuhan.


Peternakan
Dalam bidang peternakan, bioteknologi modern telah dapat meningkatkan produksi dan kesehatan
ternak. Beberapa cara yang dilakukan antara lain dalam pembuatan vaksin dan hormon pertumbuhan
bagi hewan ternak. Vaksin dan hormon tersebut disuntikkan pada hewan ternak. Hormon
pertumbuhan yang disuntikkan berguna agar ternak mengalami pertumbuhan dan perkembangan
yang sangat pesat. Selain itu, waktu panen akan menjadi lebih singkat dibandingkan tanpa
menggunakan hormon tersebut.
Berikut ini akan diuraikan hasil bioteknologi pada bidang perternakan, yaitu vaksin, hormon
pertumbuhan bagi ternak, kloning reproduksi, dan fertilisasi in vitro.
1.) Vaksin Pencegah Penyakit Ternak
Virus yang menyerang ternak dan paling merugikan adalah virus penyebab penyakit mulut, kuku,
dan lidah menjadi berwarna biru. Pada unggas, virus yang menyerang dan merugikan adalah virus
penyebab penyakit tetelo (New Castle Disease NCD), sedangkan pada anjing, kucing serta karnivora
lainnya adalah virus rabies.
Vaksin untuk penyakit mulut dan kuku dibuat dengan cara mengisolasi dan memperbanyak gen
yang mengode pembentukan kulit protein virus (VPI). Kemudian, gen ini disisipkan pada plasmid
E.coli.
Protein yang dihasilkan E.coli yang sudah direkayasa akan bekerja sebagai vaksin yang efektif
terhadap virus penyakit mulut dan kuku. Cara serupa dilakukan untuk menghasilkan vaksin-vaksin
bagi penyakit tetelo, dan lidah biru. Selain vaksin, dipakai juga interferon hewan sebagai senyawa
antivirus alamiah.
2.) Hormon
Pada akhir dasawarsa ini, penggunaan hormon untuk meningkatkan produksi daging untuk ternak
sudah lazim digunakan, terutama pada sapi. Dalam waktu dekat, hormon sejenis juga akan
dipergunakan untuk meningkatkan produksi daging domba.
Pembuatan hormon pertumbuhan dilakukan dengan cara mengisolasi dan memperbanyak gen
pertumbuhan, kemudian disisipkan pada mikroba dan akhirnya dihasilkan hormon-hormon yang
dimaksud. Hormon tersebut kemudian disuntikkan pada ternak. Tentu saja usaha ini harus disertai
dengan pemberian nutrisi ternak yang seimbang. Penggunaan hormon untuk pertumbuhan ini sudah
sering dilakukan.
Para ahli sudah jauh memikirkan untuk membuat hormon yang akan disuntikkan pada domba
penghasil wol. Dengan suntik hormon EGF ( Epidermal Grouth Factor), bulu-bulu domba akan rontok
dengan sendirinya, tanpa pisau cukur. EGF adalah suatu hormon yang dapat mengendalikan
kecepatan tumbuh rambut. Konsentrasi EGF yang tinggi akan menyebabkan pertumbuhan rambut
yang cepat, tetapi helaian rambut akan lebih tipis. Satu dosis EGF tertentu akan membuat rambut
sedemikian tipis helaiannya sehingga lebih rapi. Beberapa hari kemudian, titik rapuh rambut tersebut
akan muncul di permukaan kulit dan tentu saja rambut akan mudah lepas dari kulitnya.
3.) Kloning Reproduksi
Contoh lain penerapan bioteknologi modern dalam bidang peternakan adalah kloning. Kloning
adalah proses untuk membuat salinan molekul, elektron atau organisme multiseluler yang identik.
Pada kloning reproduksi, hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan individu yang sama dengan
induknya. Salah satu proses kloning yang terkenal adalah kloning domba Dolly. Kloning tersebut
dilakukan pada 1996 dan Dolly hidup hingga 2003. Kelahiran domba hasil kloning ini mengundang
kontroversi dari berbagai pihak. Pada kloning Dolly, ilmuwan mengisolasi inti sel somatis kelenjar
mamae domba dan memasukkannya ke dalam sel telur yang telah dihilangkan inti selnya. Sel telur
yang mengandung inti sel donor tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia untuk memicu
pembelahan sel. Ketika klon embrio mencapai tahap yang sesuai, embrio tersebut dimasukkan dalam
uterus domba betina.
Kloning reproduksi dapat digunakan untuk menghasilkan ternak yang identik dengan induknya,
tetapi ilmuwan mengetahui bahwa kloning mempunyai potensi yang lebih berguna. Para ilmuwan
berusaha melakukan kloning reproduksi pada hewan-hewan yang telah punah. Beberapa hewan
punah telah dicoba dikloning. Pada 2003, seekor banteng jawa berhasil dikloning, kemudian diikuti
oleh tiga kucing liar afrika dari embrio yang dibekukan. Hasil ini memberikan harapan bahwa teknik
yang sama dapat dilakukan pada hewan ternak lainnya.

Pengobatan Dan Kesehatan


Penelitian dalam bioteknologi terus dilanjutkan untuk mencari cara pencegahan, diagnosa dan
pengobatan pada berbagai kelainan dan penyakit. Terdapat beberapa hasil bioteknologi modern pada
bidang pengobatan dan kesehatan, di antaranya hormon dan antibodi monoklonal.

1.) Hormon
Pada 1949, penderita arthritis dapat sembuh setelah diobati dengan hormon steroid kortison.
Sejak saat itu, jenis steroid ini digunakan untuk mengobati penyakit arthritis, rheumatik, leukemia,
anemia hemafotik dan beberapa penyakit lain.
Steroid merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks. Pembuatannya secara sintetis
memerlukan proses dan biaya yang cukup tinggi. Pada 1952, ditemukan sejenis kapang, yaitu hi opus
arrhi us yang dapat mengubah steroid yang berasal dari hewan atau tumbuhan menjadi kortison.
Jenis-jenis dari Aspergillus, ternyata dapat mengubah progesteron (steroid yang berasal dari hewan
dan manusia) menjadi senyawa kortison. Penyakit kencing manis (diabetes mellitus) dapat diobati
dengan hormon insulin. Insulin hasil bioteknologi saat ini sudah dapat diproduksi. Gen manusia yang
mengendalikan pembentukan hormon insulin, disisipkan ke dalam bakteri E-coli.
2.) Antibodi Monoklonal
Setiap saat tubuh kita dapat terkena serangan virus, bakteri, jamur, dan zat-zat lain dari
lingkungan sekitarnya. Zat-zat tersebut dapat membahayakan tubuh. Secara alami, manusia dapat
menghasilkan antibodi bagi kuman atau antigen tersebut. Namun, agar sistem kekebalan tubuh aktif,
tubuh harus pernah diserang kuman tersebut. Terkadang jika tubuh tidak mampu bertahan, akibatnya
akan fatal.
Untuk memicu kekebalan tubuh, dapat dilakukan dengan menyuntikkan vaksin yang mengandung
antigen penyakit tersebut. Dengan demikian, dapat terbentuk antibodi pada tubuh yang dapat
melawan patogen. Oleh karena kemampuan melawan patogen ini, antibodi monoklonal
dikembangkan untuk mengatasi penyakit spesifik.
Cara yang umum digunakan untuk menghasilkan antibodi adalah dengan menyuntikkan sedikit
antigen pada tikus atau kelinci. Tubuh kelinci atau tikus akan merespon antigen dengan menghasilkan
antibodi yang secara langsung dapat diambil dari darahnya. Akan tetapi, biasanya antigen direspon
oleh beberapa macam sel. Antibodi yang dihasilkan adalah antibodi poliklonal, yaitu campuran
berbagai antibodi yang dihasilkan oleh berbagai sel.
Sekitar 1970, sebuah teknik dikembangkan untuk menghasilkan antibodi monoklonal. Antibodi yang
dihasilkan dari satu sel yang sama dan spesifik terhadap satu antigen. Antibodi monoklonal ini didapat
dari kultur sel. Pembuatan antibodi monoklonal adalah melalui fusi sel antara sel B dari hati dan sel
penghasil tumor. Sel B hati digunakan karena sel inilah yang menghasilkan antibodi. Adapun sel
tumor digunakan karena dapat membelah diri terus-menerus. Perhatikan Gambar berikut :

Pembuatan antibodi monoklonal


Langkah pertama untuk membuat antibodi monoklonal adalah hewan disuntikkan antigen sel B
tersebut. Kemudian, sel B hewan diisolasi dan difusikan dengan sel tumor. Hasilnya adalah sel hibrid
yang menghasilkan satu antibodi tertentu dan terus membelah. Antibodi monoklonal juga dapat
digunakan untuk keperluan diagnosa dan diharapkan dapat menyembuhkan kanker.

Rekayasa Genetika
Rekayasa genetika merupakan suatu cara memanipulasikan gen untuk menghasilkan makhluk
hidup baru dengan sifat yang sesuai dengan keinginan. Rekayasa genetika disebut juga
pencangkokan gen atau rekombinasi DNA. Di bidang pertanian sering mendengar tanaman
transgenik adalah tanaman hasil rekayasa genetika sering disebut juga dengan istilah GMO
(Genetically Modified Organism), misalnya jagung, tomat, kentang yang mempu
1. 1. Peranan/ manfaat bioteknologi
1. Di bidang kedokteran :
Antibody monoklonal : antibody yang diperoleh dari suatu sumber tunggal. Manfaat antibody
monoklonal antara lain : mendetaksi kandungan hormone korionik gonadotropin dalam urine wanita
hamil, mengikat racun dan menonaktifkannya, mencegah penolakan tubuh terhadap hasil
transplantasi jaringan lain.
Pembuatan vaksin : vaksin digunakan untuk mencegah serangan penyakit terhadap tubuh yang
berasal dari mikroorganisme. Vaksin berasal dari virus dan bakteri yang telah dilemahkan atau
racunnya diambil.
Contoh vaksin :
Vaksin BCG : untuk mencegah penyakit TBC
Vaksin kotipa : mencegah penyakit kolera, tifus, paratifus
Vaksin varisela : mencegah penyakit cacar air
Vaksin MMR : mencegah penyakit campak, gondong, rubella
DPT/DT : mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus

1. Bioteknologi Bidang Kedokteran


Bioteknologi mempunyai peran penting dalam bidang kedokteran, misalnya dalam pembuatan
antibodi monoklonal, vaksin, antibiotika dan hormon.
Peranan/ manfaat bioteknologi di Bidang Kedokteran :
a. Pembuatan antibodi monoklonal
Antibodi monoklonal adalah antibodi yang diperoleh dari suatu sumber tunggal. Manfaat antibodi
monoklonal, antara lain:
untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam urine wanita hamil
mengikat racun dan menonaktifkannya;
mencegah penolakan tubuh terhadap hasil transplantasi jaringan lain.
b. Pembuatan vaksin
Vaksin digunakan untuk mencegah serangan penyakit terhadap tubuh yang berasal dari
mikroorganisme. Vaksin didapat dari virus dan bakteri yang telah dilemahkan atau racun yang diambil
dari mikroorganisme tersebut.
Contoh vaksin :
Vaksin BCG : untuk mencegah penyakit TBC
Vaksin kotipa : mencegah penyakit kolera, tifus, paratifus
Vaksin varisela : mencegah penyakit cacar air
Vaksin MMR : mencegah penyakit campak, gondong, rubella
DPT/DT : mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus

c. Pembuatan antibiotika
Antibiotika adalah suatu zat yang dihasilkan oleh organism tertentu dan berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan organism lain yang ada di sekitarnya. Antibiotika dapat diperoleh dari
jamur atau bakteri yang diproses dengan cara tertentu. Zat antibiotika telah mulai diproduksi secara
besar-besaran pada Perang Dunia II oleh para ahli dari Amerika Serikat dan Inggris.
Contoh antibiotik
No Antibiotik Mikroorganisme
1. Streptomycin Streptomycetes griseus
2. Polymyxin Bacillus polymyxa
3. Pinisilin Pinicilium notatum
4. Griseofulvin Pinicilium griseofulvum
5. Sefalosporin Cepalosporium acremonium
d. Pembuatan hormon
Dengan rekayasa DNA, dewasa ini telah digunakan mikroorganisme untuk memproduksi hormon.
Hormon-hormon yang telah diproduksi, misalnya insulin, hormon pertumbuhan, kortison, dan
testosteron.

2. Bioteknologi Bidang Pertanian


Dewasa ini perkembangan industri maju dengan pesat. Akibatnya, banyak lahan pertanian yang
tergeser, lebih-lebih di daerah sekitar perkotaan. Di sisi lain kebutuhan akan hasil pertanian harus
ditingkatkan seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Untuk mendukung hal tersebut, dewasa
ini telah dikembangkan bioteknologi di bidang pertanian. Beberapa penerapan bioteknologi pertanian
sebagai berikut.
a. Pembuatan tumbuhan yang mampu mengikat nitrogen
Nitrogen (N2) merupakan unsur esensial dari protein DNA dan RNA. Pada tumbuhan polong-
polongan sering ditemukan nodul pada akarnya. Di dalam nodul tersebut terdapat bakteri Rhizobium
yang dapat mengikat nitrogen bebas dari udara, sehingga tumbuhan polong-polongan dapat
mencukupi kebutuhan nitrogennya sendiri.
Dengan bioteknologi, para peneliti mencoba mengembangkan agar bakteri Rhizobium dapat hidup di
dalam akar selain tumbuhan polong-polongan. Di samping, itu juga berupaya meningkatkan
kemampuan bakteri dalam mengikat nitrogen dengan teknik rekombinasi gen.
Kedua upaya di atas dilakukan untuk mengurangi atau meniadakan penggunaan pupuk nitrogen yang
dewasa ini banyak digunakan di lahan pertanian dan menimbulkan efek samping yang merugikan.
b. Pembuatan tumbuhan tahan hama
Tanaman yang tahan hama dapat dibuat melalui rekayasa genetika dengan rekombinasi gen dan
kultur sel. Contohnya, untuk mendapatkan tanaman kentang yang kebal penyakit maka diperlukan
gen yang menentukan sifat kebal penyakit. Gen tersebut, kemudian disisipkan pada sel tanaman
kentang. Sel tanaman kentang tersebut, kemudian ditumbuhkan menjadi tanaman kentang yang
tahan penyakit. Selanjutnya tanaman kentang tersebut dapat diperbanyak dan disebarluaskan.

3. Bioteknologi Bidang Peternakan


Dengan bioteknologi dapat dikembangkan produk-produk peternakan. Produk tersebut, misalnya
berupa hormon pertumbuhan yang dapat merangsang pertumbuhan hewan ternak. Dengan rekayasa
genetika dapat diciptakan hormon pertumbuhan hewan buatan atau BST (Bovin Somatotropin
Hormon). Hormon tersebut direkayasa dari bakteri yang, jika diinfeksikan pada hewan dapat
mendorong pertumbuhan dan menaikkan produksi susu sampai 20%.

4. Bioteknologi Bahan Bakar Masa Depan


Kita sudah mengetahui bahwa bahan bakar minyak termasuk sumber daya yang tidak bisa
diperbarui. Oleh karena itu, suatu saat akan habis. Hal itu merupakan tantangan bagi para ilmuwan
untuk menemukan bahan bakar pengganti yang diproduksi melalui bioteknologi. Saat ini telah
ditemukan dua jenis bahan bakar yang diproduksi dari fermentasi limbah, yaitu gasbio (metana) dan
gasohol (alkohol).
Alternatif bahan bakar masa depan untuk menggantikan minyak, antara lain adalah biogas dan
gasohol. Biogas dibuat dalam fase anaerob dalam fermentasi limbah kotoran makhluk hidup. Pada
fase anaerob akan dihasilkan gas metana yang dibakar dan digunakan untuk bahan bakar. Di negara
Cina, dan India terdapat beberapa kelompok masyarakat yang hidup di desa yang telah menerapkan
teknologi fermenter gasbio untuk menghasilkan metana. Bahan baku teknologi fermenter tersebut
adalah feses hewan, daun-daunan, kertas, dan lain-lain yang akan diuraikan oleh bakteri dalam
fermenter.
Sedangkan teknologi gasohol telah dikembangkan oleh negara Brazil sejak harga minyak
meningkat sekitar tahun 1970. Gasohol dihasilkan dari fermentasi kapang terhadap gula tebu yang
melimpah. Gasohol bersifat murah, dapat diperbarui dan tidak menimbulkan polusi.

5. Bioteknologi pengolahan limbah


Kaleng, kertas bekas, dan sisa makanan, sisa aktivitas
pertanian atau industri merupakan bahan yang biasanya sudah tak dikehendaki oleh manusia.
Bahan-bahan tersebut dinamakan limbahatau sampah. Keberadaan limbah sangat mengancam
lingkungan.

Oleh karena itu, harus ada upaya untuk menanganinya. Penanganan sampah dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya dengan ditimbun, dibakar, atau didaur ulang. Di antara semua cara
tersebut yang paling baik adalah dengan daur ulang. Salah satu contoh proses daur ulang sampah
yang telah diuji pada beberapa sampah tumbuhan adalah proses pirolisis. Prosespirolisis yaitu proses
dekomposisi bahan-bahan sampah dengan suhu tinggi pada kondisi tanpa oksigen. Dengan cara ini
sampah dapat diubah menjadi arang, gas (misal: metana) dan bahan anorganik.
Bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan kembali sebagai bahan bakar. Kelebihan bahan bakar
hasil proses ini adalah rendahnya kandungan sulfur, sehingga cukup mengurangi tingkat
pencemaran. Bahan hasil perombakan zat-zat makroorganik (dari hewan, tumbuhan, manusia
ataupun gabungannya) secara biologiskimiawi dengan bantuan mikroorganisme (misalnya bakteri,
jamur) serta oleh hewan-hewan kecil disebut kompos.
Dalam pembuatan kompos, sangat diperlukan mikroorganisme. Jenis mikroorganisme yang
diperlukan dalam pembuatan kompos bergantung pada bahan organik yang digunakan serta proses
yang berlangsung (misalnya proses itu secara aerob atau anaerob).
Selama proses pengomposan terjadilah penguraian, misalnya selulosa, pembentukan asam
organik terutama asam humat yang penting dalam pembuatan humus. Hasil pengomposan
bermanfaat sebagai pupuk. Bioteknologi dapat diterapkan dalam pengolahan limbah, misalnya
menguraikan minyak, air limbah, dan plastik. Cara lain dalam mengatasi polusi minyak, yaitu dengan
menggunakan pengemulsi yang menyebabkan minyak bercampur dengan air
sehingga dapat dipecah oleh mikroba.
Salah satu zat pengemulsi, yaitu polisakarida yang disebut emulsan, diproduksi oleh bakteri
Acinetobacter calcoaceticus. Dengan bioteknologi, pengolahan
limbah menjadi terkontrol dan efektif. Pengolahan limbah secara bioteknologi melibatkan kerja
bakteri-bakteri aerob dan anaerob

Pemanfaatan Bioteknologi Modern di Berbagai


Bidang Kehidupan
bioteknologi, kelas 3, materi, sma

Bioteknologi Modern - Telah dijelaskan pada postingan sebelumnya bahwa salah satu ciri dalam
bioteknologi modern adalah adanya rekayasa sifat makhluk hidup. Dari hasil rekayasa tersebut, didapatkan
berbagai agen biologi dengan sifat yang diinginkan manusia. Agen biologi tersebut akan mengolah bahan
mentah menjadi berbagai produk yang diinginkan.

Oleh karena bioteknologi modern dicirikan oleh adanya rekayasa sifat makhluk hidup, bioteknologi modern
berkaitan erat dengan rekayasa genetik. Rekayasa genetik adalah pengubahan komposisi gen individu
melalui percobaan dan upaya lainnya. Gen sebagai pembawa sifat makhluk hidup dapat diidentifikasi,
diisolasi, dan disisipkan dalam materi genetik makhluk hidup lain. Individu yang dihasilkan melalui
rekayasa genetika disebut makhluk hidup transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik (OHMG).

Organisme yang bisa menerima DNA asing dan umum digunakan dalam proses penyisipan gen adalah
bakteri. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa sifat yang dimiliki bakteri. Bakteri memiliki dua jenis materi
genetik yaitu kromosom bakteri dan plasmid. Plasmid merupakan rantai DNA berbentuk sirkuler yang
ditemukan di bakteri. Plasmid terkadang mengandung gen yang membuat bakteri tahan terhadap antibiotik
ampisilin dan tetrasilin. Plasmid dapat keluar masuk sel, bahkan dapat masuk ke dalam sel bakteri yang
berbeda jenis.

(a) Plasmid pada bakteri yang mengandung gen untuk ampisilin dan tetrasilin.
(b) Plasmid bakteri dilihat dengan mikroskop elektron DNA plasmid.

Plasmid dapat diisolasi dari bakteri dan dapat dipotong menggunakan enzim restriksi. Dengan cara yang
sama, DNA penyusun gen, misalnya gen insulin dapat dipotong dan diisolasi menggunakan enzim restriksi
yang sama. Contohnya, enzim restriksi EcoR1 yang memotong urutan basa TTAA, karena gen insulin
memiliki rantai DNA dengan ujung urutan basa yang sama, TTAA dan AATT, rantai DNA gen insulin dapat
bergabung dengan DNA plasmid melalui bantuan enzim DNA ligase, perhatikan gambar berikut.
Pemotongan dan penyisipan gen insulin dalam plasmid.

Proses penyisipan tersebut menghasilkan bakteri yang mengandung gen pembentukan insulin pada
manusia. Bakteri ini nantinya dapat menghasilkan hormon insulin manusia. Molekul DNA rekombinasi ini
kali pertama dilakukan pada 1973 oleh Stanley Cohen dari Universitas Stanford dan Herbert Boyer dari
Unversitas California. Hal ini menandai lahirnya rekayasa genetik modern.

Selain rekayasa genetik, bioteknologi modern juga mencakup fusi sel (penggabungan sel) dari makhluk
hidup yang berbeda spesies. Fusi sel adalah teknik yang digunakan untuk menghasilkan sel hibrid
(hibridoma). Sel hibrid ini mengandung bahan genetik dari sel-sel yang difusikan. Prinsip dasar teknik ini
yaitu membuka dinding kedua sel, kemudian kedua isi sel dicampurkan. Dinding sel dihilangkan dengan
menggunakan enzim tertentu. Untuk menggabungkan isi sel, digunakan virus atau bahan kimia seperti
polietilen glikol. Teknik fusi sel dilakukan antara lain untuk mendapatkan hibrid baru penghasil antibiotik,
tanaman interspesies, dan antibodi monoklonal.
Teknik fusi sel untuk mendapatkan sel dengan sifat campuran.

Dari dua teknik dasar bioteknologi modern tersebut dihasilkan bermacam-macam produk baru. Untuk
menghasilkan produk bioteknologi modern, terkadang tetap menggunakan teknik-teknik yang telah
dikembangkan dalam bioteknologi konvensional. Pada beberapa hal, bioteknologi konvensional sulit
dibedakan dari bioteknologi modern. Berikut ini dijelaskan beberapa contoh bioteknologi modern yang
berperan pada beberapa aspek kehidupan.

Makanan

Penerapan bioteknologi pada makanan secara modern, diawali pada 1992. Saat itu sebuah perusahaan
Amerika, Calgene, mendapatkan izin untuk memasarkan OHMG yang disebut Flavrsavr. OHMG ini adalah
tomat yang dibuat lebih tahan hama dan tidak dapat membusuk.

Secara umum, penerapan bioteknologi modern pada makanan tidak dapat dipisahkan dengan bioteknologi
modern pada bidang pertanian. Produkproduk makanan yang dihasilkan dari OHMG, seperti tanaman
pertanian, hewan, atau mikroorganisme, disebut makanan hasil modifikasi genetik.

OHMG lebih banyak dilakukan pada tanaman pertanian. Contohnya, jagung tahan lama, kedelai tahan
herbisida, kentang tahan virus, padi dengan zat dan vitamin yang ditingkatkan (golden rice), gandum
dengan protein yang tinggi bagi ternak, dan banyak hasil pertanian lainnya. Perkembangan selanjutnya
dari penerapan bioteknologi modern semakin beraneka ragam. Sekarang, para ilmuwan dapat membuat
makanan yang mengandung obat, pisang yang menghasilkan vaksin hepatitis B, ikan yang lebih cepat
dewasa, dan tanaman buah yang berbuah lebih cepat.

Pertanian

Pada bidang pertanian, telah banyak dilakukan penerapan bioteknologi modern. Para ilmuwan telah
berhasil membuat prosedur penyisipan gen pada berbagai tanaman. Prosedur tersebut melibatkan teknik
kultur jaringan dan teknik genetika pada bakteri yang telah Anda pelajari.

Penyisipan gen ke dalam tumbuhan dapat dilakukan melaui beberapa cara. Salah satunya, sumber DNA
gen asing terlebih dahulu dimasukkan ke dalam plasmid bakteri Agrobacterium tumefaciens. Bakteri
Agrobacterium rekombinasi tersebut diinfeksikan pada jaringan tumbuhan. Bakteri yang digunakan
Agrobacterium tumefaciens sebab di alam bakteri ini menginfeksi tanaman dan menyebabkan penyakit cro
n gall (sejenis tumor).

Dengan dimasukkannya gen asing ke dalam plasmid bakteri, gen asing akan memasuki DNA tumbuhan.
Dengan demikian, tumbuhan akan memiliki sifat yang sesuai dengan gen asing tersebut. Tumbuhan hasil
penyisipan gen disebut juga tanaman transgenik.

Berbagi macam gen telah berhasil disisipkan ke dalam DNA tanaman pertanian. Beberapa di antaranya
adalah gen bagi penghasil vitamin, gen untuk penghasil racun bagi serangga, gen bagi pengikatan nitrogen
bebas, dan gen untuk bahan herbisida. Gen-gen tersebut dapat menyebabkan tanaman transgenik
memiliki sifat gen yang dimasukkan tersebut. Perhatikan Gambar berikut.
Langkah-langkah penyisipan gen pada tumbuhan.

Peternakan

Dalam bidang peternakan, bioteknologi modern telah dapat meningkatkan produksi dan kesehatan ternak.
Beberapa cara yang dilakukan antara lain dalam pembuatan vaksin dan hormon pertumbuhan bagi hewan
ternak. Vaksin dan hormon tersebut disuntikkan pada hewan ternak. Hormon pertumbuhan yang
disuntikkan berguna agar ternak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Selain
itu, waktu panen akan menjadi lebih singkat dibandingkan tanpa menggunakan hormon tersebut.

Berikut ini akan diuraikan hasil bioteknologi pada bidang perternakan, yaitu vaksin, hormon pertumbuhan
bagi ternak, kloning reproduksi, dan fertilisasi in vitro.

1.) Vaksin Pencegah Penyakit Ternak


Virus yang menyerang ternak dan paling merugikan adalah virus penyebab penyakit mulut, kuku, dan lidah
menjadi berwarna biru. Pada unggas, virus yang menyerang dan merugikan adalah virus penyebab
penyakit tetelo (New Castle Disease NCD), sedangkan pada anjing, kucing serta karnivora lainnya adalah
virus rabies.
Vaksin untuk penyakit mulut dan kuku dibuat dengan cara mengisolasi dan memperbanyak gen yang
mengode pembentukan kulit protein virus (VPI). Kemudian, gen ini disisipkan pada plasmid E.coli.

Protein yang dihasilkan E.coli yang sudah direkayasa akan bekerja sebagai vaksin yang efektif terhadap
virus penyakit mulut dan kuku. Cara serupa dilakukan untuk menghasilkan vaksin-vaksin bagi penyakit
tetelo, dan lidah biru. Selain vaksin, dipakai juga interferon hewan sebagai senyawa antivirus alamiah.

2.) Hormon
Pada akhir dasawarsa ini, penggunaan hormon untuk meningkatkan produksi daging untuk ternak sudah
lazim digunakan, terutama pada sapi. Dalam waktu dekat, hormon sejenis juga akan dipergunakan untuk
meningkatkan produksi daging domba.

Pembuatan hormon pertumbuhan dilakukan dengan cara mengisolasi dan memperbanyak gen
pertumbuhan, kemudian disisipkan pada mikroba dan akhirnya dihasilkan hormon-hormon yang dimaksud.
Hormon tersebut kemudian disuntikkan pada ternak. Tentu saja usaha ini harus disertai dengan pemberian
nutrisi ternak yang seimbang. Penggunaan hormon untuk pertumbuhan ini sudah sering dilakukan.

Para ahli sudah jauh memikirkan untuk membuat hormon yang akan disuntikkan pada domba penghasil
wol. Dengan suntik hormon EGF ( Epidermal Grouth Factor), bulu-bulu domba akan rontok dengan
sendirinya, tanpa pisau cukur. EGF adalah suatu hormon yang dapat mengendalikan kecepatan tumbuh
rambut. Konsentrasi EGF yang tinggi akan menyebabkan pertumbuhan rambut yang cepat, tetapi helaian
rambut akan lebih tipis. Satu dosis EGF tertentu akan membuat rambut sedemikian tipis helaiannya
sehingga lebih rapi. Beberapa hari kemudian, titik rapuh rambut tersebut akan muncul di permukaan kulit
dan tentu saja rambut akan mudah lepas dari kulitnya.

3.) Kloning Reproduksi


Contoh lain penerapan bioteknologi modern dalam bidang peternakan adalah kloning. Kloning adalah
proses untuk membuat salinan molekul, elektron atau organisme multiseluler yang identik. Pada kloning
reproduksi, hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan individu yang sama dengan induknya. Salah satu
proses kloning yang terkenal adalah kloning domba Dolly. Kloning tersebut dilakukan pada 1996 dan Dolly
hidup hingga 2003. Kelahiran domba hasil kloning ini mengundang kontroversi dari berbagai pihak. Pada
kloning Dolly, ilmuwan mengisolasi inti sel somatis kelenjar mamae domba dan memasukkannya ke dalam
sel telur yang telah dihilangkan inti selnya. Sel telur yang mengandung inti sel donor tersebut diberi kejutan
listrik atau zat kimia untuk memicu pembelahan sel. Ketika klon embrio mencapai tahap yang sesuai,
embrio tersebut dimasukkan dalam uterus domba betina.
Kloning reproduksi dapat digunakan untuk menghasilkan ternak yang identik dengan induknya, tetapi
ilmuwan mengetahui bahwa kloning mempunyai potensi yang lebih berguna. Para ilmuwan berusaha
melakukan kloning reproduksi pada hewan-hewan yang telah punah. Beberapa hewan punah telah dicoba
dikloning. Pada 2003, seekor banteng jawa berhasil dikloning, kemudian diikuti oleh tiga kucing liar afrika
dari embrio yang dibekukan. Hasil ini memberikan harapan bahwa teknik yang sama dapat dilakukan pada
hewan ternak lainnya.

Pengobatan dan Kesehatan

Penelitian dalam bioteknologi terus dilanjutkan untuk mencari cara pencegahan, diagnosa dan pengobatan
pada berbagai kelainan dan penyakit. Terdapat beberapa hasil bioteknologi modern pada bidang
pengobatan dan kesehatan, di antaranya hormon dan antibodi monoklonal.

1.) Hormon

Pada 1949, penderita arthritis dapat sembuh setelah diobati dengan hormon steroid kortison. Sejak saat
itu, jenis steroid ini digunakan untuk mengobati penyakit arthritis, rheumatik, leukemia, anemia hemafotik
dan beberapa penyakit lain.

Steroid merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks. Pembuatannya secara sintetis memerlukan
proses dan biaya yang cukup tinggi. Pada 1952, ditemukan sejenis kapang, yaitu hi opus arrhi us yang
dapat mengubah steroid yang berasal dari hewan atau tumbuhan menjadi kortison. Jenis-jenis dari
Aspergillus, ternyata dapat mengubah progesteron (steroid yang berasal dari hewan dan manusia) menjadi
senyawa kortison. Penyakit kencing manis (diabetes mellitus) dapat diobati dengan hormon insulin. Insulin
hasil bioteknologi saat ini sudah dapat diproduksi. Gen manusia yang mengendalikan pembentukan
hormon insulin, disisipkan ke dalam bakteri E-coli.

2.) Antibodi Monoklonal

Setiap saat tubuh kita dapat terkena serangan virus, bakteri, jamur, dan zat-zat lain dari lingkungan
sekitarnya. Zat-zat tersebut dapat membahayakan tubuh. Secara alami, manusia dapat menghasilkan
antibodi bagi kuman atau antigen tersebut. Namun, agar sistem kekebalan tubuh aktif, tubuh harus pernah
diserang kuman tersebut. Terkadang jika tubuh tidak mampu bertahan, akibatnya akan fatal.
Untuk memicu kekebalan tubuh, dapat dilakukan dengan menyuntikkan vaksin yang mengandung antigen
penyakit tersebut. Dengan demikian, dapat terbentuk antibodi pada tubuh yang dapat melawan patogen.
Oleh karena kemampuan melawan patogen ini, antibodi monoklonal dikembangkan untuk mengatasi
penyakit spesifik.

Cara yang umum digunakan untuk menghasilkan antibodi adalah dengan menyuntikkan sedikit antigen
pada tikus atau kelinci. Tubuh kelinci atau tikus akan merespon antigen dengan menghasilkan antibodi
yang secara langsung dapat diambil dari darahnya. Akan tetapi, biasanya antigen direspon oleh beberapa
macam sel. Antibodi yang dihasilkan adalah antibodi poliklonal, yaitu campuran berbagai antibodi yang
dihasilkan oleh berbagai sel.

Sekitar 1970, sebuah teknik dikembangkan untuk menghasilkan antibodi monoklonal. Antibodi yang
dihasilkan dari satu sel yang sama dan spesifik terhadap satu antigen. Antibodi monoklonal ini didapat dari
kultur sel. Pembuatan antibodi monoklonal adalah melalui fusi sel antara sel B dari hati dan sel penghasil
tumor. Sel B hati digunakan karena sel inilah yang menghasilkan antibodi. Adapun sel tumor digunakan
karena dapat membelah diri terus-menerus. Perhatikan Gambar berikut.

Pembuatan antibodi monoklonal


Langkah pertama untuk membuat antibodi monoklonal adalah hewan disuntikkan antigen sel B tersebut.
Kemudian, sel B hewan diisolasi dan difusikan dengan sel tumor. Hasilnya adalah sel hibrid yang
menghasilkan satu antibodi tertentu dan terus membelah. Antibodi monoklonal juga dapat digunakan untuk
keperluan diagnosa dan diharapkan dapat menyembuhkan kanker.

Pengertian dan Prinsip Dasar Bioteknologi


Bapak Bioteknologi
Louis Pasteur adalah orang yang pertama kali menggunakan
metode fermentasi sehingga disebut sebagai Bapak Bioteknologi. Istilah
bioteknologi baru populer pada abad ke-20
Tri Wibowo (2001) mendefinisikan bioteknologi sebagai suatu penerapan
teknik-teknik biologi, biokimia, dan rekayasa dalam pengolahan bahan dengan
memanfaatkan agensia jasad hidup dan komponen-komponennya untuk
menghasilkan barang dan jasa
Bioteknologi merupakan proses pemanfaatan agen hayati untuk
menghasilkanproduk yang bermanfaat bagi manusia. Agen hayati yang biasa
digunakan adalah mikroorganisme, seperti bakteri dan jamur.
Karena, perkembangbiakannya relatif cepat, mudah dimodifikasi, dan mampu
memproses bahan baku lebih cepat
Berdasarkan pengertian bioteknologi tersebut, maka terdapat 4 prinsip dasar
bioteknologi, yaitu 1) penggunaan agen biologi, 2) menggunakan metode
tertentu, 3) dihasilkannya suatu produk turunan, dan 4) melibatkan banyak
disiplin ilmu. Beberapa disiplin ilmu yang terlibat, yaitu bidang Beberapa cabang
biologi dan ilmu kimia yang mendukung kemajuan dan perkembangan bioteknologi,
antara lain: sitologi, fisiologi, mikrobiologi, biologi molekuler, genetika (genetika
molekuler dan rekayasa genetika), biokimia, dan teknik kimia, pengolahan
makanan, bidang kesehatan, bidang pertaniaan dan perkebunan, serta bidang
lingkungan.
5.1.2 Jenis Bioteknologi
Ada 2 jenis bioteknologi, yakni bioteknologi konvensional (sederhana) dan
bioteknologi modern. Bioteknologi konvensional menerapkan biologi, biokimia,
atau rekayasa masih dalam tingkat yang terbatas. Bioteknologi konvensional
menggunakan jasad hidup secara utuh.
Beberapa ciri atau sifat dari bioteknologi konvensional, antara lain: masih
menerapkan teknik-teknik biologi, bioteknologi, dan rekayasa genetika yang
terbatas, masih menggunakan mikroorganisme seadanya, belum mengembangkan
teknik sampai tingkatan molekuler yang terarah, belum sepenuhnya steril (bebas
dari mikrobia yang tidak diinginkan), jumlah produknya relatif sedikit, serta
kualitasnya belum terjamin.
Fermentasi merupakan salah satu contoh dari penerapan bioteknologi konvensional
dan telah digunakan dalam menghasilkan produk, baik dalam skala kecil maupun
industri besar (misalnya: tauco, kecap, minuman anggur, dan sake).

Beberapa contoh produk boiteknologi konvensional :


No Produk Bahan makanan mikroorganisme
1. tempe kedelai Rhizopus oligospora, Rhizopus
oryzae
2. kecap kedelai Aspergillus wentii
3. keju susu Penicillium requeforti
Penicillium camemberti
Lactobacillus sp
4. yoghurt susu Lactobacillus bulgaricus
Streptococcus thermophillus
5. roti gandum Saccharomyces cereviceae
6. nata de coco air kelapa Acetobacter xylinum
7. tape beras ketan , Saccharomyces cereviceae
singkong
8. brem padat beras ketan Saccharomyces cereviceae
9. oncom Kacang tanah Neurospora crassa
10. Minuman anggur Buah anggur Saccharomyces ellipsoideus

Bioteknologi modern telah menggunakan teknik rekayasa tingkat tinggi dan


terarah sehingga hasilnya dapat dikendalikan dengan baik. Teknik yang sering
digunakan adalah dengan melakukan manipulasi genetik pada suatu jasad hidup
secara terarah sehingga diperoleh hasil sesuai dengan yang diinginkan.
Teknik yang digunakan dalam bioteknologi modern adalah teknik
manipulasi bahan genetik (DNA) secara in vitro, yaitu proses biologi yang
berlangsung di luar sel atau organisme, misalnya dalam tabung percobaan. Oleh
karena itu, bioteknologi modern juga dikenal dengan rekayasa genetika, yaitu
proses yang ditujukan untuk menghasilkan organism transgenik. Organisme
transgenik adalah organisme yang urutan informasi genetik dalam kromosomnya
telah diubah sehingga mempunyai sifat menguntungkan yang dikehendaki.
Beberapa prinsip dasar dalam rekayasa genetika, yaitu 1) DNA rekombinan, 2) fusi
protoplasma, dan 3) kultur jaringan.
a. DNA Rekombinan
Perubahan susunan DNA diperoleh melalui teknik DNA rekombinan, yang
melibatkan bakteri atau virus sebagai vektor (perantara). Proses DNA rekombinan
melalui 3 tahapan, yaitu 1) mengisolasi DNA, 2) memotong dan menyambung
DNA (transplantasi gen/DNA), dan 3) memasukkan DNA ke dalam sel
hidup. Pemotongan gen dalam satu untaian DNA menggunakan enzim
endonuklease restriksi yang berperan sebagai gunting biologi. Segmen DNA
kemudian dimasukkan dalam suatu vector berupa plasmid atau virus. Plasmid
adalah rantai DNA melingkar di luar kromosom bakteri.
Gen atau DNA yang telah diisolasi kemudian dicangkokkan ke dalam
plasmid. Proses ini dikenal dengan transplantasi gen. Penyambungan gen tersebut
menggunakanenzim ligase yang berperan sebagai lem biologi. Dengan demikian,
diperoleh organism dengan rantai DNA gabungan atau kombinasi baru sehingga
rantai DNA ini disebut DNA rekombinan. DNA baru yang telah membawa segmen
DNA cangkokan selanjutnya memasuki tahap akhir, yaitu dimasukkan ke dalam
vektor sel bakteri maupun virus.
b. Fusi Protoplasma
Fusi protoplasma adalah penggabungan dua sel dari jaringan yang sama
(organisme berbeda) dalam suatu medan listrik. Fusi protoplasma pada tumbuhan
melalui tahap-tahap, 1) menyiapkan protoplasma dari sel-sel yang masih muda
karena dinding sel tipis serta protoplasma yang banyak dan utuh, 2) mengisolasi
protoplasma sel dengan cara menghilangkan dinding selnya dengan menggunakan
enzim kemudian dilakukan penyaringan dan sentrifugasi berkali-kali, 3)
Protoplasma yang didapat kemudian diuji viabilitasnya (aktivitas hidupnya) dengan
cara melihat aktivitas organel, misalnya melihat aktivitas fotosintesisnya.
Fusi protoplasma pada sel hewan dan manusia sangat berguna terutama
untuk menghasilkan hibridoma. Hibridoma merupakan hasil fusi yang terjadi
antara sel pembentuk antibody dan sel mieloma. Sel pembentuk antibodi ini
adalah sel limfosit B, sedangkan sel mieloma sendiri merupakan sel kanker. Sel
hibridoma yang dihasilkan dapat membelah secara tidak terbatas seperti sel
kanker, tetapi juga menghasilkan antibodi seperti sel-sel limfosit B. Hibridoma
yang dihasilkan diseleksi karena setiap sel menghasilkan antibodi yang sifatnya
khas. Satu antibodi yang dihasilkan spesifik untuk satu antigen. Setiap hibrid ini
kemudian diperbanyak (dikloning). Oleh karena antibodi ini berasal dari satu klon
maka antibodi ini disebut antibodi monoklonal.
c. Kultur Jaringan
Teori yang melandasi teknik kultur jaringan ini adalah teori Totipotensi,
yaitu kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru bila ditempatkan pada
lingkungan yang sesuai. Tahap-tahap kultur jaringan dalam membentuk embrio dari
sel somatik serupa pada tahap perkembangan zigot menjadi embrio. Perkembangan
tersebut dimulai dari sel globular bentuk jantung bentuk torpedo
bentuk kotiledon bentuk plantlet (tumbuhan muda).
Kultur jaringan merupakan perbanyakan vegetative mengunakan jaringan
atau sel pada medium buatan (biasanya berupa agar-agar yang diperkaya dengan
hormon, vitamin, dan unsur hara). Kultur jaringan merupakan salah satu alternatif
untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan induknya.
Teknik ini hanya membutuhkan jaringan maupun sel dari tumbuhan dan akan
didapatkan tanaman sejenis dalam jumlah besar. Kultur jaringan sering disebut
sebagai perbanyakan secara in vitrokarena jaringan ditanam (dikultur) pada suatu
media buatan (bukan alami).
5.2.1 Implikasi Bioteknologi pada Sain, Teknologi, Lingkungan, dan Masyarakat
Penerapan bioteknologi
a. Bidang pangan, Contoh: PST dan mikoprotein
b. Bidang pertanian dan peternakan, Contoh: padi transgenik, buah tahan busuk,
tembakau resisten terhadap virus, dan ikan salmon raksasa
c. Bidang kedokteran, Contoh: pembuatan insulin, vaksin, dan antibodi monoclonal
1. Peranan/ manfaat bioteknologi
1. Di bidang kedokteran :
Antibody monoklonal : antibody yang diperoleh dari suatu sumber tunggal.
Manfaat antibody monoklonal antara lain : mendetaksi kandungan hormone
korionik gonadotropin dalam urine wanita hamil, mengikat racun dan
menonaktifkannya, mencegah penolakan tubuh terhadap hasil transplantasi
jaringan lain.
Pembuatan vaksin : vaksin digunakan untuk mencegah serangan penyakit
terhadap tubuh yang berasal dari mikroorganisme. Vaksin berasal dari virus dan
bakteri yang telah dilemahkan atau racunnya diambil.
Contoh vaksin :
Vaksin BCG : untuk mencegah penyakit TBC
Vaksin kotipa : mencegah penyakit kolera, tifus, paratifus
Vaksin varisela : mencegah penyakit cacar air
Vaksin MMR : mencegah penyakit campak, gondong, rubella
DPT/DT : mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus
Pembuatan antibiotik : antibiotic adalah zat yang dihasilkan oleh organism
tertentu dan berfungsi untuk menghambat pertumbuhan organism lain yang ada di
sekitarnya. Antibiotic dapat diperoleh dari jamur atau bakteri tertentu.
Contoh antibiotik
No Antibiotik Mikroorganisme
1. Streptomycin Streptomycetes griseus
2. Polymyxin Bacillus polymyxa
3. Pinisilin Pinicilium notatum
4. Griseofulvin Pinicilium griseofulvum
5. Sefalosporin Cepalosporium
acremonium
Pembuatan hormon : dengan rekayasa DNA telah digunakan mikroorganisme
tertentu untuk memproduksi hormone, misalnya : hormone insulin, testosterone,
pertumbuhan, kortison.
1. Bidang pertanian :
Dihasilkan tumbuhan yang mampu mengikat nitrogen : tanaman
selainLeguminoceae dapat mengikat nitrogen karena diinjeksi dengan bakteri
rhizobium yang hidup pada akar tanaman Leguminoceae
Dihasilkan tumbuhan tahan hama : misalnya tembakau tahan penyakit
mozaik daun
Penghasil PST ( Protein Sel Tunggal ) :

NO Mikroorganisme Kegunaan
1 Methylophillus Makanan ternak agar
methylotrophus menghasilkan daging dan
susu yang berkualitas
2 Spirulina Sumber pangan kaya
protein bagi manusia
3 Chlorella Sumber pangan kaya
protein bagi manusia
4 Fusarium Makanan tambahan ternak
5 Saccharomyces cereviceae Suplemen makanan ternak
6 Candida utilis Suplemen makanan ternak
1. Bidang lingkungan hidup
Dihasilkan mikroorganisme yang digunakan untuk mengatasi pencemaran
yang disebabkan oleh tumpahan minyak, yaitu Xanthomonas campestris dan
Pseudomonas
Memproduksi plastik yang dapat diuraikan oleh bakteri
Mengolah limbah cair menjadi bahan bakar , misalnya limbah dari organik
dengan bantuan mikroorganisme diubah menjadi bahan bakar alternative, yaitu
biogas (dari feses hewan), gasahol (alkohol dari fermentasi gula tebu)

Dampak bioteknologi
a. Dampak terhadap lingkungan, (1). Dampak positif: a) Penemuan tumbuhan yang
tahan terhadap serangan hama, b) Peningkatan aktivitas pengolahan bahan
tambang sehingga mengurangi pencemaran limbah. (2) Dampak negative: a) dapat
menyebabkan gulma menjadi resisten sehingga populasinya melimpah, b) dapat
menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem
b. Dampak di bidang sosial ekonomi, (1) Dampak positif: a) Kalangan industri giat
mencari tanaman atau hewan varietas baru agar nilai jualnya lebih tinggi, b) Pasar
komersial banyak menyediakan produk-produk hasil rekayasa genetika. (2) Dampak
negative: a) Terjadi kesenjangan dan kecemburuan dalam masyarakat karena
produk-produk dari petani tradisional mulai tersisih.
c. Dampak terhadap kesehata, (1) Dampak positif: Penemuan-penemuan produk obat
atau hormon menyebabkan produk tersebut murah dan mudah didapat oleh
masyarakat. (2) Dampak negative: Penggunaan produk kesehatan juga dapat
menimbulkan gejala-gejala lain dari suatu penyakit, misalnya alergi.
d. Dampak etika moral Manusia diharapkan dapat bertindak bijaksana dalam
merekayasa alam.

Macam macam Bioteknologi Modern Pada


Makanan Pertanian Peternakan dan Kesehatan
SEKOLAH ONLINE 10.07NO COMMENTS

Bioteknologi Modern - Telah dijelaskan sebelumnya bahwa salah satu ciri dalam bioteknologi
modern adalah adanya rekayasa sifat makhluk hidup. Dari hasil rekayasa tersebut, didapatkan
berbagai agen biologi dengan sifat yang diinginkan manusia. Agen biologi tersebut akan
mengolah bahan mentah menjadi berbagai produk yang diinginkan.
Oleh karena bioteknologi modern dicirikan oleh adanya rekayasa sifat makhluk hidup,
bioteknologi modern berkaitan erat dengan rekayasa genetik. Rekayasa genetik adalah
pengubahan komposisi gen individu melalui percobaan dan upaya lainnya. Gen sebagai
pembawa sifat makhluk hidup dapat diidentifikasi, diisolasi, dan disisipkan dalam materi genetik
makhluk hidup lain. Individu yang dihasilkan melalui rekayasa genetika disebut makhluk hidup
transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik (OHMG).

Organisme yang bisa menerima DNA asing dan umum digunakan dalam proses penyisipan gen
adalah bakteri. Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa sifat yang dimiliki bakteri. Bakteri memiliki
dua jenis materi genetik yaitu kromosom bakteri dan plasmid. Plasmid merupakan rantai DNA
berbentuk sirkuler yang ditemukan di bakteri. Plasmid terkadang mengandung gen yang
membuat bakteri tahan terhadap antibiotik ampisilin dan tetrasilin. Plasmid dapat keluar masuk
sel, bahkan dapat masuk ke dalam sel bakteri yang berbeda jenis.

(a) Plasmid pada bakteri yang mengandung gen untuk ampisilin dan
tetrasilin. (b) Plasmid bakteri dilihat dengan mikroskop elektron DNA
plasmid.

Plasmid dapat diisolasi dari bakteri dan dapat dipotong menggunakan enzim restriksi. Dengan
cara yang sama, DNA penyusun gen, misalnya gen insulin dapat dipotong dan diisolasi
menggunakan enzim restriksi yang sama. Contohnya, enzim restriksi EcoR1 yang memotong
urutan basa TTAA, karena gen insulin memiliki rantai DNA dengan ujung urutan basa yang
sama, TTAA dan AATT, rantai DNA gen insulin dapat bergabung dengan DNA plasmid melalui
bantuan enzim DNA ligase.
Pemotongan dan penyisipan gen insulin dalam plasmid.

Proses penyisipan tersebut menghasilkan bakteri yang mengandung gen pembentukan insulin
pada manusia. Bakteri ini nantinya dapat menghasilkan hormon insulin manusia. Molekul DNA
rekombinasi ini kali pertama dilakukan pada 1973 oleh Stanley Cohen dari Universitas Stanford
dan Herbert Boyer dari Unversitas California. Hal ini menandai lahirnya rekayasa genetik
modern.

Selain rekayasa genetik, bioteknologi modern juga mencakup fusi sel (penggabungan sel) dari
makhluk hidup yang berbeda spesies. Fusi sel adalah teknik yang digunakan untuk
menghasilkan sel hibrid (hibridoma). Sel hibrid ini mengandung bahan genetik dari sel-sel yang
difusikan.

Prinsip dasar teknik ini yaitu membuka dinding kedua sel, kemudian kedua isi sel dicampurkan.
Dinding sel dihilangkan dengan menggunakan enzim tertentu. Untuk menggabungkan isi sel,
digunakan virus atau bahan kimia seperti polietilen glikol. Teknik fusi sel dilakukan antara lain
untuk mendapatkan hibrid baru penghasil antibiotik, tanaman interspesies, dan antibodi
monoklonal.
Teknik fusi sel untuk mendapatkan sel dengan sifat campuran.

Dari dua teknik dasar bioteknologi modern tersebut dihasilkan bermacam-macam produk baru.
Untuk menghasilkan produk bioteknologi modern, terkadang tetap menggunakan teknik-teknik
yang telah dikembangkan dalam bioteknologi konvensional. Pada beberapa hal, bioteknologi
konvensional sulit dibedakan dari bioteknologi modern. Berikut ini dijelaskan beberapa contoh
bioteknologi modern yang berperan pada beberapa aspek kehidupan.

a. Bioteknologi Modern Pada Makanan

Penerapan bioteknologi pada makanan secara modern, diawali pada 1992. Saat itu sebuah
perusahaan Amerika, Calgene, mendapatkan izin untuk memasarkan OHMG yang disebut
Flavrsavr. OHMG ini adalah tomat yang dibuat lebih tahan hama dan tidak dapat membusuk.

Secara umum, penerapan bioteknologi modern pada makanan tidak dapat dipisahkan dengan
bioteknologi modern pada bidang pertanian. Produk- produk makanan yang dihasilkan dari
OHMG, seperti tanaman pertanian, hewan, atau mikroorganisme, disebut makanan hasil
modifikasi genetik.

OHMG lebih banyak dilakukan pada tanaman pertanian. Contohnya, jagung tahan lama, kedelai
tahan herbisida, kentang tahan virus, padi dengan zat dan vitamin yang ditingkatkan (golden
rice), gandum dengan protein yang tinggi bagi ternak, dan banyak hasil pertanian lainnya.
Perkembangan selanjutnya dari penerapan bioteknologi modern semakin beraneka ragam.
Sekarang, para ilmuwan dapat membuat makanan yang mengandung obat, pisang yang
menghasilkan vaksin hepatitis B, ikan yang lebih cepat dewasa, dan tanaman buah yang
berbuah lebih cepat.

b. Bioteknologi Modern Pada Pertanian


Pada bidang pertanian, telah banyak dilakukan penerapan bioteknologi modern. Para ilmuwan
telah berhasil membuat prosedur penyisipan gen pada berbagai tanaman. Prosedur tersebut
melibatkan teknik kultur jaringan dan teknik genetika pada bakteri yang telah Anda pelajari.

Penyisipan gen ke dalam tumbuhan dapat dilakukan melaui beberapa cara. Salah satunya,
sumber DNA gen asing terlebih dahulu dimasukkan ke dalam plasmid bakteri Agrobacterium
tumefaciens. Penyisipan ini sesuai dengan teknik penyisipan gen yang telah Anda pelajari,
kemudian, bakteri Agrobacterium rekombinasi tersebut diinfeksikan pada jaringan tumbuhan.
Bakteri yang digunakan Agrobacterium tumefaciens sebab di alam bakteri ini menginfeksi
tanaman dan menyebabkan penyakit cro n gall (sejenis tumor).

Dengan dimasukkannya gen asing ke dalam plasmid bakteri, gen asing akan memasuki DNA
tumbuhan. Dengan demikian, tumbuhan akan memiliki sifat yang sesuai dengan gen asing
tersebut. Tumbuhan hasil penyisipan gen disebut juga tanaman transgenik.

Berbagi macam gen telah berhasil disisipkan ke dalam DNA tanaman pertanian. Beberapa di
antaranya adalah gen bagi penghasil vitamin, gen untuk penghasil racun bagi serangga, gen
bagi pengikatan nitrogen bebas, dan gen untuk bahan herbisida. Gen-gen tersebut dapat
menyebabkan tanaman transgenik memiliki sifat gen yang dimasukkan tersebut.
Langkah-langkah penyisipan gen pada tumbuhan.

c. Bioteknologi Modern Pada Peternakan

Dalam bidang peternakan, bioteknologi modern telah dapat meningkatkan produksi dan
kesehatan ternak. Beberapa cara yang dilakukan antara lain dalam pembuatan vaksin dan
hormon pertumbuhan bagi hewan ternak. Vaksin dan hormon tersebut disuntikkan pada hewan
ternak. Hormon pertumbuhan yang disuntikkan berguna agar ternak mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat. Selain itu, waktu panen akan menjadi lebih singkat
dibandingkan tanpa menggunakan hormon tersebut.

Berikut ini akan diuraikan hasil bioteknologi pada bidang perternakan, yaitu vaksin, hormon
pertumbuhan bagi ternak, kloning reproduksi, dan fertilisasi in vitro.

1) aksin Pencegah Penyakit Ternak

Virus yang menyerang ternak dan paling merugikan adalah virus penyebab penyakit mulut, kuku,
dan lidah menjadi berwarna biru. Pada unggas, virus yang menyerang dan merugikan adalah
virus penyebab penyakit tetelo (New Castle Disease NCD), sedangkan pada anjing, kucing serta
karnivora lainnya adalah virus rabies.

Vaksin untuk penyakit mulut dan kuku dibuat dengan cara mengisolasi dan memperbanyak gen
yang mengode pembentukan kulit

protein virus (VPI). Kemudian, gen ini disisipkan pada plasmid . coli. Protein yang dihasilkan .coli
yang sudah direkayasa akan bekerja sebagai vaksin yang efektif terhadap virus penyakit mulut
dan kuku. Cara serupa dilakukan untuk menghasilkan vaksin-vaksin bagi penyakit tetelo, dan
lidah biru. Selain vaksin, dipakai juga interferon hewan sebagai senyawa antivirus alamiah.

2) Hormon

Pada akhir dasawarsa ini, penggunaan hormon untuk meningkatkan produksi daging untuk
ternak sudah lazim digunakan, terutama pada sapi. Dalam waktu dekat, hormon sejenis juga
akan dipergunakan untuk meningkatkan produksi daging domba. Pembuatan hormon
pertumbuhan dilakukan dengan cara mengisolasi dan memperbanyak gen pertumbuhan,
kemudian disisipkan pada mikroba dan akhirnya dihasilkan hormon-hormon yang dimaksud.
Hormon tersebut kemudian disuntikkan pada ternak. Tentu saja usaha ini harus disertai dengan
pemberian nutrisi ternak yang seimbang. Penggunaan hormon untuk pertumbuhan ini sudah
sering dilakukan.
Para ahli sudah jauh memikirkan untuk membuat hormon yang akan disuntikkan pada domba
penghasil wol. Dengan suntik hormon EGF ( pidermal ro th Factor), bulu-bulu domba akan rontok
dengan sendirinya, tanpa pisau cukur. EGF adalah suatu hormon yang dapat mengendalikan
kecepatan tumbuh rambut. Konsentrasi EGF yang tinggi akan menyebabkan pertumbuhan
rambut yang cepat, tetapi helaian rambut akan lebih tipis. Satu dosis EGF tertentu akan
membuat rambut sedemikian tipis helaiannya sehingga lebih rapi. Beberapa hari kemudian, titik
rapuh rambut tersebut akan muncul di permukaan kulit dan tentu saja rambut akan mudah lepas
dari kulitnya.

3) Kloning Reproduksi

Contoh lain penerapan bioteknologi modern dalam bidang peternakan adalah kloning. Kloning
adalah proses untuk membuat salinan molekul, elektron atau organisme multiseluler yang
identik. Pada kloning reproduksi, hal tersebut dilakukan untuk menghasilkan individu yang sama
dengan induknya.

Salah satu proses kloning yang terkenal adalah kloning domba Dolly. Kloning tersebut dilakukan
pada 1996 dan Dolly hidup hingga 2003. Kelahiran domba hasil kloning ini mengundang
kontroversi dari berbagai pihak. Pada kloning Dolly, ilmuwan mengisolasi inti sel somatis kelenjar
mamae domba dan memasukkannya ke dalam sel telur yang telah dihilangkan inti selnya. Sel
telur yang mengandung inti sel donor tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia untuk memicu
pembelahan sel. Ketika klon embrio mencapai tahap yang sesuai, embrio tersebut dimasukkan
dalam uterus domba betina

Proses kloning pada domba

Kloning reproduksi dapat digunakan untuk menghasilkan ternak yang identik dengan induknya,
tetapi ilmuwan mengetahui bahwa kloning mempunyai potensi yang lebih berguna. Para ilmuwan
berusaha melakukan kloning reproduksi pada hewan-hewan yang telah punah. Beberapa hewan
punah telah dicoba dikloning. Pada 2003, seekor banteng jawa berhasil dikloning, kemudian
diikuti oleh tiga kucing liar afrika dari embrio yang dibekukan. Hasil ini memberikan harapan
bahwa teknik yang sama dapat dilakukan pada hewan ternak lainnya.
d. Bioteknologi Modern Pada Pengobatan dan Kesehatan

Sebelumnya, pada bioteknologi konvensional Anda telah mengenal antibiotik sebagai obat cukup
ampuh untuk melawan infeksi bakteri. Penelitian dalam bioteknologi terus dilanjutkan untuk
mencari cara pencegahan, diagnosa dan pengobatan pada berbagai kelainan dan penyakit.
Terdapat beberapa hasil bioteknologi modern pada bidang pengobatan dan kesehatan, di
antaranya hormon dan antibodi monoklonal.

1) Hormon

Pada 1949, penderita arthritis dapat sembuh setelah diobati dengan hormon steroid kortison.
Sejak saat itu, jenis steroid ini digunakan untuk mengobati penyakit arthritis, rheumatik,
leukemia, anemia hemafotik dan beberapa penyakit lain.

Steroid merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks. Pembuatannya secara sintetis
memerlukan proses dan biaya yang cukup tinggi. Pada 1952, ditemukan sejenis kapang, yaitu
hi opus arrhi us yang dapat mengubah steroid yang berasal dari hewan atau tumbuhan menjadi
kortison. Jenis-jenis dari Aspergillus, ternyata dapat mengubah progesteron (steroid yang
berasal dari hewan dan manusia) menjadi senyawa kortison.

Penyakit kencing manis (diabetes mellitus) dapat diobati dengan hormon insulin. Insulin hasil
bioteknologi saat ini sudah dapat diproduksi. Gen manusia yang mengendalikan pembentukan
hormon insulin, disisipkan ke dalam bakteri . coli. Proses ini telah Anda pelajari sebelumnya.

2) Antibodi Monoklonal

Setiap saat tubuh kita dapat terkena serangan virus, bakteri, jamur, dan zat-zat lain dari
lingkungan sekitarnya. Zat-zat tersebut dapat membahayakan tubuh. Secara alami, manusia
dapat menghasilkan antibodi bagi kuman atau antigen tersebut. Namun, agar sistem kekebalan
tubuh aktif, tubuh harus pernah diserang kuman tersebut. Terkadang jika tubuh tidak mampu
bertahan, akibatnya akan fatal.

Untuk memicu kekebalan tubuh, dapat dilakukan dengan menyuntikkan vaksin yang
mengandung antigen penyakit tersebut. Dengan demikian, dapat terbentuk antibodi pada tubuh
yang dapat melawan patogen. Oleh karena kemampuan melawan patogen ini, antibodi
monoklonal dikembangkan untuk mengatasi penyakit spesifik.

Cara yang umum digunakan untuk menghasilkan antibodi adalah dengan menyuntikkan sedikit
antigen pada tikus atau kelinci. Tubuh kelinci atau tikus akan merespon antigen dengan
menghasilkan antibodi yang secara langsung dapat diambil dari darahnya. Akan tetapi, biasanya
antigen direspon oleh beberapa macam sel. Antibodi yang dihasilkan adalah antibodi poliklonal,
yaitu campuran berbagai antibodi yang dihasilkan oleh berbagai sel.
Sekitar 1970, sebuah teknik dikembangkan untuk menghasilkan antibodi monoklonal. Antibodi
yang dihasilkan dari satu sel yang sama dan spesifik terhadap satu antigen. Antibodi monoklonal
ini didapat dari kultur sel. Pembuatan antibodi monoklonal adalah melalui fusi sel antara sel B
dari hati dan sel penghasil tumor. Sel B hati digunakan karena sel inilah yang menghasilkan
antibodi. Adapun sel tumor digunakan karena dapat membelah diri terus-menerus.

Pembuatan antibodi monoklonal

Langkah pertama untuk membuat antibodi monoklonal adalah hewan disuntikkan antigen sel B
tersebut. Kemudian, sel B hewan diisolasi dan difusikan dengan sel tumor. Hasilnya adalah sel
hibrid yang menghasilkan satu antibodi tertentu dan terus membelah. Antibodi monoklonal juga
dapat digunakan untuk keperluan diagnosa dan diharapkan dapat menyembuhkan kanker
Bioteknologi Dengan Menggunakan Kultur
Jaringan Tumbuhan
Posted by Weda Ayu at 12/26/2016 10:18:00 am

Aspek bioteknologi yang penting berikutnya adalah kultur jaringan tumbuhan. Kultur jaringan
tumbuhan merupakan salah satu teknik klona (kloning) tumbuhan. Suatu klon tumbuhan merupakan
populasi tumbuhan yang diproduksi secara aseksual dari satu nenek moyang. Klona menghasilkan
sejumlah besar tumbuhan yang identik secara genetik. Klon yang diambil dari tumbuhan stok
biasanya memiliki karakter yang secara komersil berperan penting. Klon tersebut ditumbuhkan
dengan kultur jaringan pada kondisi steril dengan mengontrol konsentrasi nutrien serta hormon.
Misalnya, klon-klon kelapa sawit dibuat dari induk tanaman kelapa sawit yang memberikan minyak
terbanyak.

Kultur jaringan daun tanaman

Sebagian kecil dari titik tumbuh kelapa sawit diambil dan ditumbuhkan pada kondisi steril di dalam
medium agar. Adanya mitosis menyebabkan dihasilkannya kelompok sel-sel yang identik yang
kemudian dipisahkan. Masing-masing sel yang identik berkembang menjadi tumbuhan kelapa sawit
baru dengan gen yang sama dengan induknya. Proses ini dapat dilakukan di laboratorium manapun
di dunia, dan tanaman kelapa sawit baru tersebut dapat dikirimkan di tempat yang membutuhkannya.

Kultur jaringan tumbuhan (mikropropagasi) adalah bentuk perbanyakan (propagasi) tumbuhan secara
vegetatif dengan memanipulasi jaringan somatik (jaringan tubuh) tumbuhan di dalam kultur aseptik
(bebas kuman) dengan lingkungan terkontrol. Dengan kultur jaringan, tumbuhan utuh dapat
dihasilkan dari bagian (potongan) akar, batang, atau daun, yang disebut eksplan.
Mekanisme kultur jaringan tanaman

Eksplan dapat membentuk tumbuhan yang utuh (planlet) karena adanya sifat totipotensi. Totipotensi
pada tumbuhan merupakan kemampuan sel tumbuhan untuk berkembang menjadi tumbuhan yang
utuh. Pada tumbuhan, semua bagian sel-sel mudanya yang masih aktif, misalnya ujung akar, ujung
batang, dan meristem sekunder (kambium), merupakan sel yang totipoten.

Potongan jaringan tumbuhan yang terdiri dari sejumlah kecil sel-sel pada medium kultur yang sesuai
dan dibiarkan tumbuh menjadi massa sel yang belum terdiferensiasi disebut sebagai kalus. Medium
kultur membutuhkan gula, garam- garam anorganik, nitrogen organik, dan unsur-unsur mikro. Di
dalam medium ditambahkan juga hormon pertumbuhan untuk tumbuh, misalnya auksin dan sitokinin.
Komposisi medium kultur yang digunakan tergantung pada spesies tumbuhan yang akan diklon.

Tumbuhan baru dapat dihasilkan dengan menumbuhkan sebagian kecil kalus dalam medium
pertumbuhan baru dengan perbandingan hormon pertumbuhan yang berbeda. Tingkat auksin dan
sitokinin yang rendah dapat mempertahankan keadaan jaringan tumbuhan untuk tetap pada keadaan
kalus. Peningkatan konsentrasi sitokinin memicu pertumbuhan tunas, sedangkan peningkatan
konsentrasi auksin memicu pertumbuhan akar.
BIOTEKNOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN
KULTUR JARINGAN TUMBUHAN
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik klona (kloning) tumbuhan. Suatu
klon tumbuhan merupakan populasi tumbuhan yang diproduksi secara secara
aseksual dari satu nenek moyang. Klona menghasilkan sejumlah besar
tumbuhan yang identik secara genetic. Klon tersebut ditumbuhkan dengan kultur
jaringan pada kondisi steril dengan menggunakan konsentrasi nutrient serta
hormon. Dengan kultur jaringan, tumbuhan utuh dapat dihasilkan dari bagian
akar, batang, atau daun yang disebut eksplan

Berikut merupakan proses dalam kultur jaringan tumbuhan:

BIOTEKNOLOGI DENGAN MENGGUNAKAN REKAYASA GENETIK

Rekayasa genetik atau DNA rekombinan atau pencangkokan gen adalah suatu
kumpulan teknik-teknik eksperimental yang memungkinkan peneliti untuk
mengisolaso, mengidentifikasi, dan melipatgandakan suatu fragmen DNA dalam
bentuk murninya. Manipulasi-manipulasi tersebut dilakukan secara in vitro
dengan menggunakan material-material biologi.

I. Tahapan Dasar Rekayasa Genetik

Rekayasa genetic dimulai kira-kira 50 tahun lalu oleh Dr. Paul Berg dari Stanford
University di California, USA, dan usaha sekelompok penyelidik lainnya, yaitu Dr.
Stanley Cohen dan Dr. Annie Chang dari Stanford University, serta Dr. Herbert
Boyer dan Dr. Robert Helling dari University of California di San Fransisco.

Mereka menemukan bahwa bahan-bahan kimia tertentu yang disebut enzim


restriksi endonuklease mampu berfungsi sebagai gunting molekuler, yaitu
dapat mengenal dan kemudian memotong secara kimiawi tempat-tempat khusus
di sepanjang sebuah molekul DNA. Penemuan penting lainnya adalah bahwa
suatu enzim yang disebut ligase, dapat menggabungkan potongan DNA yang
digunting dari suatu gen dengan potongan DNA gen lain dari makhluk yang tidak
berkaitan. Hibrid yang terbentuk dengan cara ini disebut DNA rekombinan.

Para ahli genetika kini dapat membongkar sel-sel bakteri, virus, hewan, dan
tanaman guna mengambil DNA-nya dan memasukkannya ke dalam makhluk lain.
Namun pekerjaan tersebut bukanlah sekedar memotong dan menempel. Sebuah
gen harus diangkut oleh suatu materi genetic khusus yang disebut vector. Salah
satu jenis vector yang bermanfaat adalah plasmid. Plasmid adalah molekul DNA
sirkuler kecil yang terdapat di luar kromosom sel bakteri.

Sebuah plasmid berasal dari bakteri. Untaian DNA plasmid yang sirkuler dipotong
dengan enzim restriksi, kemudian fragmen DNA baru disisipkan ke dalamnya,
dan plasmid dikemalikan ke bakteri. Selanjutnya setiap kali bakteri tersebut
membelah diri menjadi dua, plasmid rekombinan tersebut juga membelah diri.
Oleh karenanya, DNA rekombinan terus membuat klon DNA dari dirinya.

Tanaman hasil rekasaya genetik

Gen-gen asing dapat disisipkan ke dalam sel-sel tanaman dengan cara yang
cukup alami. Agrobacterium tumefaciens merupakan bakteri tanah penyebab
infeksi tumor crown gall pada beberapa tanaman ini. Bakteri ini menyerang
tanaman yang luka dan menyebabkan sel-sel tanaman memperbanyak diri
hingga membentuk tumor.

Hal ini dapat terjadi karena Agrobacterium mampu menyisipkan


plasmidnya sendiri (plasmid Ti) ke dalam kromosom tanaman. Plasmid gen
bakteri ini bergabung dengan DNA tanaman dan menstimulasi pertumbuhan
tumor. Ahli-ahli genetika tanaman telah berhasil menggantikan gen yang
membentuk tumor pada plasmid dengan gen-gen yang berguna bagi manusia.
Oleh karenanya, dalam hal ini Agrobacterium berfungsi sebagai vector.

Tanaman transgenic direkayasa dengan menggunakan Agrobacterium


tumafaciens untuk memperoleh sifat sebagai berikut.

1) Menunda pematangan buah

2) Resistensi terhadap pestisida dan herbidida, mensintesis protein Kristal


insektisidal (ICP) yang dapat membuat hama berhenti makan dan mati

3) Resistensi terhadap kondisi lingkungan, transfer gen dapat menghasilkan


tanaman yang tahan kering karena memiliki lapisan kutikula yang lebih tebal
sehingga tumbuh baik di daerah kering.

Penanggulangan Dampak Negatif Bioteknologi

Bioteknologi telah menghasilkan produk-produk yang bermanfaat untuk


meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, perlu juga diperhatikan
dampak negatif dari perkembangan bioteknologi tersebut. Beberapa dampak
negatif yang mungkin timbul akibat dari perkembangan bioteknologi dinataranya
sebagai berikut.

Alergi

Gen asing yang disisipkan pada organisme yang menjadi makanan manusia
dapat menyebabkan alergi terhadap individu tertentu. Untuk mencegahnya,
perlu dilakukan pengujian dalam jangka waktu yang lama untuk memastikan ada
tidaknya efek negatif tersebut terhadap konsumen. Selain itu, produk yang
mengandung organism hasil rekayasa bioteknologi harus diberi label dengan
jelas guna memberi informasi kepada konsumen mengenai produk yang
dikonsumsi.

Hilangnya plasma nutfah

Kepunahan plasma nutfah dapat diatasi dengan melakukan pemeliharaan


berbagai jenis hewan dan tumbuhan di suatu situs konservasi tertentu.

Rusaknya ekosistem
Gangguan terhadap kondisi normal lingkungan dapat menyebabkan rusaknya
ekosistem. Tanaman kapas Bt selain menyebabkan matinya hama ulat yang
memakannya, juga diduga menyebabkan larva kupu-kupu lain ikut mati.

BIOTEKNOLOGI KULTUR SEL DAN JARINGAN

Kultur jaringan (tissue culture) untuk memahami aspek mekanisme kontrol


dan diferensiasi fungsi sel telah berkembang sejak satu abad yang lalu, melalui
masa-masa pengembangan yang pada awalnya sederhana, diikuti fase
perkembangan ekspansif pada pertengahan abad yang lalu, dan kini berada
pada fase pengembangan.
Perkembangan ilmu biologi molekuler menyebabkan sulitnya melihat batas
pemisah antara biologi molekuler dan tissue culture. Saling bergantungnya
perkembangan masing-masing teknologi ini, sukar untuk dinyatakan batas
berhentinya teknologi tissue culture dan mulai berkembanganya teknologi
biologi molekuler. Meskipun tantangan untuk mendapatkan sel-sel yang tumbuh
secara in vitro telah terjawab dan diversitas jenis sel telah meningkat secara
konstan, tissue culture kini sudah semakin populer dibanding sebelumnya. Untuk
beberapa kalangan tissue culture menghadirkan peluang untuk mengurangi
percobaan hewan yang tidak perlu, untuk kalangan lainnya teknologi tissue
culture mendorong kemampuan untuk menghasilkan produk farmasi inovatif
yang lebih ekonomis.
Untuk beberapa kalangan tertentu teknologi ini masih menjadi dasar guna
mengeksplorasi permasalahan regulasi sel dan pengembangan intervensi medis.
Sangat jelas bahwa penelitian tentang aktivitas selular pada tissue culture akan
membawa berbagai manfaat, meski demikian perhatian diperlukan terhadap
berbagai kelemahan teknologi ini. Hal ini penting untuk membangun perhatian
yang lebih besar guna pengembangannya di masa mendatang.

Pengertian Kultur Sel dan Jaringan


Salah satu teknik bioteknologi yang sering digunakan adalah kultur sel dan
jaringan. Menurut Suryowinoto (1991) kultur jaringan dalam bahasa asing
disebut sebagai tissue culture, weefsel cultuus, atau gewebe kultur. Kultur
adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk
dan fungsi yang sama.
Kultur jaringan digunakan sebagai istilah umum yang juga meliputi kultur organ
ataupun kultur sel. Istilah kultur sel digunakan untuk berbagai kultur yang
berasal dari sel-sel yang terdispersi yang diambil dari jaringan asalnya, dari
kultur primer, atau dari cell line atau cell strain secara enzimatik, mekanik, atau
disagregasi kimiawi. Terminologi kultur histotypic akan diterapkan untuk jenis
kultur jaringan yang menggabungkan kembali sel-sel yang telah terdispersi
sedemikian rupa untuk membentuk kultur jaringan.
Kultur sel dan jaringan dapat digunakan pada hewan dan tumbuhan. Kultur
jaringan hewan merupakan suatu teknik untuk mempertahankan kehidupan sel
di luar tubuh organisme. Lingkungan sel dibuat sedimikian rupa, sehingga
menyerupai lingkungan asal dari sel yang bersangkutan. Sel yang dipelihara bisa
berupa sel tunggal (kultur sel), sel di dalam jaringan (kultur jaringan), maupun
sel di dalam organ (kultur organ) (Listyorini, 2001). Teknik pembuatan kultur
primer pada kultur sel, jaringan, dan organ hewan pada dasarnya sama. Sel,
jaringan, atau organ hewan diambil dari tubuh hewan dan mulai dipelihara di
dalam kondisi in-vitro. Selama di dalam kultur primer semua kebutuhan sel baik
sebagai sel tunggal (kultur sel), sebagai bagian dari jaringan (kutur jaringan),
maupun sebagai bagian organ (kultur organ) harus dipenuhi agar sel dapat hidup
dan menjalankan fungsi normalnya.
Kultur jaringan pada tumbuhan merupakan salah satu teknik perbanyakan
tumbuhan yang menggunakan sel atau organ atau jaringan tumbuhan Kultur
jaringan pada suatu tumbuhan merupakan suatu cara membudidayakan suatu
jaringan tumbuhan menjadi tumbuhan kecil yang mempunyai sifat seperti
induknya (Hendaryono, 1994).
Sejarah dan Perkembangan Kultur Sel dan Jaringan
Kultur jaringan (tissue culture) pertama kali digunakan pada awal abad 20
sebagai suatu metode untuk mempelajari perilaku sel hewan yang bebas dari
pengaruh variasi sistemik yang dapat timbul saat hewan dalam keadaan
homeostasis ataupun dalam pengaruh percobaan atau perlakuan. Kultur jaringan
bukanlah teknik yang baru. Teknologi ini telah berkembang sejak satu abad yang
lalu, melalui masa-masa pengembangan yang pada awalnya sederhana, diikuti
fase perkembangan ekspansif pada pertengahan abad yang lalu. Saat ini kultur
jaringan berada pada fase pengembangan khusus untuk memahami aspek
mekanisme kontrol dan diferensiasi fungsi sel. Kendati teknologi kultur jaringan
kini telah berkembang begitu pesat, seperti kultur sel-sel khusus, chromosome
painting, dan DNA fingerprinting, tetapi teknologi dasar yang awal
dikembangkan adalah teknik kultur primer, pasase serial, karakterisasi,
preservasi sel dengan prinsip yang masih sama.
Pada saat istilah kultur jaringan diperkenalkan, teknik ini pertama kali
dikembangkan dengan menggunakan fragmen jaringan yang tidak terurai, dan
pertumbuhan sel atau jaringan terjadi dengan bermigrasinya sel fragmen
jaringan disertai adanya mitosis di luar pertumbuhan. Kultur sel dari
jaringan explant primer seperti inilah yang mendominasi perkembangan teknik
kultur jaringan pada lebih dari lima puluh tahun perkembangannya, sehingga
tidaklah mengherankan jika istilah kultur jaringan sudah begitu melekat untuk
pengembangan teknologi ini. Walaupun demikian, fakta yang terjadi pada saat
percepatan perkembangan teknologi berikutnya pada era setelah tahun 1950
lebih didominasi oleh penggunaan kultur sel yang terurai dari jaringan (Katuuk,
1989).
Sejarah kultur jaringan tumbuhan sebenarnya sejalan dengan sejarah
perkembangan botani. Beberapa ahli jaman dulu sudah meramalkan bahwa
perbanyakan sel in-vitro dapat dilaksanakan. Pemikiran ini didasarkan pada
penemuan para ahli yang mendahului mereka serta penemuan mereka sendiri.
Pada abad 17 seorang ahli matematika Robert Hooke mengatakan bahwa sel-sel
dapat disamakan dengan batu-batu bangunan alamiah. Kemudian pada tahun
1838-1839, seorang ahli Biologi M.V Schleiden dan Theodore Schwann yang
telah menjuruskan perhatiannya pada kehidupan sel, menemukan satu konsep
baru, bahwa satu sel dapat tumbuh sendiri walaupun telah terpisah dari
tumbuhan induknya. Mereka mengemukakan bahwa segala peristiwa rumit yang
terjadi dalam tubuh satu organisme selama hidup, bersumber pada sel. Dari
konsep inilah tumbuh pernyataan bahwa satu sel mempunyai kemampuan untuk
berkembang. Sel berkembang dengan jalan regenerasi sehingga pada suatu saat
akan terbentuk tumbuhan sempurna. Kemampuan regenerasi ini disebut
totipotensi (totipotency). Konsep totipotensi yang ditanamkan oleh Schleiden dan
Theodore Schwann berkembang terus sehingga Vouchting pada tahun 1878,
walaupun masih belum berhasil baik, sudah mencoba mengembangkan kalus
dari potongan tumbuhan. Kegagalannya dalam mengembangkan potongan
tumbuhan ini disebabkan oleh kekurangan fasilitas pada saat itu. Beberapa ahli
yang juga telah bekerja mengisi sejarah perkembangan botani papa abad ke 19,
adalah Charles Darwin, Louis Pasteur, Justus Van Liebik, Johan Knopp dan
Rechinger.
Untuk mempelajari teknik dasar kultur jaringan diperlukan pemahaman dasar
tentang anatomi, histologi, fisiologi sel, dan prinsip dasar biokimia.
Perkembangan ilmu biologi molekular menyebabkan sulitnya melihat batas
pemisah antara biologi molekular dan kultur jaringan. Saling bergantungnya
perkembangan masing-masing teknologi ini sukar untuk dinyatakan batas
berhentinya teknologi kultur jaringan dan mulai berkembangnya teknologi biologi
molekular.
Perkembangan teknologi kultur jaringan kini banyak diarahkan untuk dapat
memberikan simulasi proses biologis yang terjadi pada tubuh makhluk hidup,
sehingga tidak hanya digunakan untuk mempelajari proses atau mekanisme
yang terjadi pada sel, namun juga interaksi yang terjadi antara sel dan
lingkungan yang dapat diatur menyerupai berbagai keadaan fisiologis ataupun
patologis. Hal ini akan semakin mengatasi kelemahan teknologi kultur jaringan
yang dianggap sebagai teknologi experiment in vitro, kendati menggunakan sel
atau jaringan hidup, dibanding dengan penggunaan hewan percobaan yang
dinilai sebagaiexperiment in vivo.
Sejalan dengan perkembangan teknologi ini maka perkembangan berbagai
referensi yang berkaitan dengan teknologi kultur jaringan banyak menyajikan
berbagai teknologi khusus, sehingga perhatian terhadap prosedur dasar menjadi
banyak terabaikan. Meski banyak berkembang referensi yang menyajikan
teknologi baru, namun masih banyak referensi teknologi dasar yang tetap
dipertahankan.
Ilmu pengetahuan dan teknologi modern menjadi semakin bergantung pada
teknologi canggih. Prosedur pewarnaan antibodi, analisis probe molekular,
pemeriksaan sitotoksisitas, dan yang lainnya, kini sudah tersedia dalam bentuk
kit. Hal ini memungkinkan penilaian regulasi gen serta produk sel lebih cepat dan
mudah meskipun dengan biaya yang lebih mahal. Keuntungan berkembangnya
berbagai kit ini adalah penghematan waktu dan meningkatkan produktivitas.

Kultur pada Hewan dan Tumbuhan


Kultur pada Hewan
Kultur pada hewan yang dapat digunakan adalah dengan kultur sel, jaringan, dan
organ. Kultur sel adalah teknik pemeliharaan sel di dalam kondisi in-vitro. Seperti
halnya pada kultur organ, kultur bakal organ, maupun kultur jaringan, kultur sel
juga mempertahankan karakteristik sel seperti saat sel tersebut berada di dalam
kondisi in-vivo. Sel hewan diisolasi dari organ yang bersangkutan. Selanjutnya,
sel diupayakan untuk terpisah satu dari yang lainnya. Sel hewan dipisahkan
secara mekanis dan secara enzimatis. Sel-sel yang diperoleh sebagian dipelihara
di dalam kultur suspensi, dan sebagian dipelihara di dalam kultur yang melekat.
Selanjutnya kultur tersebut dipelihara di dalam medium yang dilengkapi dengan
serum di dalam suhu yang sesuai dengan asalnya. Untuk sel mamalia suhu
pemeliharaan adalah 37C dan untuk sel aves suhu pemeliharaannya adalah
39C.
Ukuran keberhasilan yang dapat digunakan dalam pembuatan kultur ini adalah
tidak adanya kontaminasi pada kultur, kesehatan sel selama dipelihara di dalam
kondisi in-vitro, dan keberhasilan sel memperbanyak diri. Menurut Listyorini
(2001), cara pembuatan kultur sel hewan adalah sebagai berikut.
a. Menyiapkan peralatan kultur yang dipakai, mematikan hewan coba secara
mekanis kemudian mengambil organ atau jaringan yang dikehendaki untuk
dibuat kultur selnya, mencuci organ atau jaringan di dalam larutan garam
seimbang kemudian memindahkan ke dalam wadah lain yang berisi larutan
garam seimbang segar, Memindahan bahan yang akan dikultur ke dalam sterile
bench, kemudian melakukan penyiapan sel untuk dikultur.
b. Penyiapan secara mekanis dilakukan dengan memotong organ atau jaringan,
mencuci potongan tersebut menggunakan larutan garam seimbang,
memindahkan potongan (ekplan) ke dalam wadah yang berisi larutan garam
seimbang segar, menanam eksplan ke dalam cawan atau botol kultur dan
menambahkan medium kultur yang telah ditambahkan dengan serum dan
memelihara kultur di dalam inkubator CO2 dengan suhu yang sesuai. Fungsi
larutan garam seimbang adalah untuk memberikan lingkungan fisiologis dan fisik
yang baik bagi sel selama sel, jaringan atau organ dipersiapkan.
c. Penyiapan secara enzimatis dilakukan dengan memindahkan eksplan ke dalam
labu erlenmeyer dengan adanya larutan tripsin 5% di dalam medium tanpa
serum, mengaduk suspensi di atas magnetic stirrer dengan kecepatan sedang,
setelah didapkan suspensi sel, barulah menambahkan medium yang
mengandung serum kemudian melakukan sentrifuge dengan kecepatan 1500
rpm selama 5 menit. Kemudian membuang supernatan dan mengganti dengan
medium segar yang mengandung serum. Untuk kultur yang melekat menanam
sebagian sel ke dalam cawan atau botol kultur untuk kultur melekat dan
menambahkan medium yang mengandung serum 10% dan memelihara kultur
sel di dalam inkubator CO2 dengan suhu yang sesuai.
Kultur jaringan adalah teknik pemeliharaan jaringan di dalam kondisi in-itro.
Seperti halnya pada kultur jaringan juga mempertahankan karakteristik sel
seperti saat sel tersebut berada di dalam kondisi in-vivo. Keberhasilan kultur
selain dapat dilihat dari tidak adanya kontaminasi pada kultur, kesehatan
jaringan selama dipelihara di dalam kondisi in-vivo, dan berfungsinya jaringan
yang dipelihara sebagaimana mestinya.
Kultur organ adalah teknik kultur jaringan yang dipakai untuk mempertahankan
organ secara utuh dan mempertahankan struktur serta fungsi organ tersebut.
Kultur organ terdiri atas dua macam teknik kultur, yaitu kultur organ dewasa dan
kultur bakal organ. Kultur organ dewasa pada umumnya dipakai untuk
mempertahankan kehidupan organ yang diambil dari tubuh baik yang masih
sehat maupun kehidupan organ yang tidak mungkin dapat bertahan hidup.
Kultur bakal organ memelihara jaringan-jaringan bakal organ untuk
dikembangkan di dalam kondisi in-vitro. Indikator keberhasilan kultur organ
hewan sama dengan kultur sel dan jaringan.
Cara-cara dalam pembuatan kultur jaringan pada epitel dari usus embrio ayam
diilustrasikan ke dalam Gambar 1 ini (http://www.kitchenculturekit.com).
Gambar 1. Teknik Kultur Jaringan
Kultur pada Tumbuhan
Kultur jaringan termasuk ke dalam jenis perkembangbiakan vegetatif (Anonim,
2009). Bagian tumbuhan yang akan dikultur (eksplan) dapat diperoleh dari dari
semua bagian tumbuhan seperti pucuk, akar, meristem, bunga, bahkan serbuk
sari.
Kultur jaringan lebih besar presentase keberhasilannya bila menggunakan
jaringan meristem (Hendaryono, 1994). Jaringan meristem adalah jaringan muda
yaitu jaringan yang terdiri atas sel-sel yang selalu membelah, dindingnya tipis,
belum mengalami penebalan dari zat pektin, plasmanya penuh dan vakuolanya
kecil-kecil. Kebanyakan jaringan meristem digunakan karena keadannya selalu
membelah sehingga diperkirakan mempunyai zat hormon yang mengatur
pembelahan.
Gambar 2. Jaringan Tumbuhan
(Sumber: Leavingbio, 2009)
Pelaksanaan teknik kultur jaringan berdasarkan teori sel yaitu mempunyai
kemampuan autonom bahkan mempunyai kemampuan totipotensi. Menurut
Suryowinoto (1991), totipotensi adalah kemampuan setiap sel, dari mana saja
sel tersebut diambil, apabila diletakkan dalam lingkungan yang sesuai akan
dapat tumbuh menjadi tumbuhan yang sempurna. Sifat totipotensi merupakan
potensi pada setiap sel penyusun jaringan dewasa untuk mengadakan
pembelahan dan membentuk individu baru. Sel-sel penyusun jaringan dewasa
(sel somatis) yang berada di bawah rangsangan tertentu memiliki potensi untuk
mengadakan pembelahan (embrionik) membentuk kalus. Selanjutnya, kalus
dibawah rangsangan tertentu memliki potensi untuk berdiferensiasi menjadi
individu baru multiselular melalui diferensiasi (Haruna, 2009).
Teknik kultur jaringan akan dapat berhasil dengan baik apabila syarat- syarat
yang diperlukan terpenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi pemilihan eksplan
sebagai bahan dasar untuk pembentukan kalus, penggunaan medium yang
cocok, keadaan yang aseptik, dan pengaturan udara yang terutama untuk kultur
cair. Meskipun pada prinsipnya semua jenis sel dapat ditumbuhkan, tetapi
sebaliknya dipilih bagian tumbuhan yang masih muda dan mudah tumbuh yaitu
bagian meristem, misalnya: daun muda, ujung akar, ujung batang, keping biji,
dan lain-lain (Hendaryono, 1994). Saat ini teknik kultur jaringan telah semakin
luas penggunaannya, antara lain:
1. Meristem culture
Yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari jaringan muda atau
meristem.
2. Pollen culture/anther culture
Yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari pollen atau benang
sari.
3. Protoplast culture
Yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan eksplan dari protoplas. Protoplas
adalah sel hidup yang telah dihilangkan dinding selnya.
4. Chloroplast culture
Yaitu budidaya jaringan dengan menggunakan kloroplas untuk keperluan
protoplas (memperbaiki sifat tumbuhan dengan membuat varietas baru).
5. Somatic cross
Yaitu menyilangkan dua macam protoplas menjadi satu kemudian dibudidayakan
sampai menjadi tumbuhan kecil yang mempunyai sifat baru. Persilangan ini
dapat dilakukan dengan menggunakan zat kimia.
Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda
komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan
pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang dutumbuhkan secara in vitro.
Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi
unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tumbuhan. Nutrien
yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media
dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS,
tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada
media (eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan. Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang
diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen
menentukan arah perkembangan suatu kultur (Wikipedia, 2010).
Pelaksanaan kultur jaringan tumbuhan dapat dijabarkan sebagai berikut
(Hendaryono, 1994).
1. Sterilisasi Alat Penabur
Entkas sebelum digunakan harus disterilisasi dengan menggunakan hand
sprayer berisi spiritus atau campuran formalin 10% dan alkohol 70% dengan
perbandingan 1:1 yang didiamkan selama 10 menit.
2. Sterilisasi Alat dan Medium
Alat-alat yang akan digunakan untuk kultur jaringan setelah dicuci dan
dikeringkan kemudian dibungkus dengan kertas payung dan disterilisasikan di
dalam autoklaf dengan suhu 121C, tekanan 15 lb dalam waktu 20-30 menit.
Botol-botol eksplan yang sudah berisi medium setelah ditutup dengan aluminium
foil kemudian diterilisasikan. Sterilisasi medium memerlukan waktu 15 menit
dengan tekanan dan suhu yang sama pada sterilisasi alat-alat. Teknik
pelaksanaan autoklaf adalah autoklaf diisi air sampai batas kemudian botol
eksplan dimasukkan ke dalamnya. Setelah autoklaf ditutup rapat kemudian
dinyalakan dan ditunggu sampai air mendidih dan tekanan menunjukkan angka
15 (15 menit). Setelah autoklaf menunjukkan angka 0, autoklaf boleh dibuka dan
botol-botol di dalamnya dikeluarkan untuk disimpan sampai saat digunakan.
3. Sterilisasi Eksplan
Sterilisasi dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanik dan kimia.
a. Secara Mekanis
Cara ini digunakan untuk eksplan yang keras atau berdaging yaitu dengan cara
membakar eksplan di atas lampu spiritus sebanyak tiga kali. Eksplan keras yang
disterilisasi dengan cara ini adalah tebu, biji salak, bung, buah anggrek, dll.
Eksplan berdaging adalah wortel, umbi, bawang putih, dll.
b. Secara Kimiawi
Sterilisasi secara kimiawi digunakan untuk eksplan yang lunak (jaringan muda)
seperti daun, tangkai daun, anther dan sebagainya. Bahan-bahan kimia yang
sering digunakan adalah:
Sodium hipoklorit, konsentrasi tergantung dari kelunakan eksplan, antar 5%-
10% dalam waktu 5-10 menit. Cara sterilisasi di dalam laminair air flow adalah
memasukkan eksplan ke dalam erlenmeyer yang berisi larutan clorox,
erlenmeyer digoyangkan dengan arah memutar mendatar selama 3 menit.
Kemudian mencuci bersih eksplan menggunakan aquades steril sebanyak 3-5
kali selama 3 menit. Barulah eksplan diambil menggunakn pinset dan diletakkan
di atas petridish yang ada kertas saringnya.
Mercuri khlorit, cara perlakuan sterilisasi dengan sublimat sama dengan
sterilisasi dengan clorox, hanya waktunya lebih pendek karena bahan kimia ini
sangat keras.
Alkohol 70%
4. Menabur Eksplan
Menabur eksplan dilakukan dalam kondisi aseptik. Eksplan yang telah siap
ditanam, dipotong-potong dengan menggunakan skapel di dalam cawan petri.
Potongan eksplan dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi media tumbuh
hingga permukaan yang teriris bersentuhan dengan medium. Selanjutnya,
erlenmeyer ditutup kembali dengan aluminium foil dan diinkubasikan di dalam
ruang inkubator dan intensitas cahaya disesuaikan dengan yang dikehendaki.
5. Melaksanakan Sub-kultur
Sub-kultur adalah usaha untuk mengganti media tanam kultur jaringan dengan
media yang baru sehingga kebutuhan nutrisi untuk pertumbuhan kalus dapat
terpenuhi.
a. Sub-kultur pada media cair
Media cair cepat diserap oleh eksplan, maka empat hari sekali harus diganti
dengan media yang baru.
b. Sub-kultur pada media padat
Sub-kultur media padat lebih mudah dilakukan, yaitu hanya dengan meletakkan
kalus yang sudah terbentuk di atas cawan petri kemudian membelah-belah
menjadi bagian kecil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer baru yang berisi
media baru.
6. Menumbuhkan Planlet (Tumbuhan Kecil)
Medium yang digunakan untuk menumbuhkan kalus adalah medium induksi
kalus. Sedangkan medium yang digunakan untuk menumbuhkan planlet adalah
medium diferensiasi yang komponen-komponen kimianya agak berbeda. Untuk
mendeferensiasikan suatu kalus agar dapat tumbuh akar dan tunas, maka harus
sesuai dengan medium sebelumnya. Bila memakai medium MS maka akan lebih
baik bila konsentrasi medium diferensiasinya separuh dari medium induksi
kalus.
Skema teknik kultur jaringan dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Skema Kultur Jaringan
Sumber: Haruna, 2009
Salah satu pembudidayaan tumbuhan menggunakan kultur jaringan adalah
anggrek. Teknik kultur jaringan dapat memperbanyak anggrek secara cepat.
Adapun langkah kerja yang dilakukan adalah
1. Membakar buah anggrek menggunakan spiritus
2. Menaburkan biji di dalam ruang penabur agar terjaga kondisi steril. Setelah itu
baru biji ditabur dalam media tumbuh yang telah disediakan dengan
menggunakan pinset. Media tumbuh yang biasanya digunakan adalah medium
Knudson C atau Vacin and Went (VW).
3. Overplanting dilakukan secara aseptis di dalam ruang penabur, dengan cara:
biji anggrek yang telah ditabur akan berkecambah menjadi planlet dalam waktu
3-4 bulan harus dipindahkan ke dalam medium baru, medium overplanting yang
digunakan sama dengan medium lama, di dalam ruang penabur, anggrek
diambil satu-satu dengan menggunakan pinset kemudian langsung dipindah ke
dalam medium baru. Untuk satu botol anggrek biasanya dapat dipindahkan ke
dalam tiga botol anggrek baru, botol hasil overplantingdiinkubasi dengan suhu
25C. Overplanting ini perlu dilakukan dua kali sebelum anggrek siap
dipindahkan ke dalam pot-pot. Ilustrasi cara kultur jaringan anggrek dapat dilihat
pada Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Kultur Jaringan Anggrek
Sumber: http://www.kitchenculturekit.com
Manfaat Kultur Sel dan Jaringan
Manfaat dari kultur sel dan jaringan adalah a) eksplan yang dibutuhkan hanya
sedikit dan dapat diambil dari seluruh bagian tumbuhan, b) sifat genetik yang
dihasilkan tetap, sehingga dapat digunakan dalam pelestarian plasma mutasi, c)
tidak bergantung pada musim (pada tumbuhan), d) dapat waktu singkat dapat
diperoleh bibit unggul yang banyak, e) diperoleh bibit yang bebas virus dan
penyakit, f) dapat menghasilkan metabolis sekunder, f) Biaya pengangkutan bibit
relatif lebih murah dan mudah, g) dalam proses pembibitan bebas dari gangguan
hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya.
Kultur jaringan tumbuhan adalah suatu metode atau teknik mengisolasi bagian
tumbuhan (protoplasma, sel, jaringan, dan organ) dan menumbuhkannya pada
media buatan dalam kondisi aseptik di dalam ruang yang terkontrol sehingga
bagian-bagian tumbuhan tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi
tumbuhan lengkap. Saat ini teknik kultur jaringan digunakan bukan hanya
sebagai sarana untuk mempelajari aspek-aspek fisiologi dan biokimia tumbuhan
saja, tetapi sudah berkembang menjadi metode untuk berbagai tujuan seperti:
a. Mikropropagasi (perbanyakan tumbuhan secara mikro)
Teknik kultur jaringan telah digunakan dalam membantu produksi tumbuhan
dalam skala besar melalui mikropropagasi atau perbanyakan klonal dari berbagai
jenis tumbuhan. Jaringan tumbuhan dalam jumlah yang sedikit dapat
menghasilkan ratusan atau ribuan tumbuhan secara terus menerus. Teknik ini
telah digunakan dalam skala industri di berbagai negara untuk memproduksi
secara komersial berbagai jenis tumbuhan seperti tumbuhan hias (anggrek,
bunga potong, dll.), tumbuhan buah-buahan (seperti pisang), tumbuhan industri
dan kehutanan (kopi, jati, dll). Dengan menggunakan metode kultur jaringan,
jutaan tumbuhan dengan sifat genetis yang sama dapat diperoleh hanya dengan
berasal dari satu mata tunas. Oleh karena itu metode ini menjadi salah satu
alternatif dalam perbanyakan tumbuhan secara vegetatif.
b. Perbaikan tumbuhan
Dalam usaha perbaikan tumbuhan melalui metode pemuliaan secara
konvensional, untuk mendapatkan galur murni diperlukan waktu enam sampai
tujuh generasi hasil penyerbukan sendiri maupun persilangan. Melalui teknik
kultur jaringan, dapat diperoleh tumbuhan homosigot dalam waktu singkat
dengan cara memproduksi tumbuhan haploid melalui kultur polen, antera atau
ovari yang diikuti dengan penggandaan kromosom. Tumbuhan homosigot ini
dapat digunakan sebagai bahan pemuliaan tumbuhan dalam rangka perbaikan
sifat tumbuhan.
c. Produksi tumbuhan yang bebas penyakit (virus)
Teknologi kultur jaringan telah memberikan kontribusinya dalam mendapatkan
tumbuhan yang bebas dari virus. Pada tumbuhan yang telah terinfeksi virus, sel-
sel pada tunas ujung (meristem) merupakan daerah yang tidak terinfeksi virus.
Dengan cara mengkulturkan bagian meristem akan diperoleh tumbuhan yang
bebas virus.
d. Transformasi genetik
Teknik kultur jaringan telah menjadi bagian penting dalam membantu
keberhasilan rekayasa genetika tumbuhan (transfer gen). Sebagai contoh
transfer gen bakteri (seperti gen cry dari Bacillus thuringiensis) ke dalam sel
tumbuhan akan terekspresi setelah regenerasi tumbuhan transgeniknya
tercapai.
e. Produksi senyawa metabolit sekunder
Kultur sel tumbuhan juga dapat digunakan untuk memproduksi senyawa
biokimia (metabolit sekunder) seperti alkaloid, terpenoid, phenyl propanoid dll.
Teknologi ini sekarang sudah tersedia dalam skala industri. Sebagai contoh
produksi secara komersial senyawa shikonin dari kultur sel Lithospermum
erythrorhizon.
Penerapan Teknologi Kultur Sel dan Jaringan
Salah satu penerapan ilmu kultur sel dan jaringan adalah upaya untuk
meningkatan produksi azadirahtin melalui kultur suspensi sel Azadirachta
indica A.Juss melalui penambahan skualen. Azadirachta indica atau tumbuhan
nimba adalah salah satu jenis tumbuhan yang menghasilkan berbagai zat aktif,
salah satu bahan aktif tersebut adalah azadirahtin, yaitu suatu senyawa
triterpenoid yang berguna sebagai sumber terbaik untuk biopestisida.
Azadirahtin dapat digunakan sebagai biopestisida karena
bersifat antifeedant dan mengganggu pertumbuhan serta reproduksi serangga.
Sampai saat ini, produksi biopestisida dari tumbuhan nimba dilakukan dengan
cara mengisolasi langsung dari tumbuhan utuh, terutama dari biji. Setiap gram
biji nimba mengandung 3,6 mg azadirahtin, namun keberadaan nimba di
Indonesia relatif sedikit karena daerah penyebarannya terbatas di Pulau Jawa
dan Bali. Eksploitasi terhadap tumbuhan ini menyebabkan penurunan
populasinya di alam yang secara langsung mengakibatkan berkurangnya sumber
biopestisida, khususnya azadirahtin. Eksploitasi terjadi karena nimba digunakan
sebagai sumber obat-obatan dan bahan bangunan. Untuk mengatasi masalah ini
diperlukan metode alternatif, yaitu dengan menggunakan kultur jaringan
(Zakiah, 2003).

Gambar 5. Azadirachta indica (Sumber: Halim, 2009)


Tipe kultur yang dapat digunakan untuk menghasilkan metabolit sekunder pada
tumbuhan adalah kultur sel. Salah satu cara untuk meningkatkan kandungan
metabolit sekunder dalam kultur jaringan adalah dengan penambahan prazat.
Penambahan prazat ke dalam medium kultur dapat merangsang aktivitas enzim
tertentu yang terlibat dalam jalur biosintesis sehingga dapat meningkatkan
produksi metabolit sekunder. Prazat yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kandungan senyawa triterpen secara in vitro adalah skualen, yang merupakan
senyawa triterpen linear tak jenuh dan prazat untuk semua triterpen.
Penambahan skualen sebagai prazat ke dalam kultur sel A. indica diharapkan
dapat meningkatkan kandungan azadirahtin secara in vitro.
Penelitian yang dilakukan oleh Zakiah, dkk (2003) bertujuan untuk mengetahui
umur kultur yang optimum untuk memperoleh produksi azadirahtin tertinggi
dalam kultur suspensi sel A. indica dan pengaruh penambahan skualen terhadap
produksi azadirahtin di dalam kultur suspensi sel A. indica. Bahan dan metode
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kultur kalus
Kalus diinduksi dari potongan eksplan daun majemuk kedua dan ketiga
tumbuhan A. indica yang diperoleh. Eksplan ditanam pada medium padat
MS yang ditambah zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan komposisi 0,5; 5,0; 7,5M
asam 2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D) yang dikombinasikan dengan 0,1; 1,0;
5,0M benzilaminopurin (BAP).
2. Kultur suspensi sel
Kalus meremah terbaik yang diperoleh dari kultur kalus diinokulasikan ke dalam
medium cair MS yang ditambah ZPT berupa 0,1; 0,5; 1,0 M 2,4-D yang
dikombinasikan dengan 0,1; 0,5; 1,0M BAP, dan sebagai kontrol digunakan
medium tanpa penambahan ZPT. Kombinasi konsentrasi 2,4-D dan BAP yang
menghasilkan pertumbuhan terbaik, yaitu kultur dengan berat massa sel
tertinggi akan digunakan untuk pembuatan kurva pertumbuhan sel, kurva
kandungan azadirahtin dan perlakuan prazat.
a. Kurva pertumbuhan sel
Kurva pertumbuhan dibuat untuk melihat pengaruh waktu (umur kultur)
terhadap berat kering. Berat kering diperoleh setelah sel dikeringkan
dengan freeze dryer hingga mencapai berat konstan. Sampling untuk
pengukuran berat kering dilakukan setiap dua hari sampai pertumbuhan
mengalami penurunan.
b. Kurva kandungan azadirahtin
Kurva kandungan azadirahtin ditentukan dari hasil pengukuran kandungan
azadirahtin di dalam massa sel dan medium dengan menggunakan Kromatografi
Cair Kinerja Tinggi (KCKT). Pengukuran dilakukan setiap dua hari sekali hingga
umur kultur 20 hari. Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui kandungan
azadirahtin pada setiap fase pertumbuhan suspensi sel, sehingga waktu
penambahan prazat dapat ditentukan.
c. Penambahan prazat
Prazat yang digunakan adalah skualen dengan konsentrasi 10, 100 dan 1000 M.
Penambahan skualen ke dalam suspensi sel dilakukan pada saat kandungan
azadirahtin sedang meningkat. Pemanenan dilakukan setiap dua hari sampai
kultur berumur 12 hari dari waktu penambahan skualen.
Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Bahan kering (sel) yang telah
digerus ditimbang sebanyak 0,1 g, lalu diekstrak dengan 10 mL metanol teknis
dalam labu erlenmeyer yang diagitasi dengan alat pengocok pada kecepatan
120 rpm selama 48 jam. Selanjutnya ekstrak disaring dengan kertas saring
Whatman no.1. Residu dibilas dua kali dengan 5 mL metanol teknis, filtratnya
kemudian diuapkan dengan vaccum rotary evaporator sampai semua pelarut
menguap. Ekstrak kasar yang terbentuk dikeringkan dengan desikator, lalu
ditimbang, kemudian dilarutkan dengan 2 mL metanol Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi (KCKT).
Medium sebanyak 10 mL dikeringkan dengan freeze dryer untuk menghilangkan
kandungan airnya, diekstrak dengan 10 mL metanol teknis, dan dilanjutkan
dengan penyaringan menggunakan kertas saring Whatman no.1, residunya
dibilas dua kali dengan 5 mL metanol teknis. Selanjutnya filtrat diuapkan
denganvaccum rotary evaporator sampai semua pelarut menguap. Ekstrak kasar
yang terbentuk dikeringkan dengan desikator, lalu ditimbang dan dilarutkan
dengan 2 mL metanol KCKT.
Analisis kualitatif dan kuantitatif azadirahtin dilakukan dengan menggunakan
KCKT dengan jenis kolom Shim-pack CLC-ODS (C18, 6,0 mm x 0,15 mm). Elusi
dilakukan dengan menggunakan metanol:air (6:4) secara isokratik dengan
kecepatan aliran 1 mL/menit dan diamati pada UV 214 nm.
Analisis kualitatif dilakukan dengan membandingkan waktu retensi puncak
(peak) pada sampel dengan azadirahtin standar (SIGMA). Analisis kuantitatif
dilakukan dengan cara mengkonversi luas area sampel dengan luas area standar.
Kurva standar diperoleh dari data luas area berbagai konsentrasi larutan
azadirahtin standar, kemudian dibuat hubungan luas area dengan kandungan
azadirahtin.
Tekstur kalus yang dihasilkan berupa kalus kompak dan kalus meremah.
Perlakuan yang menghasilkan kalus yang paling meremah adalah pada medium
dengan penambahan penambahan zat pengatur tumbuh berupa 0,5M asam
2,4-diklorofenoksi asetat (2,4-D) dan 1,0M benzilamino purin (BAP) atau 0,5 M
2,4-D + 1,0 M BAP. Tekstur pada kalus dapat bervariasi dari kompak hingga
meremah, tergantung pada jenis tumbuhan yang digunakan, komposisi nutrien
medium, zat pengatur tumbuh dan kondisi lingkungan kultur. Pertumbuhan in
vitro sangat ditentukan oleh interaksi dan keseimbangan antara zat pengatur
tumbuh yang ditambahkan ke dalam medium dan zat pengatur tumbuh endogen
yang dihasilkan oleh sel yang dikultur.
Pertumbuhan kultur suspensi terbaik dengan berat kering sel tertinggi diperoleh
pada medium dengan penambahan 0,1 M 2,4-D + 1,0 M yaitu 0,259 0,087g.
Pertumbuhan sel yang stabil dapat membentuk populasi sel dengan aktivitas
fisiologi yang homogen, yaitu dalam mensintesis metabolit sekunder dan dalam
pembentukan vakuola sebagai tempat penyimpanan metabolit sekunder.
Dalam bidang kesehatan, kultur sel dapat digunakan untuk mengobati penyakit
tertentu. Kultur sel atau yang biasa disebut sebagai stem sel atau sel induk
adalah sel yang dalam perkembangan embrio menjadi sel awal yang tumbuh
menjadi berbagai organ. Sel ini belum terspesialisasi dan mampu berdeferensiasi
menjadi berbagai sel matang dan mampu meregenerasi diri sendiri. Stem
cell adalah sel yang tidak atau belum terspesialisasi dan mempunyai
kemampuan (potensi) untuk berkembang menjadi berbagai jenis sel-sel yang
spesifik yang membentuk berbagai jaringan tubuh (Jusuf, 2008).
Gambar: stem cell (Sumber: Rismaka, 2009)
Embryonic stem cells adalah sel yang diambil dari inner cell mass (suatu
kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastokista) embrio berumur 5 hari dan
terdiri dari 100 sel. Sel ini mempunyai sifat dapat berkembang biak secara terus
menerus dalam media kultur optimal dan dalam keadaan tertentu dapat
diarahkan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai sel yang terdifferensiasi
seperti sel jantung, sel kulit, neuron, hepatosit dan sebagainya, sehingga dapat
dipakai untuk transplantasi jaringan yang rusak.
Sumber lain adalah sel stem dewasa, yakni sel induk yang terdapat di semua
organ tubuh, terutama di dalam sumsum tulang dan berfungsi untuk
memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan. Tubuh mengalami perusakan
oleh berbagai faktor dan semua kerusakan yang mengakibatkan kematian
jaringan dan sel akan dibersihkan. Sel stem dewasa dapat diambil dari fetus,
sumsum tulang, dan darah tali pusat.
Sel induk embrionik maupun sel induk dewasa sangat besar potensinya untuk
mengobati berbagai penyakit degeneratif, seperti infark jantung, stroke,
parkinson, diabetes, berbagai macam kanker; terutama kanker darah dan
osteoarthritis. Sel stem embrionik sangat plastis dan mudah dikembangkan
menjadi berbagai macam jaringan sel sehingga dapat dipakai untuk
transplantasi jaringan yang rusak.
Keuntungan sel induk dari embrio di antaranya adalah mudah didapat dari klinik
fertilitas dan bersifat pluripoten sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala
jenis sel dalam tubuh. Pada kultur sel ini dapat berpoliferasi beratus kali lipat
sehingga berumur panjang, Namun, sel induk ini berisiko menimbulkan kanker
jika terkontaminasi, berpotensi menimbulkan penolakan, dan secara etika sangat
kontroversial.
Sementara sel induk dewasa dapat diambil dari sel pasien sendiri sehingga
menghindari penolakan imun, sudah terspesialisasi sehingga induksi jadi lebih
sederhana dan secara etika tidak ada masalah. Kerugiannya, sel induk dewasa
ini jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan matur, masa
hidupnya tidak selama sel induk dari embrio, dan bersifat multipoten sehingga
diferensiasinya tidak seluas sel induk dari embrio. Stem cells dapat digunakan
untuk keperluan baik dalam bidang riset maupun pengobatan. Adapun
penggunaan kultur stem cells adalah sebagai berikut.
1. Terapi gen
Stem cells khususnya hematopoetic stem cells digunakan sebagai pembawa
transgen kedalam tubuh pasien dan selanjutnya dilacak apakah jejaknya apakah
stem cells ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien.
Adanya sifat self renewing pada stem cell menyebabkan pemberian stem cells
yang mengandung transgen tidak perlu dilakukan berulang-ulang. Selain itu
hematopoetic stem cells juga dapat berdifferensiasi menjadi bermacam-macam
sel sehingga transgen tersebut dapat menetap diberbagai macam sel.
2. Penelitian untuk mempelajari proses-proses biologis yang terjadi pada
organisme termasuk perkembangan organisme dan perkembangan kanker
3. Penelitian untuk menemukan dan mengembangkan obat-obat baru terutama
untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai jaringan
4. Terapi sel (cell based therapy). Stem cell dapat hidup di luar tubuh manusia,
misalnya di cawan petri. Sifat ini dapat digunakan untuk melakukan manipulasi
pada stem cells yang akan ditransplantasikan ke dalam organ tubuh untuk
menangani penyakit-penyakit tertentu tanpa mengganggu organ tubuh.

Kesimpulan
a. Kultur sel dan jaringan merupakan budidaya dan jaringan adalah sekelompok
sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Kultur yang berasal dari sel-
sel yang terdispersi yang diambil dari jaringan asalnya, dari kultur primer, atau
dari cell line atau cell strain secara enzimatik, mekanik, atau disagregasi
kimiawi.
b. Kultur jaringan (tissue culture) pertama kali digunakan pada awal abad 20
sebagai suatu metode untuk mempelajari perilaku sel hewan yang bebas dari
pengaruh variasi sistemik yang dapat timbul saat hewan dalam keadaan
homeostasis ataupun dalam pengaruh percobaan atau perlakuan. Kultur sel dan
jaringan hingga saat ini tetap berkembang.
c. Kultur pada hewan yang dapat digunakan adalah dengan kultur sel, jaringan,
dan organ. Kultur jaringan termasuk ke dalam jenis perkembangbiakan vegetatif.
d. Manfaat dari kultur sel dan jaringan adalah a) eksplan yang dibutuhkan hanya
sedikit dan dapat diambil dari seluruh bagian tumbuhan, b) sifat genetik yang
dihasilkan tetap, sehingga dapat digunakan dalam pelestarian plasma mutasi, c)
tidak bergantung pada musim (pada tumbuhan), d) dapat waktu singkat dapat
diperoleh bibit unggul yang banyak, e) diperoleh bibit yang bebas virus dan
penyakit, f) dapat menghasilkan metabolis sekunder, f) Biaya pengangkutan bibit
relatif lebih murah dan mudah, g) dalam proses pembibitan bebas dari gangguan
hama, penyakit, dan deraan lingkungan lainnya.
e. Penerapan teknologi kultur sel dan jaringan antara lain dapat digunakan
sebagai sumber biopestisida dan pengobatan penyakit.

Fusi sel ( teknologi hibridoma ) merupakan proses peleburan atau penyatuan


dua sel dari jaringan atau spesies yang sama atau berbeda sehingga dihasilkan
sel tunggal yang mengandung gen-gen dari kedua sel yang berbeda tersebut.
Sel tunggal ini dinamakan hibridoma yang memiiliki sifat-sifat kedua sel.

Contoh ( Penggunaan Teknologi Hibridoma )


Contoh penggunaan teknologi hibridoma ialah produksi antibodi dalam
skala besar. Anti bodi ialah protein yang dihasilkan oleh sel limfosit B atau
sel T yang bertugas melawan setiap benda asing ( anti gen ) yang masuk
ke dalam tubuh. Anti bodi tertentu akan melawan antigen tertentu pula.
Proses Fusi Sel
Dalam proses fusi sel, sel B atau sel T dijadikan sebagai sel sumber gen yang
memiliki sifat yang diinginkan yaitu dapat mampu memproduksi anti bodi.
Sedangkan sel wadah atau sel target digunakan sel myeloma atau sel kanker
yang mampu membelah diri dengan cepat dan tidak membahayakan manusia.

Kemudian sel B atau sel T difusikan dengan sel mieloma, untuk mempercepat
fusi sel digunakan fusi gen ( zat yang mempercepat terjadinya fusi ).

Contoh Fusi Gen


CSCI++, Polietilenglikol ( PEG ), Virus dan NaNO3.
Hasil fusi antara sel limfosit B dengan sel mieloma menghasilkan hibridoma
yang memiliki gen penghasil antibody seperti induknya ( sel B ) dan dapat
membelah dengan cepat seperti sel mieloma.

Dampak Positif dan Negatif Rekayasa Genetika (Transgenik)


Advertisement

Dampak positif rekayasa genetika transgenik antara lain:


1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan produk lebih banyak dari sumber yang lebih
sedikit.
2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan memperluas daerah
pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.
3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.
4. Tanaman transgenik memiliki kualitas lebih dibanding tanaman konvensional, kandungan
nutrisi lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca, umur pendek, dll; sehingga penanaman
komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara cepat dan menghemat devisa
akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia lain serta tanaman transgenik
produksi lebih baik.
Dampak negatif rekayasa genetika transgenik antara lain:

1. Potensi toksisitas bahan pangan

Transfer genetik terjadi di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang
berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen
tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah berlangsung secara alami, berpotensi
menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan
dikhawatirkan dapat mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai
pada bahan pangan konvensional.

Di antara kedelai transgenik, misalnya, pernah dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius.
Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk
menghasilkan pelengkap makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang
sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme tanaman, hewan,
atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin, alergen, dan bahaya genetik lainnya
di dalam pangan manusia.

2. Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan

WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru, baik yang
terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi menimbulkan penyakit baru
atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam
kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae.
Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan spektinomisin.

Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat mematikan bakteri tersebut. Oleh
karena itu, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat diobati lagi dengan adanya kapas transgenik.
Dianjurkan pada wanita penderita GO untuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas transgenik.
Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan kadar protein
tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan kondom, dapat diperoleh
kualitas yang sangat baik.

Namun, di Amerika Serikat pada tahun 1999 dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat
pemakaian sarung tangan dan kondom dari bahan karet transgenik. Selain pada manusia, organisme
transgenik juga diketahui dapat menimbulkan penyakit pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun
1998 melaporkan bahwa tikus percobaan yang diberi pakan kentang transgenik memperlihatkan
gejala kekerdilan dan imunodepresi.

3. Potensi erosi plasma nutfah


Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang
telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah hewan pun
mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman transgenik yang
mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian
larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan
gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut.

Hal ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam jagung Bt dapat dipindahkan
kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang berada pada jarak hingga 60 m darinya. Daun
gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja sehingga larva kupu-kupu raja yang memakan
daun gulma milkweed yang telah kemasukan gen resisten pestisida tersebut akan mengalami
kematian. Dengan demikian, telah terjadi kematian organisme nontarget, yang cepat atau lambat
dapat memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.

4. Potensi pergeseran gen


Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah 10 tahun
ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya
cacing tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen karena
semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya.
Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan perubahan
struktur dan tekstur
tanah di areal pertanamannya.

5. Potensi pergeserean ekologi


Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya
tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin,
setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut. Pergeseran
ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal sebagai
gangguan adaptasi.
MENGENAL TEKNIK-TEKNIK DALAM REKAYASA GENETIKA
18.45 Biotech-Techniques, Kloning gen, Konstruk Gen, Rekayasa Genetika,Sequensing DNA, teknik DNA
rekombinan, teknik PCR, Transfer gen No comments

RekayasagenetikaadalahkegiatanmanipulasigendenganteknikDNArekombinandengantujuanmengubah,
menghilangkanataumemunculkanekspresigentersebutpadasuatuorganismehidup.Obyekrekayasagenetikamencakup
hampirsemuagolonganorganisme,mulaidaribakteri,alga,fungi,tumbuhtumbuhan,hewantingkatrendah,danhewan
tingkattinggi.

Adabeberapatahapanutamadalamrekayasagenetika,yaitu:

1. Kloning gen
Kloning gen terdiri atas beberapa tahapan, diantaranya memotong DNA menjadi fragmen-fragmen dengan
ukuran beberapa ratus hingga ribuan kb (kilobase), selanjutnya fragmen ini dimasukkan ke dalam vektor bakteri
untuk kloning. Berbagai macam vektor didesain untuk membawa DNA dengan panjang yang berbeda. Plasmid,
kosmid, faga P1, BAC (bacterial artificial chromosome), dan YAC (Yeast Artificial Chromosome) dapat membawa
DNA hingga 20 kb, 40 kb, 90 kb, 200 kb, dan 1000 kb secara berturut-turut. Setiap vektor, hanya mengandung
satu fragmen DNA, dimasukkan ke dalam bakteri, yang kemudian teramplifikasi, membentuk suatu klon.
Sejumlah besar setiap fragmen DNA kemudian diisolasi dari setiap klon. Ekspresi kloning gen telah disimpan
dengan perbanyakan kloning yang dilakukan pada bakteri yang mengandung fragmen DNA tersebut.
Teknik Kloning Gen

Kloning fragmen DNA secara langsung yang mengandung gen tertentu seringkali tidak bisa dilakukan. Kloning
cDNA yang tepat biasanya merupakan tahapan intermediat atau pertengahan. Untuk tujuan ini, mRNA suatu
jenis sel diretrotranskripsi menjadi DNA menggunakan enzim reverse-transkriptase virus. DNA untai tunggal yang
dihasilkan dengan caran ini kemudian diubah mejadi DNA untai ganda menggunakan DNA polimerase. Fragmen
DNA yang dihasilkan selanjutnya dikloning ke dalam plasmid untuk menghasilkan bank cDNA.

2. Sequensing DNA
Sekuensing DNA terdiri atas penentuan urutan basa suatu fragmen DNA. Selama bertahun-tahun sekuensing
dilakukan dengan teknik yang butuh waktu dan proses lama. Sekarang proses ini bersifat automatis dan
dilakukan dalam skala industri dan memungkinkan mensekuensing beberapa ribu kilobasa per hari.

3. Amplifikasi gen secara in-vitro


Teknik yang dikenal sebagai PCR (polymerase chain reaction) untuk amplifikasi DNA ini paling sering digunakan
oleh praktisi biologi molekuler Teknik PCR mensintesis untaian komplementer suatu fragmen DNA yang dimulai
dengan suatu primer. Untuk lebih jelasnya dapat dibaca pada artikel Mengenal Teknik PCR (Polymerase Chain
Reaction).

4. Konstruksi Gen
Penelitian gen seringkali membutuhkan konstruksi gen fungsional yang dimulai dari berbagai elemen gen.
Elemen-elemen ini mungkin daerah regulator atau mungkin daerah transkrip. Mereka bisa saja dalam struktur
asli atau hasil mutasi dengan eksperimen. Konstruksi gen dapat membantu identifikasi daerah regulator yang
mengontrol ekspresi gen. Daerah koding atau coding region mungkin mengandung struktur aslinya. Konstruk
gen bisa digunakan untuk mengkaji pengaruh gen pada sel atau organisme secara menyeluruh. Daerah transkrip
mungkin mengandung suatu gen reporter yang menyandi protein yang bisa dengan mudah divisualisasi atau
dikuantifikasi berdasarkan aktifitas spesifik enzimnya.
Rekayasa genetika mungkin dapat digunakan pada skala industri untuk memprogram ulang sel atau organisme
untuk menghasilkan rekombinan sifat terkait farmasi dan untuk mencegah respon penolakan imun pada sel atau
organ hasil transplantasi.

Berbagai metode ekspresi gen (Sumber: Houdebine, 2003)

Pada semua kasus, gen harus dikonstruksi secara eksprimen. Konstruks gen mengandung sedikitnya daerah
promoter, daerah transkrip, dan daerah terminator. Dengan demikian, suatu konstruk gen kemudian bisa disebut
sebagai vektor ekspresi.

Konstruksi gen mengimplikasikan penggunaan enzim restriksi yang memotong DNA pada daerah spesifik,
sintesis oligonukleotida secara kimiawi, amplifikasi fragmen DNA secara in-vitro menggunakan teknik PCR, serta
menyambungkan fragmen DNA yang berbeda dengan ikatan kovalen menggunakan enzim ligase. Sebagian
besar, fragmen ini ditambahkan pada plasmid yang kemudian ditransfer ke dalam bakteri. Klon bakteri kemudian
diselksi dan diamplifikasi.

Pemilihan elemen yang ditambahkan pada konstruk tergantung pada tujuan eksperimen dan khususnya pada
jenis sel dimana konstruk tersebit akan diekspresikan. Kode genetik bersifat universal, bahkan jika beberapa
kodon sering digunakan secara efektif pada jenis sel tertentu dibandingkan sel lain. Kode yang menentukan
aktifitas sekuen regulator bersifat spesifik bagi setiap organisme. Promoter dari suatu gen bakteri tidak akan aktif
pada sel tumubuhan maupun hewan, begitu pula sebaliknya.

5. Transfer gen ke dalam sel


Suatu gen hasil isolasi dapat ditranskripsi secara in-vitro dan mRNAnya juga dapat ditranslasikan pada suatu
sistem bebas sel. Teknik ini memungkinkan peneliti memperoleh sejumlah protein dalam jumlah kecil, yang
mungkin tidak cukup untuk beberapa penelitian biokimia, atau untuk penentuan aktifitas biologi protein tersebut
secara in vivo atau menentukan strukturnya melalui proses kristalisasi.

Untuk dikodekan secara efektif dan ditranslasikan menjadi protein, suatu gen harus ditransfer ke dalam sel, yang
secara alami mungkin mengandung semua faktor-faktor yang diper.lkan dalam proses transkripsi dan translasi.
Ada berbagai teknik yang bisa digunakan untuk proses transfer gen, diantaranya: 1). Fusi sel; 2). Penggunaan
senyawa kimia; 3). Elektroporasi; 4). Injeksi menggunakan vektor virus; 5) Mikroinjeksi
6 Jenis Buah Aneh Hasil Rekayasa
Genetika

Liputan6

28 Agu 2015, 06:04 WIB

42

Rekayasa genetika bisa dilakukan pada hewan, tumbuhan, bahkan pada manusia.

Citizen6, Jakarta Rekayasa genetika merupakan proses memanipulasi atau melakukan


perubahan susunan asam nukleat dari gen atau menyelipkan gen baru ke dalam organisme
penerima. Teknologi rekayasa genetika merupakan inti dari bioteknologi. Gen yang diselipkan
dan organisme penerima dapat berasal dari organisme apa saja. Rekayasa genetika bisa
dilakukan pada hewan, tumbuhan, bahkan pada manusia.

Untuk rekayasa pada tumbuhan, atau tanaman penghasil buah, tujuannya untuk meningkatkan
produksi, dan mutu produksi, agar tahan lama, meningkatkan kandungan gizi, tahan terhadap
serangan hama, dan penyakit tertentu.

BACA JUGA

Hati-Hati, Wortel Mini Tak Sesehat yang Anda Pikirkan

10 Makanan Terkenal Ini Ternyata Terbuat dari Tinja dan Ludah

Limbah Kulit Pisang Bisa Diubah Jadi Edible Film

Seperti 6 buah berikut ini yang lahir karena hasil rekayasa genetika

1. Tomat Ungu

Tomat dikenal tidak bisa tahan lama. Karena mudah membusuk, ibu rumah tangga tak berani
menyimpan tomat dalam jumlah banyak. Namun setelah mengalami rekayasa genetika, tomat
bisa berumur lebih panjang dengan warna yang tidak lagi merah, melainkan ungu. Kelebihannya
selain lebih tahan lama dari asalnya 21 hari menjadi 48 hari, juga memiliki kandungan nutrisi
lebih baik. Salah satunya karena kandungan anthocyanin yang terkandung dalam tomat.

Professor, Cathie Martin dari The John Innes Centre Inggris, mengatakan, peneliti telah berhasil
menemukan tomat dengan varietas lebih kaya rasa dan tahan lama dari hasil rekayasa genetika
tersebut.

2. Grapple
Rekayasa genetika bisa dilakukan pada hewan, tumbuhan, bahkan pada manusia.

Grapple merupakan hasil rekayasa antara apel dan anggur. Buah ini masih berbentuk apel,
namun memiliki tekstur seperti anggur. Sedangkan rasanya merupakan campuran dari rasa
kedua buah. Setelah mengalami rekayasa genetika, keunggulan dari grapple tidak hanya
memiliki rasa baru, tapi kandungan nutrisi yang ada di dalamnya juga mengalami peningkatan.
Grapple memiliki dosis vitamin c sangat tinggi, melebihi kandungan yang dimiliki apel dan
anggur.

Namun dalam merekayasa genetika, untuk menghasilkan grapple tidak bisa dilakukan
sembarangan. Untuk buah apel merupakan pilihan dengan kualitas yang cukup baik. Sementara
anggur dipilih jenis tertentu, disesuaikan dengan rasa yang akan dihasilkan. Gen anggur yang
dimasukkan pada apel akan sangat berpengaruh kuat terhadap rasa yang dihasilkan.

3. Pluots
Rekayasa genetika bisa dilakukan pada hewan, tumbuhan, bahkan pada manusia.

Pluots merupakan buah hasil rekayasa genetika dari buah plum dan apricot. Pliots sering juga
disebut buah telur dinosaurus. Pluots terkenal dengan rasanya yang sangat manis dan juga
memiliki tekstur kulit yang lembut. Kelebihan dari pluots, selain memiliki rasa manis, dan
kandungan vitamin c tinggi, serta mengandung lycopene yang antioksidan, anthocyanins,
potassium, dan lutein, juga dikenal sebagai buah yang tidak memiliki natrium, zat yang bisa
meningkatkan kadar kolesterol. Karena itulah pluots dianggap sebagai buah sehat, tidak memiliki
efek negatif bagi siapa saja yang mengkonsumsinya.

4. Cucamelon
Rekayasa genetika bisa dilakukan pada hewan, tumbuhan, bahkan pada manusia.

Cucamelon merupakan buah hasil rekayasa yang sungguh luar biasa, karena melibatkan tiga
jenis buah, semangka, mentimun dan jeruk nipis. Ukuran buah seperti anggur, namun terlihat
seperti semangka mini, dan rasanya seperti mentimun dan jeruk nipis. Tanaman penghasil
cucamelon bisa dikembangkan dengan mudah. Bahkan bisa ditanam dalam pot dan di luar
ruangan. Kelebihan dari cucamelon sangat kebal terhadap hama, tahan kering. Tanaman buah
ini berasal dari Meksiko, dan sudah ada sejak berabad-abad. Cucamelon bisa dikonsumsi dalam
berbagai cara, baik dikonsumsi langsung, dicampur salad, atau dicampur sebagai bahan koktail.

5. Peacotum
Rekayasa genetika bisa dilakukan pada hewan, tumbuhan, bahkan pada manusia.

Buah hasil rekayasa yang satu ini juga perpaduan dari tiga jenis buah, peach, apricot, dan plum.
Sepintas buah yang dinamai peacotum ini jika dilihat dari luar seperti tomat. Namun jika dibelah
buah ini lebih menyerupai plum. Sedangkan tekstur dari buah ini menyerupai apricot. Peacotum
kini menjadi buah yang cukup digemari di Amerika, karena rasa manisnya dan dikembangkan
secara komersial oleh sebuah perusahaan dan diberi label nectacotum.

Peacotum memiliki kadar terpenoid lebih tinggi yang berguna sebagai antimikroial, pestisidal dan
antifungal, sehingga buah ini memiliki daya tahun lebih lama. Bahkan kini peacotum tengah
dikembangkan lebih jauh lagi, karena antioksidannya sangat besar. Yang utama cara
penanaman dan pengolahannya terbilang mudah dan cepat menghasilkan.

6. Lematos
Rekayasa genetika bisa dilakukan pada hewan, tumbuhan, bahkan pada manusia.

Rekayasa genetika terhadap tomat, sehingga memiliki aroma buah lemon dan bunga mawar ini
dinamai lematos. Tomat trensgenik ini mengubah gen basil jeruk, ocimum basilicum, menjadi
enzim pembuat aroma baru, yakni geraniol synthase. Lematos memiliki warna merah muda yang
dipengaruhi setengah lycopen. Sedangkan tomat konvensional mengandung lycopen
seluruhnya. Untuk mengimbangi kadar rendah dari lycopen, lematos memiliki kadar terpenoid
lebih tinggi yang berguna sebagai antimikroial, pestisidal dan antifungal, sehingga lematos
memiliki daya tahun lebih lama.

Walaupun memiliki kandungan hampir sama dengan buah alami, para peneliti meminta tetap
harus hati-hati mengkonsumsi lematos, karena masih terdapat beberapa kandungan yang bisa
berbahaya bagi kesehatan. Apalagi para peneliti sebelumnya melakukan percobaan ini untuk
mengetahui apakah, tomat bisa memiliki rasa lemon atau tidak.

Anda mungkin juga menyukai