Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN KEUANGAN INTERIM

A. PENDAHULUAN
Umumnya, laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan bisnis adalah tahun fiskal penuh.
Beberapa perusahaan mengeluarkan laporan keuangan untuk periode akuntansi interim
sebagai bagian dari tahun fiskal. Laporan keuangan interim dikembangkan berdasarkan
pandangan yang menganggap laporan keuangan interim sebagai bagian integral dengan
periode tahunan.
Pada dasarnya, laporan keuangan interim menyediakan informasi mengenai kondisi
perusahaan kurang dari satu tahun. Laporan tersebut biasanya diterbitkan setiap tiga bulan
dan biasanya berisi informasi kumulatif dari awal tahun sampai dibuatnya laporan tersebut.
Sebelum tahun 1973, keseragaman isi dari laporan interim yang dibuat untuk para pemegang
saham sangat rendah. Ketidakseragaman dan semakin pentingnya laporan interim mendorong
dikeluarkannya APB Opinion Nomor 28 pada bulan Mei 1973.
Pengungkapan informasi segmen sebagaimana diatur dalam Statement of Financial
Accounting Standards (SFAS) Nomor 14 tentang Financial Reporting for Segments of
Business Enterprise tidak berlaku untuk pelaporan interim, kecuali jika laporan interim
tersebut berupa laporan keuangan yang dimaksudkan untuk menyajikan posisi keuangan,
hasil operasi, dan perubahan posisi keuangan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang
Berterima Umum (PABU) atauGenerally Accepted Accounting Principles (GAAP).
A. PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM
Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan
keuangan tahunan. Laporan keuangan interim: (1) harus dipandang sebagai bagian yang
integral dari periode tahuan; dan (2) dapat disusun secara bulanan, triwulanan, atau periode
lain yang kurang dari setahun dan mencakupi seluruh komponen laporan keuangan sesuai
standar akuntansi keuangan. Di Indonesia, laporan keuangan interim dimuat dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 03 tentang Laporan Keuangan
Interim yang terdapat dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
B. SIFAT LAPORAN KEUANGAN INTERIM
Secara konseptual, laporan keuangan interim (interim report) menyediakan informasi yang
lebih tepat waktu, tetapi kurang lengkap dibandingkan dengan laporan keuangan tahunan
(annual report). Laporan keuangan interim menunjukkan adanya trade-off antara ketepatan
waktu dan kehandalan data-data keuangan, karena memerlukan adanya estimasi untuk
melakukan review piutang, utang dagang/usaha, persediaan, dan informasi lainnya yang
mendukung pengukuran yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan. Kebutuhan
minimum pengungkapan sebagaimana diatur dalam APB Opinion Nomor 28 tidak
mewajibkan penyajian keuangan yang wajar hasil operasi dan posisi keuangan sesuai dengan
PABU.
Berdasarkan APB Opinion Nomor 28, masing-masing periode interim merupakan bagian
integral dari laporan tahunan (annual report). Hasil perhitungan periode interim harus
didasarkan pada prinsip akuntansi dan praktik yang digunakan dalam tahun terakhir
penyusunan laporan keuangan. Meskipun demikian, modifikasi tetap diperbolehkan untuk
menyesuaikan periode interim dengan periode tahunan supaya memiliki informasi yang
berarti. Sebagai contoh, laporan interim memodifikasi prosedur yang digunakan untuk
penghitungan biaya produksi dan biaya-biaya yang lain yang biasanya digunakan dalam
laporan tahunan.

C. PANDANGAN SEHUBUNGAN DENGAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM


Pada umumnya, laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan bisnis adalah tahun fiskal
penuh. Beberapa perusahaan mengeluarkan laporan keuangan untuk periode akuntansi
interim sebagai bagian dari tahun fiskal.
Pada dasarnya, ada dua pandangan sehubungan dengan laporan keuangan interim adalah
sebagai berikut.
1. Pandangan yang menganggap periode interim sebagai dasar periode akuntansi dan
menyimpulkan bahwa hasil operasi tiap periode ditentukan dengan cara yang sama, seperti
pada periode tahunan.
2. Pandangan yang menganggap periode interim sebagai bagian yang integral dengan periode
tahunan.
Di Indonesia, laporan keuangan interim dikembangkan berdasarkan pandangan yang kedua
yang menganggap laporan keuangan interim sebagai bagian integral dengan periode tahunan.
E. BIAYA PRODUK
Untuk menghitung biaya produk antara lain dapat digunakan dengan metode sebagai berikut.
1. Metode Laba Kotor. Apabila perusahaan menggunakan metode ini untuk harga sediaan
selama masa interim, pengungkapan metode dan rekonsiliasi dengan sediaan tahunan perlu
dilakukan.
2. Metode Last In First Out (LIFO). Jika sediaan LIFO dilikuidasi pada masa interim tetapi
metode tersebut akan diganti pada akhir tahun, harga pokok penjualan (cost of goods sold)
harus dimasukkan dalam biaya pergantian metode dari LIFO, sebagai konsekuensi likuidasi
interim. Sebagai contoh, sebuah perusahaan melakukan likuidasi 100 unit sediaan yang
diperhitungkan dengan LIFO pada tiga bulan pertama. Perusahaan tersebut akan
membebankan harga pokok/kos penjualan pada current cost 100 unit daripada historical
cost LIFO jika 100 unit tersebut akan digantikan pada akhir tahun. Kelebihan nilai current
cost di atas historical cost menunjukkan adanya kewajiban lancar pada neraca interim.
Dalam kasus perubahan metode sediaan LIFO, pengaruh kumulatif perubahan pada awal
periode tidak dapat dihitung. Jika perubahan tersebut dilakukan pada periode pertama, fakta
tersebut harus diungkap tetapi bukan jumlah pro forma. Jika perubahan dibuat pada periode
selanjutnya, perubahan tersebut diungkap bersamaan dengan informasi keuangan pada
periode interim sebelum perubahan.
F. PENURUNAN NILAI PASAR PERSEDIAAN
Penurunan nilai pasar sediaan tidak ditangguhkan selama periode interim, kecuali jika
ditentukan secara temporer tidak ada kerugian yang akan terjadi selama setahun secara
keseluruhan.
G. SISTEM BIAYA STANDAR
Rencana varian berdasarkan sistem biaya standar yang diharapkan akan diserap pada akhir
tahun sebaiknya ditangguhkan pada masa interim.
H. BIAYA-BIAYA LAIN
Biaya Tahunan dalam Laporan Interim. Biaya yang dibebankan secara tahunan sebaiknya
dialokasikan ke periode interim. Prosedur alokasi harus konsisten dengan prosedur untuk
laporan tahunan. Biaya-biaya yang muncul dalam periode interim tidak ditangguhkan, kecuali
jika biaya-biaya tersebut akan ditangguhkan pada akhir tahun.
Biaya Iklan. Biaya iklan tidak ditangguhkan selama masa interim, kecuali jika manfaatnya
juga dapat dirasakan pada periode sesudahnya.
Pajak Penghasilan. Pajak penghasilan dalam laporan interim dibagi menjadi (a) pajak
penghasilan untuk penghasilan dari operasional tidak termasuk item-item yang bukan biaya
atau jarang terjadi, dan (b) pajak penghasilan untuk item yang tidak biasa, pemberhentian
operasi dan item luar biasa. Biaya pajak penghasilan untuk masa interim berdasarkan pada
estimasi tarif pajak efektif tahunan untuk pendapatan kena pajak (PKP) yang berasal dari
operasi tidak termasuk item-item luar biasa. Estimasi pajak penghasilan tahunan dikurangi
dengan pajak penghasilan yang telah diakui pada periode sebelumnya menjadi beban pajak
periode kini. Pengaruh pajak untukitem-item yang tidak biasa diperhitungkan secara terpisah
dan ditambahkan pada periode interim di mana item ini dilaporkan. Gain dan loss untuk
pemberhentian operasi dan item luar biasa dilaporkan dalam laporan tahunan.
I. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 03 tentang Laporan Keuangan
Interim berlaku untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan laporan keuangan
interim oleh peraturan perundangan yang berlaku, misalnya: pasar modal, dan lain-
lain. Untuk industri yang telah diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) industri
yang bersangkutan secara khusus, misalnya perbankan, maka harus mengikuti standar khusus
tersebut.
Laporan keuangan interim meliputi: (1) neraca; (2) laporan laba/rugi; (3) saldo laba interim;
(4) laporan arus kas; dan (5) catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan interim harus
menyajikan secara komparatif dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Perhitungan
laba/rugi interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai dengan periode
interim terakhir yang dilaporkan (year-to-date).
Laporan keuangan interim harus menggolongkan aktiva sebagai kelompok lancar dan tidak
lancar, dan kewajiban sebagai kelompok jangka pendek dan jangka panjang sesuai laporan
keuangan tahunan. Kalau suatu aktiva dan kewajiban dapat atau harus direalisasikan dalam
jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca interim, maka aktiva tersebut digolongkan sebagai
lancar; atau kewajiban tersebut digolongkan sebagai jangka pendek; kalau tidak aktiva
tersebut digolongkan sebagai tidak lancar atau kewajiban tersebut digolongkan sebagai
jangka panjang.
Khusus untuk perusahan tertentu, antara lain bank dan asuransi, yang mempunyai metode
khusus dalam penggolongan aktiva, maka penggolongan aktiva harus dilakukan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.
J. PENGUNGKAPAN RINGKASAN DATA KEUANGAN INTERIM
Apabila perusahaan melaporkan ringkasan informasi keuangan pada tanggal laporan
keuangan interim, maka data berikut merupakan data minimum yang harus dilaporkan:
1. Pendapatan atau penjualan kotor, beban, estimasi pajak penghasilan, pos luar biasa (termasuk
pengaruh terhadap pajak penghasilan yang terkait), pengaruh kumulatif perubahan akuntansi,
perubahan akuntansi, dan laba bersih.
2. Data laba bersih per saham untuk setiap periode interim yang disajikan.
3. Pendapatan dan beban musiman.
4. Perubahan yang penting dalam taksiran pajak penghasilan.
5. Pelepasan suatu segmen usaha, pos luar biasa, transaksi tidak biasa, dan tidak sering terjadi.
6. Kewajiban kontinjen.
7. Perubahan akuntansi.
8. Perubahan yang material pada unsur laporan arus kas.
Laporan keuangan interim terakhir, misalnya laporan keuangan interim triwulan keempat,
tidak perlu disusun karena pada dasarnya laporan keuangan tersebut dapat digantikan dengan
laporan keuangan tahunan. Dalam hal laporan keuangan interim triwulan keempat hendak
diterbitkan, maka penerbitannya dilakukan bersamaan dengan penerbitan laporan keuangan
tahunan. Di samping itu, isi dari laporan keuangan interim triwulan keempat harus
merupakan selisih dari laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan interim sebelumnya
tahun yang bersangkutan.
K. SIMPULAN
Dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual surat berharga di pasar modal,
laporan keuangan interim menjadi semakin diperlukan pemakai laporan keuangan
membutuhkan laporan keuangan perusahaan secepat mungkin untuk memberikan gambaran
tentang kegiatan perusahaan. Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang
diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan.
Tuntutan pengungkapan untuk laporan interim ditemukan dalam APB Opinion Nomor 28 dan
diamandemen dalam FASB Statement Nomor 3 dan FASB Interpretation Nomor 18. Laporan
interim menyediakan informasi yang tepat waktu. Meskipun demikian, sebagian besar
informasinya didasarkan pada estimasi dan laporan yang tidak diaudit. Setiap laporan interim
merupakan bagian integral dari laporan tahunan. Laporan interim ditentukan berdasarkan
prinsip akuntansi yang digunakan dalam laporan tahunan tahun sebelumnya. Meskipun
demikian, beberapa modifikasi mungkin diperlukan untuk menyusun laporan interim sebagai
pelengkap laporan tahunan.
Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai