Evaluasi Kapasitas Tampung
Evaluasi Kapasitas Tampung
1)
KOTA MAKASSAR
Oleh:
2) 3)
Totok Prawitosari dan Ismail Idris
RINGKASAN
1)
Disajikan pada Konferensi Nasional Pusat Studi Lingkungan se Indonesia ke-
20 pada Tanggal 7 -9 Mei 2009 di Pekanbaru
2)
Dosen Program Studi Teknik Pertanian dan Staf Peneliti Pusat Penelitian
Lingkungan Hidup, Universitas Hasanuddin, Makassar
3)
Alumni Jurusan Teknik Pertanian Universitas Hasanuddin.
By:
ABSTRACT
Result of the research is know that based on dam sevice level constitus
storage capacity lack for the dam initial planning design 383.280 m 3 and dam
actual design 104.081 m3 and pampang regulation pond that has been
constructed there days can only serve rainvall causing flood with 12s year
period from the dam initial planning design for 20s year period, it means that
the waiting service level just 60% from the initial 8s till 9s year period
meaning that the waiting dam service level this time just around 80% to 90%.
Curah hujan yang turun dibeberapa wilayah Kota Makassar serta wilayah-wilayah
pendukung (Gowa-Maros) dari tahun ke tahun mempunyai intensitas yang bervariasi.
Curah hujan ini disamping memberikan keuntungan bagi masyarakat dan lingkungan
sekitarnya, juga menimbulkan kerugian apabila curah hujan tersebut tinggi dan mengakibatkan
bencana banjir. Curah hujan memang bukanlah safu-satunya penyebab terjadinya banjir
tetapi masih ada sebab-sebab lain misalnya : drainase yang tidak berfungsi baik dan
mencukupi, sampah, serta prilaku dan kepedulian masyarakat sekitar.
Pemerintah Kota Makassar menyadari dan secara berkala telah melakukan upaya-
upaya terencana, sistematik dan periode serta bersama instansi terkait untuk mencegah
terjadinya banjir dengan berbagai pembangunan dari mulai rehabilitasi saluran pembuang
(Jongaya dan Panampu) sampai pembangunan waduk tunggu yang diharapkan
mampu mencegah terjadinya banjir dengan periode ulang hujan rencana tertentu (20
tahun).
Pembangunan waduk tunggu telah selesai dilaksanakan, tetapi masih
menyisakan beberapa kendala non teknis (pembebasan tanah) yang pada akhirnya
menimbulkan kendala teknis yaitu tidak tersedianya lahan untuk waduk sesuai yang
dibutuhkan dalam perencanaan. Hal ini menimbulkan tanda tanya besar yaitu sampai
berapa besar waduk tunggu yang dibangun bisa melayani atau mengantisipasi banjir
yang mungkin timbul akibat curah hujan pada periode ulang tertentu yang telah
direncanakan.
Misalnya Al adalah luas daerah pengaruh pos 1, A2 luas daerah pengaruh pos
penakar 2 dan seterusnya. Jumlah A1+A2+....An = A adalah jumlah luas seluruh areal yang
dicari tinggi curah hujan rata-ratanya. Jika pos penakar 1 menakar tinggi hujan dl, pos
penakar 2 menakar d2 dan pos penakar n menakar dn, maka:
A1 d 1 A2 d 2 ........... AN d N
d
A1 A2 A3 ......... AN
N
A1 d 1 N
Ad
1 1
N 1 Ai N 1 A
Cara ini memberikan koreksi yang lebih terhadap kedalaman hujan sebagai
fungsi luas daerah yang dianggap diwakilidibandingkan dengan cara rata-rata al
jabar (Soewarno, 1995).
Xi X
n
2
S i 1
n 1
Hitung reduse variant
Tr 1
Yt ln ln
Tr
Hitung faktor frekuensi
Yt Yn
K
Sn
Hitung Xt (nilai curah hujan) dengan persamaan:
Xt X S .K
Distribusi Log Person Type III
Hitung nilai rerata dengan persamaan:
1
log X log Xt
n dengan persamaan
Hitung standar deviasi
S
logkepercayaan
Hitung koefisien
Xi log X
2
dengan persamaan
n 1
Cs n
Hitung logaritma
n
log Xi log X
Xt dengan persamaan
3
i 1 ( n 1)( n 2)( n 3)
Log Xt log X K .S
Hitung anti logaritma Xt (nilai curah hujan rencana) dengan persamaan
Xt anti log x
2. menentukan jenis distribusi yang digunakan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat
G
(Oi Ei) 2
Xn 2
i 1 Ei
3. menghitung curah hujan perencanaan berdasarkan distribusi yang terpilih
o Hidrograf satuan
Dianalisis menggunakan Persamaan
Persamaan Umum Hidrograph Nakayasu
1 Ro
QP x Ax
Untuk 0 <36t < Tp 0.3Tp T0.3
t
Untuk TpQ<d t<Q + TTp 2, 4
P *
(Tp 0,3)
t Tp
Qq QP x 0.3 T0.3
Qd QP x 0.3 1, 5T0.3
Qd Q p x 0,3 2T0.3
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa curah hujan maksimum rata-rata daerah
terjadi pada 4 Februari 2000 sebesar 290,32 mm dan curah hujan minimum terjadi
pada tanggal 1 Juni 1992 sebesar 53,22 mm. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan
intensitas hujan yang terjadi setiap tahunnya.
4.2.2 Curah Hujan Perencanaan
Curah hujan perencanaan dihitung dengan menggunakan analisis frekuensi yang
didasarkan pada metode distribusi yang digunakan. Analisis ini menggunakan distribusis
metode Gumbel dan Log Pearson Type III, dan untuk menentukan apakah persamaan
distribusi yang dipilih dapat memenuhi distribusi statistik sample data yang dianalisis
dilakukan uji kesesuaian dengan parameter penguji Chi-Kuadrat. Hasil perhitungan uji
kesesuaian distribusi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Regresi Hubungan antara Banjir pada Periode
Ulang dengan Volume Waduk yang Dibutuhkan
No Metode Persamaan Koef.
Korelasi
1. Linier Y = 20620,37 X + 926907,75 0,98
2. Logaritmik Y = 568670,261nX + 41 929,05 0,99
3 2
3. Polinomial Y = 7,42X - 1356.1X + 85408.87X + 1,00
478182,18
Sumber: Data DPSDA, 2007 Setelah Diolah
Suatu persamaan dapat digunakan apabila koefisien korelasi ~ 1 maka dari ketiga
persamaan diatas persamaan regresi polinomial yang paling memenuhi syarat tersebut
(Walpole, R.E., 1992).
Dengan menggunakan persaman regresi polinomiaJ yaitu V = 7,42 Tr -1356,1 Tr2 +
85408,87 Tr + 478182,18 diperoleh volume tampung yang dibutuhkan (Tabel 9)
Retention time dibutuhkan untuk menentukan lamanya air ditahan dalam waduk
hingga debit datang (Qin) yang akan masuk ke dalam saluran pembuangan (hilir
sungai Pampang) setara dengan debit maksimum padasaluran tersebut (Qout) sebesar
37 m3/dt. retention time ini berkenaan dengan sistem operasi pintu waduk. Yang hasilnya
dapat dilihat pada Gambar berikut:
waktu (jam)
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa Qin maksimal adalah 253,82 m3/dt
dan Qout adalah 37m3/dt, dan retention time yang dibutuhkan hingga Qin setara dengan
Qout adalah 8 jam (Lampiran 12).
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Berdasarkan perhitungan tingkat pelayanan waduk terdapat kekurangan daya tampung
untuk desain perencanaan awal waduk sebesar 383.280 m dan desain aktual waduk
sebesar 104.081 m3.
2. Waduk Tunggu Pampang yang dibangun saat ini hanya mampu melayani curah hujan
yang mengakibatkan banjir dengan periode 12 tahunan dari desain perencanaan awal
waduk periode 20 tahunan, ini berarti bahwa tingkat pelayanan waduk tunggu hanya 60%
dari rencana awal. Sedangkan untuk desain aktual waduk hanya mampu melayani
pada periode 8 sampai 9 tahunan yang berarti bahwa tingkat pelayanan waduk tunggu
saat ini berkisar antara 80% sampai 90 %
DAFTARPUSTAKA
Anonim a, 1994. Design Report, CTI Engineering Co.Ltd. In Assosiasion With Nippon KOEI
Co.Ltd.,PT. Indra Karya dan PT. Exsa Internasional, Ujung Pandan
Anonim b, 2003. Laporan Akhir Detail Desain Bendung dan Jaringan Irigasi DI Matajang.
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Direktorat Sumber Daya Air, Wilayah Timur.
Proyek Irigasi dan Rawa Andalan Sulawesi Selatan.
. Makassar
Anonim, 2007. Curve Fitting (Pencocokan Kurva), 1 April 200. Http://ft.uns . ac.
id/ts/kul_ol/ numerik/numerik 03_regresi: htm
Linsley, R. K. dan Franzini, J. B., 1994. Teknik Sumber Daya Air, Terjemahan oleh Djoko
Sasongko, Jilid-1 edisi ke-3. Erlangga. Jakarta.
Soewarno, 1995, Hidrologi Jilid I (Aplikasi Metode Statistik untuk Anattsa Data),
Nova, Bandung
Sosrodarsona, suryono, Takeda, K, 1987. Hidrologi Untuk Pengairan. PT. Pradnya Pramita,
Jakarta.