Anda di halaman 1dari 16

PEMANFAATAN WADUK BAJUL MATI

UNTUK MENGAIRI LAHAN PERTANIAN


DI KABUPATEN BANYUWANGI

Dosen Pengampu : Dr. Ir. Dandy Achmad Yani, M.M

Disusun Oleh:
Nama : Risang Abiseka Wijaya
NIM : 202110340311214

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 12 April 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Waduk merupakan salah satu sarana pemanfaatan sumber daya air yang memiliki
fungsi sebagai penyimpan dan penyedia air, baik sebagai bahan baku air bersih maupun
untuk irigasi. Suatu waduk penampung atau konservasi air dapat menahan air pada
kelebihan air pada masa-masa aliran air tinggi untuk digunakan selama masa kekeringan.
Berapapun ukuran suatu waduk atau apapun tujuan akhir dari pemanfaatan airnya, fungsi
utama dari suatu waduk ialah untuk menstabilkan aliran air, baik dengan arah pengaturan
persediaan air yang berubah-ubah pada suatu sungai alamiah, maupun dengan cara
memenuhi kebutuhan yang berubah-ubah dari para konsumen
Waduk berfungsi sebagai bangunan pengendali banjir yaitu menahan semua atau
sebagian air banjir dalam tampungannya dan mengalirkan sesuai kapasitas sungai.
Waduk Bajulmati adalah waduk yang terletak di perbatasan wilayah Kabupaten
Banyuwangi dengan Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Waduk
Bajulmati yang terletak diantara Gunung Baluran dengan Gunung Ijen ini dibentuk
dengan membendung Sungai Bajulmati sebagai sumber air utamanya. Adapun luas
Daerah Tangkapan Air (DTA) Waduk Bajulmati seluas 98,43 km2 . Waduk dengan luas
genangan 91,93 ha ini mampu menampung air dengan kapasitas maksimal 10.000.000
m3 . Waduk Bajulmati mencakup wilayah Desa Watukebo, Kecamatan Wongsorejo di
Kabupaten Banyuwangi dan Desa Wonorejo , Kecamatan Banyuputih di Kabupaten
Situbondo.
Waduk Bajulmati dimanfaatkan untuk irigasi, peningkatan penyediaan air irigasi
Waduk Bajulmati untuk menunjang intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian seluas
1.810 ha, di Daerah Irigasi Bajulmati yang terletak di Kabupaten Banyuwangi dan
Kabupaten Situbondo termasuk didalamnya untuk mengairi 600 ha lahan cetak sawah
baru di wilayah Kecamatan Wongsorejo.

1.2. Rumusan Masalah


1. Berapa besar kebutuhan air irigasi pada Daerah Irigasi Bajulmati sebelum dan
sesudah optimalisasi?
2. Berapa luas lahan maksimal untuk pertanian yang dapat diairi pada Daerah Irigasi
Bajulmati?
3. Bagaimana pola tanam sawah di Daerah Irigasi Bajulmati secara optimal sesuai
dengan ketersediaan air yang ada?

A. Tujuan Penelitian
1. Menganalisa besar kebutuhan air irigasi pada daerah Irigasi Bajul mati sebelum
dan sesudah optimalasi.
2. Menganalisa luas lahan maksimal untuk lahan pertanian yang dapat diairi pada
Daerah irigasi Bajulmati
3. Mengoptimalkan pola tanam sawah di daerah irigasi Bajulmati sesuai dengan
ketersediaan air yang tersedia

B. Manfaat Penelitian

1. Untuk mendapatkan gambaran pengaruh penambahan debit air irigasi pada


Daerah Irigasi Bajulmati, sehingga dapat meningkatkan intensitas tanam.

2. Dapat dijadikan bahan evaluasi atau kajian oleh instansi yang berwenang dalam
pelaksanaan pemberian air irigasi di Daerah Irigasi Bajulmati.

C. Batasan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Lokasi studi adalah Daerah Irigasi Bajulmati yang rencananya air dari Waduk
Bajulmati yang terletak di Desa Bajulmati, Desa Sidodadi, dan Desa
Sumberkencono Kecamatan Wongsorejo Kabupaten Banyuwangi akan dialirkan
ke Dam Bajulmati untuk seterusnya mengalir menuju saluransaluran irigasi guna
mengairi lahan-lahan pertanian.
2. Pemanfaatan air dari Waduk Bajulmati hanya untuk keperluan irigasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Umum
2.1.1. Debit Inflow
Debit inflow adalah debit air yang masuk kedalam tampungan
waduk/bendungan pada periode tertentu. Debit inflow yang masuk tidak hanya
hujan saja melainkan debit dari hulu yang masuk secara kumulatif. Debit iflow
yang masuk kedalam outflow tidak bisa ditolak, oleh karena itu bendungan harus
bisa mengontrol air yang masuk agar tidak keluar secara percuma.
2.1.2. Lengkung Kapasitas Waduk
Lengkung kapasitas waduk adalah suatu kurva yang menghubungkan antara
luas permukaan air, volume, dengan elevasi. Fungsi lengkung kapasitas waduk ini
adalah untuk mengetahui besaran volume elevasi tertentu, sehingga dapat
ditemukan ketinggian muka air pada elevasi tertentu.
Dari persamaan lengkung kapasitas waduk dapat ditentukan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
a 1+a 2
∆ v= ∆h
2
Dimana :
∆v : volume tampungan total (m3)
A1+a2 : luas area pada kontur (m2)
∆h : beda tinggi antar 2 kontur (m)
2.2. Analisa Klimatologi
2.2.1. Evaporasi
Evaporasi adalah proses terjadinya molekul-molekul yang keluar dari
permukaan lebih besar dari pada jumlah yang Kembali ke permukaan air. Faktor-
faktor yang mempengaruhi besarnya evaporasi sebagai berikut (Soemarto, 1986,
p,43):
1. Radiasi Matahari
2. Angin
3. Kelembapan relatif
4. Suhu (temperatur)

2.2.2. Evapotranspirasi Potensial


Evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang terjadi apabila
tersedia cukup air (dari irigasi) untuk memenuhi pertumbuhan optimum. Salah
satu cara untuk menghitung evapotranspirasi potensial adalah dengan
menggunakan metode penman, yang membutuhkan data sebagai berikut:
 t : suhu udara
 RH : kelembapan relatif
 n/N : kecerahan matahari
 u : kecepatan angin
 L/L : letak lintang daerah yang dituju
Adapun rumus-rumus untuk mendapatkan evapotranspirasi dengan cara
menggunakan metode penman modifikasi sebagai berikut :
Eto=Eto∗x c
Eto∗¿ W ( 0,75 Rs−Rn 1 )+ (1−W ) x f ( u ) x (ea x ed)
Dimana :
Eto : evapotranspirasi potensial sebelum (mm/hari)
Eto* : evapotranspirasi potensial sebelum dikoreksi (mm/hari)
c : angka koreksi penman yang besarnya mempertimbangkan perbedaan
kecepatan angin (u) untuk siang dan malam
w : faktor yang berhubungan dengan suhu dan elevasi
Rs : radiasi gelombang pendek (mm/hari)
Rn1 : radiasi bersih gelombang Panjang (mm/hari)
u : kecepatan angin
ea : perbedaan tekanan uap jenuh dengan uap yang sebenarnya
ed : tekanan uap
2.3. Analisis Kebutuhan Air Irigasi
Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan tanaman dan kehilangan air. Kebutuhan air irigasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktorfaktor yang mempengaruhi kebutuhan air irigasi adalah:

1. Jenis dan variasi tanaman. Jenis tanaman yang umumnya ditanam adalah padi, tebu
dan palawija. Variasi tanaman pada umumnya dikelompokkan menjadi tiga musim
tanam dalam setahun. Dari jenis dan variasi tanaman akan terbentuk suatu pola tanam
yang akan disusun berdasarkan debit andalan yang tersedia.

2. Variasi koefisien tanaman, tergantung pada jenis dan tahap pertumbuhan dari tanaman.
Faktor koefisien tanaman digunakan untuk mencari besarnya air yang habis terpakai
untuk tanaman pada masa pertumbuhannya. Koefisien tanaman (Kc) untuk tanaman
padi dan palawija

2. Areal tanam Areal tanam yaitu luas lahan yang yang menjadi daerah aliran irigasi.
Luasan areal tanam akan mempengaruhi besarnya kebutuhan air irigasi

3. Sistem golongan Sistem golongan yaitu dengan membagi suatu daerah irigasi
menjadi beberapa golongan dan kemudian menentukan kapan dimulainya persiapan
pengolahan lahan untuk masingmasing golongan. Selang waktu pegolahan tanahnya
yaitu 10 atau 15 hari.

5. Perklorasi.
Perkolasi merupakan gerakan air mengalir ke bagian moisture content atas yang lebih
dalam sampai air tanah. Laju perkolasi sangat tergantung kepada sifat-sifat tanah.
Pada tanah lempung berat dengan karakteristik pengolahan yang baik, laju perkolasi
dapat mencapai 1-3 mm/hari. Pada tanah-tanah yang lebih ringan, laju perkolasi bisa
lebih tinggi. Dari hasil-hasil penyelidikan tanah pertanian, besarnya laju perkolasi
serta tingkat kecocokan tanah untuk pengolahan lahan dapat ditetapkan dan
dianjurkan pemakaiannya. Guna menentukan laju perkolasi, tinggi muka air tanah
juga harus diperhitungkan. Perembesan terjadi akibat meresapnya air melalui tanggul
sawah.
6. Kebutuhan air untuk mengganti lapisan air (WLR). Penggantian lapisan air diperlukan
untuk mengurangi efek reduksi pada tanah dan pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air
untuk mengganti lapisan air ditetapkan berdasarkan Standar Perencanaan Irigasi 1986,
KP-01. Besar kebutuhan air untuk penggantian lapisan air adalah 50 mm/bulan (atau
3,3 mm/hari selama ½ bulan) selama sebulan dan dua bulan setelah transplantasi.

7. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan. Perhitungan kebutuhan air selama penyiapan
lahan perlu memperhatikan jenis tanaman, usia tanaman sampai dengan panen, pola
tanam, efisiensi irigasi, lama penyinaran malam dan lain-lain.
Berikut rumus untuk menentukan kebutuhan air selama penyiapan lahan :

k k
PL=M x c (c −1)

Dimana :
PL : kebutuhan air selama penyiapan lahan (mm/hari)
M :kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air akibat evaporasi dan juga
perkolasi yang sudah dijenuhkan

M =E 0+ P

Dimana :
E0 : evaporasi air terbuka yang diambil 1,1 x Eto selama penyiapan lahan
(mm/hari)
P : perkolasi (mm/hari)

K= M x T /S

Dimana :
T : jangka waktu penyiapan lahan (hari)
S : kebutuhan air untuk penjenuhan ditambah dengan lapisan air 50 mm

8. Kebutuhan Air Konsumtif Kebutuhan air untuk tanaman di lahan diartikan sebagai
kebutuhan air konsumtif dengan memasukkan factor koefisien tanaman (kc).
9. Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi dihitung sebagai Net Field Requirement
(NFR). Untuk rumusannya adalah sebagai berikut:
• Kebutuhan air irigasi untuk padi. NFR = ETc + P – Re + WLR
• Kebutuhan air irigasi untuk palawija. NFR = ETc + P – Re
dimana:
NFR = Kebutuhan air di sawah (mm/hari).
ETc = Kebutuhan air konsumtif (mm).
P = Kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari).
Re = Curah hujan efektif (mm/hari).
WLR = Penggantian lapisan air (mm/hari).

10. Efisiensi Irigasi (EI) Efisiensi irigasi adalah factor penentu utama pada sebuah sistem
jaringan irigasi. Efisiensi irigasi terdiri dari efisiensi pengaliran yang biasanya terjadi
di jaringan utama dan efisiensi di jaringan sekunder (dari bangunan pembagi sampai
petak sawah). Nilai ini didasarkan pada asumsi bahwa sebagian jumlah air yang 31
diambil akan hilang baik di saluran maupun di petak sawah. Kehilangan tersebut
disebabkan oleh kegiatan eksploitasi, evaporasi dan rembesan. Oleh karena itu,
pemberian air di bangunan pengambilan harus memperhitungkan efisiensi irigasi
sehingga pemberian air harus lebih besar dari kebutuhan air di sawah.

11. Kebutuhan Air di Pintu Pengambilan (Intake).


Kebutuhan air di pintu pengambilan dapat diketahui dengan rumus:
𝑫𝑹 = 𝑵𝑭𝑹 𝟖,𝟔𝟒 𝑬𝑰 (2.32) dimana :
DR = Kebutuhan air di pintu pengambilan (l/dt/ha).
NFR = Kebutuhan air di sawah (mm/hari).
EI = Efisiensi irigasi (%). 1/8,64 = Angka konversi satuan dari mm/hari ke lt/dt/ha.

2.3.1. Curah Hujan Rata-Rata


Curah hujan pada suatu daerah yang luas memiliki intensitas yang berbeda-
beda. Curah hujan pada suatu daerah yang memiliki titik pengamatan curah hujan
lebih dari satu maka harus dihitung nilai curah hujan rata-ratanya. Metode yang
dapat digunakan untuk menghitung curah hujan rata-rata, yaitu metode rerata
aljabar dan metode Thiessen.
1. Metode Rerata Aljabar
Metode ini adlah yang paling sederhana untuk menghitung hujan rerata
pada suatu daerah. Pengukuran yang dilakukan di beberapa stasiun dalam
waktu yang bersamaan dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah stasiun.
Stasiun yang digunakan dalam hitungan biasanya adalah yang berada dalam
DAS, tetapi stasiun di liar DAS yang masih berdekatan juga bisa
diperhitungkan (Triatmodjo, 2013).
Adapun rumus untuk menghitung curah hujan metode rerata aljabar sebagai
berikut :
P 1+ P 2+ P 3 … .. Pn
P=
n
Dimana :
P : rerata curah hujan (mm/bulan)
Pn : curah hujan ke n (mm/bulan)
n : Jumlah data n
2. Metode Thiessen
Metode ini mempertimbangkan bobot dari masing-masing stasiun
yangmewakili luasan di sekitar. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujana adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat,
sehingga hujan tercatat pada suatu stasiun mewakili stasiun tersebut. Metode
ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang ditinjau tidak
merata. Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan memperhitungkan
daerah pengaruh dari tiap stasiun (Triatmodjo, 2013).

Adapun rumus untuk menghitung curah hujan metode Thiessen sebagai


berikut:
A 1. P 1+ A 2. P 2+ A 3. P 3 … .. An . Pn
P=
A 1+ A 2+… . An
Dimana :
P : rerata curah hujan (mm)
An : luas daerah yang mewakili stasiun n
Pn : hujan pada stasiun n
2.3.2 Analisa curah Hujan Efektif
Curah hujan efektif adalah hujan yang diharapkan terjadi selama satu musim
tanam berlangsung. Besarnya curah hujan ini diperoleh dari pengolahan data
curah hujan harian dari hasil pengamatan pada stasiun curah hujan area irigasi.
Sebelum menentukan curah hujan efektif, terlebih dahulu menentukan curah
hujan andalan yaitu curah hujan dirata-rata 10 tahunan. Dimana untuk
mendapatkan R maka dilakukan analisis frekuensi hidrologi.
Untuk menghitung Analisa curah hujan efektif menggunakan metode basic
month dengan cara :

n
R 80 +1
5

Dimana :
R80 : curah hujan andalan dengan probabilitas 80% (mm)
n : jumlah data n
Untuk tanaman padi nilai curah hujan efektifnya dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut :

Rc=0,7 x R 80 + 1

Sedangkan untuk tanaman palawija nilai curah hujan efektifnya dapat


dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Rc=0,5 x R 80+ 1
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian


Penelitian dalam pembahasan laporan ini dilakukan di Waduk Bajulmati yang berada
di perbatasan antara Kabupaten Banyuwangi dengan Kabupaten Situbondo, tepatnya di
Kecamatan Wongsorejo. Kondisi umum topografi Waduk Bajulmati adalah aliran Keser
yang diapit perbukitan gunung Ijen dan Gunung Baluran.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Pada penelitian ini menggunakan data primer berupa kondisi bending dan bangunan
jaringan irigasi di lapangan. Selain itu data sekunder juga diperlukan yang didapat dari
dinas terkait.
3.3 Analisis Data
Tahap analisis dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dengan tahap-tahap sebagai
berikut:
1. Menghitung kdebit inflow waduk Bajulmati.
2. Menghitung kebutuhan air yang diperlukan untuk mengairi lahan irigasi dengan
mengikuti Langkah-langkah yang terdapat pada sub bab II.
3. Kesimpulan dan saran
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Dalam penelitian ini tahapan-tahapan pelaksanaannya adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
2. Studi Literatur
3. Pengumpulan data
4. Analisis data
5. Kesimpulan dan saran
3.5 Bagian Akhir Penelitian

Mulai

Studi Survey
Pustaka Lokasi

Identifikasi Pengumpulan
Masalah Data Primer
dan Sekunder

Identifikasi Identifikasi Identifikasi Identifikasi


Masalah Masalah Masalah Masalah

Identifikasi Identifikasi
Masalah Masalah

Identifikasi Kebutuhan
Masalah air untuk
tanaman

Kebutuhan
air untuk
tanaman

Saluran
kebutuhan air

Optimasi kebutuhan
air irigasi

Kesimpulan dan
saran
Selesai

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pengoptimalan fungsi pegelolaan waduk merupakan salah satu cara agar sumber daya air
dapat dikelola secara optimal. Fungsi waduk sejatinya adalah sebagai penyimpan dan
penyedia air. Ketersediaan air dalam waduk diharapkan mampu untuk memenuhi
kebutuhan sesuai fungsinya baik sebagai waduk eka guna maupun waduk multi guna.
Kebutuhan tersebut antara lain, kebutuhan air baku, kebutuhan air irigasi hingga
pembangkit listrik tenaga air.

4.2. Saran
Berikut saran yang dapat penulis berikan dalam pengerjaan tugas akhir ini, antara lain
sebagai berikut:
1. Apabila hasil optimasi pada tugas akhir ini akan diterapkan pada wilayah studi, maka
perlu dilakukan tinjauan ulang dengan jangka waktu lebih lama terkait simulasi
operasi waduk.
2. Bagi pihak lain yang berminat mendalami subjek ini dapat memperhitungkan debit
inflow waduk dari perhitungan lain. 3. Perlu ada tinjauan mengenai masalah
sedimentasi di waduk karena dikhawatirkan dapat berdampak terhadap pemanfaatan
air dari Waduk Bajulmati.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Nadjadji. 2001. Analisis Sistem Untuk Teknik Sipil. Surabaya : Teknik Sipil ITS.
Anwar, Nadjadji. 2012. Rekayasa Sumber Daya Air. Surabaya : ITS Press.
Atlas., Mei. 2010. Curah Hujan Rata-Rata, (Diakses pada 18 Januari 2017 pukul 18.31 WIB).
Balai Besar Wilayah Sungai Brantas. 2016. Data Teknis Waduk Bajulmati. Surabaya : Balai
Besar Wilayah Sungai Brantas.
Departemen Pekerjaan Umum Pengairan. 1986. Standar Perncanaan Irigasi KP-01. Bandung :
CV Galang Persada.
Hadisusanto, Nugroho. 2010. Aplikasi Hidrologi. Malang : Jogja Media Utama.
Hernata, Mohamad Fajrin. 2016. Tugas Akhir Optimasi Pemanfaatan Embung Tlambah di
Kecamatan Karang Penang, Kabupaten Sampang-Madura untuk Jaringan Irigasi dan
Kebutuhan Air Baku. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Indarto. 2012. Hidrologi: Metode Analisis dan Tool untuk Interpretasi Hidrograf Aliran
Sungai. Jakarta : Bumi Aksara.
Indriyani, Dwi. 2008. Proposal Tesis Optimasi Operasional Waduk Wonorejo sebagai Waduk
Serbaguna Menggunakan Program Dinamik. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.

Anda mungkin juga menyukai