Anda di halaman 1dari 10

MITOKONDRIA SEBAGAI PENGHASIL ATP

TIM PENYUSUN:
1. FISKA FABELIA ELWANDA 201610220311139
2. PIPIT WULANSARI 201610220311140
3. MAGHFIRA AL VARIZMA H. 201610220311141
4. BELGIES SIMAY SINARAE 201610220311142
5. MASYRUROTUL M. 201610220311143

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


BAB I
ABSTRAK

Mitokondria merupakan organel berbentuk silinder dengan


panjang 1-10 m , dan diselubungi dua membran (membran
luar dan membran dalam). Membran dalam mitokondria
berlekuk-lekuk, disebut Krista. Krista memperluas permukaan
membran sehingga dapat meningkatkan produktivitas respirasi
sel. Membran dalam membentuk dua ruangan internal
mitokondria, yaitu ruangan sempit intermembran serta ruangan
matriks yang berisi enzim respirasi sel, ribosom, DNA, dan RNA.
Mitokondria disebut organel semiotonom karena memiliki DNA
yang dapat mengatur sintesis protein yang dilakukan oleh
ribosom di dalam organel tersebut. Di dalam suatu sel terdapat
satu hingga ribuan mitokondria, bergantung pada tingkat
aktivitas sel tesebut. Mitokondria berperan dalam repirasi sel
atau metabolisme energy di dalam sel yang dapat menghasilkan
ATP. Di mitokondria terjadi respirasi seluler, respirasi seluler
terbagi menjadi 4 yaitu glikolisis,dekarboksilasi oksidatif piruvat,
dan siklus krebs.
BAB II
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tiap organisme atau makhluk hidup memiliki ukuran yang
berbeda-beda. Semakin besar ukuran organisme itu, maka sel penyusunnya
semakin banyak. Tubuh kita tersusun atas bermilyar sel. Sel didefinisikan
sebagai unit struktural dan fungsional terkecil yang menyusun makhluk
hidup. Dalam menjalankan fungsinya, sel dilengkapi dengan bagian-
bagian sel yang disebut dengan organel. Salah satu organel yang penting
dalam sel adalah mitokondria.Mitokondria adalah organel yang
berperan sebagai pabrik energi yang menghasilkan energi bagi sel dalam
bentuk ATP. Senyawa organik sepeti glukosa menyimpan energi pada
pengaturan mereka di atom. Molekul ini dipecah menjadi dan di
digunakan di pernapasan seluler (katabolisme cara paling efisien untuk
menghasilkan ATP. Di mitkondria pernapasan selular, electron dikiri dari
glukosa ke koenzim seperti NAD+ dan akhirnya ke oksigen.
Mitokondria memiliki struktur yang kecil, dan tersusun atas
bagian. Komposisi utama dari mitokondria sendiri adalah protein. Di
dalam mitokondria, untuk membentuk energi, terjadi proses yang disebut
respirasi seluler, respirasi seluler ini terbagi menjadi 4 yaitu glikolisis,
fermentasi, dekarboksilasi oksidatif piruvat, dan siklus krebs atau dikenal
pula sebagai siklus asam sitrat. Hampir semua ATP dihasilkan oleh
pernapasan seluler rangkai angkut elektron dan oxidative phophorylation.
NADH dan FADH2 molekul dihasilkan pada glikolisis dan siklus krebs
dimana elektron mereka ke rangkai elektron. Pada akhir transpor elektron
dihasilkan 36 ATP. Hasil dari mitokondria seperti memindahkan tangan
atau detak jantung kita, setiap tindakan membutuhkan energi. Energi
disimpan dalam ATP (adenosine trifosfat) molekul yang di mitokondria
melalui fosforilasi oksidatif. Meskipun mitokoondria ditemukan disetiap
sel, mereka ditemukan dalam konsentrasi tinggi di dalam sel otot yang
membutuhkan lebih banyak energi.
BAB III
METODE PENULISAN

Berdasarkan hipotesis endosimbiosis mitokondria berasal dari sel eukariot


yang bersimbiosis dengan prokariot (bakteri) sehingga membentuk organel sel
(Marguillis,1981). Adanya DNA pada mitokondria menunjukkan bahwa dahulu
mitokondria merupakan entitas yang terpisah dari sel inangnya dan hipotesis ini
ditunjang oleh beberapa kemiripan mitokondria. Mitokondria ini menyerupai
bakteri mulai dari bereproduksi dengan cara membelah diri menjadi 2, memiliki
sistem genetik sendiri, dan memiliki ribosom. Ribosom mitokondria lebih mirip
dengan bakteri dibandingkan dengan ribosom yang dikode oleh inti sel eukariotik
( Cooper, 2000). Pada proses pembentukan ATP melalui proses aerobik terjadi
pada organel sel yang disebut mitokondria untuk menambah kedalaman
pembahasan, selain proses pembentukan ATP intra-mitokondria. Pada proses
dalam mitokondria dihasilkan 36 ATP (Fos, 1998,Fox dan Bowers, 1993,
Amstrong1995, Harper, 1996, Guiton, 1999, Ganong, 1999). Begitu besarnya ATP
yang dihasilkan maka Mitokondria dikenal juga sebagai pabrik energi.Meskipun
morfologi mitokondria dari sel ke sel bervariasi, namun tiap mitokondria pada
dasarnya mempunyai struktur menyerupai sosis. Yang mempunyai membran luar
(outer membrane) dan membran dalam (inner membrane) yang berlipat-lipat
membentuk rak yang disebut cristae. Ruang yang terdapat diantara dua membran
dinamakan ruang intra cristae atau inter membrane. Dan ruang yang terdapat disisi
inner membrane dinamakan ruang matriks.( sheeler bianchi,1996)
BAB IV

HASIL DAN DISKUSI

Kami setuju dengan pendapat : Pada proses pembentukan ATP melalui


proses aerobik terjadi pada organel sel yang disebut mitokondria untuk menambah
kedalaman pembahasan, selain proses pembentukan ATP intra-mitokondria. Pada
proses dalam mitokondria dihasilkan 36 ATP (Fos, 1998,Fox dan Bowers, 1993,
Amstrong1995, Harper, 1996, Guiton, 1999, Ganong, 1999). Begitu besarnya ATP
yang dihasilkan maka Mitokondria dikenal juga sebagai pabrik energi. Kami
menggaris bawahi pada kalimat: dalam mitokondria dihasilkan 36 ATP, begitu
besarnya ATP yang dihasilkan maka Mitokondria dikenal sebagai pabrik energi.
Pembentukan ATP pada mitokondria dihasilkan melalui proses aerobik yang
dibagi menjadi glikolisis, siklus krebs, transport elektron sehingga terbentuk ATP
yang banyak.
Glikolisis Aerobik, Reaksi pertama adalah pemecahan glikogen menjadi
CO2 dan H2O disebut glikolisis. Pada dasarnya, hanya terdapat satu perbedaan
antara proses glikolisis anaerobic dengan aerobic, yaitu pada glikolisis aerobic
tidak terjadi akumulasi asam laktat (Coyle, 1984). Dengan kata lain, terdapatnya
oksigen menghambat terbentuknya asam laktat, tetapi tidak terjadi proses
pembentukan kembali ATP. Dalam glikolisis, hasil akhinya berupa dua molekul
asam piruvat, dua ATP dan 4H. Secara singkat dapat dituliskan dalam rumus kimia
berikut:

Glukosa + 2 ADP + 2PO4 2 Asam piruvat + 2 ATP + 2ATP dan 4H

Dekarboksilasi oksidatif adalah reaksi yang mengubah asam piruvat yang beratom
3 C menjadi senyawa baru yang beratom C dua buah, yaitu asetil koenzim-A
(asetil ko-A). Reaksi dekarboksilasi oksidatif ini (disingkat DO) sering juga
disebut sebagai tahap persiapan untuk masuk ke siklus Krebs. Reaksi DO ini
mengambil tempat di intermembran mitokondria. Setelah melalui reaksi glikolisis,
jika terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat akan menjalani
tahapan reaksi selanjutnya, yaitu siklus Krebs yang bertempat di matriks
mitokondria. Jika tidak terdapat molekul oksigen yang cukup maka asam piruvat
akan menjalani reaksi fermentasi. Akan tetapi, asam piruvat yang mandapat
molekul oksigen yang cukup dan akan meneruskan tahapan reaksi tidak dapat
begitu saja masuk ke dalam siklus Krebs, karena asam piruvat memiliki atom C
terlalu banyak, yaitu 3 buah. Persyaratan molekul yang dapat menjalani siklus
Krebs adalah molekul tersebut harus mempunyai dua atom C (2 C). Karena itu,
asam piruvat akan menjalani reaksi dekarboksilasi oksidatif. Pertama-tama,
molekul asam cuka yang dihasilkan reaksi glikolisis akan melepaskan satu gugus
karboksilnya yang sudah teroksidasi sempurna dan mengandung sedikit energi,
yaitu dalam bentuk molekul CO2. Setelah itu, 2 atom karbon yang tersisa dari
piruvat akan dioksidasi menjadi asetat (bentuk ionisasi asam asetat). Selanjutnya,
asetat akan mendapat transfer elektron dari NAD+ yang tereduksi menjadi
NADH. Kemudian, koenzim A (suatu senyawa yang mengandung sulfur yang
berasal dari vitamin B) diikat oleh asetat dengan ikatan yang tidak stabil dan
membentuk gugus asetil yang sangat reaktif, yaitu asetil koenzim-A, yang siap
memberikan asetatnya ke dalam siklus Krebs untuk proses oksidasi lebih lanjut.
Selama reaksi transisi ini, satu molekul glukosa yang telah menjadi 2 molekul
asam piruvat lewat reaksi glikolisis menghasilkan 2 molekul NADH.Asam piruvat
yang terbentuk kemudian dikonversi menjadi molekul asetikoenzim A (asetil
KoA).
Dalam proses konversi ini, tidak terbentuk ATP, tetapi 4 atom hydrogen yang
dilepaskan akan membentuk 6 molekul ATP jika keempat atom hydrogen tersebut
di oksidasi, seperti yang akan dibahas dalam siklus asam sitrat atau siklus Krebs.
Siklus Asam Sitrat atau Siklus Krebs. Tahap selanjutnya dalam degradasi
molekul glukosa dalam mitokondria disebut siklus asam sitrat. Siklus ini
merupakan suatu urutan reaksi kimia dimana gugus asetil dari asetil-KoA dipecah
menjadi karbon dioksida dan atom hydrogen. Reaksi ini terjadi di dalam matrik
mitokondria. Pemecahan asam piruvat menjadi CO 2 dan H2O di dalam
mitochondria dengan mempergunakan O2.Setiap molekul asam piruvat kehilangan
atom karbon dan 2 atom oksigen sebagai CO 2. Pada bersamaan setiap molekul
asam piruvat dioksidasi dengan adanya NAD+, dan kehilangan 2 elektron dan 2
ion H. Elektron sangat penting untuk produksi ATP. Dua molekul karbon yang
tersisa setelah setiap molekul asam piruvat kehilangan CO2, elektron dan ion
hidrogen dinamakan kelompok asetil dan kemudian bergabung dengan kelompok
lain dinamakan Ko enzim A (Co A) untuk membentuk asetil Ko A. (reaksi A).
Setiap molekul asetil Ko A kemudian masuk ke reaksi rangkaian daur yang
dinamakan daur kreb. Pada gambar dapat dilihat bahwa Asetil Ko A bergabung
dengan asam oksaloasetat dan kehilangan molekul koenzim A. Hasil reaksinya
molekul Asam sitrat. Asam sitrat kemudian dikonversi menjadi asam sis-asonitat
dan selanjutnya diubah menjadi asam isositrat. Reaksi B Asam isositrat (dengan
bantuan pengangkut elektron, NAD+) menjadi asam oksalosuksinat. Pada reaksi
C Asam oksalosuksinat melepaskan molekul CO2 dan menjadi asam Alfa-
ketoglutarat. Pada reaksi D dilepaskan kembali karbon yaitu pada waktu asam
alfa-ketoglutarat mengalami oksidasi dengan NAD+ dan kehilangan CO2 ketika
menghasilkan 1 ATP. Didalam reaksi E pengangkut elektron adalah FAD
(Flavin Adenin Denukleotida).
Pada reaksi F Asam oksaloasetat mengalami regenerasi dan dapat dimulai
dengan yang baru lagi. Untuk menghasilkan sejumlah ATP yang lebih besar
melalui pemecahan asam piruvat secara aerobik, elektron dan ion hidrogen
dikeluarkan ke perangkat elektron NAD dan FAD dan harus diangkut ke oksigen
melalui sistem transport electron
Sistem Tranpor Elektron (ETS. Setelah siklus asam sitrat selesai maka
proses selanjutnya adalah system transpor electron (ETS). penjelasan rangkaian
reaksi di atas sebagai berikut: Pada sistem transport elektron ion hidrogen dan
elektron ditransfer dari persenyawaan yang satu ke persenyawaan berikutnya.
Energi kimia dibebaskan pada 3 langkah (A, D, G) untuk menyediakan energi
dalam pembentukan ATP dari ADP dan kelompok fosfat. Hilangnya elektron
(oksidasi) pada waktu mengalami berbagai persenyawaan adalah bertanggung
jawab untuk mengikat fosfat (fosforilasi) terhadap ADP untuk membentuk ATP di
dalam mitokondria berhubungan dengan oksidasi molekul yang berurutan dua
dalam sistem transport elektron yang diketahui sebagai fosforilasi oksidasi
(oxidative phosphorylation). Proses ini menyediakan jumlah ATP yang terbesar
untuk kontraksi otot. Reaksi A terjadi oksidasi NADH dan pada reaksi B
adalah Flavoprotein H2 yang mengalami reaksi pada A, sekarang mengalami
oksidasi. Dari sini sampai langkah H hanya elektron yang ditransfer diantara
persenyawaan, sedangkan 2 ion hidrogen (H+) yang telah terikat ke flavoprotein
H2 sekarang masuk ke dalam larutan dan dapat dipergunakan lagi pada H, pada
reaksi oksidasi-reduksi.
Oksigen dari darah menerima 2 elektron dari persenyawaan G (cytochrome
oxidase) dan bergabung dengan larutan ion Hidrogen (H+) untuk membentuk air
(H2O). Berdasarkan dari keterangan proses pembentukan ATP secara aerobic
intra-mitochondria di atas, maka dapat disederhanakan tentang jumlah ATP yang
dihasilkan oleh tiap Reaksi, yaitu sebagai berikut:
Proses Hasil
Glikolisis 2 asam piruvat, 2 ATP, 2 NADH
Dekarboksilasi Oksidatif 2 asetil Ko A, 2 CO2, 2 NADH
Siklus krebs 6 NADH, 2 CO2,2 FADH2, asam sitrat
Transpor elektron 36 ATP

Sedangkan rangkaian keseluruhan dalam proses pembentukan ATP dari


pemecahan glukosa di dalam mitokondria adalah sebagai berikut: ATP dari
pemecahan Glukosa secara Aerobik. Adaptasi Mitokondria Terhadap Latihan
Aerobik. Penelitian pertama kali yang dilakukan pada tikus muda yang latih
dengan berlari di treadmill selama 5 hari/minggu telah berhasil menunjukkan
bahwa latihan aerobic berpengaruh dalam peningkatan jumlah mitokondria dalam
otot skelet (Holozzy, 1967). Untuk memberikan peningkatan yang berarti,
kecepatan dan durasi latihan ditingkatkan secara bertahap, Setelah tiga minggu,
tikus berlari dengan kecepatan 31m/menit, dengan suduk kemiringan treadmill 80,
dan total waktu berlari 120 menit per hari. Latihan dilakukan secara interval
dengan 12 kali interval, 10 persesi, istirahat 30 detik diantara sesi interval dan
kecepatan interval lari 42 m/menit. Hasil dari penilitian ini adalah terjadi
peningkatan kemampuan dayatahan aerobic yang sangat besar.
Penemuan hasil tersebut didukung dengan ditemukan bukti bahwa jumlah
mitokondria dalam sel otot skelet menjadi lebih banyak dari pada sebelum latihan
(Coyle, dkk. 1984) . Selain itu, Succinate dehidrogenase, NADH
dehidrogenase, NADH-cytocrom c reductase, dan aktivitas cytocrom oksidase per
gram otot meningkat duakali lipat sebagai respon atas latihan yang telah dilakukan
(Holozzy, 1967). . Konsentrasi cytocrom c juga meningkat duakali lipat, ini
merupakan bukti bahwa protein enzim dalam mitokondria juga meningkat. Jumlah
total protein dalam mitokondria meningkat 60%. Secara umum peningkatan
kapasitas respirasi sel meningkat, karena meningkatnya tingkat respon enzyme
terhadap aktivasi, transport, dan oksidasi asam lemak. Enzim yang digunakan
dalan oksidasi keton, sklus asam sitrat juga meningkat.
Sedangkan perubahan komposisi mitokondria, selain peningkatan enzim
yang mencapai tiga kali lipat, adalah peningkatan protein motokondria seperti
creatine kinase, adenylate kinase, dan alfa-glyserophosphate dehydrogenase yang
berperan dalam peningkatan kapasitas respirasi otot (Coyle, dkk. 1984).
Peningkatan komposisi ini, membuat mitokondria tampak lebih besar. Tubuh
manusia berkerja dua system energi utama yaitu system energi anaerobic dan
aerobic. Aktivitas dalam suatu cabang olahraga, sangat bervariasi otot. Hal ini
menyebabkan jenis system energi predominan dalam tiap cabang olahraga juga
berbeda. Dengan mengetahui system energy yang bekerja dalam cabang olahraga
tertentu, maka latihan tidak akan menjadi sia-sia (Bompa, 1999).
KESIMPULAN

Pembentukan ATP pada mitokondria dibagi menjadi 2 yaitu, Aerob dan


Anaerob. Pada proses aerob dibagi lagi menjadi beberapa proses yaitu glikolisis,
dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, transport elektron. Dan menghasilkan 36
ATP. Dan proses anaerob dibagi menjadi proses fermentasi asam laktat dan
fermentasi alkohol yang menghasilkan ATP lebih sedikit dibanding proses aerob.
Siklus anerob terjadi di mitokondria sedangkan siklus anaerob sitoplasma.
DAFTAR PUSTAKA

Marguilis, L., (1981), Symbiosis In Cell Evolution, W.H. Freeman and Company
Coyle (1984). Adaptations of Skeletal Muschle to Endurance Exercise and their
Metabolic
Childs, G.V. cell biology. 1998. The university of texas medical branch
Reksoadmojo, S.M.I. 1993. Bologi sel. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi DIKTI, proyek pembinaan tenaga
kependidikan tinggi.
Adnan.2011. biologi sel (struktur dan fungsi sel). Universitas Negri Mkasar:
Makasar
Kinball, Jhon W. 1983. BIOLOGI JILID 1 Jakarta: Erlangga
Campbell, dkk. 2002. Biologi edisi 5 jilid 1. Jakarta: Erlangga
Arnoult, D.,2007 Mitocondrial Release of Apoptosis-Inducing Factor Occurs
Downstream of Cythochrome C Release in Response to Several Proapoptotic
Stimuly, Jurnal of Cel Biologi 159(6): 1923-929
Mitchell. 2002. Biology. Jakarta.: Erlangga
Issoegianti, S.M., (1993), Biologi sel, Depdikbud, Jakarta.
Sipahutar, H., 2011, Biologi sel, FMIPA UNIMED, Medan.

Anda mungkin juga menyukai