Anda di halaman 1dari 2

Kondisi air untuk pertanian saat ini semakin langka, tidak hanya di daerah kering (arid

zone) tetapi juga di daerah yang memiliki curah hujan yang melimpah (Pereira et al., 2002). Di
beberapa daerah seperti di Indonesia, jumlah ketersediaan air pada jaringan irigasi yang ada
belum dapat memenuhi kebutuhan air tanaman pada petakan lahan pertanian. Hal ini diperparah
dengan semakin menyusut ketersediaan air di waduk atau bendungan akibat daerah tangkapan
hujan di sekitar waduk yang rusak; jaringan irigasi yang rusak, yang akan menambah kehilangan
air pada saluran irigasi semakin besar (efisiensi penyaluran air irigasi yang rendah). Hal ini
menyebabkan menurunnya produkti-vitas pertanian. Oleh karena itu diperlukan suatu usaha
untuk melakukan penghematan air dalam pertanian dengan cara meningkatkan efisiensi
penggunaan air oleh tanaman atau peningkatan efisiensi penggunaan air. Efisiensi penggunaan
air dapat dilakukan dengan sistem pemberian air irigasi yang efisien dan efektif. Salah satunya
adalah irigasi defisit.
Penelitian ini dilakukan di dalam rumah plastik, Jurusan Teknik Pertanian Universitas
Lampung pada bulan Agustus Oktober 2007. Varietas jagung yang digunakan adalah varietas
baru yang belum memiliki nama dagang yaitu EA. Varietas ini merupakan hasil persilangan dari
hibrid F1 yang terdiri dari 5 inbreed. Pelaksanaan perakitan hibrid F1 di lapangan dilakukan
dengan desain perkawinan dialel lengkap, kelima inbreeding masing-masing diberi kode A, B, C,
D, dan E. Penelitian ini dilakukan dengan empat taraf perlakuan irigasi defisit (D), yaitu D1
(kondisi tidak defisit/normal atau 100% x ETc), D2 (irigasi defisit sebesar 20% dari kebutuhan
air atau 80% x ETc), D3 (60% x ETc), dan D4 (40% x ETc). Seluruh perlakuan diulang sebanyak
tiga kali.
Kadar air tanah selama percobaan dilakukan dengan menggunakan metode gravimetrik
yaitu dengan cara penimbangan, kemudian data yang diperoleh dikonversi ke dalam % kadar air.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa nilai kandungan air tanah pada kapasitas lapang
(Field Capacity, FC) adalah sebesar 31,02% dan pada titik layu permanen (Permanent Wilting
Point, PWP) sebesar 21,02%. Adapun nilai FC dan PWP menjadi acuan selanjutnya dalam
penentuan air tanah yang tersedia.
Faktor tanggapan hasil (Ky) merupakan tanggapan hasil tanaman terhadap cekaman air.
Pada perlakuan D4 penurunan hasil yang didapat rendah, karena pada perlakuan ini cekaman
terjadi sejak fase pertumbuhan awal yaitu minggu ke-2 sehingga perlakuan ini tidak
menghasilkan buah, begitu juga dengan perlakuan D3 yang mulai tercekam sejak minggu ke-3.
Tabel 6 menunjukkan bahwa tanaman jagung varietas EA tidak tahan terhadap defisit irigasi atau
sensitif terhadap kekurangan air karena nilai Ky > 1.
Nilai Ky pada perlakuan D2, D3, dan D4 pada varietas EA menunjukkan nilai Ky>1,
dengan demikian tanaman jagung varietas EA tidak tahan terhadap defisit irigasi atau sensitif
terhadap kekurangan air sehingga perlu dilakukan penelitian irigasi defisit dengan jenis tanaman
yang sama dan varietas unggul (yang berbeda) untuk menentukan jumlah kebutuhan air irigasi
minimum yang masih dapat diterima dan memiliki dampak terkecil bagi pertumbuhan dan
produksi tanaman.

Anda mungkin juga menyukai