Anda di halaman 1dari 132

Beberapa Dasar Perencanaan

Beton Bertulang Pada Struktur dan


Fondasi Gedung
Di
Disusun oleh:
l h St
Steffie
ffi TTumilar.
il IIr. M
M.Eng.
E IPU
IPU-Haki
H ki

Short Course HAKI Surabaya 28 Nopember 2008 1


A Jenis Beban
A.
Vertical deflection ((sag)
g) Lateral deflection ((sway)
y)

Beban mati, hidup , etc Beban angin, gempa

2
B. Sistem Lantai
Sistem lantai flat plate
Sistem
Si t llantai
t i flflatt slab
l b (d
(dengan d
drop panels
l
dan atau dengan capitals)
Sistem lantai dengan balok satu arah
Sistem lantai dengan g balok waffle
Sistem lantai, pelat dengan balok

3
4
Sistem lantai flat plate tanpa
b l k perimeter
balok i t ((spandrel d lb beam))
Slab-column frame system
y lentur dalam dua arah

Denah Rangka struktur

5
Sistem lantai flat plate dengan
b l k perimeter
balok i t ((spandrel d lbbeam))
Balok perimeter
p
(spandrel)

Denah Rangka struktur

6
Sistem lantai flat plate dengan
balok perimeter (spandrel beam)
Kelebihannya dibandingkan dengan sistem lantai flat-
plate tanpa balok perimeter adalah :

Meningkatkan ketahanan struktur terhadap


beban gravitasi dan beban lateral
lateral.
Meningkatkan tahanan torsi (torsional resistance)
Mengurangi
g g deformasi ppada tepi
p lantai.

7
Sistem lantai flat slab
Sistem lantai flat slab adalah sistem lantai flat plate yang menggunakan
column capital, dan /atau dengan drop panel

Drop panel

Column capital

Denah Rangka struktur

8
Sistem lantai flat slab
Kelebihannya dibandingkan dengan sistem
lantai flat plate adalah:

Mereduksi deformasi pelat lantai


Meningkatkan tahanan geser pelat lantai
Meningkatkan lebar efektif pelat dalam penyaluran
beban lateral (p
(peningkatan
g kekakuan lateral))

9
Sistem pelat dengan balok
((Lentur dalam dua arah))

Rangka /frame pemikul beban


gravitasi dan beban lateral

10
Sistem pelat dengan balok
Kelebihannya dibandingkan dengan sistem
pelat lantai lainnya adalah:
Meningkatkan ketahanan struktur terhadap beban
gravitasi dan beban lateral.
Meningkatkan
g tahanan torsi ((torsional resistance))
Mengurangi deformasi lantai dan struktur
Lebih flexible dalam menghadapi perubahan
pengunaan lantai dan sistem lantai

11
Sistem lantai dengan balok satu
arah (one-way joist floor System)
Rib (joist) slab : Lentur dalam satu arah (One
(One-way
way bending)

Gravitasi
G a as a atau
au rangka
a g a lateral
a e a 2D

Rangka lateral
lateral-2D
2D

Balok satu arah (floor joists)

12
Sistem lantai dengan
g balok satu
arah (one-way joist floor System)
Rib (j
(joist)
i t) d
dengan b
balok
l k:L
Lentur
t satu
t arah
h (O
(One-way bending)
b di )

Lateral space frame

Balok satu arah (floor joists)

13
Sistem lantai dengan
g balok satu
arah (one-way joist floor System)
Kelebihannya dibandingkan dengan sistem
pelat lantai lainnya adalah:

Meningkatkan bentang balok dan beban


Tahanan vibrasi lantai lebih baik
Electrical, mechanical dapat ditempatkan pada ruang
antaranya.
Tebal pelat dan tulangan minimum

14
Sistem lantai dengan balok waffle
Pelat lantai waffle : Lentur dalam dua arah ((Two-wayy bending)
g)

2D lateral frames

Waffle pans, type

15
Sistem lantai dengan balok waffle
Kelebihannya
y dibandingkan g dengan
g sistem
pelat lantai lainnya adalah:

Meningkatkan bentang balok dan beban


Tahanan vibrasi lantai lebih baik
Tebal pelat dan tulangan minimum
Pada umumnya tidak dipasang ceiling lagi (exposed)

16
C Sistem rangka
C.
(frame) struktur

17
Frame: Sistem balok (pelat) yang koplanar dan
elemen-elemen
elemen elemen kolom yang didominasi oleh
deformasi lentur.

Planar ((2D))
Space (3D)
18
Perilaku dasar dari rangka/frame

Beban gravitasi Beban lateral

19
2D vs
vs. 3D rangka/frame (denah)
4 frames , 2 frames 4 frames , 4 frames

(Balok lantai satu arah Joist)


Planar Space
20
Sistem rangka penahan beban lateral
Rangka terdiri dari flat plate dan kolom

L b efektif
Lebar f ktif pelat
l t

Denah Rangka struktur

21
Sistem rangka penahan beban lateral
Rangka terdiri dari balok dan kolom

Denah Rangka struktur

22
Si t
Sistem rangka
k penahan
h b beban
b llateral
t l

Bentuk deformasi dengan constant


lateral displacement - rigid diaphragm,
distribusi beban lateral pada
rangka/frame proportional terhadap
k k k
kekakuan rangka/frame.
k /f

23
Sistem rangka penahan beban lateral
d
dengan di
dinding
di geser ((shear
h wall)
ll)
Shear wall Kolom tepi Pada umumnya deformasi
geser yang menentukan

Interior frames Rangka


g strukrur

24
Sistem rangka penahan beban gravitasi
dengan
g dinding gg
geser ((shear wall)) sebagai
g
penahan beban lateral
Elevator shaft sebagai shear wall

Beban gravitasi dipikul


oleh rangka portal/frames

Beban lateral dipikul


oleh
l h shear
h walls
ll
Lubang

Balok perangkai
(coupling beams)

25
Penahan beban-dual lateral
l d systems
load t
Wall-Frame Dual System:

Rangka/frame harus diperhitungkan


menerima
i beban
b b horisontal
h i t l paling
li
sedikit 25% dari beban horisontal
total

Lubang
Shear walls

26
D. Beberapa catatan
penting dalam
structural modelling
modelling..
(Beberapa kekeliruan yang sering
dijumpai dalam praktek
praktek))

27
28
1. Properties modifier

29
2. Rigid zone offsets

B
Beam-column
l jjoints
i t dimodelkan
di d lk 50% rigid.
i id
Mengikuti garis sumbu batang (center line): fully flexible joints
Mengikuti bentang bersih (clear span) : fully rigid joints30
Rigid Frame Joint Offsets

Rigid frame joint offsets are defined in the Frame Joint


Offset area of the Assign Frame End Offsets dialog
box. Use the Assign menu > Frame/Line > Frame
Rigid Offsets command to open this dialog box. In
th Frame
the F Joint
J i t Offset
Off t area you specify
if the
th global
l b l X,
X Y
and Z joint offsets at each end point of the frame
element.

This feature is useful for modeling beams and


columns when the beams do not frame into the center
of the column. Frame member joint offsets are always
fully rigid.
rigid

Catatan: Untuk blade column The floor plan shown in the figure below illustrates a
sebaiknyay di assign
g concrete beam and slab system with such a condition.
sebagai kolom dan Note that all of the spandrel beams frame in to the
tidak diassign sebagai edge of the column, not the column center line. This
wall circumstance can be modeled in ETABS by providing
a joint offset to the top (j-end) and bottom (i-end) of
each column in either the global X direction, global Y
direction, or both directions depending on how31the
column is oriented.
3. Member Element
A wall or slab section can either have shell, membrane or plate-
p
type behavior. Membrane-type behavior means that only in-plane
membrane stiffness is provided for the section. Plate-type
behavior means that onlyy out-of-plane
p p
plate bending
g stiffness is
provided for the section. Shell-type behavior means that both in-
plane membrane stiffness and out-of-plane plate bending
stiffness is provided for the section.

When a section has plate-type or shell-type behavior you have


the option of including or not including thick plate behavior
behavior. When
thick plate behavior is included out-of-plane shearing
deformations are considered in the analysis. When thick plate
behavior is not included these shearing deformations are not
considered in the analysis.

We recommend that in ETABS you typically do not use the thick


plate option except maybe if you are modeling thick footings or
32
mat foundations.
4 Temuan
4. Temuan-temuan
temuan lainnya

a. Bagi pengguna program CSI-SAFE (integrated


design of flat slabs, foundation mats & Spread
footings) dapat memanfaatkan output ETABS
ETABS ke
SAFE dalam memperhitungkan pengaruh gaya
lateral yang sudah dihitung oleh ETABS.
ETABS . Caranya
ada beberapa pilihan, antara lain: Floor loads and
loads from above dan Floor loads plus column and
wall distortion. Yang dipilih adalah Floor loads plus
column and wall distortion.

33
b. Kadangkala dalam hasil analisis akhir diketahui kolom
tidak cukup, sehingga penampang harus dirubah.
Perubahan tulangan pada kolom tersebut tidak dapat
dil k k d
dilakukan dengan overwrite
it ukuran
k penampang
saja, tetapi struktur juga harus di-proses ulang.

c. Pada perencanaan kolom kadangkala tanpa disadari


pada input
p p concrete cover kita p pilih Default. Perlu
disadari pemilihan Default bisa berdampak pada
analisis atau perencanaan tulangan. Dengan
menggunakan k option
ti D
Default
f lt computer t akan
k
menentukan selimut beton (concrete cover) sebesar
1/10 dimensi penampang
penampang.
34
E.Menentukan
E.
E.Menentukan
dimensi struktur
( li i
(preliminarysizing)
ii )

35
36
/35

/35

37
40
/10 ~ /14

41
Catatan: Preliminary formula tersebut harus diperhatikan lebih jauh untuk kolom yang
langsing, karena ada reduksi kekuata. Faktor kelangsingan mulai berpengaruh
bila tinggi/lebar kolom > 15. 42
43
44
45
Contoh preliminary dimensioning
Diketahui suatu apartemen dengan denah seperti tergambar diatas. Beban
hid
hidup untuk
t k apartemen
t dit t k
ditentukan = 200 kgf/m
k f/ 2 (2.00kN/m
(2 00kN/ 2 ),
) beban
b b t b k
tembok
keseluruhan dibagi luas lantai = 250 kgf/m2 (2.50 kN/m2 ), Beban finishing lantai
= 100 kgf/m2 (1.00 kN/m2 ), Beban untuk ducting AC, electrical dan plafon = 25
kgf/m2 (0.25
(0 25 kN/m2 ).
) Jumlah lantai 6 termasuk pelat atap. atap Ditanyakan
preliminary dimensi dari tebal pelat, ukuran balok dan kolom.

a Menentukan tebal pelat lantai


a.
Dari denah terlampir dapat dilihat semua pelat dibatasi oleh balok-balok,
dan bentang terpendek dari pelat adalah 6.00 m (6000 mm). Perkiraan
tebal pelat = 6000/35 = 171 mmpakai
mm pakai 170 mm.
mm
catatan: pada gambar diatas tidak terlihat adanya balok-anak. Bila diberi
balok-anak ditengah antara balok induk yang bentangnya 6.00 m,
maka bentang g terpendek
p adalah 3.00m dan 4.00 m untuk p pelat
yang bila diberi balok-anak ditengah antara balok induk yang
bentangnya 8.00 m. Untuk kondisi dengan balok anak tersebut
maka tebal pelat dapat menjadi 3000/35 = 86 mm.pakai 90 mm,
dan yang bentang 4.00 m menjadi 4000/35 = 114 mm pakai
120 mm.Dalam menentukan tebal pelat perhatikan tebal pelat
minimum yang ditentukan oleh Peraturan/Code. 46
b. Menentukan ukuran balok-balok induk
Untuk balok-balok dengan bentang 6.00 m dipakai ukuran 300mm/600mm,
dan untuk balok-balok
balok balok dengan bentang 8.00 8 00 m dipakai ukuran
400mm/800mm. Jika ada balok anak pada tengah bentangnya maka ukuran
balok anak dapat diperkecil menjadi 250mm/600mm untuk bentang 6.00 m
dan 350mm/600mm untuk bentang 8.00 m.
Catatan: ukuran tersebut diatas bisa saja dirubah bila hasil final
menunjukkan ukuran adalah undersizing atau oversizing. 47
c. Menentukan ukuran kolom
1. Ukuran Kolom-1.
Tentukan beban aksial pada kolom -1.
Tibutary area untuk kolom-1 adalah : 6.00 m x 3.00 m.= 18.00 m2
Untuk pelat lantai typical :
- Berat sendiri pelat 170 mm = (4.08 kN/m2) x( 18.00 m2) = 73.44 kN
- Berat
B t sendiri
di i tembok
t b k = (2.50
(2 50 kN/
kN/m2) x(( 18
18.00
00 m2) = 45
45.00
00 kN
- Berat sendiri finishing lantai = (1.00 kN/m2) x( 18.00 m2) = 18.00 kN
- Berat duct. AC, elect, plafon = (0.25 kN/m2) x( 18.00 m2) = 4.50 kN
- Berat sendiri balok 300/600 = (4 (4.32
32 kN/m) x( 3+3+3 m) = 38.88
38 88 kN
- Beban hidup apartemen = (2.00 kN/m2) x( 18.00 m2) = 36.00 kN +

Berat total per-lantai


per lantai typical untuk tributary area-1
area 1 = 215.82
215 82 kN
Untuk pelat lantai atap :
- Berat sendiri pelat 170 mm = (4.08 kN/m2) x( 18.00 m2) = 73.44 kN
- Berat
B t sendiri
di i finishing
fi i hi lantai
l t i = (1.00
(1 00 kN/
kN/m2) x(( 18
18.00
00 m2) = 18
18.00
00 kN
- Berat AC, elect, plafon = (0.25 kN/m2) x( 18.00 m2) = 4.50 kN
- Berat sendiri balok 300/600 = (4.32 kN/m) x( 3+3+3 m) = 38.88 kN
- Beban pada atap apartemen = (2.50
(2 50 kN/m2) x( 18.00
18 00 m2) = 45.00
45 00 kN +

Berat total pelat atap untuk tributary area-1 = 179.82 kN48


c. Menentukan ukuran kolom
1. Ukuran Kolom-5.
Tentukan beban aksial pada kolom -5.
Tibutary area untuk kolom-5 adalah : 7.00 m x 6.00 m.= 42.00 m2
Untuk pelat lantai typical :
- Berat sendiri pelat 170 mm = (4.08 kN/m2) x( 42.00 m2) = 171.36 kN
- Berat
B t sendiri
di i tembok
t b k = (2.50
(2 50 kN/
kN/m2) x(( 42
42.00
00 m2) = 105
105.00
00 kN
- Berat sendiri finishing lantai = (1.00 kN/m2) x( 42.00 m2) = 42.00 kN
- Berat duct. AC, elect, plafon= (0.25 kN/m2) x( 42.00 m2) = 10.50 kN
- Berat sendiri balok 300/600 = (4 (4.32
32 kN/m) x( 3+3+3 m) = 38.88
38 88 kN
- Berat sendiri balok 400/800 = (7.68 kN/m) x( 4 m) = 30.72 kN
- Beban hidup apartemen = (2.00 kN/m2) x( 42.00 m2) = 84.00 kN +
B t total
Berat t t l per-lantai
l t i typical
t i l untuk
t k tributary
t ib t area-5
5 = 482.46
482 46 kN
Untuk pelat lantai atap :
- Berat sendiri p
pelat 170 mm = ((4.08 kN/m2) x(( 42.00 m2) = 171.36 kN
- Berat sendiri finishing lantai = (1.00 kN/m2) x( 42.00 m2) = 42.00 kN
- Berat AC, elect, plafon = (0.25 kN/m2) x( 42.00 m2) = 10.50 kN
- Berat sendiri balok 300/600 = (38.88)kN + ( 30.72)kN = 69.60 kN
- Beban pada atap apartemen = (2.50 kN/m2) x( 18.00 m2) = 45.00 kN +
Berat total pelat atap untuk tributary area-5 = 338.46 kN
49
Selanjutnya dihitung beban total aksial untuk kolom paling bawah
yang memikul 5 lantai typical dan 1 lantai atap.
atap
N1-lt. dasar = 5x(482.46 kN) + (338.46 kN) = 2750.76 kN
Jika untuk kolom dipakai mutu beton 25 Mpa,
M k luas
Maka l penampang kolom
k l perlu
l untuk
t k lantai
l t i dasar
d =

Jadi ukuran kolom pada lantai dasar adalah:


600 mm x 600 mm = 360000 mm2 ~ 366768 mm2

Untuk kolom-kolom lainnya dapat dilakukan


d
dengan cara yang sama seperti
ti di
diatas.
t
50
F. Jenis fondasi telapak (footing)
Wall footings biasanya dipergunakan untuk
mendukung
d k di di
dinding struktur
t kt beton
b t . Dinding
Di di struktur
t kt
beton sebagai dinding strktur utama.

51
Jenis fondasi telapak (footing)

Fondasi setempat (Isolated


or single footings) digunakan
untuk mendukung kolom
tunggal. Jenis fondasi ini
adalah yang paling ekonomis
dan biasanya digunakan bila
jarak antar kolom relatif jauh.

52
Jenis fondasi telapak (footing)

Fondasi gabungan (Combined


footings) biasanya mendukung dua
atau
t tiga
ti kolom.
k l F
Fondasi
d i gabungan
b iinii
digunakan bila ada dua kolom yang
cukup berdekatan dimana
penggunaan fondasi setempat
(tunggal) mengalami kesulitan, atau
biasanya untuk fondasi dari kolom
yang berbatasan dengan property line
line.

53
Jenis fondasi telapak (footing)

Cantilever or strap footings,


terdiri dari dua fondasi setempat
p
yang dihubungkan oleh balok
pengikat, jenis fondasi ini lebih
ekonomis dibandingkan dengan
fondasi gabungan seperti yang
dijelaskan didepan.

54
Jenis ffondasi telapak
p (footing)
(f g)

Fondasi jalur/menerus,
mendukung satu barisan
kolom-kolom
kolom kolom. Fondasi ini Tie beam-alternatif
memiliki keterbatasan lebar
jalur yang menerus
sepanjang kolom
kolom-kolom
kolom
tersebut.
Sebagai alternatif
alternatif, antar
kolom dapat juga diperkuat Tie beam-alternatif

dengan menggunakan balok


pengikat
ik t (ti
(tie beam).
b )
55
Jenis fondasi lainnya

Fondasi rakit (rafted or mat


foundation), merupakan satu
kesatuan fondasi yang meliputi
seluruh
l h ttapak kbbangunan. Bi
Biasanya
digunakan karena daya dukung
tanah relatif rendah. Penggunaan
fondasi ini juga guna menghindari
penggunaan tiang dalam (tiang
pancang atau tiang bor).
Penggunaan fondasi rakit juga
dapat mereduksi perbedaan
penurunan (differential settlement).

56
Jenis fondasi lainnya

Pile caps, merupakan


pelat yang tebal yang
berfungsi mengikat dan
menyalurkan beban ke-
kelompok tiang.

57
Distribusi dari reaksi tegangan tanah
P

Bila suatu beban kolom P


bekerja pada pusat fondasi,
maka biasan
biasanya
a reaksi pada
dasar fondasi dianggap
bekerja merata.

Walaupun demikian, sesungguhnya reaksi tanah pada dasar


fondasi tidak merata, tetapi banyak tergantung pada jenis
tanah dan tingkat kekakuan dari fondasi tersebut.
58
Distribusi dari reaksi tegangan
g g tanah

Distribusi tekanan tanah Distribusi tekanan tanah


pada tanah tanpa
p p kohesi pada tanah yyang
p g kohesif
(tanah pasiran). (tanah lempungan)
59
Design Considerations
Fondasi harus direncanakan untuk memikul
b b
beban melalui
l l i kolom
k l d
dan meneruskannya
k pada
d
tanah pendukung dengan aman sesuai yang
disyaratkan oleh Peraturan/Code.
Peraturan/Code

1 Luas telapak fondasi didasarkan pada daya dukung


1.
tanah yang diijinkan.
2 Geser dua arah (two
2. (two-way
way shear) atau geser pons
3. Geser satu arah (one-way shear)
4 Momen lentur
4. lent r dan tulangan
t langan yang
ang dibutuhkan.
dib t hkan
60
Design
g Considerations
Fondasi harus direncanakan untuk memikul
beban melalui kolom dan meneruskannya pada
tanah pendukung dengan aman sesuai yang
disyaratkan oleh Peraturan/Code.
/C

1. Bearing capacity tanah pendukung pada dasar kolom


2. Persyaratn pasak tulanagn..
3. Panjang penyaluran tulangan
4. Perbedaan penurunan (Differential settlement)

61
Ukuran//dimensi fondasi
Ukuran
Luas telapak fondasi ditentukan sedemikian rupa
berdasarkan gaya luar sehingga tegangan pada tanah
pendukung tidak melampaui tegangan tanah yang
diijinkan.

Persyaratan kuat rencana, adalah sebagai berikut:

62
Two--Way Shear (Punching Shear)
Two
Untuk two-way shear pada pelat (& footings) Vc adah nilai terkecil dari ketiga
persamaan berikut (ACI 318-05 pers , 11-33 s/d 11-35)

b0 = keliling dari penampang kritis pada pelat dan fondasi tapak.


s = konstanta yang nilainya adalah 40 untuk kolom interior, 30 untuk kolom tepi dan 20
untuk kolom pojok.
pojok
= ratio dari sisi panjang terhadap sisi pendek dari kolom, daerah beban terpusat atau
daerah reaksi 63
= ratio dari sisi panjang terhadap sisi pendek dari kolom, daerah
beban terpusat
p atau daerah reaksi.

64
Design
g untuk two
two--wayy shear
1. Asumsikan d.
2. Tentukan b0

Untuk kolom bujur sangkar


b0 = 4(c+d) dengan panjang sisinya = c.

b0 = 2(c1+d) +2(c2+d)

Untuk kolom persegi


panjang dengan panjang
sisi-sisinya c1 dan c2. 65
Design of two-
two-way shear
3. Gaya geser Vu bekerja pada
penampang dengan panjang
b0 = 4(c+d) atau 2(c1+d)+2(c2+d)
dan tinggi d; Pada kolom bekerja
beban aksial Pu dan reaksi tanah
pada telapak fondasi dengan
tekanan qu.
Untuk kolom bujur
j sangkar
g
untuk kolom persegi
panjang

66
Design of two-
two-way shear

4. Batas ijin:

dimana Vu=Vc

Jika d tidak cocok atau bebrbeda jauh


dengan d asumsi semula,
semula maka asumsi
dirubah dan analisis diulang lagi.
67
Design of one-
one-way shear

Untuk fondasi yang mengalami


lentur dalam satu arah,
penampang kritisnya terletak
pada jarak d dari muka kolom.

68
Design of one-
one-way shear
Gaya geser batas(ultimate)
G b t ( lti t )
pada potongan m-m dapat
dihitung
g berdasarkan
persamaan berikut:

= luas bidang
yang diarsir
69
Design of one-
one-way shear
Jika tidak ingin menggunakan
tulangan geser, maka tebal
telapak fondasi d ditentukan
d
b d
berdasarkan
k didimana Vu = VVc

70
Kesimpulan

71
Kesimpulan
p
Penampang kritis untuk perhitungan
geser terletak pada potongan sejarak
d/2 dari muka kolom untuk perhitungan
p g
pons dan sejarak d untuk perhitungan
one way shear)
shear).
Sedangkan penampang kritis untuk
perhitungan lentur berada pada
potongan muka kolom

72
Kuat lentur (flexural Strength)
dan tulangan fondasi
Penampang kritis untuk
perhitungan lentur pada
setiap arah adalah
penampang pada muka
kolom.
Penampang kritis
untuk perhitungan
momen

73
Kuat lentur (flexural Strength)
dan tulangan fondasi
Pendekatan lain adalah melalui
perhitungan
hit Ru = Mu/bd2 dan
d
prosentase tulangan yang
dibutuhkan . Kemudian tentukan
As dan periksa apakah a yang
diasumsikan semula mendekati
hasil a yang dihitung
berdasarkan persamaan berikut:

74
Kuat lentur (flexural Strength)
dan tulangan fondasi
Perlu diperhatikan juga persyaratan
tulangan minimum untuk lentur yaitu,

tetapi dalam segala hal tidak boleh


kurang dari
dari,

Selanjutnya perlu diperhatikan juga


jarak spasi maksimum tulangan dan
juga persyaratan tulangan untuk
75
tulangan
Kuat lentur (flexural Strength)
dan tulangan fondasi

Tulangan untuk fondasi satu-


arah atau dua-arah harus
t di t ib i merata
terdistribusi t pada
d
seluruh lebar penampang
fondasi.

dimana :
76
Distribusi tulangan fondasi

77
Daya dukung tumpu pada dasar kolom
Gaya yang bekerja pada dasar kolom N1 tidak
boleh melampaui nilai-nilai
nilai nilai sebagai berikut:

dimana :
= 0.65
A1 = luas bidang tumpu
dari kolom

78
Daya dukung tumpu pada dasar kolom
Nilai kuat tumpu pada daerah yang dibebani dapat
ditingkatkan sebesar Jika permukaan beton
pendukung lebih lebar (kesemua arah) dari luasan yang
dibebani.
Jadi, modified bearing
Jadi
strength dapat ditulis sebagai
berikut:

79
80
Panjang
j g ppenyaluran
y tulangan
g
Panjang penyaluran untuk tulangan yang mengalami tekan
dit t k sebagai
ditentukan b ib
berikut
ik t (ACI 318
318-08.
08 12
12.3):
3)

tetapi
p tidak boleh kurang
g dari,

81
Panjangpenyaluran
Panjang
j gp penyaluran
y tulangan
g
Panjang penyaluran untuk tulangan yang mengalami tarik
ditentukan sebagai berikut (ACI 318-08. 12.2):

tid k b
tidak boleh
l h di
diambil
bil llebih
bih b
besar d
darii 2
2.50
50

82
CONTOH SOAL
Diketahui suatu kolom dibebani dengan beban-beban
sebagai berikut:
B b mati
Beban ti ((unfactored
f t d lload)
d) = 400 kN
Beban hidup (unfactored load) = 200 kN
Surcharge (unfactored load) = 2.50 kN/m2

Diasumsikan, berat tanah dan


fondasi beton diatas dasar
fondasi = 20 kN/m3

Daya d
D dukung
k tanah
h yang diiji
diijinkan
k
(gross) = 100 kN/m2

Ukuran kolom 300 mm x 450mm


83
1. Menentukan ukuran telapak fondasi.
Menentukan daya dukung tanah yang
diijinkan
j ((netto)) =
(100) (20 + 2.50) = 77.50 kN/m2

Luas telapak fondasi yang diperlukan Af.

Jadi pakai ukuran, 2.80 m x 2.80 m


Luasnya =7.84m2 >7.74m2 (o.k)
84
2. Menentukan beban aksial kolom terfaktor
d reaksi
dan k i ttanah.
h

Pu = 1.20(400)
1 20(400) + 1.60(200)
1 60(200) = 800 kN

Reaksi tanah qs adalah.

85
3. Menentukan tebal pelat fondasi, jika diketahui mutu beton untuk
fondasi fc-20
20 dan asumsikan tebal pelat beton = 400mm dan
tebal efektifnya = 300 mm

a. Periksa one-way shear action


Vu = qs x tributary area
Vu = (102.04) x (2.80x0.95) kN
= 271.43 kN

Vn = (0.17fc bw d) ; = 0.75
(
= 0.75(0.17 20 .2800.300))
= 478966 N
= 479 kN > Vu = 271 kN (o.k.)
950 mm

86
b. Periksa two-way
two way shear action
Vu = qs x tributary area
Tributary area = (2.80 x 2.80)- {(0.45+0.30) x (0.30+0.30)}
= 7.39
7 39 m2
Vu = (102.04) x (7.39) = 754.08 kN
87
Hitung Vc, dan periksa serta bandingkan dengan Vu.

= minimum dari

= ratio dari sisi panjang terhadap


sisi pendek dari kolom

b0 = 2(0.45
2(0 45 + 0
0.30)
30) + 2(0
2(0.30
30 + 0
0.30)
30) = 2
2.70
70 m
= (0.45/0.30) = 1.50

s = 40 untuk kolom dalam (interior kolom) 88


= minimum dari

Yang
a g menentukan
e e u a

Vc = 0.33 fc b0 d
= 0.75 (0.33)(20)(2700
( )( )( mm)(300
)( mm))
= 896551 N = 897 kN

Vc = 897 kN > Vu = 754 kN


Jadi perkiraan tebal pelat fondasi cukup (o.k)
Catatan, bila diperoleh Vc < Vu maka pelat fondasi harus
dipertebal. 89
4. Menentukan tulangan pelat fondasi, jika dipakai mutu Fy- 400.

a. Penampang kritis untuk perhitungan momen adalah


penampang pada muka kolom
kolom,

Mu = 0.50 qu l2
= 0.50 (102.04 x 2.80)(1.25)2
= 223.21 kNm 90
b. Menghitung kebutuhan tulangan As.
Asumsikan bahwa p penampang
p g berada dalam kondisi tarik
(tension controlled), jadi = 0.90

= (984.17 kN/m2) x (0.001) = 0.987 MPa

91
(gross area) = (d/h) ()
= (300/400) x (0
(0.002544)
002544)
= 0.001908
Periksa
P ik persyaratant tulangan
t l minimum
i i !!
minimum = 0.0018 < 0.001908 (o.k)

As perlu = bd = (0.001908) x (2800) x (300)


= 1603 mm2
As perlu untuk arah tegak lurusnya dapat dikatakan tidak
banyak selisihnya sehingga dianggap sama
sama.
Dipakai As = 14 D-13 = 1858 mm2 > 1603 mm2 (o.k)
Dengan
g selimut beton p pada kedua tepi-nya
p y maka jarak
j
antar tulangan menjadi (2600/13) = 200 mm. s =200 mm
92
93
94
c. Periksa net tensile strain t.

A s fy (1858)x(400)
a= = = 15.61mm
0.85ffc b 0.85 ( 20 ) (2800)
'
( )
a (15.61)
c= = = 18.37
18 37
1 (0.85)
95
t + 0.003 0.003
=
d c
0.003
t = d 0.003
c
0.003
= ((300)) 0.003
18.37
18 37
Jadi asumsi kondisi tension controlled
= 0.046 > 0.004 betul.
96
d. Periksa panjang penyaluran apakah mencukupi
Penampang kritis untuk panjang penyaluran tulangan fondasi
letaknya sama dengan letak penampang kritis untuk
perhitungan momen, yaitu pada muka kolom.
Dengan
g demikian p
panjang
j g p penyaluran
y yang
y g diperiksa
p adalah
panjang penyaluran untuk kondisi keadaan tarik, yaitu:

Lihat ACI 318-08.


318 08. 12.2.3

97
Selimut beton bersih , lapis satu = 100 - (13/2) = 93.50 mm
dan untuk lapis dua adalah = 100 (13) (13/2) = 80.50 mm

Spasi tulangan = 200 mm

93 50 mm
93.50 Y
Yang menentukan
t k
cb minimum dari,
200/2 = 100 mm

Ktr = 0 , (karena tidak ada sengkang)

jadi pakai,

98
t = 1.0 (karena beton yang berda dibawah tulangan kurang dari
300 mm)
e = 1.0 (uncoated reinforcement)
s = 0.8
0 8 (untuk tulangan D 19 mm)
= 1.0 (untuk beton normal)
t x e = 1.0
10<1 1.70
70

ld = 26 db = 338 mm
Tulangan
g terpasang
p g dari muka kolom ketepi
p fondasi
= (1250-10) = 1150 mm > 338 mm (ok)
99
5. Pemeriksaan penyaluran gaya pada dasar kolom

Jika diketahui, mutu beton untuk kolom fc-30, dan dari


informasi sebelumnya diketahui mutu beton untuk
fondasi fc-20,mutu baja fy- 400 serta Pu = 800 kN.

a Kuat tumpu dari kolom (bearing strength) dengan


a.
kelas mutu fc-30 Mpa adalah sebagai berikut,

Pnb = (0.85 fc A1)


= 0.65 (0.85)(30)(300 x 450)
= 2237625 N
= 2238 kN > 800 kN (o.k)

100
b. Kuat tumpu dari fondasi (bearing strength)
kelas mutu fc-20
20 Mpa adalah sebagai berikut,

2050 mm < 2800 mm

Bearing strength dari fondasi dapat ditingkatkan dengan faktor,

Jadi pakai nilai = 2.0

Pnb = 2 [(0.85 fc A1)]


= 2[0.65(0.85)(20)(300x450)
2[0 65(0 85)(20)(300x450) = 2983500 N
= 2983 kN > 800 kN (o.k) 101
Panjangpenyaluran
Panjangpenyaluran dan splicepada
splicepada
tulangan kolom
Tulangan pada kolom dapat berada
d l
dalam kkeadaan
d ttarik
ik atau
t ttekan
k , lih
lihatt
diagram

Panjang penyaluran untuk tulangan yang Panjang penyaluran untuk tulangan yang
mengalami tekan ditentukan sebagai mengalami tarik ditentukan sebagai
berikut (ACI 318
318-08.
08 12
12.3):
3): berikut (ACI 318
318-08.
08 12
12.2):
2):

tetapi tidak boleh kurang dari

tid k boleh
tidak b l h di
diambil
bil llebih
bih b
besar d
darii 2
2.50
50

102
Panjang lewatan

103
104
Panjang lewatan untuk tarik (tension splice)
Panjang minimum sambungan lewatan tarik harus diambil
berdasarkan persyaratan kelas yang sesuai, tetapi tidak kurang
dari 300 mm. Ketentuan masing
masing-masing
masing kelas sambungan
tersebut adalah:
g kelas A = 1.00 ld, dan
Sambungan
Sambungan kelas B = 1.30 ld, dimana, ld adalah panjang
penyaluran ( development length)

Persentase maksimum Asyangdisambung


didalam daerah panjang lewatan perlu
50% 100%
(50%staggered)
2
2 Kelas A
KelasA Kelas B
KelasB
<2 Kelas B Kelas B 105
Sambungan lewatan (splice)pada kolom
Zone-1: Tegangan
g g semua batang g Gunakan sambungan g lap p splice
p
tulangan dalam kondisi kompresi. tekan (12.16), dan dapat
(12.17.2.1) dimodifikasi dengan faktor 0.83
untuk sengkang ikat (12.17.2.4),
atau 0.75 untuk sengkang spiral
(12.17.2.5)
Zone-2 : Tegangan batang tulangan Gunakan lap splice tarik kelas B
dalam keadaan tarik dengan 0.5fy (12.15) jika lebih dari tulangan
(12.17.2.2) kolom disambung pada lokasi yang
sama.
G
Gunakan
k lapl splice
li tarik
t ik kelas
k l A
(12.15) jika tidak lebih dari
tulangan kolom disambung pada
lokasi yang sama.
sama Tulangan
disambung berselang (stagger
alternate splices) ld
Zone-3
Zone 3 : Tegangan batang ttulangan
langan Gunakan
G nakan lap splice tarik kelas B
dalam keadaan tarik dengan >0.5fy (12.15).
(12.17.2.3) 106
107
Fondasi yang
yangeksentris
eksentris
Dalam kenyataan praktek sering dijumpai fondasi yang
eksentris dan beban kolom merupakan kombinasi beban
aksial dan momen.

e2, jarak antara sumbu kolom


e2 dengan titik berat fondasi

Setiap momen dapat digantikan dengan P x e1, 108


109
Untuk memelihara agar fondasi keseluruhannya dalam kondisi
tekan pada sisi 1-1, maka eksentrisitas kolom e2 harus dibatasi
dan reaksi tegangan tanah harus < dari qs allow

110
Jadi, e2 = B/6 agar semua
reaksi berada dalam tekan.
J
Juga d
darii persamaan :
e1 =2e2, maka e1 = B/3

111
BEBERAPA PERSYARATAN
TULANGAN MINIMUM YANG
PERLU DIKETAHUI

112
113
114
115
116
117
G. Persyaratan
penerimaan mutu
beton dilapangan

118
ACI 318-2008
Kuat tekan suatu mutu beton (utk benda uji yang dirawat
dil b
dilaboratorium)
i ) dapat
d dinyatakan
di k memenuhi hi syarat jik
jika kkedua
d
syarat berikut ini dipenuhi.

1) S
1). Setiap
ti nilai
il i rata-rata
t t dari
d i titiga ujiji kkuatt ttekan
k yang b berurutan
t
mempunyai nilai sama atau lebih besar dari fc'
2).
) Tidak ada nilai ujij kuat tekan rata-rata (y (yang
g dihitung
g sebagai
g
nilai rata-rata dari dua hasil uji) mempunyai nilai dibawah fc'
lebih dari 3.50Mpa untuk mutu beton fc 35 Mpa, dan tidak
ada nilai uji kuat tekan rata-rata (yang dihitung sebagai nilai
rata-rata dari dua hasil uji) mempunyai nilai dibawah fc' lebih
dari 0.10 fc untuk mutu beton fc > 35 Mpa

Catatan: Benda uji silinder dapat berukuran 100 cm X 200 cm120


atau 150 cm X 300 cm.
1. Keruntuhan yyang
g baik. 3. Keruntuhan akibat p
pemadatan
yang kurang baik.
2. Keruntuhan geser. 4. Keruntuhan akibat kombinasi.
121
Keruntuhan tekan benda uji kubus
yang tidak baik.
Contoh Acceptance Criteria untuk Beton
Beton. fc
fc 30 Mpa
Dalam contoh ini ada 10 benda uji silinder dari batch yang sama

Test No. Cylinder # 1 Cylinder # 2 Hasil uji Rata rata dari 3


kuat
uat te
tekan
a consecutive
co secut ve test
rata-rata (berurutan)

1 32.50 33.00 32.75


2 29.00 30.50 29.75
3 34.00 32.50 33.25 31.92
4 28.50 29.00 28.75 30.58
5 40.00 39.00 39.50 33.83

124
Catatan:
1. Yang dimaksut dengan hasil uji kuat tekan (strength test)
adalah hasil rata-rata dari kuat tekan 2 silinderyang dibuat dari
batch yang sama dan diuji pada waktu yang bersamaan.
2. Nilai 31.92 adalah nilai rata-rata dari 32.75; 29.75 dan 33.25,
Nilai 30.58 adalah nilai rata-rata dari 29.75; 33.25 dan 28.75,
Nilai 33.83 adalah nilai rata-rata dari 33.25; 28.75 dan 39.50.

Kuatt tekan
K t k suatu
t mutu
t beton
b t (utk
( tk benda
b d ujiji yang dirawat
di t dilaboratorium)
dil b t i ) d dapatt
dinyatakan memenuhi syarat jika kedua syarat berikut ini dipenuhi.
1).
) Setiap nilai rata-rata dari tiga
g ujij kuat tekan yyang
g berurutan mempunyai
y nilai
sama atau lebih besar dari fc'
2). Tidak ada nilai uji kuat tekan rata-rata (yang dihitung sebagai nilai rata-rata
dari dua hasil uji) mempunyai nilai dibawah fc' lebih dari 3.50Mpa untuk
mutu beton fc 35 Mpa, dan tidak ada nilai uji kuat tekan rata-rata (yang
dihitung sebagai nilai rata-rata dari dua hasil uji) mempunyai nilai dibawah
125
fc' lebih dari 0.10 fc untuk mutu beton fc > 35 Mpa .
Evaluasi -1 : Nilai rata-rata dari tiga uji kuat tekan yang
berurutan adalah 31 31.92
92 Mpa
Criteria 1): Dari ketiga hasil tersebut terlihat bahwa ketiga
hasil
as ujuji kuat
ua tekan
e a > 30 Mpa. pa
Criteria 2): Dari hasil diatas terlihat ada hasil uji tekan
terendah yang diperoleh yaitu 29.75 Mpa,
tetapi nilai ini masih memenuhi syarat karena
29.75 Mpa > 26.50 Mpa.
Jadi dapat disimpulkan hasil uji menunjukkan
beton fc-30 dipenuhi.

Untuk evaluasi pengujian selanjutnya bila masih dalam batch


yang sama maka jumlah silender cukup ditambah 2 silinder
saja (bukan 6 silinder) dan evaluasi kedua dapat dilanjutkan
sebagai berikut: 126
Evaluasi -2 : Nilai rata-rata dari tiga uji kuat tekan yang
berurutan adalah 30.58 Mpa

Criteria 1): Dari ketiga hasil tersebut terlihat bahwa ketiga


hasil uji kuat tekan > 30 Mpa.

Criteria 2): Dari hasil diatas terlihat ada hasil uji tekan
terendah yang diperoleh yaitu 28.75 Mpa (nilai
terendah), tetapi nilai ini masih memenuhi syarat
karena 28.75 Mpa > 26.50 Mpa.

Untuk evaluasi pengujian selanjutnya bila masih dalam batch


yang sama maka jumlah silender cukup ditambah 2 silinder
lagi (jadi ada 10 silinder) dan evaluasi ketiga dapat dilanjutkan
sebagai
b i berikut
b ik
127
Evaluasi -3 : Nilai rata-rata dari tiga
g ujij kuat tekan yyang
g berurutan
adalah 33.83 Mpa

Criteria 1): Dari ketiga hasil tersebut terlihat bahwa ketiga hasil
uji kuat tekan > 30 Mpa.

C it i 2)
Criteria 2): Dari
D ih hasilil di
diatas
t tterlihat
lih t ada
d hhasilil ujiji ttekan
k tterendah
d h
yang diperoleh yaitu 28.75 Mpa, tetapi nilai ini
masih memenuhi syarat y karena 28.75 Mpa > 26.50
Mpa.

Untuk evaluasi pengujian selanjutnya jika masih dalam batch


yang sama maka jumlah silender cukup ditambah 2 silinder
g (j
lagi (jadi ada 12 silinder)) dan evaluasi keempatp dapat
p
dilanjutkan dan seterusnya.
128
Jika evaluasi pengujian lanjutan diambil dari
batch yang berlainan, maka prosedur uji dan
evaluasi harus dilakukan seperti semula yang
diawali dengan 6 buah benda uji silinder lagi dan
seterusnya

Dari contoh tersebut terlihat bahewa untuk


melakukan evalusi mutu beton awal dibutuhkan
minimum 6 buah silinder.

129
Kekuatan Relatif antara Benda Uji Silinder
vs Kubus adalah sebagai berikut:
Menurut A.M. Neville:
Kuat tekan benda uji Silinder vs benda uji Kubus.

Kuat tekan 7.00 15.50 20.00 24.50 27.00 34.50 37.00 41.50 45.00 51.50
( N/mm2 )
Kuat ratio 0.76 0.77 0.81 0.87 0.91 0.93 0.94 0.95 0.96 0.96
(silinder/kubus)

130
Menurut ISO Standard 3893-1977(E).
3893-1977(E)

Kuat tekan Silinder vs Kubus.

Kuat tekan 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
Silinder(N/mm2)
Kuat tekan 2.5 5 7.5 10 12.5 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Kubus(N/mm2)
131
132

Anda mungkin juga menyukai