2
B. Sistem Lantai
Sistem lantai flat plate
Sistem
Si t llantai
t i flflatt slab
l b (d
(dengan d
drop panels
l
dan atau dengan capitals)
Sistem lantai dengan balok satu arah
Sistem lantai dengan g balok waffle
Sistem lantai, pelat dengan balok
3
4
Sistem lantai flat plate tanpa
b l k perimeter
balok i t ((spandrel d lb beam))
Slab-column frame system
y lentur dalam dua arah
5
Sistem lantai flat plate dengan
b l k perimeter
balok i t ((spandrel d lbbeam))
Balok perimeter
p
(spandrel)
6
Sistem lantai flat plate dengan
balok perimeter (spandrel beam)
Kelebihannya dibandingkan dengan sistem lantai flat-
plate tanpa balok perimeter adalah :
7
Sistem lantai flat slab
Sistem lantai flat slab adalah sistem lantai flat plate yang menggunakan
column capital, dan /atau dengan drop panel
Drop panel
Column capital
8
Sistem lantai flat slab
Kelebihannya dibandingkan dengan sistem
lantai flat plate adalah:
9
Sistem pelat dengan balok
((Lentur dalam dua arah))
10
Sistem pelat dengan balok
Kelebihannya dibandingkan dengan sistem
pelat lantai lainnya adalah:
Meningkatkan ketahanan struktur terhadap beban
gravitasi dan beban lateral.
Meningkatkan
g tahanan torsi ((torsional resistance))
Mengurangi deformasi lantai dan struktur
Lebih flexible dalam menghadapi perubahan
pengunaan lantai dan sistem lantai
11
Sistem lantai dengan balok satu
arah (one-way joist floor System)
Rib (joist) slab : Lentur dalam satu arah (One
(One-way
way bending)
Gravitasi
G a as a atau
au rangka
a g a lateral
a e a 2D
Rangka lateral
lateral-2D
2D
12
Sistem lantai dengan
g balok satu
arah (one-way joist floor System)
Rib (j
(joist)
i t) d
dengan b
balok
l k:L
Lentur
t satu
t arah
h (O
(One-way bending)
b di )
13
Sistem lantai dengan
g balok satu
arah (one-way joist floor System)
Kelebihannya dibandingkan dengan sistem
pelat lantai lainnya adalah:
14
Sistem lantai dengan balok waffle
Pelat lantai waffle : Lentur dalam dua arah ((Two-wayy bending)
g)
2D lateral frames
15
Sistem lantai dengan balok waffle
Kelebihannya
y dibandingkan g dengan
g sistem
pelat lantai lainnya adalah:
16
C Sistem rangka
C.
(frame) struktur
17
Frame: Sistem balok (pelat) yang koplanar dan
elemen-elemen
elemen elemen kolom yang didominasi oleh
deformasi lentur.
Planar ((2D))
Space (3D)
18
Perilaku dasar dari rangka/frame
19
2D vs
vs. 3D rangka/frame (denah)
4 frames , 2 frames 4 frames , 4 frames
L b efektif
Lebar f ktif pelat
l t
21
Sistem rangka penahan beban lateral
Rangka terdiri dari balok dan kolom
22
Si t
Sistem rangka
k penahan
h b beban
b llateral
t l
23
Sistem rangka penahan beban lateral
d
dengan di
dinding
di geser ((shear
h wall)
ll)
Shear wall Kolom tepi Pada umumnya deformasi
geser yang menentukan
24
Sistem rangka penahan beban gravitasi
dengan
g dinding gg
geser ((shear wall)) sebagai
g
penahan beban lateral
Elevator shaft sebagai shear wall
Balok perangkai
(coupling beams)
25
Penahan beban-dual lateral
l d systems
load t
Wall-Frame Dual System:
Lubang
Shear walls
26
D. Beberapa catatan
penting dalam
structural modelling
modelling..
(Beberapa kekeliruan yang sering
dijumpai dalam praktek
praktek))
27
28
1. Properties modifier
29
2. Rigid zone offsets
B
Beam-column
l jjoints
i t dimodelkan
di d lk 50% rigid.
i id
Mengikuti garis sumbu batang (center line): fully flexible joints
Mengikuti bentang bersih (clear span) : fully rigid joints30
Rigid Frame Joint Offsets
Catatan: Untuk blade column The floor plan shown in the figure below illustrates a
sebaiknyay di assign
g concrete beam and slab system with such a condition.
sebagai kolom dan Note that all of the spandrel beams frame in to the
tidak diassign sebagai edge of the column, not the column center line. This
wall circumstance can be modeled in ETABS by providing
a joint offset to the top (j-end) and bottom (i-end) of
each column in either the global X direction, global Y
direction, or both directions depending on how31the
column is oriented.
3. Member Element
A wall or slab section can either have shell, membrane or plate-
p
type behavior. Membrane-type behavior means that only in-plane
membrane stiffness is provided for the section. Plate-type
behavior means that onlyy out-of-plane
p p
plate bending
g stiffness is
provided for the section. Shell-type behavior means that both in-
plane membrane stiffness and out-of-plane plate bending
stiffness is provided for the section.
33
b. Kadangkala dalam hasil analisis akhir diketahui kolom
tidak cukup, sehingga penampang harus dirubah.
Perubahan tulangan pada kolom tersebut tidak dapat
dil k k d
dilakukan dengan overwrite
it ukuran
k penampang
saja, tetapi struktur juga harus di-proses ulang.
35
36
/35
/35
37
40
/10 ~ /14
41
Catatan: Preliminary formula tersebut harus diperhatikan lebih jauh untuk kolom yang
langsing, karena ada reduksi kekuata. Faktor kelangsingan mulai berpengaruh
bila tinggi/lebar kolom > 15. 42
43
44
45
Contoh preliminary dimensioning
Diketahui suatu apartemen dengan denah seperti tergambar diatas. Beban
hid
hidup untuk
t k apartemen
t dit t k
ditentukan = 200 kgf/m
k f/ 2 (2.00kN/m
(2 00kN/ 2 ),
) beban
b b t b k
tembok
keseluruhan dibagi luas lantai = 250 kgf/m2 (2.50 kN/m2 ), Beban finishing lantai
= 100 kgf/m2 (1.00 kN/m2 ), Beban untuk ducting AC, electrical dan plafon = 25
kgf/m2 (0.25
(0 25 kN/m2 ).
) Jumlah lantai 6 termasuk pelat atap. atap Ditanyakan
preliminary dimensi dari tebal pelat, ukuran balok dan kolom.
51
Jenis fondasi telapak (footing)
52
Jenis fondasi telapak (footing)
53
Jenis fondasi telapak (footing)
54
Jenis ffondasi telapak
p (footing)
(f g)
Fondasi jalur/menerus,
mendukung satu barisan
kolom-kolom
kolom kolom. Fondasi ini Tie beam-alternatif
memiliki keterbatasan lebar
jalur yang menerus
sepanjang kolom
kolom-kolom
kolom
tersebut.
Sebagai alternatif
alternatif, antar
kolom dapat juga diperkuat Tie beam-alternatif
56
Jenis fondasi lainnya
57
Distribusi dari reaksi tegangan tanah
P
61
Ukuran//dimensi fondasi
Ukuran
Luas telapak fondasi ditentukan sedemikian rupa
berdasarkan gaya luar sehingga tegangan pada tanah
pendukung tidak melampaui tegangan tanah yang
diijinkan.
62
Two--Way Shear (Punching Shear)
Two
Untuk two-way shear pada pelat (& footings) Vc adah nilai terkecil dari ketiga
persamaan berikut (ACI 318-05 pers , 11-33 s/d 11-35)
64
Design
g untuk two
two--wayy shear
1. Asumsikan d.
2. Tentukan b0
b0 = 2(c1+d) +2(c2+d)
66
Design of two-
two-way shear
4. Batas ijin:
dimana Vu=Vc
68
Design of one-
one-way shear
Gaya geser batas(ultimate)
G b t ( lti t )
pada potongan m-m dapat
dihitung
g berdasarkan
persamaan berikut:
= luas bidang
yang diarsir
69
Design of one-
one-way shear
Jika tidak ingin menggunakan
tulangan geser, maka tebal
telapak fondasi d ditentukan
d
b d
berdasarkan
k didimana Vu = VVc
70
Kesimpulan
71
Kesimpulan
p
Penampang kritis untuk perhitungan
geser terletak pada potongan sejarak
d/2 dari muka kolom untuk perhitungan
p g
pons dan sejarak d untuk perhitungan
one way shear)
shear).
Sedangkan penampang kritis untuk
perhitungan lentur berada pada
potongan muka kolom
72
Kuat lentur (flexural Strength)
dan tulangan fondasi
Penampang kritis untuk
perhitungan lentur pada
setiap arah adalah
penampang pada muka
kolom.
Penampang kritis
untuk perhitungan
momen
73
Kuat lentur (flexural Strength)
dan tulangan fondasi
Pendekatan lain adalah melalui
perhitungan
hit Ru = Mu/bd2 dan
d
prosentase tulangan yang
dibutuhkan . Kemudian tentukan
As dan periksa apakah a yang
diasumsikan semula mendekati
hasil a yang dihitung
berdasarkan persamaan berikut:
74
Kuat lentur (flexural Strength)
dan tulangan fondasi
Perlu diperhatikan juga persyaratan
tulangan minimum untuk lentur yaitu,
dimana :
76
Distribusi tulangan fondasi
77
Daya dukung tumpu pada dasar kolom
Gaya yang bekerja pada dasar kolom N1 tidak
boleh melampaui nilai-nilai
nilai nilai sebagai berikut:
dimana :
= 0.65
A1 = luas bidang tumpu
dari kolom
78
Daya dukung tumpu pada dasar kolom
Nilai kuat tumpu pada daerah yang dibebani dapat
ditingkatkan sebesar Jika permukaan beton
pendukung lebih lebar (kesemua arah) dari luasan yang
dibebani.
Jadi, modified bearing
Jadi
strength dapat ditulis sebagai
berikut:
79
80
Panjang
j g ppenyaluran
y tulangan
g
Panjang penyaluran untuk tulangan yang mengalami tekan
dit t k sebagai
ditentukan b ib
berikut
ik t (ACI 318
318-08.
08 12
12.3):
3)
tetapi
p tidak boleh kurang
g dari,
81
Panjangpenyaluran
Panjang
j gp penyaluran
y tulangan
g
Panjang penyaluran untuk tulangan yang mengalami tarik
ditentukan sebagai berikut (ACI 318-08. 12.2):
tid k b
tidak boleh
l h di
diambil
bil llebih
bih b
besar d
darii 2
2.50
50
82
CONTOH SOAL
Diketahui suatu kolom dibebani dengan beban-beban
sebagai berikut:
B b mati
Beban ti ((unfactored
f t d lload)
d) = 400 kN
Beban hidup (unfactored load) = 200 kN
Surcharge (unfactored load) = 2.50 kN/m2
Daya d
D dukung
k tanah
h yang diiji
diijinkan
k
(gross) = 100 kN/m2
Pu = 1.20(400)
1 20(400) + 1.60(200)
1 60(200) = 800 kN
85
3. Menentukan tebal pelat fondasi, jika diketahui mutu beton untuk
fondasi fc-20
20 dan asumsikan tebal pelat beton = 400mm dan
tebal efektifnya = 300 mm
Vn = (0.17fc bw d) ; = 0.75
(
= 0.75(0.17 20 .2800.300))
= 478966 N
= 479 kN > Vu = 271 kN (o.k.)
950 mm
86
b. Periksa two-way
two way shear action
Vu = qs x tributary area
Tributary area = (2.80 x 2.80)- {(0.45+0.30) x (0.30+0.30)}
= 7.39
7 39 m2
Vu = (102.04) x (7.39) = 754.08 kN
87
Hitung Vc, dan periksa serta bandingkan dengan Vu.
= minimum dari
b0 = 2(0.45
2(0 45 + 0
0.30)
30) + 2(0
2(0.30
30 + 0
0.30)
30) = 2
2.70
70 m
= (0.45/0.30) = 1.50
Yang
a g menentukan
e e u a
Vc = 0.33 fc b0 d
= 0.75 (0.33)(20)(2700
( )( )( mm)(300
)( mm))
= 896551 N = 897 kN
Mu = 0.50 qu l2
= 0.50 (102.04 x 2.80)(1.25)2
= 223.21 kNm 90
b. Menghitung kebutuhan tulangan As.
Asumsikan bahwa p penampang
p g berada dalam kondisi tarik
(tension controlled), jadi = 0.90
91
(gross area) = (d/h) ()
= (300/400) x (0
(0.002544)
002544)
= 0.001908
Periksa
P ik persyaratant tulangan
t l minimum
i i !!
minimum = 0.0018 < 0.001908 (o.k)
A s fy (1858)x(400)
a= = = 15.61mm
0.85ffc b 0.85 ( 20 ) (2800)
'
( )
a (15.61)
c= = = 18.37
18 37
1 (0.85)
95
t + 0.003 0.003
=
d c
0.003
t = d 0.003
c
0.003
= ((300)) 0.003
18.37
18 37
Jadi asumsi kondisi tension controlled
= 0.046 > 0.004 betul.
96
d. Periksa panjang penyaluran apakah mencukupi
Penampang kritis untuk panjang penyaluran tulangan fondasi
letaknya sama dengan letak penampang kritis untuk
perhitungan momen, yaitu pada muka kolom.
Dengan
g demikian p
panjang
j g p penyaluran
y yang
y g diperiksa
p adalah
panjang penyaluran untuk kondisi keadaan tarik, yaitu:
97
Selimut beton bersih , lapis satu = 100 - (13/2) = 93.50 mm
dan untuk lapis dua adalah = 100 (13) (13/2) = 80.50 mm
93 50 mm
93.50 Y
Yang menentukan
t k
cb minimum dari,
200/2 = 100 mm
jadi pakai,
98
t = 1.0 (karena beton yang berda dibawah tulangan kurang dari
300 mm)
e = 1.0 (uncoated reinforcement)
s = 0.8
0 8 (untuk tulangan D 19 mm)
= 1.0 (untuk beton normal)
t x e = 1.0
10<1 1.70
70
ld = 26 db = 338 mm
Tulangan
g terpasang
p g dari muka kolom ketepi
p fondasi
= (1250-10) = 1150 mm > 338 mm (ok)
99
5. Pemeriksaan penyaluran gaya pada dasar kolom
100
b. Kuat tumpu dari fondasi (bearing strength)
kelas mutu fc-20
20 Mpa adalah sebagai berikut,
Panjang penyaluran untuk tulangan yang Panjang penyaluran untuk tulangan yang
mengalami tekan ditentukan sebagai mengalami tarik ditentukan sebagai
berikut (ACI 318
318-08.
08 12
12.3):
3): berikut (ACI 318
318-08.
08 12
12.2):
2):
tid k boleh
tidak b l h di
diambil
bil llebih
bih b
besar d
darii 2
2.50
50
102
Panjang lewatan
103
104
Panjang lewatan untuk tarik (tension splice)
Panjang minimum sambungan lewatan tarik harus diambil
berdasarkan persyaratan kelas yang sesuai, tetapi tidak kurang
dari 300 mm. Ketentuan masing
masing-masing
masing kelas sambungan
tersebut adalah:
g kelas A = 1.00 ld, dan
Sambungan
Sambungan kelas B = 1.30 ld, dimana, ld adalah panjang
penyaluran ( development length)
110
Jadi, e2 = B/6 agar semua
reaksi berada dalam tekan.
J
Juga d
darii persamaan :
e1 =2e2, maka e1 = B/3
111
BEBERAPA PERSYARATAN
TULANGAN MINIMUM YANG
PERLU DIKETAHUI
112
113
114
115
116
117
G. Persyaratan
penerimaan mutu
beton dilapangan
118
ACI 318-2008
Kuat tekan suatu mutu beton (utk benda uji yang dirawat
dil b
dilaboratorium)
i ) dapat
d dinyatakan
di k memenuhi hi syarat jik
jika kkedua
d
syarat berikut ini dipenuhi.
1) S
1). Setiap
ti nilai
il i rata-rata
t t dari
d i titiga ujiji kkuatt ttekan
k yang b berurutan
t
mempunyai nilai sama atau lebih besar dari fc'
2).
) Tidak ada nilai ujij kuat tekan rata-rata (y (yang
g dihitung
g sebagai
g
nilai rata-rata dari dua hasil uji) mempunyai nilai dibawah fc'
lebih dari 3.50Mpa untuk mutu beton fc 35 Mpa, dan tidak
ada nilai uji kuat tekan rata-rata (yang dihitung sebagai nilai
rata-rata dari dua hasil uji) mempunyai nilai dibawah fc' lebih
dari 0.10 fc untuk mutu beton fc > 35 Mpa
124
Catatan:
1. Yang dimaksut dengan hasil uji kuat tekan (strength test)
adalah hasil rata-rata dari kuat tekan 2 silinderyang dibuat dari
batch yang sama dan diuji pada waktu yang bersamaan.
2. Nilai 31.92 adalah nilai rata-rata dari 32.75; 29.75 dan 33.25,
Nilai 30.58 adalah nilai rata-rata dari 29.75; 33.25 dan 28.75,
Nilai 33.83 adalah nilai rata-rata dari 33.25; 28.75 dan 39.50.
Kuatt tekan
K t k suatu
t mutu
t beton
b t (utk
( tk benda
b d ujiji yang dirawat
di t dilaboratorium)
dil b t i ) d dapatt
dinyatakan memenuhi syarat jika kedua syarat berikut ini dipenuhi.
1).
) Setiap nilai rata-rata dari tiga
g ujij kuat tekan yyang
g berurutan mempunyai
y nilai
sama atau lebih besar dari fc'
2). Tidak ada nilai uji kuat tekan rata-rata (yang dihitung sebagai nilai rata-rata
dari dua hasil uji) mempunyai nilai dibawah fc' lebih dari 3.50Mpa untuk
mutu beton fc 35 Mpa, dan tidak ada nilai uji kuat tekan rata-rata (yang
dihitung sebagai nilai rata-rata dari dua hasil uji) mempunyai nilai dibawah
125
fc' lebih dari 0.10 fc untuk mutu beton fc > 35 Mpa .
Evaluasi -1 : Nilai rata-rata dari tiga uji kuat tekan yang
berurutan adalah 31 31.92
92 Mpa
Criteria 1): Dari ketiga hasil tersebut terlihat bahwa ketiga
hasil
as ujuji kuat
ua tekan
e a > 30 Mpa. pa
Criteria 2): Dari hasil diatas terlihat ada hasil uji tekan
terendah yang diperoleh yaitu 29.75 Mpa,
tetapi nilai ini masih memenuhi syarat karena
29.75 Mpa > 26.50 Mpa.
Jadi dapat disimpulkan hasil uji menunjukkan
beton fc-30 dipenuhi.
Criteria 2): Dari hasil diatas terlihat ada hasil uji tekan
terendah yang diperoleh yaitu 28.75 Mpa (nilai
terendah), tetapi nilai ini masih memenuhi syarat
karena 28.75 Mpa > 26.50 Mpa.
Criteria 1): Dari ketiga hasil tersebut terlihat bahwa ketiga hasil
uji kuat tekan > 30 Mpa.
C it i 2)
Criteria 2): Dari
D ih hasilil di
diatas
t tterlihat
lih t ada
d hhasilil ujiji ttekan
k tterendah
d h
yang diperoleh yaitu 28.75 Mpa, tetapi nilai ini
masih memenuhi syarat y karena 28.75 Mpa > 26.50
Mpa.
129
Kekuatan Relatif antara Benda Uji Silinder
vs Kubus adalah sebagai berikut:
Menurut A.M. Neville:
Kuat tekan benda uji Silinder vs benda uji Kubus.
Kuat tekan 7.00 15.50 20.00 24.50 27.00 34.50 37.00 41.50 45.00 51.50
( N/mm2 )
Kuat ratio 0.76 0.77 0.81 0.87 0.91 0.93 0.94 0.95 0.96 0.96
(silinder/kubus)
130
Menurut ISO Standard 3893-1977(E).
3893-1977(E)
Kuat tekan 2 4 6 8 10 12 16 20 25 30 35 40 45 50
Silinder(N/mm2)
Kuat tekan 2.5 5 7.5 10 12.5 15 20 25 30 35 40 45 50 55
Kubus(N/mm2)
131
132