DISUSUN OLEH
MUHAMMAD FAHRUS SYAVIQ
NIM 135060100111041
NIM 135060101111075
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga Laporan Kuliah Kerja
Nyata Praktik dapat terselesaikan.
Laporan Kuliah Kerja Nyata Praktik (KKN-P) ini disusun sebagai hasil keikut
sertaan dalam Proyek Apartment Gayanti City Tower A yang terletak di Jl. Gatot
Subroto Kav. 2 Jakarta Selatan. KKN-P kami dilaksanakan selama 22 hari yaitu
pada tanggal 18 Juli 2016 sampai dengan 11 Agustus 2016. Laporan ini berisi tentang
Pengawasan pada Kolom, Balok, dan Plat Lantai.
Kuliah Kerja Nyata Praktik (KKN-P) adalah mata kuliah wajib yang harus
ditempuh karena sangat bermanfaat bagi mahasiswa. Dalam Kuliah Kerja Nyata
Praktik (KKN-P) kami dapat membandingkan teori yang telah diterima selama
perkuliahan dengan yang terjadi di lapangan. Selain itu, kami mendapat bekal untuk
terjun ke dunia kerja dan menambah wawasan dalam bidang ilmu Teknik Sipil
Pada kesempatan ini tak lupa kami menugcapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada :
1. Bapak Ir. Sugeng P. Budio, MS, selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya.
2. Bapak Dr. Eng. Indradi Wijatmiko, ST., M.Eng (Prac), selaku Ketua Program
Studi Sarjana (S1) Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
3. Ibu Lilya Susanti, ST., MT. selaku dosen pembimbing KKN-P.
4. Kedua orang tua yang selalu member dukungan dan doa.
5. Bapak Tommy Hendroutomo. selaku pembimbing lapangan.
6. PT. Adhi Persada Gedung yang telah membantu dalam pelaksanaan Kuliah
Kerja Nyata-Praktek (KKN-P) pada proyek Pembangunan Apartemen Gayanti
City.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Khusus ........................................................................................................ 2
1.4 Maksud dan Tujuan Praktik Kerja .......................................................................... 3
1.5 Pembatasan Masalah ............................................................................................... 4
1.6 Metode Pembahasan................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 6
2.1 Struktur Organisasi Proyek ..................................................................................... 6
2.2 Beton ..................................................................................................................... 12
2.2.1 Material Beton ................................................................................................ 12
2.3 Kolom.................................................................................................................... 14
2.3.1 Jenis-Jenis Kolom .......................................................................................... 14
2.3.2 Letak Kolom Dalam Konstruksi .................................................................... 16
2.4 Balok .................................................................................................................... 17
2.4.1 Jenis-Jenis Balok ........................................................................................... 17
2.5 Pelat Lantai............................................................................................................ 18
2.5.1 Fungsi Plat Lantai .......................................................................................... 18
2.5.2 Jenis Plat Lantai ............................................................................................ 18
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Struktur Organisasi OPF .......................................................................... 9
Gambar 2. 2 Struktur Organisasi Proyek Coordinator OPK di Perusahaan dengan
Struktur Fungsional ............................................................................. 10
Gambar 2. 3 Struktur Organisasi Proyek Murni ......................................................... 11
Gambar 2. 4 Struktur Organisasi Proyek Matriks ...................................................... 11
Gambar 2. 5 Jenis-Jenis Kolom .................................................................................. 15
Gambar 2. 6 Pemasangan Bekisting........................................................................... 26
Gambar 2. 7 Pemasangan Bekisting Kolom ............................................................... 26
Gambar 2. 8 (a) Bekisting sederhana untuk sloof; (b) bekisting kayu untuk balok
pondasi dengan kaki yang diperlebar; (c) Bekisting untuk balok pondasi
dengan dinding-dinding yang miring. .................................................... 30
Gambar 2. 9 Medan lantai ditopang oleh anak-anak balok, penyangga-penyangga dan
stempel-stempel sekrup.......................................................................... 31
Gambar 2. 10 Bekisting dari berbagai bentuk lantai ................................................... 32
Gambar 2. 11 (a) Konstruksi penopang sederhana untuk sebuah lantai yang dicor
setempat; (b) Prinsip pembuatan bekisting tradisional dalam bentuk
sederhana ............................................................................................... 32
Gambar 2. 12 Bekisting lantai dan bekisting balok ditopang oleh stempel ................ 33
Gambar 2. 13 Bekisting lantai dan bekisting balok ditopang oleh steger sistem ........ 33
Gambar 2. 14 Jenis Tulangan ...................................................................................... 37
Gambar 3. 1 Lokasi Proyek Gayanti City ................................................................... 40
Gambar 3. 2 Rencana Pembangunan Proyek Gayanti city ......................................... 41
Gambar 3.3 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas ............................................... 47
Gambar 3. 4 Struktur Organisasi Kontraktor Pelaksana ............................................. 50
Gambar 3. 5 Plat Lantai .............................................................................................. 54
Gambar 3. 6 Flowchart Pekerjaan Plat dan Balok ...................................................... 55
Gambar 3. 7 Scafolding ( Perancah ) .......................................................................... 56
Gambar 3. 8 U-Head .................................................................................................. 57
Gambar 3. 9 Base jack ................................................................................................ 57
vi
vii
viii
ix
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
Kolom, Shear wall, Plat lantai dan balok yang ada pada proyek pembangunan
GAYANTI CITY
pelat pada
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu aspek dalam manajemen proyek adalah aspek organizing atau pengaturan.
Permasalahan organizing atau pengaturan ini sangat diperlukan terutama untuk
menangani suatu proyek. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu bentuk organisasi
Planning (Perencanaan)
Directing (Pengarahan)
Controlling (Pengendalian)
Coordinating (Pengkoordinasian)
yang sesuai dengan proyek yang akan dikerjakan. Dimana fungsi dari
organisasi itu sendiri adalah merubah sesuatu (dapat berupa material, informasi,
ataupun masyarakat) melalui suatu tatanan terkoordinasi yang mampu memberikan
nilai tambah, sedemikian sehingga organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya
dengan baik.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan, diperlukan adanya
fungsi manajemen atau yang lebih dikenal dengan Proses Siklus Manajemen
(Management Cycle), yang terdiri dari:
Dengan adanya kenyataan tersebut maka diperlukan suatu manajemen yang
pada prinsipnya merupakan suatu proses, kegiatan atau usaha untuk mencapai tujuan
tertentu melalui kerjasama dengan orang lain berdasarkan ilmu dan seni. Untuk
mencapai sasaran tersebut diperlukan sejumlah sarana, fasilitas atau alat yang disebut
juga sebagai unsur-unsur manajemen. Unsur-unsur manajemen tersebut seringkali
dirumuskan oleh ahli manajemen dengan sebutan 6M.
Elemen-elemen tersebut merupakan faktor yang harus disediakan pada suatu kegiatan
yaitu meliputi :
1. Man (manusia)
Manusia merupakan penggerak dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen. Faktor
manusia adalah yang paling utama. Tak kan ada manajemen tanpa adanya manusia.
Manusia menjadi penentu tujuan sekaligus pelaku dalam proses kegiatan yang telah
direncanakan serta melakukan, menggunakan, melaksanakan, dan merasakan hasil
dari manajemen itu.
2. Money (keuangan dan pembiayaan)
Dalam dunia modern, uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai, amat
diperlukan untuk mencapai sesuatu tujuan, disamping unsur manusianya. Uang juga
termasuk faktor yang menentukan berjalannya suatu pekerjaan
3. Methods (metode kerja)
Metode kerja adalah susunan atau tata cara melaksanakan sesuatu pekerjaan
secara terstruktur dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Metode kerja yang
efektif menentukan kelancaran jalannya pekerjaan.
4. Materials (bahan-bahan atau perlengkapan)
Faktor material merupakan sarana bagi manusia untuk mencapai suatu hasil. Oleh
sebab itu, manusia tidak dapat berbuat tanpa bahan dan perlengkapan.
5. Machines (mesin-mesin)
Mesin merupakan teknologi yang memberikan kemudahan dalam pekerjaan serta
menyingkatkan waktu bekerja. Dengan teknologi ini diharapkan tingkat efisiensi
lebih tinggi dan menghasilkan hasil yang maksimal.
6. Market (pasar)
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang ditunjukkan untuk
merencanakan, menentukan harga, mempromosikan agar dapat mencapai tujuan
organisasi.
10
C.
11
12
2.2 Beton
Beton merupakan suatu bahan komposit yang terbuat dari campuran beberapa
batuan dan direkatkan oleh bahan ikat. Komposisi dari beton sendiri terdiri dari
agregat halus dan agregat kasar dan ditambah dengan pasta semen. Nilai kekuatan
serta daya tahan beton merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai
banding campuran dan mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran,
pelaksanaan
finishing,
temperatur
dan
kondisi
perawatan
pengerasannya
(Dipohusodo, 1999).
semen portland
Semen-semen lain
Aluminium semen
Semen bersulfat
13
Dengan jenis semen tersebut diperlukan air guna berlangsungnya reaksi kimiawi
pada proses hidrasi. Pada proses hidrasi, semen mengeras dan mengikat bahan susun
beton membentuk massa padat. Semen Portland yang dipakai harus memenuhi syarat
SIT 00 13- 81 dan Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) 1982,
sedangkan Semen Portland Pozzolan harus memenuhi syarat SIlO 132-75
(Dipohusodo, 1999).
2. Agregat
Agregat (yang tidak bereaksi) adalah bahan-bahan campuran beton yang
salingdiikat oleh perekat semen. Agregat yang umum dipakai adalah pasir, kerikil,
danbatu-batu pecah.Pemilihan agregat tergantung dari syarat-syarat yang ditentukan
beton, persediaan lokasi pembuatan beton, serta perbandingan yang telahditentukan
antara biaya dan mutu (Sagel, et al., 1997).
3. Air
Karena pengerasan beton berdasarkan reaksi antara semen dan air, maka
sangat diperlukan pemeriksaan apakah air yang digunakan memenuhi syarat tertentu.
Air tawar yang dapat diminum, tentu boleh dipakai. Air minum tidak selalu ada
disetiap tempat, jika tidak ada disarankan menggunakan air lain dan diamati
apakahair tersebut mengandung hal-hal yang akan merusak beton/baja (Sagelet
al.,1997).
4. Bahan Kimia
Tujuan dari penambahan bahan kimia ini adalah untuk memperbaiki sifat-sifat
tertentu dari campuran beton lunak dan keras. Takaran bahan ini dapat diabaikan.
Bahan kimia tambahan tidak dapat mengoreksi komposisi spesi beton yang buruk.
Karenanya harus diusahakan komposisi seoptimal mungkin dengan bahan-bahandasar
yang cocok. Dari macam-macam bahan kimia tambahan yang ada harusdiadakan
percobaan awal terlebih dahulu demi kepentingan apakah takarannyamemenuhi sifatsifat yang dituju. Beberapa bahan tambahan mungkin mempunyai garis-garis besar
14
atau norma-norma yang menentukan pemakaiannya. Suatupemakaian dari bahanbahan kimia tambahan yang penting adalah untukmenghambat pengikatan serta
meninggikan konsistensinya tanpa pertambahan air. Oleh karena itu, spesi mudah
diangkut serta mempertinggi kelecakan agar pada bentuk-bentuk beksiting yang sulit
pun dapat terisi pula dengan baik (Sagel et al.,1997).
2.3 Kolom
Kolom adalah elemen vertikal yang memikul sistem lantai struktur. Elemen
ini merupakan elemen yang mengalami tekan dan pada umumnya disertai dengan
momen lentur dan kolom juga merupakan salah satu unsur terpenting dalam
peninjauan keamanan struktur. Kolom juga dapat diartikan sebagai penyangga atau
pilar yang akan menyalurkan beban dan gaya-gaya vertikal dan lateral ke pondasi.
Konstruksi kolom akan menentukan besarnya gaya lateral yang akan dipikul oleh
kolom pondasi tersebut. Adapun besar kecilnya kolom (dimensi kolom) tergantung
pada distribusi pembebanan. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat
bangunan dan bebans lain seperti beban hidup serta beban angin. Kolom berfungsi
sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai
dari atap, yang selanjutnya dibebankan kepada kolom. Seluruh beban yang diterima
kolom kemudian didistribusikan ke struktur dibawahnya.
15
jarak spasi
tertentu diikat
16
Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama
yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama adalah 3.5
m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan apabila
jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus
dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2
biasanya dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm
( 8 d 12 maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 10 cm maksudnya
begel diameter 8 dengan jarak 10 cm).
Kolom praktis adalah kolom yang berpungsi membantu kolom utama dan juga
sebagai pengikat dinding agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau
pada pertemuan pasangan bata, (sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan
tulangan beton 4 d 10 begel d 8-20.
17
2.4 Balok
Balok adalah bagian dari structural sebuah bangunan yang kaku dan dirancang
untuk menanggung dan mentransfer beban menuju elemen-elemen kolom penopang.
Selain itu ring balok juga berfungsi sebag pengikat kolom-kolom agar apabila terjadi
pergerakan kolom-kolom tersebut tetap bersatu padu mempertahankan bentuk dan
posisinya semula. Ring balok dibuat dari bahan yang sama dengan kolomnya
sehingga hubungan ring balok dengan kolomnya bersifat kaku tidak mudah berubah
bentuk. Pola gaya yang tidak seragam dapat mengakibatkan balok melengkung atau
defleksi yang harus ditahan oleh kekuatan internal material.
18
19
1. Plat lantai harus mempunyai tebal minimum 12 cm, dan untuk plat atap
minimum 7 cm.
2. Harus diberi tulangan silinder dengan diameter minimum 8 mm yang terbuat
dari baja lunak ataupun baja sedang.
3. Plat lantai dengan tebal lebih dari 25 cm harus dipasang tulangan rangkap
diatas dan di bawah
4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih
dari 20 cm atau dua kali tebal plat, dan dipilih yang terkecil.
5. Semua tulangan plat harus dibungkus dengan lapisan beton dengan tebal
minimum 1 cm, yang berguna untuk melimdungi baja dari korosi maupun
kebakaran.
6. Campuran beton untuk plat adalah 1 pc : 2 ps : 3 kr + air, sedangkan untuk
lapisan kedap air campurannya adalah 1 pc : 1,5 ps : 2,5 kr + air secukupnya.
Plat lantai beton ini mempunyai beberapa keunggulan / keuntungannya sendiri,
antara lain:
a. Mendukung untuk digunakan pada bangunan dengan beban yang besar.
b. Tidak dapat terbakar dan kedap air, sehingga dapat dijadikan sebagai lantai
dapur, kamar mandi ataupun WC.
c. Dapat dipasang keramik, tegel dan granit, sehingga dapat memperindah lantai.
d. Bahan yang awet dan kuat, perawatannya mudah dan berumur panjang.
pengerjaannya
dilakukan
ditempat,
dengan
bekisting
yang
menggunakan polywood dengan perancah scaffolding. Ini adalah cara yang masih
terbilang kuno dan memakan banyak waktu dan biaya, sehingga banyak yang
20
21
penting juga. Selain pembiayaannya (yaitu biaya kerja per jam dan biaya bahan)
ternyata kualitas bekisting juga ikut menentukan bentuk rupa kontruksi beton. Oleh
karena itu, bekisting harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu direncanakan
sedemikian rupa supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan atau
lenturan yang timbul ketika beton dituang. (Sagel et al., 1993:41).
22
23
24
25
1. Kualitas
Bekisting harus didesain dan dibuat dengan kekakuan (stiffness) dan keakurasian
yang baik sehingga bentuk, ukuran, posisi, dan penyelesaian dari pengecoran dapat
dilaksanakan sesuai dengan toleransi yang diinginkan indikasinya adalah:
a. Ukuran harus sesuai dengan yang diinginkan.
b. Posisi letak acuan dan perancah harus sesuai rencana.
c. Hasil akhir permukaan beton harus baik, tidak ada acuan yang bocor.
2. Keselamatan
Bekisting harus didirikan dengan kekuatan yang cukup dan factor keamanan yang
memadai sehingga sanggup menahan atau menyangga seluruh beban hidup dan mati
tanpa mengalami keruntuhan atau berbahaya bagi pekerja dan konstruksi beton,
indikasinya adalah:
a. Acuan dan perancah harus stabil pada posisinya.
b. Kokoh yang berarti acuan dan perancah harus kuat menahan beban yang
bekerja.
c. Acuan dan perancah haruskaku tidak boleh bergerak dan bergeser dari
posisinya.
3. Ekonomis
Bekisting harus dibuat sacara efisien, meminimalisir waktu dan biaya dalam
pelaksanaan dan jadwal demi keuntungan kontraktor owner (pemilik), indikasinya
adalah:
a. Mudah dikerjakan dengan tidak banyak mmbutuhkan tenaga kerja.
b. Mudah dipasang atau dirangkai untuk menghemat waktu
c. Berikut merupakan gambar pemasangan bekisting sloof dan kolom :
26
27
yang
pembuatannya
dilakukan
di
tempat
pembangunan adalah cukup beraneka jenis dan jumlahnya pun cukup besar. Untuk
teknik bekisting, kita memperlakukan cara penyambungan tradisional. Di samping itu
telah dirancang pula berbagai cara lain, untuk membatasi pengerjaanyang
menghabiskan waktu dan yang lebih menambah pembiayaan di tempat.
Dalam membuat sambungan-sambungan hendaknya kita memperhatikan berikut:
a. Biasanya batang-batang yang akan disambung akan mengalami pelemahan
dalam penampangnya (ulir sekrup)
b. Penentuan letak sambungan harus dilakukan dengan cermat
c. Sebuah sambungan dapat bergeser oleh pembebanan
d. Pada pembebanan yang berbeda-beda pergeserannya akan lebih besar, dengan
demikian sambungan bersangkutan harus dibuat lebih berat
e. Suatu kombinasi dari cara penyambungan yang berbeda-beda tidak selamanya
akan menghasilkan sebuah sambungan yang lebih kuat
f. Batasilah banyaknya sambungan oleh suatu pendetailan yang baik
Terdapat beberapa jenis alat sambung yang digunakan dalam pembuatan bekisting,
yaitu sebagai berikut :
28
a. Paku
b. Sekrup dan baut-ulir kayu
c. Baut dan plat (pengganjal)
29
galian atau di atas tiang-tiang. Sebuah konstruksi beton tidak boleh langsung dicor di
atas tanah, terlebih dahulu harus dipasang suatu lantai kerja yang memadai.
Untuk pekerjaan normal, dibuat lantai kerja dari beton tidak bertulang dengan
kadar semen sedikitnya 200 kg/cm2. Pada umumnya ketebalan lantai kerja 50-60 mm,
dalam pembangunan dalam air dipergunakan ukuran tebal yang lebih besar. Pada
pondasi di atas sebuah galian, hendaknya lantai kerja dipasang di atas dasar tanah
yang sebelumnya tidak dijamah atau di atas tanah yang telah dipadatkan dengan
sempurna.
Untuk permukaan kontak dari bekisting bagian samping, dapat digunakan
kayu papan dan berbagai macam material plat. Tekanan spesi dapat diserap oleh
tiang-tiang dan batang-batang tarik dari kayu atau baja. Pada umumnya, untuk
pondasi digunakan bekisting yang dibuat secara tradisional meskipun untuk skala
besar telah dikembangkan dan dipergunakan bekisting fabrikasi dari baja.
2. Bekisting Dinding
Dalam membangun sebuah rumah, bekisting untuk dinding vertikal yang rata
memiliki ukuran yang terbatas. Terdapat kemungkinan bagi ketinggian dinding
mencapai 5-6 m. Dengan ketebalan dinding yang pada umumnya 0.2 m hingga
maksimal 0.3-0.4 m.
Bekisting sebuah dinding terdiri dari empat bagian utama:
a. Bekisting kontak, yang menunjang pengerasan beton
b. Gelagar
dan
tiang-tiang,
yang
menopang
permukaan
kontak
dan
mengkakukan bekisting
c. Sekur-sekur, yang menunjang bekisting terhadap tenaga pelaksanaan dan
tenaga angin
d. Penjaga jarak dan batang tarik, yang mempertahankan ukuran ketebalan
dinding dan menyerap tekanan spesi.
30
(a)
(b)
(c)
Gambar 2. 8 (a) Bekisting sederhana untuk sloof; (b) bekisting kayu untuk balok
pondasi dengan kaki yang diperlebar; (c) Bekisting untuk balok
pondasi dengan dinding-dinding yang miring.
3. Bekisting Kolom
Sebaiknya kolom tidak dicor pada waktu yang bersamaan dengan balok atau
lantai yang menumpang di atasnya, pengecoran lebih baik dilakukan setelah selang
beberapa hari. Kolom-kolom yang dicor terlebih dahulu dapat memberikan keamanan
stabilitas pada konstruksi yang akan dicor berikutnya.
Bekisting dari kolom harus menerima beban tekanan spesi beton yang cukup
besar. Dalam pelaksanaan, bekisting kolom akan terisi dalam waktu yang sangat
31
singkat. Tekanan ke arah samping saat pengecoran cukup tinggi, hal ini diakibatkan
oleh kecepatan naik dari spesi beton itu sendiri.
4. Bekisting Plat Lantai dan Balok
a. Lantai yang tidak berbalok
Untuk medan lantai yang lebih besar sebaiknya ditempatkan anak-anak balok
dan balok-balok penyangga. Tidak perlu dipasang stempel di persilangan antara anak
balok dan balok penyangga.
32
Gambar 2. 11 (a) Konstruksi penopang sederhana untuk sebuah lantai yang dicor
setempat; (b) Prinsip pembuatan bekisting tradisional dalam bentuk
sederhana
33
Gambar 2. 13 Bekisting lantai dan bekisting balok ditopang oleh steger sistem
2.7 Tulangan
Beberapa besi yang dapat anda temukan di dalam beton (lazimnya di temukan
di dalam beton dengan susunan tertentu) dinamakan besi tulangan beton / baja
tulangan beton. Ketika disebut beton, lazimya di tempat kita diartikan beton bertulang
sedangkan untuk penyebutan beton tanpa penulangan disebut beton tak bertulang,
maka ketika ditanya sebuah gedung lantai 12 konstruksinya beton, maka yang
34
dimaksud dalam hal ini adalah beton bertulang. Kombinasi besi tulangan beton
dengan beton dinamakan beton bertulang. Beton bertulang di bagi atas :
1. Tulangan ulir
Berdasarkan SNI ( dalam Wahyudi, 1999 :33), digunakan simbol D untuk
menyatakan diameter tulangan ulir. Sebagai contoh, D-10 dan D-19 menunjukkan
tulangan ulir berdiameter 10 mm dan 19 mm. Tulangan ini tersedia mulai dari
diameter 10 hingga 32 mm, meskipun ada juga yang lebih besar, tetapi umumnya
diperoleh melalui pesanan khusus. Bedasarkan ketentuan SNI T-15-1991-03 pasal 3.5
(dalam Wahudi, 1999 : 33) baja tulangan ulir labih diutamakan pemakaiannya untuk
batang tulangan. Salah satu tujuan dari ketentuan ini adalah agar struktur beton
bertulang tersebut memiliki keandalan terhadap efek gempa, Karena antara lain
terdapat lekatan yang lebih baik antara beton dengan tulangannya. Persyaratan yang
harus dipenuhi oleh baja tulangan ulir menurut L. Wahyudi (1999:3) antara lain :
a. Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SII-0136-86 atau ekivalen JLS. G.
3112
b. Baja tulangan ulir mempunyai kuat leleh lebih besar dari 400 KN/cm2 boleh
dipakai asalkan fy adalah tegangan yang memberikan regangan 0,30 %.
c. Baja tulangan beton yang dianyam harus memilih ASTM AIG4 Spesification
For Fabricated Deform Steel Bar Mats For Concrete Reinforcement.
35
Berat
Keliling
(mm)
(kg/m)
(cm)
Luas
Penampang
(cm2)
10
0,67
3,14
0,785
13
1,04
4,08
1,33
16
1,58
5,02
2,01
19
2,23
5,96
2,84
22
2,98
6,91
3,80
25
3,85
7,85
4,91
32
6,31
10,05
8,04
36
7,99
11,30
10,20
40
9,87
12,56
12,60
2. Tulangan Polos
Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa macam diameter tetapi karena
ketentuan SNI (dalam Wahyuidi, 1999 : 32), hanya memperkenankan pemakaiannya
untuk sengkang dan tulang spiral, pemakiannya terbatas. Saat ini tulangan polos yang
mudah dijumpai adalah hingga diameter 16mm, dengan panjang standar 12 meter.
36
Berat
Keliling
Luas penampang
(mm)
(kg/m)
(cm)
(cm2)
0,222
1,88
0,283
0,395
2,51
0,503
10
0,617
3,14
0,785
12
0,888
3,77
1,13
16
1,58
5,02
2,01
37
38
39
Maka selanjutnya fakor yang tidak kalah pentingya dalam membuat beton yang baik
adalah kegiatan pemadataan cor-coran beton.
Kapankah pemadatan beton dilakukan, pemadatan dilakukan segera setelah
beton dicor pada areal yang kita kehendaki, dimana keadaan tersebut sifat beton
masih plastis. Pemadatan atau penggetaran beton tidak boleh dilakukan setelah beton
masuk dalam fase setting.
Selain untuk menghasilkan beton yang kuat dan tahan lama maka pemadatan
beton juga akan memberikan hasil permukaan beton halus. Pemadatan beton
lazimnya mengunakan alat vibrator beton (concrete vibrator).
BAB III
PEMBAHASAN
40
41
42
Lokasi Proyek
Pemilik Proyek
Perencana Arsitektur
Perencana Struktur
: PT. Arkonin
Perencana MEP
Perencana Landscape
: PT. Element
Konsultan Pengawas
Kontraktor Pelaksana
Lingkup Pekerjaan
Jumlah Lantai
: Basement = 4 Lt.
Tower A Lt. GF s/d Lt. 32, Lt. Atap, Lt. LMR
Luas Bangunan
: 57.415,84 m2
Tinggi Bangunan
: 122,7 m
Waktu Pelaksanaan
: 20 bulan
Waktu Pemeliharaan
: 365 hari
43
44
45
proses lelang yang diadakan panitia tender pekerjaan konstruksi. Adapun tugas dan
wewenang dari konsultan yaitu:
a. Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan keinginan pemilik proyek
(bisa pihak swasta maupun pemerintah).
b. Membuat gambar kerja pelaksanaan. Membuat Rencana kerja dan syarat
sayarat pelaksanaan bangunan ( RKS ) sebagai pedoman pelaksanaan.
c. Membuat rencana anggaran biaya (RAB).
d. Memproyeksikan keinginan keinginan atau ide ide pemilik proyek ke
dalam
desain
bangunan.
Melakukan
perubahan
desain
bila
terjadi
para
pelaksana
kegiatan
yang
lain.
Konsultan
46
Dalam proyek ini yang bertugas sebagai konsultan pengawas adalah PT. Wiratman
Cipta Manggala. Peranan konsultan pengawas adalah sebagai berikut:
a. Mengevaluasi program kegiatan pelaksanaan fisik yang disusun oleh
pelaksana konstruksi yang meliputi program pencapaian sasaran fisik,
penyediaan dan penggunaan sumber daya berupa tenaga kerja, peralatan dan
perlengkapan bahan bangunan, informasi, dana, program quality assurance,
quality control dan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
b. Mengendalikan program pelaksanaan konstruksi fisik, yang meliputi program
pengendalian sumber daya, pengendalian biaya, pengendalian waktu,
pengendalian sasaran fisik (kualitas dan kuantitas) hasil konstruksi,
pengendalian
perubahan
pekerjaan,
pengendalian
tertib
administrasi,
47
PROJECT COORDINATOR
LIA HERAWATY, ST
TEAM LEADER
Ir. BAHRUN AKILY
STRUCTURE ENGINEER
ARCHITECT ENGINEER
MEP ENGINEER
MUHAMMAD GHOMARI, ST
SAMUEL DIEN, ST
SCHEDULLER/
PROJECT CONTROL
BHAGE PUSPITARINI, ST
ADMIN PROJECT
NORMA ANGGRAENI
INTERIOR / FURNITURE
ENGINEER
TO BE NAME
STRUCTURE INSPECTOR
ARCHITECT INSPECTOR
1. GUNAWAN
3. ABDUL AZIZ, Amd
TO BE NAME
LANDSCAPE ENGINEER
MECHANICAL INSPECTOR
LANDSCAPE ENGINEER
ELECTRICAL INSPECTOR
TO BE NAME
TO BE NAME
TO BE NAME
TO BE NAME
48
4. Kontraktor Pelaksana
Kontraktor merupakan sebuah badan/lembaga/orang yang mengupayakan atau
melakukan aktifitas pengadaan baik berupa barang maupun jasa yang dibayar dengan
nilai kontrak yang telah disepakati. Kontrakator akan melaksanakan pekerjaan
konstruksi sesuai yang telah disepakati baik berupa gambar-gambar kerja, Rencana
kerja dan syarat-syarat serta hal-hal lainnya yang telah ditentukan oleh pemilik
proyek. Pelaksanan pekerjaaan yang dilakukan kontraktor nantinya akan diawasi oleh
Konsultan Pengawas dan pemilik proyek. Pada proyek ini yang bertugas sebagai
Kontraktor Pelaksana yaitu PT. Adhi Persada Gedung.
49
50
51
52
Engineering
untuk
menentukan
waktu
pengerjaan
dan
metode
53
54
55
TIDAK
YA
TIDAK
YA
BERAT
TIDAK
SEDANG
RINGAN
YA
56
horizontal support
vertical support
57
Gambar 3. 8 U-Head
58
Suri-suri
Hollow
terlebih dahulu. Pemasangan bekesting dikerjakan oleh tukang kayu dengan dengan
menggunakan triplek 12 mm.
4) Tembereng
Tembereng merupakan bagian dari bekisting sebagai wadah untuk pengecoran
balok sehingga diletakkan pada sisi tulangan balok. Tembereng bisa di bongkar
sesudah 12 jam dari waktu selesai pengecoran
59
Gambar 3. 11 Tembereng
5) Siku
siku berfungsi untuk membantu menopang bekisting agar bisa berdiri tegap
(vertical) membentuk siku sehingga bekisting bisa terpasang dengan benar.
60
61
62
cakar ayam
tulangan atas
beton tahu
tulangan bawah
tulangan pertama
dikerjakan
tulangan keempat
dikerjakan
tulangan
kedua dikerjakan
63
2) Tulangan Balok
Untuk memasang tulangan pada balok harus mengikuti gambar. jumlah
tulangan dan letak tulangan harus sesuai pada gambar. pada penulangan balok
terdapat dua penamaan tulangan tulangan pokok yang menerus dari tumpuan hingga
lapangan dan tulangan extra yang terdapat pada tumpuan saja. untuk penyambungan
tulangan , boleh di sambung pada area balok yang menahan gaya tekan.
3) Cakar Ayam
Cakar ayam pada penulangan digunakan untuk menjaga jarak antara tulangan
atas dan tulangan bawah.
4) Beton Tahu
Beton tahu digunakan untuk menjaga tebal selimut beton agar tebalnya sesuai
dengan yang ada pada perencanaan.
3.3.1.4 Control Penulangan
Sebelum dilakukan pengecoran tulangan di chek oleh Quality control
kemudian dilanjutkan oleh PENGAWAS, hal ini bertujuan agar tulangan yang di
pasang sesuai dengan yang ada di gambar. jika masih terdapat kekurangan tulangan di
tambahkan dan disesuaikan dengan gambar yang ada.
64
65
66
67
68
69
70
71
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
BERAT
SEDANG
YA
RINGAN
TIDAK
72
73
74
75
76
77
78
3.3.3 Kolom
Gambar 3. 42 Kolom
Pada struktur bangunan bertingkat kolom merupakan salah satu bagian
structural yang sangat vital, hal ini dikarenakan kolom adalah penyalur beban dari
plat dan balok untuk menyalurkan ke pondasi. Dikarenakan peranya yang sangat vital
tersebut kolom harus didesain lebih kuat dari balok ( strong kolom weak beam ). Pada
proyek Gayanti City ini kolom menggunakan beton bertulang dengan mutu tulangan
BJTS-40 dan Mutu beto fc 50.
79
TIDAK
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
BERAT
SEDANG
RINGAN
TIDAK
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
Batas Ultimate
Batas Leleh
91
92
93
94
95
96
2) Perbaikan
Prebaikan yang dilakukan untuk merpaikan lantai yang cacat pada sambungan
beton adalah grouting. Berikut adalah pengertian dan urutan pelaksanaan perbaikan
floorhardener metode grouting.
Grouting adalah perbaikan lantai jika kerusakan lantai hanya sebatas permukaan.
Langkah langkah untuk melakukan perbaikan metode grouting sebagai berikut :
a) Cutting pada area yang akan dilakukan perbaikan sedalam 3 cm
b) Bersihkan area yang sudah di cutting
c) Barmensien di olesi secara rata pada bagian yang sudah di cutting.
d) Area cutting di isi dengan master top 564 sampai 2 mm dari permukaan lantai
e) Master top 120 ( floor hardener ) di taburkan sebanyak 4 kali penaburan
97
98
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.
Struktur organisasi pada Proyek Apartment Gayanti City terdiri dari PT.
Buana Pasific International sebagai Pemilik Proyek, dan PT. Arkonin sebagai
Konsultan Perencana, PT. Wiratman Citra Manggala sebagai Manajeman
Konstruksi, serta PT. Adhi Persada Gedung sebagai Kontraktor Pelaksana.
Pihak-pihak tersebut saling berkoordiinasi sehingga pengelolaan proyek dapat
terlaksana dengan baik. Selain itu juga terdapat struktur organisasi pelaksana
proyek sendiri yaitu di dalam kontraktor pelaksana. Pengaturan dan koordinasi
yang baik dalam pelaksanaan proyek dapat menghasilkan efisiensi waktu,
biaya proyek yang sesuai dengan anggaran yang ada, dan kualitas pekerjaan
yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, optimasi
fungsi masing-masing bagian dapat dicapai sesuai dengan tujuannya.
2.
Proses pelaksanaan pekerjaan kolom, shear wall, plat dan balok sebagai
berikut :
Pekerjaan Kolom
Langkah Langkah pekerjaan kolom adalah :
a.
b.
c.
Pemasangan bekesting
d.
Pengecoran
e.
Pelepasan bekesting
f.
g.
Curing kolom
99
100
b.
c.
Pemasangan bekesting
d.
Pengecoran
e.
Pelepasan bekesting
f.
g.
Curing shearwall
3.
a.
b.
c.
Pemasangan tulangan
d.
Pengecoran
e.
f.
g.
h.
Bahan yang digunakan pada proyek Gayanti city ini sudah sesuai dengan yang
ada pada perencanaan baik dari mutu balok dan mutu tulangan. Hal itu
dikarenakan sudah melewati uji slump dan tekan pada beton serta uji tekuk
dan tarik pada tulangan. Untuk pelaksanaan pekerjaan sudah memenuhi
standard dalam pelaksanaan pekerjaan karena sudah memenuhi RKS
(Rencana Kerja dan Syarat)
4.
Hampir semua pekerjaan dan tidak terkecuali proyek Gayanti. Pada proyek
Gayanti
terdapat
permasalahan
permasalahan
umum
yang
terjadi,
101
a.
b.
c.
d.
4.2 Saran
Setelah melakukan Kuliah Kerja Nyata Praktik (KKN-P) di Proyek Apartment
Gayanti City, terdapat beberapa saran dari kami untuk membantu menyelesaikan
kesulitan dan hambatan dalam proyek, yaitu:
1. Diperlukan manajemen yang baik dalam mengelola proyek baik dari
segi metode kerja, persiapan maupun sumber daya manusia yang
mendukung proyek tersebut.
2. Diperlukan pengawasan yang baik saat pekerjaan, pengadaan barang
maupun hasil perkerjaan untuk menjaga kualitas dari hasil proyek
tersebut.
3. Menjaga koordinasi dan hubungan baik antar Pemilik Proyek,
Konsultan Manajemen Konstruksi dan Kontraktor Pelaksana sangat
penting
demi
kelancaran
berjalanannya
proyek.
LAMPIRAN
102
104