Gorontalo
Tabel 2.1
Persentase Luas Kecamatan di Kota Gorontalo Tahun 2015
GRAFIK 2.1
LUAS KECAMATAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2015
HULONTHALANGI
KOTA BARAT
Kondisi topografi Kota Gorontalo umumnya berupa dataran rendah. Kondisi topografi
dapat mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan
pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring mempergiat
berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah.
Kota Gorontalo dilalui oleh 3 sungai, yaitu Sungai Bone, Sungai Bolango, dan Sungai
Tamalate. Pemanfaatan air sungai di Kota Gorontalo selain digunakan untuk mengairi
sawah beririgasi teknis juga sebagian digunakan sebagai sumber baku air minum oleh
PDAM dan masih terdapat juga sebagian masyarakat yang memanfaatkannya untuk mandi
dan cuci khususnya yang bermukim di sekitar sungai-sungai tersebut. Sebagai sumber air,
Kota Gorontalo juga memiliki 4 lokasi mata air yaitu:
1. Mata air Botudidiya, di lingkungan 7 Kelurahan Dembe I. Kondisinya terawat baik
dan berjarak 50 meter dengan lokasi pemukiman.
2. Mata air di Lingkungan 2 Kelurahan Dembe I. Kondisinya tidak terawat dan
berjarak 10 meter dengan lokasi pemukiman penduduk.
3. Mata air Butu, di Lingkungan 3 Kelurahan Lekobalo. Kondisinya cukup terawat
walau terdapat di lokasi pemukiman penduduk.
4. Mata air Potanga, di Kelurahan Pilolodaa. Berjarak 25 meter dari lokasi
pemukiman penduduk.
Strategi Sanitasi Kota
Gorontalo
Selain memnafaatkan sungai dan mata air sebagaimana diatas , masyarakat Kota
Gorontalo ada juga yang memanfaatkan air tanah dalanm kegiatan sehari-hari.
Menurut hasil pengujian yang dilakukan ioleh Dinas Kesehatan Kota Gorontalo, air
tanah di Kota Gorontalo mengandungbesi (Fe) yang cukup tinggi. Tingginya
kandungan unsur besi ini menyebabkan air tanah di Kota gorontalo tidak layak untuk
digunakan sebagai air minum.
a. Topografi
Topografi Kota Gorontalo umumnya berupa dataran rendah. Kondisi topografi dapat
mempercepat atau memperlambat kegiatan iklim. Pada tanah datar kecepatan
pengaliran air lebih kecil daripada tanah yang berombak. Topografi miring
mempergiat berbagai proses erosi air, sehingga membatasi kedalaman solum tanah.
Berdasarkan tingkat kemiringan lereng, wilayah Kota Gorontalo dapat
dikelompokkan kedalam 5 kelompok :
Wilayah dengan kemiringan lereng 0 8% (datar), tersebar diseluruh kecamatan,
khususnya di Kecamatan Kota Utara.
Wilayah dengan kemiringan lereng 8 15% (landai), tersebar di tiga kecamatan
yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota Selatan dan Kota Timur
Wilayah dengan kemiringan lereng 15 25 % (bergelombang / berbukit),
tersebar di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota Selatan dan Kota
Timur.
Wilayah dengan kemiringan lereng 25 40% (berbukit), tersebar di tiga
kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota Selatan dan Kota Timur.
Wilayah dengan kemiringan lereng >40% (curam sampai sangat curam), tersebar
di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Kota Barat, Kota Selatan dan Kota Timur.
b. Geologis
Struktur geologi Kota Gorontalo tersusun atas Batu Gamping Koral (Ql), Batuan
Gunung Api (Qtv), Aluvium dan Endapan Pantai (Qal) dan Batuan Terobosan Granodiorit
(Gd). Batuan Gamping Koral (Ql). Batuan ini merupakan batuan putih, pejal terdapat
setempattempat. Batuan gamping koral tersebar di sepanjang pantai selatan Kecamatan
Kota Barat dan Kecamatan Kota Selatan dan membentuk pegunungan yang sejajar dengan
pantai.
a. Batuan Gunung Api (Qtv). Batuan ini tersebar di bagian selatan Kota Gorontalo, yaitu di
Kecamatan Kota Selatan dan Kecamatan Kota Timur yang membentuk perbukitan
dengan kemiringan lereng curam. Formasi ini tersusun atas breksi gunung api, tufa dan
lava.
b. Alluvium dan Endapan Pantai (Qal). Batuan ini tersusun atas pasir, lumpur dan kerikil
tersebar hampir di semua wilayah kecamatan yang ada di wilayah Kota Gorontalo.
c. Batuan Terobosan Granodiorit (gd). Batuan ini tersebar di bagian selatan Kota Gorontalo
yang meliputi Kecamatan Kota Timur dan Kecamatan Kota Selatan.
2.1.3 Kependudukan
Strategi Sanitasi Kota
Gorontalo
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk dapat menjadi modal pembangunan daerah. Perkembangan
penduduk memungkinkan pertambahan jumlah tenaga kerja dari masa ke masa. Dan
pemberian pendidikan bagi mereka sebelum menjadi tenaga kerja memungkinkan
masyarakat memperoleh keterampilan bukan saja sebagai tenaga kerja yang ahli akan
tetapi yang terampil, terdidik dan entrepreneur yang berpendidikan. Disamping itu luas pasar
barang dan jasa ditentukan oleh dua faktor yaitu pendapatan masyarakat dan jumlah
penduduk. Maka apabila penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar juga
bertambah.
Penduduk dapat menjadi penghambat pembangunan apabila pertambahan
penduduk tidak dibarengi oleh peningkatan produksi dan kesempatan kerja. Pertambahan
penduduk yang tidak diikuti oleh peningkatan produksi akan berdampak pada penerimaan
pendapatan masyarakat, sementara pertambahan penduduk yang tidak diikuti oleh
kesempatan berusaha/kerja akan berakibat pada peningkatan pengangguran. Berikut
diuraikan jumlah penduduk di Kota Gorontalo dengan luas wilayah dan tingkat kepadatan
sebagai berikut:
Tabel 2.3
Kepadatan Penduduk di Kota Gorontalo Tahun 2015
KOTA
79.03 96.404 97.494 193.898 2.4535
GORONTALO
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil,Des 2015
Jumlah penduduk Kota Gorontalo terbanyak berada di kecamatan Kota Timur yaitu
26.760 jiwa diikuti kecamatan Kota Tengah sebanyak 26.063 jiwa dan kecamatan Dungingi
sebanyak 24.808 jiwa. Namun jika ditinjau dari tingkat kepadatan di kecamatan Kota
Strategi Sanitasi Kota
Gorontalo
Selatan terpadat sebanyak 7.997 Jiwa/ km2, diikuti Kecamatan Kota Tengah sebanyak 5.419
Jiwa/ km2,dan Kecamatan Dungingi sebanyak 5.312 Jiwa/ km2, serta Kecamatan Kota Timur
sebanyak 5.030 Jiwa/ km2.Jumlah penduduk Kota Gorontalo pada saat pelaksanaan
Sensus Penduduk Tahun 2010 sebesar 180.964 jiwa, dengan kata lain selama kurunwaktu
lima tahun terakhir jumlah penduduk Kota Gorontalo telah mengalami pertambahan
penduduk sebanyak 12.934jiwa.
Kepadatan Penduduk
Jumlah penduduk Kota Gorontalo terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Hal ini antara lain disebabkan keberadaan Kota Gorontalo sebagai ibukota provinsi dimana
segala aktifitas masyarakat bertumpu di Kota Gorontalo. Terlebih Kota Gorontalo
memposisikan diri sebagai kota jasa sehingga segala aktifitas masyarakat akan bermuara di
Kota Gorontalo. Ini memberi dampak pada penyediaan sumber daya pendukung untuk bisa
lebih memfasilitasi kebutuhan masyarakatyang mencakup 3 pilar roda penggerak
pembangunan daerah Kota Gorontalo, yaitu a) Infrastruktur, meliputi; sanitasi, transportasi,
perumahan dan pemukiman dan jasa telekomunikasi b) Sosial budaya meliputi;
kesejahteraan masyarakat, kesehatan, pendidikan dan tenaga kerja, serta c) Ekonomi
meliputi; peningkatan taraf hidup masyarakat.
Menyikapi hal tersebut diatas, maka upaya yang telah dan perlu dilakukan oleh
Pemerintah Kota Gorontalo adalah dengan melakukan pengendalian jumlah penduduk yang
diikuti peningkatan kualitas sumber daya masyarakat, serta distribusi penduduk yang
merata. Dengan demikian keberadaan jumlah penduduk di Kota Gorontalo dapat menjadi
modal pembangunan dan bukan sebaliknya menjadi beban pembangunan daerah. Distribusi
penduduk Kota Gorontalo dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.4
Data Populasi dan Kepadatan Penduduk
Per Kecamatan Tahun 2015
Jika dilihat dari luas wilayah Kota Gorontalo berdasarkan luas wilayah perkecamatan
persebaran penduduk belum merata, hal tersebut dapat dilihat dari adanya penumpukan
penduduk pada kecamatan Kota Tengah dan Kecamatan Kota Selatan sebagai kawasan
pusat aktifitas masyarakat. Sehingga pemerintah Kota Gorontalo diperhadapkan pada
pengembangan wilayah dengan prioritas utama pembangunan infrastruktur dan pusat-pusat
perekonomian yang mendorong persebaran dan pemerataan penduduk. Hal ini diharapkan
akan berimbas pada pencapaian sasaran peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dibawah
ini adalah capaian indikator kependudukan Kota Gorontalo
Tabel 2.5
Indikator Kependudukan Kota Gorontalo Selang 2011-2015
Untuk penataan Ruang Terbuka Hijau tahun 2015 capaian kinerjanya dapat dilihat
dari penataan atau revitalisasi taman sebanyak 24 unit Taman Kota yang tersebar di
beberapa lokasi yakni antaranya ada di median jalan yang terletak dibeberapa ruas jalan
Strategi Sanitasi Kota
Gorontalo
utama yakni jalan Nani Wartabone, Jalan JA. Katili. Peningkatan penataan media jalan ini
juga merupakan salah satu upaya atau bagian untuk menambah keindahan kota.
Sedangkan untuk RTH yang sudah ada lebih dititik beratkan pada upaya pemeliharaan agar
tetap dapat menambah daya tarik kota dan juga memberikan kenyamanan bagi masyarakat
yang berkunjung pada RTH yang berfungsi sebagai Taman Rekreasi Publik. Berikut ini data
Ruang Terbuka Hijau (Taman Kota) berdasarkan luasannya :
Tabel 2.6
Jumlah dan Luasan Ruang Terbuka Hijau yang Dipelihara
Tahun 2015
Taman Kec. Kota Tengah Kantor Camat Kota Tengah 1 Taman 440 M2
24 Taman 19.395 M2
JUMLAH
2 TPU 37.200 M2
Untuk sarana pemakaman bagi masyarakat di kota Gorontalo saat ini memang
masih belum dikelola oleh pemerintah. Artinya bahwa hingga saat ini masyarakat masih
menyediakan sendiri sarana pemakaman umum ini baik berupa pemakaman atau
pekuburan keluarga atau Taman Pamakaman Khusus (TPK) seperti TPK Masyarakat
Keturunan Tionghoa atau TPK masyarakat keturunan Arab di kelurahan Donggala dan
Kelurahan Siendeng. Untuk masyarakat yang tidak memiliki taman makam keluarga atau
taman pemakaman khusus tersebut maka masih memakamkan sanak keluarganya di TPU
yang secara mandiri dikembangkan oleh masyarakat atau di halaman rumah masing-
masing.
Dengan makin terbatasnya lahan taman pemakaman tersebut maka pemerintah kota
menginisiatif pembangunan sarana TPU yang representative di 2 lokasi yaitu TPU kelurahan
Buliide dan TPU di Kel. Pohe. Sampai dengan Tahun 2015 ini kedua tempat Pemakaman
Umum tersebut masih dalam tahap penyiapan. Keberadaan TPU ini sangat penting untuk
segera direalisasikan oleh Pemerintah dan tentunya perlu didukung oleh masyarakat
dengan jumlah dan luasan yang memadai, minimal setiap kecamatan satu buah TPU.
Kinerja Penataan Lampu Kota dapat dilihat dari kondisi penataan Penerangan
Jalam Umum di beberapa titik, seperti telah diuraikan pada capaian tahun lalu bahwa
kondisi PJU diruas jalan-jalan utama sudah sangat memadai. Hingga tahun 2015 capaian
kinerja untuk Penataan Lampu berdasarkan hasil evaluasi atau survey dengan PT. PLN
sudah mencapai 2.205 titik lampu. Sedangkan penambahan PJU ditahun 2015 adalah
sebanyak 30 titik lampu. Sementara itu untuk penataan jaringan lampu kota sampai dengan
tahun 2015 baru mencapai 7 Km atau hanya mencapai 16,67 % dari 42 Km target akhir
yang ingin dicapai. Untuk ruas jalan yang memiliki PJU tidak terjadi penambahan dari 165
ruas jalan yang sudah ada PJUnya sedangkan sesuai data yang ada total ruas jalan di kota
Gorontalo adalah 198 ruas dijalan. Berdasarkan data tersebut maka persentase kawasan
strategis yang memiliki PJU sampai dengan tahun 2015 mencapai sudah mencapai 83 %.
2.2 VISI MISI SANITASI
Visi Kota Misi Kota Gorontalo Visi Sanitasi Kota Misi Sanitasi Kota
Gorontalo Gorontalo Gorontalo
Kota Smart 1. Mewujudkan Terpenuhinya Misi Air limbah
kesetaraan bagi pelayanan sanitasi Domestik :
masyarakat untuk yang handal di Kota 1. Penyediaan sistem
memperoleh akses Gorontalo pengolahan air limbah
layanan pendidikan, komunal pada kawasan
kesehatan dan perumahan dan
layanan publik permukiman.
lainnya yang 2. Meningkatkan
terjangkau ;dan kesadaran dan peran
berkualitas. serta masyarakat dalam
2. Penguatan daya mengelola dan
saing kotta sebagai memelihara sarana
pusat perdagangan prasarana air
dan jasa di kawasan limbahnya.
Teluk Tomini.
3. Penguatan
kapasitas UMKM, Misi Persampahan :
Koperasi dan 1. Pengurangan sampah
Pengembangan dari sumbernya.
Sektor 2. Meningkatkan peran
Perekonomian serta masyarakat dalam
Primer lainnya.. pengolahan sampah
4. Reformasi Birokrasi melalui sistem 3R.
yang berorientasi 3. Meningkatkan akses
pada peningkatan jalur layanan angkutan
tata kelola, sampah di Kota
Gorontalo.
kapasitas organisasi
pemerintah dan Misi Drainase :
kualitas suber daya 1. Mengurangi luas areal
aparatur. genangan pada
5. Pengembangan kawasan rawan banjir.
Kualitasi Hidup 2. Penyediaan dan
Masyarakat yang penataan sistem
religius dan saluran drainase yang
berbudaya. terintegrasi satu sama
6. Meningkatkan lain.
ketersediaan 3. Meningkatkan
Infrastruktur yang pemahaman
handal disemua masyarakat akan fungsi
sektor publik. utama saluran drainase
Zona 1 :
Merupakan area pengolahan limbah domestik dengan menggunakan sistem
off-site (terpusat) yang juga merupakan kawasan bisnis (Central Business
District) dengan satu kelurahan memiliki kondisi ekstrim (kelurahan Tenda)
yang masih butuh keberlanjutan penanganannya. 16 kelurahan lainnya yakni
Heledulaa Utara, Heledulaa Selatan, Ipilo, Limba U1, Limba U2, Limba B,
Biawao, Biawu, Wumialo, Dulalowo, Liluwo, Dulalowo Timur, Paguyaman,
Pulubala, dan Bugis juga masih perlu ditangani.
Zona 2 :
Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik melalui sistem
STBM, serta penyediaan MCK++ bagi keluarga yang tidak memiliki
jamban pribadi. Daerah yang seperti ini dapat diatasi dalam jangka
pendek, menengah dan jangka panjang meliputi 25 kelurahan,yaitu:
Bulotadaa timur, Bulotadaa Barat, Dulomo, Tanggikiki, Dulomo selatan,
Wonggaditi Barat, Wonggaditi timur, Dembe 2, Moodu, Dembe Jaya,
Talumolo, Tamalate, Padebuolo, Botu, Leato utara, Leato selatan, Tanjung
Kramat, Pohe, Donggala, Tenilo, Buliide, Dembe 1, Pilolodaa, Lekobalo,
siendeng
Zona 3 :
Merupakan area dengan pengolahan limbah domestik on-site individual
yang mempunyai tingkat resiko yang relative kecil yang dapat diatasi
dalam jangka panjang meliputi 9 kelurahan, yaitu : Molosipat W, Buladu,
Libuo, Tuladenggi, Huangobotu, Tamulabutao, Tamulabutao selatan,
Tapa, Molosipat U
Zona 2 :
Merupakan area dengan pengolahan sampah berbasis masyarakat dengan
cakupan secukupnya, meliputi 24 kelurahan yaitu: Bulotadaa timur, Bulotadaa
Barat, Dulomo, Tanggikiki, Dulomo selatan, Wonggaditi Barat, Wonggaditi
timur, Dembe 2, Moodu, Dembe Jaya, Talumolo, Tamalate, Padebuolo,Botu,
Leato utara, Leato selatan, Tanjung Kramat, Pohe, Donggala, Tenilo, Buliide,
Dembe 1, Pilolodaa, Lekobalo
Zona 3 :
Merupakan area yang harus terlayani minimal 70% dengan sistem tidak langsung
meliputi 9 kelurahan, yaitu : Molosipat W, Buladu, Libuo, Tuladenggi,
Huangobotu, Tamulabutao, Tamulabutao selatan, Tapa, Molosipat U
Offsite
Onsite System
System
Kawas
an/
Individual Berbasis Komunal
Terpus
at
No.
Cubluk, Jamban MCK Umum/ MCK++ Tangki IPAL Komunal Sambu
Tangki Septik Keluarga Jamban Septik ngan
dengan Tangki
Tidak Aman** Bersama Komunal Rumah
Septik Aman
9.Sipatana 0 3.143 71 1 0 1 36
Semi
Pengumpul Penampungan Pengolahan TPA/
an Akhir
Setempat Sementara Pengangkutan Terpusat TPA Regional Alat Berat IPL
Beca Whee
k/Be Con l/
cak SPA/ San troll Excav
Ger Moto Trans Dum Arm Comp bank itary ed Open truck ator/B
oba r/Pic Bak Kont fer p Roll action TPS samp Lan Lan dumpi Bulld loade ackho Siste
k k Up Biasa ainer Depo Truck Truck Truck 3R ah dfill dfill ng ozer r e m
Uni
unit unit unit unit Unit unit unit unit unit Unit unit unit unit Unit unit unit
t
20+ 2+
22
7
16 18 0 14 3 0 3 2 1 0 2
1 1 0
2017 212.633 836 669 167 45 326 118.953 39.651 43.616 43.616
2018 218.820 860 602 258 60 400 145.956 48.652 53.517 97.133
2019 225.188 885 531 354 80 478 174.429 58.143 63.957 161.091
2020 231.741 940 470 470 100 540 197.230 65.743 72.318 233.408
2021 238.485 967 484 484 100 556 202.969 67.656 74.422 307.830
2022 245.424 995 498 498 100 572 208.875 69.625 76.588 384.418
2023 252.566 1024 512 512 100 589 214.954 71.651 78.816 463.234
2024 259.916 1054 527 527 100 606 221.209 73.736 81.110 544.344
2025 267.480 1119 559 559 100 643 234.778 78.259 86.085 630.429
2026 275.263 1151 576 576 100 662 241.610 80.537 88.590 719.019
Keterangan:
2018 164.436 646 452 194 75 368 134.447 44.816 49.297 81.529
2019 169.221 665 399 266 90 399 145.642 48.547 53.402 134.931
2020 223.121 905 452 452 100 520 189.893 63.298 69.628 204.559
2021 229.614 931 466 466 100 535 195.419 65.140 71.654 276.212
2022 236.295 958 479 479 100 551 201.106 67.035 73.739 349.951
2023 243.172 986 493 493 100 567 206.958 68.986 75.885 425.836
2024 250.248 1015 507 507 100 584 212.981 70.994 78.093 503.929
2025 257.530 1077 539 539 100 619 226.045 75.348 82.883 586.812
2026 265024 1108 554 554 100 637 232.622 77.541 85.295 672.107
Keterangan:
Proyeksi timbulan dan jumlah sampah yang diangkut menuju ke TPA di Kota
Gorontalo dalam Skenario Realistis ini dapat dilihat pada Tabel berikut.
Persen
Laju Perlakuan Sampah masuk Sampah Sampah Akumulasi
Layana
Timbulan (m3/hari) TPA Terkompaksi Terurug Sampah
n
Penduduk
Tahun
Perkotaan
TP
m3/hari TPA S % m3/hari m3/tahun m3/tahun m3/tahun m3
3R
2016 84.644 333 308 25 57,5 181 65.944 21.981 24.180 24.180
2017 87.107 342 300 43 62,5 194 70.674 23.558 25.914 25.914
2018 130.440 513 423 90 70,0 309 112.967 37.656 41.421 67.335
2019 134.236 528 396 132 77,5 326 119.142 39.714 43.685 111.020
2020 174.145 706 477 230 80 416 151.755 50.585 55.644 166.664
2021 179.213 727 436 291 90 436 159.156 53.052 58.357 225.021
2022 184.428 748 374 374 100 430 156.963 52.321 57.553 282.574
2023 189.795 770 385 385 100 443 161.530 53.843 59.228 341.802
2024 195.318 792 396 396 100 455 166.231 55.410 60.951 402.753
2025 201.002 841 420 420 100 483 176.427 58.809 64.690 467.443
2026 206.851 865 433 433 100 497 181.561 60.520 66.572 534.015
Keterangan:
Zona 1 :
Merupakan area dengan penanganan drainase jangka pendek dengan
system Gravitasi dan direncanakan system Polder untuk jangka panjang
karena merupakan kawasanbisnis , salah satu kelurahan dipengaruhi
oleh ROB dan juga salah satu kelurahan mengalami genangan tahunan
meliputi 17 kelurahan : Heledulaa Utara, Heledulaa Selatan, Ipilo, Limba
U1, Limba U2, Limba B, Biawao, Biawu, Wumialo, Dulalowo, Liluwo,
Dulalowo Timur, Paguyaman, Pulubala, Bugis ,Tenda dan siendeng
Zona 2 :
Merupakan area dengan penanganan drainase jangka panjang dengan
system Polder meliputi 34 kelurahan : Bulotadaa timur, Bulotadaa Barat,
Dulomo, Tanggikiki, Dulomo selatan, Wonggaditi Barat, Wonggaditi timur,
Dembe 2, Moodu, Dembe Jaya, Talumolo, Tamalate, Padebuolo,Botu,
Leato utara, Leato selatan, Tanjung Kramat, Pohe, Donggala, Tenilo,
Buliide, Dembe 1, Pilolodaa, Lekobalo, Molosipat W, Buladu, Libuo,
Tuladenggi, Huangobotu, Tamulabutao, Tamulabutao selatan, Tapa,
Molosipat U
Tabel 2.5 : Tahapan pengembangan Drainase Kota Gorontalo
8 Ha
2. B. Kelurahan Ipilo
29 Ha
C. Kelurahan
Bugis/Puncur/P 29 Ha
unjuru
A. Kecamatan
Kota Barat
Kelurahan
Molosipat W.
Sampah rumah
1.2
tangga
Drainase
1.3 0 0 0
lingkungan
DAK
2.2 Lingkungan
Hidup
DAK
2.3 Perumahan dan 0 0 0 0 0
Permukiman
Pinjaman/Hibah
3
untuk Sanitasi
Total Belanja
Langsung
% APBD murni
terhadap Belanja 937 Jt 1.5 M 2.5 M 3M 4M
Langsung
Komitmen Pendanaan APBD untuk pendanaan sanitasi ke depan (% terhadap belanja langsung
ataupunpenetapan nilai absolut)
Total
Perkiraan Belanja Murni Sanitasi (Rp.)
No Uraian Pendanaan
Perkiraan
APBD Murni
2 75.000.000 75.000.000 75.000.000 85.000.000 85.000.000 395.000.000
untuk
Sanitasi
Perkiraan
Komitmen
3 750.000.000 750.000.000 750.000.000 850.000.000 850.000.000 3.950.000.000
Pendanaan
Sanitasi
1 Belanja Sanitasi
Air Limbah
1.1
Domestik
Biaya operasional /
1.1.1 pemeliharaan
(justified)
Sampah rumah
1.2
tangga
Biaya
1.2.1 operasional/pemeliha
raan (justified)
Drainase
1.3
lingkungan
Biaya
1.3.1 operasional/pemeliha
raan (justified)
Tabel 2.7: Perkiraan Besaran Pendanaan APBD Kabupaten/Kota untuk Kebutuhan
Operasional/Pemeliharaan Aset Sanitasi Terbangun hingga Tahun 2018
Total
Biaya Operasional/Pemeliharaan (Rp.)
No Uraian Pendanaan
1 Belanja Sanitasi
Biaya operasional /
1.1.1 213.911.500 235.412.000 247.800.000 251.000.000 266.828.500 1.214.952.000
pemeliharaan (justified)
Biaya
1.2.1 operasional/pemeliharaa 3.648.800.452 4.352.500.000 5.816.772.500 6.725.400.000 7.925.582.000 28.469.054.952
n (justified)
Biaya
1.3.1 operasional/pemeliharaa
n (justified)
Total
Pendanaan (Rp.)
No Uraian Pendanaan
Perkiraan Kebutuhan
1
Operasional / Pemeliharaan
Perkiraan Komitmen
3 750.000.000 750.000.000 750.000.000 850.000.000 850.000.000 3.950.000.000
Pendanaan Sanitasi
Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau
kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan
asrama. Air limbah domestik adalah semua bahan limbah yang berasal dari
kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian dan cuci piring. Air limbah
domestik memiliki sebaran areal yang sangat luas dan umumnya terdiri atas
limbah rumah tangga, perkantoran, dan restoran.
Air limbah domestik pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu black water
(tinja) dan grey water (air bekas cuci, mandi, dan dapur) yang berasal dari
berbagai kegiatan selain dari kegiatan proses produksi (industri), seperti kegiatan
rumah tangga, perdagangan, perkantoran, pariwisata, dan industri manufacture
(non-proses).Pertama, dampak dari limbah rumah tangga cair dari berbagai
tempat misalnya dari limbah pupuk pertanian, limbah rumah sakit, detergen dari
perumahan yang bermuara ke laut atau sungai akan mencemari air di sungai.
Nantinya akan memicu Eutrofikasi yang menyebabkan alga bisa tumbuh terlalu
subur. Hal ini akan membuat alga menutupi bagian atas perairan baik sungai,
danau, atau laut dan membuat tumbuhan dan hewat di laut menjadi kekurangan
oksigen serta cahaya. Dampak terburuknya tentu saja adalah kematian
ekosistem air yang sangat besar.
Kedua, dampak dari sampah rumah tangga padat misalnya plastik akan
bisa mencemari tanah dan juga sungai. Seperti yang kita telah ketahui plastik
memang tidak bisa terurai dengan mudah dan dalam waktu yang singkat.
Saluran sungai akan tersumbat dengan plastik dan akhirnya menyebabkan
banjir. Plastik yang termakan oleh hewan akan menyebabkan hewan menjadi
mati.
Gambar 2.1.
(B)
(D) (E)
(C)
(A) Pengumpulan
Produk Input (Semi) Daur Ulang dan/atau
dan Pengangkutan /
User Interface Pengolahan
Penampungan / Pengaliran Pembuangan Akhir
Akhir Terpusat
Pengolahan Awal
Black Water
dan
Grey Water
Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Air Limbah Domestik
(E) (F)
(B) (C)
(A) (D)
Produk Input (Semi) Daur Ulang /
Pengumpulan Penampungan
User Interface Pengangkutan Pengolahan Pembuangan
Setempat Sementara (TPS)
Akhir Terpusat Akhir
Sampah
Organik dan
Anorganik
Lindi
35
STRATEGI SANITASI KOTA
KOTA GORONTALO 2013
11