PENDAHULUAN
dalam agama Hindu. Bhakti Marga merupakan salah satu bagian dari ajaran
catur marga. Ajaran catur marga sebagai ciri pleksibilitas, luwes dan
pluralism dari sifat agama Hindu. Dalam aspek filsafat, agama Hindu
banyak cara dan banyak jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, sesuai
Keaneka ragaman atau fluralisme cara atau jalan telah dinyatakan dalam
cara atau jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Cara atau jalan yang
umum ditempuh oleh umat Hindu disebut Catur marga. Catur marga artinya
empat dan marga artinya cara atau jalan. Catur marga adalah empat cara
1
d. Raja Marga : melaui jalan yoga
Diantara ke empat jalan itu, jalan bhakti adalah hal yang paling mudah
bhakti itu dapat dilakukan dengan tekun dan tulus ikhlas, niscaya akan dapat
mencapai tujuan.
Mahabharata maupun dalam kitab purana, sosok Rsi Narada adalah contoh
seorang bhakta yang tulen pada Tuhan sebagai Dewa Narayana ( Wisnu ).
Menurut Rsi Narada ajaran bahkti dapat dilakukan oleh setiap Warna asrama
bhakti terhadap nilai-nilai etika moralits dan spiritual, maka penulis sangat
tertarik untuk mengangkat salah satu ajaran bhakti menjadi karya ilmiah,
yaitu suatu bhakti yang tulen yang pernah dilakukan oleh Rsi Narada, ajaran
B. Rumusan Masalah
dahulu. Dalam membahas topik di atas yang menjadi fokus penelitian dapat
2
2. Nilai-nilai pendidikan agama Hundu apa saja yang terkandung dalam
tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Untuk ikut berpastispasi memberi pemahaman yang lebih
jalan yang ditempuh oleh umat dalam mendekatkan diri kepada Tuhan
Maka dari itu yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini antara
lain:
Naradha.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam
masyarakat.
1. Manfaat Teoritis.
disertai dengan tindakan yang nyata seperti: (1) etika moral yang baik,
3
2. Manfaat Praktis.
1. Dapat meningkatkan keyakinan dan para bhakta terhadap Tuhan.
2. Dalam mewujudkan rasa bhakti, dan dapat meningkatkan etika
BAB II
A. Tinjauan Pustaka
para cerdik cendikiawan Hindu, baik berupa literatur buku maupun dalam
karya sekripsi atau thesis. Rayon (2005) dalam penelitian skripsinya tentang
tersebut diatas termasuk tema yang membahas tentang ajaran Yoga, terutama
4
Hal tersebut juga dinyatakan dalam kitab Bhagawadgita IX. 26 Sebagai
berikut:
Terjemahannya
Ajaran Catur Yoga dalam agama hindu pada hakekatnya tidak bisa
ajaran Karma Yoga, Jnana Yoga dan Raja Yoga, demikian pula sebaliknya.
Terjemahannya:
Salah satu ajaran Bhakti Yoga yang mensinergikan ajaran Catur Yoga
ajaran Narada Bhakti Sutra disusun oleh Rsi Narada. Resi Narada adalah
seorang Brahma Rsi yang dapat menjalankan bhakti secara sempurna, dan
faedah dari bhakti tersebut langsung dirasakan oleh Rsi Narada sendiri.
5
Guna melengkapi pembahsan tentang ajaran yoga yang telah ditulis oleh
pedoman pelaksanaan ajaran Catur Yoga sebagai jalan menuju Tuhan dapat
B. Landasan Teori
penelitian. Karena teori dapat memberi penjelasan awal tentang topik yang
akan dibahas. Dalam membahas topik di atas dapat dipilah dalam beberapa
yang termasuk dalam Dewa Resi yang lahir dari Dewa Brahma. Dalam
Adapun dewa Rsi yang lahir dari Brahma Rsi adalah sahasara
Balikhilya putra Bhagawan Kratu, yang lainnya sang kardana
putra Bhagawan pulaha yang lain lagi parwata dan Sang
Naradhaadalah Dewa Rsi yang lahir dari Brahma Resi
( Sandhi, 1980:66 ).
Anda adalah Resi yang maha tau, anda juga pemuja wisnu yang tulen,
beritaulah kami tentang Dewa Wisnu itu. Rsi Narada berdoa pada Wisnu
6
dan memulai menceritakan tentang Dewa Wisnu. ( Bibek Debroy, 2001:4
).
seorang bhakta yang tulen, dimana beliau sangat paham akan filsafat
1992:11 ).
7
Sutra, kata sutra artinya kalimat pendek jadi kata Narada Bhakti
Sutra adalah ajaran bhakti dari Rsi Narada sebagai tokoh bhakti
pendek.
2. Perspektif
pengertian Antara lain: Gambaran posisi relatif, ukuran dan jarak dari
yang lebih baik dan sempurna terhadap suatu masalah. Dalam kaitanya
Agama Hindu.
8
3. Pendidikan
Yunani Paedogogis yang terdiri dari kata Pais yang berarti anak
diri agar dapat memahami sendiri tugas hidupnya atau dengan kata
menjadi anak yang cakap dan dapat mencapai kebahagiaan lahir dan
batin.
maka akan disajikan beberapa pendapat dari para Sarjana dan tokoh
pendidikan.
9
2. John Dewey (dalam Idris,1982:9) menjelaskan
bahwa,Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-
kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional
kearah Alam dan sesama manusia.
10
untuk mencapai keselamtan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada
umumnya.
Ajaran Agama Hindu bersumber dari wahyu Tuhan Yng Maha Esa dan
tidak hanya menghafalkan apa yang ada didalam kitab suci tetapi juga
agama Hindu bukan agama untuk satu golongan saja tetapi agama
11
1. Pendidikan Agama Hindu di Luar Sekolah merupakan suatu upaya
spiritual.
agama itu tidak lain dari pada bimbingan atau tuntunan yang diberikan
diwahyukan oleh Ida Shang Hyang Widhi Wasa yang kekal abadi serta
12
dan menjauhkan diri dari perbuatan yang melanggar norma-norma
rohani.
I-XV adalah :
prikehidupannya
agama.
13
Pendidikan agama Hindu diluar sekolah ada dua tempat yaitu di
setiap hari yaitu yang disebut dengan yajna sesa. Disamping itu pula
C. Teori
14
dengan mendeskripsikan hakekat studi ilmiah berdasarkan pendapat-
2. Teori Hermeneutika
dari dua aspek yakni aspek dalam dan aspek luar. Aspek luar
15
hermeneutik sebagai sebuah teori berfilsafat, linguistik dan
harafiah tertera dalam teks suatu karya sastra, serta dapat juga
Hal itu mengingat bahwa karya sastra itu merupakan sistem tanda
16
tentang tanda ini disebut semiotik oleh karena itu, analisis
(Pradopo, 2003:141).
terdapat dalam suatu karya sastra, dalam hal ini Narada Bhakti
17
s u a t u h a l ya n g b e r i s i k a n i d e - i d e ya n g mengonsepsikan hal-
dengan harkat, kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat
peradaban kebudayaan.
agama.
sehari-sehari.
18
baik atau benar atau indah, objek dari keinginan, mempunyai
atas sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau sebagai hal yang
dalam penelitian ini. Tentu dalam karya sastra tersebut memiliki suatu
19
tersimpan dalam simpul-simpul teks karya sastra tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
suatu penelitian yang bersifat ilmiah memakai cara-cara yang teratur dan
karena metode merupakan cara atau jalan dalam fungsinya sebagai alat untuk
mencapai tujuan. Metode merupakan cara kerja, yaitu suatu cara untuk dapat
20
Metode pengumpulan data ialah, suatu cara yang digunakan sebagai
penekitian ini akan digunakan metode lagi seperti metode berikut ini.
2. Metode Wawancara
21
1. Tehnik Komparatif
2. Tehnik Deskriptif
maksimal.
3. Metode Analisis
22
Untuk mendapatkan data, yang bersifat analisis, maka digunakan
metode analisis. Metode analisis ini ada dua jenis, yaitu analisis non
1983:16).
Dalam hal ini, memilih data yang mempunyai bobot dan dapat
diterima secara logis yang erat kaitanya dengan penulisan skripsi ini.
hasil penelitian.
23
BAB IV
Nrada Bhakti Stra adalah ajaran tentang Kasih Sayang yang dialami
sendiri secara langsung oleh Rsi Nrada. Ajaran Bhakti yang dituangkan
dalam bentuk stra mempunyai tujuan agar lebih sederhana dan lebih
sebagainya.
24
3. Karena Bhakti memerlukan proses pematangan dari tahapan Apara
yang selalu diwarnai oleh Kasih Sayang itu sendiri. Guru itu tak
Yajn.
25
ke dalam Dirinya, karena Kasih Sayang (Parama Prema)
pengalaman yang tak dapat dicirikan, tak dapat dikatakan, dan yang tak
Parabhakti. Bab pertama dari buku ini menguraikan berbagai aspek dari
Parabhakti ini, dalam 24 Stra yang jelas dan hikmat. Pada bab kedua
26
yang pertama dari klasifikasi ini berkenaan dengan suatu tahapan
dalam jalan Bhakti yang disiplin, sebagai hasil dari anugerah yang
yang sebagai hasil pelaksanaan disiplin di atas, telah sampai pada Rga-
Bhakti dimana realisasi Tuhan segera terwujud dan pasti. Bab penutup,
27
Nya kepadanya sebagai sang Diri yang sangat dikasihinya, dan
ajaran Bhakti Yoga, yang dilaksanakan dan dialami sendiri oleh Rsi Nrada.
Rsi Nrada adalah seorang bhakta yang tulen. Ajaran Bhakti Yoga sebagai
jalan pendekatan kepada Tuhan dialami dan dirasakan sendiri oleh Rsi
ajaran Nrada Bhakti Stra adalah susastra Hindu yang berbentuk Stra,
28
Menurut kitab Mahabharata dan kitab Purana Rsi Nrada adalah tokoh
Bhakti Yoga yang tulen dan sebagai pelopor bhakti kepada Dewa Wisnu.
seorang Dewa Resi yang bertugas sebagai wartawan sorga yang sangat rajin
Setiap kejadian yang terjadi tidak ada luput dari pantauan Rsi Nrada.
Ajaran Nrada Bhakti Stra dihimpun kembali oleh seorang yogi bernama
kecendrungan isinya diuraikan di bawah ini dalam bentuk tabel, dan jumlah
29
Bab Nama Isi Pokok Kete
Bab Rangan
IV Prema Nirwacanam Berbhakti dapat Stra
16 Baris Stra menghapus kejahatan, 51 66
kecongkakan, kemarahan,
kesombongan. Diganti
dengan kasih sayang.
30
17. Sutra 17 7 Suku Kata
18. Sutra 18 12 Suku Kata
19. Sutra 19 24 Suku Kata
20. Sutra 20 5 Suku Kata
21. Sutra 21 8 Suku Kata
22. Sutra 22 18 Suku Kata
23. Sutra 23 9 Suku Kata
24. Sutra 24 11 Suku Kata
II. Parabhakti Mahaktnam Terdiri dari 9 stra
25. Sutra 25 14 Suku Kata Stra 25-33
26. Sutra 26 5 Suku Kata
27. Sutra 27 18 Suku Kata
28. Sutra 28 12 Suku Kata
29. Sutra 29 8 Suku Kata
30 Sutra 30 13 Suku Kata
31. Sutra 31 16 Suku Kata
32. Sutra 32 14 Suku Kata
33. Sutra 33 12 Suku Kata
III. Bhakti Sdhnani Terdiri dari stra
34. Sutra 34 12 Suku Kata Stra 34-50
35. Sutra 35 12 Suku Kata
36. Sutra 36 8 Suku Kata
37. Sutra 37 14 Suku Kata
38. Sutra 38 20 Suku Kata
31
57. Sutra 57 18 Suku Kata
58. Sutra 58 10 Suku Kata
59. Sutra 59 16 Suku Kata
60. Sutra 60 12 Suku Kata
61. Sutra 61 22 Suku Kata
62. Sutra 62 29 Suku Kata
63. Sutra 63 17 Suku Kata
64. Sutra 64 10 Suku Kata
65. Sutra 65 26 Suku Kata
66. Sutra 66 32 Suku Kata
Dari analisa bentuk Nrada Bhakti Stra, terdiri dari 84 stra, yang
adalah stra yang nomor 70, hanya terdiri dari 3 suku kata saja, dan stra
yang paling panjang ialah stra nomor 82 yang terdiri dari 73 suku kata.
32
Mahima. Stra yang terpanjang juga terdapat pada adhyaya V. Agar lebih
jelasnya, maka di bawah ini dikutip stra yang terpanjang dan sutra
Sutra terpendek :
Tan mayh
Terjemahannya :
Setiap orang yang dinyatakan dalam Stra ini, diisi dengan jiwa
para orang suci, dan melaluinya, diisi dengan roh Tuhan.
(Tygsnanda, 1996 : 16).
Terjemahannya :
Bhakti, atau kasih sayang Tuhan, walaupun dalam diri hanya
satu, tetapi mewujudkan dirinya dalam 11 bentuk yang berbeda,
sebagai berikut : (1) kasih sayang pemuliaan dari sifat anugrah
Tuhan, (2) kasih sayang dari keindahannya yang menakjubkan,
(3) kasih sayang pemujaan, (4) kasih sayang dengan mengingat
terus menerus, (5) bhakti dengan melayani, (6) bhakti dengan
berteman, (7) kasih sayang bagaikan anak, (8) kasih sayang
seperti istri terhadap suaminya, (9) kasih sayang dengan
penyerahan diri sepenuhnya, (10) kasih sayang dengan
penyerapan sifat Tuhan, (11) kasih sayang bagaikan merasa
terharu denganNya.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 19).
mengapa sutra nomor 82 ditulis sutra terpanjang, karena inti sari dari ajaran
Narada Bhakti Sutra yaitu 11 bentuk bhakti terdapat dalam sutra dalam 82,
dan sekaligus merupakan inti sari dari ajaran Narada Bhakti Sutra.
33
C. Tujuan Kitab Nrada Bhakti Stra
Penulis kitab Nrada Bhakti Stra yang bernama Resi Nrada adalah
seorang bhakta yang tulen. Bhakta artinya cara atau jalan yang ditempuh
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan melalui jalan bhakti, sehingga
1983 : 153). Kata Yoga berasal dari kata Yuj (VII) yang artinya
Yoga artinya cara atau jalan untuk menghubungkan diri dengan melalui
Dalam Kitab Nrada Bhakti Stra jalan yang ditonjolkan oleh Rsi
Nrada adalah jalan bakti yang lebih tinggi disebut dengan para bhakti.
Sehingga bakti yang tidak banyak menggunakan sarana upakara seperti yang
dengan ajaran Catur Yoga lainnya, yaitu untuk mencapai pembebasan atau
tahap, harus ditaati oleh seorang Bhakta. Tujuan dari Nrada Bhakti Stra
Amrta swarp ca
Terjemahannya :
Pada dasarnya bhakti adalah tiada lain dari pembebasan abadi
(mukti) itu sendiri yang datang sendiri tanpa diminta dengan
34
anugrah Tuhan yang berkorban dan pasrah (Tygsnanda
Swami, 1996 : 1).
Terjemahannya :
Pencapaian ini (mukti) manusia mewujudkan kesempurnaan
dengan terpuaskan sama sekali.
(Tygsnanda Swami, 1991 : 1).
Terjemahannya :
Pencapaian hal itu (kelepasan) manusia tidak lagi memiliki
keinginan apapun, dan ia terbebas dari kesedihan dan kebencian,
ia tidak bersenang hati, terhadap apapun dan tidak memaksakan
dirinya dalam melanjutkan kesenangan diri (Tygsnanda
Swami, 1996 : 2).
Dari tiga kutipan Stra di atas jelas dinyatakan bahwa tujuan utama
dari ajaran Nrada Bhakti Stra adalah untuk mencapai kelepasan, mukti
yang dalam terhadap tujuan agama Hindu disebut mencapai moksa. Untuk
hanya perwujudan bhakti saja, tetapi bakti harus dilandasi dengan etika
moralitas yang tinggi dan disiplin spiritual tinggi pula. Jadi etika moralitas
juga menjadi tujuan yang wajib dilaksanakan oleh para bhakta untuk
Terjemahannya :
35
Bhakti yang sesungguhnya dilukiskan dengan Parama Prema
atau kasih sayang tertinggi, bukanlah sifat dari nafsu, karena ia
merupakan bentuk dari penyangkalan.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 2).
Bhakti yang tertinggi disebut Parama Prema, patut dicapai dengan
Terjemahannya :
Sekarang penyangkalan ini (yang dinyatakan dalam Stra
sebelumnya sebagai ciri beragam dari Parabhakti) hanyalah
suatu penyucian dari segala kegiatan baik yang sakral maupun
yang sekular (duniawi).
(Tygsnanda Swami, 1996 : 2).
kesucian (Tri Kaya Parisudha). Syarat utama untuk mewujudkan bakti pada
menjadi tiada guna apabila tidak disertai dengan pikiran suci. pandangan
Terjemahannya :
36
Siapa saja yang sujud kepada-Ku dengan persembahan setangkai
daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan, atau seteguk air aku
terima sebagai bakti persembahan dari orang yang berhati suci.
(Pendit, 1994 : 248).
Terjemahannya :
Dalam penyangkalan, dengan penyucian semacam itu terdapat
perpaduan dan ketidak pedulian sepenuhnya terhadap segala
sesuatu yang menentangnya.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 3).
dengan bijaksana.
termasuk salah satu perbuatan baik dari seorang bhakta. Hal tersebut
37
Terjemahannya :
Ketidak pedulian akan faktor-faktor yang bermusuhan terhadap
rasa bhakti, artinya melaksanakan kegiatan duniawi dan yang
sakral semacam itu sebagai suatu hal yang menguntungkan atau
berkenan terhadap kepatuhan tersebut.
(Tygsnanda, 1996 : 3).
termasuk salah satu wujud bakti pada Tuhan. Agar para bhakta berhasil
dalam kebaktian, apakah yang harus dipakai sebagai pegangan ? Berikut ini
Terjemahannya :
Biarlah seseorang memperdulikan akan ajaran-ajaran kitab suci,
walaupun setelah realisasi spiritualnya menjadi tegak dengan
baik.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 3).
Terjemahannya :
Karena kalau tidak demikian akan ada resiko jatuh
(Tygsnanda Swami, 1996 : 3).
Seorang bhakta harus selalu berpegang teguh pada kitab suci sebagai
pedoman dalam bertingkah laku sehari-hari. Bila tidak berpegang teguh pada
kitab suci, maka niscaya bakti seorang bhakta menurut ajaran Nrada
38
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan ajaran Nrada
pada etika moralitas yang baik. Agar berhasil dalam hal bhakti, seorang
Secara etimologis kata sraddh berasal dari kata srat yang artinya hari,
dalam bahasa Inggris sangat dekat dengan kata heart yang artinya hati, kata
seseorang pada sesuatu (Rao, 2006 : 5). Menempatkan diri seseorang pada
kebenaran dan sraddh adalah dusta. Dalam Rg. Veda X.151.1 sraddh
ditampilkan sebagai Dewa Alstrak (Rao, 2006 : 6). Berikut sabda kitab Rg.
Sraddhayagnin samidhyate
Sraddhaya huyase havih
Sraddham bhagasya kurdhani
Vacasa vedayamasi
Terjemahannya :
Tuhan (agni) berkenan dengan sraddh, persembahan ini
dipersembahkan oleh sraddh, dengan puji-pujian kami
memuliakan sraddh, yang sedang duduk di atas, kepada Bhaga
(Sayanacarya, 2005 : 1.63).
kebenaran, sraddh juga adalah dewi kebenaran yang abstrak. Dalam buku
39
The Practical Sanskrit English Dictionary memberi arti tentang sraddh
a. Kepercayaan
c. Keterangan pikiran
d. Kerukunan, keakraban
(Rao, 2006 : 7)
yang sangat luas, yaitu keyakinan kepada Tuhan, keyakinan kepada wahyu
Tuhan, keyakinan pada kebenaran, pikiran yang tenang, dan iman yang
unsur sraddh.
Stra yang pertama. Dinyatakan bahwa wujud kasih yang murni dan
tertinggi adalah Tuhan, atau Tuhan adalah wujud kasih yang tertinggi dan
Terjemahannya :
40
Oleh karena itu sekarang kami akan menguraikan ajaran kasih
Tuhan (Hari) Wisnu.
Terjemahannya :
(Tuhan) itu sesungguhnya merupakan perwujudan maha kasih
yang tertinggi.
Amrta swa rp ca
Terjemahannya :
Dari sifat dasarnya sendiri, kasih sayang Tuhan, tidak lain adalah
kebahagiaan abadi (ananda) dari pembebasan (mukti), itu dating
sendiri tanpa diminta dengan anugrah Tuhan dan dengan
pengorbanan.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 1).
Stra dijelaskan bahwa Tuhan adalah perwujudan kasih Tuhan yang abadi
dan tertinggi. Tuhan juga sebagai wujud kebahagiaan yang tertinggi disebut
ananda, dan Tuhan ada dimana roh mencapai kebebasan tertinggi (mukti).
Karena Tuhan adalah perwujudan kasih yang tertinggi, maka Beliau harus
disembah dengan berdasarkan kasih yang tulis ikhlas. Dalam ajaran Nrada
sayang yang berdasarkan nafsu, karena kasih sayang yang berdasarkan nafsu
bersifat sementara, dan kerap kali disusul dengan kebencian, bahkan dapat
bersahabat dengan akrab dan penuh kasih, tetapi suatu saat terjadi
41
perselisihan dan terjadi kesalah pahaman, maka terjadilah perselisihan,
sayang seperti contoh di atas adalah kasih sayang hanya sebatas indria
hilangnya kasih sayang, dan kemarahan itu sebagai pintu gerbang membawa
Terjemahannya :
Dari amarah timbul kebingungan, dari kebingungan hilang
ingatan, hilang ingatan menghancurkan pikiran, kehancuran
pikiran membawa kemusnahan.
(Pendit, 1994 : 73).
tertinggi (Parama Prema) jauh lebih tinggi dari kasih sayang yang lahir dari
Terjemahannya :
Bhakti yang disebut (Parama Prema) atau kasih yang tertinggi
bukanlah sifat dari nafsu, karena ia merupakan satu bentuk dari
penyangkalan.
duniawi, khususnya daya tarik kelamin, ditekankan dalam Stra ini. Dalam
42
Bhakti, pikiran secara alami melepaskan kesenangan-kesenangan indrawi;
Oleh karena itu, terjadi suatu pertentangan sifat dimana Bhakti tak dapat
disamakan dengan Kma. Dari sudut pandang ahli psikologi kuno, alasan
untuk menarik perbedaan antara Bhakti dan Kma mungkin cukup tersedia.
Tetapi ahli-ahli psikologi modern tak akan puas dengan perbedaan yang
tampak pada objek yang menarik, dalam dua bentuk kasih sayang. Mereka
spiritual suatu dasar yang lebih tinggi dari pada energi-energi naluriah
dilakukan pada jaman modern ini untuk mendapatkan suatu sumber seksual
guna pengalaman yang disebut lebih tinggi dari para orang suci dan kaum
mistikus.
jalinan kasih menurut kitab Nrada Bhakti Stra harus pula didasari oleh
maka kasih itu bagaikan kasih asmara antar sepasang kekasih, orang yang
Tadwihnam jaranamina
Terjemahannya :
Karena mereka kurang memiliki pengetahuan tentang ketuhanan
dari objek yang mereka cintai, cinta mereka akan menjadi sama
dasar asmara dari seorang gadis terhadap kekasihnya.
(Tjgsnanda Swami, 1996 : 5).
43
Stra ini membedakan kasih antara sepasang kekasih, yang tidak abadi
dan tidak abadi, karena lebih cendrung hanya berdasarkan nafsu indria
belaka, yang cendrung mudah pupus di tengah jalan. Tetapi kasih sayang
Tuhan adalah yang sejati dan abadi, karena Tuhan tidak pernah membenci
Terjemahannya :
Aku adalah sama bagi makhluk semua, bagi-Ku tiada yang
terbenci dan terkasihi tetapi mereka yang berbakti pada-Ku
dengan dedikasi mereka ada pada-Ku, dan Aku ada pada mereka.
(Pendit, 1994 : 250).
kasih yang sejati dan tertinggi, dalam kitab Nrada Bhakti Stra disebut
Terjemahannya :
Kendati seandainya orang yang terjahat memuja Aku dengan
kasih yang tulus ia harus dipandang ada di jalan yang benar
sebab ia telah bertindak menuju yang benar.
(Pendit, 1999 : 251).
44
Tuhan tidak pernah membenci ciptaannya sekalipun orang yang
terjahat, karena Tuhan adalah perwujudan kasih sayang yang paling tinggi
Parama Prema. Tetapi Tuhan menciptakan hukum karma phala yang adil
dan permanen melalui hukum karma phala inilah Tuhan memberi pahala
dan memberi hukuman. Orang yang diberi hukuman karena berbuat jahat
dan masuk neraka, oknum tersebut tidak dibenci Tuhan, melainkan ia sedang
Dalam kitab Niti Sataka dinyatakan bahwa hukum karma phala itu
adalah krida agung Tuhan, para dewapun terikat oleh hukum karma. Lebih
Terjemahannya :
Lihatlah keagungan karma yang membuat Dewa Brahma
menciptakan dunia bagaikan tukang gerabah, membuat Dewa
Wisnu jatuh ke dalam kesulitan besar sehingga lahir dengan
wujud sepuluh awatara, membuat Dewa Siwa pernah menjadi
pengemis, dan atas pengaruh karma, matahari setiap hari
memutar dirinya sendiri di angkasa. Kita menghormati karma
tersebut.
(Somvir, 2005 : 78).
pun terjebak dalam lingkaran karma sehingga ia pun sepuluh kali lahir ke
dunia ini dalam wujud awatara. Demikian pula Dewa Siwa pun tidak lepas
45
demikian kehebatan karma-lah yang paling diakui. Pada saat seseorang
mengalami kesulitan maka Tuhan yang maha kasih dan maha adil akan
menolongnya melalui hukum karma yang telah diciptakan dengan adil oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Karma yang baik akan berpahala yang baik adalah
Dalam kitab Niti Sataka 99 hal tersebut dinyatakan dengan indah dan cukup
Terjemahannya :
Pada saat berada di dalam hutan, dalam peperangan, dalam air
atau api, di samudra yang luas ataupun di puncak gunung, dalam
keadaan tidur, saat tidak sadar ataupun sadar, dan dalam
kesulitan yang membahayakan, pada saat itu hanya karma baik
yang telah dilakukanlah yang dapat melindungi seseorang.
(Somvir, 2005 : 86).
Pada saat manusia dalam kesulitan dan dalam peperangan atau tidak
ada yang dapat menolong, saat itulah karma yang baik muncul untuk
melindungi orang tersebut. Oleh karena itu setiap manusia perlu berbuat
adalah juga sebagai dasar bagi jalan lain, seperti jalan karma (Karma Yoga),
jalan ilmu pengetahuan (Jnana Yoga) dan jalan yoga atau Raja Yoga.
Menurut kitab Nrada Bhakti Stra jalan bhakti menjadi dasar pelaksanaan
untuk jalan yang lain. Tanpa adanya keyakinan pada Tuhan (Sraddh) dan
bhakti, tidak akan ada jalan karma (Karma Yoga), jalan pengetahuan (Jnana
46
Yoga) dan jalan Raja Yoga. Pandangan tersebut dinyatakan oleh Resi
Terjemahannya :
Tetapi kasih sayang yang tertinggi yang diuraikan sebelumnya
adalah sesuatu yang menjadi dasar dari pada Karma Yoga, Jnana
Yoga dan Raja Yoga.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 6).
sebagai berikut :
Terjemahannya :
Tetapi keadaan dari cinta kasih dan keabadian yang tertinggi
hanya mungkin terjadi dengan melepaskan realitas dari dunia
obyektif seperti yang tampak sebagai kecerdasan, keakuan dan
indria-indria dan akibat penolakan dari keterikatan.
(Tygsnanda Swami)
Terjemahannya :
Dengan kasih sayang yang tak putus-putusnya.
47
(Tygsnanda Swami, 1996 : 6).
Terjemahannya :
Dengan mendengarkan dan menyanyikan kemulyaan Tuhan,
walaupun sementara sibuk dalam kebahagiaan hidup sehari-hari.
(Tygsnanda Swami, 1991 : 6).
terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Tetapi hal yang tak kalah pentingnya adalah
utama menjalin kasih agung pada Tuhan, yang disebut Parama Prema.
Tuhan adalah perwujudan maha kasih abadi dan sejati, karena itu
mendekatkan diri terhadap Tuhan patut berdasarkan kasih yang murni, kasih
yang murni pada hakikatnya adalah pancaran atma yang terbungkus dalam
berbagai samskara.
Dalam kitab suci Veda dinyatakan kasih yang agung Tuhan disebutkan
Terjemahannya :
Aku anugrahkan bumi ini kepada orang yang mulia (penuh
kasih) Aku turunkan hujan yang bermanfaat bagi semua
makhluk, Aku alirkan terus gemuruhnya air dan hukum alam
tunduk kepada perintah-Ku.
(Titib, 1998 : 23).
48
Aham pro mandasno vi airam
Nava skam navatih sambarasya
Santamam vesyam sarva tt
Divo dsam atithigvam yada vam
(Rg. Veda, IV.26.3).
Terjemahannya :
Dalam kesempurnaan rahmat-Ku kepada penyembah-Ku aku
turunkan sembilan puluh sembilan mendung yang menurunkan
hujan. Aku memberikan perlindungan sekeliling-Ku pengikut
jalan cahaya. Aku anugrahkan ratusan kali lipat kehidupan
kepada orang-orang budiman. (Titib, 1998 : 25).
diciptakan Tuhan. Anugrah Tuhan itu turun tentu berdasarkan karma yang
Dari ulasan di atas dapat ditarik inti sari pendidikan sraddh dalam
Prema) dan kasih Tuhan adalah kasih yang sejati dan abadi.
2. Karena Tuhan adalah kasih yang tertinggi, maka dari itu Beliau patut
49
5. Tujuan berbakti yaitu untuk mencapai mukti tidak akan berhasil tanpa
Kitab Nrada Bhakti Stra ditulis oleh Resi Nrada menekankan pada
jalan Bhakti Yoga yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Dalam ulasan Stra yang pertama diuraikan tentang 6 alasan Resi Nrada
menulis ajaran Bhakti Yoga ketimbang Jnana Yoga dan Karma Yoga.
dari Samsra;
semua makhluk;
Jnna.
Resi Nrada memandang bahwa semua cara yang lain seperti Jnana
Marga dan Karma Marga tetap berdasarkan atas Bhakti Marga, karena itu
50
jalan bhakti perlu dimantapkan agar dapat direalisasikan pada jalan yang
lain. Ajaran bhakti yoga yang diajarkan oleh Resi Nrada lebih bersifat
Para bhakti, yaitu bhakti yang bersifat lebih tinggi, sehingga meniadakan
sarana upakara, tetapi bukan berarti sarana upakara itu tidak boleh, tetapi
apara bhakti sudah dilalui dan ditingkatkan pada tangga para bhakti, yaitu
tentang pendapat para Resi tentang hakikat dari Bhakti. Pendapat para Resi
Terjemahannya :
Wysa putra dari Parasara berpendapat bahwa Bhakti
menyatakan dirinya dalam kepatuhan pada kegiatan pemujaan.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 4).
Kathdiswati gargah
Terjemahannya :
Sang bijak Garga berpikir bahwa Bhakti adalah yang
menyatakan dirinya dalam kepatuhan dalam pembicaraan suci
dan sejenisnya.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 4)
51
Terjemahannya :
Yang bijak Sndilya menyatakan bahwa bhakti harus terjadi
tanpa prasangka pada kenikmatan dalam tma.
Nrada. Resi Nrada sebagai tokoh bhakti yang tulen dan sebagai
sebagai berikut :
Terjemahannya :
Tetapi Nrada berpendapat bahwa ciri-ciri utama dari bhakti
adalah penyucian segala kegiatan, dengan penyerahan diri
sepenuhnya kepada-Nya dan sangat berduka cita apabila
melupakannya.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 5).
bahwa : Bhakti adalah pemujaan kepada Tuhan dengan tekun, berkata yang
realisasi atau ciri-ciri perbuatan nyata tentang wujud bhakti, antara lain :
52
Awy wrtta (Ta) bhajant
Terjemahannya :
Dengan pelayanan kasih sayang yang tak putus-putusnya.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 8)
Seorang pelayan yang terpaksa melayani majikannya hanya demi
dapat uang tidak ada jalinan kasih yang tulus, hal itu bukanlah bhakti.
Terjemahannya :
Dengan mendengarkan dan menyanyikan kemulyaan
Tuhan, walaupun sementara sibuk dalam kegiatan sehari-
hari.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 8).
dengan metode srawanam dan sankirtanam bagi umat Hindu di Bali telah
53
3. Pembebasan Diri dari Ikatan Duniawi
untuk tidak hidup berfoya-foya dan tidak mengobral nafsu yang dapat
Benda duniawi tetap diperlukan tetapi dalam batas yang wajar dan dapat
pembebasan diri dari ikatan duniawi disebutkan dalam Stra berikut ini :
Terjemahannya :
Ia yang berlindung pada suatu tempat terpencil dan murni
menjebol segala keterikatannya terhadap kenikmatan dari
ketiga dunia memperoleh kebebasan dan akibat Tri Guna, serta
melepaskan segala pemikiran tentang perolehan dan
pemeliharaan.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 11).
Terjemahannya :
Ia yang melepaskan hasil dari segala kerja menolak semua
kegiatan pamrih, dan mengatasi segala pasangan yang
berlawanan, seperti kesenangan dan penderitaan.
(Tygsnanda, 1996 : 11).
54
Bekerja dengan tekun, dengan melepaskan segala hasil kerja dan
manusia diikat oleh hukum kerja, karena hukum kerja itu adalah hukum
alam yang mengikat alam dan manusia. Dalam kitab Bhagavadgita III.9
sebagai berikut :
Yajnarthat karmanonyatra
Lokoyam karma bandhanah
Tadartham karma kaunteya
Mukta sangat samchara
Terjemahannya :
Kecuali untuk tujuan berbakti dunia ini dibelenggu oleh
hukum kerja karenanya bekerjalah demi bhakti tanpa
kepentingan pribadi, oh kunti putra.
bhakti yoga.
55
(Yo) wed napi samnya syati
kewaca ma wicchin nuragam labhate
Terjemahannya :
Ia yang melepaskan upacara-upacara ritual yang diuraikan
dalam Weda dan memperoleh kerinduan terus-menerus.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 11).
Tetapi yang dianjurkan umat tidak terikat secara duniawi akan hasil
tujuan untuk berbakti. Sifat-sifat seperti itulah yang harus dilepaskan agar
Pada bagian akhir dari kitab Nrada Bhakti Stra Resi Nrada
membagi wujud realisasi bhakti itu menjadi 11 jenis tipe, jenis-jenis bhakti
56
Terjemahannya :
Untuk memberi arti ke sebelas wujud bhakti menurut kitab
Nrada Bhakti Stra, maka diurut secara sistematis, sebagai
berikut :
Sebelas jenis wujud bakti menurut kitab Nrada Bhakti Stra ada
berikut :
57
Arcanam vandanam dasyam
Sakhyam atma ni vedanam
(Bhagavata Purana, VIII, 5, 23).
Terjemahannya :
Sembilan bentuk bakti terhadap Tuhan (Dewa Wisnu) yaitu :
1. Sravanam, 2. Kirtanam, 3. Smaranam, 4. Pada Sevanam,
5. Arcanam, 6. Vandanam, 7. Dasyam, 8. Sakyam, 9. Atmani
Vedanam.
(Titib, 2001, 55).
Agar lebih jelasnya tentang 9 cara berbakti ini, akan dijelaskan sebagai
berikut :
terhadap Tuhan.
Bali).
58
Sravanam atau mendengar merupakan langkah pertama dalam
pengetahuan yang sejati, seperti yang telah dinyatakan oleh Sri Krisna dalam
Terjemahannya :
Belajar dengan sujud disiplin dengan bertanya dan kerja dan
berbakti guru budiman yang melihat kebenaran akan
mengajarkan padamu ilmu kerokhanian dan budi pekerti.
Pendit, 1984 : 137).
Stra ini berkaitan dengan berbagai jenis Bhakti yang penting. Bukan
berarti hanya ada 11 macam bhakti ini saja, karena kemungkinan dari sekian
satu adanya. Perbedaan dalam prilaku hanya dapat diasalkan pada selera,
dari setiap pribadi, atau terhadap beberapa tujuan yang tak terduga, untuk
dikerjakan hanya pada cara tertentu saja. Jadi, Nrada dan Wysa, selalu
yang membantu untuk mengubah orang lain pada suatu kehidupan spiritual
dan kasih sayang. Para Gop dari Brndwana secara wajar tertarik dengan
59
dalam pengingatan, Hanman dalam pelayanan, Uddhawa dan Arjuna
sebagai suami, dan Kausaly serta Dewak sebagai anak-anaknya. Bali dan
kehidupan mereka; dan apa yang dimaksudkan untuk mengatakan hal ini
hanyalah bahwa setiap orang dicirikan oleh suatu prilaku yang lebih
pada saat yang berbeda, seperti pada Sr Rmakrsna. Sikap yang terakhir
merupakan suatu ciri umum dari semua Bhakta, karena ia berada dalam sifat
keterpisahan; dan Nrada telah membuat hal ini sebagai ujian tertinggi dari
tertinggi dari kasih sayang. Tahap kasih sayang ini secara khusus terwujud
dalam diri Rdh dan para Gop, ketika mereka terpisah dengan Krsna dan
sebagai raja, dan manusia sebagai putra-putranya juga terdapat dalam kitab
Yajur Veda, hal ini membuktikan bahwa ajaran Nrada Bhakti Stra sesuai
dengan semangat Veda. Lebih lanjut kitab Yajur Veda menyatakan sebagai
berikut :
60
Trtiye dhmnn adhyai ranta
(Yajur Veda : 32.10).
Terjemahannya :
Wahai manusia, Tuhan merupakan saudara bagi semua umat
manusia di dunia ini, pencipta jagat raya ini. Dia penyempurna
keinginan umat manusia. Maha mengetahui semua penjuru loka-
loka dan juga mengetahui nama-nama tempat dan kelahiran
semua makhluk di dunia ini. Dimana para sarjana melepaskan
ikatan dukungan untuk mencapai moksa dan tinggal dalam
kedamaian. Tuhan adalah guru, raja diraja Tuhan adalah hakim
bagi seluruh makhluk di dunia ini. Hendaknya semua orang
memuja Beliau dengan Sraddh dan Bhakti.
(Somvir, 2001 : 9).
Dalam mencurahkan rasa bakti kepada Tuhan, agar umat lebih dekat
dianggap sebagai raja karena Tuhan itu maha kuasa, Tuhan dianggap sebagai
guru, Tuhan dianggap sebagai ayah, dan Tuhan juga dianggap sebagai ibu.
Oleh karena itu Beliau dilayani didekati dan disembah oleh umat dengan
keyakinan (Sraddh) dan penuh kasih sayang (bhakti). Lebih lanjut kitab
Terjemahannya :
Tak ada keragu-raguan sedikitpun bahwa guru adalah ayah, guru
adalah ibu, dan guru adalah Tuhan dengan demikian ia harus
dilayani oleh semuanya dengan pemikiran ucapan dan
perbuatan.
61
Agar umat merasa lebih dekat dengan Tuhan, maka dalam
memberi tuntunan, Tuhan dianggap sebagai ayah dan ibu, yang senantiasa
selalu dekat dengan anaknya dan memberi perlindungan bagaikan orang tua
bhakti (Ek Dasadh Bhawati) yang diajarkan oleh Resi Nrada dalam kitab
monotheisme imanen.
Susila adalah nama lain dari kata Ethika dan Moral. Merupakan dua
buah kata, dalam kehidupan yang dipergunakan silih berganti untuk maksud
yang sama.
Ethika berasal dari bahasa Yunani, dari kata ethos yang berarti karakter
kesusilaan atau adat. Sedangkan Moral berasal dari bahasa latin, dari kata
Mos yang dalam bentuk jamaknya mores yang berarti cara hidup atau adat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata ethika dan moral memiliki arti
sebuah bidang kajian tentang sistem nilai-nilai (moral) yang ada. Sedangkan
disebut Susila.
62
Pengertian tentang susila dapat dijelaskan sebagai berikut :
Nya. Manusia ini hendaknya selalu merealisasikan ajaran Tat Twam Asi,
dalam hidup dan kehidupan ini. Sang Widhi Wasa yang bersifat Maha
pencipta, Maha karya, Maha ada, Maha tanpa awal dan akhir yang sering
manusia. Kriya (karya) saktinya Tuhan, yang paling mama adalah mencipta,
memelihara dan melebur alam semesta ini beserta segala isinya termasuk
manusia. Manusia adalah ciptaan Tuhan. Percikan Tuhan yang ada dalam
63
disebutkan Brahma atma aikyam yang artinya Brahman (Tuhan) dengan
sebagai berikut :
Terjemahannya :
Tingkah laku yang baik itu (susila) itu yang paling utama dalam
hidup ini, jika ada prilaku manusia yang tidak susila, apakah
maksud orang itu dengan hidup ini, dengan kekuasaan, dengan
kebijaksanaan, sebab sia-sia itu semuanya, tidak ada penterapan
susila dalam hidup ini
{Kajeng, 1994 : 83)
itu memerlukan tuntunan dari ajaran susila. Puja bhakti apapun bentuknya
memerlukan prilaku yang baik untuk mencapai tujuan prilaku yang baik itu
perkataan yang baik (Wacika Parisudha) dan perbuatan yang baik (Kayika
disebut Susila.
Ajaran Tri Kaya Parisudha sebagai dasar susila Hindu akan menjelma
menjadi beberapa konsep ajaran susila Hindu, seperti menjadi Yama Niyama
64
Semua kelompok susila Hindu tersebut di atas mengandung unsur-unsur Tri
Terjemahannya :
Bagaimanapun juga, perkumpulan kejahatan patut dihindarkan
dengan segala cara.
(Tygsnanda 1996 : 10)
Terjemahannya :
Karena ia membawa pada pemunculan keinginan, kemarahan,
dan khayalan, menghilangkan ingatan, menghilangkan
perbedaan dan memberikan kehancuran pada akhirnya.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 10)
Terjemahannya :
Walapun ia muncul hanya dalam bentuk kerut-kerut (riak-riak
gelombang) pada awalnya, mereka akan menjadi suatu samudra
sungguh-sungguh, sebagai hasil dari kumpulan kejahatan.
(Tygisnanda Swami, 1996 : 10)
65
Tiga kutipan Stra dari kitab Nrada Bhakti Stra menganjurkan agar
para bhakti menghindari segala perbuatan yang jahat meskipun berupa riak-
riak kecil (baru dalam tahap pemikiran) tetapi bila dibiarkan dia akan
sangat logis, bahwa suatu kejahatan yang dilakukan seseorang mulai dari
setelah mendapat kesempatan ia akan menjadi besar, setelah besar agak sulit
di atasi, demikian pula sifat pamrih dari manusia sulit pula di atasi, maka
dari itu Resi Nrada dalam ajaran Nrada Bhakti Stra menekankan agar
para bhakta dapat mengatasi kedua sifat indria di atas. Selengkapnya Rsi
Terjemahannya :
Siapakah yang melewati, siapakah yang melewati, My? Ia
yang bebas dari hubungan dengan objek indera-indera semacam
itu karena menggelorakan nafsu, berlindung pada roh agung
spiritual, melayani mereka dan membebaskan diri dari segala
nafsu dalam melayani mereka yang memerlukannya.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 10)
Gunarahitam kmanrahitam pratiksanawardhamnam
Awicchinnam sksmataram anubhawarpam
(Nrada Bhakti Stra, 54)
Terjemahannya :
66
Melepaskan semua atribut dan bebas dari segala ciri
kecenderungan terhadap kegiatan pamrih, hal itu merupakan
sifat dari pengalaman subyektif yang homogen dan integral,
lebih halus dari yang terhalus, mewujudkan dirinya secara
otomatis dalam kebangkitan dari pemenuhan kondisi tertentu
dan meluas pada setiap saat.
(Tygisnanda Swami, 1996 : 12)
atasi, dan mulai belajar bahwa segala perbuatan hasilnya serahkan pada
Terjemahannya :
Pusatkan pikiran pada kesucian
Bekerja tanpa pamrih, Dananjaya
Tegaklah pada sukses dan kegagalan
Sebab, keseimbangan jiwa adalah yoga
(Pendit, 1994 : 64)
Terjemahannya :
Dari itu laksanakanlah segala kerja
Sebagai kewajiban tanpa mengharapkan hasil
67
Sebab bekerja tanpa pamrih
Membawa orang ke-kebahagiaan tertinggi
(Pendit, 1994 : 45)
Seorang bhakta (pelaku bhakti yoga) yang ingin mantap dan berhasil
berikut
Terjemahannya :
Pada pencapaian Bhakti, atau bahkan bagi pencapaiannya,
kehidupan dalam masyarakat tak perlu dihindarkan; tetapi hanya
hasil dan kegiatan sosial itu yang harus diserahkan kepada
Tuhan; sedangkan semua kegiatan semacam itu, yang secara
alami benar sehingga menghasilkan kemuliaan, dapat
diteruskan.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 14)
kebencian. Karena hal itu adalah perbuatan yang bertentangan dengan susila
atau etika moralitas dan juga penghalang para bhakta untuk mencapai
kemajuan dalam bhakti yoga. Tata susila bagi para bhakta tersebut diuraikan
68
Abhimnadambhdikam tyjyam
(Nrada Bhakti Stra, (64)
Terjemahannya :
Kesombongan, kecongkakan dan kejahatan lainnya harus
ditinggalkan. (Tygsnanda Swami, 1996 : 15)
Terjemahannya :
Persembahkan segala kegiatan kepada-Nya, keinginan
kemarahan, kesombongan, dan sebagainya hendaknya diarahkan
hanya kepada-Nya atau mempergunakannya hanya dalam
upacara Bhakti yang ditujukan kepada-Nya.
(Tygsnanda, 1996 : 15)
sengsara dan derita, apabila sifat marah itu terus berkobar dalam diri
beratnya melawan musuh yang disebut marah itu, untuk lebih jelasnya
Terjemahannya :
Dari amarah timbul kebingungan
Dari kebingungan hilang ingatan
Hilang ingatan menghancurkan pikiran
Kehancuran pikiran membawa kemusnahan
(Pendit, 1994 : 73)
69
yang penting untuk berhasil dalam kebaktian. Ajaran susila dimaksud
menurut kitab Nrada Bhakti Stra disebutkan dalam Stra 78, sebagai
berikut.
Terjemahannya :
Ia harus mengusahakan dan memelihara kebajikan seperti tanpa
kekerasan, kebenaran, kesucian, rasa kasihan, keyakinan dalam realitas
spiritual yang lebih tinggi serta yang sejenis.
(Tygsnanda Swami, 1996 : 18)
antara lain : Ahimsa artinya tidak menyakiti atau tidak membunuh dalam
pikiran, perkataan dan dalam perbuatan. Dengan kata lain Ahimsa adalah
kasih sayang kepada semua makhluk ciptaan Tuhan. Ajaran Ahimsa berakar
dari filsafat hidup yang paling dalam, yaitu dari filsafat Tat Twam Asi. Tat
Twam Asi adalah inti sari dari ajaran Chndogya Upanisad yang artinya Ia
adalah Engkau, Ia adalah itu, dan itu adalah Tuhan, Engkau adalah makhluk
ciptaan Tuhan. Tat Twam Asi dalam arti luas adalah semua makhluk berasal
dari Tuhan, sehingga tidak menyakiti semua makhluk ciptaan Tuhan adalah
70
ring prni tapwa ginawenya, ya ika sinangguh amanggih
parama sukha ngaranya.
Terjemahannya :
Adalah orang yang prilakunya demikian, sekali-kali tidak
pernah menyakiti makhluk lain, tidak mengikatnya, tidak
membunuhnya, melainkan hanya menyenangkan makhluk lain,
itulah yang diperbuatnya, orang yang demikian itu, dianggap
memproleh kebahagiaan yang tertinggi (Kajeng 1994 : 75).
Ahimsa bukan hanya ajaran susila milik agama Hindu, tetapi susila
yang bernilai global, meskipun ia lahir dari kandungan agama Hindu. Svami
untuk menjaga ketertiban bangsa, negara bahkan dunia. Tidak akan ada
peperangan, tidak akan ada permusuhan jika setiap orang berpegang teguh
pada ajaran satya. Dalam kitab Slokantara disebutkan Satya adalah dharma
Terjemahannya :
Tidak ada dharma yang lebih tinggi dari pada satya, tidak ada
dosa yang lebih rendah dari pada dusta. Dharma harus
ditegakkan di ketiga dunia ini dan kebenaran harus tidak
dilanggar.
(Sudarta, 1997 : 16).
71
Susila berikutnya yang wajib ditaati bagi para bhakta menurut kitab
dari penyakit. Kesucian lebih bersifat psikis yaitu pikiran tidak kotor, hati
nurani jernih, budhi cemerlang dan jiwa tercerahi. Kesucian lahir batin patut
Terjemahannya :
Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan
kebenaran, jiwa dibersihkan ilmu pengetahuan dan tapa,
kecerdasan disucikan dengan kebijaksanaan.
(Puja, Sudarta, 2004 : 250)
Resi Patanjali mengajarkan kepada para bhakta agar hidup bersih lahir
dan batin (Sauca). Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa tindakan dapat
jasmani dan rokhani. Para yogi telah tahu semboyan kebersihan adalah
72
pangkal kesehatan, atau serupa dengan semboyan para oleh ragawan Mens
Sana in corpore sano, didalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat
pula. Demikian ajaran Sauca mendidik para bhakta untuk hidup suci lahir
perkumpulan jahat.
seksual.
4. Bekerja dengan tekun, adapun hasil dari kerja tersebut serahkan kepada
Tuhan.
73
BAB V
A. Simpulan
Bhakti Stra. Kitab Nrada Bhakti Stra terdiri dari 84 stra. Stra-
terdiri dari 3 suku kata dan Stra terpanjang terdiri dari 73 suku kata.
Ajaran Nrada Bhakti Stra ditulis oleh Rsi Nrada, beliau adalah
lima Bab. Kitab Nrada Bhakti Stra mengandung ajaran Bhakti Yoga.
atau jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dengan jalan Bhakti
bagiannya :
Tuhan.
dan mengagumkan.
74
D. Smarana Sakti : Selalu mngingat Tuhan
B. Saran
secara mendalam.
2. Ajaran Narada Bhakti Stra termasuk dalam para bhakti, maka dari
itu jangan dipertentangkan dengan apara bhakti yang dianut oleh umat
Hindu di Bali.
75
3. Para Dosen atau tokoh agama yang ahli dalam bahasa sansekerta dan
4. Ajaran Narada Bhakti Stra bersifat waisnawa, maka dari itu jangan
76