Anda di halaman 1dari 34

Category Kimia Kelas XI

Gelombang Elektromagnetik
HERTZ
Biodata

Nama: Heinrich Rudolf Hertz


Lahir: Hamburg, Jerman 22 Februari 1857
Meninggal: Bonn, Jerman 1 Januari 1894
Alamat: Jerman
Kebangsaan: Jerman
Keahlian: Fisika dan teknik elektro
Institusi: University of Kiel
University of Karlsruhe

University of Bonn

Almamater University of Munich

University of Berlin

PA Hermann von Helmholtz

Penelitian Radiasi Elektromagnetik

Biografi Hertz
Masa-masa awal

Heinrich Hertz lahir di Hamburg Jerman dari pasangan Gustav


Ferdinand Hertz dan Anna Elisabeth Pfefferkorn. Ayahnya adalah
seorang penasihat hukum di Hamburg. Sedangkan ibunya adalah
anak dari seorang dokter tentara. Saat melanjutkan pendidikannya
di Universitas Hamburg, ia menunjukkan kecerdasannya pada sains
sama baiknya seperti pada kemampuan bahasanya ketika
mempelajari bahasa arab dan bahasa sansekerta. Ia belajar di
Dresden, Munich dan Berlin oleh dua orang gurunya, Gustav R.
Kirchhoff dan Hermann von Helmholtz. Ia mendapat PhD pada 1880
dan menjadi murid Helmholtz samapai 1883. Pada 1885 ia menjadi
professor di Universitas Karlsruhe ketika meneliti gelombang
elektromagnet.
Meteorologi

Hertz menjadi sangat tertarik pada metorologi karena


pertemuannya dengan Wilhelm von Bezold yang merupakan
professor Hertz ketika mengikuti kuliah praktek di politeknik
Munich. Meski begitu, Hertz tidak berkontribusi banyak pada
bidangnya kecuali pada masamasa awal ketika ia menjadi asisten di
Helmholtz di Berlin. Termasuk penelitiannya mengenai penguapan
cairan, jenis terbaru dari hygrometer, dan penjelasan grafik
mengenai udara dengan keadaan adiabatik.
Ahli Kontak

Pada 1881-1882, Hertz mempublikasikan dua artikel yang dikenal


juga dengan bidang ahli kontak. Hertz sangat dikenal untuk
kontribusinya di bidang listrik dinamis. Banyak paper yang merujuk
pada dua artikelnya sebagai sumber untuk beberapa ide. Namun,
majalah Boussinesq mengeluarkan beberapa kritikan pada
pekerjaan Hertz.
Electromagnetic Research
Maxwell Review
Sekitar abad ke 19, Maxwell menyatakan persamaan yang cukup
mengejutkan dunia Fisika. Salah satunya menyatakan adanya
gelombang elektromagnetik. Namun, saat itu belum dapat
dibuktikan. Karena itu, Heinrich Hertz mencoba untuk
membuktikan keberadaan gelombang elektromagnetik itu.
Secara teori, Hertz menyadari bahwa gelombang elektromagnetik
yang dinyatakan Maxwell merupakan gabungan dari gelombang
listrik dan gelombang magnetik secara saling tegak lurus. Begitu
pula dengan arah geraknya. Karena gelombang tersebut
mengantung gelombang listrik, maka Hertz mencoba membuktikan
keberadaan gelombang elektromagnetik tersebut melalui
keberadaan gelombang listriknya yang diradiasikan oleh rangkaian
pemancar.

Hertz mencoba membuat rangkaian pemancar sederhana dengan


bantuan trafo untuk memperkuat tegangan dan kapasitor sebagai
penampung muatannya. Karena ada arus pergeseran pada gap
pemancar, diharapkan ada radiasi gelombang elektromagnetik yang
akan dipancarkan. Karena secara teori, dari percikan yang muncul
akan dihasilkan gelombang elektromagnetik. Alhasil, pada
rangkaian loop penerima yang hanya berupa kawat berbentuk
lingkaran yang tanpa diberikan sumber tegangan apapun, ternyata
muncul percikan listrik pada gap-nya. Ini membuktikan ada listrik
yang mengalir melalui radiasi suatu benda.yang akhirnya
terhantarkan ke loop.
Karena merasa belum puas, Hertz mencoba untuk menghitung
frekuensi pada loop. Ternyata frekuensi yang dihasilkan sama
dengan frekuensi pemancar. Ini artinya listrik pada loop berasal dari
pemancar itu sendiri. Dengan ini terbuktilah adanya radiasi
gelombang elektromagnetik Maxwell. Percobaan Hertz ini juga
memicu penemuan telegram tanpa kabel dan radio oleh Marconi.
Rangkaian ini ada dalam kaca quartz untuk menghindari sinar UV.
Photoelectric research
Penemuan Tak Disangka
Pada tahun 1886, Hertz berhasil membuktikan konsep yang amat
paradoks saat itu, yaitu persamaan Maxwell mengenai gelombang
elektromagnetik. Meski begitu, nantinya Einstein akan
menggunakan hasil ini untuk membantah beberapa konsep pada
fisika klasik mengenai gelombang elektromagnetik.

Setelah itu hertz melanjutkan penelitiannya. Hingga akhirnya pada


1887 Hertz melakukan percobaan lanjutan dari hasil pembuktiannya
terhadap gelombang elektromagnetik. Hingga ia akhirnya
mendapatkan fakta yang cukup menarik tanpa disengaja. Yaitu
bahwa muatan listrik akan berkurang jika ada sunar ultraviolet yang
jatuh diantara kedua elektrodanya. Itulah alasannya kenapa Hertz
memakai tabung quartz untuk melakukan pembuktian Maxwell. Saat
itu, Hertz tidak memperhatikan dengan betul apa yang terjadi
disana. Sehingga tidak ada hasil penelitian yang lengkap dan jelas
mengenai efek tersebut.
Pembuktian oleh Hallwach dan Lenard
Hasil dari kedua tokoh ini tidak akan disinggung terlalu banyak
karena diluar tujuan makalah ini. Namun kami akan menjelaskan
hasil penelitian mereka yang terinspirasi oleh ketidaksengajaan
Hertz mengenai efek fotolistrik.
Hallwach membuat percobaan dengan rangkaian seperti pada
gambar. Tabung kaca terisolasi membentuk ruang hampa di
dalamnya. Karena menggunakan kaca quartz, maka tidak ada
radiasi ultraviolet yang masuk. Sumber cahaya monokromatik yang
masuk melalui quartz window jatuh pada pelat A membebaskan
elektron yang disebut fotoelektron. Elektron yang terlepas akan
terdeteksi oleh pelat B. dengan ditandainya ada beda potensial
antara A dan B yang tercatat pada Galvanometer yang sensitif.

Grafik 4 adalah grafik fungsi dari tegangan yang dihasilkan. Meski


begitu, ada saat dimana tegangan akan sangat besar,. Ternyata,
pada saat arus fotolistrik mencapai nol, ada batas tegangan
tertentu yang dinamakan stopping potential. Grafik 5 adalah grafik
stopping

potential.

Hertz adalah orang yang berjasa besar atas penemuannya mengenai


gelombang elektromagnetik dan efek fotolistrik. Meski tidak
sengaja, segala macam pembuktiannya telah merubah dunia kita
menjadi lebih praktis. Walau akhirnya hanya sedikit yang tahu
bahwa efek fotolistrik ditemukan pertama kali oleh Hertz.
By esdipangganti Posted in Kimia Kelas XI, Materi Kimia
5
J
MANFAAT KOLOID
KEGUNAAN KOLOID DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah, air,
dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri sendiri,
aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid
yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling
melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.

Contoh aplikasi kimia koloid dalam industri:

Jenis Industri Contoh aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad


Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, detergen
Industri pertanian Pestisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, penisilin untuk suntikan

Beberapa aplikasi/fenomena sistem koloid lainnya dapat disimak berikut ini.

Pemutihan gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Hal ini dilakukan dengan melarutkan
gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau
karbon. Partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut.

Pengambilan partikel koloid asap dan


debu dari gas buangan pabrik
Contoh alat yang menggunakan prinsip elektroforesis adalah pengendap cottrell. Alat ini
digunakan untuk memisahkan partikel-partikel koloid seperti asap dan debu yang
terkandung dalam gas buangan pabrik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi zat-zat
polusi udara, di samping dapat digunakan untuk memperoleh kembali debu berharga
seperti debu arsenik oksida.
Mekanisme kerja alat ini adalah sebagai berikut. Gas buangan dialirkan melalui ujung-
ujung logam yang tajam yang telah diberi tegangan tinggi. Ujung-ujung logam ini akan
melepas elektron-elektron dengan kecepatan tinggi yang akan mengionisasi molekul-
molekul di udara. Partikel-partikel koloid dalam gas buangan akan mengadsorbsi ion-ion
ini sehinggan menjadi bermuatan positif. Partikel-partikel koloid selanjutnya akan
tertarik ke elektrode dengan muatan berlawanan dan menggumpal.

INDIKATOR ASAM BASA


Asam mempunyai rasa asam, sedangkan basa mempunyai rasa pahit. Namun begitu,
tidak dianjurkan untuk mengenali asam dan basa dengan cara mencicipinya, sebab
banyak diantaranya yang dapat merusak kulit (korosif) atau bahkan bersifat racun.

Asam dan basa dapat dikenali dengan menggunakan zat indikator, yaitu zat yang
memberi warna berbeda dalam lingkungan asam dan lingkungan basa (zat yang
warnanya dapat berubah saat berinteraksi atau bereaksi dengan senyawa asam
maupun senyawa basa).
Dalam laboratorium kimia, indikator asam-basa yang biasa di gunakan adalah indikator
buatan dan indikator alami. Berikut ini penjelasan tentang indikator asam-basa buatan
dan indikator asam-basa alami

LUMUT KERAK

Sebenarnya, untuk mengetahui asam atau basanya suatu zat dapat dicicipi dengan
menggunakan lidah. Akan tetapi, perlu kita ingat juga bahwa tidak semua zat aman
bagi tubuh kita. Masih ingatkah kalian bahwa ada bahan kimia yang bersifat racun?

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk keperluan eksperimen, para ilmuan
menciptakan lakmus. Lakmus adalah sejenis zat yang di peroleh dari jenis lumut
kerak/liken (Rocella tinctoria), suatu simbiosis jamur dan alga. Lakmus yang banyak
digunakan dalam laboratorium-laboratorium kimia sekarang ini tersedia dalam bentuk
kertas. Sebagai indikator asam-basa, lakmus memiliki beberapa kelebihan antara lain
adalah sebagai berikut.
Lakmus dapat berubah warnanya dengan cepat saat bereaksi dengan asam
maupun basa. Warna yang terjadi pada lakmus dapat terlihat jelas. Lakmus akan
berwarna merah dalam larutan asam dan akan berwarna biru dalam larutan
basa.
Lakmus sukar bereaksi dengan oksigen dalam udara bebas, sehingga dapat
bertahan lama.
Lakmus mudah di serap oleh kertas, sehingga di gunakan dalam bentuk kertas
lakmus (agar zat lebih mudah meresap)
Kertas lakmus jenisnya ada dua, yaitu kertas lakmus merah & kertas lakmus biru.

Semua zat tergolong asam apabila :

lakmus biru berubah menjadi merah, atau


lakmus merah tidak berubah warna
Semua zat tergolong basa apabila :

lakmus merah menjadi biru, atau


lakmus biru tidak berubah warna
Idikator Asam Basa

Nama Indikator Dalam Basa Dalam Asam


Lakmus biru merah
Metil merah kuning merah
Fenolftalen merah tak berwarna
Brom timol biru biru kuning

Selain lakmus, dalam laboratorium kimia juga masih banyak lagi indikator asam-basa
buatan antara lainfenolftalen, metil merah dan brom timol biru.
Fenolftalen dalam larutan asam tetap (tak berubah warnanya), sedangkan dalam
larutan basa berubah menjadi warna merah. Metil merah dalam larutan asam berwarna
merah sedangkan dalam larutan basa berwarna kuning.

indikator alami

Di samping menggunakan indikator buatan, seperti lakmus, fenolftalen, metil merah


dan brom timol biru, kita juga dapat mengenali senyawa asam atau basa dengan
menggunakan indikator alami, seperti bunga sepatu, bunga hidrangea, kol merah,
kunyit dan beberapa jenis tumbuhan lainnya. Indikator asam-basa yang baik adalah zat
warna yang memberi warna berbeda dalam larutan asam dan larutan basa.
Bagimanakah cara membuat indikator alami? Di bawah ini, beberapa cara pembuatan
indikator alami dengan menggunakan bunga sepatu, bunga hidrangea, kol merah dan
kunyit

1. Cara pembuatan indikator alami dari bunga sepatu


1.
Pilihlah beberapa helai mahkota bunga berwarna merah dari bunga
sepatu.
Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.
Saring ekstrak mahkota bunga merah tersebut.
Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:
Air suling (netral)

Larutan cuka (asam)

Air kapur (basa)

1.
Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam-basa dari bunga sepatu, ketika didalam larutan asam akan memberikan
warna merah, di dalam larutan basa akan memberikan warna hijau dan pada larutan
netral tidak berwarna.

2. Cara pembuatan indikator alami dari bunga Hidrangea


1.
Pilihlah beberapa helai mahkota bunga Hidrangea
Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.
Saring ekstrak mahkota bunga Hidrangea tersebut.
Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:
Air suling (netral)

Larutan cuka (asam)

Air kapur (basa)

1.
Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam-basa dari bunga Hidrangea akan memberikan warna biru ketika didalam
larutan asam , di dalam larutan basa akan memberikan warna merah jambu dan pada
larutan netral tidak berwarna

3. Cara pembuatan indikator alami dari kol merah


1.
Haluskan sejumlah kol merah yang masih segar
Rebus selama 10 menit
Biarkan air kol merah menjadi dingin
Saring dalam stoples besar
Teteskan ekstrak kol merah ke dalam:
Air suling (netral)

Larutan cuka (asam)

Air kapur (basa)

1.
Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam-basa dari kol merah akan berubah warna menjadi merah muda bila
dicelupkan ke dalam larutan asam, menjadi hijau dalam larutan basa, dan tidak
berwarna pada larutan netral.

4. Cara pembuatan indikator alami dari kunyit


1.
Parut kunyit yang telah dibersihkan
Saring ekstrak kunyit dengan alkohol menggunakan kain ke dalam
mangkok kecil
Teteskan ekstrak kunyit ke dalam:
Air suling (netral)

Larutan cuka (asam)

Air kapur (basa)

1.
Catat hasil perubahan warna yang terjadi
Indikator asam-basa dari kunyit, akan memberikan warna kuning tua ketika dilarutkan
dalam larutan asam, memberikan warna jingga di dalam larutan basa dan memberikan
warna kuning terang pada larutan netral.

By esdipangganti Posted in Kimia Kelas XI


13
APR 232012
INDIKATOR ALAMI ASAM BASA
Dalam kehidupan sehari-hari akan ditemukan senyawa dalam tiga keadaan yaitu asam,
basa, dan netral. Ketika mencicipi rasa jeruk maka akan terasa asam karena jeruk
mengandung asam. Sedangkan ketika mencicipi sampo maka akan terasa pahit karena
sampo mengandung basa. Namun sangat tidak baik apabila untuk mengenali sifat asam
atau basa dengan mencicipinya karena mungkin saja zat tersebut mengandung racun
atau zat yang berbahaya. Sifat asam dan basa suatu zat dapat diketahui menggunakan
sebuah indikator.

Indikator yang sering digunakan antara lain kertas lakmus, fenolftalein, metil merah dan
brom timol biru. Indikator tersebut akan memberikan perubahan warna jika
ditambahkan larutan asam atau basa. Indikator ini biasanya dikenal sebagai indikator
sintetis. Dalam pembelajaran kimia khususnya materi asam dan basa indikator derajat
keasaman diperlukan untuk mengetahui pH suatu larutan. Karena itu setiap sekolah
seharusnya menyediakan indior sintetis untuk percobaan tersebut. Tetapi pada
kenyataannya, tidak semua sekolah mampu menyediakan indikator sintetis. Oleh
karena itu diperlukan alternatif lain sehingga proses pembelajaran tetap berjalan lancar
indikator pH sintetis dapat diganti dengan alternatif lain berupa indikator pH dari bahan-
bahan alam atau tanaman.

Indikator pH dari bunga tapak dara (Vinca Rosea U), bunga jengger ayam (Celosia
Cristata L), dan bunga tembelekan (Lantara Camara L) dengan didasari pemikiran
bahwa zat warna pada tanaman merupakan senyawa organik berwarna seperti dimiliki
oleh indikator sintetis, selain itu mudah dibuat juga murah karena bahan-bahannya
mudah didapat serta menambah pengetahuan tentang manfaat bunga tapakdara,
jengger ayam dan tembelekan. Karakteristik bunga yang baik digunakan sebagai
indikator pH yaitu bunga yang masih segar berwarna tua digunakan hanya mahkota
bunga sedangkan benang sari dan putik tidak digunakan.

Pada pembuatan indikator cair bunga dicuci dengan air mengalir agar bersih juga
dimaksudkan agar pigmen warna bunga tidak ikut larut dalam air. Bunga yang sudah
dicuci kemudian dipotong kecil-kecil untuk memperluas permukaan bunga sehingga
proses pelarutan bunga lebih efektif. Semakin luas permukaan bunga maka semakin
banyak pigmen warna bunga yang larut pada proses pelarutan. Pada proses
pemotongan bunga tidak dicincang melainkan dipotong kecil-kecil. Setelah bunga
dipotong selanjutnya bunga dikeringkan dalam oven untuk mengurangi kadar air yang
terkandung. Pengovenan dilakukan pada suhu 50C selama 15 menit. Pada suhu
tersebut, pigmen bunga tidak berubah sehingga ketika dilarutkan akan menghasilkan
warna yang mudah diamati. Apabila pengeringan dilakukan pada suhu lebih besar dari
50C maka warna bunga akan berubah karena karakteristik warna bunga awal hilang.
Bunga yang sudah kering dimasukkan dalam stoples dan ditambahkan alkohol 70%
sampai 0,5 cm di atas bunga lalu didiamkan semalam agar pigmen warna bunga larut
dalam alkohol. Alkohol 70% sebenarnya merupakan etanol, yang dipilih sebagai pelarut
selain dilihat dari sifat polarnya juga dilihat dari aspek ekonomisnya. Etanol lebih mudah
didapatkan dan harganya lebih murah dibandingkan dengan jenis alkohol lainnya.
Penggunaan pelarut untuk melarutkan bunga digunakan secukupnya karena apabila
berlebihan maka larutan yang dihasilkan akan menjadi encer sehingga menyebabkan
produk yang dihasilkan kurang baik. Setelah semalam, larutan disaring untuk
mendapatkan filtratnya yaitu ekstrak bunga. Ekstrak bunga tersebut merupakan
indikator cair. Kemudian indikator cair dituangkan dalam stoples lain dan disimpan
dalam kulkas sampai akan digunakan. Cara penggunaan indikator cair yaitu
meneteskan indikator tersebut pada larutan yang akan diuji pHnya. Larutan akan
memberikan perubahan warna yang kemudian perubahan warna tersebut dicocokkan
dengan warna pada trayek pH indikator tersebut. Masing-masing warna pada trayek pH
memiliki pH yang berbeda setiap warnanya. Warna larutan yang sama dengan warna
pada trayek pH menunjukkan bahwa pH larutan sama dengan pH pada trayek pH
indikator tersebut.
indikator alami asam basa

Indikator alami asam dan basa lain yang mudah ditemui yaitu bunga sepatu, bunga
Hidrangea, kol merah dan kunyit.

Dengan menggunakan indikator alami tersebut kita akan membuatnya dengan cara
dibawah ini:

1. Cara pembuatan indikator alami dari bunga sepatu

Pilihlah beberapa helai mahkota bunga berwarna merah dari bunga


sepatu.
Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.
Saring ekstrak mahkota bunga merah tersebut.
Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:
Air suling (netral)
Larutan cuka (asam)
Air kapur (basa)

Catat hasil perubahan warna yang terjadi


Indikator asam-basa dari bunga sepatu, ketika didalam larutan asam akan memberikan
warna merah, di dalam larutan basa akan memberikan warna hijau dan pada larutan
netral tidak berwarna.

2. Cara pembuatan indikator alami dari bunga Hidrangea

Pilihlah beberapa helai mahkota bunga Hidrangea


Gerus dalam lumpang dengan sedikit air.
Saring ekstrak mahkota bunga Hidrangea tersebut.
Teteskan ekstrak mahkota bunga ke dalam:
Air suling (netral)
Larutan cuka (asam)
Air kapur (basa)
Catat hasil perubahan warna yang terjadi Indikator asam-basa dari bunga Hidrangea
akan memberikan warna biru ketika didalam larutan asam , di dalam larutan basa akan
memberikan warna merah jambu dan pada larutan netral tidak berwarna.

3. Cara pembuatan indikator alami dari kol merah

Haluskan sejumlah kol merah yang masih segar


Rebus selama 10 menit
Biarkan air kol merah menjadi dingin
Saring dalam stoples besar
Teteskan ekstrak kol merah ke dalam:
Air suling (netral)
Larutan cuka (asam)
Air kapur (basa)

Catat hasil perubahan warna yang terjadi Indikator asam-basa dari kol merah akan
berubah warna menjadi merah muda bila dicelupkan ke dalam larutan asam, menjadi
hijau dalam larutan basa, dan tidak berwarna pada larutan netral.

4. Cara pembuatan indikator alami dari kunyit

Parut kunyit yang telah dibersihkan


Saring ekstrak kunyit dengan alkohol menggunakan kain ke dalam mangkok kecil
Teteskan ekstrak kunyit ke dalam:
Air suling (netral)
Larutan cuka (asam)
Air kapur (basa)

Catat hasil perubahan warna yang terjadi Indikator asam-basa dari kunyit, akan
memberikan warna kuning tua ketika dilarutkan dalam larutan asam, memberikan
warna jingga di dalam larutan basa dan memberikan warna kuning terang pada larutan
netral.

Indikator asam dan basa yang baik yaitu zat warna yang memberikan warna berbeda
pada larutan asam dan larutan basa. Nah itulah tadi tulisan saya tentang indikator
alamai asam basa. Semoga tulisan Indikator Alami Asam Basa bisa bermanfaat bagi
anda yang mencarinya.

SMAN-2 Muara Teweh

By esdipangganti Posted in Kimia Kelas XI


13
7
SEP 2011

CARA MENENTUKAN BILANGAN KUANTUM


Misal pada unsur

40 Zr
1. Buat dulu konfigurasi elektronnya
40Zr = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10 4p6 5s2 4d2
2. Keempat bilangan kuantum ditentukan dari
konfigurasi elektron terakhir, yaitu 4d2
3. Karena Tingkat energi pada konfigurasi
terakhir adalah 4, maka bil.kuantum utama (n)
=4
4. Karena konfigurasi berakhir di blok d, maka
harga bilangan kuantum azimut (l) = 2 ( Jika
berakhir di sub kulit s l=0, p l=1, d l=2, f
l=3, dst..)
5. Karena berakhir pada blok d, maka jumlah
orbital pada sub kulit d ada 5, yaitu dari l,
sampai dengan +l, termasuk 0, yaitu -2, -1, 0,
+1, +2, dan karena jumlah elektron pada
konfigurasi terakhir sebanyak 2, maka panah
elektron diisi dari magnetik -2, dan -1, (yang
lain kosong karena jumlah elektronnya hanya
ada 2) maka harga bilangan kuantum
magnetik (m) = 1
6. karena arah panahnya ke atas, maka harga
bilangan kuantum spin (s) = +
KESIMPULAN : dari unsur 40Zr didapat n = 4, l =
2, m = 1, s = +
PERIODE didapat dari tingkat energi tertinggi
pada konfigurasi elektron, yaitu 5 pada 5s2,
sehingga 40Zr akan berada pada Periode 5.
Sedangkan GOLONGAN, karena berakhir di blok
d, maka jumlah, yaitu 2 + 2 = 4 ditulis dengan
angka romawi (IV), sehingga 40Zr akan berada
pada Golongan IVB
CATATAN UNTUK MENENTUKAN GOLONGAN :
Jika berakhir di sub kulit s atau p, maka
golongan A,
Jika berakhir di sub kulit d, maka golongan B
pasti Golongan B, jumlah elektron pada 5s2 dan
4d2kemudian di Jika berakhir di sub kulit f, maka
golongan lantanida / aktinida (jika periode 6
maka lantanida, dan jika periode 7 aktinida)

KESIMPULAN :
Zr Periode 5, Golongan IVB
By esdipangganti Posted in Kimia Kelas XI

JUN 172011
KOLOID
adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-
partikel zat yang berukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid
berkisar antara 1-100 nm ( 10-7 10-5 cm ).
Contoh: Mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak
dan cat adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.
Sistem koloid adalah suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan
suspensi (campuran kasar). Sistem koloid ini mempunyai sifat-sifat khas yang
berbeda dari sifat larutan atau suspensi.
Keadaan koloid bukan ciri dari zat tertentu karena semua zat, baik padat, cair, maupun gas,
dapat dibuat dalam keadaan koloid.
Sistem koloid sangat berkaitan erat dengan hidup dan kehidupan kita sehari-hari. Cairan
tubuh, seperti darah adalah sistem koloid, bahan makanan seperti susu, keju, nasi,
dan roti adalah sistem koloid. Cat, berbagai jenis obat, bahan kosmetik, tanah
pertanian juga merupakan sistem koloid.
Karena sistem koloid sangat berpengaruh bagi kehidupan sehari-hari, kita harus
mempelajarinya lebih mendalam agar kita dapat menggunakannya dengan benar
dan dapat bermanfaat untuk diri kita.
Koloid adalah suatu sistem campuran metastabil (seolah-olah stabil, tapi akan memisah
setelah waktu tertentu). Koloid berbeda dengan larutan; larutan bersifat stabil.
Di dalam larutan koloid secara umum, ada 2 zat sebagai berikut :
Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :
Pendispe Air
Trk santan
eso , air
ril susu,
do mayon
Cair ii es
s
p
e
r
s
id
Bukan koloid, karena gas bercampur secara homogen
Buih, sabun, ombak, krim kocok

Batu apung, kasur busa


Obat semprot, kabut, MANFAAT KOLOID
KEGUNAAN KOLOID DALAM
KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Sistem koloid banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, seperti di alam (tanah,
air, dan udara), industri, kedokteran, sistem hidup, dan pertanian. Di industri sendiri,
aplikasi koloid untuk produksi cukup luas. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid
yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat
saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar.

Contoh aplikasi kimia koloid dalam industri:

Jenis Industri Contoh aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad


Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, detergen
Industri pertanian Pestisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, penisilin untuk suntikan

Beberapa aplikasi/fenomena sistem koloid lainnya dapat disimak berikut ini.

Pemutihan gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Hal ini dilakukan dengan
melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah
diatomae atau karbon. Partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat
warna tersebut.

Aerosol
Pengambilan partikel koloid asap dan
debu dari gas buangan pabrik
Contoh alat yang menggunakan prinsip elektroforesis adalah pengendap cottrell. Alat
ini digunakan untuk memisahkan partikel-partikel koloid seperti asap dan debu yang
terkandung dalam gas buangan pabrik. Hal ini bertujuan untuk mengurangi zat-zat
polusi udara, di samping dapat digunakan untuk memperoleh kembali debu berharga
seperti debu arsenik oksida.
Mekanisme kerja alat ini adalah sebagai berikut. Gas buangan dialirkan melalui
ujung-ujung logam yang tajam yang telah diberi tegangan tinggi. Ujung-ujung logam
ini akan melepas elektron-elektron dengan kecepatan tinggi yang akan mengionisasi
molekul-molekul di udara. Partikel-partikel koloid dalam gas buangan akan
mengadsorbsi ion-ion ini sehinggan menjadi bermuatan positif. Partikel-partikel koloid
selanjutnya akan tertarik ke elektrode dengan muatan berlawanan dan menggumpal.

hair spray di udara


Mente
ga,
agar-
CairPadat Gel agar
Debu,
Aeros gas
Pad ol knalpo
at Gas padat t, asap
Pad Cat,
at Cair Sol tinta
Tanah,
kaca,
Pad Sol lumpu
at Padat Padat r
a ion hidroksida yang ada berasal dari reaksi antara amonia dan air Sifat
Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah penghamburan cahaya oleh larutan koloid, peristiwa di mana
jalannya sinar dalam koloid dapat terlihat karena partikel koloid dapat menghamburkan
sinar ke segala jurusan.
Contoh: sinar matahari yang dihamburkan partikel koloid di angkasa, hingga langit
berwarna biru pada siang hari dan jingga pada sore hari ; debu dalam ruangan akan
terlihat jika ada sinar masuk melalui celah.
b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak partikel koloid dalam medium pendispersi secara terus
menerus, karena adanya tumbukan antara partikel zat terdispersi dan zat pendispersi.
Karena gerak aktif yang terus menerus ini, partikel koloid tidak memisah jika didiamkan.
c. Adsorbsi Koloid
Adsorbsi Koloid adalah penyerapan zat atau ion pada permukaan koloid. Sifat adsorbsi
digunakan dalam proses:
1. Pemutihan gula tebu.
2. Norit.
3. Penjernihan air.
Contoh: koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +. Adanya
muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya sehingga partikel-
partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
Koloid As2S3 akan mengadsorbsi ion OH dalam larutan sehingga akan bermuatan dan
tolak-menolak dengan sesamanya, maka koloid As2S3 tidak akan menggerombol.
d. Muatan Koloid dan Elektroforesis
Muatan Koloid ditentukan oleh muatan ion yang terserap permukaan koloid.
Elektroforesis adalah gerakan partikel koloid karena pengaruh medan listrik.
Karena partikel koloid mempunyai muatan maka dapat bergerak dalam medan listrik.
Jika ke dalam koloid dimasukkan arus searah melalui elektroda, maka koloid bermuatan
positif akan bergerak menuju elektroda negatif dan sesampai di elektroda negatif akan
terjadi penetralan muatan dan koloid akan menggumpal (koagulasi).
Contoh: cerobong pabrik yang dipasangi lempeng logam yang bermuatan listrik dengan
tujuan untuk menggumpalkan debunya.
e. Koagulasi Koloid
Koagulasi koloid adalah penggumpalan koloid karena elektrolit yang muatannya
berlawanan.
Contoh: kotoran pada air yang digumpalkan oleh tawas sehingga air menjadi jernih.
Faktor-faktor yang menyebabkan koagulasi:
Perubahan suhu.
Pengadukan.
Penambahan ion dengan muatan besar (contoh: tawas).
Pencampuran koloid positif dan koloid negatif.
Koloid akan mengalami koagulasi dengan cara:
1. Mekanik
Cara mekanik dilakukan dengan pemanasan, pendinginan atau pengadukan cepat.
2. Kimia
Dengan penambahan elektrolit (asam, basa, atau garam).
Contoh: susu + sirup masam > menggumpal
Lumpur + tawas > menggumpal
Dengan mencampurkan 2 macam koloid dengan muatan yang berlawanan.
Contoh: Fe(OH)3 yang bermuatan positif akan menggumpal jika dicampur As2S3 yang
bermuatan negatif.
f. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid Liofil
Koloid Liofil adalah koloid yang mengadsorbsi cairan, sehingga terbentuk selubung di
sekeliling koloid. Contoh: agar-agar.
Koloid Liofob
Koloid Liofob adalah kolid yang tidak mengadsorbsi cairan. Agar muatan koloid stabil,
cairan pendispersi harus bebas dari elektrolit dengan cara dialisis, yakni pemurnian
medium pendispersi dari elektrolit.
g. Emulasi
Emulasi adalah kolid cairan dalam medium cair. Agar larutan kolid stabil, ke dalam
koloid biasanya ditambahkan emulsifier, yaitu zat penyetabil agar koloid stabil.
Contoh: susu merupakan emulsi lemak di dalam air dengan kasein sebagai emulsifier.
h. Kestabilan Koloid
a. Banyak koloid yang harus dipertahankan dalam bentuk koloid untuk penggunaannya.
Contoh: es krim, tinta, cat.
Untuk itu digunakan koloid lain yang dapat membentuk lapisan di sekeliling koloid
tersebut. Koloid lain ini disebut koloid pelng. indu
Contoh: gelatin pada sol Fe(OH)3.
b. Untuk koloid yang berupa emulsi dapat digunakan emulgator yaitu zat yang dapat
tertarik pada kedua cairan yang membentuk emulsi Contoh: sabun deterjen sebagai
emulgator dari emulsi minyak dan air.
i. Pemurnian Koloid
Untuk memurnikan koloid yaitu menghilangkan ion-ion yang mengganggu kestabilan
koloid, dapat dilakukan cara dialisis. Koloid yang akan dimurnikan dimasukkan ke
kantong yang terbuat dari selaput semipermeabel yaitu selaput yang hanya dapat
dilewati partikel ion saja dan tidak dapat dilewati molekul koloid.
Contoh: kertas perkamen, selopan atau kolodion.
Kantong koloid dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir, maka ion-ion
dalam koloid akan keluar dari kantong dan keluar dari bejana dan koloid tertinggal
dalam kantong. Proses dialisis akan di percepat jika di dalam bejana diberikan arus
listrik yang disebut elektro dialisis.
Proses pemisahan kotoran hasil metabolisme dari darah oleh ginjal termasuk proses
dialisis. Maka apabila seseorang menderita gagal ginjal, orang tersebut harus menjalani
cuci darah dengan mesin dialisator di rumah sakit. Koloid juga dapat dimurnikan
dengan penyaring ultra.
Pembuatan Sistem Koloid
1. Cara Kondensasi
Pembuatan sistem koloid dengan cara kondensasi dilakukan dengan cara
penggumpalan partikel yang sangat kecil. Penggumpalan partikel ini dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Reaksi Pengendapan
Pembuatan sistem koloid dengan cara ini dilakukan dengan mencampurkan larutan
elektrolit sehingga menghasilkan endapan. Contoh: AgNO3 + NaCl > AgCl(s) + NaNO3
2. Reaksi Hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Sistem koloid dapat dibuat dengan
mereaksikan suatu zat dengan air. Contoh: AlCl3 +H2O > Al(OH)3(s) + HCl
3. Reaksi Redoks
Pembuatan koloid dapat terbentuk dari hasil reaksi redoks.
Contoh: pada larutan emas
Reaksi: AuCl3 + HCOH > Au + HCl + HCOOH
Emas formaldehid
4. Reaksi Pergeseran
Contoh: pembuatan sol As2S3 dengan cara mengalirkan gas H2S ke dalam laruatn
H3AsO3 encer pada suhu tertentu.
Reaksi: 2 H3AsO3 + 3 H2S > 6 H2O + As2S3
5. Reaksi Pergantian Pelarut
Contoh: pembuatan gel kalsium asetat dengan cara menambahkan alkohol 96% ke
dalam larutan kalsium asetat jenuh.

2.Cara Dispersi
Pembuatan sistem koloid dengan cara dispersi dilakukan dengan memperkecil partikel
suspensi yang terlalu besar menjadi partikel koloid, pemecahan partikel-partikel kasar
menjadi koloid.
1. Cara Mekanik
Ukuran partikel suspensi diperkecil dengan cara penggilingan zat padat, dengan
menghaluskan butiran besar kemudian diaduk dalam medium pendispersi.
Contoh: Gumpalan tawas digiling, dicampurkan ke dalam air akan membentuk koloid
dengan kotoran air.
Membuat tinta dengan menghaluskan karbon pada penggiling koloid kemudian
didispersikan dalam air.
Membuat sol belerang dengan menghaluskan belerang bersama gula (1:1) pada
penggiling koloid, kemudian dilarutkan dalam air, gula akan larut dan belerang menjadi
sol.
2. Cara Peptisasi
Pembuatan koloid dengan cara peptisasi adalah pembuatan koloid dengan
menambahkan ion sejenis, sehingga partikel endapan akan dipecah. Contoh: sol
Fe(OH)3 dengan menambahkan FeCl3.
sol NiS dengan menambahkan H2S.
karet dipeptisasi oleh bensin.
agar-agar dipeptisasi oleh air.
endapan Al(OH)3 dipeptisasi oleh AlCl3.
3. Cara Busur Bredia/Bredig
Pembuatan koloid dengan cara busur Bredia/Bredig dilakukan dengan mencelupkan 2
kawat logam (elektroda) yang dialiri listrik ke dalam air, sehingga kawat logam akan
membentuk partikel koloid berupa debu di dalam air.
4. Cara Ultrasonik
Campuran terbagi menjadi 2, yaitu:
1. Suspensi, contoh: pasir dalam air.
2. Koloid, contoh: susu dengan air. yaitu penghancuran butiran besar dengan ultrasonik
(frekuensi > 20.000 Hz)
Campuran heterogen.
Campuran homogen disebut larutan, contoh: larutan gula dalam air. Campuran
Komponen Penyusun Koloid heterogen dapat dibedakan menjadi
2 macam, yaitu: Sistem koloid termasuk dalam bentuk campuran.
1. Fase kontinyu : medium pendispersi jumlahnya lebih banyak.
2. Fase diskontinyu : medium terdispersi jumlahnya labih banyak.
Bentuk Partikel Koloid
1. Bulatan : misalnya virus, silika.
2. Batang : misalnya virus.
3. Piringan : misalnya globulin dalam darah.
4. Serat : misalnya selulosa.
Penggunaan Sistem Koloid
1. Obat-obatan : salep, krim, minyak ikan.
2. Makanan : es krim, jelly dan agar-agar.
3. Kosmetik : hair cream, skin spray, body lotion.
4. Industri : tinta, cat.
Beberapa Macam Koloid
1. Aerosol
adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi dalam gas.
Contoh: aerosol padat: debu, asap.
aerosol cair: kabut, awan.
Bahan pendingin dan pendorong yang sering digunakan adalah Kloro Fluoro Karbon
(CFC).
2. Emulsi
adalah sistem koloid di mana zat terdispersi dan pendispersi adalah zat cair yang tidak
dapat bercampur. Misalnya: Emulsi minyak dalam air: santan, susu, lateks, minyak ikan.
Emulsi air dalam minyak: mentega, minyak rambut, minyak bumi.
Untuk membentuk emulsi digunakan zat pengemulsi atau emulgator yaitu zat yang
dapat tertarik oleh kedua zat cair tersebut.
Contoh: sabun untuk mengemulsikan minyak dan air.
kasein sebagai emulgator pada susu.
3. Sol adalah suatu sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam zat cair.
No. Hidrofob Hidrofil
Tidak menarik molekul air tetapi Menarik molekul air hingga menyelubungi
a. mengadsorbsi ion partikel terdispersi
Reversibel, bila mengalami koagulasi akan
Tidak reversible, apabila mengalami dapat membentuk sol lagi jika ditambah lagi
b. koagulasi sukar menjadi sol lagi medium pendispersinya
c. Biasanya terdiri atas zat anorganik Biasanya terdiri atas zat organik
d. Kekentalannya rendah Kekentalannya tinggi
e. Gerak Brown terlihat jelas Gerak Brown tidak jelas
f. Mudah dikoagulasikan oleh elektrolit Sukar dikoagulasikan oleh elektrolit
Umumnya dibuat dengan cara
g. kondensasi Umumnya dibuat dengan cara dispersi
h. Efek Tyndall jelas Efek Tyndall kurang jelas
Contoh: sol logam, sol belerang, sol Contoh: sol kanji, sol protein, sol sabun, sol
i. Fe(OH)3, sol As2S3, sol sulfida gelatin
4. Gel/Jel adalah koloid liofil setengah kaku.
Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, jelly untuk menata rambut.
5. Buih adalah sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair.
Contoh: sabun, detergen, protein.
Zat-zat yang dapat memecah/mencegah buih yaitu eter, isoamil alkohol.
SABUN/DETERGEN adalah zat yang molekulnya
terdiri atas hidrofob dan sekaligus gugus
hidrofil.
PENJERNIHAN AIR SUNGAI
1. Air sungai mengandung lumpur ditambah tawas > air jernih.
2. Air jernih ditambah kaporit > air jernih bebas kuman.
3. Air jernih bebas kuman disaring > air bersih.
By esdipangganti Posted in Kimia Kelas XI
23
JUN 172011
TITRASI ASAM BASA
Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi merupakan suatu metode
yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan dengan konsentrasi yang
telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan sejumlah larutan yang dianalisis atau
ingin diketahui kadarnya atau konsentrasinya. Suatu zat yang akan ditentukan
konsentrasinya disebut sebagai titran dan biasanya diletakkan di dalam labu
Erlenmeyer, sedangkan zat yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer
atau titrat dan biasanya diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titran
biasanya berupa larutan.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi,
sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam
basa atau aside alkalimetri, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi
oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi
kompleks dan lain sebagainya. (Pada site ini hanya dibahas tentang titrasi asam basa).
PRINSIP TITRASI ASAM BASA
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Kadar
larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titrant
ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya
secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai
dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai titik ekuivalen, yaitu
titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah
basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-].
Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna
indikator disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini mendekati titik
ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik
akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalen ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian catat volume titer
yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume
titran, volume dan konsentrasi titer maka bisa dihitung konsentrasi titran tersebut.
Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan (netralisasi). Salah satu contoh titrasi
asam basa yaitu titrasi asam kuat-basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) dengan
asam hidroklorida (HCl), persamaan reaksinya sebagai berikut:
NaOH(aq) + HCl(aq) NaCl (aq) + H2O(l)

contoh lain yaitu:


NaOH(aq) + H2SO4(aq) Na2SO4 (aq) + H2O(l)

Gambar set alat titrasi


CARA MENGETAHUI TITIK EKUIVALEN
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa, antara
lain:
1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan,
kemudian membuat plot antara pH dengan volume titran untuk memperoleh kurva
titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah titik ekuivalen.
2. Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan dua hingga tiga tetes (sedikit
mungkin) pada titran sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna
ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi dihentikan. Indikator yang dipakai
dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi oleh
pH.
Pada umumnya cara kedua lebih dipilih karena kemudahan dalam
pengamatan, tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis, walaupun
tidak seakurat dengan pH meter. Gambar berikut merupakan perubahan
warna yang terjadi jika menggunakan indikator fenolftalein.

Sebelum mencapai titik ekuivalen Setelah mencapai titik ekuivalen

RUMUS UMUM TITRASI


Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen
basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut:
mol-ekuivalen asam = mol-ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume, maka
rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:

N asam x V asam = N asam x V basa


Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
(n x M asam) x V asam = (n x M basa) x V basa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H +(pada asam) atau OH- (pada basa)
INDIKATOR ASAM BASA
TABEL DAFTAR INDIKATOR ASAM BASA

NAMA pH RANGE WARNA TIPE(SIFAT)


Biru timol 1,2-2,8 merah kuning asam
Kuning metil 2,9-4,0 merah kuning basa
Jingga metil 3,1 4,4 merah jingga basa
Hijau bromkresol 3,8-5,4 kuning biru asam
Merah metil 4,2-6,3 merah kuning basa
Ungu bromkresol 5,2-6,8 kuning ungu asam
Biru bromtimol 6,2-7,6 kuning biru asam
Merah fenol 6,8-8,4 kuning merah asam
Ungu kresol 7,9-9,2 kuning ungu asam
Fenolftalein 8,3-10,0 t.b. merah asam
Timolftalein 9,3-10,5 t.b. biru asam
Kuning alizarin 10,0-12,0 kuning ungu basa
Indikator yang sering digunakan dalam titrasi asam basa yaitu indikator fenolftalein.
Tabel berikut ini merupakan karakteristik dari indikator fenolftalein.
pH <0 08.2 8.212.0 >12.0

Asam atau mendekati


Kondisi Sangat asam netral Basa Sangat basa

Warna Jingga Tidak berwarna pink keunguan Tidak berwarna

Gamba
r

By esdipangganti Posted in Kimia Kelas XI


23
JUN 172011
LARUTAN PENYANGGA
Larutan penyangga adalah satu zat yang menahan perubahan pH ketika sejumlah kecil
asam atau basa ditambahkan kedalamnya.

Larutan penyangga yang bersifat asam


Larutan penyangga yang bersifat asam adalah sesuatu yang memiliki pH kurang dari 7.
Larutan penyangga yang bersifat asam biasanya terbuat dari asam lemah dan
garammya acapkali garam natrium.

Contoh yang biasa merupakan campuran asam etanoat dan natrium etanoat dalam
larutan. Pada kasus ini, jika larutan mengandung konsentrasi molar yang sebanding
antara asam dan garam, maka campuran tersebut akan memiliki pH 4.76. Ini bukan
suatu masalah dalam hal konsentrasinya, sepanjang keduanya memiliki konsentrasi
yang sama.

Anda dapat mengubah pH larutan penyangga dengan mengubah rasio asam terhadap
garam, atau dengan memilih asam yang berbeda dan salah satu garamnya.

Larutan penyangga yang bersifat basa


larutan penyangga yang bersifat basa memiliki pH diatas 7. Larutan penyangga yang
bersifat basa biasanya terbuat dari basa lemah dan garamnya.

Seringkali yang digunakan sebagai contoh adalah campuran larutan amonia dan larutan
amonium klorida. Jika keduanya dalam keadaan perbandingan molar yang sebanding,
larutan akan memiliki pH 9.25. Sekali lagi, hal itu bukanlah suatu masalah selama
konsentrasi yang anda pilih keduanya sama.

Bagaimana cara larutan penyangga bekerja?


Larutan penyangga mengandung sesuatu yang akan menghilangkan ion hidrogen atau
ion hidroksida yang mana anda mungkin menambahkannya sebaliknya akan merubah
pH. Larutan penyangga yang bersifat asam dan basa mencapai kondisi ini melalui cara
yang berbeda.

Larutan penyangga yang bersifat asam


Kita akan mengambil campuran asam etanoat dan natrium etanoat sebagai contoh
yang khas.

Asam etanoat adalah asam lemah, dan posisi kesetimbangan akan bergeser ke arah
kiri:

Penambahan natrium etanoat pada kondisi ini menambah kelebihan ion etanoat dalam
jumlah yang banyak. Berdasarkan Prinsip Le Chatelier, ujung posisi kesetimbangan
selanjutnya bergeser ke arah kiri.

Karena itu larutan akan mengandung sesuatu hal yang penting:

Banyak asam etanoat yang tidak terionisasi;


Banyak ion etanoat dari natrium etanoat:
Cukup ion hidrogen untuk membuat larutan menjadi bersifat asam.
Sesuatu hal yang lain (seperti air dan ion natrium) yang ada tidak penting pada
penjelasan.

Penambahan asam pada larutan penyangga yang


bersifat asam
Larutan penyangga harus menghilangkan sebagian besar ion hidrogen yang baru
sebaliknya pH akan turun dengan mencolok sekali.

Ion hidrogen bergabung dengan ion etanoat untuk menghasilkan asam etanoat.
Meskipun reaksi berlangsung reversibel, karena asam etanoat adalah asam lemah,
sebagaian besar ion hidrogen yang baru dihilangkan melalui cara ini.

Karena sebagian besar ion hidrogen yang baru dihilangkan, pH tidak akan berubah
terlalu banyak tetapi karena kesetimbangan ikut terlibat, pH akan sedikit menurun.
Penambahan basa pada larutan penyangga yang
bersifat asam
Larutan basa mengandung ion hidroksida dan larutan penyangga menghilangkan ion
hidroksida tersebut.

Kali ini situasinya sedikit lebih rumit karena terdapat dua proses yang dapat
menghilangkan ion hidroksida.
Penghilangan ion hidroksida melalui reaksi dengan asam etanoat
Sebagian besar zat yang bersifat asam yang mana ion hidroksida bertumbukan dengan
molekul asam etanoat. Keduanya akan bereaksi untuk membentuk ion etanoat dan air.

Karena sebagian besar ion hidroksida dihilangkan, pH tidak berubah terlalu besar.

Penghilangan ion hidroksida melalui reaksi dengan ion


hidrogen
Harus diingat bahwa beberapa ion hidrogen yang ada berasal dari ionisasi asam
aetanoat.

Ion hidroksida dapat bergabung dengannya untuk membentuk air. Selama hal itu
terjadi, ujung kesetimbangan menggantikannya. Hal ini tetap terjadi sampai sebagian
besar ion hidrogen dihilangkan.
Sekali lagi, karena anda memiliki kesetimbangan yang terlibat, tidak semua ion
hidroksida dihilangkan karena terlalu banyak. Air yang terbentuk terionisasi kembali
menjadi tingat yang sangat kecil untuk memberikan beberapa ion hidrogen dan ion
hidroksida.
Larutan penyangga yang bersifat basa
Kita akan menganbil campuran larutan amonia dan amonium klorida sebagai contoh
yang khas.

Amonia adalah basa lemah, dan posisi kesetimbangan akan bergerak ke arah kiri:

Penambahan amonium klorida pada kondisi ini menambahkan kelebihan ion amonium
dalam jumlah yang banyak. Berdasarkan Prinsip Le Chatelier, hal itu akan menyebabkan
ujung posisi kesetimbangan akan bergeser ke arah kiri.

Karena itu larutan akan mengandung beberapa hal yang penting:

Banyak amonia yang tidak bereaksi;


Banyak ion amonia dari amonium klorida;
Cukup ion hidrogen untuk menghasilkan larutan yang bersifat basa.
Hal lain (seperti air dan ion klorida) yang ada tidak penting pada penjelasan.

Penambahan asam pada larutan penyangga yang


bersifat basa
Terdapat dua proses yang dapat menghilangkan ion hidrogen yang anda tambahkan.
Penghilangan ion hidrogen melalui reaksi dengan amonia
Sebagian besar zat dasar yang mana ion hidrogen bertumbukan dengannya adalah
molekul amonia. Keduanya akan bereaksi untuk membentuk ion amonium.
Sebagian besar, tetapi tidak seluruhnya, ion hidrogen akan dihilangkan. Ion amonium
bersifat asam yang sedikit lemah, dan karena itu ion hidrohen akan dilepaskan kembali.

Penghilangan ion hidrogen melalui reaksi dengan ion


hidroksida
Harus diingat bahwa beberep.

Ion hidrogen dapat bergabung dengan ion hidroksida tersebut untuk menghasilkan air.
Selama hal itu terjadi, ujung kesetimbangan menggantikan ion hidroksida. Hal ini terus
terjadi sampai sebagian besar ion hidrogen dihilangkan.

Sekali lagi, karena anda memiliki kesetimbangan yang terlibat, tidak semua ion
hidrogen dihilangkan hanya sebagian besar.

Penambahan basa pada larutan penyangga yang


bersifat basa
Ion hidroksida dari alkali dihilangkan melali reaksi yang sederhana dengan ion
amonium.

Karena amonia yang terbentuk merupakan basa lemah, amonia akan bereaksi dengan
air dan karena itu reaksi sedikit reversibel. Hal ini berarti bahwa, sekali lagi, sebagian
besar (tetapi tidak semuanya) ion hidrogen dihilangkan dari larutan.

By esdipangganti Posted in Kimia Kelas XI


6
JUN 172011
HIDROLIS DAN SISTEM BUFER
HIDROLISIS SENYAWA GARAM
Hidrolisis ialah interaksi (reaksi) antara senyawa garam dengan air ( tepatnya kation
dan / atau anion garam ) menghasilkan asam lemah dan / atau basa lemah dalam
bentuk molekul ( bukan ion )

Contot : (1) NH4Cl + H2O > NH4OH (basa lemah ) + H+ + Cl (dari HCl )
Reaksi sebenarnya : NH4+ + H2O > NH4OH + H+
(2) NaCN + H2O > Na+ + OH ( dari NaOH ) + HCN (asam lemah)
Reaksi sebenarnya : CN + H2O > HCN + OH
(3) KNO3 + H2O > K+ + OH- + NO3 + H+ ( BUKAN HIDROLISIS )

Proses Hidrolisis
Pada reaksi (1) :

di dalam air terjadi onisasi garam sbb : NH4Cl > NH+ + Cl


dan air sb : H2O OH + H+
Ion-ion NH+ dan OH dapat bereaksi sbb : NH+ + OH NH4OH ;
sedangkan Cl + H+ HCl ( karena HCl asam kuat yang akan terurai menjadi
H+ dan Cl
Pada reaksi (2)

-Seperti halnya pada reaksi (1) ; terbentuk HCN , tetapi tidak terbentuk NaOH ( basa
kuat )

Pada reaksi (3 ) : K+ + OH- > KOH dan NO3 + H+ HNO3 (keduanya


basa dan
asam kuat )

Macam Hidrolisis
Dari ketiga contoh reaksi di atas maka yang dapat berinterkasi ( bereaksi ) dengan air
adalah ion-ion ( kation atau anion ) yang lemah dari senyawa garam ; sehingga macam
hidrolisis senyawa garam adalah :

1. Hidrolisis Sebagian :
yaitu apabila yang bereaksi dengan air hanya kation atau anion dari garam

terjadi pada garam yang berasal dari basa lemah dan asam kuat ( mis : NH 4Br , FeSO4,
dsb )
atau garam yang berasal dari basa kuat dan asam lemah ( mis, Na2S, KNO2 , dsb )

2. Hidrolisis Total
yaitu apabila yang bereaksi dengan air adalah kation dan anion dari garam tersebut

terjadi pada senyawa garam yang berasal dar basa lemah dan asam lemah ; mis NH 4F,
dsb
* Apabila garam barasal dari basa kuat dan asam kuat ( mis KCl, Na2SO4, dsb ) ,
kation dan
anionnya tidak beraksi dengan air, dan disebut TIDAK TERHIDROLISIS ( Contoh pada

reaksi 3 )

Menghitung pH larutan garam


Reaksi hidrolisis adalah reaksi kesetimbangan. Tetapan kesetimbangan dari reaksi
hidrolisis disebut tetapan hidrolisis ( Kh)
A. Garam dari asam kuat dan basa kuat
Garam dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis, sehingga larutannya
bersifat netral ( pH = 7 Garam dari basa kuat dan asam lemah

B. Garam dari basa kuat dan asam lemah


Garam ini akan mengalami hidrolisis parsial, yaitu hidrolisis anion

A (aq) + H2 O (l) HA (aq) + OH (aq)

dimana [ HA ] = [OH],dimana [A] dianggap sama dengan [A] yang berasal dari
garam, dimisalkan M . ( jmlh ion [A] yg mengalami hidrolisis diabaikan ), maka

atau

[OH]2 = Kh x M maka

Kemudian perhatikan persamaan reaksi berikut :

Menurut prinsip kesetimbangan , reaksi-reaksi kesetimbangan berlaku :


Dari dua persamaan di atas maka :

dimana :

Kw = tetapan kesetimbangan air

Ka = Tetapan kesetimbangan asam

M = Konsentrasi anion yang terhidrolisis

C. Garam dari asam kuat dan basa lemah


Garam ini akan mengalami hidrolisis parsial, yaitu hidrolisis kation

BH + + H 2 O B + H 3 O +

dimana [ B ] = [H 3 O +] dan [BH +] dianggap sama dengan ion [BH +] yang berasal dari
garam, dimisalkan M . ( jmlh ion [BH+] yg mengalami hidrolisis diabaikan ), maka

atau

,
Kemudian perhatikan persamaan reaksi berikut :

Menurut prinsip kesetimbangan , reaksi-reaksi kesetimbangan berlaku :


dimana:

Kw = tetapan kesetimbangan air

Kb = Tetapan kesetimbangan basa

M = Konsentrasi anion yang terhidrolisis

D. Garam dari asam lemah dan basa lemah

Garam ini akan mengalami hidrolisis total, karena baik kation maupun anionnya akan
mengalami hidrolisis. pH larutan secara kuantitatif sukar dikaitkan dengan harga
maupun dengan konsentrasi garam. pH yang tepat hanya dapat diperoleh melalui
pengukuran. Tetapi pH dapat diperkirakan dengan persamaan :

Sifat larutan tergantung pada harga Ka dan harga Kb.

Jika

Ka > Kb : bersifat asam


Ka < Kb : bersifat basa
Ka = Kb : bersifat netral
By esdipangganti Posted in Kimia Kelas XI
2
AGU 142010
BENTUK MOLEKUL
1. Teori Domain Elektron (TDE)
Bentuk molekul tergantung pada susunan ruang pasangan elektron ikatan (PEI
dan pasangan elektron bebas (PEB) atom pusat dalam molekul. Dapat dijelaskan
dengan teori tolakan pasangan elektron kulit valensi atau teori VSEPR (Valence
Shell Electron Pair Repultion)
Molekul kovalen terdapat pasangan-pasangan elektron baik PEI maupun PEB.
Karena pasangan-pasangan elektron mempunyai muatan sejenis, maka tolak-
menolak antarpasangan elektron. Tolakan (PEB PEB) > tolakan (PEB PEI) >
tolakan (PEI PEI)
Adanya gaya tolak-menolak menyebabkan atom-atom yang berikatan
membentuk struktur ruang yang tertentu dari suatu molekul dengan demikian
bentuk molekul dipengaruhi oleh banyaknya PEI maupun PEB yang dimiliki pada
atom pusat.
Bentuk molekul ditentukan oleh pasangan elektron ikatannya
Contoh molekul CH4 memiliki 4 PEI

2. Rumus Tipe Molekul


1) Atom pusat dilambangkan dengan A

2) Domain elektron ikatan dilambangkan dengan X

3) Domain elektron bebas dinyatakan dengan E

Tabel Bentuk Molekul Berdasarkan PEI dan PEB


Jumlah Jumlah
Pasangan Pasangan
Elektron Ikatan Elektron Rumus
(X) Bebas (E) (AXnEm) Bentuk Molekul Contoh
2 0 AX2 Linear CO2
3
0 AX3 Trigonal planar BCl3
2 1 AX2E Bengkok SO2
4 0 AX4 Tetrahedron CH4
3 1 AX3E Piramida trigonal NH3
2 2 AX2E2 Planar bentuk V H2O
5 0 AX5 Bipiramida trigonal PCl5
4 1 AX4E Bipiramida trigonal SF4
3 2 AX3E2 Planar bentuk T IF3
2 3 AX2E3 Linear XeF2
6 0 AX6 Oktahedron SF6
5 1 AX5E Piramida sisiempat IF5
4 2 AX4E2 Sisiempat datar XeF4
Dengan menggunakan teori VSEPR maka kita dapat meramalkan bentuk geometri suatu
molekul. Dalam artikel ini maka akan di contohkan menentukan bentuk geometri
molekul XeF2, XeF4, dan XeF6.
Diantara molekul-molekul tersebut ada yang memiliki pasangan elektron bebas dan ada
yang tidak, jadi molekul-molekul tersebut adalah contoh yang bagus untuk lebih
memahami teori VSEPR.
Pertama kita harus mementukan struktur lewis masing-masing molekul. Xe memiliki
jumlah elektron valensi 8 sedangkan F elektron valensinya adalah 7. (lihat gambar
dibawah)

Struktur Lewis XeF2 seperti gambar sebelah kiri, dua elektron Xe masing-masing
diapakai untuk berikatan secara kovalen dengan 2 atom F sehingga meninggalkan 3
pasangan elektron bebas pada atom pusat Xe. Hal yang sama terjadi pada molekul
XeF4 dimana 4 elektron Xe dipakai untuk berikatan dengan 4 elektron dari 4 atom F,
sehingga meninggalkan 2 pasangan elektron bebas pada atom pusat Xe.

Lihat gambar disamping > XeF2 memiliki 2 pasangan elekktron terikat (PET) dan 3
pasangan elektron bebas (PEB) jadi total ada 5 pasangan elektron yang terdapat pada
XeF2, hal ini menandakan bahwa geometri molekul atau kerangka dasar molekul
XeF2 adalah trigonal bipiramid. Karena terdapat 3 PEB maka PEB ini masing masing akan
menempati posisi ekuatorial pada kerangka trigonal bipiramid, sedangkan PET akan
menempati posisi aksial yaitu pada bagian atas dan bawah.

Posisi inilah posisi yang stabil apabila


terdapat atom dengan 2 PET dan 3 PEB sehingga menghasilkan bentuk molekul linear.
Jadi bentul molekul XeF2 adalah linier. (lihat gambar disebelah ini).
Pada gambar disamping > strutur lewis
XeF4 memiliki 4 pasangan elekktron terikat (PET) dan 2 pasangan elektron bebas (PEB)
jadi total ada 6 pasangan elektron yang terdapat pada XeF4, hal ini menandakan bahwa
geometri molekul atau kerangka dasar molekul XeF4 adalah oktahedral. Karena
terdapat 2 PEB maka PEB ini masing masing akan menempati posisi aksial pada
kerangka oktahedral, sedangkan PET akan menempati posisi ekuatorial. Posisi inilah
posisi yang stabil apabila terdapat atom dengan 4 PET dan 2 PEB sehingga
menghasilkan bentuk molekul yang disebut segiempat planar. Jadi bentul molekul XeF2
adalah segiempat planar. Bentuk molekul akan sama dengan susunan ruang elektron
yang ada pada atom pusat jika tidak pasangan elektron bebas.
Perhatikan Gambar Bentuk Molekul di bawah ini !

X = atom pusat
E = pasangan elektron bebas

By esdipangganti Posted in Kimia Kelas XI, Materi Kimia

Anda mungkin juga menyukai