Anda di halaman 1dari 8

KATALIS DAN ADSORPSI

Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Kimia Katalis yang dibina oleh Bapak Ridwan Joharmawan

Oleh: Imanita Noviasari (308332405191/Off.G)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN KIMIA SEPTEMBER 2011

KATALIS Sejarah dan Perkembangan Katalis. Katalis berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata yang berarti turun, dan lyein yang berarti melonggarkan. Istilah katalis berawal dari penelitian Jons Jacob Barzelius, seorang ahli kimia Swedia pada tahun 1836. Beliau melakukan penelitian tentang proses-proses yang mempercepat laju reaksi dan menjabarkannya sebagai akibat adanya gaya katalisis. Sebutan gaya katalisis tersebut ternyata tidak terbukti, tetapi istilah katalisator tetap digunakan untuk menyebutkan sesuatu yang ikut serta dalam proses tanpa mengalami perubahan. Gottlieb Sigismund Constantin Kirchof melakukan penelitian mengenai pengubahan zat tepung menjadi gula dengan bantuan asam. Senyawa yang menurunkan laju reaksi kini dikenal dengan istilah katalis. Definisi katalis pertama kali dikemukakan oleh Ostwalsd pada tahun 1902. Beliau mendefinisikan katalis sebagai suatu substansi yang mengubah laju reaksi tetapi tidak terdapat sebagai produk pada akhir reaksi(tidak bereaksi). Selanjutnya, katalis didefinisikan sebagai bahan yang meningkatkan kecepatan suatu reaksi kimia mencapai kesetimbangan. Pada akhir abad ke-19, telah dikembangkan tiga proses katalitik yang sangat penting dan mendatangkan pengaruh yang besar bagi perkembangan industri kimia. Proses katalitik yang pertama adalah Proses Kontak. Proses tersebut memproduksi asam sulfat yang terlatalisis dan belerang dioksida melalui proses peleburan. Proses katalitik yang kedua adalah digunakannya proses katalitik dalam produksi bahan penyepuh sintetik yang bernilai jual tinggi. Proses katalitik yang ketiga adalah proses Haber-Bosch, yaitu proses katalitik yang memproduksi amoniak dengan mereaksikan nitrogen dan hidrogen.

Selain ketiga proses katalitik yang telah disebutkan, ada beberapa katalis yang sangat terkenal yang pernah dikembangkan. Diantaranya: Katalis Asam-Basa. Katalis asam-basa sangat berperan dalam perkembangan kinetika kimia. Awal penelitian kinetika reaksi yang dikatalisis dengan suatu asam atau basa bersamaan dengan perkembangan teori disosiasi elektrolit, dimana Ostwald dan Arrhenius membuktikan bahwa kemampuan suatu asam untuk mengkatalisis reaksi tersebutadalah tidak bergantung pada sifat asal anion tetapi lebih mendekati dengan sifat konduktivitas listriknya. Penelitian lain yang menggunakan katalis asam-basa antara lain Kirchoff yang meneliti hidrolisis pati oleh pengaruh asam encer, Thenard yang meneliti dekomposisi hidrogen peroksida oleh pengaruh basa dan Wilhelmy yang meneliti tentang inversi tebu yang dikatalisis dengan asam. Katalis Friedel-Crafts. Pada tahun 1877, Charles Friedel dan James M. Crafts melakukan penelitian tentang pembuatan senyawa amil iodida dengan mereaksikan amil klorida dengan alumunium yodium yang ternyata menghasilkan hidrokarbon. Selanjutnya mereka menemukan bahwa pemakaian alumunium klorida dengan menggantikan alumunium untuk menghasilkan hidrokarbon. Dengan demikian Friedel dan Crafts merupakan orang pertama yang menunjukkan bahwa keberadaan logam klorida sangat penting sebagai reaktan atau katalis. Hingga saat ini penerapan kimia Friedel-Crafts sangat luas terutama pada industri kimia.

Katalisa Ziegler-Natta.

Katalisa Ziegler-Natta ditemukan oleh Ziegler pada tahun 1953 yang digunakan untuk polimerisasi etana. Selanjutnya pada tahun 1955 Natta menggunakan katalis tersebut untuk polimerisasi propena dan monomer jenuh lainnya. Katalisa Ziegler-Natta dapat dibuat dengan mencampurkan alkil atau aril dari unsur golongan 11-13 pada susunan berkala dengan halida sebagai unsur transisi. Saat ini katalisa Ziegler-Natta digunakan untuk produksi masal polietilena dan polipropilena. Katalis dalam Reaksi Metatesis. Pada tahun 1970, Yves Chauvin dan Jean-Louis Herrison menemukan katalis logam karbena (logam yang dapat berikatan ganda dengan atom arbon membentuk senyawa), atau dikenal juga dengan istilah metal akilidena. Melalui senyawa logam karbena ini, Chauvin berhasil menjelaskan bagaimana susunan logam berfungsisebagai katalis dalam suatu reaksi dan bagaimana mekanisme reaksi metatesis. Metatesis dapat diartikan sebagai pertukaran posisi atom dari dua zat yang berbeda. Contohnya pada reaksi AB + CD posisi dengan C. AC + BD, dimana B bertukar

Katalis Grubbs. Perkembangan penemuan Chauvin dan Schorck terjadi pada tahun 1992 ketika Robert Grubbs dan rekannya berhasil menemukan katalis metatesis yang efektif, mudah disintesis, dan dapat diaplikasikan di laboratorium secara baik. Mereka menemukan tentang logam rutenium, tantalum, tungsten, dan molybdenium (kompleks alkilidena) sebagai logam yang paling cocok sebagai katalis. Katalis sebagai standar pembanding untuk katalis

yang lain. Penemuan katais Grubbs secara tidak langsung menambah peluang kemungkinan sintesis organik di masa depan. Sistem Katalis Tiga Komponen. Sebuah sistem katalis dengan tiga komponen berhasil digunakan untuk membuat polimer bercabang dengan struktur-struktur yang tidak bisa didapat dengan sebuah katalis tunggal atau sepasang katalis yang bekerja bergandengan. Pada tahun 2002, Guilermo C Bazandan rekannya telah mendemonstrasikan sebuah sistem dengan tiga katalis yang homogen mengubah sebuah monomer tunggal etilen menjadi polietilen bercabang. Jumlah dan jenis cabang yang dihasilkan dan dikontrol dengan menyesuaikan komposisi campuran katalisnya. Tiga katalis ini terdiri dari dua persenyawaan organonikel dan persenyawaan organotitanium. Satu dari katalis dengan unsur dasar nikel mengubah etilena menjadi 1-butena, sedangkan yang lainnya mengubah olefin menjadi penyebaran dari 1-alkena. Persenyawaan titanium menggabungkan etilena dari hasil reaksi-reaksi lainnya menjadi polietilena.

ADSORPSI Adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika atom, ion, molekul, dan biomolekul dari suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerapa, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis atau film pada permukaanya. Berbeda dengan absorpsi diman fluida terserap oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Proses adsorpsi dapat terjadi pada seluruh permukaan benda, tetapi yang sering terjadi adalah bahan padat menyerap partikel yang berada pada limbah cair. Bahan yang diserap disebut adsorbat atau solute, sedangkan bahan penyerap disebut adsorben. Bahan-bahan yang sering digunakan sebagai adsorben antara lain asam humat, tanah diatom, bentonit, biomassa mikroorganisme air, karbon aktif, silika gel, dan zeolit. Proses adsorpi dipengaruhi beberapa faktor, yaitu: Tekanan (P). Tekanan yang dimaksud adalah tekanan adsorbat. Kenaikan tekanan adsorbat dapat menaikan jumlah yang diadsorpsi. Interaksi Potensial (E). Interaksi potensial antara adsorbat dengan dinding adsorben sangat bervariasi, tergantung dati sifat adsorbat-adsorben. Temperatur Absolut (T). Temperatur yang dimaksud adalah temperatur adsorbat. Pada saat molekul-molekul gas atau adsorbat melekat pada permukaan adsorben akan terjadi pembebasan sejumlah energi yang dinamakan peristiwa endotermis. Luas Permukaan. Semakin luas permukaan adsorben, maka semakin banyak zat yang teradsorpsi. Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah dari adsorben. Jenis Adsorbat: a. Peningkatan polarisabilitas adsorbat akan meningkatkan kemampuan adsorpsi. Molekul yang memiliki polarisabilitas yang tinggi (polar) memiliki kemampuan tarik menarik terhadap

molekul lain dibandingkan molekul yang tidak dapat membentuk dipol (non polar). Struktur Molekul Adsorbat. Hidroksil dan amino mengurangi kemampuan penyisihan, sedangkan nitrogen meningkatan kemampuan penyisihan. Konsentrasi Adsorbat. Semakin besar konsentrasi adsorbat dalam larutan maka semakin banyak jumlah substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben. pH. pH larutan mempengaruhi kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi pada biosorben, dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi. Kecepatan Pengadukan. Bila pengadukan terlalu lambat maka proses adsorpsi juga berlangsung lambat, tetapi bila pengadukan terlalu cepat kemungkinan struktur adsorben cepat rusak sehingga proses adsorpsi kurang optimal. Waktu Kontak. Penentuan waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum terjadi pada waktu kesetimbangan. Adsorpsi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : Adsorpsi Fisika (Physisorption). Adsorpsi fisika disebabkan oleh gaya Van Der Waals. Proses ini terjadi ketika gaya tarik molekul antara larutan dan permukaan media lebih besar daripada gaya tarik substansi terlarut dan larutan, maka subtansi terlarut akan diadsorpsi oleh permukaan media. Adsorpsi jenis ini memiliki gaya tarik Van der Walla yang relatif kecil. Ciri-ciri adsorpsi fisika: a. Tipe energi ikatan sekitar 10-100 meV. b. Tahapan dasar fase gas tidak melibatkan energi aktivasi. c. Pada kondisi yang sesuai, dalam fase gas molekul dapat mengalami adsorpsi multilayer. d. Adsorpsi Fisika (Physisorption) merupakan fenomena yang umum terjadi baik pada sistem gas, cair, maupun gas.

Adsorpsi Kimia (Chemisorption). Adsorpsi kimia diakibatkan terjadinya reaksi anatara zat yang diserap dengan adsorben. Banyaknya zat yang teradsorpsi tergantung pada sifat khas zat padatnya (fungsi tekanan dan suhu). Ciri-ciri adsorpsi kimia: a. Energi aktivasi untuk reaksi kimia yang terjadi hanya permukaan monolayer. b. Perubahan entalphi dan suhu yang tinggi menunjukkan reaksi eksotermik (-20kJ/mol -200 kJ/mol).

c. Biasanya membentuk ikatan dengan energi 1-10 eV.

Anda mungkin juga menyukai