MAKALAH
Disusun oleh
1.
2.
3.
4.
08.2013.1.01578
08.2013.1.01586
08.2013.1.01588
08.2013.1.01592
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat limpahan rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat kami selesaikan dengan tepat waktu.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai berbagai katalis dan peranannya dalam
dunia industri. Pentingnya katalis dalam suatu reaksi kimia mulai dikembangkan secara
khusus sebagai suatu kajian tersendiri. Penelitian katalis juga telah berlangsung sejak
lama dan akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.
Dikarenakan kajian mengenai katalis begitu luas dan waktu penulisan makalah yang
begitu terbatas, sehingga hanya beberapa jenis katalis dalam industri yang penting saja
yang diulas.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pengajar mata kuliah Teknologi Katalis, Ibu
Yustia Wulandari. Terima kasih juga kami ucapkan kepada kawan-kawan dan yang telah
turut membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari sempurna. Maka dari itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang diberikan para pembaca. Di sisi lain,
makalah ini juga dibuat agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya dan bermanfaat
bagi penulis dan pembaca sekalian.
Surabaya, 4 April 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1
Latar Belakang............................................................................... 1
1.2
Rumusan Masalah..........................................................................4
1.3
Tujuan Penulisan............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................5
2.1
Definisi Umum............................................................................... 5
2.2
2.3
2.4
2.5
Kesimpulan..................................................................................21
3.2
Saran........................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 22
BAB I
PENDAHULUAN
Meskipun katalis (C) bereaksi dengan reaktan oleh reaksi 1, namun katalis dapat
dihasilkan kembali oleh reaksi 2, sehingga untuk reaksi keseluruhannya menjadi reaksi
(3).
Beberapa katalis ternama yang pernah dikembangkan di antaranya:
1) Katalis Asam-Basa
Katalis asam-basa sangat berperan dalam perkembangan kinetika kimia. Awal
penelitian kinetika reaksi yang dikatalisis dengan suatu asam atau basa bersamaan
dengan perkembangan teori dissosiasi elektrolit, dimana Ostwald dan Arrhenius
membuktikan bahwa kemampuan suatu asam untuk mengkatalisis reaksi tersebut adalah
tidak bergantung pada sifat asal anion tetapi lebih mendekati dengan sifat konduktivitas
listriknya. Penelitian lain yang menggunakan katalis asam basa antara lain Kirrchoff
yang meneliti hidrolisis pati oleh pengaruh asam encer, Thenard yang meneliti
dekomposisin hidrogen peroksida oleh pengaruh basa dan Wilhelmy yang meneliti
tentang inversi tebu yang dikatalisis dengan asam.
2) Katalis Ziegler-Natta
Katalis Ziegler-Natta ditemukaan poleh Ziegler pada tahun 1953 yang
digunakan untuk polimerisasi etana, yang selanjutnya pada tahun 1955 Natta
menggunakan katalis tersebut untuk polimerisasi propena dan monomer jenuh lainnya.
Katalis Ziegler-Natta dapat dibuat dengan mencampurkan alkil atau aril dari unsur
golongan 11-13 pada susunan berkala, dengan halida sebagai unsur transisi.
Saat ini katalis Ziegler-Natta digunakan untuk produksi masal polietilen dan
polipropilen.
3) Katalis Friedle-Crafts
Pada tahun 1877 Charles Friedel dan James M.Crafts mreakukan penelitian
tentang pembuatan senyawa amil iodida dengan mereaksikan amil klorida dengan
aluminium dan yodium yang ternyata menghasilkan hidrokarbon. Selanjutnya mereka
menemukan bahwa pemakaian aluminium klorida dapat menggantikan alumunium
untuk menghasilkan hidrokarbon. Dengan demikian Friedel dan Crafts merupakan
orang pertama yang menunjukkan bahwa keberadaan logam klorida sangat penting
sebagai reaktan atau katalis. Hingga saat ini penerapan kimia Friedel-Crafts sangat luas
terutama di industri kimia.
4) Katalis dalam Reaksi Metatesis
Pada tahun 1970 Yves Chauvin dari Institut Francais du Petrole dan JeanLouis Herrison menemukan katalis logam karbena (logam yang dapat berikatan ganda
dengan atom karbon membentuk senyawa), atau dikenal juga dengan istilah metal
alkilidena. Melalui senyawa logam karbena ini, Chauvin berhasil menjelaskan
bagaimana susunan logam berfungsi sebagai katalis dalam suatu reaksi dan bagaimana
mekanisme reaksi metatesis. Metatesis dapat diartikan sebagai pertukaran posisi atom
dari dua zat yang berbeda. Contohnya pada reaksi AB + CD -> AC + BD, B bertukar
posisi dengan C.
5) Katalis Grubbs
Perkembangan penemuan Chauvin dan Schrock terjadi tahun 1992 ketika Robert
Grubbs dan rekannya Grubbs berhasil menemukan katalis metatesis yang efektif, mudah
disintesis, dan dapat diaplikasikan di laboratorium secara baik. Mereka menemukan
tentang logam rutenium tantalum, tungsten, dan molybdenum (komplek alkilidena)
sebagai logam yang paling cocok sebagai katalis. Katalis menjadi standar pembanding
untuk katalis yang lain. Penemuan katalis Grubbs secara tidak langsung menambah
peluang kemungkinan sintesis organik di masa depan.
6) Sistem Katalis Tiga Komponen
Sebuah sistem katalis dengan tiga komponen berhasil digunakan untuk membuat
polimer bercabang dengan struktur-struktur yang tidak bisa didapat dengan sebuah
katalis tunggal atau sepasang katalis yang bekerja bergandengan. Pada tahun 2002
Guillermo C. Bazan, seorang profesor kimia dan material di University of California,
Santa Barbara; mahasiswa pascasarjana Zachary J. A. Komon; dan rekan kerja di Santa
Barbara dan Symyx Technologies sudah mendemonstrasikan sebuah sistem dengan tiga
katalis yang homogen; ketiga campuran bekerja sama mengubah sebuah monomer
tunggal - etilen - menjadi polietilen bercabang. Jumlah dan jenis cabang yang dihasilkan
dapat dikontrol dengan menyesuaikan komposisi campuran katalisnya. Tiga katalis ini
terdiri dari dua persenyawaan organonikel dan sebuah persenyawaan organotitanium.
Satu dari katalis dengan unsur dasar nikel mengubah etilen menjadi 1-butena,
sedangkan yang lainnya mengubah olefin menjadi penyebaran dari 1-alkena.
Persenyawaan titanium menggabungkan etilen dari hasil reaksi-reaksi lainnya menjadi
polietilen
BAB II
PEMBAHASAN
katalitik yang paling dikenal ialah proses Haber untuk sintesis amoniak, yang
menggunakan
besi
biasa
sebagai
katalis.
Konverter
katalitik--yang
dapat
Thermal Cracking
Thermal cracking dilakukan pada temperatur bervariasi dari 455oC hingga
730oC dan tekanan bervariasi dari tekanan normal hingga 1000 psig. Mekanisme
yang terjadi adalah pemutusan ikatan C-C homolitik. Reaksi bersifat ireversibel
endotermis . Thermal cracking dari molekul parafin umumnya akan menghasilkan
rantai dengan ukuran molekul yang lebih rendah yang umumnya masuk dalam
golongan paranin dan olefin.
Sebagai contoh:
R-CH2=CH2-CH2-R R-CH=CH2-CH3-R
MEKANISME:
Radikal primer mengalami pemutusan pada posisi karbon b (b-fission)
membentuk molekul etena.
-RCH2CH2 -R + CH2=CH2
Radikal primer menyerang molekul parafin membentuk molekul stabil
parafin yang baru dan radikal sekunder
RCH2CH2 + R-CH2-CH2-CH2-R R-CH2-CH3 + R-CH2-CH2-CH2-R
Dapat terjadi perpindahan posisi hidrogen pada molekul yang sama bila
rantai hidrokarbon poanjang dan membentuk rantai paradin memberntuk radikal
primer yang terdiri dari 5 hingga 6 karbon ( C ).
Radikal sekunder dapat mengalami b-fission membentuk radikal primer
dan a-olefin
R-CH2-CH2-CHR RCH2 + RCH=CH2
Perengkahan termal pada umumnya berlangsung pada kondisi temperatur
bervariasi dari 4550C sampai 7300C dan tekanan normal sampai 1000 psig. Pada
kondisi reaksi yang sama akan terjadi pemutusan ikatan C-C (C-C bond scission),
dehidrogenasi, isomerisasi dan polimerisasi. Namun demikian, reaksi yang
disebutkan pertama tersebut adalah reaksi yang utama. Sebagai contoh reaksi:
R-CH2-CH2-CH2-R R-CH2=CH2 + CH3-R
Reaksi pemutusan ikatan C-C dari suatu molekul parafin akan
menghasilkan molekul lebih ringan jenis parafin dan olefin.Olefin juga akan
dihasilkan melalui dehidrogenasi reversibel dari parafin:
10
R-CH2-CH3 R-CH=CH2 + H2
Reaksi-reaksi tersebut bersifat endotermis.
Olefin yang terbentuk dari kedua reaksi tersebut di atas dapat mengalami
reaksi lebih lanjut:
Isomerisasi : CH3-CH3-CH=CH2 CH3-CH=CH-CH3
Dehidrogenasi : CH3-CH3-CH=CH2 CH2=CH2-CH=CH2
Polimerisasi : 2CH3-CH3-CH=CH2 CH3-C-CH2-C=CH2
Isomerisasi dan dehidrogenasi merupakan reaksi endotermis sedangkan
polmerisasi merupakan reaksi eksotermis.
Beberapa hal yang dapat terjadi:
1. Pada perengkahan termal, naften dengan cincin aromatik tunggal lebih stabil
dibandingkan parafin dan olefin, meskipun pada temperatur tinggi akan
dihasilkan pembukaan cincin.
2. Dehidrogenasi dapat terjadi membentuk cincin aromatik tak jenuh atau
senyawa aromatik.
3. Polimerisasi menghasilkan olefin atau senyawa dengan berat molekul sangat
tinggi
4. Perengkahan lanjutan menghasilkan etena dan propena
Catalytic Cracking
Untuk merngurangi kebutuhan energi yang
cukup
besar
serta
11
Zeolit
Zeolit merupakan mineral yang terdiri dari kristal alumino-silikat terhidrasi yang
mengandung kation alkali dan alkali tanah. Zeolit pertama kali dikenal sebagai
golongan mineral oleh seorang ahli mineral kebangsaan Swedia, Baron Axel
Cronstedt pada tahun 1756. Istilah zeolit berAsal dari bahasa Yunani yaitu zein
yang berarti membuih dan lithus yang berarti batu, yang selanjutnya dapat
diartikan sebagai batu api (boiling stone). Hal ini sesuai dengan sifatnya yang
membuih bila dipanaskan pada 100oC.
Menurut ahli geokimia dan mineralogi, zeolit merupakan produk gunung berapi
yang membeku menjadi batuan vulkanik, sedimen-sedimen dan batuan
metamorfosa yang selanjutnya melalui proses pelapukan akibat pengaruh panas
dan dingin yang terjadi di dalam tanah membentuk mineral-mineral zeolit. Secara
umum zeolit diformulasikan sebagai berikut:
M2/nO .{Al2O3. xSiO2}. yH2O
Keterangan :
M = kation alkali atau alkali tanah
n = valensi logam alkali
x = jumlah SiO2 per molekul, nilainya berkisar 2-10
y = jumlah anhidrat per molekul, nilainya berkisar 2-7
12
Zeolit terdiri dari 3 komponen utama, yaitu: kation yang dipertukarkan, kerangka
alumino silikat, dan fasa air. Ikatan antara Al-Si-O membentuk struktur kristal,
sedangkan logam alkali merupakan sumber kation yang mudah dipertukarkan.
Struktur Zeolit
Zeolit merupakan struktur berongga yang berisi molekul air dan kation yang dapat
dipertukarkan (ion-ion alkali dan alkali tanah) dan memiliki ukuran pori-pori
tertentu. Struktur bangun dasar zeolit umumnya berupa kerangka tiga dimensi
tetrahedral dari unit silica (SiO4)4- dan alumina (AlO4)5- yang saling berhubungan
melalui atom O. Beberapa contoh struktur bangun dasar zeolit dari tetrahedral
adalah Model bola tongkat, Model padatan, Model kerangka,.Model bola .
Zeolit memiliki struktur bermacam-macam (Smart dan Moore), yang secara garis
besar struktur zeolit dibentuk oleh empat empat unit bangun utama yaitu unit
bangun primer, sekunder, simetri polyhedral dan struktur zeolit. Kerangka bangun
primer zeolit terdiri dari unit-unit tetrahedral TO4 dengan setiap atom pusat (T)
berikatan dengan empat atom oksigen. Unit bangun sekunder terbentuk dari
tetrahedral TO4 yang bergabung membentuk cincin tunggal atau cincin ganda.
Selanjutnya unit bangun sekunder bergabung membentuk unit bangun polihedral.
Unit struktur zeolit dibentuk dari banyak gabungan unit bangun sekunder dan unit
bangun polihedral.
Sifat-sifat Zeolit
Sifat zeolit yang terpenting adalah sebagai penyerap yang selektif, penukar ion,
dan mempunyai sifat katalisis yang tinggi. Sifat-sifat serapan zeolit dipengaruhi
oleh muatan-muatan kation. Kation-kation ini terkoordinasi pada atom oksigen.
Pada zeolit terhidrasi penuh, kation-kation mobil dapat diganti kation-kation lain
tidak harus monovalen. Penggantian kaion dengan kation lain yang berbeda
ukurannya dan muatan listriknya dapat mempengaruhi ukuran pori-pori yang
akhirnya mempengaruhi sifat-sifat serapannya. Perubahan sifat zeolit tergantung
pada sifat-sifat dan ukuran kation, temperatur, tekanan, konsentrasi larutan, dan
struktur zeolit. Kation-kation yang ada dalam zeolit mempengaruhi sifat fisiknya.
Sifat-sifat zeolit meliputi:
1. Dehidrasi : Sifat dehidrasi zeolit akan berpengaruh terhadap sifat adsorpsinya.
Zeolit dapat melepaskan molekul air dalam rongga permukaan yang
13
menyebabkan medan listrik meluas ke dalam rongga utama dan akan efektif
berinteraksi dengan molekul yang akan diadsorpsi. Jumlah molekul air sesuai
dengan jumlah pori-pori atau volume ruang hampa yang akan terbentuk bila
unit sel kristal zeolit tersebut diaktifkan dengan jalan pemanasan.
2. Adsorpsi : Dalam keadaan normal ruang hampa kristal zeolit terisi oleh
molekul air bebas yang berada di sekitar kation bila kristal zeolit dipanaskan
pada suhu 3000C sampai 4000 C maka molekul air tersebut akan keluar
sehingga zeolit dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan. Zeolit juga
mampu memisahkan molekul zat berdasarkan ukuran dan kepolarannya,
karena adanya pengaruh kutub antara molekul zeolit dengan zat tersebut.
Molekul yang tidak jenuh atau memiliki kutub akan lebih mudah lolos
daripada yang jenuh atau yang tidak berkutub. Selektivitas adsorbsi zeolit
terhadap ukuran molekul tertentu dapat disesuaikan dengan jalan: penukaran
kation, dekationisasi, dealuminasi secara hidrotermal dan pengubahan
perbandingan kadar Si dan Al.
3. Penukar ion : Sifat penukar ion pada zeolit barhubungan dengan ion-ion yang
berada pada rongga-rongga. Ion-ion rongga atau kerangka elektrolit berguna
untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion ini dapat bergerak bebas sehingga
pertukaran ion yang terjadi tergantung dari ukuran dan muatan maupun jenis
zeolitnya. Sifat sebagai penukar ion dari zeolit tergantung dari sifat kation,
suhu, dan jenis anion. Penukaran kation dapat menyebabkan perubahan
beberapa sifat zeolit seperti stabilitas terhadap panas, sifat adsorpsi, dan
aktifitas katalisis.
4. Katalis : Zeolit merupakan katalisator yang baik karena memiliki pori-pori yang
besar dengan permukaan yang maksimum. Zeolit memiliki ciri paling khusus
yang secara praktis akan menentukan sifat khusus di dalam mineral ini, yaitu
adanya ruang kosong yang akan membentuk saluran di dalam strukturnya. Pada
proses penyerapan atau katalisis, pemakaian zeolit akan mengakibatkan difusi
molekul ke dalam ruang bebas atau hampa di antara kristal, sehingga dimensi dan
lokasi saluran sangat penting. Sistem saluran ada 3 macam, yaitu: satu, dua dan
tiga dimensi. Pada saluran satu dimensi molekul hanya dapat bergerak ke satu
arah saja. Saluran dua dimensi memberikan kemungkinan molekul berdifusi ke
dua arah atau dalam satu bidang datar, sedangkan pada saluran tiga dimensi
14
molekul yang berdifusi dapat bergerak ke semua arah atau sisi kristal. Saluran
tersebut akan berulang tergantung dari system simetri kristal.
5.
Aplikasi di Industri:
1. Industri Petrokimia kasih contoh
2. Industri Nuklir kasih contoh
3. Industri Biogas kasih contoh
2.5.2
Nickel Raney
Nikel Raney adalah sejenis katalis padat yang terdiri dari butiran halus aloi nikelalumunium yang digunakan dalam berbagai proses industri. Ia dikembangkan
pada tahun 1926 oleh insinyur Amerika Murray Raney[1] sebagai katalis alternatif
untuk hidrogenasi minyak nabati pada berbagai proses industri. Baru-baru ini, ia
digunakan sebagai katalis heterogen pada berbagai macam sintesis organik,
umumnya untuk reaksi hidrogenasi.
Nikel Raney dihasilkan ketika aloi nikel-aluminium diberikan natrium hidroksida
pekat. Perlakuan yang disebut "aktivasi" ini melarutkan keluar kebanyakan
aluminium dalam aloi tersebut. Struktur berpori-pori yang ditinggalkan
mempunyai luas permukaan yang besar, menyebabkan tingginya aktivitas katalitik
katalis ini. Katalis ini pada umumnya mengandung 85% nikel berdasarkan massa,
berkorespondensi dengan dua atom nikel untuk setiap atom aluminium.
Aluminium membantu menjaga stuktur pori katalis ini secara keseluruhan.
15
Oleh karena Raney merupakan merek dagang W. R. Grace and Company, hanya
produk-produk yang diproduksi oleh divisi Grace Davison perusahaan itu saja
yang boleh disebut sebagai "Nikel Raney". Nama alternatif "katalis kerangka"
atau "katalis logam-spons" digunakan untuk merujuk pada katalis yang
mempunyai sifat-sifat fisika dan kimia yang mirip dengan nikel Raney.
Sifat-sifat:
Secara makroskopis, nikel Raney terlihat sebagai bubuk halus yang berwarna
kelabu. Secara mikroskopis, setiap partikel pada bubuk ini terlihat seperti jaring
tiga dimensi, dengan ukuran dan bentuk pori-pori yang tidak tentu yang dibentuk
selama proses pelindian. Nikel Raney secara struktural dan termal stabil, serta
mempunyai luas permukaan BET yang besar. Sifat-sifat ini merupakan akibat
langsung dari proses aktivasi, yang juga mengakibatkan aktivitas katalitik katalis
yang relatif tinggi.
Selama proses aktivasi, aluminium dilindi keluar dari fase NiAl3 dan Ni2Al3
yang terdapat pada aloi, sedangkan aluminium yang tersisa berada dalam bentuk
NiAl. Pengeluaran aluminium pada beberapa fase tertentu dikenal sebagai
"pelindian selektif". Dapat ditunjukkan bahwa fase NiAl berkontribusi dalam
menjaga stabilitas struktural dan termal katalis. Oleh sebab itu, katalis ini cukup
resistan terhadap dekomposisi.[3] Resistansi ini mengijinkan nikel Raney untuk
disimpan dan digunakan kembali untuk beberapa periode waktu; namun, nikel
Raney yang baru dibuat biasanya lebih dipilih untuk digunakan dalam
laboratorium. Karenanya, nikel Raney komersial tersedia dalam bentuk "aktif"
dan "takaktif".
Luas permukaan katalis biasanya ditentukan dengan pengukuran BET
menggunakan gas yang akan secara selektif terserap pada permukaan logam
(misalnya hidrogen). Dengan menggunakan pengukuran ini, ditemukan bahwa
hampir semua luas permukaan yang terpajan (exposed) pada partikel katalis
mempunyai nikel pada permukaannya.[2] Oleh karena nikel merupakan logam
aktif katalis, luas permukaan nikel yang besar mengimplikasikan terdapatnya luas
permukaan yang besar yang tersedia untuk sebuah reaksi untuk berjalan secara
bersamaan, merefleksikan peningkatan aktivitas katalitik. Nikel Raney yang
16
tersedia secara komersial memiliki luas permukaan rata-rata 100 m per gram
katalis.[2]
Aktivitas katalitik yang tinggi, diikuti dengan fakta bahwa hidrogen terserap ke
dalam pori-pori katalis selama aktivasi, menjadikan nikel Raney sebagai katalis
yang berguna untuk banyak reaksi hidrogenasi. Stabilitas termal dan strukturalnya
(tidak terurai pada temperatur yang tinggi) mengijinkan penggunaan katalis ini
pada kisaran kondisi reaksi yang luas. Selain itu, solubilitas nikel Raney boleh
diabaikan pada kebanyakan pelarut laboratorium umum, terkecuali pada asam
mineral seperti asam klorida, dan densitasnya yang relatif tinggi (antara 6 sampai
7 g/cm) juga memfasilitasi pemisahan fase cair setelah reaksinya selesai.
Aplikasi di Industri
Contoh praktis penggunaan nikel Raney dalam industri ditunjukkan pada reaksi di
bawah ini, di mana benzena direduksi menjadi sikloheksana. Reduksi struktur
heksa cincin benzena sangatlah sulit dicapai jika menggunakan proses kimia
lainnya, namun hal ini dapat dicapai secara efektif menggunakan nikel Raney.
Katalis heterogen lainnya, seperti katalis yang menggunaan unsur-unsur golongan
platinum dapat digunakan untuk mencapai hasil yang sama, namun penggunaan
katalis jenis ini lebih mahal dan lebih sulit diproduksi daripada nikel Raney.
Setelah reaksi ini, sikloheksana dapat digunakan untuk sintesis asam adipat, bahan
baku untuk produksi industri poliamida seperti nilon.
Benzena secara rutin direduksi menjadi sikloheksana menggunakan nikel Raney
untuk produksi nilon.
2.5.3
Katalis ZieglerNatta
Katalis ZieglerNatta, dinamakan menurut nama Karl Ziegler dan Giulio Natta,
suatu katalis yang digunakan dalam sintesis polimer 1-alkena (-olefin). Dua
17
kelas yang luas dari katalis Ziegler-Natta yang digunakan, dibedakan oleh
kelarutannya:
-
Polietilena
Polipropilena
Kopolimer etilena
Polibutena-1
Polimetilpentena
Polisikoolefin
Polibutadiena
Poliisoprena
Poliasetilena
18
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwasanya:
1. Katalis mempunyai peranan penting dalam perkembangan dunia industri. Cara
kerja katalis yang meningkatkan laju reaksi dimanfaatkan dalam berbagai
industri kimia, misalnya: industri petrokimia-gas, industri makanan, dan industri
kimia lainnya.
2. Jenis-jenis katalis yang sering digunakan di industri antara lain: zeolit, nikel,
Ziegler-Natta, Friedle-Crafts, dll
3.2
Saran
.Studi literatur mengenai katalisis dan katalisator perlu dilakukan secara lebih
19
DAFTAR PUSTAKA
20