Disusun Oleh :
Kelompok I :
1.
2.
3.
4.
Bella Anggraini
Irda Agustina
Nola Dwiayu Adinda
Raden Ayu Wilda Anggraini
(061330400291)
(061330400301)
(061330400304)
(061330400309)
Kelas 3 KA
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
dengan sangat baik. Tak lupa kami selalu hanturkan salam dan shalawat kepada
baginda Rasulullah SAW beserta sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman
yang tak henti-hentinya membawa kebenaran agama Islam ke seluruh penjuru
dunia.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Hj. Rusdianasari,
M.Si. yang telah mempercayai kami untuk menyusun makalah ini dengan lancar
dan sangat baik . Serta kepada teman- teman sekalian yang berkat partisipasinya
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Makalah ini kami susun dengan sangat sistematis sesuai sajian dengan
bahasan kami yaitu Katalis Homogen
dengan wawasan yang kami dapatkan dari berbagai buku dan sumber informasi
lainnya.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih banyak
kekurangan baik dari segi penulisan maupun keterbatasan sumber pengetahuan
kami. Kami telah berusaha untuk menyempurnakan penulisan makalah ini namun
sebagai manusia kami menyadari akan keterbatasan maupun kekhilafan dan
kesalahan yang tanpa disadari. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan
makalah ini akan sangat dinantikan. Akhir dari pengantar ini penulis berharap
semoga dari makalah ini kita dapat memperoleh ilmu yang bermanfaat.
Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dengan baik untuk
kehidupan kita dan kami ucapkan terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................
ii
Daftar Isi.............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................
.1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Katalis
2.1.1 Pengertian Katalis.....................................................................
2.1.5
2.1.3 Biokatalis...............................................................................
11
11
12
27
3.2 Saran.................................................................................................
27
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Katalis dapat menurunkan energi pengaktifan dengan menghindari
tahap penentu laju yang lambat dari reaksi yang tidak dapat dikatalisa.
Dengan menurunnya energi aktifasi maka pada temperatur yang sama
didapatkan laju reaksi dengan konstanta laju yang besar yang artinya
reaksi efektifnya dapat terjadi secara cepat. Katalis dapat digunakan dalam
pengaktifan reaksi
laju reaksi
dengan
1.2
Ramusan Masalah
Atas dasar latar belakang tersebut, maka rumusan masalahnya
yaitu:
1.
2.
1.3
3.
4.
5.
6.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Selain dari tujuan di atas, terdapat pula manfaat dari penyusunan makalah,
yaitu sebagai berikut.
1.4
1.
2.
Metode Penulisan
Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini
yaitu metode studi pustaka, yang merupakan metode mengumpulkan,
menyaring, dan menyimpulkan suatu bahan bacaan dari berbagai buku dan
studi internet.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Katalis
2.1.1 Pengertian Katalis
Katalis merupakan suatu senyawa yang dapat meningkatkan laju
reaksi kimia tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu
sendiri dengan cara memberikan jalur pilihan lain yang membutuhkan
energi aktivasi lebih rendah bila dibanding dengan energi aktivasi untuk
reaksi tanpa katalis (Whyman, 1994). Katalis ikut berperan dalam reaksi
tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk. Adanya katalis dapat
mempengaruhi faktor-faktor kinetik suatu reaksi seperti laju reaksi, energi
aktivasi, sifat dasar keadaan transisi dan lain-lain (Augustine, 1996).
Penambahan katalis akan mempengaruhi laju reaksi. Pada teori
tumbukan dan distribusi energi molekular Maxwell Boltzman pada gas,
tumbukan-tumbukan
menghasilkan
reaksi
jika
partikel-partikel
2.1.3
2.1.4
2.1.5
reaksi yang diinginkan (dalam jumlah tinggi) dari sejumlah produk yang
mungkin dihasilkan.
2.
2.2
Katalis Homogen
Katalis Heterogen
Fasa padat
sebagai katalis
tidak seragam
Stabil pada
temperatur tinggi
temperatur tinggi
campuran reaksi
campuran reaksi
2.3
katalis
homogen
dalam
industri,
mulai
dari
yang
2.4
Penggunaan
katalis
homogen
ini
mempunyai
kelemahan
2.5
persamaan
kinetika
reaksi
berkatalis
homogen,
2.6
CO2 + NO
NO2
----------------------------------------------CO2 + O2
CO2
Iodin uap juga dikenal sebagai katalis sejumlah reaksi pirolisis zat
organik, dekomposisi asetaldehid sebagai reaksi berantai dengan proses
sebagai berikut :
k1
I2 == 2 Ik2
k3
I- + CH3CHO CH3CO - + HI
k4
CH3CO- CH3 +
CO
k5
I2 + CH3 CH3I + Ik6
HI + CH3 CH4 - + Ik7
HI + CH3I CH4 - + I2
Sehingga diperoleh laju reaksi dengan pendekatan steady state dari
intermediet adalah
- d(CH3CHO)/dt = k [I2]1/2[CH3CHO]
2.7
2.8
larutan CoCl2
Pada reaksi H2O2 dengan kalium natrium tartrat, mula-mula
gelembung gas O2 tidak kelihatan, tetapi setelah ditetesi larutan kobalt(II)
klorida yang berwarna merah muda, gelembung gas O2 timbul dengan
jumlah yang banyak Pada reaksi tersebut, larutan kobalt(II) klorida
bertindak sebagai katalis. Kobalt(II) klorida turut bereaksi, tetapi pada
akhir reaksi zat itu terbentuk kembali. Hal ini dapat terlihat pada
perubahan warna larutan kobalt(II) klorida dari merah muda menjadi
kuning, kemudian hijau, dan akhirnya kembali merah muda. Berdasarkan
percobaan ini maka dapat disimpulkan katalis adalah zat yang dapat
mempercepat suatu reaksi tanpa ikut bereaksi.
2.
iodide. Reaksi antara ion persulfat (ion peroxodisulfat), S2O82-, dan ion
iodida dalam larutan dapat dikatalisis dengan ion besi(II) maupun ion
besi(III).
Ion persulfat (peroxodisulfate ion), S2O82-, merupakan agen
pengoksidasi yang sangat kuat. Ion iodida sangat mudah dioksidasi
menjadi iodin. Namun reaksi antara keduanya dalam larutan air sangat
lambat.
Jika melihat persamaan, mudah untuk melihat mengapa perlu ditambah
katalis :
Reaksi berupa tabrakan antara dua ion negatif. Tolakan antara dua
ion negatif membuat reaksi berlangsung lambat. Reaksi dikatalisis untuk
menghindari masalah tersebut. Katalis dapat berupa besi (II) atau besi (III)
ion yang ditambahkan ke dalam larutan yang sama. Ini adalah contoh yang
baik dari penggunaan senyawa logam transisi sebagai katalis karena
kemampuan mereka untuk mengubah tingkat oksidasi.
Ion-ion persulfat mengoksidasi besi (II) ion besi (III) ion. Dalam
proses ini ion persulfat direduksi menjadi ion sulfat.
Besi (III) ion adalah agen cukup pengoksidasi kuat untuk mengoksidasi
ion iodida menjadi iodin. Dalam prosesnya, akan kembali menjadi besi (II)
ion lagi.
Apa yang terjadi jika Anda menggunakan besi ion (III) sebagai katalis
bukan besi (II) ion? Reaksi hanya terjadi dalam urutan yang berbeda.
Untuk penjelasannya, kita akan mengunakan katalis besi(II). Reaksi terjadi
dalam dua tahap.
Jika kamu menggunakan ion besi(III), reaksi kedua yang terjadi
diatas akan menjadi reaksi yang pertama.
Besi merupakan sebuah contoh yang baik dalam hal penggunaan
senyawa logam transisi sebagai katalis karena kemampuan senyawa logam
transisi tersebut untuk mengubah tingkat oksidasi.
3.
Reaksi Esterifikasi
Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat
dan alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi
ini juga sering disebut esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu senyawa
yang mengandung gugus -COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun
aril. Suatu ester dapat dibentuk dengan reaksi esterifikasi berkatalis asam.
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi dapat balik (reversible).
Mekanisme reaksi esterifikasi merupakan reaksi substitusi asil
nukleofil dengan katalisator asam. Gugus karbonil dari asam kaboksilat
tidak cukup kuat sebagai elektrofil untuk diserang olah alkohol.
Katalisator asam akan memprotonasi gugus karbonil dan mengaktivasinya
ke arah penyerangan nukleofil. Pelepasan proton akan menghasilkan hidrat
dari ester, kemudian terjadi transfer proton.
Reaksi
transesterifikasi
pada
dasarnya
merupakan
reaksi
esterifikasi dengan mengganti alkohol R'-OH dengan jenis alkohol lain R"OH. Reaksi dapat berlangsung dengan adanya asam mineral seperti
H2SO4atau HCl. Reaksi Transesterifikasi merupakan reaksi dapat balik
hingga
alkohol
R"-OH
harus
dalam
keadaan
berlebihan
untuk
Tahap pertama adalah katalis asam. Pada tahap pertama, gugus karbonil
pada asam diprotonasi. Sebagaimana halnya dengan aldehida dan keton,
protonasi menikan muatan positif pada atom karbonil dan menjadikannya
sasaran baik bagi serangan nukleofil. Tahap kedua sangat menentukan,
tahap ini melibatkan adisi nukleofil yaitu alkohol pada asam yang telah
diprotonas. Pada tahap ini ikatan C-O yang baru (ikatan ester) terbentuk.
Tahap 3 dn 4 adalah tahap kesetimbangan dimana oksigen-oksigen
melepaskan atau mendapatkan proton. Kesetimbangan ini sifatnya bolakbalik, sangat cepat, dan terus berlangsung dalam suasana asam. Pada tahap
4 salah satu gugus hidroksil harus diprotonasi, karena kedua gugus
hidroksilnya identik. Tahap 5 melibatkan pemutusan ikatan C-O dan
lepasnya air. Tahap ini adalah kebalikan tahap 2. agar peristiwa ini dapat
terjadi, ggus hidroksil harus diprotonasi agar kemampuannya sebagai
gugus bebas/lepas lebih baik. Akhirnya pada tahap 6, ester yang berproton
melepaskan protonnya. Tahap ini adalah kebalikan tahap 1.
Pada reaksi esterifikasi ini, biasanya digunakan katalis H2SO4.
Katalis H2SO4 dalam reaksi esterifikasi adalah katalisator positif karena
berfungsi untuk mempercepat reaksi esterifikasi yang berjalan lambat.
H2SO4 juga merupakan katalisator homogen karena membentuk satu fase
dengan pereaksi (fase cair).
Pemilihan penggunaan asam sulfat (H2SO4) sebagai katalisator
dalam reaksi esterifikasi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya :
Menurut Anonim (2007)
1. Asam sulfat selain bersifat asam juga merupakan agen pengoksidasi
yang kuat
2. Asam sulfat dapat larut dalam air pada semua kepekatan
3. Reaksi antara asam sulfat dengan air adalah reaksi eksoterm yang kuat
4. Jika air ditambahkan asam sulfat pekat maka ia mampu mendidih
5. Karena
afinitasnya
terhadap
air,
maka
asam
sulfat
dapat
menghilangkan bagian terbesar uap air dan gas yang basah, seperti
udara lembab
2.9
Biodiesel
Biodiesel saat ini diproduksi melalui transesterifikasi trigliserida
Reaksi
Ester dapat bereaksi dengan alkohol lain. Dalam hal ini, alkohol
baru berasal dari ester asli terbentuk, dan ester baru berasal dari alkohol
asli. Dengan demikian, etil ester dapat bereaksi dengan metanol untuk
membentuk ester metil dan etanol. Proses ini disebut transesterifikasi.
Transesterifikasi sangat penting untuk biodiesel. Biodiesel seperti
yang didefinisikan saat ini diperoleh dengan mentransesterifikasi
trigliserida dengan metanol. Methanol adalah alkohol pilihan untuk
mendapatkan biodiesel karena itu adalah yang termurah, dan paling
tersedia, alkohol. Untuk reaksi terjadi dalam waktu yang wajar, namun,
katalis harus ditambahkan ke dalam campuran minyak dan metanol. Sering
hadir dalam jumlah kecil, katalis mempercepat kecepatan reaksi dan,
dalam banyak kasus, hampir tidak ada reaksi akan terjadi tanpa satu.
Katalis yang digunakan untuk melaksanakan transesterifikasi
biasanya natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida (KOH) atau
natrium methylate (SMO). Senyawa ini termasuk ke dalam kelas bahan
yang dikenal sebagai basis dan juga merupakan senyawa anorganik, sering
digunakan dalam kimia organik untuk melaksanakan atau katalisator
reaksi. Basa lainnya juga cocok untuk reaksi transesterifikasi. Rekan-rekan
dari basis yang dikenal sebagai asam. Banyak asam juga dapat digunakan
sebagai katalis untuk transesterifikasi. Namun, reaksi dasar-katalis
memiliki kelebihan seperti laju reaksi yang lebih tinggi.
produk besar karena pembentukan sabun. Biaya proses yang lebih tinggi
juga mungkin, karena masalah jumlah asam yang perlu diperbaiki
sehingga bahan bakar dapat memenuhi spesifikasi ASTM D6751.
Selama transesterifikasi, setelah dihitung jumlah katalis (SMO) dan
jumlah yang diperlukan metanol tertutup ke dalam reaktor, proses tidak
akan mengubah apakah menggunakan batch atau kontinyu, suhu
dipertahankan sekitar 65 derajat Celcius. Tendangan reaksi dimulai.
Pada saat yang sama ketika trigliserida dikonversi ke digliserida
dan monogliserida, para FFA akan dikonversi ke sabun. Semakin tinggi
kandungan FFA adalah ketika memulai, produksi lebih besar dari sabun
akan ada. Hampir 90 persen dari sabun masuk ke fase gliserin dalam
proses penyelesaian atau pemusingan. Bertentangan dengan beberapa
klaim di luar sana, untuk sepenuhnya menghilangkan sabun sebelum
mencuci air atau kering mencuci langkah hampir mustahil.
Ada juga beberapa katalis homogen sisa yang tersisa dari proses
biodiesel, yang harus dihapus dalam tahap cuci juga.
4.
tidak
beracun,tidak
korosif
dan
tidak
mudah
terbakar.
CFC merupakn senyawa yang stabil, sukar bereaksi, namun karena sifat itu
CFC yang teremisi ke udara dapat naik dengan bebas ke stratosfer dan
merusak lapisan ozon. Ozon bereaksi dengan senyawa klor seperti CFCl3
(pada aerosol), CF2Cl2 (pada pendingin), dll. Bereaksinya gas ozon
dengan senyawa klor hasil aktivitas manusia ini dapat menipiskan, bahkan
menghabiskan ozon dalam lapisan stratosfer. Sinar matahari menguraikan
senyawa-senywa klor menjadi atom klor yang akan bertindak sebagai
katalis atau mempercepat reaksi dalam reaksi penguraian ozon.
Cl- dapat menjadi katals dan siap bereaksi dengan O3 yang lain. Satu atom
klor dapat bereaksi dengan 10.000 sampai 100.000 molekul ozon. Katalis
mempercepat reaksi, reaksi kimia dengan batntuan katalisator berakibat
bahwa perusakan ozon (O3) berjalan lebih cepat dibandingkan dengan
pembentukannya. Karena proses pembentukannya dan perusakan molekulmolekul ozon di stratosfer tidak lagi seimbang maka lebih banyak
molekul-molekul ozon yang rusak daripada molekul-molekul ozon yang
terbentuk dalam waktu tertentu. Hal ini berakibat bahwa konsentrasi ozon
di stratosfer menjadi berkurang sehingga lapisan ozon menipis dan
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Katalis homogen adalah senyawa yang memiliki fase sama dengan
reaktan ketika reaksi kimia berlangsung
2. Contoh Katalis Homogen :
a. Penguraian H2O2 oleh kalium natrium tartrat, dengan katalis
larutan CoCl2
b. Reaksi antara ion persulfat dan ion iodida
c. Reaksi esterifikasi
3. Penerapan Katalis Homogen
a. Biodiesel
b. Kerusakan Lapisan Ozon
3.2
Saran
1. Penulis berharap para pembaca makalah ini dapat mempelajari lebih
lanjut mengenai katalis homogen pada sumber-sumber lain
2. Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
penulisan makalah dikemudian hari
DAFTAR PUSTAKA
Rusdianasari,
dan
Indah
Purnamasari.2014.Teknik
Reaksi
(online,
(online,
diakses
tanggal
Oktober 2014)
http://letshare17.blogspot.com/2010/10/penggunaan-katalis-h2so4pada.html (online, diakses tanggal 26 Oktober 2014)
26