Anda di halaman 1dari 10

PERADABAN AWAL KERAJAAN ISLAM DI

INDONESIA
Oleh:
HAMDHANI NINO
(XI.IPA.3)
SMA YPI TUNAS BANGSA PALEMBANG

A.TEORI KEDATANGAN ISLAM DI INDONESIA


Ada tiga teori yang membicarakan tentang datangnya islam di indonesia. Ketiga teori ini
memberikan jawaban atas permasalahan tentang masuknya Islam ke Nusantara.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang perbedaan teori di atas disini akan dibahas secara sederhana
sebagi berikut.

a. Teori Gujarat
Teori ini dinamakan teori Gujarat bertolak dari pandangan teori yang mengatakan asal
Negara yang membawa Agama Islam ke Nusantara adalah dari Gujarat. Adapun pelatak teori ini
adalah Snouk Hurgronje lebih menitik beratkan pandangannya ke Gujarat berdasarkan: pertama,
kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa arab dalam penyebaran agama islam ke nusantara.
Kedua, hubungan dagang Indonesia-India telah lama terjalin. Ketiga, inskripsi tertua tentang Islam
yang terdapat di sumatra memberikan gambaran hubungan antara sumatra dan Gujarat.
Sejalan dengan pendapat di atas ini, W.F. Stutterheim, mengatakan masuknya Islam ke Nusantara
pada abad ke-13. Pendapatnya juga didasarkan pada bukti batu nisan sultan pertama dari kerajaan
samudra, yakni Malik Al-Shaleh yang wafat pada 1297. Selanjutnya ditambahkan tentang asal Negara
yang mempengaruhi masuknya Agama Islam ke Nusantara adalah Gujarat. Dengan alasan Islam
disebarkan melalui jalan dagang antar Indonesia-cambay (Gujarat) Timur Tenggah-Eropa.
Perkembangan perkampungan Arab mulai berkembang hal ini mempengaruhi pula perkembangan
Arab yang terdapat di sepanjang jalan perdangangan di Asia Tenggara. Dari keteranga J.C. Van ini
masuknya islam ke Nusantara tidak terjadi pada abad ke-13 melainkan telah terjadi pada abad ke-7.
Sedangkan abad ke-13 merupakan saat perkembangan Islam.
Peranan Gujarat sebagai pusat perdagangan Internasional, terutama sejak 1294 sebagai
penyebaran Islam, telah mendapat perhatian dari Schrieke dalam Indonesia Sosiological studies. Ia
menjelaskan berdasarkan keterangan laporan Marco Polo, karena Marco Polo tidak berkunjung ke
Gujarat. Tetapi mempertimbangkan hasil laporan sanudo. Selanjutnya Schrieke memberikan
gambaran tentang saling ketergantungan antara malaka dengan cambay dan sebaliknya. Schrieke
mengambarkan tentang peranan Gujarat sebagai pusat perdagangan yang mempunyai kaitan yang erat
antara Indonesia dan India.

b. Teori Makkah
Dalam teori ini Hamka lebih mendasarkan pandangannya pada peranan bangsa Arab sebagai
pembawa Agama Islam ke Indonesia. Gujarat dinyatakan sebagai tempat singgah semata, dan
makkah sebagi pusat, atau Mesir sebagai pengambilan ajaran Islam. Ia menambahkan pengamatan
pada masalah manzhab Syafii, sebagai mazhab yang istimewa di Makkah dan mempunyai pengaruh
yang besar di Indonesia. Tetapi titik analsisnya pada permasalahan perdagangan yang dibaca adalah
barang yang didagang dan jalan perdagangannya. Sebaliknya penglihatan penelitian hamka lebih
tajam sampai permasalahan mazhab yang menjadi bagian laporan kunjungan Ibnu Battutah ke
Nusantara.
Guna dapat mengetahui lebih lanjut mengenai pendapat waktu masuknya Islam di Nusantara pada
abad ke-7, perlu penjelasan tentang peranan bangsa Arab dalam perdagangan di Asia yang dimulai
sejak abad ke-2 SM. Peranan ini tidak dibicarakan oleh penganut teori Gujarat. Tinjauan tentang teori
Gujarat mengharuskan peranan bangsa Arab dalam perdagangan dan kekuasaan di lautan, yang telah
lama mengenal samudera Indonesia daripada bangsa-bangsa lainnya.
Informasi sejarah menjelaskan bahwa bangsa Arab telah sampai ke Ceylon pada abad ke-2 SM.
Memang tidak dijelaskan lebih lanjut tentang sampainya ke Indonesia. Tetapi bila kita hubungkan
dengan penjelasan kepustakaan Arab Kuno yang menyebutkan Al-Hind yang berarti India dan pulau-
pulau yang sebelah timurnya sampai ke Cina, dan Indonesia pun disebut sebagai pulau-pulau Cina,
besar kemungkinan pada abad ke-2 SM bangsa Arab telah sampai ke Indonesia hanya penyebutnya
sebagia pulau-pulau Cina atau Al-Hind.
Bila memang telah ada antara hubungan bangsa Arab dengan Indonesia sejak abad ke-2 SM, Maka
bangsa Arab merupakan bangsa Asing yang pertama datang ke nusantara. Berdasarkan keterangan
yang dikemukakan oleh D.H. Burger dan Prajudi Atmosudirdjo, bangsa dan Cina baru mengadakan
hubungan dengan Indonesia pada abad ke-1 M. Sedangkan hubungan Arab dan Cina terjadi jauh lebih
lama, melalui jalan darat menggunakan kapal sahara jalan darat ini sering disebut sebagai jalan sutera,
berlangsung sejak 500 SM.
Timbulnya perkampungan Arab baik dipantai barat Sumatra ataupun di Asia Tenggara dan kanton, di
tunjang oleh kekuatan laut Arab. Fakta ini memberikan bukti telah terjadi hubungan Indonesia Arab
jauh sebelum abad ke-13. Apakah target pengaruh informasi yang bersifat Hindu sentris terhadap
kalangan intelektual Indonesia yang berpendidikan belanda, menampakkan kecintaan terhadap sejarah
pra-Islam Indonesia.
Masuknya Agama Islam ke Nusantara terjadi pada abad pertama hijriah atau abad ke-7 M. Pelaku
bembawa Agama Islam adalah Saudagar Arab, diikuti oleh Persia dan Gujarat, mereka bukanlah
anggota misi, meski pada hakekatnya setiap orang islam mempunyai kewjiban misi.

c.Teori Persia
Fokus teori ini menjelaskan tentang masuknya Islam ke nusantara berbeda dengan teori
gujarat dan teori makkah, sekalipun mempunyai persamaan tentang gujaratnya, serta mazhab Syafii-
nya. Teori persia lebih menjelaskan tentang kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam
Indonesia yang dirasakan mempunyai kesamaan dengan persia. Dan adapun kesamaan tentang budaya
kita dapat melihat antara lain :

1.Peringatan hari muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syiah atas kematian syahidnya
husain.

2.Adanya kesamaan ajaran antara ajaran Syaikh siti Jenar dengan ajaran sufi iran Al-Hallaj.

3.Nisan pada makam malikus saleh dan makam malik ibrahim di gersik di pesan dari gujarat. Dalam
hal ini teori persia mempunyai kesamaan mutlak dengan teori gujarat. Tetapi berbeda dengan
pandangan G.E Morrison.

4.Pengakuan umat islam di indonesia terhadap mazhab Syafii sebagai mazhab yang paling utama.
Menjawab teori Persia diatas, K.H. saifuddin Zuhri sebagai salah seorang peserta seminar(1963),
menyatakan sukar untuk mendapat tentang kedatangan Islam ke Nusantara berasal dari Persia. Alasan
yang dikemukakan oleh K.H. Saifuddin Zuhri, bila kita berpedoman kepada masuknya Agama Islam
ke Nusantara pada abad ke-7, hal ini terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Ummayah. Saat itu
kepemimpinan Islam di bidang Politik, Ekonomi dan Kebudayaan berada di tangan Bangsa Arab,
sedangkan pusat pergerakan Islam berkisar di Makkah, Madinah, Damaskus, dan Bagdad, jadi belum
mungkin Persia menduduki kepemimpinan Dunia Islam.
Dari uraian di atas dapat kita lihat perbedaan dan persamaan ketiga teori Gujarat, Makkah, dan persia
sebagai berikut:
Antara teori Gujarat dan Persia terdapat kesamaan pandangan mengenai masuknya Agama Islam ke
Nusantara yang berasal Gujarat. Perbedaannya terletak pada teori Gujarat yang melihat ajaran Islam
mempunyai kesamaan dengan ajaran Mistik India, sedangakan teori Persia memandang adanya
kesamaan antara sufi di Indonesia dengan Persia, dan menjadi tempat singgah ajaran Syiah ke
Indonesia.
Dalam hal memandang Gujarat sebagai tempat singgah bukan pusat, sependapat dengan teori
Makkah. Tetapi teori MAKKAH memandang Gujarat sebagai tempat singgah perjalanan laut antara
Indonesia dengan timur Tenggah, sedangkan ajaran Islam di ambilnya dari Makkah atau Mesir.
Teori Gujarat tidak melihat adanya peran Arab dalam perdagangan, ataupun dalam penyebaran Agama
Islam di Indonesia. Teori ini lebih melihat peranan pedagang India yang beragama Islam daripada
bangsa Arab yang membawa ajaran asli. Oleh karena itu, bertolak dari inskripsi tertua dan laporan
perjalanan Marko Polo ditetapkan daerah Islam yang pertama di Nusantara adalah Samudra Pasai, dan
waktunya pada abad ke- 13. Sebaliknya teori Mekkah, tidak dapat menerima pada abad
ke -13 sebagai saat masuknya karena dianggap saat- saat perkembangan Islam di Nusantara, dan saat
itulah berdiri kekuasaan Islam. Sedangkan masuknya agama Islam ke Nusantara pada abad ke- 7, 200
tahun sebelum dibangunnya candi Budha Borobudur dan 500 tahun sebelum berdirinya kerajaan
Majapahit. Dasar penentuan waktunya bertolak dari berita Dinasti Tang.
Sekalipun teori Persia juga membicarakan masalah pengaruh Mazhab Imam Syafii di Indonesia
tetapi juga dijadikan sebagai argumen besarnya pengaruh India atas Indonesia. Pandangan teori Persia
dalam melihat mazhab Syafii merupakan pengaruh mazhab Syafii yang berkembang kuat di
Malabar. Dari Malabar inilah mazhab Syafii dibawa oleh pedagang India Islam ke Indonesia. Jadi
teori Persia tidak melanjutkan hubungan mazhab Syafii Indonesia dengan pusatnya, yakni Mekkah
dan Mesir.
Walaupun dalam ketiga teori ini tidak terdapat titik temu, namun mempunyai persamaan pandangan
yakni Islam sebagai Agama yang berkembang di Nusantara melalui jalan damai dan Islam tidak
mengenal adanya misi sebagaimana yang dijalankan oleh kalangan Kristen dan Katolik.

B. SEJARAH AWAL MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA


Mengenai perdagangan dan para pedagang dalam mengislamkan indonesia, dimana pengaruh
dan penyebaran islam efektif sekali. Hal ini disebabkan karena banyak orang yang begitu saja tertarik
untuk mmemeluk agama islam sebelum mempelajari syariat agama secara terperinci.
Sejak awal abad masehi, sudah ada rute- rute pelayaran dan perjalanan antara kepulauan Indonesia
dengan berbagai wilayah di daratan Asia Tenggara. Di wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka
sejak masa konu merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian. Pedagang- pedagang muslim asal
Arab, Persia dan India juga ada yang sampai ke kepulauan Indonesia untuk berdagang sejak abad ke
-7 M, ketika Islam pertama kali berkembang di Timur Tengah.
Pedagang-pedagang muslim asal Arab, Persia dan India juga ada yang sampai kepulauan Indonesia
untuk berdagang sejak abad ke 7 M (abad 1 hijriah), ketika Islam pertama kali perkembang di timur
tenggah. Hubungan perdagangan ini menjadi hubungan penyebaran Islam di Indonesia.
Sejak abad pertama nusantara yang menghasilkan komuditi penghasil rempah-rempah dan banyak
disukai di eropa(romawi) masa itu menyebabkan pedagang-pedagang arab singgah dipantai barat
sumatra dan selat malaka yang menghubungkan imperium timur. Pedagang Arab sudah menjadi
pengatur jalur perdagangan barat-timur.

a. Islam Masuk ke Indonesia


Paling tidak ada dua pendapat mengenai masuknya islam di indonesia. Pertama pendapat
lama, yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abat ke-13 M. Pendapat ini
dikemukakan oleh para sarjana, antara lain N.H.Krom dan Van Den Berg. Kemudian pendat pertama
mendapat sanggahan dan bantahan. Kedua pendapat baru yang menyatakan bahwa islam masuk ke
indonesia pada abad ke-7 atau abad 1 hijriah pendapat baru ini dikemukakan oleh H. Agus Salim, M.
Zainil Arifin Abbas, hamka, dll.
Menurut seminar masuknya Islam di Indonesia di medan tahun 1963, Islam masuk ke Indonesia sejak
abad ke-7 M.
Seminar masuknya Islam di Indonesia tersebut menghasilkan keputusan sebagai berikut

1.Menurut sumber-sumber yang kita ketahui, Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia
pada abad pertama hijriah(abad ke-7) langsung dari Arab.
2.Daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatra, dan bahwa setelah terbentuknya
masyarakat Islam, maka Raja Islam yang pertama berada di Aceh.
3.Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Indonesia aktif mengambil bagian.
4.Mubaligh-mubaligh Islam yang pertama-tama itu sebagai penyiar Islam juga sebagai saudagar.
5.Penyiaran Islam di Indonesia dilakukan denga cara damai.
6.Kedatangan Islam di Indonesia, membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam membentuk
kepribadian bangsa Indonesia.

Pendapat senada tentang masuknya Islam di Indonesia dikemukakan oleh Thomas W. Arnold dalam
the preaching Islam, ia mengatakat, mungkin Agama ini telah dibawa kemari oleh pedagang-
pedagang Arab sejak abad-abad pertama hijriah, lama sebelum kita memiliki catatan ssejarah dimana
sebenarnya pengaruh mereka telah mulai terasa.
Menurut literatur kuno tiongkok, sekitar tahun 625 M telah ada sebuah perkampungan arab
Islam di pesisr pantai sumatra. Jadi hanya 9 tahun sejak rasulullah saw memproklamirkan dakwah
Islam secara terbuka, di pesisir pantai sumatra sudah terdapat sebuah perkampungan Islam. Akat
tetapi, pada priode ini islam belum berkembang secara menyeluruh dan hanya beberapa wilayah yang
sudah memeluk Islam, misalnya sebagian sumatra dan sebagian pantai utara jawa.
Adapun perkembangan selanjutnya, Islam berkembang secara lebih besar pada abad ke 12 M.
Menurut para sejarawan Islam masuk ke Indonesia melalui beberapa jalur, sehingga dengan cepat
dapat diterima oleh masyrakat Indonesia.

Jalur-jalur yang dilakukan oleh para penyebar Islam yang mula-mula di Indonesia adalah sebagai
berikut:

1.Melalui Jalur Perdagangan

Pada taraf permulaan, saluran Islamisasi adalah perdangan. Islamisasi melalui perdagangan ini sangat
menguntungkan karena para raja dan bangsawan turut serta dalam kegiatan perdagangan. Mereka
yang melalukan dakwah islam, sekaligus menjadi pedagang.

2.Melalui jalur perkawinan

Dengan melalui jalur perkawinan, para menyebar Islam melakukan perkawinan dengan penduduk
pribumi. Melalaui jalur perkawianan mereka telah menanamkan cikal bakal kader-kader Islam.

3.Melaui jalur tasawuf

Para penyebar Islam juga terkenal sebagai pengajar-pengajar tasawuf. Oleh karena itu, penyebaran
Islam kepada masyarakat Indonesia melalui jalur tasawuf atau mistik ini mudah diterima karena
sesuai dengan alam pikiran masyarakat indonesia. Misalnya, menggunakan Ilmu-ilmu riyadhat dan
kesaktian dalam proses penyebaran Islam kepada penduduk setempat.

4.Melalui jalur pendidikan

Dalam Islamisasi di Indonesia ini, juga dilakukan melalui jalur pendidikan sepe
zrti pesantren, surau, masjid dan lain-lain yang dilakukan oleh guru-guru Agama, Kyai dan Ulama.
5.Melalui jalur kesenian

Para penyebar Islam juga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain
dengan wayang, sastra, dan berbagai kesenian lainnya.

6.Melalui jalur politik

Para penyebar Islam juga menggunakan pendekatan politik dalam penyebaran Islam. Pengaruh politik
raja sangat membantu tersebarnya Islam di indonesia. Demi kepentingan politik, kerajaan-kerajaan
Islam memerangi kerajaan-kerajaan non-Islam. Kemenangan-kemenangan secara politik banyak
menarik penduduk kerajaan yang bukan Islam memeluk Islam.

C.AGAMA DAN KEKUATAN POLITIK MASA


KOLONIALISME
Sebelum Islam datang, di Indonesia telah berkuasa kerajaan Hindu dan Budha. Pada abad
ke-7, Islam telah menyebar luas di Indonesia, karena peranan budha masih memegang peranan
dikerajaan Sriwiajaya, terutama dalam Politik dan sosial budaya.
Masuknya islam didaerah di Indonesia tidak bersamaan, disamping itu, keadaan politik dan sosial
budaya daerah ketika didatangi Islam juga berlainan. Datangnya oarang-orang Islam ke daerah-daerah
yang baru disinggahi sama sekali belum memperhatikan dampak-dampak politik, karena awalnya
mereka datang hanya untuk pelayan dan perdagangan.Pada abad ke-13, kerajaan memasuki masa
kemunduran, dalam hal ini pedagang-pedagang muslim memanfaatkan politiknya dengan mendukung
daerah-daerah yang muncul dan menyatakan diri sebagai kerajaan Islam.
Islam sebagai Agama yang memberikan corak kultur bangsa Indonesia dan sebagai kekuatan politik
yang menguasai stuktur pemerintahan sebelum datangnya belanda dapat dilihat dari munculnya
kkerajaan-kerajaan islam di nusantara ini, antara lain di sumatra, jawa, kalimatan dan sulawesi.

a.Islam di Sumatra
Ada tiga kerajaan yang terkenal disumatra yang telah memosisikan Islam sebagai Agama dan
sebagai kekuatan politik yang mewarnai corak budayanya, yaitu Perlak, Pasai, dan Aceh. Pada abad
ke-8, sumatra terbagi dalam delapan kerajaan besar yang semuannya menyembah berhala, kecuali
satu kerajaan yang berpegang pada Islam yaitu kerajaan perlak. Sistem pemerintahan yang diterapkan
oleh kerajaan perlak pada dasarnya mengikuti sistem pemerintahan yang dilaksanakan oleh Daulah
Abbasiyah, yaitu kepala pemerintahan dipegang oleh sultan dengan dibantu oleh beberapa wazir.
Kerajaan samudra Pasai, kerajaan ini ditaklukkan oleh penjajah portigis krisdani dengan
memperakarsi negara Islam bersatu, yaitu menyatukan tenaga politik Islam di dalam sebuah negara
yang kuat dan berdaulat yang diberi nama Aceh besar.

b. Islam di Jawa
penyebar Islam pertama di Jawa adalah para Wali Songo, meraka tidak hanya berkuasa
dalam bidang agama tetapi juga dalam bidang sosial dan politik. Dalam percaturan politik Islam mulai
memosisikan diri ketika melemahnya kerajaan majapahit yang memberi peluang kepada penguasa
Islam di pesisir untuk membagun pusat-pusat kekuasaan yang independen.
Di samping kekuatan politik Islam yang memberi konstribusi besar terhadap perkembangannya, Islam
juga hidup dimasyarakat dapat memberi dorongan kepada penguasa non muslim untuk memelukknya.
Dengan kata lain, para bupati telah menjadikan Agama Islam sebagai instrumen politik untuk
memperkuat kedudukannya.
c.Islam di Kalimatan, Maluku, dan Sulawesi
Pada awal abad ke 16, Islam masuk ke kalimantan selatan, yaitu di kerajaan daha yang
beragama hindu. Berkat bantuan sultan demak raja daha dan rakyatnya masuk Islam sehingga
berdirilah kerajaan Islam banjar, dengan raja pertamanya adalah pangeran samudera yang diberi gelar
pangeran Suryanullah atau Suriansah, daerah-daerah sekitarnya mengakui kekuasaannya. Pada abad
ke-10/11 di maluku sudah ramai oleh perniagaan rempah-rempah, terutama cengkeh dan pala yang
dilakukan oleh pedagang Arab dan Persia. Pada saat ini telah terhadi sentuhan pedagang Muslim
dengan rakyat Maluku yang membentuk komunitas Islam. Dengan besarnya gelombang perdagangan
muslim atas ajakan datu maulana Husain, para raja di ternate menerima Islam sebagai Agama. Di
Sulawesi, Raja Gowa-tallo memeluk Islam atas ajakan Datuk Rianang ai diberi gelar sultan Aluddin di
talo raja l Malingkoan daeng nyonri kareng katangka pada tahun yag sama masuk Islam dengan gelar
sultan Abdullah awal Islam.

D.KERAJAAN ISLAM DIINDONESIA

a.Kesultanan Samudera Pasai.


Kesultanan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Terletak di
muara Sungai Peusangan di pesisir timur Laut Aceh berdiri pada abad ke-13 Masehi.
Kerajaan ini didirikan oleh Laksamana Laut Mesir Nazimuddin Al-Kamil dari Dinasti Mamaluk. Raja
pertama kerajaan ini adalah Marah Silu dengan gelar Malik Al-Saleh (1285-1297). Hal ini dapat
diketahui dari batu nisan pada makam Malik Al-Saleh yang berangka tahun 1297 Masehi.
Setelah meninggalnya Malik Al-Saleh, digantikan oleh puteranya Muhammad Malik Al-Tahir yang
memerintah dari 1297 hingga 1326. Pengganti selanjutnya adalah Sultan Ahmad dengan gelar Malik
Al-Tahir. Menurut Ibnu Battuta, musafir dari Arab menyebutkan bahwa Sultan Ahmad dan
masyarakat Samudera Pasai taat beragama.
Para pejabatnya berasal dari Persia dan Mesir. Samudera Pasai adalah kota pelabuhan dagang
penting menjadi tempat singgah kapal-kapal dagang asing dari Cina dan India. Perdagangan,
pelayaran, dan pertanian merupakan sumber pendatan bagi Samudera Pasai dan berkembang dengan
baik sehingga memberikan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya.

b. Kesultanan Demak
Kesultanan Demak didirikan oleh Raden Patah, seorang adipati Majapahit yang kemudian
masuk Islam. Awalnya Demak adalah daerah bawahan Kerajaan Majapahit yang kemudian
melepaskan diri pada tahun 1500 Masehi. Dengan bantuan para walisongo, Raden Patah mendirikan
Kerajaan Demak. Sehingga menjadi kerajaan Islam besar di Pulau Jawa. Wilayah kekuasaannya
meliputi Jepara, Semarang, Tegal, Palembang, pulau-pulau sekitar Kalimantan, dan Sumatra.
PERKEMBANGAN KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA Demak juga menguasai pelabuhan
dagang penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan, dan Gresik. Kerajaan Demak berperan penting
dalam proses perkembangan Agama dan budaya Islam di Pulau Jawa. Pada masa itu Demak menjadi
pusat penyebaran Agama Islam. Para wali, selain sebagai penyebar Islam mereka juga sebagai
pensehat kerajaan Demak.
Maka didirikankanlah Mesjid Demak sebagai pusat penyebaran Agama Islam. Demak di
bawah kepemimpinan Raden Patah dengan gelar Sultan Alam Akbar berkembang menjadi pesat
karena memiliki lahan pertanian yang luas. Jatuhnya Malaka ke Portugis menyebabkan putusnya
hubungan perdagangan Demak. Hal itu menyebabkan kekhawatiran Demak akan ekspansi Portugis ke
daerah-daerah kekuasaan Demak yang nantinya akan mengambil alih penguasaan perdagangan di
wilayah Nusantara. Oleh karena itu, pada tahun 1513, Kerajaan Demak mengirimkan armada lautnya
untuk menyerang Portugis di Malaka. Di bawah pimpinan Pati Unus, putra Raden Patah, Demak
mengerahkan 10.000 prajurit dengan 100 buah perahu. Namun serangan ini berhasil digagalkan
Portugis. Meninggalnya Raden Patah tahun 1518 digantikan oleh putranya Pati Unus ysng terkenal
dengan gelar Pangeran Sabrang Lor. Masa pemerintahan Pati Unus tidak berlangsung lama. Tahun
1521 Pati Unus wafat.
Pangeran Trenggana menjadi Raja Demak (1521). Di bawah kepemimpinannya kerajaan Demak
berusaha menaklukan Jawa Barat pada tahun 1522 mengirimkan pasukan di bawah pimpinan
Fatahillah untuk menguasai Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon.
Tahun 1527 Pasukan Demak berhasil mengusir Portugis dari Banten dan Sunda Kelapa, sehingga
wilayah Banten, Sunda Kelapa, dan Cirebon direbut Demak. Sultan Trenggana juga memperluas
kekuasaannya ke Jawa Timur. Ia memimpin pasukan ke Jawa Timur, satu per satu wilayah Madiun,
Gresik, Tuban, dan Malang direbut. Tetapi ketika berusaha merebut daerah Pasuruan, Sultan
Trenggana gugur tahun 1546.
Setelah gugurnya Trenggana, konflik keluarga raja Demak muncul, terjadi perebutan kekuasaan antara
Pangeran Prawata, putra Sultan Trenggana, dengan Pangeran Sekar Seda ing Lepeng. Pangeran Sekar
dapat dibunuh oleh Pangeran Prawata. Pangeran Arya Panangsang menuntut balas terhadap kematian
ayahnya.
Awalnya Pangeran Prawata berkuasa di Demak, namun ia kemudian dibunuh Arya Panangsang,
dan ia juga membunuh Pangeran Hadiri, suami Ratu Kali Nyamat, adik Pangeran Prawata. Oleh Arya
Panangsang, Pangeran dianggap sebagai penghalangnya menjadi raja Demak. Kemudian Arya
Panangsang tampil sebagai Raja Demak.
Masa pemerintahan Raja Arya Panangsang, Kerajaan Demak mengalami gejolak kekacauan. Arya
Panangsang yang memerintah dengan kejam banyak tidak disukai. Pembunuhan Pangeran Hadiri,
menyebabkan istrinya Ratu Kali Nyamat mengasingkan diri dan memberontak untuk balas dendam
atas kematian suaminya.
Tindakan Kali Nyamat banyak mendapat dukungan dari para adipati bawahan Demak. Salah satunya
adalah Adipati Pajang (daerah Boyolali), ia adalah menantu Sultan Trenggana, Pangeran Adiwijaya
atau dikenal dengan nama Jaka Tingkir. Dibantu oleh Kyai Gede Pamanahan, Ki Panjawi, dan
putranya Sutawijaya.
Adiwijaya berhasil mengalahkan Arya Panangsang. Kemudian ia naik tahta Kerajaan Demak dengan
gelar Sultan Hadiwijaya serta memindahkan pusat kerajaan Demak ke Pajang tahun 1568 M. Dengan
pemindahan itu maka berakhirlah riwayat Kesultanan Demak.

c. Kesultanan Mataram Islam


Pernahkah kamu jalan-jalan ke Yogyakarta? Bila pernah, pasti kamu mengunjungi Keraton
Yogyakarta. Apa kaitannya Keraton Yogyakarta dengan Kesultanan Mataram Islam? Nah, selanjutnya
mari kita ikuti uraian tentang Kesultanan Mataram
Islam.
Munculnya Kesultanan Mataram tidak lepas dari Kerajaan Pajang, Sultan Adiwijaya (Jaka Tingkir)
memberikan hadiah tanah di daerah Kota Gede, Mataram kepada Kyai Gede Pamanahan. Oleh Kyai
Gede (Ageng) Pamanahan, daerah itu dibangun dan kemudian berkembang maju. Ia bercita-cita
melepaskan diri dari Kerajaan Pajang, namun sebelum cita-cita itu tercapai tahun 1575 ia wafat,
kemudian digantikan oleh putranya Sutawijaya yang berhasil lepas dari kekuasaan Kerajaan Pajang
dan mendirikan Kerajaan Mataram.
Sutawijaya dinobatkan sebagai Adipati Mataram oleh Sultan Adiwijaya dengan gelar Senopati
ing Alaga Sayidi Panatagama, yang berarti panglima perang dan pembela agama Islam. Di bawah
kerja keras Sutawijaya, Mataram berkembang maju. Ia menjadikan Mataram sebagai kesultanan Islam
terbesar di Pulau Jawa. Politik ekspansif Sutawijaya untuk menaklukan daerah-daerah lain dilakukan
terhadap Surabaya, tahun 1586. Surabaya dapat ditaklukkan dan mengakui kekuasaan Mataram.
Selanjutnya Sutawijaya merebut Madiun dan Ponorogo. Tahun 1587, Mataram berusaha merebut
Panarukan, Pasuruan dan Blambangan. Tiga daerah dapat ditaklukan, tetapi kemudian memerdekakan
diri. Tahun 1595, Sutawijaya mengalihkan politik ekspansifnya ke Jawa Barat, dikirim pasukan
Mataram untuk menaklukkan Cirebon dan Kerajaan Galuh. Akhirnya Cirebon dan Galuh berhasil
ditaklukkan dan mengakui kekuasaan Mataram.
Politik perluasan wilayah Mataram tidak selamanya mulus. Sutawijaya banyak mendapat perlawanan
dari daerah taklukan seperti daerah Pati dan Demak, secara bersama-sama memberontak kepada
Mataram. Gabungan pasukan Demak dan Pati berhasil mencapai ibukota Mataram, meskipun pada
akhirnya dapat ditumpas tentara berkuda Kerajaan Mataram.
Daerah Panarukan, Pasuruan, dan Blambangan juga ikut melepaskan diri setelah pasukan Mataram
kembali ke Mataram. Sutawijaya boleh dikatakan berhasil meletakkan dasar-dasar Kesultanan
Mataram, ia menerapkan sistem kerajaan berdasarkan Agama Islam (teokratis). Dalam
pemerintahannya, kedudukan Sultan memegang peranan sangat penting dan kuat. Di bidang ekonomi,
ia menjadikan Mataram sebagai kerajaan agraris maritim. Tahun 1601, Sutawijaya wafat digantikan
putranya Mas Jolang dengan gelar Panembahan Seda ing Krapyak.

d. Kesultanan Banten
Tahun 1522 Portugis mendapat persetujuan dari Kerajaan Pajajaran diperbolehkan
membangun markas dagangnya di Sunda Kelapa. Hal ini sangat mencemaskan Kerajaan Demak, akan
bahaya dari Portugis. Maka diutuslah misi dipimpin oleh Nasrullah atau Fatahillah, menantu Sultan
Trenggana, Raja Demak. Misi ini disertai oleh pasukan dengan tujuan agar bandar-bandar pesisir utara
Jawa Barat tidak jatuh ke tangan Portugis. Singkatnya tahun 1527, pelabuhan Banten, Sunda Kelapa,
dan Cirebon berhasil dikuasai Demak.
Fatahillah sukses merebut tiga pelabuhan itu. Kemudian tahun 1552 Fatahillah menyerahkan
penguasaan Banten kepada putranya Hasanuddin dengan Gelar Panembahan Banten. Fatahillah
sendiri pergi ke Cirebon untuk menggantikan Pangeran Pasarean, putra Fatahillah yang berkuasa atas
Cirebon. Tahun 1568 Hasanuddin memerdekakan diri, Banten lepas dari Kerajaan Demak. Ia
menobatkan dirinya menjadi raja pertama kerajaan Banten.
Maulana Yusuf kemudian meninggal digantikan putranya Maulana Muhammad tahun 1580-1596
Masehi, dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Tetapi karena ia masih berumur 9 tahun, pemerintahan
dikendalikan oleh mangkubumi, baru kemudian dewasa ia naik tahta. Tahun 1596, Banten melakukan
usaha penaklukan terhadap Palembang, karena kerajaan Palembang dianggap saingan perdagangan
terhadap Banten.
Pada tahun yang sama 1596, Armada dagang Belanda dipimpin oleh Cornelis de Houtman mendarat
di Banten. Kedatangan Belanda menimbulkan keributan dan kegaduhan di Pelabuhan Banten.
Sehingga tentara Kerajaan Banten mengusirnya dari Banten. VOC yang ingin memonopoli
perdagangan berusaha merebut Banten.
Banten mencapai puncak kejayaan politiknya pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-
1683), ia sangat menentang kehadiran VOC di Banten yang memonopoli perdagangan. Banten
merupakan pusat penyebaran agama Islam di wilayah barat Indonesia. Menurutmu, faktor apa yang
melatarbelakangi dan mendorong para pedagang Belanda terlebih dahulu datang ke Kerajaan Banten?

e. Kesultanan Makassar (Goa Tallo)


Pada abad ke-16 M berdiri beberapa kerajaan di Sulawesi Selatan, antara lain Goa dan Talo.
Kedua kerajaan ini kemudian bergabung menjadi satu dengan nama Goa-Tallo atau yang lebih dikenal
dengan nama Makassar. Ibukota kerajaan Makassar adalah Sombaopu. Raja Goa adalah Daeng
Manrabia kemudian masuk Islam menjadi Raja Goa-Tallo dengan gelar Sultan Alaudin.

Sedangkan Raja Tallo, Karaeng Matoaya menjadi Mangkubumi dengan gelar Sultan Abdullah.
Makassar adalah kerajaan Islam pertama di Sulawesi. Letak Makassar yang strategis pada jalur
pelayaran antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur.
Makassar menjadi pintu masuk menuju ke wilayah Indonesia bagian timur, pada abad ke-16, Ternate,
Tidore, dan Maluku sebagai pusat rempah-rempah. Banyak pedagang singgah di pelabuhan Makassar
sebelum melanjutkan ke Ternate, Tidore, dan Maluku. Apalagi setelah jatuhnya Malaka ke Portugis.
Pelabuhan Makassar berkembang pesat menjadi pelabuhan perdagangan.
Tahun 1639, Sultan Alaudin wafat digantikan putranya Sultan Muhammad Said. VOC berusaha
membujuk Sultan, namun permintaan itu ditolak. Bahkan ia mengirimkan armada lautnya ke Maluku
untuk membantu lepas dari cengkeraman VOC. Perlawanan Makassar terhadp VOC terus dilanjutkan
oleh Sultan Hasanuddin, putra dari Sultan Muhammad Said.
Sultan Hasanuddin memegang tampuk kekuasaan Makassar dari tahun 1653 hingga 1667. Pada masa
pemerintahannya, Makassar menjadi kerajaan maritim besar di wilayah Indonesia bagian timur,
wilayah kekuasaanya hingga ke Nusa Tenggara. Sultan Hasanuddin terkenal gigih menentang
monopoli perdagangan Belanda.

f. Kesultanan Ternate dan Tidore


Pada abad ke-15 di Maluku terdapat lima kerajaan yang berkuasa, yakni Jailolo, Ternate,
Tidore, Bacan dan Obi. Semuanya adalah kerajaan Islam. Di antara kelima kerajaan itu, kerajaan
Ternate yang paling maju.
Ternate sebagai penghasil rempah rempah, menjadikan Ternate banyak dikunjungi pedagang.
Sehingga Ternate maju menjadi pusat perdagangan di Maluku. Kemajuan Ternate memancing
kecemburuan empat kerajaan lainnya untuk bersekutu melawan Ternate. Terjadi perang, namun
berlangsung tidak lama.
Kelima kerajaan itu sepakat untuk membuat kesepakatan bersama kerajaan mana yang lebih dulu
menduduki posisi pertama dan seterusnya. Tetapi kesepakatan ini pecah di akhir abad ke-15, karena
Ternate tampil kembali di urutan pertama selama 10 tahun. Ketika akan dikembalikan lagi menjadi
raja Ternate, Sultan Khaerun dan rakyat Ternate menolak sultan lama.
Penolakan ini menyebabkan Portugis marah dengan siasat licik Portugis mengundang Sultan Khaerun
untuk berunding dengan Portugis namun Sultan ditangkap dan dibunuh oleh Portugis.
Pembunuhan Sultan Khaerun menyulut kemarahan rakyat Ternate, pemberontakan terjadi dipimpin
oleh putra sulung Sultan Khairun, Baabullah. Sultan Baabullah menyerukan perang suci terhadap
Portugis, ternyata Ternate banyak mendapat dukungan dari kerajaan-kerajaan lainnya termasuk
Tidore. Perang akhirnya dimenangkan oleh rakyat dapat mengusir Portugis dari bumi Ternate tahun
1575, akhirnya Portugis menyingkir ke Timor Timur.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://sabenggo1.blogspot.com/2013/11/perkembangan-kerajaan-islam-di-indonesia.html
2. http://zubada.blogspot.co.id/2012/05/sejarah-peradaban-islam-di-indonesia.html

Anda mungkin juga menyukai