PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam masuk ke Indonesia secara berangsur- angsur dan dimulai
pada abad ketujuh Masehi. Menurut Hamka yang dikutip oleh Hasjmy dalam
bukunya, agama Islam datang ke Indonesia dibawa oleh saudagar-saudagar Islam.
Saudagar-saudagar tersebut bukan hanya dari Arab saja, melainkan ada yang
berasal dari Persia dan Gujarat.1
Muhammad Said membuat kesimpulan,sumber-sumber sejarah Arab
mengatakan bahwa di Sumatra sejak abad sembilan di pelbagai bandar sudah
banyak pendatang Arab yang beragama Islam.2Sebaliknya, menurut sumbersumber orang luar (Arab dan Tionghoa) Islam masuk ke Indonesia pada abad
pertama Hijriyah yakni sekitar abad ketujuh sampai dengan abad kedelapan.
Haji Abu Bakar Aceh memberi kesimpulan, Islam masuk ke Indonesia
pertama kali di Aceh. Penyiar Islam pertama tidak hanya dari India dan Gujarat,
akan tetapi ada dari bangsa Arab. Mazhab pertama yang dipeluk di Aceh adalah
Syiah dan Syafii.3
Menurut Muljana, Islam masuk ke Indonesia pada abad kedua belas. Hal
ini dikarenakan pada akhir abad kedua belas ditemukan kerajaan Islam di daerah
pantai Timur Sumatera. Kerajaan itu diberi namaPeureulak karena didirikan oleh
para pedagang asing dari Maroko, Persi, Gujarat, dan Mesir yang sejak awal
abad kedua belas sudah menetap di sana.4
Selain pendapat-pendapat para sejarawan diatas ada juga beberapa teori
lain yang menyebutkan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Teori-teori tersebut
diantaranya adalah teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia.Ketiga teori
tersebut tidak membicarakan masuknya Islam dari setiap pulau tapi hanya
menganalisis dari Sumatera dan Jawa sebab dua wilayah itu yang merupakan
74-93.
bukanlah melalui guru-guru agama melainkan melalui para pedagang Arab pada
awal Hijrah.
Pada abad ke 13, Islam telah menyebar luas dan telah menjadi agama
resmi di Aceh.Banyak pedagang dari Arab, Persia, dan India berkumpul di Aceh
menjadi rekan dagang dan pendukung politik penguasa lokal di sepanjang pos-pos
perdagangan. Hal ini mempercepat penyebaran Islam dan berdirinya kerajaankerajaan islam seperti perlak, samudra pasai, Aceh, pidie dan Daya.6
Sebelum Islam masuk ke Aceh, Hindu (mistisme) merupakan agama
masyarakat Aceh.Hinduisme sebagai pandangan hidup bagi masyarakat Aceh
tercermin dari aktivitas ritual dan tradisi setempat. Akan tetapi mulai abad ke 7
H/13 M, Islam menjadi agama mayoritas bagi masyarakat Aceh, dan berdirinya
kerajaan Samudra Pasai (Sultan Malikus Shalih w. 1297) sebagai kerajaan Islam
kedua di Aceh menandai bahwa kekuasaan politik di Aceh telah dikuasai oleh
masyarakat Islam Aceh.
Sebelum masyarakat Islam Aceh menguasai politik, muslim Islam Aceh
merupakan komunitas pinggiran yang berada dibawah pengaruh kekuasaan raja
Hindu yang sudah berkembang sebelumnya. Hal ini terlihat dari catatan
Marcopolo yang mengunjungi Aceh pada tahun 1292 M. Menurut Marcopolo
pada saat ia datang, Sumatera terbagi dalam delapan kerajaan kecil dan semua
kerajaan tersebut menyembah berhala kecuali Peureulak, karena Peureulak selalu
didatangi oleh pedagang muslim.
Menurut Al-Attas, masuknya Islam di Nusantara mesti berpegang pada
teori umum mengenai islamisasi Nusantara, di mana yang menjadi dasarnya
adalah karakteristik internal Islam di dunia Melayu-Indonesia yang ada saat ini.
Dalam hal ini Al-Attas mengatakan bahwa konsep-konsep, istilah istilah kunci
dalam literatur Melayu Indonesia tidak ada hubungannya dengan India, namun
berhubungan langsung dengan Arab. Meskipun ada beberapa istilah Persia,
Luthfi Aunie, Pranata Islam di Indonesia, pergulatan Sosial, Politik Hukum dan
Pendidikan(Yogyakarta: Logos, 2002), h. 135.
Madjid
menjelaskan
hubungan
agama
dan
budaya.Menurutnya, agama dan budaya adalah dua bagian yang dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan.Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena
perubahan waktu dan tempat.Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama
dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar
budaya di dasarkan kepada agama; dan tidak pernah terjadi sebaliknya. Oleh
karena itu agama adalah primer dan budaya adalah sekunder. Budaya bisa
merupakan ekspresi hidup keagamaan, karena ia sub-ordinat terhadap agama, dan
tidak pernah sebaliknya.
Tentang ajaran agama Islam, Harun Nasution melaporkan, Islam pada
hakikatnya mengandung dua kelompok ajaran.Kelompok pertama, karena
merupakan wahyu dari Tuhan, bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah
dan tidak bisa diubah.Kelompok kedua, karena merupakan penjelasan dan hasil
pemikiran pemuka atau ahli agama, pada hakikatnya tidaklah absolut, tidak
mutlak benar, dan tidak kekal.Kelompok kedua ini bersifat relatif, nisbi, berubah,
dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.
kedua
(ijtihad sebagai
metode
isthimbath
hukum
Islam).
Sedangkan cultural-nya adalah bentuk dan cara kegiatan Maulid Nabi Saw. yang
dilaksanakan berdasarkan wilayah, daerah, golongan, etnik, dan profesi. Ketika
Maulid dilaksanakan berdasarkan kearifan lokal (wilayah, daerah, golongan,
etnik, profesi) maka muncul lagi keanekaragaman khusus di dalam wilayah
tertentu dan tidak bertentangan dengan budaya induk.Hal ini disebut
sebagai subculture.Dan jika bertentangan dengan budaya induk, gejala itu
disebut counter culture.
Dengan mengaplikasikan kebudayaan Maulid Saw.ke dalam struktur dan
tingkat sebuah kebudayaan, maka tingkatan yang mendominasi perbedaan budaya
Maulid saw antara satu daerah dengan daerah lain, masyarakat satu dengan lain
adalah terjadi pada bentuk pelaksanaan Maulid Nabi Saw itu sendiri (cultures).
Indonesia merupakan Negara yang sarat akan tradisi dan budaya, baik itu
budaya yang berhubungan dengan adat istiadat, maupun yang berhubungan
dengan keyakinan keagamaan. Salah satu daerah yang paling terkenal akan
budaya yang bersinggungan dengan agama adalah Nanggro Aceh Darussalam,
yang sejak dari dulu sudah dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah.
Rusdi Sufi Dkk, Adat Istiadat Masyarakat Aceh (Banda Aceh: Dinas Kebudayaan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2002), h. 53.
menjadi
arah
semua
hal,
sesuatu
yang
dikejar,
sesuatu
yang
Ikutilah Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur Rosyidin yang mendapat
petunjuk setelahku. Berpengang teguhlah padanya dan gigitlah ia dengan gigi
9
Poespoprodjo, Filsafat Moral Kesusilaan Dalam Teori dan Praktek (Bandung: pustaka
Grafika, 1999), h. 34.
10
Sahrul, Sosiologi Islam(Medan: IAIN Press, 2011), h.82.
11
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) h. 203204.
12
Poespoprodjo, filsafath. 41.
geraham. Dan hindarilah hal-hal yang baru (dalam agama), karena semua yang
baru adalah bidah, dan setiap bidah adalah sesat. (HR. Ahmad dan atTirmidzi)13
Peringatan Maulid Nabi saw dikategorikan menyerupai perbuatan orangorang Nasrani, karena mereka juga memperingati Maulid Nabi Isa Alaihissalam.
Menyerupai orang-orang Nasrani adalah perbuatan yang sangat diharamkan.
Rasulullah saw bersabda:
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari
mereka. (HR. Ahmad dan Abu Dawud).14
Padahal Rasulullah saw melarang keras umatnya berlebih-lebihan dalam
memujinya, sebagaimana beliau bersabda:
Janganlah kalian memujiku (secara berlebihan) sebagaimana orang Nasrani
memuja Ibnu Maryam (Isa) secara berlebihan.Karena, sesungguhnya aku
hanyalah hamba Alloh, maka ucapkanlah (kepadaku), Hamba dan utusanNya. (HR. al-Bukhori)
Allah swt juga telah melarang tindakan berlebihan seperti itu dalam
firman-Nya:
Wahai ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian, dan
janganlah kalian mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.Sesungguhnya
al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Alloh dan (yang diciptakan
dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan
tiupan) roh dari-Nya.15
Dari dalil-dalil diatas inilah peneliti ingin melihat apakah dalam
pemahamannya kita menggunakan pemahaman tekstual atau lebih kepada
kontekstual yang dipahami masyarakat yang menjalaninya. Dikarenakan Maulid
atau peringatan kelahiran sosok Nabi yang membawa ajaran Islam, juga
13
14
15
Nisa: 171.
10
diperingati di Aceh dengan upacara yang khas dan bernuansa tradisi. Di sana,
terketemukan semangat kebersamaan masyarakat Aceh. Semangat yang
melingkupi gerak badan, gerak lidah, dan gerak tangan; dalam zikir dan
dalam meuseuraya (bergotong royong).Agama telah membantu mendorong
terciptanya persetujuan mengenai sifat-sifat dan isi kewajiban sosial tersebut
dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi menalurkan sikap-sikap para
anggota
masyarakat
dan
menetapkan
isi
kewajiban-kewajiban
sosial
16
11
Maka dari itu peneliti ingin membuat karya ilmiah ini dengan mengambil
judul :
PANDANGAN
PERAYAAN
MASYARAKAT
PERINGATAN
DARIFILSAFAT
ACEH
TERHADAP
TRADISI
KEUNURIE
MOULOED
DITINJAU
ISLAM,(STUDI
KASUS
MASYARAKAT
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian dari latar belakang tersebut di atas, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pandangan masyarakat Aceh di kecamatan Bakongan mengenai
pelaksanakan tradisi perayaan peringatan Keunurie Mouloed?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan Perayaan peringatan Keunurie Mouloeddi
kecamatan Bakongan?
3. Bagaimana tinjauan Filsafat Islam terhadap perayaan peringatan tersebut?
C. Batasan Istilah
Dari judul di atas, ada beberapa istilah yang perlu dibatasi pengertianya
agar istilah yang digunakan dalam judul tersebut diatas menjadi jelas dan tidak
memberikan salah pengertian maupun tafsiran ganda, istilah yang dimaksud
adalah:
1. Pandangan berasal dari kata pandang yang berarti penglihatan yang tetap dan
agak lama.17 Dan menjadi sebuah pemahaman di dalam diri seseorang.
2. Tradisi adalah kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih
dijalankan di masyarakat. Tradisi yaitu penilaian atau anggapan bahwa caracara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.18
3. Keunurie Mouloed yaitu kenduri atau perayaan Maulid Nabi Muhammad saw
yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Hijriah.
17
Tim Penyusun, Kamus Besar bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikn
Nasional, (Jakarta: balai Pustaka, Edisi Ketiga,2003), h. 821.
18
Ibid., h. 1208.
12
E. Kajian Terdahulu
Pembicaraan mengenai peringatan perayaan maulid, sejauh ini belum
peneliti temukan berbentuk sebuah karya tulis sejenis seperti tesis.Namun bukubuku yang menjelaskan mengenai tradisi ini banyak juga dijumpai, dari yang
menjelaskan secara spesifik maupun ringkas. Salah satu buku yang berbicara
tentang itu adalah karangan Nico Kaptein yang berjudul Perayaan Hari Lahir
19
Ibid., h. 433.
Ibid., h. 1198.
20
13
digunakan
oleh
saudara
Munir
dalam
penelitiannya,
yaitu
dia
mengkhususkan pada aspek penempatan tradisi yang bergeser dan menjadi lebih
14
luas dari yang biasanya. Maka dari itu walaupun tema yang peneliti pilih hampir
sama namun aspek pembahasannya berbeda.
F. Sistematika penelitian
Dalam penelitian ini, agar lebih terarah dan sesuai metode penelitian
perlu kiranya disusun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu dalam
penelitian ini akan disusun sistematikanya pada lima bab sebagai berikut:
Bab pertama, berisikan pendahuluan yang memaparkan latar belakang
masalah penelitian, perumusan masalah, batasan istilah, tujuan dan kegunaan
penelitian ini, kajian terdahulu dan sistematika penelitian.
Bab kedua, akan dibahas masalah pengertianperayaan dan peringatan,
pengertianmaulid nabi, keyakinan dan pola pemikiran masyarakat Aceh tentang
budaya, pengertian filsafat Islam dan alirannya.
Bab ketiga, akan dibahas masalah metode penelitian yang berisikan jenis
penelitian dan pendekatan ,subjek penelitian ,sumber data, teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data, teknik pemeriksaan keabsahan data
Bab keempat, merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang
melingkupi gambaran lokasi penelitian, pengenalan masyarakat Aceh, adat
budaya di Aceh, perayaan maulid di Aceh, pandangan masyarakat mengenai
maulid, bentuk pelaksanaan dan tata cara, dan tinjauan filsafat Islam terhadap
tradisi perayaan tersebut.
Bab kelima adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perayaan dan Peringatan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, perayaan adalah pesta
(keramaian) untuk merayakan sesuatu.Sedangkan merayakan adalah memuliakan
(memperingati, memestakan) hari raya atau peristiwa-peristiwa penting.21Pada
hari besar nasional dan keagamaan, masyarakat Aceh di kecamatan Bakongan
Kabupaten Aceh Selatan merayakannya dalam bentuk seremonial.Seperti hari
kemerdekaan Indonesia atau yang kita kenal sebagai 17-an. Warga Aceh
merayakannya dengan mengadakan berbagai perlombaan yang diadakan di
pelbagai tempat umum seperti lapangan, jalan, maupun lahan kosong.Demikian
juga pada maulid Nabi, warga masyarakat juga merayakannya secara
seremonial.Ini menandakan bahwa Maulid nabi adalah hari bersejarah bagi umat
Islam Indonesia.Khususnya masyarakat Aceh yang menjadikan Islam sebagai
agama sekaligus budaya, sehingga dapat kita jumpai banyak tradisi kebudayaan
Aceh telah berbaur dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Pada perayaan
peringatan Maulid nabi ini dapat kita lihat
21
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikn
Nasional, (Jakarta: balai Pustaka, Edisi Ketiga,2003), h. 935.
15
16
dihidangkan bagi mereka hidangan makanan, mereka memakannya dan setelah itu
pulang tanpa ada tambahan atas yang demikian itu.22
Menurut pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, maulid adalah
hari lahir (terutama
Muhammad, tempat lahir, dan peringatan hari lahir Nabi Muhammad. Acara akan
diisi dengan ceramah dan kegiatan lainnya pada bulan Rabiul awal. Sedangkan
bermaulid Rasul berarti memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw.23
Kelahiran nabi Muhammad saw ke muka bumi ini merupakan karunia Allah yang
teramat agung untuk umat manusia. Kehadirannya bagaikan matahari terbit yang
menghapus kegelapan malam.Ia bagai rembulan di malam purnama dan air di
tengah padang sahara. Cahayanya menjanjikan kebahagiaan dan kesejateraan
abadi.24
Sekitar 14 abad yang lalu, pada suatu malam di bulan Rabiul Awwal,
orang-orang kafir Majusi dikagetkan dengan padamnya api sesembahan mereka
yang selama ratusan tahun tidak pernah padam, pada malam itu juga penduduk
kota Mekkah dikagetkan dengan suara burung yang berterbangan di atas udara
dengan suara yang beraneka ragam, para Pendeta Ahli Kitab dari golongan
Yahudi dan Nasrani berkumpul dan memanggil pengikut mereka untuk beramairamai keluar dari rumah menyaksikan bintang besar yang berada di cakrawala
yang sejak dahulu belum pernah muncul dan belum pernah terlihat oleh ahli
perbintangan, singgasana raja Persia-pun bergoncang pada saat itu.25Itu semua
merupakan pertanda manusia istimewa pilihan Rabb semesta alam baru saja lahir
ke muka bumi setelah sembilan bulan berada dalam kandungan Siti Aminah.
Ketika Siti Aminah mengandung Nabi Muhammad Saw., ia tidak merasakan
seperti kandungan yang dialami oleh wanita-wanita hamil lainnya. Menurut suatu
riwayat, ketika mau atau sedang mengandung.Siti Aminah tidak pernah merasa
kelelahan dan kepayahan, meskipun kandungannya berumur tua. Selama
22
17
iamengandung pula, Siti Aminah kerap kali didatangi para Nabi yang
memberitahukan kepadanya bahwa yang dikandungnya itu akan menjadi pelita
dunia yang akan menerangi seluruh jagat raya dari Timur sampai Barat serta utara
maupun selatan. Dalam sejarah kehidupan Rasulullah, 12 Rabiul Awwal memiliki
makna tersendiri, selain menandai kelahiran Nabi, tanggal tersebut juga menandai
Hijrahnya Rasulullah ke Madinah, bahkan ada yang berpendapat pada tanggal
yang sama Rasulullah menghadap kepangkuan Allah swt.26
Sekitar enam ratus tahun setelah Nabi Muhammad saw wafat, di
kalangan umat Islam banyak yang telah melupakan ajaran Islam itu sendiri.
Kejahatan dan kemaksiatan merajalela,perbudakan, pencurian, serta diskriminasi
terhadap perempuan yang pada zaman Rasulullah dihapuskan kini kembali
marak.Umat Islam pada saat itu sudah tidak memiliki semangat keislaman seperti
pada zaman Rasulullah, apalagi saat itu umat Islam sedang mengalami kelelahan
dalam Perang Salib yang berkepanjangan.27Jika Islam menganjurkan kepada
umatnya untuk senantiasa memupuk persatuan dan perdamaian, maka dalam
kenyataannya sedikit demi sedikit umat Islam banyak yang saling melakukan
pertentangan, sekalipun adanya pertentangan itu hanya disebabkan oleh persoalan
kecil dan tidak penting.Dengan adanya perpecahan-perpecahan seperti itulah yang
menyebabkan kedudukan umat Islam semakin hari semakin lemah, dan akibat dari
kelemahan-kelemahan yang demikian itu maka sebagian negara-negara Islam
dikuasai oleh negara-negara adikuasa yang mayoritas dari Barat. Dalam keadaan
umat seperti itu, bangun dan bangkitlah Sultan Shalahudin al-Ayyubi, yang
terkenal dengan julukan Singa Padang Pasir. Sultan Shalahudin al-Ayyubi
bangkit dengan tujuan agar umat tidak sampai berlarut-larut melupakan dan
meninggalkan ajaran dan perjuangan Rasulullah Saw.Maka dianjurkanlah orangorang untuk menulis kembali riwayat kehidupan Nabi dan perjuangannya serta
dipentaskan pada acara seremonial untuk membacakan kembali sejarah Nabi
Muhammad Saw.Penelitian riwayat Nabi tersebut dikarang beberapa Ulama pada
saat itu, setelah selesai ditulis lalu kaum Muslimin diundang untuk mendengarkan
26
27
18
pembacaan riwayat kehidupan Nabi yang diselingi oleh jamuan- jamuan yang
telah disiapkan.28 Di zaman Khulafaul Rasyidin dan Daulah Umayyah serta
Abbasiyah, belum berkembang ide memperingati kelahiran atau Maulid Nabi,
sejarah mengungkapkan bahwa dimulainya peringatan Maulid nabi dimulai pada
masa Daulah Fathimiyyah pada abad 14 hijriyah. Acara itu berlangsung dengan
sangat meriah,29Raja Abu Said al-Malik al-Muzaffar30 (w. malam Rabu 18
Ramadhan 630 H) ipar dari Sultan Shalahudin al-Ayyubi adalah orang pertama
(pelopor) yang memperingati maulid Nabi Muhammad Saw secara besar-besaran
yaitu pada tahun 580 H/ 1184 M. Raja yang memerintah Kerajaan Arbil
(Arbelles) sebelah Timur Mosul Irak itu gagah berani, pandai mengatur strategi,
alim, saleh, dan adil, hidup dalam kesederhanaan, namun untuk memperingati
maulid nabi Saw, beliau mengadakannya selama tujuh hari tujuh malam yang
bertujuan untuk membacakan sejarah Nabi Muhammad Saw. Di samping itu
diadakan pula pekan raya sepekan di negeri tersebut, Salah satu contoh kebaikan
Malik al-Muzaffar adalah membangun Masjid Muzaffari di kaki gunung
Qasiyun.31Ibn Katsir pernah berkata: Dia (Malik al-Muzaffar) dulu selalu
menjalankan ibadah Maulid pada bulan Rabii dan merayakannya secara
meriah.32
Menurut Cendekiawan Mesir, Hasan As-Sandubi dalam bukunya: Tarikh
al-ihtifal bil Maulud an-Nabawi, min al-asr al-awwal ila asr Faruq al-awwal,
terbitan Kairo 1948, menuliskan bahwasanya penguasa Fatimi pertamalah yang
menetap di Mesir, al-Muidz al-Din Allah (memerintah 341H/953-365H/975) yang
untuk pertama kalinya merayakan Maulid Nabi dalam sejarah Islam.33 AsSundubi berasumsi bahwa al-Muidz al-Din Allah merayakan Maulid nabi karena
28
Ibid., h. 11
Abdul Hadi W.M, Perayaan Maulud Melintas Abad (Jakarta:Harian Pelita, Minggu,
11 November 1990), h. 10.
30
H.L. Gottschalk, Al-Malik Al-Kamil, h. 44, sebagaimana dikutip Nico Kapten,
Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta: INIS, 1994), h. 40.
31
Sebuah gunung terkenal di luar Damaskus
29
32
Lihat mengenai Ibn Katsir, (lk. 700/1300-772/1373) E.l. (2), iii, h. 817-818, art.oleh
H. Laoust. Teks yang dikutip As-Suyuti di sini hampir identik dengan teks Ibn Katsir, Al-bidayah
wa-n- nihayah fi t-tarikh, 14 jil. Al-Qahirah 1351-8/1932-9, jil. XI, h. 136-137, sebagaimana
dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta INIS, 1994), h. 48.
33
Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta:INIS, 1994), h. 20.
19
ingin
mencoba membuat
dirinya
populer
di
kalangan
rakyat
dengan
34
As-Sundubi, Tarikh al-ihtifal bil Maulud an-Nabawi, min al-asr al-awwal ila asr
Faruq al- awwal, al-Qahirah 1948, h. 63. Sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari
Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta:INIS, 1994), h. 20.
35
Khit. I, h. 390; dalam Khit., h. 83 dan Itt. III, h. 69 namanya diberikan sebagai berikut:
Jamal al-Mulk Musa ibn al-Mamun al-Bataihi. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan
Hari Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta:INIS, 1994), h. 7.
36
E.I. (2), i, h. 1091-1092, s.v. al-Bataihi, art.oleh D.M. Dunlop. sebagaimana dikutip
Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta:INIS, 1994), h. 7.
37
20
Jenis jamuan
Jumlah
1.
Kambing Panggang
5.000 ekor
2.
Ayam
10.000 ekor
3.
Keju
10.000 kg
4.
30.000 piring
Dewasa ini perayaan hari lahir Nabi Muhammad Saw (Arab. Maulid annabi) pada tanggal 12 Rabiul Awwal (=Rabii) merupakan satu dari tiga hari raya
muslim yang utama.42 Meskipun Maulid berbeda dari dua perayaan lainnya, yaitu
Hari Raya Buka Puasa (Id al-Fitr) dan Hari Raya Qurban (Id al-Adha) dimana
Maulid Nabi bukan hari raya agama, dan perayaannya tidak ditentukan oleh
41
21
Syamsuddin Daud, Adat Perkawinan Aceh (Adat Meukawen) (Banda Aceh: Boebon
Jaya, 2010), h. 1.
45
Hadih majayaitu sumber nilai dalam kehidupan orang Aceh, merupakan karya sastra
(lisan) yang dijunjung tinggi keberadaannya. Menurut Bakar, dkk (1985:273) menyebutkan bahwa
Hadih majaberarti ucapan-ucapan yang berasal dari nenek moyang yang tidak berhubungan
dengan agama, tetapi ada kaitannya dengan kepercayaan rakyat yang perlu diambil ibaratnya untuk
22
pentingnya adat dalam kehidupan manusia, hakikat adat orang Aceh, perlunya
menjunjung
tinggi
adat,
unsur
peradatan,
dan
pemangku
adat.Hadih
menjamin ketentraman hidup atau untuk mencegah terjadinya bencana, seperti adat istiadat pada
suatu upacara, aturan-aturan berpantang, ucapan-ucapan mengenai moral, dan lain-lain. sementara
hasjmy (1995: 539) menyebukan bahwa Hadih majamerupakan kata atau kalimat berhikmat,
sedangkan menurut Ali (1994:199), adalah nasihat dan peutuah nenek moyang yang mengandung
nilai-nilai dan pendidikan keagamaan.
46
Mohd. Harun, Memahami Orang Aceh(Medan: Citapustaka Media Perintis, 2009), h.
116.
47
Ibid., h. 116.
23
yang
didapat
oleh
manusia
sebagai
anggota
24
kesempurnaan
hubungan
manusia
dengan
sang
khalik
akan
Saifuddin dkk, Buku Daras PAI, Islam Untuk Disiplin Ilmu Antropologi (Departemen
Agama RI, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1996), h. 115
25
ruang lingkup dan objek kajian pemikiran Islam sebagaimana yang tertuang dalam
surat keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1982 terdapat 8 ( delapan)
bidang keilmuan Islam yang dikembangkan di Perguruan Tinggi Agama Islam
(STAIN,IAIN), yaitu (1) Al-Quran dan Hadis (2) Pemikiran Islam (3)
Perkembangan Modern dalam Islam (4) Hukum dan Pranata sosial dalam Islam
(5) Bahasa dan sastra Arab (6) Sejarah dan Kebudayaan Islam (7) Tarbiyah Islam,
dan (8) Dakwah Islamiyah.
Dari taksonomi ini secara umum pemikiran Islam dapat dikelompokkan
kepada dua, yaitu50:
1. Pemikiran Islam Murni, Sebagaimana tercukup dalam bidang kedua, yaitu
kalam, filsafat Islam, dan tasawuf
2. Pemikiran Islam terapan, sebagaimana termaktub dalam bidang ketiga,
yaitu perkembangan modern dalam Islam.
Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia
atau philosophos. Kata ini terdiri atas dua suku kata, philo dan sophia(sophos).
Kata philo berarti cinta, sedangkan kata sophiabermakna kebijaksanaan atau
kearifan.Jadi kata filsafat bermakna cinta kepada kebijaksanaan (the love of
wisdom).Filsafat merupakan salah satu asfek pemikiran yang sangat menonjol
dalam islam. Hal ini terbukti dengan lahirnya para filosof muslim diantaranya
seperti al-Kindi, al- Farabi, Ibn Sina, Ibn Bajjah, Ibn Tufail, Ibn Miskawaih dan
al-Ghazali. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang membahas hakekat dari segala
yang ada.
Istilah philosophia dan philosophos pertama kali digunakan oleh
phytagoras (582-507 SM), namun istilah ini lebih populer dizaman Socrates (469399 SM) dan Plato (427-347 SM).Di dalam membuat rumusan pemikiran filsafat,
para ahli berbeda pendapat. Menurut Plato, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
mencari hakekat kebenaran yang asli.
Filosof muslim, Al-Farabi (870-950), mengemukakan bahwa filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki
hakekat yang sebenarnya (al-ilm bi al maujudat bima hiya maujudat). Menurut
50
26
Syekh Nadin al-Jisr, salah seorang komentator pemikiran filsafat Ibn Tufail
(1100-1185),filsafat adalah usaha-usaha pikiran untuk mengetahui semua prinsip
pertama.51
Pemikiran filsafat masuk kedunia Islam melalui filsafat Yunani yang
dijumpai kaum muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah,
Mesopotamia, Persia dan Mesir. Kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke
berbagai daerah tersebut melalui ekspansi Alexander Agung, Raja Macedonia
(336-323 SM) Setelah mengalahkan Darius ada abad ke-4 SM di Arbela (sebelah
Timur Tigris).
Alexander
datang
dengan
tidak
menghancurkan
peradaban
dan
51]
27
al-Kindi (801-866).
b.
al-Razi (864-926).
c.
al-Farabi (870-950).
d.
e.
f.
al-Ghazali (1058-1111).
g.
h.
i.
a.
b.
c.
28
f.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk54
Dalam ayat ini Allah Swt memberikan pedoman-pedoman kepada RasulNya tentang cara mengajak manusia ke jalan Allah Swt. Yang dimaksud jalan
Allah Swt di sini adalah agama Allah yakni syariat Islam yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw. Allah meletakkan dasar-dasar seruan untuk pegangan bagi
umatnya.
Kata hikmah disinyalir sebagai sinonim dari kata sophia. Kedua kata ini
sama-sama memiliki makna kebijaksanaan atau kearifan.Dengan demikian,
substansi filsafat memang bisa ditemukan di dalam nomenklatur Islam.55
52
Ilhamuddin...h. 55-57.
Katimin, Mozaik pemikiran Islam (Bandung: Cipta pustaka, 2010), h. 118.
54
Q.S. An- Nahl : 125.
55
Ibid., h. 119.
53
29
hanya
Tuhan
yang
mengetahui
hikmah
dan
pemilik
hikmah.Manusia harus puas dengan tugasnya di dunia sebagai pencari dan pecinta
hikmah.Pengetahuan sejati, terutama untuk menentang kaum sofis yang
menamakan dirinya para bijaksana (sofos).Ia bersama pengikutnya menyadari
bukan orang yang sudah bijaksana, tetapi hanya mencintai kebijaksanaan dan
berusaha mencarinya. Dalam arti pengetahuan sejati (pengetahuan yang benar),
kata philosophia bertahan mulai plato sampai aristoteles, tetapi obyeknya meliputi
juga ilmu, yaitu usaha untuk mencari sebab yang universal.
Kebijaksanaan atau pengetahuan sejati itu tidak mungkin didapati oleh
satu orang. Sejarah mencatat bahwa setelah timbulnya seorang filsuf, muncul
kemudian filsuf lain yang mengoreksi penemuan yang pertama dan mengajukan
gagasan-gagasan yang memperbaharui gagasan yang pertama, demikianlah
seterusnya sepanjang kehidupan manusia berlangsung. Hal ini dimungkinkan
keinginan tahu manusia yang besar sebagai refleksi dari potensi kemampuan yang
dimilikinya yang dianugrahkan Allah Swt, yaitu akal, intuisi, alat indra dan
kekuatan fisik. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan filsafat adalah hasil kerja
berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan
universal.Sedangkan filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran filsuf tentang
keTuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu
aturan pemikiran yang logis dan sistematis.56
Filsafat
dipahami
sebagai
pengetahuan
rasional
tentang
segala
30
berkeliling, berjalan-jalan berkeliling. Kata ini juga menunjuk pada suatu tempat,
beranda dari peripatos. Dan dalam tradisi Yunani, kata ini mengacu pada suatu
tempat yang biasa digunakan oleh Aristoteles untuk mengajar sambil berjalanjalan.57Dalam tradisi filsafat islam paripatetik disebut dengan istilah masysyaiyyah
yang diambil dari kata masya-yamsyi-masyyan wa timsyaan yang juga memiliki
arti berjalan atau melangkahkan kaki dari satu tempat ketempat yang lain.
Terdapat beberapa ahli hikmah baik yang Islam maupun non Islam yang
dikelompokkan sebagai para filosof paripatetik. Dikatakan sebagai filosof
paripatetik dikarenakan oleh landasan epistemologi yang digunakan bagi filsafat
mereka berdasarkan rasional murni yang tersusun dari premis minor dan premis
mayor yang telah disepakati. Para filosof tersebut antara lain Plato, Aristoteles,
Plotinus. Sementara dari dunia islam antara lain al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Sina
yang kebetulan menjadi wakil para filosof paripatetik sebelumnya, serta
pemikirannya. Penekun filsafat paripatetik harus mampu menguasai, memahami
dan mengaplikasikan ilmu logika secara tepat, sebab ilmu ini sangat membantu
seorang filosof paripatetik meraih pengetahuan yang benar. Jadi, secara
metodologis, paripatetisme menggunakan ilmu logika agar bisa memperoleh
kebenaran. Berikut adalah pemikiran salah satu tokoh filosof paripatetik:
Abu Ali Hussein ibn Abdullah ibn Sina, yang di Barat dikenal dengan
nama Avicenna dilahirkan pada tahun 370 H / 980 M di Afsyana dekat Bukhara,
dan meninggal di Hamadan pada tahun 428 H/1037 M. Di Timur ia dikenal
sebagai Hujjat al-Haqq (bukti sang Tuhan/kebenaran), Ia terlahir dari keluarga
yang menganut paham ismailiyah. Sejak usia dini, Ibn Sina sudah menunjukkan
bakatnya yang luar biasa terhadap ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan
ayahnya yang selalu memperhatikan pendidikannya . di usianya yang kesepuluh,
Ibn sina sudah menguasai keseluruhan Alquran dan tata bahasa, dan sudah mulai
mempelajari logika dan matematika. Setelah menguasai logika dan matematika,
ia pun segera beranjak untuk mempelajari fisika, metafiska, dan kedokteran
kepada Abu Sahl al-Masihi. Di usianya yang ke enam belas ia sudah mahir dalam
57
31
eksistensi
universal
yang
menentukan
seluruh
atribut
dan
kualitasnya.59Kajian Ibn Sina yang menjadi ciri utama dari seluruh gagasan
ontologinya adalah mengenai perbedaan yang sangat mendasar tentang segala
sesuatu.Perbedaan itu adalah mengenai kuiditas atau esensi (mahiyah) sesuatu dan
eksistensinya
(wujud)
sesuatu,
berikut
keniscayaan,
kemungkinan,
dan
Sayyed Hosain Nasr, Tiga Mazhab Utama Filsafat Islam (Yogyakarta: IRCiSoD,
2006), h. 46.
59
Ibid., h. 52.
32
untuk
membawanya
pada
perumpamaan.
Misalnya,
ketika
seseorang
membayangkan seekor ayam jantan, maka secara tidak langsung orang itu dapat
membedakan gagasan tentang ayam jantan tersebut yang meliputi warna, bentuk,
dan sebagainya yang disebut sebagai kuiditas (mahiyah) dengan ayam jantan itu
sendiri yang ada pada realitas external yang disebut exsistensi (wujud).
Di dalam pikiran kuiditas sesuatu tidak terikat dengan eksistensinya
artinya bahwa setiap orang dapat memikirkan apapun, kendati apa yang dipikirkan
itu tidak ada pada realitas eksternal. Seperti ketika seseorang bisa berpikir tentang
manusia yang bersayap, yang pada realitasnya eksternalnya manusia bersayap itu
tidak ada. Namun dalam realitas eksternal kuiditas dan eksistensi itu adalah hal
yang sama, tak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Artinya
bahwa kuiditas dan eksistensi itu bukanlah dua hal yang memiliki realitas
eksternal masing-masing melainkan pada realitas eksternal keduanya itu adalah
satu komponen yang membentuk satu realitas di dalam realitas eksternal. Dari
penjelasan di atas, dapat kita hubungkan langsung denganpokok permasalahan
yang akan menjadi dasar prinsip (ashl) Ibn Sina adalah tentang pendapat beliau
yang menyatakan bahwa eksistensilah yang memberikan realitas pada setiap
kuiditas. Walaupun beberapa abad berikutnya, pendapat ini mendapat kritikan
keras dari pilosof Suhrawardi yang justru memiliki konsep yang berbeda dengan
konsep (ashl) Ibn sina. Dan persoalan ini akan kami bahas pada pembahasan
berikutnya seputar Suhrawadi.
Hal lain yang menjadi perbedaan mendasar mengenai kuiditas dan
eksistensi dalam sudut pandang Ibn Sina adalah mengenai pemilahan beliau
tentang wujud niscaya (wajib), mungkin (mumkin), dan mustahil (mumtani).
Inilah formulasi original dari Ibn Sina yang disepakati oleh para filosof
setelahnya.
a. Niscaya ( wajib)
Apabila kuiditas tidak dapat dipisahkan dari eksistensinya, namun
ketiadaannya adalah hal yang mustahil karena akan menimbulkan kontradiksi
itulah disebut dengan wujud niscaya (wajib). Dalam kasus ini, kuiditas dan wujud
33
merupakan hal yang sama, kuiditasnya adalah wujud dan wujud adalah kuiditas.
Sesuatu yang dapat kita nisbatkan sebagai wujud niscaya ini adalah Tuhan, yang
keberadaannya
adalah
sebuah
keharusan,
sebab
keniscayaan-Nya
akan
34
35
Akal Kedua
36
Dari definisi yang termaktub di atas dapat kita lihat bahwa para ahli lebih
mengaitkan istilah isyraqi ini dengan periode pra-Aristotelian sebelum filsafat
murni dirasionalisasikan dan ketika jalan untuk mencapai ilmu pengetahuan masih
bersifat intuitif.Maka dari itu Suhrawardi mengikuti definisi kebijaksanaan Isyraqi
yang serupa.Yang menunjukkan bahwa landasan epistemologi filsafat Suhrawardi
tidak hanya terfokus pada nalar intelektual yang berpusat pada rasional murni
sebagaimana yang dilakukan oleh para filosof Paripatetik melainkan juga
berporos
pada
penalaran
intelektual
intuitif.Seperti
ungkapannya
yang
Ibid., h. 102
37
didominasi oleh para ahli hukum (ulama), yang pada akhirnya berakhir atas
hukuman yang dijatuhkan padanya oleh saladin yang didasarkan atas permohonan
para ahli hukum tersebut dengan alasan bahwa Suhrawardi telah menyebarkan
ajaran-ajaran yang bertentangan dengan keimanan. Akhirnya Suhrawardi pun
dijebloskan ke dalam penjara dan meninggal pada tahun 587 H atau 1191 M,
tanpa diketahui penyebab khusus dari kematiannya.Beliau meninggal pada usia
yang masih tergolong muda jika dibandingkan dengan para ahli hikmah
sebelumnya yaitu pada usianya yang ke 38. Dalam jengkal kehidupannya sang
guru iluminasi ini telah menulis hampir lima puluh karya baik dalam bahasa arab
maupun persia, yang sebagian besar dari karyanya masih bisa ditemukan hingga
sekarang.
Pembahasan yang menarik tentang pemikiran Suhrawardi ini antara lain
mengenai kritikannya terhadap filsafat paripatetik yang sebelumnya pernah
dibawa oleh filosof muslim Ibn Sina. Salah satu yang menjadi objek kritikannya
terhadap pandangan Ibn Sina dan para filosof aristotelian lainnya adalah mengenai
keberadaan segala sesuatu, apakah yang membuat segala sesuatu itu ada eksistensi
ataukah kuiditas.Jika menurut sudut pandang Ibn Sina bahwa eksistensilah yang
membuat kuiditas itu ada sementara menurut Suharawardi bahwa kuiditaslah yang
membuat eksistensi itu ada.Menurutnya bahwa yang memiliki realitas dan
merupakan prinsip itu adalah quiditas atau esensi, sementara eksistensi itu
hanyalah aksiden yang ditambahkan pada esensi.Pandangan yang mengutamakan
esensi dari pada eksistensi ini yang disebut sebagai prinsipialitas esensi (ashalatul
mahiyah).Kendati prisnsip ini mendapat kritikan pedas oleh filosof sesudahnya
yaitu Mulla Shadra yang menafsirkan seluruh kebijaksanaan isyraqi sesuai dengan
pandangan bahwa wujudlah yang merupakan prinsip (ashalatul wujud) bukan
mahiyah.hal inilah yang menjadi salah satu objek kritikannya terhadap filsafat
paripatetik selain kritikan yang lain atas proses penciptaan yang diusung oleh para
filosof paripatetik seperti Plotinus, al-Farabi, dan Ibn Sina.
Sebagaimana telah diuraikan di atas mengenai proses penciptaan yang
diluncurkan oleh para filosof paripatetik
38
konsep emanasi yang hanya dibatasi sampai akal kesepuluh saja. Menurut
Suhrawardi seharusnya tidak dibatasi hanya sampai akal kesepuluh, melainkan
bisa terus dilanjutkan bahkan sampai akal keseratus, seribu, dan seterusnya.
Sehingga dari sini Suharawardi menawarkan konsep emanasi yang berbeda seperti
apa yang telah ditawarkan oleh para filosof paripatetik. Pada pembahasan ini
Suhrawardi memakai istilah cahaya untuk menjelaskan proses penciptaan. Proses
iluminasi ini dimulai dari Nur al Anwar yang merupakan sumber dari segala
cahaya yang ada atau dengan kata lain yang kita sebut sebagai Tuhan, kemudian
dari Nur al Anwar ini lahirlah sebuah cahaya yang disebut sebagai nur al-Aqrab.
Dinamakan nur al-Aqrab karena kedekatannya pada nur al-Anwar sebagai pusat
cahaya dan tidak ada lagi cahaya lain yang lebih dekat melebihi kedekatan yang
dimiliki oleh nur al-Aqrab. Kemudia dari nur al-Aqrab ini lahirlah cahaya ketiga,
kemudian dari cahaya ketiga muncullah cahaya keempat, dan dari cahaya keempat
timbullah cahaya kelima, terus menerus seperti itu hingga melahirkan banyak
cahaya.Perlu juga diingatkan bahwa cahaya yang berada di bawah Nur al Aqrab
dan seterusnya tetap mendapatkan cahaya dari nur al Anwar walaupun tetap juga
mendapatkan pancaran cahaya dari atasnya.
Al- Israq dimaknai sebagai iluminasi.Istilah ini diartikan sebagai cahaya
pertama pagi hari, yakni cahaya matahari dari timur.Jadi, kata israq bermakna
pancaran cahaya.Sementara itu, kata isyraq dikaitkan dengan kata syaraq, artinya
timur.Timur dimaknai sebagai dunia cahaya tanpa kegelapan. Jadi, ia dikaitkan
dengan dunia cahaya. Dalam konteks ini, kata timur tidak saja berarti timur secara
geografis, tapi timur secara simbolis, bahwa ia berarti awal cahaya, sebab timur
sebagai sumber cahaya, seperti cahaya pagi muncul dari sebelum timur (makna
geografis). Sementara isyraqiyyah diartikan sebagai metafisika cahaya sebab itu,
filsafat israqiyyah disebut pula sebagai filsafat ketimuran, dan ia didasari kepada
metafisika cahaya. Demikianlah asal-usul kata israq.Dengan demikian, istilah
hikmah al- Israqiyah berarti kebijaksanaan cahaya, kebijaksanaan Iluminasi, dan
kebijaksanaan timur. Sebab itulah, inti filsafat iluminasi ini sendiri adalah ilmu
39
tentang cahaya, baik teori sifat maupun cara pembiasan cahaya. Dengan kata lain,
filsafat ini didasari oleh metafisika cahaya.66
c. Aliran Irfan (tasawuf)
Di tengah khalayak pada umumnya, aliran Irfan biasa dikenal sebagai
aliran tasawuf dan para pelakunya disebut sufi. Berbeda dengan filsafat yang
bertumpu pada penalaran rasional, sementara tasawuf bertumpu pada pengalaman
mistik yang bersifat supra-rasional.Jauh sebelum kelahiran Syaikh Isyraq
pembahasan tasawuf dibedakan dengan pembahasan filsafat, seperti pada masa
Ibn Rusyd dan sebelumnya.Namun pada masa Suhrawardi, sudah mulai terlihat
adanya upaya untuk menyatukan kedua hal tersebut.dibuktikan dengan pemikiran
filosofisnya yang tidak hanya dibangun atas usaha-usaha rasional semata tapi juga
melibatkan usaha-usaha intuitif.
Seperti yang sudah kami singgung di atas bahwa kaum sufi
mendapatkan pengetahuan tentang segala sesuatu melalui pendekatan-pendekatan
intuitif atau yang bersifat perenungan, dan pendekatan ini bertumpu pada hati.
Sangat berbeda dengan para filosof yang mendapatkan pengetahuan mereka
melalui pendekatan-pendakatan rasional yang bertumpu pada akal atau rasio.
Menurut kaum sufi perolehan pengetahuan yang didapatkan melalui pendekatan
intuitif sangat berbeda dengan pendekatan rasional, karena dengan menggunakan
metode pendekatan intuitif ini seseorang dapat langsung mengetahui objek
pengetahuan tanpa harus melewati perantara. Artinya bahwa dengan cara ini kaum
sufi bisa melihat realitas pengetahuan yang diinginkan tanpa adanya sekat-sekat
yang membatasi mereka. Sementara para filosof yang menggunakan pendekatan
rasional dalam mencapai pengetahuan akan terhambat oleh sekat-sekat yang harus
diterima oleh akal itu sendiri sebagai poros dari kegiatan rasional. Sesuai dengan
pertanyaan yang dimunculkan oleh sufi agung jalaluddin rumi, bisakah anda
menyunting mawar dari M.A.W.A.R.67maksudnya adalah bahwa para filosof bisa
memahami bunga mawar itu dengan mengetahui terlebih dahulu huruf-huruf yang
digunakan untuk menyusun kata mawar, sementara kaum sufi bisa langsung
66
67
40
mengetahui bunga mawar tanpa harus mengetahui nama dari bunga mawar
tersebut. sama halnya juga dengan cinta walaupun sudah banyak para ahli yang
mencoba untuk mendifinisikannya, namun tetap saja seseorang tak akan pernah
mengerti arti cinta yang sesungguhnya ketika ia belum merasakan sendiri rasanya
jatuh cinta. Begitu juga dengan pengetahuan sejati, tak akan pernah bisa dipahami
dengan benar apabila seseorang tidak mencoba untuk melihat pengetahuan itu
sendiri (mengalami). Pendekatan seperti inilah yang disebut oleh ahli sufi sebagai
pendekatan intuitif, yang terkadang juga sering disebut sebagai ilmu laduni atau
ilmu huduri (ilmu yang diperoleh secara langsung). Jadi kesimpulannya bahwa
kaum sufi lebih mengandalkan hati sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan
ketimbang akal.
Untuk membahas kajian Irfan ini lebih jauh lagi, kami akan mengambil
satu tokoh yang sekiranya dapat mewakili pemikiran tokoh-tokoh sufi lainnya
yaitu Ibn Arabi. Ibn Arabi ini merupakan seorang Sufi agung yang dikenal
melalui konsep wahdat al wujudnya.
Abu Bakar Muhammad bin al-Arabi al-Hatimi al-Thai atau yang biasa
di panggil Ibn Arabi, dilahirkan di Murcia, Spanyol Selatan pada tahun 560
H/1165 M. Beliau lahir dari rahim seorang wanita asli arab yang berasal dari Suku
Thai. Di tengah masyarakat beliau juga dikenal dengan panggilan Syeikh alAkbar
(guru
teragung)
atau
Muhy
al-Din(penghidup
agama).
Setelah
41
Sebagaimana yang telah saya ungkit di atas, bahwa Ibn Arabi itu dikenal
dengan konsep wahdat al wujud-nya . yang artinya bahwa wujud sejati itu
hanyalah satu Dia lah Allah, Tuhan alam semesta, sumber segala kebenaran.
sementara alam hanyalah manifestasi dari wujud sejati yang di dalam dirinya
tidak memiliki wujud sebagaimana wujud sejatinya Tuhan.
Hubungan wujud sejati dengan alam biasanya beliau gambarkan dengan
gambar wajah yang muncul dari sebuah cermin.Sesuai dengan perkataan
beliau,wajah itu satu, tetapi cermin seribu satu, artinya bahwa wajah sejati
Tuhan itu terpantul dalam ribuan cermin.Keberagaman model dari pantulan
tersebut tergantung kualitas dari kaca yang memantulkan wujud sejati.Hingga dari
sinilah muncul berbagai macam bentuk makhluk yang tercipta dari pantulan wajah
Tuhan yang semuanya berbeda karena kualitas kaca yang memantulkan juga
berbeda. Bisa kita ambil contoh ketika kita memasuki rumah kaca yang setiap
sudutnya penuh dengan kaca yang berbeda dari segi kualitasnya, ketika kita
memasuki rumah tersebut tentu kita akan menyaksikan banyaknya bayangan kita
yang terlihat dengan bentuk yang berbeda-beda tergantung jumlah kaca yang
terdapat dalam rumah tersebut. oleh karenanya kebinekaan yang ada di alam
semesta ini seharusnya tidak mengelabui pandangan kita, bahwa masing-masing
dari mereka memantulkan wajah Tuhan, maka dimanapun kita menghadapakan
wajah, maka disitulah kita akan menemukan wajah Tuhan. Dan keberadaan alam
semesta ini sangat bergantung kepada kehadiran Tuhan. Karena jikalau Tuhan
menarik kehadirannya, maka alam semesta ini pun akan lenyap, sebagaimana
lenyapnya bayangan kita ketika kita menghindar atau menjauhkan diri dari kaca
tersebut.
Bagi Ibn Arabi, kehadiran Tuhan itu begitu jelas, bahkan terlalu jelas
untuk kita sadari. Sebagaimana kelalawar yang tak bisa melihat matahari bukan
karena matahari itu tidak ada, melainkan karena cahayanya yang terlalu terang
sehingga membuat kelalawar kesulitan untuk melihatnya.
Konsep kosmologi yang ditawarkan oleh Muhy al Din ini sangat berbeda
dengan konsep yang pernah ditawarkan oleh para filosof paripatetik dan
iluminasi. Ibn Arabi mengatakan bahwa segala yang ada di alam semesta ini
42
hanyalah manifestasi Tuhan, yang tidak akan mungkin ada tanpa keberadaannya.
Seperti akal pertama merupakan manifestasi awal dari Tuhan, kemudian disusul
dengan jiwa universal disambung dengan tabiat universal, begitu seterusnya
hingga mencapai tahapan manusia yang menyimbolkan manifestasi yang paling
sempurna dari Dzat yang maha sempurna. Dalam konsep kosmologi yang
ditawarkan oleh para filosof menyebutkan bahwa alam fisik adalah emanasi
terendah dari Tuhan, beda halnya dengan kaum sufi yang menempatkan
keberadaan Tuhan di setiap manifestasi yang ada.68
69
43
Pada waktu itu Isfahan merupakan kota yang sangat penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan islam. Dan di sinilah beliau berguru dengan
seorang teolog Baha al Din al Amili.Kemudian melanjutkan pendidikannya
bersama Mir Abu al-Qasm Fendereski seorang filosof paripatetik.Namun guru
yang paling utama yang pernah mengajar Mulla Sadra adalah seorang filosof
sekaligus teolog yaitu Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan
Mirdamad, beliau adalah seorang tokoh sekaligus penggagas berdirinya pusat
kajian filsafat dan teolog yang hingga kini dikenal sebagai aliran Isfahan.
2). Masa kezuhudan dan pembersihan jiwa di Kahak.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Isfahan, akhirnya beliau
memutuskan untuk hijrah ke daerah kahak sebuah desa pedalaman yang tidak
terlalu jauh dari Qum. Di sinilah sang tokoh Hikmah Mutaaliyah ini mulai
menjalani kehidupannya sebagai seorang yang zuhud, menjauhkan diri dari halhal yang bersifat duniawi guna mendapatkan kesucian hati dan kebersihan jiwa.
Sebagian mengatakan bahwa beliau menjalani kehidupannya sebagai seorang
yang zuhud selama tujuh tahun, sebagian lagi mengatakan sebelas tahun 70.
3). Masa dimana beliau diposisikan sebagai pengajar sekaligus peneliti di Syiraz.
Berawal dari desakan masyarakat yang meminta beliau untuk menjadi
pengajar di Madrasah Allah Wirdi Khan, ditambah lagi dengan Syah Abbas II
seorang khalifah dari dinasti Safawi yang mengajukan permintaan yang sama
terhadap beliau. akhirnya beliaupun menyanggupinya dan menyulap kota
kelahirannya itu menjadi pusat studi ilmu pengetahuan yang terkenal hingga
seluruh pelosok Persia yang mengembangkan berbagai cabang ilmu seperti,
filsafat, astrologi, fisika, kimia, dan matematika.
Landasan epistemologi yang digunakan dalam filsafat hikmah ini
sebetulnya tidak terlalu beda dengan landasan epistemologi yang digunakan
Suhrawardi dalam filsafat iluminasi. Mulla Sadra juga percaya bahwa jalan untuk
mendapatkan pengetahuan itu tidak hanya melalui akal saja melainkan bisa juga
ditempuh melalui jalur yang bersifat intuitif (mistik).
70
Ibid., h. 168.
44
Berbicara tentang wahdah Mulla sadra percaya bahwa wujud itu hanya
satu, namun yang membedakan satu wujud dengan wujud yang lainnya itu adalah
esensi yang dimiliki oleh masing-masing wujud itu sendiri.Menurut Prof Mulyadi
Kartanegara dalam bukunya gerbang kearifan,mengatakan bahwa konsep
wahdatul wujud Mulla Sadra ini lebih dekat dengan konsep cahaya yang diusung
oleh Suhrawardi.Suhrawardi mengatakan bahwa cahaya pada hakikatnya hanyalah
satu, namun yang membedakannya adalah intensitas dari cahaya tersebut. Bagi
Mulla Sadra semua wujud itu sama saja apabila dipandang dari sisi
kewujudannya, hatta wujud Tuhan sekalipun dapat disamakan dengan wujud
kerikil jika dipandang dari kewujudannya, namun sekali lagi kami tekankan
bahwa yang membedakan wujud satu dengan wujud lainnya itu adalah
berbedanya tingkat gradasi yang dimiliki oleh tiap-tiap wujud.
Kemudian mengenai ashalah
(principality),menurut
Mulla Sadra
45
Ibid, h. 175
46
47
BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Hilman Hadikusuma mengungkapkan metode ilmiah untuk
menjawab persoalan dalam Antropologi agama ada empat macam, yaitu Historis,
Normatif, Deskriptif dan Empiris.Dengan demikian, metode yang tepat untuk ini
adalah dengan Participant Observation.Apa yang dikatakan metode normatif oleh
Hadikusuma tidaklah menujukkan metode yang dipakai dalam mendapatkan dan
menginterpretasikan data.Masalah norma yang berlaku di tengah masyarakat
bukanlah metode, tetapi objek yang diteliti.Norma yang dipegang masyarakat
tersebut dapat diteliti secara ilmiah, baik historis, deskriptif ataupun empirik, bisa
diketahui dengan mewawancarai dan mengamati pemeluknya. Akan tetapi, norma
yang datang dari Tuhan yag diungkap dalam ayat kitab suci tidak dapat diteliti
secara ilmiah. Ketika norma dan kepercayaan tersebut telah dimiliki oleh manusia
(baik manusia itu para ulama atau pemuka agama, maupun orang awam pengikut
biasa), ia dapat mejadi objek kajian Antropologi.
72
47
48
individu
bersangkutan.Selain itu, para individu tersebut sejak kecil telah diresapi dengan
nilai budaya yang hidup dalam masyaraatnya sehingga konsep-konsep itu sejak
lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah sebabnya nilai-nilai budaya
dalam satu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain
73
49
berikutnya adalah
merupakan sumber nilai bagi sistem budaya suatu masyarakat yang dapat
dijadikan pedoman bagi tindakan terpola bagi anggota masyarakat tersebut
sehingga masyarakat dapat melakukan tindakan yang terkontrol.Oleh karena itu,
75
50
33.
80
Danim Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung : Pustaka Setia, 2002), h. 41.
51
2004), h. 5.
82
Robert C. Bogdan and Sari Knop Biklen, Qualitative Research For Education
(London : Allyn and Bacocn, inc, 1982).
52
sampling
83
Robert K Yin, Studi Kasus Desain dan Metode (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2009), h. 18.
84
Sugiyono, Metode Penelitian... 218.
85
Salim, Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: Ciptapustaka, 2010), h.
143.
86
Sugiyono h,... 219.
53
C. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
1. Data primer yaitu hasil pengamatan dan keterangan langsung yang diberikan
Masyarakat, Tokoh Adat,dan Tokoh Agama, dan Tokoh pejabat pemerintahan
setempat.
2. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan berupa kajian ilmiah seperti bukubuku yang berkaitan dengan masalah penelitian.
penelitian
ini,
peneliti
menggunakan
beberapa
teknik
pengumpulan data yang menjadi ciri khas penelitian kualitatif yang mampu
memberikan data yang dibutuhkan oleh peneliti yaitu:
1. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data
melalui tanya jawab dan dialog untuk diskusi dengan informan yaitu beberapa
informan yang dianggap mengetahui banyak informasi tentang tradisi keunurie
mouloed di Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan. Sebagaimana
dijelaskan Lofland, bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya merupakan data tambahan. Dalam hal ini
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu dan
merupakan proses untuk kepentingan penelitian dengan cara dialog antara peneliti
sebagai pewawancara dengan informan atau yang memberi informasi untuk
mendapatkan data yang akurat dan konkrit.87
Wawancara ini merupakan suatu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan
atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam (in-
87
54
dept-interview) karena ingin menggali informasi secara langsung dan jelas dari
informan. Berdasarkan cara pelaksaannya wawancara dibagi dua jenis yaitu :
a. Wawancara berstrukur adalah wawancara secara terencana yang berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara
Semiterstruktur
adalah
jenis
wawancara
dimana
dalam
88
55
56
dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca
berulang kali sehinggga peneliti mengerti benar permasalahanya, kemudian
dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari
subjek.Selanjutnya dilakukan interpretasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya
mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.
sehingga
kualitas
data
dapat
diandalkan
dan
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Kabupaten Aceh Selatan menjadi kabupaten Aceh Barat Daya yang
meliputi kecamatan Manggeng, Tangan-Tangan, Blang Pidie, Susoh, Kuala Batee,
dan Babahrot.
Bentuk dan pola pemukiman yang linier dengan jalan utama (Kolektor
Primer) telah menghubungkan kabupaten Aceh Selatan mulaidari jalur jalan
Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat)Jeuram (KabupatenNagan Raya) Blangpidie
(Kabupaten Aceh Barat Daya) Tapaktuan Bakongan (Kabupaten Aceh
Selatan) hingga ke daerah- daerah yang ada di wilayah Propinsi Sumatera Utara.
Kecamatan Bakongan merupakan salah satu kecamatan yang berada pada
kabupaten Aceh Selatan Propinsi Nanggro Aceh Darussalam,yang beribukota di
Keude Bakongan dan mempunyai luas kecamatan 27.415 Ha.
Wilayah kecamatan Bakogan mencakup kawasan andalan pesisir pantai.
Pantai Barat-Selatan Propinsi Aceh, dimana sebagian besar dan kawasan
pemukiman diperkotaan berbatasan langsung dengan Laut Dam Pesisir Pantai
Barat-Selatan. Kecamatan Bakongan memiliki batas-batas wilayah yaitu:
-
arti penting dan strategis, baik dari sisi ekonomi, politik, budaya serta stabilitas
ketertiban dan keamanan.
57
58
1.
Topografi
Kondisi topografi kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri dari
59
Demografi
Kependudukan merupakan faktor penentu perekonomian karena
penduduk tidak hanya sebagai pelaku tetapi juga sebagai sasaran pembangunan
terutama dalam hal investasi pendidikan yang merupakan posisi sentral dalam
pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, oleh sebab itu pendidikan juga merupakan alur tengah dari seluruh
sektor pembangunan, dimana salah satu tujuan dari pelaksanaan pembangunan
adalah meningkatkan kesejahteraan dari penduduk itu sendiri. Oleh karenanya
pengelolaan penduduk perlu diarahkan pada pengendalian kuantitas, peningkatan
kualitas serta pengarahan mobilitasnya guna menunjang kegiatan pembangunan.
60
Tabel 1
Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Tahun 2009
Kampung
Jumlah
Penduduk(Jiwa)
Kepadatan
Penduduk(Jiwa/Km2)
Jumlah Rumah
Tangga
Ujung Mangki
659
23,45
158
Keude Bakongan
3. 768
753,60
780
Snb.Alur Buluh
367
14,68
110
Ujung Tanoh
1.061
44,02
183
Ujung Gunung
Cut
108
8,71
50
Ujung Padang
543
30,17
151
Kmpg. Drien
315
17,21
91
Bukit Gadeng
1.325
51,72
353
Rambong
528
50,77
132
Snb.Keranji
424
17,45
111
Uj. Gunong
Rayek
305
34,66
77
Beutong
252
21,82
68
Jambo Keupok
1.153
38,52
235
934
39,38
275
Kampung Baru
261
29,23
81
Jumlah
12.003
43,78
2.855
61
Buruh/
Kampung
Pedagang Industri
PNS Pegawai
Padi
Nelayan Lainnya
RT
Swasta
Ujung
Mangki
20
101
15
16
Keude
Bakongan
95
255
225
152
50
Snb.Alur
Buluh
108
Ujung Tanoh
171
Ujung
Gunung Cut
48
Ujung
Padang
128
10
Kmpg. Drien
87
Bukit
Gadeng
306
35
10
Rambong
121
Snb.Keranji
87
Uj. Gunong
Rayek
72
Beutong
61
Jambo
Keupok
226
Alur Dua
Mas
268
Kampung
Baru
59
15
62
Jumlah 2009
1.857 376
333
202
66
2008
1.871 376
394
199
67
63
Tabel III
Jumlah Sekolah Umum dan Agama Menurut Tingkat Pendidikan di
Kecamatan Bakongan Tahun 2009
Perguruan
Kampung
SD/
MI
SMP/MTs
N
SMU/M
A
Tinggi
Agama
/Non
Agama
Ujung Mangki
Keude Bakongan
1/1
Snb.Alur Buluh
Ujung Tanoh
Ujung Padang
Kmpg. Drien
Bukit Gadeng
Rambong
Snb.Keranji
Beutong
Jambo Keupok
Kampung Baru
Jumlah 2009
13
3/1
2008
13
3/1
64
Tabel IV
Jumlah Sarana Peribadatan di Kecamatan Bakongan Tahun 2009
Kampung
Mesjid
Meunasah
Gereja
Pura/Camat
Vihara
Ujung Mangki
Keude
Bakongan
Snb.Alur Buluh
Ujung Tanoh
Ujung Gunung
Cut
Ujung Padang
Kmpg. Drien
Bukit Gadeng
Rambong
Snb.Keranji
Uj. Gunong
Rayek
65
Beutong
Jambo Keupok
Kampung Baru
Jumlah 2009
13
19
2008
13
20
66
1). Faktor internal daerah: perilaku perekonomian yang masih bertumpu pada
sektor agraris dan sebagian besar tenaga kerja bekerja pada sektor ini, padahal
sektor ini sangat peka terhadap perubahan jenis tanah dan kedalaman efektif,
topografi, cuaca, dan bencana alam. Produksi pertanian berupa bahan mentah
yang belum diproses menjadi bahan setengah jadi sehingga tidak memberikan
nilai tambah bagi perekonomian daerah. Di samping itu, investasi pengelolaan
potensi-potensi pertambangan belum optimal, belum ada energi penggerak
industri kecil dan menengah. Sarana dan prasarana jalan sebagai urat nadi
ekonomi daerah juga masih belum lancar.
2). Faktor eksternal daerah: Komoditi unggulan yang dipasarkan ke luar daerah.
Akan mengakibatkan pola permintaan dan harga dan distribusi ditentukan oleh
pelaku-pelaku bisnis dari luar daerah. Proses produksi hasil-hasil pertanian
menjadi bahan jadi dilakukan di luar daerah. Bahan-bahan bangunan non lokal
dipasok dari luar daerah, menyebabkan ongkos bangunan menjadi lebih mahal.
Namun sampai saat ini, pembangunan sektor pertanian yang telah
dilakukan belum juga mampu menjadikan sektor tersebut menjadi sektor
unggulan yang berbasis pada agrobisnis dan agro industri. Pemerintah Daerah
sangat menyadari hal tersebut, untuk itu perlu dilakukan revitalisasi pembangunan
pada sektor pertanian tersebut melalui perencanaan yang matang dan terintergrasi
dengan melibatkan SKPK terkait dalam pelaksaannya, seperti pengembangan
kawasan pertanian tanaman pangan dan holtikultura yang berbasis agribisnis,
pengembangan sentra peternakan dan pembibitan ternak, pengembangan kawasan
minapolitan, pengembangan kawasan perkebunan, pengembangan kawasan hutan
tanam industri serta pengembangan kawasan industri (KI) pengolahan terpadu
yang berbasis pertanian.Selain sektor primer, pertumbuhan ekonomi daerah juga
didorong oleh sektor sekunder yang terdiri dari sektor bangunan/kontruksi dan
industri pengolahan. Namun kontribusi sektor sekunder ini dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi daerah relatif masih kecil.
67
h. 4.
Mohd Harun, Memahami Orang Aceh (Bandung: Ciptapustaka Media Perintis, 2009),
68
Menilik perjalanan sejarah suku bangsa Aceh, tiga bangsa itu memang
ikut meramaikan eksistensi dan pembauran berbagai suku bangsa di kerajaan
Aceh Darussalam.Namun seperti yang telah dijelaskan yang lalu, sebelum ketiga
suku bangsa itu datang, Hindu sudah lebih dahulu datang dan menetap di Aceh,
terutama dalam upaya penyebaran agama Hindu. Disisi lain, meskipun terjadi
percampuran yang sangat kuat antara etnis Aceh dengan etnis pendatang, hal itu
tidak sampai berpengaruh pada hilangnya bahasa dan budaya Aceh. Dengan kata
lain, sebagian cultural identity etnis Aceh masih terjaga baik , termasuk di bidang
kebudayaan. Etnis Aceh, dengan local genius atau indigenous wisdom-nya, telah
berusaha menyerap berbagai unsur-unsur budaya asing yang positif dan menolak
budaya yang merusak atau tidak dapat disandingkan dengan budaya mereka yang
islami. Kenyataan ini dapat diperhatikan dalam berbagai aspek kehidupan orang
Aceh dewasa ini, terutama dalam dimensi tradisi (adat dan reusam), filsafat hidup,
dan berbagai hasil kebudayaan, termasuk karya sastra.
Adat bak poe teumeureuhom
Hukom nibak syiyah kuala
Qanun bak putro phang
Reusam bak laksamana
(adat ada pada penguasa, hukum ada pada ulama, undang-undang terus
dikembangkan, tatanan adat istiadat pada ahli adat).
Dari filosofi itulah muncul apa yang disebut dengan hadih maja, yang
membuktikan bahwa karena mereka istiqamah dengan niali-nilai filosofis hadih
maja, maka implementasi budaya Aceh telah melambung harkat dan martabat
Aceh. Mengacu pada budaya adat Aceh yang sarat akan nilai-nilai Islami, maka
pada dasarnya dalam pengembangan budaya adat berpegang kepada beberapa asas
antara lain:
1.
2.
3.
4.
Gotong royong
5.
6.
69
Ali Hasjmy, Putri Pahang dalam Hikayat Malem Dagang. Dalam LK Ara, Hasyim
KS, dan Taufiq Ismail (Eds.), Seulawah Antologi Sastra Aceh (Jakarta: Intemasa, 1995), h. 539.
91
Bachtiar Ali, Relevansi Pelestarian Adat dan Budaya Aceh Bagi Kepentingan
Pengembangan Budaya Bangsa Indonesia Sepanjang Masa. h. 199, 1994. Dalam T.A Talsya
(Ed.), Adat dan Budaya Aceh Nada dan Warna (Banda Aceh: PPSM ke-2 LAKA dan LAKA
Pusat), h. 170-182.
70
nilai
filosofis
yang
tercermin
dalam
hadih
maja
92
24.
93
Mark B Woodhouse, Berfilsafat Sebuah Langkah Awal, Terj: Ahmad Norma Pramata
dan P Hardono Hadi (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 13.
71
ibid,h. 49
95
Adat-istiadat adalah aturan tentang beberapa segi kehidupan manusia yang tumbuh
dari usaha orang dalam suatu daerah yang tertentu di Indonesia sebagai kelompok sosial untuk
mengatur tata tertib tingkah laku anggota masyarakatnya.Di Indonesia aturan-aturan tentang segi
kehidupan masyarakatnya.Di Indonesia aturan-aturan tentang segi kehidupan manusia itu enjadi
aturan hukum yang mengikat, yang kemudian disebut adat.Pesta atau upacara yang merayakan
adanya peralihan tersebut.
96
Rusdi Sufi, Adat Istiadat Masyarakat Aceh (Banda Aceh: Dinas Kebudayaan NAD,
2002 )h. 41
97
Meunasah dalam bahasa Indonesia berarti surau, tempat pengajian, atau balai.
72
Hasil diskusi dengan Bapak Tayyeb salah satu warga setempat di desa Bukit Gading
Pada Tanggal 19 Februari 2014
99
Snouch hurgronje, Achehnese, 1906,leden, diterjemah oleh Ng. Singarimbun, Aceh di
Mata Kolonialis, (jakarta: Yayasan Soko Buku, 1985), h. 250.
73
74
halangi dengan doa yang mereka bacakan pada saat upacara berlangsung,
sehingga selamatlah mereka dari ancaman maut tersebut.
2. Adat dan Upacara Kenduri (keunurie) yang Berkaitan dengan Life Cycle
Adat dan Upacara Kenduri (keunurie) yang Berkaitan dengan Life Cycle
berupa upacara kematian, yang bagi masyarakat Aceh, umumnya dilaksanakan
menurut ketentuan Islam. Seperti terdapat dalam kitab-kitab hukum Islam, dalam
hal seorang Islam meninggal, ada empat hal yang harus dilakukan oleh mereka
yang harus ditinggalkan, yaitu memandikan jenazah, membungkusnya dengan
kain kafan, menyembayangkan dan menguburkan.
Setelah selesai penguburan semua orang yang hadir kembali ke rumah
duka di mana sudah menunggu suatu kenduri dengan hidangan nasi beserta lauk
pauknya, yang dinamakan kenduri bagi mereka yang kembali dari kubur (atau
keunurie ureung woe bak jeurat). Hari-hari berikutnya dihitung sejak hari
kematian, diadakan kenduri di rumah duka, mulai dari pertama sampai sepuluh,
setiap malam diadakan pembacaan doa (samadiah) yang dilanjutkan dengan
kenduri hari ketiga, kelima, ketujuh dan kesepuluh, diadakan agak besar.
Selanjutnya, pada hari ketiga puluh, keempat puluh, keseratus dan setahun setelah
meninggal, juga diadakan kenduri di mana orang-orang sekampung diundang.
3. Kenduri yang Berkaitan dengan Hari-Hari Perayaan Agama
a. Isra dan Miraj
Upacara
ini
untuk
memperingati
kenaikan
Nabi
Muhammad
Saw.kesidratal muntaha atau biasa disebut langit ketujuh. Seperti halnya dengan
upacara Maulid, Isra Miraj juga diperingati oleh masyarakat Aceh, hanya saja
kenduri yang dilaksanakan lebih sederhana.Upacara ini dilaksanakan pada malam
hari di meunasah.Pada waktu upacara masyarakat gampong (kampung)
menghadirinya dengan membawa makanan ringan seperti kue-kue dan
minuman.Materi acara biasanya disajikan ceramah tentang peristiwa Isra Miraj
oleh salah seorang teungku (ustadz).Penceramah itu adakalanya diundang dari
kampung lain atau dayah (pesantren)tertentu yang populer.
b. Nisfu Syakban
75
bubur
nasi
yang
dibagi-bagikan
kepada
semua
penduduk
76
mendekati
umat
Islam
Indonesia
mereka
menempuh
2005), h. 50.
77
dan
Islam.Sebagai
penjajah
Jepang
jauh
lebih
kejam
dari
78
1.Membersihkan
kebudayaan
Barat,
kebudayaan
Islam
diganti
dengan
3.
Membentuk
barisan
memobilisasipemuda
pemuda.
dan
Jepang
santri
berusaha
dengan
untuk
latihan
melatih
perang
dan
senjata
BambuRuncing
4.
Memobilisasi
pemimpin
efektifberkomunikasi
Islam.
dengan
Islam
masyarakt
adalah
oleh
alat
yang
paling
karena
itu
Jepang
79
Islam.
Kenduri
ini
sering
pula
disebut
kanduri
Pang
Ulee.
80
Penghulu Alam Nabi Muhammad Saw. hal ini dalam masyarakat Aceh disebut
Kaoy (nazar).102
Penyelenggaraan kenduri maulid dapat dilangsungkan kapan saja asal
tidak melewati batas bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir, dan Jumadil Awal,
tepatnya mulai tanggal 12 Rabiul Awal sampai tanggal 30 Jumadil Awal. Selain
itu waktu kenduri maulid ada yang menyelenggarakan pada siang hari dan ada
pula yang menyelenggarakannya pada malam hari.
Bagi desa-desa yang menyelenggarakan kenduri pada siang hari mulai
jam 12 siang hidangan telah siap untuk diantar ke meunasah atau mesjid.
Demikian pula bagi yang menyelenggarakan kenduri di rumah, hidangan telah
ditata rapi untuk para tamu.Pertandingan meudikee mouloed (zikir marhaban atau
zikir maulid) dimulai sejak pukul 9 pagi dan berhenti ketika Sembahyang Zuhur
untuk kemudian dilanjutkan kembali.
Selanjutnya desa-desa yang menyelenggarakan kenduri pada malam hari,
hidangan dibawa ke meunasah atau mesjid setelah sembahyang Ashar atau
menjelang Maghrib, sedangkan lomba meudikee maulod dilangsungkan setelah
sembahyang Isya.
Penyelenggaraan kenduri maulid umumnya dilangsungkan di meunasah
atau Mesjid. Panitia pelaksana kenduri mengundang penduduk dari desa-desa lain
yang berdekatan atau desa tetangga dan ada juga yang mengundang semua desa
dalam kemukimannya.Kondisi ini dipengaruhi oleh jumlah hidangan yang
disediakan oleh warga desa.
Di samping itu ada juga yang melaksanakan kenduri di rumah saja atau
secara pribadi disebut mouloed kaoy (maulid nazar).Maulid ini diselenggarakan
untuk melepas nazar yang menyangkut kehidupan pribadi atau keluarga
disebabkan permohonan mereka kepada Allah Swt. telah dikabulkan.
Penyelenggaraan kenduri maulid ini sesuai dengan nazar yang dicetuskan
sebelumnya. Apabila nazarnya ingin menyembelih seekor kerbau, maka pada saat
kenduri akan disembelih hewan tersebut, demikian pula jika nazar ingin
102
Wawancara dengan Bapak Salahuddin salah satu warga kecamatan Bakongan Pada
Tanggal 10 Februari 2014.
81
82
masyarakat akan timbul sebagai dampak masuknya informasi yang negatif, tetapi
juga pudarnya beberapa nilai-nilai yang menjadi pedoman hidup bagi masyarakat
tersebut.
Masyarakat Aceh pun tidak terlepas dari masuknya berbagai informasi.
Apabila tidak dapat tersaring informasi yang negatif, maka dikhawatirkan akan
merusak sendi-sendi nilai-nilai moral yang ada dan tertanam di dalam sanubari
ureung (orang) Aceh, khususnya di kalangan generasi muda.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah membentengi diri dengan
nilai-nilai keagamaan yang kuat. Di antara upaya tersebut adalah dengan cara
memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. setiap tahunnya. Selain
sebagai upaya mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.ritual maulid
bagiureung (orang) kampung dapat menjadi sarana silaturahmi dan hiburan.
Dalam kenyataannya, dalam setiap maulid ada yang menyertakannya dengan
dikee mouloed, yaitu membaca syair secara berirama.Isi dikee mouloed(zikir
maulid) terutama tentang peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw.dan luapan
gembira masyarakat Madinah yang menyambut kedatangan Nabi. Isi lainnya
tentang status Nabi Muhammad Saw.sebagai pembawa rakhmat dan penyelamat
kemanusiaan. Sekarang baik di gampong-gampong maupun di kota lazim pula
diramaikan dengan ceramah atau pidato keagamaan (dakwah Islam).
Kenduri maulid memang khas sebagai adat dan budaya Aceh. Tentunya,
ia sangat relevan dengan kehidupan masyarakat di daerah ini, yang telah pula
memproklamirkan diri sebagai daerah dengan pelaksanaan syariat Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai sebuah daerah yang bersyariat Islam, maka semua
aspek kehidupan diarahkan kepada nilai-nilai ajaran Islam.Sikap, perilaku,
tatakrama didasarkan kepada syariat Islam.
Gempuran nilai-nilai luar yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat akan terus mempengaruhi kehidupan masyarakat Aceh, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja. Kehidupan Nabi Muhammad Saw., sifat-sifat
dan keteladanan disertai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Alquran dan
Hadis merupakan senjata yang ampuh untuk menangkal semua pengaruh yang
bersifat negatif dari dunia luar masyarakat Aceh.
83
84
103
Wawancara dengan Bapak Hasbullah Tokoh adat setempat pada tanggal 22 februari
2014 di Desa seunobok Alur Buloh kecamatan Bakongan.
85
limpahan rezeki juga bentuk cinta kepada junjungan alam Nabi Muhammad Saw.
Walaupun kita sendiri mengetahui bahwa cara untuk bersyukur itu sangat banyak.
Namun dengan membuat suatu acara seperti ini, masyarakat lebih merasa
mempunyai hari bersejarah dalam kebudayaannya, dan dapat dijadikan suatu
wadah berbuat baik dalam berbagai hal seperti yang diperintahkan Allah
Swt.Perayaan peringatan maulid ini juga bisa menjadi suatu tradisi turun temurun
yang membawa nilai-nilai adat istiadat masyarakat dan nilai moral yang berlaku
terus menerus didalam masyarakat Aceh tersebut.
Selanjutnya peneliti juga meminta pandangan dari tokoh seni setempat
mengenai perayaan peringatan maulid ini, itu disebabkan karena sesuai dengan
pengamatan sebelumnya peneliti melihat ada beberapa pergelaran seni yang
ditampilkan ditengah-tengah acara tersebut. Beliau menyatakan bahwa:
Disisi lain perayaan peringatan maulid nabi juga menjadi suatu moment
dimana masyarakat khususnya pemuda pemudi menuangkan inspirasi dan
kreatifitasnya membuat berbagai hal yang berbau seni, misalnya dekorasidekorasi yang dibuat untuk memeriahkan perayaan di pasar-pasar tradisional
atau Peukan, bale-bale berbagai macam bentuk juga tarian-tarian khas yang
akan mengiringi zikir pada waktu acara dilaksanakan. Persiapan itu sudah
dilakukan jauh hari sebelum datangnya bulan maulid.104
Menurut Ibu Ramdani, acara perayaan peringatan maulid ini sungguh
memberikan nilai positf bagi generasi muda khususnya dalam melestarikan
adat budaya masyarakat yang sudah dilaksanakan turun temurun oleh neneknenek mereka. Perayaan ini merangsang daya kreatifitas seni generasi muda
untuk lebih mencintai kearifan lokal masyarakat dan menjadikan hidup lebih
indah dan berwarna, disamping tujuan utamanya yaitu bagaimana masyarakat
bisa memunculkan rasa kecintaannya terhadap Nabi Muhammad Saw. dengan
memeriahkan dan melakukan hal-hal baik yang disenangi Rasul tanpa harus
melanggar syariat Islam. Perayaan ini juga menjadikan suatu wadah
masyarakat untuk berbagi rezeki dengan sesamanya, seperti sebuah kenduri
massal yang biasanya dibuat dalam bentuk sedekah berupa makanan yang telah
dihiasi dengan berbagai ornamen bunga atau sejenisnya, pengerjaan ini
104
Wawancara dengan Ibu Rahmadani Tokoh seni setempat pada tanggal 18 februari
2014 di Desa bukit Gadeng kecamatan Bakongan.
86
dilakukan oleh para ibu dan pemudi di masing-masing rumah yang kemudian
akan dikumpulkan di suatu mesjid yang telah ditentukan. Makanan-makanan
ini disusun didalam balee-balee yang indah penuh dengan aspek seni yang
dapa kita jumpai didalamnya. Maka dari itu hal ini tidak boleh dihilangkan dari
tradisi masyarakat Aceh karena mampu membawa banyak kebaikan baik dari
sisi duniawi maupun akhiratnya.
Didalam kemeriahan perayaan peringatan maulid Nabi ini, ada sebagian
masyarakat yang tidak ikut serta didalamnya diakibatkan perbedaan keyakinan
tentang boleh atau tidaknya perayaan tersebut dilaksanakan. Maka dari itu peneliti
perlu mewawancarai salah satu tokoh ulama setempat untuk mengetahui apa
pendapat beliau tentang tradisi ini mengingat beliau cukup mengerti tentang ilmuilmu keIslaman dan bagaimana pandangan beliau terhadap hal tersebut dan
apakah beliau juga berpartisipasi dalam kegiatan ini. Saat dimintai pendapatnya
beliau mengatakan bahwa:
Saya sangat mendukung dengan diadakannya perayaan peringatan
maulid tersebut karena merupakan sebuah acara yang membawa
masyarakatnya kepada perilaku-perilaku positif yang di ajarkan agama
Islam.Maulid bisa menjadi suatu wadah silaturahim dengan saling berjumpa
antara masyarakat desa dan saling berbagi rezeki hasil jerih payah
mereka.Masyarakat sangat bersukacita dalam melaksanakan perayaan
peringatan tersebut, mereka berlomba-lomba menyajikan hidangan atau
penampilan seni untuk memeriahkan perayaan peringatan maulid tersebut.
Didalam Islam Allah mengajarkan kebaikan-kebaikan kepada manusia, dan
kebaikan-kebaikan itu bisa berbentuk apa saja asalkan tidak melanggar syariat
Islam.Peringatan Maulid Nabi Muhammad yang dirayakan dengan membaca
sebagian ayat-ayat Alquran dan menyebutkan sebagian sifat-sifat nabi yang
mulia, ini adalah perkara yang penuh dengan berkah dan kebaikan kebaikan
yang agung.Tentu jika perayaan tersebut terhindar dari bidah-bidah sayyiah yang dicela oleh syara.Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa perayaan
Maulid Nabi mulai dilakukan pada permulaan abad ke 7 H. Ini berarti
kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat dan
generasi Salaf.Namun demikian tidak berarti hukum perayaan Maulid Nabi
dilarang atau sesuatu yang haram.Karena segala sesuatu yang tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah atau tidak pernah dilakukan oleh para sahabatnya
belum tentu bertentangan dengan ajaran Rasulullah sendiri.Para ulama
menggolongkan perayaan Maulid Nabi sebagai bagian dari bidah hasanah.
Artinya bahwa perayaan Maulid Nabi ini merupakan perkara baru yang
sejalan dengan ajaran-ajaran Alquran dan hadis-hadis Nabi dan sama sekali
tidak bertentangan dengan keduanya.Dengan demikian tingkat keimanan
87
105
88
Tidak ada dana yang tersedia bersumber dari hutang atau pinjaman
dari warga lain, karena semua itu sudah dipersiapkan dengan matang dan
waktu untuk merayakannya pun masih panjang yaitu 3 bulan berturut-turut.
Seperti yang peneliti jelaskan diawal tesis ini. Ibu Ratna juga mengatakan
bahwa:
Perayaan ini sungguh membawa kebahagiaan dan kebaikan didalam
masyarakatnya, terutama seperti ibu-ibu yang saling gotong-royong
menyediakan berbagai macam makanan dan hidangan lainnya untuk
menyantuni tamu dari desa tetangga dan masyarakat yang kurang mampu.
Persiapan ini ada yang dibuat oleh kelompok ibu-ibu dari dusun atau desa
masing-masing dan ada juga yang mandiri artinya setiap rumah membawa
hidangan kendurinya masing-masing untuk disedekahkan. Disamping itu
silaturahim diantara ibu-ibu juga semakin erat dengan adanya acara-acara
seperti ini.106
Dikalangan kaum bapak maulid merupakan hari dimana mereka dengan
bersuka cita bergotong royong membuat beraneka persiapan acara tersebut, dan
membentuk kepanitiaan di desa masing-masing agar acara tersebut berjalan
dengan lancar. Menurut Pak Burhan dan Pak Kamaruddin yaitu kepala dari desadesa yang terdapat di Kecamatan Bakongan tersebut menjelaskan pandangan
mereka terhadap perayaan peringatan maulid ini adalah:
Suatu kegiatan yang harus terus dikembangkan dan dilestarikan, karena
bagi kami semangat kerjasama dan persatuan masyarakat didesa terlihat
semakin meningkat dan kompak. Saling bantu membantu didalam kegiatan
sosial, silaturahim yang terjalin kuat, dan merasakan adanya penambahan
tingkat keimanan mereka terhadap Allah Swt. dan kecintaanya kepada
Rasulullah dengan dilaksanakannya perayaan tersebut. Karena banyak
kebaikan-kebaikan yang diajarkan agama yang terealisasikan didalam acara
tersebut, seperti bersedekah, keakraban silaturahim, ceramah agama, berzikir
dan sebagainya yang menurut beliau hampir tidak terdapat nilai negatif
sedikitpun.107
Para pemuda juga merasakan hal yang sama ketika peneliti menanyakan
pandangan mereka terhadap perayaan peringatan maulid tersebut yang diwakili
oleh mursalin tokoh pemuda setempat. Beliau menjelaskan bahwa:
106
Wawancara dengan Ibu Ratnawati, salah satu ketua kelompok ibu-ibu di desa Bukit
Gadeng kecamatan Bakongan pada tanggal 16 februari 2014
107
Wawancara dengan bapak Burhan dan Bapak Kamaruddin, Kepala desa Bukit
Gadeng dan Alur buloh kecamatan bakongan pada tanggal 15 Februari 2014
89
peneliti
menemui
pejabat
desa
tersebut
untuk
meminta
Wawancara dengan salah satu ketua pemuda di kecamatan Bakongan desa senebok
buloh tanggal 25 Februari 2014.
109
Wawancara dengan Bapak Dailami S.Pd selaku Camat di kecamatan Bakongan pada
tanggal 26 Februari 2014 di Kantor Kecamatan.
90
91
92
93
kegiatan
budaya
tradisi
masyarakat
pasti
mempunyai
motivasi
dalam
yang menjunjung tinggi adat budaya dari nenek moyang mereka, perayaan maulid
merupakan salah satu tradisi yang sudah dijalankan oleh masyarakat sejak zaman
dahulu Islam datang ke Aceh. Banyak sekali budaya-budaya asing yang mencoba
mempengaruhi cara berfikir dan kebudayaan hidup orang Aceh, namun karena
rasa cinta terhadap tanah air dan budaya asli maka masyarakat Aceh terbebas dari
pengaruh-pengaruh tersebut. Perayaan maulid yang merupakan adaptasi dari
budaya muslim di Arab dapat sangat mudah masuk kedalam tradisi masyarakat
Aceh, itu disebabkan kesamaan agama yang dianut dan perayaan maulid ini
mampu menjadi moment pendukung kebudayaan-kebudayaan asli masyarakat
sehingga maulid sampai saat ini telah menjadi budaya tradisi masyarakat Aceh.
3.
individualistis, gaya hidup mereka menganut paham gotong royong, yang dapat
94
kita lihat bahwa tingkat sosial masyarakatnya cukup tinggi. Maka dari itu
masyarakat sangat semangat untuk melaksanakan perayaan peringatan maulid ini
dimana semua elemen masyarakat ikut andil dalam acara tersebut, melakukan
interaksi sosial, dan saling bantu membantu demi terlaksananya acara tersebut.
Dalam tradisi ini terlihat rasa tanggung jawab sesama demi menghidupkan selalu
nilai-nilai sosial baik terhadap kaum tua maupun kaum muda.
4.
Motivasi
ekonomi,
masyarakat
kecamatan
Bakongan
mayoritas
merupakan para petani, tingkat ekonomi mereka dapat dikatakan cukup baik
seperti yang dijelaskan pada tabel terdahulu. Hasil panen baik berupa uang
maupun hasil mentah kebun selalu dapat diatur dengan baik untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Karena adanya rasa hidup yang berkecukupan yang
dirasakan oleh masyarakat, mereka merasa perlu untuk membuat suatu acara yang
mempunyai nilai sedekah seperti yang diajarkan agama. Maulid yang dirayakan
setahun sekali selama tiga bulan, menjadi suatu momen yang tepat untuk saling
berbagi rezeki kepada warga yang kurang mampu khususnya.
95
Ceramah
Ceramah
Dikee (berzikir)
Dikee adalah salah satu rangkaian acara yang dilaksanakan didalam
Khalifah adalah sebutan untuk pemimpin kelompok dikee, biasanya dalam satu
kelompok dikee ada 5 orang khalifah yang bertugas bemberikan arahan dan tata cara dikee yang
96
dilaksanakan pada hari setelah 12 Rabiul Awal, dikarenakan pada malam tanggal
tersebut semua kampung secara serempak melaksanakan ceramah dan doa untuk
Nabi Muhammad. Didalam kelompok dikee, biasanya terdiri dari kaum tua
maupun muda, mereka dengan kompaknya menjalankan aturan dikee dengan gaya
masing-masing sesuai dengan petunjuk Khalifahnya. Menurut tokoh masyarakat
yang telah ditemui oleh peneliti, dikee telah ada dari awal maulid nabi mulai
dirayakan oleh masyarakat Aceh, namun tidak terlalu meriah, hanya membaca
zikir dengan gaya yang biasa-biasa saja, namun dengan berkembangnya zaman
seni me-Dikee ini terus dikembangkan menjadi sebuah seni yang menarik dan
indah disamping tujuan utamanya yaitu untuk memuji Allah Swt. dan mengingat
Rasulullah Saw. Dikee (Zikir) dalam konteks peringatan moloed tradisi Aceh
adalah berupa syair puji-pujian sanjungan atau selawat dan kisah kehidupan Nabi
Muhammad Saw.sejak dari lahir sampai Beliau wafat dan di kemas dengan seni
dan telah menjadi budaya sebagai salah satu media dalam menyiarkan agama
terutama tentang kisah tauladan Nabi Muhammad Saw.
Dikee atau berselawat adalah berupa doa dan menjunjung tinggi perintah
Nabi Muhammad Saw. agar mendapatkan syafaat kelak. Ucapan-ucapan salawat
yang berisikan doa-doa keselamatan kepada Nabi dan diharapkan keselamatan itu
juga akan kita terima dari Allah Swt. dengan berbuat baik dan menyerahkan diri.
Dikee moloed yang di syairkan dengan suara merdu dan keras sambil
menggoyangkan kepala, tubuh dan hentakan kaki di sesi berdiri (dikee dong)dan
di sesi duduk (dikee duek)dengan mengikuti irama yang dibawakan oleh Khalifah
(pemimpin dikee). Dikee juga merupakan budaya seni yang religius dan sakral dan
sangat terasa ada mistis positive bagi tiap orang yang mengikuti atau ikut
bergabung didalam kelompok dikee hal ini dibuktikan dengan belum pernah ada
orang jatuh pingsan walaupun dikee dilaksanakan dalam waktu lama ( 3 s/d 4
Jam) padahal memerlukan tenaga ekstra dalam mengikuti kegiatan dikee tersebut
dan bahkan tidak terasa sakit bila kakinya terinjak saat group mouloed berlompatlompat kecil atau sambil menghentakkan kakinya ke lantai pada sesi berdiri
akan dilakukan, dan khalifah tersebut yang bertugas membaca isi dikee untuk memuji,menyanjung
dan menceritakan kisah Nabi Muhammad Swt dalam bentuk syair dan lagu.
97
bagian dari dikee. Didalam dikee juga dibacakan isi kitab Barzanji112 dan selawatselawat.
Berikut adalah contoh sebagaian ucapan-ucapan yang diutarakan ketika
meudikee (berzikir) :
Pembukaan baca surat al-Fatihah.
Wassalama ya Allah ateuh Nabi Muhammad, neutamah rahmad da salam
Ya Rabbi Shallialahi Muhammad ...........2X
Ya Rabbi Shallialaihi Wasallam ..............2X
Assalaamu 'alaik zainal ambiyaak.... ........2x
Assalaamu 'alaik atqal atqiyaak................2x
Nabi muhammad aneuk aneuk abdullah.....
Dinangro meukah mula phon jadi................
.Yoh masa ubit dada keunong plah...............
Antong keunong rah ngon imon suci..........
Allah......la ila haillallah.............................
Hi assalaa ya allah mu 'alaik..........................
Muhammadur rasuulullah.....allah......allah.....
Hi assalaa ya allah mu 'alaik...........................
Ash shalaa tu 'alan nabi, wassala mu 'alarrasul....2x
Asy-syafi'il abthahii, wamuhammad 'arabii......2x
112
Dalam rangkaian acara itu, baik yang akbar maupun yang biasa-biasa saja, ada satu
sesi yang tidak pernah tertinggal bahkan seolah menjadi syaral penting, yaitu pembacaan karya
tulis Kitab al-Barzanji. Barzanji adalah karya tulis seni sastra yang isinya mengungkap sejarah
kehidupan Nabi Muhammad Saw. mencakup silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja,
pemuda, hingga diangkat menjadi Rasul. Karya tulis dalam bahasa Arab ini juga mengisahkan
sifat-sifat mulia Nabi Muhammad Saw dan akhlak-akhlak luhurnya sebagai utusan Allah Swt.
serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia, khususnya umat Islam. Nama
Barzanji diambil dari nama pengarang naskah tersebut yakni Syekh Jafar al-Barzanji bin Husin
bin Abdul Karim, Dia lahir di Madinah pada tahun 1690 dan meninggal tahun 1766, Barzanji
berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya tulis tersebut sebenarnya berjudul
Iqd al-Jawahir (Kalung Permata) yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi
Muhammad SAW. Tetapi kemudian lebih terkenal dengan nama penelitinya. Pada perkembangan
berikutnya, vpembacaan Barzanji di kalangan Muslim tradisional, dilakukan pada berbagai
momentum sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada
saat kelahiran bayi, mencukur rambut bayi (akikah), acara khitanan, pernikahan, dan upacara
lainnya.
98
Maulid Nabi di Aceh yaitu makanan yang di susun / ditata bertingkat-tingat atau
di sebut Meulapeh yang di letakkan dalam tempat (Kindang/Idang) yang telah
dihiasi pernak-pernik dan warna-warni yang di sulam atau bordir kasap khusus,
tiap kindang/idang umumnya diisi dengan tujuh tingkat (Tujoh Lapeh) tiap tingkat
diisi dengan menu yang berbeda-beda mulai dari makanan pembuka sampai
makanan penutup. Selain masakan daging, ikan dan ayam diantaranya menu yang
ada dalam Idang ada juga menu yang jadi Maskot dalam setiap peringatan maulid
yaitu Boeh Itek Jruk ( Telur Asin), tidaklah heran dalam perayaan maulid hal satu
99
ini menjadi rebutan bahkan ada yang beranggapan belumlah afdol kalau
menghadiri maulid tidak mendapat telor asin.
Sebagai pelengkap atau pengikut idang adalah Bu Kulah ( Nasi yang
dibungkus daun pisang yang telah di asapin) biasanya Bu Kulah ditaruh dalam
Dalong (Tempat nasi yang terbuat dari tembaga). Dalong adalah pasangan dari
Idang saat penyajian Khanduri Moloed yang tidak terpisahkan dengan aroma Bu
Kulah dipastikan akan menggugah selera. Selain bu kulah, masyarakat juga
biasanya membuatCineuru yaitu beras ketan yang sudah dimasak lalu dibungkus
daun pisang dan di isi dengan olahan tepung ketan yang legit hampir mirip dengan
dodol yang kita kenal.
Balee-balee sebagai hidangan khas perayaan peringatan maulid dibuat
seindah dan sebaik mungkin dengan diisi berbagai macam jenis makanan yang
tiap persatunya diisi dengan satu jenis makanan, misalnya satu balee-balee diisi
dengan hidangan nasi beserta lauk pauknya, dan balee-balee yang lain diisi
dengan aneka buah-buahan, semua itu tergantung selera masyarakat itu sendiri
baik berkelompok maupun berumah tangga. Balee-balee juga memakan banyak
biaya dalam pembuatannya, satu balee-balee bisa menghabiskan dana minimal 12 juta rupiah tergantung isi dari balee-balee tersebut. Ada juga balee-balee yang
dibuat oleh kelompok desa yang besarnya bisa sampai 3 meter berbagai macam
bentuk. Dan balee-balee seperti ini dapat menghabiskan biaya sekitar 5 juta-an
tegas salah seorang ketua tim pembuatan balee-balee yang peneliti temui. Namun
walaupun tidak kecil biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaa acara ini,
masyarakat tidak ada yang merasa terbebani atau terhutang uang, mereka malah
sangat bersuka ria merayakan hari lahir Nabi Muhammad Saw.dengan
mempersiapkan segala keperluan jauh hari sebelumnya seperti yang telah peneliti
jabarkan diatas. Bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi, hidangan
tetap akan di buat untuk acara tersebut, namun bentuk hidangan yang disajikan
sedikit berbeda, yaitu dalam hidangan talam yang juga disajikan makananmakanan yang pada umumnya berbentuk nasi dan lauk pauk.
Setelah semua hidangan selesai, esok paginya masyarakat meletakkan
hidangan tersebut di depan rumah masing-masing, ini biasa berlaku hanya kepada
100
yang membuat balee-balee yang nantinya panitia acara akan menjemput hidangan
tersebut untuk dikumpulkan di mesjid atau mushalla. Sedangkan yang berbentuk
hidangan talam, masyarakat langsung mengantarkannya kelokasi acara.
101
102
sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, oleh sebab itu adakanlah
perdamaian antara saudaramu.114
Dalil diatas jelas bahwa persaudaraan didalam Islam adalah persaudaraan
yang kokoh, kuat yang tidak hanya dikehendaki pada tingkat konsepsional teoritis
tetapi diinginkan menjadi ciri-ciri masyarakat Islam yang sesungguhnya.
Masyarakat Islam mengikuti konsep masyarakat yang berdisiplin yang mampu
meletakkan dan mengikuti batas-batas yang diberikan Allah Swt. Masyarakat
Islam dibentuk dengan dienul Islam, yang berarti bahwa prinsip-prinsip dasar
yang membentuk dan membina masyarakat itu adalah nilai-nilai luhur dari dienul
Islam itu sendiri. Masyarakat berorientasi pada keTuhanan yang Maha Esa,
karenanya falsafah sosialnya didasarkan pada sistem nilai yang paling tinggi dan
paling utama. Masyarakat seperti itulah yang mampu menegakkan kebenaran,
keadilan kasih sayang serta pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat yang
paling memuaskan.
Dalam perayaan hari besar Islam yang merupakan salah satu tradisi
masyarakat turun temurun, dilaksanakan secara konsisten dan meriah, itu
dikarenakan rasa syukur yang besar terhadap Tuhan dan rasa persatuan
masyarakat itu sendiri. Keunurie mouloedatau perayaan peringatan maulid adalah
salah satu perayaan hari besar yang terus dilaksanakan di dalam masyarakat Aceh.
Keunurie mouloed merupakan suatu bentuk kebudayaan masyarakat
Aceh yang terus mengalami perkembangan signifikan dalam pelaksanaan
perayaannya. Dalam meramaikan perayaan peringatan maulid Nabi tersebut
sebagian besar masyarakat Aceh menunjukkan antusiasnya dalam berpartisipasi
mengikuti acara tersebut, disamping ada juga sebagian kecil dari masyarakat yang
tidak ikut serta dalam perayaan tersebut dikarenakan perbedaan pandangan
tentang boleh atau tidaknya perayaan itu.Namun mereka tetap memperingati
secara sederhana saja dirumah masing-masing tanpa merayakan secara meriah
seperti yang dilakukan masyarakat kebanyakan.
114
Q.S. Al Hujarat:10
103
.
Jauhilah olehmu akan perkara-perkara yang baru diada-adakan karena
sesungguhnya semua perkara yang baru itu bidah, dan semua bidah itu
sesat.(H.R Ahmad).115
Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka
amalan tersebut tertolak .(H.R Muslim).116
115
Shalih bin Fauzan bin Abdullah, Al Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffits Tsalits Al-Ali,
(kitab Tauhid 3), terj. Ainul Haris Arifin, cet: 1 (Jakarta: Darul Haq, 1999), h. 143.
116
Ibid., h. 144.
117
Said bin Ali Wahf Al-Qahthani, Nurus-Sunnah wa Zhulumatul-Bidah fi Dhau ilKitab was-Sunnah, Ar-Riasah al-Ammah Lihaiatil-amri bl-marufi wan-nahyi anil-mungkari,
al-idarah al-ammah lit-tau iyah wat-taujih. Terj. Abu Barzani, Awas Bahaya Bidah: Bidah
berkedok Sunnah, cet: 1, (Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif,2010), h. 25.
104
Dalam penjelasan hadis diatas bahwa yang masuk kedalam bidah itu
hanyalah soal-soal ubudiyah belaka. Sedangkan hal-hal yang lain mengenai
duniawiyah, misalnya muamalat, adat, tidaklah termasuk kedalam tarif bidah.
Asy-Syathibi Rahimakumullah118 menyatakan bahwa, bidah itu adalah suatu cara
yang dibuat-buat dalam urusan agama yang menyerupai ajaran syariat yang ada
dengan tujuan untuk melebihkan dalam beribadah kepada Allah Swt.119
Adat istiadat atau tradisi, apakah dikatagorikan dalam makna bidah?Jika
demikian, maka setiap adat dan tradisi para sahabat atau adat-adat yang terjadi
pada masa Rasulullah masuk katagori bidah.Hal ini merupakan kesesatan yang
wajib untuk dijauhi.
Asy-Syathibi juga menyatakan bahwa adat kebiasaan itu tidak termasuk
bidah.Namun, apabila ditinjau dari segi yang digunakan untuk beribadah atau
adat istiadat diletakkan pada posisi ibadah, maka adat istiadat termasuk dalam
katagori bidah.Didalam pelaksanaan maulid, masyarakat tidak menjadikannya
sebagai sesuatu yang wajib dilaksanakan, sehingga menimbulkan sanksi apabila
perayaan tersebut tidak dilakukan. Namun perayaan peringatan maulid ini sudah
menjadi kebiasaan masyarakat dengan kesadarannya sendiri untuk merayakannya,
karena dianggap mampu membawa kepuasan batin dan kebahagiaan tersendiri
apabila perayaan ini dilaksanakan, namun itupun berlaku bagi siapa saja yang
berkeinginan untuk melaksanakannya, dan bagi masyarakat yang tidak
melaksanakannya tidak ada sanksi apapun yang akan dikenakan. Didalam
perayaan maulid seperti yang telah peneliti jelaskan diatas, terdapat amalanamalan yang memang telah diajarkan oleh Islam di dalam Alquran dan sunnah
Rasul, seperti bersedekah, silaturahim, berzikir dan sebagainya yang memang
sudah menjadi suatu perintah, disamping juga ada kegiatan-kegiatan sosial
masyarakat seperti makan bersama, penampilan-penampian seni dan kreatifitas
118
Asy- Syathibi, nama aslinya adalah Abu Ishaq Ibrahim bin Musa bin Muhammad allakhmi al-Syathibi. Tempat dan tanggal lahirnya tidak diketahui secara pasti.Dia meninggal pada
hari selasa tanggal 8 Syaban tahun 790 H (1388 M) dan dimakamkan di Gharnata.Ia merupakan
seorang filosof hukum Islam dari spanyol dan bermahzab Maliki. (Jamil Ahmad, Hundred Great
Muslims, cet: III, (Pakistan: Ferozsons. Ltd, Lahore, 1984), Terj. Tim Penerjemah/Pustaka Firdaus,
Seratus Muslim Terkemuka, cet: III, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1984), h. 77.
119
Ibid., h. 27.
105
dan kegiatan lainnya yang tidak melanggar syariah. Perayaan maulid merupakan
media atau momentum untuk menstimulasi semangat masyarakat dalam
kehidupan sosial, dan berisikan nilai-nilai ibadah yang mampu mendongkrak
keimanan Masyarakat tehadap Allah Swt.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa sebagian dari bidah itu ada yang
disebut bidah hasanah,120 yang sebenarnya itu termasuk dalam hal katagori
bidah secara bahasa, bukan secara syari. Diantaranya ialah perkataan Umar Bin
Khatab, ketika ia mengumpulkan orang-orang untuk melaksanakan qiyam
ramadhan dengan satu imam mesjid, tatkala keluar dan melihat mereka
mengerjakan shalat berjamaah seperti itu, ia berkata, sebaik-baiknya bidah
adalah semacam ini.121
Imam syafii juga mengatakan bidah terbagi dua yaitu bidah mahmudah
(bidah yang terpuji yang sesuai dengan sunnah) dan bidah madzmumah (bidah
yang tercela yang bertentangan dengan sunnah).122
Maka dari itu kita dapat membedakan bahwa perayaan peringatan maulid
tersebut masuk kedalam bidah yang mana, apakah yang tercela atau yang terpuji,
dilihat dari perilaku-perilaku dan tujuan pelaksanaannya tersebut.
Tentang maulid sebagai suatu yang baik dilaksanakan dapat kita lihat pada hadis
berikut:
:
120
Bidah hasanah yaitu hal yang baru yang baik dan terpuji yang sama sekali tidak
bertentangan dengan hukum suci, tetapi lebih banyak mengungkapkan keindahannya pada saat
yang tepat (Amatullah Armsrtong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, (Bandung: Mizan, 1996), h.
53.
121
Abu Barzani, Awas Bahaya Bidah: Bidah Berkedok Sunnah, cet: I (Yogyakarta:
Maktabah Al-Hanif,2010), h. 29.
122
Muhammad Tholhah Hasan, Ahlusunnah Wal Jamaah: Dalam Persepsi dan Tradisi
NU, cet:III, (Jakarta: Lantabora Press,2005), h. 232.
106
Jarir bin Abdullah al-Bajali radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang memulai perbuatan baik dalam
Islam, maka ia akan memperoleh pahalanya serta pahala orang-orang yang
melakukannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan
barangsiapa yang memulai perbuatan jelek dalam Islam, maka ia akan
memperoleh dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya
tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka.(H.R Muslim).123
Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.yang dirayakan dengan
membaca sebagian ayat-ayat Alquran dan menyebutkan sebagian sifat-sifat nabi
yang mulia, ini adalah perkara yang penuh dengan berkah dan kebaikan kebaikan
yang agung. Tentu jika perayaan tersebut terhindar dari bidah-bidah sayyi-ah
yang dicela oleh syara.
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa perayaan maulid Nabi mulai
dilakukan pada permulaan abad ke-7 H. Ini berarti kegiatan ini tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat dan generasi Salaf. Namun demikian
tidak berarti hukum perayaan maulid Nabi dilarang atau sesuatu yang haram.
Karena segala sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah atau tidak
pernah dilakukan oleh para sahabatnya belum tentu bertentangan dengan ajaran
Rasulullah sendiri. Para ulama menggolongkan perayaan Maulid Nabi sebagai
bagian dari bidah hasanah. Artinya bahwa perayaan maulid Nabi ini merupakan
perkara baru yang sejalan dengan ajaran-ajaran Alquran dan hadis-hadis Nabi dan
sama sekali tidak bertentangan dengan keduanya.
Hadis ini memberikan keleluasaan kepada ulama ummat Nabi
Muhammad untuk merintis perkara-perkara baru yang baik yang tidak
bertentangan dengan Alquran, Sunnah, Atsar maupun Ijma. Peringatan maulid
Nabi adalah perkara baru yang baik dan sama sekali tidak menyalahi satupun di
antara dalil-dalil tersebut. Dengan demikian berarti hukumnya boleh, bahkan
123
Ali Bin Hasan, bin Abdul Hamid al-Halabi, Mengupas Tuntas Akar Bidah: Dalam
Timbangan Alquran dan Sunnah (Ilmu Ushul al-Bida Dirasah Takmiliyah Muhimmah fii Ilmi
Ushul al-Fiqh),(Bekasi: Pustaka Imam Adz Dzahabi,2009), h. 114.
107
salah satu jalan untuk mendapatkan pahala. Jika ada orang yang mengharamkan
peringatan maulid Nabi, berarti telah mempersempit keleluasaan yang telah Allah
berikan kepada hamba-Nya untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang
belum pernah ada pada masa Nabi. Dan setiap larangan dan perintah Allah telah
sempurna (agama Islam telah sempurna), maka dari itu tidak ada pertentangan lagi
mengenai perbuatan-perbuatan yang baik dan tidak melanggar syariat seperti yang
dijelaskan dalam ayat berikut:
Kesimpulannya, yang dimaksud dengan telah sempurna agama Islam
adalah telah sempurna atau telah tuntas segala larangan-Nya, apa yang telah
diharamkan-Nya dan apa yang telah diwajibkan-Nya, selebihnya adalah perkara
yang dibolehkan-Nya atau selebihnya hukum asalnya adalah mubah (boleh).
Q.S.Maryam: 64
108
menjauhkan dari apa-apa yang mudarat.Hal seperti ini juga dibawa oleh para
Rasul Allah dan juga mereka menetapkan keesaan Allah dan memastikan
keutamaan yang diridhai-Nya.
Agaknya untuk memuaskan semua pihak, terutama orang-orang Islam
yang tidak senang dengan filsafat, dalam usaha pemanduannya ini, al-Kindi juga
membawakan ayat-ayat Alquran.Menurutnya menerima dam mempelajari filsafat
sejalan dengan anjuran Alquran yang memerintahkan pemeluknya untuk meneliti
dan membahas segala fenomena di alam semesta ini. Berikut adalah ayat-ayat
yang menjelaskan hal tersebut:
Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang
mempunyai pandangan.125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.126
"Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Qur'an
dan as-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki.Dan barangsiapa yang
dianugerahi al-Hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang
banyak.Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah)".127
125
109
Dari ayat diatas dapat peneliti lihat bahwa Allah telah memberikan
potensi kepada manusia untuk berfikir bijak sehingga mampu mengambil
pelajaran dari setiap kejadian. Agama Islam adalah agama yang sempurna, lentur
elastis dan selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Kelenturannya dapat
dilihat dari bukti sejarah sejak Nabi dan Rasul terakhir Muhammad Saw. Setelah
Nabi Muhammad Saw wafat, masyarakat terus berkembang, masalah-masalah
baru terus bermunculan dengan tiada akhirnya, sedangkan wahyu Allah dalam
bentuk Alquran dan hadis telah berakhir setelah beliau wafat.
Sedangkan agama yang memasuki perkembangan zaman, dalam situasi
sosial dan kultural yang berbeda dengan situasi tempat agama itu berdiri, maka
agama itu pasti akan menghadapi problematika baru. Jika agama akan
mempertahankan autentisitasnya sesuai dengan aslinya sebagaimana yang dibawa
oleh pendirinya sepanjang masa, dalam pagar-pagar keperanataan yang tidak
tertembus oleh pemikiran baru, maka kharisma agama itu tidak akan tersentuh
dan tidak akan mengalami perkembangan. Akibatnya ialah agama itu akan
menjadi seperti kehilangan daya tarik, karena tidak sanggup menyajikan
kekayaannya kepada manusia menurut selera jamannya. Karena itu agama harus
memiliki potensi untuk dapat mengatasi dan menyelesaikan dengan cara yang
bijaksana terhadap segala bentuk persoalan yang muncul, seiring dengan
perkembangan masyarakat sekarang dan akan datang, baik dalam, arti sosiologis,
teknologi maupun dalam arti kulturan. Tentunya dengan menggunakan metode
yang memungkinkan ajaran-ajarannya bersifat lentur, elastis, tanpa kehilangan
identitas dan hakekatnya dalam menghadapi berbagai macam perkembangan
masyarakat atau situasi yang terjadi.128
Didalam menata kehidupan dan mengoptimalkan pemahaman mengenai
pesan wahyu ilahi, manusia membutuhkan pola pikir yang dinamis, yang dapat
membantunya memahami dan mengembangkan ajaran-ajaran ilahi. Nabi
Muhammad sebagai utusan Allah hanya meninggalkan kepada umatnya Alquran
dan Hadis, yang penjelasannya masih bersifat universal sehingga untuk
128
M.Farid, Nasution, Aktualisasi Pemikiran Islam (Rekayasa Sosial dan Masa Depan),
(Medan: Pustaka Widyasarana, 1993), h. 20.
110
menghadapi tantangan zaman, umat harus lebih jeli melihat pesan-pesan tersebut
melalui tekstual maupun kontekstual. Demi keteraturan kehidupan, Al- Razi salah
satu tokoh filsafat Islam mengemukakan bahwa manusia telah diberikan karunia
yang cukup besar oleh Allah Swt. yaitu akal. Dengan akal manusia dapat
memperoleh
manfaat
sebanyak-banyaknya,
bahkan
dapat
memperoleh
pengetahuan tentang Tuhan. Karena itu manusia tidak boleh menyia-nyiakan dan
mengekang ruang gerak akal, tetapi memberikan kebebasan sepenuhnya dalam
segala hal, yang menurut pemahaman peneliti maksudnya adalah memaksimalkan
daya olah fikir otak untuk menemukan hikmah-hikmah di alam semesta namun
tetap dalam koridor Alquran dan Hadis. Akal akan menumbuhkan model tingkah
laku manusia dan berbagai keinginan (hawa nafsu) dalam menata kehidupannya,
namun akal harus tetap dibawah kendali agama.129
Menurut al-Farabi, kesucian jiwa tidak hanya diperoleh melalui badan
dan perbuatan-perbuatan badaniah semata-mata, melainkan yang pertama-tama
adalah melalui pikiran dan pemikiran (olah fungsi akal).130 Maka dari itu untuk
mencapai kesucian jiwa dan memahami nilai-nilai kebaikan manusia harus lebih
kreatif untuk menerapkan semua aspek ajaran Islam kedalam kehidupan seharihari dengan berfikir lebih mendalam tentang hakikat kebaikan tersebut, berfikir
lebih bijaksana dan tetap terarah sesuai ketentuan Islam.
Dalam dinamika masyarakat menuntut seluruh komponen warganya
untuk dapat berpacu dalam setiap sikap, gerak dan prilaku baik bersifat internal
keluarga maupun eksternal masyarakat luas.Dalam masyarakat majemuk dan
pluralis dan heterogen pengaruh timbal balik antara agama, budaya dan
masyarakat sangat erat dan lekat.Oleh sebab itu peranan agama yang dikaitkan
dengan nilai-nilai sosial budaya dan sosial keagamaan sangat mempunyai
pengaruh positif terhadap masyarakat luas.
Akan tetapi, realitas sejarah juga menjelaskan kepada kita bahwa
perkembangan pemikiran yang penuh dinamik dan didasarkan pada kebebasan
ternyata melahirkan berbagai pertentangan antarumat yang membuat mereka
129
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 29.
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 99.
130
111
terpecah-belah bukan hanya dalam alam pikiran, tetapi juga dalam kehidupan
sosial politik dan budaya.131
Maka dari itu filsafat mencoba untuk membuka cakrawala metode
berfikir umat dalam memahami ajaran dan nilai-nila agama. Didalam perayaan
peringatan maulid, masyarakat Aceh selalu meletakkan tujuan utama mereka
dalam melaksanakan acara tersebut, yaitu mendekatkan diri pada Allah Swt. dan
menambah kecintaannya kepada Rasulullah Saw. Didalam perayaan tersebut
seperti yang telah peneliti jelaskan diatas, bahwa banyak terdapat kebaikankebaikan dari sisi ibadah yang diajarkan dan hal-hal yang berkenaan dengan
muamalah.Bagian ibadah dalam perayaan ini terlihat dari sikap mereka mengasihi
sesama dengan sedekah dan berzikir.Alquran juga menjelaskan bahwa aktivitas
ritual tidaklah semata-mata sebuah ritual yang harus dilaksanakan.Ia adalah
sebuah aktifvitas yang mentransformasikan kedalaman hati seseorang dan
menjadikannya individu yang sempurna. Kesempurnaan kedalaman hati adalah
aspek yang sangat penting dari aktivitas ritual.
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
131
112
133
113
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan ke dalam beberapa
uraian,
yakni:
1.
114
Selatan atas terlahirnya Rasulullah Saw. ke dunia ini. Mereka sangat yakin
bahwasanya Rasulullah ialah manusia yang dapat memberikan syafaat
kelak.Mereka membuktikan kebahagiaan mereka melalui perayaan Maulid
Nabi Muhammad Saw. Walaupun Maulid tidak memiliki landasan syari,
akan tetapi bagi Masyarakat Bakongan mengadakan perayaan Maulid Nabi
merupakan perkara yang baik yang akan menghasilkan yang baik pula.
Maulid di Bakongan juga menjadi sarana untuk memperkokoh tali
silaturahmi antar warga lainya.
Masyarakat tidak terlalu mempersoalkan komunitas budaya lainnya yang
ingin menghadiri Maulid Nabi yang diadakan oleh masyarakat
Bakongan.Dengan senang hati mereka sangat menghormati mereka.Ini
merupakan
bukti
bahwa
tak
selamanya
orang
Aceh
sangat
dibandingkan
maksiat.
Mayoritas
Masyarakat
Bakongan
2.
Perayaan maulid sarat akan nilai-nilai gotong royong dan seni, hal itu
mampu
menunjang
114
kreatifitas
masyarakat
dalam
bersosial
dan
115
yang
Saw,
dan
berlomba-lomba
dalam
kebaikan.
Maulid
melahirkan tradisi intelektual dan keilmuan yang kuat, dan itu menandakan
lahirnya suatu peradaban yang terdapat pada komunitas aktif dan kreatif
terhadap ilmu pengetahuan sebagai peradaban Islam yang diwariskan Nabi
Muhammad kepada pengikutnya.Membalasnya dengan kecintaan melalui
tradisi keilmuan dan peringatan kelahiran Nabi bagian penerjemahan pesan
Tuhan untuk disampaikan. Peringatan maulid nabi tersebut mengandung
nilai-nilai filosofis yang baik dan dari keIslamannya pun dapat ditemukan
dalam kegiatan tersebut, ini menandakan cara pandang masyarakat
terhadap maulid sudah sangat maju dan inilah yang disebut dengan cinta
akan kebijaksanaa (filsafat).
B. Saran
Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. di Bakongan diharapkan dapat
menjadi momentum kebangkitan umat untuk memperkokoh ukhuwah Islamiyah
sesama muslim maupun antar warga masyarakat. Dengan mengingat kembali
perjuangan Rasulullah maka umat Islam khususnya warga Bakongan mampu
menjawab tantangan zaman melalui peneladanan atas sikap dan prilaku
Rasulullah. Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. pada komunitas etnis Aceh
di Bakongan selayaknya tidak hanya menjadi sebuah acara seremonial belaka,
tetapi perayaan Maulid Nabi ini dapat menjadi salah satu implementasi dalam
memuliakan Nabi Muhammad Saw. dan memuliakan Nabi Muhammad
merupakan salah satu refleksi kecintaan kita terhadap beliau. Merayakan
peringatan Maulid Nabi merupakan salah satu amal perbuatan yang paling utama
dan sebuah ritual pendekatan diri kepada Allah, karena keseluruhan peringatan
Maulid Nabi merupakan ungkapan kebahagiaan dan kecintaan kepada Nabi
Muhammad Saw. dan masyarakat kepada Nabi termasuk salah satu prinsip dasar
116
Iman dalam Islam. Untuk itulah perayaan Maulid Nabi di Bakongan hendaknya
dapat memperkuat keimanan dan ketakwaan warga Aceh khususnya.Sebagian
masyarakat Aceh juga masih banyak yang menganggap perayaan Maulid Nabi
hanyalah sebuah acara seremonial belaka bahkan ada yang berpandangan bidah.
Sehingga dikhawatirkan akan terjadi kesenjangan diantara mereka, walaupun
kesenjangan itu tidak tanpak secara nyata. Maka dari itu alangkah baiknya sesama
masyarakat saling menghargai dan memiliki rasa kebersamaan dalam kehidupan
brmasyarakat apalagi dalam hal kebaikan.Semoga perayaan-perayaan keagamaan
seperti ini dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan hingga masyarakat
Bakongan dapat memahami betul hakikat dan makna yang terkandung dalam
perayaan tersebut untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui
sikap keteladanan Rasululullah sebagai Uswatun Hasanah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Bin Hasan, bin Abdul Hamid al-Halabi, Mengupas Tuntas Akar Bidah:
Dalam Timbangan Alquran dan Sunnah (Ilmu Ushul al-Bida Dirasah
Takmiliyah Muhimmah fii Ilmi Ushul al-Fiqh),(Bekasi: Pustaka Imam Adz
Dzahabi,2009).
117
118
119
Said bin Ali Wahf Al-Qahthani, Nurus-Sunnah wa Zhulumatul-Bidah fi Dhau ilKitab was-Sunnah, Ar-Riasah al-Ammah Lihaiatil-amri bl-marufi wannahyi anil-mungkari, al-idarah al-ammah lit-tau iyah wat-taujih. Terj.
Abu Barzani, Awas Bahaya Bidah: Bidah berkedok Sunnah, cet: 1,
(Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif,2010).
Schimmel, Annemarie, And Muhammad is His Messenger: The Veneration of the
Prophet in Islamic Piety,Terj: Rahmani Astuti dan Ilyas Hasan (Bandung:
Mizan, 1993)
Woodhouse, Mark B, Berfilsafat Sebuah Langkah Awal, Terj: Ahmad Norma
Pramata dan P Hardono Hadi (Yogyakarta: Kanisius, 2000).
(Jamil Ahmad, Hundred Great Muslims, cet: III, (Pakistan: Ferozsons. Ltd,
Lahore, 1984), Terj. Tim Penerjemah/Pustaka Firdaus, Seratus Muslim
Terkemuka, cet: III, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1984).
Yin, Robert, Studi Kasus Desain dan Metode (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2009).