Anda di halaman 1dari 119

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam masuk ke Indonesia secara berangsur- angsur dan dimulai
pada abad ketujuh Masehi. Menurut Hamka yang dikutip oleh Hasjmy dalam
bukunya, agama Islam datang ke Indonesia dibawa oleh saudagar-saudagar Islam.
Saudagar-saudagar tersebut bukan hanya dari Arab saja, melainkan ada yang
berasal dari Persia dan Gujarat.1
Muhammad Said membuat kesimpulan,sumber-sumber sejarah Arab
mengatakan bahwa di Sumatra sejak abad sembilan di pelbagai bandar sudah
banyak pendatang Arab yang beragama Islam.2Sebaliknya, menurut sumbersumber orang luar (Arab dan Tionghoa) Islam masuk ke Indonesia pada abad
pertama Hijriyah yakni sekitar abad ketujuh sampai dengan abad kedelapan.
Haji Abu Bakar Aceh memberi kesimpulan, Islam masuk ke Indonesia
pertama kali di Aceh. Penyiar Islam pertama tidak hanya dari India dan Gujarat,
akan tetapi ada dari bangsa Arab. Mazhab pertama yang dipeluk di Aceh adalah
Syiah dan Syafii.3
Menurut Muljana, Islam masuk ke Indonesia pada abad kedua belas. Hal
ini dikarenakan pada akhir abad kedua belas ditemukan kerajaan Islam di daerah
pantai Timur Sumatera. Kerajaan itu diberi namaPeureulak karena didirikan oleh
para pedagang asing dari Maroko, Persi, Gujarat, dan Mesir yang sejak awal
abad kedua belas sudah menetap di sana.4
Selain pendapat-pendapat para sejarawan diatas ada juga beberapa teori
lain yang menyebutkan tentang masuknya Islam ke Indonesia. Teori-teori tersebut
diantaranya adalah teori Gujarat, teori Makkah, dan teori Persia.Ketiga teori
tersebut tidak membicarakan masuknya Islam dari setiap pulau tapi hanya
menganalisis dari Sumatera dan Jawa sebab dua wilayah itu yang merupakan

Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam di Indonesia(Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 3.


Ibid., h. 4.
3
Ibid
4
Muljana dan Slamet,Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa(Yogyakarta: LKIS Pelangi
Aksara, 2008), h. 130.
2

sampel wilayah Nusantara lainnya.Dalam teori Gujarat menyatakan bahwa Islam


masuk ke Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Gujarat.Kemudian, Islam
masuk ke Indonesia sekitar abad ketiga belas. Hal ini diperkuat dengan
ditemukannya batu nisan pertama Sultan Kerajaan Samudra, yakni Malik al-Saleh
yang wafat 1297. Teori Makkah merupakan suatu teori yang dihasilkan dari
koreksi dan kritik Hamka.Teori yang ketiga adalah teori Persia, teori ini lebih
memfokuskan pada kebudayaan yang hidup dalam masyarakat Islam Indonesia
yang dirasakan memiliki persamaan dengan Persia.Dalam teori Persia dijelaskan
bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas dengan dibawa oleh
saudagar dari Gujarat.Jika kita melihat, teori Gujarat dan Persia itu mempunyai
kesamaan.Perbedaan dalam kedua teori ini terletak pada ajarannya.Dalam teori
Gujarat dijelaskan bahwa Islam mempunyai kesamaan ajaran dengan mistik India.
Namun, dalam teori Persia memandang bahwa adanya kesamaan ajaran sufi
Indonesia dengan ajaran sufi Persia.5
Dari semua pendapat-pendapat di atas kita dapat menyimpulkan bahwa
menurut pendapat yang paling kuat, Islam masuk ke Indonesia pada awal abad
pertama Hijriyah yakni abad tujuh Masehi. Sebaliknya, ada pendapat lain yang
mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ketiga belas dan
masuknya ke Indonesia pertama kali dibawa oleh saudagar-saudagar dari Arab.
Para sejarawan masih silang pendapat tentang awal masuknya Islam ke
kawasan Nusantara, khususnya ke daerah Aceh.Hal yang telah menjadi kesamaan
pendapat adalah bahwa pedagang-pedagang Arab memegang peran penting dalam
menyebarkan Islam di kawasan ini.Namun, beberapa pakar seperti Harry
W.Hazard dan Raymond LeRoy Archer berpendapat bahwa Islam telah masuk ke
daerah ini pada abad pertama Hijriah. Hazard menyebutkan bahwa orang-orang
muslim pertama yang mengunjungi Indonesia adalah para pedagang Arab abad ke
tujuh yang berhenti di Sumatera dalam perjalanan ke Cina. Tentang masalah ini
Archer nampaknya juga sependapat bahwa pengenalan Islam di Sumatera

74-93.

Suryanegara dan Ahmad Mansur, Menemukan Sejarah (Bandung: Mizan, 1996), h.

bukanlah melalui guru-guru agama melainkan melalui para pedagang Arab pada
awal Hijrah.
Pada abad ke 13, Islam telah menyebar luas dan telah menjadi agama
resmi di Aceh.Banyak pedagang dari Arab, Persia, dan India berkumpul di Aceh
menjadi rekan dagang dan pendukung politik penguasa lokal di sepanjang pos-pos
perdagangan. Hal ini mempercepat penyebaran Islam dan berdirinya kerajaankerajaan islam seperti perlak, samudra pasai, Aceh, pidie dan Daya.6
Sebelum Islam masuk ke Aceh, Hindu (mistisme) merupakan agama
masyarakat Aceh.Hinduisme sebagai pandangan hidup bagi masyarakat Aceh
tercermin dari aktivitas ritual dan tradisi setempat. Akan tetapi mulai abad ke 7
H/13 M, Islam menjadi agama mayoritas bagi masyarakat Aceh, dan berdirinya
kerajaan Samudra Pasai (Sultan Malikus Shalih w. 1297) sebagai kerajaan Islam
kedua di Aceh menandai bahwa kekuasaan politik di Aceh telah dikuasai oleh
masyarakat Islam Aceh.
Sebelum masyarakat Islam Aceh menguasai politik, muslim Islam Aceh
merupakan komunitas pinggiran yang berada dibawah pengaruh kekuasaan raja
Hindu yang sudah berkembang sebelumnya. Hal ini terlihat dari catatan
Marcopolo yang mengunjungi Aceh pada tahun 1292 M. Menurut Marcopolo
pada saat ia datang, Sumatera terbagi dalam delapan kerajaan kecil dan semua
kerajaan tersebut menyembah berhala kecuali Peureulak, karena Peureulak selalu
didatangi oleh pedagang muslim.
Menurut Al-Attas, masuknya Islam di Nusantara mesti berpegang pada
teori umum mengenai islamisasi Nusantara, di mana yang menjadi dasarnya
adalah karakteristik internal Islam di dunia Melayu-Indonesia yang ada saat ini.
Dalam hal ini Al-Attas mengatakan bahwa konsep-konsep, istilah istilah kunci
dalam literatur Melayu Indonesia tidak ada hubungannya dengan India, namun
berhubungan langsung dengan Arab. Meskipun ada beberapa istilah Persia,

Luthfi Aunie, Pranata Islam di Indonesia, pergulatan Sosial, Politik Hukum dan
Pendidikan(Yogyakarta: Logos, 2002), h. 135.

namun asalnya Arab juga.Dengan demikian, jelas bahwa Islam di Nusantara


dibawa langsung dari Arab.
Kedatangan pedagang Arab ke Aceh, kalangan sejarawan melaporkan
bahwa tidak terlepas dari popularitas kerajaan Sriwijaya yang mengalami masa
puncaknya pada abad ke 9 10 M di samping pengaruh geografis di mana posisi
Aceh sangat strategis bagi pelayaran lintas dunia. Daerah ini menjadi pintu utama
perdagangan yang terletak di selat Melaka dan memiliki terusan sempit dalam rute
perdagangan laut negeri negeri Islam ke Cina.
Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa ketika masyarakat Aceh mengalami
akulturasi budaya dengan bangsa Arab serta migrasi agama besar besaran
masyarakat Nusantara ke agama Islam pada abad ke 15 M yang disebabkan oleh
melemahnya kerajaan Sriwijaya, Majapahit dan Mataram, Islam sebagai
keyakinan bagi masyarakat semakin kuat pengaruhnya terhadap budaya di Aceh.
Nurcholish

Madjid

menjelaskan

hubungan

agama

dan

budaya.Menurutnya, agama dan budaya adalah dua bagian yang dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan.Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena
perubahan waktu dan tempat.Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama
dapat berubah dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar
budaya di dasarkan kepada agama; dan tidak pernah terjadi sebaliknya. Oleh
karena itu agama adalah primer dan budaya adalah sekunder. Budaya bisa
merupakan ekspresi hidup keagamaan, karena ia sub-ordinat terhadap agama, dan
tidak pernah sebaliknya.
Tentang ajaran agama Islam, Harun Nasution melaporkan, Islam pada
hakikatnya mengandung dua kelompok ajaran.Kelompok pertama, karena
merupakan wahyu dari Tuhan, bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah
dan tidak bisa diubah.Kelompok kedua, karena merupakan penjelasan dan hasil
pemikiran pemuka atau ahli agama, pada hakikatnya tidaklah absolut, tidak
mutlak benar, dan tidak kekal.Kelompok kedua ini bersifat relatif, nisbi, berubah,
dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.

Peringatan Maulid Nabi Saw. sebagai sebuah budaya Islamdalam


pelaksanaannya akan mengalami keberagaman. Keberagaman ini dipengaruhi
oleh faktor tempat dan tradisi tradisi lokal meskipun tujuannya adalah sama.
Untuk kepentingan analisis, Soerjono Soekanto membagi kebudayaan
dari berbagai segi. Dari sudut struktur dan tingkatannya dikenal adanya super
cultural yang berlaku bagi seluruh masyarakat. Suatusuper cultural biasanya
dapat dijabarkan dalam cultures yang mungkin didasarkan pada kekhususan
daerah, golongan, etnik, dan profesi. Dalam suatu cultural mungkin berkembang
lagi kebudayaan kebudayaan khusus yang tidak bertentangan dengan
kebudayaan induk, hal ini disebut subcultural.Apabila kebudayaan khusus tadi
bertentangan dengan kebudayaan induk, gejala itu disebut counter culture.
Berkaitan dengan Maulid Nabi Saw. sebagai budaya Islam, maka yang
menjadi super cultural-nya adalah legalitas Maulid Nabi Saw. berdasarkan hukum
Islam

kedua

(ijtihad sebagai

metode

isthimbath

hukum

Islam).

Sedangkan cultural-nya adalah bentuk dan cara kegiatan Maulid Nabi Saw. yang
dilaksanakan berdasarkan wilayah, daerah, golongan, etnik, dan profesi. Ketika
Maulid dilaksanakan berdasarkan kearifan lokal (wilayah, daerah, golongan,
etnik, profesi) maka muncul lagi keanekaragaman khusus di dalam wilayah
tertentu dan tidak bertentangan dengan budaya induk.Hal ini disebut
sebagai subculture.Dan jika bertentangan dengan budaya induk, gejala itu
disebut counter culture.
Dengan mengaplikasikan kebudayaan Maulid Saw.ke dalam struktur dan
tingkat sebuah kebudayaan, maka tingkatan yang mendominasi perbedaan budaya
Maulid saw antara satu daerah dengan daerah lain, masyarakat satu dengan lain
adalah terjadi pada bentuk pelaksanaan Maulid Nabi Saw itu sendiri (cultures).
Indonesia merupakan Negara yang sarat akan tradisi dan budaya, baik itu
budaya yang berhubungan dengan adat istiadat, maupun yang berhubungan
dengan keyakinan keagamaan. Salah satu daerah yang paling terkenal akan
budaya yang bersinggungan dengan agama adalah Nanggro Aceh Darussalam,
yang sejak dari dulu sudah dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah.

Aceh yang merupakan daerah mayoritas dan kental akan keislamannya


memiliki berbagai macam budaya adat istiadat yang berkaitan dengan
keyakinannya dalam memahami agama, baik itu yang diadaptasi dari budaya
lama, maupun budaya yang memang tercipta untuk memudahkan dalam
memahami agama. Salah satu perayaan yang paling sering degelar oleh
masyarakat dan sangat di utamakan adalah perayaan peringatan Maulid Nabi
Muhammad Saw yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal pada penanggalan
Islam (tahun Hijriah). Didalam Islam kedudukan Nabi Muhammad saw
merupakan seorang utusan Allah Swt untuk menyampaikan risalah dari Tuhannya,
Rasulullah merupakan teladan bagi sekalian umat Islam khususnya dan Rahmat
bagi sekalian alam.
Kaum muslimin di masa dahulu maupun di masa kini semuanya
mengakui dan memuji ketinggian dan keagungan martabat Rasulullah
Saw.Banyak Hadis yang diketengahkan oleh kaum Shalihin mengenai hal
itu.Diantaranya ada yang terlampau berlebih-lebihan, tetapi ada pula yang
membatasi pujian dan sanjungannya.Kenabian dan tugas Risalah yang
diamanatkan Allah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad Saw.
Sedemikian mulia dan sedemikian tinggi martabatnya sehingga Allah Swt
berkenan mengangkat setinggi-tingginya dan menyertakan nama beliau sesudah
asma Allah Swt di dalam kalimat shahadat. Islamnya seseorang tidak dapat
diterima hanya dengan mengikrarkan salah satunya, bahwa tiada Tuhan selain
Allah Swt.Tanpa mengikrarkan bahwa Nabi Muhammad Saw adalah Rasul
(utusan) Allah Swt atau sebaliknya. Dengan keteladanan Rasulullah saw,
menjadikan dirinya mulia dan Allah Swt memerintahkan semua orang beriman
supaya meneladani perilaku Rasulullah Saw dan mengikuti semua petunjuknya.
Dewasa ini perayaan hari lahir Nabi Muhammad (Arab, maulid an-Nabi)
pada tanggal 12 Rabiul awal merupakan salah satu dari tiga hari raya Muslim
yang utama.7Meskipun maulid, berbeda dari dua perayaan lainnya, yaitu Hari
Raya Buka Puasa (idul Fitri) dan Hari Raya Kurban (idul Adha).

Yang dimaksud adalah Islam Suni.

Maulid didalam kalangan masyarakat Aceh merupakan suatu kebudayaan


yang dilaksanakan secara terus menerus setiap tahunnya. Masyarakat Aceh
sebagai penganut agama Islam melaksanakan maulid (baca: Keunurie Mouloed)
setiap bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir dan Jumadil Awal. Keunurie Mouloed
yang dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal disebut mouloed awai (maulid awal)
dimulai dari tanggal 12 Rabiul Awal sampai berakhir bulan Rabiul
Awal.Sedangkan kenduri maulid yang dilaksanakan pada bulan Rabiul Akhir
disebut mouloed teungoh (maulid tengah) dimulai dari tanggal 1 bulan Rabiul
Akhir sampai berakhirnya bulan.Selanjutnya, kenduri maulid pada bulan Jumadil
Awal disebut mouloed akhee (maulid akhir) dan dilaksanakan sepanjang bulan
Jumadil Akhir.
Pelaksanaan kenduri maulid berdasarkan tiga bulan di atas, mempunyai
tujuan supaya warga masyarakat dapat melaksanakan kenduri secara keseluruhan
dan merata.Maksudnya apabila pada bulan Rabiul Awal warga belum mampu
melaksanakan kenduri, pada bulan Rabiul Akhir belum juga mampu, maka masih
ada kesempatan pada bulan Jumadil Awal.Umumnya seluruh masyarakat
mengadakan kenduri maulid hanya waktu pelaksanaan yang berbeda-beda,
tergantung pada kemampuan dari masyarakat.8
Dari penjelasan diatas tampaknya ada suatu keharusan bagi masyarakat
Aceh untuk selalu merayakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw tersebut,
itu dapat dilihat dari waktu-waktu yang diberikan kepada masyarakat agar semua
kalangan dapat merayakannya. Hal inilah yang ingin peneliti lihat dan teliti sejauh
apakah urgensi perayaan maulid tersebut didalam masyarakat Aceh khususnya
Kabupaten Aceh Selatan, dan apakah ada pertentangan tentang tradisi ini dalam
sebagian masyarakat tersebut.
Perayaan maulid merupakan suatu kebudayaan yang terpelihara
eksistensinya dalam masyarakat Aceh, yang dilaksanakan secara terus menerus
sebagai sebuah tradisi yang pasti memiliki tujuan tertentu.Mengutip pemikiran
Aristoteles, bahwa manusia dalam semua perbuatannya, selalu mengejar sesuatu
8

Rusdi Sufi Dkk, Adat Istiadat Masyarakat Aceh (Banda Aceh: Dinas Kebudayaan
Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, 2002), h. 53.

yang baik.Oleh karenanya Aristoteles merumuskan definisi baik sebagai sesuatu


yang

menjadi

arah

semua

hal,

sesuatu

yang

dikejar,

sesuatu

yang

dituju.Sedangkan untuk definisi tujuan, Aristoteles memberikan definisi sebagai


sesuatu yang untuknya suatu hal dikerjakan.9
Bustanuddin Agus mengatakan kebudayaan adalah keseluruhan dari
kehidupan manusia yang berpola dan didapatkan dengan belajar atau yang
diwariskan kepada generasi berikutnya, baik yang masih dalam pikiran, perasaan
dan hati pemiliknya, maupun yang sudah lahir dalam bentuk tindakan dan benda,
kebudayaan dilestarikan oleh pemiliknya dengan mewariskan kepada generasi
berikutnya.10Unsur budaya yang dilestarikan itu salah satunya adalah sistem religi
dan upacara keagamaan,11yang ditujukan untuk sebuah kebaikan bagi masyarakat
yang menjalaninya.Manusia disebut moral baik apabila hidupnya dijuruskan
kearah tujuan terakhirnya, dan perbuatan-perbuatannya disebut moral baik karena
perbuatan-perbuatan itu membawa manusia kearah tujuan terakhir.Sedangkan
tujuan terakhir sendiri adalah selalu yang baik yang tertinggi, tidak peduli apakah
manusia sebenarnya mencarinya atau tidak.Maka tujuan terakir adalah moral baik
dalam arti pertama dan mutlak.12
Ada beberapa hal yang menjadi kontroversi tentang perayaan maulid
tersebut apabila kita tinjau dari sejarah munculnya, baik itu ada yang berpendapat
merupakan perayaan yang tidak pernah dianjurkan Nabi saw dan Allah swt dalam
hadis maupun ayat-ayatNya seperti.
Rasulullah saw bersabda:







Ikutilah Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur Rosyidin yang mendapat
petunjuk setelahku. Berpengang teguhlah padanya dan gigitlah ia dengan gigi
9

Poespoprodjo, Filsafat Moral Kesusilaan Dalam Teori dan Praktek (Bandung: pustaka
Grafika, 1999), h. 34.
10
Sahrul, Sosiologi Islam(Medan: IAIN Press, 2011), h.82.
11
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) h. 203204.
12
Poespoprodjo, filsafath. 41.

geraham. Dan hindarilah hal-hal yang baru (dalam agama), karena semua yang
baru adalah bidah, dan setiap bidah adalah sesat. (HR. Ahmad dan atTirmidzi)13
Peringatan Maulid Nabi saw dikategorikan menyerupai perbuatan orangorang Nasrani, karena mereka juga memperingati Maulid Nabi Isa Alaihissalam.
Menyerupai orang-orang Nasrani adalah perbuatan yang sangat diharamkan.
Rasulullah saw bersabda:


Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari
mereka. (HR. Ahmad dan Abu Dawud).14
Padahal Rasulullah saw melarang keras umatnya berlebih-lebihan dalam
memujinya, sebagaimana beliau bersabda:
Janganlah kalian memujiku (secara berlebihan) sebagaimana orang Nasrani
memuja Ibnu Maryam (Isa) secara berlebihan.Karena, sesungguhnya aku
hanyalah hamba Alloh, maka ucapkanlah (kepadaku), Hamba dan utusanNya. (HR. al-Bukhori)
Allah swt juga telah melarang tindakan berlebihan seperti itu dalam
firman-Nya:







Wahai ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian, dan
janganlah kalian mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.Sesungguhnya
al-Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Alloh dan (yang diciptakan
dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan
tiupan) roh dari-Nya.15
Dari dalil-dalil diatas inilah peneliti ingin melihat apakah dalam
pemahamannya kita menggunakan pemahaman tekstual atau lebih kepada
kontekstual yang dipahami masyarakat yang menjalaninya. Dikarenakan Maulid
atau peringatan kelahiran sosok Nabi yang membawa ajaran Islam, juga
13

Sunan Abu Daud, Bab Fi Uzumi Sunnah, juz 4, h. 329.


Sunan Abu Daud, Bab Fi Labsusyahrati, juz 4, h. 78.
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahannya. (Bandung: Syamic Cipta Media,2006), an-

14
15

Nisa: 171.

10

diperingati di Aceh dengan upacara yang khas dan bernuansa tradisi. Di sana,
terketemukan semangat kebersamaan masyarakat Aceh. Semangat yang
melingkupi gerak badan, gerak lidah, dan gerak tangan; dalam zikir dan
dalam meuseuraya (bergotong royong).Agama telah membantu mendorong
terciptanya persetujuan mengenai sifat-sifat dan isi kewajiban sosial tersebut
dengan memberikan nilai-nilai yang berfungsi menalurkan sikap-sikap para
anggota

masyarakat

dan

menetapkan

isi

kewajiban-kewajiban

sosial

mereka.Dalam peranan ini agama telah membantu menciptakan sistem-sistem


nilai sosial yang terpadu dan utuh.Agama juga memainkan peranan vital dalam
memberikan kekuatan memaksa yang mendukung dan memperkuat adat-istiadat.
Dalam hubungan ini patut diketahui bahwa sikap mengagungkan dan rasa hormat,
terutama yang berkaitan dengan adat istiadat (moral) yang berlaku, berhubungan
erat dengan perasaan-perasaan kagum yang ditimbulkan oleh yang sakral itu
sendiri.16
Upacara peringatan kelahiran Nabi Muhammad saw tersebut, dalam
beberapa literatur disebutkan, sudah dikenal dan dilakukan oleh masyarakat Aceh
yang notabene adalah muslim sejak awal mula Islam datang ke sana (abad ke-13,
berdasar teori Hurgronje).
Pada perhelatan tersebut, biasanya diisi dengan berbagai kegiatan yang
berbau Islam bersamaan pada hari yang sama dilaksanakannya perayaan Maulid.
Hal tersebut akan ditinjau lebih jauh lagi dalam perspektif pemikiran
Islam untuk mendapatkan suatu analisis dengan pendekatan antropologis terhadap
tradisi tersebut.
Dari masalah-masalah yang timbul diatas, peneliti menjadikan suatu daya
tarik tersendiri untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk dijadikan sebuah
Tesis.

16

Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat (Jakarta: RajaGrafindo Persada,


1996), h. 36.

11

Maka dari itu peneliti ingin membuat karya ilmiah ini dengan mengambil
judul :
PANDANGAN
PERAYAAN

MASYARAKAT

PERINGATAN

DARIFILSAFAT

ACEH

TERHADAP

TRADISI

KEUNURIE

MOULOED

DITINJAU

ISLAM,(STUDI

KASUS

MASYARAKAT

KEC.BAKONGAN KAB.ACEH SELATAN ).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian dari latar belakang tersebut di atas, dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apa pandangan masyarakat Aceh di kecamatan Bakongan mengenai
pelaksanakan tradisi perayaan peringatan Keunurie Mouloed?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan Perayaan peringatan Keunurie Mouloeddi
kecamatan Bakongan?
3. Bagaimana tinjauan Filsafat Islam terhadap perayaan peringatan tersebut?

C. Batasan Istilah
Dari judul di atas, ada beberapa istilah yang perlu dibatasi pengertianya
agar istilah yang digunakan dalam judul tersebut diatas menjadi jelas dan tidak
memberikan salah pengertian maupun tafsiran ganda, istilah yang dimaksud
adalah:
1. Pandangan berasal dari kata pandang yang berarti penglihatan yang tetap dan
agak lama.17 Dan menjadi sebuah pemahaman di dalam diri seseorang.
2. Tradisi adalah kebiasaan turun temurun dari nenek moyang yang masih
dijalankan di masyarakat. Tradisi yaitu penilaian atau anggapan bahwa caracara yang telah ada merupakan yang paling baik dan benar.18
3. Keunurie Mouloed yaitu kenduri atau perayaan Maulid Nabi Muhammad saw
yang jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Hijriah.

17

Tim Penyusun, Kamus Besar bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikn
Nasional, (Jakarta: balai Pustaka, Edisi Ketiga,2003), h. 821.
18
Ibid., h. 1208.

12

4. Peringatan atau memperingati berarti mengenang, atau mengadakan suatu


kegiatan untuk memuliakan suatu peristiwa.19
5. Ditinjau berasal dari kata tinjau yag berarti melihat sesuatu yang jauh dari
ketinggian, ditinjau memiliki arti melihat pandangan, pendapat (sesudah
penyelidikan).20

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pandangan masyrakat Aceh mengenai pelaksanaan perayaan
peringatan Keunurie Mouloed di kecamatan Bakongan.
2. Untuk mengetahui bagaimana tata caraperayaan peringatan tersebut bagi
masyarakat Aceh di kecamatan Bakongan.
3. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan filsafat Islam terhadap perayaan
peringatan tersebut yang diadakan masyarakat Aceh di kecamatan Bakongan.
Sedangkan kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan dan penambah wawasan keIslaman bagi masyarakat terkait
dengan perayaan peringatan Keunurie Mouloed yang sudah mengakar di
tengah-tengah masyarakat.
2. Sebagai sumbangsih pemikiran terhadap masyarakat, akademisi, pemerintah
dan tokoh agama didalam masyarakat Aceh.
3. Sebagai kelengkapan penyelesaian Studi S2 (Strata 2) pada program
Pascasarjana IAIN Sumatera Utara

E. Kajian Terdahulu
Pembicaraan mengenai peringatan perayaan maulid, sejauh ini belum
peneliti temukan berbentuk sebuah karya tulis sejenis seperti tesis.Namun bukubuku yang menjelaskan mengenai tradisi ini banyak juga dijumpai, dari yang
menjelaskan secara spesifik maupun ringkas. Salah satu buku yang berbicara
tentang itu adalah karangan Nico Kaptein yang berjudul Perayaan Hari Lahir
19

Ibid., h. 433.
Ibid., h. 1198.

20

13

Nabi Muhammad saw, Asal-usul Penyebaran Awalnya: Sejarah di Magrib dan


Spanyol Muslim sampai abad ke-10/ke-16. Yang dalam buku tersebut dibahas
awal mulanya perayaan maulid dilaksanakan dalam beberapa Dinasti. Kajian lain
yang sedikit sama dalam membahas masalah tradisi masyarakat yang berbau
keagamaan adalah sebuah Tesis yang berjudul

Tradisi Wirid Yasin Pada

Masyarakat Muslim Di Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu


oleh Darman 07 Peki 1171 jurusan Pengkajian Islam tahun 2011 Pascasarjana
IAIN Sumatera Utara. Dalam Tesis tersebut peneliti membahas masalah-masalah
dasar hukum wirid yasin dalam Alquran dan hadis, juga menjelaskan bentuk
pelaksanaan wirid tersebut, makna wirid didalam masyarakat n relevansi dengan
kehidupan Masyarakat.Tapi tidak dijelaskan apakah ada kontroversi dalam
menjalankan tradisi tersebut dan hal-hal yang berbau magis, bidah dan
sebagainya.Yang menurut hemat saya perlu dijelaskan lebih rinci, karena
berkaitan dengan budaya yang dapat berubah-ubah dan bercampur dengan
kepentingan masyarakat pribadi. Karya yang membahas tema yang sama namun
mempunyai lokasi yang berbeda ialah Skripsi yang ditulis oleh Misbachul Munir
jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun 2012 dengan judul Tradisi Maulid dalam
Kultur Jawa, (Studi kasus terhadapkesenian tradisional Shalawatan Emprak di
Klenggotan Piyungan Bantul). Pada karya ilmiah ini dijelaskan bagaimana
tradisi asli masyarakat yaitu Emprak yang mengalami pergeseran fungsi dari
sebuah ritual pembacaan riwayat nabi dalam peringatan Maulid menjadi seni
pertunjukkan. Saat ini shalawatan Emprak bisa ditampilkan dalam acara
keagamaan dan acara yang berkaitan dengan siklus hidup manusia seperti
kelahiran dan pernikahan. Peneliti tersebut tertarik untuk melakukan kajian
terhadap kesenian tradisional, yang diduga telah terjadi pergumulan budaya dalam
proses interaksi antara Islam dan jawa khususnya diwilayah sastra dan unsur
pertunjukan lainnya. Maka dari itu peneliti dapat melihat adanya tinjauan lain
yang

digunakan

oleh

saudara

Munir

dalam

penelitiannya,

yaitu

dia

mengkhususkan pada aspek penempatan tradisi yang bergeser dan menjadi lebih

14

luas dari yang biasanya. Maka dari itu walaupun tema yang peneliti pilih hampir
sama namun aspek pembahasannya berbeda.

F. Sistematika penelitian
Dalam penelitian ini, agar lebih terarah dan sesuai metode penelitian
perlu kiranya disusun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu dalam
penelitian ini akan disusun sistematikanya pada lima bab sebagai berikut:
Bab pertama, berisikan pendahuluan yang memaparkan latar belakang
masalah penelitian, perumusan masalah, batasan istilah, tujuan dan kegunaan
penelitian ini, kajian terdahulu dan sistematika penelitian.
Bab kedua, akan dibahas masalah pengertianperayaan dan peringatan,
pengertianmaulid nabi, keyakinan dan pola pemikiran masyarakat Aceh tentang
budaya, pengertian filsafat Islam dan alirannya.
Bab ketiga, akan dibahas masalah metode penelitian yang berisikan jenis
penelitian dan pendekatan ,subjek penelitian ,sumber data, teknik pengumpulan
data dan teknik analisis data, teknik pemeriksaan keabsahan data
Bab keempat, merupakan hasil penelitian dan pembahasan yang
melingkupi gambaran lokasi penelitian, pengenalan masyarakat Aceh, adat
budaya di Aceh, perayaan maulid di Aceh, pandangan masyarakat mengenai
maulid, bentuk pelaksanaan dan tata cara, dan tinjauan filsafat Islam terhadap
tradisi perayaan tersebut.
Bab kelima adalah penutup yang berisikan kesimpulan dan saran-saran

15

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Perayaan dan Peringatan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, perayaan adalah pesta
(keramaian) untuk merayakan sesuatu.Sedangkan merayakan adalah memuliakan
(memperingati, memestakan) hari raya atau peristiwa-peristiwa penting.21Pada
hari besar nasional dan keagamaan, masyarakat Aceh di kecamatan Bakongan
Kabupaten Aceh Selatan merayakannya dalam bentuk seremonial.Seperti hari
kemerdekaan Indonesia atau yang kita kenal sebagai 17-an. Warga Aceh
merayakannya dengan mengadakan berbagai perlombaan yang diadakan di
pelbagai tempat umum seperti lapangan, jalan, maupun lahan kosong.Demikian
juga pada maulid Nabi, warga masyarakat juga merayakannya secara
seremonial.Ini menandakan bahwa Maulid nabi adalah hari bersejarah bagi umat
Islam Indonesia.Khususnya masyarakat Aceh yang menjadikan Islam sebagai
agama sekaligus budaya, sehingga dapat kita jumpai banyak tradisi kebudayaan
Aceh telah berbaur dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam Islam. Pada perayaan
peringatan Maulid nabi ini dapat kita lihat

bahwa dari perencanaan sampai

dengan pelaksanaannya dimana banyak membutuhkan orang banyak serta biaya


yang besar. Disamping itu, perayaan maulid Nabi biasanya diadakan secara
formaldengan susunan kepanitiaan lengkap dengan perangkatnya.
B. Pengertian dan Sejarah Maulid Nabi
Kata maulid merupakan bentuk masdar mimi yang berasal dari kata:
walada, yalidu, wiladatn, maulidun, waldatun, wildatun,lid, laa talid, maulidun,
mauladun, miladun. Yang berarti dari segi bahasa (etimologi) adalah kelahiran.
Sedangkan pada istilah (terminologi) berarti, berkumpulnya manusia membaca
ayat-ayat Alquran, membaca riwayat kabar berita yang datang dari permulaan
urusan Nabi Muhammad saw, dan apa yang terjadi pada maulidnya (kelahiran
Nabi Muhammad Saw). Daripada tanda-tanda kebesarannya, setelah itu

21

Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa Departemen Pendidikn
Nasional, (Jakarta: balai Pustaka, Edisi Ketiga,2003), h. 935.

15

16

dihidangkan bagi mereka hidangan makanan, mereka memakannya dan setelah itu
pulang tanpa ada tambahan atas yang demikian itu.22
Menurut pusat bahasa Departemen Pendidikan Nasional, maulid adalah
hari lahir (terutama

hari lahir Nabi Muhammad Saw. Memperingati Nabi

Muhammad, tempat lahir, dan peringatan hari lahir Nabi Muhammad. Acara akan
diisi dengan ceramah dan kegiatan lainnya pada bulan Rabiul awal. Sedangkan
bermaulid Rasul berarti memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw.23
Kelahiran nabi Muhammad saw ke muka bumi ini merupakan karunia Allah yang
teramat agung untuk umat manusia. Kehadirannya bagaikan matahari terbit yang
menghapus kegelapan malam.Ia bagai rembulan di malam purnama dan air di
tengah padang sahara. Cahayanya menjanjikan kebahagiaan dan kesejateraan
abadi.24
Sekitar 14 abad yang lalu, pada suatu malam di bulan Rabiul Awwal,
orang-orang kafir Majusi dikagetkan dengan padamnya api sesembahan mereka
yang selama ratusan tahun tidak pernah padam, pada malam itu juga penduduk
kota Mekkah dikagetkan dengan suara burung yang berterbangan di atas udara
dengan suara yang beraneka ragam, para Pendeta Ahli Kitab dari golongan
Yahudi dan Nasrani berkumpul dan memanggil pengikut mereka untuk beramairamai keluar dari rumah menyaksikan bintang besar yang berada di cakrawala
yang sejak dahulu belum pernah muncul dan belum pernah terlihat oleh ahli
perbintangan, singgasana raja Persia-pun bergoncang pada saat itu.25Itu semua
merupakan pertanda manusia istimewa pilihan Rabb semesta alam baru saja lahir
ke muka bumi setelah sembilan bulan berada dalam kandungan Siti Aminah.
Ketika Siti Aminah mengandung Nabi Muhammad Saw., ia tidak merasakan
seperti kandungan yang dialami oleh wanita-wanita hamil lainnya. Menurut suatu
riwayat, ketika mau atau sedang mengandung.Siti Aminah tidak pernah merasa
kelelahan dan kepayahan, meskipun kandungannya berumur tua. Selama

22

Syarif Mursal al Batawiy, Keagungan Maulid Nabi Muhammad Saw (Jakarta: Al


Syarifiyah, 2006), h. 13.
23
Tim Penyusun, Kamus Besar...h. 725.
24
M. Anwar, Sejarah Nabi Muhammad (Jakarta: PB Syahmah), h. 1.
25
Ibid., h. 25.

17

iamengandung pula, Siti Aminah kerap kali didatangi para Nabi yang
memberitahukan kepadanya bahwa yang dikandungnya itu akan menjadi pelita
dunia yang akan menerangi seluruh jagat raya dari Timur sampai Barat serta utara
maupun selatan. Dalam sejarah kehidupan Rasulullah, 12 Rabiul Awwal memiliki
makna tersendiri, selain menandai kelahiran Nabi, tanggal tersebut juga menandai
Hijrahnya Rasulullah ke Madinah, bahkan ada yang berpendapat pada tanggal
yang sama Rasulullah menghadap kepangkuan Allah swt.26
Sekitar enam ratus tahun setelah Nabi Muhammad saw wafat, di
kalangan umat Islam banyak yang telah melupakan ajaran Islam itu sendiri.
Kejahatan dan kemaksiatan merajalela,perbudakan, pencurian, serta diskriminasi
terhadap perempuan yang pada zaman Rasulullah dihapuskan kini kembali
marak.Umat Islam pada saat itu sudah tidak memiliki semangat keislaman seperti
pada zaman Rasulullah, apalagi saat itu umat Islam sedang mengalami kelelahan
dalam Perang Salib yang berkepanjangan.27Jika Islam menganjurkan kepada
umatnya untuk senantiasa memupuk persatuan dan perdamaian, maka dalam
kenyataannya sedikit demi sedikit umat Islam banyak yang saling melakukan
pertentangan, sekalipun adanya pertentangan itu hanya disebabkan oleh persoalan
kecil dan tidak penting.Dengan adanya perpecahan-perpecahan seperti itulah yang
menyebabkan kedudukan umat Islam semakin hari semakin lemah, dan akibat dari
kelemahan-kelemahan yang demikian itu maka sebagian negara-negara Islam
dikuasai oleh negara-negara adikuasa yang mayoritas dari Barat. Dalam keadaan
umat seperti itu, bangun dan bangkitlah Sultan Shalahudin al-Ayyubi, yang
terkenal dengan julukan Singa Padang Pasir. Sultan Shalahudin al-Ayyubi
bangkit dengan tujuan agar umat tidak sampai berlarut-larut melupakan dan
meninggalkan ajaran dan perjuangan Rasulullah Saw.Maka dianjurkanlah orangorang untuk menulis kembali riwayat kehidupan Nabi dan perjuangannya serta
dipentaskan pada acara seremonial untuk membacakan kembali sejarah Nabi
Muhammad Saw.Penelitian riwayat Nabi tersebut dikarang beberapa Ulama pada
saat itu, setelah selesai ditulis lalu kaum Muslimin diundang untuk mendengarkan
26
27

Syarif Mursal ,Keagungan Maulid...h.14.


M. Anwar, Sejarah Nabi Muhammad Saw... h. 11.

18

pembacaan riwayat kehidupan Nabi yang diselingi oleh jamuan- jamuan yang
telah disiapkan.28 Di zaman Khulafaul Rasyidin dan Daulah Umayyah serta
Abbasiyah, belum berkembang ide memperingati kelahiran atau Maulid Nabi,
sejarah mengungkapkan bahwa dimulainya peringatan Maulid nabi dimulai pada
masa Daulah Fathimiyyah pada abad 14 hijriyah. Acara itu berlangsung dengan
sangat meriah,29Raja Abu Said al-Malik al-Muzaffar30 (w. malam Rabu 18
Ramadhan 630 H) ipar dari Sultan Shalahudin al-Ayyubi adalah orang pertama
(pelopor) yang memperingati maulid Nabi Muhammad Saw secara besar-besaran
yaitu pada tahun 580 H/ 1184 M. Raja yang memerintah Kerajaan Arbil
(Arbelles) sebelah Timur Mosul Irak itu gagah berani, pandai mengatur strategi,
alim, saleh, dan adil, hidup dalam kesederhanaan, namun untuk memperingati
maulid nabi Saw, beliau mengadakannya selama tujuh hari tujuh malam yang
bertujuan untuk membacakan sejarah Nabi Muhammad Saw. Di samping itu
diadakan pula pekan raya sepekan di negeri tersebut, Salah satu contoh kebaikan
Malik al-Muzaffar adalah membangun Masjid Muzaffari di kaki gunung
Qasiyun.31Ibn Katsir pernah berkata: Dia (Malik al-Muzaffar) dulu selalu
menjalankan ibadah Maulid pada bulan Rabii dan merayakannya secara
meriah.32
Menurut Cendekiawan Mesir, Hasan As-Sandubi dalam bukunya: Tarikh
al-ihtifal bil Maulud an-Nabawi, min al-asr al-awwal ila asr Faruq al-awwal,
terbitan Kairo 1948, menuliskan bahwasanya penguasa Fatimi pertamalah yang
menetap di Mesir, al-Muidz al-Din Allah (memerintah 341H/953-365H/975) yang
untuk pertama kalinya merayakan Maulid Nabi dalam sejarah Islam.33 AsSundubi berasumsi bahwa al-Muidz al-Din Allah merayakan Maulid nabi karena
28

Ibid., h. 11
Abdul Hadi W.M, Perayaan Maulud Melintas Abad (Jakarta:Harian Pelita, Minggu,
11 November 1990), h. 10.
30
H.L. Gottschalk, Al-Malik Al-Kamil, h. 44, sebagaimana dikutip Nico Kapten,
Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta: INIS, 1994), h. 40.
31
Sebuah gunung terkenal di luar Damaskus
29

32

Lihat mengenai Ibn Katsir, (lk. 700/1300-772/1373) E.l. (2), iii, h. 817-818, art.oleh
H. Laoust. Teks yang dikutip As-Suyuti di sini hampir identik dengan teks Ibn Katsir, Al-bidayah
wa-n- nihayah fi t-tarikh, 14 jil. Al-Qahirah 1351-8/1932-9, jil. XI, h. 136-137, sebagaimana
dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw., (Jakarta INIS, 1994), h. 48.
33
Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta:INIS, 1994), h. 20.

19

ingin

mencoba membuat

dirinya

populer

di

kalangan

rakyat

dengan

memperkenalkan beberapa perayaan, salah satunya yang paling penting adalah


Maulid.34Sumber tertua yang menyebut tentang Maulid pada Dinasti Fatimi
adalah karya Ibnu al-Mamun.Nama lengkapnya adalah Jamal al-Din ibn alMamun Abi Abd Allah Muhammad ibn Fatik ibn Mukhtar al-Bataihi.35Ayahnya
adalah al-Mamun ibn al-Bataihi yang termasyhur, yang dari tahun 515/1121
menduduki jabatan Perdana Menteri di istana khalifah Fatimi, al-Amir.36Tanggal
kelahirannya secara tepat tidak diketahui, tetapi C.H. Becker mengasumsikan
bahwa ia dilahirkan beberapa waktu sebelum ayahnya ditangkap, sebab Ibn alMamun menyandang gelar amir, yang pasti didapat dari ayahnya.37Ibn alMamun meninggal pada tanggal 16 Jumada I/30 Mei 1192.40 Dalam Khitat
karya ibn al-Mamun berisi satu bagian tentang Maulid. Bagian bacaan ini
mengacu kepada tahun 517/1123, adalah sebagai berikut:38Untuk menyongsong
peringatan tersebut, dipersiapkan pula sebuah buku yang secara lengkap
membahas tentang riwayat hidup Nabi Muhammad Saw. yang kemudian ditulis
oleh Al-Hafidz Ibnu Dihyah dengan judul At-Tanwir fi-imaulidin Basyirin
Nazhir39 (Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw yang menggembirakan). Dari
tulisan inilah beliau mendapatkan hadiah dari Raja Malik al-Muzaffar sebanyak
1000 dinar emas,40 Perayaan Maulid secara besar-besaran didasari karena pada

34

As-Sundubi, Tarikh al-ihtifal bil Maulud an-Nabawi, min al-asr al-awwal ila asr
Faruq al- awwal, al-Qahirah 1948, h. 63. Sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari
Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta:INIS, 1994), h. 20.
35
Khit. I, h. 390; dalam Khit., h. 83 dan Itt. III, h. 69 namanya diberikan sebagai berikut:
Jamal al-Mulk Musa ibn al-Mamun al-Bataihi. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan
Hari Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta:INIS, 1994), h. 7.
36
E.I. (2), i, h. 1091-1092, s.v. al-Bataihi, art.oleh D.M. Dunlop. sebagaimana dikutip
Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta:INIS, 1994), h. 7.
37

C.H. Becker, Zur Geschichtsschreibung unter de Fatimiden, dalam: Beitrage zur


Geschichte Aegyptens unter dem Islam, erstes Heft, Strassburg 1902, hlm. 1-31, hlm. 23.
sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta:INIS,
1994), h. 7.
38
Wiet, G., Compte rendu de ibn Muyassar, Annales dEgypte, ed. H. Masse, Le Caire
1919 dalam: Jurnal Asiatique 18 (1921), hlm. 65-125, h. 85 cat. 3. sebagaimana dikutip Nico
Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw (Jakarta:INIS, 1994), h. 7.
39
Dua naskah sajak Ibn Dihyah Kitab at-tanwir fi maulid as-siraj al-munir disimpan di
Paris, lihat GAL, GI, h. 311.sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi
Muhammad Saw., (Jakarta:INIS, 1994), h. 48.
40
M. Anwar, Sejarah Nabi Muhammad... h. 12

20

zaman itu, Raja Mongolia Zengis Khan mengganas, melabrak, serta


menghancurkan negeri Irak. Raja Malik al-Muzaffar membayangkan apabila
rakyat tidak memiliki ketahanan mental yang tinggi, tentu mereka akan menjadi
korban keganasan nafsu ekspansionisme tersebut. Pada saat semangat rakyat
melemah, Raja al-Muzaffar menemukan gagasan untuk membangkitkan dan
mengorbankan semangat rakyat dengan mengungkap kembali riwayat hidup
Rasulullah yang penuh dengan nilai heroisme dan patriotisme dalam menegakkan
kebenaran serta melindungi hak kaum lemah dan golongan yang tertindas.Dengan
keberkahan Maulid tersebut, diharapkan dapat memompa semangat rakyat untuk
berjuang membela negerinya sampai titik darah penghabisan, sehingga Zengis
Khan-pun tidak berhasil melabrak kerajaan kecil tersebut.41 Menurut Ibnu Jauzi
menuliskan bahwa Raja Maulana Malik al-Muzaffar mengeluarkan jamuan
sebanyak:
No.

Jenis jamuan

Jumlah

1.

Kambing Panggang

5.000 ekor

2.

Ayam

10.000 ekor

3.

Keju

10.000 kg

4.

Kue dan Buah-buahan

30.000 piring

Total Biaya 300.000 dinar emas

Dewasa ini perayaan hari lahir Nabi Muhammad Saw (Arab. Maulid annabi) pada tanggal 12 Rabiul Awwal (=Rabii) merupakan satu dari tiga hari raya
muslim yang utama.42 Meskipun Maulid berbeda dari dua perayaan lainnya, yaitu
Hari Raya Buka Puasa (Id al-Fitr) dan Hari Raya Qurban (Id al-Adha) dimana
Maulid Nabi bukan hari raya agama, dan perayaannya tidak ditentukan oleh

41

Syarif Mursal al-Batawiy, Keagungan Maulid... h. 15


Yang dimaksudkan adalah Islam Sunni.Dalam kalangan SyiI maulid juga dirayakan,
tetapi perayaan-perayaan lain lebih penting. Cf. H. Lazarus-Yafeh, Muslim Festival, dalam
Numen 25 (1978), h. 52-64. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi
Muhammad Saw (Jakarta:INIS, 1994
42

21

Hukum.43Namun dirayakan di hampir seluruh dunia muslim termasuk di


Indonesia.

C. Keyakinan dan Pola Pemikiran Masyarakat Aceh TentangBudaya


Budaya dan adat Aceh yang ada sekarang merupakan refleksi dari masa
lalu.Untuk memperoleh ilustrasi budaya dan adat Aceh, kita akan menoleh
sejenak kebelakang pada masa kejayaan kerajaan Aceh di bawah pemerintahan
Sultan Iskandar Muda (1607-1636), dimana perkembanan budaya dan adat Aceh
sangat pesat dan mengagumkan pendatang dari luar negeri. Adat dan kebudayaan
masih meninggalkan bekas sampai sekarang ini dalam berbagai bentuk upacaraupacara adat seperti salah satunya upacara perkawinan.Jauh kebelakang asal
muasal adat Aceh dan sejauh mana keasliannya dan pengaruh pada pendatang
yang sudah barang tentu umurnya pun sudah sangat tua.
Adat istiadat Aceh lebih dikenal dengan sebutan reusam yaitu norma
yang dituruti secara turun temurun dan mengalami perubahan serta sifatnya tidak
tertulis, sementara pengertian adat adalah ketentuan-ketentuan dari pemerintah
atau penguasa atau dalam istilah Aceh disebut Poteumeurehom, yang mengatur
pelbagai peraturan seperti tentang kejahatan dan pelanggaran, tentang bea dan
pajak, protokolan, pegawai kerajaan dan sebagainya dan sifatnya tertulis seperti
yang diatur dalam Adat Aceh yang merupakan Undang-Undang Dasar kerajaan
Aceh. Jadi, pengertian adat di Aceh akan berbeda dengan pengertian dalam ilmu
hukum yang membedakan antara adat yang tidak tertulis dengan hukum adat yang
tertulis dan mempunyai sanksi.44
Peradatan termasuk masalah esensial dalam kehidupan sosial budaya
orang Aceh.Dalam hal peradatan ini, hadih maja45 berbicara mengenai
43

Th. W. Jynboll, Handleiding tot de kennis van de Mohammedaansche Wet, Leiden


1930, hlm. 109. sebagaimana dikutip Nico Kapten, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad Saw
(Jakarta INIS, 1994).
44

Syamsuddin Daud, Adat Perkawinan Aceh (Adat Meukawen) (Banda Aceh: Boebon
Jaya, 2010), h. 1.
45
Hadih majayaitu sumber nilai dalam kehidupan orang Aceh, merupakan karya sastra
(lisan) yang dijunjung tinggi keberadaannya. Menurut Bakar, dkk (1985:273) menyebutkan bahwa
Hadih majaberarti ucapan-ucapan yang berasal dari nenek moyang yang tidak berhubungan
dengan agama, tetapi ada kaitannya dengan kepercayaan rakyat yang perlu diambil ibaratnya untuk

22

pentingnya adat dalam kehidupan manusia, hakikat adat orang Aceh, perlunya
menjunjung

tinggi

adat,

unsur

peradatan,

dan

pemangku

adat.Hadih

majasebenarnya merupakan representasi kristalisasi nilai-nilai sosial budaya


orang Aceh yang berkaitan erat dengan nilai-nilai keagamaan, yang dalam hal ini
adalah agama Islam.Frasa kepercayaan rakyat mengindikasikan bahwa hadih
majamemang sangat mengakar dalam kehidupan orang Aceh sehari-hari, bahkan
jauh sebelum Islam membumi di Aceh. Karya sastra yang sudah berumur tua ini
berisi pelbagai konsep hidup dan mengatur pelbagai tindakan manusia aceh, yang
secara khusus diamalkan oleh orang Aceh, dan secara umum dalam sisi-sisi
tertentu dapat menjadi pencerah bagi etnis non-Aceh.46
Orang Aceh menganggap adat sangat penting dalam kehidupan sosial
mereka, sehingga perlu disosialisasikan melalui hadih maja. Dalam sebuah
prosesi adat, misalnya, dilukiskan hadih maja berikut ini:
Mate aneuk mupat jeurat
Mate adat pat tamita
(mati anak ada kuburannya, mati adat dicari kemana)
Ungkapanhadih majadi atas dalam pertemuan adat mengandung
implikasi yang sangat serius.Artinyabetapa pentingnya adat tampak dalam hal
pilihan-pilihan hidup.47Konsep nilai filosofis (filsafat) yang tercermin dalam
hadih majamerepresentasikan pandangan hidup orang Aceh dalam kaitannya
dengan persoalan-persoalan kehidupan manusia dan alam semesta. Nilai-nilai
tersebut bukan sekedar representasi cinta akan pengetahuan, tetapi yang lebih
utama adalah cinta akan kebijaksanaan. Hal ini berarti bahwa nilai filosofis
memanifestasikan pandangan orang Aceh seputar pertanyaan mengenai makna,
kebenaran, kebaikan dan hubungan logis antara gagasan-gagasan dasar dalam

menjamin ketentraman hidup atau untuk mencegah terjadinya bencana, seperti adat istiadat pada
suatu upacara, aturan-aturan berpantang, ucapan-ucapan mengenai moral, dan lain-lain. sementara
hasjmy (1995: 539) menyebukan bahwa Hadih majamerupakan kata atau kalimat berhikmat,
sedangkan menurut Ali (1994:199), adalah nasihat dan peutuah nenek moyang yang mengandung
nilai-nilai dan pendidikan keagamaan.
46
Mohd. Harun, Memahami Orang Aceh(Medan: Citapustaka Media Perintis, 2009), h.
116.
47
Ibid., h. 116.

23

konstelasi kebijaksanaan akal dan pengetahuan dalam lingkup mikrokosmos dan


makrokosmos.48
Pernyataan tentang nilai filosofis yang terkandung dalam hadih
majasebagai pandangan hidup orang Aceh seirama dengan maksud filsafat.
Bahwa filsafat terdiri dari usaha mengejar kebenaran dan kebijaksanaan, martabat
manusia paling tinggi, serta menggabungkan keterlibatan personal dan
pembicaraan tentang persoalan dan pernyataan dengan analisis dan kritik, serta
mencoba mengintegrasikan semuanya itu kedalam sebuah pandangan hidup.
Mencoba membuat manusia berpikir dan menjadi lebih sadar, menciptakan
toleramsi, mengembangkan metode yang sistematik dalam menyelesaikan
persoalan-persoalan kemanusiaan, serta menuntun manusia hidup konsisten.
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan

yang

didapat

oleh

manusia

sebagai

anggota

masyarakat.Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia


dari pola-pola perilaku yang normatif yaitu mencakup segala cara-cara atau polapola berfikir, merasaka dan bertindak. Soemarjan dan Soemardi merumuskan
kebudayaan sebagai semua hasil karya,rasa

dan cipta manusia. Karya

masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan jasmaniah (material culture)


yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya.Rasa meliputi
jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan
dalam arti yang luas, meliputi agama, ideologi, kesenian dan semua unsur hasil
ekspresi jiwa manusia.Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir
yang menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan, yang dimamfaatkan oleh
karya untuk menghasilkan teknologi.Karya, rasa dan cipta dikuasai oleh karsa dari
orang-orang yang menentukan kegunaannya agar sesuai dengan kepentingan
sebagian besar atau seluruh masyarakat.
Islam pada dasarnya mengatur dua pola hubungan manusia dengan Allah
Swt dan dengan makhluk sekitarnya.Dien Islam membicarakan keseluruhan
hubungan itu, hubungan manusia dengan sang Khalik umumnya bersifat ritual,
48

Mohd Harun, Memahami...,h.21.

24

sedangkan hubungan manusia dengan makhluk sekitarnya dalam bermasyarakat


dan menghasilkan kebudayaan. Pola tingkah laku manusia diamati baik dalam
hubungannya dengan khalik maupun dalam hubungannya dengan manusia dan
makhluk lain.
Pola hubungan manusia dengan khalik menentukan pola tingkah laku
manusia, karena itu sekaligus memberi warna pada kebudayaan. Jadi, hubungan
manusia dengan sang khalik bukan tidak berhubungan dengan kebudayaan.
Bahkan,

kesempurnaan

hubungan

manusia

dengan

sang

khalik

akan

meningkatkan makna daripada kebudayaan, karena itu akan menentukan corak


daripada masyarakat melalui pola tingkah laku manusia dengan anggota
masyarakat.49

D. Filsafat Islam dan Aliran Pemikirannya


1. Pengertian
Pemikiran Islam berasal dari kata dasar pikir yang berarti akal budi,
ingatan, ditambah awal pedan akhiran an, yang berarti proses, cara, perbuatan
memikir, atau hasil dari sebuah hasil berpikir. Kata ini muncul dari taksonomi tiga
pendekatan Islam, yaitu:
a. Islam Tekstual, Islam tekstual ialah Islam sebagaimana dalam teks (ajaran
dasar), yaitu Alquran dan Hadis.
b. Islam rasional, Islam rasional ialah Islam seperti sebagaimana dipikirkan
oleh penganutnya.
c. Islam empiris, ialah Islam seperti apa diamalkan atau dipraktekkan oleh
penganutnya.
Oleh karena itu, pemikiran Islam adalah bidang keilmuan Islam yang
lahir sebagai respon intelektual umat Islam terhadap dua sumber ajaran Islam,
yaitu Alquran dan Hadis.Respon intelektual ini melahirkan ilmu-ilmu baru, yaitu
fiqih, ushul fiqh, sains kalam, filsafat Islam, tasawuf, pendidikan Islam, dakwah
Islam dan lain-lain.
49

Saifuddin dkk, Buku Daras PAI, Islam Untuk Disiplin Ilmu Antropologi (Departemen
Agama RI, Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1996), h. 115

25

ruang lingkup dan objek kajian pemikiran Islam sebagaimana yang tertuang dalam
surat keputusan Menteri Agama Nomor 1 Tahun 1982 terdapat 8 ( delapan)
bidang keilmuan Islam yang dikembangkan di Perguruan Tinggi Agama Islam
(STAIN,IAIN), yaitu (1) Al-Quran dan Hadis (2) Pemikiran Islam (3)
Perkembangan Modern dalam Islam (4) Hukum dan Pranata sosial dalam Islam
(5) Bahasa dan sastra Arab (6) Sejarah dan Kebudayaan Islam (7) Tarbiyah Islam,
dan (8) Dakwah Islamiyah.
Dari taksonomi ini secara umum pemikiran Islam dapat dikelompokkan
kepada dua, yaitu50:
1. Pemikiran Islam Murni, Sebagaimana tercukup dalam bidang kedua, yaitu
kalam, filsafat Islam, dan tasawuf
2. Pemikiran Islam terapan, sebagaimana termaktub dalam bidang ketiga,
yaitu perkembangan modern dalam Islam.
Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia
atau philosophos. Kata ini terdiri atas dua suku kata, philo dan sophia(sophos).
Kata philo berarti cinta, sedangkan kata sophiabermakna kebijaksanaan atau
kearifan.Jadi kata filsafat bermakna cinta kepada kebijaksanaan (the love of
wisdom).Filsafat merupakan salah satu asfek pemikiran yang sangat menonjol
dalam islam. Hal ini terbukti dengan lahirnya para filosof muslim diantaranya
seperti al-Kindi, al- Farabi, Ibn Sina, Ibn Bajjah, Ibn Tufail, Ibn Miskawaih dan
al-Ghazali. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang membahas hakekat dari segala
yang ada.
Istilah philosophia dan philosophos pertama kali digunakan oleh
phytagoras (582-507 SM), namun istilah ini lebih populer dizaman Socrates (469399 SM) dan Plato (427-347 SM).Di dalam membuat rumusan pemikiran filsafat,
para ahli berbeda pendapat. Menurut Plato, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
mencari hakekat kebenaran yang asli.
Filosof muslim, Al-Farabi (870-950), mengemukakan bahwa filsafat
adalah ilmu pengetahuan tentang alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki
hakekat yang sebenarnya (al-ilm bi al maujudat bima hiya maujudat). Menurut
50

Hasan Bakti, Metodologi...h. 4.

26

Syekh Nadin al-Jisr, salah seorang komentator pemikiran filsafat Ibn Tufail
(1100-1185),filsafat adalah usaha-usaha pikiran untuk mengetahui semua prinsip
pertama.51
Pemikiran filsafat masuk kedunia Islam melalui filsafat Yunani yang
dijumpai kaum muslimin pada abad ke-8 Masehi atau abad ke-2 Hijriah di Suriah,
Mesopotamia, Persia dan Mesir. Kebudayaan dan filsafat Yunani masuk ke
berbagai daerah tersebut melalui ekspansi Alexander Agung, Raja Macedonia
(336-323 SM) Setelah mengalahkan Darius ada abad ke-4 SM di Arbela (sebelah
Timur Tigris).
Alexander

datang

dengan

tidak

menghancurkan

peradaban

dan

kebudayaan persia. Bahkan sebaliknya, ia berusaha menyatuhkan kebudayaan


yunani dan persia. Hal ini meningalkan pengaruh besar di daerah-daerah yang
pernah dikuasaianya sehingga timbullah pusat-pusat kebudayaan Yunani di
Timur, seperti Alexandria di Mesir, Antiokia di Suriah, Jundisyapur di
Mesopotamia dan Bactra di Persia.
Pengaruh filsafat Yunani ke dunia Islam pada masa dinasti Umayyah
belum kuat, karena punguasa lebih cenderung kepada kebudayaan Arab, terutama
pada sastra Arab sebelum Islam. Barulah pada masa Dinasti Abbasiyah pengaruh
kebudayaan dan filsafat tampak di dunia Islam karena tidak seperti Umayyah,
yang berpengaruh di pusat pemerintahan adalah orang-orang Persia, seperti
keluarga Baramikah yang telah lama berkecimpung di dalam kebudayaan Yunani.
Mulanya ilmu kedokteran dan metode pengobatan Yunani menarik
perhatian petinggi Abbasiyah.Kemudian menyusul bidang-bidang ilmu lainnya
termasuk di dalamnya filsafat.Perhatian yang lebih serius terhadap filsafat terjadi
pada kekhalifahan al-Mamun (813-833), anak Khalifah Harun al-Rasyid.Dalam
pada itu, pada masa kekhalifahan Harun al-Rasyid buku-buku ilmu pengetahuan
berbahasa Yunani mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.Utusanpun dikirim

51]

Ilhamuddin, Sejarah Perkembangan Pemikiran Islam (SPPI)(Medan: La- Tansa


Press , 2004), h. 53-55.

27

ke kerajaan Romawi di Eropa untuk mencari manuskrip yang selanjutnya dibawa


ke Bagdad untuk di terjemahkan kedalam bahasa Arab.
Dalam kegiatan penerjemahan itu sebagian besar karya-karya Aristoteles,
Plato, karangan mengenai neo-Platonismo, karangan Galen, buku-buku ilmu
kedokteran dan filsafat berhasil di terjemahkan sehingga menjadi bahan bacaan
para ulama dan kaum muslimin umumnya. Kelompok yang banyak tertarik
kepada filsafat Yunani adalah kaum Mutazilah.Abu Huzail al-Allaf, Ibrahim alNazzam, Bisyr al-Mutamir dan al-Jubbai adalah di antara ulama mutakkalimin
yang banyak membaca buku-buku filsafat sehingga berpengaruh terhadap
pemikiran teologi mereka. Dalam kontek itulah kemudian teologi Mujazilah di
pandang sebagai bercorak rasional.
Tidak hanya dalam teologi, dalam berbagi ilmu pengetahuan lainnya
kegiatan penerjemahan tersebut telah pula melahirkan banyak cendekiawan dan
filosofot, seperti :
a.

al-Kindi (801-866).

b.

al-Razi (864-926).

c.

al-Farabi (870-950).

d.

Ibn Sina (980-1037).

e.

Ibn Maskawaih (w. 1030).

f.

al-Ghazali (1058-1111).

g.

Ibn Bajjah (w. 1138).

h.

Ibn Tufail (1110-1185).

i.

Ibn Rasyd (1126-1198).


Dalam ilmu pengetahuan dikenal beberapa ahli seperti :

a.

Abu Abbas al-Syarkasyi pada abad ke 9 M dibidang kedokteran.

b.

Muhammad, Ahmad dan Hasan dibidang Matematika.

c.

Al-Asma dibidang Ilmu alam.

28

d. Jabir dibidang Kimia.


e.

Al-Biruni dibidang Astronomi, sejarah, geografi dan Matematika.

f.

Ibn Haitam dibidang Optika.52


Dalam tradisi Islam, kata filsafat tidak dijumpai di dalam nomenklatur
Islam, baik Alquran maupun hadis. Terang saja, karena kata filsafat sendiri bukan
berasal dari bahasa Arab sebagai bahasa Alquran dan hadis, tetapi bahasa yunani,
sehingga kata ini tidak ditemukan dalam kedua sumber ajaran Islam tersebut. Hal
ini menimbulkan pertanyaan, apakah agama Islam memperkenankan pemeluknya
mempelajari filsafat?
Kendati kata filsafat tidak dijumpai di dalam Alquran maupun hadis,
namun sinonim dari kata ini bisa ditemukan yaitu hikmah.Alquran menyebut kata
hikmah sebanyak 20 kali53. Allah swt berfirman:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk54
Dalam ayat ini Allah Swt memberikan pedoman-pedoman kepada RasulNya tentang cara mengajak manusia ke jalan Allah Swt. Yang dimaksud jalan
Allah Swt di sini adalah agama Allah yakni syariat Islam yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw. Allah meletakkan dasar-dasar seruan untuk pegangan bagi
umatnya.
Kata hikmah disinyalir sebagai sinonim dari kata sophia. Kedua kata ini
sama-sama memiliki makna kebijaksanaan atau kearifan.Dengan demikian,
substansi filsafat memang bisa ditemukan di dalam nomenklatur Islam.55
52

Ilhamuddin...h. 55-57.
Katimin, Mozaik pemikiran Islam (Bandung: Cipta pustaka, 2010), h. 118.
54
Q.S. An- Nahl : 125.
55
Ibid., h. 119.
53

29

Filsuf Heroklaitos (540-480) sudah memaknai kata filsafat untuk


menerangkan

hanya

Tuhan

yang

mengetahui

hikmah

dan

pemilik

hikmah.Manusia harus puas dengan tugasnya di dunia sebagai pencari dan pecinta
hikmah.Pengetahuan sejati, terutama untuk menentang kaum sofis yang
menamakan dirinya para bijaksana (sofos).Ia bersama pengikutnya menyadari
bukan orang yang sudah bijaksana, tetapi hanya mencintai kebijaksanaan dan
berusaha mencarinya. Dalam arti pengetahuan sejati (pengetahuan yang benar),
kata philosophia bertahan mulai plato sampai aristoteles, tetapi obyeknya meliputi
juga ilmu, yaitu usaha untuk mencari sebab yang universal.
Kebijaksanaan atau pengetahuan sejati itu tidak mungkin didapati oleh
satu orang. Sejarah mencatat bahwa setelah timbulnya seorang filsuf, muncul
kemudian filsuf lain yang mengoreksi penemuan yang pertama dan mengajukan
gagasan-gagasan yang memperbaharui gagasan yang pertama, demikianlah
seterusnya sepanjang kehidupan manusia berlangsung. Hal ini dimungkinkan
keinginan tahu manusia yang besar sebagai refleksi dari potensi kemampuan yang
dimilikinya yang dianugrahkan Allah Swt, yaitu akal, intuisi, alat indra dan
kekuatan fisik. Jadi, secara sederhana dapat dikatakan filsafat adalah hasil kerja
berpikir dalam mencari hakikat segala sesuatu secara sistematis, radikal dan
universal.Sedangkan filsafat Islam itu sendiri adalah hasil pemikiran filsuf tentang
keTuhanan, kenabian, manusia dan alam yang disinari ajaran Islam dalam suatu
aturan pemikiran yang logis dan sistematis.56
Filsafat

dipahami

sebagai

pengetahuan

rasional

tentang

segala

keberadaan.Filsafat membahas eksistensi dari sisi eksistensi itu sendiri secara


rasional.Karenanya, objek pembahasan filsafat sangat luas sekali.
Dalam sejarah intelektual islam, ada empat aliran filsafat islam yakni:

2. Aliran pemikiran Islam (filsafat)


a. Peripatetisme
Istilah paripatetik muncul sebagai sebutan bagi para pengikut Aristoteles.
Paripatetik sendiri berasal dari bahasa Yunani paripatein yang berarti
56

Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002 ), h. 2

30

berkeliling, berjalan-jalan berkeliling. Kata ini juga menunjuk pada suatu tempat,
beranda dari peripatos. Dan dalam tradisi Yunani, kata ini mengacu pada suatu
tempat yang biasa digunakan oleh Aristoteles untuk mengajar sambil berjalanjalan.57Dalam tradisi filsafat islam paripatetik disebut dengan istilah masysyaiyyah
yang diambil dari kata masya-yamsyi-masyyan wa timsyaan yang juga memiliki
arti berjalan atau melangkahkan kaki dari satu tempat ketempat yang lain.
Terdapat beberapa ahli hikmah baik yang Islam maupun non Islam yang
dikelompokkan sebagai para filosof paripatetik. Dikatakan sebagai filosof
paripatetik dikarenakan oleh landasan epistemologi yang digunakan bagi filsafat
mereka berdasarkan rasional murni yang tersusun dari premis minor dan premis
mayor yang telah disepakati. Para filosof tersebut antara lain Plato, Aristoteles,
Plotinus. Sementara dari dunia islam antara lain al-Kindi, al-Farabi, dan Ibn Sina
yang kebetulan menjadi wakil para filosof paripatetik sebelumnya, serta
pemikirannya. Penekun filsafat paripatetik harus mampu menguasai, memahami
dan mengaplikasikan ilmu logika secara tepat, sebab ilmu ini sangat membantu
seorang filosof paripatetik meraih pengetahuan yang benar. Jadi, secara
metodologis, paripatetisme menggunakan ilmu logika agar bisa memperoleh
kebenaran. Berikut adalah pemikiran salah satu tokoh filosof paripatetik:
Abu Ali Hussein ibn Abdullah ibn Sina, yang di Barat dikenal dengan
nama Avicenna dilahirkan pada tahun 370 H / 980 M di Afsyana dekat Bukhara,
dan meninggal di Hamadan pada tahun 428 H/1037 M. Di Timur ia dikenal
sebagai Hujjat al-Haqq (bukti sang Tuhan/kebenaran), Ia terlahir dari keluarga
yang menganut paham ismailiyah. Sejak usia dini, Ibn Sina sudah menunjukkan
bakatnya yang luar biasa terhadap ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan
ayahnya yang selalu memperhatikan pendidikannya . di usianya yang kesepuluh,
Ibn sina sudah menguasai keseluruhan Alquran dan tata bahasa, dan sudah mulai
mempelajari logika dan matematika. Setelah menguasai logika dan matematika,
ia pun segera beranjak untuk mempelajari fisika, metafiska, dan kedokteran
kepada Abu Sahl al-Masihi. Di usianya yang ke enam belas ia sudah mahir dalam
57

Amroini Drajat, Suhrawardi: Kritik Falsafah Paripatetik (Yogyakarta: LKIS Pelangi


Aksara, 2005)h. 75

31

semua cabang ilmu pengetahuan yang berkembang di masanya kecuali metafisika


seperti terkandung dalam metafisikanya Aristoteles yang walaupun ia telah
membacanya berulang-ulang bahkan sampai menghafalnya ia masih belum bisa
memahaminya. Namun hal itu pun teratasi ketika ia membaca ulasan-ulasan alFarabi tentang metafisika Aristoteles yang memberikan penjelasan pada bagianbagian yang dianggap rumit oleh Ibn Sina. Diusianya yang ke delapan belas, Ibn
Sina sudah menguasai semua cabang ilmu pengetahuan yang berkembang di
masanya tanpa terkecuali, sejak saat itu Ibn Sina sudah tidak lagi memperluas
pengetahuannya, beliau hanya mendalami pengetahuan yang sudah ia miliki
sebelumnya. Hal ini tercermin dari perkataannya yang ia ucapkan kepada
muridnya, al-Juzjani di penghujung usianya bahwa sepanjang tahun yang telah ia
lalui ia telah mempelajari tidak lebih dari apa yang ia ketahui sebagai seorang
pemuda yang berusia delapan belas tahun.58
a) Ontologi
Berbicara masalah status ontologis segala sesuatu, secara otomatis kita
akan berbicara masalah hakikat dari sesuatu yang akan kita bahas. Pada hal ini
objek pembahasan kita adalah ontologi dari filsafat paripatetik menurut Ibn Sina.
Hakikat sesuatu tergantung pada eksistensinya, dan pengetahuan atas sebuah
obyek pada puncaknya adalah pengetahuan terhadap status ontologisnya dalam
rangkaian

eksistensi

universal

yang

menentukan

seluruh

atribut

dan

kualitasnya.59Kajian Ibn Sina yang menjadi ciri utama dari seluruh gagasan
ontologinya adalah mengenai perbedaan yang sangat mendasar tentang segala
sesuatu.Perbedaan itu adalah mengenai kuiditas atau esensi (mahiyah) sesuatu dan
eksistensinya

(wujud)

sesuatu,

berikut

keniscayaan,

kemungkinan,

dan

kemustahilannya. Namun sebelum kita membahas lebih jauh perihal gagasan


ontologinya Ibn Sina, alangkah baiknya kalau kita perjelas dahulu apa yang
dimaksud dengan kuiditas (mhiyah) dan eksistensi (wujud).
Berbicara masalah kuiditas (mhiyah) biasanya identik dengan
pertanyaan apakah sesuatu itu (m hiya)? Untuk lebih jelasnya kita akan coba
58

Sayyed Hosain Nasr, Tiga Mazhab Utama Filsafat Islam (Yogyakarta: IRCiSoD,
2006), h. 46.
59
Ibid., h. 52.

32

untuk

membawanya

pada

perumpamaan.

Misalnya,

ketika

seseorang

membayangkan seekor ayam jantan, maka secara tidak langsung orang itu dapat
membedakan gagasan tentang ayam jantan tersebut yang meliputi warna, bentuk,
dan sebagainya yang disebut sebagai kuiditas (mahiyah) dengan ayam jantan itu
sendiri yang ada pada realitas external yang disebut exsistensi (wujud).
Di dalam pikiran kuiditas sesuatu tidak terikat dengan eksistensinya
artinya bahwa setiap orang dapat memikirkan apapun, kendati apa yang dipikirkan
itu tidak ada pada realitas eksternal. Seperti ketika seseorang bisa berpikir tentang
manusia yang bersayap, yang pada realitasnya eksternalnya manusia bersayap itu
tidak ada. Namun dalam realitas eksternal kuiditas dan eksistensi itu adalah hal
yang sama, tak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Artinya
bahwa kuiditas dan eksistensi itu bukanlah dua hal yang memiliki realitas
eksternal masing-masing melainkan pada realitas eksternal keduanya itu adalah
satu komponen yang membentuk satu realitas di dalam realitas eksternal. Dari
penjelasan di atas, dapat kita hubungkan langsung denganpokok permasalahan
yang akan menjadi dasar prinsip (ashl) Ibn Sina adalah tentang pendapat beliau
yang menyatakan bahwa eksistensilah yang memberikan realitas pada setiap
kuiditas. Walaupun beberapa abad berikutnya, pendapat ini mendapat kritikan
keras dari pilosof Suhrawardi yang justru memiliki konsep yang berbeda dengan
konsep (ashl) Ibn sina. Dan persoalan ini akan kami bahas pada pembahasan
berikutnya seputar Suhrawadi.
Hal lain yang menjadi perbedaan mendasar mengenai kuiditas dan
eksistensi dalam sudut pandang Ibn Sina adalah mengenai pemilahan beliau
tentang wujud niscaya (wajib), mungkin (mumkin), dan mustahil (mumtani).
Inilah formulasi original dari Ibn Sina yang disepakati oleh para filosof
setelahnya.

a. Niscaya ( wajib)
Apabila kuiditas tidak dapat dipisahkan dari eksistensinya, namun
ketiadaannya adalah hal yang mustahil karena akan menimbulkan kontradiksi
itulah disebut dengan wujud niscaya (wajib). Dalam kasus ini, kuiditas dan wujud

33

merupakan hal yang sama, kuiditasnya adalah wujud dan wujud adalah kuiditas.
Sesuatu yang dapat kita nisbatkan sebagai wujud niscaya ini adalah Tuhan, yang
keberadaannya

adalah

sebuah

keharusan,

sebab

keniscayaan-Nya

akan

menimbulkan banyak kontradiksi.60


b. Mungkin (mumkin)
Apabila kuiditas sebuah objek berhadapan dengan eksistensi dan
noneksistensi.Artinya bahwa sesuatu itu bisa ada atau tidak ada tanpa
menimbulkan kontradiksi atau kemustahilan, maka sesuatu itu bisa dikatakan
sebagai wujud mungkin (mumkin).Banyak hal yang bisa kita nisbatkan pada
wujud mungkin ini, seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan sebagainya. Bahwa
keberadaan atau ketiadaan manusia itu tak akan menyebabkan suatu kemustahilan
atau kontradiksi. Ia bisa ada atau pun tidak ada.
c. Mustahil (mumtani).
Apabila seseorang melihat kuiditas sebuah objek di dalam pikiran, dan
kuiditas tersebut tidak dapat diterima oleh eksistensi dengan cara apapun yaitu
kuiditas tersebut tidak dapat eksis karena tidak ada eksistensi yang mampu
menerimanya , maka objek tersebut tidak ada atau mustahil ada (mumtani).
Selanjutnya bahwa Ibn Sina juga membagi wujud mungkin itu sendiri
menjadi dua bagian, pertama adalah wujud mungkin yang di dalam dirinya
dijadikan wujud niscaya oleh wujud niscaya, dan yang kedua wujud mungkin
yang di dalam dirinya tidak dijadikan wujud niscaya oleh wujud niscaya. Hal ini
akan kami bahas dalam pembahasan kosmologinya Ibn Sina pada pembahasan
kosmologi.
b). Kosmologi
Pembahasan kosmologi ini membahas tentang proses bagaimana suatu
ketunggalan itu bisa berubah menjadi suatu keragaman, layaknya alam semesta,
para Malaikat yang beragam itu berasal dari suatu yang tunggal yaitu Tuhan.
Kosmologi melalui sudut pandang Ibn Sina ini sebenarnya sangat berkaitan erat
dengan pembahasan angelologi. Maksudnya bahwa Malaikat memiliki peran dan
60

Sebagaimana pembuktian tentang keberadaan Tuhan yang telah dibuktikan oleh


banyak filosof dengan berbagai dalilnya, bahwa Tuhan itu harus ada sebagai penyebab utama atas
keberadaan alam semesta.

34

signifikansi dalam proses penciptaan. Dengan bersandarkan kepada skema


pancaran hierarki malaikat yang berurutan, namun masih dalam koridor
kemungkinan dan ketergantungannya sebagai makhluk.Maka dari sinilah Ibn Sina
berpandangan bahwa dari yang satu itu hanya mungkin melahirkan satu
wujud.Wujud itulah yang disebut akal pertama sebagai pancaran langsung dari
Tuhan.Dan dari wujud pertama memancarkan akal kedua serta langit pertama,
begitu seterusnya hingga sampai akal ke sepuluh dan bumi, dan dari akal ke
sepuluh memancarkan segala sesuatu yang ada di bumi.Dikatakan juga bahwa
akal pertama itu adalah malaikat tertinggi dan akal ke sepuluh adalah jibril.61 Ibn
Sina juga menggunakan gagasan bahwa melalui inteseleksilah proses penciptaan
itu terjadi.
Penting juga untuk diketahui bahwa akal satu itu memiliki dua sifat,
pertama adalah sifat al-wajib wujud ligairihi hal ini jika ditinjau dari sifat akal
satu sebagai pancaran langsung dari Tuhan. Yang kedua adalah mumkin al wujud
lizatihi hal ini jika ditinjau dari hakikat dirinya.62
Sebelum masuk pada pembahasan selanjutnya ada baiknya kalau kita
membahas terlebih dahulu tentang keterbagian wujud mumkin menjadi dua
bagian, yang pertama adalah wujud mumkin yang mengandung sifat niscaya dan
wujud mumkin yang sama sekali tidak mengandung sifat niscaya. Wujud mumkin
yang pertama ini adalah apa yang kita sebut malaikat sebagai akibat abadi dari
Tuhan, artinya bahwa Tuhan menjadikannya sebagai wujud yang niscaya namun
tingkat keniscayaan disini berbeda dengan keniscayaan yang ada pada Tuhan.
Wujud mumkin yang kedua ini adalah apa yang kita sebut manusia, hewan, dan
sebagainya. Artinya bahwa wujud manusia ini tidak bersifat abadi.Inti
perbedaannya adalah bahwa wujud mumkin para malaikat bersifat abadi dan
wujud mumkin manusia, hewan, dan sebagainya itu tidak bersifat abadi.
Teori Emanasi Ibnu Sina63
Wujud Niscaya (Tuhan)
Akal Pertama
61

(al-Aql al-Awwal) Malaikat utama

Amroini, kritik falsafah...h. 129.


Ibid,.
63
Mulyadi Kartanegara, Gerbang Kearifan (Jakarta: Lenteng Hati, 2006), h. 40-41
62

35

Akal Kedua

Jiwa/malaikat langit pertama

Tubuh Langit Pertama


Akal Ketiga

Jiwa/malaikat langit kedua

Tubuh langit kedua


(bintang-bintang tetap atau tanda-tanda zodiak)
Akal Keempat

Jiwa/Malaikat langit ketiga

Tubuh langit ketiga


Akal Kelima

Jiwa/Malaikat langit keempat

Tubuh langit keempat


Akal Keenam

Jiwa/Malaikat langit kelima

Tubuh langit kelima (Mars)


Akal Ketujuh

Jiwa/Malaikat langit keenam

Tubuh langit keenam (Matahari)


Akal Kedelapan

Jiwa/Malaikat langit ketujuh

Tubuh langit ketujuh(Venus)


Akal Kesembilan

Jiwa/Malaikat langit kedelapan

Tubuh langit kedelapan(Merkuri)


Akal Kesepuluh

Jiwa/Malaikat langit kesembilan

(Pemberi bentuk/wahib al-shuwar:Malaikat Jibril) Dunia yang fana


Tubuh langit kesembilan(Bulan)

(generation and corruption)

b. Aliran Iluminasionis (Isyraqi)


Aliran iluminasionis ini didirikan oleh seorang pemikir Iran yang
bernama Suhrawardi.Mengarah kepada makna Israq itu sendiri yang dijadikan
Suhrawardi sebagai sintesis kebijaksanaannya, dimana para filosof dan ahli
sejarah mendefinisikannya dengan definisi yang berbeda. Seperti definisi yang
pernah diberikan oleh al-Jurjani dalam Tarifatnya yang termashur menyebut
kaumisyraqi sebagai para filosof dengan Plato sebagai pengikutnya.64Sementara
Ibn Washiyah yang ditetapkan sebagai peneliti paling awal dalam dunia Islam
pernah menggunakan istilah Isyraqi yang ditujukan kepada kelompok orang-orang
suci mesir yang merupakan anak-anak saudari Hermes.
64

Sayeed, tiga mazhab...h. 114.

36

Dari definisi yang termaktub di atas dapat kita lihat bahwa para ahli lebih
mengaitkan istilah isyraqi ini dengan periode pra-Aristotelian sebelum filsafat
murni dirasionalisasikan dan ketika jalan untuk mencapai ilmu pengetahuan masih
bersifat intuitif.Maka dari itu Suhrawardi mengikuti definisi kebijaksanaan Isyraqi
yang serupa.Yang menunjukkan bahwa landasan epistemologi filsafat Suhrawardi
tidak hanya terfokus pada nalar intelektual yang berpusat pada rasional murni
sebagaimana yang dilakukan oleh para filosof Paripatetik melainkan juga
berporos

pada

penalaran

intelektual

intuitif.Seperti

ungkapannya

yang

mengatakan bahwa pemikiran-pemikirannya tidak bisa dihimpun oleh pemikiran


dan penalaran, tapi yang lebih berperan besar di dalamnya adalah intuisi
intelektual, kontemplasi, dan praktek-praktek asketik.Berikut adalah pemikiran
seorang filosof beraliran iluminasionis.
Nama lengkapnya adalah Syihab al-Din Yahya bin Habasyi bin Amirak
al-Suhrawardi, ia sering dikenal sebagai al-Maqtl(yang terbunuh) atau syaikh alIsyraq.65Lahir di Suhraward, sebuah kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut
dekat Zanjan pada tahun 549 H atau 1153 M.
Suhrawardi menerima pendidikan awalnya dari Majd al-Din al-Jili di
Maraghah, kemudian pergi ke Isfahan, yang pada saat itu merupakan pusat
pembelajaran yang terkemuka di Persia dan berguru kepada Dhahir al-Din al-Qari.
Setelah itu beliau melancong ke Persia menemui berbagai guru sufi. Pada fase
inilah ia larut dalam kehidupan yang bernuansa sufistik, melakukan aktivitas
pengasingan spiritual dan banyak menghabiskan waktunya untuk dzikir dan
meditasi. Perjalanannya terus berlanjut hingga mencapai Anatolia dan Syiria.
Sempat juga ia pergi ke Aleppo dan bertemu dengan Malik Dhahir, putera Shalah
al-Din al Ayyubi yang biasa dikenal dengan nama saladin. Malik Dhahir yang
memiliki kecintaan khusus kepada kaum sufi dan para sarjana kemudian
mengundang beliau untuk tinggal di istananya di Aleppo.
Namun sangat disayangkan, kecerdasan intelektual yang diiringi oleh
ketidak hati-hatian dalam mengungkapkan doktrin-doktrin esoteriknya dihadapan
seluruh audiens membuat ia dimusuhi oleh para sarjana yang waktu itu
65

Ibid., h. 102

37

didominasi oleh para ahli hukum (ulama), yang pada akhirnya berakhir atas
hukuman yang dijatuhkan padanya oleh saladin yang didasarkan atas permohonan
para ahli hukum tersebut dengan alasan bahwa Suhrawardi telah menyebarkan
ajaran-ajaran yang bertentangan dengan keimanan. Akhirnya Suhrawardi pun
dijebloskan ke dalam penjara dan meninggal pada tahun 587 H atau 1191 M,
tanpa diketahui penyebab khusus dari kematiannya.Beliau meninggal pada usia
yang masih tergolong muda jika dibandingkan dengan para ahli hikmah
sebelumnya yaitu pada usianya yang ke 38. Dalam jengkal kehidupannya sang
guru iluminasi ini telah menulis hampir lima puluh karya baik dalam bahasa arab
maupun persia, yang sebagian besar dari karyanya masih bisa ditemukan hingga
sekarang.
Pembahasan yang menarik tentang pemikiran Suhrawardi ini antara lain
mengenai kritikannya terhadap filsafat paripatetik yang sebelumnya pernah
dibawa oleh filosof muslim Ibn Sina. Salah satu yang menjadi objek kritikannya
terhadap pandangan Ibn Sina dan para filosof aristotelian lainnya adalah mengenai
keberadaan segala sesuatu, apakah yang membuat segala sesuatu itu ada eksistensi
ataukah kuiditas.Jika menurut sudut pandang Ibn Sina bahwa eksistensilah yang
membuat kuiditas itu ada sementara menurut Suharawardi bahwa kuiditaslah yang
membuat eksistensi itu ada.Menurutnya bahwa yang memiliki realitas dan
merupakan prinsip itu adalah quiditas atau esensi, sementara eksistensi itu
hanyalah aksiden yang ditambahkan pada esensi.Pandangan yang mengutamakan
esensi dari pada eksistensi ini yang disebut sebagai prinsipialitas esensi (ashalatul
mahiyah).Kendati prisnsip ini mendapat kritikan pedas oleh filosof sesudahnya
yaitu Mulla Shadra yang menafsirkan seluruh kebijaksanaan isyraqi sesuai dengan
pandangan bahwa wujudlah yang merupakan prinsip (ashalatul wujud) bukan
mahiyah.hal inilah yang menjadi salah satu objek kritikannya terhadap filsafat
paripatetik selain kritikan yang lain atas proses penciptaan yang diusung oleh para
filosof paripatetik seperti Plotinus, al-Farabi, dan Ibn Sina.
Sebagaimana telah diuraikan di atas mengenai proses penciptaan yang
diluncurkan oleh para filosof paripatetik

yaitu bagaimana dari yang itu

melahirkan keberagaman. Tampaknya Syaikh al-Isyraq kurang sepakat dengan

38

konsep emanasi yang hanya dibatasi sampai akal kesepuluh saja. Menurut
Suhrawardi seharusnya tidak dibatasi hanya sampai akal kesepuluh, melainkan
bisa terus dilanjutkan bahkan sampai akal keseratus, seribu, dan seterusnya.
Sehingga dari sini Suharawardi menawarkan konsep emanasi yang berbeda seperti
apa yang telah ditawarkan oleh para filosof paripatetik. Pada pembahasan ini
Suhrawardi memakai istilah cahaya untuk menjelaskan proses penciptaan. Proses
iluminasi ini dimulai dari Nur al Anwar yang merupakan sumber dari segala
cahaya yang ada atau dengan kata lain yang kita sebut sebagai Tuhan, kemudian
dari Nur al Anwar ini lahirlah sebuah cahaya yang disebut sebagai nur al-Aqrab.
Dinamakan nur al-Aqrab karena kedekatannya pada nur al-Anwar sebagai pusat
cahaya dan tidak ada lagi cahaya lain yang lebih dekat melebihi kedekatan yang
dimiliki oleh nur al-Aqrab. Kemudia dari nur al-Aqrab ini lahirlah cahaya ketiga,
kemudian dari cahaya ketiga muncullah cahaya keempat, dan dari cahaya keempat
timbullah cahaya kelima, terus menerus seperti itu hingga melahirkan banyak
cahaya.Perlu juga diingatkan bahwa cahaya yang berada di bawah Nur al Aqrab
dan seterusnya tetap mendapatkan cahaya dari nur al Anwar walaupun tetap juga
mendapatkan pancaran cahaya dari atasnya.
Al- Israq dimaknai sebagai iluminasi.Istilah ini diartikan sebagai cahaya
pertama pagi hari, yakni cahaya matahari dari timur.Jadi, kata israq bermakna
pancaran cahaya.Sementara itu, kata isyraq dikaitkan dengan kata syaraq, artinya
timur.Timur dimaknai sebagai dunia cahaya tanpa kegelapan. Jadi, ia dikaitkan
dengan dunia cahaya. Dalam konteks ini, kata timur tidak saja berarti timur secara
geografis, tapi timur secara simbolis, bahwa ia berarti awal cahaya, sebab timur
sebagai sumber cahaya, seperti cahaya pagi muncul dari sebelum timur (makna
geografis). Sementara isyraqiyyah diartikan sebagai metafisika cahaya sebab itu,
filsafat israqiyyah disebut pula sebagai filsafat ketimuran, dan ia didasari kepada
metafisika cahaya. Demikianlah asal-usul kata israq.Dengan demikian, istilah
hikmah al- Israqiyah berarti kebijaksanaan cahaya, kebijaksanaan Iluminasi, dan
kebijaksanaan timur. Sebab itulah, inti filsafat iluminasi ini sendiri adalah ilmu

39

tentang cahaya, baik teori sifat maupun cara pembiasan cahaya. Dengan kata lain,
filsafat ini didasari oleh metafisika cahaya.66
c. Aliran Irfan (tasawuf)
Di tengah khalayak pada umumnya, aliran Irfan biasa dikenal sebagai
aliran tasawuf dan para pelakunya disebut sufi. Berbeda dengan filsafat yang
bertumpu pada penalaran rasional, sementara tasawuf bertumpu pada pengalaman
mistik yang bersifat supra-rasional.Jauh sebelum kelahiran Syaikh Isyraq
pembahasan tasawuf dibedakan dengan pembahasan filsafat, seperti pada masa
Ibn Rusyd dan sebelumnya.Namun pada masa Suhrawardi, sudah mulai terlihat
adanya upaya untuk menyatukan kedua hal tersebut.dibuktikan dengan pemikiran
filosofisnya yang tidak hanya dibangun atas usaha-usaha rasional semata tapi juga
melibatkan usaha-usaha intuitif.
Seperti yang sudah kami singgung di atas bahwa kaum sufi
mendapatkan pengetahuan tentang segala sesuatu melalui pendekatan-pendekatan
intuitif atau yang bersifat perenungan, dan pendekatan ini bertumpu pada hati.
Sangat berbeda dengan para filosof yang mendapatkan pengetahuan mereka
melalui pendekatan-pendakatan rasional yang bertumpu pada akal atau rasio.
Menurut kaum sufi perolehan pengetahuan yang didapatkan melalui pendekatan
intuitif sangat berbeda dengan pendekatan rasional, karena dengan menggunakan
metode pendekatan intuitif ini seseorang dapat langsung mengetahui objek
pengetahuan tanpa harus melewati perantara. Artinya bahwa dengan cara ini kaum
sufi bisa melihat realitas pengetahuan yang diinginkan tanpa adanya sekat-sekat
yang membatasi mereka. Sementara para filosof yang menggunakan pendekatan
rasional dalam mencapai pengetahuan akan terhambat oleh sekat-sekat yang harus
diterima oleh akal itu sendiri sebagai poros dari kegiatan rasional. Sesuai dengan
pertanyaan yang dimunculkan oleh sufi agung jalaluddin rumi, bisakah anda
menyunting mawar dari M.A.W.A.R.67maksudnya adalah bahwa para filosof bisa
memahami bunga mawar itu dengan mengetahui terlebih dahulu huruf-huruf yang
digunakan untuk menyusun kata mawar, sementara kaum sufi bisa langsung
66
67

Katimin, Mozaik Pemikiran Islam...h. 128.


Mulyadi, Gerbang...h. 56.

40

mengetahui bunga mawar tanpa harus mengetahui nama dari bunga mawar
tersebut. sama halnya juga dengan cinta walaupun sudah banyak para ahli yang
mencoba untuk mendifinisikannya, namun tetap saja seseorang tak akan pernah
mengerti arti cinta yang sesungguhnya ketika ia belum merasakan sendiri rasanya
jatuh cinta. Begitu juga dengan pengetahuan sejati, tak akan pernah bisa dipahami
dengan benar apabila seseorang tidak mencoba untuk melihat pengetahuan itu
sendiri (mengalami). Pendekatan seperti inilah yang disebut oleh ahli sufi sebagai
pendekatan intuitif, yang terkadang juga sering disebut sebagai ilmu laduni atau
ilmu huduri (ilmu yang diperoleh secara langsung). Jadi kesimpulannya bahwa
kaum sufi lebih mengandalkan hati sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan
ketimbang akal.
Untuk membahas kajian Irfan ini lebih jauh lagi, kami akan mengambil
satu tokoh yang sekiranya dapat mewakili pemikiran tokoh-tokoh sufi lainnya
yaitu Ibn Arabi. Ibn Arabi ini merupakan seorang Sufi agung yang dikenal
melalui konsep wahdat al wujudnya.
Abu Bakar Muhammad bin al-Arabi al-Hatimi al-Thai atau yang biasa
di panggil Ibn Arabi, dilahirkan di Murcia, Spanyol Selatan pada tahun 560
H/1165 M. Beliau lahir dari rahim seorang wanita asli arab yang berasal dari Suku
Thai. Di tengah masyarakat beliau juga dikenal dengan panggilan Syeikh alAkbar

(guru

teragung)

atau

Muhy

al-Din(penghidup

agama).

Setelah

menghabiskan tahun-tahun awalnya di Murcia, beliau pun hijrah menuju Sevilla


tempat ia tumbuh dan menerima pendidikan awalnya. Pada periode awal
kehidupannya beliau bertemu dengan dua wali perempuan yaitu yasmin
Mursyaniyah dan Fathimah al-Qurthubiyah, kedua figur ini lah yang memberikan
pengaruh yang kuat atas orientasi kehidupannya. Terutama kepada Fatimah yang
sudah ia anggap sebagai ibu spritual baginya, yang terus menjadi pembimbingnya
selama dua tahun. Sebagai seorang pemuda yang jenius, memiliki tingkat
kecerdasan yang tinggi, serta memiliki penglihatan spritual yang tajam, Ibn Arabi
mulai melakukan rihlah ke berbagai kota di Andalusia dan bertemu dengan para
wali. Dikatakan juga bahwa beliau pernah bertemu dengan Ibn Rusyd salah
seorang filosof yang namanya lebih dikenal di dunia barat.

41

Sebagaimana yang telah saya ungkit di atas, bahwa Ibn Arabi itu dikenal
dengan konsep wahdat al wujud-nya . yang artinya bahwa wujud sejati itu
hanyalah satu Dia lah Allah, Tuhan alam semesta, sumber segala kebenaran.
sementara alam hanyalah manifestasi dari wujud sejati yang di dalam dirinya
tidak memiliki wujud sebagaimana wujud sejatinya Tuhan.
Hubungan wujud sejati dengan alam biasanya beliau gambarkan dengan
gambar wajah yang muncul dari sebuah cermin.Sesuai dengan perkataan
beliau,wajah itu satu, tetapi cermin seribu satu, artinya bahwa wajah sejati
Tuhan itu terpantul dalam ribuan cermin.Keberagaman model dari pantulan
tersebut tergantung kualitas dari kaca yang memantulkan wujud sejati.Hingga dari
sinilah muncul berbagai macam bentuk makhluk yang tercipta dari pantulan wajah
Tuhan yang semuanya berbeda karena kualitas kaca yang memantulkan juga
berbeda. Bisa kita ambil contoh ketika kita memasuki rumah kaca yang setiap
sudutnya penuh dengan kaca yang berbeda dari segi kualitasnya, ketika kita
memasuki rumah tersebut tentu kita akan menyaksikan banyaknya bayangan kita
yang terlihat dengan bentuk yang berbeda-beda tergantung jumlah kaca yang
terdapat dalam rumah tersebut. oleh karenanya kebinekaan yang ada di alam
semesta ini seharusnya tidak mengelabui pandangan kita, bahwa masing-masing
dari mereka memantulkan wajah Tuhan, maka dimanapun kita menghadapakan
wajah, maka disitulah kita akan menemukan wajah Tuhan. Dan keberadaan alam
semesta ini sangat bergantung kepada kehadiran Tuhan. Karena jikalau Tuhan
menarik kehadirannya, maka alam semesta ini pun akan lenyap, sebagaimana
lenyapnya bayangan kita ketika kita menghindar atau menjauhkan diri dari kaca
tersebut.
Bagi Ibn Arabi, kehadiran Tuhan itu begitu jelas, bahkan terlalu jelas
untuk kita sadari. Sebagaimana kelalawar yang tak bisa melihat matahari bukan
karena matahari itu tidak ada, melainkan karena cahayanya yang terlalu terang
sehingga membuat kelalawar kesulitan untuk melihatnya.
Konsep kosmologi yang ditawarkan oleh Muhy al Din ini sangat berbeda
dengan konsep yang pernah ditawarkan oleh para filosof paripatetik dan
iluminasi. Ibn Arabi mengatakan bahwa segala yang ada di alam semesta ini

42

hanyalah manifestasi Tuhan, yang tidak akan mungkin ada tanpa keberadaannya.
Seperti akal pertama merupakan manifestasi awal dari Tuhan, kemudian disusul
dengan jiwa universal disambung dengan tabiat universal, begitu seterusnya
hingga mencapai tahapan manusia yang menyimbolkan manifestasi yang paling
sempurna dari Dzat yang maha sempurna. Dalam konsep kosmologi yang
ditawarkan oleh para filosof menyebutkan bahwa alam fisik adalah emanasi
terendah dari Tuhan, beda halnya dengan kaum sufi yang menempatkan
keberadaan Tuhan di setiap manifestasi yang ada.68

d. Aliran Hikmah Mutaaliyah


Aliran hikmah mutaaliyah ini diusung oleh seorang filosof muslim abad
ketujuh belas yang dikenal dengan nama Mulla Sadra. Dengan pemikirannya yang
brilian Mulla Sadra akhirnya berhasil mensintesiskan aliran-aliran filsafat
sebelumnya seperti, paripatetik, iluminasi, dan irfan yang ia rangkum membentuk
satu aliran baru yang dinamakan aliran Hikmah Mutaaliyah. Awalnya Mulla
Sadra ini dikelompokkan ke dalam mazhab Isfahani yang dipimpin oleh Mir
Damad, namun karena pemikiran Mulla Sadra sendiri yang dianggap melebihi
para pemikir mazhab Isfahan, maka beliau pun dimasukkan kedalam mazhab
tersendiri yang hingga sekarang disebut sebagai mazhab Hikmah Mutaaliyah.
Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ibrahim Yahya Qamawi
Syirazi, yang kerap kali dipanggil dengan sebutan Mulla Sadra. Dilahirkan di
Syiraz pada tahun 979/980 H dan meninggal di Basrah pada tahun 1050 H
sewaktu beliau hendak pulang dari ibadah haji.69Beliau merupakan anak satusatunya dari seorang gubernur wilayah fars. Dengan fasilitas serta dukungan dari
orang tuanya, beliau pun dengan cepat mempelajari serta cepat pula memahami
berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti, Alquran, Hadis, dan berbagai ilmuilmu keislaman lainnya.
Ringkasnya, perjalanan hidup Mulla Sadra ini bisa dipetakan menjadi tiga fase.
1). Masa pendidikan formalnya di Isfahan.
68

Mulyadi, gerbang...h. 66.


Hasyimsyah, Filsafat Islam...h. 162.

69

43

Pada waktu itu Isfahan merupakan kota yang sangat penting dalam
perkembangan ilmu pengetahuan islam. Dan di sinilah beliau berguru dengan
seorang teolog Baha al Din al Amili.Kemudian melanjutkan pendidikannya
bersama Mir Abu al-Qasm Fendereski seorang filosof paripatetik.Namun guru
yang paling utama yang pernah mengajar Mulla Sadra adalah seorang filosof
sekaligus teolog yaitu Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan
Mirdamad, beliau adalah seorang tokoh sekaligus penggagas berdirinya pusat
kajian filsafat dan teolog yang hingga kini dikenal sebagai aliran Isfahan.
2). Masa kezuhudan dan pembersihan jiwa di Kahak.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Isfahan, akhirnya beliau
memutuskan untuk hijrah ke daerah kahak sebuah desa pedalaman yang tidak
terlalu jauh dari Qum. Di sinilah sang tokoh Hikmah Mutaaliyah ini mulai
menjalani kehidupannya sebagai seorang yang zuhud, menjauhkan diri dari halhal yang bersifat duniawi guna mendapatkan kesucian hati dan kebersihan jiwa.
Sebagian mengatakan bahwa beliau menjalani kehidupannya sebagai seorang
yang zuhud selama tujuh tahun, sebagian lagi mengatakan sebelas tahun 70.
3). Masa dimana beliau diposisikan sebagai pengajar sekaligus peneliti di Syiraz.
Berawal dari desakan masyarakat yang meminta beliau untuk menjadi
pengajar di Madrasah Allah Wirdi Khan, ditambah lagi dengan Syah Abbas II
seorang khalifah dari dinasti Safawi yang mengajukan permintaan yang sama
terhadap beliau. akhirnya beliaupun menyanggupinya dan menyulap kota
kelahirannya itu menjadi pusat studi ilmu pengetahuan yang terkenal hingga
seluruh pelosok Persia yang mengembangkan berbagai cabang ilmu seperti,
filsafat, astrologi, fisika, kimia, dan matematika.
Landasan epistemologi yang digunakan dalam filsafat hikmah ini
sebetulnya tidak terlalu beda dengan landasan epistemologi yang digunakan
Suhrawardi dalam filsafat iluminasi. Mulla Sadra juga percaya bahwa jalan untuk
mendapatkan pengetahuan itu tidak hanya melalui akal saja melainkan bisa juga
ditempuh melalui jalur yang bersifat intuitif (mistik).

70

Ibid., h. 168.

44

Berbicara tentang wahdah Mulla sadra percaya bahwa wujud itu hanya
satu, namun yang membedakan satu wujud dengan wujud yang lainnya itu adalah
esensi yang dimiliki oleh masing-masing wujud itu sendiri.Menurut Prof Mulyadi
Kartanegara dalam bukunya gerbang kearifan,mengatakan bahwa konsep
wahdatul wujud Mulla Sadra ini lebih dekat dengan konsep cahaya yang diusung
oleh Suhrawardi.Suhrawardi mengatakan bahwa cahaya pada hakikatnya hanyalah
satu, namun yang membedakannya adalah intensitas dari cahaya tersebut. Bagi
Mulla Sadra semua wujud itu sama saja apabila dipandang dari sisi
kewujudannya, hatta wujud Tuhan sekalipun dapat disamakan dengan wujud
kerikil jika dipandang dari kewujudannya, namun sekali lagi kami tekankan
bahwa yang membedakan wujud satu dengan wujud lainnya itu adalah
berbedanya tingkat gradasi yang dimiliki oleh tiap-tiap wujud.
Kemudian mengenai ashalah

(principality),menurut

Mulla Sadra

menyebut prinsipnya ini dengan ishalat al-wujud yang berbicara tentang


keutamaan wujud. Berbeda dengan Suhrawardi yang mengatakan bahwa yang
prinsip itu adalah mahiyah. Mulla Sadra berpendapat bahwa yang prinsip itu
adalah wujud, yang benar-benar real itu adalah wujud, dan mahiyah itu hanya ada
dalam pikiran manusia saja tidak benar-benar ada pada benda-benda yang terdapat
dalam realitas eksternal. Mulla Sadra memahami betul tentang kritikan yang
pernah diberikan oleh Syaikh Israq bahwa sebenarnya yang kita fahami sebagai
(wujud) eksistensi itu sebenarnya adalah mahiyah(esensi). Namun yang dimaksud
disini oleh Mulla Sadra adalah wujud sejati yang bukan hanya sekadar konsep
atau pemahaman kita tentang wujud.Kalau yang dimaksud oleh Suhrawardi
adalah wujud yang berada ditataran konsep maka Mulla Sadra juga sepakat bahwa
itu disebut juga sebagai esensi.
Dan yang terakhir mengenai perubaha substantif yang oleh Mulla Sadra
disebut dengan safar(perjalanan/pengembaraan). Di dalam kitabnya al-Hikmah alMutaaliyah fi Asfar al-Aqliyah al-Arbaah menjelaskan tentang perjalanan akal

45

secara lengkap melalui tahapan-tahapan dari ketidaksempurnaan menuju yang


maha sempurna.71Intinya tahapan-tahapan ini terbagi menjadi empat bagian.
a). Tahap pertama
Perjalanan pertama adalah dari makhluk menuju hakikat kebenaran atau
pencipta.Perjalanan pertama ini menunjukkan pengembaraan dari maqam nafsu ke
maqam hati, dari maqam hati menuju maqam ruh, dan dari maqam ruh menuju
tujuan terakhir atau bisa juga disebut sebagai tujuan tertinggi (al-Maqshad alkubra). Setiap manusia pada umumnya melewati ketiga maqam ini, dan apabila
manusia telah sampai pada tujuan akhir, maka ia telah menghadapkan wajahnya
kepada kehadirat Tuhan dan ia fana di dalamnya.
b). Tahap kedua
Perjalanan kedua adalah dari hakikat ke hakikat dengan hakikat (minal
haq ilal haw bil haq). Perjalanan ini dimulai dari maqam dzat menuju maqam
kamalat hingga hadir dalam kesempurnaan Tuhan dan mengetahui seluruh nama
Tuhan. Seseorang yang telah sampai pada maqam ini, dzat, sifat, dan
perbuatannya fana di dalam Dzat, sifat, dan perbuatan Tuhan.Maka manusia
tersebut mendengar dengan Pendengaran Tuhan, melihat dengan Penglihatan
Tuhan, dan bertindak dengan Tindakan Tuhan.
c). Tahap ketiga
Perjalanan ketiga adalah dari hakikat kepada makhluk dengan hakikat.
Setelah menempuh perjalanan melalui maqam-maqam, kefanaannya berakhir
kemudian ia kekal dalam kekekalan (baqa) Tuhan. dan berjuang pada
pengecapan atas nikmat kenabian,walaupun ia bukanlah seorang nabi, dan
memperoleh ilmu alam keTuhanan melalui Dzat, sifat, dan Perlakuan Tuhan.
d). Tahap keempat
Perjalanan keempat adalah dari makhluk ke makhluk dengan hakikat.
Seorang yang sudah salik mengamati makhluk dan menangkap kesan-kesan yang
ada pada makhluk, baik lahir maupun batin, baik sekarang maupun di masa yang
akan datang. Ia membawa ilmu yang dibutuhkan makhluk, mengetahui mana yang
mendatangkan kemudharatan dan yang mendatangkan kebaikan. Dalam
71

Ibid, h. 175

46

kehidupannya ia senantiasa bersama al-Haqq karena wujudnya telah terpaut


dengan al-Haqq, serta perhatiannya kepada makhluk tidak akan pernah meduakan
perhatiannya kepada Tuhan.

47

BAB III
METODE PENELITIAN
Menurut Hilman Hadikusuma mengungkapkan metode ilmiah untuk
menjawab persoalan dalam Antropologi agama ada empat macam, yaitu Historis,
Normatif, Deskriptif dan Empiris.Dengan demikian, metode yang tepat untuk ini
adalah dengan Participant Observation.Apa yang dikatakan metode normatif oleh
Hadikusuma tidaklah menujukkan metode yang dipakai dalam mendapatkan dan
menginterpretasikan data.Masalah norma yang berlaku di tengah masyarakat
bukanlah metode, tetapi objek yang diteliti.Norma yang dipegang masyarakat
tersebut dapat diteliti secara ilmiah, baik historis, deskriptif ataupun empirik, bisa
diketahui dengan mewawancarai dan mengamati pemeluknya. Akan tetapi, norma
yang datang dari Tuhan yag diungkap dalam ayat kitab suci tidak dapat diteliti
secara ilmiah. Ketika norma dan kepercayaan tersebut telah dimiliki oleh manusia
(baik manusia itu para ulama atau pemuka agama, maupun orang awam pengikut
biasa), ia dapat mejadi objek kajian Antropologi.

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian


Adapun jenis penelitian ini peneliti mengambil penelitian lapangan (Field
Research).Yaitu mengumpulkan data-data mengenai judul yang diambil langsung
dari masyarakat dengan menggunakan metode yang telah ditentukan agar
diperoleh bahan untuk selanjutnya dianalisis.Metode penelitian kualitatif sering
disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah (natural setting), disebut juga sebagai metode etnographi72,
karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang
antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang

72

Ilmu antropologi yang menggambarkan sistematis dari kebudayaan berdasarkan


observasi tangan pertama dengan cara terjun kelapangan untuk hidup di tengah-tengah rakyat yang
ditelitinya, mengikuti semua kegiatan kehidupan mereka sehari-hari, mengadakan observasi secara
pribadi terhadap keiasaan dan adat mereka atau dapat dikatan sebagai pengamat yang terlibat
langsung. Sebagaimana yang dikutip dalam buku William A. Haviland, Antropology. Terj. R.G
Soekadijo, Antropologi, (Jakarta: Erlangga, 1995), h. 16-17.

47

48

terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.73 Penelitian ini menggunakan


pendekatan Antropologi, yaitu dimana pendekatan yang dipakai lebih Humanistik,
berusaha memahami gejala dari pelaku gejala tersebut yang nota bene punya
gagasan,inisiatif, keyakinan, biasa terpengaruh oleh lingkungan dan dapat pula
mempengaruhi lingkungan.Pendekatan Antropologis menitik beratkan pada upaya
memahami agama berdasarkan pemahaman terhadap manusia (antropos), baik
sebagai makhluk fisiologis maupun sebagai makhluk budaya. Sistem nilai budaya
merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat istiadat.Hal itu
disebabkan karena nilai udaya merupakan konsep-konsep mengenai sesuatu yang
ada dalam alam pikiran sebagian besar dari masyarakat yang mereka anggap
bernilai, berharga, dan penting dalam hidup sehingga dapat berfungsi sebagai
suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi pada kehidupan masyarakat.
E.B. Taylor yang mengemukakan definisi tentang kebudayaan untuk pertama
kalinya secara sistematis dalam bukunya yang dikenal Primitive Culture
disebutkan bahwa kebudayaan adalah satu keseluruhan yang kompleks, yang
terkandung didalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
istiadat dan kemampuan-kemampuan yang lain serta kebiasaan-kebiasaan yang
didapat oleh manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat.74 Walau nilai
budaya berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam masyarakat, tetapi
sebagai konsep, suatu nilai budaya itu bersifat sangat umum, mempunyai ruang
lingkup yang sangat luas, dan biasanya sulit diterangkan secara rasional dan
nyata.Namun, justru karena sifatnya yang umum, luas dan tidak kongkret itu,
maka nilai-nilai budaya dalam suatu kebudayaan berada dalam daerah emosional
dari alam jiwa para

individu

yang menjadi warga dan kebudayaan

bersangkutan.Selain itu, para individu tersebut sejak kecil telah diresapi dengan
nilai budaya yang hidup dalam masyaraatnya sehingga konsep-konsep itu sejak
lama telah berakar dalam alam jiwa mereka. Itulah sebabnya nilai-nilai budaya
dalam satu kebudayaan tidak dapat diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain

73

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:


alfabeta,2008), h. 8.
74
Harsojo, Pengantar Antopologi, (Jakarta: Bina Cipta ), h. 6

49

dalam waktu singkat, dengan cara mendiskusikannya secara rasional. 75 Pengkaji


agama dengan menggunakan metode ini seharusnya berpijak pada beberapa
pertanyaan, seperti: apakah ada hubungan kondisi fisik manusia dengan
kehidupan beragama dan bagaimana hubungan interaktif di antara budaya
manusia dengan agama yang dianutnya, pertanyaan

berikutnya adalah

budayakah yang mewarnai agama atau sebaliknya, agama yang mewarnai


budaya76. Penjelasan kehidupan manusia dengan segala kompleksitas ini
dinamakan dengan penjelasan deskriptif yang didapatkan dari penelitian
kualitatif.Uraian deskriptif ini didapatkan melalui bahan dari pengamatan dan
wawancara langsung kepada objek penelitian.Kehidupan beragama yang banyak
mengandung keanehan ingin diteliti secara ilmiah deskriptif melalui ilmu
Antropologi.77
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif
yang menghasilkan data deskriptif.Fokusnya pada tinjauan filosofis (pemikiran
Islam) terhadap sebuah tradisi.Penggunaan pendekatan metode penelitian ini yaitu
ingin mendeskripsikan dan menemukan makna serta pemahaman mendalam atas
permasalahan penelitian yang diteliti berdasarkan latar sosialnya (natural setting).
Latar sosial disini adalah segala kegiatan individu dalam masyarakat yang
disengaja dan berpola, yang kemampuan melakukan tindakan tersebut diperoleh
dari hasil belajar dan tindakan tersebut mengandung implikasi budaya pada
anggota masyarakat

yang lainnya.Sebagaimana diketahui bahwa agama

merupakan sumber nilai bagi sistem budaya suatu masyarakat yang dapat
dijadikan pedoman bagi tindakan terpola bagi anggota masyarakat tersebut
sehingga masyarakat dapat melakukan tindakan yang terkontrol.Oleh karena itu,

75

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 144.


Hasan Bakti Nasution, Metodologi Studi Pemikiran Islam (Medan: La Tansa
Press,2013), h.13.
77
Agus Bustanuddin, Agama Dalam kehidupan Manusia:Pengantar Antropologi
Agama (Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2007), h. 21.
76

50

penelitian yang dilakukan berkenaan dengan berbagai kegiatan masyarakat,


menurut sifatnya sebagai sebuah tindakan sosial, sebenarnya banyak dimotivasi
oleh agama yang mereka anut. Penelitian akan dapat dibedakan antara tindakan
sosial murni dan mana tindakan sosial yang berasal dari keyakinan agama.78
Hadari Nawawi, mengungkapkan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif
yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui atau menggambarkan
kenyataan dari kejadian yang diteliti atau penelitian yang dilakukan terhadap
variabel tunggal tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan
variabel yang lain. Selain itu, penelitian deskriptif juga terbatas pada usaha
mengungkapkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa sebagaimana adanya,
sehingga bersifat sekedar untuk mengungkapkan fakta dan memberikan gambaran
secara obyektif tentang keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti.79
Danim Sudarwan80 memberikan beberapa ciri dominan dari penelitian
deskriptif,
yaitu :
1. Bersifat mendeskripsikan kejadian atau peristiwa yang bersifat faktual.
Adakalanya penelitian ini dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau
narasi semata-mata dari suatu fenomena, tidak untuk mencari
hubungan antarvariabel, menguji hipotesis dan membuat ramalan.
2. Dilakukan secara survey, oleh karena itu penelitian deskriptif sering
disebut juga sebagai penelitian survey. Dalam arti luas, penelitian
deskriptif dapat mencakup seluruh metode penelitian, kecuali bersifat
historis dan eksperimental.
3. Bersifat mencari informasi faktual dan dilakukan secara mendetail.
4. Mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi
keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung.
5. Mendeskripsikan subjek yang sedang dikelola oleh kelompok orang
tertentu dalam waktu yang bersamaan.
78
79

Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama (Bandung: Pustaka Setia), h. 72-73.


Hadari Nawawi, Metodologi penelitian sosial (Yogyakarta : Gajdah Mada, 2007), h.

33.
80

Danim Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung : Pustaka Setia, 2002), h. 41.

51

Ada beberapa alasan mengapa peneliti menggunakan pendekatan kualitatif


dalam penelitian ini.Pertama, penelitian ini berusaha memaknai berbagai
fenomena yang ada atau yang terjadi.Kedua, realita bersifat multidimensi dan
merupakan akibat dari kompleksitas situasi yang beragam.Oleh karena itu kajian
terhadap sebuah fenomena harus dilakukan dengan menganalisis konteks yang
mengitarinya, dan ini hanya tepat dilakukan dengan pendekatan kualitatif.
Selain itu seperti yang dikatakan oleh Moleong, metode kualitatif
dilakukan dengan beberapa pertimbangan, pertama, menyesuaikan metode
kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, kedua,
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan
responden, ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri
dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi.81
Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa metodologi penelitian kualitatif
merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Bogdan
dan Biklen mengemukakan bahwa karakteristik dari penelitian kualitatif adalah
pertama, alamiah, kedua, data bersifat deskriptif ,ketiga, analisis data dengan
induktif, keempat, makna sangat penting dalam penelitian kualitatif.82Gall, et al
menjelaskan bahwa studi bentuk metodologi penelitian yang bersifat kualitatif
yang difokuskan pada penelitian intensif dari masalah khusus, karena kasus dari
suatu fenomenamencakup proses, peristiwa, orang dan suatu yang diminati
peneliti.
Pendekatan studi kasus dipilih dalam penelitian ini karena penelitian
ditujukan untuk menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata dimana
batas-batas antara fenomena dan konteks tidak nampak dengan tegas dan multi
sumber bukti dimanfaatkan, dan jumlah subjek penelitian relatif sedikit dan hasil
penelitian tidak digeneralisasikan kepada subjek-subjek lain di luar subjek yang
81

Lexy J moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : Remaja Rosda karya,

2004), h. 5.
82

Robert C. Bogdan and Sari Knop Biklen, Qualitative Research For Education
(London : Allyn and Bacocn, inc, 1982).

52

diteliti,83Tujuannya agar dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang


latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas, ataupun status dari
objek.
B. Subjek Penelitian
Subyek yang diteliti dalam penelitian kualitatif disebut informan yang
dijadikan teman bahkan konsultan untuk menggali informasi yang dibutuhkan
peneliti.Sesuai dengan uraian terdahulu maka pemilihan sampel dijadikan
informan tidak didasari teknik probabilistic sampling, melainkan disesuaikan
dengan harapan informasi yang diinginkan. Penetapan sampel didasarkan pada
teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini misalnya orang tersebut yang
dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai
penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi situasi sosial yang
diteliti.84
Berkaitan dengan hal ini, spradley menjelaskan bahwa informan yang
dipilih haruslah seseorang yang benar-benar memahami kultur atau situasi yang
ingin diteliti untuk memberikan informasi kepada peneliti. Pada umumnya
informan harusah paling sedikit mempunyai keterlibatan penuh 3-4 tahun.85 Jadi,
penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai
memasuki lapangan dan selama penelitian berlagsung (emergent

sampling

design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan


akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau
informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan
sampel lainnya yag dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap.
Praktek seperti inilah yang disebut oleh Bogdan dan Biklen sebagai snowball
sampling technique.86

83

Robert K Yin, Studi Kasus Desain dan Metode (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2009), h. 18.
84
Sugiyono, Metode Penelitian... 218.
85
Salim, Syahrum, Metodologi Penelitian Kualitatif,(Bandung: Ciptapustaka, 2010), h.
143.
86
Sugiyono h,... 219.

53

C. Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut
1. Data primer yaitu hasil pengamatan dan keterangan langsung yang diberikan
Masyarakat, Tokoh Adat,dan Tokoh Agama, dan Tokoh pejabat pemerintahan
setempat.
2. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan berupa kajian ilmiah seperti bukubuku yang berkaitan dengan masalah penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data


Didalam

penelitian

ini,

peneliti

menggunakan

beberapa

teknik

pengumpulan data yang menjadi ciri khas penelitian kualitatif yang mampu
memberikan data yang dibutuhkan oleh peneliti yaitu:
1. Wawancara (interview)
Wawancara adalah suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data
melalui tanya jawab dan dialog untuk diskusi dengan informan yaitu beberapa
informan yang dianggap mengetahui banyak informasi tentang tradisi keunurie
mouloed di Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan. Sebagaimana
dijelaskan Lofland, bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya merupakan data tambahan. Dalam hal ini
percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu dan
merupakan proses untuk kepentingan penelitian dengan cara dialog antara peneliti
sebagai pewawancara dengan informan atau yang memberi informasi untuk
mendapatkan data yang akurat dan konkrit.87
Wawancara ini merupakan suatu teknik pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan
atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam (in-

87

Djaman Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung :


Alfabeta, 2009), h. 76.

54

dept-interview) karena ingin menggali informasi secara langsung dan jelas dari
informan. Berdasarkan cara pelaksaannya wawancara dibagi dua jenis yaitu :
a. Wawancara berstrukur adalah wawancara secara terencana yang berpedoman
pada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b. Wawancara

Semiterstruktur

adalah

jenis

wawancara

dimana

dalam

pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.


Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat , dan
ide-idenya. Dalam melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara
teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.
c. Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang tidak berpedoman pada
daftar pertanyaannya.
2. Observasi
Yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui
hasil kerja panca indra mata serta dibantu dengan panca indra lainnya.88Observasi
dilakukan secara non partisipan, dimana peneliti berperan hanya sebagai
pengamat fenomena yang diteliti.Pengamatan secara langsung untuk mendapatkan
gambaran yang utuh terkait fokus penelitian.Hasil pengamatan disusun dalam
catatan lapangan.Isi catatan lapangan berupa peristiwa rutin, temporal, interaksi
dan interpretasinya.
3. Dokumen
Yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengkaji dokumendokumen baik berupa buku refrensi maupun peraturan atau pasal yang
berhubungan dengan penelitian ini guna melengkapi data-data yang berhubungan
dengan penelitian ini, serta cara pengumpulan data dan telaah pustaka, dimana
dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan dengan permasalahan
yang akan diteliti baik berupa buku-buku, literature, laporan tahunan mengenai
dokumen rencana kerja pembangunan, dokumen peraturan pemerintah dan
Undang-undang yang telah tersedia pada lembaga yang terkait dipelajari, dikaji

88

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif( Jakarta: Kencana, 2010), h. 115.

55

dan disusun/dikategorikan sedemikian rupa, sehingga dapat diperoleh data guna


memberikan informasi berkenaan dengan penelitian yang akan dilakukan.
Teknik ini peneliti gunakan untuk memperkuat validitas data primer atau
data utama yang peneliti peroleh dari data informan.Teknik ini kemudian
membantu peneliti dalam menelusuri pembahasan melalui tulisan-tulisan yang
telah ada sebelumnya tentang tokoh masyarakat.

E. Teknik Analisis Data


Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recorder
dibantu alat tulis lainnya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah
hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim.
Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar peneliti mengerti benar data
atau hasil yang telah di dapatkan. Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap
sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan
pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah
dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan
ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat
menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada
subjek.Setelah kategori pola data tergambar dengan jelas, peneliti menguji data
tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini.Pada tahap ini
kategori yang telah didapat melalui analisis ditinjau kembali berdasarkan landasan
teori yang telah dijabarkan dalam bab II, sehingga dapat dicocokkan apakah ada
kesamaan antara landasan teoritis dengan hasil yang dicapai. Walaupun penelitian
ini tidak memiliki hipotesis tertentu, namun dari landasan teori dapat dibuat
asumsi-asumsi mengenai hubungan antara konsep-konsep dan faktor-faktor yang
ada.Penelitian data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal
yang membantu peneliti untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang
dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penelitian yang dipakai adalah
presentase data yang didapat yaitu,data-data hasil penelitian berdasarkan
wawancara mendalam dan observasi dengan subjek dan significant other. Proses

56

dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dan significant other, dibaca
berulang kali sehinggga peneliti mengerti benar permasalahanya, kemudian
dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari
subjek.Selanjutnya dilakukan interpretasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya
mencangkup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.

F. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data


Untuk menjamin keabsahan data, dilakukan teknik seperti yang dinyatakan
oleh Lincoln dan Guba, yaitu:
1. Kredibilitas (credibility), yaitu menjaga keterpercayaan penelitian dengan cara
(1) memperpanjang keikutsertaan dalam proses penelitian, (2) ketekunan
pengamatan, (3) trianggulasi (metode, sumber data, dan alat pengumpul data),
(4) pemeriksaan sejawat melalui diskusi, (5) analisis kasus negatif, dan (6)
kecukupan referensi.
2. Keralihan (transferability), dengan melakukan uraian rinci dari data ke teori,
dari kasus ke kasus lain, sehingga setiap pembaca laporan penelitian ini
mendapatkan gambaran yang jelas dan dapat menerapkannya pada konteks lain
yang sejenis.
3. Ketergantungan (dependability), yaitu mengusahakan agar proses penelitian
tetap konsisten dengan meninjau ulang semua aktivitas penelitian terhadap data
yang telah diperoleh dengan memperhatikan konsistensi dan reliabilitas data.
4. Ketegasan (confirmability), yaitu mengusahakan agar data dapat dijamin
keterpercayaannya

sehingga

kualitas

data

dapat

diandalkan

dan

dipertanggungjawabkan. Cara ini dilakukan dengan mengaudit semua data


yang diperoleh untuk menentukan kepastian dan kualitas data yang diperoleh.

57

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Kabupaten Aceh Selatan menjadi kabupaten Aceh Barat Daya yang
meliputi kecamatan Manggeng, Tangan-Tangan, Blang Pidie, Susoh, Kuala Batee,
dan Babahrot.
Bentuk dan pola pemukiman yang linier dengan jalan utama (Kolektor
Primer) telah menghubungkan kabupaten Aceh Selatan mulaidari jalur jalan
Meulaboh (Kabupaten Aceh Barat)Jeuram (KabupatenNagan Raya) Blangpidie
(Kabupaten Aceh Barat Daya) Tapaktuan Bakongan (Kabupaten Aceh
Selatan) hingga ke daerah- daerah yang ada di wilayah Propinsi Sumatera Utara.
Kecamatan Bakongan merupakan salah satu kecamatan yang berada pada
kabupaten Aceh Selatan Propinsi Nanggro Aceh Darussalam,yang beribukota di
Keude Bakongan dan mempunyai luas kecamatan 27.415 Ha.
Wilayah kecamatan Bakogan mencakup kawasan andalan pesisir pantai.
Pantai Barat-Selatan Propinsi Aceh, dimana sebagian besar dan kawasan
pemukiman diperkotaan berbatasan langsung dengan Laut Dam Pesisir Pantai
Barat-Selatan. Kecamatan Bakongan memiliki batas-batas wilayah yaitu:
-

Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kecamatan Kluet Selatan.

Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Samudra Hindia dan


kecamatan Bakongan Timur

Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Samudra Hindia dan

Sebelah Timur berbatasan dengan kabupaten Aceh Tenggara.


Secara geografis kedudukan wilayah kecamatan Bakongan ini memiliki

arti penting dan strategis, baik dari sisi ekonomi, politik, budaya serta stabilitas
ketertiban dan keamanan.

57

58

1.

Topografi
Kondisi topografi kabupaten Aceh Selatan sangat bervariasi, terdiri dari

dataran rendah, bergelombang, berbukit, hingga pegunungan dengan tingkat


kemiringan sangat curam/terjal. Dari data yang diperoleh, kondisi topografi
dengan tingkat kemiringan sangat curam/terjal mencapai 63,45 %, sedangkan
berupa dataran hanya sekitar 34,66%. Wilayah Kabupaten Aceh Selatan terletak
pada lahan dengan keadaan morfologi datarbergelombang sampai berbukit-bukit
dan pegunungan yang mempunyai tingkat kemiringan berkisar 45%75%.

Dengan kelas kemiringan lahan terdiri dari :


a. Dataran dengan kondisi kemiringan lahan 03% pada umumnya memiliki
relief permukaan landai dengan luas 162.415,17 ha (38.80%), kawasan ini
merupakan kawasan yang sangat ideal untuk dipergunakan sebagai lahan
pengembangan pertanian, namun sebagian besar dataran di Kecamatan
Trumon dan Trumon Timur yang memiliki kemiringan rendah ditetapkan
sebagai Kawasan Lindung Suaka Marga Satwa Rawa Singkil.
b. Wilayah berombak dengan kondisi kemiringan 38% dengan luas 15.
678,7 ha (3.75%), bentuk dataran ini sangat ideal untuk lokasi
pengembangan perkotaan dan kegiatan budidaya jangka pendek. Dominan
wilayah berombak terdapat di kecamatan Bakongan, Bakongan Timur,
Kluet Timur, Samadua dan Sawang.
c. Wilayah bergelombang dengan kondisi kemiringan 815% dengan luas
27.842,97 ha (6.65%). Wilayah dan kawasan dengan kondisi kemiringan
ini mempunyai kecocokan sebagai lokasi pengembangan budidaya
perkebunan atau tanaman tahunan. Bentuk permukaan bergelombang ini
tersebar di setiap Kecamatan, yang dominan terletak di Kecamatan
Trumon Timur, Bakongan Timur, dan Sawang.
d. Wilayah perbukitan dan curam dengan kondisi kemiringan 1540%
tersebar disetiap Kecamatan dengan luas 81.131,89 ha (19.38%). Wilayah
perbukitan tersebar hampir semua Kecamatan yang dominan terletak di
Kecamatan Kluet Timur, Kluet Tengah, dan Meukek.

59

e. Yang curam bervariasi terjal, umumnya dijumpai sebagai kerucut dan


puncak vulkan, lahan mudah longsor hingga kawasan ini sebaiknya hanya
digunakan sebagai kawasan lindung. Wilayah pegunungan ini memiliki
luas 131.487,27 (31.41%) dengan penyebaran paling dominan terdapat di
Kecamatan Kluet Tengah, Kluet Timur, dan Meukek.
Berdasarkan klasifikasi tersebut, maka terdapat lahan datar sekitar
49,20% di wilayah Kabupaten Aceh Selatan yang merupakan lahan dengan
tingkat kemiringan 015% dan sisanya

50,80% lagi merupakan kawasan

perbukitan dan pengunungan yang lebih cocok ditetapkan sebagai kawasan


lindung.
Pada kecamatan Bakongan sendiri, dapat peneliti lihat bahwa untuk
perluasan wilayah kota sangat cocok dilaksanakan di wilayah ini dengan melihat
kondisi kemiringan tanah yang ideal dan masih memiliki keluasan yang cukup
besar. Dan untuk pertanian dan tanaman kebun jangka pendek juga dapat
dibudidayakan didaerah ini.
2.

Demografi
Kependudukan merupakan faktor penentu perekonomian karena

penduduk tidak hanya sebagai pelaku tetapi juga sebagai sasaran pembangunan
terutama dalam hal investasi pendidikan yang merupakan posisi sentral dalam
pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, oleh sebab itu pendidikan juga merupakan alur tengah dari seluruh
sektor pembangunan, dimana salah satu tujuan dari pelaksanaan pembangunan
adalah meningkatkan kesejahteraan dari penduduk itu sendiri. Oleh karenanya
pengelolaan penduduk perlu diarahkan pada pengendalian kuantitas, peningkatan
kualitas serta pengarahan mobilitasnya guna menunjang kegiatan pembangunan.

60

Tabel 1
Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Tahun 2009

Kampung

Jumlah
Penduduk(Jiwa)

Kepadatan
Penduduk(Jiwa/Km2)

Jumlah Rumah
Tangga

Ujung Mangki

659

23,45

158

Keude Bakongan

3. 768

753,60

780

Snb.Alur Buluh

367

14,68

110

Ujung Tanoh

1.061

44,02

183

Ujung Gunung
Cut

108

8,71

50

Ujung Padang

543

30,17

151

Kmpg. Drien

315

17,21

91

Bukit Gadeng

1.325

51,72

353

Rambong

528

50,77

132

Snb.Keranji

424

17,45

111

Uj. Gunong
Rayek

305

34,66

77

Beutong

252

21,82

68

Jambo Keupok

1.153

38,52

235

Alur Dua Mas

934

39,38

275

Kampung Baru

261

29,23

81

Jumlah

12.003

43,78

2.855

Sumber dari: Koordinator Statistik Kecamatan Bakongan Dalam Angka Tahun


2010
Dilihat dari tabel I diatas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
paling banyak di kecamatan Bakongan adalah pada kampung Keude Bakongan
yang merupakan ibukota dari Kecamatan Bakongan. Hal ini disebabkan karena
lokasi Keude Bakongan berada didekat jalan lintas Sumatera dan Aceh sehingga
perekonomian masyarakat lebih meningkat didaerah ini dibandingkan dengan

61

wilayah kampung lainnya yang berada di Kecamatan Bakongan, juga faktor


lainnya adalah kondisi tanah yang sangat ideal.
Tabel II
Jumlah Rumah Tangga Menurut Kampung dan Lapangan Usaha Kepala
Keluarga Tahun
2009
Petani

Buruh/

Kampung

Pedagang Industri

PNS Pegawai

Padi

Nelayan Lainnya

RT

Swasta

Ujung
Mangki

20

101

15

16

Keude
Bakongan

95

255

225

152

50

Snb.Alur
Buluh

108

Ujung Tanoh

171

Ujung
Gunung Cut

48

Ujung
Padang

128

10

Kmpg. Drien

87

Bukit
Gadeng

306

35

10

Rambong

121

Snb.Keranji

87

Uj. Gunong
Rayek

72

Beutong

61

Jambo
Keupok

226

Alur Dua
Mas

268

Kampung
Baru

59

15

62

Jumlah 2009

1.857 376

333

202

66

2008

1.871 376

394

199

67

Sumber data: Koordinator Statistik Kecamatan Bakongan Dalam Angka Tahun


2010
Dapat dilihat dari perekonomian masyarakat jelas ditunjukkan pada
tabel II diatas bahwa sebagian besar masyarakat adalah beprofesi sebagai petani
baik persawahan maupun perkebunan dan profesi terbesar kedua adalah pedagang
karena sebagian masyarakat banyak yang memilih tinggal didekat jalan lintas
maupun jalan-jalan menuju perkampungan, disamping juga ada yang sebagai
nelayan khususnya yang bertempat tinggal langsung di tepi pesisir pantai.
Profesi PNS, industri rumah tangga dan pegawai swasta juga merupakan
mata pencaharian masyarakat kecamatan Bakongan khususnya yang memiliki
skill dibidang keilmuan maupun kreatifitas juga yang sudah memiliki pendidikan
lebih tinggi dibandingkan masyarakat kebanyakan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh
Tabel di bawah untuk menjelaskan pengadaan fasilitas pendidikan yang
ditunjukkan oleh jumlah ketersediaan sekolah, baik umum maupun sekolah
agama.

63

Tabel III
Jumlah Sekolah Umum dan Agama Menurut Tingkat Pendidikan di
Kecamatan Bakongan Tahun 2009
Perguruan
Kampung

SD/
MI

SMP/MTs
N

SMU/M
A

Tinggi
Agama
/Non
Agama

Ujung Mangki

Keude Bakongan

1/1

Snb.Alur Buluh

Ujung Tanoh

Ujung Gunung Cut

Ujung Padang

Kmpg. Drien

Bukit Gadeng

Rambong

Snb.Keranji

Uj. Gunong Rayek

Beutong

Jambo Keupok

Alur Dua Mas

Kampung Baru

Jumlah 2009

13

3/1

2008

13

3/1

Sumber Data: Koordinator statistik Kecamatan Bakongan 2010


Tabel III diatas menunjukkan ketersediaan fasilitas pendidikan seperti
sekolah masih cukup minim dibandingkan dengan jumlah kepadatan penduduk
yang dapat dikatakan cukup besar.Di masing-masing kampung hanya memiliki 1
Sekolah Dasar (SD/MI) saja, dan yang lumayan memadai adalah di kampung

64

Bakongan yang merupakan ibukota kecamatan Bakongan dan merupakan wilayah


yang jumlah penduduknya terbanyak. Sekolah tingkat Menengah Pertama
(SMP/MTsN) baik umum maupun agama hanya dimiliki 1 unit dibeberapa
kampung seperti Keude Bakongan, Ujong Tanoh dan Bukit Gading, sedangkan
didaerah kampung lainnya tidak terdapat sama sekali. Sekolah Menegah Atas
umum dan agama (SMA/MA) hanya di miliki satu unit oleh Kampung keude
Bakongan.Ketersediaan jumlah fasilitas pendidikan ini menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan masyarakat masih dapat dikatagorikan cukup rendah sehingga
tercermin dari tingkat perekonomian masyarakat yang dapat dikatakan Miskin
secara umum.Bagi masyarakat yang mempunyai kelebihan dalam hal ekonomi
dan kemampuan lainnya lebih memilih untuk keluar daerah demi meningkatkan
taraf hidup dengan menyambung pendidikan yang lebih tinggi.Maka dari itu ada
sebagian kecil masyarakat yang taraf hidupnya lebih baik.

Tabel IV
Jumlah Sarana Peribadatan di Kecamatan Bakongan Tahun 2009
Kampung

Mesjid

Meunasah

Gereja

Pura/Camat

Vihara

Ujung Mangki

Keude
Bakongan

Snb.Alur Buluh

Ujung Tanoh

Ujung Gunung
Cut

Ujung Padang

Kmpg. Drien

Bukit Gadeng

Rambong

Snb.Keranji

Uj. Gunong
Rayek

65

Beutong

Jambo Keupok

Alur Dua Mas

Kampung Baru

Jumlah 2009

13

19

2008

13

20

Sumber data: Koordinator statistik Kecamatan Bakongan 2010


Masyarakat kecamatan Bakongan yang merupakan mayoritas beragama
Islam sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keIslaman baik dalam peribadatan
maupun budaya.Kegiatan-kegiatan keIslaman yang di padukan dengan adat
Istiadat budaya setempat dirasa begitu harmonis dan saling melengkapi tanpa ada
pengurangan nilai-nilai dasarnya. Tabel V Diatas menjelaskan jumlah sarana
ibadah yang terdapat pada kecamatan Bakongan menunjukkan jumlah tempat
peribadatan cukup memadai karena setiap kampung memilki minimal 1 rumah
peribadatan baik dalam bentuk Mesjid maupun Meunasah, yang merupakan
kebutuhan fasilitas primer masyarakat kesehariannya, yang digunakan untuk
berbagai aktifitas baik keagamaan maupun sosial masyarakat. Dengan demikian
dapat peneliti simpulkan untuk tingkat pendidikan agama nonformal, masyarakat
tersebut sudah cukup mapan .
3. Profil Ekonomi
a. Struktur Ekonomi
Secara faktual, struktur ekonomi kabupaten Aceh Selatan memang masih
bertumpu pada sektor pertanian dalam menggerakkan roda ekonomi daerah, selain
itu sektor pendukung ekonomi yang dominan dalam perekonomian Kabupaten
Aceh Selatan adalah sektor jasa-jasa, sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Peranan ketiga sektor ini tidak tergeser dan komposisinya pun tidak mengalami
perubahan berarti. Sektor pertanian dan pertambangan (Sektor Primer) sebagi
penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB kabupaten Aceh Selatan pada
kurun waktu 2010 2012, diikuti sektor jasa dan sektor perdagangan, hotel dan
restoran (Sektor Tersier). Tingkat perekonomian daerah masih sangat rentan, hal
ini disebabkan oleh berbagai faktor internal maupun eksternal daerah.

66

1). Faktor internal daerah: perilaku perekonomian yang masih bertumpu pada
sektor agraris dan sebagian besar tenaga kerja bekerja pada sektor ini, padahal
sektor ini sangat peka terhadap perubahan jenis tanah dan kedalaman efektif,
topografi, cuaca, dan bencana alam. Produksi pertanian berupa bahan mentah
yang belum diproses menjadi bahan setengah jadi sehingga tidak memberikan
nilai tambah bagi perekonomian daerah. Di samping itu, investasi pengelolaan
potensi-potensi pertambangan belum optimal, belum ada energi penggerak
industri kecil dan menengah. Sarana dan prasarana jalan sebagai urat nadi
ekonomi daerah juga masih belum lancar.
2). Faktor eksternal daerah: Komoditi unggulan yang dipasarkan ke luar daerah.
Akan mengakibatkan pola permintaan dan harga dan distribusi ditentukan oleh
pelaku-pelaku bisnis dari luar daerah. Proses produksi hasil-hasil pertanian
menjadi bahan jadi dilakukan di luar daerah. Bahan-bahan bangunan non lokal
dipasok dari luar daerah, menyebabkan ongkos bangunan menjadi lebih mahal.
Namun sampai saat ini, pembangunan sektor pertanian yang telah
dilakukan belum juga mampu menjadikan sektor tersebut menjadi sektor
unggulan yang berbasis pada agrobisnis dan agro industri. Pemerintah Daerah
sangat menyadari hal tersebut, untuk itu perlu dilakukan revitalisasi pembangunan
pada sektor pertanian tersebut melalui perencanaan yang matang dan terintergrasi
dengan melibatkan SKPK terkait dalam pelaksaannya, seperti pengembangan
kawasan pertanian tanaman pangan dan holtikultura yang berbasis agribisnis,
pengembangan sentra peternakan dan pembibitan ternak, pengembangan kawasan
minapolitan, pengembangan kawasan perkebunan, pengembangan kawasan hutan
tanam industri serta pengembangan kawasan industri (KI) pengolahan terpadu
yang berbasis pertanian.Selain sektor primer, pertumbuhan ekonomi daerah juga
didorong oleh sektor sekunder yang terdiri dari sektor bangunan/kontruksi dan
industri pengolahan. Namun kontribusi sektor sekunder ini dalam mendukung
pertumbuhan ekonomi daerah relatif masih kecil.

67

B. Mengenal Sekilas Masyarakat Aceh


Etnis Aceh pada awalnya merupakan etnis yang mendiami sebagian besar
wilayah Pesisir Aceh.Eksistensi mereka terutama ditandai oleh adanya bahasa
mereka, yaitu bahasa Aceh.Meskipun bahasa yang mereka gunakan termasuk
dalam rumpun bahasa Austronesia.Bahasa Aceh berbeda dengan bahasa Gayo
maupun bahasa lainnya yang ada di nusantara.Bahasa Aceh dipengaruhi oleh
bahasa Melayu dan bahasa Arab.Dari hal tersebut menjelaskan bahwa pada
hakikatnya suku Aceh sebuah etnis yang sudah ada di Aceh sejak zaman
dahulu.Kemudian Etnis ini banyak berasimilasi dengan etnis pendatang, seperti di
kabupaten Aceh Selatan banyak ditemui etnis Minangkabau yang lebih dikenal
dengan sebutan Aneuk Jamee (tamu atau pendatang).
Dalam pemahaman sebagian orang Aceh, mereka berasal dari suku
bangsa sesuai dengan singkatan ACEH (yaitu Arab, Cina, Eropa dan Hindia) yang
memang apabila dilihat diberbagai daerah di Aceh akan banyak ditemui
masyarakat yang memiliki wajah persis seperti suku-suku bangsa yang disebutkan
diatas. Kenyataan ini sekaligus mementahkan pendapat Teungku Chik Kutakarang
(wafat tahun 1895), seorang ulama terkemukan Aceh yang menyatakan bahwa
orang Aceh berasal dari tiga bangsa besar, yaitu Arab, Turki dan Parsi (Iran)
sebagaimana tergambar dalam puisi beliau berikut ini:89
Ayuhai ekhuwan aneuk Aceh
Asai jadeh endatu gata
Ureung peuet tujoh sukee
Turon dilee nibak lhee bansa
Nibak Arab nibak Turki
Nibak Parisi asai bansa
(wahai saudaraku anak Aceh
Asal usul yang jelas moyang Anda
Orang empat tujuh suku
Diturunkan dari tiga suku bangsa
Dari Arab dari Turki
Dari Parsi asal bangsa)
89

h. 4.

Mohd Harun, Memahami Orang Aceh (Bandung: Ciptapustaka Media Perintis, 2009),

68

Menilik perjalanan sejarah suku bangsa Aceh, tiga bangsa itu memang
ikut meramaikan eksistensi dan pembauran berbagai suku bangsa di kerajaan
Aceh Darussalam.Namun seperti yang telah dijelaskan yang lalu, sebelum ketiga
suku bangsa itu datang, Hindu sudah lebih dahulu datang dan menetap di Aceh,
terutama dalam upaya penyebaran agama Hindu. Disisi lain, meskipun terjadi
percampuran yang sangat kuat antara etnis Aceh dengan etnis pendatang, hal itu
tidak sampai berpengaruh pada hilangnya bahasa dan budaya Aceh. Dengan kata
lain, sebagian cultural identity etnis Aceh masih terjaga baik , termasuk di bidang
kebudayaan. Etnis Aceh, dengan local genius atau indigenous wisdom-nya, telah
berusaha menyerap berbagai unsur-unsur budaya asing yang positif dan menolak
budaya yang merusak atau tidak dapat disandingkan dengan budaya mereka yang
islami. Kenyataan ini dapat diperhatikan dalam berbagai aspek kehidupan orang
Aceh dewasa ini, terutama dalam dimensi tradisi (adat dan reusam), filsafat hidup,
dan berbagai hasil kebudayaan, termasuk karya sastra.
Adat bak poe teumeureuhom
Hukom nibak syiyah kuala
Qanun bak putro phang
Reusam bak laksamana
(adat ada pada penguasa, hukum ada pada ulama, undang-undang terus
dikembangkan, tatanan adat istiadat pada ahli adat).
Dari filosofi itulah muncul apa yang disebut dengan hadih maja, yang
membuktikan bahwa karena mereka istiqamah dengan niali-nilai filosofis hadih
maja, maka implementasi budaya Aceh telah melambung harkat dan martabat
Aceh. Mengacu pada budaya adat Aceh yang sarat akan nilai-nilai Islami, maka
pada dasarnya dalam pengembangan budaya adat berpegang kepada beberapa asas
antara lain:
1.

Setia kepada akidah Islam

2.

Bersifat Universal (tidak ada batasan suku, agama)

3.

Persatuan dan kesatuan

4.

Gotong royong

5.

Patuh pada pemimpin

6.

Cerdas dalam menjalani hidup

69

Dalam kehidupan orang Aceh,hadih majamerupakan karya sastra (lisan)


yang dijunjung tinggi keberadaannya. Menyebut bahwa hadih maja berarti
ucapan-ucapan yang berasal dari nenek moyang yang tidak berhubungan dengan
agama, tetapi ada kaitannya dengan kepercayaan rakyat yang perlu diambil
ibaratnya untuk menjamin ketenteraman hidup atau untuk mencegah terjadinya
bencana, seperti adat istiadat pada suatu upacara, aturan-aturan berpantang,
ucapan-ucapan mengenai moral dan lain-lain. Sementara menurut Hasjmy90
menyebutkan, bahwa hadih maja merupakan kata atau kalimat berhikmat,
sedangkan menurut Ali91, hadih maja adalah nasihat dan petuah nenek moyang
yang mengandung nilai moral dan pendidikan keagamaan.
Tiga definisi di atas menunjukkan bahwa hadih maja sebenarnya
merupakan representasi kristalisasi nilai-nilai sosial budaya orang Aceh yang
berkaitan erat dengan nilai-nilai keagamaan, yang dalam hal ini adalah agama
Islam.Akan tetapi jauh sebelum Islam masuk ke Aceh, orang Aceh tampaknya
sudah memiliki sumber nilai dan hukum dalam kebudayaan mereka, sumber
tersebut salah satunya adalah perkataan tetua. Oleh karena itu, walaupun Islam
menjadi agama yang mengakar kuat dalam diri mereka, perkataan tetua tersebut
tidak ditinggalkan sama sekali, bahkan kemudian terjadi akulturasi yang padu
dengan unsur Islam. Dengan kata lain, patut diduga bahwa hal-hal yang tidak
Islami dalam kebudayaan Aceh telah diIslamkan. Sehingga diperoleh substansi
hadih maja seperti saat ini.Salah satu indikasinya juga ditandai dengan digantinya
istiah narit maja (perkataan tetua) menjadi hadih maja.Kata maja itu berarti nenek
moyang (ancestors) atau dalam bahasa Aceh lebih dikenal dengan indatu.
Selain mnegandung nilai agama (religius) dan nilai moral (etis)
sebagaimana disebutkan Ali , dalam hadih maja terdapat juga nilai filosofis dan
nilai estetis. Nilai religius dalam hadih maja, misalnya, berkaitan dengan hal-hal
yang bersifat keilahian yang menjadi sandaran bagi orang Aceh dalam konteks
90

Ali Hasjmy, Putri Pahang dalam Hikayat Malem Dagang. Dalam LK Ara, Hasyim
KS, dan Taufiq Ismail (Eds.), Seulawah Antologi Sastra Aceh (Jakarta: Intemasa, 1995), h. 539.
91
Bachtiar Ali, Relevansi Pelestarian Adat dan Budaya Aceh Bagi Kepentingan
Pengembangan Budaya Bangsa Indonesia Sepanjang Masa. h. 199, 1994. Dalam T.A Talsya
(Ed.), Adat dan Budaya Aceh Nada dan Warna (Banda Aceh: PPSM ke-2 LAKA dan LAKA
Pusat), h. 170-182.

70

hubungan dengan al-Khlik, hubungan sesama manusia, dan hubungan dengan


alam lingkungan hidup. Nilai filosofis dalam hadih maja merupakan nilai yang
mencerminkan kebijaksanaan hidup orang Aceh dalam menyiasati berbagai sisi
kehidupan. Nilai etis merupakan nilai yang berhubungan dengan tatacara
bermasyarakat secara baik dan sesuai, hadih maja yakni nilai keindahan, baik
berkenaan dengan keindahan dari segi bentuk maupun keindahan isi.
Konsep

nilai

filosofis

yang

tercermin

dalam

hadih

maja

merepresentasikan pandangan hidup (way of life) orang Aceh dalam kaitannya


dengan persoalan-persoalan kehidupan manusia dan alam semesta. Nilai-nilai
tersebut bukan sekedar representasi cinta akan pengetahuan, tetapi yang lebih
utama adalah cinta akan kebijaksanaan (galak keu buet jroh). Hal ini berarti
bahwa nilai filosofis memanifestasikan pandangan orang Aceh seputar pertanyaan
mengenai makna, kebenaran, kebaikan dan hubungan logis antara gagasangagasan dasar dalam konstelasi kebijaksanaan akal dan pengetahuan dalam
lingkup mikrokosmos dan makrokosmos.
Pernyataan tentang nilai filosofis yang terkandung dalam hadih maja
sebagai pandangan hidup orang Aceh seirama dengan maksud yang timbul dari
pendapat sumaryono,92 bahwa filsafat terdiri dari usaha mengejar kebenaran dan
kebijaksanaan, martabat manusia yang paling tinggi, serta menggabungkan
keterlibatan personal dan pembicaraan tentang persoalan dan pernyataan dengan
analisis dan kritik, serta mencoba mengintegrasikan semuanya itu ke dalam
sebuah pandangan hidup. Menurutnya, filsafat juga mencoba membuat manusia
berpikir dan menjadi lebih sadar, menciptakan toleransi, mengembangkan metode
yang sistematik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan, serta
menuntun manusia hidup konsisten. Sementara itu, Woodhouse93 menyatakan
bahwa, mempunyai falsafah bisa diartikan mempunyai suatu pandangan,
seperangkat pedoman hidup, ataupun nilai-nilai tertentu. Ia juga menyatakan, inti

92

Sumaryono, Pengantar Filsafat(Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Press,1994), h.

24.
93

Mark B Woodhouse, Berfilsafat Sebuah Langkah Awal, Terj: Ahmad Norma Pramata
dan P Hardono Hadi (Yogyakarta: Kanisius, 2000), h. 13.

71

filsafat adalah membentuk pemikiran, bukan sekedar mengisi kepala dengan


fakta-fakta.94

C. Adatdan Budaya di Aceh


Ada banyak sekali tradisi kebudayaan yang berkembang di Aceh, yang
dilaksanakan oleh masyarakat secara turun temurun dan merupakan adat
istiadat95yang melekat sebagai identitas jati diri masyarakat Aceh. Mengenai
keunurie(baca: Aceh) atau kenduri, ada beberapa macam bentuk pelaksanaannya
yaitu:
1. Adat dan Upacara Kenduri (keunurie) yang Berkaitan dengan
Kepercayaan
a. Keunurie Apam
Upacara mengandung arti berdasarka upacara itu sendiri, namun pada
dasarnya upacara itu berwujud perayaan atau pesta.Menurut Suyono seperti yang
peneliti kutip dalam buku adat istiadat masyarakat Aceh yang ditulis oleh Rusdi
Sufi, menyatakan bahwa upacara merupakan suatu pesta tradisional yang diatur
menurut tata adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat.96Kenduri Apam
dilaksanakan pada bulan Rajab terutama pada malam 27 Rajab yang diperingati
sebagai hari masyarakat berkumpul di meunasah,97 mesjid atau di rumah-rumah
untuk mendengarkan riwayat Isra Miraj yang disampaikan dalam bentuk syair
prosa. Mengenai latar belakang pelaksanaan Kenduri Apam dikemukakan oleh
Bapak Tayyeb salah satu informan dikediamannya sebagai berikut:
Dasar dilaksanakan Kenduri Apam pada mulanya ditujukan kepada
orang laki-laki yang tidak sembahyang Jumat ke Mesjidtiga kali berturutturut, sebagai dendanya diperintahkan membuat kue apam sebanyak 100 buah
untuk diantar ke Mesjid dan akan di kenduri (dimakan bersama) sebagai
94

ibid,h. 49
95
Adat-istiadat adalah aturan tentang beberapa segi kehidupan manusia yang tumbuh
dari usaha orang dalam suatu daerah yang tertentu di Indonesia sebagai kelompok sosial untuk
mengatur tata tertib tingkah laku anggota masyarakatnya.Di Indonesia aturan-aturan tentang segi
kehidupan masyarakatnya.Di Indonesia aturan-aturan tentang segi kehidupan manusia itu enjadi
aturan hukum yang mengikat, yang kemudian disebut adat.Pesta atau upacara yang merayakan
adanya peralihan tersebut.
96
Rusdi Sufi, Adat Istiadat Masyarakat Aceh (Banda Aceh: Dinas Kebudayaan NAD,
2002 )h. 41
97
Meunasah dalam bahasa Indonesia berarti surau, tempat pengajian, atau balai.

72

sedekah. Dengan seringnya orang membawa kue apam ke Mesjid akan


menimbulkan rasa malu karena diketahui oleh masyarakat bahwa orang
bersangkutan sering meninggalkan sembahyang jumat.98
Selanjutnya Hurgronje, mengemukakan pula versi yang berbeda
mengenai latar belakang pelaksanaan Kenduri Apam sebagai berikut:
Menurut Kisah, pernah ada seorang Aceh yang ingin mengetahui nasib
orang di dalam kubur, terutama tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
oleh malaikat-malaikat kubur Mungkar dan Nankir dan hukuman-hukuman
yang mereka jatuhkan, ia berpura-pura mati dan dikuburkan hidup-hidup,
segera ia diperiksa oleh kedua malaikat mengenai agama dan amalnya, karena
banyak kekurangannya, maka orang tersebut mulai dipukul dengan pentungan
besi. Tetapi pukulan itu tidak mengenainya, sebab ada sesuatu yang tidak
dapat dilihatnya dengan jelas di kegelapan dan mempunyai bentuk seperti
bulan seolah-olah melindunginya dari pukulan.Ia berhasil keluar dari
tempatnya yang sempit (kuburannya) dan segera menemui anggota
keluarganya dan terkejut melihatnya kembali. Ketika pengalamannya
diceritakan, diketahuilah bahwa yang menolongnya sewaktu dipukul di kubur
bulat seperti bulan adalah kue apam yang sedang dibuat oleh keluarganya.99
Di setiap rumah orang membuat kue apam (serabi) dari bahan tepung
beras dan santan, berbetuk bulat dan dibawa sebagai kenduri ke Mesjid dan
meunsah . sampai 100 kue apam ditumpuk di atas pinggan disertai sebuah
mangkok seurawa (saus) yang terdiri dari santan, gula dan telur dikocok, yang
biasa disebut selai srikaya.
Kue apam mempunyai pengaruh baik terhadap nasib mereka yang
meninggal.Sebab itu dapat dikatakan bahwa asal mulanya orang Aceh membuat
kue apam dan membagikannya sebagai kenduri dalam bulan ke-7 dari tahun
Hijriah, demi leluhur dan anggota keluarga mereka yang sudah meninggal. Selain
itu, Kenduri Apam juga dilaksanakan di rumah pada hari ke-7 sesudah orang
meninggal, juga kalau terjadi gempa bumi karena gempa itu akan mengocokngocok sisa-sisa mayat.
Uraian sebelumnya menerangkan bahwa untuk menghubungkan manusia
dengan alam sekeliling mereka di luar rasionalitas yang dimiliki memerlukan
98

Hasil diskusi dengan Bapak Tayyeb salah satu warga setempat di desa Bukit Gading
Pada Tanggal 19 Februari 2014
99
Snouch hurgronje, Achehnese, 1906,leden, diterjemah oleh Ng. Singarimbun, Aceh di
Mata Kolonialis, (jakarta: Yayasan Soko Buku, 1985), h. 250.

73

unsur-unsur tertentu sebagai mediator.Pada Kenduri Apam mediatornya adalah


kue apam yang disimbolkan dapat membuat seseorang terhindar dari hukuman
atau denda, sekaligus sebagai sedekah kepada orang banyak, simbol-simbol ini
dapat menjadi benang penghubung antara manusia dengan kenyataan-kenyataan
yang ada di luar dirinya.
b. Keunurie Blang (kenduri sawah)
Upacara kenduri blang merupakan salah satu upacara dari sejumlah
upacara kenduri yang terdapat pada masyarakat Aceh, terutama bagi para petani di
pedesaan.Upacara ini dilatarbelakangi dari kesepakatan para ulama yang
membenarkan dapat melakukan kenduri dalam melaksanakan segala sesuatu
untuk kebaikan yang dapat memberikan manfaat. Dalam melaksanakan hal yang
demikian itu yang terpenting adalah adanya niat yang tulus serta diiringi dengan
kerja keras, doa, dan sedikit pengorbanan.
Sudah merupakan suatu kebiasaan para petani di Aceh, apabila hendak
mengerjakan sawah untuk bercocok tanam terutama tanaman padi tidak boleh
melakukan dengan sekehendaknya sendiri.Hal ini harus terlebih dahulu dimulai
dengan kenduri blang.
Upacara kenduri blang dilakukan dalam tiga tahapan, tetapi secara umum
yang dikenal hanya satu kali yaitu kenduri pada tahap pertama.Hal demkian
disebabkan karena kenduri pada tahap pertama ini berlangsung secara
massal.Kenduri-kenduri pada tahap berikutnya hanya dilakukan oleh pribadi
petani masing-masing.
c. Keunurie Tulak Bala
Di beberapa daerah dalam kawasan Nanggroe Aceh Darussalam, upacara
kenduri tulak bala (Tolak bala) juga sering dilaksanakan setiap tahunnya, ini
dilatarbelakangi dari kisah terdamparnya kapal Nabi Nuh As pada bukit Kaf. Dan
ada juga yang dilatarbelakangi dengan adanya keinginan yang kuat terhadap hasil
usaha yang sedang mereka kerjakan atau karena ada tanda-tanda akan datangnya
musibah kepada mereka yang tidak bisa terelakkan dengan kekuatan manusia.
Dengan mereka mengadakan upacara di tempat itu, mereka beranggapan
bahwa rencana bala tersebut mendatangi mereka telah terlebih dahulu mereka

74

halangi dengan doa yang mereka bacakan pada saat upacara berlangsung,
sehingga selamatlah mereka dari ancaman maut tersebut.
2. Adat dan Upacara Kenduri (keunurie) yang Berkaitan dengan Life Cycle
Adat dan Upacara Kenduri (keunurie) yang Berkaitan dengan Life Cycle
berupa upacara kematian, yang bagi masyarakat Aceh, umumnya dilaksanakan
menurut ketentuan Islam. Seperti terdapat dalam kitab-kitab hukum Islam, dalam
hal seorang Islam meninggal, ada empat hal yang harus dilakukan oleh mereka
yang harus ditinggalkan, yaitu memandikan jenazah, membungkusnya dengan
kain kafan, menyembayangkan dan menguburkan.
Setelah selesai penguburan semua orang yang hadir kembali ke rumah
duka di mana sudah menunggu suatu kenduri dengan hidangan nasi beserta lauk
pauknya, yang dinamakan kenduri bagi mereka yang kembali dari kubur (atau
keunurie ureung woe bak jeurat). Hari-hari berikutnya dihitung sejak hari
kematian, diadakan kenduri di rumah duka, mulai dari pertama sampai sepuluh,
setiap malam diadakan pembacaan doa (samadiah) yang dilanjutkan dengan
kenduri hari ketiga, kelima, ketujuh dan kesepuluh, diadakan agak besar.
Selanjutnya, pada hari ketiga puluh, keempat puluh, keseratus dan setahun setelah
meninggal, juga diadakan kenduri di mana orang-orang sekampung diundang.
3. Kenduri yang Berkaitan dengan Hari-Hari Perayaan Agama
a. Isra dan Miraj
Upacara

ini

untuk

memperingati

kenaikan

Nabi

Muhammad

Saw.kesidratal muntaha atau biasa disebut langit ketujuh. Seperti halnya dengan
upacara Maulid, Isra Miraj juga diperingati oleh masyarakat Aceh, hanya saja
kenduri yang dilaksanakan lebih sederhana.Upacara ini dilaksanakan pada malam
hari di meunasah.Pada waktu upacara masyarakat gampong (kampung)
menghadirinya dengan membawa makanan ringan seperti kue-kue dan
minuman.Materi acara biasanya disajikan ceramah tentang peristiwa Isra Miraj
oleh salah seorang teungku (ustadz).Penceramah itu adakalanya diundang dari
kampung lain atau dayah (pesantren)tertentu yang populer.
b. Nisfu Syakban

75

Upacara ini dilaksankan ada 15 hari bulan Syakban yang berlangsung


pada malam di meunasah. Upacara ini dirayakan dengan ceramah agama oleh
seorang teungku sehubungan dengan menyambut kedatangan buan suci Ramadhan
(bulan puasa). Setelah selesai acara, para hadirin melakukan makan kenduri
bersama yang dibawa penduduk kampong tersebut.
c. Siploh Muharram (Sepuluh Muharram)
Orang Aceh menyebutnya Uroe Asyura. Upacara ini dilaksanakan untuk
memperingati wafatnya cucu nabi Muhammad Saw. Hasan Husen. Pelaksanaanya
dilakukan oleh kaum wanita pada siang hari berupa kenduri di meunasah, dengan
membuat

bubur

nasi

yang

dibagi-bagikan

kepada

semua

penduduk

kampung.Kenduri ini dalam istilah Aceh disebut keunurie ie bu kanji (kenduri


bubur).
d. Peutamat Daruih (Pengkhataman Alquran)
Pada bulan puasa setiap malam (mulai malam pertama) dilangsungkan
pembacaan ayat Alquran di meunasah yang dilakukan oleh anak-anak muda
(khususnya laki-laki) dan para lintoe baro (pengantin baru) secara sambung
bersambung yang disebut meudaruih (taddarus). Bila pengajian taddarus itu sudah
tamat, maka dilangsungkan kenduri peutamat daruih di meunasah yang dilakukan
dengan acara buka bersama yang juga biasanya diundang orang kampung lain.
Selain itu ada juga adat istiadat dan tradisi lainnya yang selalu melekat
didalam kehidupan masyarakat Aceh seperti Peusijuk (tepung tawar), perkawinan,
dan masih banyak lagi yang dilaksanakan cukup meriah salah satunya adalah
kenduri maulid (keunurie mouloed).
D. Perayaan Peringatan Maulid di Aceh
Berbicara mengenai maulid di Aceh berarti berbicara mengenai kondisi
Islam di Indonesia pada saat awal berkembangnya masa penjajahan. Kita ketahui
bahwa Belanda

danJepang merupakan dua bangsa yang telah melakukan

penganiayaan terhadap bangsa Indonesia dengan melakukan penjajahan di tanah


air. Bukan hanya nyawa yang menjadi korban namun agama dan budaya juga
dihancurkan secara perlahan.

76

Pada awalnya kedatangan Belanda ke Indonesia adalah untuk menjalin


hubungan perdagangan dengan bangsa Indonesia.Tetapi,rupanya dibalik semua itu
Belanda memiliki maksud terselubung.Jadi kolonialisme di Indonesia dimulai
sejak pemulaan abad ke-17 dengan didirikannya Vereenigde Oost Indisce
Compagnie(VOC) 1602.100 VOC melakukan monopoli rempah-rempah dengan
jumlah dan harga yang ditetapkan oleh VOC.Untuk merealisasikan kolonialisme
tersebut cara yang di tempuh antara lain pemerintah kolonial mengadakan Cultur
Stelsel. Kehadiran Belanda bukan hanya mengeksploitasi kekayaan alam
Indonesia,tetapi juga menekan politik dan keagamaan rakyat.
Begitupun dengan masa penjajahan Jepang yang dimulai tahun 1942 dan
berakhir tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia.Jepang ke Indonesia setelah pemerintah Belanda lenyap dari bumi
Indonesia karena harus bertekuk lutut kepada Jepang.
Jepang memiliki cita-cita besar ingin menjadi pemimpin Asia Timur
Raya. Hal itu sudah dirancang Jepang sejak tahun 1940 untuk membangun
bersama Asia Raya.Jepang berusaha mengakomodasi dua kekutan Islam dan
nasionalisme sekuler,ketimbangan pimpinan tradisional (raja dan bangsawan).
Karena menurut Jepang organisasi-organisasi Islamlah sebenarnya mempunyai
massa yang patuh dan hanya dengan kekuatan agama penduduk bisa dimobilisasi.
Pada babak pertamanya memang pemerintah Jepang menampakkan diri
seakan-akan membela kepentingan Islam, yang merupakan suatu siasat untuk
kepentingan Perang Dunia II.
Untuk

mendekati

umat

Islam

Indonesia

mereka

menempuh

kebijaksanaan antara lain :


1. Kantor Urusan Agama yang pada zaman Belanda disebut: Kantor Voor
Islamistische Saken yang dipimpin oleh orang-orang Orientalisten Belanda,
diubah oleh Jepang menjadi Kantor Sumubi yang dipimpin oleh ulama Islam
sendiri yaitu K.H. Hasyim Asyari dari Jombang dan di daerah-daerah dibentuk
Sumuka.
100

2005), h. 50.

Mansur, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama,

77

2. Pondok pesantren yang besar-besar sering mendapat kunjungan dan bantuan


dari pembesar-pembesar Jepang.
3. Sekolah negeri diberi pelajaran budi pekerti yang isinya identik dengan ajaran
agama.
4. Di samping itu pemerintah Jepang mengizinkan pembentukan barisan
Hisbullah untuk memberikan latihan dasar kemiliteran bagi pemuda Islam.
Barisan ini dipimpin oleh K.H. Zainul Arifin.
5. Pemerintah Jepang mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta
yang dipimpin oleh K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakir dan Bung Hatta.
6. Para ulama Islam bekerja sama dengan pemimpin-pemimpin nasionalis
diizinkan membentuk barisan Pembela Tanah Air (Peta). Tokoh-tokoh santri
dan pemuda Islam ikut dalam latihan kader militer itu, antara lain : Sudirman,
Abd. Khaliq Hasyim, Iskandar Sulaiman, Yusuf Anis, Aruji Kartawinata,
Kasman Singodimejo, Mulyadi Joyomartono, Wahib Wahab, Sarbini Saiful
Islam dan lain-lain. Tentara pembela Tanah Air inilah yang menjadi inti dari
TNI Sekarang.
7.Umat Islam diizinkan meneruskan organisasi persatuan yang disebut: Majelis
Islam Ala Indonesia (MIAI) yang bersifat kemasyarakatan.
Semuanya itu adalah topeng Jepang untuk menghancurkan bangsa
Indonesia

dan

Islam.Sebagai

penjajah

Jepang

jauh

lebih

kejam

dari

Belanda.Jepang merampas semua harta milik rakyat untuk kepentingan perang


sehingga rakyat mati kelaparan.Pada masa Belanda ada istilah kerja rodi maka
dizaman Jepang menjadi romusa. Para romusa diperlakukan sangat buruk, makan
kurang sementaradipaksa kerja dengan keras.Islam akan dihapus dan diganti
dengan agama Shinto oleh karena itu bahasa dan aksaraArab dilarang, walaupun
nanti larangan itu dicabut ketika Jepang sudah kepepet hampir kalah. Jepang
sebenarnya lebih kafir daripada Belanda.Jepang mempunyai tujuan untuk meNippon-kan Indonesia kalau Belanda menjadikan bangsa Indonesia Irlander
penduduk kelas dua Jepang ingin menghilangkan kebangsaan Indonesia menjadi
Nippon. Untuk mempercepat usaha itu Jepang melakukan cara-cara sebagai
berikut:

78

1.Membersihkan

kebudayaan

Barat,

kebudayaan

Islam

diganti

dengan

kebudayaan Jepang. Langkah yang pertama menjadikan bahasa Jepang


sebagai bahasa resmi
2.

Mengubah sistem pendidikan. Jepang mengetahui bahwa jalur yang paling


inti untuk me-Nippon-kan bangsa Indonesia adalah melalui pendidikan.

3.

Membentuk

barisan

memobilisasipemuda

pemuda.
dan

Jepang

santri

berusaha

dengan

untuk

latihan

melatih

perang

dan

senjata

BambuRuncing
4.

Memobilisasi

pemimpin

efektifberkomunikasi

Islam.

dengan

Islam

masyarakt

adalah
oleh

alat

yang

paling

karena

itu

Jepang

memanfaatkan untuk menyebarkan kebudayaanya


5.

Membentuk organisasi baru. Untuk kepentingan Nipponosasi Jepang


membutuhkan suatu organisasi muslim yang menghimpun muslim Indonesia.
Ternyata bangsa Indonesia cepat sadar bahwa Jepang mempunyai tujuan

yang sangat buruk ingin me-Nippon-kan bangsa Indonesia.Umat Islam Indonesia


juga sadar bahwa Jepang ingin menghapus Islam menggantinya dengan
Sintoisme. Walaupun telah dilatih dengan kemusyirikan, tetapi akhirnya muslim
Indonesia melawan baik dengan keras maupun dengan lunak.
Selanjutnya sikap para pemimpinmuslim dan para ulama yang sudah
diarahkan Jepang untuk membentuk organisasi buatan Jepang dengan maksud
dapat menjadi alat pencapai tujuannya ternyata telah bertolak belakang Jepang.
Kelak gerak organisasi itu akan menyelamatkan Islam dari kerusakan.
Dalam konferensi yang diadakan di Jakarta tanggal 12 Oktober 1944
keluar pernyataan mempersiapkan masyarakat muslim Indonesia agar siap
menerima kemerdekaan.101Islam terus berkembang pesat di Indonesia khususnya
Aceh, masyarakat menjadikan Islam sebagai agama sekaligus budaya yang
melekat kuat, untuk pegangan kehidupan sosial.Maka dari itu segala bentuk
kebudayaan yang berlandaskan nilai-nilai kebaikan yang diajarkan Islam,
dijadikan suatu kebiasaan didalam masyarakat seperti perayaan peringatan maulid.
101

Musyrifah Sunanto, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2005), h. 43.

79

Pelaksanaan keunuriemouloed (kenduri Maulid) pada masyarakat Aceh


terkait erat dengan peringatan hari kelahiran Pang Ulee (penghulu alam) Nabi
Muhammad Saw. utusan Allah Swt. yang terakhir pembawa dan penyebar ajaran
agama

Islam.

Kenduri

ini

sering

pula

disebut

kanduri

Pang

Ulee.

Masyarakat Aceh sebagai penganut agama Islam melaksanakan kenduri maulid


setiap bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir dan Jumadil Awal.Kenduri maulid yang
dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal disebutmouloed awai (maulid awal)
dimulai dari tanggal 12 Rabiul Awal sampai berakhir bulan Rabiul
Awal.Sedangkan kenduri maulid yang dilaksanakan pada bulan Rabiul Akhir
disebut mouloed teungoh (maulid tengah) dimulai dari tanggal 1 bulan Rabiul
Akhir sampai berakhirnya bulan.Selanjutnya, kenduri maulid pada bulan Jumadil
Awal disebut mouloed akhee (maulid akhir) dan dilaksanakan sepanjang bulan
Jumadil Akhir.
Pelaksanaan kenduri maulid berdasarkan rentang tiga bulan di atas,
mempunyai tujuan supaya warga masyarakat dapat melaksanakan kenduri secara
keseluruhan dan merata.Maksudnya apabila pada bulan Rabiul Awal warga belum
mampu melaksanakan kenduri, pada bulan Rabiul Akhir belum juga mampu,
maka masih ada kesempatan pada bulan Jumadil Awal.Umumnya seluruh
masyarakat mengadakan kenduri maulid hanya waktu pelaksanaannya yang
berbeda-beda, tergantung pada kemampuan menyelenggarakan dari masyarakat.
Kenduri Maulid oleh masyarakat Aceh dianggap sebagai suatu tradisi,
hal itu didasarkan pada pemahaman bahwa Nabi Muhammad Saw. yang telah
membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam berilmu pengetahuan.
Ada juga yang berpendapat kenduri maulid ini diadakan oleh masyarakat
khususnya kabupaten Aceh Selatan Kecamatan Bakongan bahwa pada masa dulu,
masyarakat sempat ditimpa kekeringan yang besar sehingga tanaman padi dan
tumbuhan lainnya kering dan mati, maka dari itu masyarakat meminta kepada
Allah Swt. agar diturunkan hujan supaya masyarakat bisa bercocok tanam
kembali. Masyarakat berjanji apabila Tuhan meridhai doa mereka dan
menurunkan hujan, maka mereka akan membuat kenduri yang meriah untuk

80

Penghulu Alam Nabi Muhammad Saw. hal ini dalam masyarakat Aceh disebut
Kaoy (nazar).102
Penyelenggaraan kenduri maulid dapat dilangsungkan kapan saja asal
tidak melewati batas bulan Rabiul Awal, Rabiul Akhir, dan Jumadil Awal,
tepatnya mulai tanggal 12 Rabiul Awal sampai tanggal 30 Jumadil Awal. Selain
itu waktu kenduri maulid ada yang menyelenggarakan pada siang hari dan ada
pula yang menyelenggarakannya pada malam hari.
Bagi desa-desa yang menyelenggarakan kenduri pada siang hari mulai
jam 12 siang hidangan telah siap untuk diantar ke meunasah atau mesjid.
Demikian pula bagi yang menyelenggarakan kenduri di rumah, hidangan telah
ditata rapi untuk para tamu.Pertandingan meudikee mouloed (zikir marhaban atau
zikir maulid) dimulai sejak pukul 9 pagi dan berhenti ketika Sembahyang Zuhur
untuk kemudian dilanjutkan kembali.
Selanjutnya desa-desa yang menyelenggarakan kenduri pada malam hari,
hidangan dibawa ke meunasah atau mesjid setelah sembahyang Ashar atau
menjelang Maghrib, sedangkan lomba meudikee maulod dilangsungkan setelah
sembahyang Isya.
Penyelenggaraan kenduri maulid umumnya dilangsungkan di meunasah
atau Mesjid. Panitia pelaksana kenduri mengundang penduduk dari desa-desa lain
yang berdekatan atau desa tetangga dan ada juga yang mengundang semua desa
dalam kemukimannya.Kondisi ini dipengaruhi oleh jumlah hidangan yang
disediakan oleh warga desa.
Di samping itu ada juga yang melaksanakan kenduri di rumah saja atau
secara pribadi disebut mouloed kaoy (maulid nazar).Maulid ini diselenggarakan
untuk melepas nazar yang menyangkut kehidupan pribadi atau keluarga
disebabkan permohonan mereka kepada Allah Swt. telah dikabulkan.
Penyelenggaraan kenduri maulid ini sesuai dengan nazar yang dicetuskan
sebelumnya. Apabila nazarnya ingin menyembelih seekor kerbau, maka pada saat
kenduri akan disembelih hewan tersebut, demikian pula jika nazar ingin
102

Wawancara dengan Bapak Salahuddin salah satu warga kecamatan Bakongan Pada
Tanggal 10 Februari 2014.

81

menyembelih seekor kambing.Daging hewan yang dinazarkan setelah dimasak


dan ditambah lauk-pauk lainnya akan dihidangkan kepada undangan. Besar atau
kecilnya kenduri tergantung kepada kemampuan orang yang melaksanakan.
Pihak yang mengadakan kenduri, sebelumnya telah memberitahu kepada
keuchik (kepala desa) dan teungku meunasah (imam desa). Apabila kendurinya
besar akan dibentuk panitia yang berasal dari penduduk desa setempat. Penduduk
dari luar desa tidak diundang, kecuali sanak saudara atau ahli famili pihak yang
mengadakan kenduri serta anak yatim yang berada di sekitarnya. Hidangan yang
menjadi tradisi keharusan dalam kenduri Maulid di meunasah dan di rumah
berupa beuleukat kuah tuhee (nasi ketan dengan kuah), sebagai hidangan siang
hari selain nasi dan lauk pauk. kuah tuhee lalu dimakan bersama ketan. Pada
malam hari hidangan yang harus disediakan berupa beuleukat kuah peungat.Kuah
peungat adalah santan dicampur dengan pisang raja dan nangka serta diberi gula
secukupnya.
Seperti telah disebutkan di atas Kenduri Maulid dapat dilaksanakan
dalam 3 bulan dimulai dari bulan Rabiul awal, Rabiul Akhir, dan Jumadil
Awal.Apabila kenduri telah dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal berarti
pelaksanaan kenduri pada tahun bersangkutan telah dilaksanakan, tidak perlu
diadakan lagi pada pada bulan Rabiul Akhir dan bulan Jumadil Awal.
Kenduri maulid yang dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal, Rabiul
Akhir dan Jumadil Awal mempunyai nilai yang sama tidak ada yang lebih tinggi
atau rendah, hanya tergantung kepada kemampuan dan kesempatan warga desa.
Di zaman yang semakin maju ini perubahan berlangsung sangat cepat.Masyarakat
tidak hanya menerima informasi dari kalangan internal di masyarakatnya, tetapi
mereka juga menerima berbagai macam informasi dari masyarakat yang berasal
dari luar lingkungan tempat tinggal mereka.Informasi tersebut dapat berupa
informasi yang positif, tetapi juga informasi yang bersifat negatif. Informasi yang
bersifat positif tentunya tidak akan menimbulkan masalah bagi masyarakat.
Bahkan informasi tersebut sangat menguntungkan bagi kemajuan sebuah
masyarakat. Masalah akan timbul apabila informasi yang masuk ke dalam
masyarakat adalah infornasi yang negatif. Tidak hanya pertentangan antar

82

masyarakat akan timbul sebagai dampak masuknya informasi yang negatif, tetapi
juga pudarnya beberapa nilai-nilai yang menjadi pedoman hidup bagi masyarakat
tersebut.
Masyarakat Aceh pun tidak terlepas dari masuknya berbagai informasi.
Apabila tidak dapat tersaring informasi yang negatif, maka dikhawatirkan akan
merusak sendi-sendi nilai-nilai moral yang ada dan tertanam di dalam sanubari
ureung (orang) Aceh, khususnya di kalangan generasi muda.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah membentengi diri dengan
nilai-nilai keagamaan yang kuat. Di antara upaya tersebut adalah dengan cara
memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw. setiap tahunnya. Selain
sebagai upaya mengenang hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.ritual maulid
bagiureung (orang) kampung dapat menjadi sarana silaturahmi dan hiburan.
Dalam kenyataannya, dalam setiap maulid ada yang menyertakannya dengan
dikee mouloed, yaitu membaca syair secara berirama.Isi dikee mouloed(zikir
maulid) terutama tentang peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw.dan luapan
gembira masyarakat Madinah yang menyambut kedatangan Nabi. Isi lainnya
tentang status Nabi Muhammad Saw.sebagai pembawa rakhmat dan penyelamat
kemanusiaan. Sekarang baik di gampong-gampong maupun di kota lazim pula
diramaikan dengan ceramah atau pidato keagamaan (dakwah Islam).
Kenduri maulid memang khas sebagai adat dan budaya Aceh. Tentunya,
ia sangat relevan dengan kehidupan masyarakat di daerah ini, yang telah pula
memproklamirkan diri sebagai daerah dengan pelaksanaan syariat Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai sebuah daerah yang bersyariat Islam, maka semua
aspek kehidupan diarahkan kepada nilai-nilai ajaran Islam.Sikap, perilaku,
tatakrama didasarkan kepada syariat Islam.
Gempuran nilai-nilai luar yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya
masyarakat akan terus mempengaruhi kehidupan masyarakat Aceh, baik yang
disengaja maupun tidak disengaja. Kehidupan Nabi Muhammad Saw., sifat-sifat
dan keteladanan disertai dengan nilai-nilai yang terdapat dalam Alquran dan
Hadis merupakan senjata yang ampuh untuk menangkal semua pengaruh yang
bersifat negatif dari dunia luar masyarakat Aceh.

83

Perayaan Peringatan kelahiran Nabi Muhammad Saw.yang disimbolkan


dalam bentuk kenduri maulid telah mentradisi dilaksanakan setiap tahun. Seperti
orang memperingati hari ulang tahun setiap tahun atau merayakan tahun baru
untuk memperingati pergantian tahun Masehi pada tanggal 1 Januari. Peringatan
Maulid yang dilaksanakan setiap tahun mengandung maksud sebagai sebuah
upaya yang terus-menerus untuk mengingatkan kepada seluruh anggota
masyarakat akan jati diri mereka sebagai umat Islam dan ureung (orang)
Aceh.Tempat merayakan maulid itu dipusatkan di meunasah, harinya ditetapkan
setiap tahun oleh penguasa kampong melalui musyawarah /mufakat dengan
mempertimbangkan pelaksanaannnya tepat waktu dan mengganggu kegiatan atau
kesibukan penduduk gampong dalam melakukan akitifitas mencari nafkah, serta
dipilih waktu lepas panen sehingga semua warga gampong berkesempatan
mempersiapkan diri untuk ikut melakukan kenduri.Jauh hari tiap petani sudah
meniatkan hasil penennya yang pertama dan dari kualitas yang bagus di nazarkan
untuk kenduri maulid atau kenduri keu pang ulee. Bagi di mereka yang bertani
maka akan selalu dalam hatinya diniatkan.Misalnya buah pisang yang dipanen
maka sisir dari tandan yang buahnya lebih bagus ulee mu diniatkan untuk
disajikan kelak pada kenduri maulid ,demikian pula dengan buah-buahan, hasil
ternak bahkan sejumlah uang yang telah disimpan khusus untuk perayaan tersebut
dan kebutuhan lainnya.Rasa kebanggaan bilamana setiap tahun mampu
melakukan kenduri maulid.
Dalam menentapkan waktu hari itu jaga juga diperhatikan agar
pelaksanaannya tidak bersamaan dengan kampung terdekat dari satu mukim
sehingga tidak merayakan pada hari yang sama atau harinya terlalu berdekatan,
sebab pada perayaan mouloed itu diundang penduduk kampung tetangga dari
mukim itu.

E. Pandangan Masyarakat terhadap Tradisi Perayaan Peringatan Keunurie


Mouloeddi Kecamatan Bakongan

84

Keunurie Mouloedataukenduri maulid menurut masyarakat Aceh adalah


suatu perayaan yang senantiasa ditunggu-tunggu, karena merupakan hari dimana
masyarakat beramai-ramai mempersiapkan berbagai kegiatan acara untuk
menyambut datangnya bulan kelahiran junjungan alam Nabi Muhammad Saw.
Berikut adalah cara pandang masyarakat terhadap maulid dilihat dari tigaaspek
yaitu dari segi makna, tujuan dan motivasinya. Berikut adalah pandangan
Masyarakat tentang perayaan peringatan Maulid Nabi dari segi makna, yang
peneliti dapatkan dari hasil wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat yang
menurut peneliti mampu mewakili pandangan masyarakat secara keseluruhan.
Untuk mendapatkan data-data yang peneliti butuhkan dalam penyusunan
Tesis ini, peneliti mewawancarai salah satu tokoh adat yang berada di kecamatan
Bakongan, yang menurut informasi yang peneliti dapatkan dari warga, bahwa
beliau merupakan orang yang cukup mengerti adat istiadat setempat dan
merupakan penduduk asli daerah tersebut, juga merupakan tokoh yang selalu ikut
andil dalam setiap kegiatan atau acara-acara adat istiadat di wilayah tersebut.
Untuk mendapatkan data mengenai pandangan beliau, peneliti mengajukan
beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan adat tradisi maulid. Beliau
mengatakan bahwa:
Perayaan peringatan maulid (dibaca: Mouloed) senantiasa menjadi suatu
kegiatan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Perayaan tersebut
menjadikan suatu bukti bahwa budaya masyarakat tetap terjaga dari sejak
dulu dimulai hingga sekarang ini.Perayaan maulid bagi masyarakat adalah
tradisi atau sebuah adat budaya yang sengaja dipelihara kelestariannya untuk
dijadikan suatu jati diri atau juga merupakan kearifan lokal masyarakat Aceh
di kecamatan bakongan Kabupaten Aceh Selatan. Adat atau tradisi adalah
suatu bentuk penjiwaan masyarakat terhadap alam yang diciptakan
Tuhan.Menunjukkan bagaimana etika masyarakat dalam hidup dan bersyukur
atas apa-apa yang telah dilimpahkan kepada mereka. Allah Swt. telah banyak
memberikan nikmat-Nya kepada hamba-Nya di bumi dan diajarkan kebaikankebaikan agar hidup manusia lebih tertata dan indah.103
Perayaan peringatan Maulid merupakan salah satu implementasi budaya
yang merupakan bentuk rasa syukur masyarakat kepada Allah Swt. dengan segala

103

Wawancara dengan Bapak Hasbullah Tokoh adat setempat pada tanggal 22 februari
2014 di Desa seunobok Alur Buloh kecamatan Bakongan.

85

limpahan rezeki juga bentuk cinta kepada junjungan alam Nabi Muhammad Saw.
Walaupun kita sendiri mengetahui bahwa cara untuk bersyukur itu sangat banyak.
Namun dengan membuat suatu acara seperti ini, masyarakat lebih merasa
mempunyai hari bersejarah dalam kebudayaannya, dan dapat dijadikan suatu
wadah berbuat baik dalam berbagai hal seperti yang diperintahkan Allah
Swt.Perayaan peringatan maulid ini juga bisa menjadi suatu tradisi turun temurun
yang membawa nilai-nilai adat istiadat masyarakat dan nilai moral yang berlaku
terus menerus didalam masyarakat Aceh tersebut.
Selanjutnya peneliti juga meminta pandangan dari tokoh seni setempat
mengenai perayaan peringatan maulid ini, itu disebabkan karena sesuai dengan
pengamatan sebelumnya peneliti melihat ada beberapa pergelaran seni yang
ditampilkan ditengah-tengah acara tersebut. Beliau menyatakan bahwa:
Disisi lain perayaan peringatan maulid nabi juga menjadi suatu moment
dimana masyarakat khususnya pemuda pemudi menuangkan inspirasi dan
kreatifitasnya membuat berbagai hal yang berbau seni, misalnya dekorasidekorasi yang dibuat untuk memeriahkan perayaan di pasar-pasar tradisional
atau Peukan, bale-bale berbagai macam bentuk juga tarian-tarian khas yang
akan mengiringi zikir pada waktu acara dilaksanakan. Persiapan itu sudah
dilakukan jauh hari sebelum datangnya bulan maulid.104
Menurut Ibu Ramdani, acara perayaan peringatan maulid ini sungguh
memberikan nilai positf bagi generasi muda khususnya dalam melestarikan
adat budaya masyarakat yang sudah dilaksanakan turun temurun oleh neneknenek mereka. Perayaan ini merangsang daya kreatifitas seni generasi muda
untuk lebih mencintai kearifan lokal masyarakat dan menjadikan hidup lebih
indah dan berwarna, disamping tujuan utamanya yaitu bagaimana masyarakat
bisa memunculkan rasa kecintaannya terhadap Nabi Muhammad Saw. dengan
memeriahkan dan melakukan hal-hal baik yang disenangi Rasul tanpa harus
melanggar syariat Islam. Perayaan ini juga menjadikan suatu wadah
masyarakat untuk berbagi rezeki dengan sesamanya, seperti sebuah kenduri
massal yang biasanya dibuat dalam bentuk sedekah berupa makanan yang telah
dihiasi dengan berbagai ornamen bunga atau sejenisnya, pengerjaan ini
104

Wawancara dengan Ibu Rahmadani Tokoh seni setempat pada tanggal 18 februari
2014 di Desa bukit Gadeng kecamatan Bakongan.

86

dilakukan oleh para ibu dan pemudi di masing-masing rumah yang kemudian
akan dikumpulkan di suatu mesjid yang telah ditentukan. Makanan-makanan
ini disusun didalam balee-balee yang indah penuh dengan aspek seni yang
dapa kita jumpai didalamnya. Maka dari itu hal ini tidak boleh dihilangkan dari
tradisi masyarakat Aceh karena mampu membawa banyak kebaikan baik dari
sisi duniawi maupun akhiratnya.
Didalam kemeriahan perayaan peringatan maulid Nabi ini, ada sebagian
masyarakat yang tidak ikut serta didalamnya diakibatkan perbedaan keyakinan
tentang boleh atau tidaknya perayaan tersebut dilaksanakan. Maka dari itu peneliti
perlu mewawancarai salah satu tokoh ulama setempat untuk mengetahui apa
pendapat beliau tentang tradisi ini mengingat beliau cukup mengerti tentang ilmuilmu keIslaman dan bagaimana pandangan beliau terhadap hal tersebut dan
apakah beliau juga berpartisipasi dalam kegiatan ini. Saat dimintai pendapatnya
beliau mengatakan bahwa:
Saya sangat mendukung dengan diadakannya perayaan peringatan
maulid tersebut karena merupakan sebuah acara yang membawa
masyarakatnya kepada perilaku-perilaku positif yang di ajarkan agama
Islam.Maulid bisa menjadi suatu wadah silaturahim dengan saling berjumpa
antara masyarakat desa dan saling berbagi rezeki hasil jerih payah
mereka.Masyarakat sangat bersukacita dalam melaksanakan perayaan
peringatan tersebut, mereka berlomba-lomba menyajikan hidangan atau
penampilan seni untuk memeriahkan perayaan peringatan maulid tersebut.
Didalam Islam Allah mengajarkan kebaikan-kebaikan kepada manusia, dan
kebaikan-kebaikan itu bisa berbentuk apa saja asalkan tidak melanggar syariat
Islam.Peringatan Maulid Nabi Muhammad yang dirayakan dengan membaca
sebagian ayat-ayat Alquran dan menyebutkan sebagian sifat-sifat nabi yang
mulia, ini adalah perkara yang penuh dengan berkah dan kebaikan kebaikan
yang agung.Tentu jika perayaan tersebut terhindar dari bidah-bidah sayyiah yang dicela oleh syara.Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa perayaan
Maulid Nabi mulai dilakukan pada permulaan abad ke 7 H. Ini berarti
kegiatan ini tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat dan
generasi Salaf.Namun demikian tidak berarti hukum perayaan Maulid Nabi
dilarang atau sesuatu yang haram.Karena segala sesuatu yang tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah atau tidak pernah dilakukan oleh para sahabatnya
belum tentu bertentangan dengan ajaran Rasulullah sendiri.Para ulama
menggolongkan perayaan Maulid Nabi sebagai bagian dari bidah hasanah.
Artinya bahwa perayaan Maulid Nabi ini merupakan perkara baru yang
sejalan dengan ajaran-ajaran Alquran dan hadis-hadis Nabi dan sama sekali
tidak bertentangan dengan keduanya.Dengan demikian tingkat keimanan

87

masyarakatpun otomatis akan bertambah karena banyak hal kebaikan yang


dijalani masyarakat ketika acara-acara seperti ini dan diharapkan kebiasaan
baik ini terus dilakukan walaupun diluar bulan maulid, Insya Allah perayaan
ini dalam kegiatannya tidak mengandung perbuatn-perbuatan yangdilarang
oleh agama seperti yang dituduhkan oleh sebagian kecil yang tidak sepakat
dengan perayaan ini. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan sarat akan nilai-nilai
keIslaman dan hikmah yang besar. Sehingga tidak ada kekhawatiran
mengenai perbuatan-perbuatan melanggar akan mewarnai tradisi keunurie
mouloed ini.105
Dari penjelasan beliau diatas peneliti dapat melihat bahwasanya maulid
merupakan bentuk penunjang dan pembangkit semangat dalam melaksanakan
ibadah-ibdah kepada Allah Swt. khususnya yang berhubungan dnegan manusia.
Maulid membawa arti kebaikan dalam pengamalan keagamaan masyarakat di
kecamatan Bakongan tersebut.
Didalam perayaan maulid banyak hal yang dipersiapkan oleh masyarakat,
terutama partisipasi ibu-ibu yang sangat antusias menyediakan segala keperluan
yang memang dikhususkan persiapannya oleh kaum perempuan, maka dari itu
peneliti mewawancarai salah satu ketua kelompok persiapan perayaan tersebut,
yang peneliti temui saat malam perkumpulan mereka disalah satu rumah warga.
Setiap kali bulan maulid datang ibu-ibu setempat menyambutnya dengan
suka cita, segala persiapan untuk perayaan maulid sudah tersedia jauh hari
sebelum bulan maulid datang.Baik itu dalam bentuk uang, hasil ladang dan kebun
juga hasil ternak mereka yang sengaja dipersiapkan untuk perayaan peringatan
maulid.Peneliti menjumpai beberapa orang ibu-ibu pada saat H-3 perayaan
peringatan maulid tersebut. Menurut Ibu Ratnawati salah seorang ketua dari Tim
ibu-ibu persiapan acara maulid, ketika peneliti menanyakan perihal tentang
persediaan dana apakah ada bersumber dari pinjaman atau saling memberi hutang
kepada warga lain yang belum mampu, mengingat acara tersebut sangat
dimeriahkan oleh semua lapisan masyarakat dan merasa sedih bila tidak mampu
melaksanakannya, beliau menegaskan kepada peneliti bahwa:

105

Wawancara dengan Bapak H.Tgk.Khairuddin pimpinan Ponpes ujong gunong


kecamatan Bakongan pada tanggal 17 februari 2014

88

Tidak ada dana yang tersedia bersumber dari hutang atau pinjaman
dari warga lain, karena semua itu sudah dipersiapkan dengan matang dan
waktu untuk merayakannya pun masih panjang yaitu 3 bulan berturut-turut.
Seperti yang peneliti jelaskan diawal tesis ini. Ibu Ratna juga mengatakan
bahwa:
Perayaan ini sungguh membawa kebahagiaan dan kebaikan didalam
masyarakatnya, terutama seperti ibu-ibu yang saling gotong-royong
menyediakan berbagai macam makanan dan hidangan lainnya untuk
menyantuni tamu dari desa tetangga dan masyarakat yang kurang mampu.
Persiapan ini ada yang dibuat oleh kelompok ibu-ibu dari dusun atau desa
masing-masing dan ada juga yang mandiri artinya setiap rumah membawa
hidangan kendurinya masing-masing untuk disedekahkan. Disamping itu
silaturahim diantara ibu-ibu juga semakin erat dengan adanya acara-acara
seperti ini.106
Dikalangan kaum bapak maulid merupakan hari dimana mereka dengan
bersuka cita bergotong royong membuat beraneka persiapan acara tersebut, dan
membentuk kepanitiaan di desa masing-masing agar acara tersebut berjalan
dengan lancar. Menurut Pak Burhan dan Pak Kamaruddin yaitu kepala dari desadesa yang terdapat di Kecamatan Bakongan tersebut menjelaskan pandangan
mereka terhadap perayaan peringatan maulid ini adalah:
Suatu kegiatan yang harus terus dikembangkan dan dilestarikan, karena
bagi kami semangat kerjasama dan persatuan masyarakat didesa terlihat
semakin meningkat dan kompak. Saling bantu membantu didalam kegiatan
sosial, silaturahim yang terjalin kuat, dan merasakan adanya penambahan
tingkat keimanan mereka terhadap Allah Swt. dan kecintaanya kepada
Rasulullah dengan dilaksanakannya perayaan tersebut. Karena banyak
kebaikan-kebaikan yang diajarkan agama yang terealisasikan didalam acara
tersebut, seperti bersedekah, keakraban silaturahim, ceramah agama, berzikir
dan sebagainya yang menurut beliau hampir tidak terdapat nilai negatif
sedikitpun.107
Para pemuda juga merasakan hal yang sama ketika peneliti menanyakan
pandangan mereka terhadap perayaan peringatan maulid tersebut yang diwakili
oleh mursalin tokoh pemuda setempat. Beliau menjelaskan bahwa:
106

Wawancara dengan Ibu Ratnawati, salah satu ketua kelompok ibu-ibu di desa Bukit
Gadeng kecamatan Bakongan pada tanggal 16 februari 2014
107
Wawancara dengan bapak Burhan dan Bapak Kamaruddin, Kepala desa Bukit
Gadeng dan Alur buloh kecamatan bakongan pada tanggal 15 Februari 2014

89

Perayaan ini mampu merangsang kreatifitas mereka dalam kesenian


dan keterampilan, para pemuda setempat berlomba-lomba membuat beraneka
seni tari dan juga seni merangkai balee-balee yang akan dipertontonkan di
khalayak ramai, kesenian itu pada umumnya dibuat berkelompok-kelompok
walaupun ada sebagian yang membuat secara perorangan. Dalam hal
keimanan, bagi kami acara tersebut mampu mendongkrak semangat ibadah
kami baik itu hubungan kepada Allah Swt. maupun manusia.Perayaan
peringatan Maulid memiliki makna mengingatkan manusia yang mungkin
lalai dalam beribadah dan mengingatkan pula kepada Rasul yang telah
berjuang untuk umatnya juga menjadi penyemangat umat dalam menjalankan
sunnahnya.108
Perayaan ini juga merupakan sebuah tradisi masyarakat Aceh yang
beragama mayoritas Islam, yang sudah dilaksankan turun temurun mengingat
dampak positif yang dihasilkan, maka dari itu kita harus lebih mampu melihat halhal yang dianggap perlu untuk dijalankan dan tidak bertentangan dengan syariat,
bukan malah menyalahkan atau mencari-cari kesalahan dalam pelaksanaan
perayaan tersebut.
Saat

peneliti

menemui

pejabat

desa

tersebut

untuk

meminta

pandangannya terhadap perayaan peringatan maulid yang sedang berlangsung di


wilayahnnya, beliau juga berpandangan bahwa:
Acara ini sungguh baik untuk terus dijalankan, walapun ada beberapa
masyarakat juga dalam jumlah kecilyang tidak ikut merayakan secara pribadi
karena perbedaan keyakinan, namun secara mayoritas masyarakat terus
menjalankannya dengan suka cita. Dalam tingkat kecamatanpun acara ini juga
diadakan dengan difasilitasi oleh pemerintah dan perencanaan acaranya oleh
masyarakat itu sendiri.Perayaan peringatan maulid ini disamping adalah
sebagai bentuk kecintaan umat terhadap agama juga sebagai bentuk solidaritas
masyarakat dalam membangun kedamaian dan persatuan diantara mereka. Bagi
masnyarakat kami, perayaan ini sudah menjadi budaya yang tidak boleh
dihilangkan dan akan terus diajarkan kepada anak cucu kami. Yang insya Allah
Swt.akan menjadi amalan bagi kami kepada Allah Swt.109
Ditingkat kabupaten pun acara ini ikut serta dilaksanakan oleh Bupati
dan jajarannya, keterangan tersebut peneliti dapatkan dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Pemuda dan Olahraga saat dijumpai dikantornya. Acara tersebut dapat
berupa pembagian sembako atau zikir-zikir (baca: Dikee) dan sebagainya yang
108

Wawancara dengan salah satu ketua pemuda di kecamatan Bakongan desa senebok
buloh tanggal 25 Februari 2014.
109
Wawancara dengan Bapak Dailami S.Pd selaku Camat di kecamatan Bakongan pada
tanggal 26 Februari 2014 di Kantor Kecamatan.

90

dilaksanakan dipusat kota sebagai kepedulian pemerintah terhadap budaya tradisi


masyarakat setempat. 110
Dari berbagai penjelasan pandangan masyarakat diatas peneliti dapat
melihat bahwa inti dari pandangan masyarakat terhadap perayaan peringatan
maulid dari segi makna ialah secara spiritual lebih menjadi wadah pemahaman
kepada masyarakat sehingga meningkatkan amalan sesuai perintah Allah Swt. dan
meneladani Rasul. Sosok Nabi Muhammad Saw. dilihat dan dipahami sebagai
sosok nabi sekaligus rasul dalam tatanan konsep keIslaman. Hal ini memposisikan
Muhammad Saw. sebagai sosok manusia yang sakral yang merupakan wakil
Tuhan di dunia yang bertugas membawa menyampaikan, serta mengaplikasikan
segala bentuk pesan-pesan suci Tuhan kepada umat manusia secara universal.
Demikian juga dari segi sosial masyarakat, peneliti melihat perayaan maulid ini
adalah sebagai suatu momen yang mampu menumbuhkan semangat sosial dan
kebersamaan yang tinggi, dimana dibulan tersebut masyarakat bisa menyantuni
anak yatim dan terjalinnya silaturahim, meningkatkan ukhuwah Islamiah yang
begitu erat terjalin. Perayaan peringatan maulid memahamkan kepada masyarakat
sosok Nabi yang adil, toleran dan tidak diskriminatif. Dan sebagai upaya adanya
saling memerlukan dan melengkapi yang senantiasa mengikat individu dalam
masyarat. Perayaan ini berfungsi sebagai alat transformasi diri atas kesalehan
umat, yakni sebagai semangat baru untuk membangun misi-misi profetik agar
tercipta masyarakat madani (civil society).
Selain peneliti melihat pandangan masyarakat mengenai perayaan
peringatan maulid dari segi makna, masyarakat juga memahami perayaan tersebut
dari segi tujuan, yaitu sebagai berikut:
Pandangan Masyarakat tentang perayaan peringatan maulid Nabi dari segi tujuan.
a. Untuk mensyukuri (bentuk Tasyakur) atas kelahiran Nabi Muhammad
sebagai Rasul terakhir yang telah membawa jalan kebenaran dari Allah
Swt., sehingga umat senantiasa berada dalam agama yang diridhai-Nya
dan menjalankan hidup sesuai dengan yang telah diajarkan oleh Rasulullah
110

Wawancara dengan Bapak Mualimin SE, MM selaku kepala Dinas Kebudayaan


Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Selatan pada Tanggal 25 Februari 2014

91

Saw. Dengan mengadakan perayaan peringatan maulid ini masyarakat


berharap dapat menampilkan suatu rasa terimakasih akan cahaya hidup
yang telah Allah Swt. berikan melalui Nabi utusannya, mengajarkan setiap
kebaikan yang berlandaskan akhlakul karimah dan senantiasa hidup dalam
kedamaian Islam.
b. Untuk menjadikan sebuah momen dimana diingatkan kembali akan sejarah
kehidupan Rasulullah ketika dia dilahirkan, menyebarkan Islam dan
wafatnya, yang mana hal itu mampu membuka kembali pemikiran
masyarakat bahwa Islam datang ketangan mereka melalui banyak
rintangan dan cobaan, sehingga perlu untuk dipahami bahwa dalam
beragama harus sungguh-sungguh dan ikhlas menjalaninya, menghargai
perjuangan Rasul dan senantiasa setia kepada agama Islam. Perayaan
peringatan maulid bertujuan mendongkrak memori para generasi muda
Islam khususnya agar senantiasa ingat perjuangan Nabi dan diharapkan
tumbuhnya rasa tanggung jawab untuk mempertahankan Islam di dalam
kehidupan sehari-hari
c. Untuk meningkatkan kecintaan terhadap Rasul dengan menerapkan nilainilai kebaikan dalam kehiduan sehari-hari, menjadikannya suri tauladan
bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat.
d. Untuk mensyiarkan agama Islam kepada masyarakat, baik melalui
ceramah keagamaan maupun sikap kerjasama dalam melaksanakan
kebaikan. Mengajak orang untuk menerapkan niali-nilai agama dalam
kehidupan sehari hari yang dicontohkan dalam pelaksanaan perayaan
maulid tersebut.
e. Untuk menguatkan jalinan silaturahim antar masyarakat desa dan
masyarakat secara keseluruhan, dengan musyawarah dan mufakat
membentuk rangkaian acara tersebut. Hal lain juga seperti gotong royong
dan saling menjamu tamu dari desa lain, sehingga keterikatan dan
persatuan masyarakat dapat tercipta, tidak ada pertengkaran dan perbedaan
dalam kehidupan sosial masyarakat.

92

f. Untuk menumbuhkan semangat juang dalam mempertahankan Islam dan


menjadi benteng diri dari pengaruh budaya-budaya asing yang dapat
merusak nilai-nilai keIslaman dalam kehiduan masyarakat, sehingga para
generasi tahu bagaimana cara melestarikan budayanya yang telah
diajarkan oleh nenek moyang mereka, terutama menjaga nilai-nilai dasar
tradisi masyarakat Aceh.
g. Sebagai ajang mengekspresikan diri dalam kebudayaan baik itu dibidang
seni maupun kreatifitas lainnya, menjadikan sebuah rangsangan bagi kaum
muda untuk terus berkarya memperkaya adat istiadat sehingga jauh dari
kepunahan dan kehilangan jati diri budaya. Perayaan peringatan maulid ini
merupakan momen yang sangat tepat untuk ikut serta menampilkan
kesenian masyarakat sehingga momen ini bukan hanya memberikan pesan
berbentuk nilai-nilai keislaman, tapi juga memberikan keindahan hidup
dalam pertunjukan yang sifatnya menghibur.
Selain pandangan masyarakat dari segi makna dan tujuan, perayaan
maulid ini juga dilaksanakan atas motivasi-motivasi yang diperoleh masyarakat
baik dirasakan secara individu maupun secara keseluruhan.
Motivasi yaitu dorongan pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar
untuk melakukan tindakan dengan tujuan tertentu. Motivasi adalah usaha yang
dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu yang tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
kepuasan dengan perbuatan. Motivasi mampu mencairkan cara berfikir kaku
terhadap sesuatu dan motivasi adalah sesuatu hal positif yang berkaitan dengan
cara berfikir yang harus terus ditumbuhkan untuk mencapai tujuan. Salah satu hal
penting sebagai pupuk keyakinan adalah motivasi.Motivasi terkadang bukan
berlangsung otomatis yang kapan kita butuh bisa langsung kita dapatkan.
Motivasi harus dibangun dan diupayakandengan belajar, membaca baik buku
maupun suasana dan banyak mengamati perjuangan yang telah dilakukan oleh
orang lain.
Dalam pelaksanaan perayaan peringatan maulid Nabi ini, masyarakat Aceh
tidak semata-mata menjalankannya begitu saja tanpa ada dorongan. Semua

93

kegiatan

budaya

tradisi

masyarakat

pasti

mempunyai

motivasi

dalam

melakukannya seperti pada tradisi maulid tersebut. Berikut peneliti cantumkan


beberapa motivasi-motivasi masyarakat dalam perayaan tersebut yang peneliti
simpulkan dari hasil wawancara kepada beberapa tokoh masyarakat yang
dianggap cukup mewakili masyarakat secara keseluruhan.
1.

Motivasi spiritual, yaitu dimana masyarakat tergerak dan terdorong untuk

melaksanakan perayaan tersebut, mengingat perayaan tersebut merupakan bentuk


rasa syukur kepada Allah Swt. atas rahmat-Nya mengutus seorang Nabi terakir
kepada umat akhir zaman seperti kita. Rasulullah sebagai sosok yang menjadi
contoh pedoman hidup yang ditunjukkan melalui akhlaknya telah mengajarkan
kedamaian dan penghambaan kepada Allah Swt., karena semua itu manusia
khususnya umat muslim dapat hidup dalam ketenangan dan arah yang sebenarnya
dituju. Kecintaan yang tiadatara kepada junjungan alam ini membangkitkan
semangat juang dan rasa peduli sesama diantara masyarakat. Menjalankan
sunnahnya dan hidup berdampingan melakukan kebaikan. Motivasi inilah yang
menumbuhkan keinginan masyarakat untuk melaksanakan kebaikan dalam bentuk
kenduri maulid, dimana pada pelaksanaanya sarat akan nilai-nilai ibadah yang
diperintahkan Allah Swt.
2.

Motivasi kebudayaan, kita ketahui bahwasanya Aceh merupakan daerah

yang menjunjung tinggi adat budaya dari nenek moyang mereka, perayaan maulid
merupakan salah satu tradisi yang sudah dijalankan oleh masyarakat sejak zaman
dahulu Islam datang ke Aceh. Banyak sekali budaya-budaya asing yang mencoba
mempengaruhi cara berfikir dan kebudayaan hidup orang Aceh, namun karena
rasa cinta terhadap tanah air dan budaya asli maka masyarakat Aceh terbebas dari
pengaruh-pengaruh tersebut. Perayaan maulid yang merupakan adaptasi dari
budaya muslim di Arab dapat sangat mudah masuk kedalam tradisi masyarakat
Aceh, itu disebabkan kesamaan agama yang dianut dan perayaan maulid ini
mampu menjadi moment pendukung kebudayaan-kebudayaan asli masyarakat
sehingga maulid sampai saat ini telah menjadi budaya tradisi masyarakat Aceh.
3.

Motivasi sosial, masyarakat Aceh merupakan masyarakat yang tidak

individualistis, gaya hidup mereka menganut paham gotong royong, yang dapat

94

kita lihat bahwa tingkat sosial masyarakatnya cukup tinggi. Maka dari itu
masyarakat sangat semangat untuk melaksanakan perayaan peringatan maulid ini
dimana semua elemen masyarakat ikut andil dalam acara tersebut, melakukan
interaksi sosial, dan saling bantu membantu demi terlaksananya acara tersebut.
Dalam tradisi ini terlihat rasa tanggung jawab sesama demi menghidupkan selalu
nilai-nilai sosial baik terhadap kaum tua maupun kaum muda.
4.

Motivasi

ekonomi,

masyarakat

kecamatan

Bakongan

mayoritas

merupakan para petani, tingkat ekonomi mereka dapat dikatakan cukup baik
seperti yang dijelaskan pada tabel terdahulu. Hasil panen baik berupa uang
maupun hasil mentah kebun selalu dapat diatur dengan baik untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari. Karena adanya rasa hidup yang berkecukupan yang
dirasakan oleh masyarakat, mereka merasa perlu untuk membuat suatu acara yang
mempunyai nilai sedekah seperti yang diajarkan agama. Maulid yang dirayakan
setahun sekali selama tiga bulan, menjadi suatu momen yang tepat untuk saling
berbagi rezeki kepada warga yang kurang mampu khususnya.

F. Tata Cara pelaksanaan Tradisi Perayaan Peringatan keunurie Mouloed


1. Persiapan sebelum hari H
Jauh sebelum datangnya bulan maulid, masyarakat di Kecamatan
Bakongan dan sekitarnya sudah mulai mempersiapkan berbagai macam keperluan
untuk perayaan peringatan maulid tersebut.Dari masyarakat desa sendiri persiapan
dalam bentuk hasil sawah atau kebun sudah disiapkan dan dipisahkan agar tetap
terjaga hingga bulan maulid tiba, demikian juga halnya dengan ternak dan
pendanaan lainnya sudah matang dipersiapkan agar ketika hari H masyarakat
dapat melaksanakannya tanpa ada hambatan dari segi finansial.
Persiapan pertunjukan juga tidak lupa siapkan baik itu berbentuk tarian
yang mengiringi zikir maupun bentuk seni lain seperti pembuatan rangka Baleebalee, miniatur berbagai macam bentuk benda seperti elektronik, transportasi,
tanaman dan sebagainya yang semua itu fungsinya untuk menjadi wadah hidangan
perayaan peringatan maulid yang akan dilaksanakan.

95

Pembentukan kepanitiaan juga harus dipersiapkan, dan ini merupakan hal


penting untuk perencanaan susunan acara dan penanggungjawab dimasing-masing
bidang, dan biasanya diketuai langsung oleh Kepala Desa yang akan
melaksanakan acara tersebut dikampungnya.
2. Bentuk Kegiatan Acara yang Mengiringi Keunurie Mouloed
Ada beberapa bentuk acara yang akan dilaksanakan dalam pegelaran perayaan
peringatan maulid tersebut yaitu:
1.

Ceramah
Ceramah

adalah pidato yang bertujuan memberikan nasehat dan

petunjuk-petunjuk sementara ada audiensi yang bertindak sebagai pendengar.


Ceramah dapat dilaksanakan kapan saja, tidak ada rukun dan syaratnya, tidak ada
mimbar tempat khusus pada pelaksaannya, waktu tidak dibatasi dan siapapun
boleh berdakwah, dapat dilakukan dengan cara kreatif dan inovatif. Didalam
perayaan peringatan maulid ini ceramah merupakan susunan acara yang pertama
kali dilaksanakan yaitu tepat pada malam 12 Rabiulawal.Ceramah keagamaan
biasanya dilaksankan di mesjid-mesjid di tiap-tiap desa secara serentak.Didalam
ceramah tersebut disampaikan berbagai macam pesan agama kepada masyarakat
agar senantiasa beriman kepada Allah Swt. dan Rasulullah, juga disampaikan
bagaimana perjalanan hidup dan perjuangan Nabi Muhammad Saw.dalam
menerima Islam dari Allah dan menyebarkannya, juga tentang bagaimana Nabi
mempertahankan Islam ditengah-tengah kejamnya orang-orang kafir.
Ceramah keagamaan ini disampaikan oleh seorang Teungku (ulama atau
ustadz) yang didatangkan dari pesantren dari daerah setempat ataupun yang
diundang dari luar daerah.
2.

Dikee (berzikir)
Dikee adalah salah satu rangkaian acara yang dilaksanakan didalam

perayaan peringatan keunurie mouloed, acara ini dilaksanakan pada pagi


hari.Dikee adalah zikir yang dilakukan bersama-sama dalam kelompok masingmasing yang dipimpin oleh beberapa orang Khalifah.111 Dikeebiasanya
111

Khalifah adalah sebutan untuk pemimpin kelompok dikee, biasanya dalam satu
kelompok dikee ada 5 orang khalifah yang bertugas bemberikan arahan dan tata cara dikee yang

96

dilaksanakan pada hari setelah 12 Rabiul Awal, dikarenakan pada malam tanggal
tersebut semua kampung secara serempak melaksanakan ceramah dan doa untuk
Nabi Muhammad. Didalam kelompok dikee, biasanya terdiri dari kaum tua
maupun muda, mereka dengan kompaknya menjalankan aturan dikee dengan gaya
masing-masing sesuai dengan petunjuk Khalifahnya. Menurut tokoh masyarakat
yang telah ditemui oleh peneliti, dikee telah ada dari awal maulid nabi mulai
dirayakan oleh masyarakat Aceh, namun tidak terlalu meriah, hanya membaca
zikir dengan gaya yang biasa-biasa saja, namun dengan berkembangnya zaman
seni me-Dikee ini terus dikembangkan menjadi sebuah seni yang menarik dan
indah disamping tujuan utamanya yaitu untuk memuji Allah Swt. dan mengingat
Rasulullah Saw. Dikee (Zikir) dalam konteks peringatan moloed tradisi Aceh
adalah berupa syair puji-pujian sanjungan atau selawat dan kisah kehidupan Nabi
Muhammad Saw.sejak dari lahir sampai Beliau wafat dan di kemas dengan seni
dan telah menjadi budaya sebagai salah satu media dalam menyiarkan agama
terutama tentang kisah tauladan Nabi Muhammad Saw.
Dikee atau berselawat adalah berupa doa dan menjunjung tinggi perintah
Nabi Muhammad Saw. agar mendapatkan syafaat kelak. Ucapan-ucapan salawat
yang berisikan doa-doa keselamatan kepada Nabi dan diharapkan keselamatan itu
juga akan kita terima dari Allah Swt. dengan berbuat baik dan menyerahkan diri.
Dikee moloed yang di syairkan dengan suara merdu dan keras sambil
menggoyangkan kepala, tubuh dan hentakan kaki di sesi berdiri (dikee dong)dan
di sesi duduk (dikee duek)dengan mengikuti irama yang dibawakan oleh Khalifah
(pemimpin dikee). Dikee juga merupakan budaya seni yang religius dan sakral dan
sangat terasa ada mistis positive bagi tiap orang yang mengikuti atau ikut
bergabung didalam kelompok dikee hal ini dibuktikan dengan belum pernah ada
orang jatuh pingsan walaupun dikee dilaksanakan dalam waktu lama ( 3 s/d 4
Jam) padahal memerlukan tenaga ekstra dalam mengikuti kegiatan dikee tersebut
dan bahkan tidak terasa sakit bila kakinya terinjak saat group mouloed berlompatlompat kecil atau sambil menghentakkan kakinya ke lantai pada sesi berdiri
akan dilakukan, dan khalifah tersebut yang bertugas membaca isi dikee untuk memuji,menyanjung
dan menceritakan kisah Nabi Muhammad Swt dalam bentuk syair dan lagu.

97

bagian dari dikee. Didalam dikee juga dibacakan isi kitab Barzanji112 dan selawatselawat.
Berikut adalah contoh sebagaian ucapan-ucapan yang diutarakan ketika
meudikee (berzikir) :
Pembukaan baca surat al-Fatihah.
Wassalama ya Allah ateuh Nabi Muhammad, neutamah rahmad da salam
Ya Rabbi Shallialahi Muhammad ...........2X
Ya Rabbi Shallialaihi Wasallam ..............2X
Assalaamu 'alaik zainal ambiyaak.... ........2x
Assalaamu 'alaik atqal atqiyaak................2x
Nabi muhammad aneuk aneuk abdullah.....
Dinangro meukah mula phon jadi................
.Yoh masa ubit dada keunong plah...............
Antong keunong rah ngon imon suci..........
Allah......la ila haillallah.............................
Hi assalaa ya allah mu 'alaik..........................
Muhammadur rasuulullah.....allah......allah.....
Hi assalaa ya allah mu 'alaik...........................
Ash shalaa tu 'alan nabi, wassala mu 'alarrasul....2x
Asy-syafi'il abthahii, wamuhammad 'arabii......2x

112

Dalam rangkaian acara itu, baik yang akbar maupun yang biasa-biasa saja, ada satu
sesi yang tidak pernah tertinggal bahkan seolah menjadi syaral penting, yaitu pembacaan karya
tulis Kitab al-Barzanji. Barzanji adalah karya tulis seni sastra yang isinya mengungkap sejarah
kehidupan Nabi Muhammad Saw. mencakup silsilah keturunannya, masa kanak-kanak, remaja,
pemuda, hingga diangkat menjadi Rasul. Karya tulis dalam bahasa Arab ini juga mengisahkan
sifat-sifat mulia Nabi Muhammad Saw dan akhlak-akhlak luhurnya sebagai utusan Allah Swt.
serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan umat manusia, khususnya umat Islam. Nama
Barzanji diambil dari nama pengarang naskah tersebut yakni Syekh Jafar al-Barzanji bin Husin
bin Abdul Karim, Dia lahir di Madinah pada tahun 1690 dan meninggal tahun 1766, Barzanji
berasal dari nama sebuah tempat di Kurdistan, Barzinj. Karya tulis tersebut sebenarnya berjudul
Iqd al-Jawahir (Kalung Permata) yang disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi
Muhammad SAW. Tetapi kemudian lebih terkenal dengan nama penelitinya. Pada perkembangan
berikutnya, vpembacaan Barzanji di kalangan Muslim tradisional, dilakukan pada berbagai
momentum sebagai sebuah pengharapan untuk pencapaian sesuatu yang lebih baik. Misalnya pada
saat kelahiran bayi, mencukur rambut bayi (akikah), acara khitanan, pernikahan, dan upacara
lainnya.

98

Ahmad yaa habibii...............ahmad yaa habibii......


Ahmad yaa habibii...............ahmad yaa habibii......
Salam mu 'alaika.................salam mu 'alaika..........
Do'a : dibaca oleh khalifah
Yoh masa mekreut nabi umanyang.........................
Geujak teurimong seumbahyang hamba.................
Seumbahyang hamba limong ploh watee.................
Nabi geulakee cit limeng saja..................................
Yaa saiyidi yaarasuulullah........................................
Yaamanlahul jah 'indallaah.......................................
Innalmusii iinaqadjauuk...........................................
Lizzambi yastarfiruunallaah....................................
Lailaa haillallah-lailaa haillallah-lailaa haillallah.....
Illallah zadjal raffar.................................................
Allah-allah rabbuna, allah-allah rabbuna...............
Wannabi mustafa, wannabi mustafa........................
Mahbubana allah saiduna.........................................
Mahbubana allah saiduna.........................................
Demikianlah contoh kecil dari Dikee tersebut dan masih banyak lagi variasi
Dikee dimasyarakat setempat.
3.

Balee-balee atau Idang Meulapeh (hidangan bertingkat)


Idang meulapeh merupakan khas penyajian makanan di setiap perayaan

Maulid Nabi di Aceh yaitu makanan yang di susun / ditata bertingkat-tingat atau
di sebut Meulapeh yang di letakkan dalam tempat (Kindang/Idang) yang telah
dihiasi pernak-pernik dan warna-warni yang di sulam atau bordir kasap khusus,
tiap kindang/idang umumnya diisi dengan tujuh tingkat (Tujoh Lapeh) tiap tingkat
diisi dengan menu yang berbeda-beda mulai dari makanan pembuka sampai
makanan penutup. Selain masakan daging, ikan dan ayam diantaranya menu yang
ada dalam Idang ada juga menu yang jadi Maskot dalam setiap peringatan maulid
yaitu Boeh Itek Jruk ( Telur Asin), tidaklah heran dalam perayaan maulid hal satu

99

ini menjadi rebutan bahkan ada yang beranggapan belumlah afdol kalau
menghadiri maulid tidak mendapat telor asin.
Sebagai pelengkap atau pengikut idang adalah Bu Kulah ( Nasi yang
dibungkus daun pisang yang telah di asapin) biasanya Bu Kulah ditaruh dalam
Dalong (Tempat nasi yang terbuat dari tembaga). Dalong adalah pasangan dari
Idang saat penyajian Khanduri Moloed yang tidak terpisahkan dengan aroma Bu
Kulah dipastikan akan menggugah selera. Selain bu kulah, masyarakat juga
biasanya membuatCineuru yaitu beras ketan yang sudah dimasak lalu dibungkus
daun pisang dan di isi dengan olahan tepung ketan yang legit hampir mirip dengan
dodol yang kita kenal.
Balee-balee sebagai hidangan khas perayaan peringatan maulid dibuat
seindah dan sebaik mungkin dengan diisi berbagai macam jenis makanan yang
tiap persatunya diisi dengan satu jenis makanan, misalnya satu balee-balee diisi
dengan hidangan nasi beserta lauk pauknya, dan balee-balee yang lain diisi
dengan aneka buah-buahan, semua itu tergantung selera masyarakat itu sendiri
baik berkelompok maupun berumah tangga. Balee-balee juga memakan banyak
biaya dalam pembuatannya, satu balee-balee bisa menghabiskan dana minimal 12 juta rupiah tergantung isi dari balee-balee tersebut. Ada juga balee-balee yang
dibuat oleh kelompok desa yang besarnya bisa sampai 3 meter berbagai macam
bentuk. Dan balee-balee seperti ini dapat menghabiskan biaya sekitar 5 juta-an
tegas salah seorang ketua tim pembuatan balee-balee yang peneliti temui. Namun
walaupun tidak kecil biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaa acara ini,
masyarakat tidak ada yang merasa terbebani atau terhutang uang, mereka malah
sangat bersuka ria merayakan hari lahir Nabi Muhammad Saw.dengan
mempersiapkan segala keperluan jauh hari sebelumnya seperti yang telah peneliti
jabarkan diatas. Bagi masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi, hidangan
tetap akan di buat untuk acara tersebut, namun bentuk hidangan yang disajikan
sedikit berbeda, yaitu dalam hidangan talam yang juga disajikan makananmakanan yang pada umumnya berbentuk nasi dan lauk pauk.
Setelah semua hidangan selesai, esok paginya masyarakat meletakkan
hidangan tersebut di depan rumah masing-masing, ini biasa berlaku hanya kepada

100

yang membuat balee-balee yang nantinya panitia acara akan menjemput hidangan
tersebut untuk dikumpulkan di mesjid atau mushalla. Sedangkan yang berbentuk
hidangan talam, masyarakat langsung mengantarkannya kelokasi acara.

3. Susunan Acara Perayaan Peringatan Maulid


Setelah lewat tanggal 12 Rabiul Awal yang diisi dengan ceramah
keagamaan, kemudian dilanjutkan dengan acara rakyat merayakan peringatan
maulid di hari dalam bulan itu juga maupun dua bulan kedepannya Rabiul Akhir
atau Jumadil Awal. Pagi hari setelah panitia selesai menjemput semua hidangan
dari warga dan mengumpulkannya dimesjid atau musalla, kemudian hidangan
tersebut diberikan nomor urut atau nama sipemilik agar tidak tertukar. Setelah itu
rombongan Dikee pun dapat memasuki tempat yang telah disediakan untuk
menunjukkan kebolehannya dari segi seni dan memeriahkan berzikir bersama.
Biasanya sebelum waktu salat zuhur tiba sekitar pukul 9 pagi, para kelompok zikir
mulai melakukan dikee-dikeenya yang indah, kegiatan itu berlangsung sampai
waktu zuhur tiba dan akan dilanjutkan lagi setelah salat Zuhur. Masyarakat sangat
antusias melihat pertunjukan ini sembari memetik makna yang disampaikan dari
gerakan dan ucapan-ucapan zikir tersebut.Setelah para kelompok zikir selesai
melaksanakan zikir tersebut, kemudian dilanjutkan dengan pembagian hidangan
kepada para pezikir dengan menghidangkannya beberapa balee-balee dan
hidangan talam. Dan untuk masyarakat yang menonton juga akan mendapatkan
hidangan bagi yang sudah memiliki kupon.
Menurut masyarakat setempat ketika peneliti berbincang-bincang kepada
mereka ketika acara berlangsung, dahulu hidangan-hidangan tersebut banyak yang
mubazir, disebabkan pada sesi acara buka hidangan, mereka saling berebutan
makanan sehingga banyak makanan yang terbuang sia-sia.Namun dengan
berkembangnya pola pikir masyarakat, hal itu sekarang tidak kita jumpai
lagi.Sistem pembagian hidangan sudah lebih teratur dan baik, dengan
menggunakan nomor atau kupon yang diberikan kepada yang berhak menyantap
hidangan tersebut, sehingga semua hidangan dapat dikonsumsi dengan baik.

101

Setelah sesi santap hidangan tersebut selesai pula acara perayaan


peringatan maulid Nabi Saw.dan masyarakat dapat kembali kerumah masingmasing.

G. Tinjauan Filsafat IslamTerhadap Perayaan Peringatan Maulid Nabi Saw


Manusia tidak bisa menjalani kehidupan yang baik atau mencapai sesuatu
yang bermanfaat bagi kemanusiaan dan peradaban manusia tanpa memiliki
keyakinan-keyanikan, ideal-ideal dan keimanan. Setiap manusia yang tidak
memiliki idel-ideal dan keimanan akan menjadi manusia yang tidak memiliki
ideal-ideal dan keimanan akan menjadi manusia yang sepenuhnya mementingkan
diri sendiri, yang tidak melihat sesuatu kecuali kepentingan-kepentingan
pribadinya belaka ataupun akan menjadi seorang yang bersifat ragu, goyah dan
tidak mengetahui tugas-tugasnya di dalam kehidupan atau nilai-nilai moral
sosialnya.
Aceh yang merupakan daerah mayoritas Muslim memiliki banyak sekali
tradisi-tradisi yang merupakan kebudayaan masyarakat setempat, yang tradisitradisi tersebut menciptakan suasan sosial masyarakat yang kompak dan damai.
Penyatuan pemikiran dan gotong royong pelaksanaan adalah suatu bentuk etos
kerja yang dapat dijadikan contoh kehidupan bermasyarakat yang baik.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Teungku Abdullah,113 bahwa
masyarakat Aceh dikenal dengan masyarakat yang agamais sekaligus memiliki
tradisi budaya dan adat-istiadat yang sangat mengkristal.Kendatipun ada yang
berbeda pandangan, namun tradisi dan budaya tetap dipertahankan sedemikian
rupa dan bahkan budaya tersebut dapat memberikan pengaruh terhadap pola
kehidupan masyarakat terutama dalam kaitan dengan pemikiran dan pehaman
masyarakat.
Masyarakat Islam adalah masyarakat persaudaraan. Rasa persaudaraan
sangatlah ditekankan oleh Islam. Dasar penciptaan manusia adalah karena
persaudaraan ummat manusia.
Sebagaimana Firman Allah yaitu:
113

Wawancara dengan tokoh adat di kecamatan Bakongan

102



sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, oleh sebab itu adakanlah
perdamaian antara saudaramu.114
Dalil diatas jelas bahwa persaudaraan didalam Islam adalah persaudaraan
yang kokoh, kuat yang tidak hanya dikehendaki pada tingkat konsepsional teoritis
tetapi diinginkan menjadi ciri-ciri masyarakat Islam yang sesungguhnya.
Masyarakat Islam mengikuti konsep masyarakat yang berdisiplin yang mampu
meletakkan dan mengikuti batas-batas yang diberikan Allah Swt. Masyarakat
Islam dibentuk dengan dienul Islam, yang berarti bahwa prinsip-prinsip dasar
yang membentuk dan membina masyarakat itu adalah nilai-nilai luhur dari dienul
Islam itu sendiri. Masyarakat berorientasi pada keTuhanan yang Maha Esa,
karenanya falsafah sosialnya didasarkan pada sistem nilai yang paling tinggi dan
paling utama. Masyarakat seperti itulah yang mampu menegakkan kebenaran,
keadilan kasih sayang serta pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat yang
paling memuaskan.
Dalam perayaan hari besar Islam yang merupakan salah satu tradisi
masyarakat turun temurun, dilaksanakan secara konsisten dan meriah, itu
dikarenakan rasa syukur yang besar terhadap Tuhan dan rasa persatuan
masyarakat itu sendiri. Keunurie mouloedatau perayaan peringatan maulid adalah
salah satu perayaan hari besar yang terus dilaksanakan di dalam masyarakat Aceh.
Keunurie mouloed merupakan suatu bentuk kebudayaan masyarakat
Aceh yang terus mengalami perkembangan signifikan dalam pelaksanaan
perayaannya. Dalam meramaikan perayaan peringatan maulid Nabi tersebut
sebagian besar masyarakat Aceh menunjukkan antusiasnya dalam berpartisipasi
mengikuti acara tersebut, disamping ada juga sebagian kecil dari masyarakat yang
tidak ikut serta dalam perayaan tersebut dikarenakan perbedaan pandangan
tentang boleh atau tidaknya perayaan itu.Namun mereka tetap memperingati
secara sederhana saja dirumah masing-masing tanpa merayakan secara meriah
seperti yang dilakukan masyarakat kebanyakan.
114

Q.S. Al Hujarat:10

103

Peneliti melihat bahwa masyarakat yang minoritas tidak melakukan


perayaan tersebut beralasan karena maulid merupakan suatu perbuatan yang
bidah, itu menjadikan suatu tanda tanya besar apakah yang menjadi pegangan
keyakinan bagi mereka sehingga tidak ikut berpartisipasi dalam perayaan tersebut.
Berikut adalah alasan sebagian masyarakat menurut hasil pengamatan
peneliti. Mengenai bidaah, dalil yang dipegang kuat untuk menyatakan
ketidakbolehan melakukannya hal-hal yang baru dalam ibadah adalah:


.
Jauhilah olehmu akan perkara-perkara yang baru diada-adakan karena
sesungguhnya semua perkara yang baru itu bidah, dan semua bidah itu
sesat.(H.R Ahmad).115



Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka
amalan tersebut tertolak .(H.R Muslim).116

Dari penjelasan hadis diatas jelas terlihat bahwasannya apabila didalam


peribadatan terdapat penambahan-penambahan yang tidak pernah dilakukan Nabi
Saw. maka hal tersebut adalah bidah, seperti pengertian bidaah itu sendiri yaitu
suatu cara dalam agamayang dibuat-buat sehingga menyerupai cara-cara yang
ditetapkan oleh syara dan cara-cara itu sungguh-sungguh akan dilakukan (dengan
meninggalkan cara-cara yang sudah ditetapkan oleh syara) dengan maksud agar
dapat berlebih-lebihan dalam beribadah kepada Allah.117

115

Shalih bin Fauzan bin Abdullah, Al Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffits Tsalits Al-Ali,
(kitab Tauhid 3), terj. Ainul Haris Arifin, cet: 1 (Jakarta: Darul Haq, 1999), h. 143.
116
Ibid., h. 144.
117
Said bin Ali Wahf Al-Qahthani, Nurus-Sunnah wa Zhulumatul-Bidah fi Dhau ilKitab was-Sunnah, Ar-Riasah al-Ammah Lihaiatil-amri bl-marufi wan-nahyi anil-mungkari,
al-idarah al-ammah lit-tau iyah wat-taujih. Terj. Abu Barzani, Awas Bahaya Bidah: Bidah
berkedok Sunnah, cet: 1, (Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif,2010), h. 25.

104

Dalam penjelasan hadis diatas bahwa yang masuk kedalam bidah itu
hanyalah soal-soal ubudiyah belaka. Sedangkan hal-hal yang lain mengenai
duniawiyah, misalnya muamalat, adat, tidaklah termasuk kedalam tarif bidah.
Asy-Syathibi Rahimakumullah118 menyatakan bahwa, bidah itu adalah suatu cara
yang dibuat-buat dalam urusan agama yang menyerupai ajaran syariat yang ada
dengan tujuan untuk melebihkan dalam beribadah kepada Allah Swt.119
Adat istiadat atau tradisi, apakah dikatagorikan dalam makna bidah?Jika
demikian, maka setiap adat dan tradisi para sahabat atau adat-adat yang terjadi
pada masa Rasulullah masuk katagori bidah.Hal ini merupakan kesesatan yang
wajib untuk dijauhi.
Asy-Syathibi juga menyatakan bahwa adat kebiasaan itu tidak termasuk
bidah.Namun, apabila ditinjau dari segi yang digunakan untuk beribadah atau
adat istiadat diletakkan pada posisi ibadah, maka adat istiadat termasuk dalam
katagori bidah.Didalam pelaksanaan maulid, masyarakat tidak menjadikannya
sebagai sesuatu yang wajib dilaksanakan, sehingga menimbulkan sanksi apabila
perayaan tersebut tidak dilakukan. Namun perayaan peringatan maulid ini sudah
menjadi kebiasaan masyarakat dengan kesadarannya sendiri untuk merayakannya,
karena dianggap mampu membawa kepuasan batin dan kebahagiaan tersendiri
apabila perayaan ini dilaksanakan, namun itupun berlaku bagi siapa saja yang
berkeinginan untuk melaksanakannya, dan bagi masyarakat yang tidak
melaksanakannya tidak ada sanksi apapun yang akan dikenakan. Didalam
perayaan maulid seperti yang telah peneliti jelaskan diatas, terdapat amalanamalan yang memang telah diajarkan oleh Islam di dalam Alquran dan sunnah
Rasul, seperti bersedekah, silaturahim, berzikir dan sebagainya yang memang
sudah menjadi suatu perintah, disamping juga ada kegiatan-kegiatan sosial
masyarakat seperti makan bersama, penampilan-penampian seni dan kreatifitas

118

Asy- Syathibi, nama aslinya adalah Abu Ishaq Ibrahim bin Musa bin Muhammad allakhmi al-Syathibi. Tempat dan tanggal lahirnya tidak diketahui secara pasti.Dia meninggal pada
hari selasa tanggal 8 Syaban tahun 790 H (1388 M) dan dimakamkan di Gharnata.Ia merupakan
seorang filosof hukum Islam dari spanyol dan bermahzab Maliki. (Jamil Ahmad, Hundred Great
Muslims, cet: III, (Pakistan: Ferozsons. Ltd, Lahore, 1984), Terj. Tim Penerjemah/Pustaka Firdaus,
Seratus Muslim Terkemuka, cet: III, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1984), h. 77.
119
Ibid., h. 27.

105

dan kegiatan lainnya yang tidak melanggar syariah. Perayaan maulid merupakan
media atau momentum untuk menstimulasi semangat masyarakat dalam
kehidupan sosial, dan berisikan nilai-nilai ibadah yang mampu mendongkrak
keimanan Masyarakat tehadap Allah Swt.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa sebagian dari bidah itu ada yang
disebut bidah hasanah,120 yang sebenarnya itu termasuk dalam hal katagori
bidah secara bahasa, bukan secara syari. Diantaranya ialah perkataan Umar Bin
Khatab, ketika ia mengumpulkan orang-orang untuk melaksanakan qiyam
ramadhan dengan satu imam mesjid, tatkala keluar dan melihat mereka
mengerjakan shalat berjamaah seperti itu, ia berkata, sebaik-baiknya bidah
adalah semacam ini.121
Imam syafii juga mengatakan bidah terbagi dua yaitu bidah mahmudah
(bidah yang terpuji yang sesuai dengan sunnah) dan bidah madzmumah (bidah
yang tercela yang bertentangan dengan sunnah).122
Maka dari itu kita dapat membedakan bahwa perayaan peringatan maulid
tersebut masuk kedalam bidah yang mana, apakah yang tercela atau yang terpuji,
dilihat dari perilaku-perilaku dan tujuan pelaksanaannya tersebut.

Tentang maulid sebagai suatu yang baik dilaksanakan dapat kita lihat pada hadis
berikut:


:



120

Bidah hasanah yaitu hal yang baru yang baik dan terpuji yang sama sekali tidak
bertentangan dengan hukum suci, tetapi lebih banyak mengungkapkan keindahannya pada saat
yang tepat (Amatullah Armsrtong, Kunci Memasuki Dunia Tasawuf, (Bandung: Mizan, 1996), h.
53.
121
Abu Barzani, Awas Bahaya Bidah: Bidah Berkedok Sunnah, cet: I (Yogyakarta:
Maktabah Al-Hanif,2010), h. 29.
122
Muhammad Tholhah Hasan, Ahlusunnah Wal Jamaah: Dalam Persepsi dan Tradisi
NU, cet:III, (Jakarta: Lantabora Press,2005), h. 232.

106





Jarir bin Abdullah al-Bajali radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang memulai perbuatan baik dalam
Islam, maka ia akan memperoleh pahalanya serta pahala orang-orang yang
melakukannya sesudahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan
barangsiapa yang memulai perbuatan jelek dalam Islam, maka ia akan
memperoleh dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya
tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka.(H.R Muslim).123
Peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.yang dirayakan dengan
membaca sebagian ayat-ayat Alquran dan menyebutkan sebagian sifat-sifat nabi
yang mulia, ini adalah perkara yang penuh dengan berkah dan kebaikan kebaikan
yang agung. Tentu jika perayaan tersebut terhindar dari bidah-bidah sayyi-ah
yang dicela oleh syara.
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa perayaan maulid Nabi mulai
dilakukan pada permulaan abad ke-7 H. Ini berarti kegiatan ini tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat dan generasi Salaf. Namun demikian
tidak berarti hukum perayaan maulid Nabi dilarang atau sesuatu yang haram.
Karena segala sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah atau tidak
pernah dilakukan oleh para sahabatnya belum tentu bertentangan dengan ajaran
Rasulullah sendiri. Para ulama menggolongkan perayaan Maulid Nabi sebagai
bagian dari bidah hasanah. Artinya bahwa perayaan maulid Nabi ini merupakan
perkara baru yang sejalan dengan ajaran-ajaran Alquran dan hadis-hadis Nabi dan
sama sekali tidak bertentangan dengan keduanya.
Hadis ini memberikan keleluasaan kepada ulama ummat Nabi
Muhammad untuk merintis perkara-perkara baru yang baik yang tidak
bertentangan dengan Alquran, Sunnah, Atsar maupun Ijma. Peringatan maulid
Nabi adalah perkara baru yang baik dan sama sekali tidak menyalahi satupun di
antara dalil-dalil tersebut. Dengan demikian berarti hukumnya boleh, bahkan
123

Ali Bin Hasan, bin Abdul Hamid al-Halabi, Mengupas Tuntas Akar Bidah: Dalam
Timbangan Alquran dan Sunnah (Ilmu Ushul al-Bida Dirasah Takmiliyah Muhimmah fii Ilmi
Ushul al-Fiqh),(Bekasi: Pustaka Imam Adz Dzahabi,2009), h. 114.

107

salah satu jalan untuk mendapatkan pahala. Jika ada orang yang mengharamkan
peringatan maulid Nabi, berarti telah mempersempit keleluasaan yang telah Allah
berikan kepada hamba-Nya untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik yang
belum pernah ada pada masa Nabi. Dan setiap larangan dan perintah Allah telah
sempurna (agama Islam telah sempurna), maka dari itu tidak ada pertentangan lagi
mengenai perbuatan-perbuatan yang baik dan tidak melanggar syariat seperti yang
dijelaskan dalam ayat berikut:
Kesimpulannya, yang dimaksud dengan telah sempurna agama Islam
adalah telah sempurna atau telah tuntas segala larangan-Nya, apa yang telah
diharamkan-Nya dan apa yang telah diwajibkan-Nya, selebihnya adalah perkara
yang dibolehkan-Nya atau selebihnya hukum asalnya adalah mubah (boleh).

Dan tidaklah kami turun melainkan dengan perintah Tuhan


engkau;kepunyaanNyalah apa yang ada di hadapan kita dan apa-apa yang di
belakang kita dan apa-apa yang di antara yang demikian; dan tidaklah ada
Tuhan engkau itu kelupaan.124
Didalam filsafat kita ketahui bahwasannya setiap perbuatan dan kejadian
di alam semesta memiliki suatu hikmah yang dapat kita jadikan pelajaran dalam
perjalanan hidup, berfikir bijaksana dan menelaah lebih dalam terhadap suatu
permasalahan agar tercipta kehidupan yang lebih nyaman dan terhindar dari
perbuatan-perbuatan tercela.Filsafat juga merupakan suatu alat mencernai
pengajaran nilai-nilai yang terdapat didalam agama, agar maksud dan tujuan nilainilai tersebut bisa dipahami secara hakikat oleh umat.
Al-Kindi orang Islam yang pertama meretas jalan mengupayakan
pemaduan antara filasafat dan agama atau antara akal dan wahyu.Menurutnya
antara keduanya tidak bertentangan karena masing-masing keduanya adalah ilmu
tentang kebenaran, sedangkan kebenaran itu satu tidak banyak.Ilmu filasafat
meliputi keTuhanan, keEsaan-Nya, dan keutamaan serta ilmu-ilmu lain yang
mengajarkan bagaimana jalan memperoleh apa-apa yang bermanfaat dan
124

Q.S.Maryam: 64

108

menjauhkan dari apa-apa yang mudarat.Hal seperti ini juga dibawa oleh para
Rasul Allah dan juga mereka menetapkan keesaan Allah dan memastikan
keutamaan yang diridhai-Nya.
Agaknya untuk memuaskan semua pihak, terutama orang-orang Islam
yang tidak senang dengan filsafat, dalam usaha pemanduannya ini, al-Kindi juga
membawakan ayat-ayat Alquran.Menurutnya menerima dam mempelajari filsafat
sejalan dengan anjuran Alquran yang memerintahkan pemeluknya untuk meneliti
dan membahas segala fenomena di alam semesta ini. Berikut adalah ayat-ayat
yang menjelaskan hal tersebut:


Maka ambillah untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang
mempunyai pandangan.125






Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik serta bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.126


"Allah menganugerahkan al-Hikmah (kefahaman yang dalam tentang al-Qur'an
dan as-Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki.Dan barangsiapa yang
dianugerahi al-Hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi karunia yang
banyak.Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah)".127

125

Q.S. al- Hasyr: 2


Q.S. An Nahl: 125
127
Q.S. al- Baqarah:26
126

109

Dari ayat diatas dapat peneliti lihat bahwa Allah telah memberikan
potensi kepada manusia untuk berfikir bijak sehingga mampu mengambil
pelajaran dari setiap kejadian. Agama Islam adalah agama yang sempurna, lentur
elastis dan selalu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Kelenturannya dapat
dilihat dari bukti sejarah sejak Nabi dan Rasul terakhir Muhammad Saw. Setelah
Nabi Muhammad Saw wafat, masyarakat terus berkembang, masalah-masalah
baru terus bermunculan dengan tiada akhirnya, sedangkan wahyu Allah dalam
bentuk Alquran dan hadis telah berakhir setelah beliau wafat.
Sedangkan agama yang memasuki perkembangan zaman, dalam situasi
sosial dan kultural yang berbeda dengan situasi tempat agama itu berdiri, maka
agama itu pasti akan menghadapi problematika baru. Jika agama akan
mempertahankan autentisitasnya sesuai dengan aslinya sebagaimana yang dibawa
oleh pendirinya sepanjang masa, dalam pagar-pagar keperanataan yang tidak
tertembus oleh pemikiran baru, maka kharisma agama itu tidak akan tersentuh
dan tidak akan mengalami perkembangan. Akibatnya ialah agama itu akan
menjadi seperti kehilangan daya tarik, karena tidak sanggup menyajikan
kekayaannya kepada manusia menurut selera jamannya. Karena itu agama harus
memiliki potensi untuk dapat mengatasi dan menyelesaikan dengan cara yang
bijaksana terhadap segala bentuk persoalan yang muncul, seiring dengan
perkembangan masyarakat sekarang dan akan datang, baik dalam, arti sosiologis,
teknologi maupun dalam arti kulturan. Tentunya dengan menggunakan metode
yang memungkinkan ajaran-ajarannya bersifat lentur, elastis, tanpa kehilangan
identitas dan hakekatnya dalam menghadapi berbagai macam perkembangan
masyarakat atau situasi yang terjadi.128
Didalam menata kehidupan dan mengoptimalkan pemahaman mengenai
pesan wahyu ilahi, manusia membutuhkan pola pikir yang dinamis, yang dapat
membantunya memahami dan mengembangkan ajaran-ajaran ilahi. Nabi
Muhammad sebagai utusan Allah hanya meninggalkan kepada umatnya Alquran
dan Hadis, yang penjelasannya masih bersifat universal sehingga untuk
128

M.Farid, Nasution, Aktualisasi Pemikiran Islam (Rekayasa Sosial dan Masa Depan),
(Medan: Pustaka Widyasarana, 1993), h. 20.

110

menghadapi tantangan zaman, umat harus lebih jeli melihat pesan-pesan tersebut
melalui tekstual maupun kontekstual. Demi keteraturan kehidupan, Al- Razi salah
satu tokoh filsafat Islam mengemukakan bahwa manusia telah diberikan karunia
yang cukup besar oleh Allah Swt. yaitu akal. Dengan akal manusia dapat
memperoleh

manfaat

sebanyak-banyaknya,

bahkan

dapat

memperoleh

pengetahuan tentang Tuhan. Karena itu manusia tidak boleh menyia-nyiakan dan
mengekang ruang gerak akal, tetapi memberikan kebebasan sepenuhnya dalam
segala hal, yang menurut pemahaman peneliti maksudnya adalah memaksimalkan
daya olah fikir otak untuk menemukan hikmah-hikmah di alam semesta namun
tetap dalam koridor Alquran dan Hadis. Akal akan menumbuhkan model tingkah
laku manusia dan berbagai keinginan (hawa nafsu) dalam menata kehidupannya,
namun akal harus tetap dibawah kendali agama.129
Menurut al-Farabi, kesucian jiwa tidak hanya diperoleh melalui badan
dan perbuatan-perbuatan badaniah semata-mata, melainkan yang pertama-tama
adalah melalui pikiran dan pemikiran (olah fungsi akal).130 Maka dari itu untuk
mencapai kesucian jiwa dan memahami nilai-nilai kebaikan manusia harus lebih
kreatif untuk menerapkan semua aspek ajaran Islam kedalam kehidupan seharihari dengan berfikir lebih mendalam tentang hakikat kebaikan tersebut, berfikir
lebih bijaksana dan tetap terarah sesuai ketentuan Islam.
Dalam dinamika masyarakat menuntut seluruh komponen warganya
untuk dapat berpacu dalam setiap sikap, gerak dan prilaku baik bersifat internal
keluarga maupun eksternal masyarakat luas.Dalam masyarakat majemuk dan
pluralis dan heterogen pengaruh timbal balik antara agama, budaya dan
masyarakat sangat erat dan lekat.Oleh sebab itu peranan agama yang dikaitkan
dengan nilai-nilai sosial budaya dan sosial keagamaan sangat mempunyai
pengaruh positif terhadap masyarakat luas.
Akan tetapi, realitas sejarah juga menjelaskan kepada kita bahwa
perkembangan pemikiran yang penuh dinamik dan didasarkan pada kebebasan
ternyata melahirkan berbagai pertentangan antarumat yang membuat mereka
129

Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 29.
Ahmad Hanafi, Pengantar Filsafat islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 99.

130

111

terpecah-belah bukan hanya dalam alam pikiran, tetapi juga dalam kehidupan
sosial politik dan budaya.131
Maka dari itu filsafat mencoba untuk membuka cakrawala metode
berfikir umat dalam memahami ajaran dan nilai-nila agama. Didalam perayaan
peringatan maulid, masyarakat Aceh selalu meletakkan tujuan utama mereka
dalam melaksanakan acara tersebut, yaitu mendekatkan diri pada Allah Swt. dan
menambah kecintaannya kepada Rasulullah Saw. Didalam perayaan tersebut
seperti yang telah peneliti jelaskan diatas, bahwa banyak terdapat kebaikankebaikan dari sisi ibadah yang diajarkan dan hal-hal yang berkenaan dengan
muamalah.Bagian ibadah dalam perayaan ini terlihat dari sikap mereka mengasihi
sesama dengan sedekah dan berzikir.Alquran juga menjelaskan bahwa aktivitas
ritual tidaklah semata-mata sebuah ritual yang harus dilaksanakan.Ia adalah
sebuah aktifvitas yang mentransformasikan kedalaman hati seseorang dan
menjadikannya individu yang sempurna. Kesempurnaan kedalaman hati adalah
aspek yang sangat penting dari aktivitas ritual.





Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah

131

H.A, Hidayat, Pemikiran Islam Tentang Teologi dan Filsafat(Bandung: Pustaka


Setia, 2005), h. 111.

112

orang-orang yang benar (kebajikannya); dan mereka itulah orang-orang yang


bertakwa.132
Ayat diatas merupakan ayat yang sangat penting yang menjelaskan
tentang pokok utama dari ritual. Jadi, ritual bukanlah semata-mata aktivitas
menundukkan kepala dan sujud secara fisik, ia memiliki arti yang lebih dari itu,
konsep ibadah Islam mencakup dimensi sosial dan spiritual.133
Agama Allah memfasilitasi kehidupan dan tidak menghalangi itu, dan
Allah adalah satu yang memandu ke jalan integritas dan kejujuran. Akhirnya doa
kita kepada Allah adalah untuk mempersatukan kita untuk menyebarkan kebaikan
dan untuk memberikan kepada kita berkat-berkat Nabi Muhammad.
Antara perbuatan baik yang bisa dilakukan dalam merayakan kelahiran
nabi menunjukkan kebahagiaan, sukacita merupakan pengabdian kepada nabi,
mengumpulkan orang-orang miskin dan saleh dan memberi mereka makan,
membaca puisi dan nyanyian islami yang menginspirasi seseorang untuk
melakukan perbuatan baik dan melarang inovasi yang melanggar hukum. Memuji
Nabi dalam nyanyian dan mendengarkan mereka dianggap salah satu alasan
terbesar yang mempengaruhi seseorang untuk meningkatkan cintanya terhadap
Nabi.
Selama kegiatan perayaan peringatan maulid Nabi Saw. yang
diselenggarakan oleh siapapun tidak bermuatan sesuatu yang melanggar nilai dan
prinsip syariat, maka kegiatan tersebut ditenggarai dapat memberikan dampak
positif dan sama sekali tidak berdampak negatif, maka bisa berubah hukumnya
dengan meminjam prinsip (pertimbangan) istihsan menjadi Sunnah, bahkan kalau
kegiatan itu menjadi prasyarat untuk mewujudkan syariat, maka hukumnya bisa
menjadi wajib, dengan meminjam kaidah fikih yaitu sesuatu yang harus ada,
sebagai prasyarat bagi keberadaan kewajiban yang mempersyaratkannya, maka
sesuatu yang harus ada itu menjadi wajib, sebaliknya bila peringatan maulid
tersebut ditenggarai bisa berdampak negatif maka dapat berubah hukumnya
menjadi makruh atau haram.
132

Q.S. al- Baqarah: 177


Asghar Ali Engineer, Islam Masa Kini (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 220.

133

113

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas maka dapat disimpulkan ke dalam beberapa
uraian,
yakni:
1.

Perayaan Maulid di Bakongan merupakan bentuk ekspresi kebahagiaan


masyarakat Aceh, khususnya kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh

114

Selatan atas terlahirnya Rasulullah Saw. ke dunia ini. Mereka sangat yakin
bahwasanya Rasulullah ialah manusia yang dapat memberikan syafaat
kelak.Mereka membuktikan kebahagiaan mereka melalui perayaan Maulid
Nabi Muhammad Saw. Walaupun Maulid tidak memiliki landasan syari,
akan tetapi bagi Masyarakat Bakongan mengadakan perayaan Maulid Nabi
merupakan perkara yang baik yang akan menghasilkan yang baik pula.
Maulid di Bakongan juga menjadi sarana untuk memperkokoh tali
silaturahmi antar warga lainya.
Masyarakat tidak terlalu mempersoalkan komunitas budaya lainnya yang
ingin menghadiri Maulid Nabi yang diadakan oleh masyarakat
Bakongan.Dengan senang hati mereka sangat menghormati mereka.Ini
merupakan

bukti

bahwa

tak

selamanya

orang

Aceh

sangat

sukuisme.Unsur-unsur budaya, politis, ekonomi, bahkan status sosial


hilang bilamana perayaan Maulid Nabi diadakan. Dengan kata lain,
perayaan Maulid Nabi Muhammad saw.sangat banyak mengandung
manfaat

dibandingkan

maksiat.

Mayoritas

Masyarakat

Bakongan

beragama Islam dan berfaham Ahli Sunnah Wal Jamaah.Mereka


sangatlah menjunjung tinggi ajaran Islam lengkap dengan setiap
perangkatnya.Tidaklah mengherankan setiap ada kegiatan-kegiatan yang
bernuansa Islam, mereka rela bersama-sama menyiapkan segala keperluan
demi terselenggaranya perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw.

2.

Perayaan maulid sarat akan nilai-nilai gotong royong dan seni, hal itu
mampu

menunjang

114
kreatifitas

masyarakat

dalam

bersosial

dan

mengembangkan kualitas hidup. Didalam tata cara pelaksanaannya


mengandung nilai musyawarah, spiritual dan saling menyantuni sesama
warga. Memeriahkan perayaan dengan berbagai kegiatan yang bernilai
positif dan tidak ada unsur yang melanggar agama. Tatacara pelaksanaan
diadakan sedemikian mungkin dengan keteraturan dan tradisi-tradisi
warisan nenek moyang, sehingga generasi muda dapat terus melestarikan

115

budaya mereka dan meningkatkan kecerdasan masyarakat dalam


berkehidupan sosial.
3.

Sejatinya maulid tetap dimaknai dengan perubahan hidup

yang

mengedepankan nilai keimanan kepada Tuhan dan kecintaan kepada Nabi


Muhammad

Saw,

dan

berlomba-lomba

dalam

kebaikan.

Maulid

melahirkan tradisi intelektual dan keilmuan yang kuat, dan itu menandakan
lahirnya suatu peradaban yang terdapat pada komunitas aktif dan kreatif
terhadap ilmu pengetahuan sebagai peradaban Islam yang diwariskan Nabi
Muhammad kepada pengikutnya.Membalasnya dengan kecintaan melalui
tradisi keilmuan dan peringatan kelahiran Nabi bagian penerjemahan pesan
Tuhan untuk disampaikan. Peringatan maulid nabi tersebut mengandung
nilai-nilai filosofis yang baik dan dari keIslamannya pun dapat ditemukan
dalam kegiatan tersebut, ini menandakan cara pandang masyarakat
terhadap maulid sudah sangat maju dan inilah yang disebut dengan cinta
akan kebijaksanaa (filsafat).

B. Saran
Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. di Bakongan diharapkan dapat
menjadi momentum kebangkitan umat untuk memperkokoh ukhuwah Islamiyah
sesama muslim maupun antar warga masyarakat. Dengan mengingat kembali
perjuangan Rasulullah maka umat Islam khususnya warga Bakongan mampu
menjawab tantangan zaman melalui peneladanan atas sikap dan prilaku
Rasulullah. Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw. pada komunitas etnis Aceh
di Bakongan selayaknya tidak hanya menjadi sebuah acara seremonial belaka,
tetapi perayaan Maulid Nabi ini dapat menjadi salah satu implementasi dalam
memuliakan Nabi Muhammad Saw. dan memuliakan Nabi Muhammad
merupakan salah satu refleksi kecintaan kita terhadap beliau. Merayakan
peringatan Maulid Nabi merupakan salah satu amal perbuatan yang paling utama
dan sebuah ritual pendekatan diri kepada Allah, karena keseluruhan peringatan
Maulid Nabi merupakan ungkapan kebahagiaan dan kecintaan kepada Nabi
Muhammad Saw. dan masyarakat kepada Nabi termasuk salah satu prinsip dasar

116

Iman dalam Islam. Untuk itulah perayaan Maulid Nabi di Bakongan hendaknya
dapat memperkuat keimanan dan ketakwaan warga Aceh khususnya.Sebagian
masyarakat Aceh juga masih banyak yang menganggap perayaan Maulid Nabi
hanyalah sebuah acara seremonial belaka bahkan ada yang berpandangan bidah.
Sehingga dikhawatirkan akan terjadi kesenjangan diantara mereka, walaupun
kesenjangan itu tidak tanpak secara nyata. Maka dari itu alangkah baiknya sesama
masyarakat saling menghargai dan memiliki rasa kebersamaan dalam kehidupan
brmasyarakat apalagi dalam hal kebaikan.Semoga perayaan-perayaan keagamaan
seperti ini dapat berjalan dengan baik dan berkesinambungan hingga masyarakat
Bakongan dapat memahami betul hakikat dan makna yang terkandung dalam
perayaan tersebut untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui
sikap keteladanan Rasululullah sebagai Uswatun Hasanah.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Bin Hasan, bin Abdul Hamid al-Halabi, Mengupas Tuntas Akar Bidah:
Dalam Timbangan Alquran dan Sunnah (Ilmu Ushul al-Bida Dirasah
Takmiliyah Muhimmah fii Ilmi Ushul al-Fiqh),(Bekasi: Pustaka Imam Adz
Dzahabi,2009).

117

A. Haviland,William,Antropology. Terj. R.G Soekadijo, Antropologi, (Jakarta:


Erlangga, 1995).
Ali, Bachtiar, Relevansi Pelestarian Adat dan Budaya Aceh Bagi Kepentingan
Pengembangan Budaya Bangsa Indonesia Sepanjang Masa. h. 199, 1994.
Dalam T.A Talsya (Ed.), Adat dan Budaya Aceh Nada dan Warna (Banda
Aceh: PPSM ke-2 LAKA dan LAKA Pusat).
Aderus, Andi, Karakteristik Pemikiran Salafi di Tengah Aliran-aliran Pemikiran
Islam (Kementrian Agama RI,2011)
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif ( Jakarta : Kencana, 2010).
Bogdan, Robert C.and Sari Knop Biklen, Qualitative Research For Education
(London : Allyn and Bacocn, inc, 1982)
Barzani Abu, Awas Bahaya Bidah: Bidah Berkedok Sunnah, cet: I (Yogyakarta:
Maktabah Al-Hanif,2010)
Bustanuddin Agus, Agama Dalam kehidupan Manusia:Pengantar Antropologi
Agama (Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2007).
Engineer, Asghar Ali, Islam Masa Kini (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).
Ellizabet, Misbah Zulfa, Islam, Kebudayaan dan Perubahan Sosial,(Yogyakarta:
Tiara Wacaya Yogya, 1999)
Hasjmy Ali, Putri Pahang dalam Hikayat Malem Dagang. Dalam LK Ara,
Hasyim KS, dan Taufiq Ismail (Eds.), Seulawah Antologi Sastra Aceh
(Jakarta: Intemasa, 1995).
Harsojo, Pengantar Antopologi, (Jakarta: Bina Cipta)
Harun, Mohd, Memahami Orang Aceh (Bandung: Ciptapustaka Media Perintis,
2009).
Hurgronje, Snouch, Achehnese, 1906,leden, diterjemah oleh Ng. Singarimbun,
Aceh di Mata Kolonialis, (jakarta: Yayasan Soko Buku, 1985).
Hasan,Tholhah Muhammad,Ahlusunnah Wal Jamaah: Dalam Persepsi dan
Tradisi NU, cet:III, (Jakarta: Lantabora Press,2005).
Hidayat, H.A,Pemikiran Islam Tentang Teologi dan Filsafat(Bandung: Pustaka
Setia, 2005).

118

Haviland, William A, Antropology, Terj: Soekadijo, Antropologi (Jakarta:


Erlangga, 1995) jilid 1 dan 2
Katimin, Mozaik Pemikiran Islam, (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2010).
Kahmad, Dadang , Metode Penelitian Agama (Bandung: Pustaka Setia).
Kaptein, Nico, Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad saw, Asal Usul
Penyebaran Awalnya: Sejarah di Magrib dan Spanyo Muslim Sampai Abad
ke-10/ke-16 (Jakarta: INIS, 1994)
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi (Jakarta: Rineka Cipta, 2009).
Nasution, Hasan Bakti, Metodologi Studi Pemikiran Islam (Medan: La Tansa
Press, 2013)
Nasution, Hasyimsyah, Filsafat Islam (Jakarta; Gaya Media Pratama, 2002).
Nawawi, Hadari, Metodologi penelitian sosial (Yogyakarta : Gajdah Mada, 2007).
Nasution, M. FaridAktualisasi Pemikiran Islam (Rekayasa Sosial dan Masa
Depan), (Medan: Pustaka Widyasarana, 1993).
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung : Remaja Rosda
karya, 2004).
Mansur, Sejarah pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Departemen Agama,
2005).
Sudarman, Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif (Bandung : Pustaka Setia, 2002).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung:
alfabeta,2008).
Satori, Djaman dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif ( Bandung
: Alfabeta, 2009).
Sumaryono, Pengantar Filsafat(Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Press,1994).
Sufi,Rusdi,Adat Istiadat Masyarakat Aceh (Banda Aceh: Dinas Kebudayaan
NAD, 2002 ).
Sunanto,Musyrifah, Sejarah Peradaban Islam Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005).
Shalih bin Fauzan bin Abdullah, Al Fauzan, At-Tauhid Lish Shaffits Tsalits AlAli, (kitab Tauhid 3), terj. Ainul Haris Arifin, cet: 1 (Jakarta: Darul Haq,
1999).

119

Said bin Ali Wahf Al-Qahthani, Nurus-Sunnah wa Zhulumatul-Bidah fi Dhau ilKitab was-Sunnah, Ar-Riasah al-Ammah Lihaiatil-amri bl-marufi wannahyi anil-mungkari, al-idarah al-ammah lit-tau iyah wat-taujih. Terj.
Abu Barzani, Awas Bahaya Bidah: Bidah berkedok Sunnah, cet: 1,
(Yogyakarta: Maktabah Al-Hanif,2010).
Schimmel, Annemarie, And Muhammad is His Messenger: The Veneration of the
Prophet in Islamic Piety,Terj: Rahmani Astuti dan Ilyas Hasan (Bandung:
Mizan, 1993)
Woodhouse, Mark B, Berfilsafat Sebuah Langkah Awal, Terj: Ahmad Norma
Pramata dan P Hardono Hadi (Yogyakarta: Kanisius, 2000).
(Jamil Ahmad, Hundred Great Muslims, cet: III, (Pakistan: Ferozsons. Ltd,
Lahore, 1984), Terj. Tim Penerjemah/Pustaka Firdaus, Seratus Muslim
Terkemuka, cet: III, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1984).
Yin, Robert, Studi Kasus Desain dan Metode (Jakarta : Raja Grafindo Persada,
2009).

Anda mungkin juga menyukai