Anda di halaman 1dari 96

IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.

org

Budaya Pasung dan Dampak Yuridis Sosiologis (Studi Tentang Upaya Pelepasan
Pasung dan Pencegahan Tindakan Pemasungan di Kabupaten Wonogiri)
Bekti Suharto
bektisuharto@gmail.com
Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

ABSTRACT: Pasung represent an action which installing a log wood at hand or feet, bound or enchained
is then detached at one particular separate place within doors and or in the forest. Wonogiri has ranks
second for most pasung cases number in Central Java. Familywitha mental disorder deprived client
softenfeel the burden related toclient care. Deprivationisthe reasonthe family didprevent violent behavior,
preventing therisk of suicide, preventing the clients inability to leave home and familycare forclientswith
mental disorders. The purposeof this study to determine the condition ofthe client pasung, pasung client
slevel of independence and other relationships of influence client pasung related to sociological and legal
aspectsas well asthe action sorefforts to reduce pasung in Wonogiriin 2013. The study was conducted info
urhealth centersin the district of Wonogiri usestotal samplingof 28 families consisting of 3 families with 25
family clients pasung and pasung with freelance clients. After conducting researchis expected to reach
way out to doat the health center ormental health services by the government which in turncan beach
ieved' Free Wonogiri From Pasung
Keywords : Sosiologist, Juridical, Daily Activity, Social Activity

Abstraksi: Pasung merupakan suatu tindakan memasang sebuah balok kayu pada tangan dan/atau kaki
seseorang, diikat atau dirantai, diasingkan pada suatu tempat tersendiri di dalam rumah ataupun di
hutan.Wonogiri menempati urutan kedua untuk kasus pasung terbanyak di Jawa Tengah.Keluarga
dengan klien gangguan jiwa yang dipasung seringkali merasakan beban yang berkaitan dengan
perawatan klien.Alasan keluarga melakukan pemasungan adalah mencegah perilaku
kekerasan,mencegah risiko bunuh diri, mencegah klien meninggalkan rumah dan ketidakmampuan
keluarga merawat klien gangguan jiwa.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi klien pasung, tingkat kemandirian klien pasung
serta hubungan lain yang berpengaruh tehadap klien pasung berkaitan dengan aspek sosiologis dan
yuridis serta tindakan atau upaya penanggulangan pasung di Kabupaten Wonogiri tahun 2013. Penelitian
dilakukan di 4 Puskesmas di Kabupaten Wonogiri menggunakan total sampling yaitu 28 keluarga yang
terdiri dari 3 keluarga dengan klien pasung dan 25 keluarga dengan klien lepas pasung. Setelah
mengadakan penelitian diharapkan tercapai jalan keluar yang dapat dilakukan di pelayanan kesehatan
jiwa Puskesmas maupun oleh pemerintah sehingga pada akhirnya dapat tercapai Wonogiri Bebas
Pasung.
Kata Kunci : Sosiologis, Yuridis, Aktivitas Harian, Aktivitas Sosial

1.1. Latar Belakang Alasan keluarga melakukan pemasungan


Berdasarkan data di Provinsi Jateng pada cukup beraneka ragam diantaranya untuk
Februari 2012, jumlah warga Wonogiri yang mencegah klien melakukan tindak kekerasan
dipasung sebanyak 47 orang, menempati yang dianggap membahayakan bagi dirinya dan
rangking ketiga setelah Pemkab Pati sebanyak orang lain, mencegah klien meninggalkan rumah
100 orang disusul Pemkab Kebumen dengan dan mengganggu orang lain, mencegah klien
jumlah warga dipasung 49 orang di tempat menyakiti diri sendiri seperti melakukan bunuh
kedua. Sementara pada Agustus 2012 jumlah diri, dan karena ketidaktahuan serta
warga Wonogiri yang dipasung sebanyak 73 ketidakmampuan keluarga menangani klien
orang. ketika sedang kambuh.Fakor kemiskinan dan
Permasalahan gangguan jiwa di Kabupaten rendahnya pendidikan keluarga merupakan
Wonogiri seperti fenomena gunung es, apa yang salah satu penyebab korban gangguan jiwa
tampak di permukaan hanya bagian terkecil dari berat hidup terpasung.
permasalahan yang ada. Hal ini karena tingkat
intelektualitas, ketidakmampuan ekonomi dan 1.2. Rumusan Masalah
lokasi di pelosok daerah yang menjadikan 1. Apa saja faktor penyebab meningkatnya
banyak masyarakat enggan melaporkan praktek pemasungan di Kabupaten
keberadaan anggota keluarganya yang Wonogiri?
mengalami masalah ini.
ISSN : 2355-1313 1
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

2. Bagaimana tindakan penanggulangan tersebut didefinisikan sebagai kombinasi afektif,


praktek pemasungan di Kabupaten perilaku, komponen kognitif atau persepsi, yang
Wonogiri? berhubungan dengan fungsi tertentu pada
3. Bagaimana peran keluarga dalam daerah otak atau sistem saraf yang menjalankan
perawatan klien gangguan jiwa fungsi sosial manusia.Penemuan dan
khususnya di Kabupaten Wonogiri? pengetahuan tentang kondisi kesehatan mental
4. Bagaimana peran lembaga telah berubah sepanjang perubahan waktu dan
kesehatandalam menangani kasus perubahan budaya, dan saat ini masih terdapat
pemasungan di Kabupaten Wonogiri? perbdaan tentang definisi, penilaan dan
5. Bagaimana dampak sosiologis dan klasifikasi, meskipun kriteria pedoman standar
yuridis pemasungan di Wilayah telah digunakan secara luas.
Kabupaten Wonogiri?
2.2. Definisi Pasung Dan Pemasungan
2.1 Definisi Kesehatan Jiwa Dan Gangguan Pasung adalah suatu tindakan memasang
Jiwa sebuah balok kayu pada tangan dan/atau kaki
Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi sehat seseorang, diikat atau dirantai, diasingkan pada
emosional, psikologis, dan social yang terlibat suatu tempat tersendiri di dalam rumah ataupun
dari hubungan interpersonal yang memuaskan, di hutan. Pemasungan bisa diartikan sebagai
perilaku dan koping yang efektif, konsep diri segala tindakan yang dapat mengakibatkan
yang positif, dan kestabilan emosional (Johnson, kehilangan kebebasan seseorang akibat
1997, dalam Vedebeck, 2008). tindakan pengikatan dan pengekangan fisik
Menurut U.S. Department Of Health walaupun telah ada larangan terhadap
(1999, dalam Varcarolis, 2006) kesehatan jiwa pemasungan. Penyebab Tindakan Pemasungan
didefinisikan sebagai suatu keberhasilan Banyak alasan mengapa keluarga harus
pencapaian fungsi mental, mampu untuk memasung, antara lain Mengganggu orang lain
beraktifitas secara produktif menikmati atau tetangga, Membahayakan dirinya sendiri,
hubungan dengan orang lain dan menerima Jauhnya akses pelayanan kesehatan, Tidak ada
perubahan atau mampu mengatasi hal yang biaya, Ketidakpahaman keluarga dan
tidak menyenangkan dimana individu dengan masyarakat tentang gangguan jiwa.
mental yang sehat memiliki kapasitas berpikir
rasional, ketrampilan berkomunikasi, belajar, 3.1. Kerangka Teori, Kerangka Konsep,
pertumbuhan emosional, kemampuan bertahan, Hipotesis Dan Definisi Operasional
dan harga diri. A. Kerangka Teori Penelitian
Menurut American Psychiatric Assosiaton Keluarga merupakan perawat utama dan
(2000, dalam Varcarolis, 2006) gangguan jiwa support system terbesar untuk klien. Gangguan
didefinisikan sebagai suatu sindrom atau pola jiwa yang dialami klien akan menimbulkan
psikologis atau perilaku yang penting secara berbagai respon dari keluarga dan lingkungan,
klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan salah satunya berupa berupa pemasungan yang
dengan adanya distess dan disabilitas atau dilakukan oleh keluarga terhadap klien
disertai peningkatan risiko kematian yang gangguan jiwa jika dianggap berbahaya bagi
menyakitkan, nyeri, disabilitas atau kehilangan lingkungan. Pemasungan yang dilakukan oleh
kebebasan. keluarga sangat dipengaruhi oleh perilaku
Gangguan jiwa merupakan gejala yang keluarga yang diuraikan menurut teori Green
dimanifestasikan melalui perubahan karakteristik (1980) meliputi predisposing factor, enabling
utama dari kerusakan fungsi perilaku atau factor dan reeinforcing factor. Konsep keluarga
psikologis yang secara umum diukur dari diuraikan melalui bebrapa aspek yaitu
beberapa konsep norma dihubungkan dengan kemampuan, fungsi, peran, tugas dan
distress atau penyakit, tidak hanya dari respon karakteristik keluarga.Semua factor tersebut
yang diharapkan pada kejadian tertentu atau mempengaruhi kemampuan keluarga dalam
keterbatasan hubungan antara individu dan merawat klien gangguan jiwa.
lingkungan sekitarnya. (Kaplan dan Sadock
(2007)). Gangguan mental atau penyakit mental B. Kerangka Konsep Penelitian
adalah pola psikologis atau perilaku yang pada Berdasarkan teori yang telah dikemukakan
umumnya terkait dengan stress atau kelainan sebelumnya variable independen peneliti yang
mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari diteliti adalah aspek sosiologis kemandirian klien
perkembangan normal manusia. Gangguan meliputi aktivitas sehari-hari yaitu mandi,
ISSN : 2355-1313 2
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

berpakaian, makan dan toileting sedangkan 1. Anggota keluarga yang tedekat dan
variable dependen dalam penelitian ini terdiri terlibat dalam merawat klien
dari karakteristik keluarga (usia, jenis kelamin, 2. Bertanggung jawab terhadap klien dan
pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan tinggal bersama klien
klien), karakteristik klien (usia, jenis kelamin, 3. Berusia lebih dari 18 tahun.
lama menderita gangguan jiwa, rutinitas berobat, 4. Bisa membaca dan menulis
jumlah kekambuhan, lama diikat/pasung dan 5. Bersedia menjadi responden dalam
lama dilepas), dan pelayanan puskesmas yang penelitian
diterima klien (kunujungan perawat, kunjungan
kader dan pelayanan dari puskesmas meliputi C. Tempat Penelitian
pemberian psikofarmaka). Penelitian dilakukan di tempat tinggal keluarga
dan klien yang mengalami gangguan jiwa baik
C. Hipotesis yang pernah dipasung maupun masih dipasung
1. Ada hubungan karakteristik keluarga berlokasi di Kabupaten Wonogiri, Jawa
(usia, jenis kelamin, pendidikan, Tengah.Lokasi penelitian ini dipilih dengan
pekerjaan dan hubungan lain dengan alasan mudah mendapatkan izin penelitian,
klien) terhadap aspek sosiologis dan biaya penelitian yang terjangkau serta terbuka
yuridids pemasungan menerima perubahan baru yang dapat
2. Ada hubungan karakteristik klien (usia, meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan
jenis kelamin, lama menderita gangguan gangguan jiwa.Kabupaten wonogiri juga memiliki
jiwa, rutinitas berobat, jumlah jumlah responden yang paling banyak dan
kekambuhan, lama diikat/dipasung, memenuhi syarat serta di tempat ini belum ada
serta pelayanan kesehatan terhadap riset tentang pasung.
aspek sosiologis dan yuridis
pemasungan. D. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dimulai Februari sampai Juni
3.2. Metodologi Penelitian 2013 dimulai dari kegiatan penyusunan
A. Desain Penelitian proposal, pengumpulan data sampai dengan
Penelitian ini menggunakan data intervensi pengolahan hasil serta penulisan laporan
semu untuk mengetahui pemahaman keluarga penelitian.Pengumpulan data dimulai Bulan April
pasung terhadap pemasungan, mengetahui sampai Mei 2013.
faktor penyebab dan karakteristik korban
pasung. Penelitian ini juga mengukur tingkat E. Etika Penelitian
kemandirian perawatan diri pada klien yang Peneliti menyampaikan surat permohonan
sudah lepas pasung dan yang masih dipasung di kepada Dinas Kesehatan Kabupaten
Kabupaten Wonogiri Wonogiri.Setelah mendapat persetujuan peneliti
mengkoordinasikan pelaksanaan intervensi dari
B. Populasi dan Sampel puskesmas yang menjadi area penelitian.
Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang Rencana dan tujuan panelitian diinformasikan
ingin diteliti.Populasi penelitian ini adalah dengan keluarga melalui kunjungan rumah.
suluruh keluarga klien dengan pasung baik yang Setiap responden diberi hak penuh untuk
sudah dilepaskan maupun yang masih dipasung menyetujui atau menolak untuk menjadi
yang masih berdomisili di Kabupaten Wonogiri, responden dengan cara menandatangani
Jawa Tengah. Data terakhir yang didapatkan informed concent atau sutrat pernyataan
Dinkes Kabupaten Wonogiri terdapat 92 kesediaan yang telah disiapkan oleh peneliti.
keluarga yang pernah melakukan pemasungan
terhadap anggota keluarganya yang mengalami F. Alat Pengumpul Data
pemasungan. Alat pengumpul data yang digunakan dalam
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan penelitian ini berupa instumen yaitu :
karakteristik populasi yang diteliti. Pada 1. Instrumen X
penelitian ini diterapkan total sampling dimana Alat yang digunakan untuk mengetahui
yang menjadi sampel adalah semua anggota gambaran karateristik keluarga klien dan
dengan anggota keluarga yang pernah dipasung klien pasung meliputi usia, jenis kelamin,
dan yang nasih dipasung. Adapun karakteristik pekerjaan, agama, pendidikan, lama
sampel untuk keluarga klien penelitian ini yang menderita gangguan jiwa, lama diikat
datanya akan dianalisis adalah sebagai berikut: atau dipasung dan lama dipasung.
ISSN : 2355-1313 3
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

2. Instrumen Y Dalam penelitianminggu pertama dilakukan


Alat yang digunakan untuk mengukur pengukuran awal untuk mengetahui data
seberapa jauh pemahaman keluarga demografi kliendan keluarga.Pelaksanaan
klien tentang pemasungan berkaitan intervensi untuk keluarga dan klien
dengan kesadaran masyarakat untuk berlangsung selama 4 minggu. Untuk
menyerahkan perawatan penderita di mengefektifkan waktu penelitian yang
Rumah Sakit Jiwa. cukup singkat, penelitimembuat jadwal penelitian
berdasarkan lokasi wilayah kerja untuk
G. Prosedur Pengumpulan Data setiapPuskesmas. Jadwal
1. Persiapan Administratif kunjungan untuk Senin, Selasa dan Rabu
a. Mengurus surat perijinan ke Bupati meliputi wilayah kerja PuskesmasTirtomoyo
Wonogiri C.Q Kepala untuk 15 keluarga, Kamismerupakan jadwal
Kesbangpolinmas, tembusan Dinas kunjungan kunjungan wilayah kerja
Kesehatan Kabupaten Wonogiri Puskesmas Ngadirojo untuk 4
b. Melakukan koordinasi dengan keluarga,sedangkan Jumat dan Sabtu adalah
tenaga kesehatan puskesma terkait. jadwal kunjungan wilayah kerja Puskesmas
c. Mengambil data pada responden Baturetno untuk 9 keluarga.
dengan cara menentukan calon Materi yang disampaikan selama intervensi
responden yang memenuhi kriteria yaitu minggu ke I membahas tentang pengkajian
2. Garis Besar Penyelesaian Masalah masalah keluarga dan interaksi awal dengan
Dalam Penelitian klien pasung, minggu ke II
a. Adapun langkah-langkah penelitian membahas tentang karakteristik klien pasung
adalah sebagai berikut: dan keluarganya, minggu ke III membahas
b. Melakukan studi pustaka mengenai tentang manajemen stres keluarga dengan
tema penelitian. Untuk memahami gangguan jiwa menurut aspek sosiologis,
permasalahan, metode yang akan minggu ke IV membahas tentang manajemen
digunakan, cara pengumpulan data, stres keluarga dengan gangguan jiwa menuru
dan teknik pengolahan data. t aspek yuridis.
c. Melakukan penelitian secara B. Karakteristik Klien Pasung Dan Keluarga
langsung untuk mendapatkan data nya
jumlah korban pemasungan dalam 1. Karakteristik Klien Pasung
satuan waktu yang ditentukan Karakteristik klien pasung meliputi usia, lama
d. Menyusun strategi pelepasan menderita gangguan jiwa, rutinitas berobat,
pasung dan pencegahan tindakan jumlah kekambuhan, kondisi pasungdan lama
pemasungan kembali dipasung.
e. Menentukan hasil dan kesimpulan Karakteristik klien yang berbentuk data numerik y
data penelitian. aitu usia, lama menderita gangguan jiwa,
jumlah kekambuhan dan lama dipasung
4.1. Hasil Penelitian dihitung dengan sentral tendensi
Uraian tentang hasil penelitian ini terdiri dari (mean, median, standar deviasi serta nilai nilai
empat bagian yaitu proses pelaksanaan minimal dan
penelitian, karakteristik klien pasung dan maksimal yang dijelaskan padatabel 5.1.
keluarganya, aspek sosiologis yang
berhubungan dengan klien pasungsertaaspek Tabel 4.1
yuridis yang berhubungan dengan klien pasung. Analisis karakteristik klien pasung berdasarkan u
A. Proses Pelaksanaan Tinjauan sia, lama menderita
Langsung Keluarga Pasung gangguan jiwa, jumlah kekambuhan, dan lama di
Persiapan pelaksanaan dimulai dengan pasung di Kabupaten Wonogiri 2013 (n=28)
penentuan responden yang memenuhi kriteria
inklusi. Semua keluarga yang bersedia Variabel N Mean Median Min-Maks
mengikuti kegiatan penelitian telah Usia 28 35.75 34.00 13-70
menandatangani pernyataan kesediaan Lama sakit 28 11.65 10.00 2-35
Jumlah Kekambuhan 28 4.15 5.00 1-7
(informed consent) yang diberikan oleh Lama Dipasung 28 8.55 48 1-180
peneliti pada saat kunjungan kerumah rumah
keluarga.

ISSN : 2355-1313 4
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

Dari tabel 4.1. Diketahui data tidak terdistribusi semua aspek karena keluarga yang merawat
normal dengan rata-rata usia klien35.7 tahun, klien dengan gangguan jiwa tersebut.
lama menderita gangguan jiwa 11.65 2. Jenis kelamin
tahun, jumlah kekambuhan 4.15 kali dan Hasil analisis menunjukkan proporsi terbesar
lama dipasung 8.55 bulan. jenis kelamin keluarga klien pasung adalah
Karakteristik jenis kelamin, rutinitas perempuan. Hasil uji statistik yang dilakukan
berobat dan kondisi pasung yang berbentuk data tidak terlihat ada perbedaan yang signifikan
kategorik menjelaskan jumlah dan persentase antara aspek sosial keluarga antara laki-laki dan
masing-masing karakteristik tersebut perempuan (P value> 0.05).
yang secara rinci dijelaskan pada tabel 4.2 Hasil penelitian ini didukung oleh
Szmukler et al (1996) dan Joice et al (2003)
Tabel 4.2 yang menyatakan bahwa tingkat beban keluarga
Distribusi frekuensi klien pasung berdasarkan je lebih tergantung kepada pengalaman caregiver
nis kelamin, rutinitas dalam merawat dan tidak memandang apakah
berobat dan kondisi pasung di Kabupaten Wono caregiver tersebut berjenis kelamin laki-laki
giri 2013(n=28) atau perempuan. Pengalaman tersebut
Jumlah dikonseptualisasikan sebagai sikap individu
Karakteristik Klien
N % berhubungan dengan perannya dalam keluarga.
Jenis kelamin : Hasil penelitian ini juga didukung oleh Fontaine
1. Laki-laki 21 75.00 dan Fletcher (2003) yang menyatakan bahwa
2. Perempuan 7 25.00 kemampuan keluarga ditentukan oleh
kemampuan untuk mamajemen stress yang
Rutinitas berobat :
produktif. Kelelahan fisik dan emosi selama
merawat anggota keluarga dengan gangguan
1. Rutin 18 64.29
jiwa sering melanda keluarga karena
2. Tidak rutin 10 35.71
berkurangnya stress tolerance.
Menurut peneliti hal ini karena anggapan
Kondisi Pasung : masyarakat bahwa perempuan lebih ahli dalam
1. Terpasung 3 10.71 mengrus urusan rumah tangga serta lebih sabar
2. Lepas Pasung 25 89.29 dibanding dengan laki-laki.Hasil wawancara
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa sebagian besar dengan anggota keluarga meskipun ada
klien berjenis kelamin laki-laki (75%), beberapa klien yang dirawat oleh caregiver laki-
64.29%klien rutin berobat dan 10.71% klien laki tetapi tetap menunjukkan perubahan kearah
masih berada dalam kondisiterpasung. yang lebih baik.
3. Pendidikan
4.2. Pembahasan Hasil analisa menunjukkan bahwa proporsi
A. Hubungan Karakteristik Keluarga Klien pendidikan keluarga klien pasung mayoritas
Pasung dengan Aspek SosialDi adalah SD yakni 70%.Hasil uji statistik yang
Kabupaten Wonogiri. dilakukan terlihat adanya perbedaan yang
Hasil analisis hubungan karakteristik keluarga signifikan antara aspek sosial keluarga dengan
terhadap aspek sosiologis keluarga secara rinci tingkat pendidikan keluarga. (P value < 0.05)
dibahas sebagai berikut. Hasil penelitian ini sesuai dengan
1. Usia pernyataan Redman (1993, dalam Potter, 2005)
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan yang menyatakan pendidikan lebih tinggi akan
yang bermakna antara usia keluarga klien memberikan pengetahuan yang lebih besar
pasung dengan aspek sosial P value (< 0,05). sehingga menghasilkan kebiasaan
Hal ini didukung oleh penelitian Magliano et al mempertahankan kesehatan yang lebih baik.
(1998) dan Webb et al (1998) yang menyatakan Pada waktu individu menyadari tentang
bahwa dukungan sosial , usia dan pendidikan kesehatannya mereka cenderung mencari
berhubungan dengan tingkat beban keluarga. pertolongan secepatnya guna mengatasi
Penelitian Magliano tersebut mendukung masalah yang dihadapi.Sejumlah studi
hasil penelitian ini yang menemukan bahwa rata- mengidentifikasi pentingnya pendidikan sebagai
rata usia keluarga klien pasung 50.3 tahun dan sumber koping dan pencegahan terhadap
mayoritas adalah orang tua klien. Menurut gangguan jiwa, bahkan dikatakan pendidikan
peneliti hal ini karena keluarga merupakan orang lebih bermakna daripada tingkat penghasilan
terdekat dari klien yang merasakan beban dari dalam menentukan penggunaan fasilitas
ISSN : 2355-1313 5
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

kesehatan jiwa.Individu dengan pendidikan lebih 1. Usia


tinggi lebih sering menggunakan fasilitas Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan
kesehatan jiwa daripada pendidikan rendah yang bermakna antara usiaklien pasung dengan
(Stuart & Laraia, 2005). aspek sosial.(P value< 0,05).Usia seseorang
Menurut peneliti hal ini terjadi karena akan mempengaruhi koping yang dilakukan
keluarga dengan pendidikan tinggi lebih terhadap penyakit. Usia ketika mengalami
termotivasi dan lebih tinggi kesadarannya bahwa gangguan jiwa merupakan alat prediksi yang
mencegah lebih baik daripada mengoobati.Hasil kuat dalam prognosis gangguan tersebut. (
observasi selama pelaksanaan intervensi Buchanan& Charpenter, 2000 dalam Videbeck,
menemukan bahwa keluarga dengan tingkat 2008).
pendidikan tinggi terlihat lebih aktif dalam Usia berkaitan erat dengan tingkt kedewasaan
memberikan umpan balik pada saat berdiskusi. atau maturitas individu. Usia dewasa adalah
4. Pekerjaan. tahapan menempatkan diri di masyarakat dan
Uji statistik status pekerjaan keluarga klien ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang
pasung menunjukkan proporsi terbesar adalah dihasilkan dai masyarakat. Tahap ini merupakan
bekerja.Analisis data ditemukan tidak ada tahap yang paling panjang dibandingkan taha
hubungan yang bermakna antara status perkembangan lainnya (Alwisol, 2006)
pekerjaan keluarga dengan aspek sosial Pernyataan diatas mendukung hasil penelitian
keluarga.(P value < 0.05) yang memperlihatkan bahwa rata-rata usia klien
Menurut peneliti hal ini karena lokasi tempat pasung adalah 35,7 tahun yang bisa
bekerja keluarga masih berada di sekitar tempat dikategorikan dewasa. Menurut peneliti
tinggal sehinnga keluarga masih bisa merawat tanggung jawab untuk mandiri dalam
klien sambil bekerja.Jenis pekerjaan tersebut melaksanakan tugas-tugas pada masa dewasa
diantaranya berjualan, bertani, berkebun, dan lebih tinggi daripada klien yang berusia muda
lainnya yang lokasinya tidak jauh dari tempat atau lebih tua.
tinggal. 2. Jenis Kelamin
5. Hubungan dengan Klien Hasil analisis menunjukkan tidak adanya
Hasil analisa menunjukkan bahwa mayoritas hubungan yang bermakna antara jenis kelamin
hubungan keluarga dengan klien adalah klien pasung dengan aspek
orangtua.Uji sataistik menunjukkan adanya sosial.(Pvalue>0,05). Hasil penelitian ini
hubungan yang bermakana antara hubungan didukung oleh pendapat Stuart dan Laraia
dengan klien dengan aspek sosiologis keluarga. (2005) yang menyatakan bahwa laki-laki dan
Hal ini sesuai dengan penelitian Saunders perempuan mempunyai prevalensi yang sama
(2003) yang menyatakan bahwa beben keluarga ntuk mengidap penyakit jiwa. Hal yang sam
dirasakan lebih berat peda individu yang dikemukakan Prawirohadikusumo (2003), pada
mempunyai hubungan langsung dengan klien klien skizofrenia antara laki-laki dan perempuan
dimana keluarga berusaha mencari koping yang ditemukan hampir sama kemampuan yang
dianggap paling efektif untuk mengatasi hal dimiliki dan angka kejadiannya.
tersebut diantaranya melalui partisipasi dalam Menurut peneliti tidak ada hubungan yang
support group, meningkatkan spiritualitas. relevan dan tidak ada landasan teoritis yang
Berbagi dengan orang lain tentang apa yang menyatatakan keterkaitan jenis kelamin
dirasakan, perubahan gaya hidup dan latihan. terhadap aspek sosial klien gangguan jiwa
Menurut peneliti hal ini terkait dengan rasa karena perlakuan dan tindakan keluarga yang
berduka dan kehilangan keluaraga terhadap menjadi pengaruh dalam merawat klien.
klien sebelum mengalami gangguan jiwa dan 3. Lama menderita gangguan jiwa
saat ini telah kehilangan mimpi, harapan dan Hasil analisis menunjukkan tidak adanya
cita-citanya.Rasa cemas dan khawatir yang hubungan yang bermakna antara lama
sering timbul sehingga menyebabkan perubahan menderita gangguan jiwa klien pasung dengan
perilaku atau sikap keluarga terhadap klien. aspek sosial.(Pvalue>0,05). Hal ini bertentangan
dengan pendapat Stuart dan Laraia (2005) yang
B. Hubungan Karakteristik Keluarga Klien menyatakan bahwa waktu atau lamanya
Pasung dengan Aspek Sosial Di terpapar stressor, yakni terkai sejak kapan,
Kabupaten Wonogiri. sudah berapa lama dan berapa kali kejadian
Hasil analisis hubungan karakteristik keluarga (frekwensi), akan memberikan dampak adanya
klien pasung dengan aspek sosial di Kabupaten keterlambatan dalam mencapai kemampuan dan
Wonogiri secara rinci dibahas sebagai berikut. kemandirian..
ISSN : 2355-1313 6
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

Tetapi hal ini didukung oleh pendapat Keliat Menurut peneliti sebagian besar klien telah
(2003) yang menyatakan semakin singkat klien minum obat secara rutin sehingga jumlah
sakit dan terpapar dengan lingkungan pelayanan kekembuhan klien gangguan jiwa dapat
rumah sakit akan memberikan keuntungan diminimalisir.
kepada klien dan keluarga. Hal ini akan 6. Kondisi pasung
meminimalkan kemunduran fungsi sosial. Klien Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan
lebih mudah diarahkan dalam pemberian yang bermakna antara kondisi klien pasung
intervensi sehingga peningkatan kemampuan dengan aspek sosial.(Pvalue<0,05).
klien lebih cepat. Sampai saat ini pengekangan dan
Menurur peneliti meskipun mayoritas klien pengikatan (restraint) terhadap penderita
menderita gangguan jiwa dalam waktu yang gangguan jiwa masih menjadi
cukup lama tetapi sebian besar dirawat oleh kontroversi.Restraint sebagai salah satu
anggota keluarga dirumah. Hal ini memperkuat intervensi mamajemen mental akut memepunyai
dugaan meskipun klien sudah lama menderita sejarah yang panjang seiring dengan
gangguan jiwa aktivitas sosial klien dapat keberadaan psikiatri (Paterson dan Duxbury,
ditingkatkan dengan bantuan dan dukungan 2007). The Council of Europe Steering
optimal keluarga. Committee on Bioethics Working Party on
4. Rutinitas berobat Psychiatry (2000) merekomendasikan pelatihan
Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan teknik physical restraint harus diberikan untuk
yang bermakna antara rutinitas berobat klien staf yang bekerja di unit mental akut.
pasung dengan aspek sosial.(Pvalue<0,05). Pengekangan terhadap klien gangguan jiwa
Hasil penelitian ini didukung oleh Xiong et al mempunyai prosedur dan evaluasi yang harus
(1994)terhadap 64 pasien dengan diagnosa diikuti.Kondisi yang sering ditemui di komunitas,
schizofrenia di Cina yang dibagi secara acak masyarakat sendiri melakukan pengikatan
menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi termasuk pemasungan terhadap warga yang
mendapat psikoedukasi keluarga dan obat dan menderita gangguan jiwa.
kelompok kontrol yang hanya mendapat obat. Selama penelitian peneliti menemukan 3
Kelompok itervensi mendapat kunjungan rumah orang klien yang masih dipasung dan 25 klien
secara teratur, diskusi antara tenaga kesehatan yang bebas dari pemasungan.Kondisi
dan keluarga, manajemen penyakit.Kelompok pemasungan ditemukan 2 orang klien diikat
tersebut menunjukkan perubaha positif yang dengan rantai dan 1 orang klien dikurung di
signifikan yang tidak ditemukan pada kelompok dalam ruangan tertentu di sekitar rumah.
kontrol yang hanya mendapt obat.Perubahan Hasil penelitian menunjukkan 25 klien yang
tersebut berupa perbaikan status mental, bebeas dari pemasungan memiliki kemampuan
peningkatan fungsi kerja dan ADL, serta sosial yang cukup optimal yanag dibuktikan
penurunan gangguan perilaku. dengan kemampuan perawatan diri yang baik
Menurut peneliti memang sebagian besar serta komunikasi dengan mesyarakat yag cukup
klien memang telah minum obat secara teratur membaik.
setiap bulan, ada klien yang menolak minum 7. Lama dipasung
obat dan ada juga yang tidak memiliki biaya Hasil analisis menunjukkan tidak adanya
untuk membeli obat sehingga klien tidak minum hubungan yang bermakna antara lamanya klien
obat sama sekali. Dari laporan wawancara dipasung dengan aspek sosial.(Pvalue>0,05).
dengan keluarga didapatkan data bahwa Pemasungan klien gangguan jiwa adalah
sebagian klien rutin minum obat dan tindakan masyarakat terhadap klien gangguan
menunjukkan peningkatan kesehatan kearah jiwa (biasanya yang berat) denagn cara
yang lebih baik. dikurung, dirantai, kakinya dimasukkan ke dalam
5. Jumlah kekambuhan balok kayu dan lain-lain sehingga kebebasannya
Hasil analisis menunjukkan tidak adanya menjadi hilang. Ketidaktahuan pihak keluarga,
hubungan yang bermakna antara jumlah rasa malu pihak keluarga, penyakit yang tidak
kekambuhan klien pasung dengan aspek kunjung sembuh, tidak adanya biaya
sosial.(Pvalue>0,05). pengobatan, dan tindakan keluarga untuk
Kneisl, Wilson dan Trigoboff (2004) mengamankan lingkungan merupakan penyebab
mengemukakan bahwa perawatan efektif yang keluarga melakukan pemasungan.
berkelanjutan dapat menurunkan tingkat (Depkes,2005).
kekambuhan 30-40%. Menurut hasil wawancara dengan keluarga klien,
mayoritas klien dipasung karena klien berusaha
ISSN : 2355-1313 7
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

untuk menyakiti keluarga dan orang lain, direpresentasikan dengan tindakan pemasungan
merusak barang-barang yang ada dirumah serta bukanlah hasil dari ketidakpedulian atau
mencoba untuk melarikan diri dari pengabaian keluarga atau penolakan terhadap
rumah.Meskipun demikian klien masih dapat perawatan kesehatan, tetapi lebih dianggap
dirawat dengan baik oleh keluarga di rumah. sebagai bentuk kelalaian pihak pemerintah
C. Faktor Penyebab Meningkatnya Praktek Wonogiri tentang tanggung jawab mereka untuk
Pemasungan Di Kabupaten Wonogiri menyediakan pelayanan dasar kesehatan
Masalah kesehatan mental pada awalnya jiwa.Untuk itu diperlukan kerjasama yang baik
kurang mendapat perhatian oleh Pemerintah dari berbagai pihak terkait untuk mengatasi hal
Kabupaten Wonogiri karena tidak langsung ini dan melindungi hak asasi para korban
terkait oleh penyebab kematian.Perhatian pasung.
terhadap masalah kesehatan mental meningkat Selama ini dinkes hanya punya proyeksi saja
setelah Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri tanpa ada data riil. Menurut wawancara dari
melakukan pendataan tentang jumlah penderita puskesmas bahwa yang dimaksud pasien
gangguan jiwa dari laporan puskesmas adalah mereka yang datang ke tempat
setempat.Hasil pendataan tersebut pelayanan kesehatan, jadi masih terdapat
menunjukkan bahwa ternyata gangguan jiwa di beberapa dari mereka yang dipasung tidak akan
Wonogiri mengalami peningkatan dari tahun ke pernah terdata oleh para dokter puskesmas.Hal
tahun. Untuk mengetahui besarnya masalah ini percuma saja, walaupun terdapat beribu-ribu
gangguan jiwa di Kabupaten Wonogiri Dinas tenaga medis disiapkan kalau tidak ada yang
Kesehatan Kabupaten Wonogiri melakukan mau melihat masyarakatnya dan menunggu
study di setiap kecamatan Wonogiri, data pasien di puskesmas saja.
menunjukkan bahwa pada tahun 2012 terdapat Beberapa strategi yang efektif dan
92 orang mengalami gangguan jiwa berat. berkesinambungan untuk menghapus praktek
Berdasarkan hasil penelitian maka disimpulkan pemasungan adalah memastikan bahwa
bahwa gangguan jiwa walaupun tidak langsung keluarga dan komunitas mampu serta
menyebabkan kematian namun menimbulkan mempunyai akses ke pelayanan kesehatan jiwa
penderitaan yang mendalam bagi individu dan dengan menambah anggaran dana untuk
beban berat bagi keluarga, baik mental maupun pelayanan kesehatan jiwa, mendirikan Desa
materi karena penderita tidak dapat lagi Siaga Sehat Jiwa dan mengadakan program
produktif.Hal ini yang menjadi faktor utama CMHN (Community Mental Health Nursing)
penyebab meningkatnya praktek pemasungan di sehingga tidak ada lagi alasan bagi keluarga
Kabupaten Wonogiri.Semakin banyak korban pasung di Wonogiri yang tidak mampu
masyarakat Wonogiri yang menderita penyakit secara ekonomi untuk kesulitan mendapatkan
jiwa dari tingkat yang paling ringan sampai berat akses kesehatan jiwa.
mulai dari stress, panik, cemas depresi sampai E. Peran Keluarga Dalam Perawatan Klien
hilang ingatan. Gangguan Jiwa Khususnya Di Kabupaten
Mayoritas keluarga klien pasung di Wonogiri Wonogiri
mengatakan bahwa perawatan kasus psikiatri Penyelesaian masalah saat merawat anggota
mahal karena gangguannya bersifat jangka keluarga yang mengalami gangguan jiwa dapat
panjang serta biaya yang harus ditanggung ditentukan oleh faktor-faktor yang
pasien tidak hanya meliputi biaya yang langsing mempengaruhi kemampuan keluarga. Beberapa
berkaitan dengan pelayanan medik seperti harga data penelitian di lapangan sesuai dengan
obat, jasa konsultasi tetapi juga biaya spesifik Green (1980, dalam Notoatmodjo.2000) yakni
lainnya seperti biaya transportasi ke rumah sakit perilaku pemasungan dipengaruhi oleh 3 faktor
dan biaya akomodasi lainnya.Sejalan dengan yaitu predisposing factor (faktor predisposisi
dampak ekonomi yang ditimbulkan berupa yang meliputi pengetahuan, sikap, sistem nilai
hilangnya hari produktif untuk mencari nafkah tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi,
bagi penderita maupun keluarga yang harus enabling factor (faktor pemungkin yang meliputi
merawat serta tingginya biaya perawatan yang ketersediaan sarana prasarana, fasilitas
harus ditanggung keluarga maupun masyarakat. kesehatan) dan reenforcing factor (faktor
penguat yang meliputi sikap dan perilaku tokoh
D. Tindakan Penanggulangan Praktek masyarakat dan petugas kesehatan, undang-
Pemasungan Di Kabupaten Wonogiri undang dan peraturan pemerintah).
Hasil dari studi penelitian ini menjelaskan bahwa Berdasarkan wawancara dengan keluarga
pelanggaran hak asasi manusia yang korban pasung di Kabupaten Wonogiri
ISSN : 2355-1313 8
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

didapatkan data bahwa alasan keluarga kesehatan yang bergerak di bidang kesehatan
melakukan pemasungan cukup beraneka ragam jiwa seperti psikiater dan perawat kesehatan jiwa
diantaranya untuk mencegah klien melakukan di Kabupaten Wonogiri.Kecilnya anggaran untuk
tindak kekerasan yang dianggap menangani gangguan jiwa berdampak pada
membahayakan bagi dirinya atau orang lain, pelayanan kesehatan di rumah sakit jiwa
mencegah klien meninggalkan rumah dan sehingga untuk mengatasinya diharapkan
mengganggu orang lain, mencegah klien perbaikan di sektor masyarakat dan komunitas.
menyakiti diri seperti bunuh diri, karena Data yang diperoleh menunjukkan bahwa
ketidaktahuan serta ketidakmampuan keluaga peranan tenaga medis dalam menangani
menangani klien apabila sedang kambuh.Faktor kesehatan jiwa sangat minim hal ini ditandai
kemiskinan serta rendahnya pendidikan dengan frekuensi tenaga medis yang berkunjung
keluarga merupakan salah satu penyebab ke rumah klien dengan gangguan jiwa sangat
gangguan jiwa berat hidup terpasung.Padahal sedikit sekali, dalam kurun waktu 3 bulan hanya
pemerintah Kabupaten Wonogiri menargetkan terdapat rata-rata 1-2 kali kunjungan tenaga
penderita gangguan jiwa yang selama ini medis ke rumah klien gangguan jiwa di
terpasung bisa bebas pada akhir tahun 2013. Wonogiri, belum adanya Desa Siaga Sehat Jiwa
Untuk itu peran keluarga sangat penting untuk serta program CMHN (Community Mental Health
mendukung terbebasnya kasus pasung di Nursing).
Wonogiri
G. Dampak Sosiologis Dan Yuridis
F. Peran Lembaga Kesehatan Dalam Pemasungan Di Wilayah Kabupaten
Menangani Kasus Pemasungan Di Wonogiri
Kabupaten Wonogiri Padahal dengan cara itu secara tidak sadar
Akhir- akhir ini pasung mulai mendapat sorotan keluarga telah memasung fisik dan hak asasi
dari berbagai pihak di belahan bumi di dunia penderita hingga menambah beban mental dan
antara lain dengan didirikannya `The Pasung penderitaannya. Ketidaktahuan pihak keluarga,
Research Group` pada bulan September 2008 rasa malu pihak keluarga, penyakit yang tidak
yang merupakan kolaborasi dari berbagai bidang kunjung sembuh, tidak adanya bisaya
kesehatan di Indonesia seperti Kedokteran, pengobatan dan tindakan keluarga untuk
Keperawatan, psikologi dan hukum. Tujuan dari mengamankan lingkungan merupakan penyebab
didirikannya badan tersebut adalah untuk masyarakat Kabupaten Wonogiri melakukan
menghilangkan praktik pasung di Indonesia pemasungan.
melalui penelitian pendidikan dan advokasi (The Dari sampel 28 orang klien yang dikunjungi
Pasung Research Group,2008). Kehadiran didapatkan 3 penderita pasung dari Kecamatan
lembaga tersebut patut disambut gembira Ngadirojo 1 orang, Kecamatan Baturetno 1
apalagi dengan melibatkan bidang keperawatan orang dan Kecamatan Tirtomoyo 1 orang.
jiwa yang mempunyai peran yang cukup besar di Tindakan kejam dan tidak berperikemanusiaan
hampir semua sistem pelayanan kesehatan. ini sangat bertentangan dengan prinsip hak
Dengan kata lain diharapkan perawat dapat asasi manusia bahkan untuk seorang klien
memberikan pengaruh besar dalam mengurangi gangguan jiwa yang notabene juga seorang
beban masyarakat karena gangguan jiwa. manusia dengan segala hak dasar yang
Pelayanan kesehatan jiwa di Indonesia dapat dimilikinya.Salah satu rumah klien yang telah
dikatakan belum memuaskan. Dari segi dikunjungi didapatkan klien yang meninggal
pendanaan pemerintah hanya mengalokasikan sewaktu masih dalam pengekangan.Praktek
anggaran dibawah 1% untuk penyakit jiwa dari tersebut membangkitkan perhatian terhadap hak
total anggaran kesehatan di Indonesia asasi manusia.
(Irmansyah, 2006). Data Perhimpunan Dokter Pernyataan diatas sesuai dengan kondisi
Spesialis Kedokteran Jiwa di Indonesia yang sering dialami oleh klien gangguan jiwa di
(PDSKJI), saat ini hanya tersedia skitar 8500 Kabupaten Wonogiri tentang peraturan yang
tempat tidur rumah sakit jiwa di seluruh berhubungan dengan penderita gangguan jiwa
Indonesia padahal jumlah gangguan jiwa berat dan hak-hak mereka.Untuk menghapus praktek
di Indonesia diperkirakan sekitar 10 juta jiwa. pasung diperlukan kolaborasi dan kerjasama
Kabupaten Wonogiri masih kurang dalam hal multisektoral, serta diberlakukannya sanksi
pendanaan pemerintah berkaitan dengan hukum yang terhadap pelaku praktek pasung
penderita gangguan jiwa.Kondisi di atas masih untuk membangkitkan kesadaran dan pengertian
ditambah dengan minimnya jumlah tenaga masyarakat.
ISSN : 2355-1313 9
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

Kesimpulan [6] The Pasung Research Group. (2008).


1. Karakteristik keluarga klien dengan http://www.cimh.unimelb.edu.au .
pasung adalah sebagai berikut : rata-rata diperoleh tanggal 15 Maret 2013
usia keluarga klien pasung 50tahun, [7] Videbeck, Shejla L. (2008). Buku Ajar
sebagian besar berjenis kelamin perempuan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
dengan agama yang dianut keluarga adalah [8] Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan,
Islam, pendidikan keluarga rata-rata SD, Jakarta: Kencana, 2010, hal. 224-225.
mayoritas keluarga bekerja sebagai petani, [9] Coleman, J.C : Abnormal Psychology
sedangkan untuk hubungan dengan klien and Modern life. Taraporevala Sons &
didapatkan yang terbanyak adalah orang Co., Bombay,1970. hal. 121.
tua. Berdasarkan karakteristik tersebut [10] Budi Ana Keliat, Peran Serta Keluarga
dapat disimpulkan bahwa mayoritas Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa,
keluarga klien adalah berusia lanjut dengan Buku Kedokteran,1992
pendidikan dan penghasilan rendah [11] Antai Otong Deborah (1995).
2. Karakteristik klien dengan pasung adalah Psychiatric Nursing.Philadelphia :
sebagai berikut : rata-rata usia klien pasung W.B. Company
35 tahun, sebagian besar berjenis kelamin [12] Gestrude K. Mc. Farland (1991).
laki-laki dengan dengan lama rata-rata Psychiatric Mental Health
menderita gangguan jiwa 11 tahun, agama Nursing.Philadelphia : J. B. Lippincot
yang dianut klien adalah Islam, pendidikan Company
klien rata-rata SMA , sebagian besar klien [13] W.E., Maramis, Ilmu Kedokteran Jiwa,
rutin berobat dengan jumlah kekambuhan 4 Airlangga Press, Surabaya, 1990
kali, sebanyak 3 orang klien masih dalam [14] John Santrock, Psychology The
kondisi terpasung dan rata-rata lama klien Sciences of Mind and behavior,
dipasung 8 tahun. University of dallas, Brown Publiser ,
3. Empat aspek sosiologis berhubungan 1999
dengan usia, rutinitas berobat, aktivitas [15] Hunsberg and Abderson
pasung dan kondisi pasung (1989).Psychiatric Mental Health
4. Lima aspek yuridis berhubungan dengan Nursing, Philadelphia : W.B. Saunders
usia, aktivitas pasung, rutinitas berobat, Company.
lama pemasungan, serta pendidikan. [16] Clinton and Nelson, Mental Health
Nursing Practice, Prentice hall
DAFTAR PUSTAKA Australia, Pty Ltd. 1996
[17] Stuart Sundeen, Pocket Guide to
[1] Kaplan & Sadock.(2007). Sinopsis Psychiatric Nursing, Mosby year 1995
Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Psikiatri [18] Stuart Sundeen, Psychiatric Nursing,
Klinis. (Jilid 1). Jakarta: Bina Rupa Mosby year, 1995
Aksara [19] Antai otong (1994) Psychiatric Nursing
[2] Maramis, Willy F. (2010). Catatan Ilmu :Biological and Behavioral Concepts.
Kedokteran Jiwa. Surabaya. Airlangga Philadelpia: W B SaundersCompany
University Press [20] Lefley (1996).Family Caregiving in
[3] Maslim, Rusdi.(2001). Diagnosis Mental Illness.London : SAGE
gangguan jiwa : Rujukan ringkas dari Publication
PPDGJ - I,Jakarta: Bagian Ilmu [21] Maccoby, E, 1980, Social
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya Development, Psychological Growth
[4] Minas, H. &Diatri, H. (2008). Pasung: and the Parent Child Relationship,
Physical Restraint and Confinement of HarcourtJovanovich, Newyork
The Mentally Ill in The Community. [22] Stuart GW Sundeen, 1995, Principle
http://creativecommons.org. Diperoleh and practice of Psychiatric Nursing,
tanggal 19 Maret 2013 Mosby Year Book, St. Louis
[5] Santrock, John W, (2002). Life Span [23] Hurlock, 1999, Psikologi
Development: Perkembangan Masa Perkembangan, Erlangga, Jakarta
Hidup. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga [24] http://www.jatengprov.go.id/?document_
srl=28779 Diakses 29 Mei 2013 pukul
23.00

ISSN : 2355-1313 10
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tablet Penambah Darah Dengan Kejadian
Anemia Di Puskesmas Sragen
Sarifah Pamungkas1, Wahyuni2, Sri Dayaningsih3
Poltekes Kesehatan Sukoharjo

Abstact: In Sragen regency at 2013, from january to october 2013 indicate that all of anemia
expectant mother totally 121 expectant mother. From totaly all of anemia expectant mother and
infected anemia with Hb < 11 gr% (DKK, 2013). One of the cause dead of a pregnant mother is
anemia, prevention can be provide enough food containing iron blood tablet added by consumption.
Destination: To know the relationship of the level of knowledge of pregnant mother about blood
enhauncer tablets with the incidence of anemia in Local Government Sragen.
Research Methods : Observasional A nalitic, with Cross Sectional.
Conclusion: The level of knowledge of pregnant mother about blood enhauncer tablet that incudes,
interpretation, purpose, how consumption, side effect, symptom, cause, to know that 44 people
(51,8%), have low knowledge 34 people (40%), have average knowledge 7 people (8,2%) have high
knowladge.
Key words : The Level of Knowledge, Pregnan Mother, Blood Enhancer tablets, Anemia.

Abstaksi: Di Kabupaten Sragen tahun 2013, bulan Januari Oktober tahun 2013 menunjukkan
bahwa jumlah seluruh ibu hamil yang anemia sebanyak 121 ibu hamil. Dari keseluruhan ibu hamil
anemia dan yang mengalami anemia yaitu dengan Hb < 11gr% (DKK, 2013). Salah satu penyebab
kematian pada ibu hamil adalah anemia, pencegahan bisa dengan memberikan makanan yang cukup
mengandung zat besi dan dengan mengkonsumsi tablet penambah darah.
Tujuan : Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tablet penembah darah
dengan kejadian anemia di P.uskesmas Sragen
Metode Penelitian : Observasional Analitic, dengan pendekatan Cross Sectional
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang tablet penambah darah yang meliputi:
pengertian, tujuan, cara konsumsi, efek samping, gejala, sebab, dosis diketahui bahwa 44 orang
(51,8%) memiliki pengetahuan rendah, 34 orang (40%) memiliki pengetahuan sedang, 7 orang (8,2%)
memiliki pengetahuan tinggi.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Ibu Hamil, Tablet Penambah Darah, Anemia

1.1. Latar Belakang (potensi membahayakan ibu dan anak),


Salah satu indikator keberhasilan karena itulah anemia memerlukan perhatian
pembangunan dalam bidang kesehatan dapat serius dari semua pihak yang terkait dalam
dilihat dari tinggi rendahnya angka kematian pelayanan kesehatan. Menurut WHO kejadian
ibu dan bayi. Berdasarkan penelitian (World anemia berkisar antara 20 dan 89% dengan
Health Organization) WHO diseluruh dunia menetapkan Hemoglobin (Hb) 11gr% sebagai
terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa dasarnya (Manuaba, 2010). Begitu seriusnya
per tahun dan kematian bayi khususnya masalah anemia pada kehamilan yang
neonatus sebesar 10.000 jiwa per tahun. memberikan pengaruh kurang baik bagi ibu,
Kematian maternal dan bayi tersebut terjadi baik dalam kehamilan, persalinan maupun
terutama di negara berkembang sebesar 99%. dalam masa nifas dan masa selanjutnya.
Sebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi Berbagai penyulit dapat timbul akibat anemia
antara 130 dan 780 dalam 100.000 persalinan seperti abortus, partus prematurus, partus
hidup. Kendatipun telah dilakukan usaha yang lama karena inersia uteri, perdarahan
intesif dan bersamaan dengan makin postpartum karena atonia uteri, syok, infeksi
menurunnya angka kematian ibu dan bayi (intrapartum maupun postpartum). Anemia
disetiap rumah sakit, kematian ibu di Indonesia sangat berat dengan Hb kurang dari 4gr/100
masih berkisar 425 per 100.000 persalinan ml dapat menyebabkan dekompensasi kordis
hidup. Sedangkan kematian bayi berkisar 56 (Sarwono, 2005)
per 10.000 persalinan hidup (Manuaba, 2010). Berdasarkan Laporan Hasil Riset
Salah satu penyebab kematian pada ibu Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional
hamil adalah anemia dalam kehamilan. tahun 2010 di 440 kota per Kabupaten di 33
Anemia pada kehamilan merupakan masalah Provinsi di Indonesia oleh Badan Penelitian
nasional karena mencerminkan nilai dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, dan mengungkapkan bahwa secara nasional
pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas prevalensi anemia di perkotaan mencapai
sumber daya manusia. Anemia kehamilan 14,8%. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
disebut potential danger to mother and child PT.Merck TbK di Jawa Timur tahun 2010,
ISSN : 2355-1313 11
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

yang melibatkan 5959 peserta ibu hamil a) Amenorhae : terlambatnya haid.


menunjukkan bahwa angka kejadian anemia b) Mual dan muntah : mual dan
cukup tinggi yaitu sebanyak 33%. Dinas muntah merupakan gejala umum,
Kesehatan Kabupaten Gresik tahun 2011, mulai dari rasa tidak enak sampai
jumlah seluruh ibu hamil sebanyak 20.785 ibu muntah yang berkepanjangan.
hamil, 11gr% sebanyak 1100 ibu hamil. Di Untuk mengatasinya maka perlu
Puskesmas Sukomulyo Kecamatan Manyar diberi makanan yang ringan,
Kabupaten Gresik tahun 2011, menunjukkan mudah dicerna.
bahwa jumlah seluruh ibu hamil sebanyak 87 c) Konstipasi : Ini terjadi karena efek
ibu hamil dan yang mengalami anemeia yaitu relaksasi pregesteron atau dapat
dengan kadar Hb <11gr% sebanyak 19 ibu juga karena perubahan pola
hamil. makan.
Sedangkan Laporan Dinas Kesehatan d) Perubahan berat badan : Pada
Kabupaten Sragen di dapatkan data bahwa kehamilan 2-3 bulan sering terjadi
Puskesmas Sragen menunjukkan kejadian penurunan berat bedan, karena
anemia yang tertinggi pada bulan Januari- nafsu makan menurun dan sering
Oktober tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi mual muntah. Pada bulan
jumlah ibu hamil yang anemia sebanyak 121 selanjutnya berat badan akan
ibu hamil dengan anemia ringan, dan 11 ibu meningkat sampai stabil
hamil dengan anemia berat. Berdasarkan data menjelang aterm.
diatas, angka kejadian anemia pada ibu hamil e) Mastodinia : adalah rasa kencang
masih tinggi. Mengingat oleh adanya anemia dan sakit pada payudara
selama kehamilan serta masih tingginya angka disebabkan payudara membesar
prevalensi anemia pada ibu hamil di karena pengaruh hormon estrogen
Puskesmas Sragen maka peneliti tertarik dan progesterone.
untuk melakukan judul: Hubungan Tingkat f) Keluhan kencing : frekuensi kencing
Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tablet bertambah dan sering kencing
Penambah Darah dengan Kejadian Anemia di pada malam hari.
Puskesmas Sragen. g) Perubahan pada uterus : uterus
mengalami perubahan pada
1.2. Rumusan Masalah ukuran, bentuk dan konsistensi,
Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan uterus burubah menjadi lunak,
ibu hamil tentang tablet penambah darah bentuknya globular.
dengan kejadian anemia di Puskesmas h) Perubahan temperatur basal :
Sragen? Kenaikan temperature basal lebih
dari 3 minggu biasanya
Manfaat merupakan telah terjadi
a. Khususnya asuhan kebidanan pada kehamilan.
ibu hamil, hasil penelitian ini 2) Tanda pasti kehamilan :
diharapkan dapat memberikan a) Denyut jantung janin : Dapat
informasi bahwa mengkonsumsi tablet didengar dengan menggunakan
penambah darah dengan tepat dan stetoskop laenec atau dengan
teratur dapat mengurangi timbulnya menggunakan stetoskop ultrasonic
kejadian anemia pada ibu hamil. (doppler). Dan dapat
b. Agar dapat menambah wawasan mengidentifikasi bunyi seperti:
untuk menciptakan pelayanan yang bising tali pusat, bising uterus, dan
bermutu dan berkualitas. denyut jantung janin.
b) Palpasi : Biasanya dilakukan
2.1. Kehamilan pada minggu ke 22. Dan gerakan
a. Pengertian Kehamilan janin dapat dirasakan dengan jelas
Kehamilan merupakan proses yang alamiah setelah minggu ke 24.
(normal) dan bukan proses patoligi, tetapi c) Ultrasonografi (USG) : Pada
kondisi normal dapat menjadi patologi/ minggu ke 6 sudah terlihat adanya
abnormal. Menyadari hal tersebut dalam kantung kehamialan.
melakukan asuhan tidak perlu melakukan d) Rontgenografi : Tulang-tulang
intervensi-intervensi yang tidak perlu kecuali janin tampak setelah minggu ke 12
ada indikasi (Kusmiyati dkk, 2009; h. 1). 14. Pemeriksaan ini hanya boleh
b. Tanda-tanda kehamilan menurut dikerjakan bila terdapat keraguan
(Kusmiyati dkk. 2009; h. 93) dalam diagnosis kehamilan dan
1) Tanda yang tidak pasti : atas indikasi yang mendesak
ISSN : 2355-1313 12
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

sekali, sebab janin sangat peka menganggu proses


terhadap sinar X. penyerapan.
c. Pertumbuhan dan perkembangan 3) Hendaknya meminum dengan
hasil konsepsi menurut Kusmiyati vitamin c misalnya dengan air
dkk. 2009; h. 38. jeruk
4) Segera minum pil setelah rasa
Kehamilan normal biasanya berlangsung kira- mual, muntah menghilang
kira 10 bulan lunar atau 9 bulan kalender, atau (Siti, 2013)
40 minggu atau 280 hari. Lama kehamilan d. Efek samping
dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir Efek samping dari pil atau tablet tambah darah
(HPMT). Akan tetapi konsepsi terjadi sekitar 2 ini adalah : 1) kadang dapat terjadi mual; 2)
minggu setelah hari pertama menstruasi muntah; 3) perut tidak enak; 4) susah buang
terakhir. Dengan demikian umur janin air besar; 5) tinja berwarna hitam. Namun hal
pascakonsepsi ada selisih kira-kira 2 minggu, ini tidak berbahaya (Siti, 2013)
yakni 266 hari atau 38 minggu. Usia pasca
konsepsi ini akan digunakan untuk mengetahui e. Tanda-tanda gejala kurang darah
perkembangan janin. 1) 5L : lemah, letih, lesu, lelah
Pertumbuhan dan perkembangan janin dan lunglai
dalam rahim sangat dipengaruhi oleh 2) Kelopak mata pucat, bibir lidah
kesehatan ibu, keadaan janin itu sendiri dan telapak tangan dan kulit pecah
plasenta sebagai akar yang akan memberikan 3) Pusing dan mata berkunang-
nutrisi. Pertumbuhan hasil konsepsi dibedakan kunang
menjadi tiga tahap penting yaitu tingkat ovum 4) Nafsu makan turun (Siti, 2013)
(telur) umur 0-2 minggu, embrio (mudigah)
antara 3-5 minggu, janin (fetus) sudah
f. Sebab-sebab kurang darah
1) Kurang makan makanan yang
berbentuk manusia dan berumur diatas 5
kaya akan zat besi seperti ikan
minggu.
segar, hati, daging ayam
2) Kurang makan makanan yang
2.2. Tablet penambah darah ataau zat besi
mengandung sumber vitamin
a. Pengertian c seperti jeruk, pepaya dan
1) Pengertian tablet penambah tomat serta buah-buahan
darah antara lain: a) untuk lainnya.
pembentukan darah; b) Dalam 3) Meningkatnya kebutuhan zat
bentuk tablet atau pil yang besi dalam tubuh terutama
berisi 60mg zat besi dan pada hamil.
500mikro gram asam folat 4) Kurangnya konsumsi sayuran
dan berwarna merah; c) Untuk hijau (Siti, 2013)
mencegah dan mengatasi 2.3. Anemia
kurang darah atau anemia a. Pengertian
(Siti, 2013) Anemia adalah kekurangan gizi dimana gizi
2) Tablet Tambah Darah adalah tersebut berperan dalam pembentukan
tablet besi folat yang setiap hemoglobin, baik karena kekurangan
tablet mengandung 200 mg konsumsi atau karena gangguan absorbsi. Zat
Ferro Sulfat atau 60 mg besi gizi yang bersangkutan adalah besi, protein,
elemental dan 0,25 mg asam vitamin B6, yang berperan sebagai katalisator
folat (Wardhani, 2011) dalam sintesis hemoglobin. Vitamin C dapat
b. Tujuan mengkonsumsi mempengaruhi absorbsi dan pelepasan besi
Untuk mencegah ibu hamil terkena anemia, kedalam jaringan tubuh dan vitamin E yang
mencegah penurunannya konsentrasi, mempengaruhi stabilitas membran sel darah
iritabilitas, sakit kepala, perdarahan, pucat, merah (Almatsier, 2009; h. 258).
pecah-pecah di ujung mulut, kulit kering, b. Tanda dan Gejala
rapuhnya rambut dan kuku (Septian, 2013) Menurut Helen Varney (2007; h. 623) gejala
c. Cara konsumsi anemia adalah sebagai berikut : letih, sering
Pil atau tablet tambah darah diperlukan waktu mengantuk, pusing, lemah, nyeri kepala, kulit
hamil paling sedikit 1 tablet setiap hari selama pucat, luka pada lidah, konjungtiva pucat,
90 hari. Dan cara mengkonsumsi bantalan kuku pucat, tidak ada nafsu makan,
1) Diminum sesudah makan mual dan muntah.
malam atau menjelang tidur c. Penyebab
2) Hindari minum dengan air teh, Menurut Mulyana(2011),
kopi dan susu karena dapat penyebab anemia adalah:
ISSN : 2355-1313 13
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

1) Berkurangnya pembentukan yang meningkat pada anak sehingga


sel darah merah: a) memerlukan nutrisi yang lebih banyak.
kekurangan zat besi; b) 2) Anemia Megaloblastik
Kekurangan vitamin B12; c) Anemia megaloblastik adalah anemia yang
Kekurangan asam folat; d) disebabkan karena kekurangan asam
Kekurangan vitamin C; e) folat.Disebut juga dengan anemia defisiensi
Penyakit kronik. asam folat. Asam folat berfungsi sebagai
2) Meningkatnya penghancuran sintesis DNA dan RNA yang penting untuk
sel darah merah: a) metabolism inti sel. Beberapa penyebab dari
Pembesaran limpa; b) anemia megaloblastik adalah karena asupan
Kerusakan mekanik pada sel asam folat yang kurang (pemberian nutrisi
darah merah. yang tidak seimbang), gangguan absorbs atau
d. Kadar Normal Hemoglobin (Hb) adanya gangguan pada gastrointestinal,
Untuk mengetahui seorang ibu hamil pemberian obat yang menghambat kerja asam
mengalami anemia atau tidak, mka dapat folat.
dilihat batasan kadar hemoglobinnya. Terdapat 3) Anemia Aplastik
kriteria batas normal kadar Hb berdasarkan Merupakan anemia yang ditandai dengan
umur dan jenis kelamin. pansitopenia (penurunan jumlah semua sel
e. Derajat Anemia darah) dan menurunnya selularitas sumsum
Tabel 2.2 Klasifikasi Anemia Menurut Kadar tulang. Sehingga hal tersebut akan
Hemoglobin menghambat produksi sel darah merah.
11 gr% Tidak anemia Adapun beberapa penyebab terjadinya anemia
9-10 gr% Anemia ringan aplastik adalah:
7-8 gr% Anemia sedang a) Menurunnya jumlah sel induk yang
< 7 gr% Anemia berat merupakan bahan dasar sel
(Manuaba, 2010; h. 239).Resiko anemia pada darah.
kehamilan b) Adanya radiasi dan kemoterapi
yang lama yang mengakibatkan
Anemia atau kekurangan zat besi yang parah infiltrasi sel.
atau tidak diobati selama kehamilan dapat c) Penurunan poitin yang berfungsi
meningkatkan resiko seperti : 1)Bayi prematur untuk merangsang sel-sel darah
atau berat lahir rendah; 2) transfusi darah (jika dalam sumsum tulang.
kehilangan sejumlah besar darah selama d) Adanya sel inhibitor (T. Limphosit)
persalinan; 3) depresi pasca melahirkan; 4) sehingga menghambat maturasi
bayi dengan cacat lahir yang serius pada sela dalam sumsum tulang.
tulang belakang atau otak (Jendela infomasi 4) Anemia Hemolitik
kesehatan, 2013). Anemia hemolitik adalah anemia yang terjadi
Selain itu dampak anemia menurut PDGMI, karena meningkatnya penghancuran eritrosit
2013 antara lain: 1) gagal jantung pada ibu; 2) yang berlebihan akan mempengaruhi fungsi
kelahiran prematur; 3) hambatan pada hepar, sehingga dapat mengakibatkan
pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel peningkatan bilirubin. Dalam keadaan normal
otak; 4) abortus; 5) lamanya waktu persalinan sel darah merah mempunyai waktu hidup 100-
karena kurang daya dorong rahim; 120 hari.Penyebab anemia hemolitik diduga
6)perdarahan post partum; 7) infeksi; 8) syok karena adanya kelainan rantai Hemoglobin
dan kematian ibu saat persalinan, 9) (Hb), infeksi, sepsis dan penggunaan obat-
perdarahan saat persalinan; 10) kematian bayi obatan.
dalam kandungan. 5) Anemia Pernisiosa
f. Macam-macam Anemia Anemia pernisiosa terjadi karena kekurangan
Menurut Nursalam, dkk, 2005; h. 124-128, vitamin B12.Vitamin B12 berfungsi untuk
macam-macam anemia adalah : metabolism jaringan saraf dan pematangan
1) Anemia Defisiensi Zat Besi normoblas. Selain asupan yang kurang,
Adalah suatu keadaan yang terjadi karena anemia pernisiosa disebabkan karena adanya
kekurangan zat besi yang merupakan bahan kerusakan lambung, sehingga lambung tidak
utama pembentukan sel dalah merah. dapat mengeluarkan secret yang berfungsi
Penyebab anemia defisiensi zat besi adalah: untuk absorbs B12.
asupan yang kurang mengandung zat besi 6) Anemia Sickle Cell
terutama pada fase pertumbuhan, penurunan Anemia yang terjadi karena sintesa
absorbsi karena kelainan pada usus atau Hemoglobin (Hb) abnormal dan mudah
karena banyak mengkonsumsi teh, kebutuhan rusak.Anemia jenis ini merupakan penyakit

ISSN : 2355-1313 14
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

keturunan.Secara garis besar anemia Sickle Jadi pada prinsipnya metode sahli dilakukan
Cell ini menyerupai anemia hemolitik. dengan mengencerkan darah menggunakan
g. Pencegahan dan Pengobatan larutan hydrochloric acid (Hcl). Larutan
1) Pencegahan campuran tersebut diencerkan dengan
Untuk menghindari terjadinya anemia aquades sampai warnanya sama dengan
sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan warna batang standar warna, kemudian kadar
kesehatan sebelum hamil sehingga dapat hemoglobin (Hb) dapat ditentukan (Indiawati,
diketahui data-data dasar kesehatan umum 2002 dalam Anonim, 2004).
calon ibu tersebut. Dalam pemeriksaan Sistem hemocue adalah metode kuantitatif
kesehatan disertai pemeriksaan laboratorium yang reliabel untuk menentukan kadar
termasuk pemeriksaan tinja sehingga diketahui hemoglobin pada survey di lapangan, yang
adanya infeksi parasit. (Manuaba, 2010; h. didasari oleh metode cyanmethemoglobin.
240). Sistem hemocue terdiri dari perangkat yang
Di daerah dengan frekuensi kehamilan yang portabel, fotometer yang diaktifkan dengan
tinggi sebaiknya setiap wanita hamil diberi baterai, dan alat untuk pengumpulan darah.
sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus, cukup Metode cyanmethemoglobin untuk
1 tablet sehari. Selain itu wanita dinasehatkan menentukan kadar hemoglobin adalah metode
pula untuk makan lebih banyak protein dan laboratorium terbaik untuk pemeriksaaan
sayur-sayuran yang mengandung banyak kuantitatif hemoglobin, sehingga dianjurkan
mineral serta vitamin (Notoadmodjo, 2010). oleh World Health Organization (WHO).
h. Cara Mengukur Anemia Metode ini merupakan rujukan untuk
Untuk mengetahui penyebab anemia, harus perbandingan dan standarisasi metode-
dilakukan pendekatan diagnostik secara metode yang lainnya. Caranya adalah :
bertahap dengan mengumpulkan data klinis, sejumlah darah dilarutkan dengan reagen dan
pemeriksaan fisik dan laboratorium. kadar hemoglobin akan diketahui setelah
Pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb) di beberapa waktu secara akurat dengan
lapangan umumnya menggunakan tiga bantuan fotometer (UNICEF, UNU, WHO,
metode, yaitu : kertas saring (talquist), sahli 2001 dalam Anonim, 2004).
dan system hemocue. Tetapi metode umum Keberadaan fotometer yang saat ini masih
yang direkomendasikan untuk digunakan pada sangat cukup mahal, sehingga tidak semua
survey prevalensi anemia pada populasi laboratorium memilikinya.Mengingat hal diatas
adalah system hemocue dengan metode penelitian dengan metode sahli masih
Cyanmethemoglobin (UNICEF, UNU, WHO, digunakan pada saat ini (Supariasa, 2002
2001 dalam Anomin 2004) dalam Anonim, 2004).
menggunakan metode sahli adalah sebagai 3. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
berikut : Hamil Tentang Tablet Penambah Darah
1) Alat dan bahan dengan Kejadian Anemia
a) Hb sahli (tabung reagen, pipet Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
penghisap, pengaduk, hydrochloric hemoglobin dalam darah berada dibawah
acid (Hcl), aquades, standar warna, angka normal. Menurut Santoso dan Ranti,
pipet tetes); lancet blood, tupres, 2004; h. 81, hemoglobin mempunyai fungsi
kapas kering, bengkok. untuk mengangkut oksigen ke otak yang
2) Prosedur tindakan diperlukan pada banyak reaksi metabolik
a) Isi tabung reagen dengan hydrochloric tubuh.Penelitian yang dilakukan oleh
acid (Hcl) sampai batas angka 2. Mardiwiono 2007, menunjukkan adanya
b) Desinfeksi daerah yang akan ditusuk hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
dengan tupres, usap darah yang hamil tentang anemia dengan status anemia
pertama kali keluar dengan kapas dalam kehamilan.
kering. Lalu hisap darah yang keluar
dengan menggunakan pipet 3.1. Hipotesis
penghisap sampai batas garis biru. Hipotesis dari penelitian ini adalah : Ada
c) Memasukkan darah ke tabung reagen, hubungan antara tingkat pengetahyan ibu
lalu aduk dan diamkan 2-3 menit. hamil tentang tablet penambah darah dengan
d) Encerkan secara perlahan dengan kejadian anemia di Puskesmas Sragen.
aquades, lalu amati pada standar
warna hingga mempunyai kemiripan 3.2. Rancangan Penelitian
warna. Baca hasil pemeriksaan 1. Jenis / Desain Penelitian
dengan melihat skala pada tabung Penelitian tentang hubungan tingkat
reagen. pengetahuan ibu hamil tentang tablet
penambah darah dengan kejadian anemia
ISSN : 2355-1313 15
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

dilakukan dengan jenis penelitian secara A. Definisi Operasional


observasional dan dengan menggunakan Menurut Saryono dan Setiawan, 2011; h. 104,
metode pendekatan secara cross sectional definisi operasional dibuat untuk memudahkan
yaitu peneliti melakukan observasi dan pengumpulan data dan menghindarkan
pengukran variable dilakukan pada satu waktu perbedaan interpretasi serta membatasi ruang
saja, sehingga hanya dilakukan satu lingkup variabel.
pengukuran saja (Setiawan dan Saryono,
2011; h. 85).
2. Populasi, Sampel dan Tekhnik B. Ruang Lingkup Penelitian
Sampling 1. Tempat : Lokasi penelitian di
a. Populasi Puskesmas Sragen
Populasi dalam penelitian ini 2. Waktu : Oktober 2013 Juni
adalah ibu hamil di Puskesmas 2014
Sragen yang berjumlah 560 ibu
hamil C. Instrumen Penelitian
b. Sampel Instrumen penelitian adalah alat-alat yang
Untuk menghitung jumlah sampel, digunakan untuk mengumpulakan data
peneliti menggunakan perhitungan (Saryono dan Setiawan, 2011; h. 110).
sampel dengan rumus Slovin 1. Uji validitas
(Nasir, 2011). Untuk menguji validitas instrument, peneliti
Rumus Slovin adalah sebagai mengguankan product moment dengan
berikut : bantuan program computer SPSS for
Windows. Rumus product moment adalah
sebagai berikut:
n =

=
Keterangan:
N : Jumalah responden
= rxy : Koefisien korelasi product
moment
x : Skor pertanyaan
= y : Skor total
= 85 xy : Skor pertanyaan dikalikan
Keterangan skor total
n : Ukuran Sampel setelah diperoleh harga r, kemudian hasilnya
N : Populasi (560) dikolerasikan dengan harga r product moment,
d : batas toleransi kesalahan jika rhitung rtabel maka dikatakan butir soal itu
pengambilan sampel yang valid (Notoatmodjo, 2005).
digunakan yaitu 10% (0,1) Hasil analisis uji coba validitas butir
Dari perhitungan sampel menggunakan rumus pertanyaan diperoleh kesimpulan bahwa dari
Slovin didapatkan 85 sampel dari 560 20 butir pertanyaan yang diujicobakan, semua
populasi. pertanyaan valid dan tidak ada butir
c. Teknik Sampling pertanyaan yang tidak valid . semua
Peneliti menggunakan teknik Acidental dengan pertanyaan tersebut dinyatakan valid karena
cara dengan kriteria inklusi dan kriteria nilai R hitungnya lebih besar dari nilai R
eksklusi. tabelnya yaitu 0.361. Ke 20 pertanyaan yang
Kriteria inklusi meliputi : valid tersebut digunakan untuk pertanyaan
1) Ibu hamil yang berada di penelitian.
wilayah Puskesmas Sragen 2. Uji Reliabilitas
2) Ibu hamil yang bersedia Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti
menjadi responden menggunakan Alpha Chronbach dengan
3) Ibu hamil dengan kadar bantuan program computer SPSS for
Hemoglobin (Hb) < 11 gr/dl Windows.
4) Ibu hamil yang tidak memiliki Rumus alpha Chronbach adalah
gangguan psikologis sebagai berikut:
Kriteria eksklusi meliputi :
1) Ibu hamil yang mempunyai
komplikasi dalam kehamilan. Keterangan:

ISSN : 2355-1313 16
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

r11 : Reliabilitas instrumen anemia dengan menghitung


k : banyaknya butir pertanyaan presentase.
atau banyaknya soal b. Analisis Bivariat
b2 : jumlah varian butir Analisis bivariat yang dilakukan adalah
t2 : varians total tabulasi silang dua variabel dependen dan
Kuesioner dikatakan reliable jika memiliki independen. Analisis bivariat yang digunakan
alpha minimal 0,6. Sehingga untuk mengetahui untuk mengetahui hubungan tingkat
kuesioner reliable atau tidak dengan melihat pengetahuan ibu hamil tentang tablet
besarnya nilai (Riwidikdo, 2010). penambah darah dengan kejadian anemia di
Hasil uji reliabilitas angket yang dihitung Puskesmas Sragen, adalah menggunakan
dengan rumus koefisen alpha cronbach metode analisis data non parametrik dengan
dihasilkan nilai r-hitung = 0.781. Suatu angket uji statistik yang digunakan adalah uji
dikatakan reliabel jika nilai r-hitung > r-tabel. spearmen/rank, dengan derajat kemaknaan ()
Hasil perhitungan reliabilitas menunjukkan 5% atau (0,05). Alasan penggunaan uji
bahwa nilai r-hitung = 0.781 > 0.6. spearmen/rank adalah menguji dua variabel
Berdasarkan kriteria diatas maka dapat dengan skala ordinal (Hidayat, AA., 2010;
disimpulkan angket pertanyaan dinyatakan h.140).
reliabel. Rumus Spearman :

D. Pengolahan Dan Analisa Data


1. Jenis pengolahan data meliputi: Zhitung =
a. Data Editing Keterangan :
Editing adalah upaya untuk rs : nilai korelasi spearman rank
memeriksa kembali kebenaran n : jumlah pasangan rank untuk
data yang diperoleh atau di spearman
kumpulkan. Setelah kuesioner Ho diterima jika Zhitung< Ztabel yang artinya tidak
terkumpul, pengecekan untuk ada hubungan yang signifikan antara tingkat
meneliti apakah semua item pengetahuan ibu hamil tentang tablet
pertanyaan yang diajukan telah penambah darah dengan kejadian anemia. Ha
terjawab dengan lengkap dan diterima jika Zhitung> Ztabel yang artinya ada
benar sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat
kekurangan atau ketidaksamaan pengetahuan ibu hamil tentang tablet
dapat segera dilengkapi dan penambah darah dengan kejadian anemia.
disesuaikan. Jika Zhitung= Ztabel maka hasil yang diperoleh
b. Data Coding bias atau factor pengganggu lebih kuat.
Coding merupakan kegiatan Sehingga peneliti perlu melakukan observasi
pemberian kode numeric kembali pada responden.
(angka)terhadap data yang terdiri Pengujian dalam penelitian ini menggunakan
atas beberapa kategori. program SPSS untuk melakukan uji korelasi
Memberikan kode atau simbul spearman/rank. Penarikan kesimpulan
tertentu untuk setiap jawaban dilakukan dengan syarat, Ha diterima jika p-
dalam kuesioner yang telah value variabel < derajat kemaknaan () 0,05
diberikan kepada responden untuk atau 5% yang artinya terdapat hubungan
memudahkan dalam analisis data. antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
c. Data Entry tablet penambah darah dengan kejadian
Data entry adalah kegiatan anemia. Ho diterima jika p-value variabel
memasukan data yang telah derajat kemaknaan () 0,05 atau 5% yang
dikumpulkan kedalam master teble artinya tidak ada hubungan antara tingkat
atau database computer, pengetahuan ibu hamil tentang tablet
kemudian membuat distribusi
frekuensi sederhana atau dengan 4.1. Pembahasan
membuat tabel kontigensi. Hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat
2. Teknik Analisis Data pengetahuan ibu tentang tablet penambah
a. Analisis Univariat darah mayoritas memiliki pengetahuan rendah,
Analisis ini digunakan untuk minoritas memiliki pengetahuan tinggi.
mendeskripsikan masing-masing Pengetahuan adalah merupakan hasil dari
variabel, baik variabel independen tahu dan terjadi setelah orang melakukan
atau tingkat pengetahuan ibu penginderaan terhadap suatu obyek tertentu.
hamil tentang anemia maupun Pengindraan terjadi melalui panca indra
variabel dependen yaitu kejadian manusia yakni indra penglihatan,
ISSN : 2355-1313 17
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. baik tingkat pendidikan maka akan
Sebagian besar pengetahuan manusia meningkatnya pengetahuan. Dan pendidikan
diperoleh melalui mata dan telinganya. mempengaruhi proses belajar makin tinggi
Pengetahuan/kognitif merupakan domain yang pendidikan seseorang makin mudah
sangat penting untuk terbentuknya tindakan mendapatkan informasi (Notoatmodjo S,
seseorang (Notoatmodjo, 2003;h. 11). 2003).
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain: umur; tingkat pendidikan; A. Keterbatasan Peneliti
sumber informasi; penghasilan (Notoatmodjo, Dalam peneliti ini, peneliti menyadari bahwa
2003; h. 11). penelitian ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
Hasil penelitian diperoleh bahwa mayoritas ibu disebabkan karena keterbatasan yang dimiliki
hamil mengalami anemia ringan dan minoritas peneliti. Keterbatasan ini berkaitan dengan
ibu hamil mengalami anemia berat. Setiap ibu minimnya kemampuan dan pengetahuan yang
hamil sebaiknya diberikan sulfas ferrosus dimiliki peneliti.
cukup satu tablet sehari, selain itu wanita Peneliti ini menggunakan teknik pengumpulan
dinasehatkan pula untuk makan lebih banyak data dengan kuesioner sehingga informasi
protein dan sayur-sayuran yang mengandung data yang didapatkan hanya sebatas yang
banyak mineral serta vitamin (Notoadmojo, ditulis dalam jawaban kuesioner sehingga
2010). Seseorang yang mempunyai sumber tidak bisa menggali informasi yang lebih dalam
informasi yang banyak akan mempunyai dari responden. Kemungkinan responden
pengetahuan yang luas. Pengetahuan ibu saling bertanya antara sesama responden dan
hamil tentang anemia sangatlah penting kemungkinan responden menjawab secara
terutama mengenai tablet penambah darah, acak karena hanya terdiri dari alternatif
agar ibu hamil tidak mengalami anemia dalam jawaban benar atau salah sehingga apa yang
kehamilan.Hal ini sesuai dengan pernyataan dituliskan sebagian jawaban belum tentu hasil
Notoadmojo (2007) yang menyatakan bahwa pemikirannya sendiri.
perilaku seseorang dipengaruhi oleh
pengetahuan dan kesadaran. 5.1. Kesimpulan
Hasil uji statistik menggunakan spearmans 1. Tingkat pengetahuan ibu hamil
rho diperoleh nilai koefisien korelasi bernilai tentang tablet penambah darah yang
negatif yang berarti semakin baik pengetahuan meliputi: pengertian, tujuan, cara
maka kejadian anemia cenderung ringan dan konsumsi, efek samping, tanda dan
begitu pula sebaliknya. Hasil penelitian gejala, dosis di ketahui bahwa 44
diperoleh bahwa sebagian besar ibu hamil orang (51,8%) memiliki pengetahuan
mempunyai pengetahuan rendah tentang rendah, 34 orang (40,0%) memiliki
tablet penambah darah. Hasil ini mendukung pengetahuan sedang, 7 orang (8,2%)
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh memiliki pengetahuan tinggi.
Mardiwiono, 2007 menunjukkan hasil 2. Mayoritas responden mengalami
penelitian bahwa ada Hubungan tingkat anemia ringan yaitu sebanyak 50
pengetahuan ibu hamil tentang anemia orang (58,8% ) dan minoritas
dengan status anemia dalam kehamilan di mengalami anemia berat sebanyak 7
Puskesmas Kalibawang. orang (8,2%).
Ibu hamil cukup mengetahui bahwa tablet 3. Hasil perhitungan statistik diperoleh
penambah darah sangatlah penting bagi ibu kesimpulan ada hubungan antara
hamil untuk mencegah terjadinya anemia tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
selama kehamilan. Informasi yang diperoleh tablet penambah darah dengan
baik dari pendidikan formal dan non formal kejadian anemia. Semakin rendah
dapat memberikan pengaruh jangka pendek pengetahuan ibu maka kejadian
sehingga menghasilkan perubahan atau anemia cenderung tinggi, demikian
peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi sebaliknya semakin tinggi
akan tersedia bermacam-macam media massa pengetahuan ibu maka kejadian
yang dapat mempengaruhi pengetahuan anemia cenderung renda
masyarakat tentang inovasi yang baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk DAFTAR PUSTAKA
media massa seperti televisi, majalah, radio
dan lain-lain yang mempunyai pengaruh besar [1] Almatsier, 2009. Prinsip dasar ilmu
terhadap pembentukan pendapat orang. gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal Utama; h.251-258.
yang baru bagi terbentuknya pengetahuan [2] Arisman. 2009. Gizi dalam daur
terhadap hal tersebut. Apabila status ekonomi kehidupan. Jakarta: EGC; h.172.
ISSN : 2355-1313 18
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

[3] Arsulfa. 2004. Karakteristik ibu hamil


dengan anemia. Yogyakarta.
[4] Kusmiyati dkk.2009. Perawatan ibu
hamil. Edisi l, Yogyakarta: Fitramaya;
h. 1; 38; 53; 93.
[5] Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan,
Penyakit Kandungan, Dan KB.
Jakarta: EGC; h239; 240.
[6] Nasir, dkk. 2011. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Cetakan I.
Yogyakarta: Haikhi.
[7] Notoatmodjo S, 2003. Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta; h.11-17.
[8] Septian, D. 2013. Anemia pada
Kehamilan. Yogyakarta: Jurnal
Kesehatan.
[9] Siti, S. 2013. Anemia pada Kehamilan.
Jakarta: Jurnal Kesehatan
Masyarakat. Volume 1. h. 18-20
[10] Wardhani, M. 2011. Zat Besi dalam
Kehamilan. Jakarta: Jurnal Kesehatan.
[11] 2007. Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
[12] Mulyana, A. 2011. Anemia Kehamilan.
.Jakarta: Salemba Medika.
[13] Nursalam, dkk. 2005. Asuhan
keperawatan bayi dan anak. Jakarta:
Salemba Medika; h. 124-128.
[14] Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu
Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka; h. 185; 775; 777; 778.
[15] Saifudin, AB. 2009. Ilmu Kebidanan
Edisi. 4 Cetakan.2. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka; h. 188
[16] Santoso, Ranti. 2004. Kesehatan dan
gizi. Jakarta: Rineka Cipta; h. 165-176.
[17] Varney, H. 2007. Buku ajar asuhan
kebidanan. Edisi.4 vol. 1.
Jakarta:EGC; h.623.

ISSN : 2355-1313 19
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Analisa Pengadaan Obat Dengan Metode Analisa Abc Di Apotek Yudhistira


Periode 1 September 2013 28 Februari 2014
Agil Wijayanti1, Cipto Priyono2
Program Sudi DIII Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

ABSTRACT: Background: Yudishthira Pharmacy is one of pharmacy established has been


supported from clinic medhis Yudishthira and responsible for providing service to patients in the clinic
medhis, therefore procurement of drugs in pharmacies Yuhistira should be analyzed completely.
Objective: The research aimed to analyze the process of procurement of drugs in Yudhishthira
pharmacy with ABC analysis method started from : period September 2013 - February 2014.
Methods: The research were one type of non-experimental studied with a descriptive analysis used
quantitative data. How processing data began with the collection of drug consumption for the period
1 September 2013 - 28 February 2014 from all kinds of recipes.
Results: The results were obtained 203 kinds of medicinal items, group A total of 14 items with a
value of 69.30% and absorb investment budget of Rp 63,327,681, group B were 24 items with an
investment of 20.37% and absorb a budget of Rp 18 617. 414 and group C as many as 165 items with
an investment of 10.33% and absorb budget of Rp 9,441,644.
Conclusion: A drugs group had been consuming the bigest budget, therefore a group of drugs
should be strictly controlled, then B drugs group not tightly controlled drugs to than group A, while for
group C would be easier controled. The Medications needed to be reduced if the budget was not
sufficient funds with the aim to conserve and facilitate drug control budget.
Keywords: Drug Procurement, ABC Analysis, Pharmacy Yudhishthira

ABSTRAKSI: Latar Belakang: Apotek Yudhistira merupakan apotek yang didirikan sebagai sarana
penunjang dari klinik medhis Yudhistira yang bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan resep
terhadap pasien di klinik medhis, oleh karena itu pengadaan obat di Apotek Yuhistira harus benar-
benar dianalisa.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa proses pengadaan obat di Apotek Yudhistira
dengan metode analisa ABC periode 1 September 2013 28 Februari 2014
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-eksperimental dengan analisa secara deskriptif
dengan menggunakan data kuantitatif. Pemrosesan data dimulai dengan pengumpulan data konsumsi
obat selama periode 1 September 2013 - 28 Februari 2014 dari semua jenis resep.
Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh 203 macam item obat, kelompok A sebanyak 14 item dengan
nilai investasi 69,30% dan menyerap anggaran Rp 63.327.681, kelompok B sebanyak 24 item dengan
nilai investasi 20,37% dan menyerap anggaran sebesar Rp 18.617.414 dan kelompok C sebanyak
165 item dengan nilai investasi sebesar 10,33% dan menyerap anggaran Rp 9.441.644.
Kesimpulan: Obat kelompok A memakan anggaran paling besar oleh karena itu obat kelompok A
harus dikendalikan dengan ketat, obat kelompok B tetap dikendalikan tapi tidak seketat obat kelompok
A dan untuk obat Kelompok C lebih longgar pengendaliannya. Obat-obat yang perlu dikurangi jika
anggaran dana tidak mencukupi dengan tujuan untuk menghemat anggaran dan mempermudah
pengendalian obat.
Kata Kunci: Pengadaan Obat, Analisa ABC, Apotek Yudhistira

1.1. PENDAHULUAN Namun kedua fungsi tersebut bisa


Secara umum apotek mempunyai dua dijalankan dengan baik jika apotek memiliki
fungsi, yaitu memberikan layanan kepada pengelolaan manajemen yang baik, ini
masyarakat sekaligus sebagai tempat usaha memiliki hubungan erat dengan kemajuan erat
yang menerapkan prinsip laba. Dengan kata dengan berkembangnya sebuah organisasi
lain, apotek merupakan perwujudan dari atau badan usaha seperti apotek. Apotek yang
praktek kefarmasian yang berfungsi melayani mampu berkembang dan maju tidak lepas dari
kesehatan masyarakat sambil mengambil pengelolaan manajemen yang baik.
keuntungan secara finansial dari transaksi Manajemen pengelolan memang menjadi
kesehatan tersebut. Kedua fungsi tersebut bisa kunci bagi perkembangan sebuah usaha dan
dijalankan secara beriringan tanpa organisasi (Bogadenta, 2013).
meninggalkan satu sama lain. Meskipun Dunia farmasi, khususnya apotek
sesungguhnya mencari laba, namun apotek merupakan lahan bisnis yang amat
tidak boleh mengesampingkan peran menggiurkan dan membuat orang tertarik
utamanya dalam melayani kesehatan untuk melakukan investasi didalamnya. Hal ini
masyarakat (Bogadenta, 2013). wajar, mengingat dunia kesehatan sepertinya
ISSN : 2355-1313 17
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

tidak pernah mati karena merupakan salah Apotek Yudhistira merupakan apotek yang
satu kebutuhan masyarakat yang penting. Hal didirikan sebagai sarana penunjang dari klinik
tersebut juga ditunjang dengan adanya medhis Yudhistira. Apotek Yudhistira
kenyataan bahwa permintaan obat dari tahun memberikan pelayanan resep dari semua
ke tahun semakin meningkat seiring kesadaran dokter-dokter di klinik medhis Yudhistira, oleh
masyarakat akan pentingnya kesehatan. karena itu, untuk dapat menjalankan dan
Realitas ini kemudian membuat banyak memenuhi kebutuhan pelayanan obat, Apotek
investor menanamkan modalnya ke apotek. Yudhistira harus melakukan pengadaan
Akan tetapi tidak sedikit diantara mereka yang perbekalan farmasi. Sebelum melakukan
kemudian gulung tikar lantaran menajemennya pengadaan, Apotek Yudhistira membuat
buruk, oleh karena itu manajemen pengelolan perencanaan pengadaan perbekalan farmasi
apotek harus benar benar diperhatikan mulai untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan
dari perencanaan sampai dengan pengadaan yang akan diadakan. Proses perencanaan ini
(Bogadenta, 2013). perlu dilakukan analisa dan evaluasi lebih
Perencanaan merupakan kegiatan dalam lanjut untuk mengetahui apakah perencanaan
pemilihan jenis, jumlah, dan harga dalam yang telah dibuat sudah sesuai dengan
rangka pengadaan dengan tujuan kebutuhan dan anggaran dana yang tersedia.
mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai Data yang digunakan adalah data konsumsi
dengan kebutuhan dan anggaran, serta obat dari bulan September 2013 sampai
menghindari kekosongan obat. Kendala yang dengan Februari 2014.
sering terjadi pada tahapan perencanaan Penelitian ini bertujuan untuk melakukan
adalah merencanakan obat lebih banyak dan analisa pengadaan obat dengan
memilih jenis item obat yang kurang tepat, menggunakan analisa ABC , untuk mengetahui
sehingga sering terjadi duplikasi. Selain itu jumlah dan jenis obat apa saja yang
juga pemilihan obat-obat yang harganya mempunyai nilai pemakaian dan investasi
mahal, padahal tersedia obat-obat yang lebih yang besar, dan selanjutnya dapat digunakan
murah. Hal ini menyebabkan beberapa obat dalam perencanaan pengadaan obat sebagai
terlalu banyak direncanakan pembeliannya pertimbangan untuk pengadaan kedepannya.
dan beberapa obat terlalu sedikit direncanakan
pembeliannya (Quick, 1997). 1.2. Tujuan Penelitian
Obat yang sering keluar (fast moving) 1. Menganalisa proses perencanaan
harus selalu disediakan di Apotek, dan obat pengadaan obat di Apotek Yudhistira
yang jarang keluar (slow moving) perlu dengan analisa ABC periode bulan 1
dipertimbangkan untuk perencanaan September 2013 28 Februari 2014.
pengadaannya supaya tidak terjadi 2. Mengetahui obat-obat yang mempunyai
pemborosan obat rusak atau obat ED karena nilai pemakaian dan investasi besar,
terlalu lama disimpan di gudang. Selain itu tim supaya obat-obat tersebut harus tersedia
perencanaan pengadaan obat juga harus di Apotek Yudhistira Surakarta.
menyeimbangkan antara dana apotek dengan
pembelian. Supaya apotek tidak merugi 1.3. METODOLOGI PENELITIAN
karena pembelian lebih besar dari pada dana Penelitian dilaksanakan di Apotek
yang dipunyai apotek (Permatasari, 2013). Yudhistira, Jl. Yudhistira no.25 Serengan
Salah satu metode yang dapat digunakan Surakarta, pada bulan Januari - Februari 2014
untuk menganalisa perencanaan obat yaitu dengan mengambil data konsumsi obat
dengan menggunakan metode Analisa ABC. periode September 2013 - Februari 2014.
Analisa ABC dapat digunakan untuk Penelitian ini merupakan jenis penelitian non-
mengevaluasi aspek ekonomi dari eksperimental dimana data-data yang
perencanaan pengadaan obat. Dengan dibutuhkan sudah tersedia tanpa proses
Analisa ABC dapat diidentifikasi obat-obat manipulasi perlakuan. Data yang dibutuhkan
yang memakan biaya besar karena dalam penelitian ini berupa data kuantitaif.
penggunaannya banyak atau harganya mahal,
untuk selanjutnya dievaluasi lebih lanjut. Populasi Dan Sampel
Dengan menggunakan Analisa ABC, Dalam penelitian ini populasi yang digunakan
manajemen pengadaan obat dapat adalah semua resep yang terlayani di Apotek
berkonsentrasi mengadakan obat yang fast Yudhistira tanpa mengambil sampel.
moving (pengeluarannya cepat) dan
disesuaikan dengan anggaran dana yang Variabel Penelitian
dimiliki supaya semua berjalan dengan efektif Dalam penelitian ini ada 2 variabel yang
dan efisien (Quick, 1997). terlibat yaitu :

ISSN : 2355-1313 18
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

1. variabel tercoba yang digunakan adalah dana paling besar hingga item obat yang
jenis item obat. membutuhkan dana paling kecil. Anggaran per
2. variabel teramati yang digunakan adalah item obat dibandingkan dengan anggaran total
klasifikasi yang diamati, yaitu golongan pembelian lalu dihitung nilai persentasenya.
obat kelas A, B atau C. Selanjutnya dihitung persentase kumulatif dan
dilakukan analisa ABC. Dari nilai persentase
Teknik Analisis Data kumulatif tersebut kemudian dilakukan analisa
Data utama yakni data konsumsi obat data dengan mengelompokkan obat menjadi
pasien klinik medhis Yudhistira yang diperoleh kategori A, B dan C. Obat kelompok A
dari data entry resep pasien yang dilayani menyerap dana sekitar 70% dari jumlah dana
oleh Apotek Yudhistira selama bulan obat keseluruhan, obat kelompok B menyerap
September 2013 - Februari 2014. Sedangkan dana sekitar 20%, dan obat kelompok C
data harga pembelian obat diperoleh dari menyerap dana sekitar 10% dari jumlah dana
Kepmenkes No 092/ Menkes/SK/II/ 2012 obat keseluruhan.
tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Generik
Tahun 2012 dan harga obat yang diperoleh 2.1. HASIL DAN PEMBAHASAN
dari ISO 2011/2012. Data mengenai proses Hasil
perencanaan pengadaan diperoleh dari Dari hasil penelitian, pengelompokan obat
pengalaman dan pengetahuan selama penulis untuk pelayanan resep di Apotek Yudhistira
bekerja diklinik medhis Yudhistira. dengan Analisa ABC berdasarkan nilai
investasi dan persentase serapan dana
% %
Klasifikasi
Banyak Nilai
Serapa Kumulati periode 1 September 2013 28 Februari 2014
Item Investasi adalah sebagai berikut:
n Dana f
Pembahasan
A 14 Rp 69,30 < 69,30
Pengadaan bertujuan untuk
63.327.681
menetapkan jumlah obat dan jenis obat yang
sesuai dengan kebutuhan untuk pelayanan
apotek, agar tidak terjadi kekosongan obat
B 24 Rp 20,37 89,67 atau kelebihan obat. Apabila tidak dilakukan
18.617.414 pengadaan dengan baik maka akan terjadi
kekosongan obat yang akan mempengaruhi
pelayanan juga pendapatan apotek dan
apabila terjadi kelebihan obat dapat
C 97 Rp 10,33 100 menyebabkan kerusakan obat maupun obat
9.441.644 ED karena terlalu lama di simpan dalam
gudang.
Jumlah 135 Rp 100 100 Pada penelitian ini analisa pengadaan
91.386.739 obat dilakukan dengan metode ABC. Analisa
ABC adalah analisa yang digunakan untuk
mengevaluasi aspek ekonomi dan untuk
mengetahui obat-obat yang mempunyai
serapan dana dari yang terendah sampai yang
Pengelompokan jumlah item obat tertinggi, ditinjau dari jumlah pemakaian dan
antara yang diresepkan dan tidak diresepkan harga obat. Peneliti tidak menggunakan
berdasarkan jumlah item obat: analisa VEN dikarenakan dengan analisa VEN
hanya untuk memprioritaskan kebutuhan.
Obat Banyak Item Dengan menggunakan analisa ABC ini dapat
diketahui jumlah dan jenis obat yang
Diresepkan 135 digunakan sebagai acuan untuk perencanaan
Tidak diresepkan 68 pengadaan obat, sehingga pelayanan apotek
dapat berjalan nyaman karena obat-obat yang
Total Item 203 memang dibutuhkan tersedia di apotek , dan
obat-obat yang slow moving (keluarnya
lambat) dapat terkontrol dengan baik karena
Dari data tersebut selanjutnya dilakukan dalam pengadaannya menyesuaikan
proses pengolahan data dengan mengkalikan kebutuhan dan jumlah pengeluaran bulan
jumlah konsumsi obat dengan harga beli obat sebelumnya. Sehingga stok obat tidak terlalu
dan diperoleh anggaran total pembelian berlebihan karena disesuaikan dengan
seluruh item obat. Kemudian setiap item obat kebutuhan.
diurutkan dari item obat yang membutuhkan
ISSN : 2355-1313 19
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Pengadaan dengan metode analisa obat dan oabt kelompok C menyerap dana
ABC mempunyai kekurangan dan kelebihan, sekitar 10% dari total dana konsumsi obat.
yaitu diantaranya: Dari data hasil penelitian dengan
Kekurangan dari analisa ABC yaitu: analisa ABC di Apotek Yudhistira dapat
1. Analisa ABC hanya mengevaluasi obat diketahui bahwa Apotek Yuhistira
dari sisi pemakaian dan nilai investasi, menyediakan 203 item obat dengan perincian
serta sisi ekonomi untuk apotek saja. sebanyak 135 item obat diresepkan dan 68
2. Analisa ABC tidak bisa menyaring atau item obat tidak diresepkan, dalam
menyeleksi semua obat karena pengadaannya selama enam bulan
penyeleksian berdasarkan pemakaian dikeluarkan biaya anggaran dana sebesar Rp
saja, jika obat tidak pernah keluar maka 91.386.739 dan untuk obat kelompok A
obat tidak muncul dalam hasil akhir. memakan biaya sebesar Rp 63.327.681
3. Tidak bisa menganalisa perencanaan dengan persentase 69,30% dari total biaya
obat-obat yang jarang keluar atau jarang keseluruhan, namun dengan jumlah item obat
dipakai meskipun obat tersebut bersifat life yang paling sedikit jika dibandingkan dengan
saving atau emergency. kelompok obat B dan C. Hal ini berarti obat-
obat kelompok A memakan anggaran paling
Kelebihan analisa ABC yaitu sebagai berikut : banyak dalam pengadaannya bukan karena
1. Membantu mempermudah dalam harganya yang mahal saja namun juga karena
menyeleksi obat, dan sebagai bahan jumah pemakaiannya cukup banyak dan dapat
pertimbangan dalam perencanaan disimpulkan bahwa obat-obat kelompok A
pengadaan obat benar-benar dibutuhkan dalam pelayanan obat
2. Memberikan perhatian pada item obat untuk pasien di klinik medhis Yudhistira,
yang dapat memberikan investasi yang sehingga persediaannya harus tetap ada.
besar untuk apotek Obat kelompok B memakan anggaran
3. Dapat memanfaatkan anggaran dana biaya pengadaan Rp 18.617.414 dengan
apotek, sehingga dapat mengembangkan persentase 20,37% dari total biaya
apotek menjadi semakin lebih berkembang keseluruhan. Jumlah item obat yang masuk
dan maju dalam kelompok B, nilainya lebih besar
4. Pelayanan apotek semakin baik dengan dibandingkan dengan kelompok A, namun
obat-obat yang lengkap sesuai dengan lebih sedikit jika dibandingkan dengan
kebutuhan pelayanan. kelompok C.
Obat kelompok C memakan anggaran
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi biaya pengadaan Rp 9.441.644 dengan
perencanaan pengadaan obat di Apotek persentase 10,33% dari total biaya
Yudhistira, untuk mempermudah pengadaan keseluruhan, paling sedikit jika dibandingkan
obat dan untuk mempermudah menyeleksi dengan kelompok obat A dan B namum jumlah
jumlah dan jenis obat yang harus disediakan di item obat yang masuk dalam kelompok C
apotek. Jenis penelitian ini adalah penelitian paling besar jika dibandingkan dengan
non eksperimental dengan analisa secara kelompok A dan B.
diskriptif. Penelitian ini diawali dengan Dari hasil analisa juga didapatkan
pengumpulan data berupa jumlah konsumsi banyak item obat yang tidak keluar atau tidak
obat yang digunakan untuk pelayanan obat diresepkan oleh dokter-dokter di klinik medhis
diklinik medhis Yudhistira selama periode yudhistira yang sebagian besar adalah obat
Septembar 2013 Februari 2014. Selanjutnya dari dokter umum dikarenakan dokter umum
data konsumsi obat ini dikalikan dengan harga jarang memberikan obat tersebut kepasien
beli obat. Data ini kemudian diolah dengan atau untuk kasus penyakit tertentu yang
menggunakan Microsoft Excel 2007 hingga mungkin jarang ditemui di klinik. Obat-obat
diperoleh nilai persentase kumulatifnya. Dari yang tidak diresepkan itu kesemuanya
nilai persentase kumulatif ini kemudian termasuk obat kelompok C dan pengadaan
dilakukan analisa ABC untuk mengevaluasi untuk obat-obat tersebut bisa dihentikan dulu
proses perencanaan pengadaan obat untuk menghemat anggaran yang tersedia.
berdasarkan aspek ekonominya
denganmengelompokkan obat-obat tersebut 3.1. kesimpulan
ke dalam kategori A, B dan C. Obat kelompok 1. Gambaran Pengadaan obat di Apotek
A menyerap dana sekitar 70% dari total dana Yudhistira
konsumsi obat. Obat kelompok B menyerap a. Pengadaan obat di Apotek Yudhistira
dana sekitar 20% dari total dana konsumsi menggunakan metode konsumsi yang
dilakukan dengan tetap

ISSN : 2355-1313 20
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

mempertimbangkan pola penyakit dan [2] Anief, M. 2008b. Manajemen Farmasi.


sisa stok yang ada. Gadjah Mada University Press:
b. Pengadaan di Apotek Yudhistira Yogyakarta.
dilakukan dari kebutuhan yang sudah [3] Anief, M. 2008c. Ilmu Meracik Obat.
direncanakan melalui Analisa ABC. Gadjah Mada University Press:
2. Hasil evaluasi pengadaan obat di Apotek Yogyakarta
Yudhistira berdasarkan analisa ABC [4] Bogadenta, Aryo. Manajemen
periode 1 September 2013 28 Februari Pengelolaan Apotek. D-Medika:
2014 adalah sebagai berikut: Yogyakarta.
a. Obat kelompok A terdiri dari 14 item [5] Hidayati, Nurilla. 2009. Pengendalian
dengan nilai investasi 69,30%. Obat Persediaan Obat. Fakultas Kesehatan
kelompok B terdiri dari 24 item dengan Masyarakat Universitas Indonesia:
nilai investasi 20,37%. Obat kelompok Jakarta
C terdiri dari 165 item dengan nilai
investasi 10,33%. [6] Quick, J.D., 1997, Managing Drug
b. Total anggaran dana untuk pengadaan Suplly, Jonathan. D., (Eds), Second
di Apotek Yudhistira periode Edition, Reursod and Expanded,
september 2013 februari 2014 Kumarin Press, USA
adalah Rp 91.386.739 dan untuk obat
kelompok A memakan anggaran dana [7] Yustina dan Sulasmono, 2008. Apotek.
sebesar Rp 63.327.681, obat Universitas Sanata Dharma:
kelompok B memakan anggaran dana Yogyakarta.
sebesar Rp 18.617.414, dan untuk
obat kelompok C memakan anggaran [8] Departemen Kesehatan RI, 1993.
dana sebesar Rp Peraturan Menteri Kesehatan No.
9.441.644. 922/Menkes/Per/X/1993; Ketentuan
dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.
3.2. Saran Jakarta : Direktorat Jendral Pelayanan
1. Perlu adanya penelitian untuk Kefarmasian dan Alat Kesehatan
menganalisa pengadaan obat di Apotek Departemen Kesehatan RI.
Yudhistira dengan analisa kombinasi ABC
dan VEN sehingga dapat mengevaluasi [9] Departemen Kesehatan RI, 2003.
dari aspek ekonomi dan kekritisan suatu Keputusan Presiden No. 80 Tahun
obat dalam pengobatan suatu penyakit. 2003; Pedoman Pelaksanaan Barang
2. Perlu adanya standar terapi pengobatan dan Jasa Pemerintah. Jakarta: Depkes
yang pasti sebagai panduan pengobatan RI
yang rasional, serta sebagai pertimbangan
pengadaan obat. [10] Departemen Kesehatan RI. 2008.
3. Perlu adanya kendali biaya dan kendali Informatorium Obat Nasional
mutu dalam pangadaan obat di Apotek Indonesia. Jakarta: Depkes RI
Yudhistira.
4. Obat-obat kelompok A harus dikendalikan [11] Departemen Kesehatan RI. 2009.
dengan ketat karena harganya mahal. Undang-Undang Kesehatan No. 36
Sedangkan obat kelompok B tetap perlu Tahun 2009. tentang Kesehatan.
dikendalikan namun tidak seketat obat BPOM. Jakarta: Depkes RI.
kelompok B dan obat kelompok C bisa
lebih longgar pengendaliannya. [12] Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia,
5. Obat-obat yang perlu dikurangi jika 2008. Informasi Spesialite Obat
anggaran dana tidak mencukupi yakni Indonesia . Jakarta: ISFI
obat-obat paten yang produk generiknya
juga tersedia baik itu pada kelompok A, B, [13] Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia.
atau C dengan tujuan untuk menghemat 2003. Standar Kompetensi Farmasis
anggaran dan mempermudah Indonesia. Jakarta: ISFI
pengendalian obat
[14] Maimun, Ali. 2008. Perencanaan Obat
REFERENSI Antibiotik Berdasarkan Kombinasi
[1] Anief, M. 2007a. Farmasetika. Gadjah Metode Konsumsi dengan Analisis
Mada University Press: Yogyakarta. ABC dan Reorder point terhadap Nilai
Persediaan dan Turn Over Ratio di
ISSN : 2355-1313 21
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Instalasi Farmasi RS Darul Istiqomah


Kaliwungu Kendal, Tesis. Universitas
Diponegoro. Semarang.

[15] Permatasari, A. A. 2013. Analisa


Perencanaan Pengadaan Obat
Berdasarkan Analisa ABC di Apotek
Jati Medika Grogol Sukoharjo Bulan
Juli Desember 2012. Karya Tulis
Ilmiah. Program Studi DIII Farmasi
Poltekkes Bhakti Mulia: Sukoharjo

[16] Riolita, M. 2013. Analisa Perencanaan


Obat untuk Program Jamkesmas
Berdasarkan Analisa ABC di Instalasi
Farmasi RSUD Sukoharjo Periode Juli
Desember 2012. Karya Tulis Ilmiah.
Program Studi DIII Farmasi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Sebelas Maret:
Surakarta

[17] Indriawati, Cut Safrina. 2001. Analisis


Pengelolaan Obat di Rumah Sakit
Umum Daerah Wates. Tesis.
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

[18] Parasuraman, A., V.A. Zeithml, dan


L.L. Berry. 1985. A Conceptual Model
Of Service Quality and Its Implication
for Future Research. Journal of
Marketing, vol. 49.

[19] Ridwan.
2007. Http://Ridwanamiruddin.Com/20
07/04/26/Strategi-Perencanaan-
Kesehatan/ (Diambil pada tanggal 23
Juni 2013).

[20] Yessi.2011.MetodeKombinasi.http://ye
ssykh.blogspot.com/2011/12/spesialite
-alat-kesehatan.html.Diakses 21 Maret
2012

ISSN : 2355-1313 22
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Formulasi Bentuk Sediaan Krim Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn)
Hasil Isolasi Metode Maserasi Etanol 90%
Agung Dwi Atmoko1, Anom Parmadi2
Program Sudi DIII Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

ABSTRACT: Also called betel leaf (Piper betle Linn.) Is an Indonesian native plants that grow vines
or leaning on other plants. Srih leaves contain many beneficial substances, saponins, flavonoids,
tannins and essential oils contained in essential oils.

These herbs are generally used to treat nose bleeds, acne, cough, sore cavities. To be more
practical use in the treatment of the betel leaf extract is made in cream. Cream has several
advantages such as easy to spread evenly, practical, easy to clean or wash,how work progresses on
the local network, not sticky, and can provide a sense of cool.
This type of researchisnon-experimental studies conducted laboratory by maceration method
for penyarian. The yield obtained from the maceration extractionis 2.19% w/w. organoleptic of the
preparation cream is yellow ish green, smell the scent of jasmine, test the acidic pH 5, the
homogeneity test cream evenly dispersed and noparticles are left behind so that the cream said to be
homogeneous, ie cream type M/A, spread cream no-load power after replication performed three
times was 7,6 cm, the power spread cream 0.5 grams and 50 grams plus expenses after replication
three times is 10,07 cm, and a power spread of cream 0.5 grams to100 grams plus expenses after
replication three times is 15,01 cm, the adhesion of the preparation of cream replicated three times
were 5,4 seconds, and to test the protective power is that it can provide pretty good protection.

ABSTRAKSI: Daun sirih atau disebut juga (Piper Betle Linn.) merupakan tanaman asli Indonesia
yang tumbuh merambat atau bersandar pada tanaman lain. Daun Sirih mengandung banyak zat-zat
yang bermanfaat, saponin, flavonoid, tanin dan minyak atsiri terkandung dalam minyak atsiri.
Tumbuhan ini pada umumnya digunakan untuk mengobati hidung berdarah, jerawat, batuk,
sakit gigi berlubang. Agar penggunaan dalam pengobatan lebih praktis maka ekstrak daun sirih
dibuat dalam sediaan krim.
Krim memiliki beberapa kelebihan seperti mudah menyebar rata, praktis, mudah dibersihkan
atau dicuci, cara kerja berlangsung pada jaringan setempat, tidak lengket, dan dapat memberikan
rasa dingin.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian non experimental yang dilakukan dilaboratorium
dengan metode maserasi untuk penyarian. Rendemen yang diperoleh dari hasil ekstraksi dengan
maserasi adalah 3,54% b/b. Organoleptis dari sediaan cream adalah berwarna hijau kehitaman, bau
aroma melati, uji pH 6 yaitu bersifat asam, uji homogenitas yaitu cream terdispersi merata dan tidak
ada partikel yang tertinggal sehingga cream dikatakan homogen, tipe cream yaitu M/A, daya sebar
cream tanpa beban setelah dilakukan replikasi sebanyak tiga kali adalah 7,6 cm, daya sebar cream
0,5 gram dan ditambah beban 50 gram setelah dilakukan replikasi sebanyak tiga kali adalah 10,57
cm, dan daya sebar dari cream 0,5 gram dengan ditambah beban 100 gram setelah melakukan
replikasi sebanyak tiga kali adalah 15,01 cm, daya lekat dari sediaan cream dari hasil replikasi
sebanyak tiga kali adalah 5,4 detik, dan untuk uji daya proteksi adalah tidak memberikan proteksi
yang cukup baik.

1.1. PENDAHULUAN sangat pendek. Daun sirih pada umumnya


Salah satu tanaman obat yang sejak dimanfaatkan pada penyembuhan hidung
zaman nenek moyang kita telah dimanfaatkan berdarah, jerawat, sakit gigi berlubang, dan
untuk menyembuhkan berbagai macam batuk.
penyakit adalah daun sirih atau disebut juga Masyarakat menggunakannya daun
(Piper Betle Linn.). Daun sirih tumbuh sirih dengan cara tradisional. Untuk
merambat atau bersandar pada tanaman lain. pengobatan luka dengan digiling kemudian
Tanaman ini berasal dari bagian timur pantai ditempelkan pada luka dan dibalut dengan
Afrika ini ternyata juga berkhasiat sebagai kain bersih. Penggunaan daun sirih untuk
obat. Baik obat luar maupun dalam. Daun sirih penyembuhan luka dapat dipermudah dengan
dalam bahasa Latin dikenal dengan nama dibuat dalam bentuk sediaan krim.
Piper Betle Linn. Daun sirih mempunyai ciri-ciri Ekstrak daun sirih pada praktikum ini
helaian daun berbentuk bundar telur atau dibuat dalam bentuk sediaan krim karena
bundar telur lonjong, pada bagian pangkal memilik beberapa kelebihan antara lain; 1)
berbentuk jantung atau agak bundar, tulang mudah menyebar rata, 2) praktis, 3) mudah
daun bagian bawah gundul atau berambut dibersihkan atau dicuci, 4) cara kerja

ISSN : 2355-1313 23
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

berlangsung pada jaringan setempat, 5) tidak 1. Hasil Sediaan Krim


lengket terutama tipe m/a, 6) memberikan rasa a. Bobot sediaan krim yang dihasilkan :
dingin (cold cream) berupa tipe a/m, 7) Sediaan krim 1 : 5,56 g
digunakan sebagai kosmetik, 8) bahan untuk Sediaan krim 2 : 5,86 g
pemakaian topikal jumlah yang diabsorpsi Sediaan krim 3 : 5,70 g
tidak cukup beracun. b. Uji evaluasi sediaan
Krim merupakan sediaan setengah krim ekstrak daun Sirih (Piper Betle
padat, berupa emulsi mengandung air tidak Linn.
kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk
pemakaian luar. Krim terdiri dari dua tipe krim, Tabel 4.2 Analisis Hasil Uji Evaluasi Sediaan
tipe A/M yaitu air terdispersi dalam minyak Krim Ekstrak Daun Sirih
dan tipe M/A, yaitu minyak terdispersi dalam No Uji evaluasi Hasil
air.
1.
rim I
1.2. METODE PENELITIAN
Tempat dilakukannya praktikum adalah Organoleptis
di Laboratoium Kimia Farmasi Prodi DIII
Krim
Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia.Waktu a. Bentuk
pelaksanaan penelitian pada bulan April Hijau kekuningan
b. Warna
sampai bulan Mei 2014
Penelitian ini termasuk penelitian non c. Bau Melati
eksperimental. Sampel yang digunakan pada
penelitian ini adalah daun sirih yang diambil Krim II
dari salah satu pasar di Sukoharjo, yaitu
Organoleptis
dengan ciri-ciri daun sirih yang segar, utuh dan
tidak cacat. a. Bentuk
Krim

Variable yang digunakan : Hijau kekuningan


b. Warna
a. Variabel tercoba: Melati
ekstrak kental daun Sirih (Piper Betle c. Bau
Linn.)
Krim III
b. Variabel teramati:
Efektifitas sediaan krim daun Sirih Krim
a. Bentuk
(Piper Betle Linn.) Hijau kekuningan
b. Warna
2.1. HASIL DAN PEMBAHASAN Melati
c. Bau
a. Organoleptis Maserasi
Bentuk : ekstrak kental 2. Uji Ph
Warna : hitam
Bau : khas simplisia daun
sirh rim I
Rasa : agak pahit 6

b. Hasil Rendemen rim II
6

= 6
rim III

Homogenitas
= 3,54 %
c. Hasil Uji Kualitatif
Ekstrak daun Sirih (Piper Betle Linn.) rim I
Homogen
3.
Tabel 4.1. Analisis Hasil Evaluasi Kualitatif
Homogen
rim II
No Uji Analisa Kualitatif Hasil
Homogen

Zat + NaNo2 + Merah
1. Saponin rim III
CH3COOHMerah muda

2. Flavonoid Tidak dilakukan - Daya proteksi



4. Krim memberikan
3. Polifenol Tidak dilakukan - rim I
proteksi terhadap
pengaruh basa

ISSN : 2355-1313 24
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

rim II
2 2
II 7,54 cm 10,74 cm
2
16,61 cm
rim III
2 2
III 8,03 cm 10,74 cm 2
5. Tipe krim 16,61 cm

Krim I M/A ( Minyak dalam Air)


2 2
7,39 cm 10,93 cm 2
16,37 cm


rim II 2. Uji daya lekat krim
Tabel 4.4 Hasil Uji Daya Lekat Krim
Krim I
rim III Replikasi Daya lekat ( detik)

I 3,8

1. Uji daya sebar krim II 4,3


Tabel 4.3 Hasil Uji Daya Sebar Krim
Krim I III 5,2
Tanpa Beban Beban 100
Replikasi
beban 50gram gram Rata rata 4,43

2 2
I 6,5 cm 11,33 cm 2
14,51 cm
Krim II
II 7,07 cm
2
10,17 cm
2
2 Replikasi Daya lekat ( detik)
15,19 cm

III 7,54 cm
2
11,93 cm
2
2
I 5,20
15,89 cm

6,92 cm
2
11,14 cm
2
2
II 4,9
15,19 cm

III 6,10
Krim II
Tanpa Beban Rata rata 5,4
Replikasi Beban 100
beban 50gram gram

I 5,72 cm
2
9,61 cm
2 Krim III
2
13,19 cm
Replikasi Daya lekat ( detik)

2 2
II 8,54 cm 11,93 cm I 4,3
2
17,34 cm

2 2 II 3,9
III 8,54 cm 10,17 cm 14,51 cm
2

III 5,10
2 2
7,6 cm 10,57 cm
2
15,01 cm Rata rata 4,43

KrimIII Uji daya sebar dengan menggunakan uji One


Replika Tanpa Beban Beban 100
Way Anova
si beban 50gram gram Tabel 4.5 Hasil Uji SPSS Uji Daya Sebar
Dengan Tanpa Beban
2 2 Krim Krim Krim Keterangan
I 6,6 cm 11,33 cm
15,89 cm
2
I II III

6,92 7,60 7,39 p>0,05

ISSN : 2355-1313 25
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Sig Sehingga dari hasil 2.2. PEMBAHASAN


0,815 analisa, SPSS Krim adalah sediaan setengah padat
menggunakan One yang mengandung air tidak kurang dari 60%
Way Anova dan dimaksudkan untuk pemakaian luar.
menunjukkan hasil Stabilitas atau kerusakan krim disebabkan
tidak ada perbedaan oleh perubahan suhu, perubahan komposisi
yang signifikan (penambahan salah satu fase berlebih) atau
antara krim I, II, III pencampuran tipe krim jika zat pengemulsinya
pada uji daya sebar tidak tercampurkan satu sama lain. Sediaan
(tanpa beban) krim sebaiknya disimpan dalam wadah
tertutup baik atau tube, disimpan pada tempat
sejuk dan pada etiket harus tertulis obat luar.
Tabel 4.6 Hasil Uji SPSS Uji Daya Sebar Daun sirih bisa digunakan sebagai obat
Dengan Beban 50 gram luar maupun obat dalam. Daun sirih dalam
Krim I Krim Krim Keterangan bahasa Latin dikenal dengan nama Piper Betle
II III
Linn. Daun sirih mempunyai ciri-ciri helaian
daun berbentuk bundar telur atau bundar telur
11,14 10,57 10,93 p>0,05 lonjong, pada bagian pangkal berbentuk
jantung atau agak bundar, tulang daun bagian
bawah gundul atau berambut sangat pendek.
Daun sirih pada umumnya dimanfaatkan pada
Sig Sehingga dari hasil
0,739 analisa, SPSS penyembuhan hidung berdarah, jerawat, sakit
menggunakan One Way gigi berlubang, dan batuk.
Anova menunjukkan hasil Dalam pemilihan proses penyarian
tidak ada perbedaan yang suatu isolasi zat sangat menentukan dari hasil
signifikan antara krim I, II,
III pada uji daya sebar isolasi dan jumlah isolasi zat yang dihasilkan.
(beban 50 gram) Maserasi merupakan salah satu metode
penyarian yang memiliki keuntungan berupa
dalam cara pengerjaan, peralatan yang
Tabel 4.7 Hasil Uji SPSS Uji Daya Sebar digunakan sederhana dan mudah digunakan
Dengan Beban 100 gram sehingga biaya yang dibutuhkan sedikit.
Krim I Krim II Krim Keterangan Metode ini dipilih, juga karena senyawa yang
III
terkandung didalam daun sirih dapat larut
15,19 15,01 16,37 P > 0,05 dalam etanol. Hasil yang didapatkan dari
isolasi daun sirih berupa ekstrak berwarna
Sig Sehingga dari hasil hijau kehitaman, bau khas simplisia daun sirih,
0,439 analisa, SPSS rasa agak pahit dengan rendemen 3,54 %
menggunakan One Way b/b.
Anova menunjukkan
hasil tidak ada Pada pembuatan krim ini kadar atau
perbedaan yang kandungan zat aktif adalah 10%. Penggunaan
signifikan antara krim I, dosis ini didasarkan pada sediaan krim dari
II, III pada uji daya sebar estrak herbal yang beredar di pasaran
(beban 100 gram)
misalnya Mederma mengandung estrak Allium
cepa 10%, Solco Seryl mengandung ekstrak
Uji daya lekat dengan menggunakan uji One Sanguin deprot spec 10%, Virugon
Way Anova mengandung ekstrak Drymariae herba 10%.
Tabel 4.8 Hasil Uji SPSS Pengujian Daya Basis yang digunakan dalam
Lekat sediaan krim ini adalah cleansing krim
Krim I Krim II Krim Keterangan dikarenakan basis ini sulit dicuci dengan air
III sehingga diharapkan kontak langsung antara
krim atau obat dengan luka bisa lebih lama
4,43 5,4 4,43 P > 0,05 sehingga krim memberikan efek terapi yang
maksimal.
Sig Dari hasil uji SPSS
0,191 dengan menggunakan Pada pembuatan krim untuk proses
One Way Anova yang digunakan adalah dengan peleburan
menunjukkan hasil tidak basis, sehingga untuk penimbangan bahan
ada perbedaan yang
basis cleansing cream dilebihkan 20% dari
signifikan pada uji daya
lekat dari kiri I, II, dan III total basis hal ini bertujuan untuk mengganti
massa dari basis krim yang hilang pada saat
proses peleburan dari basis tersebut. Basis

ISSN : 2355-1313 26
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

dikatakan melebur jika semua bahan dapat kemudian dan rata-rata daya sebar krim
tercampur dengan baik menjadi satu. dengan beban 100 gram adalah krim I = 15,19
Pada pembuatan krim cm2, krim II = 15,01 cm2, krim III = 16,37 cm2.
Trietanolamin berfungsi sebagai zat Uji daya lekat krim rata rata krim I = 4,43 detik,
pengemulsi untuk krim tipe minyak dalam air, krim II = rata-rata 5,4 detik, krim III = rata-rata
selain Trietanolamin, dalam sediaan krim juga 4,43. Uji daya proteksi pada sediaan krim I, II
terdapat basis Adeps lanae. Adeps lanae dan III ekstrak daun sirih (Piper Betle Linn.)
merupakan zat pengemulsi untuk krim tipe air adalah krim memberikan proteksi yang baik
dalam minyak, karena adeps lanae sukar terhadap pengaruh basa. Dan uji tipe krim I, II
dicuci dengan air. Pada sediaan krim ini, dan III adalah M/A (Minyak dalam Air),
Trietanolamin dan Adeps lanae merupakan zat berdasarkan hasil pengamatan menggunakan
pengemulsi fase cair yang bersifat nonpolar. larutan Methylen Blue ketika diamati dibawah
Asam stearat dalam pembuatan krim ini mikroskop air berwarna biru dan minyak
dapat berfungsi sebagai antioksidan yaitu tampak transparan.
untuk mencegah terjadinya ketengikan akibat
oksidasi oleh cahaya pada minyak tidak jenuh. 3.1. Kesimpulan
Nipagin dalam sediaan krim digunakan 1. Hasil maserasi diperoleh rendemen : 3,54
sebagai pengawet dari sediaan krim danuntuk % b/b,
mencegah terjadinyakontaminasi Artinya : Dalam 100 gram bahan terdapat
mikroorganisme, karena pada sediaan krim ini 3,54 gram zat daun sirih
mengandung fase air dan lemak yang mudah 2. Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Linn.)
ditumbuhi bakteri dan jamur. Aquadest dapat dibuat dalam bentuk sediaan krim,
merupakan fase cair yang bersifat polar. Kadar dengan hasil uji evaluasi sebagai berikut :
atau komposisi air menentukan tipe krim yang a. Organoleptis krim ekstrak daun Sirih
akan dibuat. Tujuan penambahan dari parfum Krim I
pada sediaan ini adalah untuk memberikan 1. Bentuk: krim
bau yang sedap pada sediaan, sehingga bau 2. Warna : hijau kekuningan
yang tidak enak pada basis atau zat aktifnya 3. Bau : aroma melati
dapat tertutupi. Krim II
Suatu sediaan dikatakan baik dan aman 4. Bentuk: krim
digunakan setelah dilakukan tahap pengujian. 5. Warna : hijau kekuningan
Pengujian krim ini berupa uji organoleptis yang 6. Bau : aroma melati
meliputi; bentuk, warna, bau dan rasa, uji pH Krim III
untuk menentukan pH sediaan krim apakah 7. Bentuk: krim
bersifat asam, basa atau netral, uji 8. Warna : hijau kekuningan
homogenitas digunakan untuk mengetahui 9. Bau :aroma melati
apakah sediaan krim yang dihasilkan b. Uji pH adalah :
homogen dimana partikel partikel dari bahan Krim I : 6
yang dipergunakan dapat tercampur atau Krim II : 6
terdispersi didalam basis krim yang cocok, uji Krim III : 6
daya sebar untuk mengetahui tingkat c. Uji homogenitas adalah :
penyebaran krim pada kulit, uji daya lekat Krim I : Homogen
untuk mengetahui seberapa lama krim Krim II : Homogen
tersebur dapat melekat pada kulit, uji daya Krim III : Homogen
proteksi untuk mengetahui apakah krim yang d. Uji daya sebar
dihasilkan memberikan proteksi terhadap Krim I
pengaruh asam, basa dan sinar matahari, uji 1. Rata rata daya sebar krim +
tipe krim untuk mengetahui tipe krim yang beban 0 gram : 6,92
dihasilkan. cm2
Hasil pengujian dari uji organoleptis 2. Rata rata daya sebar krim +
dari bentuk berupa krim, warna hijau beban 50 gram :
kekuningan dengan bau aroma melati. Uji pH 11,14 cm2
adalah 6 sehingga krim bersifat asam, uji 3. Rata rata daya sebar krim +
homogenitas bahan aktif krim terdispersi beban 100 gram : 15,19 cm2
merata dalam basis sehingga krim dikatakan Krim II
homogen. Uji daya sebar krim tanpa beban 4. Rata rata daya sebar krim +
rata-rata krim I = 6,92 cm2, krim II = 7,6 cm2, beban 0 gram : 7,6
2
krim III = 7,39 cm , kemudian krim dengan cm2
beban 50 gram daya sebar rata-rata I = 1,14
cm2, krim II = 10,57 cm2, krim III = 10,93 cm2,

ISSN : 2355-1313 27
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

5. Rata rata daya sebar krim + Departemen Kesehatan Republik


beban 50 gram : Indonesia.
10,57 cm2
6. Rata rata daya sebar krim + [7] Direktorat Jendral Badan Pengawasan
2
beban 100 gram : 15,01 cm Obat dan Makanan 1977. Materia
Krim III Medika Indonesia jilid I. Jakarta.
7. Rata rata daya sebar krim + Departemen Kesehatan Republik
beban 0 gram : 7,39 Indonesia.
2
cm [8] Direktorat Jendral Badan Pengawasan
8. Rata rata daya sebar krim + Obat dan Makanan 1980. Materia
beban 50 gram : Medika Indonesia jilid IV. Departemen
2
10,93 cm Kesehatan Republik Indonesia.
9. Rata rata daya sebar krim + [9] Direktorat Jendral Badan Pengawasan
beban 100 gram : 16,37 cm2 Obat dan Makanan 2000. Inventaris
tanaman Obat Indonesia (1) Jilid I.
e. Uji daya lekat rata rata yang dihasilkan Jakarta. Departemen Kesehatan dan
: Kesejahteraan Sosial Republik
Krim I : 4,43 detik Indonesia.
Krim II : 5,4 detik [10] Harbrone. JB, 1987. Metode Fitokimia
Krim III : 4,43 detik :Penuntun Cara Modern Menganalisis
f. Uji daya proteksi krim I,II dan III Tumbuhan, Terbitan Kedua, ITB :
memberikan proteksi terhadap Bandung Kim Nio, Ocy.,1989. Zat-zat
pengaruh basa toksik yang secara alamiah ada pada
g. Tipe krim I,II dan III M/A (minyak tumbuhan nabati. Cermin Dunia
dalam air) Kedokteran, No.58.
[11] tfun, N dan Karyajit. D, Sanker. 2008.
3.2. Saran Kimia Untuk Mahasiswa Farmasi
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Kimia Organik Alam dan Umum.
untuk bisa mengembangkan hasil Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
penelitian ini supaya untuk menimbulkan [12] Markham. R. 1988. Cara
efek yang lebih sempurna dan efektif Mengidentifikasi Senyawa Flavonoid,
dalam pemakaian krim dari isolasi daun Bandung : ITB.
Sirih (Piper Betle Linn.). [13] Syamsuni. HA. 2007. Ilmu Resep.
2. Perlu dilakukan Uji KLT lebih lanjut Jakarta: ECG.
mengenai kandungan kimia pada daun [14] Voigt.R. 1994. Buku Pelajaran
Sirih. Teknologi Farmasi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Pustaka
[1] Ansel, C. Howard. 1986. Pengantar
Bentuk Sediaan Farmasi Edisi
keempat. Jakarta: UIPress.
[2] Anief, M. 1997.
Farmasetika.Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
[3] Direktorat Jendral Badan Pengawasan
Obat dan Makanan 1979. Farmakope
Indonesia Edisi 3. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
[4] Direktorat Jendral Badan Pengawasan
Obat dan Makanan 1986. Sediaan
Galenik. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
[5] Direktorat Jendral Badan Pengawasan
Obat dan Makanan 1995. Farmakope
Indonesia edisi IV. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
[6] Direktorat Jendral Badan Pengawasan
Obat dan Makanan 1985. Cara
Pembuatan Simplisia. Jakarta.

ISSN : 2355-1313 28
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

OPTIMIZATION OF OINTMENT WHICH CONTAINING EUGENOL


ISOLATION OF OIL CLOVE (Eugenia caryophylatta Thunb.)
OPTIMASI SEDIAAN SALEP YANG MENGANDUNG EUGENOL DARI
ISOLASI MINYAK CENGKEH (Eugenia caryophylatta Thunb.)
Eka Putri Susilowati 1, Sri Saptuti Wahyuningsih2
Pharmacy Undergraduate Programm Study
Of Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo
fian_alfi34@yahoo.co.id

Abstract
Background : Optimization is an attempt that be made to obtain the better final result. Eugenol
compound is the major component that contained in oil of cloves (Eugenia caryophylatta thunb.) with
the content that can reach 70-96 %. Eugenol compound having pharmacological activity as an
analgesic, muscle relaxation, anti-inflammatory, antimicrobial, antiviral, antifungal, antiseptic,
antispamosdik, anti-emetics, stimulants, local anesthetic so the compound is widely used in the
pharmaceutical industry.
Objective: To identify whether eugenol oil can be formulated to be ointment formulation and to
measure the right concentration of eugenol oil to get the formula optimized.
Methods :This study was an experimental research with posttest only design approach. The study is
made of two levels of ointment with 2% and 5% eugenol concentration and every concentration is
done 3x replication after the evaluation test for each of the ointment than the evaluation results of the
test were analyzed using two independent test side.
Result: from the analysis of organoleptic the both showed similar results except the color of the
ointment for 2% is whitish yellow and 5% is amber. pH test results for all ointments showed the same
value, namely 5. Homogeneity test results for all the ointments is homogeneous. The protection test
results for the two concentrations is provides protection. Adhesiontest resultsforboth
concentrationsthatHois acceptedwhichmeans nosignificant difference. Test resultsdispersive powerno-
loadandload50gHois acceptedwhichmeans nosignificant difference, toload100gHo is
rejectedwhichmeans thatthere are significant differences.
Conclusion: ointment dosage levels of the active substance eugenol at 5% more than the optimal
levels ointment with 2% active ingredient eugenol.
Keywords: eugenol oil, ointment dosage optimization

Abstrak
Latar Belakang: Optimasi merupakan usaha yang dilakukan untuk memperoleh hasil akhir yang lebih
baik.Senyawa eugenol merupakan komponen utama yang terkandung dalam minyak cengkeh
(Eugenia caryophylatta Thunb.) dengan kandungan mencapai 70%- 96%. Senyawa eugenol
mempunyai aktivitas farmakologi sebagai analgesik, relaksan otot, antiinflamasi, antimikroba, antiviral,
antifungal, antiseptik, antispamodik, antiemetik, stimulan, anastetik lokal.
Tujuan: Dapatkah minyak eugenol diformulasi dalam bentuk salep dan pada konsentrasi berapakah
minyak eugenol dapat diformulasi dalam bentuk salep.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan posttest only design.
Pada penelitian ini dibuat dua sediaan salep dengan kadar minyak eugenol 2% dan 5%. Masing-
masing konsentrasi dilakukan 3x replikasi setelah itu dilakukan uji evaluasi untuk masing-masing
sediaan salep lalu dari hasil uji evaluasi tersebut data dianalisis menggunakan uji t independent two
side.
Hasil: dari hasil analisis data untuk organoleptis dari kedua kadar menunjukkan hasil yang sama
kecuali warna sediaan untuk 2% kuning keputihan untuk 5% kuning kecoklatan. Hasil uji pH untuk
semua sediaan menunjukkan nilai yang sama yaitu 5. Hasil uji homogenitas untuk semua sediaan
sama yaitu homogen. Hasil uji proteksi untuk kedua konsentrasi sama yaitu memberikan proteksi.
Hasil uji daya lekat untuk kedua konsentrasi yaitu Ho diterima yang berarti tidak ada perbedaan yang
signifikan. Hasil uji daya sebar tanpa beban dan beban 50g Ho diterima yang berarti tidak ada
perbedaan yang signifikan, untuk beban 100g Ho ditolak yang berarti ada perbedaan yang signifikan.
Kesimpulan: eugenol dapat dibuat dalam sediaan salep. Berdasarkan hasil uji mutu fisik sediaan,
salep dengan eugenol 5% menunjukkan hasil yang optimal.
Kata kunci: eugenol, minyak cengkeh, optimasi sediaan salep

ISSN 2355-1313 29
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

PENDAHULUAN menyegarkan dan pedas seperti bunga


Semakin berkembangnya ilmu cengkeh kering, memberikan aroma yang khas
pengetahuan dan tekhnologi, perkembangan pada minyak cengkeh, dimana senyawa ini
di dunia farmasi pun tak ketinggalan.Semakin banyak dibutuhkan oleh berbagai industri yang
hari semakin banyak jenis dan ragam penyakit saat ini sedang berkembang.
yang muncul.Perkembangan pengobatanpun Senyawa eugenol mempunyai
terus dikembangkan.Berbagai macam bentuk aktivitas farmakologi sebagai analgesik,
sediaan obat, baik itu liquid, solid dan antiinflamasi, antimikroba, antiviral, antifungal,
semisolid telah dikembangkan oleh ahli antiseptik, antispamosdik, antiemetik, stimulan,
farmasi dan industri. anastetik lokal sehingga senyawa ini banyak
Ahli farmasi mengembangkan obat dimanfaatkan dalam industri farmasi.
untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, Begitupun dengan salah satu turunan senyawa
yang bertujuan untuk memberikan efek terapi eugenol, yaitu isoeugenol yang dapat
obat, dosis yang sesuai untuk dikonsumsi oleh dipergunakan sebagai bahan baku obat
masyarakat.Salah satunya adalah sediaan antiseptik dan analgesik (Sharma et al., 2006).
semisolid, sediaan semisolid ditujukan sebagai Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pemakaian luar seperti krim, salep, gel, kadar konsentrasi zat aktif (eugenol) yang
balsam, pasta dan suppositoria yang sesuai untuk sediaan salep yang optimal.
digunakan melalui rektum.Kelebihan dari Hipotesis nya adalah tidak ada perbedaan
sediaan semisolid yaitu praktis, mudah yang signifikan optimasi salep yang
dibawa, mudah dipakai, mudah pada mengandung eugenol 2% dan 5%.
pengabsorbsiannya.Juga untuk memberikan
perlindungan pengobatan terhadap METODE PENELITIAN
kulit.Sediaan semisolid memiliki kekurangan, Penelitian ini dilaksanakan di
salah satu diantaranya yaitu mudah ditumbuhi Laboratorium Teknologi Farmasi Poltekkes
mikroba.Untuk mengurangi kekurangan Bhakti Mulia Sukoharjo pada bulan februari
tersebut, para ahli farmasis harus bisa 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian
memformulasikan dan memproduksi sediaan eksperimental. Dengan pendekatan posttest
secara tepat. Dengan demikian, farmasis only design. Variabel dalam penelitian ini
harus mengetahui langkah-langkah yang tepat adalah variabel bebas yaitu kadar eugenol dan
untuk meminimalisir kejadian yang tidak variabel terikat yaitu uji mutu fisik salep.
diinginkan. Dengan cara melakukan,
menentukan formulasi dengan benar dan Bahan Penelitian
memperhatikan konsentrasi serta karakteristik Bahan yang digunakan dalam
bahan yang digunakan dan dikombinasikan penelitian ini adalah minyak eugenol (Eugenia
dengan baik dan benar. Salep (unguents) caryophylatta Thunb), menthol, lemak bulu.
adalah preparat setengah padat untuk Penelitian ini dilakukan dengan membuat 2
pemakaian luar (Chaerunnisa, 2009). formula salep dengan konsentrasi eugenol
Komposisi salep terdiri dari bahan obat atau masing-masing 2 % dan 5%. Masing-masing
zat aktif dan basis salep atau biasa dikenal formula dilakukan rreplikasi sebanyak 3 x
dengan sebutan zat pembawa bahan aktif kemudian dilakukan evaluasi sediaan.
.Salep memiliki fungsi sebagai bahan
pembawa zat aktif untuk mengobati penyakit Tabel 1 Variasi Formula Salep
pada kulit, sebagai pelumas pada kulit dan Bahan Formula I Formula II
berfungsi sebagai pelindung kulit(Anief, 2007). Eugenol 2 5
Senyawa eugenol merupakan Menthol 10 10
komponen utama yang terkandung dalam Lemak bulu 100 100
minyak cengkeh (Syzygium aromaticum), ad
dengan kandungan dapat mencapai 70-96%,
dan walaupun minyak cengkeh mengandung Prosedur Penelitian
beberapa komponen lain seperti eugenol 1. Proses isolasi eugenol dari minyak cengkeh
asetat dan -caryophyllene tetapi yang paling a. 10 ml minyak cengkeh ditambah KOH 1
penting adalah senyawa eugenol, sehingga N, dikocok selama 5 menit kemudian
kualitas minyak cengkeh ditentukan oleh dipanaskan di atas waterbath selama
kandungan senyawa tersebut, semakin tinggi 10 menit. Dilakukan pengocokan
kandungan eugenolnya maka semakin baik kembali selama 5 menit.
kualitasnya dan semakin tinggi nilai jualnya. b. Ditambah KOH ad basa dikocok
Senyawa eugenol yang merupakan cairan selama 5 menit
bening hingga kuning pucat, dengan aroma c. Diekstraksi dengan 30 ml eter

ISSN 2355-1313 30
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

d. Fase air ditambah H2SO4 1 N ad pada bagian pinggir dibasahi dengan


netral, ekstraksi dengan 3 x 10 ml eter parafin cair. Setelah kering akan didapat
e. Dilakukan penguapan sampai fase eter area yang dibatasi dengan parafin tersebut.
habis (tidak ada bau eter dan Kemudian kertas saring yang diolesi salep
gelembung udara) ditempelkan di bawah kertas saring yang
2. Pembuatan salep diberi batas dengan paraffin liq. Area
a. Mentol dimasukkan ke dalam mortir tersebut dibasahi dengan larutan NaOH
ditambah dengan spiritus fortior 3 tetes (0,1N).Pengamatan dilakukan pada kertas
gerus ad larut. saring yang telah dibasahi dengan larutan
b. Lemak bulu dimasukkan ke dalam PP pada waktu 15, 30, 45, 60 detik, 3 dan 5
mortar sedikit demi sedikit kemudian menit.
diaduk sampai tercampur homogeny
c. Ditambahkan eugenol dicampur Analisa Data
homogeny Data yang diperoleh dari hasil pengujian sifat
d. Dimasukkan ke dalam pot salep fisika gel dianalisis secara statistic
menggunakan uji t independent sample test
Evaluasi Sifat Fisika Sediaan Salep dengan taraf kepercayaan 95%. Metode uji t
1. Organoleptis salep independent sample test digunakan untuk
Pengamatan meliputi bentuk, warna dan mengetahui adanya perbedaan variasi
bau konsentrasi eugenol terhadap masing-masing
uji dilihat dari nilai t hitungnya (Atmadja, 2006)
2. pH
Memasukkan indikator universial ke dalam HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
sediaan salep dan dilihat perubahan warna Isolasi eugenol dari minyak cengkeh
yang terjadi pada indikator tersebut. (Eugenia caryophylatta Thunb)
Kemudian dibandingkan dengan standart Evaluasi Sifat Fisika Sediaan Salep
indikator yang ada. Eugenol (Eugenia caryophylatta Thunb)
Hasil evaluasi sifat fisika salep eugenol terlihat
3. Homogenitas pada tabel 4.1 dan 4.2. Formula optimum
Mengoleskan sediaan salep pada preparat salep eugenol (Eugenia caryophylatta Thunb)
kaca kemudian diamati apakah bahan- yaitu formula salep yang mengandung eugenol
bahan yang digunakan tersebut terdispersi 5 %. Hasil uji t independent sample tes pada
merata pada lempeng kaca tersebut. tabel 4.6 menunjukkan bahwa variasi
konsentrasi eugenol memberikan perbedaan
4. Daya Lekat yang signifikan terhadap sifat fisika salep yang
Salep 0,5 g diletakkan di atas obyek glass meliputi organoleptis, pH, homogenitas, daya
yang telah ditentukan luasnya. Kemudian sebar, daya lekat, dan daya proteksi (p <
diletakkan obyek glass yang lain di atas 0,05).
salep tersebut, ditekan dengan beban 500
g selama 5 menit. Dilepaskan beban 80 g Tabel 2. hasil uji evaluasi formula I
pada ujung alat dan mencatat waktu ketika Uji FORMULA I
kedua obyek glass tersebut saling terlepas Evaluasi
(Miranti, 2009) I II III
Organole
5. Daya Sebar ptis
Sebanyak 0,5 g salep diletakkan di tengah Warna Kuning Kuning Kuning
alat ekstensometer. Ditimbang dulu keputihan keputih keputihan
penutup kaca ekstensometer kemudian an
diletakkan di atas massa sediaan salep Bau Khas Khas Khas
selama 1 menit. Diukur diameter sediaan aromatic aromati aromatic
yang menyebar dengan mengambil rata- k
rata diameter dari beberapa sisi. Bentuk Salep Salep Salep

6. Daya Proteksi Uji pH 5 5 5


Diambil sepotong kertas saring (10 cm x 10
cm) dibasahi dengan larutan PP sebagai Homogen Homogeny homog homogen
indikator kemudian dikeringkan. Diolesi itas en y
dengan sediaan pada kertas saring. Pada
kertas saring yang lain (2,5 cm x 2,5 cm)

ISSN 2355-1313 31
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

Daya Uji daya


proteksi sebar
15 - - - Tanpa 10,57 cm2 10,57 11,15
30 - - - beban cm2 cm2
45 - - - Rata-rata 10,76 cm2
60 - - -
2 2
3 - - - Beban 13,20 cm 13 cm 13,42
5 - - - 50g cm2
Rata- 13,21 cm2
Uji daya 7,15 detik 6,08 7,11 detik rata
lekat detik
Rata-rata 6,78 detik Baban 15,90 cm2 15,90 15,92
Uji daya 100g cm2 cm2
sebar Rata- 15,91 cm2
Tanpa 10,18 cm2 10,18 cm2 9,08 rata
beban cm2
Rata-rata 9,81 cm2
Pembahasan
Beban 12,37 cm 2
12,57 13,22 Penelitian ini dilakukan untuk
50g cm2 cm2 membuat suatu sediaan salep yang optimal
Rata- rata 12,72 cm2 dengan bahan aktif yang dipilih adalah
eugenol dari isolasi minyak cengkeh. Salep ini
Baban 100g 14,98 14,52 15,20 dapat bermanfaat sebagai analgetik, relaksan
cm2 cm2 cm2 otot, penghangat, antiinflamasi. Pada
Rata- rata 14,90 cm2 penelitian ini salep dibuat dengan dua kadar
eugenol yang berbeda yaitu 2% dan 5%. Pada
penelitian ini basis salep yang digunakan
Tabel 3 Hasil uji evaluasi formula II adalah lemak bulu yang termasuk dalam dasar
salep serap anhidrous, dasar salep ini tidak
Uji FORMULA II mengandung air, jika menyerap air
Evaluasi I II III membentuk emulsi tipe a/m. Kelebihan dari
Organole basis ini yaitu dapat meningkatkan adsorbsi
ptis terhadap zat aktif dan mempertahankan
Warna Kuning Kuning Kuning keseragaman konsistensi salep.
Kecoklata Kecoklata Kecoklat Dari pembuatan salep eugenol minyak
n n an cengkeh didapatkan hasil uji evaluasi sebagai
Bau Khas Khas Khas berikut:
aromatik aromatik aromatic
Bentuk Salep Salep Salep 1. Organoleptis
Uji organoleptis adalah pengujian yang
Uji pH 5 5 5 meliputi pengamatan terhadap bentuk, warna,
dan bau salep tersebut. Parameter kualitas
Homoge Homogen Homogen Homoge salep yang baik adalah bentuk sediaan
nitas n setengah padat, salep berbau khas ekstrak
yang digunakan dan berwarna seperti ekstrak.
Daya Dari dua kadar 2% dan 5% terlihat bentuk
proteksi sediaan setengah padat. Warna sediaan untuk
15 - - - kadar 2% yaitu berwarna kuning keputihan
30 - - - sedangkan untuk kadar 5% yaitu berwarna
45 - - - kuning kecoklatan, sedangkan bau sediaan
60 - - - dengan kadar eugenol 2% tidak begitu berbau
3 - - - cengkeh dibandingkan dengan kadar eugenol
5% yang berbau khas aromatik cengkeh, jika
5 - - -
dilihat dari organoleptis kadar yang lebih
optimal adalah salep dengan kadar eugenol
Uji daya 5,69 detik 6,63 detik 6,43
5% karena memiliki warna yang lebih
lekat detik
mendekati dengan warna ekstrak yaitu coklat,
Rata-rata 6,25 detik selain itu juga memiliki bau khas cengkeh yang
lebih kuat.

ISSN 2355-1313 32
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

sig > 0,05 yang berarti Ho diterima yaitu tidak


2. Uji pH ada perbedaan yang signifikan dari uji daya
Berdasarkan hasil pengujian pH kedua kadar lekat kedua kadar salep tersebut. Jika dilihat
salep tersebut memiliki pH sediaan 5, pH dari rata-rata kedua kadar salep ini sudah
tersebut memenuhi persyaratan pH sediaan memenuhi parameter untuk daya lekat dari
topikal yaitu antara 4,5 6,5. Kulit yang normal sediaan salep, namun jika dilihat dari rata-rata,
memiliki pH antara 4,5 - 6,5 sehingga sediaan kadar yang lebih memiliki daya lekat yang
topikal harus memiliki pH yang sama dengan lebih lama yaitu salep dengan kadar eugenol
pH normal kulit tersebut. Kesesuaian pH kulit 2% hal ini bisa disebabkan karena pada kadar
dengan pH sediaan topikal mempengaruhi 2% penambahan eugenol lebih sedikit
penerimaan kulit terhadap sediaan. Sediaan dibanding yang 5% dimana eugenol disini
topikal yang ideal adalah tidak mengiritasi kulit. memiliki bentuk cair, sehingga kadar 2% lebih
Kemungkinan iritasi kulit akan sangat besar memiliki bentuk yang lebih padat dibanding
apabila sediaan terlalu asam atau terlalu basa, yang 5% hal ini dapat menyebabkan daya
jika dilihat dari uji pH dapat diketahui bahwa lekat dari kadar 2% lebih lama. Semakin
kedua salep tersebut sudah memenuhi meningkatnya konsistensi salep menyebabkan
persyaratan untuk pH sediaan topikal dan daya lekat dari salep juga meningkat. Semakin
sama-sama optimal. lama salep melekat pada kulit maka efek yang
ditimbulkan juga semakin besar. Salep
3. Homogenitas dikatakan baik jika daya lekatnya itu besar
Uji homogenitas menunjukkan susunan yang pada tempat yang diobati (misal kulit), karena
homogen karena pada bagian atas, tengah obat tidak mudah lepas sehingga dapat
dan bawah sediaan terdapat penyebaran menghasilkan efek yang diinginkan (Ansel,
partikel secara merata. Adapun syarat sediaan 1989).
yang baik adalah homogen (SNI, 1996).
Sediaan yang homogen akan memberikan Tabel 4. Uji Daya Lekat
hasil yang baik karena bahan obat terdispersi
95% CI of
dalam bahan dasarnya secara merata,
sehingga dalam setiap bagian sediaan Sig. Std. the
mengandung bahan obat yang jumlahnya (2- Mean Error Difference
sama. Jika bahan obat tidak terdispersi merata
dalam bahan dasarnya maka obat tersebut Si taile Differe Differe Low Uppe
tidak akan mencapai efek terapi yang F g. T Df d) nce nce er r
diinginkan jika dilihat dari uji homogenitas
,3 ,5 1,1 4 ,30 ,53000 ,45207 - 1,785
kedua kadar salep tersebut sudah memenuhi
persyaratan sediaan topikal yang baik dan 38 92 72 6 ,725 15
sama-sama optimal. 15

4. Uji Daya Proteksi 1,1 3,8 ,30 ,53000 ,45207 - 1,805


Hasil pengujian kemampuan proteksi 72 46 9 ,745 22
menunjukkan tidak timbulnya noda merah
pada semua sediaan salep hingga lebih dari 22
10 detik hal ini menunjukkan bahwa salep
memberikan proteksi. Basis salep yang baik 6. Uji daya sebar
dapat melindungi kulit dari pengaruh luar Pengujian daya sebar bertujuan untuk
seperti asam-basa, debu dan sinar matahari mengetahui daya penyebaran dari sediaan
pada waktu pengobatan, ditandai dengan tidak salep pada kulit yang diobati. Semakin
terbentuknya noda merah setelah meningkat konsistensi sediaan salep
penambahan NaOH. Berdasarkan hasil uji menyebabkan penurunan daya sebar pada
dapat dikatakan kedua salep dengan kadar masing-masing formula. Penurunan nilai daya
2% dan 5% memenuhi syarat uji daya proteksi sebar ini disebabkan karena perbedaan
dan sama-sama optimal. konsentrasi eugenol pada masing-masing
formula menyebabkan perbedaan viskositas
5. Uji Daya Lekat salep yang dihasilkan. Dimana viskositas gel
Syarat untuk waktu daya lekat yang baik berbanding terbalik dengan daya sebar salep.
adalah tidak kurang dari 4 detik.Berdasarkan Semakin tinggi konsistensi salep akan
hasil uji yang dilakukan semua sediaan salep meningkatkan tahanan salep untuk menyebar.
ini sudah memenuhi syarat daya lekat. Dari Sehingga makin besar daya menyebar salep,
hasil uji t independent two side menunjukkan

ISSN 2355-1313 33
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

maka ketersediaan obat untuk diabsorbsi doi: 10.1089/jmf.2010.0197. Epub


makin besar (Maulidaniar dkk, 2012) 2011 May 9
Guenther, E. 2007.Minyak Atsiri. Jilid 1.
Tabel. 5 Hasil uji Daya Sebar Terjemahan S Ketaren. Jakarta:
95% Penerbit Universitas Indonesia.
Confidenc Guenther, E. 2007.Minyak Atsiri. Jilid 1.
e Interval Terjemahan S Ketaren. Jakarta:
Sig. Std. of the Penerbit Universitas Indonesia.
(2- Mean Error Difference Maulidaniar, R., Rahima, S. R., Rita, M.,
Si taile Differe Differe Lowe Upp Hamidah, N. dan Yuda, A. W.
F g. T Df d) nce nce r er (2011).
7,4 ,05 - 4 ,007 - ,20044 - - Gel Asam Salisilat. Universitas
23 3 5,0 1,0066 1,563 ,450 Lambung Mangkurat Banjar Baru,
22 7 19 15 dipublikasikan.
- 2,0 ,037 - ,20044 - - Miranti, L. 2009. Pengaruh Konsentrasi Minyak
5,0 04 1,0066 1,867 ,146 Atsiri Kencur (Kaemferia galanga)
22 7 28 05 dengan Basis Salep Larut Air
Terhadap Sifat Fisik Salep dan Daya
Hambat Bakteri Staphyylococus
Dari hasil uji t independent two side untuk uji
aureus secara in Vittro (Skripsi).
daya sebar menunjukkan bahwa nilai sig <
Surakarta : Fakultas Farmasi
0,05 yang berarti ada perbedaan yang
Universitas Muhammadiyah.
signifikan antara salep dengan kadar eugenol
Saifullah, T.N, dan Rina Kuswahyuning, 2008,
2% dan 5%. Rata-rata daya sebar salep pada
Teknologi dan Formulasi Sediaan
kadar eugenol 5% lebih memiliki rata-rata daya
Semipadat, Pustaka Laboratotium
sebar yang lebih luas dibandingkan dengan
Teknologi Farmasi UGM, Yogyakarta.
salep dengan kadar eugenol 2%, dengan ini
Setiawan, Cisca. 1999. Tanaman Obat
dapat disimpulkan bahwa untuk uji daya sebar
Keluarga. Jakarta: PT Intisari
sediaan salep yang lebih optimal adalah salep
Mediatama
dengan kadar eugenol 5%.
Tjitrosoepomo, G. 2007. Taksonomi
Tumbuhan (Spermathophyta).
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Kesimpulan
Press.
1. Eugenol dapat dibuat dalam bentuk
Tranggono, RI, Latifah, F. 2007.Buku
sediaan salep. pembuatan sediaan
Pegangan Ilmu Pengetahuan
salep.
Kosmetika. PT. Gramedia :Jakarta
2. Berdasarkan hasil uji sifat fisika
Ulaen, Selfie P.J, dkk. 2012. Pembuatan
sediaan, salep dengan eugenol 5%
Salep Anti Jerawat Dari Ekstrak
menunjukkan hasil yang optimal.
Rimpang Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.). Manado:
DAFTAR PUSTAKA Poltekkes Kemenkes Manado.
www.ejurnal.poltekkesmanado.acid/in
Anief, Moh. 2007, Farmasetika. Yogyakarta: dex.php/jif/article/view/27
Diunduh pada tanggal 28 April 2014.
Universitas Gadjah Mada Press.
Ansel,H.C. 1989. Pengantar bentuk sediaan
farmasi ed.IV.Jakarta : Universitas
Indonesia Press.
haerunnisa, Anis Yohana. 2009. Farmasetika
Dasar. Widya Padjajaran: Bandung
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope
Indonesia ed.III. Jakarta: Depkes RI.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope
Indonesia ed.IV. Jakarta: Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2001. Inventaris
tanaman obat Indonesia (i) jilid
2.Jakarta: Depkes RI
Food,J Med. 2011, Antioxidant activity of
eugenol: a structure-activity
relationship study.Sep;14(9):975-85.
ISSN 2355-1313 34
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Uji Daya Analgetik Ekstrak Etanol Daun Seligi (Phyllanthus Buxifolius Muell .Arg) Terhadap
Mencit Galur Swiss
Inna Ayu Safitri1, Siwi Hastuti2
Program Studi DIII Kebidanan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

ABSTRACT: Background: Seligi (Phyllanthus buxifolius Muell. Arg) is a traditional herbal plant that
belived by people can be used as a drug for pain. The aim of this study is to know if Phyllanthus
buxifolius Muell. Arg has the effect to reduce of pain.
Objective: for understanding analgetic extract ethanol javelin leaf to the galur swiss mouse which is
disscused asetat acid.
Method: This experimental study. Animal used for experiment contains of male swiss mice were
divided randomly into 5 groups that consist of 5 mice each group, age 5 weeks, weight 20- 40 grams.
All mice used in this experiment were adapted with standart diet for three day and were fasting for 8
hours before used. First, second and third group were treated with ethanol extract of Phyllanthus
buxifolius 25 mg/20 gram BB, 50 mg/20 gram BB and 100 mg/20 gram BB dose orally. Fourth group is
the negative control group was given coconut oil orally. Fifth group is the positive control group was
given asetosal 1,1 mg/20 gram BB orally. After 60 minutes, all group were threated by acetic acid
0,1% injection intraperitoneally. Data is analized with normalitas test kolmogorov-smirnov, Test of
Homogenety of Variances continued with ANOVA test, Least Significant Difference (LSD) by using
SPSS.
Results: Statistik test show normal distributed data and homogen, there is significant difference
between analgetic capacity, ethanol extract of Phyllanthus buxifolius 25 mg, 50 mg, 100 mg
dose.there is no significant difference between analgetic capacity percent, ethanol extract Javelin leaf
100 mg dose with asetosal dose.
Conclusion: Ethanol extract of Phyllanthus buxifolius leaf in 100 mg/ 20 gram BB dose has the same
ability analgetik capacity with asetasol in 1,1 mg/ 20 gram BB dose mouse.
Keywords: Analgetic Activity, seligi leaves, Swiss Mice

ABSTRAKSI: Latar Belakang: Seligi (Phyllanthus buxifolius Muell. Arg) merupakan tanaman obat
tradisional yang dipercaya masyarakat dapat digunakan sebagai obat nyeri. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui apakah daun seligi memiliki efekmenurunkan rasa nyeri.
Tujuan: untuk mengetahui daya analgetik ekstrak etanol daun seligi terhadap mencit galur swiss yang
diinduksi asam asetat
Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental. Digunakan hewan coba mencit swiss jantan
umur 5 minggu dengan bobot 20-40 gram. Dibagi dalam 5 kelompok, masing-masing terdiri dari 5
ekor mencit. Semua kelompok diadaptasikan terlebih dahulu selama 3 hari. Sebelum digunakan
semua hewan coba di puasakan selama 8 jam tidak diberi makan namun diberi minum sepuasnya
kemudian dilakukan perlakuan secara peroral. Kelompok I, II, III sebagai kelompok perlakuan diberi
ekstrak etanol daun seligi dengan dosis 25 mg/20 gram BB, 50 mg/20 gram BB dan 100 mg/20 gram
BB. Kelompok IV sebagai kontrol negatif diberi minyak kelapa, kelompok V sebagai kontrol positif
diberi 1,1 mg/20 gram BB asetosal. Setelah 60 menit kelima kelompok disuntik asam asetat 0,1%
secara intraperitoneal kemudian diamati dan dihitung jumlah geliat mencit tiap 5 menit selama 60
menit. Data dianalisis dengan uji normalitas kolmogorov-smirnov, Test of Homogeneity of Variances
dilanjutkan dengan uji ANOVA, dan Least Significant Difference (LSD) dengan menggunakan SPSS.
Hasil: uji statistik menunjukkan data terdistribusi normal dan homogen, ada perbedaan yang
signifikan antara persen daya analgetik ekstrak etanol daun seligi dosis 25 mg, 50 mg dan 100 mg.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persen daya analgetik ekstrak etanol daun seligi dosis
100 mg dengan dosis asetosal.
Kesimpulan: Ekstrak etanol daun seligi pada dosis 100 mg/20 gram BB memiliki kemampuan daya
analgetik yang sama dengan asetosal pada dosis 1,1 mg / 20 gram BB mencit.
Kata kunci : Daya analgetik, Daun seligi, Mencit swiss.

1.1. PENDAHULUAN tradisional merupakan salah satu modal dasar


Masyarakat Indonesia sudah sejak pembangunan kesehatan nasional, di
zaman terdahulu mengenal dan indonesia disamping pelayanan formal,
memanfaatkan tanaman berkhasiat obat pengobatan dengan cara tradisional dan
sebagai salah satu upaya dalam pemakaian obat tradisional masih banyak
penanggulangan masalah kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat secara luas, baik di
dihadapi, jauh sebelum pelayanan kesehatan daerah pedesaan maupun daerah perkotaan.
formal dengan obat-obatan modern. Tanaman Pengobatan dengan cara tradisional dan

ISSN : 2355-1313 35
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

pemakaian obat tradisional masih banyak dibuat serbuk sebanyak 150 g selanjutnya
dilakukan oleh masyarakat secara luas. diekstraksi dengan cara remaserasi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan menggunaka etanol 96% sebanyak 1000 ml,
emosional yang tidak menyenangkan akibat ekstraksi merupakan suatu pemisahan
dari kerusakan jaringan yang aktual atau senyawa yang terkandung dalam bahan
potensia (Smeltzer, 2001). Keyakinan dan cair/padat dengan menggunakan pelarut
nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu tertentu pada temperatur tertentu (Anwar dkk,
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa 1994).
yang diharapkan dan apa yang diterima oleh Variabel bebas (independen) dalam
kebudayaan mereka (Potter, 2005). penelitian ini adalah variasi dosis ekstrak
Sejak dulu tanaman seligi sudah etanol daun seligi, dan variabel tergantung
digunakan sebagai obat nyeri terkilir oleh (dependen) dalam penelitian ini adalah respon
masyarakat. Namun tidak banyak orang yang jumlah geliat mencit sebagai efek analgetik.
mengenal tanaman seligi yang memiliki nama Sebelum melakukan penelitian
ilmiah Phyllanthus buxifolius Muell. Arg. Daun dilakukan orientasi waktu pemberian terlebih
seligi memiliki efek farmakologi dan memiliki dahulu, untuk mengetahui selisih jumlah geliat
aktivitas immunodulator serta dapat digunakan mencit dengan jangka waktu pemberian
sebagai analgesik pada sendi terkilir, induksi asam asetat yang berbeda yaitu, 5
kandungan kimia yang terdapat pada daun menit, 30 menit, dan 60 menit setelah
seligi antara lain : flafonoid, saponin, polifenol pemberian ekstrak etanol daun seligi dengan
(Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan dosis 50 mg/ 20 g BB. Orientasi ini bertujuan
Sosial RI Badan Penelitian dan untuk menentukan waktu pemberian induksi
Pengembangan Kesehatan,2000). asam asetat dengan dosis 300 mg/kg BB yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk paling baik dengan mengamati jumlah geliat
Membuktikan bahwa ekstrak etanol daun seligi dari masing-masing waktu yang ditentukan,
memiliki efek analgesik dan Membuktikan waktu dipilih yang paling sedikit menimbulkan
bahwa ekstrak etanol daun seligi dapat respon geliat pada mencit untuk dilakukan
mengurangi jumlah geliat mencit galur Swiss penelitian uji analgetik.
yang diinduksi asam asetat. Uji analgetik dilakukan dengan variasi
Hipotesis dalam penelitian ini adalah dosis 25 mg/ 20 g BB, 50 mg/ 20 g BB, dan
Ekstrak etanol daun seligi mempunyai efek 100 mg/ 20 g BB yang akan dibandingkan
daya analgetik pada hewan uji mencit. dengan kontrol positif yaitu asetosal dengan
dosis 1,1 mg/ 20 g BB dan kontrol negatif
1.2. METODE PENELITIAN (minyak kelapa) dengan volume 0,5 ml/ 20 g
Penelitian dilakukan di Laboratorium BB.
Farmakognosi & Farmakologi Farmasi Prodi Analisis hasi dilakukan dengan
DIII Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia.Waktu menghitung jumlah % daya analgetik tiap
pelaksanaan penelitian pada bulan Maret perlakuan kemudian diuji dengan
sampai Mei tahun 2014. Penelitian ini menggunakan One-Sample Kolmogorov-
merupakan penelitian eksperimental. Smirnov Test, kumudian dilakukan uji Test of
Populasi pada penelitian ini adalah daun Homogeneity of Variances, selanjutnya
seligi yang berasal dari tanaman seligi yang dilakukan uji ANOVA, dan terakhir dilakukan uji
ditanam di daerah Klaten, Jawa Tengah. Post Hoc Tests (LSD). Pengujian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan alat bantu SPSS for windows
adalah daun seligi (Phyllanthus buxifolius 18.
Muell. Arg). Hewan uji yang digunakan adalah 2.1. HASIL DAN PEMBAHASAN
mencit galur Swiss yang berumur 35 hari, Berdasarkan hasil penelitian,
dengan berat dewasa 20 sampai 40 gram, pengamatan, dan pengelolahan data dari hasil
yang dibagi menjadi 5 kelompok. Teknik praktikum uji daya analgetik ekstrak etanol
pengambilan tanaman seligi yaitu tanaman ini daun seligi terhadap mencit galur swiss
diambil secara random dengan memilih daun diperoleh hasil sebagai beriut :
yang tidak terlalu tua juga tidak terlalu muda 1. Hasil remaserasi daun seligi
dan masih segar dari daerah Klaten, Jawa a. Organoleptis remaserasi
Tengah. Bentuk : ekstrak kental
Simplisia nabati adalah simplisia yang Warna : hitam kehijauan
berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau Bau : aromatik
eksudat tanaman. Simplisia yang diperoleh Rasa : pahit
selanjutnya dilakukan sortasi, pencucian dan b. Hasil rendemen
pengeringan (Departemen Kesehatan Republik Hasil remaserasi serbuk daun seligi
Indonesia, 1985). Simplisia yang telah kering sebanyak 150 g dengan etanol 96 %

ISSN : 2355-1313 36
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

sebanyak 1000 ml diperoleh rendemen


sebesar 19,77 % b/b. Dosis 25 50 100 Aseto Kesimp
2. Hasil uji statistik mencit mg mg mg sal ulan
a. Orientasi
Hasil dari uji statistik pada saat orientasi signifik 0,9 0,9 0,9 0,992 > 0,05
diperoleh hasil one-sampel Kolmogorov- asi 74 45 99
Smirnov Test untuk orientasi waktu pemberian
ekstrak etanol daun seligi dan induksi asam Tabel 2.3. hasil uji statistik analgetik
asetat waktu pemberian 5 menit , 30 menit, one-sampel Kolmogorov-Smirnov Test
dan 60 menit yaitu :
Pada tabel 2.3 memperlihatkan nilai signifikasi
Waktu 5 30 60 kesimp > 0,05 data mempunyai varians yang sama,
induks menit menit menit ulan tidak ada perbedaan antara persen daya
i analgetik asetosal dan persen daya analgetik
0 1 0 pada ekstrak etanol daun seligi. Hasil Test of
signifi ,999 ,000 ,979 > 0,05 Homogeneity of Variances , diperoleh hasil
kasi nilai signifikasi 0,513 > 0,05 maka data
Tabel 2.1. Hasil Uji Statistik Orientasi One- mempunyai varian yang homogen.
Sampel Kolmogorov-Smirnov Test Berdasarkan uji anova, diperoleh hasil nilai
probablilitas yang tercantum pada kolom
Dari tabel 2.1 memperlihatkan nilai signifikasi > signifikasi 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, ada
0,05 maka H0 diterima, data terdistribusi perbedaan yang signifikan antara persen daya
normal. Hasil Test of Homogeneity of analgetik daun seligi. Berdasarkan hasil uji
Variances , diperoleh hasil nilai signifikasi Post Hoc Tests (LSD) diperoleh hasil sebagai
0,914 > 0,05 maka data mempunyai varian berikut :
yang homogen. Hasil uji anova, diperoleh
hasil nilai signifikasi 0,000 < 0,05 maka H0
ditolak ada perbedaan yang signifikan antara Dosis mencit Signafikasi Kesimpulan
orientasi waktu pemberian 5 menit, 30 menit, 25 mg dengan 50 0,000 <
dan 60 menit. Hasil Post Hoc Tests (LSD) mg 0,05
diperoleh hasil sebagai berikut
dengan 0,000 <
Waktu induksi Signafikasi Kesimpulan 100 mg 0,05

dengan 0,000 <


5 dengan 30 0,001 < 0,05 asetosal 0,05
menit menit
50 mg dengan 25 0,000 <
dengan 60 0,000 < 0,05 mg 0,05
menit
30 dengan 5 0,001 < 0,05 dengan 0,000 <
menit menit 100 mg 0,05

dengan 60 0,000 < 0,05 dengan 0,000 <


menit asetosal 0,05
60 dengan 5 0,000 < 0,05
menit menit 100 mg dengan 25 0,000 <
mg 0,05
dengan 30 0,000 < 0,05
menit dengan 50 0,000 <
mg 0,05
Tabel 2.2. Hasil Uji Statistik Orientasi Post Hoc dengan 0,823 >
Tests (LSD) asetosal 0,05

Pada tabel 2.2 diatas memperlihatkan nilai Asetosal dengan 25 0,000 <
signifikasi < 0,05 maka H0 ditolak, ada mg 0,05
0,000 <
perbedaan yang signifikan antara orientasi dengan 50 0,05
waktu pemberian. Sehingga digunakan waktu mg
yang paling lama untuk penelitian uji analgetik
yaitu 60 menit. dengan 0,823 >
100 mg 0,05
b. Uji analgetik
Hasil uji statistik one-sampel
Tabel 2.4. hasil uji statistik analgetik
Kolmogorov-Smirnov Test diperoleh hasil
Post Hoc Tests (LSD)
sebagai berikut :

ISSN : 2355-1313 37
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Dari tabel 2.4 memperlihatkan nilai


signifikasi < 0,05 maka H0 ditolak, ada
perbedaan yang signifikan antara dosis ekstrak
etanol daun seligi. dan untuk dosis 100 mg dan
asetosal mempunyai signifikasi 0,823 > 0,05
maka H0 diterima, tidak ada perbedaan yang
signifikan antra dosis ektrak etanol daun seligi
dan dosis asetosal.
Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan metode kimia yang
menggunakan mencit sebagai hewan uji dan
asam asetat sebagai perangsang terbentuknya
prostaglandin untuk pengujian analgetik. Gambar 2.2. Grafik jenis perlakuan versus
Mencit putih jantan digunakan dengan alasan rata-rata jumlah geliat
kondisi biologisnya stabil bila dibandingkan
dengan mencit betina yang kondisi biologisnya Grafik pada gambar 4.3 diatas memperlihatkan
dipengaruhi masa siklus esterus. bahwa percobaan pada mencit dengan kontrol
Proses untuk mengetahui daya analgetik negatif (minyak) memiliki rata-rata jumlah
ekstrak etanol daun seligi terhadap mencit geliat yang paling besar dibanding dengan
galur swiss dilakukan dengan membagi hewan percobaan pada mencit dengan esktrak etanol
uji menjadi lima kelompok yang masing- daun seligi dosis 25 mg, 50 mg, 100 mg, dan
masing kelompok terdiri dari lima ekor mencit. juga kontrol positif (asetosal).
Variasi dosis yang digunakan adalah dosis 25
mg, 50 mg dan 100 mg, persen daya analgetik
dari variasi dosis tersebut akan
dibandingkangkan dengan persen daya
analgetik kontrol positif yaitu asetosal dengan
dosis 1,1 mg / 20 g BB mencit dan kontrol
negatif yaitu minyak kelapa dengan volume
pemberian 0,5 ml/ 20 g BB. Pengamatan
dilakukan berdasarkan jumlah geliat yang
merupakan reaksi nyeri yang diperlihatkan
oleh hewan uji, pengamatan dilakukan selama
1 jam dengan durasi pengamatan setiap 5
menit sekali.
Gambar 2.3. Rata-rata persen daya analgetik
setiap perlakuan

Grafik pada gambar 4.4 diatas dapat


dilihat bahwa rata-rata jumlah persen daya
analgetik untuk kontrol positif (asetosal) dan
ekstrak etanol daun seligi pada dosis 100 mg
mempunyai persen daya analgetik yang
hampir sama dibandingkan dengan dosis 25
mg dan dosis 50 mg.
Gambar 2.1. Grafik waktu pengukuran versus Uji statistik yang dilakukan yaitu,
jumlah geliat Langkah pertama data diuji dengan
menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-
Dari grafik pada gambar 2.1. memperlihatkan Smirnov Test, dan untuk memberi nilai tentang
geliat paling banyak terjadi pada kontrol negatif hasil analisis apabila terdapat perbedaan rata-
(minyak kelapa) dan geliat paling sedikit pada rata variabel uji, maka dibuat H0 dan H1. H0
kontrol positif (asetosal) dan pada ekstrak merupakan persen daya analgetik asetosal
etanol daun seligi dosis 100 mg. dan persen daya analgetik ekstrak etanol daun
seligi dosis 25 mg, 50 mg, dan 100 mg adalah
sama. H1 merupakan persen daya analgetik
asetosal dan persen daya analgetik ekstrak
etanol daun seligi dosis 25 mg, 50 mg, dan
100 mg adalah tidak sama/berbeda. Untuk
menguji varian apabila probabilitas/ signifikasi
> 0,05 maka data mempunyai varians yang

ISSN : 2355-1313 38
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

sama maka H0 diterima. Berdasarkan hasil uji 2. Berdasarkan hasil penelitian


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test nilai ekstrak etanol daun seligi
signifikasi bahan asetosal 0,992 > 0,05, mempunyai efek daya analgetik
ekstrak etanol daun seligi dosis 25 mg terhadap hewan uji mencit.
signifikasi 0,974 > 0,05 , ekstrak etanol daun Ekstrak etanol daun seligi pada
seligi dosis 50 mg signifikasi 0,945 > 0,05, dan dosis 100 mg/ 20 g BB mencit
ekstrak etanol daun seligi dosis 100 mg memiliki rata-rata persen daya
signifikasi 0,999 > 0,05, maka dari data analgetik yang sama dengan
tersebut dapat diketahui data yang diperoleh asetosal dosis 1,1 mg / 20 g BB
terdistribusi normal. mencit.
Langkah selanjutnya data di uji 3. Berdasarkan uji statistik data yang
menggunakan uji Test of Homogeneity of diperoleh terdistribusi normal dan
Variances, yaitu diperoleh hasil nilai signifikasi data mempunyai varians yang
0,513 > 0,05 maka data yang diperoleh homogen. Hasil uji ANOVA, ada
mempunyai varian yang homogen. Kemudian perbedaan yang signifikan antara
dilakukan uji oneway ANOVA, berdasarkan persen daya analgetik ektrak etanol
hasil uji oneway ANOVA, nilai probablilitas daun seligi dan asetosal. Hasil uji
yang tercantum pada kolom signifikasi, 0,000 Post Hoc Tests (LSD) diperoleh hasil
< 0,05 maka H0 ditolak, ada perbedaan yang persen daya analgetik ektrak etanol
signifikan antara persen daya analgetik daun daun seligi pada dosis 100 mg/ 20 g
seligi, selanjutnya dilakukan uji Post Hoc Tests BB mencit memiliki kemampuan
(LSD) diperoleh hasil signifikasi 0,000 < 0,05 daya analgetik yang sama dengan
untuk dosis mencit 25 mg dengan 50 mg, asetosal pada dosis 1,1 mg / 20 g
dosis 25 mg dengan 100 mg, dosis 25 mg BB mencit.
dengan asetosal maka H0 ditolak, ada
perbedaan yang signifikan antara dosis 3.2. SARAN
pemberian ekstrak etanol daun seligi dan 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
asetosal. Dosis pemberian 50 mg dengan 25 mengenai kandungan atau khasiat yang
mg, 50 mg dengan 100 mg, 50 mg dengan terdapat didalam ekstrak etanol daun
asetosal mempunyai nilai signifikasi 0,000 < seligi yang memberikan efek analgetik
0,05 maka H0 ditolak, ada perbedaan yang pada hewan uji.
signifikan antara dosis pemberian ekstrak 2. Perlu dilakukan penelitian secara fitokimia
etanol daun seligi dan asetosal. Dosis pada ekstrak etanol daun seligi, misalnya
pemberian 100 mg dengan 25 mg, 100 mg dilakukan isolasi dan perhitungan kadar
dengan 50 mg mempunyai nilai signafikasi flavonoid yang terdapat dalam daun seligi.
0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, ada perbedaan 3. Perlu adanya penurunan dosis asam
yang signifikan antara dosis pemberian asetat yang digunakan, karena dosis 300
ekstrak etanol daun seligi dan asetosal, tetapi mg/kg BB menimbulkan jumlah geliat
untuk dosis 100 mg dengan asetosal yang sangat banyak terhadap hewan uji,
mempunyai nilai signafikasi 0,823 > 0,05 maka misalnya diturunkan menjadi 100 mg/kg
H0 diterima, tidak ada perbedaan yang BB.
signifikan antara dosis pemberian ekstrak 4. Perlu dilakukan penelitian secara in vivo
etanol daun seligi dan asetosal. Dosis yang lain terhadap ekstrak etanol daun
pemberian asetosal dengan 25 mg, asetosal seligi, misalnya terhadap efek
dengan 50 mg mempunyai nilai signafikasi antiinflamasi dan antipiretik.
0,000 < 0,05 maka H0 ditolak, ada perbedaan
yang signifikan antara dosis pemberian REFERENSI
ekstrak etanol daun seligi dan asetosal, tetapi [1] Departemen Kesehatan dan
untuk dosis asetosal dengan 100 mg Kesejahteraan Sosial RI Badan
mempunyai nilai signafikasi 0,823 > 0,05 maka Penelitian dan Pengembangan
H0 diterima, tidak ada perbedaan yang Kesehatan. 2000. Inventaris tanaman
signifikan antara dosis pemberian ekstrak Obat Indonesia (1) Jilid I. Jakarta.
etanol daun seligi dan asetosal. Departemen Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial RI.
3.1 Kesimpulan [2] Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar
1. Hasil remaserasi ekstrak etanol Fundamental : Konsep, proses dan
daun seligi diperoleh rendemen praktek. Edisi 4 . Jakarta. EGC.
ekstrak kental sebesar 19,77 % [3] Smeltzer, S.C . 2001. Keperawatan
b/b. Medikal Bedah Brunner dan Suddart.

ISSN : 2355-1313 39
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Edisi 8, Vol 2. Jakarta : Buku menggunakan pelarut tertentu pada


kedokteran. temperatur tertentu (Anwar dkk, 1994).
[4] Ekstraksi merupakan suatu pemisahan [5] Departemen Kesehatan Republik
senyawa yang terkandung dalam Indonesia. 1985. Cara Pembuatan
bahan cair/padat dengan Simplisia. Dirjen Jakarta :
Pengawasan Obat dan Makanan.

ISSN : 2355-1313 40
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Pola Pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pasien Pediatrik Rawat Inap Di RSUD
Karanganyar Bulan November 2013-Maret 2014
Mega Kusumanata1, Susi Endrawati2
Program Studi D III Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia

ABSTRACT: Background: Acute respiratory infection is an acute infection that attracks the respiratory
tract (from nose to alveoli). It includes rhinitis, sinusitis, pharingitis, laryngitis, epiglotis, tonsilitis, otitis,
bronchial infection on bronchus, broncholitis and pneumonia.
Objective: The result to view description on the pattern of acute respiratory infection medication of the
hospitalized pediatrict patients at the Local General Hospital of karanganyar in the month November
2013-March 2014, and determine compliance with the medication management guidelines of World
Health Organization (WHO): Model Formulary for Children 2010 and the Ministry of Health of the republic
Indonesia: Pharmaceutical Care for Respiratory Infection Disease 2005.
Method: This research used non-experiment method with the descriptif non-analytical approach. The data
of the research were the medical records of the hospitalized pediatric patients at the Local general
hospital of Karanganyar who suffered from the acute respiratory infection.
Result: The result of the research show that of the 32 padiatrict patient suffering from the acute
respiratory infection, 53% are male and 47% are female. The therapies administered to the clients are
principal therapy (antibiotics) and supportive therapy (simptomatics). The evaluation on the therapies
shows that 91% the therapies are right dosage and 9% are not right dosage.
Conclution: In general, the pattern of the medication administered to the pediatrict patients suffering from
the ARI has been appropriate with the medication management guidelines of World Health Organization
(WHO): Model Formulary for Children 2010 and the Ministry of Health of the republic Indonesia:
Pharmaceutical Care for Respiratory Infection Disease 2005.
Keywords: Acute Respiratory Infection (ARI), pediatrict, medication and infection.

ABSTRAKSI: Latar Belakang: Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
menyerang saluran pernafasan (hidung sampai alveoli). Infeksi saluran nafas akut meliputi rhinitis,
sinusitis, faringitis, laryngitis, epiglotis, tonsilitis, otitis, infeksi pada bronkus, alveoli, bronkhiolitis dan
pneumonia.
Tujuan: Penelitian ini untuk melihat gambaran pola pengobatan pada kasus iSPA pasien pediatrik rawat
inap di RSUD Karanganyar pada bulan November 2013-Maret 2014, dan mengetahui kesesuaiannya
dengan pedoman penatalaksanaan menurut World Health Organization (WHO): Model Formulary for
Children 2010 dan Depkes RI: Pharmaceutical Care untuk penyakit Infeksi Saluran Pernafasan 2005.
Metode: Penelitian ini menggunakan penelitian Non Eksperimen dengan pendekatan deskriptif non
analitik dan pengumpuan data retrospektif terhadap data rekam medis pasien ISPA pediatrik.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 32 kasus ISPA pediatrik, 53 % diantaranya pasien laki-
laki dan sisanya 47 % perempuan. Terapi ISPA dilakukan dengan terapi pokok (antibiotik) dan terapi
suportif (simptomatik). Evaluasi terapi menunjukkan bahwa 91 % tepat dosis dan 9 % tidak tepat dosis.
Kesimpulan: Secara umum pola pengobatan pasien ISPA pediatrik telah sesuai dengan pedoman
penatalaksanaan dari WHO: Model formulary for Children 2010 dan Depkes RI: Pharmaceutical Care
untuk Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan 2005.
Kata Kunci: Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Pediatrik, Pengobatan, Infeksi.

1.1. PENDAHULUAN sistem pertahanan tubuh anak masih rendah.


Penyakit yang paling banyak diderita oleh Kejadian penyakit batuk-pilek pada balita di
masyarakat salah satunya adalah ISPA (Infeksi Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per
Saluran Pernafasan Akut). Sebagian besar dari tahun, yang berarti seorang balita rata-rata
infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan mendapat serangan batuk-pilek sebanyak 3
seperti batuk-pilek, disebabkan oleh virus, dan sampai 6 kali setahun.
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah
Infeksi saluran pernafasan bagian atas terutama suatu penyakit yang paling banyak diderita oleh
yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada anak-anak baik di negara berkembang maupun
semua golongan masyarakat pada bulan-bulan negara maju dan banyak dari mereka perlu
musim dingin. Penyakit ISPA merupakan masuk rumah sakit karena penyakit tersebut.
penyakit yang sering terjadi pada anak, karena Penyakit-penyakit saluran pernafasan pada
ISSN : 2355-1313 41
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi RSUD Karanganyar bulan November 2013-
kecacatan sampai pada masa dewasa. Infeksi Maret 2014, kemudian dianalisis dengan metode
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih deskriptif non analitik dan disajikan dalam
merupakan masalah kesehatan yang paling bentuk tabel, diagram atau grafik serta dihitung
penting karena menyebabkan kematian bayi dan persentasenya.
balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 Uji validitas dalam penelitian ini adalah
kematian yang terjadi. Kematian yang terbesar validasi lapangan. Tujuan validasi untuk
umumnya adalah karena pneumonia dan pada mengetahui data yang diambil valid atau tidak
bayi berumur kurang dari 2 bulan. Hingga saat valid, sebagai bukti bahwa data yang diambil
ini, angka mortalitas ISPA yang berat masih sudah valid untuk di teliti lebih lanjut. Validasi
sangat tinggi. Dari seluruh kematian yang dilakukan oleh Dra. Arini Ekowati, M.Si., Apt
disebabkan oleh ISPA mencakup 20-30% selaku Kepala Instalasi Farmasi dan
(Depkes, 1992 : 1-2). Sarwastutik, A.Md selaku Kepala Instalasi
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Rekam Medis RSUD Karanganyar, dengan
pola pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan mengisi lembar data validasi obat yang sudah
Akut (ISPA) di RSUD Karanganyar Bulan dibuat.
November 2013-Maret 2014 dan untuk
mengetahui kesesuaiannya dengan standar 2.1. HASIL DAN PEMBAHASAN
penatalaksanaan menurut World Health Subyek Penelitian
Organization (WHO): Model Formulary for 1. Jumlah Pasien Infeksi Saluran Pernafasan
Children 2010 dan Departemen Kesehatan Akut (ISPA)
Republik Indonesia: Pharmaceutical Care untuk Sejumlah 32 pasien pediatrik (usia 0-18
penyakit Infeksi Saluran Pernafasan 2005. tahun) rawat inap di RSUD Karanganyar telah
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: (1) terdiagnosis ISPA selama bulan November 2013
Pola pengobatan Infeksi Saluran Pernafasan sampai dengan Maret 2014. Data rekam medis
Akut (ISPA) Pasien Pediatrik Rawat Inap di pasien ISPA pediatrik selama bulan November
RSUD Karanganyar Bulan November 2013- 2013-Maret 2014 yang dijadikan subjek
Maret 2014 penatalaksanaannya sesuai dengan penelitian adalah data rekam medis pasien
standar pelayanan medis RSUD Karanganyar, pediatrik yang memenuhi kriteria inklusi
(2) Pemilihan obat dan aturan pakai obat ISPA mencakup identitas, diagnosis infeksi saluran
pediatrik di Instalasi Rawat Inap RSUD pernafasan akut dan mendapat perawatan di
Karanganyar Bulan November 2013-Maret 2014 instalasi rawat inap RSUD Karanganyar.
sudah memenuhi standar penatalaksanaan 2. Distribusi Pasien Berdasarkan Usia dan
menurut World Health Organization (WHO): Jenis Kelamin
Model Formulary for Children2010 dan Pasien pediatrik dari usia 0-18 tahun
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yaitu
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi pediatrik pada rentang usia 0-6 tahun, 7-12
Saluran Pernafasan 2005. tahun dan 13-18 tahun. Pasien pediatrik pada
rentang usia 0-6 tahun merupakan tahap
1.2. METODE PENELITIAN neonatus dimana terjadi perubahan klimakterik
penelitian dilakukan di RSUD yang sangat penting dan bayi merupakan masa
Karanganyar, pada bulan Maret 2014. Penelitian awal pertumbuhan yang pesat. Pada rentang
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan usia 7-12 tahun merupakan tahap anak-anak
pendekatan deskriptif dan pengumpulan data dimana masa pertumbuhan secara bertahap.
secara retrospektif. Pada rentang usia 13-18 tahun (remaja)
Populasi: Seluruh pasien ISPA (32 merupakan akhir tahap perkembangan secara
pasien) pediatrik (usia 0-18 tahun) di Instalasi pesat hingga menjadi orang dewasa (Aslam,
Rawat Inap RSUD Karanganyar bulan 2003: 191-192). Distribusi pasien berdasarkan
November 2013-Maret 2014. Sampel: Pasien usia dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel
ISPA pediatrik di Instalasi Rawat Inap RSUD 4.2.
Karanganyar bulan November 2013-Maret 2014 Tabel 4.2 Distribusi pasien berdasarkan jenis
yang memenuhi kriteria inklusi. kelamin dan usia
Tehnik pengumpulan data diperoleh Usia
secara retrospektif terhadap kartu rekam medis Jenis 13- Jumlah Persen
Kelamin 0-6 7-12 Pasien tase (%)
seluruh pasien Instalasi Rawat Inap Infeksi th th
18
Saluran Pernafasan Akut Pasien Pediatrik di th

ISSN : 2355-1313 42
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Laki-laki 12 3 2 17 53 5. Distribusi pasien berdasarkan status


Perempuan 8 5 2 15 47 keluar
Status keluarnya pasien dibagi menjadi
Jumlah 20 8 4 32 100
2 yaitu keadaan keluar RS (sembuh, perbaikan,
buruk, meninggal setelah 48 jam dirawat dan
Data yang tercatat berdasarkan usia meninggal sebelum 48 jam dirawat) dan cara
menunjukkan bahwa penderita kelompok usia 0- keluar (atas persetujuan/ijin dokter, pulang
6 tahun terdapat paling banyak yakni 20 pasien. paksa, meninggal, melarikan diri dan dikirim ke
Wahyono (2008: 20-22) melaporkan bahwa rumah sakit lain). Semua pasien keluar dari
penderita infeksi saluran pernafasan akut paling rumah sakit dengan status keluar atas
banyak pada rentang usia 12-59 bulan (1-4 persetujuan/ijin dokter, karena keadaan pasien
tahun). Sebagian besar pasien yang memenuhi sudah sembuh.
kriteria inklusa berjenis kelamin laki-laki (53%) Pola Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
dan sisanya (47%) adalah perempuan. Hasil ini Pada Pasien Pediatrik
sesuai dengan penelitian Wahyono (2008: 22- 1. Pasien ISPA Pediatrik
24) menyebutkan bahwa penderita infeksi Pasien pediatrik yang terdiagnoa ISPA
saluran pernafasan akut lebih sering didapatkan diklasifikasikan menjadi 4 yaitu pasien dengan
pada laki-laki dibanding wanita yaitu pasien laki- ISPA bronkitis, ISPA faringitis, ISPA Sinusitis
laki sebesar 55,8 % sedangkan sisanya 44,2 % dan ISPA pneumonia. Berdasarkan penelusuran
adalah perempuan. Berdasarkan penelitian yang data, diperoleh pasien dengan diagnosa
sudah ada tersebut, dapat disimpulkan bahwa terbanyak adalah ISPA Pneumonia sebanyak
anak laki-laki lebih rentan menderita ISPA 49%. Sampai saat ini pneumonia masih
daripada perempuan, jadi perlu adanya studi merupakan penyebab kesakitan dan kematian
lanjut mengenai hubungan antara jenis kelamin utama pada balita. Setiap tahun lebih dari 2 juta
dengan kasus ISPA anak di dunia meninggal karena infeksi saluran
3. Distribusi Pasien Berdasarkan Domisili pernafasan akut (ISPA), khususnya pneumonia.
Berdasarkan data pasien yang tercatat Pneumonia ini memang banyak ditemui pada
berdasarkan domisili, pasien ISPA pediatrik pasien pediatrik yang menderita ISPA. Pada
berasal dari Karanganyar. Hal ini bisa banyak negara berkembang khususnya
dikarenakan letak rumah sakit yang memadai Indonesia, lebih dari 50% kematian pada umur
sehingga RSUD Karanganyar ini dijadikan anak-anak balita disebabkan karena infeksi
sebagai salah satu rumah sakit rujukan dan saluran pernafasan akut pneumonia, yakni
rumah sakit utama untuk pasien berobat. infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru
Akreditasi C yang disandang oleh rumah sakit ini atau alveoli (Depkes, 2002: 32).
juga menjadi pertimbangan bagi pasien dan
dokter praktik maupun klinik untuk merujuk
pasiennya untuk mendapatkan pengobatan di
rumah sakit ini.
4. Distribusi Pasien Berdasarkan Lama
Perawatan

Gambar 4.5 Diagram klasifikasi pasien ISPA

Penggunaan Obat Terapi Antibiotik (ISPA)


pada Pasien Pediatrik
1. Penggunaan Antibiotik
Gambar 4.4. Diagram distribusi pasien Terapi pokok untuk infeksi saluran
berdasarkan lama perawatan pernafasan akut adalah terapi dengan
menggunakan antibiotik. Berdasarkan analisis
Berdasarkan data, diperoleh hasil data pada catatan rekam medis subyek
distribusi pasien dengan lama perawatan penelitian, didapatkan sebanyak 6 jenis antibiotik
terbanyak yaitu 3-4 hari sebanyak 63 % pasien. yang digunakan dalam pengobatan ISPA
pediatrik ini. Antibiotik tersebut terdiri dari
golongan penisilin (ampicillin dan amoxicillin),
ISSN : 2355-1313 43
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

sefalosporin (cefotaxim, cefadroxil, ceftriaxon


dan cefixime), dan aminoglikosid (gentamycin). Berdasarkan data yang diperoleh,
diketahui bahwa antibiotik yang paling banyak
digunakan adalah golongan sefalosporin
2. Evaluasi Penggunaan Antibiotik sebesar 77%. Salah satu antibiotik dari
a) Tepat obat dan indikasi golongan sefalosporin yang paling banyak
Tabel 4.3 Penggunaan antibiotk terapi pokok digunakan adalah cefotaxime, sebanyak 65%.
ISPA pediatrik Cefotaxime ini banyak diresepkan oleh dokter
Golongan dan Jumlah Pengguna untuk kasus ISPA pneumonia. Sesuai dengan
Nama Antibiotik (%) pedoman diagnosis dan penatalaksanaan
Penicillin 35 % pneumonia di Indonesia (Depkes RI, 2003: 58)
Ampicillin 4% bahwa cefotaxime merupakan slah satu
Amoxicillin 31 % antibiotik golongan sefalosporin yang paling
Sefalosporin 77 % banyak digunakan oleh pasien rawat inap.
Cefotaxime 65 % b) Tepat dosis, frekuensi dan durasi
Cefadroxil 6% Dosis penggunaan antibiotik untuk terapi ISPA
Cefixime 3% pediatrik RSUD Karanganyar selama bulan
Ceftriaxon 3% November 2013-Maret 2014 dapat dilihat pada
Aminoglikosida 3% Tabel 4.4.
Gentamycin 3%

Tabel 4.4 Dosis penggunaan antibiotik untuk terapi ISPA pediatrik


Dosis
No Antibiotik Sediaan Standar Ket
Penggunaan Standar WHO
Frek. Depkes RI
(mg/kg/hari) (mg/kg/hari)
(mg/kg/hari)
1 Cefotaxime Injeksi Tiap 12 50 mg-2 g 50 (tiap 8-12 jam) 50-70

jam
2 Amoxicillin Injeksi Tiap 8 jam 30-500 40-90 25-50

Sirup 3 dd
3 Ampicillin Injeksi Tiap 8 jam 25-50 100-200 25-50
5 Cefadroxil Tablet 2 dd 30 - 30
6 Gentamycin Injeksi Tiap 8 jam 6 7,5 7,5
7 Ceftriaxone Injeksi Tiap 12 50 50-77 mg/kg 50-75

jam

Penggunaan Obat Terapi Suportif ISPA Pada Pasien Pediatrik

Gambar 4.8 Persentase terapi suportif obat simptomatik


ISSN : 2355-1313 44
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

a. Tepat dosis, frekuensi dan durasi


Tabel 4.7 Dosis penggunaan obat terapi suportif ISPA pediatrik
Dosis
N Standar
Jenis Obat Obat Sediaan Standar Ket
o Pengguna Depkes RI
Frek. WHO
an (sekali) (mg/kg/
(mg/kg/hari)
hari)
1 Obat Analgetik- Paracetamol Injeksi 3 dd 60-500 mg 10 (4-6 dd)
antipiretik 15 (tiap 4-6
Sirup jam max.
4 g)
Tablet
Metamizole Na Injeksi 3 dd 7-21 - 0,5-1 g
200-250
Metampiron Injeksi 3 dd - 0,5-1 g
mg
2 Obat Saluran Cerna
Antiemetik Metoklopramide Injeksi 3 dd 2-2,5 mg 0,1-0,2 per 10 mg
(tiap 8 dosis 3-4 (3 dd)
jam)
Laksatif Bisakodil Supp 1 dd 10 mg - 10 mg
Antasid Ranitidin Injeksi 2 dd 12,5-25 2-4 (2-3 dd 4 dd 200
mg max. 150 Mg
mg)
Al Hidroksida + Mg Sirup 3 dd 200 mg 30 max. 0,5-1 g

Hidroksida 3000 mg
Antidiare L-Bio Sachet 2 dd - - -
Dialac Sachet 2 dd - - -
3 Obat Saluran Nafas
Ekspektoran Obat Batuk Sirup 3 dd 50 mg - 100-150
Hitam mg max 3
g
Amboxol Sirup 3 dd 7,5-30 mg - 20-50 mg
Antiasma Salbutamol Tablet 3 dd 1-2 mg 1-2 mg 4 dd 2-4 mg
Dosis
N Standar
Jenis Obat Obat Sediaan Standar ket
o Pengguna Depkes RI
Frek. WHO
an (sekali) (mg/kg/
(mg/kg/hari)
hari)
Dekongestan Difenhidramin HCl Sirup 3 dd 6-12,5 mg - 4 dd 1
-
mg/kg
4 Vitamin dan Mineral Vitamin C Tablet 1-3 dd 25-50 mg 250 mg -
sehari
dalam
1-2 dosis
Terbagi
Imunos Sirup 2-3 dd 5 ml - -
5 Kortikosteroid Dexametason 4 dd 0,25-
Injeksi 2 dd 0,5-2 mg 24 mg
0,5 mg
Tablet 3 dd
Methyilprednisolon Injeksi 3 dd 0,2 mg - 0,5 mg/kg -
6 Psikofarma Diazepam Bila
Tablet 2-5 mg - 6-30 mg
kejang
Injeksi
Suppo 1 dd 5-10 mg 100-200
mg/kg (max.
5 mg)
7 Antihistamin Cetirizine Kaplet 1 dd 5-10 mg - 1 dd 10 mg
CTM Tablet 3 dd 3-6 mg 1-2 mg 2-8 mg

ISSN : 2355-1313 45
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

3.1. KESIMPULAN [4] Depkes RI. 2005. Pharmaceutical


1. Pengobatan terapi ISPA pediatrik rawat inap Care untuk Penyakit Infeksi Saluran
di RSUD Karanganyar yang meliputi terapi Pernafasan Direktorat Bina
antibiotik dan terapi suportif obat simptomatik Farmasi Komunitas dan Klinik.
sudah memenuhi standar pedoman Jakarta: Dirjen Bina
penatalaksanaan dari WHO: Model formulary Kefarmasian dan Alat Kesehatan
for Children 2010 dan sDepkes RI: Departemen Kesehatan.
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi [5] Depkes RI. 2010. Word Health
Saluran Pernafasan 2005. . Organization (WHO): Model
2. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan Formulary for Children
obat antibiotik sebanyak 97 % dan terapi 2010. Geneva: WHO.
suportif obat ssimptomatik yang meliputi [6] Depkes RI. 2003. Pneumonia
analgesik-antipiretik 100 %, obat saluran Komuniti: Pedoman
cerna 84 %, obat saluran pernafasan 75 %, Diagnosis dan
vitamin dan mineral 31 %, psikofarmaka 6 % Penatalaksanaan di Indonesia.
dan antihistamin 40 %. Jakarta: Perhimpunan Dokter
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 91 % Paru Indonesia.
pengobatan tepat dosis dan 9 % tidak tepat
dosis. Secara umum pola pengobatan [7] Wahyono, D. Indr, H. dan Ika, W.B.A.
seluruh pasien ISPA pediatrik (32 orang) Pola Pengobatan infeksi. Majalah
rawat inap yang di rujuk di RSUD Farmasi Indonesia.
Karanganyar pada bulan November 2013-
Maret 2014 telah sesuai dengan pedoman
penatalaksanaan dari WHO: Model formulary
for Children 2010 dan Depkes RI:
Pharmaceutical Care untuk Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan 2005.

3.2. SARAN
1. Penelitian sejenis ini perlu dilakukan lagi
kedepannya untuk mengetahui
perkembangan pengobatan ISPA bagi pasien
pediatrik.
2. Penelitian ini akan lebih baik jika dilanjutkan
dengan penelitian mengenai efektivitas terapi
ISPA pasien pediatrik.

REFERENSI
[1] Aslam, M. Chik, KT. dan Adji, P.
Farmasi klinis (Clinical
Pharmacy) Menuju Pengobatan
Rasional dan Penghargaan Pilihan
Pasien. Jakarta: PT Alex
Komputindo Kelompok
Gramedia.
[2] Depkes RI. 1992. Pedoman
Pemberantasan Penyakit Infeksi
Saluran Pernafasan Akut
(ISPA). Jakarta: Dirjen PPM
dan PLP.
[3] Depkes RI. 2002. Pedoman Program
Pemberantasan Penyakit (P2)
ISPA untuk penanggulangan
Pneumonia pada Balita. Jakarta:
Dirjen PPM dan PLP.

ISSN : 2355-1313 46
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Pengaruh Ekstrak Etanol Dan Dekokta Kulit Manggis (Garcinia Mangostana L.)
Sebagai Pewarna Terhadap Kualitas Sabun Organik Transparan Berbasis
Minyak Jelantah Yang Dimurnikan Dengan Ekstrak Mengkudu
Dengan Pengaroma Minyak Atsiri Kulit Jeruk Purut (Citrus Hystrix)
Wiji Sri Kusumaningsih1, Siwi Hastuti2
Pharmacy Undergraduate Programm Study Of Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

ABSTRACT: Background : Soap is a main requirement to keep cleaning. The dye used are usually
synthetic dyes which have side effects. Mangos teen peel contains anthocyanins which can be used
for colouring. Lime skin contain of oil that can be used as perfume .
Objective:To examine the effect of mangosteen peel extracts were isolated with water and ethanol 96
% to the transparent quality organic soap based cooking oil with odour lime peel essential oil.
Methods: Refine cooking oil, mangos teen peel is isolated by maceration and dekokta, the lime skin
is isolated by distillation. Later made into a soap formulation and evaluation test then observed the
effect of mangos teen peel extract against the results of an evaluation test that determines the quality
of the soap . This research is an experimental study conducted in the laboratory by the method of
saponification. The data analysis use SPSS 18 to the formality test(Kolmogorov Smirnov test) followed
by a test of independent samples test.
Results : Quality soap dekokta and ethanol extract of mangos teen peel has a value of p>0.05 (Ho is
accepted, there is no difference).except of rendemen and the length of the soap foam.soapdekokta
and ethanol extract of mangoes teen peel,compared with ISO soap standar has a value p> 0,05 ( Ho
is accepted, thereis no difference)exceptt of dekokta soap rendemen.
Conclusion : There is no significant difference etanol extract soap and dekokta mangoes teen peel
except rendemen and the length of soap foam.Ethanol extract and dekokta mangoes teen peel has an
effect on the yield parameters of soap. Ethanol extract soap and dekokta mangoes teen peel reach
the standards of ISO 06-3532 1994 in randemen and organoleptic parameters, pH, length of foam,
stability test, a test of homogeneity, transparency test, inhibition against Staphylococcus aureus and
determination of the saponification numbering except of dekokta soap mangoes teen peel.
Keywords : The quality of transparant organic soap , cooking oil , extracts ethanol of mangos teen
peel , dekokta of mangoes teen peel, lime peel , ISO standard 06-3532 1994

ABSTRAK: Latar belakang : Sabun merupakan kebutuhan pokok untuk menjaga kebersihan.
Pewarna yang digunakan biasanya adalah pewarna sintetis yang mempunyai efek samping. Kulit
manggis mengandung antosianin yang bisa digunakan untuk pewarna. Kulit jeruk purut memiliki
kandungan minyak atsiri yang bisa dijadikan untuk parfum.
Tujuan : Untuk meneliti pengaruh ekstrak kulit manggis yang diisolasi dengan air dan etanol 96%
terhadap kualitas sabun organik transparan berbasis minyak jelantah dengan pengaroma minyak atsiri
kulit jeruk purut.
Metode : Minyak jelantah dimurnikan dengan ekstrak mengkudu, kulit manggis diekstraksi dengan
maserasi dan dekok, kulit jeruk purut diisolasi dengan destilasi. Kemudian dibuat formulasi menjadi
sabun dan dilakukan uji evaluasi kemudian diamati pengaruh ekstrak kulit manggis terhadap hasil uji
evaluasi sabun yang menentukan kualitas sabun. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental
yang dilakukan di laboratorium dengan metode saponifikasi. Analisa data menggunakan SPSS 18
dengan uji normalitas (kolmogorov Smirnov) dilanjutkan dengan uji independent samples test.
Hasil: Parameter sabun ekstrak etanol dan dekokta kulit manggis dengan sabun standar SNI
memiliki nilai P>0,05(Ho diterima, tidak ada beda) kecuali rendemen dan panjang busa sabun. Sabun
ekstrak etanol dan dekokta kulit manggis dengan sabun standar SNI memiliki nilai P>0,05 (Ho
diterima, tidak ada beda) kecuali pada rendemen sabun dekokta.
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang signifikan sabun ekstrak etanol dan dekokta kulit manggis
kecuali rendemen dan panjang busa sabun. Ekstrak etanol dan dekokta kulit manggis mempunyai
pengaruh terhadap rendemen dan parameter sabun. Sabun ekstrak etanol dan dekokta kulit manggis
memenuhi standar SNI dalam rendemen dan parameter organoleptis, pH, panjang busa, uji stabilitas,
uji homogenitas, uji transparansi, daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan angka
penyabunan kecuali pada rendemen sabun dekokta kulit manggis.
Kata Kunci : Sabun organik transparan, minyak jelantah, ekstrak etanol, dekokta, kulit manggis, kulit
jeruk purut, standar SNI 06-35321994.

1.1. PENDAHULUAN berulang kali karena membuat komposisi kimia


Menurut standarisasi kesehatan, minyak tersebut meningkat (dilihat dari
minyak goreng tidak boleh dipergunakan bilangan asam dan peroksidanya), dan

ISSN : 2355-1313 47
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

menghasilkan senyawa karsinogenik yang bakteri enterococcus.Pada penambahan


terjadi selama proses penggorengan. antibiotik diperoleh hasil penelitian bahwa kulit
Penggunaan minyak jelantah yang manggis bersifat sinergis dengan antibiotik
berkelanjutan oleh manusia dapat dalam melawan bakteri.Johann S dkk (2012)
menyebabkan berbagai macam penyakit melaporkan bahwa kulit jeruk purut
diantaranya mengandung minyak atsiri yang bisa melawan
penyakit kanker, dapat mengurangi bakteri sehingga dapat melawan kuman
kecerdasan generasi berikutnya, dan penyakit dalam tubuh. PDQ (2013) melaporkan
pengendapan lemak dan pembuluh darah bahwa kulit jeruk purut memiliki kandungan
(artherosclerosis). Tanda awal dari kerusakan minyak atsiri yang bisa dijadikan untuk bahan
minyak goreng adalah terbentuknya akrolein parfum dan kecantikan dan Tundis R dkk
yang dapat menyebabkan rasa gatal pada (2013) melaporkan dari berbagai macam kulit
tenggorokan pada saat mengkonsumsi jeruk yaitu kulit jeruk nipis, kulit jeruk purut dan
makanan yang digoreng menggunakan minyak jeruk keprok, kulit jeruk purut mempunyai
jelantah. Akrolein terbentuk dari hidrasi gliserol potensi paling baik untuk dijadikan bibit
yang membentuk aldehida tidak parfum.Van Hung P dkk (2013) kulit jeruk purut
jenuh(Ketaren,1986). Minyak jelantah yang mempunyai daya anti jamur.
dibuang secara sembarangan dan tidak Menurut Harbone (1997) bahwa
diuraikan terlebih dahulu akan menyebabkan antosianin merupakan golongan flavonoid
minyak tersebut menjadi limbah. Oleh karena yang dapat larut dalam pelarut polar. Sehingga
itu dibutuhkan perhatian yang tepat agar antosianin dalam kulit manggis dapat larut
limbah minyak jelantah dapat bermanfaat dan dalam air. Naimah dan Lina (2004)
tidak merugikan kesehatan serta lingkungan menyatakan bahwa antosianin larut baik dalam
manusia. alkohol, disebabkan karena alkohol
Sebagai insan sosial,manusia mempunyai kepolaran yang sama sehingga
memerlukan hubungan harmonis satu dengan mampu melarutkan antosianin. Amin Fathoni,
yang lainnya dan salah satunya adalah dkk (2013) melaporkan bahwa pelarut yang
penampilan yang rapi dan berbau sedap. paling optimal untuk ekstraksi zat warna dari
Untuk itu memerlukan bahan seperti kulit buah manggis adalah etanol. Tetapi
kosmetika. Kosmetika yang dikenal manusia menurut (Harborne, 1996) menyebutkan
adalah sabun, bahan pembersih kulit yang bahwa antosianin merupakan pigmen
dipakai selain untuk membersihkan juga untuk berwarna kuat dan larut dalam air. Dan hal ini
pengharum kulit.Pewarna sintetis mempunyai diperkuat oleh penelitian (Syamsudin dkk,
efek dalam waktu lama dapat memicu adanya 2008) bahwa Ekstraksi zat warna dari kulit
kanker. Sejak 1 Agustus 1996 negaranegara manggis pada suhu 900C menghasilkan
maju, seperti Jerman dan Belanda,telah ekstrak zat warnayang memiliki intensitas
melarang penggunaan zat pewarna berbahan warna tertinggi dengan absorbansi
kimia. Larangan ini mengacu padaCBI (Centre maksimalnya 0,100.Saraswati (2011)
for the Promotion of Imports from Developing melaporkan bahwa bahwa ekstraksi zat warna
Countries) Ref.CBI/NB-3032 tertanggal 13 Juni dari kulit buah manggis adalah dengan
1996 tentang zat pewarna untuk produk konsentrasi etanol 95%. Ekstraksi zat warna
clothing (pakaian), footwear (alaskaki), dari kulit manggis pada suhu 600C
bedsheet (sprei /sarung menghasilkan ekstrak zat warna yang memiliki
bantal).Surveylapangan banyak produk untuk intensitas warna tertinggi pada kondisi
kecantikan maupun kesehatan yang konsentrasi etanol 95% dan perbandingan
menggunakan pewarna sintetis.Limbah kulit (F/S) 1: 15.
manggis sukar membusuk dalam tanah dan Penelitian ini bertujuan untuk
bila dibiarkan maka akan menimbulkan bau mengetahui pengaruh ekstrak kulit
yang tak sedap sehingga akan menimbulkan manggissebagai pewarna yang diekstrak
pencemaran lingkungan. dengan etanol 96% dengan metode
Kandungan antosianin di dalam kulit remaserasi dan diekstrak dengan aquadest
manggis dapat menghasilkan pigmen yang dengan metode dekok terhadap kualitas sabun
dapat dijadikan sebagai pewarna alami. Warna transparan organik berbasis minyak jelantah
yang dapat dihasilkan dari kulit manggis dengan pengaroma minyak atsiri kulit jeruk
adalah merah, orange, ungu, biru (Wijaya, purut (Citrus hystrix) sesuai standar sabun
2009).Palapol et al (2009) melaporkan standar SNI 06-35321994. Ekstrak etanol dan
pewarna alami dari antosianin kulit manggis dekokta kulit manggis sebagai pewarna
mempunyai kualitas yang tinggi.Sakagami dkk mempunyai perbedaan dan persamaan dalam
(2002) melaporkan kulit manggis juga parameter sabun. Ekstrak etanol dan dekokta
mengandung antibakteri dan mampu melawan kulit manggis sebagai pewarna mempunyai

ISSN : 2355-1313 48
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

pengaruh terhadap parameter sabun organik parameter dibandigkan dengan standar SNI
transparan berbasis minyak jelantah dengan 06-3532-1994.
pengaroma minyak atsiri kulit jeruk purut dan Pemurnian Minyak Jelantah
sabun yang dihasilkan memenuhi standar SNI Pemurnian minyak jelantah dengan
06-3532 1994. menggunakan sari mengkudu matang dengan
perbandingan minyak : sari mengkudu 1:3.
1.2. METODE PENELITIAN Minyak jelantah dan sari mengkudu
Jenis Penelitian dipanaskan padasuhu 700 C sambil
Penelitian ini termasuk penelitian dilakukan pengadukan kemudian didinginkan
eksperimental dan dilakukan pemisahan fase minyak dan
fase air dengan corong pisah kemudian
Tempat Dan Waktu Penelitian minyak disaring sebanyak 3x.
Tempat di labolatorium Farmasetika dan
Laboratorium Farmakognosi Poltekkes Bhakti IsolasiMinyakAtsiriKulitJerukPurut
Mulia Sukoharjo Waktu. Penyusunan Karya Kulit jeruk purut di oven selama 10 menit
Tulis ini dimulai pada bulan Januari hingga kemudian di isolasi dengan penyari aquadest
Mei 2014. 250 ml dengan destil asistahl selama 2 jam.

Variabel Operasional Penelitian EkstraksiKulitManggis


Variabel Bebas: Ekstrak etanol dan dekokta Simplisia kering kulit manggis 100 mg di
kulit manggis ekstraksi dengan etanol 96% 400 ml dengan
Variabel Tergantung : Parameter Sabun metode remaserasi dan 100 mg di ekstraks
idengan aquadest 400 ml dengan metode
Bahan Penelitian dekok.
Bahan yang digunakan adalah Minyak
jelantah (Pedagang ayam goreng Sukoharjo), Pembuatan Sabun Organik Transparan
Simplisia kulit manggis (Purworejo), Simplisia Siapkan alat dan bahan yang akan
kulit jeruk purut segar (Sukoharjo), Buah digunakan, membuat larutan NaOH 30 %
mengkudu (Klaten), NaOH (teknik), Aquadest, dengan melarutkan 30gram NaOH dalam
Asam stearat(teknik), Etanol 96%(teknik), aquadest ad 100 ml. Menimbang semua
Saccaharum Album ( Gulaku), Gliserin (teknik). bahan. Panaskan campuran 25 gram minyak
Alat Penelitian jelantah murni dan 13,75 gram asam stearat
Alat yang digunakan adalahTimbangan dalam bekker diatas kompor penangas air
elektrik (Sonic ss-a600), Alat destilasi stahl, pada temperatur 600C 650C. Panaskan
Alatalat gelas, Blender (Miyako), Cawan larutan NaOH 30% sebanyak 13,75 ml dalam
Penguap, Sendok stainless, Cetakan, Kompor gelas beker dan jaga temperatur tetap 400C.
listrik (Maspion). Masukkan larutan NaOH ke dalam minyak
secara perlahanlahan dan jaga temperature
Metode Kerja kurang lebih 600 C, aduk sampai
Percobaan pertama dengan memurnikan homogen.Masukkan etanol, gula, dan gliserin
minyak jelantah dengan sari mengkudu pada sabun hasil saponifikasi aduk dan jaga
matang dan mentah dengan perbandingan 1: temperature tetap 600 C. Tambahkan ekstrak
, 1:1, 1:3 dan hasil yang paling baik kulit manggis 1 gram dan minyak atsiri kulit
digunakan untuk bahan baku sabun. Kulit jeruk jeruk purut empat tetes segera tuang ke dalam
purut diisolasi dengan menggunakan destilasi cetakan.
stahl dan kulit manggis di ekstraksi dengan
menggunakan etanol 96% dengan remaserasi Analisis
dan diekstraksi dengan aquadest dengan Analisis kualitas produk sabun meliputi
metode dekok. Masing-masing diformulasi rendemen dan parameter organoleptis, pH,
dengan hasil pemurnian minyak jelantah panjang busa, uji sabilitas, uji homogenitas, uji
dengan perbandingan 1:3 dan minyak atsiri transparansi, daya hambat terhadap bakteri
kulit jeruk purut menjadi sabun transparan Staphylococcus aureus dan angka
dengan replikasi masing-masing dari ekstrak penyabunan sesuai standar sabun SNI 06-
kulit manggis sebanyak 3x. Sabun di uji 3532-1994. Analisis data dengan
evaluasi meliputi rendemen dan parameter menggunakan SPSS 18 dengan uji
organoleptis, pH, panjang busa, uji stabilitas, Kolmogorov Smirnov bila data terdistribusi
uji homogenitas, uji transparansi, daya hambat normal dilanjutkan dengan uji Independent
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Sample Test dan bila tidak terdistribusi normal
angka penyabunan. Masing masing diuji dengan non parametrik.

ISSN : 2355-1313 49
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

3.1. HASIL DAN PEMBAHASAN perbedaan yang signifikan pada parameter


Kualitas Produk Sabun sabun ekstrak etanol dan dekokta kulit
Hasil analisis disajikan pada tabel 1. manggis kecuali pada rendemen dan
Tampak bahwa sebagian besar parameter parameter panjang busa sabun.
kualitas sabun telah memenuhi SNI, Hanya
rendemen pada sabun dekokta kulit manggis
yang tidak memenuhi standar SNI. Tidak ada
Tabel 1. Parameter Sabun Sesuai Standar SNI Dan sabun Hasil Penelitian
Parameter yang Sabun Ekstrak Etanol Kulit Sabun Dekokta Kulit
Dianalisis SNI Manggis Manggis
Rendemen 84,22% 92,39 %, 84,923% 76,38%
Uji Organoleptik Warna : Warna asli Warna : Kuning Orange Warna : Ungu (Purple)
tanpapenambahanbahanpewarnad Bau : aromatis jeruk purut Bau : aromatis jeruk purut
ankhas Tekstur : Tekstur :
Bau : Netraldankhas kerasdantidakberminyak kerasdantidakberminyak
Tekstur : kerasdantidakberminyak Bentuk : Padat Bentuk : Padat
Bentuk : Padat

Uji busa (daya buih) 0,87-2,73 cm 1,21 cm 0,9 cm


pH 8-11 9,67 10,33
Lemak tersabunkan Min 70% (0,7mg KOH /gram) 4,07 mg KOH /gram 4,21 mg KOH /gram
Homogenitas Sabun Homogen Homogen Homogen
Stabilitas Tidak ada perubahan warna dan Tidak ada perubahan warna Tidak ada perubahan warna
kekerasan pada sabun dan kekerasan pada sabun dan kekerasan pada sabun
Sumber: SNI 06-3532-1994; Wijana dk (2005); L. Fitri (2013)

Tabel 2. Klasifikasi respon hambatanpertumbuhan bakteri menurutGreenwood yang


disitasi olehPratama (2005).
Diameter zona Respon hambatan
hambat pertumbuhan

...> 20 mm Sangat kuat

10 - 20 mm Kuat

5 - 10 mm Sedang

5 mm Lemah

Tabel3. Klasifikasi Respon HambatanPertumbuhan BakteriHasilPenelitian


Diameter Daya Respon Hambatan
Sabun Konsentrasi Hambat Pertumbuhan

Ekstrak Etanol Kulit 100% 24 mm Sangat Kuat


Manggis 80% 22 mm Sangat Kuat
60% 20 mm Sangat Kuat
Dekokta Kulit 100% 22 mm Sangat Kuat
Manggis 80% 20 mm Sangat Kuat
60% 18 mm Sangat Kuat

Tabel 4. Kolmogorov Smirnov


Parameter Yang Dianalisis Signifikasi Sabun Signifikasi Signifikasi Sabun
ekstrak etanol Sabun SNI Dekokta
Rendemen 1,000 1,000 0,968
pH 0,766 1,000 0,766
Panjang busa 0,998 0,575 0,983
Diameter Daya Hambat 1,000 1,000 1,000

Angka penyabunan 1,000 1,000 0,766

ISSN : 2355-1313 50
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Keterangan :
Nilai P < 0,05 Ho ditolak (Data Tidak Terdistribusi Normal)
Nilai P >0,05 Ho diterima (Data Tidak Terdistribusi Normal)

Tabel 3. Uji Independent Sample Test


Parameter Yang Signifikasi Sabun Ekstrak Signifikasi Sabun Signifikasi Sabun
Dianalisis EtanolDekokta Kulit Ekstrak Etanol - SNI Dekokta Kulit
manggis Manggis -SNI
Rendemen 0,019 dan 0,034 0,503 dan 0,539 0,018 dan 0,060
pH 0,230 dan 0,230 0,239 dan 0,306 0,132 dan 0,133
Panjang busa 0,037 dan 0,040 0,652 dan 0,653 0,063 dan 0,074
Diameter Daya 0,070 dan 0,070 0,165 dan 0,222 0,366 dan 0,409
Hambat
Angka penyabunan 1,000 dan 0,766 1,000 dan 1,000 0,766 dan 0,929

Keterangan :
Nilai P < 0,05 Ho ditolak (ada perbedaan yang signifikan)
Nilai P >0,05 Ho diterima (tidak ada perbedaan yangsignifikan)

3.2. Uji Organoleptik kulit manggis 76,38 % b/b. Sabun SNI memiliki
Warna rendemen 84,22% b/b 92,39% b/b. Dengan
Warna sabun yang dihasilkan merupakan Uji statistik ada perbedaan yang signifikan
warna asli tanpa penambahan bahan pewarna. rendemen sabun ekstrak etanol dan dekokta
Hasil formulasi sabun ekstrak etanol dan kulit manggis. Rendemen sabun ekstrak etanol
dekokta kulit manggis menghasilkan warna memenuhi SNI dan dekokta tidak memenuhi
yang berbeda. Pada ekstrak etanol didapatkan SNI.Rendemen sabun ekstrak etanol lebih
rerata sabun transparan yang berwarna tinggi daripada sabun dekokta kulit manggis.
orange dan diduga dalam formulasi sabun Hal ini disebabkan karena didalam formulasi
transparan ekstrak etanol zat pelagornidin sabun transparan menggunakan etanol
pada antosianin dapat larut dengan baik sehingga konsentrasi etanol tinggi yang
sehingga memberikan dominan warna orange. menyebabkan antosianin larut dalam ekstrak
Pada dekokta kulit manggis didapat rerata etanol lebih sempurna daripada dekokta kulit
arna ungu, zat yang larut dengan baik pada manggis. Semakin tinggi kandungan etanol
formulasi sabun dekokta kulit manggis adalah akan semakin banyak zat antosianin yang
kandungan sianidin yaitu cyanidin-3- terlarut sehingga pigmen antosianin dapat
sophoroside, dan cyanidin-3-glucoside menyebabkan warna sabun menjadi lebih
sehingga ekstrak kulit manggis mempunyai tajam. Antosianin dekokta kulit manggis yang
pengaruh pada warna sabun. terekstraksi tidak banyak warna pigmennya
karena antosianin akan mudah rusak oleh
Aroma pengaruh suhu dan cahaya sehingga pada
Aroma yang dihasilkan adalah khas formulasi sabun antosianin dari dekokta kulit
aromatis dari minyak atsiri kulit jeruk purut manggis tidak terekstraksi secara sempurna
pada sabun ekstrak etanol maupun dekokta dan sebagian hilang karena mengalami
kulit manggis sehingga tidak ada penambahan degadrasi pada saat pemanasan dalam
aroma sabun dari luar. pembuatan sabun. Sehingga menyebabkan
Bentuk dan Tekstur rendemen sabun dekokta kulit manggis lebih
Bentuk sabun yang dihasilkan pada kecil.
sabun ekstrak etanol dan dekokta kulit Rendemen juga dipengaruhi oleh
manggis padat kotak sesuai dengan cetakan viskositas suatu zat. Semakin tinggi viskositas
dan transparan. Tekstur yang didapatkan dari suatu zat maka rendemennya juga akan lebih
sabun ekstrak etanol dan dekokta kulit besar. Ekstrak yang disari dengan etanol
manggis sesuai SNI tidak berminyak, kesat da mempunyai viskositas lebih tinggi sehingga
keras. ekstraknya lebih kental dan pada saat
diformulasikan ke sabun menjadi lebih padat
Rendemensabun sehingga bobotnya tinggi menyebabkan
Rerata rendemen sabun ekstrak etanol rendemennya cukup tinggi. Dekokta kulit
kulit manggis 84,923 % b/b dan sabun dekokta manggis menggunakan cairan penyari air

ISSN : 2355-1313 51
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

maka viskositasnya rendah dan ekstrak yang disebabkan karena perbedaan besarnya
didapatkan kurang kental sehingga pada saat kandungan zat aktif. Kandungan zat aktif pada
diformulasikan ke sabun menyebabkan sabun ekstrak etanol kulit manggis lebih tinggi
kekerasan sabun berkurang sehingga bobot konsentrasinya sehingga memiliki daya
sabun juga berkurang dan rendemennya juga hambat lebih besar daripada sabun dekokta
lebih rendah. Rendemen sabun ekstrak etanol kulit manggis. Ekstrak etanol dan dekokta kulit
memenuhi standar SNI tetapi dekokta tidak manggis mempunyai daya hambat terhadap
memenuhi standar SNI bakteri Staphylococcus aureus hal ini sesuai
dengan penelitian sakagami et all (2002)
Uji pH Sabun bahwa kulit manggis mempunyai daya anti
Rerata pHsabun ekstrak etanol 9,67 dan bakteri yang kuat dan bersifat sinergis dengan
dekokta 10,33. pH sabun SNI berkisar antara antibiotik dalam melawan bakteri.
8-11. Dengan uji statistik tidak ada perbedaan
yang signifikan pH sabun ekstrak etanol dan Uji Angka Penyabunan
dekokta kulit manggis dan pHsabun ekstrak Rerata angka penyabunan pada sabun
etanol dan dekokta kulit manggis memenuhi ekstrak etanol kulit manggis adalah 4,07 mg
standar SNI. pH sabun yang baik adalah basa KOH/ gram dan dekokta 4,21 mg KOH/gram.
karena sabun digunakanuntuk menghancurkan Angka penyabunan SNI min 0,7 mg/gram
lemak pada kulit sehingga kotoran yang KOH. Dengan uji statistik tidak ada perbedaan
melekat padalemak dapat larut air dan pH yang signifikan angka penyabunan sabun
mempengaruhi absorbsi kulit sehingga Ph ekstrak etanol dan dekokta kulit manggis. Dan
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat angka penyabunan sabun ekstrak etanol dan
menyebabkan iritasi pada kulit. dekokta kulit manggis memenuhi SNI. Menurut
Ketaren (1986), angka penyabunan dalam
Uji Panjang Busa Sabun minyak dipengaruhi oleh adanya senyawa-
Reratapanjangbusasabun ekstrak etanol senyawa yang tak tersabunkan dalam minyak
kulit manggis 1,21 cm dan sabun dekokta kulit seperti sterol, pigmen, hidrokarbon, dan
manggis 0,9 cm. Panjang busa SNI 0,87-2,73 tokoferol yang dapat mengurangi kekuatan
cm. Dengan uji statistik ada perbedaan oksidasi terhadap ikatan tidak jenuh asam
signifikan panjang busa sabun ekstrak etanol lemak. Semakin besar angka penyabunan
dan dekokta kulit manggis tetapi keduanya semakin banyak lemak yang tersabunkan yang
memenuhi panjang busa SNI. menyebabkan kualitas minyaknya semakin
bagus sehingga kualitas sabun juga tinggi.
Uji Daya Hambat Terhadap Bakteri Kualitas minyak yang mengalami degradasi
Staphylococcus aureus. dapat menurunkan kualitas sabun sehingga
Rerata diameter daya hambat sabun sabun menyebabkan iritasi bila digunakan.
ekstrak etanol kulit manggis pada konsentrasi Minyak goreng pada penelitian ini di murnikan
100% 24 mm, konsentrasi 80% 22 mm, dengan sari mengkudu, antioksidan sari
konsentrasi 60% 20 mm. Rerata sabun mengkudu dapat menurunkan asam lemak
dekokta kulit manggis pada konsentrasi 100% jenuh dalam minyak kemudian didalam
22 mm,konsentrasi 80% 20 mm, konsentrasi formulasi sabun, ekstrak kulit manggis dapat
60% 22 mm. Diameter daya hambat bakteri mempertahankan ikatan asam lemak tak jenuh
menurut SNI > 20 mm adalah sangat kuat. dalam minyak sehingga mendapatkan angka
Dengan uji statistik tidak ada perbedaan yang penyabunan yang baik.
signifikan dimater daya hambat sabun ekstrak
etanol dan dekokta kulit manggis. Daya Uji Stabilitas Sabun
hambat sabun ekstrak etanol dan dekokta kulit Stabilitas sabun meliputi perubahan
manggis memenuhi SNI. Daya hambat bakteri warna,bentuk dan tingkat kekerasan sabun.
Staphylococcus aureus sabun ekstrak etanol Stabilitas sabun ekstrak etanol kulit manggis
kulit manggislebih besar daripada daya sangat stabil pada suhu dingin maupun suhu
hambat sabun dekokta kulit manggis. Hal ini kamar tetapi stabilitas sabun dekok kulit
disebabkan perbedaan kandungan senyawa manggis sangat stabil pada suhu dingin dan
yang terikat pada setiap konsentrasi ekstrak stabil pada suhu ruangan karena tingkat
dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak kekerasan sabun dekokta kulit manggis pada
yang digunakan maka semakin besar pula suhu ruangan dibawah sabun ekstrak etanol.
senyawa antimikroba yang dikandung oleh
ekstrak tersebut. Hal ini sesuai dengan Uji Homogenitas Sabun
pernyataan Barnet (1992) yang menyatakan Sabunekstrak etanol dan dekokta kulit
bahwa perbedaan besarnya daerah hambatan manggis mempunyai homogenitas yang sama
untuk masing-masing konsentrasi dapat

ISSN : 2355-1313 52
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

tidak ada partikel asing adalam sabun dan [4] BadanStandarNasional Indonesia.
dapat tercampur merata dengan basisnya. 1994. StandarisasiSabunPadat.
Jakarta: Badan SNI Indonesia.
Uji Transparansi Sabun [5] Bourne. 1982. Food Texture and
Hasil sabun ekstrak etanol dan dekokta Viscosity. Concept and Measurement.
kulit manggis transparan dan tembus pandang Academic. Academic Press, Inc. New
dinilai dari 20 panelis responden. Hal ini York...
disebabkan pada formulasi menggunakan [6] Effendi,W.1991.
alkohol dan gliserin untuk transparansi sabun Ekstraksi,purufikasi,karakterisasi
kemudian ditambah dengan gula pasir yang Antosianin dari kulit manggis (Garcinia
menentukan tingkat tarnsparansi sabun. mangostana L). Fakultas pertanian
Semakin putih gula pasir yang yang digunakan institut pertanian bogor. Bogor
transparansi sabun semakin baik. [7] Harborne, J. B. 1987. Metode
Fitokimia. ITB : Bandung.
4.1. KESIMPULAN DAN SARAN [8] Harborne, J.B. 1996.
Tidak ada perbedaan yang signifikan MetodeFitokimia:Penuntun Cara
sabun ekstrak etanol dan dekokta kulit ModernMenganalisa Tumbuhan.
manggis kecuali rendemen dan panjang busa (Diterjemahkan oleh : K. Padmawinata
sabun. Ekstrak etanol dan dekokta kulit dan i. Soediro).Bandung : Penerbit
manggis mempunyai pengaruh terhadap ITB.
rendemen dan parameter sabun. Sabun [9] Jawelz, M. A. 1995, Mikrobiologi
ekstrak etanol dan dekokta kulit manggis Kedokteran (Medical Microbiology)
memenuhi standar SNI dalam rendemen dan Edisi 20, EGC, Jakarta
parameter organoleptis, pH, panjang busa, uji [10] Ketaren, S., 1986. Pengantar Minyak
stabilitas, uji homogenitas, uji transparansi, dan Lemak Pangan. UI Press, Jakarta.
daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus [11] MoongkarnAntiproliferation,
aureus dan angka penyabunan kecuali pada antioxidation andinddi P, Kosem N,
rendemen sabun dekokta kulit manggis Kaslungka S,Luanratana O, Pongpan
Untuk meningkatkan kualitas sabun N, Neungton N.,2004, uction of
organik transparan berbasis minyak jelantah apoptosis by Garciniamangostana
dengan pengaroma minyak atsiri kulit jeruk (mangosteen) on SKBR3human breast
purut dan pewarna ekstrak etanol dan dekokta cancer cell line,JEthnopharmacol.,
kulit manggis diperlukan upaya penelitan lebih 90(1):161-166.
lanjut dengan dilakukan uji kadar air, bilangan [12] Mulyati, S., Meilina, Hesti. 2006.
asam, bilangan peroksida sesuai standar SNI, Pemurnian minyak jelantah dengan
uji daya antioksidan secara in vitro dan in vivo, menggunakan sari mengkudu.
dan uji daya hambat bakteri terhadap bakteri UNSYIAH Digital Librar
Escherichia coli [13] Naimah S, dan Lina H. 2004.
Pengaruh Konsentrasi Asam dan
REFERENSI Waktu Ekstraksi Antosianin dari Kulit
[1] Andriany, Megah and Nurrahima, Ns. Buah Manggis (Garciana mengostana
Artika(2009)Pengembangan Upaya L.).Buletin Penelitian Volume 26 No 1.
Peningkatan Kualitas Minyak Goreng [14] Niken Dian Saraswati Dan Suci Epri
Bekas Melalui Proses Adsorpsi. Astutik, 2011. Ekstraksi Zat Warna
Universitas sumatra utara Alami Dari Kulit Manggis Serta Uji
[2] Amin Fathoni, Mando Hastuti, Dwi Stabilitasnya. Jurusan Tekhnik Kimia,
Agustina V, Suwandri, 2013. Fakultas Tekhnik Universitas
Penentuan Jenis Dan Konsentrasi Diponegoro.
Pelarut Untuk Isolasi Zat Warna Kulit [15] Palapol Y, Ketsa S, Stevenson D,
Buah Manggis (Garcinia mangostana Cooney JM, Allan AC, Ferguson IB
L). Program Studi Kimia MIPA (2009) Colour development and quality
Fakultas Sains dan Teknik UNSOED of mangosteen (Garciniamangostana
Purwokerto L.) fruit during ripening and after
[3] Asep Muhamad Samsudin Dan harvest. Postharvest Biol Technol
Khoiruddin, 2008. Ekstraksi, Filtrasi, 51:349353
Membran Dan Uji Stabilitas Zat Warna [16] Sakagami, Y., Kajimura, K.,
Dari Kulit Manggis(Garcinia Wijesinghe, W.M.N.M., Dharmaratne,
mangostana L). Jurusan Tekhnik H.R.W., 2002. Antibacterial activity of
Kimia, Fakultas Tekhnik Universitas Calozeyloxanthone isolated from
Diponegoro. Calophyllum species against

ISSN : 2355-1313 53
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Vancomycin-resistant Enterococci PertanianFak. Teknologi


(VRE) and synergism with antibiotics. PertanianUniversitas Brawijaya. Jurnal
Planta Med. 68, 541-543.. Teknologi Pertanian Vol. 10 No. 1
[17] Suksamrarn S, Suwannapoch N, (April 2009) 54 61.
Phakhodee W,Thanuhiranlert J, [20] Tundis R, Loizzo MR, Bonesi M,
Ratananukul P, ChimnoiN, Menichini F, Mastellone V, Colica C,
Suksamrarn A., Menichini F.2012.Comparative study
2003,Antimycobacterial activity of on the antioxidant capacity and
prenylatedxanthones from the fruits of cholinesterase inhibitory activity of
Garciniamangostana, Chem Pharm Citrus aurantifolia Swingle, C.
Bull (Tokyo).,51(7):857-859. aurantium L., and C. bergamia Risso
[18] Susinggih Wijana, Siti Asmaul and Poit. peel essential oils.J Food
Mustaniroh, dan Indha Wahyuningrum, Sci. 2012 Jan;77(1):H40-6. doi:
2005. Pemanfaatan Minyak Goreng 10.1111/j.1750-3841.2011.02511.x..
Bekas Untuk Pembuatan Sabun:Kajian [21] Watanapokasin, R etal. 2010. Potential
Lama Penyabunan Dan Konsentrasi of Xanthones from Tropical Fruit
Dekstrin. Universitas Brawijaya, Mangosteenas Anti-cancer Agents:
Malang. Jurnal Teknologi Pertanian, Caspase-Dependent Apoptosis
Vol. 6 No. 3 (Desember 2005) 193 Induction In Vitro and in Mice. Appl
202 Biochem Biotechnol. 162:10801094.
[19] Susinggih Wijana, Soemarjo, dan Titik [22] Wijaya, L.A., Marcel P.S., Fenny S.
Harnawi, 2009. Studi Pembuatan 2009. Mikroenkapsulasi Antosianin
Sabun Mandi Cair Dari Daur Sebagai Pewarna Makanan Alami
UlangMinyak Goreng Bekas (Kajian Sumber Antioksidan Berbasis Limbah
Pengaruh Lama PengadukanDan Kulit Manggis (Garcinia mangostana
Rasio Air:Sabun Terhadap L.) InstitutPertanian Bogor. Bogor.
Kualitas).Jurusan Teknologi Industri

ISSN : 2355-1313 54
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

AKTIVITAS ANALGETIK INFUSA DAUN KERSEN (Muntingia calabura L) PADA


MENCIT JANTAN RAS SWISS

THE ANALGETIC ACTIVITY OF KERSEN LEAVES (Muntingia calabura L) TO


SWISS RASS MALE MICE

Ery Septyan Danugroho1, Nova Rahma Widyaningrum2


Poltekkes Bhakti Mulia
thussannofx@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang: Nyeri merupakan sensasi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan. Kerusakan ini juga mengakibatkan adanya radang, yang mungkin
akan berkembang menjadi suatu penyakit, sehingga rasa nyeri akan meningkat. Jika
rasa nyeri tidak diatasi, maka akan menyebabkan terganggunya aktivitas bahkan
keparahan penyakit akan meningkat. Seiring berkembangnya ilmu pengobatan,
masyarakatpun semakin kritis dalam memelihara kesehatannya. Penggunaan senyawa
analgetik sintesis, memiliki banyak efek samping, sehingga beralih ke penggunaan
bahan alam, salah satunya adalah daun kersen (Muntingia calabura L). Pada
masyarakat Peru, daun kersen digunakan untuk mengurangi radang, juga mampu
meredakan sakit kepala. Kandungan daun kersen antara lain senyawa flavonoid,
alkaloid, tanin dan saponin, yang memiliki khasiat sebagai antioksidan, analgetik juga
antibakteri.
Tujuan : Mengetahui kemampuan atau aktivitas analgetik infusa daun kersen pada
hewan uji mencit jantas Ras Swiss.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan desain post-
test only control group dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini
adalah daun kersen dan mencit ras swiss. Sedangkan sampel yang digunakan adalah
daun kersen yang sudah tua dan mencit jantan ras swis dengan bobot 25gram-30
gram. Perlakuan yang diberikan mencit ada empat kelompok, yaitu kelompok uji
dengan Dosis infusa daun kersen 27mg/kgBB, kelompok uji dengan dosis infusa 270
mg/kgBB, kontrol negative menggunakan CMC Na dan kontrol positif menggunakan
parasetamol. Pengamatan dilakukan dengan melihat jumlah geliat pada masing-
masing kelompok uji, kemudian dihitung daya analgetiknya. Analisis hasil tersebut
kemudian dianalisa menggunakan metode Anova dengan bantuan SPSS 16.0.
Hasil: Hasil rendemen infundasi daun kersen adalah 92,59 % v/b. Hasil persentasi
daya analgetik dosis 270 mg/kg BB dan 27 mg/kg BB dari tiga kali replikasi. Dosis 270
mg/kg BB dari replikasi pertama diperoleh rata-rata 60,81 %, replikasi ke dua memiliki
rata-rata 57,59 %, dan replikasi ke tiga memiliki rata-rata 56,04 %. Dosis 27 mg/kg BB
dari replikasi pertama diperoleh rata-rata 37,50 %, replikasi kedua 35,84 %, replikasi
ke tiga 35,83 %. Rata-rata persentase daya analgetik kontrol positif paracetamol dosis
4,5 mg/kg BB memiliki rata-rata 69,58 %. Pada uji anova, terdapat perbedaan
bermakna, dilihat dari nilai Fhitung>Ftabel, yaitu 36,780>3,5219. Tetapi pada uji LSD
pada dosis 270 mg/kg BB dengan dosis 27 mg/kg BB diperoleh hasil tidak ada
perbedaan, tetapi dengan kontrol positif paracetamol memiliki perbedaan
Kesimpulan: Infusa daun kersen (Muntingia calabura L) memiliki aktivitas sebagai
analgetik, setelah diujikan pada mencit jantan Ras Swiss.

Kata kunci: daya analgetik, infusa daun kersen, mencit jantan Ras Swiss

ISSN 2355-1313 55
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

Abstract

Background: Pain is uncomfortable perception caused by the tissues damage. It also


will make an inflammation on our tissues, probably it indicates the seriously problem.
The increasing pain will appear when the unpredictable desease become into severity.
If this condition cant be solved well, so that our activites will be disturbed, even the
severity of the desase will increase. The using of sintethic analgetic drugs have many
side effects, so that the community prefer to have back nature habit. One of the
traditional medicine is kersen leaves (Muntingia calabura L). Perus community use its
flower stew to release the inflammation, headache attack and also unpredictable pain.
Kersen leaves contains flavonoide compound, alkaloide, tannin and also sapponin
which use for antioxidant activity, analgethic also antibacterial activity.
Objective: To know the capability or activity of analgethic leaves kersen infusa to
Swiss rass male mice as test animal.
Method: This study was an experimental research with posttest only control design by
cross sectional approach. The population were kersen leaves and Swiss Rass male
mice. The sample were the old leaves kersen taken by randomized and the test animal
was swiss rass male mice with their weight were 25 30 gramm taken by randomized
too. There were four groups, they were the first group was a test group with
27mg/kgBB doses, the second one was a test group with 270 mg/kgBB doses, the next
was negative control by CMC Na and the last was positive control by paracetamol. The
data analyze was done by observed the amount of their stretching caused by acetat
acid stimulated then accounted the power of analgethic. This result analyzed with
Anova method by SPSS 16.0.
Result: The result of kersen leaves infundation sample was 92,59% v/b. The result
showed analgetic activity at 270 mg/kg BB and 27 mg/kg BB doses from three
replications. Dose 270 mg/kg BB obtained mean value of 60.81% from the first, 57.59%
from the second, and 56.04% from the third replications. Dose 27 mg/kg BB obtained
mean value of 37.50% from the first, 35.84% from the second, and 35.83% from the
third replications. The mean percentage analgetic activity of positive control with
paracetamol at dose 4.5 mg/kg BB had mean value of 69.58%. The result of anova test
was different significantly, it seen by Fvalue>Ftable = 36.780>3.5219. But the LSD test
at dose 270 mg/kg BB was neither different from dose 27 mg/kg BB nor from
paracetamol positive control
Conclusion: Kersen leaves infusa (Muntingia calabura L) had analgethic activity after
tested to Swiss Rass Mice male.

Keywords: analgethic activity, kersen leaves infusa, Swiss Rass mice male

PENDAHULUAN kesehatannya. Penggunaan senyawa


analgetik sintesis, memiliki banyak efek
Nyeri merupakan sensasi yang tidak samping, sehingga beralih ke
menyenangkan akibat adanya kerusakan penggunaan bahan alam, salah satunya
jaringan. Kerusakan ini juga adalah daun kersen (Muntingia calabura
mengakibatkan adanya radang, yang L). Pada masyarakat Peru, daun kersen
mungkin akan berkembang menjadi digunakan untuk mengurangi radang,
suatu penyakit, sehingga rasa nyeri akan juga mampu meredakan sakit kepala.
meningkat. Jika rasa nyeri tidak diatasi, Kandungan daun kersen antara lain
maka akan menyebabkan terganggunya senyawa flavonoid, alkaloid, tanin dan
aktivitas bahkan keparahan penyakit saponin, yang memiliki khasiat sebagai
akan meningkat. Seiring berkembangnya antioksidan, analgetik juga antibakteri.
ilmu pengobatan, masyarakatpun Daun talok atau kersen dapat
semakin kritis dalam memelihara digunakan sebagai antinosoceptik

ISSN 2355-1313 56
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

digunakan untuk melawan bakteri dan digunakan adalah daun kersen juga
secara tradisional buah talok atau kersen mencit jantan Ras Swiss dengan berat
dan kulit batang talok dapat digunakan badan 25-30 gram.
untuk mengobati asam urat, antiseptik Penelitian dilakukan dengan
anti infalamasi dan anti tumor. Untuk membuat infusa dari daun talok, yaitu
penyembuhan antiseptik dengan cara direbus selama 15 menit pada suhu 900
menggunakan air rebusan buah talok, kemudian diserkai selagi panas.
daun dan kulit batang talok dengan Perlakuan penelitian dibagi menjadi 4
dioleskan kedaerah luka untuk kelompok, yaitu kelompok 1 adalah
membunuh bakteri C. Diptheriea, kelompok perlakuan dengan dosis 27
S.Aureus,P Vulgaris,S epidemidis dan K mg/kgBB, kelompok 2 adalah kelompok
Rizhophil (Aziamanda, 2013). perlakuan dengan dosis 270 mg/kgBB,
Analgesik atau analgetik, adalah kelompok 3 adalah kontrol negative
obat yang digunakan untuk mengurangi menggunakan CMC Na yang dilarutkan
atau menghilangkan rasa sakit atau pada aquabides dan terakhir kontrol
obat-obat penghilang nyeri tanpa positif menggunakan parasetamol.
menghilangkan kesadaran. Obat ini Skala data yang digunakan adalah
digunakan untuk membantu meredakan rasio yaitu penggabungan dari ketiga
sakit, sadar tidak sadar kita sering sifat skala sebelumnya skala rasio
mengunakannya misalnya ketika kita memiliki nilai nol mutlak dan datanya
sakit kepala atau sakit gigi, salah satu dapat dikalikan atau dibagi tetapi jarak
komponen obat yang kita minum antara kategoriyang tidak sama karena
biasanya mengandung analgesik atau bukan dibuat dalam rentang interval.
pereda nyeri (Mutschler, 1991). Pengambilan data dengan mengamati
Nyeri terjadi jika organ tubuh, otot, jumlah geliat yang terjadi pada mencit
atau kulit terluka oleh benturan, penyakit, setelah diinduksi menggunakan asam
keram, atau bengkak. Rangsangan asetat secara intraperitoneal, pada
penimbul nyeri umumnya punya masing-masing kelompok uji. Setelah itu,
kemampuan menyebabkan sel-sel dihitung persentase daya analgetiknya.
melepaskan enzim proteolitik (pengurai Analisa hasil daya analgetik
protein) dan polipeptida yang menggunakan metode anova dengan
merangsang ujung saraf yang kemudian bantuan SPSS 16.0
menimbulkan impuls nyeri. Senyawa
kimia dalam tubuh yang disebut HASIL DAN PEMBAHASAN
prostaglandin beraksi membuat ujung
saraf menjadi lebih sensitif terhadap Hasil
rangsangan nyeri oleh polipeptida ini Berdasarkan penelitian diperoleh
(Mutschler, 1991). hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Diagram persentase jumlah
METODE PENELITIAN geliat
Penelitian dilakukan di Prodi DIII
Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia
Sukoharjo, pada bulan mei 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental menggunakan posttest
only control group design dengan
pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah
daun kersen yang sudah tua dan mencit
jantan ras Swiss. Sampel yang

ISSN 2355-1313 57
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

Pada tabel 1 dapat disimpulkan replikasi 1 ditunjukan dengan warna


bahwa nilai rata-rata pada dosis ungu memiliki nilai 17%, pada replikasi 2
27mg/kgBB memiliki nilai rata-rata ditunjukan warna biru muda memiliki nilai
persentase pada replikasi 1 ditunjukan 16%, dan pada replikasi 3 ditunjukan
dengan warna biru tua memiliki nilai warna oranye memiliki nilai 16%.
11%, pada replikasi 2 ditunjukan warna Sedangkan rata-rata persentase pada
merah memiliki nilai 10%, dan pada kontrol positif memberikan warna biru
replikasi 3 ditunjukan warna hijau laut menunjukan nilai 20%, maka dosis
memiliki nilai 10%. 270mg/kgBB lebih bagus dibanding
dengan dosis 27mg/kgBB.
Tabel 2. Deskriptif Data Dosis
Dosis Mean Std. Deviation Grafik 1 menunjukan bahwa
27 66,4267 8,23470 persentase daya analgetik dari dosis 27
270 68,5344 7,4219 mg/kg BB memiliki sebaran data yang
Kontrol 23,7633 1,13596 normal halini dapat dilihat dari letak nilai
positif yang tergambar pada grafik mendekati
nilai normal tetapi ada satu nilai yang
memiliki jarak yang jauh dari garis
Pada tabel 2 dapat dijelaskan bahwa normal dikarenakan ada satu nilai
pada masing-masing dosis dan kontrol persentase yang lebih dari nilai rata-rata.
memiliki nilai mean yang berbeda dan
nilai standar deviation yang memiliki Grafik 2. Plot of Daya analgetik dosis
hasil yang berbeda maka data memiliki 270 mg/kg BB
perbedaan nilai mea dan standar deviation
yang berbeda.

Grafik 1. Plot of Daya analgetik dosis 27


mg/kg BB

Grafik 3. Plot of Daya analgetik kontrol


positif

Sedangkan dosis 270mg/kgBB


memiliki nilai rata-rata persentase pada

ISSN 2355-1313 58
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

Pada grafik di atas menunjukan Dari grafik persentase analgetik


bahwa persentase daya analgetik dari diperoleh hasil persentase daya
dosis 270 mg/kgBB memiliki sebaran analgetik dosis 27 mg/kg bb mencapai
data yang normal halini dapat dilihat dari 35,00% dan pada dosis 270 mg/kg bb
letak nilai yang tergambar pada grafik mencapai 60,00% dan daya analgetik
mendekati nilai normal tetapi ada dua kontrol positif mencapai 70,00%,. Pada
nilai yang memiliki jarak yang lumayan uji LSD bifariat digunakan untuk
jauh dari garis normal dikarenakan ada mengetahui perbedaan data satu persatu
satu nilai persentase yang lebih dari nilai dari dosis 27 dan 270 memiliki nilai 60 %
rata-rata. dan dengan kontrol positif 54 % dan
dosis 270 dan 27 memiliki nilai 10 % dan
Pada grafik 3 menunjukkan bahwa dengan kontrol positif 56 % sedangkan
persentase daya analgetik dari kontrol kontrol positif dengan dua dosis memiliki
positif memiliki sebaran data yang perbedaan. Pada tabel diskriptif dapat
normal halini dapat dilihat dari letak nilai dijelaskan bahwa pada masing-masing
yang tergambar pada grafik mendekati dosis dan kontrol memiliki nilai mean
nilai normal tetapi ada dua nilai yang yang berbeda dan standar deviati yang
memiliki jarak yang lumayan jauh dari memiliki hasil yang berbeda.
garis normal dikarenakan ada satu nilai Pada dosis 27 memiliki nilai
persentase yang lebih dari nilai rata-rata. signifikan 0,173, pada dosis 270
diperoleh nilai signifikan 0,380 dan pada
Pembahasan kontrol positif diperoleh nilai signifikan
Sampel yang digunakan adalah 0,747 maka data tersebut memiliki
mencit ras swiss dan daun kersen yang perbedaan yang signifikan karena
tua atau yang setengah tua di ambil dari diperkuat dengan nilai signifikanya >
10 cm dari ujung batang. 0,05. Pada grafik terdapat masing-
Organoleptis hasil Infundasi, yaitu : masing grafik plot of daya analgetik
berbentuk Cair, berwarna Kuning, memiliki gambar nilai yang normal
berbau khas daun kersen, memiliki rasa dikarenakan gambar nilai sejajar atau
agak pahit. Dalam proses mendekati garis normal dan juga ada
infundasi diukur sampai suhu lalu yang jauh dari garis normal dikarena
dihitung sampai 15 menit kemudian memiliki nilai yang sama dengan rata-
saring dengan mengunakan kain fanel rata. Pada uji ANOVA diperoleh nilai F
lalu tunggu sampai dingin kemudian tabel 3,52189 dan nilai F hitung 36,780
berikan kepada hewan uji mencit yang maka F hitung > F tabel berati data
telah di berikan asam asetat sebanyak tersebut berbeda signifikan secara
0,5ml sebagai pemicu diamkan selama 5 serempak hal ini ditunjang dan diperkuat
menit lalu berikan ekstrak infundasi dgn nilai 0,00 < 0,005.
dengan dosis 270 mg/bb dlam 0,5ml
sampai 3 kali replikasi dan dosis 27 KESIMPULAN DAN SARAN
mg/bb dalam 0,5ml sampai 3 kali Kesimpulan
replikasi dan amati jumlah geliat mencit Berdasarkan penelitian yang telah
dan bandingkan jumlah geliat hewan uji dilakuan bahwa infundasi daun kersen
dengan kontrol positip paracetamol (muntingia calabura) dapat digunakan
dengan dosis 4,5 mg/bb cari persentase sebagai analgetik atau penghilang nyeri.
daya analgetik setiap dosis dan replikasi. Kesimpulannya terurai, antara lain :
data yang dikumpulkan dari persentase 1. Infundasi daun kersen (muntingia
daya analgetik dua dosis dengan calabura) dapat diperoleh
masing-masing tiga kali. organoleptis :
a. Bentuk : Cair

ISSN 2355-1313 59
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

b. Warna : Kuning Anonim. 2009. Diakses melalui


c. Bau : Khas daun kersen http://info.peternakan.blogspot.com/
d. Rasa : Agak pahit 2012/11/sejarahasal-usul-
2. Persentase jumlah geliat : Dalam mencit.htm
persentase jumlah geliat didapatkan
hasil rata-rata jumlah geliat dari Direktorat Jendral Badan Pengawasan
dosis 270 mg/kg bb diperoleh rata- Obat dan Makanan. 1980. Materia
rata replikasi pertama 60,81%, Medika Indonesia jilid IV.
replikasi kedua memiliki rata-rata Departemen Kesehatan Republik
57,59% dan replikasi ketiga memiliki Indonesia; Jakarta
rata-rata 56,04 %. Dosis 27 mg/kg
BB dari replikasi pertama diperoleh Direktorat Jendral Badan Pengawasan
rata-rata 37,50 %, replikasi kedua Obat dan Makanan. 1995.
35,84 %, replikasi ke tiga 35,83 %. Farmakope Indonesia edisi IV.
Rata-rata persentase daya anal Departemen Kesehatan Republik
getik kontrol positif paracetamol Indonesia; Jakarta
dosis 4,5 mg/kg BB memiliki rata-
rata 69,58 % Hutampea. 1994. Inventaris Tanaman
Obat Indonesia Edisi III.
Departemen Kesehatan Republik
Saran Indonesia; Jakarta.
1. Perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut untuk bisa mengembangkan Kusbandono, E. 2013. Manfaat Daun
hasil peneletian ini dengan Dan Buah Kersen. Diambil Melalui
mengunakan metode yang lebih https://id-
bagus sepeti mengunakan metode : id.facebook.com/notes/erryk-
a. maserasi dengan mengunakan kusbandhono/manfaat-daun-buah-
pelarut etanol dengan mengambil keres-kersen/10150378018513571.
ektrak kental daun kersen. Pada Tanggal 13 april 2014.
b. ekstraksi dengan mengambil
ekstrak etanol dari daun kersenl. Mutschler, E. 1991. Dinamika obat. ITB
2. Perlu dilakukan Uji KLT mengenai Press; Bandung.
kandungan kimia pada daun kersen.
Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran
REFERENSI Teknologi Farmasi. Yogyakarta.
Amanda, A. 2013. Pembuatan Teh Daun Gadjah Mada University Press
Kersen. Diambil melalui
http://aziamanda00.blogspot.com/20
13/01/pembuatan-teh-daun-
karsen.html. Pada Tanggal 13 april
2014

Anonim. 1986. Sediaan Galenik.


Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta.

Anonim. 2001. Inventaris Tanaman Obat


Jilid II. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia Jakarata.

ISSN 2355-1313 60
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Pengaruh Ukuran Partikel Zeolit Terhadap Peningkatan Kadar Bioetanol


Rinda wulandari 1, Cipto Priyono 2
. Diploma Pharmacy Program Studies of Polytechnic Bhakti Mulia Sukoharjo

ABSTRACT: Background : The development of the world energy needs are increasing and
limitations of fossil energy causes the current attention devoted to search for sources of
environmentally friendly renewable energy such as solar energy, hydro energy, geothermal energy,
and biomass energy. Global issues of climate change also encourage the use of biomass as a
replacement fuel or as an additive.
Objective : To determine the effect of particle size on the provision of natural zeolite and to merease
levels of Bioethanol and To make bhioethanol with grading more pure than the levels of the previous
samples with the addition of natural zeolite as an adsorbent of water.
Methods : This study was a kind of experimental research, data analysis methods used in this study
was the SPSS statistical one-way analysis of variance ( Oneway Analysis of variance = Oneway
ANOVA ).
Results : From the results of this study were obtained from the addition of bioethanol increased levels
of zeolites with different particle size measurement, with a No. 20 sieve size levels increased by 18 %,
sieve size No. 50 levels increased by 20.4 %, while there was an increase in coarse mixture levels by
7.2 %. The result the results of ANOVA test should significant any different about particle size with
increasing levels of bioetanol.
Conclusion : Based on the results obtained, it can be concluded that the smaller the particle size, will
be produced of greater levels of bioethanol.
Keywords : Elevated levels, particle size zeolite, Bioethanol .

ABSTRAKSI: Latar Belakang: Perkembangan kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat dan
keterbatasan energi fosil menyebabkan perhatian saat ini ditujukan untuk mencari sumber-sumber
energi terbarukan yang ramah lingkungan seperti energi surya, energi hidro, energi geotermal, dan
energi biomassa. Isu global tentang perubahan iklim juga mendorong penggunaan energi biomasa
sebagai pengganti bahan bakar atau sebagai bahan aditif.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh ukuran partikel pemberian Zeolit alam terhadap peningkatan
kadar Bioetanol dan untuk membuat Bioetanol dengan kadar yang lebih murni dari kadar sampel
sebelumnya dengan penambahan zeolit alam sebagai adsorbent air.
Metode: Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental, metode analisis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah data statistik SPSS analisis ragam satu arah (Oneway Analysis
of variance = Oneway ANOVA)
Hasil: Dari penelitian ini diperoleh hasil peningkatan kadar bioetanol dari penambahan zeolit dengan
ukuran ukuran partikel yang berbeda, dengan ukuran ayakan No 20 terjadi peningkatan kadar sebesar
18 %, ukuran ayakan No 50 terjadi peningkatan kadar sebesar 20,4 % sedangkan pada campuran
kasar terjadi peningkatan kadar sebesar 7,2 %. Dari hasil uji ANOVA diperoleh hasil yang signifikan.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa semakin kecil ukuran
partikelnya maka semakin besar kadar bioetanol yang di hasilkan
Kata Kunci: Peningkatan kadar, Ukuran partikel Zeolit, Bioetanol.

1.1. PENDAHULUAN yang signifikan seperti pemanasan global (Bries,


Dewasa ini secara umum dunia sedang 2008).
mengalami krisis minyak karena konsumsi Kebutuhan yang semakin meningkat dan
tahunan minyak terus meningkat. Perkembangan fenomena kelangkaan bahan bakar minyak pada
dan pertumbuhan industri kimia di Indonesia tahun-tahun belakangan ini telah memberikan
meningkat dengan pesatnya. Akibatnya dampak yang sangat luas di berbagai sektor
cadangan minyak kita menjadi sangat cepat kehidupan. Sektor yang paling cepat terkena
habis. Para ilmuwan memprediksi bahwa pada dampaknya adalah sektor transportasi. Fluktuasi
saat ini minyak yang kita konsumsi akan benar- suplai dan harga minyak bumi menggambarkan
benar habis hanya dalam 40 tahun pasokan bahwa jumlah cadangan minyak yang ada di
bahan bakar fosil. saat ini tingkat konsumsi bumi semakin menipis. Minyak bumi adalah
minyak lebih meningkat menggunakan lebih dari bahan bakar yang tidak bisa diperbarui sehingga
sumber daya yang terbatas. Disisi lain, harus ada bahan bakar pengganti sebagai
disamping minyak memiliki beberapa manfaat antisipasi menipisnya bahan bakar fosil.
dalam komunitas global, tetapi hasil pembakaran indonesia sebagai negara yang mempunyai
minyak meningkatkan konsentrasi gas di potensi sumber bahan bakar alam (biofuel)
atmosfer dan menyebabkan masalah lingkungan berpeluang untuk mengembangkan energi
ISSN : 2355-1313 60
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

alternatif terbarukan antara lain bioetanol. 1.2. METODE PENELITIAN


Pengembangan biofuel didukung dengan Penelitian dilakukan diLaboratorium
dikeluarkannya Perpres No. 5 Tahun 2006 Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo bulan
tentang Kebijakan Energi Nasional dan Inpres April Mei 2014. Penelitian ini termasuk
No. 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan penelitian eksperimental.
Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Populasi dan Sampel penelitian ini
sebagai Bahan Bakar Lain. Bioetanol berpotensi Proses peningkatan kadar Bioetanol dengan
untuk dikembangkan karena ramah lingkungan. penambahan Zeolit alam dengan ukuran partikel
bioetanol merupakan alternative penyedia energi yang berbada, Menggunakan sampel Zeolit alam
dunia. Penggunaan bakar alternatif harus dan etanol (C2H5OH).
segera dilakukan terutama yang berbentuk cair, Prosedur penelitian ,Pengambilan
karena masyarakat sudah sangat familiar dengan sampel : Sampel yang digunakan pada penelitian
bahan bakar cair. Ada solusi penganti yang dari ini adalah etanol dengan kadar awal 65 %
dulu hingga sekarang selalu dikebiri dan memiliki bau yang khas, tidak berwarna dan tidak
diintimidasi oleh kartel-kartel minyak, yaitu berasa. Zeolit alam dengan ukuran partikel yang
teknologi BioEtanol (BioAlkohol) dan BioDiesel berbada dari hasil pengayakan no 20, 50 dan
yang mampu 100% menggantikan fungsi bensin campuran kasar (60).
dan solar. Ramah lingkungan, biodegradable, Penanganan sampel : Sampel zeolit
dan terbaharui (Dwi, 2007). terlebih dahulu dilakukan pengayakan dengan
Selain Peraturan Pemerintah mengenai ukuran ayakan yang berbeda dan hasilnya
kebijakan energi, terdapat larangan untuk dipisahkan kemudian masing-masing sampel
meminum arak atau alkohol karena akibatnya ditimbang hingga mencapai berat yang
yang amat buruk bagi kesehatan . salah satu diinginkan. Sampel etanol di bagi menjadi 3
larangan terdapat pada Keputusan Presiden RI perlakuan yaitu perlakuan penambahan zeolit
No.3 Tahun 1997 tanggal 31 Januari 1997, hasil ukuran 20, 50 dan campuran kasar (60),
tentang Pengawasan dan Pengendalian masing-masing dilakukan sebanyak 5 kali
Minuman Berakohol. Keppres tersebut tidak replikasi dengan bobot zeolit masing-masing 100
terlepas dari respons positif pemerintah terhadap gram dan sampel etanol kadar rendah (65 %)
tanggapan ketidakpuasan di dalam masyarakat sebanyak100 ml.
terhadap Peraturan Daerah mengenai minuman Pembuatan kerja peningkatan kadar
berakohol. Sesuai dengan Keppres mengenai 1) Menimbang 100 gr zeolit dari hasil ukuran no
larangan penggunaan minuman berakohol, maka 20, 50 dan campuran kasar (60) kemudian
pembuatan tuak atau arak dibatasi (Yuarini, dimasukkan erlenmeyer.
2007). 2) Ditambah dengan 100 ml etanol kadar
Eksploitasi minyak sebagai bahan bakar rendah (65%) dan ditutup, kemudian
yang tidak dapat diperbaharui terus menerus dilakukan perendaman dan penggojokan
dapat menyebabkan persediaan bahan bakar menggunakan stirrer selama 2 jam.
fosil semakin langka. Perkembangan kebutuhan 3) Setelah 2 jam mengukur hasil peningkatan
energi dunia yang semakin meningkat dan kadar etanol menggunakan alkoholmeter.
keterbatasan energi fosil menyebabkan perhatian 4) Masing-masing hasil ayakan ( no 20, 50 dan
saat ini ditujukan untuk mencari sumber-sumber campuran kasar) dilakukan perlakuan
energi terbarukan yang ramah lingkungan seperti sebanyak 5 kali replikasi.
energi surya, energi hidro, energi geotermal, dan Pengukuran peningkatan kadar, Peningkatan
energi biomassa. Isu global tentang perubahan kadar etanol diukur dengan menggunakan alat
iklim juga mendorong penggunaan energi Alkoholmeter dengan cara, etanol di tuang ke
biomasa sebagai pengganti bahan bakar atau dalam gelas ukur kemudian alkoholmeter
sebagai bahan aditif (Balat. M., Balat, H. and Oz, dimasukkan dan diamati hasil skala nominal
C., 2008). yang tunjukkan oleh alat tersebut.
Tujuan umum penelitian ini Sebagai salah Teknik Analis Data Metode analisis data
satu upaya untuk memanfaatkan bioetanol yang digunakan pada penulisan karya tulis ini
menjadi produk yang lebih bermanfaat melaui adalah analisis ragam satu arah (Oneway
proses peningkatan kadar. Analysis of variance = Oneway ANOVA).
Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Pengaruh ukuran partikel zeolit terhadap
pengujian ANOVA diperlukan hipotesa data peningkatan kadar bioetanol.
dimana H0 tidak ada perbedaan peningkatan
kadar bioetanol dan H1 adanya perbedaan 2.1. HASIL
peningkatan kadar bioetanol dengan pemberian Sampel Etanol di uji kadarnya 65 % ( Etanol
perbedaan ukuran partikel zeolit dengan taraf NAHCO 70 %)
yang signifikan ( = 0,05 atau 5%). Pengambilan sampel 100 ml
Pemberian zeolit + 100 g
ISSN : 2355-1313 61
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Perendaman dan penggojokan selama 2 jam Multiple Comparisons


peningkatankadar
Ukuran serbuk zeolit : Mesh 20,50 dan campuran
LSD
kasar ( diameter 3 5 mm) Mean
Peningkatan kadar : hasil kadar setelah (I) (J) Std.
Difference Sig.
ukuranayakan ukuranayakan Error
penambahan zeolit kadar sebelum (I-J)
penambahan zeolit. 20
dimension3
50
*
-2.25000 .74453 .012
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Peningkatan 60
*
10.80000 .70195 .000
*
Kadar dimensio 50
dimension3
20 2.25000 .74453 .012
Ukuran Volum Rata rata Rata Rata rata n2 60
*
13.05000 .74453 .000
ayakan e bobot rata peningkatan *
60 20 -10.80000 .70195 .000
etanol zeolit kadar kadar dimension3 *
50 -13.05000 .74453 .000
NO 20 100 ml 102 g 83 % 18 % *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
NO 50 100 ml 102,6 g 85,4 % 20,4 %
Campuran 100 ml 100,8 g 72,2 % 7,2 % Multiple Comparisons
kasar Peningkatankadar
LSD
95% Confidence
Dari hasil data pengamatan diatas menunjukan (J) Interval
bahwa semakin kecil ukuran partikelnya maka di (I) ukuranayakan
ukuranayakan Lower Upper
peroleh kadar yang semakin besar. Bound Bound
HASIL UJI STATISTIK SPSS 20 50 -3.8887 -.6113
dimension3
60 9.2550 12.3450
Tabel 2.1 Hasil uji Normalitas 50 20 .6113 3.8887
dimension2 dimension3
Tests of Normality 60 11.4113 14.6887
Ukuran Kolmogorov- 60 20 -12.3450 -9.2550
ayakan Smirnov
a
Shapiro-Wilk dimension3
50 -14.6887 -11.4113
Statis Statisti
tic Df Sig. c df Sig.
peningkat 20 .300 5 .161 .883 5 .325 3.1. PEMBAHASAN
ankadar dimensio 50 .283 4 . .863 4 .272 Biotanol merupakan sediaan cairan kimia
n1
60 .246 5 .200
*
.956 5 .777 yang kadarnya didasarkan pada perbandingan
a. Lilliefors Significance Correction antara jumlah etanol (C2H5OH) dan air. Semakin
*. This is a lower bound of the true significance. sedikit kadar airnya maka semakin tinggi pula
kadar etanolnya, dengan demikian untuk
Tabel 4.3 Hasil Uji Homogenitas meningkatkan kadar etanol adalah dengan cara
Test of Homogeneity of Variances menghilangkan kadar air yang terdapat di dalam
Peningkatankadar campuran cairan tersebut.
Levene Statistic df1 df2 Sig. Berbagai upaya dilakukan untuk memurnikan
1.109 2 11 .364 atau meningkatkan kadar etanol salah satunya
menggunakan zeolit sebagai adsorbent airnya
Tabel 2.2 Hasil Uji Statisti ANOVA (pengikat airnya). pada pemurnian bioetanol
ANOVA dapat digunakan dengan 2 cara yaitu cara kimia
Peningkatankadar dan fisika. cara kimia dengan menggunakan batu
Sum of Mean gamping, sedangkan cara fisika ditempuh
Squares df Square F Sig. dengan proses penyerapan menggunakan zeolit.
Between Groups 458.807 2 229.404 186. .000 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
232
Within Groups 13.550 11 1.232
pengambilan data dilakukan dengan tiga
Total 472.357 13 perlakukan yang berbeda, perlakukan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk
Tabel 2.3. Hasil Uji Post Hoc ukuran partikel zeolite, yaitu 20 mesh, 50 mesh
Post Hoc Tests dan campuran kasar.
Multiple Comparisons Pada penelitian ini berat zeolite yang
peningkatankadar digunakan setiap Replikasinya adalah 100g tiap
LSD perlakuan. Sebelum penelitian zeolite terlebih
Mean dahulu diayak dengan menggunakan ayakan no
(I) (J) Std.
Difference Sig.
ukuranayakan ukuranayakan
(I-J)
Error 20 dan no 50 serta campuran kasar. pada
20 50
*
-2.25000 .74453 .012 penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
dimension3 * pengaruh pemberian perbedaan ukuran partikel
60 10.80000 .70195 .000
dimensio 50 20
*
2.25000 .74453 .012 zeolit terhadap peningkatan kadar etanol.
dimension3 Adapun ukuran partikel yang telah ditetapkan
n2 60
*
13.05000 .74453 .000
60 20
*
-10.80000 .70195 .000 adalah partikel dengan ukuran ayakan No 20
dimension3
50
*
-13.05000 .74453 .000 dengan ukuran 1,27 mm dan ukuran ayakan No

ISSN : 2355-1313 62
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

50 dengan ukuran 0,508 mm, sedangkan pada Ukuran partikel yang akan dipisahkan juga
campuran kasar ukuran partikelnya tidak merupakan salah satu faktor yang dapat
menentu karena ada yang kecil dan ada yang mempengaruhi kapasitas dan laju adsorpsi zeolit
besar. terhadap adsorbat tertentu. Ukuran partikel pori
Untuk mengetahui peningkatan kadar zeolit akan mempengaruhi selektifitas zeolit
bioetanol ditetapkan dengan menggunakan terhadap molekul-molekul mana yang akan
Alkoholmeter dikarenakan alatnya lebih masuk ke dalam rongga zeolit dan mana yang
sederhana, harganya murah, serta mudah dalam akan ditolak. Semakin kecil diameter pori, maka
pengamatannya. Alat ini dapat menganalisa proses pemisahan menggunakan sifat zeolit akan
secara langsung peningkatan kadar yang semakin selektif. Berkaitan dengan jumlah pori,
terdapat sampel bioetanol tersebut. Cara kerja apabila diameter pori semakin banyak, maka
alat ini adalah dengan meletakkan alkoholmeter akan semakin banyak senyawa-senyawa yang
kedalam sampel bioetanol dari hasil dapat masuk dan terjerap dalam pori-pori zeolit.
penambahan zeolit yang telah ditampung. Sebaliknya, semakin kecil diameter pori dari
Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil suatu zeolit, maka zeolit tersebut akan semakin
peningkatan kadar dari penambahan zeolit selektif dalam menyerap ataupun meloloskan
dengan hasil ayakan No 20 terjadi peningkatan zat-zat yang akan terjerap ke dalam pori-pori
kadar sebesar 18 %, dan hasil ayakan No 50 zeolit. Selain itu, diameter pori zeolit juga dapat
sebesar 20,4 %, sedangkan pada campuran digunakan untuk menentukan golongan ataupun
kasar diperoleh hasil sebesar 7,2 %. Dari ketiga klasifikasi dari sampel zeolit sebagai material
hasil peningkatan kadar etanol tersebut berpori. Physisorption (adsorpsi secara fisik)
menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran digunakan untuk menentukan kemampuan
partikelnya maka di peroleh kadar yang semakin adsorbsi dari zeolit, baik zeolit alam, yang
besar. dimodifikasi, maupun zeolit sintetis 3A. Proses
Dari hasil analisa SPSS diperoleh : adsorbsi yang terjadi pada zeolit merupakan
1. Dari tabel Tests of Normality didapatkan hasil adsorpsi secara fisik (physisorption) dimana
yang signinifikan yaitu lebih besar dari = struktur elektron dari molekul zeolit tidak
0,05. terganggu pada saat proses adsorbsi.
2. Dari tabel tests of homogeneity of variance Prinsip dari penelitian ini adalah bahwa
yang menguji hipotesis ukuran molekul air lebih kecil daripada molekul
Ho : 1 = 2 = 3 alkohol sehingga air dapat terjerap masuk ke
H 1 : 1 2 3 dalam pori pori zeolit sementara etanol tidak
Di mana : 1 = Rerata kadar dengan dapat terjerap masuk ke dalam pori pori zeolit
pemberian zeolit hasil ukuran no 20 karena ukuran molekulnya lebih besar daripada
2 = Rerata kadar dengan pemberian ukuran pori pori zeolit.
zeolit hasil ukuran no 50 Ukuran partikel zeolit berkaitan dengan luas
3 = Rerata kadar dari hasil campuran permukaan zat, semakin kecil ukuran partikel
kasar (no 60) total maka semakin besar luas permukaan
Memberikan nilai P Value ( signifikan ) = kontak antar zat. Dengan demikian semakin
0,364 yang lebih besar dari = 0,05 banyaknya area kontak maka suatu zat di
sehingga Ho : 1 = 2 = 3 tidak dapat harapkan semakin mudah / cepat bereaksi.
ditolak. Kesimpulan ketiga sampel Pada penelitian ini semakin banyak luas
peningkatan kadar berasal dari populasi permukaan yang kontak akan menghasilkan
yang memiliki ragam yang sama. adsorbsi air lebih banyak. Perbedaan ukuran
3. Dari tabel hasil uji statistik ANOVA, memberi partikel akan menghasilkan kadar etanol yang
nilai statistik F = 186,232, Karena P Value berbeda dan semakin kecil ukuran partikel
(signifikan) = 0,000 lebih kecil dari = 0,05, diperoleh kadar yang semakin besar. Pada
maka Ho : 1 = 2 = 3 ditolak sehingga campuran kasar yang ukurannya tidak menentu,
ada perbedaan yang signifikan, Kesimpulan maka efektivitas penyerapan airnya semakin
dari ketiga peningkatan kadar menghasilkan kecil sehingga hasil peningkatan kadarnya
produk dengan kualitas yang berbeda. rendah.
4. Untuk mengetahui purata peningkatan kadar
mana saja yang berbeda, di lakukan Post 3.1. Kesimpulan
Hoc Multiple Comparison. Hasil output SPSS Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
untuk Post Hoc Multiple Comparison LSD yaitu peningkatan kadar bioetanol dengan
adalah bahwa purata peningkatan kadar No penambahan zeolit dengan ukuran partikel yang
20 berbeda dengan purata peningkatan berbeda diperoleh hasil peningkatan kadar
kadar No 50 dan purata peningkatan kadar dengan no ayakan 20 sebesar 18%, no ayakan
No 60 (campuran kasar). 50 sebesar 20,4 %, dan campuran kasar (no 60)
sebesar 7,2%.
ISSN : 2355-1313 63
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Dari hasil penelitian di atas maka dapat [11] Dwi, 2007. Bioetanol, energi alternatif
disimpulkan bahwa semakin kecil ukuran partikel yang kompetitif. www. Dwi
zeolit maka semakin besar kadar etanol yang di blogspot.com.Tanggal 19 marat 2014
hasilkan. [12] Flanigen EM. 1980. Molecular Sieve
Zeolite Technology-The First Twenty-
3.1. Saran Five Years. Plenary Paper-Technology.
1. Perlu dilakukannya destilasi untuk alkohol Pure Appl Chem 52 : 2191-2211. Great
yang telah di beri perlakuan pemberian zeolit Britain : Pergamon Pr.
untuk penelitian lebih lanjut. [13] Fogler, Scott H. Elements of Chemical
2. Perlu dilakukan penggojokan kembali dengan Reaction Engineering . University of
bobot yang terbagi untuk penelitian lebih Michigan, USA. 1991.
lanjut. [14] Gruszkiewics, M.S., Simonson, J.M.,
Burchell, T.D., Cole, D.R., 2005, Water
REFERENSI Adsorption and Desorption on
[1] Abdur Rahman & Budi Hartono. 2004. Microporous Solids at Elevated
Makara, kesehatan, vol. 8, no. 1, juni Temperature, Journal of Thermal
2004: 1-6:Penyaringan air tanah dengan Analysis and Calorimetry 81, 609-615.
zeolit alami untuk menurunkan kadar [15] Harjanto, S., (1987) : Lempung, Zeolit,
besi dan mangan. Jakarta: Departemen Dolomit, dan Magnesit, Publikasi
Kesehatan Lingkungan, Fakultas khusus,Direktorat Sumber Daya Mineral,
Kesehatan Masyarakat, Universitas 108-119.
Indonesia, Depok 16424, Indonesia [16] Igbokwe, P.K., Okolomike, R.O.,
[2] Al-Asheh S, Banat F, Al-Lagtah N. 2004. Nwokolo, S.O., 2008, Zeolite for Drying
Separation of Ethanol-Water Mixtures of Ethanol-Water and Methanol-Water
Using Molecular Sieves and Biobased Systems from Nigerian Clay Resource,
Adsorbents. Chem Eng Res Des 82 : Journal of The University of Chemical
855-864. Technology and Metallurgy, 43, I, 109-
[3] Auerbach, Scott M., Carrado, Kathleen 112.
A., & Dutta, Prabir K.. 2003. Handbook of [17] Jozefaciuk, G., Bowanko, G., 2002,
zeolite science and technology. New Effect of Acid and Alkali Treatments on
York: Marcel Dekker, Inc. Surface Areas and Adsorption Energies
[4] Balat, M., Balat, H. and z, C., 2008, of Selected Minerals, Journal Clays and
Progress in bioethanol processing. Clay Minerals, 50 No. 6, 771-783.
Progress in Energy and Combustion [18] Kohl S. 2004. Ethanol 101-7 :
Science, 34:551573. Dehidration. Ethanol Today. Maret 2004.
[5] Bries. A. Rodiel, 2008. The Extraction of http://www.ovsclub.com.vn/datapic/File/E
Bioethanol from Pineaplle (Ananas thanol_Dehydration.pdf. (5 mei 2014).
Comosus) Peelings Through [19] Moechtar., (1990), Farmasi Fisika,
Simultaneous Saccharification and UGM Press, Yogyakarta, 169
Fermentation Using The Yeast [20] Onuki S. 2006. Bioethanol : Industrial
Saccharomyces Cerevisiae. Quezon City production process and recent studies.
Science High School, Istanbul. www.public.iastate.edu/~tge/courses/ce5
[6] Butland, T.D., 2008, Adsorption Removal 21/sonuki.pdf. (5 mei 2014).
of Tertiary Butyl Alcohol from [21] Ozkan, F.C., Ulku, S., 2005, The Effect
Wastewater by Zeolite, Thesis of of HCl Treatment on Water Vapor
Worcester Polytechnic Institute. Adsorption Characteristics of
[7] Chemiawan. T. 2007. Krisis energi dan Clinoptilolite Rich Natural Zeolite, Journal
globalisasi http://mahasiswanegarawan. Microporous and Mesoporous Materials
wordpress. com 18 -08 2007 Diakses 77, 47-53.
tanggal 19 maret 2014 [22] Ozkan, F.C., Ulku, S., 2008, Diffusion
[8] Clark J. 2007. Pembuatan Alkohol dalam Mechanism of Water Vapour in A Zeolitic
Skala Produksi. http://www.chem-is- Tuff Rich in Clinoptilolite, Journal of
try.org. (5 mei 2014). Thermal Analysis and Calorimetry 94,
[9] Depkes,1979. Farmakope indonesia 699-702
edisi III. Jakarta: Depatermen kesehatan [23] Paturau, J. M. 1981. By Product of the
Republik Indonesia. Sugar Cane Sugar Industry: An
[10] Djaeni, M., 2008, Energy Efficient Introduction to Their Industrial Utilization.
Multistage Zeolite Drying for Heat Elseiver Scientific Publ. Co.Amsterdam.
Sensitive [24] Payra, P., Dutta, P.K., 2003, Zeolites : A
Primer, in Auerbach, S.M., Carrado,
ISSN : 2355-1313 64
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

K.A.,Dutta, P.K.,(Ed.). Handbook of [31] Sumin, L., Youguang, M.A., Chunying,


Zeolite Science and Technology, Marcel Z., Shuhua, S., Qing, H.E., 2009, The
Dekker New York, pp 1-19. Effect of Hydrophobic Modification of
[25] Riyadi, Awang .2007. Pemanasan Global Zeolites on CO2 Absorption
dan Konsep Rumah Hemat Energi. Enhancement,Chinese Journal of
www.Google.com.tanggal 19 maret Chemical Engineering, 17(1), 36-41.
20014 [32] Suwardi. 2000. Pemanfaatan mineral
[26] Rosita, N., Erawati, T., Moegihardjo, M., zeolit di bidang pertanian dan lingkungan
2004, Pengaruh Perbedaan Metode [abstrak]. Di dalam : Seminar Staf
Aktivasi Terhadap Efektivitas Zeolit Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, IPB,
sebagai Adsorben, Majalah Farmasi 22 Maret 2000. http://suwardi-
Airlangga, 4 No. 1, 20-25. abstrak.blogspot.com. [26 Mei 2009].
[27] Senda, S.P., Saputra, H., Sholeh, A., [33] Ulku, S., Cakicioglu, F., 1991, Energy
Rosjidi, M., Mustafa, A., 2006, Prospek Recovery in Drying Application,
Aplikasi Produk Berbasis Zeolit untuk Renewable Energy, 1 No. 5/6, 695-698.
Slow Release Substances (SRS) dan [34] Van Bekkum, H, E.M Flaningen, and J.C.
Membran, Artikel Badan Pengkajian dan Jansen, Introduction to Zeolite Science
Penerapan Teknologi Indonesia, ISSN and Practice. New York : Elsevier.USA.
1410-9891. 2007.
[28] Sheppard, R. A. and Gude, A.J.. 1969. [35] Yuarini D.A.A. 2007. Proses Produksi
Chemical Composition and Physical Dan Karakteristik Arak di Kecamatan
Properties of The Related Zeolites Sidemen, Kabupaten Karangasem,
Offretite and Erionite. American Propinsi Bali. Skrpisi S1 Fakultas
Mineralogist: 54: 875-886. Teknologi Pertanian.Universitas
[29] Smith, J.M. Chemical Engineering Udayana. Bali
Kinetics. McGraw-Hill Book Co, [36] [IUPAC] International of Pure and
Singapura. 1967. Applied Chemistry. 1997. IUPAC
[30] Suardana, I.N., 2008, Optimalisasi Daya Compendium of Chemical Terminology.
Adsorpsi Zeolit Terhadap Ion Ed ke-2. http://www.iupac.org/
Kromium(III),Jurnal Penelitian dan goldbook.pdf. ( 5 mei 2014).
Pengembangan Sains & Humaniora
Lembaga PenelitianUndiksha, Vol. 2(1),
17-33.

ISSN : 2355-1313 65
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

KEMAMPUAN EFEK SEDASI INFUSA UMBI RUMPUT TEKI (Cyperus rotundus L )


PADA MENCIT JANTAN RAS SWISS

THE CAPABILITY OF SEDATIVE EFFECT FROM NUT GRASS ROOT (Cyperus


rotundus L) INFUSA TO MALE MICE OF SWISS RASS

Septia Ningsih1, Nova Rahma W2


thussannofx@gmail.com
Pharmacy Undergraduate Program Study of Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

ABSTRACT

Background: Lately, most people have the less of sleep well ability, it causes many
problems rising, like migraine, decreasing of imunity, less of work productives even
decreasing of metal function. Most people consume many chemical medicines for
solving that problems.In otherhand, it has a lot of side effects that will be danger to our
body. Because of this, many scientists discover the sedative effect from nature
materials, one of them is nut grass root (Cyperus rotundus L). Allegedly, the nut grass
root contains alkaloid, flavanoid and saponine that can rise the sedative effect.
Objective: This research has goal to prove the sedative effect from the nut grass root
infusa to mice. This research also has goal to know the effective doses from the nut
grass root infusa potension if compared with fenobarbital as positive control.
Method: This study was the experimental research with post test only control group
design cross sectional. The population for this study were male mice and the nut grass
root (Cyperus rotundus L), the samples for this study were nut grass infusa with using
infundation method and thirdty three mices swiss rases, which have weight about 20-
40 gram, male and addolescent and the mices swiss race grouping into 5 group
treatment positive control group (fenobarbital), negative control group (CMC Na 1%),
and the nut grass root group with increase dose 4,55; 9,1; and 18,2 mg/gBB. The
sedation effect was observed as onset and duration. First, the data was analysis by
descriptive test to know average from the each data. Continued with normality test with
Shapiro wilk, the data distribution was normal if P>0,05. Then continued with
homogeneity test (Levene test), data distribution was homogeny if P>0,05. Continued
with one way Anova test , data showed the difference inter group treatment with LSD
test.
Result: Nut grass root infusa resulted rendement about 72,8% , the most high of
average onset is negative control group (mean=108,00) and the most high of average
duration was positive control group (mean=170,00). In one way anova test and post
hoc test analysis with LSD test showed that the difference inter group treatment.
Conclusion: nut grass root can give sedative effect but lower than fenobarbital.
Keywords: sedation effect, nut grass root, infusa

ABSTRAK
Latar Belakang: Berkurangnya kemampuan tidur nyenyak pada kebanyakan orang
sekarang ini, menyebabkan timbul beberapa masalah pada kesehatan, antara lain
pusing, migraine, kekebalan tubuh menurun, stress, produktivitas menurun bahkan
menurunkan fungsi metal. Untuk mengatasi masalah tersebut, kebanyakan orang
mengkonsumsi obat-obatan kimia. Jika obat-obatan tersebut dikonsumsi terus
menerus, maka efek samping yang terjadi jauh lebih besar dan berbahaya. Hal inilah
yang mendorong penggunaan sedasi dari bahan alam, salah satunya adalah tanaman

ISSN 2355-1313 66
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

umbi rumput teki (Cyperus rotundus L). Diduga efek sedasi yang ditimbulkan dari umbi
rumput teki akibat kandungan senyawa alkaloid, flavonoid dan saponin.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan efek sedasi dari infusa
umbi rumput teki dengan pembanding Phenobarbital sebagai kontrol positif. Penelitian
ini juga bertujuan untuk mengetahui dosis efektif yang paling mendekati dosis kontrol
positif diantara variasi dosis yang diberikan.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post test only control
group design cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah mencit dan umbi
rumput teki, sedangkan sampelnya yaitu umbi rumput teki yang sudah tua dan siap
penen, berwarna kecoklatan dan berbau harum serta mencit jantan ras swiss yabg
berumur 35 hari, berat 20-40 gram. Jumlah mencit yang diujikan sebanyak 33 ekor,
yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok perlakuan, yaitu kelompok kontrol positif
(fenobarbital), kontrol negatif (CMC Na 1%), kelompok infusa umbi rumput teki dengan
dosis bertingkat 4,55; 9,1 dan 18,2mg/gBB. Data yang diperoleh adalah data efek
sedasi yang timbul diamati sebagai onset dan durasi. Kemudian dilanjutkan dengan uji
One Way Anova, data menunjukkan perbedaan yang bermakna jika P=0,00 atau tidak
ada perbedaan jika P>0,00. Dilanjutkan dengan Post Hoc Test untuk mengetahui
secara rinci apakah ada perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan dengan
uji LSD.
Hasil: Hasil rendemen infusa umbi rumput teki Rerata onset paling tinggi
adalah kelompok kontrol negatif (mean=108,00) dan rerata durasi paling tinggi adalah
kelompok kontrol positif (mean=170,00). Pada uli One way Anova dan pada analisis
post hoc tests dengan uji LSD menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antar
kelompok perlakuan
Kesimpulan: Umbi rumput teki mampu memberikan efek sedasi namun lebih rendah
dibanding fenobarbital.

Kata kunci: efek sedasi, umbi rumput teki, infusa

ISSN 2355-1313 67
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

PENDAHULUAN salah satunya menggunakan umbi


Tidur nyenyak sama pentingnya rumput teki (Cyperus rotundus L).
seperti diet dan berolahraga untuk Rumput teki (Cyperus rotundus
menjaga kesehatan yang prima. Tidur L) sangat mudah ditemukan di
membuat tubuh segar dan mampu Indonesia. Rumput teki merupakan
memperbaiki diri akibat kegiatan sehari- tanaman gulma utama pertanian,
hari yang melelahkan. Tidur nyenyak karena memiliki umbi batang sebagai
dapat mengurangi stress, mekanisme pertahanan yang dapat
meningkatkan produktivitas, dan tahan berbulan-bulan. Meskipun
meningkatkan fungsi mental. Jika kita sebagai gulma, rumput teki (Cyperus
cukup tidur, kita memiliki energi untuk Rotundus) mempunyai berbagai
menjalani kehidupan yang aktif, manfaat pengobatan yaitu untuk
produktif dan memuaskan. Namun menstabilkan siklus hormonal, obat
akan menjadi hal yang berkebalikan sakit perut, obat untuk memperlancar
jika kita menderita insomnia (susah kencing, obat cacingan, sebagai air
tidur). Kurang tidur dapat menurunkan pencuci anti keringat, obat sakit gigi,
produktivitas dan juga kemampuan untuk obat borok, radang kuku, nyeri
tubuh untuk mencegah infeksi akan lambung, busung, kencing batu, sakit
menurun (Anggara R, 2009). dada, sakit iga, luka terpukul, bisul,
Kebanyakan orang mengatasi mual, muntah, dan lain-lainnya (Ahmad
masalah-masalah tersebut WF dkk, 2009).
menggunakan obat-obatan yang Studi fitokimia sebelumnya pada
mampu mempercepat induksi tidur dan umbi rumput teki mengandung adanya
memperlama waktu tidur (sedatif alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida
hipnotik). Hipnotik dan sedatif dan furochromones, saponin dan
merupakan golongan obat pendepresi seskuiterpenoid (Hanny Friska Y,
susunan saraf pusat (SSP). Efeknya 2012). Beberapa penelitian terdahulu
bergantung kepada dosis, mulai dari menyatakan bahwa senyawa alkaloid,
yang ringan yaitu menyebabkan tenang flavonoid, dan saponin merupakan
atau kantuk, menidurkan, hingga yang senyawa yang memiliki pontensi efek
berat yaitu hilangnya kesadaran, sedatif (Dini Novindriani dkk, 2013).
keadaan anastesi, koma dan mati Berdasarkan uraian diatas maka
(Gunawan, 2007). peneliti ingin mengetahui kemampuan
Pada dosis terapi, obat sedatif efek sedasi pada umbi rumput teki
mampu menekan aktivitas mental, terhadap mencit jantan Ras Swiss,
menurunkan respons terhadap dengan pembanding Phenobarbital
rangsangan emosi sehingga akan sebagai kontrol positif. Penelitian ini
berefek menenangkan. Obat hipnotik juga bertujuan untuk mengetahui dosis
menyebabkan kantuk dan yang paling efektif, dimana mendekati
mempermudah tidur serta dosis kontrol positif, diantara variasi
mempertahankan tidur yang dosis yang dicobakan.
menyerupai tidur fisiologis (Gunawan,
2007:139). Sedangkan bila obat-obat METODE PENELITIAN
sedative hipnotik terlalu sering Tempat dan Waktu Penelitian
digunakan, maka terdapat efek Penelitian dilakukan di
akumulasi selain efek samping, yaitu Laboratorium Farmasi Poltekkes Bhakti
kerusakan degeneratif hati serta reaksi Mulia Sukoharjo, pada bulan april 2014.
alergi yang kerap kali muncul pada Populasi dan Sampel
pasien (Gunawan, 2007: 139). Hal Populasi dalam penelitian ini yaitu
inilah yang mendorong mencit dan umbi rumput teki.
dikembangkannya obat tradisional yang Sedangkan sampel yang digunakan
bersifat sedasi dari bahan-bahan alam, untuk penelitian ini adalah mencit

ISSN 2355-1313 68
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

jantan jenis Ras Swiss, usia 35 hari dibantu dengan program SPSS. Hasil
dengan berat badan 20-40 gram pengujian ANOVA, jika bermakna,
(sebagai hewan uji) berjumlah 33 ekor. maka dilanjutkan Posthoc test dengan
Sampel tanaman yang diujikan adalah metode LSD.
umbi rumput teki yang sudah tua
dengan warna kecoklatan dan berbau HASIL DAN PEMBAHASAN
harum yang dibuat infusa dengan Data Onset
metode infundasi Tabel 1. Uji statistik descriptive
Teknik Penelitian Dosis SD SEM RerataSEM
Pembuatan infusa pada 4.55 1.87 1.98 94.671.98
penelitian ini dengan menggunakan mg
metode infundasi, yaitu sediaan bahan 9.1 mg 1.81 3.74 48.443.74
alam disari menggunakan aquadest 18.2 1.54 4.65 33.114.65
kemudiaan dididihkan pada suhu 900C mg
selama 15 menit. Kontrol 1.00 3.57 28.003.57
Umbi rumput teki ditimbang positif
sebanyak 72,8 g dimasukkan dalam Kontrol 2.00 1.85 108.001.85
bekker glass lalu ditambahkan negatif
aquadest 145 ml. umbi rumput teki
dipanaskan diatas penangas air selama Tabel 2. Analisis Data One Way Anova
15 menit terhitung mulai tercapai suhu Nilai F Sig Keterangan
90C, kemudian disaring selagi panas 2400.649 0.000 <0.05 =
menggunakan kain flannel, kemudian bermakna
ditambahkan air panas melalui ampas
sampai volume yang dikehendaki yaitu Pada tabel 2 menunjukkan
100 ml, dan dihitung rendemennya. bahwa, hasil onset terdapat perbedaan
Selanjutnya dilakukan pengujian bermakna antara kelima kelompok.
efek sedative pada hewan uji mencit Hasil tersebut menunjukkan bahwa
jantan ras Swiss. Menimbang bobot setiap perlakuan memberikan pengaruh
masing-masing hewan uji, hewan uji signifikan terhadap efek sedasi yang
dibagi dalam 5 kelompok, yaitu 1 dihasilkan. Selanjutnya dilakukan
kelompok kontrol positif (fenobarbital), analisa Posthoc test untuk melihat
1 kelompok kontrol negatif (CMC Na perbedaan antar dua perlakuan.
1%), dan 3 kelompok perlakuan yakni Tabel 3. Uji Post Hoc Test dengan LSD
infusa umbi rumput teki dengan dosis Dosis VS Dosis Sig
4,55 mg/gBB (Dosis 1); 9,1 mg/gBB 4.55 mg vs kontrol 0.000
(Dosis 2); dan 18,2mg/gBB (Dosis 3). positig
Selanjutnya hewan uji diletakkan 9.1 mg vs kontrol 0.000
di kandang dan diamati lalu di tunggu positif
sampai mencit tertidur. Mencatat waktu 18.2 mg vs kontrol 0.000
pemberian obat sampai mulai timbulnya positif
efek (onset) dan hilangnya efek Kontrol negative 0.000
(durasi), ditandai dengan hilangnya vs kontrol positif
kemampuan hewan uji membalikkan
badan dari keadaan terlentang, hewan Pada tabel 3 menunjukkan bahwa
uji diam, tidak bergerak, usaha untuk setelah dilakukan pengujian antar
menegakkan diri tidak berhasil dan perlakuan, terdapat perbedaan
tidak lagi mencoba. bermakna ditunjukkan dengan masing-
Analisis Data masing nilai signifikan p<0.05.
Data onset dan durasi yang
diperoleh dianalisis secara statistik
menggunakan uji OneWay ANOVA

ISSN 2355-1313 69
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

Data Durasi belum sampai kategori tidur (Staf


Tabel 4 Uji Statistik Descriptives Pengajar Departemen Farmakologi,
Dosis SD SEM RerataSEM 2009:79). Onset adalah Waktu dari saat
4.55 2.60 3.64 71.443.64 obat diberikan hingga obat terasa
mg kerjanya, sedangkan Durasi adalah
9.1 mg 1.87 2.26 82.672.26 lama obat menghasilkan suatu efek
18.2 3.91 4.10 95.444.10 terapi (Ahyari J, 2007).
mg Pemberian dosis infusa umbi
Kontrol 4.00 2.35 170.002.35 rumput teki secara bertingkat
positif dimaksudkan untuk dapat
Kontrol 2.52 9.57 26.339.57 mempercepat timbulnya efek sedasi
negatif dan meningkatkan lamanya waktu
mencit tertidur secara signifikan yang
Tabel 5 Uji Statistik One Way Anova berarti semakin besar dosis yang
Nilai F Sig Keterangan diberikan maka semakin besar efek
973.876 0.000 <0.05 = sedatif yang ditimbulkan pada mencit
bermakna yang ditandai dengan semakin
Data durasi (pada tabel 5) menurunnya respon/kepekaan mencit
menunjuukan terdapat perbedaan yang terhadap lingkungan sekitar.
bermakna pada kelima kelompok Hasil analisis uji One Way Anova
perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa pada table 2 onset dan tabel 4 durasi
efek sedasi tiap perlakuan memiliki memberikan nilai signifikansi p<0,05.
perbedaan yang signifikan. Durasi yang Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
paling besar adalah kontrol positif perbedaan yang bermakna terhadap
diikuti oleh dosis infusa umbi rumput nilai rata-rata varian antar kelompok.
teki 18.2 mg, dosis 9.1 mg dan dosis Sehingga untuk mengetahui secara
4.55 mg. Kontriol negative rinci apakah ada perbedaan yang
menunjukkan rerata durasi yang sangat bermakna antar kelompok perlakuan
kecil. maka perlu dilakukan uji Post Hoc
test.Dalam uji post hoc test dengan uji
PEMBAHASAN LSD pada tabel 3 onset dan tabel 6
Infus/rebusan obat adalah durasi didapatkan hasil kelompok dosis
sediaan air yang dibuat dengan infusa umbi rumput teki 4,55 mg/gBB,
menyari simplisia nabati dengan air 9,1 mg/gBB, 18,2 g/gBB, kontrol positif
suhu 90 C selama 15 menit (Depkes fenobarbital dan kontrol negatif CMC
RI, 1979), yang mana ekstraksinya Na 1% dengan nilai P=0,000 (P<0,05)
dilakukan secara infundasi penyarian menunjukkan bahwa terdapat
adalah peristiwa memindahkan zat aktif perbedaan yang bermakna. Hal ini
yang semula di dalam sel ditarik oleh menunjukkan bahwa infusa umbi
cairan penyari sehingga zat aktif larut rumput teki dapat memberikan efek
dalam cairan penyari. Secara umum sedatif, namun efek sedatif yang
penyarian akan bertambah baik apabila ditimbulkan lebih rendah dari kontrol
permukaan simplisia yang bersentuhan positif sehingga dapat dikatakan bahwa
semakin luas (Depkes RI, 1986:2 ). efek terapinya masih di bawah
Sedasi adalah obat-obat yang fenobarbital.
bekerja sebagai depresan terhadap Mencit yang memiliki onset yang
sistem saraf pusat dengan jalan cepat yaitu pada kelompok kontrol
mengurangi secara ringan kepekaan positif (mean=28,00) dibandingkan
korteks atau sistem saraf pusat dengan kelompok perlakuan dosis
sehingga aktivitas fisiologis menjadi infusa umbi rumput teki 18,22 mg/gBB
ringan dan memberikan efek (mean=33,11) 9,1 mg/gBB
menenangkan pada pemakai, tetapi (mean=48,44), 4,55 mg/gBB (mean

ISSN 2355-1313 70
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

=94,67) dan kelompok kontrol negatif DAFTAR PUSTAKA


(mean=108,00). Onset yang timbul
paling cepat pada kelompok perlakuan Ahyari J. 2007. Pengaruh Cara
akibat dari efek sedasi, karena Pemberian Terhadap Absorbsi
menurunnya aktifitas motorik akibat Obat. Diakses pada
proses penekanan pada sistem saraf http%3A%2F%2F71mm0.files.wo
pusat. sedangkan mencit yang rdpress.com%2F2008%2F05%2F
memiliki waktu durasi yang lama yaitu farmakologi1.doc&ei=EgLDU_j5Id
pada kelompok kontrol positif GLuASt4YCIBg&usg=AFQjCNH5
(mean=170,00) dibandingkan dengan VcJDPLxUrNltkRPvEKRHaI4v-A.
kelompok perlakuan dosis infusa umbi Tangggal 6 Juli 2014
rumput teki 18,2 mg/gBB
(mean=95,44), 9,1 mg/gBB Anggara R. 2009. Pengaruh Ekstrak
(mean=82,67), 4,55 mg/gBB Kangkung Darat ( Ipomea reptans
(mean=71,44) dan kelompok kontrol Poir.) Terhadap Efek Sedasi
negatif (mean=26,33). Pada Mencit Balb/C. Diakses
Namun dalam penelitian ini tidak padahttp://eprints.undip.ac.id/807
dapat dijelaskan lebih lanjut mengenai 9/ . Tanggal 30 Maret 2014
kandungan zat aktif dalam umbi rumput
teki (Cyperus Rotundus L.) yang dapat Departemen Kesehatan RI. 1979.
menimbulkan efek sedasi. Tidak ada Farmakope Indonesia Edisi III.
penelitian sebelumnya yang membahas Depkes RI:Jakarta
tentang hal ini. Umbi rumput teki
memiliki kandungan kimia berupa Departemen Kesehatan RI. 1986.
senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, pati, Sediaan Galenik. Depkes RI:
glikosida dan furochromones, saponin Jakarta
dan seskuiterpenoid. Senyawa yang
diduga berperan dalam memberikan Dini Noviindriani, Bambang Wijianto,
efek sedatif adalah senyawa alkaloid, Muhammad Andrie. 2013. Uji
flavonoid, dan saponin. Namun hal ini Efek Sedatif Infusa Daun Kratom
masih bersifat dugaan dan belum dapat (Mitragyna Speciosa) Pada
dibuktikan secara ilmiah. Mencit Jantan Galur Balb/C.
Diakses pada
KESIMPULAN
http%3A%2F%2Fwww.portalgaru
Berdasarkan penelitian yang da.org%2Fdownload_article.php
telah dilakukan yaitu pembuatan infusa %3Farticle%3D111608%26val%3
Umbi Rumut teki (Cyperus Rotundus L)
D5160&ei=td2U_rjMMK1uATOyY
dengan metode infundasi H4Dw&usg=AFQjCNFG0KzBtAig
dapatdiperoleh rendemen= 72,8 % agNe7Y3Gzz9LSrFHEg. Pada
Pada uji statistik parametrik One tanggal 8 April 2014
Way Anova untuk data onset dan
durasi menunjukkan bahwa terdapat Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi,
perbedaan yang bermakna antar Elysabeth,editor. 2007.
kelompok perlakuan (p=0,000) Farmakologi dan terapi. Edisi 5.
p<0,005. Gaya Baru: Jakarta
Berdasarkan penelitian, infusa
umbi rumput teki (Cyperus rotundus L) Hanny Friska Y. 2012. Efek Ekstrak
dapat memberikan efek sedasi pada Umbi Rumput Teki (Cyperus
mencit dengan dosis 4,55 mg/gBB, 9,1 Rotundus L) Sebagai Antipiretik
mg/gBB dan 18,2 mg/gBB yang lebih Pada Tikus Wistar Jantan Yang
rendah dari kontrol positif (fenobarbital). Diinduksi Vaksin Dpt-Hb. Diakses
http://repository.unej.ac.id/bitstrea

ISSN 2355-1313 71
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

m/handle/123456789/3653/
Skripsi.pdf?sequence=1. Pada
tanggal 9 april 2014

Staf Pengajar Departemen Farmakologi


Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah
Farmakologi Edisi 2. EGC:
Jakarta

Syaiful A. 2009. Pengaruh Ekstrak


Putri Malu (Mimosa pudica Linn.)
Terhadap Efek Sedasi Pada
Mencit Balb/C. Diakses pada
http://eprints.undip.ac.id/7855/.
Tanggal 29 Maret 2014

Wikipedia. 2012. Teki Ladang.


Diaksesid.wikipedia.org/wiki/wiki/
Cyperus_ rotundus. Tanggal 3
mei 2014

ISSN 2355-1313 72
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

ISSN 2355-1313 73
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 1 Januari 2014 - ijmsbm.org

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Pepaya (Carica Papaya L) Sebagai Analgetik
Yanuar Prasditya1, Sri Rejeki2
Pharmacy Undergraduate Programm Study Of Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo

ABSTRACT: Background: Indonesian Society reaching healthy lifestyle often cant separate with
traditional medicine who given by ancestor hereditarily. The one is papaya who used to be a traditional
medicine as increase the temperature when fever and disappearing menstruation siclus sickness.
Objective: This research has aim to determine the analgesic activity of extract papaya leaf and
compare the analgesic power of the ethanol extract of papaya leaf with asetosal.
Methods:This research used an experimental research method .The sample used was old papaya
leaf, leaf that have been captured green and perfectly open and located at the branch or stem that
receives the perfect light, use a population of mice as test animals, and using maceration method to
sum up the active compound. The subject of this research in was mice were divided into 5 groups,
they were the positive control, negative control, and the ethanol extract of papaya leaf at a dose of 50
mg, 100 mg, and 200 mg, with acetic acid to cause pain in mice.
Results: The results of this research were mentioned there are differences of analgesic power with
asetosal, they are power ethanol extract of papaya leaf below asetosal analgesics at doses of 50 mg,
100 mg, and 200 mg and obtained best analgesic power at a dose of 200 mg.
Conclusion: Based on the results of this research concluded that ethanol extract of papaya leaf has
analgesic activity, and there was no significant difference between the analgesic activity of ethanol
extract of papaya leaf at a dose of 200 mg aetosal given intravenously at a dose of 0.22 g / 100 ml.
Keywords: mice, the amount of stretching, Extract ethanol of Papaya Leaf.

ABSTRAK: Latar belakang : Masyarakat Indonesia mencapai hidup sehat seringkali tidak dapat
dipisahkan dengan obat tradisional yang diwariskan nenek moyang secara turun temurun. Salah
satunya daun pepaya yang memiliki manfaat sebagai obat tradisional yaitu sebagai penurun
panas,mengurangi nyeri saat haid dan menghilangkan sakit.
Tujuan :Penelitiaan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui aktifitas analgetik ekstak daun pepaya
dan membandingkan daya analgetik ekstrak etanol daun pepaya dengan asetosal.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimental. Sampel yang digunakan daun
pepaya yang sudah tua,daun yang diambil dipilih yang telah membuka sempurna berwarna hijau dan
terletak dibagian cabang atau batang yang menerima sinar sempurna, menggunakan populasi mencit
sebagai hewan uji, dan menggunakan metode maserasi untuk menyari senyawa aktifnya.Subjek
penelitian berupa mencit yang dibagi dalam 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol positif, kontrol negatif,
dan ekstrak etanol daun pepaya dengan dosis 50 mg, 100 mg, dan 200 mg. Dengan asam asetat
untuk menimbulkan rasa nyeri pada mencit.
Hasil :Hasil dari penelitian ini adalah menyebutkan ada perbedaan daya analgetik ekstrak etanol
dengan asetosal.yaitu daya analgetik daun pepaya dibawah asetosal pada dosis 50 mg,100 mg, dan
200 mg,dan didapat daya analgetik paling baik pada dosis 200 mg.
Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa, ekstrak etanol daun pepaya
mempunyai aktivitas analgetik,dan tidak ada perbedaan yang signifikan aktivitas analgetik antara
ekstrak etanol daun pepaya pada dosis 200 mg dengan asetosal yang diberikan secara intravenous
dengan dosis 0,22 g /100 ml.
Kata kunci :Mencit, jumlah geliat ,Ekstrak Etanol Daun Pepaya

1.1. PENDAHULUAN back to nature yang dicanangkan oleh Badan


Masyarakat Indonesia mencapai hidup sehat Kesehatan Dunia (WHO), tengah menjadi
seringkali tidak dapat dipisahkan dengan obat fenomena sebagian anggota masyarakat.
tradisional yang diwariskan nenek moyang Pemerintah juga telah berupaya
secara turun temurun. Banyak faktor yang mengembangkan obat tradisional agar dapat
mempengaruhi penggunaan obat tradisional, diterima dalam sistem kesehatan formal
misalnya keadaan ekonomi, geografi maupun melalui pendekatan fisioterapi fitofarmaka,akan
adat istiadat. Penggunaan obat-obat tetapi penggunaan obat-obat tradisional ini
tradisional saat ini semakin marak, hal ini masih mendapat tantangan yang cukup tinggi
antara lain disebabkan semakin mahalnya di kalangan ilmuwan kedokteran karena
harga obat-obat modern sehingga tidak dapat standarisasi yang belum jelas terutama dalam
dijangkau lagi oleh masyarakat golongan kadar, khasiat serta kandungan kimianya,untuk
bawah dan juga disebabkan karena itu perlu dilakukakn penelitian yang intensif,
pengobatan modern tidak selalu memberikan sehingga pemakaian obat tradisional dapat
hasil seperti yang diinginkan hingga konsep diterima secara luas.

ISSN : 2355-1313 64
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 1 Januari 2014 - ijmsbm.org

Penanganan obat tradisional serta 2.1. HASIL DAN PEMBAHASAN


pengembangannyaharus dapat menopang A. Hasil Ekstraksi Daun Pepaya
usaha pemerintah dan meningkatkan a. Organoleptis Maserasi
pelayanan kesehatan masyarakat. Tujuan dari Bentuk : ekstrak kental
pengembangan obat tradisional adalah untuk Warna : hitam
menunjang usaha peningkatan taraf hidup Bau : khas simplisia daun
masyarakat di bidang kesehatan. pepaya
Pengembanganobat tradisional agar bahan- Rasa : pahit
bahan tersebut dapat semaksimal mungkin b. Hasil Rendemen
dimanfaatkan dan potensi tanaman obat dapat
dibuktikan secara ilmiah, sehingga
penggunaan obat tradisional untuk =
pengobatan mempunyai dasar-dasar yang
kuat serta dapat dipertanggungjawabkan. = 6,17%
Rasa nyeri dan pusing merupakan gejala
penyakit yang sering diderita oleh masyarakat. B. Hasil Uji Analgetik
Mengingat efek samping dari obat modern dan Uji aktivitas analgetik daun pepaya dilakukan
semakin mahalnya harga obat modern maka dengan cara ekstrak etanol daun pepaya
sangat perlu dilakukan penelitian mengenai diujikan pada hewan uji mencit. Untuk
obat tradisional untuk menghilangkan rasa menimbulkan rasa nyeri terhadap mencit
sakit atau nyeri (analgetik). digunakan senyawa asam asetat dengan
Dewasa ini telah dikembangkan obat konsentrai 0,1% dengan cara disuntikan
analgetik (untuk mengurangi rasa sakit) yang secara peritonial setelah sebelumnya hewan
berasal dari tumbuh-tumbuhan sebagai obat di uji telah diberi perlakuan. Percobaan ini
masyarakat. Salah satu tumbuhan yang meliputi kontrol negatif menggunakan minyak,
digunakan untuk mengurangi rasa nyeri adalah kontrol posotif berupa asetosal, dan ekstrak
daun pepaya (Caricapapaya L). Pada daun pepaya dengan dosis 50 mg, 100 mg dan
penelitian terdahulu menyebutkan bahwa 200 mg. Pengamatan dilakukan selama 1 jam
infusa daun pepaya segar dapat memberikan dengan internal pengamatan setiap 5 menit
efek analgetik pada mencit betina(rindhowati, sekali. Pengamatan berdasarkan jumlah geliat,
2003).Dasar inilah yang mendorong karena geliat merupakan reaksi nyeri yang
dilakukannya penelitian efek analgetik ekstrak dialami oleh hewan uji mencit.
etanol daun pepaya pada mencit. C. Hasil Uji anova
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan
dasar ilmiah penggunaan daun pepayasebagai Uji anova biasanya digunakan untuk
penghilang nyeri, sehingga dari hasilnya membandingkan rata-rata lebih dari 2 sampel
didapatkan manfaatkan antara lain adanya yang bersifat bebas satu sama lain.
landasan yang lebih rasional dalam Tabel 1. Hasil Uji Deskriftif
penggunaan daun pepaya sebagai analgetik, Dosis Mean SD
dan bertambahnya kepustakaan obat
Dosis 50 mg 16.6167 7.96057
tradisional terutama mengenai daun pepaya.
Dosis 100 14.2883 6.07735
mg
1.2. METODE PENELITIAN
Dosis 200 9.5167 6.14164
Penelitian di lakukan dilaboratorium mg
farmakologi di Politeknik Kesehatan Bhakti Kontrol 8.6833 3.71186
Mulia Sukoharjo dan akan di lakukan pada Positif
bulan mei tahun 2014. Kontrol 22.5333 8.26222
Negatif
Penelitian ini termasuk penelitian
eksperimental.
Variabel yang digunakan:
Tabel 2.Hasil Uji Normalitas
1. Variabel Independen :
Dosis Signifikan
Variasi dosis ekstrak kenthal daun
pepaya (Carica papaya L)
Dosis 50 mg .200*
2. Variabel Dependen :
Dosis 100 mg .200*
Pengamatan efek analgetik sebagai
Dosis 200 mg .087*
respon geliat.
Kontrol Positif .200*
Analisa hasil geliat pada mencit ini dapat Kontrol Negatif .128*
*
dilihat dari data uji ANOVA. Batas bawah

ISSN : 2355-1313 65
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 1 Januari 2014 - ijmsbm.org

Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas ada perbedaan yang signifikan dengan kontrol
Test of Homogeneity of Variances positif. Lalu penggunaan ekstrak pada dosis
200 mg dengan kontrol positif asetosal
liat mempunyai nilai P > 0,05 sehingga diperoleh
h0 diterima sehingga tidak ada perbedaan
vene Statistic df1 df2 Sig. yang signifikan.
2.505 4 55 .053 D. Pembahasan

Menggunakan metode maserasi karena


Berikut ini adalah tabel data hasil anova metode penyarian yang paling mudah dan
satu arah(one way) daya analgetik. lebih sederhana dilakukan pengadukan agar
Tabel 4.Hasil One way anova penyarian lebih sempurna dan dalam
ANOVA penyarian kali ini digunakan maserasi
liat modifikasi dengan maserasi pengadukan cepat
Sum of menggunakan alat blender tujuanya agar
Square Mean didapatkan penyarian yang lebih sempurna
s Df Square F Sig. dan efisiensi waktu. Menggunakan pelarut
t 530.944 4 382.736 8.696 .000 etanol karena etanol dapat meningkatkan
Between kelarutan zat aktif pada daun pepaya karena
Groups zat aktif yang erkandung dalam daun pepaya
within 420.733 55 44.013 larut dalam etanol. Kelarutan daun pepaya
group larut dalam 1 : 2 bagian etanol (95% P) pada
Total 951.677 59 suhu 60o C dengan pelarut etanol.(Anhethy
2003)
Daun pepaya dapat mempunyai efek analgetik
Berdasarkan hasil anova, nilai probablilitas karena pada jaman dahulu digunakan pada
lebih kecil dari 0,05 sehingga ada perbedaan pereda nyeri pada saat haid dan zat yang
yang signifikan antara ekstrak daun pepaya mempunyai aktivitas analgetik yang terdapat
dan asetosal. pada kandungan daun pepaya adalah
alkaloid karpain.
Tahapan selanjutnya adalah post hoc Untuk menimbulkan rasa nyeri pada mencit
tests,dan berikut ini tabel post hoc test : ditimbulkan dengan cara penyuntikan asam
Tabel 5.Post hoc test. asetat 0,5 % karena asam asetat menimbulkan
LSD nyeri pada jaringan sehingga menimbulkan
( l ) Dosis (J Signifikan
geliat pada mencit.
) Dosis
Dosis 50 mg Dosis Kontrol positif pada penelitian ini mengunakan
100 mg .393 asetosal 0,22 g /100 ml karena daya
Dosis analgetiknya kuat. Efek samping asetosal yaitu
200 mg .001 dapat menyebabkan iritasi pada lambung dan
Kontrol Positif .005 tetapi pada ekstrak daun pepaya lebih aman
karena mengandung flavanoid
Kontrol Negatif .033 Untuk kontrol negatif menggunakan
Dosis 100 mg Dosis minyak 0,5mg/bb karena minyak goreng tidak
200 mg .084
mempunyai aktitivitas analgetik, menggunakan
Kontrol Positif .043 munyak goreng kualitas rendah karena lebih
dapat menimbulkan geliat yang lebih banyak
Kontrol Negatif .004 dan tidak merusak zat aktif dari daun pepaya.
Dosis 200 mg
Kontrol Positif .759
Data hasil percobaan disajikam dalam bentuk
grafik, untuk mengetahui perbedaan
Kontrol Negatif .000 percobaan antara kontrol negatif (minyak),
Kontrol Positif Kontrol kontrol positif (asetosal), dan ekstrak daun
Negatif .000
pepaya dengan dosis 50 mg,100 mg, dan 200
mg dengan perbandingan waktu selama 1 jam
Hasil statistik uji anova penggunaan dengan dengan skala tiap 5 menit sekali. Berikut ini
ekstrak etanol daun pepaya pada dosis 50 mg adalah grafik antara wakrtu percobaan dengan
dengan kontrol positif mempunyai nilai P < geliat pada hewan uji mencit.
0,05 sehingga diperoleh h0 ditolak sehingga
ada perbedaan yang signifikan antar dosis 50
mg dengan kontrol positif,dan pada dosis 100
mg dengan kontrol positif diperoleh hasil P <
0,05 sehingga diperoleh h0 ditolak sehingga

ISSN : 2355-1313 66
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 1 Januari 2014 - ijmsbm.org

Gambar 2. Grafik hubungan antara jenis


perlakuan dengan rata rata jumlah geliat .
Gambar 1. Grafik hubungan antara waktu
percobaan dengan geliat pada mencit. Pembahasan grafik :
Minyak memiliki jumlah geliat yang besar
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diuraikan karena pada minyak tidak mempunyai
sebagai berikut: aktivitas analgetik, kemudian asetosal jumlah
Geliat paling banyak pada kontrol negatif geliatnya paling sedikit karena asetosal
(minyak), karena minyak tidak memiliki mempunyai daya analgetik kuat, pada ekstrak
aktivitas analgetik diikuti ekstrak dengan dosis daun pepaya semakin kecil dosis semakin
50 mg dengan jumlah rata-rata geliat yang bertambah jumlah geliatnya, sehingga pada
paling tinggi dibanding dengan dosis ekstrak dosis paling tinggi di dapat jumlah geliat yang
lainya, dan pada dosis 100 mg geliat sedikit, hal ini disebabkan efek pada dosis 200
mengalami penurunan dan juga pada dosis mg dapat terabsorbsi dalam saluran
200 mg jumlah geliat terus mengalami pencernaan lebih cepat dari pada dosis 50 mg
penurunan. Sehingga didapat kesimpulan atau 100 mg.
semakin besar dosis ekstrak maka jumlah
geliat akan menurun. Dan geliat paling sedikit
terdapat pada asetosal karena asetosal
mempunyai efek analgetik yang kuat. Minyak
yang digunakan untuk percobaan adalah
minyak yang mempunyai kualitas rendah agar
tidak merusak zat aktif yang terdapat pada
daun pepaya.
Sedangkan untuk mengetahui perbedaan
jumlah geliat pada berbagai macam variasi
percobaan maka dibuat tabel rata-rata jumlah
geliat.

Berikut ini tabel antara jenis perlakuan dan


rata-rata jumlah geliat pada hewan pada
hewan uji(mencit)
Tabel 6. Jumlah rata rata geliat tiap percobaan
Rata-rata Jumlah Gambar 3 .Daya persen analgetik
Perlakuan Geliat

Kontrol negatif(minyak) 279 Pembahasan grafik:


Kontrol positif(asetosal) 100,4 Daya persen analgetik antara dosis 50 mg
Dosis 50 mg 199,4 dan 100 mg mempunyai daya analgetik
Dosis 100mg 171,4 dibawah daya persen analgetik asetosal dan
Dosis 200 mg 133 daya persen analgetik ekstrak pada dosis 200
mg hampir mempumyai daya persen yang
Berdasarkan hasil percobaan rata-rata jumlah sama dengan asetosal.
geliat sangat relevan dengan variasi Dari hasil uji statistik uji Anova bahwa ada
percobaan yang dilakukan. Berikut ini adalah perbedaan persen daya analgetik ekstrak
grafik hubungan antara jenis perlakuan dengan etanol pada daun pepaya dengan asetoal,
rata-rata jumlah geliat. yaitu daya analgetik ekstrak etanol daun
pepaya dibawah asetosal pada dosis 50 mg,

ISSN : 2355-1313 67
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 1 Januari 2014 - ijmsbm.org

100 mg, dan 200 mg. Semakin bertambah [4] Anonim. 2000. Inventaris Tanaman
dosis semakin banyak persen daya analgetik, Obat Indonesia ( I ). Jilid I. Jakarta:
persen dosis analgetik paling banyak pada Departemen Kesehatan dan
dosis 200 mg, sehingga daya analgetik ekstrak Kesejahteraan Sosial Republik
etanol daun pepaya paling besar pada dosis Indonesia Badan Penalitian dan
200 mg. Pembangunan Kesehatan.

3.1. Kesimpulan [5] Markham. K.R. 1998.Cara


Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan Mengidentifikasi Flavonoid. ITB.
bahwa, ekstrak etanol daun pepaya Bandung
mempunyai aktivitas analgetik. Dan tidak ada
perbedaan yang signifikan aktivitas analgetik [6] Stahl, Egon. 1985. Analisis Obat
antara ekstrak etanol daun pepaya pada dosis secara Kramatografi dan Mikroskopi.
200 mg dengan asetosal yang diberikan ITB. Bandung
secara intravenous dengan dosis 0,22 g /100
ml. [7] Sudarsono,Apt.Dr dkk. 2006.
Saran Tumbuhan Obat I. Pusat Penelitian
Perlu penilitian lebih lanjut untuk bisa Obat Tradisional UGM. Yogyakarta
mengembangkan hasil penelitian ini semisal
dibuat bentuk sediaan siap pakai dari ekstrak [8] Depkes RI. 1986 Sediaan galenik
daun pepaya seperti tablet,kapsul dan bentuk .Jakarta :Departemen Kesehatan RI
sediaan lain untuk digunakan sebagai
pengobatan. [9] Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1985. Cara
REFRENSI Pembuatan Simplisia. Dirjen Jakarta :
Pengawasan Obat dan Makanan.
[1] Anonim. 1979. Farmakope Indonesia.
Edisi 3. Departemen Kesehatan [10] Anael,H. C. 1986. Pengantar Bentuk
Republik Indonesia. Jakarta Sediaan Farmasi Edisi keempat.
Jakarta. UI-pres
[2] Anonim. 1986. Sediaan Galenik.
Departemen Kesehatan Republik [11] Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. Jakarta Indonesia. 1985. Cara Pembuatan
Simplisia.
[3] Anonim. 1995. Farmakope Indonesia.
Edisi 4. Departemen Kesehatan [12] Dirjen Jakarta :Pengawasan Obat dan
Republik Indonesia. Jakarta Makanan.

ISSN : 2355-1313 68
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Sosialisasi Sediaan Serta Label Obat Ispa Dan Diare Terhadap Upaya Meningkatkan
Pengetahuan Siswa Kelas 8i Di SMP Negeri 1 Grogol Sukoharjo Tahun 2014
Erlina Candra Sari1, Susi Endrawati2
Program Studi D III Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia

ABSTRACT: Background:The societys tendency to buy free-, limited-free or limited drugs sold in
pharmacy is worried to result in adverse effect when it is not based on the sufficient knowledge of
drug. To anticipate such the error, socialization was conducted on the Acute Respiratory Tract
Infection and Diarrhea drug preparation and label to the 8I graders of SMP Negeri 1 Grogol Sukoharjo.
Objective: This research aimed to find out the use of socialization with lecturing method in the
learning process to improve knowledge viewed from the cognitive and affective learning outcomes of
the 8I graders.
Method: This study was a quantitative analitic observational with cross sectional consisting of two
cycles. Each cycle consisted of four stages: planning, acting, observing and reflecting. The subject of
research was the 8I graders. Data was obtained through unstructured interview, questionnaire and
cognitive questions. Technique if analyzing data used was descriptive qualitative one.
Result: The research showed that the socialization with lecturing method could improve: 1) cognitive
learning outcome classically with the mean achievement of 72% in cycle I increasing to 80% in cycle II
or with the percentage class passing of 71% in cycle I increasing to 100% in cycle II; 2) the affective
learning outcome with the percentage achievement of 76% in cycle I increasing to 79% in cycle II.
Conclusion: Socialization with lecturing method could improve the knowledge of the 8I graders of
SMP Negeri Grogol Sukoharjo, viewed from the cognitive and affective learning outcomes of students.
Keywords: Cross sectional, preparation and label of Acute Respiratory Tract Infection and diarhea
drugs, affective and cognitive learning improvement.

ABSTRAK: Latar Belakang:Kecenderungan masyarakat membeli obat bebas, obat bebas terbatas
atau obat keras yang dijual di apotek dikawatirkan akan merugikan bila tidak dilandasi pengetahuan
tentang obat yang cukup. Mengantisipasi kesalahan tersebut diadakan sosialisasi sediaan serta label
obat ISPA dan diare terhadap siswa kelas 8I SMP Negeri 1 Grogol Sukoharjo.
Tujuan:Penelitian untuk mengetahui penggunaan sosialisasi metode ceramah dalam proses
pembelajaran untuk meningkatkan pengetahuan ditinjau dari hasil belajar kognitif dan afektif siswa
kelas 8I.
Metode:Penelitian ini merupakan Penelitian kuantitatif analitik observasional dengan pendekatan
cross sectional yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri empat tahap, dimulai dari perencanaan
tindakan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas 8I. Data diperoleh
melalui wawancara tidak terstruktur, angket, dan soal kognitif. Teknik analisis data yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif.
Hasil:Penelitian menunjukkan bahwa pemberian sosialisasi metode ceramah dapat meningkatkan; 1)
hasil belajar kognitif secara klasikal dengan rata-rata ketercapaian 72% di siklus I menjadi 80% di
siklus II atau dengan presentase ketuntasan kelas 71% di siklus I menjadi 100% di siklus II; 2) dapat
meningkatkan hasil belajar afektif dengan presentase ketercapaian 76% di siklus I menjadi 79% di
siklus II.
Kesimpulan:Sosialisasi metode ceramah dapat meningkatkan pengetahuan siswa kelas 8I SMP
Negeri 1 Grogol Sukoharjo ditinjau dari hasil belajar kognitif dan afektif siswa.
Kata Kunci:cross sectional, sediaan serta label obat ISPA dan diare, peningkatan belajar afektif
kognitif.

1.1. PENDAHULUAN tradisional. Keadaaan dan batas-batas


Obat adalah benda atau zat yang tertentu, sakit ringan masih dibenarkan untuk
digunakan untuk merawat penyakit, melakukan pengobatan sendiri, bisa
membebaskan gejala, atau mengubah proses menggunakan golongan obat bebas dan
kimia dalam tubuh. Obat ialah suatu bahan bebas terbatas yang mudah diperoleh
atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan masyarakat di apotek atau toko obat. Kondisi
untuk digunakan dalam menetapkan penyakit yang semakin serius sebaiknya
diagnosis, mencegah, mengurangkan, konsultasi dan periksa ke dokter. Masyarakat
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau tidak di anjurkan untuk memakai obat keras
gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah tanpa resep dokter. Obat yang boleh
dan rohaniah pada manusia atau hewan dan dikonsumsi tanpa resep dokter adalah
untuk memperelok atau memperindah badan golongan obat bebas dan golongan obat
atau bagian badan manusia termasuk obat bebas terbatas. Obat tersebut telah memiliki

ISSN : 2355-1313 81
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

izin beredar dengan pencantuman nomor menggunakan siswa kelas 8J SMP Negeri 1
registrasi dari Badan Pengawas Obat dan Grogol Sukoharjo tahun 2014 dengan jumlah
Makanan (BPOM) atau Departemen siswa 31 orang, dan sampel yang digunakan
Kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk penelitian adalah kelas 8I dengan jumlah
dalam mengkonsumsi suatu obat: 1) kondisi siswa 31 orang.
obat masih baik, 2) tanggal kadaluwarsa, 3) Tehnik pengumpulan data
membaca keterangan atau informasi yang menggunakan kuesioner angket afektif dan
tercantum pada kemasan obat atau brosur, 4) kognitif melalui sosialisasi sediaan serta label
minum obat sesuai aturan. (Wibowo. 2010: hal obat ISPA dan diare dengan metode ceramah.
14). Pernyataan di ukur dengan menggunakan
Data awal juga diambil dari skala interval.
wawancara tidak terstruktur terhadap siswa Uji validitas dan reliabilitas penilaian
kelas 8I. Dari 30 siswa, 17% atau 5 siswa afektif menggunakan Product Moment dari
menyatakan mengerti, 30% atau 9 siswa Pearson. Perhitungan validitas butir soal pada
menyatakan kurang mengerti, dan 53% atau instrumen penilaian kognitif dilakukan dengan
16 siswa menyatakan tidak mengerti terhadap menggunakan komputasi koefisien korelasi
obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat point biserial atau koefisien korelasi biserial.
keras. 5% atau 2 siswa menyatakan mengerti Realibilitas pada Instrumen penilaian kognitif
tentang warna label obat, 95% siswa atau 28 yang berbentuk objektif dapat dihitung dengan
siswa menyatakan tidak mengerti tentang menggunakan rumus Kuder Richardson (KR
warna label obat. 30% atau 9 siswa 20), Instrumen penilaian kognitif hasil untuk
menyatakan membutuhkan informasi, 70% menghitung koefisien reliabilitasnya dengan
atau 21 siswa menyatakan tidak membutuhkan menggunakan rumus alpha. Uji taraf
informasi. 55% atau 17 siswa menyatakan kesukaran soal pada soal kognitif yaitu suatu
mengobati sendiri 45% atau 13 siswa pergi ke item dinyatakan dalam bilangan indeks yang
dokter. 85% atau 26 siswa mengkonsumsi disebut Indeks Kesukaran (IK), yaitu bilangan
obat 15% atau 4 siswa mengkonsumsi jamu. yang merupakan hasil perbandingan antara
Data tersebut dipergunakan sebagai sampling jawaban benar yang diperoleh dengan
data awal bahwa siswa kelas 8I kurang jawaban yang seharusnya diperoleh dari suatu
memahami pengetahuan tentang sediaan item. Uji taraf pembeda soal kognitif adalah
serta label obat ISPA dan diare, sehingga suatu item adalah taraf sampai di mana jumlah
dilakukan solusi pemecahan masalah yaitu jawaban benar dari siswa yang tergolong
sosialisasi sediaan serta label obat ISPA dan kelompok atas (pandai) berbeda dari siswa
diare. yang tergolong kelompok bawah (kurang
Tujuan dalam penelitian sosialisasi pandai). Perbedaan jawaban benar dari siswa
metode ceramah ini adalah untuk tergolong kelompok atas dan bawah disebut
meningkatkan pengetahuan tentang sediaan Indeks Diskriminasi (ID).
serta label obat ISPA dan diare ditinjau dari
hasil belajar kognitif siswa kelas 8I dan 2.1. HASIL PENELITIAN DAN
meningkatkan pengetahuan tentang sediaan PEMBAHASAN
serta label obat ISPA dan diare dari sikap/ Deskripsi Kondisi Awal
afektif siswa kelas 8I. Sosialisasi sediaan serta label obat
Hipotesis dalam penelitian ini adalah: ISPA dan diare dilakukan karena pengetahuan
(1) Pemberian sosialisasi dapat meningkatkan siswa kelas 8I di SMP Negeri 1 Grogol
pengetahuan siswa kelas 8I SMP Negeri 1 Sukoharjo masih kurang, sehingga dilakukan
Grogol Sukoharjo tahun 2014, (2) Sikap siswa penelitian kuantitatif analitik observasional
dalam mengikuti sosialisasi sedian serta label dengan pendekatan cross sectional. Data
obat ISPA dan diare dapat meningkat atau diperoleh dari wawancara tidak terstruktur
menjadi lebih baik. dengan siswa kelas 8I diperoleh data awal,
bahwa: 17% atau 5 siswa menyatakan
1.2. METODOLOGI PENELITIAN mengerti, 30% atau 9 siswa menyatakan
Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 kurang mengerti, dan 53% atau 16 siswa
Grogol Sukoharjo, pada tanggal: 25-26 April menyatakan tidak mengerti terhadap obat
2014. Penelitian ini merupakan penelitian bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras.
kuantitatif analitik observasional dengan 5% atau 2 siswa menyatakan mengerti tentang
pendekatan cross sectional. warna label obat, 95% siswa atau 28 siswa
Populasi dalam penelitian ini adalah menyatakan tidak mengerti tentang warna
siswa kelas 8 SMP Negeri 1 Grogol Sukoharjo label obat. 30% atau 9 siswa menyatakan
tahun 2014 berjumlah 320 siswa. Untuk uji membutuhkan informasi, 70% atau 21 siswa
coba validasi (tryout) aspek kognitif dan afektif menyatakan tidak membutuhkan informasi.

ISSN : 2355-1313 82
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

55% atau 17 siswa menyatakan mengobati obat ISPA dan diare selama 30 menit,
sendiri 45% atau 13 siswa pergi ke dokter. kemudian setelah materi yang disajikan
85% atau 26 siswa mengkonsumsi obat 15% selesai, siswa diberikaan angket afektif dan
atau 4 siswa mengkonsumsi jamu. soal tes kognitif pilihan ganda sebanyak 30
Deskripsi Hasil Belajar soal untuk mengetahui pemahaman materi
Hasil belajar adalah salah satu yang sudah diterima.
indikator yang dapat digunakan untuk Tahap Observasi Tindakan I
mengukur keberhasilan belajar seseorang. Tahap observasi meliputi: 1)
Nilai hasil belajar mencerminkan hasil yang observasi terhadap proses pembelajaran pada
dicapai seseorang dari segi kognitif, afektif, tindakan pertama,yaitu terhadap penguasaan
maupun psikomotorik. Data nilai try out kognitif materi yang dilihat dari hasil belajar tindakan I,
siswa kelas 8J, pengetahuan siswa tentang 2) observasi terhadap afektif siswa.
sediaan serta label obat ISPA dan diare Tahap Refleksi Tindakan I
tersebut kurang. Data nilai try out siswa yang Pembelajaran pada tindakan I
mencapai ketuntasan sebesar 71% atau 22 didapatkan hasil bahwa pengetahuan siswa
siswa, sedangkan yang belum tuntas sekitar dalam memahami materi sosialisasi sediaan
29% atau 9 siswa. Gambar 4.1 menunjukkan serta label obat ISPA dan diare masih kurang,
kondisi ketuntasan tryout. dan sikap afektifnya kurang, hal ini disebabkan
karena selama proses pembelajaran/ceramah
beberapa siswa masih sedikit ribut, kurang
memperhatikan, malu untuk
bertanya.Observasi ketercapaian pada
tindakan I kurang maksimal dan perlu
dilakukan tindakan lebih lanjut.
Hasil tes belajar kognitif dari masing
masing indikator pada tindakan I dapat dilihat
Gambar 4.1 Diagram Presentase Ketuntasan
pada tabel 4.1 berikut ini:
Tryout
Tabel 4.1 Hasil Belajar Tes Kognitif Siklus I.
Ketidak tuntasan tersebut Persentase
disebabkan karena siswa kurang memahami Nom Ketercapaian (%)
materi saat diberikan sosialisasi dan No Indikator Soal or Setiap Setiap
menyebabkan 29% siswa tidak dapat Soal Soal Indikator
mencapai ketuntasan sesuai dengan nilai yang Soal
1. Memahami 10 87
diharapkan. pengetahuan 11 87
Deskripsi Hasil Tindakan I tentang ISPA 13 26
Tahap Perencanaan Tindakan I dan diare 14 68
Tahap ini diawali identifikasi masalah 15 26
65
16 81
sampai akhirnya difokuskan pada suatu 17 94
permasalahan yang perlu diprioritaskan untuk 18 29
mendapatkan pemecahan masalah. Langkah- 26 94
langkah yang direncanakan pada tindakan I 30 58
2. Memahami 12 42
adalah:1) membuat ijin penelitian ke institusi penggunaan 19 84
sekolah, 2) menerapkan pendekatan obat ISPA dan 20 71 66.3
ceramah/sosialisasi, 3)membuat instrumen diare 23 71
dalam proses pembelajaran yaitu soal-soal 24 19
25 90
kognitif pilihan ganda berjumlah 30 soal. 3. Mengetahui 22 90
Semua instrumen telah divalidasi, untuk soal indikasi dan 27 77
78.4
kognitif, afektif telah diujicobakan terlebih kontra indikasi 29 68
dahulu pada siswa kelas 8J SMP Negeri 1 obat ISPA dan
diare
Grogol Sukoharjo pada hari Jumat, 25 April
4. Mengetahui 1 100
2014. golongan obat 2 10
Perencanaan pengambilan data dan labelnya 3 77
dilakukan dengan memberikan angket afektif 4 94
5 94
dan tes kognitif pilihan ganda 30 soal setelah 80.1
6 100
pelaksanaan tindakan sosialisasi. 7 90
Tahap Pelaksanaan Tindakan I 8 94
Pelaksanaan tindakan pada kelas 8I 9 52
di SMP Negeri 1 Grogol Sukoharjo pada hari 21 90
sabtu, 26 april 2014 diawali dengan mengisi
materi pembelajaran dengan memberikan Berdasarkan analisis hasil tes
ceramah materi sosialisasi sediaan serta label kognitif tindakan I terlihat bahwa indikator soal

ISSN : 2355-1313 83
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

yang telah mencapai batas tuntas (persentase Tabel 4.2 Target dan Ketercapaian Tindakan I
ketercapaian di atas 70%) sebanyak dua N Aspek Yang Siklus I Kriteria
indikator, yaitu pada indikator soal no 22, 27, o Dinilai Target Keter Keberh
capai asilan
29, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 21. Untuk dua
an
indikator soal yang lain belum mencapai batas 1 Hasil belajar 70% 71% Berhasil
tuntas, yaitu pada indikator soal 11, 10, 30, 14, (aspek kognitif)
15, 16, 17, 18, 13, 26, 12, 19, 28, 20, 23, 24, 2 Hasil belajar 70% 76% Berhasil
25 yaitu pada indikator pengetahuan tentang (aspek afektif)
ISPA dan diare dengan ketercapaian 65% dan
pada indikator penggunaan obat ISPA dan Penilaian afektif siswa dipergunakan untuk
diare dengan ketercapaian 66,3% sedangkan memberikan informasi tentang sikap siswa.
rata-rata persentase ketercapaian setiap Penilaian afektif diperoleh dari angket yang
indikator kompetensi 70%. diisi oleh siswa dan observasi perilaku siswa
Materi sosialisasi sediaan serta label dalam pembelajaran yang dilakukan. Hasil
obat ISPA dan diare ada dua indikator yang penilaian aspek afektif pada pembelajaran
belum mencapai batas tuntas pada materi sosialisasi sediaan serta label obat
pembelajaran kognitif, yaitu: 1) tentang ISPA ISPA dan diare, diperoleh hasil yang baik.
dan diare, 2) penggunaan obat ISPA dan Hasil penilaian aspek afektif,persentase
diare. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan ketercapaiannya sebesar 76%, sedangkan
proses pembelajaran lebih lanjut untuk yang tidak tercapai 24% dari target yang
memperbaiki nilai hasil belajar tersebut. sudah diharapkan 70%, yang ditunjukkan pada
Indikator tersebut merupakan indikator yang Gambar 4.3 Diagram Pie berikut ini :
harus dipahami oleh setiap siswa agar siswa
tidak salah dalam memahami dan
menerapkannya di kehidupan sehari-hari.
Indikator tersebut dianggap belum tuntas,
karena pengetahuan kognitif siswa dalam
memahami penyakit ISPA dan diare dan
pengobatannya masih kurang.
Persentase siswa yang telah
mencapai batas ketuntasan dapat dilihat pada Gambar 4.3 Persentase Ketuntasan Hasil
gambar 4.2 pada diagram pie berikut ini : Belajar Afektif I

Nilai afektif siswa dan perilaku siswa dalam


pembelajaran dapat dilihat pada lampiran 21.
Secara umum untuk hasil penilaian aspek
afektif pada siswa kelas 8I baik, yaitu dengan
persentase ketercapaian 76% dari target 70%.
Hal ini ditunjukkan dengan sikap siswa yang
peduli dalam mendengarkan penjelasan, dan
sikap ingin tahu.
Gambar 4.2 Persentase Ketuntasan
Tindakan I masih banyak ditemukan
Hasil Belajar Kognitif I
kekurangan-kekurangan pada kegiatan
pembelajaran di antaranya :
Analisis tes tindakan I materi sosialisasi
1) Bagi peneliti
sediaan serta label obat ISPA dan diare, pada
a) terlalu cepat dalam penyampaian
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa persentase
materi, b) tingginya penyampaian
ketuntasan kelas sebesar 71%. 31 siswa, 22
bahasa yang diberikan kepada siswa,
siswa atau 71% sudah mencapai ketuntasan,
sehingga siswa sulit memahaminya, c)
dan 9 siswa atau 29% belum mencapai
kurangnya waktu dalam penyampaian
ketuntasan pada tes tindakan I.
materi.
Berdasarkan target yang sudah
2) Bagi siswa
ditetapkan, maka ketercapaian dari kegiatan
a) pada awal pembelajaran kurang tertarik
pembelajaran pada tindakan I diperoleh hasil
terhadap materi yang akan
sebagai berikut :
disampaikan, b) siswa sedikit sekali
yang bertanya tentang materi yang
disampaikan, c) beberapa siswa masih
kurang teliti pada waktu mengerjakan
soal afektif dan kognitif, d) waktu yang
digunakan kurang efektif.

ISSN : 2355-1313 84
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Hasil pembelajaran pada tindakan I, label obat ISPA dan diare, dikatakan berhasil.
masih perlu dilakukan perbaikan pembelajaran Persentase ketercapaian dapat dilihat pada
yaitu dengan melanjutkan ke tindakan II agar Tabel 4.4 yang artinya semua indikator telah
nilai hasil belajar siswa lebih meningkat dari mencapai batas ketuntasan. Presentase
target yang sudah dicapai pada siklus I. ketuntasan pada diagram pie dari nilai hasil
Deskripsi Hasil Tindakan II belajar kognitif siswa pada tindakan II dapat
Tahap PerencanaanTindakan II dilihat di bawah ini.
Hasil refleksi dari tindakan I maka
dilakukan perencanaan untuk pelaksanaan
tindakan II. Pelaksanaan tindakan II hampir
sama dengan tindakan I. Pelaksanaan
tindakan II dilakukan setelah observasi dan
refleksi I. Proses pembelajaran pada tindakan
siklus II diperolah hasil yang lebih baik
dibandingkan tindakan I, terlihat pada tabel
4.3.
Berdasarkan target indikator yang Gambar 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil
telah ditetapkan, maka target ketercapaian dari BelajarKognitif II
kegiatan pembelajaran pada siklus II diperoleh
hasil sebagai berikut : Hasil kognitif dari data tindakan II, ada
peningkatan yang sangat tinggi persentase
Tabel 4.3 Hasil Tes Kognitif II. ketuntasan kelas dari tindakan I, 71% menjadi
Persentase 100% di tindakan II. Peningkatan ketercapaian
Ketercapaian (%)
No
Indikator Nomo
Setiap Setiap pada tes kognitif II tersebut dinyatakan tuntas,
Soal r Soal tetapi ada beberapa siswa yang
Soal Indikator
Soal ketuntasannya mendekati nilai maksimal.
1. Memahami 10 90 Indikator kompetensi yang
pengetahuan 11 87
tentang ISPA 13 52
mengalami peningkatan persentase
dan diare 14 65 ketercapaian, yaitu: indikator memahami
15 55
71.4
pengetahuan tentang ISPA dan diare dan
16 74 pada indikator memahami penggunaan obat
17 94
18 42
ISPA dan diare. Aspek kognitif dan ketuntasan
26 90 belajar pada tindakan II dapat disimpulkan ada
30 65 peningkatan dibandingkan dengan tindakan I.
2. Memahami 12 58 Hasil di atas dapat diketahui bahwa
penggunaan 19 71
obat ISPA 20 84
pada pelaksanaan tindakan II telah dapat
75.6 meningkatkan hasil pencapaian belajar pada
dan diare 23 71
24 68 semua indikator. Hasil perkembangan
25 90 pencapaian hasil belajar pada setiap indikator
28 87
untuk tindakan I dan II juga dapat dilihat pada
3. Mengetahui 22 90 Gambar 4.5dibawah ini:
indikasi dan 27 81
kontra 29 74 81.7
indikasi obat
ISPA dan
diare
4. Mengetahui 1 100
golongan 2 71
obat dan 3 84
labelnya 4 97
5 97
89.8
6 100
7 94
8 94
9 71
21 90

Kemampuan kognitif siswa


mengalami peningkatan pada semua indikator
yang sangat baik pada tindakan II jika
dibandingkan pada tindakan I, dengan predikat Gambar 4.5 Histogram Perbandingan
kriteria berhasil. Penelitian ini dengan Persentase Ketercapaian Indikator Soal pada
pemberian ceramah sosialisasi sediaan serta Tindakan I dan II

ISSN : 2355-1313 85
IJMS - Indonsian Journal on Medical Science Volume 1 No 2 2014 - ijmsbm.org

Berdasarkan target yang telah


ditetapkan, maka target ketercapaian dari 4.1. KESIMPULAN
kegiatan pembelajaran pada tindakan II 1. Presentase ketercapaian hasil belajar
diperoleh hasil sebagai berikut : kognitif siswa secara klasikal dengan rata-
Tabel 4.4 Target dan Ketercapaian Tindakan rata ketercapaian 72% di siklus I menjadi
II 80% di siklus II atau dengan presentase
N Aspek Yang Siklus II Kriteria ketuntasan kelas 71% di siklus I menjadi
o Dinilai Keberhasi 100% di siklus II.
Target Keter lan
(%) capai 2. Presentase ketercapaian hasil belajar
an (%) afektif siswa yaitu 76% di siklus I menjadi
1 Hasil belajar 70 100% Berhasil 79% di siklus II.
(aspek kognitif)
2 Hasil belajar 70 79% Berhasil
3. Sosialisasi dengan metode ceramah dapat
(aspek afektif) meningkatan pengetahuan siswa kelas 8I di
SMP Negeri 1 Grogol Sukoharjo ditinjau
3.1. Pembahasan dari belajar kognitif dan afektif.
Pembelajaran pada tindakan I
didapatkan hasil bahwa pengetahuan siswa 4.2. SARAN
dalam memahami materi sosialisasi sediaan 1. Dilakukan sosialisasi secara rinci agar
serta label obat ISPA dan diare masih kurang, tingkat pengetahuan siswa tentang sediaan
dan sikap afektifnya kurang, hal ini disebabkan serta label obat ISPA dan diare dapat
karena selama proses pembelajaran/ceramah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
beberapa siswa masih sedikit ribut, kurang 2. Dilakukan sosialisasi lain yang sifatnya
memperhatikan, malu untuk bertanya. dapat membangun sikap positif siswa
Observasi ketercapaian pada tindakan I terhadap kesehatan.
kurang maksimal dan perlu dilakukan tindakan
lebih lanjut karena, materi sosialisasi sediaan REFERENSI
serta label obat ISPA dan diare ada dua [1] Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar
indikator yang belum mencapai batas tuntas Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
pada pembelajaran kognitif,yaitu: 1) tentang Aksara.
ISPA dan diare, 2) penggunaan obat ISPA dan
diare. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan [2] Gregory, RJ. (2007). Psychological
proses pembelajaran lebih lanjut untuk testing: History, Principles, and
memperbaiki nilai hasil belajar tersebut. Applications. 5th, Edition, Boston, MA:
Indikator tersebut merupakan indikator yang Attyn dan Bacon.
harus dipahami oleh setiap siswa agar siswa
tidak salah dalam memahami dan [3] Kasbolah. (1999). Penelitian Tindakan
menerapkannya di kehidupan sehari-hari. Kelas. Depdiknas: Jakarta.
Indikator tersebut dianggap belum tuntas,
karena pengetahuan kognitif siswa dalam [4] Kemmis, S. dan Taggart, R. (2001).
memahami penyakit ISPA dan diare dan The Action Research Planner. Deakin:
pengobatannya masih kurang. Deakin: Jakarta.
Perbandingan persentase
ketercapaian indikator soal kognitif pada siklus [5] Masidjo. (1995). Penilaian Pencapaian
I dan II dapat dilihat pada Gambar Histogram Hasil Belajar Siswa Di Sekolah.
4.5. Dari empat indikator soal, semuanya Yogyakarta: Kanisius.
mengalami peningkatan. Tingkat presentase
dari keempat indikator soal ini tidak terlalu [6] Milles, M. B. Dan Huberman, A. M.
tinggi, tetapi sudah mengalami peningkatan. (1995). Analisis Data Kualitatif.
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian Jakarta: UI. Press.
sosialisasi metode ceramah dapat
meningkatkan; 1) hasil belajar kognitif secara [7] Notoatmodjo. (2005). Metodologi
klasikal dengan rata-rata ketercapaian 72% di Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi.
siklus I menjadi 80% di siklus II atau dengan Jakarta: PT Rineka Cipta.
presentase ketuntasan kelas 71% di siklus I
menjadi 100% di siklus II; 2) dapat [8] Wibowo. (2010). Cerdas Memilih Obat
meningkatkan hasil belajar afektif dengan dan Mengenali Penyakit. Jakarta:
presentase ketercapaian 76% di siklus I Lingkar Pena Kreativa.
menjadi 79% di siklus II.

ISSN : 2355-1313 86
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN


KECELAKAAN KERJA DI LABORATORIUM

Dwi Yulita Sari1, Sri Saptuti Wahyuningsih2


Prodi DIII Farmasi
Poltekkes Bhakti Mulia
dwiqk.juliea@yahoo.co.id

Abstract
Background: The accidents happened at Laboratory, its not only caused by the unconcern
students of the rules ang ignore obey the rules at laboratory, but its also caused by the less of
their knowledge in procedural or practical when they are in laboratory. They also dont
understand about the things cause an accidents at laboratory. Implementing Occupational
Health and Safety is one of the efforts to create a safety & healty workplace, thus it can reduce
the level of accidents at workplace and occupational diseases that can ultimately improve
efficiency and productivity. Optimally, Implementation of healty & safety workplace in
pharmaceutical laboratories polytechnic Bhakti Mulia Sukoharjo because laboratory activities
have many risk, especially by the increasing progress of IPTEK, so that the risk that will be
faced by the student increase.
Objective: To know the relationship of knowledge with the preventing behavior occupational
accidents in the laboratory department of Pharmacy Polytechnic Diploma Bhakti Mulia
Sukoharjo.
Method: This study was a quantitative Observasional Analitic study with cross sectional
approach. The population were all of the pharmacist student are II, IV, and VI semester and
totally 103 respondent. The respondent of samples were 78 students, with proportionate
stratified random sampling technique. The data analysis was conducted using prerequisite
analysis including normality, and linearity test, followed with hypothesis tests with Product
Moment.
Result: There was a significant relationship between knowledge with the preventing of
accidents behavior in pharmaceutical laboratories polytechnic sukoharjo by significancy value
was 0,013.
Conclusion: There was a significant relationship between knowledge with the preventing of
accidents behavior in pharmaceutical laboratories polytechnic sukoharjo.
Keywords: knowledge, behavior, occupational accidents

Abstrak
Latar Belakang: Kecelakaan yang terjadi di laboratorium tidak hanya disebabkan karena
mahasiswa kurang memperhatikan dan mentaati peraturan atau tata tertib di laboratorium,
tetapi disebabkan juga karena kurangnya pengetahuan atau pemahaman mahasiswa baik
dalam prosedur melakukan praktikum maupun pemahaman tentang hal-hal yang dapat
menyebabkan kecelakaan. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, sehingga dapat mengurangi
terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja. Pelaksanaan K3 secara optimal di laboratorium farmasi
Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo sangat diperlukan karena kegiatan laboratorium mempunyai
resiko yang sangat besar, apalagi dengan kemajuan IPTEK resiko yang akan dihadapi
mahasiswa akan semakin meningkat.
Tujuan : Untuk mengetahui apakah ada hubungan pengetahuan dengan perilaku pencegahan
kecelakaan kerja di laboratorium Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo..
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif Analitik Observasional dengan
pendekatan Cross Sectional. Populasi diambil dari semua mahasiswa farmasi yaitu dari
semester II,IV,VI berjumlah 103 orang responden. Sampel 78 responden, dimana teknik
pengambilan sampel menggunakan Teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Analisis
data dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas data dan uji linearitas, kemudian dilanjutkan
dengan uji hipotesa dengan Product Moment.
Hasil: Ada hubungan yang positif dan signifikan pengetahuan dengan perilaku pencegahan
kecelakaan kerja di laboratorium Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia dengan nilai signifikansi 0,013

ISSN 2355-1313 87
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

Kesimpulan: Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pengetahuan dengan
perilaku pencegahan kecelakaan kerja di laboratorium Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia
Sukoharjo.
Kata kunci: pengetahuan, pencegahan kecelakaan, perilaku

PENDAHULUAN Kegiatan laboratorium mempunyai


Menurut Reber dalam syah M (2012) risiko yang berasal dari faktor fisik, kimia,
belajar pengetahuan adalah belajar dengan biologi, dan ergonomi, apalagi jika diiringi
cara melakukan penyelidikan mendalam dengan kemajuan IPTEK maka risiko yang
terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi dihadapi mahasiswa semakin meningkat.
ini juga dapat diartikan sebagai sebuah Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
program belajar terencana untuk menguasai mengetahui hubungan antara pengetahuan,
materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan dan perilaku mahasiswa terhadap K3 dalam
investigasi dan eksperimen. Tujuan belajar pencegahan kecelakaan kerja. Dengan
pengetahuan adalah agar siswa memperoleh adanya penelitian ini diharapkan mampu
atau menambah informasi dan pemahaman mencegah kecelakaan kerja di laboratorium
terhadap pengetahuan tertentu yang dengan meningkatkan pengetahuan dan
biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat perilaku dari mahasiswa.
khusus dalam mempelajarinya, misalnya
dengan menggunakan alat-alat laboratorium METODE PENELITIAN
dan penelitian lapangan (Syah M, 2012). Penelitian dilakukan di Prodi DIII
Menurut Green dan Kreuter (2000), Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo,
perilaku merupakan hasil dari seluruh pada bulan April 2014. Penelitian ini
pengalaman serta interaksi manusia dengan merupakan penelitian Kuantitatif Analitik
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk Observasional dengan pendekatan Cros
pengetahuan, dan tindakan. Perilaku Sectional
dibentuk melalui suatu proses dan Populasi dalam penelitian ini adalah
berlangsung dalam interaksi manusia dan seluruh mahasiswa Prodi DIII Farmasi
lingkungan. Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo yang terdiri
Skinner (Notoatmodjo, 2005), dari semester II, IV dan VI yang berjumlah
menyatakan bahwa perilaku merupakan 103 mahasiswa.
respons atau reaksi seseorang terhadap Sampel adalah bagian dari populasi.
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena Dalam penelitian ini pengambilan sampel
itu perilaku terjadi melalui proses adanya menggunakan sistem Proportionate Stratified
stimulus terhadap organisme dan kemudian Random Sampling. Hal ini dikarenakan
organisme tersebut merespon, maka teori anggota yang terdapat dalam populasi
Skinner disebut teori S-O-R atau Stimulus- memiliki tingkatan atau strata yang
Organism-Response. proporsional. Jumlah sampel berdasarkan
Laboratorium ialah suatu tempat tabel penentuan jumlah sampel dengan
dimana dilakukan kegiatan kerja untuk taraf kesalahan 5% diperoleh sampel
menghasilkan sesuatu. Tempat ini dapat sebesar 78 responden (Sugiyono, 2008).
merupakan suatu ruangan tertutup, kamar, Instrumen yang digunakan dalam
atau ruangan terbuka, misalnya kebun dan penelitian ini adalah angket atau kuisioner
lain-lain (Sumamur, 2001). Kesehatan dan perilaku yang berisi daftar pertanyaan yang
keselamatan kerja merupakan suatu upaya diberikan kepada mahasiswa Farmasi
untuk menjamin keutuhan dan Poltekkes Bhakti Mulia Sukoharjo. Selain itu
kesempurnaan baik jasmani dan rohani. dalam penelitian ini juga menggunakan
Dengan kesehatan dan keselamatan kerja instrumen berupa tes prestasi untuk mengkur
maka para mahasiswa diharapkan dapat pengetahuan dari mahasiswa. Pengumpulan
melakukan praktikum dengan aman dan data dalam penelitian ini meliputi : data
nyaman. Praktikum dikatakan aman jika pengetahuan, informasi diperoleh dari nilai
apapun yang dilakukan oleh mahasiswa tes prestasi dimana tes ini berisi pertanyaan
tersebut dapat menghindari kemungkinan seputar pengetahuan kecelakaan kerja
resiko yang timbul. Praktikum dikatakan dilaboratorium dengan tipe soal chek poin
nyaman jika para mahasiswa yang dengan skala pengukuran adalah interval.
bersangkutan dapat melakukan praktikum Perilaku pencegahan kecelakaan kerja,
dengan merasa nyaman dan betah. dimana datanya diperoleh dari pengisian

ISSN 2355-1313 88
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

kuisioner yaitu lembar isian yang meliputi kk_6 0,484 0,014 Valid
beberapa pertanyaan alternatif jawaban: kk_7 0,484 0,014 Valid
tidak pernah, jarang, sering dan selalu, kk_8 0,424 0,035 Valid
dengan skala pengukuran menggunakan kk_9 0,544 0,005 Valid
skala interval. kk_10 0,824 0,000 Valid
Instrumen sebelum digunakan lebih kk_11 0,873 0,000 Valid
dahulu dilakukan uji validitas dengan rumus kk_12 0,771 0,000 Valid
koefisien korelasi dari pearson yaitu product kk_13 0,647 0,000 Valid
moment, dan uji reliabilitas dengan rumus kk_14 0,499 0,011 Valid
alpha cronbach pada kuesioner perilaku, kk_15 0,775 0,000 Valid
sedangkan pada tes pengetahuan dengan kk_16 0,549 0,005 Valid
rumus KR-20. Teknik analisa data kk_17 0,863 0,000 Valid
menggunakan uji hipotesa dengan korelasi kk_18 0,592 0,002 Valid
product moment dengan bantuan SPSS kk_19 0,873 0,000 Valid
16.0. kk_20 -0,913 0,000 Valid
Pengujian validitas dari tes prestasi
HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan dengan menggunakan program
Hasil SPSS dengan kriteria apabila hasil
1. Deskripsi data perhitungan (r tabel) lebih kecil dari (r hitung),
Penelitian ini menggunakan sampel maka diartikan bahwa item soal adalah valid.
sejumlah 78 responden. Pengambilan Dari hasil uji validitas diperoleh semua item
data penelitian dilaksanakan di Prodi DIII soal adalah valid.
Farmasi Poltekkes Bhakti Mulia Pengujian reliabilitas adalah pengujian
Sukoharjo. Deskripsi data penelitian sejauh mana alat ukur atau instrumen itu relatif
meliputi : stabil pada pengukuran pada subyek yang
a. Deskripsi Data Pengetahuan sama yang diulang beberapa kali. Pengujian
Distribusi frekuensi dari pengetahuan reliabilitas tes prestasi pada variable
mahasiswa diperoleh data sebagai berikut pengetahuan menggunakan KR 20.
: Tabel 4.3:Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan
Tabel 4.1 Distribusi Data Pengetahuan dengan rumus KR 20
No Data Pengetahuan Nilai Skor R 2,952062
1 Tertinggi 20 r table 0,2214
2 Terendah 0
3 Rata rata 2,63 Reliabel r > r tabel
4 Standar Deviasi 2,892 jika r > r tabel maka reliable.
Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa dari
jumlah sampel 78 responden, diperoleh nilai Pada pengujian reliabilitas dengan kriteria
terendah 0. dan nilai tertinggi dari responden hasil apabila (r hasil) lebih besar dari (r
adalah 20. Selain itu dari data juga dapat tabel), diartikan bahwa instrumen penelitian
diketahui rata rata nilai responden adalah yang digunakan untuk pengumpulan data
2,63 dengan standar deviasi sebesar 2,892. dikatakan reliable.
Uji validitas digunakan untuk b. Deskripsi Data Perilaku
mengetahui validitas tiap soal tes prestasi Distribusi frekuensi dari pengetahuan
menggunakan rumus koefisien korelasi dari mahasiswa diperoleh data sebagai berikut
pearson yaitu product moment. :
Tabel 4.4. Distribusi Data Perilaku
Tabel 4.2 : Hasil Uji Validitas Pengetahuan No Data Perilaku Nilai
Skor
Pearson Sig. (2-
Kk Ket 1 Tertinggi 80
Correlation tailed)
2 Terendah 58
kk_1 0,873 0,000 Valid 3 Rata rata 72,21
kk_2 0,484 0,014 Valid 4 Standar Deviasi 5,382
kk_3 0,873 0,000 Valid Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa dari
kk_4 0,914 0,000 Valid jumlah sampel 78 responden, diperoleh nilai
kk_5 0,939 0,000 Valid terendah 58. Dan nilai tertinggi dari

ISSN 2355-1313 89
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

responden adalah 80. Selain itu dari data penelitian yang digunakan untuk
juga dapat diketahui rata rata nilai pengumpulan data dikatakan reliable.
responden adalah 72,21. Dengan standar 2. Uji Prasyarat
deviasi sebesar 5,382. a. Uji normalitas
Uji validitas digunakan untuk Uji normalitas digunakan untuk
mengetahui validitas kuesioner mengetahui apakah populasi data
menggunakan rumus koefisien korelasi dari berdistribusi normal atau tidak. Uji
pearson yaitu product moment. normalitas data menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov.
Tabel 4.5 : Hasil Uji Validitas Perilaku
Pearson Sig. (2- Tabel 4.7 : Hasil uji normalitas data
K3 Ket
Correlation tailed) pengetahuan
K3_1 0,804 0,000 Valid One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
K3_2 0,724 0,000 Valid
kk_Total
K3_3 0,679 0,000 Valid
K3_4 0,419 0,000 Valid N 78
K3_5 0,381 0,001 Valid Normal Mean 72.2051
K3_6 0,804 0,000 Valid a
Parameters Std. Deviation 5.38241
K3_7 0,470 0,000 Valid
K3_8 0,459 0,000 Valid Most Extreme Absolute .092
K3_9 0,581 0,000 Valid Differences Positive .074
K3_10 0,534 0,000 Valid Negative -.092
K3_11 0,573 0,000 Valid
Kolmogorov-Smirnov Z .814
K3_12 0,619 0,000 Valid
K3_13 0,541 0,000 Valid Asymp. Sig. (2-tailed) .522
K3_14 0,625 0,000 Valid a. Test distribution is Normal.
K3_15 0,744 0,000 Valid Jika p> 0.05 maka berdistribusi normal
K3_16 0,668 0,000 Valid
K3_17 0,677 0,000 Valid Tabel 4.8 : Hasil uji normalitas data
K3_18 0,804 0,000 Valid perilaku
K3_19 0,724 0,000 Valid One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
K3_20 0,679 0,000 Valid
Pengujian validitas dari kuisioner k3_Total
dilakukan dengan menggunakan program N 78
SPSS dengan kriteria apabila hasil Normal Mean 9.8333
perhitungan (r tabel) lebih kecil dari (r Parametersa
hitung), maka diartikan bahwa instrumen Std.
penelitian adalah valid. Deviati 6.15475
Pengujian reliabilitas adalah pengujian on
sejauh mana alat ukur atau instrumen itu Most Extreme Absolut
.088
relatif stabil pada pengukuran pada subyek Differences e
yang sama yang diulang beberapa kali. Positiv
Pengujian reliabilitas kuisioner menggunakan .078
e
rumus Alpha Cronbach.
Negati
-.088
ve
Tabel 4.6 : Hasil Uji Reliabilitas Perilaku Kolmogorov-Smirnov Z .777
Reliability Statistics Asymp. Sig. (2-tailed) .582
Cronbach's Alpha N of Items a. Test distribution is Normal.
.901 20 Jika p> 0.05 maka berdistribusi normal.
Jika P > 0.05 maka reliable Tabel 4.8 menunjukkan bahwa dari hasil
Pada pengujian reliabilitas kuisioner dengan perhitungan uji normalitas diperoleh nilai p
kriteria hasil apabila (r hasil) lebih besar dari atau signifikansi dari variabel pengetahuan
(r tabel), diartikan bahwa instrumen sebesar 0,522 dan variabel perilaku 0,582.

ISSN 2355-1313 90
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan nilai koefisien korelasi (r) hitung sebesar
ketentuan yang ada dapat dikatakan data 0,281 dan nilai signifikansi (p) sebesar
dari semua variabel penelitian berasal dari 0,013. Selain itu berdasar tabel 3.2
populasi yang terdistribusi secara normal. didapatkan koefisien korelasi sebesar
b. Uji linearitas 0,281 termasuk kategori rendah.
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui
apakah dua variabel mempunyai Pembahasan
hubungan yang linear atau tidak secara Uji yang dilakukan dalam penelitian ini
signifikan. Metode yang digunakan dalam adalah uji validitas untuk masing masing
uji linearitas adalah dengan rumus anova. variabel dengan rumus product moment dan
b didapat hasil untuk masing masing variabel
Tabel 4.9 : Hasil Uji Linieritas (ANOVA ) setiap item instrument yaitu valid.
Selanjutnya untuk uji reliabilitas digunakan
Sum of Mean rumus untuk variabel pengetahuan
Model Squares Df Square F Sig. digunakan rumus KR 20 didapat hasil r =
1 Regressio 2,95 dan r tabel = 0,2214 dengan ketentuan r
a
n 24.481 1 24.481 3.385 .070 > r tabel maka reliabel. Untuk uji reliabilitas
data perilaku digunakan rumus alpha
Residual 542.376 75 7.232 conbrach didapat hasil P = 0,901 dengan
ketentuan jika p > 0,05 maka reliabel. Uji
Total 566.857 76
normalitas digunakan rumus kolmogorov
a. Predictors: (Constant), smirnov untuk masing masing variabel,
KK hasil uji normalitas variabel pengetahuan
b. Dependent Variable: didapat p = 0,522 sedangkan untuk perilaku
K3 didapat p = 0,582 dengan ketentuan jika p >
0,05 maka terdistribusi normal. Uji linearitas
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa pada
dengan menggunakan rumus anova dan
variabel pengetahuan dengan perilaku
didapat hasil signifikan untuk masing
diperoleh nilai p (0,070) > 0,05. Hal ini dapat
masing variabel yaitu untuk variabel
dikatakan bahwa antara variabel
pengetahuan dan perilaku hasilnya p = 0,070
pengetahuan dengan perilaku ada hubungan dengan ketentuan jika p > 0,05 maka linier.
yang linier. Dapat dikatakan pula bahwa Uji hipotesa dengan menggunakan pearson
hubungan antara variabel independen dan correlation product moment didapat hasil
dependen linier.
signifikan untuk masing masing variabel
3. Hasil Penelitian
yaitu p = 0,013 dengan ketentuan jika p <
a. Pengujian hipotesa penelitian
0,05 maka signifikan, selain itu juga
Pengujian hipotesa menggunakan rumus
didapatkan r sebesar 0,281 berdasarkan
korelasi. Korelasi yang digunakan korelasi
tabel 3.2 dengan r = 0,281 termasuk dalam
Pearson dari Product Moment.
kategori rendah.
Data yang diperoleh dalam penelitian
Tabel 4.10 : Hasil Uji Hipotesa ini memperlihatkan bahwa nilai koefisien
Correlations korelasi (r) antara pengetahuan dengan
K3 KK perilaku pencegahan kecelakaan kerja
adalah 0,281 dan signifikansi (p) 0,013. Hal
K3 Pearson Correlation 1 .281* ini berarti bahwa ada hubungan positif yang
Sig. (2-tailed) .013 signifikan antara pengetahuan dengan
N 78 78 perilaku pencegahan kecelakaan kerja dalam
*
tingkat hubungan rendah. Dengan kata lain
KK Pearson Correlation .281 1 dapat dinyatakan bahwa semakin meningkat
Sig. (2-tailed) .013 pengetahuan mahasiswa tentang kesehatan
dan keselamatan kerja maka akan semakin
N 78 78
meningkatkan perilaku mahasiswa dalam
*. Correlation is significant at the 0.05 level mencegah terjadinya kecelakan kerja di
(2-tailed). laboratorium. Mahasiswa akan berusaha
Hasil perhitungan dengan
program SPSS di tabel 4.10 diperoleh

ISSN 2355-1313 91
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

menjaga dari hal-hal yang dapat KESIMPULAN DAN SARAN


menyebabkan terjadinya kecelakaan. Kesimpulan
Berdasarkan teori Green menyatakan Ada hubungan positif secara signifikan
bahwa perilaku seseorang tentang antara pengetahuan mahasiswa dengan
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, pencegahan perilaku kecelakaan kerja di
sikap, kepercayaan dan sebagainya dari laboratorium Prodi DIII Farmasi Poltekkes
orang tua atau masyarakat yang Bhakti Mulia Sukoharjo dengan nilai
bersangkutan. Disamping itu ketersediaan signifikasi atau p = 0,013.
fasilitas, sikap, dan perilaku para pengajar di
Institusi pendidikan juga harus mendukung Saran
dan memperkuat terbentuknya perilaku. 1. Menegakkan kedisiplinan dalam
Hasil penelitian ini diperkuat dengan pelaksanaan semua pekerjaan di
penelitian Afip Khoirudin (2010), laboratorium dalam hal alat pelindung diri.
menunjukkan bahwa ada hubungan sikap 2. Perlu dilakukan penyuluhan tentang
perawat terhadap penerapan prosedur Kesehatan & Keselamatan Kerja di
tindakan pencegahan universal dengan laboratorium secara periodic.
perilaku perawat dalam menjalankan
prosedur tindakan tersebut di RSUP dr
Kariadi Semarang. Berdasarkan penelitian REFERENSI
tersebut tampak bahwa selalu adanya
hubungan secara bermakna antara Arikunto, S, 2002. Prosedur Penelitian
pengetahuan dengan sikap dan perilaku Pendekatan Praktek. Edisi Revisi V.
seseorang. Hal ini dapat terjadi karena sikap Rineka Cipta, Jakarta.
sesorang yang sudah baik untuk melakukan
pencegahan kecelakaan. Budiarto E, 2004. Metodologi penelitian
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan kedokteran. EGC, Jakarta.
teori dari Notoatmojo (2007) yang
menjelaskan pengetahuan adalah hasil tahu Green L.W. And Kreuter, M.W, 2005. Health
dari suatu pengeideraan dari suatu objek Program Planning And Educational
tertentu. Penginderaan meliputi penglihatan, And Ecological Aprroach. Fourth
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Edition, Rollins Scholl Of Public
Perilaku yang didasari dengan pengetahuan Health Of Emory University. New
yang baik akan lebih terarah dan York. Published by Mc Graw Hill a
memberikan hasil yang baik pula. Menurut bussines unit of the Mc Graw Hill
penelitian dari Yanti (2011) menjelaskan Companies, Inc.
bahwa terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dan tindakan dengan Yanti K, 2011, Hubungan Perilaku dengan
kecelakaan kerja. Sikap mahasiswa cecara Kecelakaan Kerja Pada Pekerja
umum sudah baik, yaitu kebersihan tangan Peternak Ayam Ras di Kecamatan
dan pemakaian jas praktikum. Hal ini sangat Tilatang Kamang Kabupaten Agam,
mendukung kegiatan praktikum yang hampir Program Studi Ilmu Kesehatan
60 % dilakukan di laboratorium. Namun pada Masyarakat Fakultas Kedokteran
kenyataannya penggunaan sarung tangan Universitas Andalas, Padang.
dan masker pada saat praktikum belum
sepenuhnya dilakukan dengan alasan kurang Nazir M, 2005. Metode Penelitian. Ghalia
nyaman sehingga berpendapat pemakaian Indonesia, Bogor.
sarung tangan dan masker tidak perlu
dilakukan. Sikap yang kurang benar tersebut Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitan
perlu dilakukan peningkatan pemahaman Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
sehingga semua alat pelindung diri haruslah
digunakan demi keamanan dalam bekerja. Notoatmodjo, 2003. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Notoatmodjo, 2005. Pendidikan dan Perilaku


Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.

ISSN 2355-1313 92
IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 1 No 2 Juli 2014 - ijmsbm.org

Notoatmojo, 2007, Promosi Kesehatan dan


Ilmu Perilaku, Jakarta, Rineka Cipta.

Notoatmodjo, 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.


Rineka Cipta, Jakarta.

Setiana D, 2011. Pengetahuan, Sikap dan


Praktik Mahasiswa Fakultas
Kedokteran Terhadap Pencegahan
Infeksi, Artikel Ilmiah, Program
Pendidikan Sarjana Kedokteran
Fakultas Kedokteran UNDIP,
Semarang

Sugiyono, 2008. Metode Penelitian


Pendekatan Kuantitatif ,Kualitatif dan
RND, Alfabeta. Bandung.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian


Pendidikan. Alfabeta. Bandung

Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan


Pendekatan Baru. PT Remaja
Rosdakarya. Bandung

Syah, M. 2012. Psikologi Belajar. PT Raja


Grafindo Persada. Jakarta

Sumamur Dr, 2001, Keselamatan Kerja Dan


Pencegahan Kecelakaan, Gunung
Agung, Jakarta

ISSN 2355-1313 93

Anda mungkin juga menyukai