Timor Leste:
Sebuah Langkah Awal Menebar Visi dan Misi Mulia
(Bagian I)1
Hari Wibowo2
A. Pengantar
Adalah saya seorang pengajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing) yang
dikirim oleh Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan (PPSDK),
Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kemdikbud selama empat bulan per 8
Agustus8 Desember 2016. Saya
membawa visi dan misi yang begitu berat, yaitu
menginternasionalisasikan
bahasa Indonesia di negara-negara lain di dunia.
Saya bertuga di Pusat Budaya Indonesia (PBI)
yang dibawah naungan Atase Pendidikan
KBRI di Timor Leste.
Sekadar berbagi pengalaman, dwiminggu
pertama saya mengajar BIPA di kelas A2
merupakan pengalaman anyar yang luar
biasa. Saya membelajarkan bahasa
Indonesia untuk penduduk kota Dili-Timor Leste
dan sekitarnya. Program ini dijadwalkan
selama 18 pertemauan atau 9 minggu.
Setiap kali pertemuan berlangsung 2 jam
pelajaran @60 menit ini dua kali dalam seminggu, pada hari senin dan Rabu
pukul 14.00-16.00 WIT. Kelas ini dihadiri tidak lebih dari 10 peserta. Buku
pegangan yang disarankan adalah buku terbitan PPPSDK, buku-buku lain sebagai
penunjang, dan beberapa referensi dari dalam jaringan (daring). Selain itu,
dalam proses pembelajaran saya menerapkan beberapa teknik dan media yang
menarik agar kondisi kelas selalu menyenangkan.
Pembelajaran diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran sebagai
berikut. 1. menjelaskan istilah-istilah kekerabatan dalam keluarga; dan 2.
membuat silsilah keluarga dan menjelaskannya secara lisan. 3. menyebutkan
kosakata yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari; 4. menerapkan
penggunaan kosakata yang berkaitan dengan frekuensi waktu; 5.
menjelaskan secara lisan kegiatan sehari-hari diri sendiri dan orang lain; dan
6. menulis paragraf singkat berdasarkan hasil wawancara tentang kegiatan
sehari-hari orang lain. Pemelajar diharapkan dapat memahami tujuan belajar
pada bab 1 dan 2 yang telah disampaikan pengajar.
B. Deskripsi
1 Artikel ini sudah dimuat di Majalah Ekspresi , PPPPTK Bahasa Kemdikbud, tahun
2016.
Pemerolehan bahasa hanya didapat dari hal dengaran yang mereka tangkap dari
tontonan TV. Mereka masih menonton dan menyukai sinetron TV Indonesia yang
dapat tayang di sini. Intinya, bahasa Indonesia bukan bahasa baru bagi mereka.
Meski dalam berkomunikasi masih kacau, apalagi kemahiran menulisnya, mereka
masih antusias belajar bahasa Idnoensia di PBI.
Pada kegiatan 3, mereka diminta untuk membaca teks Inilah Keluarga Saya
lalu membuat silsilahnya pada buku tulis. Setelah itu, mereka menyimak sebuah
monolog dan memberi tanda centang pada tugas menyimak pada kegiatan 4.
Karena sedikit agak cepat, maka dengaran monolog diulang sampai tiga kali.
Sehingga mereka yakin atas jawabannya sesuai dengan monolog.
Pertemuan Kedua
Mengawali pertemuan kedua, pengajar menampilkan silsilah keluarganya pada
bahan tayang yang dibuatnya. Mereka diminta untuk mencermati dan mencoba
mendeskripsikan silsilah keluarga pengajar.
Setelah itu, mereka diminta untuk membuat paragraf dari sebuah silsilah
keluarga yang ada pada kegiatan 5 dengan melihat contoh paragraf Inilah
Keluarga Saya pada kegiatan 3. Secara perlahan mereka melihat silsilah yang
ditayangkan di bahan tayang dan menulis paragraf seperti pada contoh di buku.
Paragraf yang sudah dibuat coba dibacakan. Saat ada perbaikan mereka
menyuntingnya dan menulis kembali dengan baik.
Selanjutnya, mereka mendapat tugas untuk membuat silsilah keluarganya pada
buku tulisnya yang masih bentuk draf karena ada beberapa nama keluarga yang
lupa.
Pada akhir sesi, mereka diminta membuat tugas menyusun silsilah keluarga dan
beberapa paragraf perihal silsilah tersebut pada kerta A3 untuk dibawa pada
pertemuan berikutnya.
Pertemuan Ketiga dan kekempat
Mengawali pertemuan ketiga kegiatan 6, pengajar meminta pemelajar
menampilkan bagan silsilah keluarganya dan membacakan paragraf perihal
hubungan dia dan keluarga besarnya. Kemudian saya melanjutkan pembelajaran
unit 3 tentang Kegiatan Sehari-hari. Diawali dengan menyampaikan tujuan
pembelajaran.
Pada kegiatan 1, pemelajar diminta membaca teks tentang kegiatan Nirmala dan
Ibu Sartika. Mereka menuliskan pada kartu kata dan menempelkan kegiatan inti
Nirmala dan Ibu Sartika di papan tulis. Selanjutnya menjawab tiga pertanyaan,
salah satunya siapa yang paling sibuk? Mereka umumnya menjawab Ibu Sartika,
namun pemelajar mengoreksi jawabannya. Karena sebenarnya yang sibuk
adalah Nirmala. Dia tidak punya waktu untuk masak makanan seniri dan sibuk
rapat di kantor.
Pada kegiatan 2, Pemelajar diajak mencentang kegiatan-kegitan yang dilakukan
dan tidak sesuai kolom yang disediakan di buku teks. Kemudian mereka
mengurutkan kegiatan-kegiatan yang tidak pernah dilakukan, jarang, sering, dan
selalu. Sebelumnya, pengajar menjelaskan perbedaan pengelompokkan
frekuensi tersebut. Setelah dikelompokkan, mereka menyusun kalimat
aktivitasnya dengan menggunakan kata frekuensinya.
Pada kegiatan 3, mereka mewawancarai pengajar perihal kegiatannya sehari-hari
dengan dua pertanyaan. (1) Siapa nama Anda? (2) Apa kegiatan Pak Guru setiap
hari? Kemudian secara spontan saya memberikan rincian kegiatan sehari-hari
dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Pada kegiatan 4, mereka
menyusun kegiatan gurunya dengan diagram siklus. Selanjutnya, menceritakan
diagram tersebut di depan kelas.
Pada kegiatan 5, pemelajar membaca teks Kegiatan Masa Kecil Saya dan
menjawab pertanyaan. Kemudian mendiskusikan kegiatan tersebut agar
dimasukkan ke dalam tabel kegiatan. Pengajar membagikan kartu kata hubung
Gaya belajar Visual Learner adalah gaya belajar yang lebih banyak
memanfaatkan "penglihatan" yang dimiliki oleh individu. Anda yang terkategori
memiliki gaya belajar visual cenderung untuk membaca informasi dengan sangat
cepat, serta membutuhkan suasana yang tenang ketika belajar. Anda dengan
tipe ini akan sangat mudah memahami informasi ketika diajarkan dengan
menggunakan peta, gambar, skema, tabel atau bahkan siklus. Anak dengan
gaya belajar visual cenderung rapi dan terorganisasi, serta teliti dalam
menangkap informasi secara mendetail.
Lampiran
Presen
tasi