Anda di halaman 1dari 42

KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL

AKIBAT BATU SALURAN KEMIH


DI RSUD ULIN BANJARMASIN
Lilis K*, Zaqyyah H**, Karani***

Universitas Muhammadiyah Banjarmasin


Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan
Program Studi S.1 Keperawatan

Email : liliski72@gmail.com

Abstrak

Kasus gagal ginjal meningkat setiap tahunnya. Salah satu penyebabnya adalah
akibat komplikasi batu saluran kemih yang ditandai dengan kenaikan kadar ureum
dan kreatinin darah hingga menyebabkan gagal ginjal. Terapi untuk menggantikan
fungsi ginjal adalah dengan hemodialisa.yang dilakukan secara rutin sehingga
mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
kualitas hidup pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin. Metode penelitian korelatif secara cross sectional dengan populasi
seluruh pasien gagal ginjal, sampel 26 orang dengan total sampling, dan
menggunakan uji chi square value < = 0,05.

Hasil uji chi square menunjukkan value 0,024 ada hubungan antara dimensi
fisik dengan kualitas hidup. value 0,074 tidak ada hubungan antara dimensi
psikologis dengan kualitas hidup. value 0,530 tidak ada hubungan antara
dimensi hubungan sosial dengan kualitas hidup. value 0,851 tidak ada
hubungan antara dimensi lingkungan dengan kualitas hidup. Penelitian
selanjutnya diharapkan untuk mencari faktor penyebab lain misalnya gout
disease.

Kata Kunci : kualitas hidup, gagal ginjal, batu saluran kemih

Kepustakaan : 37 (2006-2016)

Abstract

Cases of kidney failure is increasing every year. One reason is due to is


complications of urinary tract stones are characterized by increased levels of urea
107

and creatinine blood to causing kidney failure. Treatment to replace kidney


function is performed routinely hemodialysis thus affecting the quality of life. The
purpose of this study was to determine the quality of life patients with kidney
failure due to urinary tract stones in RSUD Ulin Banjarmasin. The research
correlative method is cross sectional with the population all of patients with
kidney failure, sample 26 people with a total sampling, and using chi-square
value < = 0.05.

Chi-square test results showed value 0.024 there is relationship between the
physical dimensions to the quality of life. value 0,074was no relationship
between psychological dimension to the quality of life. value of 0.530 was no
relationship between the social relationships dimension to the quality of life.
value of 0.851 was no relationship between the environment dimension to quality
of life. Future studies are expected to look for other factors, such as gout disease.

Keywords : quality of life, renal failure, urinary tract Stone


Bibliography : 37 (2006-2016)

1. Pendahuluan
Kasus gagal ginjal kronik (GGK) saat ini meningkat dengan cepat terutama di
negara-negara berkembang. GGK telah menjadi masalah utama kesehatan di
seluruh dunia, karena merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah, meningkatkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit
bukan infeksi.

Menurut Stevens et al, (2006) di banyak negara termasuk di Indonesia angka


kematian akibat GGK terutama pada end stage renal disease (ESRD) terus
meningkat. Data di beberapa pusat nefrologi di Indonesia memperkirakan
insidensi GGK berkisar antara 100-150/1 juta penduduk (Suwitra, 2009).

Salah satu penyebab gagal ginjal kronis adalah akibat dari komplikasi batu
saluran kemih. Menurut Haryanti (2006) salah satu komplikasi batu saluran
kemih yaitu terjadinya gangguan fungsi ginjal yang ditandai kenaikan kadar
ureum dan kreatinin darah, gangguan tersebut bervariasi dari stadium ringan
sampai timbulnya sindroma uremia dan gagal ginjal, bila keadaan sudah
stadium lanjut bahkan bisa mengakibatkan kematian. Penyakit batu saluran
kemih yang berat dan berulang, terutama dari gangguan genetik yang langka,
misalnya hyperoxaluria primer dan cystinuria juga diperkirakan meningkatkan
risiko GGK (Saucier et al., 2010).

Menurut Sukandar (2006) salah satu terapi pada GGK adalah hemodialisa
yang merupakan suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk
108

mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah


manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan
zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan
cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan
ultra filtrasi.

Pasien bisa bertahan hidup dengan menjalani terapi hemodialisa. Hemodialisa


bertujuan untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan fungsi ginjal
sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas
hidup pada penderita GGK.

Kualitas hidup pasien seharusnya menjadi perhatian penting bagi para


professional kesehatan karena dapat menjadi acuan keberhasilan dari suatu
tindakan/intervensi atau terapi. Selain itu, data tentang kualitas hidup juga
dapat merupakan data awal untuk pertimbangan merumuskan
intervesi/tindakan yang tepat bagi pasien.

Menurut Trisnawati (2002) dalam Fatayi, (2008) kualitas hidup bisa


dipandang dari 2 segi, yaitu segi subjektif merupakan perasaan enak dan puas
atas segala sesuatu secara umum, sedangkan secara objektif adalah
pemenuhan tuntutan kesejahteraan materi, status sosial dan kesempurnaan
fisik secara sosial budaya. Dimensi kualitas hidup yaitu dimensi fisik, dimensi
psikologis, dimensi sosial dan dimensi lingkungan. Keempat dimensi tersebut
sudah dapat menggambarkan kualitas kehidupan pasien gagal ginjal kronik
dengan terapi hemodialisa yang mempunyai agama, etnis dan budaya yang
berbeda (WHO, 1994 dalam Desita, 2010).

Penelitian oleh Sahi (2015) dengan judul Hubungan lama menjalani


hemodialisa dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik di RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo. Hasil penelitian ditemukan 50% lama
menjalani hemodialisa pasien 1-3 tahun dan 75,70% pasien memiliki kualitas
hidup yang baik. Terdapat hubungan lama menjalani hemodialisa dengan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Kota Gorontalo (sig. 0,000 <0,05) dengan kekuatan hubungan kuat (nilai
koefisien korelasi atau nilai r sebesar 0,676).

Tahun 2009 instalasi hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin telah


mengoperasionalkan 29 buah mesin HD. Selain itu, di RSUD Ulin
Banjarmasin jumlah kunjungan penderita gagal ginjal kronik yang menjalani
tindakan hemodialisa pada tahun 2014, 2015, dan 2016 terjadi fluktuasi yang
beragam namun dalam setahun di setiap bulannya selalu mengalami
peningkatan. Tahun 2014 terdapat 3.424 kunjungan penderita gagal ginjal
yang menjalani hemodialisa sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 3.592 orang
dan terhitung dari bulan Januari hingga Juni 2016 sebanyak 1.869 orang.
109

Data kasus baru penderita gagal ginjal yang memiliki riwayat batu saluran
kemih yang terdaftar di buku registrasi unit hemodialisa pada bulan april
sampai dengan desember 2016 terdapat 41 orang yang menjalani hemodialisa.
Setelah dicocokkan dengan jadwal hemodialisa terdapat 26 orang pasien gagal
ginjal akibat batu saluran kemih yang menjalani hemodialisa pada bulan
desember 2016.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 1 agustus hingga 8


agustus dengan metode wawancara mengenai kualitas hidup pada pasien gagal
ginjal akibat batu saluran kemih di Unit Hemodialisa RSUD Ulin Banjarmasin
Tahun 2016 didapatkan hanya 5 orang responden yang bersedia dilakukan
wawancara. Dari ke 5 responden hanya 1 orang yang tergolong dalam kualitas
hidup tinggi sedangkan 4 orang lainnya memiliki kualitas hidup yang rendah.

Kualitas hidup responden yang rendah ditinjau dari 4 dimensi didapatkan hasil
untuk dimensi fisik 3 dari 4 responden mengatakan rasa sakit fisik sedikit
mencegah mereka dalam beraktivitas sehari-hari, sedangkan 1 responden
lainnya mengatakan rasa sakit fisik sangan sering mencegah dirinya untuk
beraktivitas sehari-hari. Kebutuhan tidur dan istirahat 2 dari 4 responden
mengatakan tidurnya tidak memuaskan.

Kualitas hidup responden yang rendah ditinjau dari dimensi psikologis ke 4


responden mengatakan sudah menerima akan penyakitnya dan mencoba untuk
menikmati hidupnya, dan mereka semua mengatakan perasaan negatif seperti
putus asa, cemas dan depresi terkadang masih muncul namun jarang terjadi.
Dimensi sosial ke 4 responden mengatakan memuaskan mengenai dukungan
dari keluarga, namun untuk berinteraksi dengan tetangga atau orang lain
jarang di lakukan, mereka lebih sering menghabiskan waktu di rumah.

Kualitas hidup responden yang rendah pada demensi lingkungan ke 4


responden mengatakan kebutuhan financial mereka masih terpenuhi,
sedangkan untuk akses informasi mengenai pengetahuan tentang hemodialisa
masih sedikit mereka dapatkan, 2 dari 4 responden mengatakan hanya
mendapat informasi dari dokter. Akses layanan menuju rumah sakit 3 dari 4
responden mengatakan tidak memuaskan karena mereka berasal dari luar
daerah Banjarmasin.

Uraian-uraian di atas membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


mengenai kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik akibat batu saluran kemih
di RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016.

2. Metode Penelitian
Jenis penelitian yaitu korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh pasien gagal ginjal yang sedang menjalani
hemodialisa rutin di RSUD Ulin Banjarmasin dengan sampel sebanyak 26
110

orang dan teknik pengambilan sampel total sampling. Uji statistik yang
digunakan adalah uji chi square.

3. Hasil Penelitian
a. Analisa Univariat
1) Karakteristik Responden
a) Usia
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia
pada Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Usia (Tahun) Jumlah Persentasi
Usia Produktif (15-59 17 65,4%
tahun)
Usia Tua 9 34,6%
(>60 tahun)
Jumlah 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan dari 26 responden sebagian


besar termasuk dalam usia produktif (15-59 tahun) yaitu sebanyak
17 orang (65,4%).

b) Pendidikan
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan
pada Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Pendidikan Jumlah Persentasi
Tinggi (Tamat SMA, 12 46,2%
PT/Akademi)
Rendah (SD tidak 14 53,8%
tamat, SD, SMP)
Jumlah 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan dari 26 responden sebagian


besar memiliki pendidikan yang rendah (SD tdak tamat, SD,
SMP) yaitu sebanyak 14 orang (53,8%).

c) Pekerjaan
Tabel 4.3
111

Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pekerjaan


pada Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Pekerjaan Jumlah Persentasi
Bekerja 12 46,2%
Tidak Bekerja 14 53,8%
Jumlah 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan dari 26 responden sebagian


besar tidak bekerja yaitu sebanyak 14 orang (53,8%).
d) Jenis Kelamin
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
pada Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Jenis Kelamin Jumlah Persentasi
Perempuan 9 34,6%
Laki-laki 17 65,4%
Jumlah 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan dari 26 responden sebagian


besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 17 orang
(65,4%).

2) Dimensi Fisik
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Fisik
pada Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di RSUD
Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Dimensi Fisik Jumlah Persentasi
Rendah 11 42,3%
Tinggi 15 57,7%
Jumlah 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan dari 26 responden sebagian


besar dimensi fisiknya berada dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 15 orang (57,7%).
3) Dimensi Psikologis
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Psikologis
pada Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Dimensi Psikologis Jumlah Persentasi
Rendah 10 38,5%
Tinggi 16 61,5%
Jumlah 26 100 %
112

Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan dari 26 responden sebagian


besar dimensi psikologisnya berada dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 16 orang (61,5%).
4) Dimensi Hubungan Sosial
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Hubungan Sosial
pada Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Dimensi Hubungan Sosial Jumlah Persentasi
Rendah 11 42,3%
Tinggi 15 57,7%
Jumlah 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan dari 26 responden sebagian


besar dimensi hubungan sosialnya berada dalam kategori tinggi
yaitu sebanyak 15 orang (57,7%).
5) Dimensi Lingkungan
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Dimensi Lingkungan
pada Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Dimensi Lingkungan Jumlah Persentasi
Rendah 11 42,3%
Tinggi 15 57,7%
Jumlah 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan dari 26 responden sebagian


besar dimensi lingkungannya berada dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 15 orang (57,7%).
6) Kualitas Hidup
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kualitas Hidup
pada Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Kualitas Hidup Jumlah Persentasi
Kurang Baik 10 38,5%
Sangat Baik 16 61,5%
Jumlah 26 100 %

Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan dari 26 responden sebagian


besar kualitas hidupnya berada dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 16 orang (61,5%).
113

b. Analisa Bivariat
1) Hubungan karakteristik responden dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016
a) Hubungan usia dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin
Tahun 2016
Tabel 4.10
Hubungan Usia dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016
Usia Kualitas Hidup Total
(Tahun)
Kurang Baik Sangat Baik

F % F % F %
Usia 6 35,3% 11 64,7% 17 100
Produktif %
(15-59
tahun)
Usia Tua 4 44,4% 5 55,6% 9 100
(>60 tahun) %
Total 10 38,5% 16 61,5% 26 100
%
=0,648 > = 0,05

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 17


responden usia produktif (15-59 tahun) sebagian besar
memilki kualitas hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 11
orang (64,7%, begitu juga dari 9 responden usia tua (>60
tahun) sebagian besar memiliki kualitas hidup yang sangat
baik yaitu sebanyak 5 orang (55,6%). Hasil analisis data
yang menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara usia dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin dengan value sebesar 0,648 > = 0,05.

b) Hubungan pendidikan dengan kualitas hidup pasien gagal


ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016
114

Tabel 4.11
Hubungan Pendidikan dengan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016
Pendidikan Kualitas Hidup Total

Kurang Baik Sangat


Baik
F % f % F %
Tinggi (Tamat 5 41,7% 7 58,3 12 100 %
SMA/PT/Akad %
emi)
Rendah (SD 5 35,7% 9 64,3 14 100 %
tidak Tamat, %
SD, SMP)
Total 10 38,5% 16
61,5 26 100 %
%
=0,756> = 0,05

Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa dari 12


responden pendidikan tinggi (SMA/PT/Akademi) sebagian
besar memilki kualitas hidup yang sangat baik yaitu
sebanyak 7 orang (58,3%), begitu juga dari 11 pendidikan
rendah (SD Tidak Tamat, SD,SMP) sebagian besar
memiliki kualitas hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 9
orang (64,3%). Hasil analisis data yang menggunakan uji
chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pendidikan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal akibat
batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin dengan
value sebesar 0,756 > = 0,05.

c) Hubungan pekerjaan responden dengan kualitas hidup


pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016
Tabel 4.12
Hubungan Pekerjaan dengan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016
Pekerjaa Kualitas Hidup Total
n
Kurang Baik Sangat Baik
115

F % f % F %
Bekerja 4 33.3% 8 66,7% 12 100 %
Tidak 6 42,9% 8 57,1 % 14 100 %
bekerja
Total 10 38,5% 16 61,5% 26 100 %
=0,619> = 0,05

Berdasarkan tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa dari 12


responden yang masih bekerja sebagian besar memilki
kualitas hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 8 orang
(66,7%), begitu juga dari 14 yang tidak bekerja sebagian
besar memiliki kualitas hidup yang sangat baik yaitu
sebanyak 8 orang (57,1%). Hasil analisis data yang
menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pekerjaan dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin dengan value sebesar 0,619 > = 0,05.

d) Hubungan jenis kelamin responden dengan kualitas hidup


pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016
Tabel 4.13
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kualitas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di
RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Jenis Kualitas Hidup Total
Kelamin
Kurang Baik Sangat Baik

F % f % F %
Perempu 2 22,2% 7 77,8% 9 100 %
an
Laki-laki 8 47,1% 9 52,9% 17 100 %
Total 10 38,5% 16 61,5% 26 100 %
=0,216> = 0,05

Berdasarkan tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa dari 9


responden perempuan sebagian besar memilki kualitas
hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 7 orang (77,8%),
begitu juga dari 17 responden laki-laki sebagian besar
116

memiliki kualitas hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 9


orang (52,9%). Hasil analisis data yang menggunakan uji
chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin
dengan value sebesar 0,216 > = 0,05.

2) Hubungan dimensi fisik dengan kualitas hidup pasien gagal


ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin
Tahun 2016

Tabel 4.14
Hubungan Dimensi Fisik dengan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016
Dimensi Fisik Kualitas Hidup Total

Kurang Baik Sangat baik

F % F % F %
Rendah 7 63,6% 4 36,4% 11 100 %
Tinggi 3 20% 12 80% 15 100 %
Total 10 38,5% 16 61,5% 26 100 %
=0,024< = 0,05

Berdasarkan table 4.14 di atas menunjukkan bahwa dari 11


responden yang dimensi fisiknya rendah sebagian besar
memilki kualitas hidup yang kurang baik yaitu sebanyak 7
orang (63,6%), sedangkan dari 15 responden yang dimensi
fisiknya tinggi sebagian besar memiliki kualitas hidup yang
sangat baik yaitu sebanyak 12 orang (80%). Hasil analisis data
yang menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara dimensi fisik dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin dengan value sebesar 0,024 < = 0,05.
117

3) Hubungan dimensi psikologis dengan kualitas hidup pasien


gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016
Tabel 4.15
Hubungan Dimensi Psikologis dengan Kualitas Hidup
Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran Kemih di RSUD
Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Dimensi Kualitas Hidup Total
Psikologis
Kurang Baik Sangat Baik

F % F % F %
Rendah 6 60% 440% 10 100 %
Tinggi 4 25% 12
75% 16 100 %
Total 10 38,5% 1661,5% 26 100 %
=0,074> = 0,05

Berdasarkan tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa dari 10


responden yang dimensi psikologisnya rendah sebagian besar
memilki kualitas hidup yang kurang baik yaitu sebanyak 6
orang (60%), sedangkan dari 16 responden yang dimensi
psikologisnya tinggi sebagian besar memiliki kualitas hidup
yang sangat baik yaitu sebanyak 12 orang (75%). Hasil analisis
data yang menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara dimensi psikologis dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD
Ulin Banjarmasin dengan value sebesar 0,074 > = 0,05.

4) Hubungan dimensi hubungan sosial dengan kualitas hidup


pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016
Tabel 4.16
118

Hubungan Dimensi Hubungan Sosial dengan Kualitas


Hidup Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran
Kemih di RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Dimensi Kualitas Hidup Total
Hubungan
Sosial Kurang Baik Sangat Baik

f % F % F %
Rendah 5 45,5% 6 54,5% 11 100 %
Tinggi 5 33,3% 1066,7% 15 100 %
Total 10 38,5% 1661,5% 26 100 %
=0,530> = 0,05

Berdasarkan tabel 4.16 di atas menunjukkan bahwa dari 11


responden yang dimensi hubungan sosialnya rendah
sebagian besar memilki kualitas hidup yang sangat baik
yaitu sebanyak 6 orang (54,5%), begitu juga dari 15
responden yang dimensi hubungan sosialnya tinggi
sebagian besar memiliki kualitas hidup yang sangat baik
yaitu sebanyak 10 orang (66,7%). Hasil analisis data yang
menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa tidak
ada hubungan antara dimensi hubungan sosial dengan
kualitas hidup pasien gagal ginjal akibat batu saluran
kemih di RSUD Ulin Banjarmasin dengan value
sebesar 0,530 > = 0,05.
2. Hubungan dimensi lingkungan dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD
Ulin Banjarmasin Tahun 2016

Tabel 4.17
Hubungan Dimensi Lingkungan dengan Kualitas
Hidup Pasien Gagal Ginjal Akibat Batu Saluran
Kemih di RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Dimensi Kualitas Hidup Total
Lingkungan
119

Kurang Baik Sangat Baik

f % f % F %
Rendah 4 36,4% 7 63,6% 11 100 %
Tinggi 6 40% 9 60% 15 100 %
Total 10 38,5% 16 61,5% 26 100 %
=0,851> = 0,05

Berdasarkan table 4.17 di atas menunjukkan bahwa dari 11


responden yang dimensi lingkungannya rendah sebagian
besar memilki kualitas hidup yang sangat baik yaitu
sebanyak 7 orang (63,6%), begitu juga dari 15 responden
yang dimensi lingkungannya tinggi sebagian besar
memiliki kualitas hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 9
orang (60%). Hasil analisis data yang menggunakan uji
chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
dimensi lingkungan dengan kualitas hidup pasien gagal
ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin dengan value sebesar 0,851 > = 0,05.

a. Pembahasan
i. Analisa Univariat
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan dari 26 responden
sebagian besar termasuk dalam usia produktif (15-59 tahun)
yaitu sebanyak 17 orang (65,4%).

Usia adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun.


Usia terbagi dalam dua macam yaitu usia produktif (15-59)
tahun dan usia tua (60 tahun ke atas) (Lilis Heri Mis Cicih,
2005 dalam Suardiman, 2011).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Wurara et al


(2013) yang menyatakan didapat karakteristik responden
120

berdasarkan usia yang terbanyak yaitu 36 45 tahun. Data


ini didukung oleh laporan tahunan dari Yayasan Ginjal
Diatrans Indonesia tahun 2010 melaporkan bahwa saat ini
Penyakit Ginjal Kronik ( PGK ) banyak menyerang pasien
berusia 20 50 tahun dan harus menjalani terapi
hemodialisis.

Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian Riyanto


(2011) hasil penelitian ini bahwa rata-rata usia pasien yang
menjalani hemodialisis adalah berusia produktif yaitu 49,57
tahun. Seiring dengan pertambahan usia, fungsi ginjal pun
dapat menurun. Yayasan Ginjal Diatrans Indonesia (YGDI)
pada tahun 2006, menyatakan bahwa penderita gagal ginjal
yang menjalani hemodialisis 49% berusia 35-55 tahun.
Kasus CKD cenderung meningkat pada usia dewasa karena
proses perjalanan penyakitnya yang bersifat kronis dan
progresif. (Smeltzer et al, 2008 dalam Riyanto, 2011)

Peneliti berpendapat bahwa pasien gagal ginjal akibat batu


saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin kebanyakan
berada pada rentang usia produktif dikarenakan pada usia
itu mereka masih memiliki semangat dan harapan hidup
yang tinggi serta ingin tetap melakukan aktivitas sehari-hari
seperti biasanya sehingga termotivasi untuk terus
melakukan terapi hemodialisa. Sedangkan pada usia tua
mereka sudah merasa lelah, capek, hanya menunggu waktu,
merasa tua, kurang termotivasi dan hanya menyerahkan
keputusan kepada keluarga untuk melakukan terapi
hemodialisa.

b. Pendidikan
121

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan dari 26 responden


sebagian besar memiliki pendidikan yang rendah (SD tdak
tamat, SD, SMP) yaitu sebanyak 14 orang (53,8%).

Menurut Tilaar (1999) dalam Riyanto (2011) pendidikan


merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan
manusia dan sebagai wahana pengembang sumber daya
manusia. Melalui pendidikan manusia dapat melepaskan
diri dari keterbelakangan. Pendidikan juga mampu
menanamkan kapasitas baru bagi manusia dalam
mempelajari pengetahuan dan keterampilan baru, sehingga
dapat diperoleh manusia yang produktif. Selain itu,
menurut Azwar (1995) dalam Riyanto (2011) semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka dia akan
cenderung untuk berperilaku positif karena pendidikan
yang diperoleh dapat meletakkan dasar-dasar pengertian
dalam diri seseorang.

Peneliti berpendapat pasien gagal ginjal akibat batu saluran


kemih di RSUD Ulin Banjarmasin kebanyakan
berpendidikan rendah disebabkan karena mereka kurang
informasi mengenai penyebab, tanda dan gejala batu
saluran kemih yang akhirnya tidak terobati dan
menimbulkan komplikasi sampai merusak jaringan ginjal
hingga terjadi gagal ginjal dan mengharuskan mereka
menjalani hemodialisa. Sedangkan pada pasien yang
berpendidikan tinggi mereka cenderung mencari
pengobatan apabila sudah merasakan suatu gejala atau ada
perubahan dari dirinya sehingga suatu penyakit yang
menyerang tidak mencapai ke stadium lanjut.

c. Pekerjaan
122

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan dari 26 responden


sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 14 orang
(53,8%).

Menurut Riyanto (2011) bekerja sebagai salah satu faktor


demografi yang penting mempengaruhi kebahagiaan
dibandingkan faktor demografi lain. Pekerjaan menjadi hal
yang utama karena pekerjaan memberikan aktivitas yang
menghabiskan sepertiga waktu individu (8 jam perhari),
dimana waktu ini setara dengan waktu yang dihabiskan
individu untuk tidur dan melakukan berbagai aktivitas
lainnya. Selain itu, bila dikaitkan dengan fenomena
pengangguran, berbagai dampak negatif dan positif dari
kondisi tidak bekerja tentu juga akan berpengaruh terhadap
kebahagiaan yang ia rasakan dan lebih jauh lagi dapat
mempengaruhi kualitas hidupnya.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan


Dewi, et al (2015) berdasarkan pekerjaan, responden
terbanyak tidak bekerja sebanyak 16 orang (26,7%).
Penelitian lain yang mendukung adalah oleh Oxtavia
(2013) responden dalam penelitin sebagian besar tidak
bekerja yaitu sebanyak 34 orang (56,7%), dimana pasien
mengatakan berhenti bekerja sejak mengetahui bahwa
dirinya menderita GGK dan harus menjalani terapi HD
secara rutin 2 kali seminggu. Individu yang harus menjalani
HD seringkali merasa khawatir akan kondisi sakitnya yang
tidak dapat diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya,
biasanya pasien akan mengalami masalah keuangan dan
kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan.

Peneliti berpendapat pasien gagal ginjal kronik akibat batu


saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin banyak yang
123

tidak bekerja dikarenakan sejak menderita gagal ginjal dan


harus menjalani hemodialisa mereka mengalami
keterbatasan aktivitas fisik terutama aktivitas berat dan
keadaan tubuh yang cepat lelah sehingga mereka harus
berhenti bekerja,

d. Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan dari 26 responden
sebagian besar berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 17
orang (65,4%).

Penelitian ini sesuai dengan teori Ganong (2003) dalam Dewi


(2015) bahwa laki-laki jauh lebih beresiko terkena penyakit
gagal ginjal kronik daripada perempuan, dikarenakan
perempuan mempunyai hormon esterogen lebih banyak.
Hormon esterogen berfungsi untuk menghambat pembentukan
cytokin tertentu untuk menghambat osteoklas agar tidak
berlebihan menyerap tulang, sehingga kadar kalsium
seimbang. Kalsium memiliki efek protektik dengan mencegah
penyerapan oksalat yang bisa membentuk batu ginjal sebagai
salah satu penyebab terjadinya gagal ginjal kronik.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Oktavia et al


(2013) mayoritas jenis kelamin pada pasien dengan
GGK yang menjalani HD adalah laki-laki sebanyak
31 orang (51,7%), sedangkan perempuan sebanyak 29
orang (48,3%)

Peneliti berpendapat pasien gagal ginjal akibat batu saluran


kemih di RSUD Ulin Banjarmasin banyak berjenis kelamin
laki-laki karena laki-laki lebih sering melakukan pekerjaan
atau aktivitas yang berat dan memilki kebiasaan yang buruk
seperti minum-minuman berenergi sehingga terbentuk
124

adanya batu saluran kemih sampai akhirnya terjadi gagal


ginjal.

2. Dimensi Fisik
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan dari 26 responden sebagian
besar dimensi fisiknya berada dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 15 orang (57,7%).

Menurut Hays et al., (1997) dalam Sekarwiri (2008) domain


ini mencakup beberapa elemen yaitu kemampuan melakukan
aktifitas sehari-hari, physical independence, ketergantungan
pada obat-obatan atau bantuan medis, nyeri, energi (kelelahan),
istirahat dan tidur dan kemampuan fisik untuk melakukan
pekerjaan yang harus diselesaikannya. Kesehatan fisik
merupakan hal utama yang harus dinilai dalam mengevaluasi
kualitas hidup individu.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Hagita et al


(2015) semenjak menjalani hemodialisis seluruh partisipan
mengungkapkan kondisi fisik lemah dan cepat letih, maka
adaptasi yang dilakukan oleh partisipan adalah dengan
membatasi aktivitas sesuai dengan kondisi tubuh. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Farida (2010)
yang menyebutkan bahwa adaptasi yang dilakukan oleh
partisipan dalam mengatasi kesehatan fisik yang menurun
berupa membatasi aktifitas fisik seperti tidak rnelakukan
pekerjaan yang berat, membatasi pemasukan cairan dan
nutrisi sesuai dengan yang dianjurkan berdasarkan
kesehatannya. Oleh sebab itu, dimensi fisik pada pasien GGK
tergolong tinggi karena adanya adaptasi fisik yang dilakukan
pasien.
125

Peneliti berpendapat pada dimensi fisik pasien gagal ginjal


akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin hanya
terbatas pada aktivitas berat saja, terutama aktivitas yang
memerlukan banyak energi (aktivitas berat), namun aktivitas
ringan masih bisa mereka lakukan sehingga tidak terlalu
menganggu aktivitas mereka sehari-hari dan mereka masih
mampu bersosialisasi. Oleh sebab itu sebagian besar mereka
pada dimensi fisiknya masih tergolong tinggi.

3. Dimensi Psikologis
Berdasarkan tabel 4.6 menunjukkan dari 26 responden sebagian
besar dimensi psikologisnya berada dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 16 orang (61,5%).

Domain ini menggambarkan bagaimana individu memandang


dirinya sendiri terkait dengan kemampuan tubuh dan
penampilannya. Domain ini juga menggambarkan tentang
perasaan positif dan bagaimana individu menilai dirinya
sendiri, serta kemampuan belajar, berpikir dan berkonsentrasi
(WHO, 1997 dalam Sekarwiri, 2008).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Hagita, et al


(2015) pada studi kuantitatif yang menyatakan dari segi
psikologis, sebagian besar responden sudah mulai menerima
keadaan dan pasrah kepada Tuhan dengan apa yang terjadi.
Oleh karena itu, dimensi psikologis tergolong tinggi.

Peneliti berpendapat pada dimensi psikologis pasien gagal


ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin
cukup baik karena koping individunya yang adekuat dimana
mereka sudah mulai menerima kondisi saat ini dan adanya
126

dukungan keluarga sehingga mereka masih memilki semangat


untuk hidup dan menjalani terapi hemodialisa.

4. Dimensi Hubungan Sosial


Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan dari 26 responden sebagian
besar dimensi hubungan sosialnya berada dalam kategori tinggi
yaitu sebanyak 15 orang (57,7%).

Menurut Chairani (2013), dimensi hubungan sosial


mencakup relasi personal, dukungan sosial dan
aktivitas seksual. Relasi personal merupakan
hubungan individu dengan orang lain.

Penelitian ini didukung oleh Kimmel et al dalam


Mardyaningsih (2014) studi yang telah dilakukan untuk
mengevaluasi hubungan dukungan sosial dan kepatuhan
terhadap pengobatan telah dilakukan, beberapa dari studi
yang dilakukan telah menunjukkan bahwa dukungan sosial
dikaitkan dengan peningkatan kepatuhan terhadap
pengobatan menjalani hemodialisis. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian yang telah dianalisa menunjukkan bahwa
partisipan akan lebih semangat dalam menjalani hemodialisis
ketika mendapat dukungan dan support dari keluarganya. Oleh
karena itu sebagian besar pasien GGK dalam dimensi
hubungan sosial tergolong tinggi.

Peneliti berpendapat pada dimensi hubungan sosial pada pasien


gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin masih tergolong baik karena mereka semua masih
memiliki keluarga maupun teman yang selalu mendukung
untuk melakukan terapi hemodialisa. Selain itu, perawat
hemodialisa juga berperan dalam memotivasi pasien untuk
melakukan terapi hemodialisa dengan memberikan informasi-
127

informasi mengenai pentingnya terapi hemodialisa untuk


bertahan hidup dan mencegah kelemahan fisik.

5. Dimensi Lingkungan
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan dari 26 responden sebagian
besar dimensi lingkungannya berada dalam kategori tinggi
yaitu sebanyak 15 orang (57,7%).

Domain ini terkait dengan keadaan keuangan individu,


menggambarkan tingkat keamanan individu yang dapat
mempengaruhi kebebasannya dirinya, meliputi kepuasan
dengan kehidupan, kebahagiaan secara umum, perawatan
kesehatan yang diterima dan social care (Ferrans, 1996 dalam
Sekarwiri, 2008).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Mardyaningsih


(2014) untuk dimensi lingkungan pada aspek akses layanan
kesehatan partisipan mengungkapkan bahwa mudah dalam
mencapai akses ke pelayanan kesehatan dikarenakan jarak
rumah tidak dengan unit hemodialisa tidak terlalu jauh.

Peneliti berpendapat pada dimensi lingkungan pasien gagal


ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin
tergolong baik karena tinggal di lingkungan yang sehat, mudah
dalam mendapatkan informasi, biaya ditanggung bpjs dan akses
pelayanan kesehatan, adanya dukungan keluarga serta
transportasi yang cukup memuaskan.

6. Kualitas Hidup
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan dari 26 responden sebagian
besar kualitas hidupnya berada dalam kategori tinggi yaitu
sebanyak 16 orang (61,5%).

Hasil penelitian didukung oleh penelitian Kusumawardani


(2010) kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik masuk dalam
katagori tinggi yaitu 67,3 %
128

Kualitas hidup adalah kondisi dimana pasien kendati penyakit


yang dideritanya dapat tetap merasa nyaman secara fisik,
psikologis, sosial maupun spiritual serta secara optimal
memanfaatkan hidupnya untuk kebahagian dirinya maupun
orang lain. Kualitas hidup tidak terkait dengan lamanya
seorang akan hidup karena bukan domain manusia untuk
menentukannya (Suhud, 2009)

Hasil penelitian apabila ditinjau dari 8 aspek kualitas hidup


yaitu pada aspek fungsi fisik dan aspek keterbatasan fisik
berada pada penilaian yang rendah. Sedangkan aspek nyeri
tubuh, aspek kesehatan secara umum, aspek vitalitas, aspek
fungsi sosial, aspek keterbatasan emosional dan aspek mental
berada pada penilaian yang tinggi.

Peneliti berpendapat kualitas hidup pasien gagal ginjal akibat


batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin tergolong tinggi
dikarenakan dari 8 aspek kualitas hidup terdapat 6 aspek yang
berada pada penilaian yang tinggi.

ii. Analisa Bivariat


1. Hubungan antara karakteristik responden dengan kualitas hidup
pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin
a. Usia
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 17
responden usia produktif (15-59 tahun) sebagian besar
memilki kualitas hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 11
orang (64,7%, begitu juga dari 9 responden usia tua (>60
tahun) sebagian besar memiliki kualitas hidup yang sangat
baik yaitu sebanyak 5 orang (55,6%). Hasil analisis data
yang menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa
129

tidak ada hubungan antara usia dengan kualitas hidup


pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin dengan value sebesar 0,648 > = 0,05.
Ini berarti pasien hemodialisa yang berada pada usia
produktif maupun usia tua tidak memiliki perbedaan yang
signifikan terhadap kualitas hidup.

Penelitian ini tidak sesuai dengan teori Indonesia Nursing


(2008) dalam Dewi (2015) jika dilihat dari usia pada
umumnya dengan meningkatnya umur kualitas hidup akan
menurun. Usia juga erat hubungannya dengan prognose
penyakit dan harapan hidup. Mereka yang berusia di atas 55
tahun memiliki kecenderungan sangat besar terjadi berbagai
komplikasi yang memperberat fungsi ginjal dibanding dengan
yang usia di bawah 40 tahun.

Peneliti berpendapat tidak adanya hubungan


antara usia dengan kualitas hidup pasien gagal
ginjal akibat batu saluran kemih disebabkan
karena pasien yang usia produktif (15-59
tahun) maupun usia tua (>60 tahun) sebagian
besar berada pada kualitas hidup yang sangat
baik. Kualitas hidup tidak hanya dipengaruhi
oleh faktor usia saja tetapi masih banyak faktor
yang lain.

Faktor lain yang bisa mempengaruhi kualitas


hidup misalnya hubungan dengan orang lain
seperti keluarga dan teman-teman yang selalu
memotivasi dan memberikan support. Pasien
gagal ginjal akibat batu saluran kemih yang
menjalani hemodialisa baik usia produktif
maupun usia tua sebagian besar masih
130

memiliki keluarga karena saat menjalani terapi


hemodialisa selalu ada seseorang di samping
mereka baik itu anak, istri, suami, adik, kakak
maupun teman. Oleh karena itu, baik usia
produktif maupun usia tua tidak berpengaruh
terhadap penurunan kualitas hidup pasien.

Selain itu juga kualitas hidup dipengaruhi oleh


adanya motivasi dari diri individu itu sendiri
sehingga meningkatkan kualitas hidupnya.
Menurut Hamzah (2012) Motivasi muncul
akibat dari adanya dorongan dari diri sendiri
yang mempunyai keinginan dan juga harapan
untuk meningkatkan kesehatan, maka secara
tidak langsung kepuasan juga akan meningkat
sehingga membuat seseorang menjadi tentram
dan keempat dimensi dari kualitas hidup pun
teratasi.

b. Pendidikan
Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa dari 12
responden pendidikan tinggi (SMA/PT/Akademi) sebagian
besar memilki kualitas hidup yang sangat baik yaitu
sebanyak 7 orang (58,3%), begitu juga dari 11 pendidikan
rendah (SD Tidak Tamat, SD,SMP) sebagian besar
memiliki kualitas hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 9
orang (64,3%). Hasil analisis data yang menggunakan uji
chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara
pendidikan dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal akibat
batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin dengan
value sebesar 0,756 > = 0,05. Ini berarti pasien
131

hemodialisa yang memiliki pendidikan tinggi maupun


rendah tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap
kualitas hidup.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Aroem (2015)


dimana tingkat pendidikan SD dan SMP maupun SMA dan
PT sebagian besar memiliki kualitas hidup yang baik. Hal
ini disebabkan pendidikan pasien cukup tinggi tetapi sikap
dan tindakan responden terhadap kesehatan kurang atau
dalam arti lain responden kurang memanfaatkan
pendidikannya untuk mencari informasi tentang kesehatan.
Oleh karena itu perbedaan tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi pada penurunan kualitas hidup pasien.

Menurut asumsi peneliti tidak adanya


hubungan antara pendidikan dengan kualitas
hidup pasien ini disebabkan karena pasien
yang memiliki pendidikan yang tinggi maupun
yang rendah sebagian besar berada pada
kualitas hidup yang sangat baik. Selain itu juga
seiring perkembangan tekhnologi saat ini
pengetahuan atau informasi bukan hanya bisa
didapat dari pendidikan tapi bisa didapatkan
dari berbagai media misalnya televisi, internet,
buku-buku dan media lainnya sehingga
perbedaan tingkat pendidikan tidak
mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Selain itu informasi juga bisa diperoleh karena


adanya dukungan dari keluarga mengenai
ketersedian informasi. Dukungan keluarga
merupakan suatu sistem pendukung yang
132

berasal dari keluarga untuk anggota


keluarga, dalam memberikan informasi
kepada anggota keluarga yang sakit
mencakup menerima informasi yang
berkaitan dengan sakitnya yaitu dalam
upaya menghilangkan kecemasan karena
ketidakpastian. Juga kemampuan pasien
menggunakan sumber teknologi secara efektif
(Smeltzer & Bare, 2002 dalam Sukriswati,
2016).

Informasi mengenai penyakitnya, pengobatan


dan perjalanan penyakitnya serta tentang
kondisi serupa pada orang lain yang
berhasil pulih, menjadikan pasien dan
keluarga sering merasa terhibur oleh
informasi tersebut. Sehingga pasien dan
keluarga diharapkan setelah mendapat
informasi, akan lebih mampu berperan aktif
dalam pengobatan (Smeltzer & Bare, 2002
dalam Sukriswati, 2016). Adanya peran aktif
dalam pengobatan akan meningkatkan kualitas
hidup pasien gagal ginjal akibat batu saluran
kemih.

c. Pekerjaan
Berdasarkan tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa dari 12
responden yang masih bekerja sebagian besar memilki
kualitas hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 8 orang
(66,7%), begitu juga dari 14 yang tidak bekerja sebagian
besar memiliki kualitas hidup yang sangat baik yaitu
133

sebanyak 8 orang (57,1%). Hasil analisis data yang


menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara pekerjaan dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin dengan value sebesar 0,619 > = 0,05.
Ini berarti pasien hemodialisa yang masih bekerja ataupun
yang tidak bekerja tidak memiliki perbedaan yang
signifikan terhadap kualitas hidup.

Penelitian ini tidak sama dengan pernyataan Riyanto (2011)


penelitian yang dilakukan di negara-negara Eropa
menunjukkan bahwa seseorang yang tidak bekerja memiliki
tingkat kebahagiaan dan kualitas hidup yang paling rendah
dibandingkan dengan kelompok yang lain (pegawai swasta,
wirausaha, pedagang, petani, dan lain-lain) dan pekerja full
time memiliki tingkat kebahagiaan yang paling tinggi.
Clark dan Oswald (2001), dalam Dowling, (2005)
mengemukakan bahwa kehilangan pekerjaan memiliki
dampak yang lebih buruk pada kesejahteraan dan
kebahagiaan daripada peristiwa lain, seperti perceraian dan
perpisahan.

Penelitian ini didukung oleh pernyataan Butar (2013) dalam


Anggraini (2016) pasien mudah dalam mendapatkan
pelayanan kesehatan, karena memiliki tunjangan dari
pekerjaannya meskipun sudah berhenti bekerja berupa
askes untuk meringankan biaya dalam mendapatkan
fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, meskipun
pasien sudah tidak bekerja lagi mereka masih memilki
simpanan untuk memenuhi kebutuhannya sehingga tidak
mempengaruhi kualitas hidup pasien.
134

Peneliti berpendapat tidak adanya hubungan antara


pekerjaan dengan kualitas hidup disebabkan karena pasien
yang bekerja maupun yang tidak bekerja sebagian besar
memiliki kualitas hidup yang sangat baik. Kualitas hidup
tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pekerjaan
saja tetapi masih banyak faktor yang lain.

Faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup


adalah adanya dukungan dari keluarga.
Dukungan keluarga disini bisa berupa
dukungan financial sehingga meskipun pasien
gagal ginjal akibat batu saluran kemih tidak
bekerja lagi mereka masih bisa memenuhi
kebutuhan sehari-hari dan tidak menjadi beban
pikiran yang akhirnya tidak mempengaruhi
terhadap penurunan kualitas hidup. Menurut
Friedman (2014) kualitas hidup berkaitan erat
dengan adanya dukungan keluarga, karena
dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
dan penerimaaan keluarga terhadap
penderita yang sakit, dimana keluarga
menjalankan fungsinya sebagai sistem yang
bersifat mendukung, selalu siap memberi
pertolongan jika diperlukan.

d. Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa dari 9
responden perempuan sebagian besar memilki kualitas
hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 7 orang (77,8%),
begitu juga dari 17 responden laki-laki sebagian besar
memiliki kualitas hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 9
orang (52,9%). Hasil analisis data yang menggunakan uji
135

chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara


jenis kelamin dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal
akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin
dengan value sebesar 0,216 > = 0,05. Ini berarti
pasien hemodialisa laki-laki maupun perempuan tidak
memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kualitas
hidup.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang


dilakukan oleh Yusra (2010) menunjukkan hasil bahwa tidak
ada hubungan antara jenis kelamin dengan kualitas hidup.
Yusra (2010) mengatakan bahwa laki laki dan perempuan
memiliki kemampuan yang sama dalam menyelesaikan
berbagai masalah atau menggunakan koping. Laki laki dan
perempuan menyikapi dan berperilaku sesuai dengan yang
diharapkan untuk mengelola penyakitnya.

Peneliti berpendapat tidak adanya hubungan antara jenis


kelamin dengan kualitas hidup disebabkan karena sebagian
besar berada pada kualitas hidup yang sangat baik,
sehingga jenis kelamin tidak berpengaruh pada kualitas
hidup. Selain itu, laki-laki maupun perempuan memiliki
koping individu yang efektif sehingga mereka sudah dapat
menerima keadaan sekarang yang membuat kualitas hidup
mereka tergolong baik.

Caron dkk (2005) menyatakan jika individu berhasil


mengubah situasi stress, sehingga mampu menyesuaikan
diri maka memiliki kualitas hidup yang lebih baik, dan
bahkan dapat memiliki reinforcement positif untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Koping yang efektif maka
semakin banyak situasi yang sesuai dengan keinginan
136

seseorang, sehingga kualitas hidup individu tersebut akan


meningkat.

2. Hubungan antara dimensi fisik dengan kualitas hidup pasien


gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016

Berdasarkan table 4.14 di atas menunjukkan bahwa dari 11


responden yang dimensi fisiknya rendah sebagian besar
memilki kualitas hidup yang kurang baik yaitu sebanyak 7
orang (63,6%), sedangkan dari 15 responden yang dimensi
fisiknya tinggi sebagian besar memiliki kualitas hidup yang
sangat baik yaitu sebanyak 12 orang (80%). Hasil analisis data
yang menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa ada
hubungan antara dimensi fisik dengan kualitas hidup pasien
gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin dengan value sebesar 0,024 < = 0,05. Ini
berarti pasien hemodialisa yang dimensi fisiknya rendah
maupun tinggi memiliki perbedaan yang signifikan terhadap
kualitas hidup.

Penelitian ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Tallis


(2005) dalam Mardiyaningsih (2014) perubahan fisik yang
berasal dari gagal ginjal kronik yang sudah mencapai stage V
tidak hanya terbatas pada sistem ginjal. Sistem tubuh lain juga
dapat dipengaruhi dan menyebabkan penurunan status
kesehatan dan kualitas hidup. Banyak perubahan yang terjadi
pada penderita gagal ginjal kronik yaitu, perubahan fisik,
secara terpisah, masing-masing perubahan fisik memiliki
potensi untuk menurunkan kualitas hidup.

Silva et,al (2012) dalam Anggraini (2016) kesehatan fisik yang


dialami pasien GGK antara lain fungsi fisik, status pekerjaan,
peran fisik, kesehatan umum, persepsi rasa sakit, energy dan
137

kelelahan, dan fungsi sosial. Fungsi fisik yang yang sering


dirasakan yaitu mengalami kesulitan dalam kegiatan sehari-
hari karena penyakit GGK, pasien membutuhkan banyak usaha
yang lebih besar ketika melakukan kegiatan kuat, seperti
berlari, mengangkat benda berat dan olahraga berat pasien juga
mengalami keterbatasan dalam menaiki anak tangga dan
berjalan beberapa block, keterbatasan moderat untuk
mengangkat atau membawa bahan makanan. Kegiatan moderat
seperti memindahkan meja, penyedot debu, bermain bola dan
menyapu rumah. Beberapa pasien menjelaskan mengalami
kesulitan ketika mandi atau berpakaian. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin besar tingkat usaha dan kompleksitas, semakin
besar kesulitan yang dirasakan. Pasien merasakan lebih cepat
lelah ketika melakukan pekerjaan sehari-hari sehingga
membuat mereka tidak dapat bekerja terlalu lama.

Penelitian ini juga didukung oleh penelitian Fadilah, dkk


(2016) yang menyatakan melemahnya kondisi fisik dan gejala
yang dirasakan menganggu dalam pemenuhan kebutuhan tidur
pasien sebesar 58,3% sebagai salah satu indikator belum
maksimalnya kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik.
Masih lemahnya koping individu yang ditunjukkan dengan
sikap merasa tidak sempurna, lemah, dan membebani akan
menurunkan kualitas hidup pasien.

Penelitian lain yang mendukung yaitu oleh Drennan & Cleary


(2005) dalam Riyanto (2011), terhadap 97 pasien CKD yang
sedang menjalani hemodialisis, menunjukkan adanya
penurunan kualitas hidup diantaranya pada keterbatasan
vitalitas, fungsi fisik, dan peran fisik. Mereka juga melaporkan
fungsi fisik jauh lebih rendah dan skor kesehatan mental yang
kurang baik.
138

Peneliti berpendapat ada hubungan antara dimens fisik dengan


kualitas hidup pada pasien gagal ginjal dengan batu saluran
kemih ini disebabkan karena pada pasien yang dimensi
fisiknya rendah sebagian besar memiliki kualitas hidup yang
kurang baik, sehingga berpengaruh kepada penurunan kualitas
hidup dimana kelemahan fisik membuat seseorang jadi kurang
motivasi dimana mereka merasa dirinya lemah, cepat lelah dan
hanya dapat melakukan beberapa aktivitas ringan saja.

3. Hubungan antara dimensi psikologis dengan kualitas hidup


pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016
Berdasarkan tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa dari 10
responden yang dimensi psikologisnya rendah sebagian besar
memilki kualitas hidup yang kurang baik yaitu sebanyak 6
orang (60%), sedangkan dari 16 responden yang dimensi
psikologisnya tinggi sebagian besar memiliki kualitas hidup
yang sangat baik yaitu sebanyak 12 orang (75%). Hasil analisis
data yang menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara dimensi psikologis dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD
Ulin Banjarmasin dengan value sebesar 0,074 > = 0,05.
Ini berarti pasien hemodialisa yang dimensi psikologisnya
rendah maupun tinggi tidak memiliki perbedaan yang
signifikan terhadap kualitas hidup.
139

Penelitian ini tidak sesuai dengan yang diungkapkan Bakewell


et al (2002) dalam Anggraini (2016) bahwa perasaan
emosional pada pasien GGK dapat menurunkan kualitas hidup
pada pasien GGK dari waktu ke waktu karena peningkatan
beban ginjal penyakit pada kehidupan seseorang yang
menyebabkan perasaan frustasi. Hai ini disebabkan oleh
peningkatan waktu yang dihabiskan karena pengobatan GGK
dan menganggu kehidupan pasien.

Menurut asumsi peneliti tidak ada hubungan antara dimensi


psikologis dengan kualitas hidup ini disebabkan karena adanya
adaptasi psikologis yang dilakukan pasien seperti perasaan
mulai menerima kondisi tubuh saat ini sehingga tidak
menjadikan mereka depresi ataupun frustasi dan tidak
berpengaruh terhadap penurunan kualitas hidup.

Hasil penelitian yang mendukung adanya adaptasi psikologis


adalah penelitian yang dilakukan oleh Hagita et al (2015)
adaptasi psikologis yang ditunjukkan oleh partisipan untuk
mengatasi perasaan negatif yang muncul adalah dengan
menerima keadaan dan pasrah kepada Tuhan. Menurut
Farida (2010) dalam Hagita et al (2015) respon psikologis ini
normal terjadi pada fase awal menjalani hemodialisis. Setelah
mengalami tahap denial, partisipan menunjukkan tahap tawar
rnenawar dengan cara melihat keadaan klien lain yang juga
menjalani hemodialisis. Selain itu, dengan melihat kondisi
klien lain yang lebih dulu menjalani hemodialisis
mendorong partisipan memasuki tahap menerima ,tahap ini
ditunjukkan dengan sikap partisipan yang pasrah dan
menyerahkan semua kepada Tuhan.
140

Selain itu, hubungan yang baik dengan orang sekitar yang


menjadi support system dengan selalu memberikan motivasi
dan dukungan kepada pasien gagal ginjal akibat batu saluran
kemih agar terus semangat menjalani hemodialisa juga
berperan dalam meningkatkan kualitas hidup.

Myers, (1999) dalam Nofitri (2009), mengatakan


bahwa kebutuhan dekat dengan orang lain
terpenuhi, melalui hubungan pertemanan yang
saling mendukung, maupun melalui pernikahan,
manusia akan melalui kualitas hidup yang lebih
baik, secara fisik maupun emosional.

4. Hubungan antara dimensi hubungan sosial dengan kualitas


hidup pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD
Ulin Banjarmasin Tahun 2016
Berdasarkan table 4.17 di atas menunjukkan bahwa dari 11
responden yang dimensi lingkungannya rendah sebagian besar
memilki kualitas hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 7
orang (63,6%), begitu juga dari 15 responden yang dimensi
lingkungannya tinggi sebagian besar memiliki kualitas hidup
yang sangat baik yaitu sebanyak 9 orang (60%). Hasil analisis
data yang menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara dimensi lingkungan dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD
Ulin Banjarmasin dengan value sebesar 0,851 > = 0,05.
Ini berarti pasien homodialisa yang dimensi hubungan
sosialnya rendah maupun tinggi tidak memiliki perbedaan yang
signifikan terhadap kualitas hidup.
141

Penelitian ini didukung oleh penelitian Farida (2010) pada studi


kuantitatif mengenai kualitas hidup yaitu terjadi perubahan
pola interaksi sosial oleh partisipan sebagai akibat dari penyakit
yang mereka alami seperti perubahan aktivitas sosial dan
perubahan mobilitas, namun mereka semua merasakan
dukungan sosial yang berasal dari keluarga maupun dari
lingkungan kerja. Oleh karena itu meskipun ada beberapa
pasien pada dimensi hubungan sosialnya rendah mereka masih
mendapat dukungan sosial sehingga meningkatkan kualitas
hidupnya.

Peneliti berpendapat tidak adanya hubungan antara dimensi


hubungan sosial dengan kualitas hidup ini disebabkan karena
pasien yang dimensi hubungan sosialnya tinggi maupun rendah
sebagian besar memilki kualitas hidup yang sangat baik.
Meskipun pada dimensi hubungan sosial pasien GGK terdapat
yang rendah, mereka masih memiliki keluarga dan teman yang
selalu mendukung dan memberikan solusi apabila ada masalah
sehingga meningkatkan kualitas hidupnya.

Keluarga merupakan orang yang paling dekat dan tinggal


bersama pasien. Terbentuknya suatu keluarga dikarenakan
adanya status pernikahan. Menurut Riyanto (2011) manusia
dapat menemukan makna hidupnya dalam pernikahan.
Sebagian orang menganggap bahwa pernikahan membatasi
kebebasannya, tetapi bagaimanapun juga sebagian besar dari
masyarakat mengakui bahwa pernikahan memberikan jaminan
ketentraman hidup, meningkatkan kualitas hidup. Bagi mereka
yang telah menyandang status nikah. Ia merasa hidupnya lebih
berarti dan lebih lengkap dibandingkan dengan sebelumnya.
142

Selain itu hubungan dengan orang lain yang baik


juga berpengaruh terhadap peningkatan kualitas
hidup. Myers, (1999) dalam oleh Nofitri (2009),
mengatakan bahwa kebutuhan dekat dengan
orang lain terpenuhi, melalui hubungan
pertemanan yang saling mendukung, maupun
melalui pernikahan, manusia akan melalui
kualitas hidup yang lebih baik, secara fisik
maupun emosional.

5. Hubungan antara dimensi lingkungan dengan kualitas hidup


pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin
Banjarmasin Tahun 2016

Berdasarkan table 4.17 di atas menunjukkan bahwa dari 11


responden yang dimensi lingkungannya rendah sebagian besar
memilki kualitas hidup yang sangat baik yaitu sebanyak 7
orang (63,6%), begitu juga dari 15 responden yang dimensi
lingkungannya tinggi sebagian besar memiliki kualitas hidup
yang sangat baik yaitu sebanyak 9 orang (60%). Hasil analisis
data yang menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa
tidak ada hubungan antara dimensi lingkungan dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD
Ulin Banjarmasin dengan value sebesar 0,851 > = 0,05.
Ini berarti pasien hemodialisa yang dimensi lingkungannya
rendah maupun tinggi tidak memiliki perbedaan yang
signifikan terhadap kualitas hidup.

Penelitian ini didukung dengan penelitian Farida (2010) pada


penelitian kuantitatifnya menyatakan disisi lain partisipan juga
berusaha untuk memperoleh informasi terkait penyakitnya
143

dengan cara membaca buku, dan belajar dari pengalaman


teman. Selain itu partisipan juga berusaha untuk mendapatkan
informasi tentang penyakitnya dengan mencari di internet,
akhirnya partisipan mendapatkan pengalaman sendiri
mengatasi masalah yang dihadapinya.

Selain itu penelitian ini juga didukung oleh Mardyaningsih


(2014) untuk dimensi lingkungan pada aspek akses layanan
kesehatan partisipan mengungkapkan bahwa mudah dalam
mencapai akses ke pelayanan kesehatan dikarenakan jarak
rumah tidak dengan unit hemodialisa tidak terlalu jauh. Dapat
disimpulkan meskipun ada beberapa pasien GGK yang dimensi
lingkungannya rendah, namun mereka berusaha mencari solusi
untuk mengatasi keterbatasannya sehingga tidak berdampak
pada kualitas hidupnya.

Peneliti berpendapat tidak adanya hubungan antara dimensi


lingkungan dengan kualitas hidup ini disebabkan karena pasien
yang dimensi lingkungannya tinggi ataupun rendah sebagian
besar memiliki kualitas hidup yang sangat baik. Kualitas hidup
sangat baik pada pasien yang dimensi lingkungannya rendah
disebabkan karena adanya dukungan keluarga dan hubungan
dengan orang lain terhadap kebutuhan financial, ketersedian
informasi, dan juga transportasi ke akses pelayanan.

Coffman (2008) dalam Yusra (2010) dalam penelitiannya


menyatakan bahwa keluarga merupakan sumber dukungan
yang paling utama. Dukungan yang diberikan dilihat dari 4
dimensi yaitu emosional, penghargaan, instrumental dan
informasi. Disampaikan juga bahwa dukungan dari keluarga
144

berkaitan erat dengan kepatuhan pasien terhadap pengobatan,


sehingga akan mempengaruhi kualitas hidupnya.

b. Keterbatasan Penelitian
i. Adanya keterbatasan waktu dan tenaga karena instrumen
penelitian ini memuat 62 pertanyaan yang menghabiskan
waktu sekitar 40-60 menit/responden dan peneliti yang
membacakan pertanyaan serta mengisi hasil jawaban dari
responden karena terpasang selang hemodialisa di tangan
pasien.
ii. Penelitian ini menyita waktu istirahat responden sehingga
apabila ada responden yang tertidur maka penelitian
ditunda sampai responden terbangun dan siap untuk
mengisi kuesioner.
145

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian tentang kualitas hidup pasien
gagal ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2016:
5.1.1 Perbedaan pada karakteristik responden yang mencakup usia,
pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin tidak berhubungan terhadap
peningkatan maupun penurunan kualitas hidup pasien gagal ginjal akibat
batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin.
5.1.2 Perbedaan dimensi fisik berhubungan terhadap peningkatan maupun
penurunan kualitas hidup, dimana apabila dimensi fisiknya rendah maka
kualitas hidup juga rendah, begitu juga sebaliknya apabila dimensi
fisiknya tinggi maka kualitas hidupnya juga tinggi pada pasien gagal
ginjal akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin.
5.1.3 Perbedaan dimensi psikologis tidak berhubungan terhadap peningkatan
maupun penurunan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal akibat batu
saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin.
5.1.4 Perbedaan dimensi hubungan sosial tidak berhubungan terhadap
peningkatan maupun penurunan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal
akibat batu saluran kemih di RSUD Ulin Banjarmasin.
5.1.5 Perbedaan dimensi lingkungan tidak berhubungan terhadap peningkatan
maupun penurunan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal akibat batu
saluran kemih RSUD Ulin Banjarmasin.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Responden
Diharapkan pasien gagal ginjal akibat batu saluran kemih yang sedang
menjalani hemodialisa dapat meningkatkan kualitas hidupnya lagi
dengan upaya bersama antara pasien, keluarga dan petugas. Perbaikan
terutama pada dimensi fisik dan psikologis sehingga pasien akan
mencapai strategi koping yang adaptif, dengan tetap mendapat dukungan
146

keluarga dari keluarga dan petugas kesehatan khususnya perawat sebagai


bagian dari dimensi sosial dan lingkungan pasien.
5.2.2 Bagi Perawat
Diharapkan perawat yang ada di unit hemodialisa selalu memberikan
informasi terkini tentang kondisi pasien secara umum pada pertemuan
rutin perawat, sehingga dapat menentukan pendekatan dan intervensi
dalam meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal akibat batu
saluran kemih. Intervensi yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan edukasi kepada pasien tentang pentingnya hemodialisa dan
peran serta keluarga sebagai support sistem utama dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup pasien.
5.2.3 Bagi RSUD Ulin Banjarmasin
Diharapkan kepada RSUD Ulin Banjarmasin untuk lebih meningkatkan
kualitas ruangan hemodialisa misalnya dengan menambah bed dan
mesin hemodialisa karena banyaknya pasien yang menjalani hemodialisa
dan mengatur jam kunjungan dan batas orang yang menemani pasien di
dalam ruangan sehingga tidak membuat kebisingan.
5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan penelitian ini dapat
dipertimbangkan sebagai bahan ajar dan bekal ilmu yang cukup tentang
bagaimana menggali kualitas hidup pasien gagal ginjal yang menjalani
hemodialisa dan bagaimana cara meningkatkan kualitas hidup pasien
terutama pada dimensi fisik.
5.2.5 Bagi Institusi Kesehatan
Diharapkan bagi institusi kesehatan penelitian ini bisa dijadikan sebagai
referensi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal
akibat batu saluran kemih yang menjalani hemodialisa dengan cara
melakukan penyuluhan mengenai bagaimana cara beradaptasi untuk
pasien gagal ginjal
5.2.6 Bagi Peneliti Selanjutnya
147

Diharapkan bagi penelitian selanjutnya melakukan penelitian mengenai


faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup pasien gagal ginjal
akibat batu saluran kemih yang menjalani hemodialisa, misalnya faktor
lama hemodialisa, status perkawinan, hubungan dengan orang lain,
etiologi gagal ginjal terminal, dan status nutrisi.

Anda mungkin juga menyukai

  • Hubungan Nyeri Dengan Lansia
    Hubungan Nyeri Dengan Lansia
    Dokumen12 halaman
    Hubungan Nyeri Dengan Lansia
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Permohonan Izin Ibadah
    Permohonan Izin Ibadah
    Dokumen5 halaman
    Permohonan Izin Ibadah
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Wa0013
    Wa0013
    Dokumen1 halaman
    Wa0013
    Andery
    Belum ada peringkat
  • Persentasi Kasus
    Persentasi Kasus
    Dokumen18 halaman
    Persentasi Kasus
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Longcase Ida Gerontik
    Longcase Ida Gerontik
    Dokumen6 halaman
    Longcase Ida Gerontik
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • USULAN Gelar
    USULAN Gelar
    Dokumen3 halaman
    USULAN Gelar
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi Gigantism
    Patofisiologi Gigantism
    Dokumen2 halaman
    Patofisiologi Gigantism
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Budaya
    Budaya
    Dokumen17 halaman
    Budaya
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Banyak Kasus Gigantisme Timbul Dari Sekresi Primer GH
    Banyak Kasus Gigantisme Timbul Dari Sekresi Primer GH
    Dokumen3 halaman
    Banyak Kasus Gigantisme Timbul Dari Sekresi Primer GH
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • FKM Rozaini
    FKM Rozaini
    Dokumen11 halaman
    FKM Rozaini
    Intang Sulistiani Zen
    Belum ada peringkat
  • Riskesdas 2010
    Riskesdas 2010
    Dokumen111 halaman
    Riskesdas 2010
    Aulia Yordan
    100% (3)
  • Komplikasi Terapi Dialisis Dapat Mencakup Hal
    Komplikasi Terapi Dialisis Dapat Mencakup Hal
    Dokumen5 halaman
    Komplikasi Terapi Dialisis Dapat Mencakup Hal
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Analisa Sword
    Analisa Sword
    Dokumen21 halaman
    Analisa Sword
    NurhayatiSinaga
    Belum ada peringkat
  • FKM Rozaini
    FKM Rozaini
    Dokumen11 halaman
    FKM Rozaini
    Intang Sulistiani Zen
    Belum ada peringkat
  • KUESIONER
    KUESIONER
    Dokumen13 halaman
    KUESIONER
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Home Care Anak 2
    Home Care Anak 2
    Dokumen17 halaman
    Home Care Anak 2
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Leaflet HDRKKKKK
    Leaflet HDRKKKKK
    Dokumen2 halaman
    Leaflet HDRKKKKK
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Tanda Bahaya Nifas Alfi
    Leaflet Tanda Bahaya Nifas Alfi
    Dokumen2 halaman
    Leaflet Tanda Bahaya Nifas Alfi
    Intan Rizky Fatimah
    0% (1)
  • BAB I Seminar 2003
    BAB I Seminar 2003
    Dokumen4 halaman
    BAB I Seminar 2003
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Beberapa Jenis Dislokasi Di Bawah Ini Tidak Memerlukan Anastesi Umum
    Beberapa Jenis Dislokasi Di Bawah Ini Tidak Memerlukan Anastesi Umum
    Dokumen3 halaman
    Beberapa Jenis Dislokasi Di Bawah Ini Tidak Memerlukan Anastesi Umum
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    50% (2)
  • Penyakit Musim
    Penyakit Musim
    Dokumen7 halaman
    Penyakit Musim
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Faktor Memakai NAPZA
    Faktor Memakai NAPZA
    Dokumen2 halaman
    Faktor Memakai NAPZA
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Bowel
    Bowel
    Dokumen8 halaman
    Bowel
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Home Care Anak 2
    Home Care Anak 2
    Dokumen17 halaman
    Home Care Anak 2
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Gizi Seimbang Pada Anak
    Gizi Seimbang Pada Anak
    Dokumen12 halaman
    Gizi Seimbang Pada Anak
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • SAP Kontrasepsi IUD
    SAP Kontrasepsi IUD
    Dokumen4 halaman
    SAP Kontrasepsi IUD
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan BBLR
    Asuhan Keperawatan BBLR
    Dokumen26 halaman
    Asuhan Keperawatan BBLR
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • PKPR Di Puskesmas Guntung Payung
    PKPR Di Puskesmas Guntung Payung
    Dokumen44 halaman
    PKPR Di Puskesmas Guntung Payung
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat
  • Soal Dan Pembahasan SNMPTN Kemampuan Ipa
    Soal Dan Pembahasan SNMPTN Kemampuan Ipa
    Dokumen22 halaman
    Soal Dan Pembahasan SNMPTN Kemampuan Ipa
    Likeykha K-popshawolsforever Lilis-sarangShinee'almightykey
    Belum ada peringkat