Askep Rematik Keluarga
Askep Rematik Keluarga
kelompok 8
A yakub
Ernawati
Nur Sufiani
Fitri sam
Saskia Putri Diniaty
M. Husnan haris
Safaruddin
Rosmini 04
Laode Nuh Salam
A. PENGERTIAN
Artritis Rematoid atau yang biasa disebut Rematik adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.
B. PENYEBAB
Penyebab rematik sangat bervariasi tapi umumnya karena masalah otoimun
(aoutoimune) dimana sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang jaringan persendian.
Akibatnya tulang rawan disekitar sendi menipis. Sebagai gantinya terbentuklah tulang
baru. Disaat tubuh bergerak, tulang-tulang dipersendian bersinggungan. Inilah yang
memicu rasa sakit dan nyeri yang hebat.
Faktor usia
Selain otoimun, rematik dipicu oleh faktor pertambahan usia. Setiap
persendian tulang memiliki lapisan pelindung sendi yang menghalangi terjadinya
gesekan antara tulang. Dan didalam sendi terdapat cairan yang berfungsi sebagai
pelumas sehingga tulang dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang sudah
berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan tulang mulai
mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat digerakkan.
C. GEJALA
Artritis rematoid bisa muncul secara tiba-tiba, dimana pada saat yang
sama banyak sendi yang mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat
simetris, jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh terkena, maka sendi yang sama di
sisi kanan tubuh juga akan meradang.
Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari tangan, jari
kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, sikut dan pergelangan kaki. Sendi yang
meradang biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku, terutama pada saat
bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas. Beberapa penderita
merasa lelah dan lemah, terutama menjelang sore hari. Sendi yang terkena akan
membesar dan segera terjadi kelainan bentuk. Sendi bisa terhenti dalam satu
posisi (kontraktur) sehingga tidak dapat diregangkan atau dibuka sepenuhnya.
Jari-jari pada kedua tangan cenderung membengkok ke arah kelingking, sehingga
tendon pada jari-jari tangan bergeser dari tempatnya. Pembengkakan pergelangan
tangan bisa mengakibatkan terjadinya sindroma terowongan karpal.
Di belakang lutut yang terkena, bisa terbentuk kista, yang apabila pecah
bisa menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada tungkai sebelah bawah.
Sekitar 30-40% penderita memiliki benjolan keras (nodul) tepat dibawah
kulit, yang biasanya terletak di daerah sekitar timbulnya penyakit ini.
Bisa terjadi demam ringan dan kadang terjadi peradangan pembuluh darah
(vaskulitis) yang menyebabkan kerusakan saraf atau luka (ulkus) di tungkai.
Peradangan pada selaput di sekitar paru-paru (pleuritis) atau pada kantong di
sekitar jantung (perikarditis) atau peradangan dan pembentukan jaringan parut
pada paru-paru bisa menyebabkan nyeri dada, gangguan pernafasan dan kelainan
fungsi jantung. Penderita lainnya menunjukkan pembengkakan kelenjar getah
bening, sindroma Sjgren atau peradangan mata.
D. DIAGNOSA
Demam rematik
Artritis gonokokal
Penyakit Lyme
Sindroma Reiter
Artritis psoriatic
Spondilitis ankilosing
Gout
Osteoartritis.
Pola gejalanya sangat khas, tetapi untuk memperkuat diagnosis perlu dilakukan:
1. Pemeriksaan darah
Terapi panas superfisial, misalnya mandi air hangat, berendam, mandi uap
panas (spa)
Terapi panas dalam : UKG, USD
Terapi dingin misalnya kompres dengan es
mencegah deformitas
mensupport sendi, terutama sendi penopang berat badan.
Pengaturan kerja
Postur yang benar
Mengurangi tekanan pada tubuh.
Hindari posisi yang lama dan statis
6. Dukungan Psikososial
Omega-3 juga baik dikonsumsi oleh mereka yang terlanjur terkena rematik.
Fungsinya mencagah pembengkakan sendi dan menahan pengikisan lapisan tulang
rawan. Karena juga bermanfaat mengurangi rasa sakit serta turut memperbaiki
kesehatan sendi, omega-3 turut membantu mengurangi ketergantungan penderita
rematik terhadap obat-obatan pain killer.
G. PENGOBATAN
Yang paling banyak digunakan adalah aspirin dan ibuprofen. Obat ini
mengurangi pembengkakan pada sendi yang terkena dan meringankan rasa nyeri.
Aspirin merupakan obat tradisional untuk artritis rematoid; obat yang lebih
baru memiliki lebih sedikit efek samping tetapi harganya lebih mahal. Dosis awal
adalah 4 kali 2 tablet (325 mgram)/hari. Telinga berdenging merupakan efek samping
yang menunjukkan bahwa dosisnya terlalu tinggi.
Gangguan pencernaan dan ulkus peptikum, yang merupakan efek samping dari
dosis yang terlalu tinggi, bisa dicegah dengan memakan makanan atau antasid atau
obat lainnya pada saat meminum aspirin.
Misoprostol bisa membantu mencegah erosi lapisan lambung dan
pembentukan ulkus gastrikum, tetapi obat ini juga menyebabkan diare dan tidak
mencegah terjadinya mual atau nyeri perut karena aspirin atau obat anti peradangan
non-steroid lainnya.
Obat slow-acting.
Obat ini biasanya ditambahkan jika obat anti peradangan non-steroid terbukti
tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera jika
penyakitnya berkembang dengan cepat. Yang sekarang ini digunakan adalah senyawa
emas, penisilamin, hydroxycloroquinine dan sulfasalazine.
2. Penisilamin.
Efeknya menyerupai senyawa emas dan bisa digunakan jika senyawa emas tidak
efektif atau menyebabkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi. Dosisnya
secara bertahap dinaikkan sampai terjadinya perbaikan. Efek sampingnya adalah
penekanan terhadap pembentukan sel darah di dalam sumsum tulang, kelainan
ginjal, penyakit otot, ruam kulit dan rasa tidak enak di mulut. Jika terjadi efek
samping tersebut, maka pemakaian obat harus dihentikan. Obat ini juga bisa
menyebabkan miastenia gravis, sindroma Goodpasture dan sindroma yang
menyerupai lupus. Selama pengobatan berlangsung, dilakukan pemeriksaan darah
dan air kemih setiap 2-4 minggu sekali.
3. Hydroxycloroquine.
Digunakan untuk mengobati artritis rematoid yang tidak terlalu berat.
Efek sampingnya biasanya ringan, yaitu berupa ruam kulit, sakit otot dan kelainan
mata. Tetapi beberapa kelainan mata bisa menetap, sehingga penderita yang
mendapatkan obat ini harus memeriksakan matanya sebelum dilakukan
pengobatan dan setiap 6 bulan selama pengobatan berlangsung. Jika setelah 6
bulan tidak menunjukkan perbaikan, maka pemberian obat ini dihentikan. Jika
terjadi perbaikan, pemakaian obat ini bisa dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan.
4. Sulfasalazine.
Obat ini semakin banyak digunakan untuk mengobati artritis rematoid. Dosisnya
dinaikkan secara bertahap dan perbaikan biasanya terjadi dalam 3 bulan.
Sulfasalazine bisa menyebabkan gangguan pencernaan, kelainan hati, kelainan sel
darah dan ruam kulit.
Kortikosteroid.
Kortikosteroid (misalnya prednison) merupakan obat paling efektif untuk
mengurangi peradangan di bagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif pada
pemakaian jangka pendek dan cenderung kurang efektif jika digunakan dalam
jangka panjang, padahal artritis rematoid adalah penyakit yang biasanya aktif
selama bertahun-tahun. Kortikosteroid biasanya tidak memperlambat perjalanan
penyakit ini dan pemakaian jangka panjang menyebabkan berbagai efek samping,
yang melibatkan hampir setiap organ.
Efek samping yang sering terjadi adalah penipisan kulit, memar,
osteoporosis, tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang tinggi dan katarak.
Karena itu obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi kekambuhan yang
mengenai beberapa sendi atau jika obat lainnya tidak efektif.
Kortikosteroid juga digunakan untuk mengobati peradangan diluar sendi,
seperti peradangan selaput paru-paru (pleuritis) atau peradangan kantong jantung
(perikarditis).
Untuk menghindari resiko terjadinya efek samping, maka hampir selalu
digunakan dosis efektif terendah. Obat ini bisa disuntikkan langsung ke dalam
sendi, tetapi bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang, terutama jika sendi
yang terkena digunakan secara berlebihan sehingga mempercepat terjadinya
kerusakan sendi.
Obat imunosupresif.
H. TERAPI LAINNYA.
Sendi yang meradang harus dilatih secara halus sehingga tidak terjadi
kekakuan.
Setelah peradangan mereda, bisa dilakukan latihan aktif yang rutin, tetapi jangan
sampai terlalu lelah. Biasanya latihan akan lebih mudah jika dilakukan di dalam
air.
Genogram :
4 45
7
18 15 10
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan anak Remaja
12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Sebagian Besar tugas keluarga tidak terlaksana dengan baik disebabkan
karena ketidak mampuan orang tua untuk memberikan perhatian secara
maksimal.
13. Riwayat kesehatan keluarga inti
Kepala Keluarga mengalami stress berat disebabkan karena putus kerja
(Pensiunan Dini) disamping itu juga menderita penyakit yang butuh biaya
14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Setelah dilakukan pengkajian pada penderita, tidak ditemukan adanya
keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama (rheumatic).
WC Dapur
Kamar
Bekas Ruang Kamar
Bagasi keluarga
Kamar Ruang Tamu
utama
V. Fungsi Keluarga
23. Fungsi ekonomi
Penghasilan keluarga menurun drastic sejak suami ibu mariati putus kerja
sehingga kebutuhan anak-anak ada yang tidak terpenuhi.
24. Fungsi mendapatkan status social
Ibu mariati sudah berusaha menjelaskan dan menekankan tentang
bagaimana bersikap dan berperilaku dalam masyarakat akan tetapi anak-
anaknya kurang mematuhinya.
25. Fungsi pendidikan
Ibu mariati kadang menyuruh anak bungsunya untuk ikut pengajian di
masjid.
26. Fungsi sosialisasi
Hubungan antara anggota keluarga dengan tetangga sangat baik, kecuali
suami ibu mariati. Kadang tetangga merasa takut karena kadang penyakit
suaminya kambuh (penyakit stress).
27. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga sudah mengetahui apa itu penyakit reumatik, tanda dan
gejala, dan apa yang menyebabkan penyakit ibu meriati kambuh.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga sangat merasakan masalah kesehatan terutama tentang
penyakit reumatik ibu mariati.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Jika penyakit ibu mariati kambuh, anak-anaknya berusaha merawatnya
sebaik mungkin.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat.
Kurangnya pengetahua keluarga tentang upaya pencegahan penyakit
yang dilakukan keluarga
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Berhubung karena faktor ekonomi yang kurang mencukupi sehingga
keluarga kurang mampu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin.
28. Fungsi religius
Ibu Mariati selalu melaksanakan shalat subhu di Masjid. Sehingga
kebiasaannya ini dapat mempengaruhi proses penyembuhan penyakit
rheumatic yang di deritanya karena jika ibu Mariati ke Masjid dia berjalan
kaki.
29. Fungsi rekreasi
Kegiatan yang biasa dilakukan adalah menonton bersama keluarga
disamping itu terkadang sore hari mereka duduk-duduk diluar rumah
bercengkerama dengan tetangga.
30. Fungsi reproduksi
Keluarga mengatakan ingin mempunyai anak lagi terutama anak
perempuan, tetapi karena ibu mariati sudah menjelang masa menopause
jadi keinginan untuk mendapatkan anak sudah tidak mungkin lagi.
31. Fungsi afeksi
Ibu mariati mengatakan dirinya sudah tua dan tidak bias bekerja keras
apalagi kepala keluarga juga sedang sakit dimana butuh perhatian juga,
tetapi walaupun demikian ibu mariati tetap memberikan teguran apabila
anak-anaknya pulang malam.
Subjektif :
Ibu Mariati menderita
rheumatic sejak 1 tahun
yang lalu.
Ibu Mariati tidak tahu
bagaimana cara Kurang Informasi tidak
1
melakukan perawatan pengetahuan adekuat
mandiri pada awal
terjadi serangan.
Subjektif :
Suami ibu Mariati kadang tidak
dapat berinteraksi dengan baik Hambatan interaksi Penyakit stress yang
2
di Masyarakat bila penyakitnya social diderita suami
kumat.
2/3 x 1 = 2/3
Dalam keluarga
terjadi perubahan
fungsi peran
keluarga, tetapi
perawatan dan
Menonjolnya masalah pelaksanaan fungsi
peran masih dapat
Skala : Masalah berat, harus segera
dilakukan.
ditangani.
2/2 x 1 = 1 Keluarga merasa
bahwa keadaan
tersebut telah
berlangsung lama,
tetapi tidak ada
keluhan dari
masing-masing
anggota keluarga
dan kejadian yang
mengakibatkan
penyakit bertambah
parah.
Total Skor 3,6
1/3 x 1 = 1/3 Bila keadaan
tersebut tidak
Sifat masalah segera diatasi dapat
Skala :Keadaan sejahtera menggangu
interaksi sosial
keluarga dengan
masyarakat.
Jika suami Ibu
Mariati diberikan
Kemungkinan masalah dapat di ubah x 2 = 1 terapi.
2 Skala : Sebagian Keluarga
membatasi
Potensial masalah untuk dicegah 2/3 x 1 = 2/3 interaksi suami Ibu
Skala : Cukup Mariati.
ditangani. kadang
mengancam jiwa
orang lain.
Total Skor 2,9
No.
Tujuan Kriteria Hasil/Standar Intervensi
Diagnosis
Kaji tingkat
2 Setelah dilakukan Verbal Keluarga dapat ansietas yang
tindakan keperawatan, (interaksi menerima realita muncul pada
keluarga mampu sosial) yang terjadi dan keluarga/ orang
berinteraksi dengan mampu terdekat
masyarakat dengan baik. menghadapi Buat hubungan
situasi. dan akui
Keluarga dapat kesulitan situasi
menyediakan pada keluarga
kesempatan bagi Kaji masalah
pasien untuk sebelum sakit/
menghadapi tingkah laku saat
situasi dengan ini yang
caranya sendiri mengganggu
Keluarga perawatan/
menunjukkan peroses
pemahaman yang penyembuhan
lebih realisitis dan pasien
harapan terhadap Tentukan
pasien denag pengetahuan akan
mengunjungi situasi sekarang
secara teratur dan Kaji tindakan
berpartisipasi orang terdekat
secara positif saat ini
dalam perwatan bagaimana
pasien dalam batas mereka diterima
kemampuan oleh pasien
Ikut sertakan
orang terdekat
dalam pemberian
informasi,
pemecahan
maslah dan
perawatan pasien
sesuai
kemungkinan
Dorong pencarian
bantuan sesuai
kebutuhan.
Memberikan
informasi mengenai
orang dan agen
yang tersedia bagi
mereka
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
Organisasi
EKOMAP KELUARGA Sahabat
AgamaJARINGAN SOSIAL KELUARGA
Keluarga
Tetangga
Isteri
Keluarga
Suami
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Keperawatan keluarga sangat perlu dalam keluarga untuk membantu mereka
dalam mengatasi masalah kesehatan.
b. Saran
Kami sangat mengharapkan bimbingan dari bapak dalam pembuatan makalah
mengenai ASKEP KEPERAWATAN KELUARGA demi untuk kesempurnaan
makalah kami berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA