Anda di halaman 1dari 29

Tugas : Keperawatan Keluarga Makassar, Januari 2008

Dosen : Sukma Saini, S.kep, Ns

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN


RHEUMATIK

kelompok 8
A yakub
Ernawati
Nur Sufiani
Fitri sam
Saskia Putri Diniaty
M. Husnan haris
Safaruddin
Rosmini 04
Laode Nuh Salam

Program studi SI keperawatan


STIKES Nani Hasanuddin
Makassar
2008
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Artritis Rematoid atau yang biasa disebut Rematik adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris
mengalami peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali
akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi.

Artritis rematoid juga bisa menyebabkan sejumlah gejala di seluruh tubuh.


Penyakit ini terjadi pada sekitar 1% dari jumlah penduduk, dan wanita 2-3
kali lebih sering dibandingkan pria. Biasanya pertama kali muncul pada usia 25-
50 tahun, tetapi bisa terjadi pada usia berapapun.

B. PENYEBAB
Penyebab rematik sangat bervariasi tapi umumnya karena masalah otoimun
(aoutoimune) dimana sistem kekebalan tubuh berbalik menyerang jaringan persendian.
Akibatnya tulang rawan disekitar sendi menipis. Sebagai gantinya terbentuklah tulang
baru. Disaat tubuh bergerak, tulang-tulang dipersendian bersinggungan. Inilah yang
memicu rasa sakit dan nyeri yang hebat.

Faktor usia
Selain otoimun, rematik dipicu oleh faktor pertambahan usia. Setiap
persendian tulang memiliki lapisan pelindung sendi yang menghalangi terjadinya
gesekan antara tulang. Dan didalam sendi terdapat cairan yang berfungsi sebagai
pelumas sehingga tulang dapat digerakkan dengan leluasa. Pada mereka yang sudah
berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan tulang mulai
mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat digerakkan.

Konsumsi lemak berlebihan


Radang sendi atau rematik tidak muncul seketika. Prosesnya bertahap dan bila
sudah terkena biasanya mengendap menjadi kronis. Resiko mengidap rematik cukup
besar pada mereka yang sehari-hari berpola hidup tak sehat seperti menyukai
makanan berlemak, terutama lemak hewani. Didalam tubuh zat lemak hewani
berubah menjadi zat eicosanoid. Dalam jumlah terbatas, zat ini sangat dibutuhkan
tubuh, namun bila kadarnya melebihi batas normal malah bisa menyebabkan radang
pada persendian.

Kegemukan dan Cidera


Radang sendi bisa juga bermula dari tubuh yang kegemukan. Berat badan
yang berlebihan memberikan beban yang besar pada tulang sehingga mempengaruhi
kesehatan sendi. Cidera otot maupun sendi yang dialami sewaktu berolahraga atau
lantaran aktivitas fisik yang terlalu berat, bisa pula mengundang rematik. Karena itu,
sebelum berolahraga sangat dianjurkan melakukan pemanasan yang bertujuan
melenturkan otot dan sendi sehingga cidera dapat dihindarkan.

C. GEJALA
Artritis rematoid bisa muncul secara tiba-tiba, dimana pada saat yang
sama banyak sendi yang mengalami peradangan. Biasanya peradangan bersifat
simetris, jika suatu sendi pada sisi kiri tubuh terkena, maka sendi yang sama di
sisi kanan tubuh juga akan meradang.
Yang pertama kali meradang adalah sendi-sendi kecil di jari tangan, jari
kaki, tangan, kaki, pergelangan tangan, sikut dan pergelangan kaki. Sendi yang
meradang biasanya menimbulkan nyeri dan menjadi kaku, terutama pada saat
bangun tidur atau setelah lama tidak melakukan aktivitas. Beberapa penderita
merasa lelah dan lemah, terutama menjelang sore hari. Sendi yang terkena akan
membesar dan segera terjadi kelainan bentuk. Sendi bisa terhenti dalam satu
posisi (kontraktur) sehingga tidak dapat diregangkan atau dibuka sepenuhnya.
Jari-jari pada kedua tangan cenderung membengkok ke arah kelingking, sehingga
tendon pada jari-jari tangan bergeser dari tempatnya. Pembengkakan pergelangan
tangan bisa mengakibatkan terjadinya sindroma terowongan karpal.
Di belakang lutut yang terkena, bisa terbentuk kista, yang apabila pecah
bisa menyebabkan nyeri dan pembengkakan pada tungkai sebelah bawah.
Sekitar 30-40% penderita memiliki benjolan keras (nodul) tepat dibawah
kulit, yang biasanya terletak di daerah sekitar timbulnya penyakit ini.
Bisa terjadi demam ringan dan kadang terjadi peradangan pembuluh darah
(vaskulitis) yang menyebabkan kerusakan saraf atau luka (ulkus) di tungkai.
Peradangan pada selaput di sekitar paru-paru (pleuritis) atau pada kantong di
sekitar jantung (perikarditis) atau peradangan dan pembentukan jaringan parut
pada paru-paru bisa menyebabkan nyeri dada, gangguan pernafasan dan kelainan
fungsi jantung. Penderita lainnya menunjukkan pembengkakan kelenjar getah
bening, sindroma Sjgren atau peradangan mata.

D. DIAGNOSA

Membedakan artritis rematoid dari berbagai keadaan lainnya yang bisa


menyebabkan artritis, tidaklah mudah. Keadaan-keadaaan yang menyerupai artritis
rematoid adalah:

Demam rematik
Artritis gonokokal

Penyakit Lyme

Sindroma Reiter

Artritis psoriatic

Spondilitis ankilosing

Gout
Osteoartritis.

Pola gejalanya sangat khas, tetapi untuk memperkuat diagnosis perlu dilakukan:

1. Pemeriksaan darah

9 dari 10 penderita memiliki laju endap eritrosit yang meningkat


sebagian besar menderita anemia
kadang jumlah sel darah putih berkurang
7 dari 10 penderita memiliki antibodi yang disebut faktor rematoid; biasanya
semakin tinggi kadar faktor rematoid dalam darah, maka semakin berat
penyakitnya dan semakin jelek prognosisnya. Kadar antibodi ini bisa menurun
jika peradangan sendi berkurang dan akan meningkat jika terjadi serangan.

2. Pemeriksaan cairan sendi.


3. Biopsi nodul.
4. Rontgen, bisa menunjukkan adanya perubahan khas pada sendi.

Mengenali artritis rematoid.


Seseorang yang memiliki 4 dari 5 gejala berikut, kemungkinan menderita
artritis rematoid:
1. Kekakuan di pagi hari yang berlangsung lebih dari 1 jam (selama minimal 6
minggu)
2. Peradangan (artritis) pada 3 atau lebih sendi (selama minimal 6 minggu)
3. Artritis pada persendian tangan, pergelangan tangan atau jari tanan (selama
minimal 6 minggu)
4. Faktor rematoid di dalam darah
5. Perubahan yang khas pada foto rontgen.

Cara menentukan pasien rematik


1. Riwayat penyakit

Kemampuan fungsi dalam melakukan pekerjaan sehari-hari ; mandi,


berpakaian,menyisir, berpindah posisi, berjalan.
Kemampuan vokasional untuk melakukan pekerjaan seperti pekerjaan
terdahulu yang pernah mampu ia lakukan.
2. Pemeriksaan lingkup gerak sendi dan kekekuatan otot

Adakah nyeri sendi? Bengkak?


Apakah nyeri sendi menghambat gerak?
Adakah kelemahan otot?

E. PENATALAKSANAAN REHABILITASI MEDIK

1. Terapi panas dan dingin, terbagi dalam 3 macam yaitu :

Terapi panas superfisial, misalnya mandi air hangat, berendam, mandi uap
panas (spa)
Terapi panas dalam : UKG, USD
Terapi dingin misalnya kompres dengan es

2. TENS, Laser bermanfaat mengurangi nyeri


3. Pemberian alat bantu/ortose pada penderita rematik bermanfaat untuk ;

mencegah deformitas
mensupport sendi, terutama sendi penopang berat badan.

Contoh alat bantu : cervical collar, korset/brace, splint, calcaneal pad.

4. Latihan fisik, sangat membantu untuk menghindari rematik kambuh, dengan


beberapa pola gerak dan ketentuan sebagai berikut :

latihan lingkup gerak sendi, stretching


Latihan aerobik : jalan di alam terbuka, sepeda statis/dinamis dan berenang /
berjalan di air
Sebelum melakukan latihan fisik bila perlu minum obat sebelum latihan

5. Proteksi sendi. Beberapa prinsip untuk memproteksi sendi :

Pengaturan kerja
Postur yang benar
Mengurangi tekanan pada tubuh.
Hindari posisi yang lama dan statis

Contoh posisi dan gerak tubuh yang baik :

Berdiri dan berjalan dengan badan tegak


Leher harus dibiasakan latihan stretching dan penguatan otot, jangan biasakan
gerakan leher yang cepat dan mendadak ke segala arah,
Hindari bantal yang tebal dan posisi tidur dengan leher tertunduk.
Hindari duduk di kursi rendah dan tumpang kaki, jongkok, banyak naik turun
tangga.

6. Dukungan Psikososial

Motivasi berasal dari pasien dan keluarga.

F. PENCEGAHAN DAN OMEGA-3


Rematik jelas lebih baik dicegah daripada diobati. Hindari segala faktor
resiko dengan menjalani pola hidup sehat yaitu dengan :
1. Mengurangi asupan lemak hewani dan melakukan sesuatu sesuai dengan
kemampuan fisik
2. Memilih olahraga yang aman dan selalu melakukan pemanasan sebelumnya
3. Terus berupaya mencapai dan mempertahankan berat badan ideal

Ancaman rematik dapat diminimalkan dengan mengkonsumsi asam lemak


omega-3. Kajian ilmu gizi menyebutkan senyawa yang banyak terdapat pada kaang-
kacangan dan minyak ikan serta berkhasiat menyehatkan jantung ini dapat
menetralkan kelebihan zat lemak si penyebab radang sendi. Kelenturan sendi pun
terjaga.

Omega-3 juga baik dikonsumsi oleh mereka yang terlanjur terkena rematik.
Fungsinya mencagah pembengkakan sendi dan menahan pengikisan lapisan tulang
rawan. Karena juga bermanfaat mengurangi rasa sakit serta turut memperbaiki
kesehatan sendi, omega-3 turut membantu mengurangi ketergantungan penderita
rematik terhadap obat-obatan pain killer.

G. PENGOBATAN

Prinsip dasar dari pengobatan artrtitis rematoid adalah mengistirahatkan


sendi yang terkena, karena pemakaian sendi yang terkena akan memperburuk
peradangan. Mengistirahatkan sendi secara rutin seringkali membantu
mengurangi nyeri. Pembidaian bisa digunakan untuk imobilisasi dan
mengistirahatkan satu atau beberapa sendi, tetapi untuk mencegah kekakuan,
perlu dilakukan beberapa pergerakan sendi yang sistematis.

Obat-obatan utama yang digunakan untuk mengobati artritis rematoid


adalah obat anti peradangan non-steroid, obat slow-acting, kortikosteroid dan obat
imunosupresif.

Biasanya, semakin kuat obatnya, maka semakin hebat potensi efek


sampingnya, sehingga diperlukan pemantaun ketat.

Obat anti peradangan non-steroid.

Yang paling banyak digunakan adalah aspirin dan ibuprofen. Obat ini
mengurangi pembengkakan pada sendi yang terkena dan meringankan rasa nyeri.
Aspirin merupakan obat tradisional untuk artritis rematoid; obat yang lebih
baru memiliki lebih sedikit efek samping tetapi harganya lebih mahal. Dosis awal
adalah 4 kali 2 tablet (325 mgram)/hari. Telinga berdenging merupakan efek samping
yang menunjukkan bahwa dosisnya terlalu tinggi.
Gangguan pencernaan dan ulkus peptikum, yang merupakan efek samping dari
dosis yang terlalu tinggi, bisa dicegah dengan memakan makanan atau antasid atau
obat lainnya pada saat meminum aspirin.
Misoprostol bisa membantu mencegah erosi lapisan lambung dan
pembentukan ulkus gastrikum, tetapi obat ini juga menyebabkan diare dan tidak
mencegah terjadinya mual atau nyeri perut karena aspirin atau obat anti peradangan
non-steroid lainnya.
Obat slow-acting.

Obat slow-acting kadang merubah perjalanan penyakit, meskipun perbaikan


memerlukan waktu beberapa bulan dan efek sampingnya berbahaya. Pemakaiannya
harus dipantau secara ketat.

Obat ini biasanya ditambahkan jika obat anti peradangan non-steroid terbukti
tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera jika
penyakitnya berkembang dengan cepat. Yang sekarang ini digunakan adalah senyawa
emas, penisilamin, hydroxycloroquinine dan sulfasalazine.

1. Senyawa emas. Senyawa emas berfungsi memperlambat terjadinya kelainan


bentuk tulang. Biasanya diberikan sebagai suntikan mingguan. Suntikan
mingguan diberikan sampai tercapai dosis total 1 gram atau sampai timbulnya
efek samping atau terjadinya perbaikan yang berarti. Jika obat ini efektif,
dosisnya dikurangi secara bertahap.
Kadang perbaikan dicapai setelah diberikannya dosis pemeliharaan selama
beberapa tahun.
Senyawa emas bisa menimbulkan efek samping pada beberapa organ, karena itu
obat ini tidak diberikan kepada penderita penyakit hati atau ginjal yang berat atau
penyakit darah tertentu. Sebelum pengobatan dimulai dan setiap seminggu sekali
selama pengobatan berlangsung, dilakukan pemeriksaan darah dan air kemih.
Efek sampingnya berupa ruam kulit, gatal dan berkurangnya sejumlah sel darah.
Jika terjadi efek samping yang serius, maka pemakaiannya segera dihentikan.

2. Penisilamin.

Efeknya menyerupai senyawa emas dan bisa digunakan jika senyawa emas tidak
efektif atau menyebabkan efek samping yang tidak dapat ditoleransi. Dosisnya
secara bertahap dinaikkan sampai terjadinya perbaikan. Efek sampingnya adalah
penekanan terhadap pembentukan sel darah di dalam sumsum tulang, kelainan
ginjal, penyakit otot, ruam kulit dan rasa tidak enak di mulut. Jika terjadi efek
samping tersebut, maka pemakaian obat harus dihentikan. Obat ini juga bisa
menyebabkan miastenia gravis, sindroma Goodpasture dan sindroma yang
menyerupai lupus. Selama pengobatan berlangsung, dilakukan pemeriksaan darah
dan air kemih setiap 2-4 minggu sekali.

3. Hydroxycloroquine.
Digunakan untuk mengobati artritis rematoid yang tidak terlalu berat.
Efek sampingnya biasanya ringan, yaitu berupa ruam kulit, sakit otot dan kelainan
mata. Tetapi beberapa kelainan mata bisa menetap, sehingga penderita yang
mendapatkan obat ini harus memeriksakan matanya sebelum dilakukan
pengobatan dan setiap 6 bulan selama pengobatan berlangsung. Jika setelah 6
bulan tidak menunjukkan perbaikan, maka pemberian obat ini dihentikan. Jika
terjadi perbaikan, pemakaian obat ini bisa dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan.

4. Sulfasalazine.
Obat ini semakin banyak digunakan untuk mengobati artritis rematoid. Dosisnya
dinaikkan secara bertahap dan perbaikan biasanya terjadi dalam 3 bulan.
Sulfasalazine bisa menyebabkan gangguan pencernaan, kelainan hati, kelainan sel
darah dan ruam kulit.
Kortikosteroid.
Kortikosteroid (misalnya prednison) merupakan obat paling efektif untuk
mengurangi peradangan di bagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif pada
pemakaian jangka pendek dan cenderung kurang efektif jika digunakan dalam
jangka panjang, padahal artritis rematoid adalah penyakit yang biasanya aktif
selama bertahun-tahun. Kortikosteroid biasanya tidak memperlambat perjalanan
penyakit ini dan pemakaian jangka panjang menyebabkan berbagai efek samping,
yang melibatkan hampir setiap organ.
Efek samping yang sering terjadi adalah penipisan kulit, memar,
osteoporosis, tekanan darah tinggi, kadar gula darah yang tinggi dan katarak.
Karena itu obat ini biasanya digunakan untuk mengatasi kekambuhan yang
mengenai beberapa sendi atau jika obat lainnya tidak efektif.
Kortikosteroid juga digunakan untuk mengobati peradangan diluar sendi,
seperti peradangan selaput paru-paru (pleuritis) atau peradangan kantong jantung
(perikarditis).
Untuk menghindari resiko terjadinya efek samping, maka hampir selalu
digunakan dosis efektif terendah. Obat ini bisa disuntikkan langsung ke dalam
sendi, tetapi bisa menyebabkan kerusakan jangka panjang, terutama jika sendi
yang terkena digunakan secara berlebihan sehingga mempercepat terjadinya
kerusakan sendi.

Obat imunosupresif.

Obat imunosupresif (contohnya metotreksat, azatioprin dan


cyclophosphamide) efektif untuk mengatasi artritis rematoid yang berat. Obat ini
menekan peradangan sehingga pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau
diberikan kortikosteroid dosis rendah.

Efek sampingnya berupa penyakit hati, peradangan paru-paru, mudah


terkena infeksi, penekanan terhadap pembentukan sel darah di sumsum tulang dan
perdarahan kandung kemih (karena siklofosfamid). Selain itu azatioprine dan
siklofosfamid bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker.

Metotreksat diberikan per-oral (ditelan) 1 kali/minggu, digunakan untuk


mengobati artritis rematoid stadium awal. Siklosporin bisa digunakan untuk
mengobati artritis yang berat jika obat lainnya tidak efektif.

H. TERAPI LAINNYA.

Bersamaan dengan pemberian obat untuk mengurangi peradangan sendi,


bisa dilakukan latihan-latihan, terapi fisik, pemanasan pada sendi yang meradang
dan kadang pembedahan.

Sendi yang meradang harus dilatih secara halus sehingga tidak terjadi
kekakuan.
Setelah peradangan mereda, bisa dilakukan latihan aktif yang rutin, tetapi jangan
sampai terlalu lelah. Biasanya latihan akan lebih mudah jika dilakukan di dalam
air.

Untuk mengobati persendian yang kaku, dilakukan latihan yang intensif


dan kadang digunakan pembidaian untuk meregangkan sendi secara perlahan.

Jika pemberian obat tidak membantu, mungkin perlu dilakukan


pembedahan. Untuk mengembalikan pergerakan dan fungsinya, biasanya
dilakukan pembedahan untuk mengganti sendi lutut atau sendi panggul dengan
sendi buatan. Persendian juga bisa diangkat atau dilebur (terutama pada kaki),
supaya kaki tidak terlalu nyeri ketika digunakan untuk berjalan. Ibu jari bisa
dilebur sehingga penderita bisa menggenggam dan tulang belakang di ujung leher
yang tidak stabil bisa dilebur untuk mencegah penekanan terhadap urat saraf
tulang belakang.

Penderita yang menjadi cacat karena artritis rematoid bisa menggunakan


beberapa alat bantu untuk menyelesaikan tugas sehari-harinya. Contohnya adalah
sepatu ortopedik khusus atau sepatu atletik khusus.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN (Tanggal : 26 Desember 2007)


I. Data Umum
1. Kepala keluarga (KK) : Baharuddin, 47 tahun
2. Alamat/telepon : Sukaria 7A no 1/0411
440290
3. Pekerjaan KK : Pensiunan Telkom
4. Pendidikan KK : D3 Tekhnik Elektronik
5. Komposisi Keluarga :

Jenis Hubungan Pendidika Status


No Nama Umur Pekerjaan
Kelamin dg KK n Kesehatan

1 Mariati P Istri 49 SMA IRT Sakit

2 Nirwan L Anak 18 SMA Buruh Sehat

3 Heri L Anak 15 SMP Pelajar Sehat

4 Ian L Anak 10 SMP Pelajar Sehat

6. Tipe Keluarga : Keluarga Inti


7. Suku Bangsa : Indonesia/Makassar
8. Agama : Islam
9. Status social ekonomi kelurga:
Penghasilan Keluarga 600.000 per bulan yang diperoleh dari gaji
pensiunan dini Kepala Keluarga (KK) disamping itu pengahasilan
keluarga juga dibantu oleh anak pertamanya sebesar 100.000 sampai
200.000 per bulan dari hasil kerja sebagai Buruh, dan kadang-kadang
keluarga dekat juga memberikan dana/uang sekedarnya. Menurut
pengakuan keluarga penghasilan yang ada hanya cukup untuk memenuhi
kebutuha dasar sehari-hari.
10. Aktivitas rekreasi kelurga :
Kegiatan yang biasa dilakukan adalah menonton bersama keluarga
disamping itu terkadang sore hari mereka duduk-duduk diluar rumah
bercengkerama dengan tetangga.

Genogram :

4 45
7

18 15 10
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
11. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga dengan anak Remaja
12. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Sebagian Besar tugas keluarga tidak terlaksana dengan baik disebabkan
karena ketidak mampuan orang tua untuk memberikan perhatian secara
maksimal.
13. Riwayat kesehatan keluarga inti
Kepala Keluarga mengalami stress berat disebabkan karena putus kerja
(Pensiunan Dini) disamping itu juga menderita penyakit yang butuh biaya
14. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Setelah dilakukan pengkajian pada penderita, tidak ditemukan adanya
keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama (rheumatic).

III. Data Lingkungan


15. Karakteristik Rumah
Luas rumah yaitu lebar 9m dan panjang 11m, terdiri dari 3 kamar tidur, 1
diantaranya merupakan kamar utama yang dilengkapi dengan WC
sedangkan 2 kamar lainnya sebagai kamar anaknya. 1 kamar mandi dan
WC, ruang tamu, ruang keluarga, dapur, bagasi yang sekarang digunakan
sebagai gudang, tipe bangunan rumah permanen, lantai terbuat dari tegel.
Untuk keperluan sehari-hari menggunakan air sumur dan air PAM,
kebiasaan memasak menggunakan Kompor. Rumah ini dilengkapi dengan
jendela dan ventilasi yang bagus.
Denah Rumah

WC Dapur

Kamar
Bekas Ruang Kamar
Bagasi keluarga
Kamar Ruang Tamu
utama

16. Karakteristik tetangga dan komunitasnya


Tetangga cukup memperhatikan keadaan kesehatan ibu mariati dengan
mengunjungi setiap kali sakit dan biasa juga memberikan sesuatu yang
dibutuhkan oleh kelurga ibu mariati misalnya makanan.
17. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga tidak pernah pindah-pindah. Jika sehat ibu menjual makanan-
makanan kecil. Anaknya yang pertama kadang kerja paruh waktu sebagai
buruh, sedangkan anak ke2 dan ke3 masih sekolah.
18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Ibu mariati sering ikut dalam kegiatan pengajian yang dilaksanakan oleh
kelompok pengajian dekat rumah (Majelis taklim). Anak yang bungsu juga
aktif mengaji di mesjid dekat rumah. Adapun kepala keluarga saat ini
tidak pernah lagi terlibat dalam kegiatan-kegiatan masyarakat disebabkan
karena stress yang dialami
19. Sistem pendukung keluarga
Yang merawat ibu mariati hanya ank-anaknya karena suaminya (KK) tidak
bisa lagi diharapkan
IV. Struktur Keluarga
20. Struktur peran
Suami sudah tidak bisa lagi melaksanakan perannya sebagai kepala
keluarga sehingga ibu mariati melaksanakan peran ganda sebagai ibu
rumah tangga sekaligus kepala keluarga.
21. Nilai atau norma keluarga
Nilai dan norma yang berlaku dikeluarga disesuaikan dengan nilai agam
yang dianut dan norma yang berlaku dilingkungannya. Melihat keadaan
ibu mariati keluarga masih tetap percaya bahwa penyakit yang diderita
merupakan penyakit yang memang sering diderita oleh wanita menjelang
usia lanjut.

22. Pola komunikasi keluarga


Keluarga mengatakan kadang komunikasi dilakukan secara musyawarah
untuk menyelesaikan masalah anak-anaknya tetapi dalam mengambil
keputusan ibu mariati yang berperan penting karena kepala keluarga tidak
bias diharapkan. Namun terkdang ibu mariati menegur dengan keras dan
marah bila anak-anaknya pulang malam, teruatama anak tertuanya bahkan
saat ini waktu bertemu dengan keluarga cukup sedikit karena kedua
anaknya sering telat pulang ke rumah

V. Fungsi Keluarga
23. Fungsi ekonomi
Penghasilan keluarga menurun drastic sejak suami ibu mariati putus kerja
sehingga kebutuhan anak-anak ada yang tidak terpenuhi.
24. Fungsi mendapatkan status social
Ibu mariati sudah berusaha menjelaskan dan menekankan tentang
bagaimana bersikap dan berperilaku dalam masyarakat akan tetapi anak-
anaknya kurang mematuhinya.
25. Fungsi pendidikan
Ibu mariati kadang menyuruh anak bungsunya untuk ikut pengajian di
masjid.
26. Fungsi sosialisasi
Hubungan antara anggota keluarga dengan tetangga sangat baik, kecuali
suami ibu mariati. Kadang tetangga merasa takut karena kadang penyakit
suaminya kambuh (penyakit stress).
27. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan
a. Mengenal masalah kesehatan
Keluarga sudah mengetahui apa itu penyakit reumatik, tanda dan
gejala, dan apa yang menyebabkan penyakit ibu meriati kambuh.
b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
Keluarga sangat merasakan masalah kesehatan terutama tentang
penyakit reumatik ibu mariati.
c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit
Jika penyakit ibu mariati kambuh, anak-anaknya berusaha merawatnya
sebaik mungkin.
d. Kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah
yang sehat.
Kurangnya pengetahua keluarga tentang upaya pencegahan penyakit
yang dilakukan keluarga
e. Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan
Berhubung karena faktor ekonomi yang kurang mencukupi sehingga
keluarga kurang mampu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan
secara rutin.
28. Fungsi religius
Ibu Mariati selalu melaksanakan shalat subhu di Masjid. Sehingga
kebiasaannya ini dapat mempengaruhi proses penyembuhan penyakit
rheumatic yang di deritanya karena jika ibu Mariati ke Masjid dia berjalan
kaki.
29. Fungsi rekreasi
Kegiatan yang biasa dilakukan adalah menonton bersama keluarga
disamping itu terkadang sore hari mereka duduk-duduk diluar rumah
bercengkerama dengan tetangga.
30. Fungsi reproduksi
Keluarga mengatakan ingin mempunyai anak lagi terutama anak
perempuan, tetapi karena ibu mariati sudah menjelang masa menopause
jadi keinginan untuk mendapatkan anak sudah tidak mungkin lagi.
31. Fungsi afeksi
Ibu mariati mengatakan dirinya sudah tua dan tidak bias bekerja keras
apalagi kepala keluarga juga sedang sakit dimana butuh perhatian juga,
tetapi walaupun demikian ibu mariati tetap memberikan teguran apabila
anak-anaknya pulang malam.

VI. Stres Dan Koping


32. Stresor jangka pendek dan panjang
Sejak kepala keluarga pension kerja dan ibu mariati juga perlu biaya untuk
berobat ditambah lagi biaya untuk anak-anaknya sekolah.
33. Kemampuan keluarga berespons terhadap stressor
Ibu mariati sudah pasrah dengan penyakitnya karena sudah tidak ada biaya
untuk berobat.
34. Strategi koping yang digunakan
Keluarga menerima keadaannya sekarang dan berusaha untuk
menerimanya baik keadaan suaminya, penyakit ibu mariati dan anak-
anaknya.

VII. Harapan Keluarga


Adapun harapan keluarga yaitu, semoga ibu mariati bisa sembuh dan
suaminya bisa normal kembali seperti dulu, supaya keluarga mereka bias
seperti dulu lagi.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN KELUARGA
I. Analisis dan Sintesis Data

No Data Masalah (P) Penyebab (E)

Subjektif :
Ibu Mariati menderita
rheumatic sejak 1 tahun
yang lalu.
Ibu Mariati tidak tahu
bagaimana cara Kurang Informasi tidak
1
melakukan perawatan pengetahuan adekuat
mandiri pada awal
terjadi serangan.

Subjektif :
Suami ibu Mariati kadang tidak
dapat berinteraksi dengan baik Hambatan interaksi Penyakit stress yang
2
di Masyarakat bila penyakitnya social diderita suami
kumat.

II. Perumusan Diagnosis Keperawatan


No Diagnosis Keperawatan (PES)
1 Kurang pengetahuan B/D Informasi tidak adekuat
2 Hambatan interaksi social B/D Penyakit stress yang diderita suami

III. Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan


No.
Diag. Kriteria Skor Pembenaran
Kep.
1 Sifat masalah Bila keadaan
tersebut tidak
Skala : Ancaman kesehatan segera di atasi
dapat mengganggu
keharmonisan
2/3 x 1 = 2/3
keluarga, karena di
dalamnya terjadi
perubahan fungsi
Kemungkinan masalah dapat di ubah peran keluarga.
Skala : Sebagian

Potensial masalah untuk dicegah


Skala : Cukup x2=1 Jika keluarga di
beri pengetahuan.

2/3 x 1 = 2/3
Dalam keluarga
terjadi perubahan
fungsi peran
keluarga, tetapi
perawatan dan
Menonjolnya masalah pelaksanaan fungsi
peran masih dapat
Skala : Masalah berat, harus segera
dilakukan.
ditangani.
2/2 x 1 = 1 Keluarga merasa
bahwa keadaan
tersebut telah
berlangsung lama,
tetapi tidak ada
keluhan dari
masing-masing
anggota keluarga
dan kejadian yang
mengakibatkan
penyakit bertambah
parah.
Total Skor 3,6
1/3 x 1 = 1/3 Bila keadaan
tersebut tidak
Sifat masalah segera diatasi dapat
Skala :Keadaan sejahtera menggangu
interaksi sosial
keluarga dengan
masyarakat.
Jika suami Ibu
Mariati diberikan
Kemungkinan masalah dapat di ubah x 2 = 1 terapi.
2 Skala : Sebagian Keluarga
membatasi
Potensial masalah untuk dicegah 2/3 x 1 = 2/3 interaksi suami Ibu
Skala : Cukup Mariati.

Menonjolnya masalah 2/2 x 1 = 1 Perilaku suami ibu

Skala : Masalah berat, harus segera Mariati yang

ditangani. kadang
mengancam jiwa
orang lain.
Total Skor 2,9

IV. Prioritas Diagnosis Keperawatan

Prioritas Diagnosis Keperawatan Skor


Kurang Pengetahuan B/D Informasi
1 3,6
tidak adekuat
Hambatan interaksi social B/D Penyakit
2 2,9
stress yang diderita suami
C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Diagnosa. Keperawatan :

No.
Tujuan Kriteria Hasil/Standar Intervensi
Diagnosis

1 Setelah dilakukan tindakan Verbal Keluarga dapat Kaji


keperawatan keluarga (pengetahuan) menyebutkan pengetahuan
mampu melakukan tanda dan gejala keluarga
tindakan perawatan penyakit Kaji
mandiri jika terjadi rheumatik . kemampuan
serangan. Keluarga dapat keluarga yang
mengidentifikasi telah dilakukan
kaan akan pada ibu mariati
terjadinya Kaji tindakan
serangan keluarga yang
Keluarga dapat pernah dilakukan
memutuskan bila ibu mariati
tindakan yang mengalami
harus dialakukan serangan
bila terjadi Diskusikan
serangan dengan keluarga
tentang tanda dan
gejala penyakit
rheumatoid

Diskusikan
dengan keluarga
cara
mengidentifikaser
angan
Berikan
kesempatan
keluarga
menanyakan
penjelasan yang
telah diberikan
setiap kali diskusi
Berikan
penjelasan ulang
bila ada
penjelasan yang
belm dimengerti
Evaluasi secara
singkat terhadap
topik yang
didiskusikan
dengan keluarga
Berikan pujian
terhadap
kemampuan
keluarga yang
diskusi

Kaji tingkat
2 Setelah dilakukan Verbal Keluarga dapat ansietas yang
tindakan keperawatan, (interaksi menerima realita muncul pada
keluarga mampu sosial) yang terjadi dan keluarga/ orang
berinteraksi dengan mampu terdekat
masyarakat dengan baik. menghadapi Buat hubungan
situasi. dan akui
Keluarga dapat kesulitan situasi
menyediakan pada keluarga
kesempatan bagi Kaji masalah
pasien untuk sebelum sakit/
menghadapi tingkah laku saat
situasi dengan ini yang
caranya sendiri mengganggu
Keluarga perawatan/
menunjukkan peroses
pemahaman yang penyembuhan
lebih realisitis dan pasien
harapan terhadap Tentukan
pasien denag pengetahuan akan
mengunjungi situasi sekarang
secara teratur dan Kaji tindakan
berpartisipasi orang terdekat
secara positif saat ini
dalam perwatan bagaimana
pasien dalam batas mereka diterima
kemampuan oleh pasien
Ikut sertakan
orang terdekat
dalam pemberian
informasi,
pemecahan
maslah dan
perawatan pasien
sesuai
kemungkinan
Dorong pencarian
bantuan sesuai
kebutuhan.
Memberikan
informasi mengenai
orang dan agen
yang tersedia bagi
mereka

D. IMPLEMENTASI

Tanggal & Waktu No. Diag. Kep Implementasi


Pendidikan kesehatan tentang reumatik
baik dalam hal tanda dan gejala,
pencegahan, dan pengobatan dengan
26-desember 2007 1 keluarga bapak Bn yang dihadiri oleh
bapak Bn dan isteri. Kontrak selanjutnya
tanggal 27-desember-2007

Membantu orang terdekat untuk


menerima apa yang terjadi, dan berikan
informasi mengenai pentingnya keikut
27-desember-2007
2 sertaan keluarga dalam perawatan yang
dihadiri oleh bapak Bn, isteri, dan
anaknya Kontrak selanjutnya tanggal 31-
desember - 2007

E. EVALUASI

Tanggal & No. Diag.


Evaluasi
Waktu Kep
31- desember - 1 S : Keluarga mengatakan bahwa masih ada materi lalu
2007 yang tidaak dipahami yaitu tentang gejala dan
pencegahan
O: keluarga dapat menjawab pertanyaan tentang
pengertian reumatik serta pengobatannya
A: implementasi yang dilakukan beberapa hari yang lalu
dengan metode ceramah dan media buku, belum
sepenuhnya dimengerti oleh keluarga. Perlu media lain
yang efektif.
P: berikan pendidikan kesehatan ulang sesuai dengan
kesepakatan dengan keluarga
Metode ceramah tetap digunakan
Media ditambah berupa brosur mengenai reumatik
S: keluarga (suami) belum mampu menerima penyakit
strees yang diderita, sehingga perawatan pasien semakin
sulit karena rusaknya interaksi diantara keluarga
O: keluarga (suami) mengatakan tidak dapat melupakan
masalah yang menimpanya
2
A: Diagnosis keperawatan belum teratasi
Organisasi
P: lanjutkan intervensi
Pemuda
Rujuk ke psikiater untuk memberikan stimulasi
Teman psikologis berhubungan denganRekan
pemecahan masalah
Sekolah suami pasien Kerja

Organisasi
EKOMAP KELUARGA Sahabat
AgamaJARINGAN SOSIAL KELUARGA

Keluarga
Tetangga
Isteri
Keluarga
Suami
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Keperawatan keluarga sangat perlu dalam keluarga untuk membantu mereka
dalam mengatasi masalah kesehatan.
b. Saran
Kami sangat mengharapkan bimbingan dari bapak dalam pembuatan makalah
mengenai ASKEP KEPERAWATAN KELUARGA demi untuk kesempurnaan
makalah kami berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Suprajitno,2004.Askep Keperawatan keluarga Aplikasi dalam Praktek.


EGC.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai