Anda di halaman 1dari 4

Inilah, Wanita Hero di Zaman Rasulullah

SAW

Sebenarnya kalo kita mau menggali sejarah, pada zaman Rasulullah SAW pun sudah banyak
pahlawan-pahlawan wanita yang terkenal. Seperti halnya jagoan wanita saat ini yang terkenal
seperti, Wonder Woman, elastigirl istri Incredible, Cat Women, dan banyak lainnya, sahabat
wanita Rasulullah SAW tidak hanya pandai dalam hal membaca Al Quran, tapi juga jago dalam
hal memainkan pedangnya, memanah, berkuda dan juga jago dalam dunia kedokteran. Selain
mengobati para sahabat yang terluka dalam perang, merekapun juga ikut turun dalam medan
perang. Bahkan, ada di antara mereka yang terpotong tangannya karena melindungi Rasulullah!
Subhanallah.

Siapa saja sih sahabat wanita Rasulullah yng terkenal itu, berikut beberapa diantaranya:

Nusaibah, si Jago Pedang

Rasulullah SAW yang Mulia, berdiri di puncak bukit Uhud dan memandang musuh yang
merangsek maju mengarah pada dirinya. Beliau memandang ke sebelah kanan dan tampak
olehnya seorang wanita mengayun-ayunkan pedangnya dengan gagah perkasa melindungi
dirinya. Beliau memandang ke kiri dan sekali lagi beliau melihat wanita tersebut melakukan hal
yang sama menghadang bahaya demi melindungi sang Pemimpin orang-orang beriman.

Kata Rasulullah SAW.kemudian, Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri pada pertempuran
Uhud kecuali aku melihat Nusaibah binti Kaab berperang membelaku.

Memang Nusaibah binti Kaab Ansyariyah demikian cinta dan setianya kepada Rasulullah
sehingga begitu melihat junjungannya itu terancam bahaya, dia maju memutar-mutarkan
pedangnya dengan perkasa sehingga dikenal dengan sebutan Ummu Umarah, adalah pahlawan
wanita Islam yang mempertaruhkan jiwa dan raga demi Islam termasuk ikut dalam perang
Yamamah di bawah pimpinan Panglima Khalid bin Walid sampai terpotong tangannya. Ummu
Umarah juga bersama Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam dalam menunaikan Baitur
Ridhwan, yaitu suatu janji setia untuk sanggup mati syahid di jalan Allah.

Nusaibah adalah satu dari dua wanita yang bergabung dengan 70 orang lelaki Ansar yang
berbaiat kepada Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam. Dalam baiat Aqabah yang kedua itu ia
ditemani suaminya Zaid bin Ahsim dan dua orang puteranya: Hubaib dan Abdullah. Wanita yang
seorang lagi adalah saudara Nusaibah sendiri. Pada saat baiat itu Rasulullah menasehati mereka,
Jangan mengalirkan darah dengan sia-sia.

Dalam perang Uhud, Nusaibah membawa tempat air dan mengikuti suami serta kedua orang
anaknya ke medan perang. Pada saat itu Nusaibah menyaksikan betapa pasukan Muslimin mulai
kocar-kacir dan musuh merangsek maju sementara Rasulullah SAW berdiri tanpa perisai.
Seorang muslim berlari mundur sambil membawa perisainya, maka Rasulullah Shallallahu
alaihi Wassalam berseru kepadanya, Berikan perisaimu kepada yang berperang. Lelaki itu
melemparkan perisainya, yang lalu dipungut oleh Nusaibah untuk melindungi Nabi.

Ummu Umarah sendiri menuturkan pengalamannya pada Perang Uhud, sebagaimana berikut:
saya pergi ke Uhud dan melihat apa yang dilakukan orang. Pada waktu itu saya membawa
tempat air. Kemudian saya sampai kepada Rasulullah SAW. yang berada di tengah-tengah para
sahabat. Ketika kaum muslimin mengalami kekalahan, saya melindungi Rasulullah SAW,
kemudian ikut serta di dalam medan pertempuran. Saya berusaha melindungi Rasulullah SAW
dengan pedang, saya juga menggunakan panah sehingga akhirnya saya terluka.

Ketika ditanya tentang 12 luka ditubuhnya, Nusaibah menjawab, Ibnu Qumaiah datang ingin
menyerang Rasulullah ketika para sahabat sedang meninggalkan baginda. Lalu (Ibnu Qumaiah)
berkata, mana Muhammad? Aku tidak akan selamat selagi dia masih hidup. Lalu Mushab bin
Umair dengan beberapa orang sahabat termasuk saya menghadapinya. Kemudian Ibnu Qumaiah
memukulku.

Rasulullah juga melihat luka di belakang telinga Nusaibah, lalu berseru kepada anaknya,
Ibumu, ibumubalutlah lukanya! Ya Allah, jadikanlah mereka sahabatku di surga! Mendengar
itu, Nusaibah berkata kepada anaknya, Aku tidak perduli lagi apa yang menimpaku di dunia
ini.

Subhanallah, sungguh setianya beliau kepada baginda Rasulullah Shallallahu alaihi Wassalam.

The Black Rider, Khaulah binti Azur

Ksatria Berkuda Hitam! Itulah sosok Khaulah binti Azur. Seorang muslimah yang kuat jiwa dan
raga. Sosok tubuhnya tinggi langsing dan tegap. Sejak kecil Khaulah suka dan pandai bermain
pedang dan tombak, dan terus berlatih sampai tiba waktunya menggunakan keterampilannya itu
untuk membela Islam bersama para mujahidah lainnya.

Dalam salah satu peperangan melawan pasukan kafir Romawi di bawah kepemimpinan Panglima
Khalid bin Walid, diriwayatkan, tiba-tiba saja muncul seorang penunggang kuda berbalut
pakaian serba hitam yang dengan tangkas memacu kudanya ke tengah-tengah medan
pertempuran. Bagai singa lapar yang siap menerkam, sosok berkuda itu mengibas-ngibaskan
pedangnya dan dalam waktu singkat menumbangkan tiga orang musuh.

Panglima Khalid bin Walid serta seluruh pasukannya tercengang melihat ketangkasan sosok
berbaju hitam itu. Mereka bertanya-tanya siapakah pejuang tersebut yang tertutup rapat seluruh
tubuhnya dan hanya terlihat kedua matanya saja itu. Semangat jihad pasukan Muslimin pun
terbakar kembali begitu mengetahui bahwa The Black Rider, si penunggang kuda berbaju hitam
itu adalah seorang wanita!

Keberanian Khaulah kembali teruji ketika dia dan beberapa mujahidah tertawan musuh dalam
peperangan Sahura. Mereka dikurung dan dikawal ketat selama beberapa hari. Walaupun agak
mustahil untuk melepaskan diri, namun Khaulah tidak mau menyerah dan terus menyemangati
sahabat-sahabatnya. Katanya, Kalian yang berjuang di jalan Allah, apakah kalian mau menjadi
tukang pijit orang-orang Romawi? Mau menjadi budak orang-orang kafir? Di mana harga diri
kalian sebagai pejuang yang ingin mendapatkan surga Allah? Dimana kehormatan kalian sebagai
Muslimah? Lebih baik kita mati daripada menjadi budak orang-orang Romawi!

Demikianlah Khaulah terus membakar semangat para Muslimah sampai mereka pun bulat tekad
melawan tentara musuh yang mengawal mereka. Rela mereka mati syahid jika gagal melarikan
diri. Janganlah saudari sekali-kali gentar dan takut. Patahkan tombak mereka, hancurkan pedang
mereka, perbanyak takbir serta kuatkan hati. Insya Allah pertolongan Allah sudah dekat.

Dikisahkan bahwa akhirnya, karena keyakinan mereka, Khaulah dan kawan-kawannya berhasil
melarikan diri dari kurungan musuh!

Nailah, si Cantik yang Pemberani

Nailah binti al-Farafishah adalah istri Khalifah Ustman bin Affan. Dia terkenal cantik dan
pandai. Bahkan suaminya sendiri memujinya begini: Saya tidak menemui seorang wanita yang
lebih sempurna akalnya dari dirinya. Saya tidak segan apabila ia mengalahkan akalku.
Subhanallah!
Mereka menikah di Madinah al-Munawwarah dan sejak itu Ustman kagum pada tutur kata dan
keahlian Nailah di bidang sastra. Karena cintanya, Ustman paling senang memberikan hadiah
untuk istrinya itu. Mereka punya satu orang anak perempuan, Maryan binti Ustman.

Ketika terjadi fitnah yang memecah belah umat Islam pada tahun 35 Hijriyah, Nailah ikut
mengangkat pedang untuk membela suaminya. Seorang musuh menerobos masuk dan
menyerang dengan pedang pada saat Ustman sedang memegang mushaf atau Al Quran. Tetesan
darahnya jatuh pada ayat 137 surah Al Baqarah yang berbunyi, Maka Allah akan memelihara
engkau dari mereka.

Seseorang pemberontak lain masuk dengan pedang terhunus. Nailah berhasil merebut pedang itu
namun si musuh kembali merampas senjata itu, dan menyebabkan jari-jari Nailah terputus
Ustman syahid karena sabetan pedang pemberontak. Air mata Nailah tumpah ruah saat
memangku jenazah sang suami. Ketika kemudian ada musuh yang dengan penuh kebencian
menampari wajah Ustman yang sudah wafat itu, Nailah lalu berdoa, Semoga Allah menjadikan
tanganmu kering, membutakan matamu dan tidak ada ampunan atas dosa-dosamu!

Dikisahkan dalam sejarah bahwa si penampar itu keluar dari rumah Ustman dalam keadaan
tangannya menjadi kering dan matanya buta!

Sesudah Ustman wafat, Nailah berkabung selama 4 bulan 10 hari. Ia tak berdandan dan berhias
dan tidak meninggalkan rumah Ustman ke rumah ayahnya.

Nailah memandang kesetiaan terhadap suaminya sepeninggalnya lebih berpengaruh dan lebih
besar dari apa yang dilihatnya terhadap ayahnya, saudara perempuannya, ibunya dan juga
kerabatnya. Ia selalu mendahulukan keutamaannya, mengingat kebaikannya di setiap tempat dan
kesempatan. Ketika Ustman terbunuh, ia mengatakan, Sungguh kalian telah membunuhnya
padahal ia telah menghidupkan malam dengan Al Quran dalam rangkaian rakaat.

Rufaidah binti Saad, Perawat Islam Pertama

Sebagai seorang muslim, kita juga mempunyai tokoh yang menjadi pelopor dunia keperawatan
Islam. Ia adalah Rufaidah binti Saad, yang merupakan perawat Islam pertama sejak zaman
Rasulullah. Rufaidah binti Saad merupakan perawat muslim pertama di zaman Rasulullah SAW.
Wanita berhati mulia ini bernama lengkap Rufaidah binti Saad Al Bani Aslam Al Khazraj.
Beliau lahir di Yastrib dan tinggal di Madinah. Rufaidah termasuk kaum Anshar, yaitu golongan
yang pertama kali menganut Islam di Madinah. Rufaidah mempelajari ilmu keperawatan saat ia
bekerja membantu ayahnya yang berprofesi sebagai seorang dokter.

Menurut Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, dalam studi Paper Presented at the 3rd International
Nursing Conference Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century
yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, Rufaidah adalah perawat
profesional pertama dimasa sejarah Islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad
pertama Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan
bersifat empati. Rufaidah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan
memotivasi orang lain. Dan digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan
kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran
perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan
memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit.
Rufaidah adalah public health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi
perawat di dunia Islam.

Ketika perang Badr, Uhud, Khandaq, dan perang khaibar, Rufaidah menjadi sukarelawan yang
merawat sahabat yang terluka akibat perang. Beberapa kelompok wanita dilatihnya untuk
menjadi perawat. Dalam perang Khaibar, mereka minta ijin kepada Rasulullah Muhammad SAW,
untuk ikut di garis belakang pertempuran agar dapat merawat mereka yang terluka, dan
Rasulullah SAW mengijinkannya. Ketika damai, Rufaidah membangun tenda di luar Masjid
Nabawi untuk merawat kaum muslimin yang sakit. Kemudian berkembang, dan berdirilah
Rumah Sakit lapangan yang terkenal saat perang, dan Rasulullah SAW sendiri memerintahkan
sahabat yang terluka dirawat olehnya. Tercatat pula dalam sejarah saat perang Ghazwat al
Khandaq, Saad bin Maadh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat oleh
Rufaidah hingga stabil/homeostatis.

Rufaidah memiliki kepribadian luhur dan empati yang memberikan pelayanan keperawatan
dengan baik pada para sahabat terluka. Sentuhan sisi kemanusiaan merupakan hal yang sangat
penting bagi seorang perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan kemanusiaan (human
touch) berjalan seimbang. Rufaidah juga sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan
pertama di dunia Islam. Beliau juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit
(preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan.

Dalam sejarah Islam mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti: Ummu
Ammara, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan
Hindun.

Dan beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat diantaranya, Kuayibat, Aminah
binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat, Nusaibat binti Kaab Al Maziniyat, dan
Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata.

Ternyata umat muslim juga memiliki jagoan wanita yang memang nyata adanya. Dan semoga
para muslimah dapat mengambil dan meniru teladan dari mereka.

Anda mungkin juga menyukai