Anda di halaman 1dari 13

Representasi dalam Cerita Pieter Elberveld ...

(Dwi Susanto)

REPRESENTASI DALAM CERITA PIETER ELBERVELD


KARYA TIO IE SOEI :
SUATU KAJIAN PASCAKOLONIAL

Dwi Susanto
Jurusan Sastra Indonesia, FSSR-UNS
Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126
email: tulungagung81@yahoo.co.id

ABSTRACT

Pieter Elberveld is a story written based on the historical facts of the revolt of
an Indo-German descendant against the Dutch colonial government in Batavia.
The revolt got a lot responses from different writers, either local, Dutch, or Chi-
nese, including Tio Ie Soei. Giving the focus on the representation, this article at-
tempts to give answers, based on the postcolonial perspective, to the following
questions: (1) how was the revolt represented by the author, (2) what did political
identity the author have, and (3) what were textual and political strategies em-
ployed in the story. In order to answer those questions, this article gives the focus
on the image of the indigenous people, space structures, and text purposes in the
representation framework of the postcolonial study.

Key words: representation, Tio Ie Soei, Pieter Elberveld, and pascakolonial

1. Pendahuluan kan bahwa PE merupakan simbol kekuatan


1.1. Cerita Pieter Elberveld dan Fakta kolonial, nasionalisme Indonesia, kepercayaan,
Sejarah dan identitas Islam, identitas Indo-Asia, dan
Pieter Elberveld (PE) karya Tio Ie Soei juga menjadi simbol konstruksi blok untuk
adalah salah satu karya sastra peranakan membedakan konstruksi keindonesiaan. Pada
Tionghoa yang berdasarkan pada kenyataan posisi ini, PE mengandungi sifat sebagai bentuk
dan termasuk bidang sejarah tentang tokoh strategi tekstual.
Pieter Elberveld yang oleh orang Belanda Pieter Elberveld adalah seorang Indo
dipandang sebagai seorang pemberontak dan yang terlahir dari ayah Jerman dan seorang
dihukum mati dengan jalan dibeset oleh empat perempuan Siam. Ayahnya bernama Pieter
ekor kuda di kota Jakarta (Lan 1958: 54, Elberfelt, tetapi dia biasa memendekkannya
Heuke, 1982). Salmon (1981) mengolongkan menjadi Ervelt. Ayahnya adalah seorang
PE ini ke dalam kelompok novel dan cerpen penyamak kulit yang selanjutnya dia menjadi
asli yang bercerita tentang masyarakat Belanda wakil ketua Heemraad karena kepandaian dan
sedangkan Lombard (2005:223) menjadikan kekayaannya (Arif, 1968: 35-36). Pieter
PE sebagai kasus gerakan oposisi Indo Mus- Elberveld mewarisi nama, harta, dan reputasi
lim dan pemimpin Jawa terhadap kekuasaan yang baik dari ayahnya. Dia menikah dengan
Belanda. Horton (2003: 181-182) mengata- wanita dari keluarga yang baik-baik. Dia juga

11
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 20, No. 1, Juni 2008: 11-23

memiliki tanah di kawasaan Pondok Bambu dapat berbahasa Belanda dengan baik. Selain
dari ayahnya, tetapi tanpa surat kepemilikan. itu, karya-karya dalam bahasa Belanda juga
Tahun 1708 terjadilah perselisihan antara Pieter banyak yang memuat peristiwa Pieter
Elberveld dengan Heemraden (College van Elberveld. Contohnya adalah De Priangan
Heemraden) mengenai tanah tersebut. (1910, 1913, oleh F de Haan), De Niew
Heemraden memerintahkan bahwa tanah Nederlandsch Biographisch Woorden-boek
tersebut harus segera dikosongkan. Oleh (E.C. Godee Moksbergen dan F.W. Stapel),
Heemraden, Pieter Elberveld diwajibkan dan Encyclopaedie van Nederlandsch Indie.
menyerahkan 3.300 ikat padi. Tahun 1709, Selain bahasa Belanda, contoh buku-buku
tanah itu dinyatakan sebagai milik kompeni oleh yang membicarakan Pieter Elberveld dalam
Gubenur Van Hoorn. Sejak saat itulah mulai bahasa Inggris pun cukup beragam, di
tumbuh perselisihan antara Pieter Elberveld antaranya buku yang ditulis oleh C.R. Boxer
dengan kompeni. (1979). S. Adeyeskere (1989), dan M.C.
Fakta sejarah lain menunjukkan bahwa tiga Rickles (1993).
minggu setelah Pieter Elberveld ditangkap dari Peristiwa Pieter Elberveld pertama kali
usaha pemberontakannya, College van Heeren dibuat cerita dalam bahasa Melayu Rendah
Schepenen mulai melakukan pemeriksaan. oleh surat kabar Sinar Terang di Batavia pada
Seluruh tawanan berjumlah 23 orang. Pieter edisi 7, 9, 11 Januari 1889. Sinar Terang
Elberveld, Kartadirja, Layeek (dari Sumbawa) adalah surat kabar yang amat besar yang
dinyatakan sebagai tersangka utama. Pada dimiliki oleh seorang Tionghoa yang bernama
persidangan yang ketigakalinya, mereka Yap Goan Go dan diedit oleh W. Muelenhoff.
menyatakan diri tidak bersalah atas perbuatan- Surat kabar ini tidak hanya berada di Batavia,
nya tersebut. Landdrast menggunakan cara yang tetapi juga memiliki agen yang tersebar di
lain agar ketiganya mengaku, yakni dengan jalan seluruh Jawa hingga Padang (Sumatra Barat).
disiksa (Arif, 1968:37). Distribusi surat kabar ini rata-rata dikuasai oleh
Sejumlah tulisan ataupun penelitian orang Tionghoa dan pembacanya pada
terhadap peristiwa pemberontakan Pieter umumnya orang Tionghoa. Koran-koran yang
Elberveld ini pun cukup beragam. Tahun 1866 dihasilkan oleh orang Tionghoa tersebut pada
L.W.G. de Roo meneliti peristiwa tersebut dari waktu itu dapat mencapai wilayah di luar Jawa,
aspek sejarah. Hal serupa juga dilakukan oleh yakni Ambon, Sulawesi, dan Sumatra.
G.B.J.van Heuven (1938). Berbagai artikel, Sambutan cerita PE dalam bahasa Melayu
biografi, dan tulisan tentang Pieter Elberveld berikutnya adalah dalam bentuk cerita pendek
ini secara umum menunjukkan satu keragaman atau novel pendek yang dibukukan oleh Tio Ie
penafsiran. Cerita PE inipun juga banyak Soei (1924). Tio Ie Soei adalah seorang pera-
ditranformasikan kedalam berbagai bahasa, nakan Tionghoa yang lahir di Batavia pada
misalnya bahasa Belanda oleh W.L. Ritter tahun 1890, satu tahun setelah lahirnya PE di
(1843) dan bahasa Jepang ditahun 1942. Peris- Sinar Terang. Di tahun 1960-an, cerita PE
tiwa tentang Pieter Elberveld ini juga banyak dari Tio Ie Soei ini dihadirkan ulang di koran
menjadi buku teks bagi pelajar di Hindia Belan- Bintang Timur dalam rubrik Lentera. S.Z.
da, misalnya oleh F.W.Stapel dan A.J. Eijkman Hadisutjipto berusaha menghadirkan Pieter
(1917). Dalam edisi bahasa Jepang, cerita PE Elberveld sebagai sosok pahlawan dengan
tersebut dihadirkan dengan disertai dengan foto karyanya Pieter Elbrveld: Mentjoba Meraih
dari monumen peringatan Pieter Elberveld. Bintang (1970). Ditahun 1981, Pieter
Buku tersebut ditujukan untuk sekolah MULO Elberveld difilmkan dalam drama TV yang
dan HBS yang tentunya bagi pelajar yang diproduksi oleh TVRI dengan judul Ia Coba

12
Representasi dalam Cerita Pieter Elberveld ... (Dwi Susanto)

Meraih Bintang yang ditayangkan pada cara dan politik guna mendukung upaya
tanggal 20 Juni 1981. Drama tersebut ditulis, tersebut. Untuk itu, pembongkaran strategi
disutradarai, dan dibintangi oleh Zainal Abidin politik dibalik representasi perlu dilakukan
yang mendasarkan diri pada cacatan sejarah untuk mengetahui peran, posisi, dan identitas
dari S.Z. Hadisutjipto (1970) dan novel dari dari masyarakat masa itu. Hal ini juga
Tio Ie Soei. bermanfaat bagi penulisan sejarah sosial bangsa
Keragaman versi dari PE ini merupakan Indonesia dengan menitikberatkan pada narasi
wujud bahwa fakta tentang pemberontakan yang termarjinalkan (Spivak dalam Moore-
Pieter Elberveld tersebut terus dimanipulasi dan Gilbert, 1997).
dijadikan alat politik oleh berbagai pihak. Representasi didefinisikan sebagai
Pieter Elberveld dalam pandangan penulis dan kehadiran atau penampakan. Representasi
pembaca Belanda dianggap sebagai pembe- juga diartikan sebagai sebagai aksi penem-
rontak atau pembangkang. Sebaliknya, dalam patan yang selanjutnya membawa efek
pandangan pembaca dan penulis Indonesia, terhadap aksi yang lain. Representasi menguak
Pieter Elberveld dianggap sebagai pahlawan. perbedaan cara-cara citra diimplikasikan di da-
Terlepas dari itu semua, cerita PE ini menarik lam ketidaksamaan kekuatan dan sub-ordinasi
dan memiliki berbagai permasalahan yang unik. subaltern. Edwar Said dalam Orientalisme
Sambutan pembaca, polemik, dan berbagai (2001) membandingkan fakta bahwa repre-
interpretasi dari kisah tokoh ini membuktikan sentasi tidak pernah dapat menjadi realistik.
bahwa Pieter Elberveld adalah fakta sejarah Gayatri Spivak (1990) memperkenalkan dua
dan fakta estetika. PE karya Tio Ie Soei diang- istilah untuk representasi. Pertama, dia men-
gap sebagai fakta fiksi atau seni. Tokoh Pieter definisikan sebagai politik atau membicarakan
Elberveld sendiri dalam cerita Tio Le Soei untuk seseorang, hasrat seseorang, atau
menjadikan dirinya dari fakta sejarah berubah sesuatu. Kedua, representasi sebagai wakil
menjadi fakta seni. Akan tetapi, adanya dan lukisan orang. Gabungan antara kedua-
anggapan bahwa karya sastra bisa menjadi nya harus dijaga dalam pikiran. Spivak menya-
fakta sejarah menjadikan karya itu memiliki arti rankan kritik yang terus menerus untuk mena-
dan hakikat yang patut ditelusuri. han pengkonstruksian Sang Lain sebagai objek
PE sebagai sastra yang terpojokkan erat pengetahuan dan meninggalkannya ke luar
hubungannya dengan peran kekuasaan ketika kenyataan Sang Lain. Representasi tidak hanya
itu. Kekuasaan tersebut dapat meliputi pada istilah yang menghadirkan, tetapi juga
kekuasaan masa kolonial dan sesudahnya. istilah yang direpresentasikan. Representasi
Hegemoni sastra tradisi Balai Pustaka adalah harus diartikan sebagai alat politik untuk menge-
salah satu contohnya yang menempatkan teks kalkan sistem-sistem ketidakadilan dan
PE sebagai karya yang termarjinalkan (Rosidi, subordinasi. Representasi bergerak dengan cara
1964; Jedamski, 1992, Sunoto,1994). PE meletakkan efek melalui pesan untuk mempe-
juga dicurigai sebagai salah satu strategi politik ngaruhi opini dan aksi. Representasi harus
kolonial atau pun perlawanan pribumi terhadap menanyakan ideologi yang membawainya.
kekuasaan kolonial. Selain itu, narasi PE Representasi membentuk pikiran yang mem-
menunjukkan tema perlawanan terhadap punyai implikasi untuk kenyataan orang di dalam
dominasi kekuasaan yang diwujudkan melalui konteks yang nyata.
permainan politik. Permainan politik itu dapat
ditelusuri melalui citra, nada, dan tujuan dari 1.2. Tio Ie Soei dan Karya-karyanya
representasi. Melalui satu konsep representasi, Biografi Tio Ie Soei cukup sulit untuk
strategi perlawanan itu melibatkan berbagai ditemukan. Dalam tulisan ini, biografi dan

13
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 20, No. 1, Juni 2008: 11-23

karya-karya dari Tio Ie Soei diambil dari karya Surabaya dan pindah ke sebuah desa kecil di
Claudine Salmon (1981). Hadirnya biografi ini Kediri (Jawa Timur). Pada tahun 1948,
sebagai data ekstratekstual dalam menginter- berbagai karyanya diterbitakan oleh Pewarta
pretasikan teks PE. Tio Ie Soei atau Tjoa Piet Surabaya. Dari tahun 1953-1956, dia bekerja
Bak sering menggunakan nama T.I.S. Tokoh pada mingguan Liberal di Surabaya. Tahun
ini lahir di Pasar Baru, Batavia pada tahun 1957, dia juga bekerja sebagai jurnalis free
1890. Dia meninggal dunia pada tahun 1974 lance dan tinggal di Jakarta untuk meng-
di Tanah Abang, Jakarta. Ayahnya lahir di habiskan hidupnya. Di tahun 1953, dia terpilih
sebelah utara Propinsi Fujian Tionghoa. Tio Ie menjadi presiden dari Asosiasi Jurnalisme di
Soei menerima pendidikan pada sekolah Surabaya. Selain aktif dalam bidang jurnalistik,
pribadi Belanda. Dia memperoleh bahasa dia juga menulis dan menerjemahkan berapa
Jerman dari orang Jerman. Selain bahasa novel. Karya pertamanya dipublikasikan pada
Jerman, dia juga belajar bahasa Prancis, tahun 1911 sebagai genre cerita anak.
Inggris, dan China. Dia juga tertarik dalam bidang sejarah.
Dia pernah berkerja di harian Sinar Hal ini dibuktikan dengan karya ceritanya yang
Betawi dan juga bergabung ke Perniagaan mengambil setting Batavia selama pemerin-
hingga dia menjadi editor pada tahun 1920- tahan Gubenur Jenderal J.P. Coen dan juga
an. Pada tahun itu pula, dia sakit dan cerita pahlawan Pieter Elberveld.. Tio Ie Soei
meninggalkan Batavia untuk tinggal di daerah juga menterjemahkan karya biografi mengenai
pegunungan di Pengalengan dekat Bandung. Li Hongzhang, seorang negarawan yang amat
Selama lima tahun, dia menjadi pengebun terkenal pada masa Dinasti Qing. Karya
sayur-sayuran untuk kehidupan keluarganya. besarnya yang tanpa diragukan lagi adalah
Dia menikah dengan seorang perempuan, anak biografi Lie Kim Hok. Dia juga mengem-
dari Tjoe Siauw (1871-1948), pemilik bangkan bakat dan kreativitasnya melalui
perusahaan percetakaan dari Perniagaan. karya-karya detektif gaya Barat dan men-
Pada perode ini, Tio Ie Soei banayak menulis terjemahkan beberapa karya dari Conan
artikel untuk berbagai surat kabar seperti, Doyle. Tio Ie Soei ini juga memberikan
harian Bintang Soerabaja (didirikan tahun sumbangan pada seni drama atau seni
1861), Warna Warta (didirikan pada tahun pertunjukan seperti Yan Tio. Yan Tio ditulis
1907 di Semarang), Keng Po (didirikan pada untuk menjawab permintaan dari organisasi
tahun 1921 di Batavia) dan Perniagaan. China di Bandung yang bertujuan untuk
Selain itu, dia juga bekerja untuk harian Lay mengkritik proses westernisasi yang ber-
Po di Bandung. Pada tahun 1925, koran lebihan.
tersebut menjadi harian Sin Bin di bawah Karya-karya Tio Ie Soei cukup banyak.
pimpinan redaksi Kwee Tek Hoay. Karya Tio Ie Soei berjumlah sekitar 25 buah.
Pada tahun 1924, Tio Ie Soei mendirikan Karya-karya itu diantaranya Tjerita Sie Po
majalah bulanan untuk sastra yang diberi nama Giok atawa Peroentoengannja Satoe Anak
Tjerita Pilihan. Tjerita Pilihan tersebut Piatoe (1911), Tjerita Item Poeti dan
mencetak novel dalam tiap terbitannya. Setelah Meiradi, Doea Tjerita Pendek jang Pertama
tinggal beberapa waktu di Cirebon (Jawa Kedjadian di Hindia-Inggris dan jang
Barat) dan Banjarmasin (Kalimantan), dia Kedoea di Zwitserland (1915), Liem Gie
menetap di Surabaya. Tahun 1927, dia men- Seng (1916), Tatjana atawa Doeka Lan-
jadi editor pada harian Pewarta Soerabaja taran Eilok, Satoe Tjerita dari Golongan
hingga tahun 1942. Selama masa kekuasaan Amtenaar-amtenaar di Rusland (1918), Apa
Jepang di Indonesia, dia meninggalkan Artinja Perkerdjaan?, dari Tjatetan

14
Representasi dalam Cerita Pieter Elberveld ... (Dwi Susanto)

Tentang Hal Ichwalnja Beberapa Orang pesek, jidat besar, gigi hitam tidak kelihatan,
Termashoer dan Hartawan Besar (1920), mulut tertutup rapat, dan lain-lain adalah
(7) Li Hong Chang (Lie Hong Tjiong). Ini penggambaran yang memojokkan dan ditam-
Riwajatnja Ringkes Dari ini Staatsman bah ada tabiat yang menimbulkan perasaan
Tionghoa Ada Mengasi Liat Begimana yang kurang baik pada orang yang melihatnya.
Pemandangannja Orang Europa pada ini Pribumi digambarkan sebagai orang yang licik,
Bekas Radja Moeda dan Minister van kotor, dan tidak beradab. Penggambaran ini
Buitenlandsche Zaken dari Tiongkok jang dilengkapi dengan berbagai atribut. Atribut,
Idoep Diachirnja Abad ka 19 dan Awalnja pakaian, dan piranti pada si pemakai, dijadikan
ini Abad ka 20 (1920), Nona Tjoe Yoe: alat untuk mengkondisikan dan menamakan
Pertjintaan jang Membawa Tjilaka, pribumi sebagai citra yang berbeda yang tidak
Ditoelis Menoeroet Tjeritanja Nona Tjoe sesuai dengan pandangan yang menghadirkan.
Yoe Sendiri (1922), Yan Tio, Tjerita di Jawa Pakaian juga memainkan sebuah pengekalan
Boeat Pertoendjoekan Toneel (1923), identitas dari suatu kelompok (van Dijk, 1997).
Advocaat Derectief, Tjerita Politie Resia Identitas dan pikiran juga ditampilkan.
di Frankryk, Tjerita Pilian (1924), Sherlock Identitas dan pandangan tersebut dihubungkan
Holmes, Tjerita pilian (1924), Hikayat dengan keyakinan dan kerpercayaan pribumi.
Pemboenoehan Doorman, Satoe Pemboe- Pribumi diidentitaskan sebagai orang Islam.
noehan Sanget Loer Biasa Kedjadian jang Citra yang ditampilkan adalah citra yang buruk.
Betoel (1925), Sara Spex, Satoe Kedjadian Hal ini dapat dilihat dari sikap-sikap bangsa
jang Betoel di Betawi di Djeman kulit putih dan narator yang menganggap
Pamerentahanja Jan Pietrzoon Coen dalem orang Islam sebagai orang yang harus dimus-
Tahun 1629 (1926), Riwayat Satoe Boxer nahkan karena dianggap memberontak, tidak
Tionghoa (1928), dan lain-lain. patuh, membuat kekacauan, ingin berkuasa,
dan memusnahkan kulit putih yang berbeda
2. Representasi dalam Cerita Pieter keyakinan. Pribumi ditampilkan dengan
Elberveld Karya Tio Ie Soei melakukan hal-hal yang tidak logis, seperti
2. 1. Citra Pribumi dalam Teks Pieter mengunakan jimat dan berbagai hal yang tidak
Elberveld mempan senjata dan membuat keselamatan.
Kelompok pribumi yang disebut dengan Berikut ini adalah salah satu contoh kutipan
Islam dihadirkan dengan citra yang buruk. yang menerangkan hal tersebut.
Mereka dianggap jelek, culas, dan gila hormat.
Mereka dicitrakan dengan tindakan melakukan Parasnja ini orang toea ada bengis dan
pemberontakan. Mereka dikatakan sebagai besorot djahat, tapi tindakannja, ken-
orang yang benar dalam batas-batas keyakinan dati ia soedah banjak oemoer, ada tetap
mereka, yakni memusnahkan seluruh orang sekali, sedeng matanja mengoetaraken
kafir. Pribumi dianggap sebagai pembangkang hati jang besar.
dan pemberontak yang hina dan harus Ia keliatan masi gaga sekali. Badannja
dimusnahkan. tegap dan tinggi besar, masih keka
Penampilan fisik pribumi dijadikan alat sebagi orang moeda.
untuk menghadirkan pribumi sebagai orang (PE, 118)
yang licik. Hal ini terlihat dari ciri fisik mata
yang licik dan tidak ada simpatik dari orang Bangsawan berada dalam pihak pribumi.
lain. Penggambaran fisik yang lainnya, seperti Bangsawan, pihak yang memerintah pribumi,
badan tiada besar, kurus, hidung besar dan dihormati, disanjung, dan dijadikan panutan

15
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 20, No. 1, Juni 2008: 11-23

oleh pribumi ditampilkan dengan citra yang kandung Sarina. Sarina dalam konteks ini
serupa dengan pribumi. Penampilan Raden dapat dikelompokkan sebagai perempuan
Cartadria ini adalah bukti dari kasus ini. Citra Dunia Ketiga (Minh-Ha, 1996:396-397).
yang muncul adalah semua pribumi baik yang Sarina dan ibunya hanya dijadikan sebagai
berpangkat, berkuasa, darah biru, dan ketu- subjek yang membawa impilkasi dari posisinya
runan raja tetap buruk dan jelek di mata dalam rangka hubungan dengan politik dan
Belanda. Citra pribumi yang licik dan ideologi kolonial. Hal ini dibuktikan dari peran
pengkhianat ditampilkan melalui tokoh Alie. dan posisi ibu kandung Sarina. Dia menjadi
Ketidakmampuan menahan emosi, rasa mediator budaya, sosial, dan politik sehingga
cemburu, dan pengkhianatannya pada Pieter Pieter Elberveld dapat diterima dalam
Elberveld semakin mengkondisikan dan kelompok Pribumi (bdk. Lochter-Scholten,
menempatkan sosok pribumi yang sulit diper- 1992:266-267).
caya, mudah berdusta, dan berbalik sikap. Pieter Elberveld sendiri ditampilkan
Pribumi dianggap lemah dan tidak memiliki sebagai seorang Indo dari ayah Jerman dan
kesetiaan kepada tuan atau pemimpinnya. Ibu Jawa (Pribumi). Dia adalah korban sistem
Tampaknya, narasi ini mengarahkan pada penyaian. Masuknya Pieter Elberveld dalam
bentuk kontruksi whitness is rightness. lingkungan pribumi dan diterima dalam dunia
Tokoh Alie digambarkan sebagai generasi yang berbeda dengannya karena dia masuk
muda pribumi yang patah semangat dan tidak Islam. Islam dijadikan politik identitas sehingga
kuat menahan emosinya. Secara psikologis semakin mengkokohkan anggapan bahwa Is-
tokoh Alie digambarkan sebagai seorang yang lam adalah jembatan yang menyatukan, tetapi
emosional, tidak berpikir panjang, tidak digunakan sebagai alat pemberontakan dan
banyak pertimbangan, dan mudah termakan pengkhianatan.
cemburu. Pemuda pribumi dicitrakan menyerah Gambaran fisik Piter Elberveld mengkon-
kalah terhadap nafsu terutama pada perem- disikan keberadaan dan sifat Pieter Elberveld.
puan yang lemah. Sekuat dan setangguh apa- Kulit yang tiada putih dan muka yang serupa
pun, pemuda pribumi akan tunduk terhadap dengan muka orang Eropa adalah salah satu
godaan dan nafsu perempuan. bentuk penampilan fisik yang bersifat mendua
Sementara itu, perempuan dicitrakan atau ambivalen. Badan yang tua tetapi kelihatan
sebagai mahluk yang lemah, tidak bisa berbuat gagah adalah citra fisik orang Eropa, sedang-
apa-apa, dan hanya tunduk. Sarina dan Ibunya kan paras yang bengis dan bersorot jahat
tertindas secara ras dan gender. Sarina meru- adalah gambaran orang Jawa atau pribumi.
pakan korban dari praktik pernyaian yang Pieter Elberveld digambarkan sebagai orang
dilakukan oleh Pieter Elberveld. Peran dan yang melakukan peleburan diri. Dia mengguna-
identitas Sarina hanya direduksi pada tubuh kan Islam sebagai alat yang menghubungkan
seksualitas dan fungsi reproduksi masyarakat dua dunia yang tak mungkin ditempatinya. Dia
patriarkis (Sianipar, 2004:21-22). Sarina memilih satu dunia yang lebih dekat dan dapat
dicitrakan sebagai perempuan yang lemah, diterima, yakni Islam sebagai politik. Hal itu
patuh pada tuannya, dan takut untuk berbuat pun terbukti dia dapat bersanding dengan para
sesuatu yang menyangkut kehidupan dan haji, pangeran Jawa, dan pribumi lainnya.
kebahagian masa depannya. Pieter Elberveld ditampilkan sebagai
Citra perempuan dalam bingkai kekua- orang yang gila hormat dan ingin berkuasa,
saan kolonial erat hubungannya dengan simbol tetapi tidak memiliki harta yang banyak. Dia
perempuan sebagai tanah jajahan (Loomba, dianggap sebagai pemberontak dan pengacau
2003:196-197). Hal ini juga dialami oleh ibu sehingga pantas untuk dihukum mati. Pelabelan

16
Representasi dalam Cerita Pieter Elberveld ... (Dwi Susanto)

ini juga didukung oleh kenyataan bahwa dia 2.2. Struktur Ruang dalam Teks Pieter
sebagai orang yang tidak beradab, yakni Elberveld
menelantarkan anaknya, meski dia sangat Lokasi fisik yang pertama muncul dalam
memperhatikan anaknya, Sarina, tetapi dia cerita ini adalah lokasi kota Betawi. Kota
tidak mau mengakuinya. Sifat-sifat ke Eropa- Betawi dilukiskan kota yang becek, penuh
an yang jelek masih melekat pada dirinya genangan air, rawa-rawa belum tertata, dan
ditambah dengan sifat Pribumi yang amat tidak rumah-rumah yang berada di dalam keadaan
terpuji menurut ukuran Eropa kulit putih. seperti itu (hlm.115 dan hlm.116). Lokasi
Berikut adalah salah satu pencitraan Pieter seperti ini dihuni oleh orang Pribumi. Ketika
Elberveld yang muncul dalam teks. hawa kota Betawi tidak nyaman, kota tersebut
dinamakan Koeboeraan orang Europa.
Beroelang-oelang Pieter Elberveld telah Orang Eropa sendiri melarikan diri ke tempat
boeka perhimpoenan rahasia. Ia soedah yang lebih bagus karena tidak tahan ditempat
bagi-bagi djimat, jang katanja ada yang kotor, penuh genangan air, dan hawa yang
mempoenjai kesaktian loear biasa, tapi tidak nyaman.
sabetoelnja tipoe belaka. Lokasi fisik ini menunjukkan dua oposisi,
Pieter Elberveld ada anaknja saorang yakni lokasi yang buruk dan lokasi yang bagus.
Duitsch, sedang iboenja ada saorang Representasi tempat menunjukkan bahwa
prempoean Djawa. Ia poenja tabeat ada lokasi mengandungi sifat-sifat dan tabiat.
djelek sekali, gila hormat dan selamanja Lokasi membawa makna terhadap setiap yang
ingin besar, tapi ia ada mempoenjai dilakukan. Lokasi dianggap label-label yang
banjak kekajaan. mendukung watak, psikologis, tabiat, dan
(PE, 137). kehidupan para penghuninya. Berbagai kondisi
yang dialami pribumi adalah suatu kenyataan
Pemberontakan yang dilakukan oleh dan takdir sehingga perlu ditolong, dibetulkan,
Pieter Elberveld adalah bentuk perlawanan diadabkan, dan diperbaiki. Hal ini semakin
terhadap kekuasaan kolonial Belanda. Dengan mengkokohkan posisi Belanda atas kebera-
memanfaatkan politik identitas, Pieter daan dan perannya di tanah-tanah jajahan.
Elberveld mengacau sistem keamanan dan Lokasi juga membawa label yang bersifat
ketertiban. Tindakan ini adalah wujud dari ideologis dan psikologis. Label ideologis dalam
protes ketidakadilan dan kertetindasan sistem cerita ini berkaitan dengan label agama. Lokasi
kolonial. Melalui citra dari para tokoh pribumi, buruk adalah lingkungan pribumi yang identik
strategi perlawanan yang dilakukan adalah dengan Islam. Sebaliknya, lokasi baik adalah
memanfaatkan citra yang baku sehingga mam- orang Eropa yang identik dengan ras kulit putih
pu dijadikan wacana tandingan terhadap citra dan Kristen. Lokasi juga mengandung arti
kelompok kolonial. politis. Lokasi buruk dianggap memiliki tabiat,
Citra pribumi yang muncul dalam teks PE psikologis, dan ideologis yang buruk dan
tersebut membuktikan bahwa pandangan berbahaya. Hal ini diperkuat dengan sikap
stereotipe terus mendominasi teks. Hal ini pribumi yang berkhianat pada sesamanya
membuktikan bahwa identitas yang muncul (Alie), memberontak Eropa, memusnahkan
adalah satu. Setiap kelompok memiliki iden- seluruh orang Kristen, dan kulit putih Eropa.
titas yang sudah baku. Nada homegenitaslah Hal itu adalah salah satu bukti bahwa repre-
yang muncul dalam teks PE sehingga identitas sentasi lokasi juga mengkondisikan posisi
bersifat esensial. Dengan demikian, PE ini tidak pribumi sebagai kelompok yang dianggap
mencerminkan sikap heterogenitas. bersalah dan tidak patuh.

17
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 20, No. 1, Juni 2008: 11-23

Politik lokasi adalah salah satu politik penganutnya. Sejarah membuktikan bahwa
untuk menyatakan kekuatan dan mengesahkan Islam pernah berjaya berabad-abad di Eropa.
peran sebagai penjaga dan pengatur Hal ini membuat takut pihak Eropa yang
kehidupan. Posisi dan peran itu semakin menganggap merusak eksistensi dirinya
terbukti dan ditujukkan melalui penangkapan sebagai pihak yang berkuasa, unggul, ber-
Pieter Elberveld. Tempat penangkapan Pieter budaya tinggi, terhormat, bermartabat, dan
Elberveld berada di lokasi tempat pribumi dan beradab. Sementara Islam mempunyai cara
diadili di tempat orang Eropa. Perpindahan pandang yang bertentangan dengan cara pan-
tempat yang tejadi pada diri Pieter Elberveld dang Eropa. Belanda takut terhadap pembe-
dan para pengikutnya menujukkan bahwa dia rontakan dan pengaruh Islam sehingga mereka
berpindah dari tempat buruk menuju tempat menciptakan kondisi dan tempat bagi Islam.
yang mulia. Dia telah diadabkan dan dipe- Anggapan perang suci dibenak Eropa menjadi
ringatkan. Lokasi pribumi membuktikan diri suatu ketakutan sehingga mereka menjebak
sebagai tempat yang dihuni oleh pembangkang, dan menyebarkan efek-efek tekstual yang
pemberontak, dan orang yang tidak beradab. negatif melalui kekalahan dan pemberontakan
Perpindahan Pieter Elberveld dan para haji Pieter Elberveld ini (Shihab, 1997).
yang dihukum mati adalah simbolisasi bahwa Pemberontakan Pieter Elberveld itu
(orang) Islam adalah buruk, pemberontak, dan bertujuan untuk mengkondisikan bahwa
berideologi yang membahayakan sehingga perbuatan yang berhubungan dengan politik,
perlu dicurigai dan dimusnahkan. Kematian kekuasaan, dan ideologi adalah hal sangat
Pieter Elberlveld dilokasi Eropa adalah bukti terlarang dan berbahaya. Untuk mendukung
bahwa lokasi itu adalah sumber kekuasaan citra itu, Eropa melakukan tindakan dengan
untuk mengatur, mengadabkan, dan mengon- cara menghukum mati. Hukuman tersebut
trol segala sendi kehidupan pribumi. Kematian diumumkan dan disaksikan oleh banyak
Sarina di tempat pribumi yang dikelilingi oleh orang. Hal ini akan memberikan dampak
haji menunjukkan bahwa meski tidak men- psikologis dan pikiran orang untuk tidak
dapatkan hukuman Eropa, dia menerima mengulangi perbuataan Pieter Elberveld dengan
hukuman psikologis atau alam. Fenomena ini para pengikutnya. Secara politis, tindakan yang
juga menujukkan bahwa perempuan dalam dilakukan oleh penguasa Eropa semakin
posisi apapun tetap dianggap sebagai pihak membenarkan posisi dan keberadaanya seba-
yang termarjilnalkan. Lokasi juga mampu gai pengatur kehidupan pribumi. Eropa
merepresentasikan posisi perempuan. mendapat pengakuan dan pengesahan diri.
Penyebutan bangsa Eropa, bangsa Jawa,
2.3. Tujuan Teks Pieter Elberveld dan bangsa Tionghoa merupakan kata ras.
Penyebutan pribumi sebagai orang Islam Kata bangsa mengandung arti bahwa yang
adalah salah contoh citra pada penyebutan hidup di situ bukan hanya manusia yang berbeda
nama. Islam dianggap sebagai ideologi yang ras, tetapi memiliki ikatan emosional, sifat
berbahaya yang berisi peperangan dan bersatu, kebersamaan, dan dalam satu wadah
pembunuhan. Islam diibaratkan sebagai yang satu. Bangsa dijadikan tujuan untuk
kelompok orang yang berhaluan kiri. Islam mengunggulkan sifat kelompok manusia.
itu hidup dengan membawa dua hal: di tangan Dengan kata bangsa lebih mudah untuk
kanan adalah pedang dan di tangan kiri adalah menundukkan dan mengatur. Kata ini mengan-
ajaran Nabi Muhammad. dung konotasi bahwa ada sifat pendudukan,
Penyebutan Islam ini bertujuan untuk penaklukan, ketertundukan, dan penundukan
menghancurkan dan membunuh karakter terhadap kelompok ras. Hal ini memberikan

18
Representasi dalam Cerita Pieter Elberveld ... (Dwi Susanto)

dampak secara historis yang cukup kuat dalam beradab, dan tidak manusiawi yang pantas
benak dan hati para anggota ras. dihancurkan dan dihukum mati. Peristiwa
pemberontakan tersebut digambarkan sebagai
2.4 Momen Sejarah dalam Teks Pieter peristiwa pemusnahan orang-orang kulit putih
Elberveld yang beragama Kristen. Penghadiran momen
Momen sejarah yang digunakan dalam ini dibuktikan dengan mengistilahkan Islam
cerita ini adalah pemberontakan Pieter sebagai pihak yang memberontak. Islam dimo-
Elberveld yang dibantu oleh orang-orang bilisasi dan dijadikan alat untuk mengokohkan
pribumi. Peristiwa ini dihadirkan sebagai peris- kesalahan Pribumi. Penghadiran ini mengang-
tiwa yang tidak seharusnya terjadi. Represen- gap bahwa Islam dan Nabi Muhammad-lah
tasi momen sejarah ini dilukiskan dengan cara yang telah mengajarkan mereka untuk
pihak yang memberontak akan kalah dan memusnahkan ras manusia yang lain yang
dihukum mati. Pihak Eropa dilukiskan dengan berbeda keyakinan dengan mereka.
kegagahan dan kekuataan yang luar biasa. Momen sejarah tersebut didukung de-
Kelompok Pieter Elberveld mengang-gap ngan gambaran pikiran dan perilaku orang
bahwa pemberontakan tersebut adalah jihad pribumi (orang Islam). Mereka digambarkan
dalam pandangan Islam. Jihad tersebut melakukan tindakan yang tidak logis dan sulit
bertujuan untuk memusnahkan kelompok untuk dibuktikan secara empiris. Mereka
Kristen dan Eropa. Dengan mengusir dan me- digambarkan menyebarkan berbagai jimat dan
musnahkan kelompok tersebut, Pieter Elber- jampi-jampi untuk pelindung. Berbagai jimat
veld akan mendirikan satu pemerintahan tersebut digunakan untuk melindungi diri, kebal
kekuasaan yang homogen atau satu budaya. dari senjata apapun, dan untuk keselamatan
Identitas dalam teks ini bernada homogen (hlm. 137). Tindakan ini digambarkan sebagai
sehingga memunculkan fakta esensialisme. upaya Piter Elberveld untuk memperoleh
Pelukisan momen ini mengambarkan dukungan dan simpatik. Anggapan Eropa ter-
bahwa pihak yang memberontak pasti kalah sebut dibuktikan dengan kepandaian dan
karena mereka tidak mungkin untuk kecerdikan Eropa dalam bermain detektif-
mengalahkan Eropa meskipun jumlah mereka detektif-an. Ketidaklogisan tindakan pribumi
banyak, sekitar 17.000 orang. Pihak Pribumi dengan menyebar jimat ini membuktikan bahwa
selalu kalah karena diantara mereka pasti ada pribumi memang tidak beradab, takayul, suka
yang mengkhianati. Hal ini disebabkan mental mistik, dan semua itu tidak berguna. Semua itu
dan beban psikologis mereka tak sebanding dapat ditundukkan oleh orang Eropa dengan
dengan pihak Eropa yang lebih dewasa. cara yang lebih logis, nyata, dan bermartabat.
Eropa juga dilukiskan sebagai pendiri kota Momen sejarah ini juga didukung oleh
Betawi dan Jakarta. Mereka adalah penemu pikiran dan pandangan Eropa dan pribumi.
dan pendiri kota Betawi dan Jakarta yang Eropa dianggap pembawa kebenaran dengan
gagah dan kuat. Mereka mengontrol dan penyelidikan-penyelidikan logis dan pribumi
memerintah segala lini-lini kehidupan kotanya. dianggap sebagai orang-orang yang memiliki
Dengan demikian, pemberontakan yang terjadi pikiran tidak logis dan mistis sehingga mereka
di wilayah yang mereka kuasai adalah tindakan tidak mampu menjalankan segala tindakannya.
yang pantas untuk dimusnahkan. Hal tersebut terbukti dengan kegagalan dan
Penghadiran peristiwa pemberontakan kematian Pieter Elberveld dengan para pengi-
tersebut tidak hanya dianggap sebagai tindakan kutnya. Hal itu juga membuktikan bahwa jimat-
yang salah, tetapi semakin dihadirkan sebagai jimat untuk keselamatan dan kebal senjata
tindakan yang tidak berperikemanusian, tidak tidak terbukti kebenarannya.

19
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 20, No. 1, Juni 2008: 11-23

2.5 Strategi dan Nada Teks Pieter membenarkan, dan mendukung timbul dalam
Elberveld pikiran mereka. Mereka akan beranggapan
Strategi yang digunakan dalam pence- sudah salayaknya Pieter Elberveld berserta
ritaan ini adalah pemunculan berbagai efek pengikutnya mendapatkan balasan sebab dia
tekstual melalui momen naratif dan representasi akan memusnahkan ras Eropa dan menghan-
citra. Strategi berupa penghadiran kembali curkan orang Kristen yang berbeda keyakinan.
yang semakin memojokkan pihak pribumi Sekuat apa pun dan setangguh apa pun
sebagai pihak yang bersalah adalah salah satu Pieter Elberveld tetaplah kalah. Hal ini
dari strategi yang digunakan. Dengan memberikan pemahaman mengenai sifat dan
memojokkan dan menciptakan citra yang nasib Pieter Elberveld dan para pengikutnya.
buruk dan kurang beradab, hal ini menyebab- Takdir dan nasib sudah ditentukan dan yang
kan pandangan dan persepsi seseorang menentukan tersebut adalah pihak Belanda
berubah dan mempengaruhi penilaian. Dengan (Eropa). Hal ini terlihat dari nada yang tercipta
berubahnya penilaian akibat berbagai yakni kengerian, ketakutan, dan nasib tragis
representasi citra, momen naratif, dan berbagai dari Pieter Elberveld dan pendukungnya. Di
bentuk keburukan yang ditimbulkan dari efek sini berlaku hukum yang mengatakan bahwa
tekstual ini, cerita Pieter Elberveld ini menga- pihak yang benar akan menang dan pihak yang
rahkan pada pemahaman yang membenarkan salah akan kalah. Oposisi tersebut pada
dan menyatakan bahwa kejadian tersebut dasarnya telah tercipta sebelum pemberon-
adalah fakta adanya. takan ini terjadi. Hal ini dikatakan di awal cerita
Penghadiran kembali citra, streotipe, dan bahwa pihak Belanda atau Eropa adalah pihak
berbagai hal dalam teks naratif ini juga didukung yang mendirikan kota, menemukan kembali,
dengan suasana yang tercipta. Nada yang membangun, dan menjaganya dengan gagah
menimbulkan efek ketakutan, kekejaman, dan pekasa (hlm. 113).
ketidakmanusiawian yang dilakukan oleh Oposisi yang menempatkan Pieter
pemberontak dengan memusnahkan seluruh Elberveld pada posisi buruk dan salah ber-
orang Eropa adalah salah satu bentuk yang sama pribumi dan ideologi Islam-nya memberi
mendukung strategi pengahadiran. Nada itu pembenaran pada takdir dan hukum Tuhan di
menimbulkan kebencian, traumatis, ketakutan, alam. Hal ini semakin mengokohkan dan
dan kengerian dari pembaca. Pembaca tidak mengunggulkan citra Eropa di tanah yang
akan menyetujui dan mengutuk tindakan dibangun dan dimilikinya, yakni Betawi dan
pemberontakan Pieter Elberveld, para bang- Jakarta. Sifat-sifat alamiah dan ilahi (takdir
sawan Jawa, haji, dan pribumi lainnya. Hal ini Tuhan) ini merupakan strategi yang kuat dan
membawa efek kepada pembenaran tindakan tepat untuk mecipatkan keteburukan pada sifat
pemusnahan orang yang memberontak. dan piranti-piranti yang dimiliki oleh pihak
Penghadiran yang ditujukan melalui citra pribumi. Apalagi hal ini juga didukung oleh nada
Eropa sebagai penjaga keamanan, pengatur, dan suasana yang tercipta dalam momen-
pendiri, dan pemiliki wilayah Betawi dan momen naratifnya.
Jakarta lebih mendapat simpatik dan du- Narasi-narasi yang menimbulkan kenge-
kungan. Pemberontakan yang menyebarkan rian tersebut layak untuk dihancurkan. Ini
teror, ketakutan, dan kengerian patut dihancur- adalah salah satu strategi yang ada yang akan
kan. Dengan menghadirkan suasana kematian menimbulkan efek tekstual pada benak,
para pemberontak, nada yang tercipta adalah pikiran, dan jiwa pembacanya. Penghadiran
bahwa orang akan merasa takut dan juga dua citra yang beroposisi ini merupakan bagian
mendukung tindakan tersebut. Rasa simpatik, dari strategi dan nada yang tercipta. Perten-

20
Representasi dalam Cerita Pieter Elberveld ... (Dwi Susanto)

tangan dua hal yang beroposisi, yakni baik dan nakan strategi permainan identitas, pihak
buruk, adab dan beradab, dan juga kuasa dan pribumi yang dipimpin oleh Pieter Elberveld
lemah, pasti dimenangkan oleh pihak yang mengacau sistem keamanan dan ketertiban
kuat, beradab, dan berkuasa meskipun pihak pihak kolonial. Konstruksi putih adalah
tersebut adalah pihak yang salah dan menjajah. kebenaran berusaha dibongkar dan ditentang
Efek tekstual seperti ini adalah salah satu oleh Pieter Elberveld. Dalam konteks inilah,
bentuk narasi yang ada dalam cerita pada masa Pieter Elberveld adalah pahlawan. Dengan
kolonial. Kesadaran dan pikiran pembaca menggunakan identitas sebagai Indo-Muslim,
terbawa pada efek-efek negatif dari teks. Pieter Elbeverld sesungguhnya menjalankan
Dengan melakukan pembacaan yang terus konsep jihad.
menerus akan dijumpai berbagai kejanggalan, Dari analisis repesentasi tersebut dapat
keburukan, dan penyimpangan narasi dan dirumuskan bahwa teks tersebut bersifat
momen sejarah, baik fisik dan mental, pada homogen yang diwujudkan dalam citra yang
masyarakat yang terjajah. Dengan demikian sterotipe. Permainan politik terlihat dari tin-
strategi yang tercipta dalam nada, citra, momen dakan tokoh Pieter Elberverd dengan cara
naratif, lokasi, dan berbagai hal yang ada dalam mengacaukan sistem keamanan dan keter-
teks menunjukkan sifat yang memihak dan tiban pihak Belanda. Nada dari sang narator
menimbulkan efek tekstual yang negatif pada dan yang tercipta dari teks PE ini adalah nada
pembaca pribumi. Sebaliknya, jika dilakukan yang memihak Belanda. Ambivalensi tokoh
dengan pembacaan yang terus menerus akan Pieter Elberved adalah alat yang tepat untuk
menimbulkan efek positif bagi pembaca mempermainkan identitasnya guna melakukan
pribumi. Mereka akan menyadari bahwa teks protes dan peberontakan terhadap kekuasaan
naratif Pieter Elberveld merepresentasikan Sang Kolonial. Semua itu terlihat dari repre-
kehidupan mereka yang telah dimanipulasi, sentasi melalui citra, momen sejarah, tujuan,
dikondisikan, ditempatkan, dan bentuk sede- nada, dan strategi.
mikian rupa sehingga menimbulkan pemikirian, Narasi yang terdapat dalam teks ini
anggapan, dan persepsi yang menjadi sebuah memiliki makna ganda. Pertama, narasi pen-
fakta kehidupan yang sebenarnya. ceritaan dalam teks ini menunjukkan bahwa
Nada teks PE yang terutama adalah po- teks ini mendukung konstruksi whiteness is
sisi sang narator yang mendukung pengkon- rightness. Kedua, dengan membaca ber-
struksian bahwa putih adalah benar. Nada ulang-ulang dan menggunakan perspektif
ini diwujudkan dalam strategi tekstual dari teks pascakolonial, teks Pieter Elberveld ini juga
PE. Semua itu bertujuan untuk menciptakan memberikan ruang bagi suara-suara yang lain.
dan mengekalkan dua oposisi ciptaan yang Suara itu antara lain adalah politik identitas,
berlawanan, yakni antara Sang Barat dan Sang negosiasi identitas, dan strategi perlawanan
Pribumi. Dampak selanjutnya adalah sebagai yang digunakan oleh Pieter Elberveld dan
pembenar atas tindakan pengadaban Sang kelompoknya. Politik identitas (Islam, ruang,
Barat terhadap Sang Timur. Jadi, teks ini me- dan pakaian) dan strategi perlawanan itu
miliki bias ideologi yang pro-kolonial sehingga merupakan simbol untuk menentang
berpotensi sebagai alat propaganda politik. kekuasaan imperialisme dan strategi kolonial
untuk memecah belah dan mengendalikan Sang
3. Simpulan Lain. Narasi oleh narator dalam teks ini me-
Representasi yang muncul dalam PE nunjukkan bias ideologi. Narator sendiri dalam
adalah perlawanan pihak pribumi terhadap teks ini memiliki sifat pro-kolonial.
penguasa kolonial, Belanda. Dengan menggu-

21
Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 20, No. 1, Juni 2008: 11-23

DAFTAR PUSTAKA

Abeyeskere, Susan. 1989. Jakarta: A History. Singapore: Oxford University Press

Arif, Junus Nur. 1968. Kisah Pieter Erbervelt Kasus Rencana Makar di Zaman Penjajahan
dalam Intisari, September 1968

Boxer, C.R. 1979. Jan Compagnie in War and Peace 1602-1799: A Short History of he
Dutch East-India Company. Hokong: Heinamann Asia

Ejikman, A.J. dan F.W. Stapel. 1939. Leerboek der Geschiedenis van Nederlandsch-Indie,
(edisi revisi oleh F.W. Stapel). Groningen-Batavia: J.D. Wolters

Hadisutjipto. 1970. Pieter Elberverld: Mentjoba Meraih Bintang. Djakarta: Pemerintah


Daerah Chusus Ibukotta Djakarta, Dinas Museum dan Sedjarah

Horton, William Broadley. 2003. Pieter Elberveld: the Modern Adventure of An Indonesia
Hero dalam Indonesia Number 76 October 2003, SEAP

Hueken, Adolf. 1982. Historical Sites of Jakarta. Jakarta: yayasan Cipta Loka Caraka

Jedamski, Doris. 1992. Balai Pustaka A Colonial Wolf in Sheeps Clothing dalam Achipel
44.

Lan, Nio Joe. 1958. Sastera Indonesia-Tionghoa. Djakarta: Gunung Agung.

Locher-Scholten, Elsbeth. 1992. The Nyai in Colonial Deli: A Case of Supposed Mediation
dalam Sita van Bemmelen dkk. (edt.) Women and Mediation in Indonesia. Leiden:
KITLV.

Lombard, Denys. 2005. Nusa Jawa: Silang Budaya I. Jakarta: Gramedia.

Ritter, W.L. 1843. Pieter Elberverld dalam Indische Herinneringen, Aanteekeningen en


Tafereelen uit Vroegeren n Lateren Tijd. Amsterdam: J.C.van Kesteren

Rosidi, Ajip. 1964. Ikhtisar Sejarah Sastra Indonesia. Bandung: Binacipta.

Salmon, Claudine. 1981. Literature in Malay by The Chinese of Indonesia: a provisional


annotated bibliography. Paris: Editions de la Masion des Sciences de lHomme

Sianipar, Gading. 2004. Mendefinisikan Pascakolonialisme? dalam Mudji Sutrisno dan Hendar
Putranto (edt.) 2004. Hermeneutika Pascakolonilaisme: Soal Identitas. Yogyakata:
Kanisius

Spivak, Gayatri C. 1990. The Post-Colonial Critic: Interviews, Strategies, Dialogues (edt.
Sarah Harasym). New York and London: Routledge

22
Representasi dalam Cerita Pieter Elberveld ... (Dwi Susanto)

Sunoto, Siti Faizah. 1994. Seri Roman Melayu Lama dalam Text From The Islands. Woflgang
Marschall (edt.) 1994. Bern

Tio Ie Soie. 2003. Pieter Elberveld dalam Pramoedya Ananta Toer. Tempo Doeloe. Jakarta:
Lentera Dipantara

23

Anda mungkin juga menyukai