Makalah Biofungsi KLMPK 1
Makalah Biofungsi KLMPK 1
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah memerlukan makanan untuk
melangsungkan kehidupannya dalam memperoleh energi. Energi ini diperoleh dari makanan
yang dikonsumsi organism lewat suatu system yang disebut Digestion atau yang lebih dikenal
dengan system pencernaan. Pada pencernaan tersangkut suatu seri proses mekanis dan
kimiawi dan dipengaruhi oleh banyak faktor.
Tahapan penecernaan ini meliputi beberapa tahapan, yaitu tahapan yang pertama
pengolahan makanan dan tahapan kedua adalah proses perombakan makanan meenjadi
molekul-molekul yang cukup kecil sehingga dapat diserap oleh tubuh.
Berdasarkan ada tidaknya tulang belakang maka hewan dibagi menjadi dua yaitu
invertebrata dan vertebrata. Pada pembahasan kali ini akan dibahas tentang system
pencernaan pada hewan vertebrata dan invertebrata. Hewan vertebara terdiri atas lima kelas
yaitu amfibi, aves, reptil, pisces dan mamalia sedangkan pada invertebrata terbagi kedalam
sembilan phylum yaitu : Porifera, Coelentrata, Platyhelminthes, Nemathelhelminthes,
Annelida, Artropoda, Mollusca, Echinodermata.
Masing-masing individu ini memiliki system pencernaan yang berbeda-beda yang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, hal inilah yang melatarbelakang kami untuk membahas
materi ini.
BAB II
ISI
3) Lambung
Lambung atau ventrikulus berupa suatu kantong yang terletak di bawah sekat rongga
badan. Fungsi lambung secara umum adalah tempat di mana makanan dicerna dan sejumlah
kecil sari-sari makanan diserap. Lambung dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah
kardia, fundus dan pilorus. Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari
kerongkongan . Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat. Pilorus adalah bagian
bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari duodenum.
Dinding lambung tersusun menjadi empat lapisan, yakni mucosa, submucosa,
muscularis, dan serosa. Mucosa ialah lapisan dimana sel-sel mengeluarkan berbagai jenis
cairan, seperti enzim, asam lambung, dan hormon. Lapisan ini berbentuk seperti palung untuk
memperbesar perbandingan antara luas dan volume sehingga memperbanyak volume getah
lambung yang dapat dikeluarkan. Submucosa ialah lapisan dimana pembuluh darah arteri dan
vena dapat ditemukan untuk menyalurkan nutrisi dan oksigen ke sel-sel perut sekaligus untuk
membawa nutrisi yang diserap, urea, dan karbon dioksida dari sel-sel tersebut. Muscularis
adalah lapisan otot yang membantu perut dalam pencernaan mekanis.
Lapisan ini dibagi menjadi 3 lapisan otot, yakni otot melingkar, memanjang, dan
menyerong. Kontraksi dan ketiga macam lapisan otot tersebut mengakibatkan gerak
peristaltik (gerak menggelombang). Gerak peristaltik menyebabkan makanan di dalam
lambung diaduk-aduk. Lapisan terluar yaitu serosa berfungsi sebagai lapisan pelindung perut.
Sel-sel di lapisan ini mengeluarkan sejenis cairan untuk mengurangi gaya gesekan yang
terjadi antara perut dengan anggota tubuh lainnya.
Di lapisan mucosa terdapat 3 jenis sel yang berfungsi dalam pencernaan, yaitu sel
goblet [goblet cell], sel parietalparietal cell], dan sel chief [chief cell]. Sel goblet berfungsi
untuk memproduksi mucus atau lendir untuk menjaga lapisan terluar sel agar tidak rusak
karena enzim pepsin dan asam lambung. Sel parietal berfungsi untuk memproduksi asam
lambung [Hydrochloric acid] yang berguna dalam pengaktifan enzim pepsin. Diperkirakan
bahwa sel parietal memproduksi 1.5 mol dm-3 asam lambung yang membuat tingkat
keasaman dalam lambung mencapai pH 2. Sel chief berfungsi untuk memproduksi
pepsinogen, yaitu enzin pepsin dalam bentuk tidak aktif. Sel chief memproduksi dalam
bentuk tidak aktif agar enzim tersebut tidak mencerna protein yang dimiliki oleh sel tersebut
yang dapat menyebabkan kematian pada sel tersebut.
Di bagian dinding lambung sebelah dalam terdapat kelenjar-kelenjar yang
menghasilkan getah lambung. Aroma, bentuk, warna, dan selera terhadap makanan secara
refleks akan menimbulkan sekresi getah lambung. Getah lambung mengandung asam
lambung (HCI), pepsin, musin, dan renin. Asam lambung berperan sebagai pembunuh
mikroorganisme dan mengaktifkan enzim pepsinogen menjadi pepsin. Pepsin merupakan
enzim yang dapat mengubah protein menjadi molekul yang lebih kecil. Musin merupakan
mukosa protein yang melicinkan makanan. Renin2+ dari susu sehingga dapat dicerna oleh
pepsin. Tanpa adanya renim susu yang berwujud cair akan lewat begitu saja di dalam
lambuing dan usus tanpa sempat dicerna. merupakan enzim khusus yang hanya terdapat pada
mamalia, berperan sebagai kaseinogen menjadi kasein. Kasein digumpalkan oleh Ca.
Kerja enzim dan pelumatan oleh otot lambung mengubah makanan menjadi lembut
seperti bubur, disebut chyme (kim) atau bubur makanan. Otot lambung bagian pilorus
mengatur pengeluaran kim sedikit demi sedikit dalam duodenum. Caranya, otot pilorus yang
mengarah ke lambung akan relaksasi (mengendur) jika tersentuk kim yang bersifat
asam.Sebaliknya, oto pilorus yang mengarah ke duodenum akan berkontraksi (mengerut) jika
tersentu kim. Jadi, misalnya kim yang bersifat asam tiba di pilorus depan, maka pilorus akan
membuka, sehingga makanan lewat. Oleh karena makanan asam mengenai pilorus belakang,
pilorus menutup. Makanan tersebut dicerna sehingga keasamanya menurun. Makanan yang
bersifat basa di belakang pilorus akan merangsang pilorus untuk membuka. Akibatnya,
makanan yang asam dari lambung masuk ke duodenum. Demikian seterusnya. Jadi, makanan
melewati pilorus menuju duodenum segumpal demi segumpal agar makanan tersebut dapat
tercerna efektif. Seteleah 2 sampai 5 jam, lambung kosong kembali.
a. Esofagus
b. Kardia
c. Fundus
d. Selaput lender
e. Otot lapisan
f. Lambung mukosa
g. Tubuh perut
h. Pilorik antrum
i. Pilorus
j. Usus dua belas jari (duodenum)
4) Usus
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum). Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.
Usus halus dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
Usus dua belas jari (bahasa Inggris: duodenum) adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo
duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.Usus dua belas jari merupakan organ
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus
dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Di bagian ini terdapat beberapa enzim yang sangat di butuhkan dalam proses
pencernaan, antara lain :
a. Enterokinase, untuk mengaktifkan tripsinogen yang dihasilkan pankreas;
b. Erepsin atau dipeptidase, untuk mengubah dipeptida atau pepton menjadi asam
amino;
c. Laktase, mengubah laktosa menjadi glukosa;
d. Maltase, berfungsi mengubah maltosa menjadi glukosa;
e. Disakarase, mengubah disakarida menjadi monosakarida;
f. Peptidase, mengubah polipeptida menjadi asam amino;
g. Lipase, mengubah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak;
h. Sukrase, mengubah sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa.
Usus kosong atau jejunum
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua
dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan
(ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter
adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam
tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus
dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara
histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar
Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong
dan usus penyerapan secara makroskopis.
Usus penyerapan (bahasa Inggris: ileum) adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, )duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus
buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu. Ileum memiliki panjang sekitar 2-4
m.
5) Anus
Proses pengeluaran sisa sisa makanan melalui anus.
Glandula digestoria (kelenjar pencernaaan) :
a. Glandula salivarae kelenjar ludah
b. Glandula mucosae : terdapat pada dinding sebelah dalam dari ventriculus dan
intestinum (terutama intestinum tenue)
c. Hepar (hati) : suatu kelenjar yang besar berwarna kecoklat-coklatan terletak di
sebaelah kanan dibawah diafragma, terbagi atas beberapa lobi. Dari tiap lobi terdapat
ductus hepaticus yang mengeluarkan sekresi ke vesica vellea (kantong empedu). Dari
sini akan keluar ductus cysticus yang selanjutnya akan bertemu dengan ductus
pancreaticus bersama membentuk ductus cholidocus yang bermuara di bagian cranial
duodenum.
d. Pancreas : kelenjar ini terletak antara pars ascendens dan pars descendens dari
duodenum berwarna merah muda, bersaluran yang disebut ductus pancreaticus yang
akhirnya bersatu dengan ductus cysticus membentuk ductus cholidocus. Saluran yang
terakhir itu akan menuangkan sekresinya ke duodenum. Kecuali itu pada pancreas
terdapat sel yang disebut insulae langerhensi (island of langerheng) menghasilkan
sekresi (hormone) berupa insulin yang berlangsung masuk pembuluh darah.
Berdasarkan susunan giginya, terlihat bahwa sapi (hewan memamah biak) tidak
mempunyai gigi seri bagian atas dan gigi taring, tetapi memiliki gigi geraham lebih banyak
dibandingkan dengan manusia
Banyaknya gigi geraham ini sesuai dengan fungsinya untuk mengunyah makanan
berserat, yaitu penyusun dinding sel tumbuhan yang terdiri atas 50% selulosa.
Jika dibandingkan dengan kuda, faring pada sapi lebih pendek.
Esofagus (kerongkongan) pada sapi sangat pendek dan lebar serta lebih mampu
berdilatasi (mernbesar).
Esofagus berdinding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sekitar 5 cm.
Lambung sapi sangat besar, diperkirakan sekitar 3/4 dart isi rongga perut.
Lambung mempunyai peranan penting untuk menyimpan makanan sementara yang
akan dimamah kembali (kedua kali).
Selain itu, pada lambung juga terjadi proses pembusukan dan peragian.
Lambung ruminansia terdiri atas 4 bagian, yaitu
a. Rumen
b. Retikulum
c. Omasum
d. Abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan
alamiahnya.
1) Kapasitas rumen 80%, retikulum 5%, omasum 7-8%, dan abomasum 7-8%.
2) Pembagian ini terlihat dari bentuk gentingan pada saat otot sfinkter
berkontraksi.
3) Makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai
gudang sementara bagi makanan yang tertelan.
4) Di rumen terjadi pencernaan protein, polisakarida, dan fermentasi selulosa
oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa tertentu.
5) Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan
akan dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus).
6) Bolus akan Dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali.
7) Dari mulut makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum.
8) Pada omasum terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan
bercampur dengan bolus.
9) Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya
dan di tempat ini masih terjadi proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh
enzim
10) Selulase yang dihasilkan oleh mikroba (bakteri dan protozoa) akan merombak
selulosa menjadi asam lemak.
11) Akan tetapi, bakteri tidak tahan hidup di abomasum karena pH yang sangat
rendah, akibatnya bakteri ini akan mati, namun dapat dicernakan untuk
menjadi sumber protein bagi hewan pemamah biak.
12) Dengan demikian, hewan ini tidak memerlukan asam amino esensial seperti
pada manusia.
Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti
pada sapi untuk fermentasi seluIosa.
1) Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada
sekum yang banyak mengandung bakteri.
2) Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung.
3) Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan
selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum.
4) Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan
sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu.
5) Pada kelinci dan marmut, kotoran yang telah keluar tubuh seringkali dimakan
kembali.
6) Kotoran yang belum tercerna tadi masih mengandung banyak zat makanan, yang akan
dicernakan lagi oleh kelinci.
7) Sekum pada pemakan tumbuh-tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan sekum
karnivora.
8) Hal itu disebabkan karena makanan herbivora bervolume besar dan proses
pencernaannya berat, sedangkan pada karnivora volume makanan kecil dan
pencernaan berlangsung dengan cepat.
Usus pada sapi sangat panjang, usus halusnya bisa mencapai 40 meter. Hal itu
dipengaruhi oleh makanannya yang sebagian besar terdiri dari serat (selulosa).
Enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri ini tidak hanya berfungsi untuk mencerna
selulosa menjadi asam lemak, tetapi juga dapat menghasilkan bio gas yang berupa
CH4 yang dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh
organisme bersama feses, sehingga di dalam feses (tinja) hewan yang mengandung
bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH4 (gas bio).
Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur dengan
ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan ruminansia
sama sekali tidak mengandung ptyalin).
Ptialin mencerna pati menjadi maltosa dan dekstrin.
Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung.
Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga
dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.
Mikroorganisme dalam rumen merombak selulosa untuk membentuk asam-asam
lemak terbang.
Mikroorganisme tersebut mencerna pula pati, gula, lemak, protein dan nitrogen bukan
protein untuk membentuk protein mikrobial dan vitamin B.
Tidak ada enzim dari sekresi lambung ruminansia tersangkut dalam sintesis mikrobial.
Amilase dari pankreas dikeluarkan ke dalam bagian pertama usus halus (duodenum)
yang kemudian terus mencerna pati dan dekstrin menjadi dekstrin sederhana dan
maltosa.
Enzim-enzim lain dalam usus halus yang berasal dari getah usus mencerna pula
karbohidrat.
Enzim-enzim tersebut adalah
a. Sukrase (invertase) yang merombak sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.
b. Maltase yang merombak maltosa menjadi glukosa
c. Laktase yang merombak laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Pada hewan memamah biak, lambungnya terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
a. Rumen: bagian lambung tempat penghancuran makanan secara mekanis
b. Retikulum: bagian lambung tempat pencernaan selulosa oleh bakteri
c. Omasum: bagian lambung tempat pencernaan secara mekanik
d. Abomasum: bagian lambung tempat terjadinya pencernaan secara kimiawi dengan
bantuan enzim dan HCl yang dihasilkan oleh dinding abomasum.
Jadi makanan dari kerongkongan akan masuk rumen yang berfungsi sebagai gudang
sementara bagi makanan yang tertelan. Di rumen terjadi pencernaan protein,polisakarida, dan
fermentasi selulosa oleh enzim selulase yang dihasilkan oleh bakteri dan jenis protozoa
tertentu. Dari rumen, makanan akan diteruskan ke retikulum dan di tempat ini makanan akan
dibentuk menjadi gumpalan-gumpalan yang masih kasar (disebut bolus).
Bolus akan dimuntahkan kembali ke mulut untuk dimamah kedua kali. Dari mulut
makanan akan ditelan kembali untuk diteruskan ke omasum. Pada omasum terdapat kelenjar
yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan
diteruskan ke abomasum, yaitu perut yang sebenarnya dan di tempat ini masih terjadi proses
pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim.