Disusun oleh:
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
Malang
2016
A. SKEMA PENGKODEAN DATA
1. SISTEM TANPA KODE
Perusahaan-perusahaan memproses volume besar transaksi dan akun-
akun yang memiliki atribut mirip dengan perusahaan lain dalam kelas yang
sama. Pada kenyataannya, atributatribut umum ini merupakan basis untuk
pengkiasifikasian akun-akun dan transaksi seperti itu. Misalnya, suatu file
piutang dagang perusahaan dapat berisi akun-akun untuk beberapa
pelanggan yang berbeda dengan nama sama dan alamat serupa. Untuk
memroses transaksi dengan akurat dengan akun-akun yang benar,
perusahaan harus mampu membedakan antara akun satu dengan yang lain.
Pekerjaan ini menjadi sangat sulit ketika jumlah atribut dan item-item yang
mirip bertambah banyak.
Hal ini tidak berarti bahwa informasi rinci tentang persediaan dan
pemasok tidak penting bagi organisasi. Tentu saja perlu! Fakta-fakta ini akan
disimpan dalam file referensi dan digunakan untuk tujuan-tujuan seperti
persiapan daftar suku cadang, katalog, tagihan bahan baku, dan informasi
surat menyurat. Namun, memasukkan Tindall ini akan mengacaukan
pemrosesan transaksi dan terbukti disfungsional.
Melalui contoh sederhana ini, kita mulai melihat pentingnya
pengkodean data. Sebagian penggunaan kode yang umum adalah:
a. Dengan tepat mewakili sejumlah informasi yang kompleks yang jika tidak
akan dikode akan berantakan.
b. Menyediakan sarana akuntabilitas untuk kelengkapan transaksi yang
diproses.
c. Mengidentifikasi transaksi dan akun yang unik dalam satu file.
d. Mendukung fungsi audit dengan menyediakan jejak audit yang efektif.
Database GLS
Database GLS terdiri atas sejumlah file transaksi, file induk, file
referensi dan file arsip.
File induk buku besar umum merupakan file utama dalam database
GLS. Basis dari file ini adalah kode daftar akun perusahaan.
File Sejarah Buku Besar Umum memiliki format yang sama dengan
induk GL. Tujuan utama file ini adalah untuk mewakili laporan keuangan
komparatif dengan basis historis.
File voucher jurnal adalah total voucher jurnal yang diproses pada
periode saat ini. Dengan menyediakan satu record untuk semua transaksi
buku besar umum, file ini melayani tujuan yang sama seperti jurnal buku
besar umum tradisional.
File Voucher Jurnal Historis berisi voucher jurnal untuk periode masa
lalu. Informasi histories ini mendukung tanggung jawab kepengurusan
manajemen untuk menghitung utilisasi sumber daya
File Pusat Pertanggungjawaban berisi data pendapatan, pengeluaran
dan utilisasi sumber daya lainnya untuk setiap pusat pertanggungjawaban
dalam organisasi.
File Anggaran Induk berisi jumlah anggaran untuk pendapatan, biaya,
dan sumber daya lainnya untuk pusat-pusat pertanggungjawaban.
Prosedur GLS
GLS memperbarui proses yang secara konseptual sederhana, seperti
yang ditampilkan oleh sistem manual. Voucher jurnal mengalir dari sistem
pemrosesan transaksi dan sumber lainnya ke departemen buku besar umum.
Secara rutin, ini semua merupakan rangkuman transaksi dari akun-akun
buku besar pembantu dan jurnal-jurnal khusus yang berlokasi di siklus
transaksi. Seperti yang akan kita lihat, transaksi yang jarang terjadi dari
sistem aktiva tetap, bersama dengan jurnal penyesuaian dan jurnal
pembalikan dari sistem pelaporan keuangan, juga memasuki GLS dengan
cara ini.
2. MENGENDALIKAN GL/FRS
Aktivitas-aktivitas GL/FRS secara eklusif merupakan pekerjaan
akuntansi. Tidak seperti pemrosesan transaksi, yang juga melibatkan arus
sumber daya fisik, kekhawatiran kontrol terhadap GL/FRS berkenaan dengan
akurasi dan reliabilitas informasi akuntansi. Eksposur potensial dalam sistem
ini terdiri atas:
a. Jejak audit yang defektif.
b. Akses yang tidak terotorisasi ke buku besar umum.
c. Akun buku besar umum yang tidak seimbang dengan akun buku besar
pembantu.
d. Saldo buku besar umum yang salah karena voucer jurnal yang salah atau
tidak terotorisasi.
Jika tidak dikontrol, eksposur-eksposur ini dapat menyebabkan laporan
keuangan dan laporan-laporan lainnya salah dalam pernyataannya dan
sehingga menyesatkan para pemakai. Konsekuensi potensialnya adalah
penuntutan secara hukum (litigation), kerugian keuangan yang signifikan
bagi perusahaan, dan sanksi dari pihak yang berwenang.
Verifikasi Independen
Voucher jurnal, merangkumkan aktivitas transaksi, mengalir dari
berbagai departemen operasi ke GL/FRS, di mana mereka secara independen
direkonsiliasi dari diposkan ke akun-akun buku besar umum. GL/FRS
menghasilkan dua laporan operasional yang menjadi bukti akan keakuratan
proses ini. Laporan-Iaporan ini adalah daftar voucher jurnal dan laporan
perubahan buku besar umum. Daftar voucher jurnal (journal voucher listing)
memberikan rincian yang relevan tentang setiap voucher jurnal yang
diterima GL/FRS sebagai input. Laporan ihi menyeimbangkan debit dan
kredit transaksi dan, untuk tujuan analisis, mengklasifikasi mereki menurut
batch, tanggal, dan jenis transaksi (misal-nya, penjualan kredit). Laporan
perubahan buku besar umum (general ledger change report) me-nyajikan
efek transaksi voucher jurnal pada akun buku besar umum. Penggunaan
teknologi komputer sangat meningkatkan persiapan laporan-laporan kontrol
yang esensial tersebut dan laporan kompleks lainnya
2. PRINSIP-PRINSIP MANAJEMEN
Prinsip-prinsip manajemen memberikan wawasan pada kebutuhan
informasi manajemen. Prinsip-prinsip yang paling langsung mempengaruhi
MRS antara lain:
a. Formalisasi Pekerjaan
Prinsip formalisasi pekerjaan menunjukkan bahwa pihak manajemen
harus menstrukturkan perusahaan di sekitar pekerjaan yang dilakukannya,
bukannya di sekitar individu dengan keahlian yang unik. Tujuan formalisasi
pekerjaan adalah untuk menghindari suatu struktur organisasi di mana
kinerja, kemampuan, dan eksistensi berkelanjutan perusahaan bergantung
pada individu tertentu.
Implikasi untuk MRS. Formalisasi pekerjaan perusahaan
memungkinkan spesifikasi informasi yang diperlukan untuk mendukung
pekerjaan itu. Jadi, ketika terjadi perubahan personel, informasi yang
diperlukan oleh pegawai baru pada dasarnya akan sama dengan
pendahulunya.
b. Tanggung Jawab dan Otoritas
Prinsip tanggung jawab merujuk ke kewajiban individu untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Tanggung jawab erat terkait dengan prinsip otoritas.
Jika seorang manajer mendelegasikan tanggung jawab ke bawahannya, ia
harus juga memberikan otoritas kepada bawahannya untuk mengambil
keputusan dalam batas-batas tanggung jawab itu.
Implikasi untuk MRS. Prinsip tanggung jawab dan otoritas
mendefinisikan jalur pelaporan vertikal perusahaan di mana informasi
mengalir. Lokasi manajer dalam jalur pelaporan mempengaruhi ruang
lingkup dan rincian informasi yang dilaporkan.
c. Jangkauan Kontrol
Jangkauan kontrol seorang manajer merujuk ke jumlah bawahan yang
langsung di bawah kontrolnya. Ukuran jangkauan berpengaruh pada struktur
fisik organisasi. Perusahaan dengan jangkauan kontrol sempit memiliki
bawahan yang lebih sedikit yang melapor ke pihak manajemen. Perusahaan
ini memiliki struktur yang tinggi, sempit, dengan beberapa lapisan
manajemen. Perusahaan dengan jang-kauan kontrol lebih luas (lebih banyak
bawahan yang melapor ke pihak manajemen) cenderung memiliki struktur
yang lebar, dengan lebih sedikit lapisan manajemen.
Implikasi untuk MRS. Para manajer dengan jangkauan kontrol
sempit erat terlibat dengan rincian operasi dan keputusan spesifik.
Jangkauan kontrol yang luas menghindari manajer dari hal tersebut. Para
manajer dengan jangkauan kontrol sempit memerlukan laporan yang lebih
rinci. Manajer dengan tanggung jawab kontrol luas beroperasi paling efektif
dengan informasi yang lebih ringkas.
d. Manajemen dengan Pengecualian
Prinsip manajemen dengan pengecualian menunjukkan bahwa para
manajer harus membatasi perhatian mereka pada wilayah-wilayah yang
berpotensi ber-masalah (yaitu, pengecualian) daripada terlibat dalam setiap
aktivitas atau keputus-an. Jadi, para manajer mempertahankan kontrol tanpa
dibingungkan oleh rincian.
Implikasi untuk MRS. Para manajer memerlukan informasi yang
meng-identifikasi operasi atau sumber daya yang berisiko tidak terkontrol.
Laporan-laporan harus mendukung manajemen dengan pengecualian
melalui pemusatan perhatian pada perubahan faktor-faktor kunci yang
menunjukkan gejala ada masalah. Rincian yang tidak perlu dapat
mengalihkan perhatian ke fakta-fakta yang seharusnya tidak ada dalam
laporan.
4. STRUKTUR MASALAH
Struktur snafu masalah merefleksikan seberapa baik pengambil
keputusan memahami masalah tersebut. Struktur masalah memiliki tiga
elemen.
Data, nilai yang digunakan untuk mewakili faktor-faktor yang relevan
dengan masalah tersebut.
Prosedur, urutan langkah-Iangkah alan peraturan keputusan yang
digunakan untuk memecahkan masalah.
Tujuan, hasil yang ingin dicapai pengambil keputusan dengan
memecahkan masalah tersebut.
Sewaktu ketiga elemen itu diketahui dengan pasti, masalah itu
distrukturkan. Perhitungan gaji merupakan salah satu contoh masalah yang
terstruktur:
Kita dapat mengidentifikasi data untuk perhitungan ini dengan pasti
jam kerja, tarif per jam, pemotongan pajak, tarif pajak, dan lain
sebagainya).
Prosedur pembayaran gaji diketahui dengan pasti:
Gaji Kotor = Jam Kerja x Tarif Gaji
Gaji Bersih = Gaji Kotor - Pajak - Pemotongan Pajak
Tujuan pembayaran gaji adalah melaksanakan kewajiban perusahan
kepada para pegawainya.
Masalah tidak terstruktur adalah masalah yang tidak memiliki teknik
solusi spesifik. Kebutuhan data tidak pasti, prosedurnya tidak spesifik, atau
tujuan solusi belum sepenuhnya dikembangkan. Masalah seperti itu biasanya
kompleks dan melibatkan pengambil keputusan pada situasi yang spesifik.
Dalam situasi ini, analis sistem tidak dapat sepenuhnya berantisipasi
kebutuhan pemakai informasi, menyebabkan teknik pemrosesan data
tradisional menjadi tidak efektif.
6. AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN
a. Penetapan Tujuan Keuangan: Proses Anggaran
Proses penganggaran membantu pihak manajemen mencapai tujuan
keuangannya dengan membentuk tujuan yang dapat diukur untuk setiap
segmen organisasi. Mekanisme ini membawa standar-standar ke manajer
segment yang akan digunakan oleh manajer senior untuk mengukur
kinerjanya. Arus informasi anggaran yang ke atas dan ke bawah semakin
rinci ketika ia bergerak ke level manajemen yang lebih rendah.
b. Pengukuran dan Pelaporan Kinerja
Pengukuran kinerja dan pelaporan dilakukan di setiap segmen
operasional dalam perusahaan. Informasi mengalir ke atas sebagai laporan
pertanggungjawaban ke level manajemen senior. Informasi dalam laporan-
laporan tersebut menjadi sangat ringkas di setiap level manajemen yang
lebih tinggi.
c. Pusat Pertanggungjawaban
Bentuk yang paling umum dari pusat pertanggungjawaban ini adalah
pusat biaya, pusat laba, dan pusat investasi.
Pusat Biaya. Suatu pusat biaya merupakan suatu unit organisasional
dengan tanggung jawab atas manajemen biaya dalam batas-batas
anggaran. Misalnya, suatu departemen produksi dapat bertanggung jawab
untuk memenuhi kewajiban produksi sambil tetap mempertahankan biaya
produksi (tenaga kerja, bahan baku, dan overhead) dalam jumlah anggaran.
Laporan kinerja untuk manajer pusat biaya mencerminkan perilaku biaya
yang dapat dikontrol dengan fokus pada anggaran biaya, biaya aktual, dan
varian dari anggaran. Pengukuran kinerja seharusnya tidak
mempertimbangkan biaya-biaya yang di luar kontrol manajer, seperti
misalnya investasi di peralatan pabrik atau penyusutan gedung.
Pusat Laba. Seorang manajer pusat laba bertanggung jawab untuk
mengontrol biaya dan menghasilkan pendapatan. Misalnya, seorang manajer
lokal dari suatu pertokoan nasional dapat saja bertanggung jawab atas
keputusan tentang:
Item-item barang dagang mana yang disimpan di gudang.
Berapa harganya.
Jenis aktivitas promosi untuk produk .
Tingkat iklannya.
Ukuran stat dan mempekerjakan pegawai.
Melakukan pemeliharaan dan peningkatan modal investasi.
Laporan kinerja untuk manajer pusat laba berbeda dari pusat biaya.
Akan tetapi, pendekatan laporannya sama, yaitu pada item-item yang dapat
dikontrol. Ketika hanya item-item yang dapat dikontrol digunakan untuk
menilai kinerja manajer, pusat laba itu sendiri dinilai oleh kontribusinya
setelah biayabiaya yang tidak dapat dikontrol
Pusat Investasi. Manajer pusat investasi memiliki otorisasi umum
untuk mengambil keputusan yang secara mendasar mempengaruhi
organisasi. Asumsikan bahwa salah satu divisi perusahaan adalah pusat
biaya dengan tujuannya adalah memaksimalkan tingkat pengembalian
investasi aktiva. Kisaran tanggung jawab manajer divisi ini meliputi
manajemen biaya, manajemen produk, pemasaran, distribusi, dan disposisi
modal melalui investasi dana ke dalam proyek-proyek dan pekerjaan yang
berisiko yang menghasilkan tingkat keuntungan yang diharapkan.
7. PERTIMBANGAN PERILAKU
Keserasian Tujuan
Berbicara tentang prinsip-prinsip manajemen, yaitu otoritas, tanggung
jawab, dan formalisasi pekerjaan, ketika diterapkan dengan benar dalam
suatu organisasi, prinsip-prinsip ini mempromosikan keserasian tujuan (goal
congruence). Manajer tingkat lebih rendah yang mencapai tujuannya
berkontribusi secara positif ke tujuan superiornya.
Informasi yang Berlebihan
Informasi yang berlebihan muncul ketika seorang manajer menerima infor-
masi berlebih dari yang ia dapat cernakan. Hal ini terjadi ketika seorang
perancang sistem pelaporan tidak mempertimbangkan level organisasional
dan jangkauan kontrol manajer dengan tepat.
Ukuran Kinerja yang tidak Tepat
Ingat kembali bahwa salah satu tujuan suatu laporan adalah untuk
menstimulasi perilaku yang konsisten dengan tujuan perusahaan. Akan
tetapi, ketika ukuran kinerja yang tidak tepat digunakan, laporan itu tidak
memiliki efek tersebut.
Setiap penggunaan kriteria tunggal sebagai ukuran kinerja akan mengarah
ke perilaku fungsional. Perhatikan contoh-contoh berikut:
Penggunaan varian harga untuk mengevaluasi sistem pembelian akan
mempengaruhi kualitas item yang dibeli.
Penggunaan kuota (seperti misalnya unit yang diproduksi) untuk
mengevaluasi seorang supervisor akan mempengaruhi kontrol kualitas,
efisiensi pemakaian bahan baku, relasi tenaga kerja; dan pemeliharaan
pabrik.
Penggunaan ukuran laba seperti ROI, penghasilan bersih, dan margin
kontribusi dapat mempengaruhi investasi pabrik, pelatihan pegawai,
tingkat cadangan persediaan, kepuasan pelanggan, dan relasi tenaga
kerja.