Anda di halaman 1dari 14

INDUSTRI BERKELANJUTAN

Secara umum, kegiatan industri menghasilkan barang jadi. Proses yang berlangsung
dalam kegiatan industri ada yang sederhana dan ada yang kompleks. Kegiatan industri yang
kompleks membutuhkan peralatan mesin. Contoh industri perakitan atau asembling mobil,
sepeda motor, dan televisi. Berbagai jenis industri dapat diklasifikasikan berdasarkan kriteria
tertentu. Klasifikasi industri berikut ini didasarkan modal dan tenaga kerja, barang yang
dihasilkan, daerah pemasaran, lokasi, investasi-investasi dan tenaga kerja, serta departemen
perindustrian.
Klasifikasi Industri
a. Industri Berdasarkan Modal dan Jumlah Tenaga Kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja dan modal yang digunakan dalam usaha industri,
industri dapat dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu:
1) Industri Rumah Tangga
Dari namanya saja, sudah bisa dibayangkan besarnya modal dan tenaga kerja yang
digunakan dalam industri rumah tangga. Industri rumah tangga mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut.
a) Modal yang digunakan relatif kecil.
b) Tenaga kerja yang digunakan tidak lebih dari 4 orang, biasanya dari anggota keluarga.
c) Peralatan yang digunakan sederhana dan bukan mesin.
d) Bertujuan hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
2) Industri Kecil
Industri kecil membutuhkan modal dan tenaga kerja yang lebih banyak dibanding industri
rumah tangga. Industri kecil mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a) Modal yang dibutuhkan lebih besar daripada industri rumah tangga.
b) Jumlah tenaga kerja 5 sampai 19 orang.
c) Menggunakan teknologi sederhana.
d) Biasanya hanya merupakan usaha sampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Industri kecil biasanya bergerak di bidang makanan dan kerajinan. Contoh industri
makanan adalah industri makanan kecil, kecap, kerupuk, dan sebagainya. Contoh industri
kerajinan adalah industri batik, anyaman, mebel kayu, dan sebagainya.
3) Industri Sedang
Apabila dibandingkan dengan dua jenis industri sebelumnya, industri sedang merupakan
industri yang membutuhkan lebih banyak modal dan jumlah tenaga kerja.
Ciri-ciri industri sedang sebagai berikut.
a) Modal lebih besar daripada industri kecil.
b) Tenaga kerja berjumlah 20 sampai 99 orang.
c) Sudah menggunakan teknologi yang cukup tinggi tetapi masih banyak menggunakan tenaga
manusia.
d) Sudah menerapkan manajemen meskipun masih sederhana.
e) Sudah ada pembagian kerja, misalnya bagian keuangan, administrasi, produksi, dan pemasaran.
Contoh industri sedang antara lain industri konveksi (pakaian jadi), sepatu dan tas, alat
olahraga, serta industri percetakan.
4) Industri Besar
Berdasarkan modal dan jumlah tenaga kerja, industri besar memiliki tingkatan yang
paling tinggi. Industri besar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a) Membutuhkan modal besar.
b) Tenaga kerja yang dibutuhkan lebih dari 100 orang.
c) Menggunakan mesin-mesin berat dan modern.
d) Lebih banyak menggunakan tenaga mesin daripada tenaga manusia.
e) Produk yang dihasilkan untuk kebutuhan dalam negeri dan sebagai komoditas ekspor.
f) Manajemen perusahaan sangat rapi.
g) Pembagian kerja sudah jelas, misalnya direktur, bagian produksi, pemasaran, administrasi,
keuangan, personalia, dan sebagainya.
Contoh industri besar antara lain industri semen, tekstil, kendaraan bermotor, mobil,
pupuk kimia, dan sebagainya.
b. Industri Berdasarkan Barang yang Dihasilkan
Berdasarkan barang yang dihasilkan, industri dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu
industri rumah tangga/ industri kecil, industri ringan, industri sedang, dan industri besar.
1) Industri Rumah Tangga/Industri Kecil
Industri kecil yang termasuk dalam kelas ini misalnya industri kerajinan. Ada banyak
industri kerajinan, antara lain kerajinan tenun, batik tulis, ukiran kayu, payung, anyaman, logam,
tanah liat, dan kulit.
2) Industri Ringan
Industri ringan menggunakan bahan baku atau bahan mentah dalam jumlah sedikit dan
ringan. Barang yang dihasilkan tidak terlalu berat. Proses pengolahan cenderung lebih bersih dan
sedikit menghasilkan polutan. Industri yang termasuk dalam industri ringan adalah industri
makanan dan minuman, industri pakaian, industri tekstil, dan industri elektronik.

3) Industri Sedang
Ciri-ciri industri sedang hampir sama dengan industri ringan, hanya dalam penggunaan
bahan mentah lebih banyak. Contoh industri sedang adalah industri konveksi, industri
percetakan, dan industri penggergajian kayu.
4) Industri Berat
Industri berat dicirikan oleh penggunaan bahan mentah dalam jumlah banyak dan mesin-
mesin berukuran besar. Barang-barang yang dihasilkan juga banyak dan besar. Industri berat
cenderung membutuhkan lahan yang luas dan dapat mencemari lingkungan. Contoh industri
yang termasuk industri berat adalah industri besi dan baja, industri kapal, serta industri pesawat
terbang.

c. Industri Berdasarkan Daerah Pemasaran


Berdasarkan daerah pemasaran, industri dibedakan menjadi dua, yaitu industri dasar dan
industri lokal.
1) Industri Dasar (Basic Industry)
Merupakan industri yang produksinya ditujukan untuk ekspor atau dipasarkan ke luar
negeri.
2) Industri Lokal (Non-Basic Industry)
Industri lokal, yaitu industri yang hasil produksinya dipasarkan di pasar lokal (dalam
negeri).
d. Industri Berdasarkan Orientasi
Berdasarkan orientasi, industri dibedakan menjadi empat sebagai berikut.
1) Industri Berorientasi Pasar (Market Oriented Industry)
Industri yang dibangun dengan tujuan lebih mendekatkan kepada konsumen atau
pelanggan. Jarak lokasi industri dengan konsumen menjadi salah satu pertimbangan dalam
membangun industri. Selain itu, kualitas barang hasil industri, yang terkait dengan mutu, model,
keawetan, dan kegunaan barang berpengaruh pada banyak sedikitnya konsumen barang hasil
industri tersebut.
2) Industri Berorientasi Permintaan (Supply Oriented Industry)
Industri yang dibangun dengan tujuan menyediakan barangbarang kebutuhan konsumen.
Apa yang dibutuhkan konsumen menjadi dasar pertimbangan didirikannya suatu industri. Selain
itu, fasilitas pendukung seperti jalan, listrik, dan telepon juga dipertimbangkan.
3) Industri Berorientasi Tenaga Kerja (Power Oriented Industry)
Industri ini dibangun dengan tujuan mendayagunakan tenaga kerja. Lokasi industri
berada di daerah yang tersedia banyak tenaga kerja.
4) Industri Berorientasi Bahan Mentah (Raw Material Oriented Industry)
Industri yang dibangun dengan tujuan memanfaatkan bahan mentah yang tersedia. Lokasi
industri ini berada di daerah yang menyediakan bahan mentah. Alasan pembangunan industri di
wilayah yang memiliki bahan mentah banyak, antara lain karena volume bahan mentah yang
berat atau besar maupun kondisi bahan mentah yang cepat rusak, sehingga harus cepat diolah.

f. Industri Menurut Departemen Perindustrian


Menurut Departemen Perindustrian, industri di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi
dua sebagai berikut.
1) Industri Dasar (Hulu)
Industri ini meliputi industri mesin-mesin, logam dasar, dan industri kimia dasar. Industri
ini bertujuan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi serta meperkukuh struktur ekonomi.
Contoh industri ini antara lain industri mesin pertanian, alat- alat konstruksi mesin-mesin
listrik, kendaraan bermotor, kereta api, kapal, pesawat terbang, besi-besi konstruksi, besi baja,
dan sebagainya.
2) Industri Hilir
Industri hilir berorientasi pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
ekonomi. Contohnya industri tekstil, kimia, alat-alat listrik, logam, bahan bangunan, dan industri
pangan.

g. Penggolongan Industri Berdasarkan Bahan Dasar yang Digunakan

1) Industri Dasar
Merupakan industri yang menghasilkan bahan dasar untuk industri yang lain. Contoh,
pabrik peleburan besi dan bauksit.

2) Industri Konveksi
Industri yang membuat pakaian jadi, seperti kaos, celana, dan kemeja.
3) Industri Agraris
Industri yang mengolah hasil-hasil pertanian, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
4) Industri Perakitan
Industri ini melakukan perakitan mesin-mesin untuk memproduksi barang jadi, misalnya
industri perakitan mobil, barang-barang elektronik, dan pesawat terbang.
5) Industri Trafik
Bahan mentah dari industri trafik semuanya diimpor, karena di dalam negeri tidak
tersedia, misalnya minuman anggur, bir, dan perajutan wol.

h. Penggolongan Industri Berdasarkan Jenis Usahanya

1) Industri Ekstratif
Industri ini bahan bakunya langsung dari alam, seperti pertambangan, pertanian,
perikanan, kehutanan, perkebunan, dan sejenisnya.
2) Industri Nonekstratif
Merupakan industri yang mengambil bahan bakunya dari tempat lain yang disediakan
oleh industri lain. Contoh, industri penerbit dan percetakan.
3) Industri Fasilitatif/Industri Jasa
Kegiatan dari industri ini adalah menjual jasa untuk keperluan lain. Contoh, industri
perdagangan, perbankan, transportasi, dan komunikasi.

PENENTUAN LOKASI INDUSTRI


Jika dicermati lebih dalam, banyak industri didirikan berdasarkan pertimbangan atau faktor
yang bertujuan untuk memperkecil biaya produksi. Sebut saja industri yang berorientasi pada
bahan mentah (Raw Material Oriented Industry), industri ini berdiri dengan mendekati lokasi
terdapatnya bahan mentah yang melimpah. Dengan mendekati bahan mentah, biaya produksinya
bisa lebih hemat. Bagaimana pendapatmu? Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan dalam
membangun industri di suatu lokasi. Beberapa ahli mengungkapkan beberapa faktor yang
dipertimbangkan dalam penentuan lokasi industri. Salah satunya adalah Robinson. Menurut
Robinson (1979) ada enam faktor yang berpengaruh dalam menentukan lokasi industri. Keenam
faktor tersebut sebagai berikut.

a. Bahan Baku atau Bahan Mentah


Bahan mentah merupakan faktor utama dalam mendirikan industri. Tahukah kamu alasannya?
Jika di suatu lokasi industri tidak tersedia bahan mentah atau bahan baku, maka dengan terpaksa
bahan mentah harus didatangkan dari daerah lain. Sampai sekarang bahan mentah tetap menjadi
faktor penentu berdirinya suatu industri. Sebagai contoh industri minyak Pangkalan Brandan di
Sumatra Utara yang jaraknya dekat dengan pertambangan minyak bumi. Pertambangan minyak
bumi mana sajakah yang dekat dengan lokasi industri minyak tersebut? Lokasi kilang minyak ini
sangat tepat, karena wilayah sekitarnya terdapat potensi minyak bumi. Tepatnya pada cekungan
sedimen tersier di wilayah Sumatra bagian utara. Wilayah ini meliputi Lhok Sukon dan
Peureulak di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, serta Telaga Said, Tangai, Tanjung Miring
Barat, Sukaraja, Mambang Sebasa, Securai, Seruwai, Pakam, Rantau, dan Siantar di Provinsi
Sumatra Utara. Bisa kamu bayangkan jika industri minyak jauh dari tambang minyak. Industri
ini akan memerlukan pengangkutan minyak mentah yang mahal dan sering berisiko. Risiko
tersebut antara lain berupa tumpahan minyak pada waktu pengangkutan.Apabila pengangkutan
tersebut melalui jalur laut, tumpahan akan mencemari laut.
Ketersediaan bahan mentah maupun bahan baku yang terbatas sering disiasati oleh para
pelaku industri dengan menjadi mitra usaha. Kerja sama terjalin antara para pedagang penyedia
bahan baku (pemasok) dengan pelaku industri. Kerja sama ini sangat bermanfaat, setidaknya
menghemat biaya produksi, karena pembelian dalam skala besar (grosir) umumnya disertai
potongan harg (discount). Kemitraan dapat juga menjadi pertimbangan dalam penentuan lokasi
industri.

b. Pasar
Industri dibangun karena adanya tuntutan konsumen. Tujuan utama kegiatan industri
memproduksi barang untuk dijual kepada konsumen. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa
pasar atau konsumen merupakan bagian penting bagi berlangsungnya kegiatan industri. Jika
konsumen yang membutuhkan banyak, berarti industri tersebut mempunyai pasar yang cukup
luas. Banyak faktor yang memengaruhi luasnya daerah pemasaran pada suatu industri. Faktor-
faktor tersebut antara lain kebutuhan masyarakat terhadap produk dan strategi pemasaran dari
perusahaan. Selain itu, keadaan ekonomi atau taraf hidup masyarakat juga memengaruhi luasnya
daerah pemasaran. Daya beli masyarakat akan rendah jika taraf hidup masyarakat juga rendah.
Bahkan, kondisi geografis suatu wilayah juga memengaruhi persebaran produk. Jika kondisi
geografis sulit dijangkau, maka sangat sulit bagi suatu industri untuk memasarkan produknya.
Hal inilah yang juga memengaruhi perkembangan suatu daerah. Dalam ilmu Ekonomi, luasnya
wilayah pemasaran sangat ditentukan oleh strategi pemasaran. Strategi pemasaran adalah
serangkaian tindakan terpadu menuju keunggulan kompetisi yang berkelanjutan. Strategi
pemasaran dipengaruhi dua faktor sebagai berikut.
1) Faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing, dan masyarakat.
2) Faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik, dan sosial/budaya.
Sedangkan strategi dan kiat pemasaran dari sudut pandang penjual atau pelaku industri adalah
4P, yaitu tempat yang strategis(place), produk yang bermutu (product), harga yang kompetitif
(price), dan promosi yang gencar (promotion). Sedangkan dari sudut pandang pelanggan dikenal
4C, yaitu kebutuhan dan keinginan (customer needs and wants), biaya pelanggan (cost to
customer), kenyamanan (convenience), dan komunikasi (communication).

c. Biaya Angkut
Biaya angkut sangat tergantung pada fasilitas transportasi. Oleh karena pendukung berdirinya
lokasi industri sangat kompleks, seperti ketersediaan bahan mentah, tenaga kerja, dan
sebagainya. Kita tahu bahwa tidak ada lokasi industri yang sangat ideal. Berarti, hampir tidak
ada lokasi industri yang memenuhi semua yang dibutuhkan oleh industri. Contoh suatu lokasi
tersedia bahan mentah sangat melimpah tetapi tidak tersedia tenaga kerja atau kurangnya daerah
pemasaran. Di sinilah fasilitas transportasi sangat berperan. Jika suatu daerah memiliki fasilitas
transportasi yang memadai, maka pengiriman bahan mentah atau hasil industri juga lancar,
sehingga biaya angkutan murah. Berbeda dengan daerah yang terisolasi. Kondisi topografi atau
relief yang sulit dijangkau dan sarana transportasi tidak memadai mengakibatkan biaya angkutan
mahal. Keadaan ini menyebabkan daerah tersebut kurang berkembang.

d. Tenaga Kerja
Ketersediaan tenaga kerja merupakan faktor penting lain yang memengaruhi lokasi industri.
Beberapa industri seperti industri tekstil membutuhkan banyak tenaga kerja dengan tingkat
keahlian tidak terlalu tinggi. Industri tekstil cenderung memilih lokasi di dekat daerah yang
berpenduduk padat di mana tersedia banyak tenaga kerja. Di bagian lain, ada industri yang
membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian khusus. Industri ini dibangun di lokasi di mana
tenaga kerja yang tersedia mudah dilatih. Contoh industri yang membutuhkan tenaga kerja yang
ahli adalah industri pembuatan perangkat lunak (software) komputer.

e. Modal
Banyak orang mengatakan bahwa tanpa modal, kegiatan industri tidak akan berjalan.
Benarkah? Untuk menjawabnya, kita terlebih dahulu harus mengerti apa yang dimaksud dengan
modal. Dalam pelajaran ekonomi, istilah modal sering kamu sebut. Apakah modal selalu identik
dengan uang? Ternyata tidak. Modal adalah barang atau hasil produksi yang dapat digunakan
untuk proses produksi selanjutnya. Berarti modal tidak harus berupa uang, tetapi dapat juga
berbentuk barang. Misalnya mesin jahit, mesin pertanian, gedung, dan juga mesin-mesin berat.
Untuk membangun industri, modal dalam bentuk uang dibutuhkan untuk membeli material atau
barang, mesin-mesin, dan peralatan lain. Pinjaman modal dapat diperoleh dari bank atau lembaga
keuangan lain. Pemerintah dapat pula menyediakan modal untuk industri tertentu. Sering para
investor lokal dan asing menyediakan modal untuk pembangunan industri.

f. Teknologi
Tidak disangkal lagi teknologi memegang peranan penting dalam dunia industri. Teknologi
industri berkaitan dengan cara atau metode produksi yang diperbarui, seperti penggunaan mesin
modern. Penggunaan teknologi di berbagai bidang industri akan menaikkan produktivitas.
Mengapa? Contoh sederhana dapat kamu lihat pada industri konveksi. Penggunaan mesin jahit
listrik mampu menaikkan jumlah produksi, karena proses produksi akan lebih cepat. Hal ini tidak
hanya berdampak pada peningkatan jumlah produk, tetapi juga penghematan biaya produksi,
karena banyak tenaga kerja yang bisa digantikan dengan mesin.

KEARIFAN DI BIDANG INDUSTRI


Berikut kegiatan kearifan lokal di bidang indutri:
a. Adanya pembatasan penggunaan hutan di Kalimantan dan Jawa
b. Adanya pelarangan untuk kegiatan industri pada daerah tertentu
c. Adanya pengembangan industri hasil seni suatu daerah
d. Adanya pelarangan menggunakan bahan-bahan kimia dalam mengolah industri
e. Pemanfaatan hasil alam dalam pengolahan industri

A. Konsep Penting Industri


1. Kawasan Industri (Industrial Estate)
a. Pengertian Kawasan Industri
Menurut National Industrial Zoning Committees (USA) 1967 , yang dimaksud dengan
kawasan industri atau Industrial Estate atau sering disebut dengan Industrial Park adalah suatu
kawasan industri diatas tanah yang cukup luas, yang secara administratif dikontrol oleh
seseorang atau sebuah lembaga yang cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya,
topografinya, zoning yang tepat, kesediaan semua infrastrukturnya (utilitas), dan kemudahan
aksesibilitas transportasi.
Kawasan industri menurut Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1989 tentang Kawasan
industri, Pasal 1 menyebutkan bahwa kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan
kegiatan industri pengolahan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan fasilitas penunjang
lainnya yang disediakan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri.
Secara konseptual Kawasan Industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri pengolahan (manufacture) yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas
penunjang lainnya yang disediakan oleh badan pengelola (pemerintah/swasta), sehingga para
investor atau pengusaha akan memiliki semangat untuk memasukkan modalnya di sektor
industri. Deengan ketersediaan lahan, sarana dan prasarana serta fasilitas lainnya yang memadai,
akan menghasilkan efisiensi ekonomi dalam berinvestasi (mendirikan pabrik dan industri)
dibandingkan setiap investor harus menyediakan sendiri fasilitas tersebut.
Selanjutnya Unido (1978 : 6) mendefinisikan Kawasan Industri (Industrial Estates) adalah
sebidang lahan yang dipetak-petak sedemikian rupa sesuai dengan rancangan menyeluruh,
dilengkapi dengan jalan, kemudahan-kemudahan umum (public utilities) dengan atau tanpa
bangunan pabrik, yang diperuntukkan bagi pengarahan industri dan dikelola secara khusus (full
timer). Dalam kawasan Industri akan dibagi menjadi zona industri dan area industri. Dalam
kawasan indsutri, zona industri dan area industri terbagi 3 (tiga) unsur utama kegiatan produksi
yaitu : (a) modal (investasi); (b) tenaga kerja (wiraswasta) ; (C) pengusaha (wiraswasta) di
bidang investasi; ketiganya dapat mengubah struktur ekonomi daerah menjadi lebih industrial
dan produktif.
Definisi lain, menurut Industrial Development Handbook dari ULI ( The Urban Land
Institute), Washington DC (1975), kawasan industri adalah suatu daerah atau kawasan yang
biasanya didominasi oleh aktifitas industri. Kawasan industri biasanya mempunyai fasilitas
kombinasi yang terdiri atas peralatan-peralatan pabrik (industrial plants), penelitian dan
laboratorium untuk pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta prasarana lainnya seperti
fasilitas sosial dan umum yang mencakup perkantoran, perumahan, sekolah, tempat ibadah,
ruang terbuka dan lainnya. Istilah kawasan industri di Indonesia masih relatifbaru. Istilah
tersebut digunakan untuk mengungkapkan suatu pengertian tempat pemusatan kelompok
perusahaan industri dalam suatu areal tersendiri. Kawasan industri dimaksudkan sebagai padanan
atas industrial estate. Sebelumnya, pengelompokan industri demikian disebut lingkungan
industri.

b. Ciri-ciri kawasan Industri


1. Adanya areal/bentangan lahan yang cukup luas dan telah dimatangkan,
2. Lahan yang disiapkan sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang
3. Ada suatu badan (manajemen) pengelola lahan tersebut
4. Terhadap lahan yang dipersiapkan tersebut terdapat suatu badan/manajemen pengelola yang
telah memiliki izin usaha sebagai Kawasan Industri
5. Biasanya diisi oleh industri manufaktur (pengolahan beragam jenis).

c. Syarat kawasan Industri


Menurut Keppres Nomor 33 Tahun 1990 pemberian izin pembebasan tanah bagi setiap
perusahaan kawasan industri dilakukan de ngan ketentuan sebagai berikut.
1) Tidak mengurangi areal lahan pertanian.
2) Tidak dilakukan di atas lahan yang mempunyai fungsi utama untuk melindungi sumber alam dan
warisan budaya.
3) Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat.

d. Tujuan Pengembangan Kawasan Industri


1. mendorong dan mempercepat pertumbuhan sektor industri Indonesia lebih terarah terpadu dan
memberikan hasil guna yang lebih optimal bagi daerah dimana kawasan industri berlokasi.
2. mengundang para investor asing dan juga lokal untuk melakukan investasi di Indonesia.
3. bagi investor pengguna kapling industri (user) akan mendapatkan lokasi kegiatan industri yang
sudah baik dimana terdapat beberapa keuntungan seperti bantuan proses perijinan, ketersediaan
infrastruktur yang lengkap, keamanan dan kepastian tempat usaha yang sesuai dengan Rencana
Tata Ruang Daerah.
4. dari sisi pemerintah daerah, dengan konsep pengembangan kawasan industri, berbagai jaringan
infrastruktur yang disediakan ke kawasan industri akan menjadi lebih efisien karena dalam
perencanaan infrastruktur kapasitasnya sudah disesuaikan dengan kegiatan industri yang berada
di kawasan industri.
5. Dari aspek tata ruang, dengan adanya kawasan industri maka masalah-masalah konflik
penggunaan lahan akan dapat dihindari. Demikian pula, bilamana kegiatan industri telah dapat
diarahkan pada lokasi peruntukannya, maka akan lebih mudah bagi penataan ruang daerah,
khususnya pada daerah sekitar lokasi kawasan industri.
6. Dari aspek lingkungan hidup, konsep pengembangan kawasan industri jelas mendukung
peningkatan kualitas lingkungan, daerah secara menyeluruh. Dengan dikelompokkan kegiatan
industri pada satu lokasi pengelolaan maka akan lebih mudah menyediakan fasilitas pengolahan
limbah dan juga pengendalian limbahnya.
7. Bagi daerah Kabupaten/Kota yang tingkat pertumbuhan industrinya besar, maka Kawasan
Industri sebagai alat pengaturan tata ruang dan pengendalian pencemaran.
8. Bagi daerah Kabupaten/Kota yang tingkat pertumbuhan industrinya rendah atau relatif belum
berkembang, maka Kawasan Industri berfungsi untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif
dalam arti membantu investor untuk memperoleh kapling siap bangun yang telah dilengkapi
berbagai prasarana dan sarana penunjang

e. Manfaat Kawasan Industri


1. berkaitan dengan besaran dan lokasi Kawasan Industri bisa menghasilkan dampak-dampak
tertentu bagi wilayah sekitarnya, yang bila diinginkan bisa diarahkan;
2. bisa menjadi bidang usaha pengadaan dan pemasaran lahan industri menurut kaidah-kaidah
ekonomi pertanahan kota;
3. bisa menjadi sarana kemudahan usaha yang secara nyata dapat diberikan berbagai bentuk
insentif atau subsidi.
4. membuka peluang terhadap pembukaan lapangan kerja baru dan tumbuhnya berbagai peluang
usaha baru
5. pembangunan kawasan industri juga dapat meningkatkan pendapatan daerah dan meningkatkan
hasil ekspor yang sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

f. Bentuk Fisik Kawasan Industri


Kawasan Industri sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun
1996, dalam pembangunannya mempunyai bentuk fisik yang mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
1. Lahan, lahan kawasan industri merupakan areal atau bentangan tanah dengan keluasan minimal
20 hektar dengan statustanah sebagai hak guna bangunan induk (HBG Induk) atas nama
perusahaan kawasan industri dan di batasi dengan pagar keliling. Lahan di dalam kawasan
industri yang diperuntukkan bagi perusahaan industri tersebut telah dimatangkan dalam bentuk
kavling-kavling industri dan secara teknik telah memenuhi syarat untuk didirikan bangunan
(merupakan kavling siap bangun).
2. Prasarana, lahan yang diperuntukkan untuk industri di dalam kawasan industri tersebut, selain
sudah dimatangkan, jugaharus dibangun prasarana yang diperlukan oleh perusahaan industri
(investor). Prasarana tersebut meliputi jaringan jalan, salauran air hujan, instalasi penyediaan air
bersih, instalasi /jaringan distribusi dan pembangkit tenaga listrik, jaringan distribusi
telekomunikasi, salauran pengumpulan air limbah industri, instalasi pengolah limbah,
penampungan sementara limbah padat, penerangan jalan, unit pemadam kebakaran dan pagar
kawasan industri.
3. Sarana Penunjang, suatu kawasan industri diwajibkan membangun sarana penunjang di
dalamnya, yaitu meliputi kantor pengelola, kantor pos, kantor pelayanan telekomunikasi,
poliklinik, kantin, sarana ibadah, perumahan karyawan industri dan mess transito, pos keamanan,
sarana kesegaran jasmani, dan halte angkutan umum.
4. Pengelola Kawasan Industri, kawasan industri dalam operasionalnya dikelola oleh perusahaan
kawasan industri. Perusahaan pengelola tersebut merupakan badan hukum yang didirikan
menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia, yang ditunjuk oleh dan /atau
menerima hak dan kewajiban dari perusahaan kawasan industri khusus untuk melaksanakan
pengelolaan sebagian atau seluruh kawasan industri.
5. Tata Tertib Kawasan Industri, adalah peraturan yang ditetapkan oleh perusahaan kawasan
indsutri, yang mengatur hak dan kewajiban perusahaan kawasan industri, perusahaan pengelola
kawasan industri dan perusahaan industri dalam pengeloaan dan pemanfaatan kawasan industri.
6. Izin AMDAL, kawasan industri diwajibkan memiliki izin analisa mengenai dampak lingkungan
(AMDAL). Izin ini mutlak diperlukan karena di dalam kawasan industri terdapat banyak pabrik
yang berdiri dan biasanya pabrik tersebut beroperasi dengan menghasilkan limbah. Untuk
meminimalisasi dampak lingkungan yang timbul dari dioperasionalkan kawasan industri maka
limbah yang ditimbulkan dari pabrik yang beroperasi harus dapat dikelola dengan sebaik-
baiknya.
7. Izin Usaha Kawasan Industri, suatu perusahaan yang akan mengoperasionalkan kawasan industri
diwajibkan memiliki izin usaha kawasan industri. Perusahaan industri yang beroperasi di dalam
kawasan industri, Selain memperoleh kemudahan dalam hal kebutuhan lahan untuk industri yang
telah dilengkapi dengan prasarana dan sarana tersebut, juga mendapatkan kemudahan dalam hal
perizinan, seperti : bebas dariizin AMDAL, bebas dari izin gangguan (HO), bebas dari kewajiban
memeroleh izin prinsip, serta kemudahan dalam pengurusan izin mendirikan bangunan (IMB).
Pendirian bangunan didalam kawasan industri sudah bisa dilaksanakan meskipun IMB belum
selesai dan masih dalam proses pengurusan. Kemudahan yang diberikan oleh kawasan industri
tersebut diatas, yang memberi keunggulan bagi kawasan industri dibanding dengan lokasi di luar
kawasan industri, sehingga kawasan industri dapat menjadi lokasi yang menarik untuk
melakukan investasi.
g. Contoh kawasan Industri
Beberapa kawasan industri di Indonesia, antara lain Medan, Cilegon (Banten), Pulogadung
(Jakarta), Cikarang (Bekasi), Cilacap (Jateng), Rungkut (Surabaya), dan Makassar.

2. Zona Industri (Industrial Zone)


Zona Industri adalah satuan geografis sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya kegiatan
industri, baik berupa industri dasar maupun industri hilir, berorientasi kepada konsumen akhir
dengan populasi tinggi sebagai pengerak utama yang secara keseluruhan membentuk berbagai
kawasan yang terpadu dan beraglomerasi dalam kegiatan ekonomi dan memiliki daya ikat
spasial.

3. Perbedaan Kawasan Industri dan Zona Industri


Yang Membedakan antara Kawasan Industri dan Zona Industri yaitu secara resmi yaitu
istilah Kawasan Industri diatur dalam Keputusan Presiden No. 53tahun 1989 tentang Kawasan
Industri definisi ini sampai sekarang tetap sama dan terakhir dimuat dalam Peraturan Pemerintah
No 24 tahun 2009 adalah sebagai berikut
Kawasan Industri adalah Kawasan tempat pemusatan kegiatan Industri kawasan tempat
pemusatan kegiatan Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang
dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Usaha
Kawasan Industri .
Sedangkan kawasan pemukiman Industri didefinisikan sebagai bentangan lahan yang
diperuntukan bagi kegiatan industri berdasarkan Rencana Tata Wilayah (RTRW) yang ditetapkan
sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan.
Pemerintah telah menerbitkan PP No 24 tahun 2009 tentang kawasan industri dimana setiap
perusahaan industry baru wajib berlokasi di dalam Kawasan Industri.( Sumber Info HKI oleh
Htn)

B. Prinsip Aglomerasi
1. Pengertian aglomerasi Industri
Aglomerasi Industri yaitu pemusatan industri di suatu kawasan tertentu dengan tujuan agar
pengelolanya dapat optimal.
Proses aglomerasi (pemusatan) industri keberhasilannya banyak ditentukan oleh faktor
teknologi lingkungan, produktivitas, modal, SDM, manajemen dan lain-lain.
Pada Negara-negara yang sedang mengalami aglomerasi industri, terdapat dualisme bidang
teknologi. Dualisme teknologi adalah suatu keadaan dalam suatu bidan ekonomi tertentu yang
menggunakan tehnik dan organisasi produksi yang sangat berbeda karakteristiknya. Kondisi ini
mengakibatkan perbedaan besar pada tingkat produktivitas di sektor modern dan sektor
tradisional, seperti keadaan berikut ini :
a. Jumlah penggunaan modal dan peralatan yang digunakan.
b. Penggunaan pengetahuan teknik, organisasi, dan manajemen.
c. Tingkat pendidikan dan keterampilan para pekerja.
Faktor-faktor ini menyebabkan tingkat produktivitas berbagai kegiatan sektor modern
sering kali tidak banyak berbeda dengan kegiatan yang sama yang terdapat di Negara maju.
Sebaliknya sektor tradisional menunjukkan perbedaan banyak karena keadaan sebagai berikut :
a. Terbatasnya pembentukan modal dan peralatan industri.
b. Kekurangan pendidikan dan pengetahuan.
c. Penggunaan teknik produksi yang sederhana.
d. Organisasi produksi yang masih tradisional.
Aglomerasi dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
Aglomerasi primer adalah perusahaan yang baru muncul tidak ada hubungannya dengan
perusahaan lama yang sudah terdapat di wilayah aglomerasi,
Aglomerasi sekunder jika perusahaan yang baru beroperasi adalah perusahaan yang memiliki
tujuan untuk memberi pelayanan pada perusahaan yang lama.
Terdapat 3 jenis aglomerasi, yaitu :
Internal return to scale, timbul karena perusahaan memiliki skala ekonomi yang besar,
Lokalisasi ekonomi, terjadi pada satu kelompok perusahaan dalam satu industri yang sejenis
yang terletak pada lokasi yang sama,
Urbanisasi Ekonomi, timbul pada perusahaan-perusahaan dari sektor industri yang berbeda-beda
yang mengelompok di lokasi yang sama.
Hubungan antar Industri secara Fungsional dapat ditunjukkan melalui 3 hubungan, berikut ini:
Hubungan produksi (Production Linkages)
Hubungan ini merupakan hubungan hasil porduksi dari satu perusahaan ke perusahaan lain.
Dengan kata lain, terdapat arus barang yang bergerak dari tempat produksi 1 ke tempat produksi
lain untuk diolah kembali atau dikemas dalam bentuk lain. Misalnya, pabrik benang
menggerakkan produksinya ke pabrik kain.
Hubungan pelayanan (Service Lingkage)
Perusahaan pasti membutuhkan layanan jasa yang berhubungan dengan perusahaan lain.
Sebagai contoh, perusahaan membutuhkan jasa akuntan publik dari perusahaan akuntan untuk
menghitung kekayaan perusahaan. Atau pelayanan sederhana seperti kerjasama dengan CV
pelayanan kebersihan.

Hubungan pemasaran (market Linkages)


Hubungan pemasaran akan melibatkan bagian yang terpisah, yaitu bagian yang bekerja
sebagai penjual atau distributor hasil produksi dari sebuah industri. Atau dapat dikatakan bahwa
terdapat hubungan antara perusahaan yang akan membuat kemasan, para tengkulak, dan agen-
agen penjualan. Hubungan ini sangat penting karena berkaitan dengan hilir dari suatu barang
produksi sebuah industri.
Penempatan aglomerasi industri harus memperhatikan banyak hal, diantaranya adalah
modal, teknologi, bahan baku, transportasi, tenaga kerja, manajemen, pasar dan infrastruktur.
Transportasi merupakan salah satu faktor penting dalam mendirikan industri maupun pemekaran
wilayah industri yang erat kaitannya dengan aglomerasi. Keadaan transportasi meliputi jaringan
jalan dan sarana transportasi yang memadai sehingga dapat mendukung kelancaran proses
produksi dan distribusi. Adanya sarana dan prasarana transportasi yang memadai tentunya akan
lebih mempermudah perusahaan untuk mengangkut bahan baku ke pabrik dan
mendistribusikannya ke pasar. Oleh karena itu transportasi merupakan alasan utama untuk
mendirikan industri di sepanjang jalan, pelabuhan, dan station kereta. Lokasi-lokasi pada daerah
ini dapat mengurangi biaya produksi dari segi transportasi.
Jika terdapat istilah aglomerasi, yaitu pengelompokan, ada pula istilah deglomerasi, yaitu
suatu kecenderungan perusahaan untuk memilih lokasi usaha yang terpisah dari kelompok lokasi
perusahaan lain.
Pemicu lahirnya perusahaan-perusahaan yang melakukan deglomerasi adalah:
1. Harga buruh yang semakin meningkat di daerah padat industri
2. Penyempitan luas tanah yang dapat digunakan karena sudah banyak dipakai untuk perumahan
dan kantor pemerintah.
3. Harga tanah yang semakin tinggi di daerah yang telah padat.
4. Sarana dan Prasarana di daerah lain semakin baik namun harga tanah dan upah buruh masih
rendah.

2. Faktor penyebab gejala aglomerasi industri


Akibat adanya keterbatasan dalam pemilihan lokasi yang ideal maka sangat dimungkinkan
akan munculnya pemusatan atau terkonsentrasinya industri pada suatu wilayah tertentu yang
dikenal dengan istilah aglomerasi industri.
Misalnya, industri garmen, industri konveksi, dan industri kerajinan dibangun di suatu
tempat yang berdekatan dengan pusat pemukiman penduduk; Industri berat yang memerlukan
bahan mentah, seperti batu bara dan besi baja, penentuan lokasi pabriknya cenderung mendekati
sumber bahan mentah.
Pemusatan industri dapat terjadi pada suatu tempat terkonsentrasinya beberapa faktor yang
dibutuhkan dalam kegiatan industri. Misalnya bahan mentah, energi, tenaga kerja, pasar,
kemudahan dalam perizinan, pajak yang relatif murah, dan penanggulangan limbah merupakan
pendukung aglomerasi industri.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, penyebab terjadinya aglomerasi industri antara lain:
1. terkonsentrasinya beberapa faktor produksi yang dibutuhkan pada suatu lokasi;
2. kesamaan lokasi usaha yang didasarkan pada salah satu faktor produksi tertentu;
3. adanya wilayah pusat pertumbuhan industri yang disesuaikan dengan tata ruang dan fungsi
wilayah;
4. adanya kesamaan kebutuhan sarana, prasarana, dan bidang pelayanan industri lainnya yang
lengkap;
5. adanya kerja sama dan saling membutuhkan dalam menghasilkan suatu produk.

3. Manfaat Model Aglomerasi Industri


Model aglomerasi industri yang berkembang akhir-akhir ini, dapat dikategorikan
menguntungkan, di antaranya adalah:
a. mengurangi pencemaran atau kerusakan lingkungan, karena terjadi pemusatan kegiatan
sehingga memudahkan dalam penanganannya;
b. mengurangi kemacetan di perkotaan, karena lokasinya dapat disiapkan di sekitar pinggiran kota;
c. memudahkan pemantauan dan pengawasan, terutama industri yang tidak mengikuti ketentuan
yang telah disepakati;
d. tidak mengganggu rencana tata ruang;
e. dapat menekan biaya transportasi dan biaya produksi serendah mungkin.
C. Kawasan Berikat (Bonded Zone)
1. Pengertian Kawasan Berikat
Kawasan berikat (bonded zone) adalah suatu kawasan dengan batas-batas tertentu di dalam
wilayah pabean Indonesia yang di dalamnya diberlakukan ketentuan khusus di bidang pabean
yaitu terhadap barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari dalam daerah pabean
Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan negara lainnya
sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor, ekspor atau reekspor (diekspor kembali).
Ketentuan tersebut antara lain mengatur lalu lintas pabean dari luar daerah atau dari dalam
pabean Indonesia lainnya tanpa terlebih dahulu dikenakan bea cukai atau pungutan negara
lainnya, sampai barang tersebut dikeluarkan untuk tujuan impor atau ekspor. (PP No. 22 tahun
1986).

2. Keterkaitan penyebab adanya kawasan berikat


Sedikitnya ada empat jenis keterkaitan yang menyebabkan terjadinya industri berikat, yaitu:
a. keterkaitan produk;
b. keterkaitan jasa;
c. keterkaitan proses;
d. keterkaitan subkontrak.
Sebagai contoh industri berikat yaitu industri garmen. Dalam hal ini industri garmen sebagai
industri utamanya. Sedangkan di sekitar industri garmen tersebut akan dikelilingi oleh industri-
industri lain yang berfungsi sebagai penunjang, misalnya: industri tekstil, industri kancing,
reslasting, dan asesoris lainnya.

3. Fungsi Kawasan Berikat


Fungsi kawasan berikat adalah sebagai tempat penyimpanan, penimbunan, pengolahan
barang yang berasal dari dalam dan luar negeri. Kemudahan yang diberikan dalam kawasan
berikat adalah pelayanan dan pengurusan dokumen ekspor dan impor berada dalam satu atap
(satu kantor).
Seluruh industri dari kawasan berikat harus ditujukan untuk kegiatan ekspor, kecuali industri
tekstil dapat dipasarkan di dalam negeri hingga 15% dari seluruh hasil produksinya.

4. Manfaat Kawasan Berikat


Manfaat yang didapat melalui pembangunan kawasan berikat adalah efisiensi waktu
pengiriman barang, membantu usaha pemerintah dalam rangka mengembangkan program
keterkaitan antara perusahaan besar, menengah, dan kecil melalui pola kegiatan sub kontrak serta
dapat menciptakan harga yang kompetitif di pasar global.
Selain untuk meningkatkan investasi dan juga pertumbuhan ekspor, pemerintah juga
memberikan insentif fiskal di bidang kepabeanan dan perpajakan di tempat penimbunan berikat
kepada investor, salah satunya adalah kawasan berikat. Perusahaan penerima fasilitas kawasan
berikat akan mendapatkan fasilitas penangguhan bea masuk yaitu peniadaan untuk sementara
kewajiban pembayaran bea masuk sampai dengan timbulnya kewajiban untuk membayar
berdasarkan undang-undang.

5. Contoh Kawasan berikat


Contoh kawasan berikat yang dikelola oleh PT. Pengelola Kawasan Berikat di Indonesia (PT.
PKBI) ialah kawasan berikat Tanjung Priok, Cakung, Batam.

6. Tujuan Pembentukan kawasan Berikat


a. meningkatkan efisiensi dengan mendekatkan persediaan bahan baku bagi industri, karena dalam
kawasan tersebut terdapat suatu pusat distribusi, yang akan mensuplai segala kebutuhan industri
di dalamnya. Dengan cara ini, para produsen tidak perlu lagi mengimpor dan mengurus customs
clearance di pelabuhan bongkar atau menyewa tempat penimbunan lainnya.
b. Sarana pemberiaan fasilitas kepabeanan dan perpajakan, di dalam kawasan berikat atas barang-
barang yang diimpor diberikan kemudahan berupa penangguhan, penundaan, keringanan atau
pembebasan bea masuk dan pajak,
c. Meningkatkan daya saing produk ekspor di pasar global, karena biaya produksi menjadi jauh
lebih murah dibandingkan dengan harga yang terjadi di pasar (actual price).

7. Kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah


a. Impor barang modal atau peralatan kontruksi/perluasan, peralatan kantor, diberikan fasilitas
penangguhan pembayaran Bea Masuk dan tidak dipungut PPN, PPn BM dan PPh Pasal 22.
b. Barang atau bahan asal impor yang dimasukkan ke Kawasan Berikat diberikan fasilitas
Penangguhan Bea Masuk, Pembebasan Bea Masuk, Cukai dan tidak dipungut PPN, PPn BM,
dan PPh Pasal 22.
c. Atas penyerahan Barang Kena Pajak dalam Negeri ke Kawasan Berikat diberikan fasilitas tidak
dipungut PPN dan PPn BM.
d. Atas pemasukan Barang Kena Cukai yang berasal dari Daerah Pabean Indonesia Lainnya
dibebaskan dari pengenaan cukai.

8. Ketentuan-ketentuan dalam kawasan berikat


Pemasukan barang modal/peralatan pabrik/barang/bahan baku ke dalam kawasan berikat dapat
dilakukan dari :
a. Tempat Penimbunan Sementara,
b. Gudang Berikat,
c. Kawasan Berikat Lainnya,
d. Pengusaha Dalam Kawasan Berikat dari satu kabupaten,
e. produsen pengguna fasilitas ekspor dan dari daerah pabean Indonesia lainnya.
Dokumen pelindung perpindahan (overbrengen) barang dari satu tempat ke tempat lainnya
adalah :
a. BC 2.3,
b. Bill of Lading,
c. Commercial Invoice,
d. Packing List,
e. dan dokumen pendukung lainnya.
Untuk pengeluaran hasil olahan yang berasal dari Pengusaha Dalam Kawasan Berikat dapat
dilakukan untuk tujuan :
a. Ekspor (menggunakan dokumen BC 2.3 dan Pemberitahuan Ekspor Barang),
b. Kawasan Berikat Lainnya (dokumen BC 2.3 dan kontrak),
c. Pengusaha Dalam Kawasan Berikat dalam satu Kawasan Berikat (dokumen BC 2.3 dan
kontrak),
d. Daerah Pabean Indonesia Lainnya (dokumen PIB, setelah terdapat realisasi ekspor).
Kawasan berikat memberikan kemudahan bagi badan hukum atau pengusaha-pengusaha yang
bergerak di bidang :
a. Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB), yaitu berbentuk perseroan terbatas, yang memiliki,
mengelola, dan menyediakan sarana atau prasarana guna keperluan pihak lain. Perizinan
Penyelenggara Kawasan Berikat harus diajukan permohonan kepada Menteri Keuangan, melalui
Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Surat-surat yang harus dilampirkan adalah : surat izin usaha,
amdal, persetujuan dari instansi teknis, akta pendirian badan hukum, bukti
kepemilikan/penguasaan lokasi, NPWP, PKP, SPT tahun terakhir, peta lokasi/tempat yang
mendapat persetujuan Pemerintah Daerah, Berita Acara Pemeriksaan oleh Kantor Pelayanan Bea
dan Cukai serta pendapat DJBC;
b. Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB), bentuk badan hukumnya adalah perseroan terbatas,
yang melakukan kegiatan usaha pengolahan di Kawasan Berikat sebelum memulai kegiatannya,
pengusaha memberitahukan kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai dalam waktu 14 hari,
tentang jenis kegiatan dan pengurus yang bertanggung jawab. Pemberitahuan yang diperlukan
dan digunakan sebagai lampiran, adalah : bukti kepemilikan/penguasaan lokasi, surat izin usaha
industri, akta pendirian badan hukum, NPWP, PKP, SPT tahun terakhir, rekomendasi
Penyelenggara Kawasan Berikat, peta tempat/lokasi, saldo awal bahan baku, bahan dalam
proses, barang jadi, barang modal dan peralatan pabrik;
c. Persetujuan Pengusaha Dalam Kawasan Berikat dapat dicabut, jika dalam jangka waktu 12
bulan berturut-turut tidak beroperasi, atau Surat Izin Usaha tidak berlaku lagi, keadaan pailit,
bertindak tidak jujur dalam usahanya, persetujuan Penyelenggara Kawasan Berikat dicabut
sehingga keberadaan Pengusaha Dalam Kawasan Berikat sudah tidak relevan lagi atau atas
permohonan sendiri.
Dalam menjalankan kegiatannya, Pengusaha Dalam Kawasan Berikat berkewajiban untuk :
a. Membuat pembukuan sesuai standar akuntansi, menyimpan buku, catatan selama 10 tahun;
b. Memberi kode untuk setiap jenis barang;
c. Menyediakan ruangan dan sarana kerja untuk pejabat bea dan cukai yang ditugaskan di kawasan
berikat;
d. Membuat laporan 3 bulan sekali kepada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai selambat-lambatnya
tanggal 10 bulan berikutnya tentang persediaan bahan baku, barang dalam proses dan barang
jadi;
e. Bertanggung jawab terhadap Bea Masuk, Cukai, dan Pungutan Dalam Rangka Impor yang
terutang atas barang yang dimasukkan atau dikeluarkan dari Kawasan Berikat.
Pengeluaran barang dari Tempat Penimbunan Sementara atau Kawasan Pabean dengan
tujuan untuk ditimbun di Tempat Penimbunan Berikat, dilakukan dengan menggunakan
Pemberitahuan Pabean yang diajukan kepada Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai yang
mengawasi Tempat Penimbunan Berikat.
Persetujuan pengeluaran barang diberikan oleh Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai di
pelabuhan/tempat pembongkaran/penimbunan barang. Petugas Bea dan Cukai setempat akan
memeriksa persyaratan sesuai dengan ketentuan pengeluaran untuk tujuan Tempat Penimbunan
Berikat.
Jika Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) / Penyelenggara Kawasan Berikat (PKB) yang
merangkap sebagai PDKB/Pengusaha Pada Gudang Berikat (PPGB)/Penyelenggara Gudang
Berikat (PGB) yang merangkap sebagai PPGB dan Penyelenggara Entreport untuk Tujuan
Pameran (PETP).
D. Orientasi Industri
1. Dalam menentukan lokasi industri ada beberapa orientasi industri diantaranya adalah:
a. Berorientasi pada bahan baku (mentah)
Bahan baku mudah rusak atau susut
Pengangkutan bahan baku lebih mahal daripada barang jadi
Volume bahan baku lebih berat daripada produk yang dihasilkan.
Contoh: industri semen, industri susu, minyak, air mineral, dan sebagainya.
b. Berorientasi pada tenaga kerja
Membutuhkan tenaga kerja yang banyak
Banyak memerlukan keterampilan atau skill.
Contoh: industri konveksi, tekstil, ukiran, anyaman, batik, dan sebagainya.
c. Berorientasi pada pemasaran (pasar)
Biaya angkut barang jadi lebih mahal daripada bahan mentah
Produk yang dihasilkan mudah rusak dan tidak tahan lama
Memerlukan pemasaran yang luas.
Contoh: industri kaca, industri makanan, industri minuman.
d. Beorientasi pada sumber energi
Memerlukan energi yang banyak dalam proses produksi.
Contoh: peleburan bijih timah, besi, tembaga, aluminium, dan sebagainya.
Alfred Weber mengemukakan teori yang disebut teori teori lokasi yang intinya bahwa menentukan
lokasi industry harus di tempat yang resiko biaya transportasi paling minimal. Ongkos transportasi
tergantung pada bobot barang dan jarak yang ditempuh.
Asumsinya:
Penentuan lokasi industri ditempatkan pada lokasi yang paling rendah biaya transportasinya
Bila bahan mentah mengalami susut (indeks material > 1) maka ditempatkan pada lokasi bahan mentah
Bila bahan mentah tidak mengalami susut (indeks material < 1) maka ditempatkan pada lokasi
pemasaran
Bila indeks material = 1 maka ditempatkan dimana saja.

Strategi pengembangan industri di masa depan menggunakan strategi pokok dan strategi
operasional. Strategi pokok, meliputi :
a. Memperkuat keterkaitan pada semua tingkatan rantai nilai pada klaster dari industri yang
bersangkutan,
b. Meningkatkan nilai tambah sepanjang rantai nilai,
c. Meningkatkan sumber daya yang digunakan industri,
d. Menumbuh-kembangkan Industri Kecil dan Menengah.
Sedangkan untuk strategi operasional terdiri dari:
a. Menumbuh-kembangkan lingkungan bisnis yang nyaman dan kondusif,
b. Penetapan prioritas industri dan penyebarannya,
c. Pengembangan industri dilakukan dengan pendekatan klaster,
d. Pengembangan kemampuan inovasi teknologi.
Strategi pengembangan industri Indonesia ke depan, mengadaptasi pemikiran terbaru yang
berkembang saat ini, yang berhubungan dengan era globalisasi dan perkembangan teknologi
abad 21, yaitu pendekatan pengembangan industri melalui konsep klaster dalam konteks
membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Pada dasarnya klaster industri adalah upaya
pengelompokan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri
pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries), jasa penunjang,
infrastruktur ekonomi, dan lembaga terkait. Untuk menentukan industri yang prospektif,
dilakukan pengukuran daya saing, baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan, untuk
melihat kemampuannya bersaing di dalam negeri maupun di luar negeri. Konsep daya saing
internasional, merupakan kata kunci dalam pembangunan sektor industri, oleh karenanya selain
sinergi sektoral, sinergi dengan seluruh pelaku usaha, serta seluruh daerah yaitu kabupaten-
kabupaten/kota merupakan hal yang sangat penting. Untuk itu dengan dukungan aspek
kelembagaan yang mengatur tugas dan fungsi pembangunan dan dukungan terhadap sektor
industri baik secara sektoral maupun antara pusat dan daerah secara nasional akan menentukan
sukses atau gagalnya pembangunan sektor industri yang di cita-citakan.

Anda mungkin juga menyukai