SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Induksi Ovulasi Dan
Pemijahan Pada Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypopthalmus) Dengan
Manipulasi Hormonal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
INDUKSI OVULASI DAN PEMIJAHAN PADA IKAN PATIN
SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) DENGAN MANIPULASI
HORMONAL
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Akuakultur
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Penguji pada Ujian Tesis : Dr Ir Tatag Budiardi MSi
Judul Tesis Induksi Ovulasi dan Pemijahan pada Ikan Patin Siam
(Pangasianodon hypopthalmus) dengan Manipulasi Honnonal
Nama Yudha Lestira Dhewantara
NIM C151110301
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
DrIr Dr IrRl
Diketahui oleh
Ketua Departemen
Budidaya Perairan
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2012 sampai
Maret 2013 ini adalah Induksi Ovulasi Dan Pemijahan Ikan Patin Siam
(Pangasianodon Hypopthalmus) Dengan Manipulasi Hormonal.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Agus Oman Sudrajat,
M.Sc dan Ibu Dr Ir Rita Rostika, MP selaku pembimbing, Staf pengajar, pegawai
dan laboran Departemen Budidaya Perairan atas dukungan serta bantuannya.
Beasiswa Unggulan Dikti atas bantuan beasiswa selama menempuh pendidikan,
Wawan Gunawan, Irus Rustandi, Ino Irawan, yang telah membantu dalam
penyelesaian penelitian ini, teknisi Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Tawar Sukabumi, Bapak Ahmad Jauhari Pamungkas, M.Si sebagai pendamping
lapangan dan memfasilitasi penelitian di BBPBAT Sukabumi. Rekan satu
penelitian Boedi Rachman, Wiwin Kusuma yang telah membantu penelitian ini.
Teman-teman Akuakultur 2011, Epro Barades, Ahya, Farah Diana, Ibu Veni,
Putra, Hanif dan Ovie Triantari yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini.
Terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas
segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
halaman
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
1. PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 3
Perumusan Masalah 3
Kerangka Pemikiran 3
Hipotesis 4
2. TINJAUAN PUSTAKA 4
Biologi Ikan Patin Siam 4
Perkembangan Ovari 5
Anti Dopamin 9
Aromatase Inhibitor 10
Prostglandin 11
3 METODE 12
Waktu dan Tempat Penelitian 12
Bahan Penelitian 12
Parameter Uji 14
DAFTAR PUSTAKA 26
LAMPIRAN 31
RIWAYAT HIDUP 40
DAFTAR GAMBAR
halaman
1 Mekanisme Hormonal Dan Kerja Spawnprime 4
2 Ikan Patin Siam 5
3 Skema Proses Perkembangan Oosit 8
4 Mekanisme Antidopamin (Domperidone) 10
5 Konsentrasi Hormon Dalam Darah 16
6 Induk Ikan Patin Yang Di Suntik Perlakuan
Spawnprime 3 Dan 4 17
7 Jumlah Telur Ikan Patin 18
8 Diameter Telur Patin 19
8.1 Diameter Satu Butir telur Ikan Patin 19
9 Derajat Pembuahan 20
10 Derajat Penetasan 21
11 Kelangsungan Hidup 21
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
1 Wadah Pematangan Gonad Induk Patin 31
2 Konsentrasi Estradiol- 17 32
3 Jumlah Telur Yang Diovulasikan 32
4 Diameter Telur 33
5 Derajat Pembuahan 36
6 Derajat Penetasan 37
7 Kelangsungan Hidup 38
8 Metode Elisa 39
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
itu perlu dilakukan suatu cara agar menjadi berkelanjutan, salah satunya dengan
menggunakan hormone. Banyak jenis hormon yang dapat digunakan untuk
merangsang terjadinya ovulasi dan pemijahan pada ikan. Namun, setiap jenis
hormone memiliki dosis yang berbeda.
Ovaprim merupakan produk premiks yang terdiri dari campuran salmon
Gonadotropin - Releasing Hormone analogue (sGnRHa [D-Arg6-Pro9-
NetsGnRHa] dengan dopamin antagonis dari jenis domperidone. Pada kegiatan
pembenihan, ovaprim digunakan sebagai bahan perangsang pematangan gonad
dan pemijahan pada induk. Ovaprim berperan dalam memacu proses ovulasi dan
pemijahan pada ikan. GnRH-a yang terkandung dalam ovaprim berperan
merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin (Lam 1995).
Penelitian yang dilakukan oleh Affonso et al. (1999), pemberian AI
sebesar 10 mg/kg pada induk coho salmon siap mijah, hasil yang didapat yaitu
pada H 10 mulai ovulasi sebesar 67% dengan fertilitas 85%. Pemakaian LHRHa
telah berhasil digunakan dalam menginduksi pembenihan ikan bandeng. Dengan
demikian, LHRHa memiliki fungsi seperti sGnRHa pada ovaprim.
Prostaglandin F2 (PGF2) merupakan derivat dari struktur asam
prostanoat dan berasal dari asam lemak esensial melalui seleksi dan oksidasi
(Tunner dan Bagnara 1988), pgf2 pada ikan berperan untuk merangsang
terjadinya pengeluaran oosite yang telah matang dari saluran reproduksi (ovulasi).
Mekanisme kerja hormon dalam terjadinya ovulasi pada prostaglandin bersama
dengan hormon LH akan meningkatkan aktivitas enzim proteolitik di folikel
sehingga akan menstimulasi inti sel telur yang berada di tengah untuk bergerak ke
pinggir dan selanjutnya melebur menuju kutub animal, yang berarti telur siap
diovulasikan.
Ikan patin tidak bisa memijah secara semi alami, dikarenkan tidak adanya
refleks spawning, sehingga pemijahan harus dilakukan dengan cara stripping.
Adapun teknik stripping dapat berdampak negatif pada induk. Adapun dampak
negatifnya yaitu induk bisa cepat stress, rusaknya organ reproduksi, sehingga
kualitas gamet tidak optimal dan rusak dan pada saat telur dan sperma
dicampurkan.
Proses pemijahan ikan patin masih bergantung terhadap penggunaan
ovaprim, yg merupakan produks import, harganya fluktuatif, ketersediaannya
kadang bermasalah. Ovaprim hanya mampu menginduksi ovulas, tetapi tidak
dapat menginduksi pemijahan secara alamiah, sehingga pemijahan semi alami,
tidak dapat terjadi pada ikan patin yg disuntik dengan ovaprim, sedangkan pada
ikan lain dapat memijah secara semi alami bila disuntik dengan ovaprim. Oleh
karena itu diperlukan pengembangan induksi hormonal yang mampu menyebakan
ikan patin dapat memijah secara semi alami, sehingga kualitas gamet dan benih
yang dihasilkan lebih baik. Untuk itu perlu dikembangkan penggunaan berbagai
macam hormon dan bahan kimia seperti LHRH, AD, AI, prostaglandin, dan
oxytocin yang diharapkan mampu menginduksi pemijahan secara semi alami pada
patin untuk mengurangi dampak negatif dari stripping.
3
Tujuan Penelitian
Rumusan Masalah
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
1 TINJAUAN PUSTAKA
Kelas : Pisces
Sub-kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasianodon hyphopthalmus
Perkembangan Ovari
tinggi asal darah yang disintesis di dalam hati (Donalson dan Hunter 1983). Tyler
et al. 1991 menyatakan bahwa vitelogenin adalah proses induksi dan sintesis
vitelogenin dihati. Vitelogenin diangkut melalui darah menuju oosit dan melalui
penyerapan secara selektif kemudian disimpan sebagai kuning oosit. Akumulasi
kuning oosit tersebut menyebabkan penambahan ukuran oosit. Proses pematangan
gonad pada ikan melibatkan dua macam hormone gonadotropin yang dihasilkan
oleh adenohipofisis, yaitu FSH yang berperan merangsang perkembangan folikel
melalui sekresi estradiol- 17 dan LH yang berperan dalam merangsang
pematangan akhir (Nagahama 1983).
Ovari yang terpilih, yaitu yang memiliki tingkat perkembangan gonad
(tingkat kematangan gonad) berbeda segera dimasukkan ke dalam botol sampel
berisi larutan fiksatif Bouins dan diberikan tanda. Preparasi histologis gonad juga
dilakukan untuk penentuan karakteristik internal oosit agar diperoleh data yang
lebih lengkap dan akurat serta sekaligus sebagai pembanding dan penegasan dari
hasil dari pengamatan karakteristik eksternalnya. Pembagian tingkat
perkembangan ovary (TKG) (P. hypophthalmus) yang disampaikan oleh Siregar
(1999) seperti pada
Tabel 1 Pembagian tingkat perkembangan ovari (TKG) dan stadia
perkembangan oosit sampel ikan patin dengan memodifikasi pembagian tingkat
kematangan gonad calon induk betina ikan patin siam (P. hypophthalmus)
menurut Siregar (1999).
Hormon ialah zat yang disintesis pada kelenjar tanpa saluran dan
diekskresikan ke dalam aliran darah untuk dikirim ke berbagai organ target
(Crodsky 1984). Proses vitelogenesis di dalam tubuh ikan melibatkan beberapa
9
Anti Dopamin
Aromatase Inhibitor
Prostaglandin (PGF2)
3 METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 sampai Maret
2013 dan bertempat di kolam Percobaan Babakan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor dan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Tawar Sukabumi. Selin itu analisis hormon dilakukan di Laboratorium Hormon
Unit Rehabilitasi dan Reproduksi Departemen Klinik, Reproduksi dan Patologi
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor .
Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sepuluh buah syringe 0.5
ml, enam buah syringe 10 ml, sepuluh buah syringe 3ml, kain lap, kamera digital,
cawan petri, serokan ikan, mikroskop mikrometer, timbangan digital, botol 10ml
sepuluh buah, kateter, gelas piala, lampu senter, dua buah baskom, dua belas
buah waring, sepuluh buah akuarium, dan kolam, dan alat-alat untuk mengukur
kualitas air.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan patin siam sebagai
ikan uji yang sudah matang gonad, LHRH, aromatase inhibitor, anti dopamin,
PGF2 (Prostaglandin), Oxytocin, larutan NaCl 0.90%, propelin glycol, larutan
serra, dan anti koagulan.
Ikan Uji
Ikan uji yang digunakan adalah ikan patin yang siap memijah. Ikan patin
yang digunakan berumur 3 tahun dengan bobot yang berkisar antara 1 3.5kg /
ekor. Sebanyak 70 ekor induk ikan patin siam.
Persiapan Wadah
mengecek apakah bocor atau tidak. Setelah bersih, bak fiber dikeringkan selama
1 hari. Selanjutnya bak fiber tersebut baru akan diisi dengan air sehari sebelum
perlakuan dimulai. Gambar tata letak kolam dan waring terdapat pada Lampiran
1.
Pemeliharaan Ikan
Ikan patin yang digunakan adalah ikan patin siam dengan ukuran 1 kg
sampai 3.5 kg yang diperoleh dari petani patin di Bogor. Pada awal pemeliharaan,
ikan dipelihara dalam waring yang berdimensi 300 x 200 x 90 cm. Sebelum
ditebar dalam waring, ikan diaklimatisasikan terlebih dahulu selama beberapa
menit hingga suhu dalam kolam dan antara ikan jantan dan betina dipisah.
Pembuatan Spawnprime
Spawnprime adalah campuran larutan dari lima macam bahan yaitu larutan
LHRH, larutan aromatase inhibitor (AI), larutan anti dopamin (AD), PGF2
(Prostaglandin), dan oxytocin.
Rancangan Penelitian
Ikan patin yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan patin siam yang
sudah matang gonad. Kematangan gonad ikan maka dilakukan pengamatan
terhadap beberapa ciri-ciri morfologi, diantaranya bentuk perut atas dan warna
daerah genital dengan menggunakan kateter. Ikan betina yang sudah matang
14
gonad ditandai dengan bagian perut atas (dibawah linea lateralis) yang membesar
dan cenderung lembek, warna tubuh yang cenderung memudar, serta warna
daerah genital yang cenderung berwarna kuning bening.
Parameter Uji
Pengamatan adanya telur dilakukan pada dasar bak fiber setelah 6 jam
penyuntikan. Pengamatan dilanjut setiap 30 menit. Dilakukan stripping/
pengurutan telur pada induk yang tidak memijah setelah 6 jam
Diameter Telur
dikalikan dengan pembesaran empat puluh kali, maka didapatkan hasil diameter
telur ikan patin sebenarnya dalam satuan mm.
Derajat Pembuahan
Derajat Penetasan
Analisis Data
HASIL
Konsentrasi hormon dalam darah ikan patin hasil induksi ovulasi dapat
dilihat pada (Gambar 5) Lampiran 2.
800.0
700.0 618.7
Konsentrasi Estradiol-17
571
600.0
500.0
(pg/ml)
393.4
400.0
300.0 253.7 jam ke-0
157.5 172.4 155.6
200.0 jam ke-6
99.9
100.0 66.4
0.7 jam ke-12
0.0
Perlakuan
Spawnprime 3 spawnprime 4
perlakuan lainnya masih dengan cara distripping tetapi memiliki waktu yang lebih
cepat dari ovaprim.
Pada penelitian ini digunakan induk ikan patin siam yang telah matang
gonad dengan bobot yang berbeda dengan kisaran bobot 1.5 kg 3.5 kg. Dari
ikan-ikan yang berovulasi, seluruh telur yang dikeluarkan dihitung dan
didapatkan hasil jumlah telur yang diovulasikan berkisar antara 122.100 28179
sampai 140.912 21304 butir telur. Namun secara statistik tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata antar perlakuan P>0.05 (Lampiran 3). Jumlah telur yang
diovulasikan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7:
200000 132834
135000 126150 136350
180000 129000 140912
jumlah telur (butir)
160000 137249
140000
120000
100000
80000 130790
122100
60000
b
40000 a a a a a a a
20000 0 a a
0
Perlakuan
Diameter Telur
Diameter telur ikan patin hasil induksi ovulasi dapat dilihat pada Gambar 8
(Lampiran 4).
1 0.87 0.92
0.78 0.82 0.83
0.75
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Diameter telur ikan patin hasil induksi ovulasi dan pemijahan pada seluruh
perlakuan spawnprime tidak berbeda nyata dengan ovaprim (P>0.05) tetapi
berbeda sangat nyata dengan perlakuan kontrol (NaCl).
Derajat pembuahan telur hasil induksi ovulasi pada penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 9 (Lampiran 5) :
100.00 93.47 92.40 90.13 92.00 91.87 91.20 90.67 92.27 92.93
Derajat pembuahan (%)
80.00
60.00 a
a a a a
b a a a a
40.00
20.00
0.00
0.00
Perlakuan
Derajat penetasan telur ikan patin hasil induksi ovulasi dapat dilihat pada
Gambar 10 (Lampiran 6).
21
92.33 89.05
100.00 90.48 87.35 87.46 90.72 84.32 86.29 85.78
60.00
40.00
ab ab
20.00 0.00 ab
c ab ab a ab b ab
0.00
Perlakuan
Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup larva patin selama 4 hari hasil induksi ovulasi dapat
dilihat pada Gambar 11 (Lampiran 7).
120.00
94.05 93.91
100.00 84.98 86.03 86.67 81.77 84.14 84.75 82.27
kelangsungan hidup larva (%)
80.00
60.00
40.00
d bc
20.00 a bc bc bc
0.00 bc b a c
0.00
perlakuan
Pembahasan
Pemijahan adalah proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan
sperma oleh induk jantan yang kemudian diikuti dengan perkawinan. Pemijahan
sebagai salah satu aspek dari reproduksi merupakan mata rantai dari siklus hidup
yang menentukan kelangsungan hidup species. Penambahan populasi ikan
tergantung dari kondisi tempat telur dan larva ikan yang kelak akan berkembang.
Oleh karena itu pemijahan menuntut keamanan bagi kelangsungan hidup
larva/benih ikan, tempat yang cocok, waktu yang tepat dan kondisi yang lebih
menguntungkan.
Sampai saat ini, pemijahan ikan patin masih dilakukan secara buatan yaitu
melalui pemberian rangsangan hormon untuk proses pematangan akhir gonad,
pengeluaran telur dilakukan dengan cara pengurutan (stripping) dan pembuahan
dilakukan secara kering dengan mencampur sperma dan telur.
Penggunaan ovaprim sebagai perangsang dalam proses ovulasi sangat
penting dalam pemijahan buatan yang menggunakan hormon ketika sinyal
lingkungan tidak dapat mengendalikan siklus reproduksi. Kemampuan ikan untuk
berovulasi sangat dipengaruhi oleh pemberian atau penggunaan hormon yang
efektif. Penggunaan dosis yang tepat akan membuat kontraksi otot ovari terpacu
terus menerus dan bukaan saluran telur membesar sehingga telur yang dikeluarkan
lebih banyak. Pada patin induksi ovulasi dan pemijahan belum terjadi atau belum
23
dibandingkan ovaprim. Hal ini sesuai dengan Casper dan Mitwally, (2006) yang
menyebutkan bahwa AI dapat memblocking produksi estrogen dengan
menghambat aromatase pada organ tertentu yang menghasilkan sekresi FSH yang
meningkat sehingga merangsang perkembangan ovari sehingga terjadi ovulasi.
Hal lain juga yang mempengaruhi adalah aktivitas aromatase akan meningkat dan
mencapai puncaknya pada pasavetelogenesis. Hal ini sesuai dengan Nagahama
(1995) yang menyebutkan kinerja aromatase akan meningkat dan terjadi kinerja
yang optimum pada saat pascavitelogenesis karena pascavitelogenesis produksi
estradiol 17akan menurun demikian juga aromatase.
Keberhasilan memijah juga ditunjukkan pada perlakuan premiks buatan.
Pada perlakuan C.1-C.3, tingkat keberhasilannya mencapai 66,67% dan
perlakuan C.4 mencapai 100%. Hal tersebut menunjukkan bahwa premiks buatan
tersebut juga mampu memicu terjadinya ovulasi pada ikan Sumatra (Permana
2009). Kemampuan dari LHRHa dalam merangsang pengeluaran hormon
gonadotropin dibantu dengan adanya anti dopamin yang mampu
menghambat kerja dopamin telah cukup terbukti untuk mempercepat dan
memicu terjadinya ovulasi. Pemberian aromatase inhibitor juga dapat memicu
terjadinya ovulasi . Hal ini dikarenakan, aromatase inhibitor memiliki peran dalam
menurunkan aktivitas aromatase dalam gonad akibatnya produksi estrogen-17
turun dan meningkatkan produksi testosteron, hal tersebut merupakan awal sinyal
balik positif terhadap LH sehingga proses pematangan oosit akan berlangsung
lebih cepat. Menurut Basuki (2007), penambahan aromatase inhibitor (AI) juga
memungkinkan kerja LH dalam menurunkan enzim aromatase tadi akan
diperkuat atau digantikan oleh AI, sehingga peranan LH dalam proses pematangan
dan ovulasi akan lebih efisien.
Keberhasilan memijah pada ikan bergantung kepada faktor internal dan
eksternal. Faktor internal antara lain: genetika, umur induk, ukuran induk, dan
tingkat kematangan gonad yang dipengaruhi oleh sistem fisiologis yang
berlangsung di dalam tubuh ikan, khususnya sistem hormon. Faktor eksternal
merupakan faktor yang mampu merangsang ikan memijah, seperti lingkungan
yang meliputi substrat, pakan, suhu, intensitas cahaya, kulaitas air, dan tingkat
stres. Adanya faktor lingkungan yang dapat diterima sebagai sinyal maka
pemijahan dapat terjadi. Hal ini diungkapkan oleh Sumantri (2006) yang
menyebutkan bahwa pemijahan dapat terjadi karena faktor eksternal seperti suhu,
pakan, cahaya, dan lain-lain.
Parameter jumlah telur yang diovulasikan pada penelitian ini berkisar
antara 122.100 28179 sampai 140.912 21304 butir. Pada perlakuan
spawnprime 4 menghasilkan jumah telur yang di ovulasikan tertinggi di
bandingkan perlakuan lainnya. Hal ini tidak terjadi pada ovaprim, yang memiliki
dosis sGnRH yang tinggi pada kisaran di bawah 1000mg/l, namun tidak ada
kandungan AI di dalamnya. Sedangkan sGnRH sendiri memiliki fungsi yang
analog dengan LHRHa pada spawnprime. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada kadar penambahan AI sebesar 100 mg/l, komposisi LHRHa optimum adalah
10 mg/l. Dengan demikian, penambahan AI tersebut mampu menurunkan
kebutuhan sGnRH pada ovaprim hingga mencapai 100 kali penyusutan. Menurut
Permana (2009) ovulasi terjadi setelah pematangan akhir dan sel telur telah
mengalami GVBD. Jumlah telur yang diovulasikan bergantung pada jumlah telur
25
yang telah masak sebelum folikel pecah, karena pengaruh hormon dalam
perkembangan dan pematangan oosit berperan besar dalam proses tersebut.
Parameter diameter telur, diameter telur akan berbeda antar pelakuan yang
diberikan hormon dengan yang alami. Hal ini terjadi karena diameter telur dapat
dipengaruhi oleh induksi hormon yang diberikan pada induk. Ukuran diameter
telur dipengaruhi oleh banyaknya vitelogenin yang tersimpan di dalamnya yang
terjadi ketika proses perkembangan telur. Namun demikian, menurut Effendie
(1997) tidak semua ikan memiliki hubungan yang berbanding lurus antara
fekunditas dan diameter sel telur. Ukuran telur ikan berkaitan dengan tingkat
kematangan gonad pada induk. Semakin tinggi tingkat kematangan gonad maka
ukuran telur semakin membesar dan akan berhenti setelah mencapai ukuran
tertentu (maksimal). Saat kondisi tersebut menurut Abdullah (2007), nukleus
tertarik ke tengah dan mengalami perubahan bentuk selama beberapa saat. Tahap
ini disebut tahap istirahat (dorman) dimana ikan menunggu kondisi lingkungan
yang baik untuk memijah. Induk ikan yang diseleksi sebelum diberi perlakuan
telah mencapai tingkat kematangan gonad akhir dengan ukuran telur dominan
diduga telah mencapai ukuran tertentu (maksimal). Berdasarkan hasil pada
Gambar 10, diameter telur ikan yang disuntik Spawnprime 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7dan 8
dan Ovaprim memiliki ukuran yang tidak berbeda nyata. Dominansi telur yang
telah mencapai ukuran maksimal mengalami ovulasi setelah dirangsang oleh
Spawnprime dan Ovaprim sehingga telur yang dikeluarkan memiliki ukuran yang
sama. Diameter telur yang terbesar yakni 1.10 0.05 pada perlakuan spawnprime
8, hal ini dijelaskan oleh Nagahama et al. (1995) menyatakan bahwa
perkembangan oosit dari pravitelogenesis ke vitelogenesis terjadi karena
peningkatan produksi estradiol-17. SNI (2000) Matang gonad pada ikan betina
adalah kondisi ikan yang sudah siap untuk dikawinkan (dipijahkan) yang ditandai
oleh diameter telur yang sudah mencapai ukuran 1.0 mm 1.2 mm, seragam dan
tidak menggumpal bila diberikan larutan sera inti terlihat berada di pinggir serta
warna telur kekuningan. Pada ikan jantan ditandai oleh urogenitalnya yang
memerah, bila dilakukan pengurutan pada bagian perut akan mengeluarkan
sperma berwarna putih susu dan kental.
Pembuahan merupakan peleburan sel gamet jantan dengan sel gamet
betina. Saat terjadi pembuahan hanya satu sel gamet jantan yang akan masuk
melalui lubang mikrofil pada sel gamet betina. Pembuahan juga sering dijadikan
indikator kualitas telur dimana kemampuan telur untuk berkembangan menjadi
embrio setelah terjadi pembuahan hingga menetas dipengaruhi reaksi-reaksi dari
dalam telur itu sendiri. Berdasarkan hasil pada Gambar 7, pembuahan telur ikan
yang disuntikan Spawnprime dan Ovaprim memiliki derajat yang tidak berbeda
nyata. Spawnprime dan Ovaprim memiliki kinerja yang sama untuk menghasilkan
kualitas telur yang diovulasikan, sehingga kemampuan telur terbuahi setelah
dicampur sperma pun sama, namun pada penyuntikan dengan ovaprim
menghasilkan 93.47% 2.96.
Penetasan menyatakan keluarnya embrio dari cangkang telur. Berdasarkan
hasil pada Gambar 8, penetasan telur ikan yang disuntikan spawnprime dan
memiliki derajat yang tidak berbeda nyata. spawnprime dan Ovaprim memiliki
kinerja yang sama untuk menghasilkan telur yang dibuahi, sehingga kemampuan
menetas setelah inkubasi pun sama. Namun pada spawnprime 4 menghasilkan
nilai derajat penetasan sebesar 92.33% 5.86.
26
SIMPULAN
SARAN
Induksi ovulasi dan pemijahan secara semi alami dapat dilakukan dengan
penyuntikan spawnprime. Penyempurnaan dosis untuk setiap komposisi dalam
spawnprime 4 harus dilakukan untuk meningkatkan efektifitas pemijahan.
DAFTAR PUSTAKA
rata-
perlakuan Ulangan jumlah rata STDEV
1 2 3 4 5
ovaprim 150000 112500 180000 97500 105000 645000 129000 34937
NaCl 0 0 0 0 0 0 0 0
spawnprime 1 191250 120000 138750 97500 127500 675000 135000 34877
spawnprime 2 123750 112500 105000 136450 176250 653950 130790 28053
spawnprime 3 131670 173250 165000 78000 116250 664170 132834 38572
spawnprime 4 135000 174750 127056 147000 120754 704560 140912 21304
spawnprime 5 134250 105000 165000 112500 93750 610500 122100 28179
spawnprime 6 131250 93750 147000 95250 163500 630750 126150 31066
spawnprime 7 120750 143870 151560 135000 135065 686245 137249 11518
spawnprime 8 123750 108000 131250 112500 206250 681750 136350 40135
Source DF SS MS F P
PERLAKUAN 9 80111427893 8901269766 10.27 0.000
Error 40 34673259772 866831494
Total 49 1.14785E+11
Source DF SS MS F P
y 9 38035.16 4226.13 730.32 0.000
Error 40 231.47 5.79
Total 49 38266.63
y N Mean Grouping
OVAPRIM 5 93.47 A
spawnprime 8 5 92.93 A
spawnprime 1 5 92.40 A
spawnprime 7 5 92.27 A
spawnprime 3 5 92.00 A
spawnprime 4 5 91.87 A
spawnprime 5 5 91.20 A
spawnprime 6 5 90.67 A
spawnprime 2 5 90.13 A
NaCl 5 0.00 B
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
1 2 3 4 5 Rata Stdev
Ovaprim 90.67 91.33 94.67 98.00 92.67 467.33 93.47 2.96
NaCl 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Spawnprime 1 95.33 88.00 96.67 86.67 95.33 462.00 92.40 4.68
Spawnprime 2 90.00 92.00 91.33 88.00 89.33 450.67 90.13 1.59
Spawnprime 3 93.33 92.00 90.00 90.67 94.00 460.00 92.00 1.70
Spawnprime 4 91.33 94.67 91.33 87.33 94.67 459.33 91.87 3.03
Spawnprime 5 91.33 92.00 90.67 92.00 90.00 456.00 91.20 0.87
Spawnprime 6 88.00 92.00 90.00 92.67 90.67 453.33 90.67 1.83
Spawnprime 7 90.67 92.00 93.33 92.00 93.33 461.33 92.27 1.12
Spawnprime 8 94.00 92.00 96.67 92.67 89.33 464.67 92.93 2.69
Source DF SS MS F P
PERLAKUAN 9 38035.16 4226.13 730.32 0.000
Error 40 231.47 5.79
Total 49 38266.63
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
1 2 3 4 5 Rata Stdev
Ovaprim 91.91 90.51 92.25 87.07 90.65 452.40 90.48 2.05
NaCl 0 0 0 0 0 0.00 0.00 0.00
Spawnprime 1 92.31 81.82 86.90 86.92 88.81 436.76 87.35 3.80
Spawnprime 2 81.48 82.61 91.97 91.67 89.55 437.28 87.46 5.04
Spawnprime 3 90.00 89.13 88.89 93.38 92.20 453.60 90.72 1.98
Spawnprime 4 94.89 91.55 82.48 96.95 95.77 461.64 92.33 5.86
Spawnprime 5 91.97 87.68 86.76 86.96 91.85 445.23 89.05 2.64
Spawnprime 6 87.88 79.71 88.89 80.58 84.56 421.61 84.32 4.15
Spawnprime 7 91.18 85.51 86.43 83.33 85.00 431.45 86.29 2.95
Spawnprime 8 87.94 86.96 85.52 84.17 84.33 428.92 85.78 1.64
Source DF SS MS F P
PERLAKUAN 9 35279.9 3920.0 332.42 0.000
Error 40 471.7 11.8
Total 49 35751.6
spawnprime 4 5 92.33 A
spawnprime 3 5 90.72 A B
ovaprim 5 90.48 A B
spawnprime 5 5 89.05 A B
spawnprime 2 5 87.46 A B
spawnprime 1 5 87.35 A B
spawnprime 7 5 86.29 A B
spawnprime 8 5 85.78 A B
spawnprime 6 5 84.32 B
Nacl 5 0.00 C
Ulangan Rata-
Perlakuan Jumlah
1 2 3 4 5 Rata Stadev
Ovaprim 100 94.35 91.6 90.63 93.65 470.23 94.05 3.65
Larvis 0 0 0 0 0 0 0.00 0.00
Spawnprime 1 87.12 86.11 87.3 84.07 80.31 424.91 84.98 2.91
Spawnprime 2 87.27 89.49 84.92 84.3 84.17 430.15 86.03 2.30
Spawnprime 3 86.51 83.74 83.33 89.76 90 433.34 86.67 3.18
Spawnprime 4 91.54 90 95.58 96.85 95.59 469.56 93.91 2.96
Spawnprime 5 81.75 82.64 80.51 81.67 82.26 408.83 81.77 0.81
Spawnprime 6 81.9 87.27 85 83.04 83.48 420.69 84.14 2.07
Spawnprime 7 85.48 84.75 85.12 84.35 84.03 423.73 84.75 0.58
Spawnprime 8 83.06 84.17 80.65 82.05 81.42 411.35 82.27 1.38
Source DF SS MS F P
PERLAKUAN 9 34492.10 3832.46 720.54 0.000
Error 40 212.76 5.32
Total 49 34704.86
RIWAYAT HIDUP