Anda di halaman 1dari 45

OBA

1. Obat alami: obat-obatan yang bahan bakunya berasal dari alam dan berfungsi untuk meningkatkan
kemampuan vital tubuh dalam menyembuhkan dan mempertahankan dirinya dari serangan penyakit
yang berasal dari luar tubuh.
2. Jamu adalah sebutan untuk obat tradisional dari Indonesia. Belakangan populer dengan sebutan
herba atau herbal.
3. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, bahan sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobata. contoh: Jamu Cabe Puyang, Jamu Pahitan, Jamu
Kunci Suruh, Jamu Kudu Laos, Jamu Uyup-uyup/Gepyokan, jamu beras kencur.
4. Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah di standarisasi. OHT baru uji praklinik saja yaitu pada
hewan percobaan. contoh: diabmeneer, diapet, kiranti (obat datang bulan), fitogaster, fitolac, lelap,
glucogard.
5. Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk jadinya telah di standardisasi. Uji klinis yaitu uji yang
dilakukan terhadap manusia. contoh: nodiar, stimuno, Rheumaneer, tensigard, x-gra
6. pasca panen simplisia sampe jadi obat:
a. sortasi basah : memisahkan kotoran & bahan asing (tanah, kerikil, rumput, bagian tanaman yang
rusak).
b. pencucian pengupasan: menurunkan jumlah mikroba awal, # bakteri dalam air: pseudomonas,
proteus, micrococcus, bacillus, streptococcus, enterobacter, dan Escherechia.
c. perajangan: mempercepat penguapan air (irisan tipis), namun zat aktif yang mudah menguap
(minyak atsiri) bisa berkurang/ hilang.
d. pengeringan: FAKTOR: Suhu 60C (minyak atsiri: 30-45C), Kelembaban & aliran udara, Waktu
pengeringan, Luas permukaan bahan.
e. sortasi kering: memisahkan bagian tanaman yang tidak diinginkan dan beberapa pengotor
f. pengemasan dan pelabelan: mencegah kontaminasi & menjaga kestabilan tingkat kekeringan
bahan
g. penyimpanan: PRINSIP: FIFO (first in-first out). Simplisia sejenis catat tanggal penyimpanan

BIOKIMIA

7. karbohidrat: Senyawa yang terdapat dalam semua tumbuhan yang berfotosintesis dan hewan,
yang sangat penting bagi kehidupan. Tersusun atas unsur Carbon, Hidrogen, dan Oksigen. Memiliki
rumus CnH2nOn. Merupakan polihidroksilaldehid, polihidroksiketon, atau zat yang memberikan
senyawa seperti itu jika dihidrolisis
8. -Monosakarida : paling sederhana (ex : glukosa, fruktosa, galaktosa)
-Disakarida : hidrolisis menghasilkan 2 molekul monosakarida (ex : sukrosa (hidrolisis menghasilkan
1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa), maltosa (hidrolisis menghasilkan 2 molekul glukosa)
-Trisakarida : hidrolisis menghasilkan 3 molekul monosakarida
-Oligosakarida : hidrolisis menghasilkan 2-10 molekul monosakarida
-Polisakarida : hidrolisis menghasilkan >10 molekul monosakarida (ex : pati, selulosa, amilum)
9. Asam amino adalah senyawa penyusun protein. Asam amino mempunyai satu atom C sentral yang
mengikat secara kovalent : satu gugus karboksil (-COOH), satu gugus amino (-NH2), satu atom H dan
rantai samping (gugus R). Pada umumnya gugus amino terikat pada posisi dari gugus karboksil.
10. Biopolimer yang terdiri dari banyak satuan as. Amino yg dihubungkan oleh ikatan peptide.
11. protein merupakan komponen utama dalam jaringan struktur (otot, rambut, kuku, kulit)
12. lipid adalah kelompok molekul alami yg meliputi lemak, lilin sterol.

FTS SOLID

1. Tablet effervesent adl tablet yg mengeluarkan buih ketika dimasukkan ke dlm air. Buih yg keluar tsb adlh gas karbondioksida yg
dihasilkan dari reaksi antara asam organik dg garam turunan karbonat. Gas korbondioksida ini membantu mempercepat hancurnya
tablet dan meningkatkan kelarutan zat aktif.
2. Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah. Memberikan residu dg rasa enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak
meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi
multivitamin, antasida, dan antibiotika tertentu. Bahan aktif yg biasanya dipakai :
3. -Keuntungan metode granulasi basah: Memperoleh aliran yg baik, Meningkatkan kompresibilitas, Untuk mendapatkan berat
jenis yang sesuai, Mengontrol pelepasan, Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses, Distribusi keseragaman
kandungan dan Meningkatkan kecepatan disolusi
-Kekurangan metode granulasi basah: Banyak tahap dlm proses produksi yang harus divalidasi, Biaya cukup tinggi, Zat aktif
yg sensitif tdhp lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dg cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dg pelarut non air
4. Metode granulasi kering digunakan dalam kondisi-kondisi sbb :
-Kandungan zat aktif dlm tablet tinggi
-Zat aktif susah mengalir
-Zat aktif sensitif thdp panas dan lembab
5. Keuntungan metode kempa langsung yaitu : -Lebih ekonomis karena validasi proses lebih sedikit, -Lebih singkat prosesnya.
Karena proses yg dilakukan lebih sedikit, maka waktu yg diperlukan utk menggunakan metode ini lebih singkat, tenaga dan mesin
yg dipergunakan juga lebih sedikit, -Dapat digunakan utk zat aktif yg tidak tahan panas dan tidak tahan lembab, -Waktu hancur dan
disolusinya lebih baik karena tidak melewati proses granul, tetapi langsung menjadi partikel.
Kerugian metode kempa langsung:
-Perbedaan ukuran partikel dan kerapatan bulk antara zat aktif dg pengisi dapat menimbulkan stratifikasi di antara granul yg
selanjutnya dapat menyebabkan kurang seragamnya kandungan zat aktif di dalam tablet, -Zat aktif dosis besar tidak mudah untuk
dikempa langsung karena itu biasanya digunakan 30% dari formula agar memudahkan proses pengempaan sehingga pengisi yg
dibutuhkanpun makin banyak dan mahal, -Sulit dalam pemilihan eksipien karena eksipien yg digunakan harus bersifat; mudah
mengalir; kompresibilitas yg baik; kohesifitas dan adhesifitas yg baik
6. Bahan pengisi yg dipakai dlm industri farmasi : avicel, sukrosa, manitol
Bahan pengikat : gelatin, polivinil alkohol, PEG 6000
Bahan penghancur : amylum, avicel, explotab
Bahan pelicin : talkum, magnesium stearat
7. Penyebab masalah capping: terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus dan porositas tinggi, khususnya pada
penggunaan punch yang baru, yaitu dg adanya udara yang terjebak antara punch dan die. Kekerasan yg terlalu rendah atau terlalu
tinggi (ada yang optimal), Granul yg terlalu kering, Zat pengikat yg kurang tepat, Pengikat yg jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi
jumlahnya kecil).
-Penanggulangan Capping : Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran harus sama, Pembuatan granul
diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau kekurangan pengikat atau tidak cocok, Tambahkan pengikat kering seperti gom
arab, sorbitol, PVP, sakarin, NHPC, LHPC 21, Metilselulosa dg konsistensi tinggi, sehingga meningkatkan kekompakan tablet.
8. Evaluasi terhadap tablet: pemerian, identifikasi (bahan aktif), ruang bobot per tablet/10 tablet, rentang ketebalan tablet, rentang
kekerasan, keregasan tablet, kadar, keseragaman sediaan (kandungan, bobot), disolusi, waktu hancur.
9. 3 cara pengisian kapsul dan cara menyimpan kapsul: Dengan tangan, Dengan alat bukan mesin, Dengan alat mesin.
10. Cara menyimpan kapsul tersebut : sebaiknya kapsul disimpan didalam tempat atau ruangan yang :
-Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering (suhu < 250C dan RH < 65%)
-Terbuat dari botol gelas, tertutup rapat dan diberi bahan pengering (silika gel)
-Terbuat dari wadah botol plastik, tertutup rapat dan juga diberi bahan pengering
-Terbuat dari Aluminium foil dalam blister atau strip
11. 3 tujuan penggunaan suppositoria :
-Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam rektum maupun vagina atau urethra, seperti penyakit haemorroid / wasir /
ambein dan infeksi lainnya.
-Juga secara rektal digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rektum,
-Agar terhindar dari pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran gastrointestinal dan perubahan obat secara biokimia di dalam
hepar .
12. Penggolongan bahan dasar Suppositoria.
a. Bahan dasar berlemak : Ol. Cacao (lemak coklat)
b. Bahan dasar yang dapat bercampur atau larut dalam air :gliserin-gelatin, polietilenglikol (PEG)
c. Bahan dasar lain: Pembentuk emulsi A/M, misalnya campuran Tween 61 85% dg gliserin laurat 15%
13. 2 macam evaluasi granul : kecepatan alir, sudut diam
14. Pengujian yg dapat dilakukan thd bentuk sediaan tablet : keseragaman ukuran tablet, keregasan tablet, disolusi, waktu hancur
15. Contoh bahan pengisi pada kapsul yaitu bentonit, kalsium karbonat, laktosa, mannitol, magnesium karbonat, magnmesium
oksida, silika gel, tepung, talk dan serbuk tapiokal.

No Golongan Obat Jenis Obat Nama Generik Nama


Dagang
1 ANALGETIK Narkotik Fentanil
(Antinyeri)
Morfin
Pethidine
Tramadol HCl
Kodein

Non Narkotik Acetosal


Ibuprofen
Natrium diklofenak
Parasetamol
Asam mefenamat
Metampiron
Antipirai Allopurinol

Antipirai (NSAID) Meloksikam


Ketoprofen
Piroksikam
Ketorolac
Kolkisin
Indometasin
Fenilbutazon

2 Antiemetik Dimenhidrinat
(Antimual/muntah)
Metoklopramid
Domperidon
Ondansetron

3 Anestesi Anestesi lokal Bupivikain


Lidokain

Anestetik umum& Ketamin


Oksigen
Tiopental
Midazolam

4 Antiepilepsi Mg Sulfat
Diazepam
Fenitoin
Phenobarbital
Karbamazepin
Asam Valproat

5 AntiParkinson Triheksifenidil
Levodopa + Karbidopa
Benserazid + levodopa
Bromokriptin

6 Psikofarmaka Antiansietas & anti Diazepam


insomnia
Alprazolam

Antidepresi & anti mania Amitriptilin


Fluoksetin
Imipramin
Sertralin

Antipsikosis Flufenasin
Haloperidol
Klorpromazin
Risperidon
Klozapin
Piracetam

7 Kortikosteroid Hidrokortison
Metil Prednisolon
Prednison
Triamsinolon

8 Vitamin Vit A
Vit B1
Vit B6
Vit C
Vit E
Calcitrol
Ca Laktat
Sianokobalamin
Ca karbonat

9 Batuk Antitusif (batuk kering) Dextrometorfan (DMP)

Ekspektoran Gliseril guaiakolat


(GG)
Ambroxol
Bromhekin

10 Antasida dan Antagonis reseptor H2 Ranitidin


antiulkus
Simetidin

Antihiperasiditas Magnesium Hidroksida


Alumunium Hidroksida
Ca Karbonat
Antasida

PPI Omeprazol
Lansoprazol

sukralfat Sukralfat
11 Laksativ (pencahar) Bisakodil
Gliserin
Laktulosa

12 Antispasmodik Atropin
Ekstrak Belladon

13 Larutan elektrolit Oral Na bikarbonat


Oralit

Parenteral Ca glukonat
Larutan KCl
Na bikarbonat
Dextrosa

14 Antidiare Kaolin dan pektin


Loperamid Hcl
Attapulgit

15 Antidot/obat lain utk Khusus Nalokson


keracunan
Protamin sulfat
Deferoksamin
Kalsium folinat
Metil tionin klorida
(biru metilen)
Natrium tiosulfat

Umum Mg Sulfat
Karbon Aktif
16 Antialergi Cetirizin
Loratadin
Klorfeniramin
Difenhidramin
Ketotifen

17 Diuretik Furosemida
Manitol
Spironolakton
HCT

18 Kardiovaskuler AntiHiperlipidemia Simvastatin


Fenofibrat

Antihipertensi Nifedipin
Amlodipin
Valsartan

Losartan
Nicardipin
reserpin

Antiaritmia Propanolol
Verapamil
Digoksin
Amiodaron
19 Kulit Anti acne Asam Retinoat

Anti fungi Mikonazol

20 Mata Miotik & anti glaukoma Asetazolamid


Pilokarpin
Timolol

21 Antidiabetes Glibenklamid
Metformin
Acarbose
Pioglitazon
Insulin

22 Produk darah dan Dekstran 70


pengganti plasma
HES
Pengganti plasma
DOEN

Ekstraksi
merupakan suatu proses penarikan senyawa dari tumbuh-tumbuhan, hewan dan lain-lain
dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bisa dilakukan dengan berbagai metode yang
sesuai dengan sifat dan tujuan ekstraksi. Pada proses ekstraksi dapat digunakan sampel dalam
keadaan segar atau yang telah dikeringkan, tergantung pada sifat tumbuhan dan senyawa
yang akan diisolasi. Penggunaan sampel segar lebih disukai karena penetrasi pelarut yang dig
selama penyarian kedalam membran sel tumbuhan secara difusi akan berlangsung lebih
cepat, selain itu juga mengurangi kemungkinan terbentuknya polimer berupa resin atau
artefak lain yang dapat terbentuk selama proses pengeringan. Penggunaan sampel kering
dapat mengurangi kadar air didalam sampel sehingga mencegah kemungkinan rusaknya
senyawa akibat aktivitas anti mikroba.
Beberapa macam metode Ekstraksi :
1.Maserasi
Maserasi merupakan proses penyarian yang sederhana yaitu dengan cara merendam sampel
dalam pelarut yang sesuai selama 35 hari.
Prinsip Maserasi :
Pelarut akan menembus ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, sehingga akan larut
karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar
sel, maka senyawa kimia yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga
terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Kecuali
dinyatakan lain, dilakukan dengan merendam 10 bagian simplisia atau campuran simplisia
dengan derajat kehalusan tertentu, dimasukkan kedalam bejana. Tambahkan pelarut sebanyak
70 bagian sebagai penyari, tutup dan biarkan 3-5 hari pada tempat yang terlindung cahaya.
Diaduk berulang- ulang serta diperas, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya, hingga
didapatkan hasil maserasi sbyk 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana tertutup dan biarkan
ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari.
Keuntungan metoda maserasi :
Teknik pengerjaan dan alat yang digunakan sederhana serta dapat digunakan untuk
mengekstraksi senyawa yang bersifat termolabil.
2. Sokletasi
Sokletasi adalah metode penyarian secara berulang- ulang senyawa bahan alam dengan
menggunakan alat soklet. Sokletasi merupakan teknik penyarian dengan pelarut organik
menggunakan alat soklet. Pada cara ini pelarut dan sampel ditempatkan secara terpisah.
Prinsip Sokletasi :
Prinsipnya adalah penyarian yang dilakukan berulang-ulang sehingga penyarian lebih
sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyarian telah selesai maka
pelarutnya dapat diuapkan kembali dan sisanya berupa ekstrak yang mengandung komponen
kimia tertentu. Penyarian dihentikan bila pelarut yang turun melewati pipa kapiler tidak
berwarna dan dapat diperiksa dengan pereaksi yang cocok.
Keuntungan metode sokletasi :
Sampel terekstraksi secar sempurna, karena dilakukan berulang kali dan kontinu.
Pelarut yang digunakan tidak akan habis, karena selalu didinginkan dengan kondenser dan
dapat digunakan lagi setelah hasil isolasi dipisahkan.
Proses ekstraksi lebih cepat (wkt nya singkat)
Pelarut yang digunakan lebih sedikit.
Kelemahan Sokletasi :
Tidak cocok untuk senyawa- senyawa yang tidak stabil terhadap panas (senyawa termobil),
contoh : Beta karoten.
Cara mengetahui ekstrak telah sempurna atau saat sokletasi harus dihentikan adlh :
Pelarutnya sudah bening atau tidak berwarna lagi
Jika pelarut bening, maka diuji dengan meneteskan setetes pelarut pada kaca arloji dan
biarkan menguap. Bila tidak ada lagi bercak noda, berarti sokletasi telah selesai.
Untuk mengetahui senyawa hasil penyarian (kandungannya) , dapat dilakukan dengan tes
identifikasi dengan menggunakan beberapa pereaksi.
3. Perkolasi
Merupakan teknik penyarian dengan pelarut organik yang sesuai secara lambat menggunakan
alat perkolator.
Prinsip Perkolator :
1. Dilakukan dg merendam 10 bagian sampel dg derajat kehalusan tertentu dg cairan penyari
sebyk 2,5- 5 bagian, perendaman sekurang-kurangnya selama 3 jam dalam bejana tertutup.
2. Pindahkan masa sedikit demi sedikit ke dlm perkolator, sambil sesekali ditekan secara hati-
hati, tuang dg cairan penyari secukupnya hingga cairan penyari menetes (bahan harus
terendam cairan penyari).
3. Tutup perkolator biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan menetes selam 1 ml/menit,
tambahkan berulang-ulang cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian perkolat.
4. Tutup dan biarkan selama 2 hari ditempat sejuk dan terlindung dari cahaya.
5. Pada cara ini pelarut dialirkan melewati sampel sehingga penyarian lebih sempurna. Tapi
metoda ini membutuhkan pelarut yang relatif banyak.
4.Digestasi
Digestasi adalah proses penyarian yang sama seperti maserasi dengan menggunakan
pemanasan pada suhu 30-40oC. Metoda ini digunakan untuk simplisia yang tersari baik pada
suhu biasa.
5.Infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada suhu
90oC selama 15 menit, kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara sebagai berikut :
simplisia dengan derajat kehalusan tertentu dimasukkan kedalam panci dan ditambahkan air
secukupnya, panaskan diatas penangas air selama 15 menit, dihitung mulai suhu 90oC sambil
sesekali diaduk, serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya
melalui ampas sehingga diperoleh volume infus yang dikehendaki.
6. Dekokta
Proses penyarian dengan metoda ini hampir sama dengan infus, perbedaanya terletak pada
lamanya waktu pemanasan yang digunakan. Dekokta membutuhkan waktu pemanasan yang
lebih lama dibanding metoda infus, yaitu 30 menit dihitung setelah suhu mencapai 90oC.
Metoda ini jarang digunakan karena proses penyarian kurang sempurna dan tidak dapat
digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang termolabil.
7. Fraksinasi
Fraksinasi merupakan teknik pemisahan atau pengelompokan kandungan kimia ekstrak
berdasarkan kepolaran. Pada proses fraksinasi digunakan dua pelarut yang tidak bercampur
dan memiliki tingkat kepolaran yang berbeda
Tujuan Fraksinasi : Tujuan fraksinasi adalah memisahkan senyawa-senyawa kimia yang ada
di dalam ekstrak berdasarkan tingkat kepolarannya. Senyawa-senyawa yang bersifat non
polar akan tertarik oleh pelarut non polar seperti heksan & pertolium eter. Senyawa yg
semipolar seperti golongan terpenoid dan alkaloid akan tertarik oleh pelarut semi polar
seperti etil asetat & DCM. Senyawa-senyawa yang bersifat polar seperti golongan flavonoid
dan glikosida akan tertarik oleh pelarut polar seperti butanol dan etanol.

PENGGOLONGAN OBAT MENURUT UU FARMASI

Pengertian Obat

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat kimia
tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses penyakit
dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya
bisa kita dapatkan.

Penggolongan Obat
Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas
terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika yang diatur dalam
Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000. Berdasarkan Peraturan
tersebut, obat digolongkan dalam (5) golongan yaitu :

1. Obat Bebas,
2. Obat Bebas Terbatas,
3. Obat Wajib Apotek,
4. Obat Keras,
5. Obat Psikotropika dan Narkotika.

Berikut penjabaran dari masing-masing golongan tersebut.

1. Obat Bebas,

Obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter disebut obat OTC (Over
The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas. Obat bebas dapat dijual
bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek. Dalam
pemakaiannya, penderita dapat membeli dalam jumlah sangat sedikit saat obat diperlukan,
jenis zat aktif pada obat golongan ini relatif aman sehingga pemakaiannya tidak
memerlukan pengawasan tenaga medis selama diminum sesuai petunjuk yang tertera pada
kemasan obat. Oleh karena itu, sebaiknya golongan obat ini tetap dibeli bersama
kemasannya.penandaan obat bebas diatur berdasarkan S.K Menkes RI Nomor
2380/A/SKA/I/1983 tentang tanda khusus untuk obat bebas dan obat bebas terbatas. Di
Indonesia, obat golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan garis tepi
berwarna hitam. Yang termasuk golongan obat ini yaitu obat analgetik atau pain killer
(parasetamol), vitamin/multivitamin dan mineral. Contoh lainnya, yaitu promag, bodrex,
biogesic, panadol, puyer bintang toedjoe, diatabs, entrostop, dan sebagainya.

2. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat
dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda
khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah lingkaran biru dengan garis
tepi berwarna hitam. Dulu obat ini disebut daftar W = Waarschuwing (Peringatan), tanda
peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi
panjang berwarna hitam berukuran panjang 5cm, lebar 2cm dan memuat pemberitahuan
berwarna putih. Seharusnya obat jenis ini hanya dapat dijual bebas di toko obat berizin
(dipegang seorang asisten apoteker) serta apotek (yang hanya boleh beroperasi jika ada
apoteker, no pharmacist no service), karena diharapkan pasien memperoleh informasi obat
yang memadai saat membeli obat bebas terbatas. Contoh obat golongan ini adalah: obat
batuk, obat pilek, krim antiseptic, neo rheumacyl neuro, visine, rohto, antimo, dan lainnya
3. Obat Wajib Apotek (OWA)

OWA merupakan obat keras yang dapat diberikan oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA)
kepada pasien. Walaupun APA boleh memberikan obat keras, namun ada persayaratan
yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA.

a. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama,
alamat, umur) serta penyakit yang diderita.

b. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan kepada
pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk OWA, dan
hanya boleh diberikan 1 tube.

c. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup: indikasi, kontra-
indikasi, cara pemakain, cara penyimpanan dan efek samping obat yang mungkin
timbul serta tindakan yang disarankan bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masayrakat, maka obat-
obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat ang diperlukan bagi kebanyakan
penyakit yang diderita pasien. Antara lain: obat antiinflamasi (asam mefenamat), obat
alergi kulit (salep hidrokotison), infeksi kulit dan mata (salep oksitetrasiklin),
antialergi sistemik (CTM), obat KB hormonal.
Sesuai Permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat
diserahkan:
- Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia
2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
- Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan
penyakit.
- Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan.
-Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
- Obat dimaksud memiliki khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
pengobatan sendiri.

4. Obat Keras

Obat keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat berkhasiat
keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter, berdasarkan keputusan
Mentri Kesehatan RI Nomor 02396/A/SKA/III/1986 penandaan obat keras dengan
lingkaran bulat berwarna merah dan garis tepi berwarna hitam serta huruf K yang
menyentuh garis tepi. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik
(tetrasiklin, penisilin, dan sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat
kencing manis, obat penenang, dan lain-lain). Obat-obat ini berkhasiat keras dan bila
dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau
menyebabkan kematian. Obat-obat ini sama dengan narkoba yang kita kenal dapat
menimbulkan ketagihan. Karena itu, obat-obat ini mulai dari pembuatannya sampai
pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh Pemerintah dan hanya boleh diserahkan oleh
apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib melaporkan pembelian dan
pemakaiannya pada pemerintah.

5. Obat Psikotropika dan Narkotika

Psikotropika adalah Zat/obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang
susunan syaraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya
halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan dan dapat
menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para
pemakainya. Jenis jenis yang termasuk psikotropika adalah Ecstasy dan Sabu-sabu.
Sedangkan, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman,
baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu
bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya ke dalam tubuh manusia.
Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat,
halusinasi/timbulnya khayalan-khayalan yang menyebabkan efek ketergantungan bagi
pemakainya. Macam-macam narkotika, yaitu Opiod(Opiat) seperti {Morfin, Heroin
(putaw), Codein, Demerol (pethidina), Methadone} Kokain, Cannabis (ganja) dan lainnya.
Ciri-cirinya nya :

- Dulu dikenal obat daftar O (Golongan Opiat/Opium)


- Logonya berbentuk seperti palang ( + )
- Obat ini berbahaya bila terjadi penyalahgunaan dan dalam penggunaannya diperlukan
pertimbangan khusus, dan dapat menyebabkan ketergantungan psikis dan fisik oleh karena
itu hanya boleh digunakan dengan dasar resep dokter

Interaksi Obat Mempengaruhi ADME Obat

Di dalam tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat
di keluarkan lagi dari tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi,
metabolisme (biotransformasi), dan eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai
macam obat diberikan secara bersamaan dapat menimbulkan suatu interaksi. Selain
itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang dikonsumsi bersamaan
dengan obat.

Interaksi yang terjadi di dalam tubuh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Interaksi farmakodinamik
adalah interaksi antar obat (yang diberikan berasamaan) yang bekerja pada reseptor
yang sama sehingga menimbulkan efek sinergis atau antagonis. Interaksi
farmakokinetik adalah interaksi antar 2 atau lebih obat yang diberikan bersamaan
dan saling mempengaruhi dalam proses ADME (absorpsi, distribusi, metabolisme,
dan eliminasi) sehingga dapat meningkatkan atau menurunkan salah satu kadar obat
dalam darah. Selanjutnya akan dibahas lebih lanjut tentang interaksi
farmakokinetik.

Interaksi Famakokinetik

1. Interaksi pada proses absorpsi

Interaksi dala absorbs di saluran cerna dapat disebabkan karena

a. Interaksi langsung yaitu terjadi reaksi/pembentukan senyawa


kompleks antar senyawa obat yang mengakibatkan salah satu atau
semuanya dari macam obat mengalami penurunan kecepatan
absorpsi.

Contoh: interaksi tetrasiklin dengan ion Ca2+, Mg2+, Al2+ dalam antasid yang
menyebabkan jumlah absorpsi keduanya turun.

b. Perubahan pH

Interaksi dapat terjadi akibat perubahan harga pH oleh obat pertama,


sehingga menaikkan atau menurukan absorpsi obat kedua.

Contoh: pemberian antasid bersama penisilin G dapat meningkatkan jumlah


absorpsi penisilin G

c. Motilitas saluran cerna

Pemberian obat-obat yang dapat mempengaruhi motilitas saluan cerna dapat


mempegaruhi absorpsi obat lain yang diminum bersamaan.

Contoh: antikolinergik yang diberikan bersamaan dengan parasetamol dapat


memperlambat parasetamol.

2. Interaksi pada proses distribusi

Di dalam darah senyawa obat berinteraksi dengan protein plasma. Seyawa yang
asam akan berikatan dengan albumin dan yang basa akan berikatan dengan 1-
glikoprotein. Jika 2 obat atau lebih diberikan maka dalam darah akan bersaing
untuk berikatan dengan protein plasma,sehingga proses distribusi terganggu
(terjadi peingkatan salah satu distribusi obat kejaringan).

Contoh: pemberian klorpropamid dengan fenilbutazon, akan meningkatkan


distribusi klorpropamid.

3. Interaksi pada proses metabolisme


a. Hambatan metabolisme

Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim


pemetabolismenya sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat
menaikkan kadar salah satu obat dalam plasma, sehingga meningkatkan
efeknya atau toksisitasnya.

Cotoh: pemberian S-warfarin bersamaan dengan fenilbutazon dapat


menyebabkan mengkitnya kadar Swarfarin dan terjadi pendarahan.

b. Inductor enzim

Pemberian suatu obat bersamaan dengan obat lain yang enzim


pemetabolismenya sama dapat terjadi gangguan metabolisme yang dapat
menurunkan kadar obat dalam plasma, sehingga menurunkan efeknya atau
toksisitasnya.

Contoh: pemberian estradiol bersamaan denagn rifampisin akan


menyebabkan kadar estradiol menurun dan efektifitas kontrasepsi oral
estradiol menurun.

4. Interaksi pada proses eliminasi

a. Gangguan ekskresi ginjal akibat kerusakan ginjal oleh obat

jika suatu obat yang ekskresinya melalui ginjal diberikan bersamaan obat-
obat yang dapat merusak ginjal, maka akan terjadi akumulasi obat tersebut
yang dapat menimbulkan efek toksik.

Contoh: digoksin diberikan bersamaan dengan obat yang dapat merusak


ginjal (aminoglikosida, siklosporin) mengakibatkan kadar digoksin naik
sehingga timbul efek toksik.

b. Kompetisi untuk sekresi aktif di tubulus ginjal

Jika di tubulus ginjal terjadi kompetisi antara obat dan metabolit obat untuk
sistem trasport aktif yangsama dapat menyebabkan hambatan sekresi.

Contoh: jika penisilin diberikan bersamaan probenesid maka akan


menyebabkan klirens penisilin turun, sehingga kerja penisilin lebih panjang.

c. Perubahan pH urin

Bila terjadi perubahan pH urin maka akan menyebabkan perubahan klirens


ginjal. Jika harga pH urin naik akan meningkatkan eliminasi obat-obat yang
bersifat asam lemah, sedangkan jika harga pH turun akan meningkatkan
eliminasi obat-obat yang bersifat basa lemah.

Contoh: pemberian pseudoefedrin (obat basa lemah) diberikan bersamaan


ammonium klorida maka akan meningkatkan ekskersi pseudoefedrin. Terjadi
ammonium klorida akan mengasamkan urin sehingga terjadi peningkatan
ionisasi pseudorfedrin dan eliminasi dari pseudoefedrin juga meningkat.

FARMASETIKA
BENTUK-BENTUK SEDIAAN FARMASI DAN TUJUAN
PENGGUNAANNYA
Dalam penggunaannya, obat mempunyai berbagai macam bentuk. Semua
bentuk obat mempunyai karakteristik dan tujuan tersendiri. Ada zat yang
tidak stabil jika berada dalam sediaan tablet sehingga harus dalam bentuk
kapsul atau ada pula obat yang dimaksudkan larut dalam usus bukan
dalam lambung. Semua diformulasikan khusus demi tercapainya efek
terapi yang diinginkan. Ketikapun bagi kita yang berpraktek di apotek,
maka perlu diperhatikan benar etiket obat yanbg dibuat. Misalnya tablet
dengan kaplet itu berbeda, atau tablet yang harus dikunyah dulu (seperti
obat maag golongan antasida), seharusnyalah etiket obat memuat
instruksi yang singkat namun benar dan jelas. Jangan sampai pasien
menjadi bingung dengan petunjuk etiket obat. Oleh karena itu penting
sekali bagi kita semua untuk mengetahui bentuk sediaan obat. Diantara
bentuk dan tujuan penggunaan obat adalah sebagai berikut :

1. Pulvis (serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan,
ditujukan untuk pemakaian luar.

2. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi bobot yang kurang lebih sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali
minum.Contohnya adalah puyer.

3. Tablet (compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung
mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa bahan
tambahan.
a. Tablet kempa
paling banyak digunakan, ukuran dapat bervariasi, bentuk serta
penandaannya tergantung desain
cetakan.
b. Tablet cetak
Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada massa lembab dalam
lubang cetakan
c. Tablet trikurat
tablet kempa atau cetak bentuk kecil umumnya silindris. sudah jarang
ditemukan
d. Tablet hipodermik
Dibuat dari bahan yang mudah larut atau melarut sempurna dalam air.
Dulu untuk membuat sediaan injeksi hipodermik, sekarang diberikan
secara oral.
e. Tablet sublingual
dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati). Digunakan dengan meletakan
tablet di bawah lidah.
f. Tablet bukal
Digunakan dengan meletakan diantara pipi dan gusi
g. Tablet Effervescent
Tablet larut dalam air. harus dikemas dalam wadah tertutup rapat atau
kemasan tahan lembab.
Pada etiket tertulis "tidak untuk langsung ditelan"
h. Tablet kunyah
Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan sisa rasa enak dirongga
mulut, mudah ditelan, tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak.

4. Pil (pilulae)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan
obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang
ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan
pada seduhan jamu.

5. Kapsul (capsule)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. keuntungan/tujuan sediaan kapsul adalah :
a. menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b. menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c. Lebih enak dipandang (memperbaiki penampilan)
d. Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income fisis),
dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain yang lebih kecil
kemudian dimasukan bersama serbuk lain ke dalam kapsul yang lebih
besar.
e. Mudah ditelan

6. Kaplet (kapsul tablet)


Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak, bentuknya
oval seperti kapsul.

7. larutan (solutiones)
Merupakan sedian cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang
dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya,cara peracikan, atau penggunaannya,tidak dimasukan dalam
golongan produk lainnya. Dapat juga dikatakan sedian cair yang
mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut, misalnya terdispersi
secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang
saling bercampur. Cara penggunaannya yaitu larutan oral (diminum) dan
larutan topikal (kulit).

8. Suspensi (suspensiones)
Merupakan sedian cair mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair. Macam suspensi antara lain : suspensi oral (juga
termasuk susu/magma), suspensi topikal (penggunaan pada kulit),
suspensi tetes telinga (telinga bagian luar), suspensi optalmik, suspensi
sirup kering.

9. Emulsi (elmusiones)
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase dalam sistem dispersi,
fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase
cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi.

10. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan
atau tumbuhan yang disari.

11. Ekstrak (extractum)


Merupakan sediaan yang pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
dari simplisisa nabati atau simplisia hewani menggunakan zat pelarut
yang sesuai.kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga
memenuhi baku yang ditetapkan.

12.Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia
nabati dengan air pada suhu 90 derajat celcius selama 15 menit.

13.Imunoserum (immunosera)
Merupakan sediaan yang mengandung imunoglobulin khas yang diperoleh
dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin
kuman (bisa ular0 dan mengikut kuman/virus/antigen.

14. Salep (unguenta)


Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir. Salep dapat juga dikatakan sediaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.
Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang
cocok.

15. Suppositoria
Merupakan sedian padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra,umumnya meleleh, melunak
atau melarut pada suhu tubuh. Tujuan pengobatan adalah :
a. Penggunaan lokal -> memudahkan defekasi serta mengobati
gatal,iritasi, dan inflamasi karena hemoroid.
b. Penggunaan sistematik -> aminofilin dan teofilin untuk
asma,klorpromazin untuk anti muntah,kloral hidrat untuk sedatif dan
hipnitif,aspirin untuk analgesik antipiretik.

16. Obat tetes (guttae)


Merupakan sediaan cair berupa larutan,emulsi atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar. Digunakan dengan cara
meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan setara
dengan tetesan yang dihasilkan penetes baku yang disebutkan farmakope
indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa antara lain : guttae (obat
dalam), guttae oris (tetes mulut), guttae auriculares (tetes telinga), guttae
nasales (tetes hidung), guttae opthalmicae (tetes mata).

17. Injeksi (injectiones)


Merupakan sediaan steril berupa larutan,emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum
digunakan, yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit
atau melalui kulit atau selaput lendir. Tujuannya agar kerja obat cepat
serta dapat diberikan pada pasien yang tidak dapat menerima
pengobatan melalui mulut.

FITOKIMIA
1. Metabolisme: modifikasi senyawa kimia secara biokimia didalam organisme
dan sel.
-Metabolisme Primer: Suatu zat / senyawa essensial yang terdapat dalam organisme
dan tumbuhan, yang berperan dalam proses semua kehidupan organisme tersebut atau
merupakan kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup bagi organisme / tumbuhan
tersebut. Contoh: protein, karbohidrat, lemak
-Metabolisme sekunder: suatu senyawa sangat penting bagi kehidupan tumbuhan
penghasilnya untuk mempertahankan diri dari serangan oleh makhluk lain. Peranan
metabolit sekunder berperan dalam kelangsungan hidup dan perjuangan menghadapi
spesies2 lain berupa zat kimia u/pertahanan, penarik seks dan feromon. Jalur yang
biasa dilalui dalam pembentukan metabolit sekunder ada 3 jalur:
a. Jalur asam asetat
-Poliketida meliputi golongan yang besar bahan alami yang digolongkan bersama
berdasarkan pada biosistesisnya.
-Keanekaragaman stuktur dapat dijelaskan sebagai turunan rantai poli-keto.
-Terbentuk oleh koupling unit-unit asam asetat via reaksi kondensasi
-Yang termasuk senyawa piloketida adalah asam lemak, prostaglandin, antibiotika
makrolida dan senyawa aromatik seperti antrakinon dan tetrasiklin.
-Pembentukan rantai poli-keto dapat digambarkan sebagai reaksi Claisen

b. Jalur asam sikimat


-Jalur asam sikimat merupakanjalur alternatif menuju senyawa aromatik, utamanya
L-fenilalanin, L-tirosin, dan L-triptofan.
-Jalur ini berlangsung dalam mikroorganisme dan tumbuhan, tetapi tidak
berlangsung dalam hewan.
c. Jalur asam mevalonat
-Terpenoid merupakan bentuk senyawa dengan keragaman struktur yang besar
dalam produk alami yang diturunkan dari unit isoprene (C5), sedangkan unit
isopren diturunkan dari metabolisme asam asetat oleh jalur asam mevalonat.
2. Pada belimbing wuluh proses maserasi: metode ekstraksi dingin yaitu
pengekstrakan simplisia dengan beberapa kali pengocokan serbuk pada temperatur
ruangan, sehingga zat-zat yg terkandung pada simplisia relatif lebih aman jika
dibandingkan dengan penggunaan ekstraksi. maserasi: Maserasi:: sediaan cair yang
dibuat dengan car mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut
bukan air (pelarut non-polar) atau semipolar. Prinsip maserasi: Merendam serbuk
simplisia dalam cairan penyari slm 3 hari pada temperatur kamar terlindung dari
cahaya, Isi sel akan keluar krn ada perbedaan konsentrasi antara larutan didalam sel
dg diluar sel(proses difusi), Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
pergantian cairan penyari setiap harinya.
3. Keuntungan: Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam,
Biaya operasionalnya relatif rendah, Prosesnya relatif hemat penyari, Tanpa
pemanasan. Kelemahan: Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya
mampu terekstraksi sebesar 50% saja, Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari
4. Kenapa pemilihan pelarutnya polar : karena struktur senyawa tanin memiliki gugus
hidroksi salah satu yangb menyebabkan tanin cenderung bersifat polar untuk
pemilihan pelarut menggunakan pelarut polar untuk dapat mengekstraksi senyawa
tanin. Semakin banyak gugus hidroksi senyawa fenol memiliki tingkat kelarutan
dalam air dan aseton semakin besar.
5. Pada cabe jawa menggunakan Sokletasi: Metode penyarian secara berulang-ulang
senyawa bahan alam dg menggunakan alat soklet, Keuntungan: Sampel terektraksi
secara sempurna, karena dilakukan berulang kali dan kontinu, Pelarut yang digunakan
tidak akan habis, karena selalu didinginkan dengan kondenser dan dapat digunakan
lagi setelah hasil isolasi dipisahkan, Proses ekstraksi lebih cepat (waktunya singkat),
Pelarut yang digunakan lebih sedikit. Kelemahan: Tidak cocok untuk semua
senyawa-senyawayang tidak stabil terhadap panas( senyawatermolabil), contoh : beta-
karoten. Cara mengetahui ekstrak telah sempurna atau saat sokletasi harus dihentikan
adalah: Pelarutnya sudah bening atau tidak berwarna lagi, Jika pelarut bening, maka
diuji dengan menenteskan setetes pelarut pada kaca arloji dan biarkan menguap. Bila
tidak ada lagi bercak noda, bearti sokletasi telah selesai, Untuk mengetehui senyawa
hasil penyarian (kandungannya), dapat dilakukan dengan tes identifikasi dengan
menggunakan beberapa pereaksi.
6. Kriteria pemilihan pelarut: -Selektivitas: Pilih pelarut yang selektif sesuai polaritas
senyawa yang akan disari agar mendapat ekstrak yang lebih murni, Kestabilan kimia
dan panas: Pelarut yang dipilih harus stabil pada kondisi operasi ekstraksi dan proses
hilir, Kecocokan dengan solut: Pelarut tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang
terlarut, Viskositas: Jika viskositas pelarut yang rendah maka koefisien difusi akan
meningkat sehingga laju ekstraksi pun juga meningkat, Recoveri pelarut: Guna
meningkatkan nilai ekonomis proses, pelarut perlu direcoveri sehingga dapat
digunakan kembali. Pelarut yang mempunyai titik didih rendah, lebih ekonomis untuk
direkoveri dan digunakan kembali, Tidak mudah terbakar: Untuk kepentingan
safety, perlu memilih pelarut yang tidak mudah terbakar, Tidak beracun: Pilih
pelarut yang tidak beracun untuk keamanan produk dan keamanan bagi pekerja,
Murah dan mudah diperoleh : Pilih pelarut yang harganya murah dan mudah
diperoleh.
7. Klasifikasi tanin: Tanin terhidrolisis biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis
dan berwarna coklat kuning yg larut dlm air(terutama air panas) membentuk larutan
koloid bukan larutan sebenarnya. Tanin terkondensasi:polimer komplek,
kebanyakan katekin dan flavonoid
8. Alkaloid: Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada
semua jenis tumbuhan. -Ciri senyawa alkaloid: -Mengandung paling sedikit satu
atom nitrogen. -Bersifat basa, dan membentuk cincin heterosiklik. Menurut klasifikasi
alkaloid dibedakan menjadi: pirolididin, piperidin, isoquinolin, quinolin ,indol

9. Flavonoid : Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol yang tersebar luas yang
ditemukan di alam terutama pada jaringn tumbuhan tinggi.-Merupakan senyawa
metabolit sekunder yang terjadi dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan
sebagai zat racun. -Senyawa flavonoid mempunya kerangka dasar C6 C3 C6
10. Kenapa pada ekstraksi sokletasi kadar piperin tertinggi dibandingkan dengan
maserasi: karena pada senyawa piperin bersifat termostabil untuk dilakukan ekstraksi
cara panas, dalam hal ini metode sokletasi dapat menyari senyawa piperin dalam cabe
jawa yg lebih efektif.

KISI-KISI FITOKIMIA (IBU META)


-Fitokimia: senyawa bioaktif yg terdapat dalam tumbuhan dan dapat memberikan
kesehatan pada tubuh manusia.
-Metode pemisahan: Suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau
memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan
kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala
industri. Tujuan :Mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu
campuran, sering disebut sebagai pemurnian. Berdasarkan tahap proses pemisahan,
dibagi menjadi 2 :
a. Metode pemisahan sederhana metode yang menggunakan cara satu tahap. Proses
ini terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana.
b. Metode pemisahan kompleks Memerlukan beberapa tahapan kerja, diantaranya
penambahan bahan tertentu,pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia
yang diperlukan.

11. Faktor-faktor yang harus diperhatikan: -Sifat khusus dari zat yang
diinginkan dan campurannya, misalnya zat tidak tahan panas, mudah menguap,
kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik didih, dan sebagainya. -Zat pencemar dan
campurannya yang mengotori beserta sifatnya. -Nilai guna zat yang diinginkan, harga,
dan biaya proses pemisahan.
12. Dasar Pemisahan Campuran: -Ukuran partikel, titik didih dazn kerlarutan.
13. Jenis-jenis Metode Pemisahan:
a. filtrasi: -Metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan
menggunakan alat berpori (penyaring), Dasar pemisahan metode ini adalah perbedaan
ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya, Penyaring akan menahan zat padat
yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan
pelarut, Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan
atau berwujud cair kemudian disaring, Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan
sisa yang tertinggal dipenyaring disebut residu (ampas), Metode ini dimanfaatkan
untuk membersihkan air dari sampah pada pengolahan air, menjernihkan preparat
kimia di laboratorium, menghilangkan pirogen (pengotor) pada air suntik injeksi dan
obat-obat injeksi, dan membersihkan sirup dari kotoran yang ada pada gula,
Penyaring buchner adalah penyaring yang terbuat dari bahan kaca yang kuat
dilengkapi dengan alat penghisap.
b. destilasi:-Metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair
yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang
berbeda, Dasar pemisahan adalah perbedaan titik didih, Bahan yang dipisahkan
dengan metode ini adalah bentuk larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan
perbedaan titik didihnya tidak terlalu dekat, Proses pemisahan yang dilakukan adalah
bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih bahan yang diinginkan,
Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan pada tabung
pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil
pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu, Contoh destilasi
adalah proses penyulingan minyak bumi, pembuatan minyak kayu putih, dan
memurnikan air minum.
c. kristalisasi: Metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam
suatu larutan, Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan
perbedaan titik beku, Kristalisasi ada dua cara yaitu kristalisasi penguapan dan
kristalisasi pendinginan, Contoh proses kristalisasi dalam kehidupan sehari-hari
adalah pembuatan garam dapur dari air laut. Mula-mula air laut ditampung dalam
suatu tambak, kemudian dengan bantuan sinar matahari dibiarkan menguap. Setelah
proses penguapan, dihasilkan garam dalam bentuk kasar dan masih bercampur dengan
pengotornya, sehingga untuk mendapatkan garam yang bersih diperlukan proses
rekristalisasi (pengkristalan kembali), Contoh lain adalah pembuatan gula putih dari
tebu. Batang tebu dihancurkan dan diperas untuk diambil sarinya, kemudian diuapkan
dengan penguap hampa udara sehingga air tebu tersebut menjadi kental, lewat jenuh,
dan terjadi pengkristalan gula. Kristal ini kemudian dikeringkan sehingga diperoleh
gula putih atau gula pasir.
d. ekstraksi: Metode pemisahan dengan melarutkan bahan campuran dalam pelarut
yang sesuai, Dasar metode pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam pelarut
tertentu, Jenis metode ekstraksi:Cara dingin : maserasi dan perkolasi, Cara panas :
refluks, soxhletasi, infudasi, digesti.
e.Kromatografi:Cara pemisahan berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan
pelarut pada suatu lapisan zat tertentu. Dasar pemisahan metode ini adalah kelarutan
dalam pelarut tertentu, daya absorbsi oleh bahan penyerap, dan volatilitas (daya
penguapan),Contoh proses kromatografi sederhana adalah kromatografi kertas untuk
memisahkan tinta, Teknik kromatografi yang umum digunakan dibidang farmasi yaitu
kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas,
dan high performance liquid chromatography (kromatografi cair kinerja tinggi /
KCKT).
14. Macam-macam metabolit sekunder dalam tanaman: Menurut Harborne
(1984) senyawa metabolit sekunder yang umum terdapat pada tanaman adalah :
a. Alkaloid: Alkaloid adalah suatu golongan senyawa yang tersebar luas hampir pada
semua jenis tumbuhan. -Ciri senyawa alkaloid: -Mengandung paling sedikit satu
atom nitrogen. -Bersifat basa, dan membentuk cincin heterosiklik. Menurut
klasifikasi alkaloid dibedakan menjadi: pirolididin, piperidin, isoquinolin, quinolin
,indol
b. Flavonoid : Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol yang tersebar luas yang
ditemukan di alam terutama pada jaringn tumbuhan tinggi.-Merupakan senyawa
metabolit sekunder yang terjadi dari sel dan terakumulasi dari tubuh tumbuhan
sebagai zat racun. -Senyawa flavonoid mempunya kerangka dasar C6 - C3 C6
c. Steroid: terpenoid yang kerangka dasarnya terbentuk dari sistem cincin siklopentano
perhidrofenantren. Ciri umum steroid ialah sistem empat cincin yang tergabung.
Cincin A, B, dan C beranggotakan enam atom karbon dan cincin D beranggotakan
lima.
d. saponin
e. Terpenoid: Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan
oleh tumbuhan dan sebagian kelompok hewan. Rumus molekul terpen adalah
(C5H8)n. Ada 5 bagian dari terpenoid: Monoterpen dua unit C5 atau 10 atam
karbon.-Seskuiterpen tiga unit C5 atau 15 atom karbon.-Diterpen empat unit
C5 atau 20 atom karbon.-Triterpen enam unit C5 atau 30 atom karbon.-Tetraterpen
delapan unit C5 atau 40 atom karbon
f. Tanin: Tanin adalah senyawa polifenol yang memiliki berat molekul cukup tinggi
(lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. -Tanin terdapat
luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angoispermae terdapat khusus dalam
jaringan kayu. -Tanin memiliki peranan biologis yang kompleks. Hal ini dikarenakan
pengendap protein hingga pengkhelat 16 logam. Tanin juga dapat berfungsi sebagai
antioksidan biologis.tanin terbagi 2 : Tanin Terkondensasi Dan Tanin Terhidrolisis.
15. Ekstraksi : Penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman
obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Terdapat empat situasi
dalam menentukan tujuan ekstraksi:-Senyawa kimia telah diketahui identitasnya
untuk diekstraksi dari organisme.-Bahan diperiksa untuk menemukan kelompok
senyawa kimia tertentu, misalnya alkaloid, flavonoid, atau saponin, meskipun struktur
kimia sebetulnya dari senyawa ini bahkan keberadaanya belum diketahui.-Organisme
(tanaman atau hewan) digunakan dalam pengobatan tradisional, yang sudah
digunakan secara turun temurun. Diikuti dan dikaji secara ilmiahuntuk memvalidasi.
-Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara
apapunlakukan skrinningpilih metode secara acak/berdasarkan penggunaan
tradisional.
16. Macam-macam metode Ekstraksi:
-Maserasi: macerare (bahasa latin, artinya merendam): sediaan cair yang dibuat
dengan car mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam menggunakan pelarut bukan
air (pelarut non-polar) atau semipolar. Prinsip maserasi: Merendam serbuk simplisia
dalam cairan penyari slm 3 hari pada temperatur kamar terlindung dari cahaya, Isi sel
akan keluar krn ada perbedaan konsentrasi antara larutan didalam sel dg diluar
sel(proses difusi), Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan pergantian
cairan penyari setiap harinya. Keuntungan: Unit alat yang dipakai sederhana, hanya
dibutuhkan bejana perendam, Biaya operasionalnya relatif rendah, Prosesnya relatif
hemat penyari, Tanpa pemanasan. Kelemahan: Proses penyariannya tidak sempurna,
karena zat aktif hanya mampu terekstraksi sebesar 50% saja, Prosesnya lama, butuh
waktu beberapa hari.
-Modifikasi maserasi dengan
a. digesti: Cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada suhu
400-500C. Cara ini dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya tahan
terhadap pemanasan. Keuntungan: Kekentalan pelarut berkurang, yang dapat
mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan batas,
Daya melarutkan cairan penyari akan meningkatpemanasan=pengadukan,
Koefisien difusi barbanding lurus dengan suhu absolute dan berbanding terbalik
dengan kekentalankenaikan suhu akan berpengaruh pada kecepatan
difusikelarutan meningkat bila suhu dinaikkan, Jika cairan penyari yang
digunakan mudah menguap pd suhu yg digunakandilengkapi dengan pendingin
balikcairan penyari akan menguap kembali kedalam bejana.
b. Maserasi dg mesin pengaduk: penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus-
menerus, waktu proses masersi dapat dipersingkat menjadi 6 24 jam.
c. Remaserasi : Cairan penyari dibagi. Jadi seluruh serbuk simplisia di maserasi
dengan cairan yang pertamaendapkantuang dan perasampas dimaserasi
kembali dengan cairan penyari yang kedua.
- Sokletasi: Metode penyarian secara berulang-ulang senyawa bahan alam dg
menggunakan alat soklet, Keuntungan: Sampel terektraksi secara sempurna, karena
dilakukan berulang kali dan kontinu, Pelarut yang digunakan tidak akan habis,
karena selalu didinginkan dengan kondenser dan dapat digunakan lagi setelah hasil
isolasi dipisahkan, Proses ekstraksi lebih cepat (waktunya singkat), Pelarut yang
digunakan lebih sedikit. Kelemahan: Tidak cocok untuk semua senyawa-
senyawayang tidak stabil terhadap panas( senyawatermolabil), contoh : beta-karoten.
Cara mengetahui ekstrak telah sempurna atau saat sokletasi harus dihentikan adalah:
Pelarutnya sudah bening atau tidak berwarna lagi, Jika pelarut bening, maka diuji
dengan menenteskan setetes pelarut pada kaca arloji dan biarkan menguap. Bila
tidak ada lagi bercak noda, bearti sokletasi telah selesai, Untuk mengetehui senyawa
hasil penyarian (kandungannya), dapat dilakukan dengan tes identifikasi dengan
menggunakan beberapa pereaksi.
-Perkolasi: teknik penyarian dengan pelarut organik yang sesuai secara lambat
menggunakan alat percolator. Prinsipnya: Penyarian zat aktif dilakukan dengan cara
serbuk simplisia dimaserasi selama 3 jam, simplisia dipindahkan ke dalam bejana
silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori, cairan penyari dialirkan dari atas
ke bawah melalui simplisia tersebut.
-Infusa: Sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada
suhu 90 0C selama 15 menit.
-Dekokta: Sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabati dengan air pada
suhu 90 0C selama 30 menit.
- Fraksinasi:teknik pemisahan atau pengelompokan kandungan kimia ekstrak
berdasarkan kepolaran. Pada proses fraksinasi digunakan 2 pelarut yang tidak
bercanpur dan memiliki tingkat kepolaran yang berbeda. Tujuan : memisahkan
senyawa-senyawa kimia yg ada di dalam ekstrak berdasarkan tingkat kepolarannya.
-Destilasi: Destilasi uap adalah metode yang populer untuk ekstraksi minyak-minyak
menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode ini diperuntukkan untuk menyari
simplisia yang mengandung minyak menguap atau komponen kimia yang mempunyai
titik didih tinggi pada tekanan darah normal.
10.Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kandungan senyawa hasil ekstraksi:
Jenis pelarut, Konsentrasi pelarut, Metode ekstraksi, Suhu yang digunakan untuk
ekstraksi.
11. Kriteria pemilihan pelarut: -Selektivitas: Pilih pelarut yang selektif sesuai polaritas
senyawa yang akan disari agar mendapat ekstrak yang lebih murni, Kestabilan kimia
dan panas: Pelarut yang dipilih harus stabil pada kondisi operasi ekstraksi dan proses
hilir, Kecocokan dengan solut: Pelarut tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang
terlarut, Viskositas: Jika viskositas pelarut yang rendah maka koefisien difusi akan
meningkat sehingga laju ekstraksi pun juga meningkat, Recoveri pelarut: Guna
meningkatkan nilai ekonomis proses, pelarut perlu direcoveri sehingga dapat digunakan
kembali. Pelarut yang mempunyai titik didih rendah, lebih ekonomis untuk direkoveri
dan digunakan kembali, Tidak mudah terbakar: Untuk kepentingan safety, perlu
memilih pelarut yang tidak mudah terbakar, Tidak beracun: Pilih pelarut yang tidak
beracun untuk keamanan produk dan keamanan bagi pekerja, Murah dan mudah
diperoleh : Pilih pelarut yang harganya murah dan mudah diperoleh.
12. Pada Belimbing Wuluh :Tanin merupakan senyawa metabolit sekunder yang
berasal dari tumbuhan yang terpisah dari protein dan enzim sitoplasma. Senyawa tanin
tidak larut dalam pelarut non polar, seperti eter, kloroform dan benzena tetapi mudah
larut dalam air, dioksan, aseton, dan alkohol serta sedikit larut dalam etil asetat. Tanin
merupakan salah satu tipe dari senyawa metabolit sekunder yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut:
1. Merupakan senyawa oligomer dengan satuan struktur yang bermacammacam
dengan gugus fenol bebas
2. Berat molekul antara 100 sampai 20.000
3. Larut dalam air
4. Mampu berikatan dengan protein dan terbentuk kompleks tanin-protein.
- Pemilihan metode ekstraksi bergantung pada kandungan air bahan tumbuhan
yang diekstraksi dan pada jenis yang akan diisolasi. Pada belimbing wuluh
menggunakan maserasi: metode ekstraksi dingin yaitu pengekstrakan simplisia
dengan beberapa kali pengocokan serbuk pada temperatur ruangan, sehingga zat-
zat yg terkandung pada simplisia relatif lebih aman jika dibandingkan dengan
penggunaan ekstraksi.
- Ekstraksi dengan menggunakan metanol ini hanya dapat mengekstrak tanin
sebagian saja karena tanin yg lainnya akan terikat pada polimer lain di dalam sel.
-Kenapa pemilihan pelarutnya polar : karena struktur senyawa tanin memiliki
gugus hidroksi salah satu yangb menyebabkan tanin cenderung bersifat polar untuk
pemilihan pelarut menggunakan pelarut polar untuk dapat mengekstraksi senyawa
tanin. Semakin banyak gugus hidroksi senyawa fenol memiliki tingkat kelarutan
dalam air dan aseton semakin besar.
- Kenapa kadar tanin : air yg lebih banyak karena aseton dapat menghambat
interaksi tanin dan protein sehingga tidak terbentuk endapan.
13. Pada terhadap kadar piperin buah cabe jawa, Piperin merupakan senyawa utama
dan zat berkhasiat yang terkandung dalam buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) dan berfungsi sebagai penurun demam, mengurangi rasa sakit, antioksidan,
mengurangi peradangan, mempunyai aktivitas pada penyakit tukak lambung,
antitumor, dan sebagai imunomodulator. Penelitian ini bertujuan untuk
membandingkan metoda ekstraksi maserasi dan sokletasi terhadap kadar piperin
yang dihasilkan ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus).
Ekstrak yang dihasilkan dikarakterisasi meliputi parameter spesifik dan nonspesifik,
kemudian dianalisis kadar piperin dalam ekstrak etanol 95% buah cabe jawa
(Piperis retrofracti fructus) dengan metode KLT-Densitometri. Hasil menunjukkan
kadar piperin dari ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus)
dengan metode maserasi yaitu 70,6255 ng (8,8281%) dan ekstrak etanol 95% buah
cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dengan metode sokletasi yaitu 126,0098 ng
(15,7512%). Kadar piperin tertinggi diperoleh dari hasil ekstraksi sokletasi. Senyawa
piperin adalah senyawa kimia golongan alkaloid, sedikit larut dalam air. Bila
dikecap mula-mula tidak berasa, lama-lama terasa tajam mengigit. apabila piperin
terhidrolisis akan terurai menjadi piperidin dan asam piperat. Mempunyai berat
molekul 285,3377, titik lebur 1280C-1320C, titik didih 498,5240C, kelarutan air 40
mg/L (180C)). Kelarutan piperin yaitu larut dalam pelarut organik pada pelarut
etanol, petroleum eter, kloroform, metanol. Piperin tidak larut dalam air.

1. anastesi lokal: Obat yang menghambat rangsangan saraf secara


reversibel bila dikenakan secara lokal pada jaringan saraf dengan kadar
cukup. (penghilang rasa sakit disertai dengan adanya hilang kesadaran.
2. persyaratan Anastesi lokal: Tidak mengiritasi dan merusak jaringan
saraf secara permanen, Onset cepat dan durasi cukup lama, Toksisitas
sistemik rendah, Larut air dan stabil dlm larutan, Tahan thd proses
sterilisasi.
3. Pusat kerja : membran sel
MK :Memblokir konduksi impuls dgn jalan mencegah kenaikan
permeabilitas membran sel thd ion Na + ( yg berperan pada potensial aksi
saraf ), Secara bersamaan akan meningkatkan ambang rangsang,
mengurangi eksitabilitas sel sehingga kelancaran hantaran jadi
terhambat.
4. Farmakokinetik anastetik lokal ditentukan oleh 3 hal:
-Lipid/Water solubility ratiosemakin tinggi kelarutan dalam lemak, akan
semakin tinggi potensi anastetik lokalnya.
-Protein Binding menentukan duration of action. Semakin tinggi ikatan
dengan protein akan semakin lama durasinya.
- pKa, menentukan kesetimbangan kation dan basa
5. Anastetik lokal tipe Ester: Prototipe :
-Kokain (anastetik lokal paling tua). Anastetik ini memiliki toksisitas yang
tinggidan efek adiksi yang kuat, kokain bekerja merangsang sentral,
sehingga menyebabkan euforia dan bersifat halusinogen. -Kokain
menghambat ambilan kembali noradrenalin dari celah sinaps;sehingga
dapat menimbulkan takikardi dan kenaikan tekanan darah (efek
vasokonstriktor).
-Prokain (Novocain): Prokain dalam bentuk hidroklorida mudah larut
dalam air. Cocok anastetik infiltrasi (larutan 0,5%) dan untuk anastesi
konduksi (larutan 2%), tetapi efeknya pd selaput lendir terlalu
lemahtidak cocok untuk anastesi permukaan. Masa kerja singkat (30-40
menit). Didalam aliran darah diuraikan oleh esterasenonaktif.
-Tetrakain (pantocain): Bekerja 10 X lebih kuat daripada prokain, namun
juga lebih toksik 10 X daripada prokain, Hanya digunakan sbg anastetik
permukaan, efeknya bertahan selama beberapa jam, Sangat cepat
diabsorbsi dari selaput lendir yang luka shg ada bahaya keracunan
sistemik akibat absorpsi, Peruraian oleh esterase berlangsung 4 kali lebih
lambat daripada peruraian prokain
-Benzokain (anaesthesin): Digunakan sebagai anastetik permukaan,
Efeknya bertahan lama, Pada pemberian diatas permukaan luka yang
luas bahaya pembentukan methemoglobin setelah absorpsi ( terutama
pada bayi), Sering terjadi reaksi alergi yang disebabkan oleh adanya
gugus amino pada posisi p.
-Efek Pada Bbg Organ: -SSP merangsang SSP, gelisah, tremor serta tonik
klonik yg diikuti dgn depresi SSP, -Ganglion dan Neuromuscularjunction
menyebabkan berkurangnya respon otot atas rangsangan saraf,
-Kardiovaskular penurunan eksitabilitas, kecepatan konduksi dan
kekuatan kontraksi miokard, -Otot polos spasmolitik akibat depresi
langsung pada otot polos, - darah, - reaksi alergi.
1. Anastetik lokal tipe Amida: Lidokain (xylokain), Lidokain (xylokain).
Dengan strukturyang mirip : etidokain, prilokain, mepivakain, bupivakain,
artikain.
-Penggunaan terapi : anastesi konduksi dan infiltrasi. Masa kerja
lidokain,prilokain, mepivakain efektif selama 60-120 menit. Etidokain,
dan bupivakain efektif sampai 400 menit. Peruraian tidak terjadi didalam
darah melainkan didalam sel-sel hatidesalkilasi oksidatif pada atom N
serta hidroksilasi dan pemecahan ikatan amida-asam oleh peptidase
2. TEKNIK PENGGUNAAN ANESTETIK LOKAL:-Anestesi Infiltrasi Diinjeksikan
di sekitar jaringan tertentu yang hendak dituju, -Anestesi Konduksi
Injeksi di daerah tulang belakang dengan maksud untuk memutus
konduksi pada area tertentu Ex : untuk meniadakan rasa nyeri yang
hebat pada kaki dan lengan,
-Anestesi Spinal ( Intratekal ) Injeksi di tulang punggung yang berisi
cairan otak, melintasi durameter antara ruas lumbal ke 3 dan ke 4 untuk
tujuan pembiusan dari kaki sampai tulang dada, -Anestesi Epidural
Injeksi di ruang ke 2 durameter sumsum tulang belakang. Ex : Sectio
Caesarea, -Anestesi Cervical (pada daerah tengkuk ), -Anestesi Thoracal (
pada daerah paru-paru ), -Anestesi Permukaan: Pada permukaan kulit ,
misalnya untuk menjahit luka di kulit, -Anestetik Lokal lainnya :Lozenges,
Supposstoria, Tetes mata, Pada pengobatan ulkus lambung.
3. anestesi umum: Pelumpuhan SSP yang terkait dengan peniadaan atau
pengurangan rasa sakit (analgesia), kesadaran (amnesia), kepekaan
refleks (arefleksi) dan tonus otot (relaksasi otot); namun pusat-pusat
vegetatif, pusat pernapasan dan vasomotorik di medula oblongata tidak
boleh terpengaruh REVERSIBEL.
4. Stadium I = Analgesia: dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai
hilangnya kesadaran. Pada stadium ini : -penderita masih dapat
mengikuti perintah , -rasa sakit mulai hilang , -terjadi euforia ,-halusinasi
5. Stadium II = Stadium eksitasi/delirium dimulai dari hilangnya
kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan.Ciri : terlihat adanya
eksitasi dan gerakan yang tidak sesuai dengan kehendak. ex : tertawa2,
berteriak, bernyanyi. -pernafasan tidak teratur , -pada stadium ini dapat
terjadi mual dan muntah. -terjadi kegelisahan.- pupil melebar
namun mampu bereaksi, bertambahnya sekresi saliva.
6. Stadium III = Anestesia Ciri : - pernafasan menjadi dangkal,cepat dan
teratur ( seperti keadaan tidur ),
- gerakan bola mata tidak menurut kehendak., -bila lengan diangkat, lalu
dilepaskan akan jatuh bebas tanpa tahanan.
7. Stadium IV = Paralisis M.Oblongata bila pernafasan spontan berhenti, krn
tjd depresi berat pusat pernafasan. Ciri :-tekanan darah naik turun, tdk
dpt diukur.- denyut jantung dan pernafasan terhenti. Stadium ini harus
dihindari
8. premidikasi: mengurangi kecemasan dan ketegangan (morfin, petidin),
postmedikasi: menghilangkan efek samping,seperti rasa gelisah dan
mual muntah (ondansetron, CPZ).
9. Onset dan Durasi Anestetik lokal ditentukan oleh :
1. Lipofilisitas
2. pKa
3. Derajat pengikatan protein
4. Derajat Vasodilatasinya

-Parkinsonisme or gejala ekstrapiramidal merupakan suatu


penyakit ganglia basalis yang ditandai dg gejala utama trias gangguan
neuromuskular.
Tiga gejala utama (trias) penyakit perkinson: Kekakuan anggota
gerak & hilangnya reflek-reflek postural, Mobilitas berkurang secraa
abnormal dan Gemetar.
etiologi parkinson ada 2:
a. Primary parkinsonism: idiopatic Parkinsons disease, juvenile
parkinsonspenyebab yang pasti tidak diketahui -> prevalensi: 1
diantara 200 orang berusia di atas 70 tahun.
b. Secondary parkinsonism:
-parkinson pascaensefalitis
-parkinson Coz INDUKSI OBAT:-Antiepilepsiasam valproat,
vigabatrin, Antidepresanamoxapin, lithium, fluoxetin,
Butyrophenondroperidol, haloperidol, -Calsium Channel
Blokersamlodipin, diltiazem, flunarizin, verapamil, -Central acting:
antihipertensi--metildopa, reserpin,-Cholinesterase inhibitordonepezil,
tacrine, Phenothiazin chlorpromazine, fluphenazin, perphenazin,
-Amiodaron, metocploramid, phenitoin.
1. gejala parkinson: tremor, kekakuan, Melemahnya gerakan spontan dan
sulit untuk memulai gerakan baru, ketidakseimbangan tubuh
2. Farmakologi :Meningkatkan kadar dopamin endogen, Mengaktifkan
reseptor dopamin dengan agonis, Menekan aktivitas kolinergik dengan
obat-obat antikolinergik
3. Meningkatkan kadar dopamin endogen
-L-Dopa prekursor Dopa
-Carbidopa, benserazid menghambat metabolisme perifer oleh
dopadekarboksilase
-Entacapon, tolkaponmenghambat degradasi Dopa->O-metiltransferase
-Selegilinmenghambat degradasi Dopa oleh MAO B
-Amantadin meningkatkan sintesis dan pelepasan dopamin,
menghambat re-uptake
4. Mengaktifkan reseptor dopamin dengan agonis
-Bromokriptin, lisurid agonis D2
-Pramipeksol, ropinirol agonis D2 dan D3
-Pergolid, apomorfin agonis D1 dan D2
5. Menekan aktivitas kolinergik dg obat-obat antikolinergik :
-Benzotropin, triheksifenidil
6. obat dopaminergik: Levodopa + benserazid (Madopar), Levodopa +
karbidopa (Nacom)
7. penghambat COMT: Tolkapon (Tasmar), Entakapon (Comtess)
8. Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses
pencernaan lambung usus terutama pada keadaan defisiensi zat
pembantu pencernaan.
9. Langkah pengobatan: Bila gejala meningkat, koleksistektomi
laparoskopik merupakan pilihan. Akan tetapi batu kecil yg tidak
terkalsifikasi bisa dilarutkan dg pemberian asam empedujangka panjang
secara oral yaitu asam ursodeoksikolat yang menurunkan kandungan
kolesterol empedu dg menghambat enzim yang berkaitan dg
pembentukan kolesterol
10. enzim pencernaan yg sering digunakan:
-Protease memecah protein
-Lipase mememcah lemak
-Amilase memecah karbohidrat
11. Penyakit infeksi usus yang menyebabkan diare: - kolera disebabkan
oleh Vibrio cholerae asiaticadan vibrio choleriae eltor.
Gejalanya:diare seperti air cucian beras, muntah-muntah, kejang.
Pemberian oralit atau tehmenghindari bahaya dehidrasi dengan
disertai pemberian antibiotik (tetrasiklin, kloramfenikol) sbg terapi kausa,
-Disentri basiler, disebabkan oleh beberapa jenis basil genus shigella,
dengan ciri-ciri kejang dan nyeri perut, mulas, diare berlendir dan
berdarah. Obat-obat yang digunakan adalah golongan sulfonamida dan
antibiotik (ampisilin, tetrasiklin)
12. Thypus, disebabkan oleh salmonella thyposa yang menyerang
usus penderita, gejala berupa demam tinggi secara berkala, nyeri
kelpala, lidah menjadi putih, dan bisa menyebabkan diare berdarah,
pengobatannya dengan kloramfenikol atau kontrimoksazol
13. Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare dapat berupa:
-Kemoterapi : terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab
penyakit digunakan obat golongan sulfonamida atau antibiotika.
-Obstipansia : terapi simtomatis dengan tujuan untuk menghentikan
diare, yaitu dengan cara:
a. Menekan peristaltik usus (antimotilitas)
Contoh:loperamid
b. Menciutkan selaput lendir usus
Contoh: tannin
c. Pemberian adsorben untuk menyerap racun yg dihasilkan bakteri
seperti kaolin, karbo-adsorben
d. Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lendir usus yang luka.
-spasmolitik: zat yg dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri
perut) pada diare misalmnya atropin sulfat.
14. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja dan sifat
kimianya: laksatif (Mekanisme kerjanya adalah dengan cara
merangsang susunan saraf otonom para-simpatis agar usus
mengadakan gerakan peristaltik dan mendorong isinya keluar)
15. Anti Spasmodika adalah abat yang digunakan untuk mengurangi
atau melawan kejang - kejang otot. Obat Anti Spasmodika : Atropin
Sulfat, Alkaloida belladona , Hiosin Butil Bromida, Papaverin HCl ,
Mebeverin HCl, Propantelin Bromida, # Mengurangi atau melawan kejang
otot
16. Kolagoga adalah obat yang digunakan untuk peluruh batu
empedu. Obat Kolagoga adalah :Asam Kenodeoksikolat, Asam
Ursodeoksikolat , Asam Kenat , # membantu melarurkan batu empedu
17. Analgesik Opioid dengan efek kuat dan terutama bekerja
sentral=analgesik narkotik=hipnoanalgesik. Analgesik yang berefek
lemah hingga sedang yang terutama bekerja perifer. Golongan ini
mempunyai efek antipiretik dan sebagian antiinflamasi, antirematik
(NSAID, Steroid). Analgesik nonopioid tanpa efek antipiretik dan
antiinflamasi
18. Analgesik-Opioid: Morfin , hidromorfon, kodein, dihidrokodein,
hidrokodon.
-mekanisme kerja : agonis penuh pada sistem penghambat nyeri
endogen (-agonis, -agonis). Efek merangsang: pusat muntah Efek
meredakan : pusat batuk (antitusif). Efek khusus :kejang pada dosis
tinggi, membebaskan histamin dari jaringanvasodilatasibronkospasme
pada penderita asma.
19. Hipnotik-sedatif yang digunakan dalam terapi: Benzodiazepin(efek:
Ansiolitik , Sedatif , Antikonvulsi, Relaksasi otot sentral dan Menyebabkan
ketergantungan fisis dan psikis ) Benzodiazepin dengan t1/2
singkat(kerja singkat) Midazolam (1,5 2,5 jam), Triazolam (2 4 jam),
medazepam (2jam), temazepam (5-8jam). benzodiazepin dgn efek lama
yaitu: Diazepam(20-50jam), klobazam (10-30 jam, tetapi 50 jam untuk
desmetilklobazam (metabolit aktif). Derivat asam barbiturat (barbiturat),
Hipnotik dengan efek mirip benzodiazepin: zolpidem dan zopiklon,
Kloralhidrat, Klometiazol, Difenhidramin dan doksilamin adalah
antihistamin H1 dg efek sedatif yang menonjol

FARMASI KOMUNITAS:
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter kepada
apoteker, yg boleh merespkan hanya dokter, dokter gigi, hewan,
copy resep adalah salinan tertulis dari suatu resep
PIO Tetes Mata:
1. Cuci tangan sampai bersih
2. Jangan menyentuh lubang penetes/tube salep mata
3. Tengadahkan kepala
4. Tarik kelopak mata ke bawah agar terbentuk semacam cekungan
5. Dekatkan alat penetes/salep sedekat mungkin ke cekungan tanpa menyentuhnya atau
menyentuh mata
6. Teteskan obat /bubuhkan salep sesuai petunjuk penggunaan
7. Pejamkan mata kurang lebih 2 menit jangan memejam terlalu kuat
8. Bersihkan kelebihan cairan/sisa salep dengan tissue
9. Untuk salep mata bersihkan ujung tube dengan tissue lain
10. Jangan menggunakan lebih dari satu jenis OTM, tunggu minimal 5 menit sebelum
meneteskan obat berikutnya
11. OTM biasanya menimbulkan rasa terbakar, tetapi ini hanya berlangsung beberapa
menit saja. Jika terasa lebih lama hubungi dokter

PIO Tetes Telinga:


1. Hangatkan obat tetes telinga dengan menggenggamnya atau mengempitnya di ketiak
selama beberapa menit. Jangan gunakan air panas dari kran karena suhunya sukar
dikendalikan
2. Miringkan kepala ke satu sisi atau berbaringlah miring , telinga yg akan diobati harus
berada di atas
3. Tarik daun telinga perlahan untuk membuka liang telinga
4. Teteskan sejumlah obat yang dianjurkan
5. Tunggu 5 menit sebelum beralih ke telinga lain
6. Jika ada rasa terbakar, tetapi ini hanya berlangsung beberapa menit saja. Jika terasa
lebih lama hubungi dokter

PIO Tetes Hidung


1. Bersihkan hidung
2. Duduk dan tengadahkan kepala/berbaringlah dengan bantal dibawah bahu,usahakan
kepala tetap lurus
3. Masukkan alat penetes sejauh 1 cm ke dalam lubang hidung
4. Teteskan obat sejumlah yg dianjurkan
5. Segera tundukkan kepala serendah mungkin (letakkan kepala diantara lutut)
6. Setelah beberapa detik,duduk tegak cairan akan menetes ke kerongkongan
7. Ulangi langkah ini untuk lubang hidung sebelahnya, jika perlu
8. Bersihkan alat penetes dengan air matang.

PIO Suppositoria:
1. Cucilah tangan
2. Bukalah kemasan obat
3. Jika suppo terlalu lunak masukkan ke lemari es terlebih dahulu
4. Hilangkan bagian pinggir yg mungkin tajam dengan menghangatkan dlm genggaman
5. Basahi obat dengan air dingin (terutama ujung yg membulat)
6. Berbaring miring pada satu sisi dan tekuk lutut
7. Secara perlahan masukkan suppo sampai seluruh obat masuk
8. Cucilah tangan
9. Usahakan agar tdk BAB selama 1 jam setelah pemberian obat

PIO Inhaler/aerosol:
1. Batukkan dahak sebanyak mungkin
2. Kocok botol aerosol sebelum digunakan
3. Pegang botol seperti yg tercantum pada petunjukknya
4. Katupkan bibir rapat-rapat pada mulut aerosol
5. Tengadahkan kepala sedikit
6. Buang nafas perlahan-lahan, hembuskan udara paru-paru sebanyak mungkin
7. Tarik nafas dalam-dalam dan tekan aerosol, usahakan agar lidah tetap di bawah
8. Tahan nafas selama 10 sampai 15 detik
9. Hembuskan nafas melalui hidung
10. Bersihkan mulut aerosol dengan air hangat

-Pertimbangan Lokasi yang harus diperhatikan :


1. Kepadatan penduduk, jumlah penduduk (tingkat sosial ekonomi masyarakat)
2. Sarana pelayanan kesehatan (RS, poliklinik,puskesmas, dokter praktek, BP, dll)
3. Apotek disekitar lokasi (pesaing)
4. Jangkauan, transportasi mudah dijangkau

nama latin:
1. S.u.C = signa usus cognitus (tandai pemakaian diketahui)
2. da in caps= da in capsulae (
3. Det/Nedet=detur (berikan) / ne detur (tdk dberikan)
4. S.u.e = signa usus externus ( tandai dipakai untuk luar)
5. S.i.m.m = signa in manu medici( tandai dalam tangan dokter)
6. PIM= periculum in mora ( berbahaya bila ditunda)
-Metode Perencanaan dalam Pengadaan ada 4 macam :
1. Epidemiologi, berdasarkan penyebaran penyakit yg terbesar/ plg byk diderita di lokasi
sekitarnya.
2. Konsumsi, didasarkan pada pengeluaran obat periode sebelumnya. Kmudian
dikelompokkan termasuk Fast atau Slow Moving.
3. Kombinasi, epidemiologi dan Konsumsi
4. Just In Time, Perencanaan dilakukan saat obat dibutuhkan.
-Kriteria PBF :
1. Pelayanan
2. Diskon
3. Bonus
4. Jangka waktu pembayaran
5. Kelengkapan&kualitas barang
6. Penukaran/ pengembalian obat ED / rusak

PBF Ada 2 Macam:


1. Distributor , kadang Industri Farmasi punya PBF sendiri. Misalnya Kalbe Farma Punya
Distributor Enseval, Dexa juga punya namanya AAM (Anugrah Argon Medika).
2. Sub Distributor ( Distributor yang membawa produk dari berbagai macam
pabrik).cont: San Prima sejati (SPS), Antar Mitra Sembada (AMS),dll

-Golongan narkotik: Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri&cepat
menimbulkan ketergantungan
1. Gol I : hanya untuk tujuan pengembangan IP. Tdk digunakan dlm terapi, mempunyai
potensi sgt tinggi mengakibatkan ketergantungan. Cont:Papaver somniverum L,
Opium,kokain,ganja,heroin, daun koka dll
2. GOL II: u/pengobatan & pengembangan IP, potensi ketergantungan .
Cont:Morfina,Pethidin, Benzetidin,dll
3. Gol III : berkhasiat u/ pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi/ tujuan
pengembangan IP,potensi ketergantungan. Cont: Dihidrokodein,
EtilMorfin,Kodein,Doveri
-Penyimpanan narkotik:
1. Dialmari khusus: bahan kayu/bahan lain yg kuat
2. Ukuran : 40X80X100cm, lebih kecil boleh yg ptg tdk bisa diangkat .

-Almari dibagi 2 pintu dengan kunci berlainan


pintu:
1. u/ menyimpan Pethidin,morfin,dan grm2,
2. u/ persediaan pintu u/ keperluan sehari2 mis: kodein.

-golongan psikotropika: Zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotik yang
bersifat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan perubahan
khas pada aktivitas mental dan perilaku.
1. GOL I : hanya u/ tujuan IP, tdk digunakan untuk terapi,potensi kuat menyebabkan
ketergantungan.Cont:Brolamfetamina,Meskalin,Psilosibina,katinona,Tenosiklidina,dll
2. Gol II : u/pengobatan(terapi)/IP, potensi kuat menyebabkan ketergantungan.Cont:
Amfetamin,Metakualon,Sekobarbital,Rasemat.
3. Gol III: u/pengobatan(terapi)/IP, potensi sedang menyebabkan ketergantungan.
Cont:Aminobarbital,Pentobarbital,Siklobarbital
4. Gol IV : u/pengobatan(terapi)/IP, potensi ringan menyebabkan ketergantungan. Cont:
Alprazolam,Diazepam,klobazam, estazolam.
-narkotik:
1. SP 4 lembar
2. R/ Tidak boleh Iter
3. SP u/ 1 obat
4. Beli ke PBF KIMIA FARMA,
5. Bayar ke PBF harus COD.
- Psikotropika:
1. R/ boleh iter
2. Penyimpanan di almari khusus tapi tidak ada syarat tertentu
3. SP Psikotropika juga khusus
4. 1 lembar SP boleh lebih dari 1 item obat dengan pabrik yang sama .

-efek kortikosteroid jangka panjang: punuk sapi/kerbau di bahu (buffalo


hump), perdarahan bawah kulit/lebam, moon face, hipertensi, perdarahan lambung,
osteoforosis, imunosupresan, hiperglikemia.
-akibat jika pewnggunaan kortikosteroid dihentikan mendadak: hipotensi dan
hipoglikemia.
-penyimpanan pergudangan:
1. Kartu Stock
2. Kartu Stelling (biasanya ditempat peracikan)
3. Buku Bon (permintaan dari ruang racik untuk ambil di gudang)
4. Buku ED (ED harus dicatat/barang rusak)
5. Buku Defekta (Buku untuk mencatat brg yg hampir habis)
6. Faktur

-saksi pemusanahn obat:


1. Untuk obat selain Narkotik & Psikotropik
saksinya cukup dari Apotek kita mis :
AA
2. Untuk Narkotik & Psikotropik: Harus ada Apoteker , Petugas Apotek (AA) dan Dari
pemerintah (Dinkes Kabupaten/Kota)

Tugas dan kewajiban APA a.l:


1)Memimpin seluruh kegiatan apotek
2)Berkewajiban serta bertanggung jawab penuh u/ mengelola apotek yang meliputi
beberapa bidang a.l :
a) Pelayanan kefarmasian
b) Administrasi dan keuangan
c) Ketenagaan atau personalia
d) Bidang lainnya yang berkaitan dengan tugas dan fungsi apotek

Tanggung jawab APA yaitu :


APA bertanggung jawab atas kelancaran segala bidang kegiatan dalam apotek serta
bertanggung jawab terhadap kelancaran hidup apotek yang dipimpinnya

TTK (Tenaga Teknis Kefarmasian)


Tugas & kewajiban AA antara lain :
1) Melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya sebagai asisten apoteker,
yaitu meliputi :
Pelayanan kefarmasian (pelayanan obat bebas dan obat dengan resep) sesuai petunjuk
pimpinan apotek.
Mengerjakan pengubahan bentuk, pembuatan sediaan racikan dan meracik.
Menyusun, membendel dan menyimpan resep dengan baik

Berdasarkan pasal 7 tentang tata cara Pemberian Ijin Apotek, maka langkah-langkah
yang harus dilakukan untuk mendapatkan ijin pendirian apotek adalah sebagai berikut
:
1. Permohonan Ijin Apotek ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
dengan melampirkan :
Salinan/foto copy Surat Ijin Kerja Apoteker/SIPA.
Salinan/foto copy Kartu Tanda Penduduk.
Salinan/foto copy denah bangunan.
Surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik/sewa/kontrak.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian apotek adalah:


Lokasi dan Tempat
Bangunan dan Kelengkapan
Ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat,
ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian obat, kamar mandi dan toilet.
Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang memenuhi syarat
kesehatan, penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang befungsi baik,
Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis, Papan nama
yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek, nomor telepon
apotek
Perlengkapan Apotek
Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur
dll. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti lemari
obat dan lemari pendingin.
Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.
Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun.
Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan peraturan
per-UU yang berhubungan dengan apotek.
Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan resep dan
lain-lain.

Di dlm PP No.26 Tahun 1965 pengertian Apotek adalah tempat


tertentu dimana dilakukan usaha dan pekerjaan kefarmasian.
Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah
mengucapkan sumpah jabatan.
Sarana Farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan
penyerahan obat atau bahan obat.
Sarana penyalur perbekalan Farmasi yang harus menyebarkan obat
yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata

Sekarang tdk berlaku krn ketika itu Apotek digunakan sbg bisnis/unit
usaha yg boleh mendirikan badan usaha(CV/commanditaire
vennoonscaft; PT) atau pengusaha

PP No.25 Tahun 1980:

Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah


mengucapkan sumpah jabatan.
Sarana Farmasi yang melakukan pengubahan bentuk dan
penyerahan obat atau bahan obat.
Sarana penyalur perbekalan Farmasi yang harus menyebarkan obat
yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata

KEPMENKES NO.1027/MENKES/SK/IX/2004 PERMENKES N0. 35 Tahun


2014 SPF DI APOTEK
Apotek : Sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik
kefarmasian oleh Apoteker.
Apoteker : sarjana Farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah jabatan Apoteker.
Tenaga Teknis Kefarmasian : tenaga yang membantu apoteker
dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yg terdiri atas Sarjana
Farmasi, Ahlimadya Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah
Farmasi / AA.
Sediaan Farmasi : Obat, Bahan Obat, Obat Tradisional, dan
Kosmetika.
Perbekalan Kesehatan : Semua bahan selain obat dan peralatan
yang diperlukan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
PENDIRIAN APOTEK
-Sebelum apotek didirikan: Perencanaan - Studi kelayakan -
Pengabdian profesi - Bisnis - Matang - Persyaratan - Izin (SIA)

FARMAKOKINETIKA:
MODEL KOMPARTEMEN SATU TERBUKA INTRAVENA :Farmakokinetika suatu
obat yang diberikan dengan IV konstan mengikuti proses masukan obat orde nol,
dimana obat diinfuskan langsung ke sirkulasi sistemik .
Model 2 kompartemen= distribusi obat keruang distribusi yang dilewatinya dg
kecepatan berbeda
Bioavaibilitas adalah persentase atau fraksi dari dosis pemberian yang mencapai
sirkulasi sistemik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bioavaibilitas adalah:
1. Karakteristik disolusi dan absorpsi bentuk kimia obat yang diberikan (misalnya:
garam,ester)
2. Bentuk sediaan obat (misalnya tablet, kapsul)
3. Rute pemberian
4. Stabilitas kandungan zat aktif di dalam saluran cerna (GI)
5. Metabolisme obat sebelum mencapai sirkulasi sistemik

OBAT-RESEPTOR
1. Reseptor obat adalah suatu makromolekul jaringan sel hidup, mengandug gugus
fungsional atau atom-atom terorganisasi, reaktif secara kimia dan bersifat secar spesifik,
dapat berinteraksi secara reversible dengan molekul obat yang mengandung gugus
fungsional spesifik, menghasilkan respon biologis yang spesifik pula
2. Interaksi obat dan reseptor melalui dua tahap yaitu: InTERaksi molekul obat dengan
reseptor spesifik , -Interaksi yang dapat menyebabkan perubahan konformasi
makromolekul sehingga timbul respon biologis

Mekanisme timbulnya respon biologis dapat dijelaskan dengan teori interaksi obat
dan reseptor yang meliputi
A. TEORI KLASIK: obat dapat menimbulakan efek tanpa mengikat reseptor
B. TEORI PENDUDUKan: obat berefek agonis , dan menimbulkan respon antagonis
C. teori kecepatan: efek biologis dari obat setara dengn kecepatan ikatan obat-reseptor dan
bukan dari jumlah reseptor yang diduduki
D. teori mekanisme: Teori mekanisme dan farmakofor sebagai dasar rancangan obat dapat
diilustrasikan oleh oabt antihipertensi---menghambat kompetitif enzim pengubah
angiotensin (angiotensin conferting enzim=ACE). Contoh: Kaptopril menghambat
secara kompetitif enzim pegubah angiotensin, sehingga mencegah perubahan angiotensin
I menjadi angiotensin II

PATOLOGI
RESPON IMUN:
1. RESPON INFLASMASI: MELINDUNGI TUBUH DARI PENYEBAB
KERUSAKAN SEL (MIKROBA, TOKSIN) DAN KONSEKUENSI DARI
KERUSAKAN SEL (NEKROSIS
2. RESPON IMUN SPESIFIK
A. MEMILIKI 3 KEKHASAN: SPESIFIK, MEMORI, HETEROGEN
-RESPON IMUN SEKUNDER
-TERDIRI DARI 2 TIPE
1. RESPON IMUN HUMORAL PERAN LIMFOSIT B
2. RESPON IMUN SELULER PERAN LIMFOSIT T

KIMIA ANALIS
1. Titrasi Kompleksometri : didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks
stabil hasil reaksi antara analit dengan titran. Misalnya reaksi antara Ag+ dan
CN- yang mengikuti persamaan reaksi:

KIMIA DASAR:
tata nama alkana
1. metana = CH4
2. etana= C2H6= CH3CH3
3. propana= C3H8= CH3CH2CH3
4. butana=C4H10
5. pentana=C5H12
6. heksana=C6H14
7. heptana=C7H16
8. oktana=C8H18
9. nonana=C9H20
10. dekana=C10H22

BIOLOGI
1. Morfologi tanaman ada 2:
a. primer : batang, daun, akar
b. sekunder: bunga (fructus), biji , buah(flos), umbi
2. Sel berasal dari kata Latin cella yang berarti ruangan kecil, Sel merupakan unit
terkecil dari makhluk hidup yang dapat melaksanakan kehidupan
sel hewan: memiliki lisosom dan sentrosom, tidak memiliki dinding sel

sel tumbuhan: tidak memiliki lisosom, tdk memiliki sentrosom, memiliki


dinding sel

mikroorganisme: makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat
dengan mikroskop yang meliputinbakteri, virus, jamur dan protozoa.
jamur pada keputihan adalah jamur candida albicans dan jamurnya
adalah trichomones vaginalis.

DNA adalah singkatan dari deoxyribo nucleic acid atau asam deoksiribonukleat, merupakan
suatu makromolekul yang tersusun oleh nukleotida sebagai molekul dasarnya yang membawa
sifat gen. Sering disebut juga asam nukleat atau asam inti. Disebut asam inti karena DNA
biasanya terdapat dalam nukleus (inti). Ada pula DNA yang terdapat di luar nukleus,
misalnya di dalam kloroplas, mitokondria dan sentriol. Berikut akan dibahas struktur dan
replikasi DNA.

RNA singkatan dari ribo nucleic acid atau asam ribonukleat. RNA merupakan hasil
transkripsi dari suatu fragmen DNA, sehingga RNA merupakan polimer yang jauh lebih
pendek dibanding DNA. Tidak seperti DNA yang biasanya dijumpai di dalam inti sel,
kebanyakan RNA ditemukan di dalam sitoplasma, terutama di ribosom. Berikut akan
diuraikan tentang struktur RNA dan macam RNA.

Struktur DNA

DNA terdiri atas dua utas benang polinukleotida yang saling berpilin membentuk heliks
ganda (double helix). Model struktur DNA itu pertama kali dikemukakan oleh James Watson
dan Francis Crick pada tahun 1953 di Inggris. Struktur tersebut mereka buat berdasarkan
hasil analisis foto difraksi sinar X pada DNA yang dibuat oleh Rosalind Franklin. Karena
yang difoto itu tingkat molekul, maka yang tampak hanyalah bayangan gelap dan terang saja.
Bayangan foto itu dianalisis sehingga mereka berkesimpulan bahwa molekul DNA
merupakan dua benang polinukleotida yang berpilin.

Seutas polinukleotida pada molekul DNA tersusun atas rangkaian nukleotida. Setiap
nukleotida tersusun atas :

1. Gugusan gula deoksiribosa (gula pentosa yang kehilangan satu atom oksigen)

2. Gugusan asam fosfat yang terikat pada atom C nomor 5 dari gula)

3. Gugusan basa nitrogen yang terikat pada atom C nomor 1 dari gula

Ketiga gugus tersebut saling terkait dan membentuk tulang punggung yang sangat panjang
bagi heliks ganda. Strukturnya dapat diibaratkan sebagai tangga, dimana ibu tangganya
adalah gula deoksiribosa dan anak tangganya adalah susunan basa nitrogen. Sedangkan fosfat
menghubungkan gula pada satu nukleotida ke gula pada nukleotida berikutnya untuk
membentuk polinukleotida.
Basa nitrogen penyusun DNA terdiri dari basa purin, yaitu adenin (A) dan guanin (G), serta
basa pirimidin yaitu sitosin atau cytosine (C) dan timin (T). Ikatan antara gula pentosa dan
basa nitrogen disebut nukleosida. Ada 4 macam basa nukleosida yaitu :

1. Ikatan A-gula disebut adenosin deoksiribonukleosida (deoksiadenosin)

2. Ikatan G-gula disebut guanosin deoksiribonukleosida (deoksiguanosin)

3. Ikatan C-gula disebut sitidin deoksiribonukleosida (deoksisitidin)

4. Ikatan T-gula disebut timidin deoksiribonukleosida (deoksiribotimidin)

Ikatan asam-gula-fosfat disebut sebagai deoksiribonukleotida atau sering disebut nukleotida.


Ada 4 macam deoksiribonukleotida, yaitu adenosin deoksiribonukleotida, timidin
deoksiribonukleotida, sitidin deoksiribonukleotida, timidin deoksiribonukleotida. Nukleotida-
nukleotida itu membentuk rangkaian yang disebut polinukleotida. DNA terbentuk dari dua
utas poinukleotida yang saling berpilin.

Basa-basa nitrogen pada utas yang satu memiliki pasangan yang tetap dengan basa-basa
nitrogen pada utas yang lain. Adenin berpasangan dengan timin dan guanin berpasangan
dengan sitosin. Pasangan basa nitrogen A dan T dihubungkan oleh dua atom hidrogen (A=T).
Adapun pasangan basa nitrogen C dan G dihubungkan oleh tiga atom hidrogen (CG).
Dengan demikian, kedua polinukleotida pada satu DNA saling komplemen. Coba perhatikan
gambar dan video struktur DNA berikut :

Tabel . Perbedaan DNA dan RNA

DNA (Deoxyribo Nukleat RNA (Ribo Nukleat Acid)


Acid)
- Letak Dalam inti sel, mitokondria, Dalam inti sel, sitoplasma dan
kloroplas, senriol. ribosom.
- Bentuk Polinukleotida ganda yang Polinukleotida tunggal dan
terpilin panjang pendekl
- Gula Deoxyribosa Ribosa
- Basanya Golongan purin : adenine dan Golongan purin : adenine dan
guanine guanine

Golongan pirimidin : cytosine Golongan pirimidin : cytosine


dan timin dan urasil

- Fungsi - mengontrol sifat yang - sintesis protein


menurun

- sintesis protein

- sintesis RNA

- Kadarnya Tidak dipengaruhi sintesis Dipengaruhi sintesis protein.


protein.
Macam ARN :
Letak basa nitrogen dari kedua
pita ADN saling berhadapan ARN duta
dengan pasangan yang tetap
yaitu Adenin selalu berpasangan ARN ribosom
dengan Timin, Cytosin dengan
Guanin. Kedua pita itu diikatkan ARN transfer
oleh ikatan hidrogen.

6. anastesi lokal: Obat yang menghambat rangsangan saraf secara reversibel bila dikenakan secara lokal
pada jaringan saraf dengan kadar cukup. (penghilang rasa sakit disertai dengan adanya hilang kesadaran.
7. persyaratan Anastesi lokal: Tidak mengiritasi dan merusak jaringan saraf secara permanen, Onset cepat
dan durasi cukup lama, Toksisitas sistemik rendah, Larut air dan stabil dlm larutan, Tahan thd proses
sterilisasi.
8. Pusat kerja : membran sel
MK :Memblokir konduksi impuls dgn jalan mencegah kenaikan permeabilitas membran sel thd ion Na + ( yg
berperan pada potensial aksi saraf ), Secara bersamaan akan meningkatkan ambang rangsang, mengurangi
eksitabilitas sel sehingga kelancaran hantaran jadi terhambat.
9. Farmakokinetik anastetik lokal ditentukan oleh 3 hal:
-Lipid/Water solubility ratiosemakin tinggi kelarutan dalam lemak, akan semakin tinggi potensi anastetik
lokalnya.
-Protein Binding menentukan duration of action. Semakin tinggi ikatan dengan protein akan semakin lama
durasinya.
- pKa, menentukan kesetimbangan kation dan basa
10. Anastetik lokal tipe Ester: Prototipe :
-Kokain (anastetik lokal paling tua). Anastetik ini memiliki toksisitas yang tinggidan efek adiksi yang kuat,
kokain bekerja merangsang sentral, sehingga menyebabkan euforia dan bersifat halusinogen. -Kokain
menghambat ambilan kembali noradrenalin dari celah sinaps;sehingga dapat menimbulkan takikardi dan
kenaikan tekanan darah (efek vasokonstriktor).
-Prokain (Novocain): Prokain dalam bentuk hidroklorida mudah larut dalam air. Cocok anastetik infiltrasi
(larutan 0,5%) dan untuk anastesi konduksi (larutan 2%), tetapi efeknya pd selaput lendir terlalu lemahtidak
cocok untuk anastesi permukaan. Masa kerja singkat (30-40 menit). Didalam aliran darah diuraikan oleh
esterasenonaktif.
-Tetrakain (pantocain): Bekerja 10 X lebih kuat daripada prokain, namun juga lebih toksik 10 X daripada
prokain, Hanya digunakan sbg anastetik permukaan, efeknya bertahan selama beberapa jam, Sangat cepat
diabsorbsi dari selaput lendir yang luka shg ada bahaya keracunan sistemik akibat absorpsi, Peruraian oleh
esterase berlangsung 4 kali lebih lambat daripada peruraian prokain
-Benzokain (anaesthesin): Digunakan sebagai anastetik permukaan, Efeknya bertahan lama, Pada pemberian
diatas permukaan luka yang luas bahaya pembentukan methemoglobin setelah absorpsi ( terutama pada
bayi), Sering terjadi reaksi alergi yang disebabkan oleh adanya gugus amino pada posisi p.
-Efek Pada Bbg Organ: -SSP merangsang SSP, gelisah, tremor serta tonik klonik yg diikuti dgn depresi SSP,
-Ganglion dan Neuromuscularjunction menyebabkan berkurangnya respon otot atas rangsangan saraf,
-Kardiovaskular penurunan eksitabilitas, kecepatan konduksi dan kekuatan kontraksi miokard, -Otot polos
spasmolitik akibat depresi langsung pada otot polos, - darah, - reaksi alergi.
10. Anastetik lokal tipe Amida: Lidokain (xylokain), Lidokain (xylokain). Dengan strukturyang mirip : etidokain,
prilokain, mepivakain, bupivakain, artikain.
-Penggunaan terapi : anastesi konduksi dan infiltrasi. Masa kerja lidokain,prilokain, mepivakain efektif selama
60-120 menit. Etidokain, dan bupivakain efektif sampai 400 menit. Peruraian tidak terjadi didalam darah
melainkan didalam sel-sel hatidesalkilasi oksidatif pada atom N serta hidroksilasi dan pemecahan ikatan
amida-asam oleh peptidase
11. TEKNIK PENGGUNAAN ANESTETIK LOKAL:-Anestesi Infiltrasi Diinjeksikan di sekitar jaringan
tertentu yang hendak dituju, -Anestesi Konduksi Injeksi di daerah tulang belakang dengan maksud untuk
memutus konduksi pada area tertentu Ex : untuk meniadakan rasa nyeri yang hebat pada kaki dan lengan,
-Anestesi Spinal ( Intratekal ) Injeksi di tulang punggung yang berisi cairan otak, melintasi durameter antara
ruas lumbal ke 3 dan ke 4 untuk tujuan pembiusan dari kaki sampai tulang dada, -Anestesi Epidural Injeksi di
ruang ke 2 durameter sumsum tulang belakang. Ex : Sectio Caesarea, -Anestesi Cervical (pada daerah
tengkuk ), -Anestesi Thoracal ( pada daerah paru-paru ), -Anestesi Permukaan: Pada permukaan kulit ,
misalnya untuk menjahit luka di kulit, -Anestetik Lokal lainnya :Lozenges, Supposstoria, Tetes mata, Pada
pengobatan ulkus lambung.
12. anestesi umum: Pelumpuhan SSP yang terkait dengan peniadaan atau pengurangan rasa sakit (analgesia),
kesadaran (amnesia), kepekaan refleks (arefleksi) dan tonus otot (relaksasi otot); namun pusat-pusat vegetatif,
pusat pernapasan dan vasomotorik di medula oblongata tidak boleh terpengaruh REVERSIBEL.
13. Stadium I = Analgesia: dimulai dari saat pemberian zat anestetik sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium
ini : -penderita masih dapat mengikuti perintah , -rasa sakit mulai hilang , -terjadi euforia ,-halusinasi
14. Stadium II = Stadium eksitasi/delirium dimulai dari hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium
pembedahan.Ciri : terlihat adanya eksitasi dan gerakan yang tidak sesuai dengan kehendak. ex : tertawa2,
berteriak, bernyanyi. -pernafasan tidak teratur , -pada stadium ini dapat terjadi mual dan muntah.
-terjadi kegelisahan.- pupil melebar namun mampu bereaksi, bertambahnya sekresi saliva.
15. Stadium III = Anestesia Ciri : - pernafasan menjadi dangkal,cepat dan teratur ( seperti keadaan tidur ),
- gerakan bola mata tidak menurut kehendak., -bila lengan diangkat, lalu dilepaskan akan jatuh bebas tanpa
tahanan.
16. Stadium IV = Paralisis M.Oblongata bila pernafasan spontan berhenti, krn tjd depresi berat pusat pernafasan.
Ciri :-tekanan darah naik turun, tdk dpt diukur.- denyut jantung dan pernafasan terhenti. Stadium ini harus
dihindari
17. premidikasi: mengurangi kecemasan dan ketegangan (morfin, petidin), postmedikasi: menghilangkan efek
samping,seperti rasa gelisah dan mual muntah (ondansetron, CPZ).
18. Onset dan Durasi Anestetik lokal ditentukan oleh :
1. Lipofilisitas
2. pKa
3. Derajat pengikatan protein
4. Derajat Vasodilatasinya
19. Parkinsonisme or gejala ekstrapiramidal merupakan suatu penyakit ganglia basalis yang ditandai dg
gejala utama trias gangguan neuromuskular.
20. Tiga gejala utama (trias) penyakit perkinson: Kekakuan anggota gerak & hilangnya reflek-reflek postural,
Mobilitas berkurang secraa abnormal dan Gemetar.
21. etiologi parkinson ada 2:
c. Primary parkinsonism: idiopatic Parkinsons disease, juvenile parkinsonspenyebab yang pasti tidak
diketahui -> prevalensi: 1 diantara 200 orang berusia di atas 70 tahun.
d. Secondary parkinsonism:
-parkinson pascaensefalitis
-parkinson Coz INDUKSI OBAT:-Antiepilepsiasam valproat, vigabatrin, Antidepresanamoxapin,
lithium, fluoxetin, Butyrophenondroperidol, haloperidol, -Calsium Channel Blokersamlodipin, diltiazem,
flunarizin, verapamil, -Central acting: antihipertensi--metildopa, reserpin,-Cholinesterase
inhibitordonepezil, tacrine, Phenothiazin chlorpromazine, fluphenazin, perphenazin, -Amiodaron,
metocploramid, phenitoin.
20. gejala parkinson: tremor, kekakuan, Melemahnya gerakan spontan dan sulit untuk memulai gerakan baru,
ketidakseimbangan tubuh
21. Farmakologi :Meningkatkan kadar dopamin endogen, Mengaktifkan reseptor dopamin dengan agonis,
Menekan aktivitas kolinergik dengan obat-obat antikolinergik
22. Meningkatkan kadar dopamin endogen
-L-Dopa prekursor Dopa
-Carbidopa, benserazid menghambat metabolisme perifer oleh dopadekarboksilase
-Entacapon, tolkaponmenghambat degradasi Dopa->O-metiltransferase
-Selegilinmenghambat degradasi Dopa oleh MAO B
-Amantadin meningkatkan sintesis dan pelepasan dopamin, menghambat re-uptake
23. Mengaktifkan reseptor dopamin dengan agonis
-Bromokriptin, lisurid agonis D2
-Pramipeksol, ropinirol agonis D2 dan D3
-Pergolid, apomorfin agonis D1 dan D2
24. Menekan aktivitas kolinergik dg obat-obat antikolinergik :
-Benzotropin, triheksifenidil
25. obat dopaminergik: Levodopa + benserazid (Madopar), Levodopa + karbidopa (Nacom)
26. penghambat COMT: Tolkapon (Tasmar), Entakapon (Comtess)
27. Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan lambung usus terutama
pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan.
28. Langkah pengobatan: Bila gejala meningkat, koleksistektomi laparoskopik merupakan pilihan. Akan tetapi
batu kecil yg tidak terkalsifikasi bisa dilarutkan dg pemberian asam empedujangka panjang secara oral yaitu
asam ursodeoksikolat yang menurunkan kandungan kolesterol empedu dg menghambat enzim yang berkaitan
dg pembentukan kolesterol
29. enzim pencernaan yg sering digunakan:
-Protease memecah protein
-Lipase mememcah lemak
-Amilase memecah karbohidrat
30. Penyakit infeksi usus yang menyebabkan diare: - kolera disebabkan oleh Vibrio cholerae asiaticadan vibrio
choleriae eltor. Gejalanya:diare seperti air cucian beras, muntah-muntah, kejang. Pemberian oralit atau
tehmenghindari bahaya dehidrasi dengan disertai pemberian antibiotik (tetrasiklin, kloramfenikol) sbg terapi
kausa, -Disentri basiler, disebabkan oleh beberapa jenis basil genus shigella, dengan ciri-ciri kejang dan
nyeri perut, mulas, diare berlendir dan berdarah. Obat-obat yang digunakan adalah golongan sulfonamida dan
antibiotik (ampisilin, tetrasiklin)
31. Thypus, disebabkan oleh salmonella thyposa yang menyerang usus penderita, gejala berupa demam tinggi
secara berkala, nyeri kelpala, lidah menjadi putih, dan bisa menyebabkan diare berdarah, pengobatannya
dengan kloramfenikol atau kontrimoksazol
32. Obat-obat yang diberikan untuk mengobati diare dapat berupa:
-Kemoterapi : terapi kausal yaitu memusnahkan bakteri penyebab penyakit digunakan obat golongan
sulfonamida atau antibiotika.
-Obstipansia : terapi simtomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan cara:
a. Menekan peristaltik usus (antimotilitas)
Contoh:loperamid
b. Menciutkan selaput lendir usus
Contoh: tannin
c. Pemberian adsorben untuk menyerap racun yg dihasilkan bakteri seperti kaolin, karbo-adsorben
d. Pemberian mucilago untuk melindungi selaput lendir usus yang luka.
-spasmolitik: zat yg dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada diare misalmnya atropin
sulfat.
33. Penggolongan obat berdasarkan mekanisme kerja dan sifat kimianya: laksatif (Mekanisme kerjanya adalah
dengan cara merangsang susunan saraf otonom para-simpatis agar usus mengadakan gerakan peristaltik dan
mendorong isinya keluar)
34. Anti Spasmodika adalah abat yang digunakan untuk mengurangi atau melawan kejang - kejang otot. Obat
Anti Spasmodika : Atropin Sulfat, Alkaloida belladona , Hiosin Butil Bromida, Papaverin HCl , Mebeverin
HCl, Propantelin Bromida, # Mengurangi atau melawan kejang otot
35. Kolagoga adalah obat yang digunakan untuk peluruh batu empedu. Obat Kolagoga adalah :Asam
Kenodeoksikolat, Asam Ursodeoksikolat , Asam Kenat , # membantu melarurkan batu empedu
36. Analgesik Opioid dengan efek kuat dan terutama bekerja sentral=analgesik narkotik=hipnoanalgesik.
Analgesik yang berefek lemah hingga sedang yang terutama bekerja perifer. Golongan ini mempunyai efek
antipiretik dan sebagian antiinflamasi, antirematik (NSAID, Steroid). Analgesik nonopioid tanpa efek
antipiretik dan antiinflamasi
37. Analgesik-Opioid: Morfin , hidromorfon, kodein, dihidrokodein, hidrokodon.
-mekanisme kerja : agonis penuh pada sistem penghambat nyeri endogen (-agonis, -agonis). Efek
merangsang: pusat muntah Efek meredakan : pusat batuk (antitusif). Efek khusus :kejang pada dosis tinggi,
membebaskan histamin dari jaringanvasodilatasibronkospasme pada penderita asma.
38. Hipnotik-sedatif yang digunakan dalam terapi: Benzodiazepin(efek: Ansiolitik , Sedatif , Antikonvulsi,
Relaksasi otot sentral dan Menyebabkan ketergantungan fisis dan psikis ) Benzodiazepin dengan t1/2
singkat(kerja singkat) Midazolam (1,5 2,5 jam), Triazolam (2 4 jam), medazepam (2jam), temazepam (5-
8jam). benzodiazepin dgn efek lama yaitu: Diazepam(20-50jam), klobazam (10-30 jam, tetapi 50 jam untuk
desmetilklobazam (metabolit aktif). Derivat asam barbiturat (barbiturat), Hipnotik dengan efek mirip
benzodiazepin: zolpidem dan zopiklon, Kloralhidrat, Klometiazol, Difenhidramin dan doksilamin adalah
antihistamin H1 dg efek sedatif yang menonjol.

BIOLOGI FARMASI
1. Sebutkan aktivitas farmakologi dari senyawa kokain: analgesik, analgesik lokal
2. Bagaimana cara penapisan fitokimia dan biosintesis dari senyawa kokain:
Kokain termasuk golongan senyawa alkaloid
Penapisan fitokimia:
a. Reaksi tabung: 0,3 g ekstrak + 5 ml HCL lalu dipanaskan 2-3 menitsetelah
dingin + 0,3g NaCL lalu saring kemudian + 5 ml HCL 2N -> filtrat + reagen
meyer -> endapan putih (+) alkaloid
b. Uji KLT : filtrat ditotolkan pada lempeng KLT Kiesel Gen F254 lalu di
evaluasi dgn fase gerak etanol : etanol : air (9:2:2) lalu diberi penampak noda
dragendorf maka akan timbul noda berwarna jingga (+ alkaloid)

Biosintesis kokain:
a. Perkursor alkaloid adalah asam amino, asam amino akan mengalami reaksi
dekarboksilasi (menghasilkan senyawa amin) dan transaminasi (menghasilkan
aldehid), senyawa amin dam aldehid kemudian bereaksi membentuk schift
base, schiff base bereaksi dgn karbanion melalui kondensasi mannich
membentuk alkaloid.

3. a. Jelaskan standarisasi simplisia dan ekstrak dari tanaman psidii guajava?


Standarisasi simplisia: identifikasi, kemurnian, aturan penstabilan, uji
organoleptik, uji makroskopik, uji mikroskopik, uji histokimia.
- syaratnya : kemurnian simplisia, tidak mengandung peptisida berbahaya, logam berat
dan senyawa toksik.

Standarisasi ekstrak:
- parameter spesifik : Identitas ekstrak, Organoleptik ekstrak, Kadar sari, Pola
kromatogram
- parameter non spesifik: Susut pengeringan, Bobot jenis, Kadar abu, Kadar air, Sisa
pelarut, Residu pestisida, Cemaran logam berat, Cemaran mikroba.

b. Jelaskan metode ekstraksinya dan fraksinasi senyawa tersebut?


- metode ekstraksinya dgn maserasi: daun jambu biji segar disortasi, dicuci,dikeringkan
simp-lisia + etanol 96% sebanyak 7,5 x bbot simplisia lalu rendam selama 5 hari
dlm maserator smbil di aduk kmudian saring dlm corong buchner filtrat dipekatkan
dlm rotary evaporator kental. senyawa yg terkandung dlm daun jambu biji
kuersetin.
- metode dgn cara fraksinasi senyawa kuersetin 0,3 g ekstrak+25 metanol + 0,7 ml
HCL 57% masukkan labu alas bulat, hidrolisis 30 menit pada suhu 700C.
sampelmasukkan bagian atas fase diam secara perlahan dan merata sampai semua
smpel masuk ke fase diamsaat permukaan atas sampel sampai pada permukaan atas
fase diam, tambahkan fase gerak kecepatan alir fase diam atur sesuai
keinginan( umumx 1 tts/detik) tampung eluat pda vial 5mlterakhir elusi kolom
sampai smua komponen kluar dari kolom. Pda tiap vial dilakukan klt dgn fase diam
kiesel gel f254 dan fase gerak klorofm:aseton:asam format (150:33:17).
c. Sebutkan ciri mikroskopik dan makroskopik dari psidii guajava?
Uji makroskopik: u/mencari morfologi, ukuran dan warna simplisia yg di uji.
-makroskopik psidii guajava:

Uji mikroskopik: u/ unsur2 anatomo jarinfan yg khas seperti

4. - Nama simplisia dari senyawa eugenol: caryophylli flos


- Nama asal tumbuhan dan suku dari senyawa eugenol: cengkeh(eugenia
caryophylattata), suku myrtaceae.
- Ciri mikroskopik simplisia tsb: butir polem, fragmen antera,sel batu, fragmen
sklerenkim, fragmen parenkim dgn saluran minyak dan kalsium oksalat bntuk
roset.

5. analisis apa yg digunakan untuk mengidentifikasi senyawa kuersetin?


a. Spektro UV memberikan informasi absorbansi maksimumj, adax ggus
kromofor dri senyawa organik, sifat ionik, sifat elektroinik
b. Spekro IR identifikasi ggus fungsi
c. Spekto NMR mencari jumlah proton, letak proton, jenis proton
d. Spekto MS mncri BM senyawa

6. Salah satu metode ekstraksi ?


a. Ekstraksi dingin: maserasi, perkolasi, remaserasi
b. Ekstraksi panas: digesti, refluks, soxletasi , infus ,dekokta, destilasi

Anda mungkin juga menyukai