Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN TUGAS BESAR

MATA KULIAH MODEL DAN KOMPUTASI PROSES

PERMODELAN DAN SIMULASI REAKTOR MIXED FLOW ADIABATIS


PADA PROSES ESTERIFIKASI ASAM ASETAT
DENGAN SCILAB 5.1.1

Disusun oleh:
Erdita Aprilia Yuga Pamujo 21030113120018
Randy Kurniawan 21030113130185

JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

2015
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Permodelandan Simulasi Reaktor Mixed Flow Adiabatis pada Proses


Esterifikasi Asam Asetat dengan Scilab 5.1.1
Kelompok : 10 / Selasa Pagi
Anggota : Erdita Aprilia Yuga Pamujo 21030113120018
Randy Kurniawan 21030113130185

Semarang, 15 Desember 2015


Asisten Pengampu,

Pulung Sambadha
NIM: 21030112120023

2
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan
bimbingan-Nya, sehingga makalah berjudul Permodelandan Simulasi Reaktor Mixed Flow
Adiabatis pada Proses Esterifikasi Asam Asetat dengan Scilab 5.1.1 dapat diselesaikan
dengan baik dan lancar.
Terimakasih juga dipanjatkan kepada pihak-pihak lain yang sudah memberikan bantuan,
yaitu:
1. Bapak Dr. Ir. Setia Budi Sasongko, DEA selaku dosen pengampu Laboratorium
Komputasi Proses Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
2. Bapak Luqman Buchori, M.T. selaku dosen pengampu Laboratorium Komputasi Proses
Teknik Kimia Universitas Diponegoro.
3. Pulung Sambadha, selaku asisten pembimbing Laboratorium Komputasi Proses Teknik
Kimia Universitas Diponegoro.
Laporan ini masih butuh penyempurnaan dan riset lebih lanjut. Oleh karena itu, kritik
dan saran dari para pembaca akan sangat membantu. Semoga isi dari laporan ini dapat
memberikan bantuan untuk para pembaca dalam mengaplikasikan perhitungan numerik
dengan Scilab 5.1.1 untuk perancangan.

Penulis

DAFTAR ISI

3
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................ii
PRAKATA...............................................................................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................v
INTISARI................................................................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1. Latar Belakang............................................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah....................................................................................................2
1.3. Tujuan.........................................................................................................................2
1.4. Manfaat.......................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................4
2.1. Dasar Teori..................................................................................................................4
2.2. Studi Khasus.............................................................................................................11
BAB III ALGORITMA PENYELESAIAN............................................................................14
3.1. Permodelan...............................................................................................................14
3.2. Algoritma Penyelesaian............................................................................................14
3.3. Logika Pemrograman...............................................................................................19
3.4. Bahasa Pemrograman...............................................................................................20
BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS......................................................................23
4.1. Hasil Simulasi...........................................................................................................23
4.2. Analisis Data.............................................................................................................24
BAB V PENUTUP.................................................................................................................28
5.1. Kesimpulan...............................................................................................................28
5.2. Saran.........................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................29

LAMPIRAN
LEMBAR ASISTENSI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Grafik operasi adiabatik........................................................................................9


Gambar 3.1. Permodelan CSTR reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol......................14
Gambar 3.2. Diagram logika pemrograman...........................................................................19
Gambar 4.1. Tampilan console hasil Scilab 5.1.1...................................................................23
Gambar 4.2. Grafik hubungan suhu dengan konstanta kecepatan reaksi dan konversi..........23
Gambar 4.3. Grafik hubungan konversi dengan volume reaktor dan
konstanta kesetimbangan...................................................................................24

4
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

INTISARI

Sebagai seorang sarjana teknik kimia, tuntutan yang harus dipenuhi yaitu kemampuan
untuk scale-up. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang sarjana teknik kimia
yaitu mendesain reaktor.Reaktor tangki berpengaduk atau biasa dikenal dengan CSTR
(Continuous Stirred Tank Reactor) merupakan salah satu reaktor yang paling sering
diaplikasikan dalam industri-industri.Salah satu aplikasi reaktor CSTR ini pada reaksi
pembentukan senyawa ester.Dalam mendesain reaktor CSTR ini sangat rumit karena
melibatkan perhitungan matematis yang kompleks.Oleh karena itu digunakanlah software
Scilab 5.1.1 untuk membantu simulasi dalam perancangan reaktor CSTR ini.
Berdasarkan prosesnya, reaktor dibagi menjadi 2, yaitu reaktor batch dan reaktor alir
(continuous). Reaktor continuous terdiri dari reaktor alir tanki berpengaduk (mixed flow
reactor / reaktor CSTR) dan reaktor alir pipa (plug flow reactor). Pada kasus ini reaktan

5
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

dicampur sebelum masuk reaktor CSTR, sehingga flowrate masuk reaktor sebesar 200
L/min.Di dalam campuran terdapat asam asetat, etanol, dan etil benzene. Konsentrasi asam
asetat 5 mol/L,etanol 10 mol/L,dan etil benzene 1mol/L. Reaksi berjalan pada tekanan 2 atm
dengan suhu masuk reaktor 90oC. Sesuai dengan tinjauan termodinamika, reaksi esterifikasi
ini merupakan reaksi eksotermis reversible dan produk yang dihasilkan, yaitu etil asetat,
dapat bereaksi dengan etil benzene membentuk etil benzoalasetat.
Algoritma penyelesaian dimulai dengan membuat permodelan sederhana untuk
meninjau neraca massa dan neraca energi untuk perhitungan lebih lanjut. Penentuan suhu
operasi sesuai aplikasi umum reaksi esterifikasi pada suhu 90-100oC. Dari suhu tersebut
kemudian mencari nilai konstanta kecepatan reaksi pada suhu tersebut dengan rumus
Arrhenius. Selanjutnya masuk dalam perhitungan konversi pada tiap-tiap suhu yang
kemudian dilanjutkan mencari volume reaktor untuk konversi tersebut. Nilai konversi
selanjutnya digunakan juga untuk menentukan nilai konstanta kesetimbangan. Untuk
perhitungan dengan rumus serta bahasa pemrograman akan dibahas lebih lanjut dalam
laporan.
Hasil perhitungan disajikan dengan Scilab 5.1.1 dan ditampilkan data-data hasil
perhitungan, serta grafik-grafik. Dari simulasi yang dilakukan ternyata nilai konstanta
kecepatan reaksi akan naik seiring naiknya suhu. Nilai konversi juga akan naik seiring
naiknya suhu dan optimum pada kondisi 95oC. Konversi yang diberikan kurang lebih 95%
dan memperoleh volume reaktor kurang lebih 2.400 liter. Hasil simulasi juga menunjukkan
bahwa nilai konstanta kesetimbangan naik seiring naiknya konversi dan suhu.
Saran untuk melakukan simulasi dengan Scilab 5.1.1 ini sebaiknya harus teliti dalam
menurunkan persamaan karena beberapa jenis reaktor dan reaksi memiliki perhitungan yang
cukup berbeda. Selain itu, dalam melakukan simulasi juga harus memahami kondisi operasi
dan reaksi yang terjadi. Penguasaan software Scilab yang baik dan benar akan sangat
membantu dalam simulasi perancangan.

6
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu teknik kimia sangat erat kaitannya dengan pemrosesan bahan mentah menjadi
barang jadi yang memiliki nilai guna yang tinggi. Sebagai seorang sarjana teknik kimia,
tuntutan yang harus dipenuhi yaitu kemampuan untuk scale-up dan produksi masal untuk
menghasilkan keuntungan bagi industri-industri yang ada. Dasar-dasar perpindahan massa
dan energi, teknik reaksi kimia, desain alat proses, sampai desain suatu pabrik adalah
idealisme seorang sarjana teknik kimia.
Salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang sarjana teknik kimia yaitu
mendesain reaktor tempat terjadinya proses fisika dan kimia untuk mengubah bahan mentah
menjadi produk jadi. Beberapa masalah yang sering dihadapi dalam perancangan reaktor yaitu
sifat fisik dan kimia bahan baku, target produksi, munculnya by product, kondisi operasi
reaktor, dan efisiensi kerja reaktor. Semua hal tersebut perlu diperhatikan agar tidak terjadi
gangguan-gangguan selama proses berlangsung. Jenis-jenis reaktor yang dirancang pun ada
beberapa macam dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Salah satu reaktor
yang paling sering digunakan yaitu reaktor tangki berpengaduk.
Reaktor tangki berpengaduk atau biasa dikenal dengan CSTR (Continuous Stirred Tank
Reactor) merupakan salah satu reaktor yang paling sering diaplikasikan dalam industri-
industri. Penggunaan reaktor ini dikenal luas karena sangat fleksibel digunakan dalam
macam-macam reaksi, terutama reaksi yang melibatkan fase cair atau fase gas. Adanya
impeller memungkinkan terjadinya pengadukan dan perataan distribusi molekul di dalam
reaktor. Selain itu by products reaksi dapat dihilangkan selama reaksi (Nanda et al., 2008).
Salah satu aplikasi reaktor CSTR ini pada reaksi pembentukan senyawa ester.
Ester adalah senyawa yang sangat penting dan bermanfaat dalam banyak industri
sebagai pelarut, plasticizer, farmasi, dan senyawa intermediate (Zeki et al., 2010; Patil et al.,
2014). Senyawa ester memiloki bobot molekul yang kecil dengan sifat mengeluarkan bau
yang khas, sehingga ester ini juga bisa digunakan dalam industri parfum (Patil et al., 2014).
Metode yang digunakan untuk membuat senyawa ester yaitu dengan esterifikasi. Reaksi
esterifikasi, salah satunya pada pembuatan etil asetat dari asam asetat, secara umum
digambarkan pada gambar berikut ini (Kirbaslar et al., 2000).

katalis
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
Gambar 1.1. Reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol.

1
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

Penggunaan reaktor CSTR untuk reaksi esterifikasi ini telah memalui banyak studi
untuk memperoleh kondisi optimum yang dapat memberikan konversi yang baik (Leevijit et
al., 2006; Ogbu et al., 2013). Namun, perlu diketahui bahwa mendesain reaktor CSTR ini
sangat rumit karena melibatkan perhitungan matematis yang kompleks. Perhitungan yang
dilakukan harus mengasumsikan bahwa pengadukan sempurna dan laju alir produk masuk
reaktor harus stabil. Oleh karena itu digunakanlah software Scilab 5.1.1 untuk membantu
simulasi dalam perancangan reaktor CSTR ini.

1.2. Perumusan Masalah


Perhitungan reaktor CSTR ini sangat rumit dengan rumus yang kompleks. Banyak
pengaruh atau faktor yang dapat mempengaruhi kinerja reaktor dan proses reaksi di dalamnya.
Salah satu faktor penting yaitu suhu. Pada reaksi kimia kenaikan suhu akan meningkatkan
konversi dan konstanta kecepatan reaksi. Namun yang perlu diingat bahwa reaksi esterifikasi
bersifat eksotermis yang berarti semakin tinggi suhu, kesetimbangan reaksi akan bergeser ke
arah reaktan. Pada kondisi yang demikian perlu sekali tinjauan mengenai suhu optimum
operasi untuk mengetahui sifat termodinamika dan kinetika reaksi yang terjadi pada berbagai
suhu tersebut. Selain itu perlu dilihat mengenai konversi yang terjadi selama reaksi. Untuk
meninjau hal-hal tersebut, penggunaan Scilab 5.1.1 digunakan untuk simulasi reaksi
esterifikasi dalam reaktor CSTR.

1.3. Tujuan
Simulasi ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui kebutuhan volume reaktor CSTR dalam produksi etil asetat.
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap konversi reaksi esterifikasi dalam reaktor
CSTR.
3. Mengetahui pengaruh suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi esterifikasi dalam
reaktor CSTR.
4. Mengetahui pengaruh suhu terhadap konstanta kesetimbangan reaksi esterifikasi
dalam reaktor CSTR.

1.4. Manfaat
Manfaat yang diperoleh yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengetahui kebutuhan volume reaktor CSTR dalam produksi
etil asetat.
2. Mahasiswa dapatmengetahui pengaruh suhu terhadap konversi reaksi esterifikasi
dalam reaktor CSTR.
3. Mahasisawa dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap konstanta kecepatan reaksi
esterifikasi dalam reaktor CSTR.

2
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

4. Mahasiswa dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap konstanta kesetimbangan


reaksi esterifikasi dalam reaktor CSTR.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dasar Teori


2.1.1. Reaktor Kimia
Reaktor adalah suatu alat tempat terjadinya reaksi kimia untuk mengubah suatu
bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi.
Berdasarkan prosesnya, reaktor dibagi menjadi 2, yaitu reaktor batch dan reaktor alir
(continuous). Reaktor continuous terdiri dari 2 jenis diantaranya reaktor alir tanki
berpengaduk (mixed flow reactor / reaktor CSTR) dan reaktor alir pipa (plug flow
reactor). Reaktor batch adalah reaktor yang selama proses reaksinya tidak ada
pemasukan pereaktan dan pengeluaran zat hasil. Selain itu, pada reaktor batch
komposisi dalam reaktor seragam dan berubah terhadap waktu. Reaktor alir pipa (RAP /
plug flow reactor) adalah reaktor yang biasanya dipakai untuk proses aliran kontinyu
tanpa pengadukan.Di dalam RAP, fluida mengalir dengan pola seperti plug flow (aliran
sumbat). Fluida mengalir di dalam pipa dengan arah yang sejajar dengan sumbupipa,

3
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

dengan kecepatan yang sama di seluruh penampang pipa. Biasanya diasumsikan tidak
ada difusi arah aksial maupun pencampuran balik (backmixing)(Fogler, 1999).
Reaktor CSTR (Continuous Stirred Tank Reactor / Mixed Flow reactor / Reaktor
alir Tangki Berpengaduk) merupakan salah satu reaktor kimia, tempat terjadinya
pembentukan suatu komponen (beberapa komponen) hasil dari reaksi antara komponen-
komponen lain. Reaktor CSTR berupa suatu wadah yang umumnya berbentuk silinder
dengan diameter tertentu, dimana sekeliling reaktor bisa dibiarkan terbuka (terjadi
konveksi bebas antar reaktor dengan udara sekelilingnya) dengan cairan (air)
pendingin / pemanas untuk menyerap panas yang timbul. Sebagai salah satu reaktor
kimia, di dalam CSTR terjadi reaksi kimia pembentukan atau penguraian, dimana aliran
masa masuk / keluar berlangsung secara terus menerus (kontinyu). Reaksi yang terjadi
dalam CSTR bisa berupa reaksi satu arah, reaksi bolak-balik, atau reaksi berantai
(Rosadi, 2000).
Reaktor CSTR beroperasi pada kondisi steady state dan mudah dalam control
temperatur, tetapi waktu tinggal reaktan dalam reaktor ditentukan oleh laju alir dari
umpan yang masuk atau keluar, maka waktu tinggal sangat terbatas sehingga sulit
mencapai konversi reaktan pervolume reaktor yang tinggi karena dibutuhkan reaktor
dengan volume yang sangat besar (Smith, 1970).
Variabel-variabel yang perlu diperhatikan dalam perancangan reaktor dianatanya:
1. Fase zat pereksi dan zat hasil reaksi
2. Tipe reaksi dan persamaan kecepatan reaksi, serta ada tidaknya reaksi samping
3. Kapasitas produksi
4. Harga alat (reactor) dan biaya instalasinya
5. Kemampuan reactor untuk menyediakan luas permukaan yang cukup untuk
perpindahan panas
Pada perancangan reaktor CSTR, waktu bertambah denganbertambahnya volume
reaktor, sehingga konversi merupakan fungsi volume reaktor. Jika kecepatan umpan
masuk sistem pada kondisi steady state : FAO = mol/sat. Waktu, maka jumlah A yang
bereaksi(Levenspiel, 1972):
Mol A mula2 Mol A yang Bereaksi
[FAO ][ X A ]
Waktu Mol A Mula2
(2.1)

Mol A yang Bereaksi


[FAO ][ X A ]
waktu
(2.2)

Untuk menentukan volume reaktor yang dibutuhkan dapat digunakan


persamaan(Levenspiel, 1972):

4
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

FAO X A
V
rA

(2.3)

2.1.2. Sifat Reaksi


Reaksi eksotermis adalah suatu reaksi yang melepaskan kalor. Contoh reaksi
eksotermis adalah reaksi esterifikasi antara asam asetat dengan etanol yang berlangsung
dalam fase cair. Reaksinya adalah sebagai berikut:
C2H5OH + CH3COOH CH3COOC2H5 + H2O
Reaksi di atas adalah reaksi eksotermis yang berarti sejumlah kalor yang berasal dari
sistem lepas ke lingkungan. Kandungan kalor sistem menjadi berkurang (Rufiati, 2011).
Pada suatu reaksi yang tergolong eksotermis, terdapat sejumlah kalor yang
berpindah dari sistem ke lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa H p lebih kecil dari Hr.
Oleh karena itu, harga delta H bertanda negatif (-) (Rufiati, 2011).
Reaksi endoterm adalah reaksi yang disertai dengan perpindahan kalor dari
lingkungan ke sistem, atau secara singkat dapa dikatakan bahwa reaksi endoterm
merupakan reaksi yang sistemnya menyerap kalor. Salah satu ciri khas reaksi endoterm
adalah selama reaksi berlangsung terjadi penurunan suhu sehingga untuk kembali dalam
keadaan suhu awal, sistem harus menyerap kalor. Oleh karena itu, harga delta H
bertanda positif (+) (Rufiati, 2011).

Contoh penentuan reaksi eksotermis dan endotermis secara termodinamika:


Pada reaktor alkilasi, terjadi reaksi antara etilen dengan benzene menghasilkan
etil benzene. Untuk mengetahui reaksi tersebut ekotermis atau endotermis dapat
diketahui dari perhitungan H298.
Reaksi Alkilasi :
C2H4(g) + C6H6(g) C6H5C2H5(g)

Pada 298C, Hf C2H4(g) = 52,283 kJ/gmol


Hf C6H6(g) = 82,927 kJ/gmol
Hf C6H5C2H5(g) = 29,790 kJ/gmol
H298 = HfC6H5C2H5 (HfC6H6 + HfC2H4)
= 29,790 (82,927 + 52,283)
= - 105,42 kJ/gmol
Karena H yang dihasilkan negatif, maka reaksi diatas merupakan reaksi eksotermis.

2.1.3. Reaksi Reversible dan Reaksi Irreversible


Reaksi reversible adalah suatu reaksi yang berlangsung dalam dua arah. Zat hasil
reaksi dapat bereaksi kembali membentuk zat pereaksi. Misalnya, reaksi pembentukan

5
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

etil asetat dari asam asetat dan etanol. Suatu reaksi reversible yang memiliki kecepatan
pembentukan zat-zat hasil reaksi sama dengan kecepatan pembentukan kembali zat-zat
pereaksi dinamakan reaksi kesetimbangan. Secara umum, reaksi kesetimbangan dapat

dituliskan sebagai berikut aA + bB cC + dD. Suatu sistem kesetimbangan

mempunyai ciri-ciri sebagai berikut(Kristianingrum, 2009):


a. Merupakan suatu sistem tertutup dan pada suhu konstan.
b. Mempunyai sifat makroskopis yang konstan.
c. Bersifat dinamis.
d. Semua zat pereaksi dan hasil reaksi mempunyai konsentrasi konstan.
Reaksi irreversible adalah suatu reaksi yang berlangsung dalam satu arah. Zat
hasil reaksi tidak dapat bereaksi membentuk pereaksi. Contoh reaksi irreversible adalah
pembentukan garam natrium klorida dari asam klorida dan natrium hidroksida
(Kristianingrum, 2009).
Pada tahun 1866 dua orang ahli matematikan dan ahli kimia dari Norwegia,
Guldberg dan Waagemengemukakan hukum kesetimbangan kimia atau dinamakan pula
hukum aksi massa sebagai berikut(Kristianingrum, 2009):
Pada suhu dan tekanan tertentu perbandingan hasil kali konsentrasi zat-zat di sebelah
kanan anak panah persamaan reaksi (zat hasil reaksi) dengan konsentrasi zat-zat sebelah
kiri (pereaksi), yang masing-masing dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah

tetap. Misal reaksi aA + bB cC + dD

[ C]c .[ D]d
K = tetap = a
[ A ] .[B]
b

(2.4)
Harga tetapan K merupakan ukuran sampai seberapa jauh suatu reaksi dapat
berlangsung. Harga K besar menunjukkan bahwa zat hasil reaksi banyak terbentuk dan
sebaliknya. Tetapan kesetimbangan (K) dapat berbentuk Kc, Kp, atau Kx. Kc digunakan
untuk menyatakan tetapan untuk reaksi kesetimbangan molar (larutan dan gas). Kp
digunakan untuk menyatakan tetapan kesetimbangan tekanan parsial (gas). Kx
menyatakan tetapan kesetimbangan dalam fraksi mol (larutan dan gas) (Kristianingrum,
2009).
a. Konsentrasi molar
[C]c .[ D]d
Kc = a
[ A ] .[B]
b

(2.5)

6
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

b. Tekanan parsial
c d
PC . P D
Kp = a
P A . PB
b

(2.6)
c. Fraksi mol
X C c . X Dd
Kx = X A a . X Bb

(2.7)

Hubungan antara Kp dan Kc dapat ditentukan sebagai berikut(Kristianingrum, 2009):


pV = nRT
c d
[ C ] ( RT )c [ D ] ( RT ) d
p= a a b b
[ A ] ( RT ) [ B ] ( RT )
c d
[C ] . [ D ]
Kp = a b
( RT )( c+d )(a+ b)
[ A ] . [ B]
n
Kp = Kc

(2.8)
n adalah (jumlah mol gas hasil reaksi)-(jumlah mol gas reaktan)
bila n=0 Kp = Kc
n>0 Kp > Kc
n< 0 Kp < Kc
Secara analog hubungan Kp dan Kc dinyatakan dalam rumus(Kristianingrum, 2009):
n
Kp = Kx P (2.9)
P = tekanan total

Contoh Soal:
Untuk reaksi :
CO(g) + H2O(g) CO2(g) + H2(g)
harga-harga entropi standar So dan kalor pembentukan standar Hfo pada 25oC diberikan
sebagai berikut:
So (kal/det.mol) Hfo(kkal/mol)
CO 47,3 -26,4
H2O 45,0 -57,8
CO2 51,1 -94,0
H2 31,2 0
Hitung tetapan keseimbangan Kp untuk reaksi tersebut pada suhu 25oC. Diketahui nilai
konstanta gas ideal R = 2kal/det.mol!

7
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

Jawaban:

So= SoH2 + So CO2 SoCO + SoH2O


= (31,2 + 51,1) (47,3 + 45,0)
= 10,0 kal/det.mol
Hfo = HfoH2 + HfoCO2 HfoCO + HfoH2O
= (0 -94,0) (-26,4 57,8)
= -9,8 kkal = -9800 kal
Go= Ho T.So
= -9800 (298)(-10,0)
= -6820 kal
Go = -RT ln Kp
ln Kp = (-6820)/(-2)(298) = 11,4
Kp = e11,4 = 8,9 x 104
2.1.4. Kondisi Operasi Reaktor
Proses adiabatik adalah sistem yang tidak melakukan pertukaran panas dengan
lingkungannya. Hal ini berarti ketika sistem melakukan usaha baik berupa gerakan
ataupun kerja mekanik, idealnya tidak menjadikan lingkungan sekitarnya hangat atau
dingin.Untuk sistem yang melibatkan gas, proses adiabatik biasanya membutuhkan
perubahan tekanan untuk menggeser suhu tanpa mempengaruhi lingkungan sekitarnya.
Dalam atmosfer bumi, massa udara akan menjalani ekspansi adiabatik dan mendingin,
atau akan mengalami kompresi adiabatik, dan memanas(Surawan, 2011).

Gambar 2.1 Grafik operasi adiabatik.


Gambar 2.1 menunjukkan hubungan antara tekanan dengan volume pada proses
adiabatik. Dari gambar tersebut, dapat diperoleh besarnya usaha yang dinyatakan
dengan luas daerah di bawah kurva(Surawan, 2011).
Sebuah proses adiabatik adalah proses termodinamika dimana sistem tidak
mendapatkan atau kehilangan panas ke lingkungan sekitarnya. Sebuah proses
termodinamika dapat dipahami sebagai pengukuran perubahan energi dalam sebuah
sistem, yang diambil dari keadaan awal ke keadaan akhir(Surawan, 2011).

8
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

Proses non adiabatik merupakan proses termodinamika dimana sistem tertutup


dapat berinteraksi dengan lingkungan melalui kerja dan interaksi thermal (kalor)
sehingga perubahan energi sistem yang terjadi pada dua keadaan tidak saja sama dengan
kerja yang dihasilkan atau diberikan pada sistem tetapi juga memperhitungan besarnya
kalor yang masuk atau keluar sistem(Paloboran, 2009).

2.1.5. Molekularitas Reaksi


Reaksi bimolekular adalah satu reaksi dimana dua molekul pereaksi yang sama
atau tidak bergabung menghasilkan satu atau sejumlah molekul produk. Mereka adalah
reaksi-reaksi asosiasi (kebalikan reaksi dekomposisi)(Willi, 2008a).

A + B AB

2A A2

Atau reaksi pertukaran

A + B C + D

2A C + D

Beberapa contoh reaksi-reaksi bimolekular

CH3 + C2H5 C3H8

CH3 + CH3 C2H6

C2H4 + HI C2H5I

H + H2 H2 + H

O3 + NO O2 + NO2

Sulivan menunjukkan bahwa seringkali diberikan reaksi bimolekular klasik


2HI H2 + I2
adalah reaksi rantai pada temperatur tinggi (800 K) dengan penentuan laju tahap
termolekular.
Reaksi unimolekular (monomolekular) merupakan reaksi yang meliputi satu
molekul pereaksi dan salah satunya isomerisasi. Didalam reaksi unimolekuler, molekul
reaktan tunggal terisomerisasi atau terdekomposisi untuk menghasilkan satu atau lebih
produk. Dalam teori laju reaksi, keadaan transisi atau komplek teraktivasi memiliki

9
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

konfigurasi serupa terhadap reaktan sehingga prosesnya dapat direpresentasikan


dengan(Willi, 2008b):
A + A+ produk
Beberapa contoh reaksi-reaksi unimolekular:
CH3NC CH3CN
C2H6 2 CH3
C2H5 C2H4 + H

2.1.1.6. Reaksi Seri dan Reaksi Paralel


Reaksi seri atau reaksi konsekutif yaitu reaksi dari reaktan membentuk produk
antara yang aktif kemudian lebih lanjut dapat berubah menjadi produk lain yang
stabil(Harsanti, 2012).
Contoh :
k1 k2
A R S

Reaksi seri yang terkenal pada skala industri adalah reaksi antara etilen-oksid dan
ammonia berurutan terbentuk mono-etanol-amin, kemudian reaksi berlanjut terbentuk
di-etanol-amin dan produk akhir adalah tri-etanol-amin(Harsanti, 2012).
Reaksi seri yang terjadi adalah sebagai berikut:
k1 EO EO
C2H4O + NH3 HOCH2CH2NH2 (HOCH2CH2NH2)2NH

(HOCH2CH2)3N
Reaksi paralel atau reaksi samping (competitive reaction) yaitu dari reaktan yang
sama dihasilkan produk yang berbeda melalui jalur reaksi yang berbeda pula(Harsanti,
2012).
Contoh:
k1
A R
k2
A S

Contoh reaksi paralel yang cukup terkenal pada skala industri adalah reaksi
oksidasi terhadap etilen akan dihasilkan produk yang diinginkan adalah etilen oksid
sementara selama terjadi reaksi oksidasi sebagian etilen terbakar sempurna dan
dihasilkan produk yang tidak diinginkan adalah uap air dan karbon dioksida(Harsanti,
2012).
Reaksi paralel yang terjadi adalah sebagai berikut:
C2H4 + O2 C2H4O

10
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

C2H4 +3 O2 2CO2 + 2H2O

2.1. Studi Kasus


Reaksi esterifikasi yang paling sederhana yaitu reaksi antara asam asetat dengan etanol.
Reaksi ini berlangsung secara reversible dan eksotermis. Reaksi akan dijalankan dalam
reaktor CSTR pada pada fase cair-cair. Produk etil asetat yang muncul bisa bereaksi lebih
lanjut dengan etil benzoat membentuk etil benzoalasetat dan etanol. Dalam menjalankan
reaksi ini perlu penanganan tertentu karena reaksi esterifikasi berjalan lambat pada suhu
ruangan. Selain itu reaksi seri ini dapat menurunkan produk yang diinginkan yaitu etil asetat
karena membentuk produk samping bila direaksikan dengan etil benzene. Kondisi reaksi yang
terjadi dalam reaktor secaara adiabatis.
Pada kasus ini reaktan dicampur sebelum masuk reaktor, sehingga flowrate masuk
reaktor sebesar 200 L/min.Di dalam campuran terdapat asam asetat, etanol, dan etil benzene.
Konsentrasi asam asetat sebesar 5 mol/L,konsentrasi etanol sebesar 10 mol/L,dan konsentrasi
etil benzene sebesar 1mol/L. Reaksi berjalan pada tekanan 2 atmdengan suhu masuk reaktor
90oC.
Reaksi yang terjadi pada kasus ini ditunjukkan sebagai berikut (X = 50-90%):
katalis
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
Reaksi samping yang terjadi (X = 30%):
C6H6COOC2H5 + CH3COOC2H5 C6H6CO-CH2COOC2H5 + C2H5OH
Reaksi dilakukan pada suhu 90 100oC dengan katalis padat berupa resin Amberlyst 35
wet.Cp mean pada suhu 90-110oC = -86,05 J/mol.K.
Diketahui:
Cp as. asetat = 124,40 J/mol.K Cp air = 77,54 J/mol.K
Cp etanol = 400,17 J/mol.K Cp et. benzene = 185,60 J/mol.K
Cp et. asetat = 169,90 J/mol.K Cp et. ben-asetat = 212,52 J/mol.K

2.2.1. Tinjauan Termodinamika


Tinjauan secara termodinamika ditujukan untuk mengetahui sifat reaksi (endotermis /
eksotermis). Penentuan panas reaksi berjalan secara eksotermis atau endotermis dapat
dihitung dengan perhitungan panas pembentukan standart Hfo pada:P = 1 atm dan t = 298oK
Reaksi yang terjadi:
katalis
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
(A) (B) (C) (D)
Senyawa A B C D
V -1 -1 +1 +1
H298 (J/mol) -484.400 -277.600 -479.300 -285.830
G298 (J/mol) -390.200 -174.800 -332.700 -237.129

11
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

Hreaksi = Hproduk - Hreaktan


joule
H f =( 484.400+277.600479.300285.830 ) (2.10)
298
mol

joule
H f =3.130
298
mol
(2.12)
Nilai entalpi reaksi negatif, sehingga reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol
merupakan reaksi eksotermis.

2.2.2. Tinjauan Kinetika


Untuk menentukan apakah suatu reaksi tergolong reversible atau irreversible
dilakukan peninjauan terhadap tetapan konstanta kesetimbangan (K) pada 298 K.
Reaksiyang terjadi:
katalis
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
Pada suhu kamar diperoleh data-data G masing-masing komponen:

GCH3COOH = 332.700 joule/mol (298 K)

G C2H5OH = 237.129 joule/mol (298 K)

G CH3COOC2H5= 390.200 joule/mol (298 K)

G H2O = 174.800 joule/mol (298 K)

Sehingga :
Greaksi = Gproduk - Greaktan
joule
Gf =(390.200+174.800332.700237.129) (2.11)
298
mol

joule
Gf =4.829
298
mol (2.12)

K 298 =exp
[ Gf
RT0
298

[ ]
joule
(4.829)
mol
K 298 =exp
joule
8.314 x 298 K
mol . K

12
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

K 298 =7,0223

Nilai konstanta kesetimbangan reaksi pada 298 K sangat kecil, sehingga reaksi
esterifikasi asam asetat dengan etanol merupakan reaksi bolak-balik (reversible).
Nilai K pada range suhu operasi umum esterifikasi (90-100oC) dapat ditentukan dengan
rumus sebagai berikut.
Hf
ln
K
K 298
=
R
298

[ 1 1

T0 T ] (2.13)

(2.14)
K=K 298 x exp
Hf
R [ 298

( 1

298 T
1
)]

BAB III
ALGORITMA PENYELESAIAN

3.1. Permodelan
Reaksi yang terjadi dalam CSTRdalam fase cair yaitu:
k1
CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O
(A) (B) k2 (C) (D)
Reaksi samping:
C6H6COOC2H5 + CH3COOC2H5 C6H6CO-CH2COOC2H5 + C2H5OH
(E) (C) k3 (F) (B)

FI = FI0
FI0 = 200 L/min CA = ? CD = ?
CA0 = 5 mol/L CB = ? CE = ?
CB0 = 10 mol/L CC = ? CF = ?
CE0 = 1 mol/L Tout = ?
Tin = 90oC Pout = 2 atm
Vreaktor
Gambar 3.1. Permodelan CSTR reaksi esterifikasi asam asetat dengan etanol.
Pin = 2 atm

3.2. Algoritma Penyelesaian


Neraca massa:

13
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

dN A
FA0 + rA.V FA = dt

(3.1)
dN A
Pada saat steady state: dt =0

Sehingga:
FA0 + rA.V FA = 0
rA.V = FA FA0 (3.2)
dimanaFA = FA0(1 XA)
FA 0 X A
dan diperoleh: V = r A (3.3)

d FA
Asam asetat : =r A (3.4)
dV
d FB
Etanol : =r B 1+ r B 2 (3.5)
dV
d FC
Etil Asetat : =r C 1+ r C 2 (3.6)
dV
d FD
Air : =r D (3.7)
dV
d FE
Etil Benzene : =r E (3.8)
dV
d FF
Etil Benzoalasetat : =r F (3.9)
dV

Neraca energi:
T q
W sF AO i C pi dT +V r ij H Rxij ( T ) =0
Q
T0 i=1
(3.10)
Dimana:
Q = UA (T T) (3.11)
a

Ta1 = Ta2 = Ta
W s = 0
Asumsi kapasitas panas konstan.
Sehingga diperoleh persamaan:
q

UA (Ta T) - F AO C pi i (T T 0)+V r ij H Rxij (T )=0 (3.12)


i=1

Karena reaksi berlangsung pada kondisi adiabatis, maka:


= UA (T T) = 0
Q a

Sehingga persamaan menjadi:

(3.13) 14
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

q
F AO C pi i (T T 0 )+V r ij H Rxij ( T )=0
i=1

Apabila persamaan diatas dijabarkan maka akan menjadi:


m
F AO C pi i ( T T 0 ) +Vr 1 H Rx 1 ( T )+Vr 2 H Rx 2 ( T )=0
i=1
(3.14)

Laju reaksi:
r A =k 1 C A C B +k 2 CC C D (3.15)
r B 1 =k 1 C A C B +k 2 CC C D (3.16)
r B 2 =k 3 CC C E

(3.17)
r C 1=k 1 C A C Bk 2 C C C D (3.18)
r C 2=k 3 CC C E (3.19)
r D=k 1 C A C Bk 2 C C C D (3.20)
r E=k 3 CC C E (3.21)
r F =k 3 C C C E

(3.22)

Stoikiometri:
C A =C A 0 ( 1X A ) (3.23)
C A0
(
C B 1=C B 0 1
CB0 A
X ) (3.24)

C B 2=C E 0 X E

(3.25)
CC 1=C A 0 X A

(3.26)
CC 2=C A 0 X A C E 0 X E (3.27)
C D =C A 0 X A

(3.28)
C E=C E 0 ( 1X E ) (3.29)
C F =C E 0 X E

(3.30)

Data konstanta kecepatan reaksi:

15
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

Diketahui nilai konstanta kecepatan reaksi esterifikasi (k 1) ideal sebesar 0,0832


L/mol.min dan (k1) non-ideal = 0,0430 L/mol.min. pada suhu 50 oC dan perbandingan
molar etanol/asam asetat = 10 (Zeki et al., 2010). Dari data tersebut bisa diketahui
nilai konstanta kecepatan reaksi untuk perbandingan molar etanol/asam asetat
bernilai 2 sebesar:
2 L
k 1= x 0,0832=0,01664
10 mol . min
2 L
k 2= x ( 0,08320,0430 )=0,00804
10 mol . min
L
k 3 =0,01750 (asumsi ; dengan Ea=50.859 J /mol)
mol . min
Kemudian dengan perhitungan matematis, diperoleh harga Ea ideal = 20.823 J/mol
dan Ea non-ideal = 16.988 J/mol. Untuk mengetahui nilai k pada suhu lain dapat
menerapkan persamaan Arrhenius.
k =A .exp
Ea
RT [ ] (3.31)

k ( T )=k 0 exp
[ ( )]
Ea 1 1

R T0 T (3.32)

Variabel operasi:
FI0 = 200 L/min x 16 mol/L = 3.200 mol/min
T = 90; 92,5; 95; 97,5; 100, 102,5; 105; 107,5; 110
XE = 0,3
FA0 = 200 L/min x 5 mol/L = 1.000 mol/min
FB0 = 200 L/min x 10 mol/L = 2.000 mol/min
FE0 = 200 L/min x 1 mol/L = 200 mol/min
FI = FI0 (1-XA) = 3200 (1-0,9) = 320 mol/min
R = 8,314 J/mol.K

Data kapasitas kalor:


T
Cp
RdT
T R
^
Cp= 0
(3.33)
T T 0
Cp asam asetat = 124,40 J/mol.K
Cp etanol =400,17J/mol.K
Cp etil asetat = 169,90 J/mol.K
Cp air =77,54 J/mol.K
Cp etil benzene = 185,60 J/mol.K
Cp etil benzoalasetat = 212,52 J/mol.K

Data panas reaksi:


HoRx1 = -3.130 J/mol

16
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

HoRx2 =214.000 J/mol


TR = 298 K
Ta =-
T0 = 363 K

3.2.1. Menentukan Konstanta Kecepatan Reaksi pada Berbagai Suhu


k 1 ( T ) =0,01664 exp
[(
E 1

R 323 T
1
)] (3.34)

k 2 ( T ) =0,00804 exp
[(E 1

R 323 T
1
)] (3.35)

k 3 ( T ) =0,00550 exp
[(E 1

R 323 T
1
)] (3.36)

3.2.2. Menentukan Konversi Berdasarkan Suhu Operasi


m
F AO C pi i ( T T 0 ) +Vr 1 H Rx1 ( T )+Vr 2 H Rx 2 ( T )=0
i=1
(3.37)
m
Vr 1 A H Rx 1 ( T ) +Vr 2 H Rx2 ( T ) + F A 0 T 0 C pi i
i=1
T= m (3.38)
F A 0 C pi i
i=1

Di mana:
FA 0 X A F A0 X A
V= =
r A k 1 C A C B 1k 2 C C 1 C D
r 1=k 1 C A C B 1 +k 2 C C 1 C D

[ { (
k 1 C A 0 ( 1X A ) . C B 0 1
CA 0
CB0 A
X
)}] + k2 [ C A 0 X A]
2

r 2=k 3 C C2 C E

k 3 [ { C A 0 X AC E 0 X E } C E 0 ( 1X E ) ]

J
C p 1=169,90+77,54400,17124,4=277,13
mol . K
J
C p 2=212,52+400,17185,60169,90=257,19
mol . K
J
H Rx1 (T )= [3.130+ (277,13 ) (T 298 ) ]
mol
J
H Rx2 (T )= [ 214.000+ 257,19 ( T 298 ) ]
mol

17
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

F A 0 1.000
A= = =1
F A 0 1.000
F B 0 2.000
B = = =2
F A 0 1.000
F E 0 200
C = = =0,2
F A 0 1.000
n

i Cpi=[ 169,9+2. ( 400,17 )+ 0,2. ( 185,6 ) ] molJ . K


1

J
1.007,36
mol . K

3.2.3. Menentukan Volume Reaktor untuk Berbagai Konversi


F X F AO . X A
V= A0 A=
r A k 1 C A C B k 2 CC C D
MULAI (3.39)
Dengan diketahui FAO = 1000 mol/min maka persamaan menjadi:
1000. X A
V= 2
k 1 (C A 0 ( 1 X A ) )(C B 0C A 0 X A )+k 2 (C A 0 X A )
Nilai T (3.40)
3.2.4. Menentukan Harga Konstanta Kesetimbangan Reaksi
C
[ C 1C Penentuan
D] nilai k1 dan k2 pada berbagai suhu
Nilai k1 dan k2, grafik T vs k
(3.41)
[C A CB 1]
K =
(3.42)
([ C A 0 X A ) ]
2

K=

[ )]
Nilai T, k1, k2 C
(
C A 0 ( 1X A ) .C B 0 1 A 0 X
C B0 A
Penentuan konversi pada berbagai suhu
Nilai
operasi
XA, grafik suhu vs XA

3.3. Logika Pemrograman

Nilai XA, T, k1, dan k2

Penentuan volume reaktor berdasarkan konversi


Grafik dan k optimum
konversi vs volume reaktor

Nilai XA

Penentuan nilai K pada berbagai konversiGrafik


asam konversi
asetat vs harga K

18
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES

SELESAI
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

Gambar 3.2. Diagram logika pemrograman.


3.4. Bahasa Pemrograman
clear
clc
k1o=0.01664;
k2o=0.00804;
k3o=0.01750;
T=[90:5:110]+273;
Treff=50+273;
k1T=k1o*exp((20832/8.314)*((Treff^(-1))-T^(-1)));
k2T=k2o*exp((20832/8.314)*((Treff^(-1))-T^(-1)));
k3T=k3o*exp((50859/8.314)*((Treff^(-1))-T^(-1)));
T=T';
k1T=k1T';
k2T=k2T';
k3T=k3T';
disp(' T(K) k1(L/mol.min) k2(L/mol.min) k3(L/mol.min)')
disp([T k1T k2T k3T])

function y=konversi(XA)
FA0=1000
CA0=5
CB0=10
CE0=1
XE=0.3
T=[90 95 100 105 110]+273
T0=90+273
k1=[0.0391196 0.0429660 0.0470721 0.0514462 0.0560965]
k2=[0.0189015 0.0207600 0.0227440 0.0248574 0.0271043]
k3=[0.1410528 0.1773458 0.2216125 0.2753008 0.3400640]
sigma=1007.36
dHR1=-3130-277.13*(T-T0)
dHR2=214.000+257.19*(T-T0)
r1=(-k1.*(CA0-CA0*XA).*(CB0-CA0*XA))+(k2.*(CA0*XA).*(CA0*XA))
r2=-k3.*(CA0*XA-CE0*XE).*(CE0-CE0*XE)
V=(FA0*XA).*(-(r1))^(-1)
y=T-((V.*r1.*dHR1+V.*r2.*dHR2+FA0*T0*sigma)/(FA0*sigma))

19
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

endfunction
T=[90:5:110]+273;
XA=fsolve([0.5 0.5 0.5 0.5 0.5],konversi);
T=T';
XA=XA';

XA=[0.0001139 0.9437536 1.5461731 1.8743318 2.0862286];


k1=[0.0391196 0.0429660 0.0470721 0.0514462 0.0560965];
k2=[0.0189015 0.0207600 0.0227440 0.0248574 0.0271043];
CA0=5;
CB0=10;
CE0=1;
XE=0.3;
FA0=1000;
r1=(-k1.*(CA0-CA0*XA).*(CB0-CA0*XA))+(k2.*(CA0*XA).*(CA0*XA));
V=(FA0*XA).*(r1)^(-1);
XA=XA';
V=V';

XA=[0.0001139 0.9437536 1.5461731 1.8743318 2.0862286];


CA0=5;
CB0=10;
CE0=1;
XE=0.3;
K=(CA0*XA).*(CA0*XA).*((CA0-CA0*XA)^(-1)).*((CB0-CA0*XA)^(-1));
XA=XA';
K=K';
disp(' T(K) XA V(Liter) K1')
disp([T XA V K])

clf
subplot(2,4,1)
plot2d(T,[k1T k2T k3T],[2 3 4])
xtitle('Grafik Hubungan Konstanta Kecepatan Reaksi pada Berbagai Suhu','Suhu
(K)','k (L/mol.min)')
subplot(2,4,2)
plot2d(T,XA,2)
xtitle('Grafik Hubungan Konversi terhadap Suhu Operasi','T (K)','XA')
subplot(2,4,3)
plot2d(XA,V,5)
xtitle('Grafik Hubungan Konversi dengan Volume Reaktor','XA','V (Liter)')
subplot(2,4,4)
plot2d(XA,K,6)
xtitle('Grafik Nilai K pada Berbagai Konversi','XA','K')

20
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

BAB IV
HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

4.1. Hasil Simulasi


4.1.1. Tampilan Console

Gambar 4.1. Tampilan console hasil Scilab 5.1.1.

21
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

Gambar 4.2. Grafik hubungan suhu dengan konstanta kecepatan reaksi dan konversi.

Gambar 4.3. Grafik hubungan konversi dengan volume reaktor dan konstanta kesetimbangan.

4.2. Analisis Data


4.2.1. Menentukan Konstanta Kecepatan Reaksi pada Berbagai Suhu
Pada gambar 4.1 dapat dilihat hasil console yang diperoleh untuk menentukan
konstanta kecepatan reaksi pada berbagai suhu. Dapat dilihat pada gambar 4.1 dari
variasi suhu diperoleh nilai konstanta kecepatan reaksi 1 dan konstanta kecepatan reaksi
2. Variasi suhu yang digunakan diantaranya suhu 363, 368, 373, 378, dan 383. Dan hasil
konstanta kecepatan reaksi 1 (k1), konstanta kecepatan reaksi 2 (k2) dan konstanta
kecepatan reaksi 3(k3) yang diperoleh menunjukkan bahwa setiap terjadi kenaikan suhu,
maka akan diperoleh nilai konstanta kecepatan reaksi 1 (k 1), konstanta kecepatan reaksi
2 (k2)dan konstanta kecepatan reaksi 3(k3) yang semakin meningkat. Hal ini dapat

22
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

dibuktikan dengan melihat gambar 4.2 grafik hubungan konstanta kecepatan reaksi pada
berbagai suhu.
Pada grafik, dapat dilihat bahwa nilai konstanta kecepatan reaksi 1 (k 1),
konstanta kecepatan reaksi 2 (k2)dan konstanta kecepatan reaksi 3 (k 3) mengalami
peningkatan seiring dengan peningkatan suhu yang terjadi. Dapat dilihat juga bahwa
nilai konstanta kecepatan reaksi 2(k2) dan konstanta kecepatan reaksi 3 (k3) yang
diperoleh lebih rendah jika dibandingkan dengan nilai konstanta laju reaksi 1 (k1). Hal
ini terjadi karena semakin besar suhu maka akan semakin banyak molekul yang
bertumbukan satu sama lain, sehingga kecepatan reaksi juga semakin besar dan
mengakibatkan nilai k yang diperoleh juga akan semakin besar. Fenomena ini terjadi
sesuai dengan persamaan Arrheniussebagai berkut:

[ ( )]
k ( T )=k 0 exp
Ea 1 1

R T0 T (4.1)

Selain dipengaruhi oleh suhu, peningkatan nilai konstanta kecepatan reaksi juga
dipengaruhi oleh nilai konstanta kecepatan reaksi mula-mula (k0). Semakin besar nilai
konstanta kecepatan reaksi mula-mula maka semakin besar pula nilai konstanta
kecepatan reaksi fungsi suhu yang diperoleh (Zeki et al., 2010).

4.2.2. Menentukan Konversi Berdasarkan Suhu Operasi


Dari gambar 4.1 menunjukkan hasil tampilan console nilai X A pada berbagai suhu
operasi. Dari gambar dapat diketahui bahwa semakin meningkat suhu operasi, maka
semakin besar konversi yang diperoleh. Hal ini dapat dibuktikan pada gambar 4.2 grafik
hubungan konversi pada berbagai suhu. Fenomena ini terjadi karena semakin banyak
molekul reaktan yg saling bertunbukan satu sama lain seiring dengan peningkatan suhu
operasi, sehingga meningkatkan konstanta kecepatan reaksi yang terjadi. Akibatnya,
konversi yang diperoleh juga akan semakin besar(Fogler, 1999). Akan tetapi, pada suhu
operasi 373 K, 378 K, dan 383 K konversi yang diperoleh memiliki nilai yang
melebihi nilai konversi pada teori. Berdasarkan teori yang ada, konversi memiliki nilai
minimum 0 dan nilai maksimum 1. Akan tetapi berdasarkan hasil yang telah diperoleh,
nilai konversi pada suhu operasi 373 K, 378 K dan 383 K masing-masing adalah 1,546;
1,874; dan 2,086. Hal ini terjadi karenadalamsimulasi menggunakan Scilab 5.1.1
menggunakan metode akar-akar persamaan yang bertujuan untuk mencari nilai
pendekatan, sehingga hasil yang diperoleh disesuaikan dengan nilai terdekat untuk
memenuhi nilai persamaan yang dihitung (Sasongko, 2010). Dalam hal ini, akar-akar
yang dicari yaitu konversi asam asetat (XA) sesuai persamaan(Fogler, 1999):

(4.2) 23
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

m
Vr 1 A H Rx 1 ( T ) +Vr 2 H Rx 2 ( T ) + F A 0 T 0 C pi i
i=1
T= m
F A 0 C pi i
i=1

Di mana:
FA 0 X A F A0 X A
V= =
r A k 1 .C A 0 ( 1 X A ) . ( C B 0C A 0 X A ) k 2 . ( C A 0 X A )2 (4.3)

[ { (
r 1=k 1 C A 0 ( 1X A ) . C B 0 1
C A0
CB0 A
X
)}] + k2 [ C A 0 X A]
2 (4.4)

(4.5)
r 2=k 3 [ { C A 0 X A C E 0 X E } C E 0 ( 1X E ) ]

Untuk mencari nilai XA yang dapat memenuhi persamaan di atas, Scilab 5.1.1
mencari nilai terdekat yang mendekati nilai idealnya, sehingga ada kemungkinan nilai
XAyang diperoleh di luar range 0-1. Pada hasil yang diperoleh, konversi maksimum
terdapat pada suhu 368 K dengan konversi yang diperoleh sebesar 0,9437536.

4.2.3. Menentukan Volume Reaktor untuk Berbagai Konversi


Pada gambar 4.1 menunjukkan hasil tampilan console dari hubungan pengaruh
konversi terhadap volume reaktor. Dapat dilihat pada gambar bahwa semakin besar
konversi yang dihasilkan, maka volume reaktor yang diperoleh juga akan semakin
besar. Dapat dilihat pada gambar 4.3 grafik hubungan volume reaktor terhadap berbagai
konversi. Pada grafik terlihat volume reaktor meningkat seiring dengan peningkatan
konversi yang diperoleh. Hal ini terjadi karena dengan peningkatan suhu operasi
molekul-molekul reaktan yang bertumbukan satu sama lain akan semakin banyak dan
menyebabkan konstanta kecepatan reaksi semakin meningkat. Dengan konstanta
kecepatan reaksi yang semakin meningkat tersebut, mengakibatkan semakin banyak
produk yang terbentuk dari reaksi yang terjadi antar molekul-molekul reaktan.
Sehingga, volume reaktor yang diperoleh juga akan semakin besar. Hal ini sesuai
dengan persamaan(Fogler, 1999):
F X F A0 X A
V= A0 A=
r A k 1 C A C B k 2 CC C D
(4.6)
Akan tetapi, pada grafik dapat dilihat pada saat konversi yang diperoleh sebesar
1,5; 1,8; dan 2, volume reaktor yang diperoleh mengalami penurunan. Hal ini terjadi
karena nilai konversi yang diperoleh terlalu besar dapat menyebabkan volume reaktor
yang diperoleh mengalami penurunan sesuai dengan persamaan:

(4.7) 24
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

1000. X A
V=
k 1 (C A 0 ( 1 X A ) )(C B 0C A 0 X A )+k 2 (C A 0 X A )2

Berdasarkan persamaan di atas, selain dipengaruhi oleh konversi, volume reaktor


juga di pengaruhi oleh konsentrasi senyawa. Dapat dilihat pada persamaan, volume
reaktor berbanding terbalik dengan konsentrasi senyawa. Sehingga, apabila konsentrasi
senyawa semakin besar dan nilai konversi yang diperoleh semakin besar melampaui
nilai konversi pada teori, maka volume reaktor yang diperoleh akan semakin kecil.
Pada hasil yang diperoleh, volume reaktor maksimum yang terdapat pada suhu 368 K
dengan volume reaktor sebesar 2368,6046 liter.

4.2.4. Menentukan Harga Kesetimbangan Reaksi


Pada gambar 4.1 menunjukkan hubungan konstanta kesetimbangan reaksi pada
berbagai konversi. Dari gambar 4.3 dapat dilihat bahwa semakin besar konversi yang
terjadi, maka konstanta kesetimbangan reaksi yang diperoleh juga akan semakin
besar.Hal ini terjadi karena konstanta kesetimbangan reaksi berbanding lurus dengan
konostanta kecepatan reaksi 1 dan berbanding terbalik dengan konstanta kecepatan
reaksi 2. Selain itu, konstanta kesetimbangan reaksi juga berbanding lurus dengan hasil
kali konsentrasi produk dan berbanding terbalik dengan hasil kali konsentrasi reaktan.
Sehingga, semakin besar nilai k1dan semakin kecil nilai k2 yang diperoleh, maka akan
dihasilkan nilai konstanta kesetimbangan reaksi yang semakin besar, begitu juga
sebaliknya. Apabila hasil kali konsentrasi reaktan yang diperoleh lebih kecil sedangkan
nilai hasil kali konsentrasi produk yang diperoleh lebih besar, maka nilai konstanta
kecepatan reaksi yang dihasilkan juga semakin besar, begitu juga sebaliknya. Hal ini
sesuai dengan persamaan(Fogler, 1999):
C
[ C C D ]
[C A C B ]
(4.8)
k
K= 1 =
k2
Pada konversi 1,5; 1,8; dan 2 menunjukkan penurunan konstanta kesetimbangan.
Hal ini terjadi karena konversi yang diperoleh terlalu besar mengakibatkan penurunan
nilai konstanta kesetimbangan sesuai dengan persamaan:

(4.9)

25
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
CONTINUOUS STIRRED TANK REACTOR

K=
[(C A0 X A)2]

[ (
C A 0 ( 1X A ) .C B 0 1
CA 0
CB0 A
X
)]
Berdasarkan persamaan di atas dapat dilihat bahwa konstanta kesetimbangan
dipengaruhi oleh konsentrasi produk dan reaktan. Jadi, apabila konsentrasi produk yang
diperoleh lebih kecil dari konsentrasi reaktan maka konstanta kesetimbangan yang
diperoleh akan semakin kecil begitu juga sebaliknya. Pada hasil yang diperoleh,
konstanta kesetimbangan reaksi maksimum terdapat pada suhu 368 K dengan konstanta
kesetimbangan sebesar 14,99192.

26
MODEL DAN KOMPUTASI PROSES
2. BAB V
3. PENUTUP
4.
5.1. Kesimpulan
1. Semakin besar suhu operasi pada reaksi, maka konstanta kecepatan reaksi akan
semakin besar.
2. Semakin besar suhu operasi pada reaksi, maka konversi yang diperoleh juga akan
semakin besar.
3. Pada hasil yang diperoleh, volume reaktor maksimum sebesar 2368,6046 liter.Hal
ini dikarenakan semakin besar konversi yang diperoleh, maka semakin besar
volume reaktor yang diperoleh.
4. Semakin besar konversi yang diperoleh, maka konstanta kesetimbangan yang
diperoleh juga akan semakin besar.
5.
.2. Saran
1. Teliti dalam menurunkan persamaan.
2. Pahami kondisi operasi dan reaksi yang terjadi.
3. Kuasai software Scilab dengan baik dan benar.

6.

7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.DAFTAR PUSTAKA
19.
20. Fogler, H. S. (1999). Elements of Chemical Reaction Engineering, 3 rd edition. New
Delhi, India: Prentice-Hall, Inc.
21. Harsanti, M. (2012). Reaksi Ganda.
22. Kirbaslar, S. Ismail, Z. Baris Baykal and Umur Dramr. (2001). Esterifcation of Acetic
Acid with Ethanol Catalysed by an Acidic Ion-Exchange Resin. Turk J Engin Environ
Sci 25, 569-577.
23. Kristianingrum, S. (2009). Kesetimbangan kimia.pdf. Yogyakarta.
24. Levenspiel, O. (1972). Chemical reaction engineering. Chemical Engineering Science
(Vol. 19). http://doi.org/10.1016/0009-2509(64)85017-X
25. Leevijit, Theerayut, Worawut Wisutmethangoon, Gumpon Prateepchaikul, Charktir
Tonguraiand Michael Allen. (2006). Trans-esterification of Palm Oil in Series of
Continuous Stirred Tank Reactors. Asian Journal onEnergy and Environment. 7(03),
336-346.
26. Ogbu I.M.,V.I.E. Ajiwe. (2013). Biodiesel Production via Esterification of Free Fatty
Acids from Cucurbita pepo L. Seed Oil: Kinetic Studies. International Journal of Science
and Technology Volume 2 No. 8.
27. Paloboran, M. (2009). Analisis Kesetimbangan Energidan Eksergipada Ekonomiser
Ketel Uap Pembangkit Listrik Tenaga Uap Tello Makassar. Media Elektrik, 4 Nomor 1.
28. PatilKiran D., Bhaskar D. Kulkarni. (2014). Kinetics Studies on Esterification Reaction
of Acetic acid with Iso-amyl Alcohol over Ion Exchange Resin as Catalysts.
International Journal of Engineering Research Volume No.3, Issue No.8, pp : 488-493.
29. Rosadi, H. Y. (2000). Pemodelan Continuous Stirred Tank Reactor_ug.pdf. Bogor: IPB.
30. Rufiati, E. (2011). Reaksi Eksoterm dan Endoterm.
31. Sasongko, Setia Budi. 2010. Metode Numerik dengan Scilab. Yogyakarta: C.V. Andi
Offset.
32. Smith, J. M. (1970). Chemical Engineering Kinetics.pdf (Second). United States of
America.
33. Surawan, T. (2011). Energi dan Hukum Termodinamika.
34. Willi. (2008a). Kinetika dan Thermodinamika.
35. Willi. (2008b). Teori Reaksi Unimolekular.
36. Zeki, N. S. A., Al-Hassani, M. H., & Al-Jendeel, H. A. (2010). Kinetic Study of
Esterification Reaction. Al-Khwarizmi Engineering Journal, 6(2), 3342.
37.
38. DIPERIKSA
40. TANDA
41. N 39. KETERANGAN
42. TANGGAL TANGAN
O.
45. 1. 46. 21 November 47. Judul coba diperbaiki lagi. 49.
2015 48. Disesuaikan sedemikian rupa
dengan topik.
50. 2. 51. 24 November 52. Isi latar belakang jangan seperti 54.
2015 praktikum biasa. Laporan ini untuk
simulasi perhitungan perancangan,
jadi ditinjau dari alasan penggunaan
scilab-nya.
53. Perumusan masalahnya dibuat lebih
general, yang sekarang nanti
dimasukkan ke studi khasus saja.
55. 3. 56. 26 November 57. Untuk reaksi-reaksi jangan crop, 59.
2015 ditulis ulang saja.
58. Tipus ditambah tinjauan
termodinamika untuk pembuktian
eksotermis/ endotermis ,
reversible/irreversible.
60. 4. 61. 28 November 62. Coba dilengkapi variabel- 63.
2015 variabelnya, flowrate, konsentrasi,
suhu masuk, Cp, dll. Yang
dibutuhkan.
64. 5. 65. 4 Desember 66. Rumusnya coba lihat fogler, coba 68.
2015 diturunkan dari situ, neraca panas
multiple reaction beda dengan
single reaction.
67. Disesuaikan dengan tujuan, kalian
tentukan suhunya dulu baru cari
yang setelah-setelahnya.
69. 6. 70. 10 Desember 71. H nya jangan pake waktu Tr, pake 74.
2015 waktu T reaksinya. Nilai Cp nya itu
Cp mean.
72. Pembahasan coba cek lagi.
73. Kesimpulan dan saran langsung ya.
75. 7. 76. 12 Desember 77. Cek scipad, itu rumus V nya per (- 79.
2015 rA) bukan (rA+rB).
78. Kallau bisa scipadnya dijadikan satu
semua biar langsung dalam satu
console. Grafik-grafiknya dibuat
dalam satu layar langsung.
80. 8. 81. 13 Desember 82. Cantumin penomoran untuk rumus/ 85.
2015 persamaan misal: bab 1 pers. 1
(1.1), dst sampe bab terakhir.
83. Coba yang hubungan suhu dengan
konversi cari alasan lain kenapa bisa
Xa lebih besar dari 1.
84. Di kesimpulanna disesuaikan
dengan tujuan, volume reaktornya
berapa, dst.
86.

Anda mungkin juga menyukai