NUR AENI
H311 13 028
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
1
2016
KATA PENGANTAR
pengetahuan kami.
selanjutnya.
2
Makassar,
2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Matriks................................................................ 3
3
2.1.12 Matriks Transformasi Geometri........................ 9
2.1.13 Matriks Transformasi dalam Analitik................. 10
2.2 Integral........................................................ 11
2.2.1 Definisi Integral................................................. 11
2.2.2 Integral Tak Tentu............................................... 11
2.2.3 Integral Tentu..................................................... 12
2.2.4 Fungsi dalam Bentuk Integral............................. 13
2.2.5 Integral Fungsi Trigonometri............................... 14
2.2.6 Integral Parsial................................................... 14
2.2.7 Aplikasi Integral.................................................. 15
2.2.8 Rumus Tercepat Integral..................................... 15
4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan.................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA...................................................... 26
BAB I
PENDAHULUAN
5
dihitung melalui prosedur integrasi. Benda kontinu memiliki cirri
struktur dan geometri tertentu (Jati dan Priyambodo, 2011).
Data seringkali disusun dalam suatu rangkaian di mana
setiap elemen diberi indeks dengan satu atau lebih subskrip,
susunan ini disebut suatu array, banyaknya subskrip disebut
dimensi array, dan array 2 dimensi disebut juga sebagai matriks,
dalam hubungannya dengan bilangan riil yang biasa disebut
dengan suatu scalar (Yahya dkk, 2004).
Dalam matematika memaparkan kombinasi antara aljabar
dan geometri. Hal seperti ini biasa digunakan untuk
menyelesaikan masalah fisika dan teknik. Sejumlah persoalan
sehari-hari, ilmu dasar, dan teknik mengandung beberapa
persamaan linear. Pada dua persamaan bebas simultan, berupa
dua garis lurus, dan berpenyelesaian pada titik potong kedua
garis tersebut, dengan pengetahuan geometri dapat membantu
memperlihatkan bahwa dua garis yang sejajar tidak memberikan
penyelesaian. Maka perlua adanya persamaan antara garis dan
bidang, serta matriks dan integral (Jati dan Priyambodo, 2011).
Berdasarkan uraian diatas maka dibuatlah makalah ini dengan
membahas masalah-masalah dalam matematika yang telah
ditentukan oleh dosen untuk dipaparkan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pembuatan makalah ini
adalah:
1. Bagaimana dan apa-apa saja dalam pembahasan Matriks?
2. Bagaimana dan apa-apa saja dalam pembahasan Integral?
3. Bagaimana dan apa-apa saja dalam pembahasan Sistem
Persamaan?
6
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini, untuk mengetahui
dan mempelajari tentang materi Matriks, Integral, dan Sistem
Persamaan, serta sebagai Pemenuhan tugas final untuk
mendapatkan nilai dalam matakuliah matematika dasar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Matriks
2.1.1 Pengertian Matriks
7
Matriks merupakan kumpulan unsur-unsur yang disajikan
dalam dua buah kurung dimana unsur dinyatakan dalam baris
dan kolom (Yahya dkk, 2004).
a11 a12 ... a1m
A a 21 a 22 ... a 2 m
a n1 an2 ... a nm
n = banyaknya baris
m = banyaknya kolom
1 2 a b 1 2
A B C
3 4 c d 3 4
2.1.4 Pengurangan dan Penjumlahan Matriks
8
Dua buah matriks dapat dijumlahkan atau diperkurangkan
jika kedua matrik sejenis atau mempunyai ordo yang sama
(Yahya dkk, 2004).
Contoh :
2 3 0 1 1 2 3
A B C
4 5 3 6 4 5 6
catatan
Sifat Komutatif
A+B = B+A
AB BA
Sifat Assosiatif
A + (B + C) = (A + B) + C
a b ka kb
A k A
Matriks c d dikali k (skalar) kc kd
Hasilnya merupakan matriks baru yang sejenis dengan
matriks A
Perkalian dua buah matriks (Yahya dkk, 2004).
Dua buah matriks dapat dikalikan jika banyak kolom pada
matriks pertama sama dengan banyaknya baris pada
matriks kedua.
Contoh :
1 2 5 6 1
A , B , C
3 4 7 8 2
Catatan
Sebelum melakukan perkalian, cek dulu ordo dari setiap
matriks, sesuai dengan di atas (Yahya dkk, 2004):
A = (2 x 2)
B = (2 x 2)
9
C = (2 x 1)
1 2 5 6
A B
3 4 7 8
19 22
43 50
a11 = 1.5 + 2.7 = 19
a12 = 1.6 + 2.8 = 22
a21 = 3.5 + 4.7 = 43
a22 = 3.6 + 4.8 = 50
10
= -2
a b c
Z d e f
g h i
Jika titik
a b c a b
Z d e f d e
g h i g h
Maka
= a.e.i + b.f.g + c.d.h b.d.i a.f.h. c.e.g
(Yahya dkk, 2004).
Catatan:
Suatu matriks akam mempunyai determinan jika matriks
tersebut merupakan matriks bujur sangkar (banyaknya baris dan
kolom sama).
1 3 5
X 1
2 3 5 1 1 2
3 5
1 2
11
Transfose suatu matrikas adalah hasil menukar baris
dengan kolom sesuai dengan baris dan kolom matriks tersebut
(Yahya dkk, 2004).
a b c
A
Matriks d e f ordo (2 x 3) ditransfose dengan :
a d
A' A b
T
e ( 3 2)
c f
ax by e
Persamaan Linier dengan x dan y sebagai berikut cx dy f
dapat ditulis (Yahya dkk, 2004):
a b x e
c d y f
a b
c d koefisien persamaan linier
Untuk menyelesaiakan system persamaan linier tersebut
dengan perkalian matriks, kedua ruas dikalikan dengan invers
matriks koefisiennya sehingga ruas kiri dan ruas kanan sama-
sama menjadi matriks (2 x 1). Berdasarkan kesamaan dari dua
matriks maka didapat x dan y sehingga x dan y diketahui dengan
menggunakan (Yahya dkk, 2004):
x 1 d b e
y ad bc c a f
Contoh :
2x y 7
Jika diketahui system persamaan linier x 3 y 11 , maka nilai x
dan y adalah
2 1 x 7
1 3 y 11
12
x 1 3 1 7
y 5 1 2 11
1 10
5 15
sehingga x = 2 dan y = 3
2.1.10 Transformasi Matriks
2 3 1
A'
1 2 3
2. Pencerminan (Refleksi)
Pencerminan terhadap sumbu x
Jika A(x,y) dicerminkan terhadap sumbu x diperoleh
A(x,y).
x' 1 0 x 1 0
y ' 0 1 y atau A' A
0 1
Contoh :
Titik A(-5,1) dicerminkan sumbu x maka
1 0 5 5
A'
0 1 1 1
13
Pencerminan Terhadap sumbu y
Titik B(x,y) dicerminkan terhadap sumbu y diperoleh
B(x,y)
x ' 1 0 x 1 0
y ' 0 1 y atau B' B
0 1
Penceminan terhadap garis y = -x
Titik C(x,y) dicerminkan terhadap garis y = -x diperoleh
C(x,y)
x' 0 1 x 0 1
y ' 1 0 y atau C ' C
1 0
Pencerminan terhadap garis y = x
Jika titik D(x,y) dicerminkan terhadap garis y = x,
diperoleh D(x,y)
x ' 0 1 x 0 1
y ' 1 0 y atau D' D
1 0
3. Perputaran (Rotasi)
Jika titik E(x,y) diputar dengan sudut dengan titik asal
sebagai putaran diperoleh E(x,y)
x' cos sin x
y ' sin cos y
Jika arah putaran searah jarum jam berlaku < 0
Jika arah putaran berlawanan arah jarum jam berlaku
>0
4. Perkalian (Dilatasi)
Bayangan titik A(x,y) oleh dilatasi [0,k] adalah A(x,y)
x' k 0 x
y ' 0 k y
Bayangan titik A(x,y) oleh dilatasi [B(a,b),k] adalah
A(x,y)
x' k 0 x a a
y ' 0 k y b b
14
2.1.11 Penyelesaian Persamaan Linier Matriks
a b x m
c d y n
yaitu AX = B Persamaan itu dapat pula
diselesaikan sebagai berikut : X = A-1B
Klasifikasi Keterangan
Pergeseran (Translasi) BB = d sehingga ABCD di
transformasikan ke kanan
D sejauh d satuan yaitu
D
C ABCD
A C
A
B
B
15
A B
B
1 0
0 1
Terhadap sumbu y
1 0
0 1
Terhadap garis y = x
16
0 1
1 0
Terhadap garis y = -x
0 1
1 0
Perputaran dengan titik cos sin
sin cos
asal
2.2 Integral
2.2.1 Defenisi Integral
Integral dinotasikan dengan
Jika turunan fungsi f(x) adalah f(x)[f (x)], maka
f ' ( x) f ( x) C
c = konstanta, harus ditambahkan
(Mursita, 2007).
cos x c
2.2.2 Integral tak Tentu
syarat n 1
17
suatu selang tutup [a,b]. pada tahap awal akan lebih mudah
untuk dapat dimengerti bilamana f(x) diambil selalu bernilai
positif, kontinu dan grafiknya sederhana. Definisi integral
Riemann, missal fungsi f(x) kontinu pada selang [a,b], Xk =
ba
= X lebar partisi dari [a,b], a = xo, b = xn, xk =
n
Xk - Xk-1
, maka integral dari f(x) atas [a,b] didefinisikan
2
sebagai limit jumlah Riemann yaitu (Mursita, 2007):
b n n
f ( x ) dx=lim
x 0
f ( Xk ) x =lim f ( Xk ) x
n
a k=1 k=1
{ }
1
,x 0
Contoh, tunjukkan fungsi f(x) = x2 tidak integrabel pada
1, x=0
[-2,2].
Jawab: Nilai fungsi f(x) menuju tak hingga untuk x mendekati 0
1
dan dalam hal ini lim f ( x ) =lim = . sehingga tidak dapat
x 0 x 0 x2
dipilih nilai M bilangan real sehingga berlaku f(x) M. ini
berarti bahwa fungsi f(x) tidak terbatas dan oleh karena itu
fungsi f(x) tidak integrabel pada [-2,2] (Mursita, 2007).
Untuk melakukan perhitungan integral tentu dilakukan
dengan menggunakan teorema dasar kalkusus (pertama). Yang
18
membedakan antara integral tak tentu dan integral tentu yaitu
pada integral tentu tidak Nampak lagi konstanta C. berikut
diberikan teorema dasar kalkulus pertama. Teorema Dasar
Kalkulus (Pertama) missal fungsi f(x) kontinu pada [a,b] dan
fungsi f(x) adalah anti turunan dari fungsi f(x), maka berlaku
f ( x ) dx=F ( b )F (a) .
a
2x
f (+1)dx
berikut: selesaikan integral tentu 2
2x
f (+1)dx
2 = [ x 2+ x ] 2 , 0 = 6 (Mursita, 2007).
0
19
Misal diberikan fungsi g(x) yang dinyatakan dalam notasi
v( x)
w (x)
[ ]
v( x)
20
1. sinm x cosn x
2. tanm x secn x, cotm x cscn x
3. sin (ax) cos (bx), sin (ax) sin (bx), cos (ax) cos (bx)
Integral bentuk cos n xdx & sin n xdx dengan n B +
. Beberapa
variasi dari bentuk integral ini dapat dikelompokkan berdasarkan
nilai dari n yaitu: n ganjil dan n genap. Misal n bilangan ganjil,
maka sinn x dan cosn x berturut-turut difaktorkan menjadi sin x
sinn-1 x dan cos x cosn-1 x dengan (n-1) merupakan bilangan
genap. Untuk mencari solusi digunakan identitas sin2 x + cos2 x
= 1 dan digunakan substitusi d(sin x) = cos x dx dan d (cos x) =
sin x dx. Dan misal n bialangan genap, maka sinn x dan cosn x
berturut-turut digunakan sehingga menjadi jumlah suku-suku
dalam sinus dan cosinus, yaitu digunakan identitas cos 2x =
2cos2 x-1 = 1 -2sin2 x (Mursita, 2007).
U dV UV V dU
Integral fungsi rasional pada pecahan parsial, integran
P(x )
berbentuk fungsi rasional yaitu: f ( x )= , P (x) dan Q (x) suku
Q( x)
banyak atau dapat dituliskan menjadi f(x) =
h(x )
R(x) merupakan hasil bagi P(x) oleh Q(x) dan adalah sisa
g ( x)
pembagian dengan pangkat h(x) pangkat g(x). jika pangkat P
(x) pangkat Q(x) atau n m, maka penyelesaian integral
tersebut bergantung pada factor-faktor dari Q(x). setiap suku
banyak dengan koefisien real dapat dinyatakan sebagai perkalian
21
dari beberapa factor linear dan kuadrat sedemikian ehingga tiap-
tiap factor mempunyai koefisien real (Mursita, 2007).
Ada 4 kasus dari pemfaktoran penyebut (Q(x)) yaitu:
1. Faktor linear dan tidak berulang
2. Faktor linear dan berulang
3. Faktor kuadratik dan tidak berulang
4. Faktor Kuadratik dan berulang
f ( x) dx
a
a
f ( x) dx g ( x) dx
a
D D
L
6a 2
22
L
a1 x b1 y c1
a 2 x b2 y c2
23
x + 2y = -5 (ii)
- 5y = 15 y = -3 masuk ke (i) menjadi 2x (-3) = 5
x=1
Himpunan penyelesaian = {(1, -3)}
o Metode Matriks
a1x + b1y = c1
a2x + b2y = c2
c1 b1 a1 c1
c b2 a 2 c2
x 2 y
a1 b1 c1 b1
a 2 b2 , c 2 b2
2x y = 5 x + 2y = -5 maka :
5 1
5 2 5(2) - (-5)(-1) 5
x 1
2 1 2(2) (1)( 1) 5
1 2
2 5
1 5 2(5) (1)(5) 15
y 3
2 1 2(2) (1)( 1) 5
1 2
Himpunan Penyelesaian = {(1, -3)}
o Metode Grafik
24
y
2x + y = 5
x + 2y = -5 4
3
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 x
2
1
z(1, -3)
-1
-2
-3
-4
-5
a1 x b1 y c1 z c1
a 2 x b2 y c2 z c2
a3 x b3 y c3 z c3
Contoh : Jika suatu system persamaan terdiri dari 2x y + 3z = 9
dan x + 2y +z = 1 serta 3x + y + 2z = 6, maka himpunan
penyelesaian dari system persamaan tersebut adalah .
A. {(1, -1, 1)}
B. {(1, -1, 2)}
C. {(1, -1, 3)}
D. {(1, -1, 4)}
E. {(1, -1, 5)}
Jawaban : B
o Metode Subtitusi
2x y + 3z = 9 (i)
25
x + 2y + z = 1 (ii)
3x + y + 2z = 6 (iii)
2x y + 3z = 9 (i)
3x + y + 2z = 6 (iii)
+
5x + 5z = 15 (iv)
2x y + 3z = 9 (i) x2
x + 2y + z = 1 (ii) x 1
+
5x + 7z = 19 (v)
5x + 5z = 15 (iv)
5x + 7z = 19 (v)
-
- 2z = -4
z = 2 maka x = 1 dan y = -1, himpunan penyelesaian =
{(1, -1, 2)}
Cobalah memakai metode yang lain !
y a1 x b1
y a1 x 2 b 2
a 2 x 2 b2 y 2 c 2 x d 2 x c 0
Contoh : Suatu system persamaan y = 4x + 2 dan y = x2 + 5
a 2 x 2 b2 y 2 c 2 xy d 2 x c 2 y f 0
memiliki himpunan penyelesaian .
A. {(1, 6), (3, 17)}
B. {(3, 5), (3, 16)}
C. {(1, 4), (3, 15)}
D. {(1, 3), (3, 13)}
E. {(1, 2), (3, 12)}
Jawaban : C, Sistem diselesaiakan dengan Metode Subtitusi
y = 4x + 2
26
y = x2 = 5 sehingga :
x2 + 5 = 4x + 2
x2 4x + 3 = 0
(x 1)(x 3) = 0
x1 = 1 ; y 1 = 6
x2 = 3 ; y2 = 15
Himpunan Penyelesaian = {(1, 6), (3, 15)}
2.3.4 Gradien
Garis s
Garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) mempunyai
y y1
2
gradien x 2 x1
27
Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) :
x x1 y y1 x x1 y y1
atau
x1 x 2 y1 y 2 x 2 x1 y 2 y1
bx ay ab
Garis h
Garis s
A B C
maka garis g sejajar garis h
Jika P Q R
A B C
Jika P Q R maka garis g berhimpit garis h
A B
Jika P Q maka garis g berpotongan dengan garis h
A p B q C
d
A2 B 2
28
h
S(p,q)
b b 2 4ac
ABC x1, 2
2a
Melengkapi b
2
c b
2
x
kuadrat 2a a 2a
Memfaktorkan A(x p )(x 1) = 0
b c D
x1 x2 ; x1 x 2 ; x1 x 2
a a a
x1 x 2 ( x1 x 2 ) 2 x1 x2
2 2 2
x12 x 22 ( x1 x 2 )( x1 x 2 )
x13 x23 ( x1 x 2 ) 3 3 x1 x2 ( x1 x 2 )
x13 x23 ( x1 x 2 ) 3 3 x1 x2 ( x1 x2 )
1 1 x1 x 2
x1 x 2 x1 x2
x14 x 24 [( x1 x2 ) 2 x1 x2 ]2 2( x1 x 2 ) 2
x14 x 24 [( x1 x2 ) 2 x1 x 2 ][( x1 x 2 )( x1 x 2 )]
29
2.3.10 Jenis Akar-akar Persamaan Kuadrat
Persamaan Kuadrat ax2 + bx + c = 0 dengan D = b2 4ac :
Jika D < 0 mempunyai akar-akar tidak real.
Jika D = 0 mempunyai akar-akar yang kembar
Jika D > 0 mempunyai dua akar real yang berbeda.
Jika D merupakan kuadrat sempurna maka kedua akar
tersebut rasional, jika tidak maka kedua akar tersebut
irrasional.
30
2.3.12 Hubungan Dua Buah Persamaan Kuadrat
a b c
Jika p q q , maka mempunyai dua buah akar
persekutuan
a p c
Jika p q q , maka tidak mempunyai akar persekutuan
5n
x 5n
11
x 5(n 6)
5(n 6)]
11
x 5(n 3)
5(n 6) atau 5(n 3)
5(n 3)
11 11
31
2.3.14 Rumus Tercepat Nilai Maksimum dan Nilai
Minimum
Jika a + b = c,
maka ab = maksimum
1
a c
2
maka ab2 = maksimum
1
a c
3
Jika a b = c,
Maka ab = minimum
1
a c
2
1
a c
2
32
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat ditarik kesimpulan pada makalah ini
adalah:
1. Matriks merupakan kumpulan unsur-unsur yang disajikan
dalam dua buah kurung dimana unsur dinyatakan dalam
baris dan kolom.
3.2 Saran
Pada penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan,
mohon kepada pembaca agar kiranya memberi saran dan kritik
yang membangun untuk penulisan makalah yang lebih baik
kedepannya.
33
DAFTAR PUSTAKA
Yahya, Y., Suryadi, H.S., dan Agus, S., 2004, Matematika Dasar
untuk Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Jakarta.
34