Anda di halaman 1dari 34

Tugas Makalah Matematika Dasar

MATRIKS, INTEGRAL DAN SISTEM PERSAMAAN

NUR AENI

H311 13 028

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

1
2016
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahi Rabbil Aalamiin, dalam segala kearifan-Nya,

seraya mengucap rasa syukur atas limpahan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan

makalah ini, demikian pula shalawat dan salam tidak lupa

terkirimkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW.

Beserta para sahabat dan keluarganya.

Pembuatan makalah ini merupakan salah satu tugas

mahasiswa setelah melaksanakan suatu proses mata kuliah.

Banyak hal yang dapat kami peroleh setelah menjalani proses

perkuliahan dan tentunya lebih memperdalam wawasan ilmu

pengetahuan kami.

Penulis sadar sepenuhnya makalah ini masih jauh dari

kesempurnaan, sehingga saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat kami harapkan untuk penulisan makalah

selanjutnya.

Akhirnya, semoga makalah ini berisikan materi-materi yang

dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

2
Makassar,

2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................ 2

1.3 Tujuan Makalah............................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Matriks................................................................ 3

2.1.1 Pengertian Matriks...................................................... 3

2.1.2 Ordo Matriks................................................................ 3

2.1.3 Klarifikasi Matriks....................................................... 3

2.1.4 Pengurangan dan penjumlahan Matriks................... 4


2.1.5 Perkalian Matriks................................................ 4
2.1.6 Determinan Matriks............................................ 5
2.1.7 Invers Matriks..................................................... 6
2.1.8 Transfose Matriks............................................... 6
2.1.9 Perkalian Matriks Sistem Persamaan Linear....... 7
2.1.10 Transformasi Matriks........................................ 8
2.1.11 Penyelesaian Persamaan Linear Matriks.......... 9

3
2.1.12 Matriks Transformasi Geometri........................ 9
2.1.13 Matriks Transformasi dalam Analitik................. 10

2.2 Integral........................................................ 11
2.2.1 Definisi Integral................................................. 11
2.2.2 Integral Tak Tentu............................................... 11
2.2.3 Integral Tentu..................................................... 12
2.2.4 Fungsi dalam Bentuk Integral............................. 13
2.2.5 Integral Fungsi Trigonometri............................... 14
2.2.6 Integral Parsial................................................... 14
2.2.7 Aplikasi Integral.................................................. 15
2.2.8 Rumus Tercepat Integral..................................... 15

2.3 Sistem Persamaan......................................... 16


2.3.1 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.............. 16
2.3.2 Sistem Persamaan Linear Tiga Variabel............. 17
2.3.3 Sistem Persamaan Dua Variabel (yang Satu Linear dan
Satu Variabel...........................................................
................................................................................18
2.3.4 Gradien.............................................................. 19
2.3.5 Persamaan Garis................................................ 20
2.3.6 Hubungan Dua Garis.......................................... 20
2.3.7 Jarak Dua Garis Sejajar....................................... 20
2.3.8 Persamaan Kuadrat............................................ 21
2.3.9 Jumlah Hasil Kali Akar-akar Persamaan Kuadrat. 21
2.3.10 Jenis Akar-akar Persamaan Kuadrat.................. 22
2.3.11 Rumus Tercepat Membentuk Persamaan Kuadrat
................................................................................22
2.3.12 Hubungan Dua Buah Persamaan Kuadrat........ 23
2.3.13 Rumus Tercepat Persamaan dalam Putaran Jarum Jam
................................................................................23
2.3.14 Rumus Tercepat Nilai Maksimum dan Minimum
................................................................................24

4
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan.................................................................... 25

3.2 Saran ............................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA...................................................... 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Matematika adalah suatu pengetahuan yang sangat
penting dalam menunjang pengetahuan lain. Misalnya di bidang
teknik, ekonomi, ilmu sosial, serta matematika dari ilmu alam
sendiri (Yahya dkk, 2004).
Matematika yang memaparkan integral lipat dan
pemanfaatannya dalam fisika dan teknik. Selain itu juga
memaparkan transformasi peubah antar dua koordinat yang
berbeda dan integral permukaan. Melalui hitung integral, luas
dan volume benda pada berbagai sistem koordinat dan luas
permukaan pada berbagai bentuk permukaan benda dapat
ditentukan (Jati dan Priyambodo, 2011).
Integral merupakan hitung penjumlahan kontinu. Dijumpai
sejumlah besaran fisika yang bergeometri kontinu atau biasa
disebut benda massif (padat). Kuantitas benda kontinu dapat

5
dihitung melalui prosedur integrasi. Benda kontinu memiliki cirri
struktur dan geometri tertentu (Jati dan Priyambodo, 2011).
Data seringkali disusun dalam suatu rangkaian di mana
setiap elemen diberi indeks dengan satu atau lebih subskrip,
susunan ini disebut suatu array, banyaknya subskrip disebut
dimensi array, dan array 2 dimensi disebut juga sebagai matriks,
dalam hubungannya dengan bilangan riil yang biasa disebut
dengan suatu scalar (Yahya dkk, 2004).
Dalam matematika memaparkan kombinasi antara aljabar
dan geometri. Hal seperti ini biasa digunakan untuk
menyelesaikan masalah fisika dan teknik. Sejumlah persoalan
sehari-hari, ilmu dasar, dan teknik mengandung beberapa
persamaan linear. Pada dua persamaan bebas simultan, berupa
dua garis lurus, dan berpenyelesaian pada titik potong kedua
garis tersebut, dengan pengetahuan geometri dapat membantu
memperlihatkan bahwa dua garis yang sejajar tidak memberikan
penyelesaian. Maka perlua adanya persamaan antara garis dan
bidang, serta matriks dan integral (Jati dan Priyambodo, 2011).
Berdasarkan uraian diatas maka dibuatlah makalah ini dengan
membahas masalah-masalah dalam matematika yang telah
ditentukan oleh dosen untuk dipaparkan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pembuatan makalah ini
adalah:
1. Bagaimana dan apa-apa saja dalam pembahasan Matriks?
2. Bagaimana dan apa-apa saja dalam pembahasan Integral?
3. Bagaimana dan apa-apa saja dalam pembahasan Sistem
Persamaan?

1.3 Tujuan Makalah

6
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini, untuk mengetahui
dan mempelajari tentang materi Matriks, Integral, dan Sistem
Persamaan, serta sebagai Pemenuhan tugas final untuk
mendapatkan nilai dalam matakuliah matematika dasar.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Matriks
2.1.1 Pengertian Matriks

7
Matriks merupakan kumpulan unsur-unsur yang disajikan
dalam dua buah kurung dimana unsur dinyatakan dalam baris
dan kolom (Yahya dkk, 2004).
a11 a12 ... a1m
A a 21 a 22 ... a 2 m
a n1 an2 ... a nm

n = banyaknya baris
m = banyaknya kolom

2.1.2 Ordo Matriks


Matriks orde (m x n) yang terdiri dari m baris dan n kolom.
Ordo matriks merupakan banyaknya baris dari suatu matriks
diikuti oleh banyaknya kolom suatu matriks (Yahya dkk, 2004).
a b
A c d
e f
Contoh : ordo matriks A = (3 x 2) = 3
baris 2 kolom

2.1.3 Klasifikasi Matriks


Matriks Sejenis
Dua matrik dikatakan sejenis jika kedua matriks tersebut
mempunyai ordo yang sama (Yahya dkk, 2004).
Ditulis jika A sejenis dengan B A~B
Matriks yang Sama
Dua buah matriks dikatakan sama jika kedua matriks
tersebut mempunyai ordo yang sama dan setiap elemen yang
seletak sama (Yahya dkk, 2004).
Ditulis jika A sama dengan B A=B

1 2 a b 1 2
A B C
3 4 c d 3 4
2.1.4 Pengurangan dan Penjumlahan Matriks

8
Dua buah matriks dapat dijumlahkan atau diperkurangkan
jika kedua matrik sejenis atau mempunyai ordo yang sama
(Yahya dkk, 2004).
Contoh :
2 3 0 1 1 2 3
A B C
4 5 3 6 4 5 6
catatan
Sifat Komutatif
A+B = B+A
AB BA
Sifat Assosiatif
A + (B + C) = (A + B) + C

2.1.5 Perkalian Matriks

Perkalian Matriks dengan scalar (Yahya dkk, 2004).

a b ka kb
A k A
Matriks c d dikali k (skalar) kc kd
Hasilnya merupakan matriks baru yang sejenis dengan
matriks A
Perkalian dua buah matriks (Yahya dkk, 2004).
Dua buah matriks dapat dikalikan jika banyak kolom pada
matriks pertama sama dengan banyaknya baris pada
matriks kedua.
Contoh :
1 2 5 6 1
A , B , C
3 4 7 8 2
Catatan
Sebelum melakukan perkalian, cek dulu ordo dari setiap
matriks, sesuai dengan di atas (Yahya dkk, 2004):
A = (2 x 2)
B = (2 x 2)

9
C = (2 x 1)

1 2 5 6
A B
3 4 7 8
19 22

43 50
a11 = 1.5 + 2.7 = 19
a12 = 1.6 + 2.8 = 22
a21 = 3.5 + 4.7 = 43
a22 = 3.6 + 4.8 = 50

C x A = (2 x 1)(2 x 2) tidak dapat dikalikan


A x C = (2 x 2)(2 x 1) (2 x 1)
1 2 1

3 4 2
5

11
Sifat sifat perkalian
A(B + C) = AB + AC
(A + B)C = AC + BC
A x A = I (matriks identitas)
AB BA ( kecuali perkalian dengan matriks
identitas) (Yahya dkk, 2004).

2.1.6 Determinan Matriks


Det |A| = ad bd
a b
A
Dengan c d
Contoh :
2 3
Q
Jika titik 4 5

Maka |Q| = 2.5 3.4

10
= -2
a b c
Z d e f
g h i
Jika titik

a b c a b
Z d e f d e
g h i g h
Maka
= a.e.i + b.f.g + c.d.h b.d.i a.f.h. c.e.g
(Yahya dkk, 2004).
Catatan:
Suatu matriks akam mempunyai determinan jika matriks
tersebut merupakan matriks bujur sangkar (banyaknya baris dan
kolom sama).

2.1.7 Invers Matriks

Invers suatu matriks adalah matriks yang jika dikalikan


dengan matriks asalnya menghasilkan matriks identitas.
1 d b
A 1
ad bc c a
A A 1 I
dengan :
a b 1 0
A I
c d 0 1 syarat ad bc 0
Contoh :
2 5
X
Invers matriks 1 3 adalah

1 3 5
X 1
2 3 5 1 1 2
3 5

1 2

2.1.8 Transfose Matriks

11
Transfose suatu matrikas adalah hasil menukar baris
dengan kolom sesuai dengan baris dan kolom matriks tersebut
(Yahya dkk, 2004).

a b c
A
Matriks d e f ordo (2 x 3) ditransfose dengan :

a d
A' A b
T
e ( 3 2)
c f

2.1.9 Perkalian Matriks Sistem Persamaan Linier

ax by e
Persamaan Linier dengan x dan y sebagai berikut cx dy f
dapat ditulis (Yahya dkk, 2004):
a b x e
c d y f

a b
c d koefisien persamaan linier

Untuk menyelesaiakan system persamaan linier tersebut
dengan perkalian matriks, kedua ruas dikalikan dengan invers
matriks koefisiennya sehingga ruas kiri dan ruas kanan sama-
sama menjadi matriks (2 x 1). Berdasarkan kesamaan dari dua
matriks maka didapat x dan y sehingga x dan y diketahui dengan
menggunakan (Yahya dkk, 2004):
x 1 d b e
y ad bc c a f

Contoh :
2x y 7
Jika diketahui system persamaan linier x 3 y 11 , maka nilai x
dan y adalah
2 1 x 7
1 3 y 11

12
x 1 3 1 7
y 5 1 2 11

1 10

5 15
sehingga x = 2 dan y = 3
2.1.10 Transformasi Matriks

Transformasi pada bidang terbagi 4 macam, yaitu (Yahya


dkk, 2004):
1. Pergeseran (Translasi)
a1
B
Titik A(x,y) ditranslasi oleh matriks a2 diperoleh
A(x,y).
x' x a1 x' x a1
atau A
y' y a2 y ' y a 2
Contoh :
3

Titik A(-1,1) ditranslasikan vector 2 maka

2 3 1
A'
1 2 3

2. Pencerminan (Refleksi)
Pencerminan terhadap sumbu x
Jika A(x,y) dicerminkan terhadap sumbu x diperoleh
A(x,y).
x' 1 0 x 1 0
y ' 0 1 y atau A' A
0 1
Contoh :
Titik A(-5,1) dicerminkan sumbu x maka

1 0 5 5
A'
0 1 1 1

13
Pencerminan Terhadap sumbu y
Titik B(x,y) dicerminkan terhadap sumbu y diperoleh
B(x,y)
x ' 1 0 x 1 0
y ' 0 1 y atau B' B
0 1
Penceminan terhadap garis y = -x
Titik C(x,y) dicerminkan terhadap garis y = -x diperoleh
C(x,y)
x' 0 1 x 0 1
y ' 1 0 y atau C ' C
1 0
Pencerminan terhadap garis y = x
Jika titik D(x,y) dicerminkan terhadap garis y = x,
diperoleh D(x,y)
x ' 0 1 x 0 1
y ' 1 0 y atau D' D
1 0
3. Perputaran (Rotasi)
Jika titik E(x,y) diputar dengan sudut dengan titik asal
sebagai putaran diperoleh E(x,y)
x' cos sin x
y ' sin cos y

Jika arah putaran searah jarum jam berlaku < 0
Jika arah putaran berlawanan arah jarum jam berlaku
>0
4. Perkalian (Dilatasi)
Bayangan titik A(x,y) oleh dilatasi [0,k] adalah A(x,y)

x' k 0 x
y ' 0 k y

Bayangan titik A(x,y) oleh dilatasi [B(a,b),k] adalah
A(x,y)
x' k 0 x a a
y ' 0 k y b b

14
2.1.11 Penyelesaian Persamaan Linier Matriks

Penyelesaian linier dengan n variable dapat diselesaikan


dengan metoda matriks. Diberikan system persamaan linier
dengan n variable sebagai berikut (Yahya dkk, 2004):
ax + by = m
cx + dy = n
Sistem persamaan di atas dinyatakan sebagai berikut

a b x m
c d y n
yaitu AX = B Persamaan itu dapat pula
diselesaikan sebagai berikut : X = A-1B

2.1.12 Matriks Transformasi Geometri

Klasifikasi Keterangan
Pergeseran (Translasi) BB = d sehingga ABCD di
transformasikan ke kanan
D sejauh d satuan yaitu
D
C ABCD
A C
A
B
B

Pencerminan (Refleksi) ABC dicerminkan terhadap


sumbu s menghasilkan
B
C C
B ABC atau ABC
banyangan terhadap sumbu
s s.
A
A

Perputaran (Rotasi) AB bayangan segitiga AB


oleh rotasi sebesar o
terhadap O.

15
A B
B

Perkalian (Dilatasi) OA = k.OA, OB = k.OB, OC


C = k.OC dimana ABC
adalah bayangan ABC
B C dengan dilatasi (0,k) pusat O
A
A B dengan factor skala k.
O

2.1.13 Matriks Transformasi dalam Analitik


Matriks Transformasi adalah suatu transformasi dalam
perhitungan analitik yang dinayatakan denganmatrik (Yahya dkk,
2004).
Transformasi Matriks yang Bersesuaian
1 0
Identitas 0 1

Dilatasi dengan faktor skala k 0
0 k
k
Pencerminan Terhadap sumbu x

1 0
0 1

Terhadap sumbu y

1 0
0 1

Terhadap garis y = x

16
0 1
1 0

Terhadap garis y = -x

0 1
1 0

Perputaran dengan titik cos sin
sin cos
asal

2.2 Integral
2.2.1 Defenisi Integral
Integral dinotasikan dengan
Jika turunan fungsi f(x) adalah f(x)[f (x)], maka
f ' ( x) f ( x) C
c = konstanta, harus ditambahkan

(Mursita, 2007).

cos x c
2.2.2 Integral tak Tentu
syarat n 1

Contoh: Hitung integral tak tentu berikut, sin ( 2 x+1 ) dx .


Jawab, Untuk menyelesaikan integral ini digunakan substitusi u=

2x + 1, maka du = 2 dx sin ( 2 x+1 ) dx = sinu du = -1/2


cosu + C = -1/2 cos (2x + 1) + C (Mursita, 2007).

2.2.3 Integral Tentu


Konsep integral tentu pertama kali dikenalkan oleh Newton
dan Leibniz. Namun pengertian secara lebih modern dikenalkan
oleh Riemann. Pandang suatu fungsi f(x) yang didefinisikan pada

17
suatu selang tutup [a,b]. pada tahap awal akan lebih mudah
untuk dapat dimengerti bilamana f(x) diambil selalu bernilai
positif, kontinu dan grafiknya sederhana. Definisi integral
Riemann, missal fungsi f(x) kontinu pada selang [a,b], Xk =

ba
= X lebar partisi dari [a,b], a = xo, b = xn, xk =
n

Xk - Xk-1
, maka integral dari f(x) atas [a,b] didefinisikan
2
sebagai limit jumlah Riemann yaitu (Mursita, 2007):
b n n

f ( x ) dx=lim
x 0
f ( Xk ) x =lim f ( Xk ) x
n
a k=1 k=1

Bila limit ada maka fungsi f(x) dikatakan integrabel (dapat


diintegralkan) pada [a,b]. integral ini disebut integral Riemann
atau integral tentu. Adapun teorema (Mursita, 2007):
1. Misal fungsi f(x) terbatas pada [a,b] (yaitu terdapat M
sehingga f(x) M untuk setiap x [a ,b ] dan
fungsi f(x) kontinu kecuali pada sejumlah hingga titik pada
[a,b]. maka fungsi f(x) integrabel pada [a,b].
2. Bila fungsi f(x) kontinu pada [a,b] maka fungsi f(x)
integrabel pada [a,b] (Mursita, 2007).

{ }
1
,x 0
Contoh, tunjukkan fungsi f(x) = x2 tidak integrabel pada
1, x=0
[-2,2].
Jawab: Nilai fungsi f(x) menuju tak hingga untuk x mendekati 0

1
dan dalam hal ini lim f ( x ) =lim = . sehingga tidak dapat
x 0 x 0 x2
dipilih nilai M bilangan real sehingga berlaku f(x) M. ini
berarti bahwa fungsi f(x) tidak terbatas dan oleh karena itu
fungsi f(x) tidak integrabel pada [-2,2] (Mursita, 2007).
Untuk melakukan perhitungan integral tentu dilakukan
dengan menggunakan teorema dasar kalkusus (pertama). Yang

18
membedakan antara integral tak tentu dan integral tentu yaitu
pada integral tentu tidak Nampak lagi konstanta C. berikut
diberikan teorema dasar kalkulus pertama. Teorema Dasar
Kalkulus (Pertama) missal fungsi f(x) kontinu pada [a,b] dan
fungsi f(x) adalah anti turunan dari fungsi f(x), maka berlaku

f ( x ) dx=F ( b )F (a) .
a

Dari bentuk integral tentu f ( x ) dx maka fungsi f(x)


a

dinamakan integran, bilangan a dinamakan batas bawah integral


dan bilangan b dinamakan batas atas integral penerapan dari
teorema dasar kalkulus pertama diperlihatkan pada contoh

2x
f (+1)dx
berikut: selesaikan integral tentu 2

Jawab, anti turunan dari integran f(x) = 2x + 1 adalah F(x) = x2


+ x. Dengan menerapkan teorema dasar kalkulus pertama maka

2x
f (+1)dx
2 = [ x 2+ x ] 2 , 0 = 6 (Mursita, 2007).

0

Teorema Dasar kalkulus (kedua), missal fungsi f(x) kontinu


pada [a,b], maka terdapat c (a,b) sehingga berlaku

f ( x ) dx=f ( c )(ba) . Teorema ini disebut juga teorema nilai rata-


a

rata integral dengan f(c) merupakan nilai rata-rata integral dari


fungsi f(x) (Mursita, 2007).

2.2.4 Fungsi dalam Bentuk Integral

19
Misal diberikan fungsi g(x) yang dinyatakan dalam notasi

v( x)

integral yaitu g(x) = f ( t ) dt , maka untuk mendapatkan


w( x)

rumus yang digunakan untuk mencari turunan pertama dari


fungsi g(x) dilakukan sebagai berikut. Misalkan f(x) merupakan
anti turunan dari fungsi f(x), F (x) = f(x) maka berdasarkan
teorema dasar kalkulus pertama, integral dapat dituliskan
menjadi (Mursita, 2007)
f ( t ) dt=F ( v ( x ) )F ( w ( x ) )

g(x) = v (x)


w (x)

turunan pertama dari fungsi g(x) dicari dengan mencari turunan


pertama dari fungsi komposisi F (v(x)) dan F (w(x)) yaitu (Mursita,
2007):
v (x ) v (x )
= F (v (x)) v (x) dan , sehingga turunan
dF dF

pertama dari fngsi g(x) adalah g (x) = F (v(x))v (x) F (w(x)) w
(x) sebab F(x) merupakan anti turunan dari f(x) maka turunan
pertama dari fungsi g(x) dinyatakan sebagai berikut:
g(x) = f (v(x)) v (x) f (w(x)) w (x) atau

[ ]
v( x)

D f ( t ) dt =f ( v ( x ) ) v ' ( x )f (w ( x ) ) . Hal ini berarti bahwa untuk


w( x)

mendapatkan turunan dari fungsi yang dinyatakan dengan notasi


integral dapat dilakukan tanpa harus menghitung integralnya
terlebih dahulu, namun cukup dengan melihat bentuk integralnya
(Mursita, 2007).

2.2.5 Integral Fungsi Trigonometri


Bentuk integral yang dicakup disini adalah bentuk integral
dari f ( x ) dx dengan f(x) merupakan fungsi (Mursita, 2007):

20
1. sinm x cosn x
2. tanm x secn x, cotm x cscn x
3. sin (ax) cos (bx), sin (ax) sin (bx), cos (ax) cos (bx)
Integral bentuk cos n xdx & sin n xdx dengan n B +
. Beberapa
variasi dari bentuk integral ini dapat dikelompokkan berdasarkan
nilai dari n yaitu: n ganjil dan n genap. Misal n bilangan ganjil,
maka sinn x dan cosn x berturut-turut difaktorkan menjadi sin x
sinn-1 x dan cos x cosn-1 x dengan (n-1) merupakan bilangan
genap. Untuk mencari solusi digunakan identitas sin2 x + cos2 x
= 1 dan digunakan substitusi d(sin x) = cos x dx dan d (cos x) =
sin x dx. Dan misal n bialangan genap, maka sinn x dan cosn x
berturut-turut digunakan sehingga menjadi jumlah suku-suku
dalam sinus dan cosinus, yaitu digunakan identitas cos 2x =
2cos2 x-1 = 1 -2sin2 x (Mursita, 2007).

2.2.6 Integral Parsial

U dV UV V dU
Integral fungsi rasional pada pecahan parsial, integran

P(x )
berbentuk fungsi rasional yaitu: f ( x )= , P (x) dan Q (x) suku
Q( x)
banyak atau dapat dituliskan menjadi f(x) =

a 0 xn+ a 1 x n1+ +an


Jika pangakat P (x) pangkat Q(x)
b 0 xm+b 1 xm1++bm
atau n m, maka dilakukan pembagian terlebih dahulu

sehingga didapatkan bentuk: f ( x ) dx= [ R (x )+


h (x)
g(x) ] dx dengan

h(x )
R(x) merupakan hasil bagi P(x) oleh Q(x) dan adalah sisa
g ( x)
pembagian dengan pangkat h(x) pangkat g(x). jika pangkat P
(x) pangkat Q(x) atau n m, maka penyelesaian integral
tersebut bergantung pada factor-faktor dari Q(x). setiap suku
banyak dengan koefisien real dapat dinyatakan sebagai perkalian

21
dari beberapa factor linear dan kuadrat sedemikian ehingga tiap-
tiap factor mempunyai koefisien real (Mursita, 2007).
Ada 4 kasus dari pemfaktoran penyebut (Q(x)) yaitu:
1. Faktor linear dan tidak berulang
2. Faktor linear dan berulang
3. Faktor kuadratik dan tidak berulang
4. Faktor Kuadratik dan berulang

2.2.7 Aplikasi Integral


Perhitungan luas suatu kurva terhadap sumbu x
b

f ( x) dx
a

Perhitungan Luas antara dua kurva


b b


a
f ( x) dx g ( x) dx
a

Perhitungan volume benda putar yang diputar terhadap


sumbu koordinasi
Jika diputar terhadap sumbu x, maka volume benda
putar :
b
f 2 ( x) dx
a

Jika diputar terhadap sumbu y, maka volume benda


putar :
b
f 2 ( y ) dy
a

2.2.8 Rumus Tercepat Integral

Luas bidang antara parabola y = ax2 + bx + c dengan garis y


= px + q, dimana D = b2 4ac, adalah :

D D
L
6a 2

22
L

2.3 Sistem Persamaan


2.3.1 Sistem Persamaan Linier Dua Variabel

a1 x b1 y c1
a 2 x b2 y c2

Contoh : Suatu system persamaan berbentuk 2x y = 5 dan x +


2y = -5 memiliki himpunan penyelesaian ..
A. {(1, -3)}
B. {(1, -2)}
C. {(1, -4)}
D. {(1, -5)}
E. {(1, -6)}
Jawaban : A, Sistem dapat diselesaiakan dengan 4 cara, yaitu :
o Metode Subtitusi
2x y = 5 y = 2x 5 (i)
x + 2y = -5 (ii)
subtitusi y = 2x 5 ke x + 2y = -5 didapat :
x + 2(2x - 5) = -5
x + 4x 10 = -5
5x = 5 x = 1
x = 1 y = 2(1) 5 = -3
himpunan penyelesaian = {(1, -3)}
o Metode Eliminasi
2x y = 5 (i)

23
x + 2y = -5 (ii)
- 5y = 15 y = -3 masuk ke (i) menjadi 2x (-3) = 5
x=1
Himpunan penyelesaian = {(1, -3)}
o Metode Matriks
a1x + b1y = c1
a2x + b2y = c2
c1 b1 a1 c1
c b2 a 2 c2
x 2 y
a1 b1 c1 b1
a 2 b2 , c 2 b2

2x y = 5 x + 2y = -5 maka :
5 1
5 2 5(2) - (-5)(-1) 5
x 1
2 1 2(2) (1)( 1) 5
1 2

2 5
1 5 2(5) (1)(5) 15
y 3
2 1 2(2) (1)( 1) 5
1 2
Himpunan Penyelesaian = {(1, -3)}
o Metode Grafik

24
y

2x + y = 5

x + 2y = -5 4

3
-6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 x
2

1
z(1, -3)

-1

-2

-3

-4

-5

Himpunan Penyelesaian = {(1, -3)}

2.3.2 Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel

a1 x b1 y c1 z c1
a 2 x b2 y c2 z c2
a3 x b3 y c3 z c3
Contoh : Jika suatu system persamaan terdiri dari 2x y + 3z = 9
dan x + 2y +z = 1 serta 3x + y + 2z = 6, maka himpunan
penyelesaian dari system persamaan tersebut adalah .
A. {(1, -1, 1)}
B. {(1, -1, 2)}
C. {(1, -1, 3)}
D. {(1, -1, 4)}
E. {(1, -1, 5)}
Jawaban : B
o Metode Subtitusi
2x y + 3z = 9 (i)

25
x + 2y + z = 1 (ii)
3x + y + 2z = 6 (iii)
2x y + 3z = 9 (i)
3x + y + 2z = 6 (iii)
+
5x + 5z = 15 (iv)
2x y + 3z = 9 (i) x2
x + 2y + z = 1 (ii) x 1
+
5x + 7z = 19 (v)
5x + 5z = 15 (iv)
5x + 7z = 19 (v)
-
- 2z = -4
z = 2 maka x = 1 dan y = -1, himpunan penyelesaian =
{(1, -1, 2)}
Cobalah memakai metode yang lain !

2.3.3 Sistem Persamaan Dua Variabel (yang satu linier


dan yang satu variable)

y a1 x b1
y a1 x 2 b 2
a 2 x 2 b2 y 2 c 2 x d 2 x c 0
Contoh : Suatu system persamaan y = 4x + 2 dan y = x2 + 5
a 2 x 2 b2 y 2 c 2 xy d 2 x c 2 y f 0
memiliki himpunan penyelesaian .
A. {(1, 6), (3, 17)}
B. {(3, 5), (3, 16)}
C. {(1, 4), (3, 15)}
D. {(1, 3), (3, 13)}
E. {(1, 2), (3, 12)}
Jawaban : C, Sistem diselesaiakan dengan Metode Subtitusi
y = 4x + 2

26
y = x2 = 5 sehingga :
x2 + 5 = 4x + 2
x2 4x + 3 = 0
(x 1)(x 3) = 0
x1 = 1 ; y 1 = 6
x2 = 3 ; y2 = 15
Himpunan Penyelesaian = {(1, 6), (3, 15)}

2.3.4 Gradien

Garis s

Gradien garis s adalah ms = tg


Garis y = mx + c mempunyai gradien = m
A

Garis Ax + By + C = 0 mempunyai gradien B

Garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) mempunyai
y y1
2
gradien x 2 x1

2.3.5 Persamaan Garis


Persamaan Garis yang melalui titik (a, b) dan gradien m :
y b = m(x a)

27
Persamaan garis yang melalui titik (x1, y1) dan (x2, y2) :
x x1 y y1 x x1 y y1
atau
x1 x 2 y1 y 2 x 2 x1 y 2 y1

Persamaan garis yang melalui titik (a, 0) dan (0, b) :

bx ay ab

2.3.6 Hubungan Dua Garis


Garis s mempunyai gradien ms dan garis b bergradien mb
sehingga :
Jika ms = mb maka garis s sejajar dengan garis b
Jika ms mb maka garis s berpotongan garis b
Jika ms.mb = -1 maka garis s tegak luru terhadap garis
b
Jika adalah sudut yang dibentuk garis s dan b maka
m mb
s
tg 1 ms mb

Garis h

Garis s

A B C
maka garis g sejajar garis h
Jika P Q R
A B C

Jika P Q R maka garis g berhimpit garis h
A B

Jika P Q maka garis g berpotongan dengan garis h

2.3.7 Jarak Dua garis Sejajar


Jika garis g sejajar dengan garis h, titik S(p, q) terletak
pada garis g, dn garis h mempunyai persamaan Ax + Bx + C = 0,
maka jarak garis g terhadap garis h adalah

A p B q C
d
A2 B 2
28
h

S(p,q)

2.3.8 Persamaan Kuadrat


Nilai x yang memenuhi persamaan kuadrat ax2 + bx + c =
0 disebut akar akar.
Akar akar persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 dapat
diselesaikan dengan

b b 2 4ac
ABC x1, 2
2a
Melengkapi b
2
c b
2

x
kuadrat 2a a 2a
Memfaktorkan A(x p )(x 1) = 0

2.3.9 Jumlah dan Hasil Kali Akar akar Persamaan


Kuadrat

b c D
x1 x2 ; x1 x 2 ; x1 x 2
a a a
x1 x 2 ( x1 x 2 ) 2 x1 x2
2 2 2

x12 x 22 ( x1 x 2 )( x1 x 2 )
x13 x23 ( x1 x 2 ) 3 3 x1 x2 ( x1 x 2 )
x13 x23 ( x1 x 2 ) 3 3 x1 x2 ( x1 x2 )
1 1 x1 x 2

x1 x 2 x1 x2
x14 x 24 [( x1 x2 ) 2 x1 x2 ]2 2( x1 x 2 ) 2
x14 x 24 [( x1 x2 ) 2 x1 x 2 ][( x1 x 2 )( x1 x 2 )]

29
2.3.10 Jenis Akar-akar Persamaan Kuadrat
Persamaan Kuadrat ax2 + bx + c = 0 dengan D = b2 4ac :
Jika D < 0 mempunyai akar-akar tidak real.
Jika D = 0 mempunyai akar-akar yang kembar
Jika D > 0 mempunyai dua akar real yang berbeda.
Jika D merupakan kuadrat sempurna maka kedua akar
tersebut rasional, jika tidak maka kedua akar tersebut
irrasional.

2.3.11 Rumus Tercepat Membentuk Persamaan kuadrat

Persamaan Kuadrat Formula


x2 (x1 + x2)x +
yang mempunyai akar-akar x1 dan x2
x1 x2 = 0
yang mempunyai akar-akar x1 dan x2, mb2 = ac(m +
jika x1 = k.x2 1)2
yang mempunyai akar m kali akar ax2 ax2 + mbx + m2c
+ bx + c = 0 =0
Yang mempunyai akar kebalikan akar
2
cx2 + bx + a = 0
ax + bx + c = 0
Yang akarnya berlawanan akar-akar ax2
ax2 bx + c = 0
+ bx + c = 0
Yang akar-akarnya x12 dan x22 dari ax2 + a2x2 (b2 2ac)x
bx + c = 0 + c2 = 0
Yang akar-akarnya x13 dan x23 dari ax2 + a3x3 (b2 2ac)x
bx + c = 0 + c2 = 0
Yang akarnya x1 + m dan x2 + m dari a(x m)2 + b(x
akar-akar ax2 + bx + c = 0 m) + c = 0
x1 x
dan 2 acx2 (b2 2ac)x
Yang akar-akarnya x2 x1 dari ax2 +
+ ac = 0
bx + c = 0
1 1
dan c2x2 (b2 2ac)
Yang akar-akarnya x1 x2 dari ax2 +
+ a2 = 0
bx + c = 0
Yang akar-akarnya x1 + x2 dan x1 dari a2 + x2(ab ac)c
ax2 + bx + c = 0 bc = 0

30
2.3.12 Hubungan Dua Buah Persamaan Kuadrat

Dua buah persamaan kuadrat ax2 + bx + c = 0 dan px2 + qx


+ r = 0,
a b

Jika p q , maka mempunyai sebuah akar persekutuan

a b c

Jika p q q , maka mempunyai dua buah akar

persekutuan
a p c

Jika p q q , maka tidak mempunyai akar persekutuan

2.3.13 Rumus Tercepat Persamaan dalam Putaran Jarum


Jam
Jika jarum panjang dan jarum pendek berimpit, maka lebih
x menit :

5n
x 5n
11

Jika jarum panjang dan jarum pendek membentuk garis


lurus maka lebih x menit :

x 5(n 6)
5(n 6)]
11

Jika jarum panjang dan jarum pendek tegak lurus maka


lebih :

x 5(n 3)
5(n 6) atau 5(n 3)
5(n 3)
11 11

31
2.3.14 Rumus Tercepat Nilai Maksimum dan Nilai
Minimum
Jika a + b = c,
maka ab = maksimum

1
a c
2
maka ab2 = maksimum

1
a c
3

Jika a b = c,
Maka ab = minimum

1
a c
2

Maka ab2 = minimum

1
a c
2

32
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat ditarik kesimpulan pada makalah ini
adalah:
1. Matriks merupakan kumpulan unsur-unsur yang disajikan
dalam dua buah kurung dimana unsur dinyatakan dalam
baris dan kolom.

2. Integral dinotasikan dengan Jika turunan fungsi f(x)


adalah f(x)[f (x)], maka
f ' ( x) f ( x) C
c = konstanta,
harus ditambahkan.
3. Dalam sistem persamaan terbagi atas: Sistem Persamaan
Linier Dua Variabel, Sistem Persamaan Linier Tiga Variabel,
Sistem Persamaan Dua Variabel (yang satu linier dan yang
satu variabel).

3.2 Saran
Pada penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan,
mohon kepada pembaca agar kiranya memberi saran dan kritik
yang membangun untuk penulisan makalah yang lebih baik
kedepannya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Jati, B.M.E., dan Priyambodo, T.K., 2011, Matematika untuk Ilmu


Fisika dan Teknik, Andi, Yogyakarta.

Mursita, D., 2007, Matematika Dasar untuk Perguruan Tinggi


Edisi Revisi, Rekayasa Sains, Bandung.

Yahya, Y., Suryadi, H.S., dan Agus, S., 2004, Matematika Dasar
untuk Perguruan Tinggi, Ghalia Indonesia, Jakarta.

34

Anda mungkin juga menyukai