63
Berdasarkan fungsi tersebut diharapkan pada penelitian ini dapat
memberikan solusi berupa desain bangunan yang dapat mewadahi fungsi-
fungsi tersebut.
65
c. Tingkat Sekolah Menengah Atas : 19 siswa (dimana 16 siswa
tunagrahita)
Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Palu memiliki beberapa prasarana
pendidikan yang terdiri dari:
a. 1 buah gedung pengelola,
b. 8 ruang kelas,
c. 1 ruang serbaguna, dan
d. Lapangan upacara.
66
Tempat peribadatan
67
4.2.2 Pengolahan Tapak
Pengolahan tapak diupayakan mengimplementasikan prinsip arsitektur
yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat serta pemanfaatan potensi
yang sudah ada terkait dengan objek penelitian.
1. Aksesibilitas
Pencapaian ke dalam dan ke luar tapak tergolong mudah dengan
adanya jalan lokal sekunder berupa jalan beraspal dengan lebar enam meter
yang dapat diakses oleh kendaraan bermotor. Akses menuju tapak berupa
jalan dua arah dengan sirkulasi kendaraan yang sedang.
a. Analisis Sirkulasi kendaraan di Luar Tapak
Sirkulasi kendaraan pada tapak perlu diperhatikan mengingat fungsi
bangunan yang diperuntukkan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Kondisi eksisting sirkulasi di luar tapak terdapat pada sisi Barat dan Utara.
Pada sisi Barat terdapat Jalan Nambo dengan lebar jalan enam meter dan
kondisi arus lalu lintas sedang dengan sirkulasi dua arah. Hal ini
memungkinkan akses keluar masuk pada tapak diletakkan pada arah yang
sama. Pada sisi Utara tapak terdapat jalan setapak yang digunakan warga
sebagai akses masuk ke pemukiman. Jalan ini termasuk bagian perencanaan
desain yang akan dijadikan jalan alternatif dan dapat dilalui oleh kendaraan
roda empat yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan di dalam tapak.
68
Gambar 21. Sirkulasi Kendaraan Disekitar Tapak
Sumber : Analisis Penulis (2015)
69
Gambar 22. Akses ke Dalam Tapak
Sumber : Analisis Penulis (2015)
2. Analisis Perletakan Main Entrance
Main entrance merupakan pintu masuk utama sebuah bangunan yang
berfungsi sebagai peralihan antara area luar dan area dalam sebuah
bangunan. Perletakkan main enterance perlu mempertimbangkan keadaan
intensitas kendaraan, pencapaian ke tapak, pola sirkulasi kendaraan dan
orientasi bangunan untuk mengoptimalkan visual bangunan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut main enterance diletakkan pada bagian barat tapak
mengingat pencapaian utama ke tapak berada di sisi Barat tapak yaitu Jalan
Nambo.
70
beberapa hal agar persyaratan aksesibilitas dapat tercapai seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 24.
71
diperlukan untuk mempermudah ABK menjangkau suatu tempat yang
mempunyai perbedaan tinggi lantai.
Ramp merupakan jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan
kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat
menggunakan tangga. Persyaratan pembuatan ram, yaitu:
a. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7
derajat, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan
atau akhiran ramp (curb ramps/landing) Sedangkan kemiringan
suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum 6 derajat.
b. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7 derajat)
tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan
yang lebih rendah dapat lebih panjang.
c. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman, dan
120 cm dengan tepi pengaman. Untuk ramp yang juga digunakan
sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus
dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sedemikian sehingga
bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan
ramp dengan fungsi sendiri-sendiri.
d. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp
harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-
kurangnya untuk memutar kursi roda dengan ukuran minimum 160
cm.
e. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki
tekstur sehingga tidak licin di waktu hujan.
f. Lebar tepi pengaman ramp/kanstin/low curb 10 cm, dirancang untuk
menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari
jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan
umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak
mengganggu jalan umum.
g. Ram harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga
membantu penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan
disediakan pada bagian-bagian ramp yang memiliki ketinggian
72
terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang
membahayakan.
h. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang
dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai. Pegangan
rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm.
73
Gambar 26. Pola Penataan Parkir
Sumber : Analisis Penulis (2015)
74
- Cocok dikembangkan pada tapak dengan luas tanah terbatas,
- Cocok dikembangkan pada tapak yang relative datar,
- Kesan formal.
b. Pola kompak
- Dimensi bangunan menjadi lebih kecil,
- Hubungan kegiatan kompak,
- Cocok dikembangkan pada tapak datar,
- Kesan informal.
c. Pola linear
- Dimensi bangunan menjadi kecil,
- Hubungan aktivitas kurang kompak menjadi tidak efisien dan
efektif bila panjang jalur menjadi sangat panjang,
- Kurang cocok diterapkan pada tapak yang luas,
- Cocok diterapkan pada tapak miring,
- Kesan informal dan formal.
75
Gambar 30. Contoh Pola Linear
Sumber : Analisis Penulis (2015)
e. Pola cluster
- Dimensi bangunan menjadi lebih kecil,
- Hubungan kegiatan ruang kompak (komunikasi berjenjang antar
kelompok jauh dalam kelompok dekat),
- Cocok dikembangkan pada tapak luas,
- Cocok dikembangkan pada tapak datar,
- Kesan informal.
f. Pola memusat
- Dimensi bangunan menjadi lebih kecil,
- Hubungan kegiatan kompak,
76
- Cocok dikembangkan pada tapak luas,
- Cocok dikembangkan pada tapak datar,
- Kesan informal.
Pola tata masa yang diterapkan pada site yaitu pola memusat karena
dianggap sesuai dengan sifat kegiatan dalam tapak. Pola memusat yaitu pola
tata masa dimana satu masa diletakktan di tengah (pusat) dengan dikelilingi
beberapa masa sebagai penunjangnya. Pusat dari tata masa pada site yaitu
fasilitas bersama. Hal ini dimaksudkan agar semua kegitan siswa dapat
dipantau langsung oleh guru dan pengelola sekolah. Selain itu, pola tata
masa terpusat ini diharapkan agar semua siswa yang akan diwadahi dapat
berinterksi dengan baik mengingat kecenderungan ABK Tunagrahita yang
lebih individualis sehingga dapat melatih mereka untuk saling berinteraksi.
5. Vegetasi
Pada tapak hanya terdapat beberapa vegetasi berupa Pohon Johar dan
semak belukar. Karena sifat Pohon Johar yang cenderung kotor akibat
77
guguran daunnya sehingga vegetasi ini tidak akan dipertahankan dan akan
diganti dengan pohon peneduh lainnya.
78
Gambar 36. Fungsi Vegetasi Sebagai Filter
Sumber : Analisis Penulis (2015)
79
Gambar 38. Fungsi Vegetasi Sebagai Peneduh
Sumber : www.google.com (2015)
80
penyaring
polutan dan
kebisingan,
pengarah angin
dan peneduh.
2. Pohon Palm - Tinggi tanaman Diletakkan
(arecaceae) 2-10 m; pada jalur
- Berfungsi masuk dalam
sebagai tapak.
pengarah
sirkulasi dan
unsur estetika
3. Tanaman hias - Mudah Diletakkan
- Pohon Serut perawatan pada taman
- Bunga Asoka - Berfungsi
- Bunga sebagai estetika
Bougenville dan pengarah
sirkulasi
6. Jaringan Utilitas
Jaringan utilitas pada tapak berfungsi sebagai penunjang aktifitas
dalam tapak. Jaringan utilitas terdiri dari 4, yaitu:
a. Jaringan air bersih yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM),
81
b. Jaringan listrik yang bersumber dari Perusahaan Listrik Negara
(PLN),
c. Jaringan telepon yang bersumber dari Telkom, dan
d. Drainase.
Pada tapak telah terdapat jaringan utilitas berupa jaringan listrik dan
jaringan telepon serta jaringan air bersih dan drainase. Namun jaringan
drainase dari bangunan ke jaringan perkotaan belum berfungsi dengan baik.
Hal ini dapat disiasati dengan pembuatan bak kontrol pada tapak sehingga
mempermudah dalam perawatan.
82
yang sesuai dengan ciri pelayanan pendidikan bagi anak
tunagrahita. Pendidikan ini meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan
Keterampilan, dan Pendidikan jasmani, olahraga dan Kesehatan;
c. Kurikulum keterampilan yaitu program pendidikan yang melatih
siswa dalam berbagai macam bentuk keterampilan sesuai minat
masing-masing anak. Keterampilan yang akan direncanakan adalah
tata boga, tata busana, sanggar tari, kesenian, dan pertanian
sederhana.
2. Metode Pembelajaran
Anak tunagrahita dalam menerima pendidikannya dapat dibagi
menjadi 2 tipe yaitu, anak tunagrahita mampu didik dan anak tunagrahita
mampu latih. Metode pembelajaran bagi anak tunagrahita dapat ditentukan
berdasarkan 2 tipe tersebut sebagai berikut.
a. Tunagrahita mampu didik
Untuk anak tunagrahita mampu didik metode pengajaran yang
dapat digunakan adalah metode ceramah oleh guru seperti pada
tingkat Sekolah Dasar lainnya. Guru menerangkan materi yang
diajarkan. Setelah itu guru dapat melakukan tanya jawab dengan
murid sehingga murid lebih mampu untuk mengerti apa yang
diajarkan. Guru juga bisa menggunakan alat peraga untuk beberapa
pelajaran agar anak lebih tertarik untuk belajar dan mampu untuk
mengingat lebih baik materi pembelajarannya. Setiap minggunya
juga dapat dibuat pelaporan kinerja sehingga guru dapat
mengetahui perkembangan anak secara baik juga memberikan
reward bagi anak yang berkembang dengan baik dan disiplin dalam
kelas.
b. Tunagrahita mampu latih
Untuk anak tunagrahita mampu latih metode pengajaran yang
dapat digunakan adalah ceramah secara efektif dengan
menggunakan kontak mata yang baik, isyarat, juga suara yang
jelas. Guru dapat membangun komunikasi yang baik dengan murid
83
sehingga murid merasa nyaman saat belajar. Karena mereka
merupakan murid yang mampu didik maka harus disediakan
berbagai alat untuk menunjang pembelajaran mereka.
3. Daya Tampung
Dalam menerima pendidikan, anak tunagrahita pada umumnya dibagi
menjadi beberapa kelompok belajar sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Satu kelompok belajar biasanya terdiri dari 5-8 siswa dengan satu
guru pembimbing. Sekolah Luar Biasa yang akan direncanakan dalam satu
ruang kelas akan terdapat 4 kelompok belajar yang dikelompokkan
berdasarkan kemampuan siswa.
Lingkup pelayanan Sekolah Luar Biasa Tipe C adalah semua jenis ABK
tunagrahita dari jenjang SDLB, SMPLB dan SMALB. Dengan demikian, daya
tampung Sekolah Luar Biasa Tipe C yang akan direncanakan yaitu:
a. Daya tampung tiap tingkatan
- SDLB : 6 kelas yaitu kelas 1, kelas 2, kelas 3, kelas 4,
kelas 5 dan kelas 6;
- SMPLB : 3 kelas; dan
- SMALB : 3 kelas.
Tingkatan kelas sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
b. Kapasitas ruang kelas : 4 kelompok belajar dimana satu kelompok
terdiri dari 5 siswa.
c. Total daya tampung tiap kelas : 4 x 5 = 20 siswa/kelas
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan
dan dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi Sekolah Luar Biasa di
pimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang bertanggung jawab penuh
terhadap semua kegiatan di sekolah.
84
Gambar 40. Struktur Organisasi SLB-C
Sumber : Analisis Penulis (2015)
85
2. Orang tua/wali murid
- Berkunjung
- Melakukan konsultasi
- Menunggu
- Menjemput anak
3. Pengelola sekolah
a. Kepala sekolah
- Datang
- Menerima orang tua/wali murid
- Mengontrol aktivitas sekolah
- Melakukan rapat
b. Wakil kepala sekolah
- Datang
- Bekerja
- Melakukan rapat
c. Guru
- Datang
- Mengajar siswa
- Melakukan observasi
- Melakukan konsultasi
d. Staf
- Datang
- Melakukan administrasi
- Melakukan pengamanan
Berdasarkan kegiatan tersebut, dapat diidentifikasi ruang-ruang yang
dibutuhkan dalam Sekolah Luar Biasa tipe C, yaitu:
1. Kegiatan siswa tunagrahita
Kegiatan ini dikhususkan untuk semua jenis ABK tunagrahita yaitu
tunagrahita ringan, sedang dan berat. Adapun ruang yang dibutuhkan yaitu:
- Ruang kelas
- Ruang keterampilan
- Ruang perpustakaan
- Ruang terapi
- Ruang perawatan
2. Kegiatan orang tua/wali murid
Kegiatan ini diperuntukan kepada orang tua/wali murid ABK, adapun
ruang yang dibutuhkan yaitu:
- Hall/lobby
- Ruang konsultasi
- Ruang tunggu
3. Kegiatan pengelola sekolah
Kegiatan ini dikhususkan untuk pengelola sekolah yaitu kepala sekolah,
guru dan staf. Adapun ruang yang dibutuhkan yaitu:
- Ruang kepala sekolah
86
- Ruang guru
- Ruang auditorium
- Ruang Bimbingan dan Konseling
- Ruang tata usaha
- Pos keamanan
4. Kegiatan penunjang
Kegiatan ini dikhususkan bagi semua pengguna sekolah sebagai
penunjang dari kegiatan di dalam sekolah. Adapun ruang yang dibutuhkan
yaitu:
- Ruang medis
- Ruang galeri
- Kamar mandi/WC
- Gudang
87
Semi
6. Bermain/olahraga Lapangan olahraga
publik
7. Melakukan pengecekan
Rg. Medis Privat
medis
Orang tua 1. Datang Entrence dan lobby Publik
murid 2. Memarkirkan kendaraan Area parkir Publik
3. Menunggu Rg. Tunggu Publik
Semi
4. Melakukan konsultasi Rg. Konsultasi
publik
Kepala 1. Datang Entrence dan lobby Publik
sekolah 2. Memarkirkan kendaraan Area parkir Publik
3. Bekerja Rg. Kepala sekolah Privat
4. Menerima tamu Rg. Tamu Privat
5. Melakukan rapat Rg. Rapat Privat
Semi
6. Melakukan pertemuan Auditorium
publik
7. Ke kamar kecil Toilet Servis
Wakil 1. Datang Entrence dan lobby Publik
kepala 2. Memarkirkan kendaraan Area parkir Publik
sekolah Rg. Wakil Kepala
3. Bekerja privat
sekolah
Semi
4. Melakukan rapat Rg. Rapat
publik
5. Ke kamar kecil Toilet Servis
Guru 1. Datang Entrence dan lobby Publik
2. Memarkirkan kendaraan Area parkir Publik
Semi
3. Bekerja Rg. Guru
publik
Semi
4. Melakukan konsultasi Rg. Konsultasi
publik
5. Ke kamar kecil Toilet Servis
Staf 1. Datang Entrence dan lobby Publik
2. Memarkirkan kendaraan Area parkir Publik
Semi
3. Melakukan administrasi Rg. Administrasi
publik
Semi
4. Menjaga keamanan Pos jaga
publik
Sumber : Analisis Penulis 2015
88
1. Tuntutan pengunjung terhadap fasilitas sekolah sebagai sarana
pendidikan dan pembinaan:
a. Tuntutan terhadap objek bangunan
Kesan/Image pertama kali yang ditangkap oleh masyarakat adalah
bahwa bangunan ini merupakan pusat pendidikan dan pembinaan
anak tunagrahita yang menyediakan fasilitas yang lengkap untuk
kebutuhan mendidik dan melatih penyandang tunagrahita sehingga
menarik minat masyarakat;
b. Tuntutan terhadap jenis kegiatan
Tututan pelaku adalah kemudahan dan kenyamanan dalam
melakukan aktivitas belajar mengajar.
2. Tuntutan terhadap ruang kawasan
a. Tuntutan fungsional
- Tata ruang kawasan yang memiliki sirkulasi dan tahapan ruang
yang jelas,
- Tata ruang dalam yang menarik (estetis), aksesibel dan nyaman,
dan
- Perletakan ruang dalam dan ruang luar yang disesuaikan dengan
jenis kegiatan dan kondisi tapak.
b. Tuntutan suasana
- Kenyamanan dan keamanan dalam melakukan aktivitas, serta
- Suasana yang tenang dan rekreatif.
89
60 m2/mobil 317.4 8
Motor 3.75 m2/motor 60 x 3.75 = 225
(Neufert Sirkulasi 100 %
Architect = 542.4
Data)
4. Rg. Galeri 200 1.44 m2/org 1.44 x 200 = 288 374.4
Orang (Studi gerak) Sirkulasi 30 % =
86.4
B. Zona Semi
Publik
1. Rg. Kelas 20 1 space = 2 20 : 2 = 10 50.39 23453.7
Orang kursi + 1 meja 10 x 0.9 = 9 7
0.90 m2/space 20 x 1.49 =
1.22 x 1.22 = 29.77
1.49 m2/org Sirkulasi 30 % =
(Time Server 11.63
Standards)
2. Rg. Keterampilan 20 1 space = 1 20 x 1.44 = 28.8 37.44
a. Rg. Komputer Orang meja + 1 kursi Sirkulasi 30 % =
b. Rg. Tata Boga 1.44 m2/space 8.64
c. Rg. Tata (Neufert
Busana Architect
d. Rg. Sanggar
Data)
Tari
3. Rg. Panti harian 5 Orang 3 m2/org 5 x 3 = 15 19.5
(asumsi) Sirkulasi 30 % =
4.5
4. Rg. Konsultasi 5 Orang 3 m2/org 5 x 3 = 15 19.5
(asumsi) Sirkulasi 30 % =
4.5
5. Rg. Guru 40 Space 1.44 40 x 2.36 = 94.4 122.7
Orang m2/org Sirkulasi 30 % = 2
Meja 0.6 x 1.2 28.32
= 0.72 m2
Kursi 0.4 x 0.5
= 0.2 m2
(Neufert
Architect
Data)
6. Rg. Administrasi 5 Orang Space 1.44 5 x 2.36 = 11.8 15.34
m2/org Sirkulasi 30 % =
Meja 0.6 x 1.2 3.54
= 0.72 m2
Kursi 0.4 x 0.5
= 0.2 m2
(Neufert
Architect
Data)
7. Perpustakaan 50 Space 1.44 50 x 1.44 + 19.2 118.5
Orang m2/org = 91.2 6
8 lemari 8 x Sirkulasi 30 % =
90
0.8 x 3 = 19.2 27.36
m2
(Neufert
Architect
Data)
8. Area pertanian 1 unit 1000 m2 1 x 1000 = 1000 1000
(asumsi)
9. Taman bermain 1 Unit 64 m2 1 x 64 = 64 64
(asumsi)
10. Auditorium 200 3 m2/org 200 x 3 = 600 780
Orang (asumsi) Sirkulasi 30 % =
180
11. Pos jaga 1 Unit 6 m2/unit 1x6=6 6
(asumsi)
C. Zona Privat
1. Rg. Medis 3 Orang 3 m2/org 3x3=9 11.7
(asumsi) Sirkulasi 30 % =
2.7
2. Rg. Kepala 1 Ruang Standar ruang 1 x 20 = 20 20
Sekolah pimpinan 20
m2 (Neufert
Architect
Data)
3. Rg. Wakil Kelapa 4 Orang Space 1.44 4 x 2.36 = 9.44 12.27
Sekolah m2/org Sirkulasi 30 % =
Meja 0.6 x 1.2 2.83
= 0.72 m2
Kursi 0.4 x 0.5
= 0.2 m2
(Neufert
149.61
Architect
Data)
4. Rg. Fisioterapi 1 Ruang 20 m2/ruang 1 x 20 = 20 26
(asumsi) Sirkulasi 30 % =
6
5. Rg. Tamu 5 Orang Space 1.44 5 x 1.44 = 7.2 14.64
m2/org 1 x 0.46 = 0.46
Meja = 0.46 5 x 0.72 = 3.6
Sofa = 0.72 Sirkulasi 30 % =
(Neufert 3.38
Architect
Data)
6. Rg. Rapat 1 Ruang 50 m2/ruang 1 x 50 = 50 65
(asumsi) Sirkulasi 30 % =
15
D. Zona Servis
1. Toilet 1 Unit 3 m2 1x3=3 3 28
(Neufert
Architect
Data)
2. Gudang 1 Unit 25 m2 1 x 25 = 25 25
91
(asumsi)
Sumber : Analisis Penulis 2015
92
5. Rg. Tamu 1 14.64 m2 14.64 m2
6. Rg. Rapat 1 65 m2 65 m2
7. Pos jaga 1 6 m2 6 m2
8. Toilet 7 3 m2 21 m2
Jumlah 307.78 m2
E. Bagian Penunjang
1. Lobby 1 31.2 m2 31.2 m2
2. Area parkir 1 798.2 m2 798.2 m2
3. Galeri 1 374.4 m2 374.4 m2
4. Perpustakaan 1 118.56 m2 118.56 m2
5. Taman bermain 1 64 m2 64 m2
6. Area pertanian 1 1000 m2 1000 m2
7. Auditorium 1 780 m2 780 m2
8. Gudang 1 25 m2 25 m2
Jumlah 3191.36 m2
SUBTOTAL A + B + C + D + 4994.28 m2
E
Sumber : Analisis Penulis 2015
Luas rasio perbandingan antara luas lahan terbangun dengan area
hijau adalah 40 : 60 dimana:
a. 40% luas lahan terbangun, dan
b. 60% luas lahan tidak terbangun (area hijau)
Luas lahan yang tersedia yaitu 16.400 M2 berarti:
a. Luas lantai bangunan 40% x 16.400 = 6.560 M2
b. Luas lahan terbuka 60% x 16.400 = 9.840 M2
Luas lahan terbangun pada site berdasarkan besaran ruang yang ada, yaitu
4.994,28 M2 dimana:
a. 1.862,2 M2 merupakan area terbuka yakni area parkir, taman bermain
dan area pertanian, dan
b. 3.132,08 M2 merupakan lahan terbangun.
4.4.5 Penzoningan
Konsep penzoningan merupakan pembagian area berdasarkan
peruntukan hirarki atau sifat kegiatan. Berdasarkan sifat kegiatan yang akan
diwadahi, zona tapak dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Zona servis
Zona servis merupakann zona yang melayani sirkulasi dan parkir
kendaraan.
93
2. Zona pelayanan
Zona pelayanan yaitu zona yang berfungsi melayani semua
pengunjung dalam hal ini orang tua/wali dan murid. Termasuk dalam
zona pelayanan yaitu bagian pengelola.
3. Zona edukatif
Zona edukatif merupakan zona dimana pengguna dapat menerima
pendidikan baik secara formal maupun informal.
94
3. ruang-ruang yang bersebelahan; untuk lingkup kegiatan yang
berbeda seperti ruang kelas dan ruang fisioterapi,
4. ruang-ruang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama; untuk lingkup
kegiatan yang berbeda dan tidak perlu dekat seperti hubungan atara
ruang perpustakaan dengan ruang-ruang lain disekelilingnya yaitu
ruang-ruang keterampilan.
95
Gambar 43. Pola Hubungan Ruang
Sumber : Analisis Penulis (2015)
96
6. Rg. Komputer Ruang keterampilan
dalam bidang komputer.
7. Rg. Tata boga Ruang keterampilan
dalam bidang kuliner.
8. Rg. Tata busana Ruang keterampilan
dalam bidang desain
busana dan stylish.
9. Rg. Sanggar tari Ruang keterampilan
dalam bidang tari.
12. Area Pertanian Tempat keterampilan
yang mengajari teori
bercocok tanam
13. Rg. Panti harian Ruangan yang berfungsi
untuk mengajarkan siswa
merawat diri sendiri.
14. Rg. Konsultasi Ruangan yang
diperuntukkan untuk
orang tua/walid murid
untuk mengkonsultasikan
keadaan anak pada saat
dirumah dan
lingkungannya.
15. Rg. Fisioterapi Ruangan yang berfungsi
untuk melatih otot dan
sesorik anak.
16. Rg. Medis Ruangan yang berfungsi
untuk mengetahui
perkembangan medis
murid.
17. Rg. Kepala Ruangan yang
Sekolah diperuntukkan untuk
pemimpin sekolah.
18. Rg. Wakil Kepala Ruangan khusus untuk
Sekolah semua wakil kepala
sekolah setiap tingkatan.
19. Rg. Guru Ruangan untuk semua
guru yang dibuat agak
terbuka sehingga dapat
mengontrol kegiatan
siswa diluar ruangan
20. Rg. Administrasi Ruangan untuk
menyimpan arsip dan
tempat melakukan
administrasi.
21. Rg. Tamu Ruangan sebagai tempat
penerimaan tamu
khusus.
22. Rg. Rapat Ruangan untuk pengelola
sekolah melakukan
97
pertemuan intern.
23. Pos jaga Ruang pelayanan
keamanan sekolah
24. Perpustakaan Tempat untuk membaca
dan mencari referensi
yang memerlukan
suasana yang tenang
sehingga diletakkan jauh
dari kebisingan baik dari
dalam maupun luar
tapak.
25. Auditorium Ruangan yang berfungsi
untuk melakukan
pertemuan dalam skala
besar dan tempat
melakukan pentas seni.
Ruangan dibuat kedap
suara sehingga
kebisingan dari dalam
dapat direduksi.
26. Gudang Tempat penyimpanan
kebutuhan untuk
kegiatan keterampilan.
Ruangan dibuat dengan
sirkulasi udara yang baik
untuk menghindari
kelembaban didalamnya.
27. toilet Ruangan yang diletakkan
ditempat yang mudah
dijangkau oleh pengguna
sekolah namun harus
tersamar karena
merupakan fasilitas
servis
Sumber : Analisis Penulis 2015
98
mempermudah pengguna kursi roda melakukan putaran dalam bergerak.
Semua ruang kelas menggunakan pintu geser untuk memudahkan gerakan
buka-tutup dan untuk menghemat ruangan. Perbedaan tinggi lantai antara
ruang dalam dan ruang luar disiasati dengan membuat ramp dengan
kemiringan maksimal 15 derajat. Space ruang sirkulasi antara meja dan
dinding berjarak 125 cm berguna untuk memberi ruang akses kepada
pengguna kursi roda. Standar minimum area untuk kursi roda adalah 121.9 x
121.9 cm. Penggunaan railing pada dinding ruang kelas juga perlu diadakan
untuk membantu bagi anak yang menggunakan tongkat atau alat bantu
berjalan lainnya.
Dalam satu ruang kelas jumlah tempat duduk aksesibel disesuaikan
dengan total kapasitas tempat duduk dalam ruangan. Perbandingan jumlah
tempat aksesibel dan tempat duduk normal dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Perbandingan Jumlah Tempat Duduk Aksesibel
Kapasitas Total Tempat Duduk Jumlah Tempat Duduk yang
Aksesibel
4 25 1
26 50 2
51 300 4
301 500 6
> 500 6, +1 untuk setiap ratusan
Sumber : Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan
ABK dalam menerima pelajaran dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Standar
pembagian kelompok ini yaitu maksimal 8 ABK ditiap kelompok dengan 1
guru pembimbing. Perencanaan ruang kelas ini membatasi 20 ABK dalam
satu ruangan dengan pembagian 5 ABK tiap kelompok yang berarti terdapat
4 kelompok belajar dalam satu ruang kelas. Mengacu pada Tabel 13 berarti
di dalam ruang kelas terdapat 1 tempat duduk yang aksesibel.
99
Gambar 44. Rencana Ruang Kelas
Sumber : Analisis Penulis (2015)
101
Air bersih bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang
disalurkan ke tempat penampungan sementara berupa tower tandon untuk
disalurkan kesetiap ruangan yang membutuhkan.
Jaringan air kotor terbagi menjadi dua yaitu buangan padat berupa
buangan air kotor dari kloset dan buangan cair yang merupakan buangan air
kotor dari toilet dan saluran air hujan. Buangan padat dibuang melalui pipa
berukuran besar ke tangki septik sedangkan buangan cair dibuang melalui
pipa yang berukuran lebih kecil menuju ke riol kota.
102
Gambar 49. Proses Pembuangan Sampah
Sumber : Analisis Penulis (2015)
103