Anda di halaman 1dari 41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian


Gambaran umum objek penelitian ini menjelaskan mengenai
pengertian dan fungsi objek penelitian. Selain itu memberikan gambaran
umum Sekolah Luar Biasa yang berada di Kota Palu serta gambaran umum
Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Palu sebagai lokasi penelitian.

4.1.1 Pengertian Objek Penelitian


Sekolah luar biasa tipe C di Kota Palu.
Sekolah luar biasa : Merupakan lembaga pendidikan formal yang
melayani pendidikan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus.
Tipe C : merupakan pengklasifikasian peserta didik dalam
memberikan pendidikan. Tipe C berarti
diperuntukkan kepada anak tunagrahita (cacat
Mental).
Berdasarkan pengertian tersebut Sekolah Luar Biasa Tipe C di Kota
Palu adalah lembaga pendidikan formal yang melayani pendidikan khusus
bagi penyandang tunagrahita.

4.1.2 Fungsi Objek Penelitian


Fungsi dari SLB tipe C ini adalah:
1. sebagai wadah pembelajaran bagi anak tunagrahita sehingga dapat
diterima oleh lingkungan tempat tinggalnya dan masyarakat pada
umumnya,
2. mengembangkan secara maksimal kemandirian anak-anak tunagrahita
secara individual sesuai bakat dan kemampuannya,
3. meningkatkan kualitas hidup anak-anak tunagrahita.

63
Berdasarkan fungsi tersebut diharapkan pada penelitian ini dapat
memberikan solusi berupa desain bangunan yang dapat mewadahi fungsi-
fungsi tersebut.

4.1.3 Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa di Kota Palu


Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi
Sulawesi Tengah bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus
(PK-PLK) di Kota Palu terdapat 3 lembaga pendidikan Sekolah Luar Biasa
yaitu:
1. Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palu yang terletak di Jalan Samudra
Pantoloan,
2. Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Palu yang terletak di Jalan Nambo, dan
3. Sekolah Luar Biasa ABCD Muhammadiyah Palu yang terletak di Jalan
Tompi.
Berdasarkan data survey dari tiap-tiap SLB di Kota Palu diketahui
jumlah siswa dan jenis ketunaannya sebagaimana tersebut pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah Siswa SLB di Kota Palu
Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis
No Ketunaan Jumlah
Nama Sekolah
. A B C D E G Auti Siswa
s
1. SLB Negeri 1 Palu
a. Tingkat SDLB 3 10 43 5 - - 6 67
b. Tingkat SMPLB 1 4 24 3 1 - 1 34
c. Tingkat SMALB 1 - 7 4 - - - 12
Jumlah 5 14 74 12 1 - 7 113
2. SLB Negeri 2 Palu
a. Tingkat SDLB 1 5 43 4 - - 2 55
b. Tingkat SMPLB - - 8 - - - - 8
c. Tingkat SMALB - 1 16 2 - - - 19
Jumlah 1 5 67 6 - - 2 82
3. SLB-ABCD
Muhammadiyah 4 19 72 5 - - 5 105
a. Tingkat SDLB 6 7 26 4 - - - 43
b. Tingkat SMPLB 1 7 18 2 - - 2 30
c. Tingkat SMALB
64
Jumlah 11 33 11 11 - - 7 178
6
Sumber : Data Survei Lapangan 2015
Keseluruhan SLB yang berada di Kota Palu melayani semua jenis
ketunaan pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Hal ini dianggap kurang
efektif bagi ABK dalam menerima pendidikan karena setiap jenis ABK
membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda. Berdasarkan jumlah siswa
pada setiap SLB yang ada di Kota Palu, dapat dilihat jumlah siswa
penyandang tunagrahita lebih banyak daripada ketunaan lainnya. Oleh
karena itu, diperlukan sebuah lembaga pendidikan yang khusus menangani
ABK tunagrahita yaitu Sekolah Luar Biasa Tipe C sehingga ABK Tunagrahita
mendapatkan pendidikan yang lebih optimal.

4.1.4 Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Palu Sebagai


Lokasi Penelitian
Berdasarkan uraian pada Bab III mengenai pemilihan lokasi dimana
yang menjadi faktor pertimbangan adalah karakteristik kawasan,
pencapaian, kondisi tapak, infrastruktur dan potensi lingkungan maka
terpilihlah lokasi Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Palu sebagai lokasi penelitian.
Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Palu merupakan sekolah milik pemerintah
yang melayani anak berkebutuhan khusus. Sekolah ini dibuka pada tahun
2012 dilahan seluas 5.500 M2. Jenis ketunaan yang diwadahi pada sekolah ini
yaitu Tuna Netra, Tuna Rungu, Tuna Grahita, Tuna Daksa, Tuna Laras, Tuna
Ganda dan Autis. Jenjang pendidikan yang ada pada SLB N 2 Palu yaitu TKLB,
SDLB, SMPLB dan SMALB.
Jumlah siswa sampai dengan bulan Juli tahun 2015 tercatat 82 siswa
yang terdiri dari:
a. Tingkat Sekolah Dasar : 55 siswa (dimana 43 siswa
tunagrahita)
b. Tngkat Sekolah Menengan Pertama : 8 siswa (dimana semua
siswa tunagrahita)

65
c. Tingkat Sekolah Menengah Atas : 19 siswa (dimana 16 siswa
tunagrahita)
Sekolah Luar Biasa Negeri 2 Palu memiliki beberapa prasarana
pendidikan yang terdiri dari:
a. 1 buah gedung pengelola,
b. 8 ruang kelas,
c. 1 ruang serbaguna, dan
d. Lapangan upacara.

4.2 Analisis Tapak Pada Lokasi Penelitian


4.2.1 Kondisi Eksisting Tapak
1. Luas Tapak
Lahan SLB N 2 Palu memiliki luas 5.500 M2. Luasan ini dirasa kurang
memadai untuk pengembangan pembangunan SLB tipe C nantinya. Maka
dari itu, pemanfaatan lahan kosong disekitar tapak diharapkan dapat
menjadi penunjang untuk pembangunan SLB tipe C pada masa mendatang.
2. Batasan Site
a. Bagian Utara : Berbatasan dengan perumahan warga Kelurahan
Petobo
b. Bagian Timur : Berbatasan dengan perumahan warga Kelurahan
Petobo
c. Bagian Selatan : Berbatasan dengan tanah kosong
d. Bagian Barat : Berbatasan dengan tempat
peribadatan yaitu masjid Sabilul Khairat
Kelurahan Petobo
Site berbatasan langsung dengan perumahan warga Kelurahan Petobo.
Hal ini menguntungkan karena dengan adanya perumahan warga di sekitar
site diharapkan anak tunagrahita dapat berinteraksi dengan masyarakat
umum melalui pemecahan desain bangunan nantinya. Selain itu, site juga
berbatasan dengan tempat peribadatan berupa masjid yang diharapkan
dapat dijadikan tempat beribadah bagi anak tunagrahita.

66
Tempat peribadatan

Gambar 19. Lokasi SLB N 2 Palu


Sumber : Analisa Penulis (2015)
3. Jaringan Infrastruktur
Sekitar site sudah terdapat jaringan infrastruktur kota seperti jaringan
jalan, listrik, air bersih, riol kota dan jaringan telepon. Adanya jaringan
infrastruktur tersebut dapat membantu dalam perencanaan sekolah
nantinya dalam sistem perancangan utilitas.
4. Topografi
Site memiliki topografi yang cenderung berkontur pada bagian Timur
dan Barat dengan beda tinggi berkisar 0 3 derajat. Meninjau Fungsi
bangunan yang diperuntukan bagi penyandang cacat maka dengan kondisi
topografi yang cenderung rata masih memungkinkan untuk dipertahankan
dengan perletakan bangunan yang mengikuti kontur dan memaksimalkan
potensi tapak dengan menekan dilakukannya cut and fill pada saat
pembangunan fisik.

Gambar 20. Kontur Pada Tapak


Sumber : Analisis Penulis (2015)

67
4.2.2 Pengolahan Tapak
Pengolahan tapak diupayakan mengimplementasikan prinsip arsitektur
yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat serta pemanfaatan potensi
yang sudah ada terkait dengan objek penelitian.

1. Aksesibilitas
Pencapaian ke dalam dan ke luar tapak tergolong mudah dengan
adanya jalan lokal sekunder berupa jalan beraspal dengan lebar enam meter
yang dapat diakses oleh kendaraan bermotor. Akses menuju tapak berupa
jalan dua arah dengan sirkulasi kendaraan yang sedang.
a. Analisis Sirkulasi kendaraan di Luar Tapak
Sirkulasi kendaraan pada tapak perlu diperhatikan mengingat fungsi
bangunan yang diperuntukkan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Kondisi eksisting sirkulasi di luar tapak terdapat pada sisi Barat dan Utara.
Pada sisi Barat terdapat Jalan Nambo dengan lebar jalan enam meter dan
kondisi arus lalu lintas sedang dengan sirkulasi dua arah. Hal ini
memungkinkan akses keluar masuk pada tapak diletakkan pada arah yang
sama. Pada sisi Utara tapak terdapat jalan setapak yang digunakan warga
sebagai akses masuk ke pemukiman. Jalan ini termasuk bagian perencanaan
desain yang akan dijadikan jalan alternatif dan dapat dilalui oleh kendaraan
roda empat yang berfungsi sebagai penunjang kegiatan di dalam tapak.

68
Gambar 21. Sirkulasi Kendaraan Disekitar Tapak
Sumber : Analisis Penulis (2015)

b. Analisis Sirkulasi kendaraan di Dalam Tapak


Sirkulasi kendaraan di dalam tapak nantinya akan ditata pada sisi
Barat, Utara dan Selatan tapak. Pola sirkulasi dalam tapak mengambil pola
linier karena dianggap sesuai dengan karakteristik topografi pada tapak yang
cenderung rata. Pola sirkulasi linier adalah jalan yang lurus dapat menjadi
unsur pengorganisir utama deretan ruang. Jalan dapat berbentuk lengkung
atau berbelok alah, memotong jalan lain, bercabang-cabang, atau
membentuk putaran (loop). Ciri-ciri pola sirkulasi linier, antara lain (Sofyan,
2010 ; Tofani, 2011 : yadnya, 2012):
1. Sirkulasi pergerakan padat bila panjang jalan tak terbatas dan
hubungan aktifitas kurang efisien,
2. Gerakan hanya 2 arah dan memiliki arah yang jelas,
3. Cocok untuk sirkulasi terbatas,
4. Perkembangan pembangunan sepanjang jalan,
5. Mengarahkan sirkulasi pada titik pusat.
Sirkulasi kendaraan pada sisi Barat di fungsikan sebagai pintu masuk
dan keluar utama yang diperuntukkan oleh pengunjung dan pengelola
sekolah, hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pengelola dalam
mengontrol siswa yang keluar dan masuk sedangkan pada sisi Utara
difungsikan sebagai pintu keluar masuk untuk pengelola sekolah. Akses
keluar masuk di sisi utara sebagai penunjang kegiatan keterampilan siswa.
Akses pada sisi Selatan difungsikan sebagai akses evakuasi jika terjadi
kebakaran.

69
Gambar 22. Akses ke Dalam Tapak
Sumber : Analisis Penulis (2015)
2. Analisis Perletakan Main Entrance
Main entrance merupakan pintu masuk utama sebuah bangunan yang
berfungsi sebagai peralihan antara area luar dan area dalam sebuah
bangunan. Perletakkan main enterance perlu mempertimbangkan keadaan
intensitas kendaraan, pencapaian ke tapak, pola sirkulasi kendaraan dan
orientasi bangunan untuk mengoptimalkan visual bangunan. Berdasarkan
pertimbangan tersebut main enterance diletakkan pada bagian barat tapak
mengingat pencapaian utama ke tapak berada di sisi Barat tapak yaitu Jalan
Nambo.

Gambar 23. Perletakan Enterance


Sumber : Analisis Penulis (2015)

3. Sirkulasi dan Parkir


Sirkulasi dan parkir kendaraan dalam site perlu mempertimbangkan
pola sirkulasi dan intensitas kendaraan sehingga sirkulasi dan parkir dalam
site dapat lebih terarah dan teratur. Selain itu, mengingat fungsi bangunan
diperuntukan bagi penyandang cacat maka perlu dipertimbangkan sirkulasi
dan parkir untuk para penyandang cacat.
Sirkulasi dan parkir untuk penyandang cacat harus memiliki
persyaratan aksesibilitas, yaitu kemudahan, kegunaan, keselamatan, dan
kemandirian. Sirkulasi bagi penyandang cacat perlu memperhatikan

70
beberapa hal agar persyaratan aksesibilitas dapat tercapai seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 24.

a. Persyaratan Sirkulasi Penyandang Cacat

b. Hard Material Untuk Sirkulasi Penyandang Cacat

Gambar 24. Persyaratan Aksesibilitas Penyandang Cacat


Sumber : Kepmen PU, DPU, Hal 281-413 (1998)
Material yang digunakan tersebut akan diterapkan pada akses menuju
bangunan dan akses antar bangunan pada tapak. Selain pemilihan material,
penggunaan ramp untuk akses menuju bangunan dan akses antar bangunan

71
diperlukan untuk mempermudah ABK menjangkau suatu tempat yang
mempunyai perbedaan tinggi lantai.
Ramp merupakan jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan
kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat
menggunakan tangga. Persyaratan pembuatan ram, yaitu:
a. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7
derajat, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan
atau akhiran ramp (curb ramps/landing) Sedangkan kemiringan
suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum 6 derajat.
b. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7 derajat)
tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan
yang lebih rendah dapat lebih panjang.
c. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman, dan
120 cm dengan tepi pengaman. Untuk ramp yang juga digunakan
sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus
dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sedemikian sehingga
bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan
ramp dengan fungsi sendiri-sendiri.
d. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp
harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-
kurangnya untuk memutar kursi roda dengan ukuran minimum 160
cm.
e. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki
tekstur sehingga tidak licin di waktu hujan.
f. Lebar tepi pengaman ramp/kanstin/low curb 10 cm, dirancang untuk
menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari
jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan
umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak
mengganggu jalan umum.
g. Ram harus diterangi dengan pencahayaan yang cukup sehingga
membantu penggunaan ramp saat malam hari. Pencahayaan
disediakan pada bagian-bagian ramp yang memiliki ketinggian

72
terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang
membahayakan.
h. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang
dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai. Pegangan
rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65-80 cm.

Gambar 25. Kemiringan Ramp


Sumber : Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan dan Lingkungan
(2006)

Parkir bagi penyandang cacat juga perlu penanganan khusus agar


keamanan dan kenyamanan dapat terwujud. Ruang parkir bagi penyandang
cacat dimensinya harus lebih lebar 1.2 meter di sebelah kanan atau kiri pintu
kemudi dari ruang parkir standar. Pelebaran ruang parkir agar
memungkinkan pergerakan kursi roda masuk dan keluar kendaraan yang
berada di ruang parkir. Pelebaran ini ditandai dengan markah jalan agar
kendaraan disebelah tidak memarkirkan kendaraan persis di sebelahnya
sehingga memungkinkan penderita cacat untuk masuk dan keluar dari
kendaraan.

73
Gambar 26. Pola Penataan Parkir
Sumber : Analisis Penulis (2015)

Berdasarkan pertimbangan tersebut, terdapat dua area parkir pada


tapak yaitu parkir pada bagian Barat tapak yang diperuntukkan bagi
pengelola dan pengunjung, serta pada bagian Timur yang diperuntukkan
bagi pengelola. Tidak tersedianya parkir bagi siswa mengingat keterbatasan
ABK sehingga diharapkan siswa tidak membawa kendaraan ke sekolah. Bagi
para keluarga/orang tua siswa yang ingin menjemput anaknya disediakan
tempat khusus didalam tapak berupa parkir dan ruang tunggu. Hal ini
diharapkan agar para penjemput tidak memarkirkan kendaraannya di tepi
jalan.

Gambar 27. Perletakan Sirkulasi dan Parkir


Sumber : Analisis Penulis (2015)
4. Pola Tata Masa
Pola tata masa merupakan suatu yang mengungkapkan skema
organisasi struktural mendasar yang mencakup suatu penataletakan masa,
baik itu bangunan maupun lingkungan, yang menciptakan suatu hubungan
keseimbangan dan keselarasan (Yadnya, 2012). Pola tata masa dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu:
a. monolit (tunggal)
- Dimensi bangunan besar dan tinggi,
- Hubungan kegiatan sangat kompak,

74
- Cocok dikembangkan pada tapak dengan luas tanah terbatas,
- Cocok dikembangkan pada tapak yang relative datar,
- Kesan formal.

Gambar 28. Contoh Pola Monolit


Sumber : Analisis Penulis (2015)

b. Pola kompak
- Dimensi bangunan menjadi lebih kecil,
- Hubungan kegiatan kompak,
- Cocok dikembangkan pada tapak datar,
- Kesan informal.

Gambar 29. Contoh Pola Kompak


Sumber : Analisis Penulis (2015)

c. Pola linear
- Dimensi bangunan menjadi kecil,
- Hubungan aktivitas kurang kompak menjadi tidak efisien dan
efektif bila panjang jalur menjadi sangat panjang,
- Kurang cocok diterapkan pada tapak yang luas,
- Cocok diterapkan pada tapak miring,
- Kesan informal dan formal.

75
Gambar 30. Contoh Pola Linear
Sumber : Analisis Penulis (2015)

d. Pola grid (papan catur)


- Hubungan aktivitas kurang kompak,
- Sangat cocok dikembangkan pada tapak luas,
- Sanagt cocok dikembangkan pada tapak datar,
- Kesan informal dan monoton.

Gambar 31. Contoh Pola Grid


Sumber : Analisis Penulis (2015)

e. Pola cluster
- Dimensi bangunan menjadi lebih kecil,
- Hubungan kegiatan ruang kompak (komunikasi berjenjang antar
kelompok jauh dalam kelompok dekat),
- Cocok dikembangkan pada tapak luas,
- Cocok dikembangkan pada tapak datar,
- Kesan informal.

Gambar 32. Contoh Pola Cluster


Sumber : Analisis Penulis (2015)

f. Pola memusat
- Dimensi bangunan menjadi lebih kecil,
- Hubungan kegiatan kompak,

76
- Cocok dikembangkan pada tapak luas,
- Cocok dikembangkan pada tapak datar,
- Kesan informal.

Gambar 33. Contoh Pola Memusat


Sumber : Analisis Penulis (2015)

Pola tata masa yang diterapkan pada site yaitu pola memusat karena
dianggap sesuai dengan sifat kegiatan dalam tapak. Pola memusat yaitu pola
tata masa dimana satu masa diletakktan di tengah (pusat) dengan dikelilingi
beberapa masa sebagai penunjangnya. Pusat dari tata masa pada site yaitu
fasilitas bersama. Hal ini dimaksudkan agar semua kegitan siswa dapat
dipantau langsung oleh guru dan pengelola sekolah. Selain itu, pola tata
masa terpusat ini diharapkan agar semua siswa yang akan diwadahi dapat
berinterksi dengan baik mengingat kecenderungan ABK Tunagrahita yang
lebih individualis sehingga dapat melatih mereka untuk saling berinteraksi.

Gambar 34. Pola Tata Masa


Sumber : Analisis Penulis (2015)

5. Vegetasi
Pada tapak hanya terdapat beberapa vegetasi berupa Pohon Johar dan
semak belukar. Karena sifat Pohon Johar yang cenderung kotor akibat

77
guguran daunnya sehingga vegetasi ini tidak akan dipertahankan dan akan
diganti dengan pohon peneduh lainnya.

Pohon johas sebagai peneduh namun bersifat


kotor

Semak belukar merusak


keindahan site

Gambar 35. Vegetasi Pada Tapak


Sumber : Dokumentasi dan Analisa Penulis (2015)

Vegetasi merupakan elemen alami dari penataan lansekap yang


memiliki banyak fungsi baik bagi bangunan maupun penggunanya itu
sendiri. Berdasarkan fungsinya, vegetasi dapat dibagi menjadi 4 bagian,
yaitu:
a. Tanaman yang berfungsi sebagai pemecah angin dan sebagai filter
terhadap udara dan cahaya matahari
Kriteria tanaman tersebut, yaitu:
- Tanaman tinggi, perdu/semak;
- Bermasa daun banyak;
- Jarak tanam rapat 3 m;
- Ditanam berbaris atau membentuk masa banyak.

78
Gambar 36. Fungsi Vegetasi Sebagai Filter
Sumber : Analisis Penulis (2015)

b. Tanaman yang berfungsi sebagai pengarah


Kriteria tanaman tersebut, yaitu:
- Tanaman hias;
- Bermasa daun kecil;
- Jarak tanam 1 m;
- Ditanam berbaris mengikuti sirkulasi.

Gambar 37. Fungsi Vegetasi Sebagai Pengarah


Sumber : www.google.com (2015)

c. Tanaman yang berfungsi sebagai peneduh


Kriteria tanaman tersebut, yaitu:
- Tanaman tinggi;
- Memiliki tajuk yang lebar;

79
Gambar 38. Fungsi Vegetasi Sebagai Peneduh
Sumber : www.google.com (2015)

d. Tanaman sebagai penutup permukaan tanah


Kriteria tanaman tersebut, yaitu:
- Tanaman merambat;
- Dapat menyimpan air;
- Mudah pemeliharan;
- Ditanam saling berdekatan.
-

Gambar 39. Fungsi Vegetasi Sebagai Penutup Tanah


Sumber : www.google.com (2015)

Berdasarkan fungsi tersebut terdapat beberapa jenis tanaman yang sesuai


digunakan pada tapak seperti tercantum pada Tabel 8.

Tabel 8. Jenis-jenis tanaman yang digunakan


N Nama tanaman Bentuk Keterangan Peletakan
o.
1. Kiara Payung - Tinggi tanaman Diletakkan
(filicium decipiens) 2-5 m; dekat
- Tajuk dengan
berdiameter 5-10 jalan, taman
m; dan tempat
- Daun rimbun dan parkir.
tidak mudah
gugur
- Berfungsi
sebagai

80
penyaring
polutan dan
kebisingan,
pengarah angin
dan peneduh.
2. Pohon Palm - Tinggi tanaman Diletakkan
(arecaceae) 2-10 m; pada jalur
- Berfungsi masuk dalam
sebagai tapak.
pengarah
sirkulasi dan
unsur estetika
3. Tanaman hias - Mudah Diletakkan
- Pohon Serut perawatan pada taman
- Bunga Asoka - Berfungsi
- Bunga sebagai estetika
Bougenville dan pengarah
sirkulasi

4. Rumput Gajah Mini - Berfungsi Diletakkan


sebagai penutup pada
permukaan tanah permukaan
pada taman tanah taman
- Unsur estetika

Sumber : Analisi Penulis 2015

6. Jaringan Utilitas
Jaringan utilitas pada tapak berfungsi sebagai penunjang aktifitas
dalam tapak. Jaringan utilitas terdiri dari 4, yaitu:
a. Jaringan air bersih yang bersumber dari Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM),

81
b. Jaringan listrik yang bersumber dari Perusahaan Listrik Negara
(PLN),
c. Jaringan telepon yang bersumber dari Telkom, dan
d. Drainase.
Pada tapak telah terdapat jaringan utilitas berupa jaringan listrik dan
jaringan telepon serta jaringan air bersih dan drainase. Namun jaringan
drainase dari bangunan ke jaringan perkotaan belum berfungsi dengan baik.
Hal ini dapat disiasati dengan pembuatan bak kontrol pada tapak sehingga
mempermudah dalam perawatan.

4.3 Analisis Program Sekolah yang Direncanakan


Berdasarkan kajian literatur dan studi analogi yang terdapat pada
Tinjauan Pustaka program sekolah yang digunakan yaitu sebagaimana SLB-C
pada umumnya di Indonesia. Dalam hal ini berpedoman pada panduan dari
Badan Standar Nasional Pendidikan.
1. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Tujuan pendidikan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional
serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan
pendidikan dan peserta didik.
Kurikulum Sekolah luar Biasa Tipe C berdasarkan teori beberapa ahli
dapat disimpulkan terdiri dari tiga aspek yaitu kurikulum bina diri, kurikulum
akademis dan kurikulum keterampilan. Tiga aspek tersebut diperioritaskan
dalam konsep pendidikan Sekolah Luar Biasa Tipe C dengan pokok materi
sebagai berikut:
a. Kurikulum bina diri yaitu program pendidikan untuk melatih siswa
dalam merawat diri sendiri, mengurus diri, menolong diri,
komunikasi, bersosialisasi dengan masyarakat dan melatih motorik
anak. Dalam hal ini siswa dilatih agar bisa mandiri dalam menjalani
kehidupan di masyarakat;
b. Kurikulum akademis yaitu program pendidikan formal yang
memberikan ilmu pengetahuan pada siswa namun dengan cara

82
yang sesuai dengan ciri pelayanan pendidikan bagi anak
tunagrahita. Pendidikan ini meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan
Keterampilan, dan Pendidikan jasmani, olahraga dan Kesehatan;
c. Kurikulum keterampilan yaitu program pendidikan yang melatih
siswa dalam berbagai macam bentuk keterampilan sesuai minat
masing-masing anak. Keterampilan yang akan direncanakan adalah
tata boga, tata busana, sanggar tari, kesenian, dan pertanian
sederhana.
2. Metode Pembelajaran
Anak tunagrahita dalam menerima pendidikannya dapat dibagi
menjadi 2 tipe yaitu, anak tunagrahita mampu didik dan anak tunagrahita
mampu latih. Metode pembelajaran bagi anak tunagrahita dapat ditentukan
berdasarkan 2 tipe tersebut sebagai berikut.
a. Tunagrahita mampu didik
Untuk anak tunagrahita mampu didik metode pengajaran yang
dapat digunakan adalah metode ceramah oleh guru seperti pada
tingkat Sekolah Dasar lainnya. Guru menerangkan materi yang
diajarkan. Setelah itu guru dapat melakukan tanya jawab dengan
murid sehingga murid lebih mampu untuk mengerti apa yang
diajarkan. Guru juga bisa menggunakan alat peraga untuk beberapa
pelajaran agar anak lebih tertarik untuk belajar dan mampu untuk
mengingat lebih baik materi pembelajarannya. Setiap minggunya
juga dapat dibuat pelaporan kinerja sehingga guru dapat
mengetahui perkembangan anak secara baik juga memberikan
reward bagi anak yang berkembang dengan baik dan disiplin dalam
kelas.
b. Tunagrahita mampu latih
Untuk anak tunagrahita mampu latih metode pengajaran yang
dapat digunakan adalah ceramah secara efektif dengan
menggunakan kontak mata yang baik, isyarat, juga suara yang
jelas. Guru dapat membangun komunikasi yang baik dengan murid

83
sehingga murid merasa nyaman saat belajar. Karena mereka
merupakan murid yang mampu didik maka harus disediakan
berbagai alat untuk menunjang pembelajaran mereka.
3. Daya Tampung
Dalam menerima pendidikan, anak tunagrahita pada umumnya dibagi
menjadi beberapa kelompok belajar sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki. Satu kelompok belajar biasanya terdiri dari 5-8 siswa dengan satu
guru pembimbing. Sekolah Luar Biasa yang akan direncanakan dalam satu
ruang kelas akan terdapat 4 kelompok belajar yang dikelompokkan
berdasarkan kemampuan siswa.
Lingkup pelayanan Sekolah Luar Biasa Tipe C adalah semua jenis ABK
tunagrahita dari jenjang SDLB, SMPLB dan SMALB. Dengan demikian, daya
tampung Sekolah Luar Biasa Tipe C yang akan direncanakan yaitu:
a. Daya tampung tiap tingkatan
- SDLB : 6 kelas yaitu kelas 1, kelas 2, kelas 3, kelas 4,
kelas 5 dan kelas 6;
- SMPLB : 3 kelas; dan
- SMALB : 3 kelas.
Tingkatan kelas sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
b. Kapasitas ruang kelas : 4 kelompok belajar dimana satu kelompok
terdiri dari 5 siswa.
c. Total daya tampung tiap kelas : 4 x 5 = 20 siswa/kelas
4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi, dikelompokkan
dan dikoordinasikan secara formal. Struktur organisasi Sekolah Luar Biasa di
pimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang bertanggung jawab penuh
terhadap semua kegiatan di sekolah.

84
Gambar 40. Struktur Organisasi SLB-C
Sumber : Analisis Penulis (2015)

4.4 Analisis Studi Program Ruang


Guns mewadahi kegiatan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yaitu anak
tunagrahita, sekolah luar biasa yang direncanakan akan mewadahi dua
klasifikasi ABK Tunagrahita, yaitu :
1. Tunagrahita ringan
Tunagrahita ringan yaitu memiliki IQ 70 50. Tujuan dari pelayanan ini
yaitu (1) agar ABK dapat mengurus dan membina diri; (2) agar ABK dapat
bergaul di masyarakat, serta (3) agar ABK dapat mengerjakan sesuatu untuk
bekal hidupnya.
2. Tunagrahita sedang
Tunagrahita sedang yaitu memiliki IQ 50-30. Tujuan dari pelayanan ini
yaitu (1) agar dapat mengurus diri, seperti makan minum, berpakaian, dan
kebersihan badan; (2) agar dapat bergaul dengan anggota keluarga dan
tetangga, serta (3) agar dapat mengerjakan sesuatu secara rutin dan
sederhana.

4.4.1 Lingkup Pelayanan Objek


Lingkup pelayanan Sekolah Luar Biasa Tipe C adalah semua jenis ABK
tunagrahita dari jenjang SDLB, SMPLB dan SMALB. Selain ABK, pelayanan
bagi orang tua murid juga akan diberikan seperti cara merawat dan
memperlakukan ABK Tunagrahita dengan baik dan benar.

4.4.2 Analisa Pelaku dan Pola Kegiatan


1. Siswa tunagrahita
- Datang
- Belajar pengetahuan dasar
- Belajar pembinaan diri
- Belajar pengembangan diri
- Belajar merawat diri
- Bemain/olahraga
- Berinteraksi

85
2. Orang tua/wali murid
- Berkunjung
- Melakukan konsultasi
- Menunggu
- Menjemput anak
3. Pengelola sekolah
a. Kepala sekolah
- Datang
- Menerima orang tua/wali murid
- Mengontrol aktivitas sekolah
- Melakukan rapat
b. Wakil kepala sekolah
- Datang
- Bekerja
- Melakukan rapat
c. Guru
- Datang
- Mengajar siswa
- Melakukan observasi
- Melakukan konsultasi
d. Staf
- Datang
- Melakukan administrasi
- Melakukan pengamanan
Berdasarkan kegiatan tersebut, dapat diidentifikasi ruang-ruang yang
dibutuhkan dalam Sekolah Luar Biasa tipe C, yaitu:
1. Kegiatan siswa tunagrahita
Kegiatan ini dikhususkan untuk semua jenis ABK tunagrahita yaitu
tunagrahita ringan, sedang dan berat. Adapun ruang yang dibutuhkan yaitu:
- Ruang kelas
- Ruang keterampilan
- Ruang perpustakaan
- Ruang terapi
- Ruang perawatan
2. Kegiatan orang tua/wali murid
Kegiatan ini diperuntukan kepada orang tua/wali murid ABK, adapun
ruang yang dibutuhkan yaitu:
- Hall/lobby
- Ruang konsultasi
- Ruang tunggu
3. Kegiatan pengelola sekolah
Kegiatan ini dikhususkan untuk pengelola sekolah yaitu kepala sekolah,
guru dan staf. Adapun ruang yang dibutuhkan yaitu:
- Ruang kepala sekolah

86
- Ruang guru
- Ruang auditorium
- Ruang Bimbingan dan Konseling
- Ruang tata usaha
- Pos keamanan
4. Kegiatan penunjang
Kegiatan ini dikhususkan bagi semua pengguna sekolah sebagai
penunjang dari kegiatan di dalam sekolah. Adapun ruang yang dibutuhkan
yaitu:
- Ruang medis
- Ruang galeri
- Kamar mandi/WC
- Gudang

4.4.3 Analisa Aktivitas dan Kebutuhan Ruang


Berdasarkan berbagai aktivitas, fasilitas dan kebutuhan ruang yang
akan diwadahi, maka dapat disusun tabel aktivitas dan kebutuhan ruang
pada objek penelitian ini, sebagaimana tercantum pada Tabel 9.
Tabel 9. Aktivitas dan Kebutuhan Ruang
Sifat
Pemakai Aktivitas Kebutuhan Ruang
Ruang
Tunagrahit 1. Datang Selasar Publik
a Ringan 2. Belajar pengetahuan Semi
Rg. Kelas
dasar publik
Semi
3. Belajar keterampilan Rg. Keterampilan
publik
Semi
4. Bercocok tanam Area pertanian
publik
5. Melakukan fisiotrapi Rg. Fisiotrapi Privat
Semi
6. Bermain/olahraga Lapangan olahraga
publik
Semi
7. Membaca buku perpustakaan
publik
Tunagragit 1. Datang Selasar Publik
a sedang 2. Belajar pengetahuan Semi
Rg. Kelas
dasar publik
Semi
3. Belajar keterampilan Rg. Keterampilan
publik
Semi
4. Belajar pembinaan diri Rg. Panti harian
publik
5. Melakukan fisiotrapi Rg. Fisiotrapi Privat

87
Semi
6. Bermain/olahraga Lapangan olahraga
publik
7. Melakukan pengecekan
Rg. Medis Privat
medis
Orang tua 1. Datang Entrence dan lobby Publik
murid 2. Memarkirkan kendaraan Area parkir Publik
3. Menunggu Rg. Tunggu Publik
Semi
4. Melakukan konsultasi Rg. Konsultasi
publik
Kepala 1. Datang Entrence dan lobby Publik
sekolah 2. Memarkirkan kendaraan Area parkir Publik
3. Bekerja Rg. Kepala sekolah Privat
4. Menerima tamu Rg. Tamu Privat
5. Melakukan rapat Rg. Rapat Privat
Semi
6. Melakukan pertemuan Auditorium
publik
7. Ke kamar kecil Toilet Servis
Wakil 1. Datang Entrence dan lobby Publik
kepala 2. Memarkirkan kendaraan Area parkir Publik
sekolah Rg. Wakil Kepala
3. Bekerja privat
sekolah
Semi
4. Melakukan rapat Rg. Rapat
publik
5. Ke kamar kecil Toilet Servis
Guru 1. Datang Entrence dan lobby Publik
2. Memarkirkan kendaraan Area parkir Publik
Semi
3. Bekerja Rg. Guru
publik
Semi
4. Melakukan konsultasi Rg. Konsultasi
publik
5. Ke kamar kecil Toilet Servis
Staf 1. Datang Entrence dan lobby Publik
2. Memarkirkan kendaraan Area parkir Publik
Semi
3. Melakukan administrasi Rg. Administrasi
publik
Semi
4. Menjaga keamanan Pos jaga
publik
Sumber : Analisis Penulis 2015

Analisa fungsional ini ditekankan pada tuntutan terhadap wadah


kegiatan yaitu :

88
1. Tuntutan pengunjung terhadap fasilitas sekolah sebagai sarana
pendidikan dan pembinaan:
a. Tuntutan terhadap objek bangunan
Kesan/Image pertama kali yang ditangkap oleh masyarakat adalah
bahwa bangunan ini merupakan pusat pendidikan dan pembinaan
anak tunagrahita yang menyediakan fasilitas yang lengkap untuk
kebutuhan mendidik dan melatih penyandang tunagrahita sehingga
menarik minat masyarakat;
b. Tuntutan terhadap jenis kegiatan
Tututan pelaku adalah kemudahan dan kenyamanan dalam
melakukan aktivitas belajar mengajar.
2. Tuntutan terhadap ruang kawasan
a. Tuntutan fungsional
- Tata ruang kawasan yang memiliki sirkulasi dan tahapan ruang
yang jelas,
- Tata ruang dalam yang menarik (estetis), aksesibel dan nyaman,
dan
- Perletakan ruang dalam dan ruang luar yang disesuaikan dengan
jenis kegiatan dan kondisi tapak.
b. Tuntutan suasana
- Kenyamanan dan keamanan dalam melakukan aktivitas, serta
- Suasana yang tenang dan rekreatif.

4.4.4 Analisa Besaran Ruang


Besaran ruang berdasarkan kebutuhan ruang dari berbagai aktivitas di
dalam sekolah tercantum pada Tabel 10.
Tabel 10. Analisa Besaran Ruang
Total
Kapasit Luas Total
Nama Ruang Standar Zona
as (M2) (M2)
(M2)
A. Zona Publik
1. Lobby 20 1.20 m2/org 20 x 1.2 = 24 31.2 1578.23
Orang (Neufert Sirkulasi 30 % =
Architect 7.2
Data)
2. Selasar 2 Orang 0.80 m/org 2 x 0.80 = 0.64
(lebar)
(Neufert
Architect
Data)
3. Area parkir 30 Mobil 10.58 30 x 10.58 = 1084.

89
60 m2/mobil 317.4 8
Motor 3.75 m2/motor 60 x 3.75 = 225
(Neufert Sirkulasi 100 %
Architect = 542.4
Data)
4. Rg. Galeri 200 1.44 m2/org 1.44 x 200 = 288 374.4
Orang (Studi gerak) Sirkulasi 30 % =
86.4
B. Zona Semi
Publik
1. Rg. Kelas 20 1 space = 2 20 : 2 = 10 50.39 23453.7
Orang kursi + 1 meja 10 x 0.9 = 9 7
0.90 m2/space 20 x 1.49 =
1.22 x 1.22 = 29.77
1.49 m2/org Sirkulasi 30 % =
(Time Server 11.63
Standards)
2. Rg. Keterampilan 20 1 space = 1 20 x 1.44 = 28.8 37.44
a. Rg. Komputer Orang meja + 1 kursi Sirkulasi 30 % =
b. Rg. Tata Boga 1.44 m2/space 8.64
c. Rg. Tata (Neufert
Busana Architect
d. Rg. Sanggar
Data)
Tari
3. Rg. Panti harian 5 Orang 3 m2/org 5 x 3 = 15 19.5
(asumsi) Sirkulasi 30 % =
4.5
4. Rg. Konsultasi 5 Orang 3 m2/org 5 x 3 = 15 19.5
(asumsi) Sirkulasi 30 % =
4.5
5. Rg. Guru 40 Space 1.44 40 x 2.36 = 94.4 122.7
Orang m2/org Sirkulasi 30 % = 2
Meja 0.6 x 1.2 28.32
= 0.72 m2
Kursi 0.4 x 0.5
= 0.2 m2
(Neufert
Architect
Data)
6. Rg. Administrasi 5 Orang Space 1.44 5 x 2.36 = 11.8 15.34
m2/org Sirkulasi 30 % =
Meja 0.6 x 1.2 3.54
= 0.72 m2
Kursi 0.4 x 0.5
= 0.2 m2
(Neufert
Architect
Data)
7. Perpustakaan 50 Space 1.44 50 x 1.44 + 19.2 118.5
Orang m2/org = 91.2 6
8 lemari 8 x Sirkulasi 30 % =

90
0.8 x 3 = 19.2 27.36
m2
(Neufert
Architect
Data)
8. Area pertanian 1 unit 1000 m2 1 x 1000 = 1000 1000
(asumsi)
9. Taman bermain 1 Unit 64 m2 1 x 64 = 64 64
(asumsi)
10. Auditorium 200 3 m2/org 200 x 3 = 600 780
Orang (asumsi) Sirkulasi 30 % =
180
11. Pos jaga 1 Unit 6 m2/unit 1x6=6 6
(asumsi)
C. Zona Privat
1. Rg. Medis 3 Orang 3 m2/org 3x3=9 11.7
(asumsi) Sirkulasi 30 % =
2.7
2. Rg. Kepala 1 Ruang Standar ruang 1 x 20 = 20 20
Sekolah pimpinan 20
m2 (Neufert
Architect
Data)
3. Rg. Wakil Kelapa 4 Orang Space 1.44 4 x 2.36 = 9.44 12.27
Sekolah m2/org Sirkulasi 30 % =
Meja 0.6 x 1.2 2.83
= 0.72 m2
Kursi 0.4 x 0.5
= 0.2 m2
(Neufert
149.61
Architect
Data)
4. Rg. Fisioterapi 1 Ruang 20 m2/ruang 1 x 20 = 20 26
(asumsi) Sirkulasi 30 % =
6
5. Rg. Tamu 5 Orang Space 1.44 5 x 1.44 = 7.2 14.64
m2/org 1 x 0.46 = 0.46
Meja = 0.46 5 x 0.72 = 3.6
Sofa = 0.72 Sirkulasi 30 % =
(Neufert 3.38
Architect
Data)
6. Rg. Rapat 1 Ruang 50 m2/ruang 1 x 50 = 50 65
(asumsi) Sirkulasi 30 % =
15
D. Zona Servis
1. Toilet 1 Unit 3 m2 1x3=3 3 28
(Neufert
Architect
Data)
2. Gudang 1 Unit 25 m2 1 x 25 = 25 25

91
(asumsi)
Sumber : Analisis Penulis 2015

Berdasarkan besaran ruang tersebut perancangan sekolah akan dibagi


menjadi 3 (tiga) bagian yaitu tingkat SD, SMP dan SMA. Rekapitulasi dari
besaran ruang tersebut tercantum pada Tabel 11.
Tabel 11. Rekapitulasi Besaran Ruang
No Nama Ruang Jumlah Besaran Total
. Ruang Ruang
A. Tingkat SDLB
1. Rg. Kelas 6 50.39 m2 302.34 m2
2. Rg. Panti harian 2 19.5 m2 39 m2
3. Rg. Konsultasi 1 19.5 m2 19.5 m2
4. Rg. Fisioterapi 1 26 m2 26 m2
5. Rg. Medis 1 11.7 m2 11.7 m2
Jumlah 398.54 m2
B. Tingkat SMPLB
1. Rg. Kelas 6 50.39 m2 302.34 m2
2. Rg. Panti harian 2 19.5 m2 39 m2
3. Rg. Konsultasi 1 19.5 m2 19.5 m2
4. Rg. Fisioterapi 1 26 m2 26 m2
5. Rg. Medis 1 11.7 m2 11.7 m2
6. Rg. Komputer 1 37.44 m2 37.44 m2
7. Rg. Tata boga 1 37.44 m2 37.44 m2
8. Rg. Tata busana 1 37.44 m2 37.44 m2
9. Rg. Sanggar tari 1 37.44 m2 37.44 m2
Jumlah 548.3 m2
C. Tingkat SMALB
1. Rg. Kelas 6 50.39 m2 302.34 m2
2. Rg. Panti harian 2 19.5 m2 39 m2
3. Rg. Konsultasi 1 19.5 m2 19.5 m2
4. Rg. Fisioterapi 1 26 m2 26 m2
5. Rg. Medis 1 11.7 m2 11.7 m2
6. Rg. Komputer 1 37.44 m2 37.44 m2
7. Rg. Tata boga 1 37.44 m2 37.44 m2
8. Rg. Tata busana 1 37.44 m2 37.44 m2
9. Rg. Sanggar tari 1 37.44 m2 37.44 m2
Jumlah 548.3 m2
D. Bagian Pengelola
1. Rg. Kepala sekolah 1 20 m2 20 m2
2. Rg. Wakil Kepala Sekolah 4 12.27 m2 49.08 m2
3. Rg. Guru 1 122.72 m2 122.72 m2
4. Rg. Administrasi 1 15.34 m2 15.34 m2

92
5. Rg. Tamu 1 14.64 m2 14.64 m2
6. Rg. Rapat 1 65 m2 65 m2
7. Pos jaga 1 6 m2 6 m2
8. Toilet 7 3 m2 21 m2
Jumlah 307.78 m2
E. Bagian Penunjang
1. Lobby 1 31.2 m2 31.2 m2
2. Area parkir 1 798.2 m2 798.2 m2
3. Galeri 1 374.4 m2 374.4 m2
4. Perpustakaan 1 118.56 m2 118.56 m2
5. Taman bermain 1 64 m2 64 m2
6. Area pertanian 1 1000 m2 1000 m2
7. Auditorium 1 780 m2 780 m2
8. Gudang 1 25 m2 25 m2
Jumlah 3191.36 m2
SUBTOTAL A + B + C + D + 4994.28 m2
E
Sumber : Analisis Penulis 2015
Luas rasio perbandingan antara luas lahan terbangun dengan area
hijau adalah 40 : 60 dimana:
a. 40% luas lahan terbangun, dan
b. 60% luas lahan tidak terbangun (area hijau)
Luas lahan yang tersedia yaitu 16.400 M2 berarti:
a. Luas lantai bangunan 40% x 16.400 = 6.560 M2
b. Luas lahan terbuka 60% x 16.400 = 9.840 M2
Luas lahan terbangun pada site berdasarkan besaran ruang yang ada, yaitu
4.994,28 M2 dimana:
a. 1.862,2 M2 merupakan area terbuka yakni area parkir, taman bermain
dan area pertanian, dan
b. 3.132,08 M2 merupakan lahan terbangun.

4.4.5 Penzoningan
Konsep penzoningan merupakan pembagian area berdasarkan
peruntukan hirarki atau sifat kegiatan. Berdasarkan sifat kegiatan yang akan
diwadahi, zona tapak dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Zona servis
Zona servis merupakann zona yang melayani sirkulasi dan parkir
kendaraan.

93
2. Zona pelayanan
Zona pelayanan yaitu zona yang berfungsi melayani semua
pengunjung dalam hal ini orang tua/wali dan murid. Termasuk dalam
zona pelayanan yaitu bagian pengelola.
3. Zona edukatif
Zona edukatif merupakan zona dimana pengguna dapat menerima
pendidikan baik secara formal maupun informal.

Gambar 41. Penzoningan Pada Tapak


Sumber : Analisis Penulis (2015)
4.4.6 Pola Hubungan Ruang
Hubungan ruang pada bangunan Sekolah Luar Biasa dapat dirancang
dengan empat pola:
1. ruang di dalam ruang; untuk lingkup kegiatan yang sama dan ruang
khusus yang lebih kecil di dalamnya, contohnya pada ruang medis
dan ruang konsultasi yang ditempatkan di dalam ruang fisioterapi,
2. ruang-ruang yang saling berkaitan; untuk lingkup kegiatan yang
sama tapi tidak selalu bersama-sama, seperti pada ruang kelas dan
ruang ketarampilan,

94
3. ruang-ruang yang bersebelahan; untuk lingkup kegiatan yang
berbeda seperti ruang kelas dan ruang fisioterapi,
4. ruang-ruang dihubungkan oleh sebuah ruang bersama; untuk lingkup
kegiatan yang berbeda dan tidak perlu dekat seperti hubungan atara
ruang perpustakaan dengan ruang-ruang lain disekelilingnya yaitu
ruang-ruang keterampilan.

Gambar 42. Pola Hubungan Ruang


Sumber : D. K. Ching, Arsitektur: Bentuk, Ruang & Susunannya, hal. 185-193

Hubungan antar ruang pada objek rancangan diatur dengan


memperhitungkan kenyamanan dan kelancaran sirkulasi antar ruang
sebagaimana tercantum pada Gambar 43.

95
Gambar 43. Pola Hubungan Ruang
Sumber : Analisis Penulis (2015)

4.4.7 Analisa Fungsi dan Persyaratan Ruang


Agar para pengguna sekolah dapat memperoleh tingkat kenyamanan
yang diinginkan, maka dalam perencanaannya ruang-ruang tertentu harus
memenuhi kriteria dan persyaratan tertentu sesuai dengan sifat dan fungsi
dari ruang tersebut. Fungsi dan prsyaratan ruang pada Sekolah Luar Biasa
sebagaimana tercantum pada Tabel 10.
Tabel 12. Fungsi dan Persyaratan Ruang Sekolah Luar Biasa
Kebutuhan Kenyamanan Ruang
No Fungsi Pencahayaan Penghawaan
Nama Ruang
. Ruang/Karakteristik Buata Buata
Alami Alami
n n
1. Lobby Merupakan ruang publik
berfungsi sebagai ruang

peralihan dari luar
kedalam dan sebaliknya.
3. Rg. Galeri Merupakan ruang
penyimpanan hasil karya-

karya siswa untuk dapat
dipublikasikan.
5. Rg. Kelas Sebuah ruangan sebagai
tempat menerima
pelajaran yang dibuat
nyaman dan aman bagi
murid.

96
6. Rg. Komputer Ruang keterampilan

dalam bidang komputer.
7. Rg. Tata boga Ruang keterampilan

dalam bidang kuliner.
8. Rg. Tata busana Ruang keterampilan
dalam bidang desain
busana dan stylish.
9. Rg. Sanggar tari Ruang keterampilan

dalam bidang tari.
12. Area Pertanian Tempat keterampilan
yang mengajari teori
bercocok tanam
13. Rg. Panti harian Ruangan yang berfungsi
untuk mengajarkan siswa
merawat diri sendiri.
14. Rg. Konsultasi Ruangan yang
diperuntukkan untuk
orang tua/walid murid
untuk mengkonsultasikan
keadaan anak pada saat
dirumah dan
lingkungannya.
15. Rg. Fisioterapi Ruangan yang berfungsi
untuk melatih otot dan
sesorik anak.
16. Rg. Medis Ruangan yang berfungsi
untuk mengetahui

perkembangan medis
murid.
17. Rg. Kepala Ruangan yang
Sekolah diperuntukkan untuk
pemimpin sekolah.
18. Rg. Wakil Kepala Ruangan khusus untuk
Sekolah semua wakil kepala
sekolah setiap tingkatan.
19. Rg. Guru Ruangan untuk semua
guru yang dibuat agak
terbuka sehingga dapat
mengontrol kegiatan
siswa diluar ruangan
20. Rg. Administrasi Ruangan untuk
menyimpan arsip dan

tempat melakukan
administrasi.
21. Rg. Tamu Ruangan sebagai tempat
penerimaan tamu
khusus.
22. Rg. Rapat Ruangan untuk pengelola
sekolah melakukan

97
pertemuan intern.
23. Pos jaga Ruang pelayanan

keamanan sekolah
24. Perpustakaan Tempat untuk membaca
dan mencari referensi
yang memerlukan
suasana yang tenang

sehingga diletakkan jauh
dari kebisingan baik dari
dalam maupun luar
tapak.
25. Auditorium Ruangan yang berfungsi
untuk melakukan
pertemuan dalam skala
besar dan tempat
melakukan pentas seni.
Ruangan dibuat kedap
suara sehingga
kebisingan dari dalam
dapat direduksi.
26. Gudang Tempat penyimpanan
kebutuhan untuk
kegiatan keterampilan.
Ruangan dibuat dengan
sirkulasi udara yang baik
untuk menghindari
kelembaban didalamnya.
27. toilet Ruangan yang diletakkan
ditempat yang mudah
dijangkau oleh pengguna
sekolah namun harus
tersamar karena
merupakan fasilitas
servis
Sumber : Analisis Penulis 2015

4.5 Analisa Terhadap Standar Fasilitas Penyandang Cacat


Perancangan sekolah luar biasa perlu mempertimbangkan fasilitas
maupun aksesibilitas di dalamnya. Hal ini diharapkan agar setiap anak
berkebutuhan khusus dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri. Fasilitas
yang ada diantaranya adalah fasilitas ruang kelas, ruang terapi, ruang
keterampilan, taman bermain dan kamar mandi.
4.5.1 Ruang Kelas
Penataan ruang kelas untuk ABK terletak pada sirkulasinya. Ruang
sirkulasi di depan pintu ruang kelas yaitu 155 x 155 cm untuk

98
mempermudah pengguna kursi roda melakukan putaran dalam bergerak.
Semua ruang kelas menggunakan pintu geser untuk memudahkan gerakan
buka-tutup dan untuk menghemat ruangan. Perbedaan tinggi lantai antara
ruang dalam dan ruang luar disiasati dengan membuat ramp dengan
kemiringan maksimal 15 derajat. Space ruang sirkulasi antara meja dan
dinding berjarak 125 cm berguna untuk memberi ruang akses kepada
pengguna kursi roda. Standar minimum area untuk kursi roda adalah 121.9 x
121.9 cm. Penggunaan railing pada dinding ruang kelas juga perlu diadakan
untuk membantu bagi anak yang menggunakan tongkat atau alat bantu
berjalan lainnya.
Dalam satu ruang kelas jumlah tempat duduk aksesibel disesuaikan
dengan total kapasitas tempat duduk dalam ruangan. Perbandingan jumlah
tempat aksesibel dan tempat duduk normal dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Perbandingan Jumlah Tempat Duduk Aksesibel
Kapasitas Total Tempat Duduk Jumlah Tempat Duduk yang
Aksesibel
4 25 1
26 50 2
51 300 4
301 500 6
> 500 6, +1 untuk setiap ratusan
Sumber : Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan
ABK dalam menerima pelajaran dapat dibagi menjadi beberapa
kelompok sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Standar
pembagian kelompok ini yaitu maksimal 8 ABK ditiap kelompok dengan 1
guru pembimbing. Perencanaan ruang kelas ini membatasi 20 ABK dalam
satu ruangan dengan pembagian 5 ABK tiap kelompok yang berarti terdapat
4 kelompok belajar dalam satu ruang kelas. Mengacu pada Tabel 13 berarti
di dalam ruang kelas terdapat 1 tempat duduk yang aksesibel.

99
Gambar 44. Rencana Ruang Kelas
Sumber : Analisis Penulis (2015)

4.5.2 Taman Bermain


Taman bermain merupakan area bermain anak yang bersifat rekreatif
dan dapat difungsikan sebagai sarana edukasi bagi ABK. Psikologis ABK yang
cenderung lebih individualis, membutuhkan semacam taman bermain yang
didesain tepat akan memberikan tingkat sosialisasi yang tinggi bagi mereka.
Mengangkat konsep challenge dengan memainkan perbedaan leveling
diharapkan dapat membantu ABK untuk melatih kekuatan tangan dan kaki
serta ketangkasan mereka. Permainan naik-turun ini menggunakan ramp dan
tangga yang telah memenuhi standar.
4.5.3 Toilet Kamar Mandi
Toilet yang diperuntukkan kepada ABK dilengkapi dengan tampilan
rambu/simbol dengan sistem cetak timbul penyandang cacat pada bagian
luarnya. Bagian dalam toilet dilengkapi dengan railing yang posisi dan
ketingginyanya disesuaikan dengan pengguna kursi roda. Menggunakan
kloset duduk dengan ketinggian sekitar 45-50 cm sehingga memudahkan
pengguna kursi roda. Kunci-kunci toilet yang digunakan yaitu kunci yang
dapat dibuka dari luar dan dalam. Semua perabot yang digunakan di dalam
toilet tidak berbahan licin sehingga aman untuk digunakan.

4.6 Analisis Bentuk Bangunan


Aktivitas serta keberadaan lokasi perencanaan cukup mempengaruhi
bentuk penampilan bangunan, karena dapat mewakili karakteristik dimana
bangunan tersebut direncanakan.
Menurut Francis D.K. Ching (2008), ketika menghadapi berbagai
komposisi bentuk, kita cenderung mengurangkan hal-hal tersebut didalam
area visual kita sehingga menjadi bentuk yang paling sederhana dan biasa.
Semakin sederhana dan teratur suatu bentuk dasar, maka akan semakin
100
mudah dikenali dan dipahami. Bentuk dasar yang paling sederhana tersebut
berupa lingkaran, segitiga dan bujur sangkar.

Gambar 46. Bentuk Dasar Geometri


Sumber : Analisis Penulis (2015)

Bentuk bangunan erat kaitannya dengan tampilan visual atau tampak


fisik bangunan secara keseluruhan. Pada tahap ini konsep yang terpilih untuk
Sekolah Luar Biasa Tipe C yaitu bentuk bangunan dengan arsitektur modern
dengan menggabungkan bentuk dasar geometri dengan cara menambah
dan/atau mengurangi bentuk dasar geometri tersebut sehingga tercipta
estetika pada bangunan.
Bentuk bangunan mengambil filosofi dari bentuk gandengan tangan
yang mengibaratkan bahwa anak tunagrahita selalu membutuhkan
pendampingan dan pengawasan khusus dalam menerima pendidikan.

4.7 Analisa Sistem Utilitas Bangunan


4.7.1 Sistem Distribusi Listrik
Sumber energi listrik yang digunakan pada Sekolah Luar Biasa ini
menggunakan listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara) sebagai sumber utama
dan generator sebagai cadangannya.

Gambar 47. Distribusi Listrik Pada Bangunan


Sumber : Analisis Penulis (2015)

4.7.2 Sistem Jaringan Air Bersih dan Air Kotor

101
Air bersih bersumber dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang
disalurkan ke tempat penampungan sementara berupa tower tandon untuk
disalurkan kesetiap ruangan yang membutuhkan.
Jaringan air kotor terbagi menjadi dua yaitu buangan padat berupa
buangan air kotor dari kloset dan buangan cair yang merupakan buangan air
kotor dari toilet dan saluran air hujan. Buangan padat dibuang melalui pipa
berukuran besar ke tangki septik sedangkan buangan cair dibuang melalui
pipa yang berukuran lebih kecil menuju ke riol kota.

Gambar 48. Sistem Jaringan Air Kotor


Sumber : Analisis Penulis (2015)
4.7.3 Sistem pemadam kebakaran
Sistem pengamanan bangunan terkait antisipasi kecelakaan berupa
kebakaran juga sangat penting untuk menghindari atau meminimalisir
kerugian material dan jatuhnya korban jiwa.
Sistem pemadam kebakaran pada bangunan disiasati dengan
menyediakan system deteksi awal kebakaran yaitu pemasangan alat deteksi
asap (smoke detector) dan alat deteksi nyala api (flame detector).
Pencegahan kebakaran disediakan alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang
diletakkan ditiap ruangan. Selain itu, Pemberian tanda jalur evakuasi
diletakan pada tempat yang mudah dilihat .

4.7.4 Sistem Jaringan Sampah


Sampah yang dihasilkan oleh sekolah/pendidikan umumnya adalah
sampah kering, perlakuan terhadap keberadaan sampah kering adalah
dengan membakarnya atau mengumpulkan kedalam bak sampah untuk
selanjutnya diangkut oleh mobil pengangkut sampah.

102
Gambar 49. Proses Pembuangan Sampah
Sumber : Analisis Penulis (2015)

103

Anda mungkin juga menyukai