PENDAHULUAN
1
Klasifikasi kelompok sosial menurut erat longgarnya
ikatan antar anggota menurut Ferdinand Tonnies:
Paguyuban (gemeinschaft)
2
Paguyuban karena ideologi (gemeinschaft of mind)
Contoh: partai politik berdasarkan agama
Patembayan (gesellschaft)
Contoh: ikatan antara pedagang, organiasi dalam suatu pabrik atau industri.
http://www.anneahira.com/pembentukan-kelompok-sosial.htm
3
BAB II
PEMBAHASAN
[sunting]Kelompok Primer
Merupakan kelompok yang
didalamnya terjadi interaksi
sosial yang anggotanya saling
mengenal dekat dan berhubungan
erat dalam kehidupan.[1] Sedangkan
menurut Goerge Homans kelompok
primer merupakan sejumlah orang
yang terdiri dari beberapa orang yang
sering berkomunikasi dengan lainnya
sehingga setiap orang mampu
berkomunikasi secara langsung
(bertatap muka) tanpa melalui
perantara[4]. Misalnya: keluarga, RT,
4
kawan sepermainan, kelompok
agama, dan lain-lain.[1]
[sunting]Kelompok Sekunder
Jika interaksi sosial terjadi secara
tidak langsung, berjauhan, dan
sifatnya kurang kekeluargaan.tapi
boong [1] Hubungan yang terjadi
biasanya bersifat lebih objektif.
[1]
Misalnya: partai politik,
perhimpunan serikat kerja dan lain-
lain.
[sunting]Kelompok Formal
Pada kelompok ini ditandai dengan
adanya peraturan atau Anggaran
Dasar (AD), Anggaran Rumah
Tangga (ART) yang
ada. Anggotanya diangkat
oleh organisasi.[1] Contoh dari
kelompok ini adalah semua
perkumpulan yang memiliki AD/ART.
[sunting]Kelompok Informal
Merupakan suatu kelompok yang
tumbuh dari proses interaksi, daya
5
tarik, dan kebutuhan-kebutuhan
seseorang. Keanggotan kelompok
biasanya tidak teratur dan
keanggotaan ditentukan oleh daya
tarik bersama dari individu dan
kelompok Kelompok ini terjadi
pembagian tugas yang jelas tapi
bersifat informal dan hanya
berdasarkan kekeluargaan dan
simpati. Misalnya: kelompok arisan
[sunting]Ciri
6
1. Memiliki motif yang sama antara individu satu
dengan yang lain.[1] (menyebabkan
interkasi/kerjasama untuk mencapai tujuan yang
sama)[1]
7
ditentukanlah tujuan yang sama dan
akhirnya interaksi yang terjadi akan
membentuk sebuah kelompok[5].
Langkah proses
pembentukan Tim diawali dengan
pembentukan kelompok, dalam
proses selanjutnya didasarkan
adanya hal-hal berikut[7] :
8
Persepsi
Motivasi
9
pengetahuan agar bisa memotivasi
diri untuk maju.[1]
Tujuan
Organisasi
Independensi
10
dalam tata aturan yang disepakati
kelompok.[1]
Interaksi
11
3. Adanya pengumpulan system pengumpulan data yang baik dan teratur yang
terpusat pada suatu atau lembaga tertentu
4. Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap
modernisasi dengan penggunaan alat komunikasi massa
5. Tingkat organisasi yang tinggi, yaitu adanya pembagian kerja, efesiensi dan
efektifitas kerja
6. Adanya keseimbangan antara sentralisasi dan desentralisasi
Citi-ciri Modenisasi
12
2. Mediasi dan Negosiasi (Mediation and Negotiation), yakni
kemampuan Karang Taruna sebagai pemberdaya masyarakat untuk
menjalankan fungsi mediasi guna menghubungkan kelompok-kelompok
yang sedang berkonflik agar tercapai sinergi dalam komunitas tersebut.
3. Membentuk Konsensus (Builiding Consensus), yakni
mengembangkan setiap upaya untuk melawan pendekatan konflik yang
seringkali bersifat taken for granted pada beragam interaksi politik
ekonomi dan sosial di masyarakat.
4. Fasilitasi Kelompok (Group Facilitation), yakni kemampuan
memfasilitasi kelompok-kelompok warga masyarakat agar mau bertindak
konstruktif dan bersinergi untuk meningkatkan kesejahteraannya secara
lebih utuh, bukan sekedar membangun satu atau dua kelompok saja.
5. Mengorganisir (Organizing), yakni kemampuan untuk berpikir dan
melakukan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan, hal yang tidak perlu
dilakukan sendiri, dan memastikan bahwa semua mungkin diwujudkan.
b. Peran Edukasional (Educational Roles)
Dari peran ini setidaknya dapat dijabarkan kembali 4 (empat) peran
yakni:
1. Membangkitkan Kesadaran Masyarakat (Consciousness
Raising), yakni peran Karang Taruna dalam membantu masyarakat
untuk dapat melihat beberapa alternatif solusi serta menyadarkan
masyarakat tentang struktur dan strategi perubahan sosial serta
dimensi multikultural sebagai modal partisipasi dan bertindak secara
efektif.
2. Menyampaikan Informasi (Informing), yakni peran memberikan
informasi yang relevan tentang suatu masalah yang sedang dihadapi
atau program pembangunan yang sedang dijalankan.
3. Mengkonfrontasi (Confronting), yakni peran yang suatu waktu
dibutuhkan dalam kasus tertentu untuk mengatasi permasalahan yang
ada setelah adanya pertimbangan bahwa kalau kondisi yang sekarang
terjadi tetap dibiarkan maka keadaan akan dapat semakin memburuk.
4. Pelatihan (Training), yakni peran spesifik yang secara mendasar
berfokus pada pengajaran masyarakat cara untuk melakukan sesuatu.
13
c. Peran sebagai Perwakilan Masyarakat (Representational Roles),
yang terdiri dari peran-peran:
1. Mencari Sumber Daya (Obtaining Resources);
2. Advokasi (Advocacy);
3. Memanfaatkan Media (Using The Media);
4. Hubungan Masyarakat (Public Relation);
5. Mengembangkan Jaringan (Networking);
6. Membagi Pengetahuan & Pengalaman (Sharing Knowledge &
Experience).
d. Peran-peran Teknis (Technical Roles), diantara terdiri dari peran-
peran:
1. Mengumpulkan dan Menganalisis Data;
2. Menggunakan Komputer dan Manajemen;
3. Melakukan Presentasi Tertulis dan Verbal;
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15
DAFTAR PUSTAKA
http://abdilahkhusu.blogspot.com/2012/01/perubahan-sosial-dan-
pembangunan.html
16